Anda di halaman 1dari 64

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PRODUKSI USAHA TANI KUBIS DI KECAMATAN KEJAJAR KABUPATEN


WONOSOBO.

SKRIPSI

OLEH

U
M
A

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MEDAN AREA
MEDAN
2019
ABSTRACT
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL................................................................................... i
viii
DAFTAR ISI............................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN.................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................ 5
C. Batasan Masalah dan Asumsi Penelitian ............................. 6
D. Rumusan Masalah ............................................................... 6
E. Tujuan Penelitian................................................................. 6
F. Manfaat Penelitian............................................................... 7

BAB II. KAJIAN TEORI,TINJAUAN PUSTAKA,


KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS ................................. 8
A. Kajian Teori......................................................................... 8
B. Tinjauan Puataka ................................................................. 23
C. Kerangka Pikir..................................................................... 32
D. Hipotesis Penelitian ............................................................. 34

BAB III. METODE PENELITIAN......................................................... 35


A. Desain Penelitian ................................................................. 35
B. Tempat dan Waktu Penelitin ............................................... 35
C. Populasi dan Sampel Penelitian........................................... 36
D. Variabel Penelitian .............................................................. 38
E. Definisi Operasional ............................................................ 39
F. Pengumpulan Data............................................................... 41
G. Instrumen Penelitian ............................................................ 42
H. Metode Analisis Data .......................................................... 43

Daftar pustaka ................................................................................ 45


DAFTAR ISI
1

BAB I.
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Komoditas hortikultura yang terdiri dari tanaman buah-buahan, sayuran,


tanaman hias dan tanaman obat merupakan komoditas yang sangat prospektif
untuk dikembangkan melalui usaha agribisnis, mengingat potensi serapan pasar
di dalam negeri dan pasar internasional terus meningkat. Kubis merupakan
salah satu sayuran yang termasuk dalam kelompok enam sayur segar yang
diekspor Indonesia, yang terdiri dari blumkol, kentang, tomat, cabai, dan
bawang merah. Kubis atau kol adalah jenis sayuran daun yang mulai
dibudidayakan oleh petani, terutama di dataran tinggi dengan ketinggian 1.000-
2.000 mdpl (Rukmana, 1994:7).

Kubis segar mengandung banyak vitamin A, vitamin B1, dan vitamin C.


Kandungan vitamin C cukup tinggi untuk mencegah skorbut (sariawan akut).
Mineral yang banyak dikandung adalah kalium, kalsium, fosfor, natrium, dan
besi. Kubis segar juga mengandung sejumlah senyawa yang merangsang
pembentukan glutation, zat yang diperlukan untuk menonaktifkan zat racun
dalam tubuh manusia.
Pengembangan sayuran, khususnya kubis sebagai sayuran dataran tinggi
memerlukan penanganan yang khusus sejak pra sampai pasca panennya.
Penerapan sistem agribisnis dalam usahatani kubis sangat diperlukan, sehingga
keuntungan yang diperoleh petani kubis menjadi lebih baik. Sampai saat ini
pengembangan sayuran kubis sebagian besar masih dilakukan secara
tradisional pada skala pemilikan lahan yang relatif kecil. Pola usahatani

1
2

sayuran kubis biasa dilakukan pada lahan dengan luas kurang dari 0,3 hektar,
lahan pertanaman seringkali belum siap akibat tingginya derajad keasaman
tanah (pH < 7) dan mengandung penyakit (bakteri), benih yang digunakan
petani adalah benih berkualitas rendah sehingga produksi dan kualitas yang
dihasilkan rendah, sistem irigasi atau pengairan yang kurang baik, belum
optimalnya pengendalian hama/penyakit, dan belum adanya upaya penanganan
panen dan pasca panen dengan baik, dan mengakibatkan produktivitas menjadi
rendah dan tidak memberikan keuntungan yang optimal bagi petani. Hasil
usahatani dengan pola seperti ini juga tidak bisa diandalkan untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi dalam negeri, ekspor dan industri pengolahan yang
cenderung terus meningkat.
Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Wonosobo (2015) dari 15
kecamatan di kabupaten Wonosobo yang memiliki area terluas untuk
penanaman kubis dan produksi kubis tertinggi adalah kecamatan Kejajar. Data
secara rinci dapat dilihat pada Tabel 1.
3

Tabel 1
Luas Tanam dan Produksi Kubis Menurut Kecamatan
di Kabupaten Wonosobo Tahun 2014

Luas Area Panen


No Kecamatan
(Ha) Produksi (Kw)

1 Wadaslintang - -

2 Kepil 29 3.894

3 Sapuran 245 37.493


4 Kalibawang - -

5 Kaliwiro - -

6 Leksono - -

7 Sukoharjo - -
8 Selomerto - -

9 Kalikajar 384 65.641

10 Kertek 332 73.639

11 Wonosobo 31 6.080
12 Watumalang 72 10.216

13 Mojotengah 157 28.358

14 Garung 676 111.826

15 Kejajar 1.634 253.866


Jumlah 3.560 591.013
Sumber : Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Wonosobo (2015)

Tabel 1 menjelaskan bahwa pada tahun 2014 kecamatan Kejajar


merupakan kecamatan yang memiliki luas panen kubis terbesar dikabupaten
Wonosobo. Luas panennya mencapai 1.634 Ha. Produksi kubis yang dihasilkan
yaitu sebesar 253.866 Kw. Hal ini menunjukkan bahwa kecamatan Kejajar
berpotensi dalam usahatani kubis dan dapat meningkatkan produksi tanaman
kubis dengan baik.
4

Menurut data Kecamatan Kejajar Dalam Angka Kabupaten Wonosobo


tahun 2014 dari 16 Desa/Kelurahan di kecamatan Kejajar yang menghasilkan
kubis tertinggi adalah Desa Surengede. Data secara rinci dapat dilihat pada
Tabel 2.

Tabel 2
Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Kubis di Kecamatan Kejajar 2014
No Desa/Kelurahan Luas Panen Produksi (kw) Produktivitas
(ha) (kw/ha)
1 Buntu 15.934 2.215.813 13.906
2 Sigedang 7.128 1.098.188 15.406
3 Tambi 11.217 1.729.889 15.423
4 Kreo 17.192 2.614.270 15.207
5 Serang 18.974 3.032.165 15.981
6 Kejajar 18.869 2.381.027 12.619
7 Igirmranak 8.910 2.808.640 31.521
8 Surengede 20.756 2.973.854 14.328
9 Tieng 18.135 2.789.203 15.380
10 Parikesit 13.942 2.138.065 15.335
11 Sembungan 6.394 981.566 15.350
12 Jojogan 6.080 942.692 15.505
13 Patakbanteng 10.063 1.564.675 15.548
14 Dieng 3.040 466.487 15.345
15 Sikunang 6.499 991.285 15.252
16 Campursari 14.466 1.516.082 10.480
Jumlah 197.599 30.243.901 252.586
Sumber: Kecamatan Kejajar Dalam Angka (2015)

Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa desa Surengede merupakan


salah satu desa di kecamatan Kejajar dengan luas panen yang tertinggi.
Produksi kubis mencapai 2.973.856 Kw, dengan luas panen sebesar 20.756 Ha,
5
dan produktivitas sebesar 14.328 Kw/Ha.
6

B. Identifikasi Masalah

Desa Surengede merupakan kawasan daerah pegunungan di Kabupaten


Wonosobo, secara geografis memiliki luas wilayah 5.762,00 ha, atau 5,85%
dari luas Kabupaten Wonosobo dengan ketinggian wilayah antara 1.360-2.302
m diatas permukaan laut. Penduduk desa Surengede mayoritas sebagai petani
kubis.
Desa Surengede merupakan penghasil kubis dengan luas lahan yang
tertinggi di kecamatan Kejajar. Faktor produksi yang umumnya digunakan oleh
petani kubis di Desa Surengede terdiri dari luas lahan, bibit, tenaga kerja dalam
keluarga, tenaga kerja luar keluarga , pupuk kandang (kotoran ayam), pupuk
urea, dan pestisida.
Luas lahan dalam usahatani kubis sebagai salah satu faktor produksi
yang merupakan pabriknya hasil pertanian mempunyai kontribusi yang cukup
besar terhadap usahatani. Selain luas lahan untuk mendukung usahatani kubis
diperlukan pupuk, baik pupuk organik maupun pupuk anorganik. Pupuk
organik yang biasanya digunakan oleh petani kubis di desa Surengede adalah
pupuk kandang (kotoran ayam) sedangkan pupuk anorganik berupa urea.
Pupuk kandang (kotoran ayam) digunakan sebagai pupuk dasar, pupuk urea
digunakan sebagai pupuk pelengkap. Tenaga kerja merupakan salah satu faktor
produksi yang memegang peran penting di dalam kegiatan usahatani.
Kelangkaan tenaga kerja berakibat mundurnya penanaman sehingga
berpengaruh pada pertumbuhan tanaman dan kualitas produk.
7

C. Batasan Masalah dan Asumsi Penelitian

1. Batasan Masalah

a. Penelitian dilaksanakan di desa Surengede kecamatan Kejajar kabupaten


Wonosobo.
b. Penelitian dilakukan pada proses produksi usahatani kubis 1 musim
tanam pada bulan November tahun 2016 sampai Februari tahun 2017.
c. Petani yang dijadikan sampel adalah petani pemilik penggarap.

2. Asumsi Penelitian

a. Produksi kubis terjual secara keseluruhan.

b. Harga faktor-faktor produksi merupakan harga yang berlaku di daerah


penelitian dan dianggap tidak berubah selama penelitian.
c. Harga kubis berupa harga ditingkat petani di desa Surengede.

D. Rumusan Masalah

1. Bagaimana teknik budidaya kubis di desa Surengede?

2. Berapa biaya, penerimaan, pendapatan dan keuntungan usahatani kubis di


desa Surengede?
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kubis di desa Surengede?

E. Tujuan Penelitian
8
1. Mengetahui teknik budidaya kubis di desa Surengede.

2. Mengetahui biaya, penerimaan, pendapatan dan keuntungan usahatani kubis


di desa Surengede.
9

3. Mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh pada produksi kubis di desa


Surengede.

F. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti, menambah wawasan peneliti. Peneliti ini merupakan salah


satu syarat dalam meraih gelar Sarjana Pertanian di Program Studi
Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purworejo.
2. Bagi Petani, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan bahan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan pengembangan usahatani
kubis, serta dapat meningkatkan pendapatan petani kubis.
3. Bagi pemerintah daerah setempat, menjadi bahan pertimbangan dan evaluasi
untuk menentukan kebijakan di dunia pertanian, pada komoditas kubis.
4. Bagi pihak lain, sebagai tambahan informasi dan referensi bagi pengkajian
penelitian pada masalah yang sama.
8

BAB II.

KAJIAN TEORI, TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA


PIKIR DAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori

1. Tanaman Kubis (Brassica oleracea var. capitata)

Kubis termasuk species Brassica oleracea, famili Cruciferae. Yang


termasuk kubis liar diantaranya adalah Brassica oleracea var. Sylvestris L.,
yang tumbuh disepanjang pantai Laut Tengah dan pantai Laut Atlantik
Eropa Barat (Pracaya,1994:2).
Batang kubis kadang-kadang bercabang dan panjang batang
mencapai 1 meter atau lebih, warna daun hijau biru, yang sering membentuk
roset. Daun besar, panjang dapat mencapai lebih dari 50 cm tebal dan
berdaging. Tanaman dapat biennial atau perennial (Rukmana,1994:17).
Berikut ini adalah susunan taksonomi dari tanaman kubis:
Klasifikasi:

Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Discotyledonae
Ordo : Papavorales
Famili : Cruciferae (Brassicaceae)
Genus : Brassica
Spesies : Brassica oleracea var. Capitata

Tanaman kubis yang dibudidayakan umumnya tumbuh semusim


(annual) ataupun (biennual) yang terbentuk perdu. Sistem perakaran
tanaman kubis relatif dangkal, yakni menembus pada kedalaman tanah
antara 20-30 cm. Batang tanaman kubis umumnya pendek dan banyak

8
9

mengandung air (herbaceous). Di sekeliling batang hingga titik tumbuh


terdapat helai daun yang bertangkai dan lebar-lebar. Berwarna hijau (kubis
putih) atau hijau kemerah-merahan (kubis merah). Daun-daun atas pada fase
generatif akan saling menutupi satu sama lain membentuk krop. Bentuk
krop sangat bervariasi antara bulat telur, gepeng, dan berbentuk kerucut
(Rukmana,1994:26).
2. Morfologi Tanaman Kubis

a. Akar

Tanaman memiliki akar tunggang dan akar serabut. Akar tunggang


tumbuh ke pusat Bumi (ke arah dalam), sedangkan akar serabut tumbuh
kearah samping (horizontal), menyebar dan dangkal (20 cm-30 cm).
Dengan perakaran yang dangkal tersebut, tanaman akan tumbuh cukup
baik apabila ditanam pada tanah yang gembur dan poros.
b. Batang

Batang tanaman kubis bunga tumbuh tegak dan pendek (± 30 cm).


Batang tersebut berwarna hijau, tebal dan lunak namun cukp kuat.
Batang tanaman tidak bercabang, batang tanaman tersebut halus tidak
berambut, dan tidak begitu tampak jelas karena tertutup oleh daun-daun.
c. Daun

Daun kubis bunga berbentuk bulat telur (oval) dengan bagian tepi
daun bergeri, agak panjang seperti daun tembakau dan membentuk celah-
celah yang menyirip agak melengkung kedalam. Daun tersebut berwarna
hijau dan tumbuh berselang seling pada batang tanaman. Daun memiliki
10

tangkai agak panjang dengan pangkal daun yang menebal dan lunak.
Daun-daun yang tumbuh pada pucuk batang sebelum masa bunga
terbentuk, berukuran kecil dan melengkung kedalam melindungi bunga
yang sedang atau baru mulai tumbuh.
d. Bunga

Bunga tanaman merupakan kumpulan massa bunga yang


berjumlah banyak. Bunga tanaman tersebut tersusun dari kuntum-kuntum
bunga yang berjumlah dari 5.000 kuntum bunga yang bersatu
membentuk bulatan yang tebal serta padat (kompak). Pada kubis bunga
(kol bunga), bunga tersebut bervariasi sesuai dengan varietasnya. Ada
yang memiliki masa bunga dengan warna putih bersih, namun adapula
yang memiliki warna putih kekuningan. Kubis bunga memiliki berat
antara 0,5-1,3 kg dengan diameter 20 cm atau lebih, tergantung pada
varietasnya. Kubis bunga memilki tangkai bunga yang berwarna hijau
muda hingga hijau.Bunga pada kubis bunga merupakan bagian yang
paling penting dari tanaman, yang dikonsumsi sebagai sayuran yang
bergizi tinggi. Apabila dibiarkan tumbuh terus (tanpa dipanen), maka
bunga pada tanaman kubis tersebut memanjang menjadi tangkai bunga
yang penuh dengan kuntum bunga. Setiap bunga memiliki 4 helai daun
kelopak, 4 helai daun mahkota, dan 6 helai benang sari.
e. Buah

Tanaman kubis bunga dapat menghasilkan buah yang mengandung


banyak biji. Buah tersebut terbentuk dari hasil penyerbukan sendiri
11

ataupun penyerbukan silang dengan bantuan serangga lebah madu. Buah


berbentuk polong, berukuran kecil, dan ramping, dengan panjang antara
3-5cm. Di dalam buah tersebut terdapat biji berbentuk bulat kecil,
berwarna coklat kehitam-hitaman. Biji-biji tersebut dapat dipergunakan
sebagai benih perbanyakan tanaman.
3. Jenis-jenis Tanaman Kubis

a. Kubis Krop

Kubis krop (telur) juga dikenal dengan istilah kubis putih dengan
nama latin Brassica olerancea L.Var capitata L. Kubis ini daun-
daunnya dapat membentuk krop (menutup satu sama lain), hingga
warnanya menjadi putih. Yang termasuk ke dalam jenis varietas kubis
krop di antaranya adalah: varietas-varietas hybrid K-K cross, K-Y
cross, hybrid 21, R.v.E, Yoshin, Pujon, Segon, Copenhagen Market,
Kubis merah.
Kubis ini diperbanyak dengan biji, yang umumnya dihasilkan di
luar negeri, kecuali kubis yoshin dan pujon yang dihasilkan di dalam
negeri, karena di Indonesia macam kubis R.v.E. ini tidak dapt
berbunga. Demikian pula kubis Argalinna, Wonosobo, dan lain-lain di
Indonesia sulit berbunga, hingga macam kubis ini diperbanyak dengan
stek tunas-tunasnya.
b. Kubis Umbi

Kubis umbi (Brassica oleracea L. Var. Gongyloides L) lebih dikenal


dengan kohlarabi. Ciri kubis ini pada batangnya dapat membentuk
12

umbi yang bentuknya bulat sampai bundar. Umbi dan daunnya dapat
dikombinasi.
c. Kubis Daun

Kubis daun sering kali disebut dengan kubis kampung. Nama


latinnya Brassice oleracea L.var. acephala D. termasuk ke dalam jenis
kubis daun adalah semua jenis tanaman berbagai kale & kailan.
d. Kubis Tunas

Kubis tunas atau sering disebut dengan kubis babat ini bisanya
dapat membentuk krop juga, demikian pula tunas-tunas sampingnya
dapat membentuk krop kecil. Contoh varietas kubis tunas di antaranya
adalah Brusselssprout (Brassica oleracea gemmifera DC). Kubis ini
dapat diperbanyak dengan tunas atau biji.
e. Kubis Bunga

Jenis kubis ini bakal bunganya mengembang, hingga menjadi


telus yang berbentuk kerucut dan berwarna putih kekuning-kuningan.
Tanaman ini diperbanyak dengan biji dan hasil petani sendiri dan hanya
baik ditanam di tempat-tempat yang tingginya lebih dari 800 m dari
permukaan laut, dengan udara sedikit kering. Kubis bunga ini sangat
peka terhadap pH rendah, hingga tumbuhnya menjadi kerdil dan
bunganya kecil.
Dari 5 jenis kubis tersebut hanya kubis krop dan kubis bunga yang paling
banyak dibudidayakan di Indonesia.
13

4. Budidaya Tanaman Kubis

Kubis merupakan tumbuhan sayuran yang termasuk spesies Brassica


oleracea, famili Cruciferae. Tumbuhan ini berasal dari Eropa Selatan dan
Eropa Barat. Tumbuhan kubis tergolong ke dalam tumbuhan semusim.
Terdapat empat jenis kubis yang banyak dibudidayakan diantaranya kubis
krop, kubis kailan, kubis tunas, dan kubis bunga.
a. Syarat Tumbuh

Tanah yang paling sesuai untuk menanam kubis adalah tanah liat
berpasir yang cukup bahan organik. Namun umumnya, kubis baik
ditanam di dataran tinggi pada ketinggian 1000-2000 m di atas
permukaan laut yang bersuhu rendah dan kelembapan tinggi. Kubis tidak
dapat tumbuh pada tanah yang sangat asam. Kubis membutuhkan sinar
matahari yang cukup.
b. Cara Tanam

Kubis dapat ditanam dari biji atau stek. Biji atau stek dapat
ditanam langsung di lapangan atau disemai lebih dulu, jika telah cukup
besar dapat dipindahkan ke lapangan. Pada umumnya, petani lebih
senang jika biji atau stek disemai lebih dulu karena perawatannya lebih
mudah dibandingkan langsung ditanam. Keuntungan melakukan
penyemaian antara lain mudah melakukan proses penyiraman, mudah
melukukan pengawasan tanaman, dan biji atau stek tidak mudah rusak
jika hujan lebat atau panas terik.
14

c. Pengolahan Tanah

Pengolahan tanah dilakukan agar diperoleh kondisi tanah yang


sesuai dengan kebutuhan hidup tanaman. Pengolahan tanah dapat
dilakukan dengan dicangkul, dibajak, atau ditraktor (Pracaya, 2001).
Petani yang memiliki luas lahan sempit umumnya melakukan pengolahan
tanah melalui pencangkulan. Tanah dicangkul sedalam 30-40 cm. Setelah
dicangkul, tanah dibiarkan terbuka 3-4 hari supaya mendapat sinar
matahari. Proses penjemuran dapat mengurangi dan mematikan hama dan
penyakit. Selanjutnya, pembuatan bedengan dilakukan. Bedengan dibuat
dengan tinggi 15 cm agar tidak tergenang air, panjang 8-10 m, lebar 180-
200 cm, dan jarak bedengan antara satu dengan yang lain sekitar 40 cm.
d. Pemeliharaan

Tanaman kubis banyak memerlukan perawatan khusus. Untuk


mengatasi gulma, penyiangan dapat dilakukan dengan mencabut rumput-
rumput atau menggunakan pestisida. Hama paling berbahaya yang
menyerang kubis adalah ulat kubis. Hama ulat kubis (Plutella
maculipennis) dapat dikendalikan dengan Diazinon atau Bayrusil.
Penyakit yang juga sering menyerang kubis disebabkan bakteri
atau cendawan. Penyakit busuk akar yang disebabkan Rhizoktonia sp
dapat dikendalikan dengan bubur Bordeaux atau fungisida yang
dianjurkan. Sedangkan penyakit penting lainnya adalah busuk hitam
(Xanthomonas campestris) dan busuk lunak bakteri (Erwinia carotovora)
dan penyakit pekung Phomalincran penyakit kaki gajah
15

(Plasmodiophora brassicae) belum dapat diatasi. Bila ada tanaman yang


terserang segera dicabut lalu dibakar.
e. Panen dan Pengolahan Hasil

Tanaman kubis dapat dipetik kropnya setelah besar, padat, dan


umur berkisar antara 3-4 bulan setelah penyebaran benih. Hasil yang
didapat rata-rata untuk kubis telur 20-60 ton/ha dan kubis bunga 10-15
ton/ha. Pemungutan hasil jangan sampai terlambat karena kropnya akan
pecah (retak), bahkan kadang kadang dapat menjadi busuk. Sedangkan
untuk kubis bunga, jika terlambat bunganya akan pecah dan keluar
tangkai bunga, hingga mutunya menjadi rendah.
5. Hama dan Penyakit Tanaman Kubis

a. Hama Tanaman Kubis

1) Ulat kubis Plutella maculipennis

Ulat ini memakan bagian daging daun (epidermis) sebelah


bawah yang masih muda, terutama pada pucuk-pucuk daun, hingga
timbul urat-urat daun, hanya bagian epidermis sebelah atas yang tidak
dimakan. Sebelum terlambat ulat dapat diberantas dengan semprotan
insektisida Diazinon atau Bayrusil, dengan konsetrasi larutan 0,1-
0,2% yang dilakukan tiap seminggu sekali, tergantung pada keadaan
hujan.
Saat musim hujan penyemprotan ini harus sering dilakukan.
Penyemprotan jangan dilakukan + 2 minggu sebelum krop akan
16

dipungut untuk menghindari hal-hal yang mungkin timbul akibat


racun ulat tersebut terhadap manusia.
2) Ulat kubis Crocidolomia binotalis

Hama pada tanaman kubis ini sering menyerang daun yang


masih muda, terutama pada krop-kropnya. Dengan demikian kalau
ulat yang sudah masuk ke dalam krop, akan sulit diberantas. Ulat-ulat
ini dapat diberantas dengan semprotan insektisida Bayrusil atau
Diazinon 0,1-0,3%.
b. Penyakit Tanaman Kubis

1) Bakteri

a) Busuk hitam (black root) disebabkan oleh bakteri Xanthomonas


campestris Dows, Bancterium campestris, Pseudomonas
campestris.
b) Busuk lunak atau busuk basah (soft root) disebabkan oleh bakteri
Erwinia carotovora (Jones Dye).
2) Jamur atau cendawan

a) Bercak daun atau bercak alternia (Alternaria brassicae Berk. Sacc)

b) Akar bengkak, akar gada atau Club-root disebabkan oleh jamur

Plasmodiphora brassicae Wor.

c) Tepung berbulu atau Downy mildew disebabkan oleh jamur

Peronospora parasitisca Pers ex Fr.

d) Semai rebah atau damping off disebabkan oleh jamur Rhizotonia


solani Khun, Phytium debaryanum, dan Fusarium sp.
17

e) Kaki hitam atau blackleg disebabkan oleh jamur Phoma lingam

(Tode ex Fr) Desm.

6. Manfaat Tanaman Kubis

Kubis merupakan sumber serat makanan, menyediakan hampir 15


persen dari asupan makanan harian yang disarankan. Serat sangat penting
untuk memastikan sistem pencernaan tubuh berfungsi pada tingkat optimal.
Beberapa manfaat kubis untuk kesehatan adalah sebagai berikut:
a. Kubis memelihara proses lambung

Kubis adalah salah satu solusi alami terbaik untuk radang perut
(disebut tukak lambung). Sebuah penelitian di Stanford University School
of Medicine menemukan bahwa jus kubis segar sangat efektif dalam
mengobati tukak lambung. Sifat anti-radang dari kubis adalah karena
kandungan glutamine tinggi di dalamnya.
b. Kubis untuk Kesehatan Tulang

Kubis sayuran yang sangat banyak mengandung mineral seperti


kalsium, magnesium, dan kalium. Mineral ini dikenal dengan
kemampuannya untuk menjaga kesehatan tulang manusia.
c. Kubis dapat menurunkan berat badan

Kubis adalah pilihan diet yang bagus bagi mereka yang ingin
menurunkan berat badan. Satu cangkir kubis dimasak hanya
mengandung 33 kalori. Itulah sebabnya orang yang diet sup kubis dapat
makan dalam jumlah banyak dari sup tanpa kenaikan berat badan,
sementara masih tetap sehat.
18

d. Kubis dapat Meningkatkan sistem kekebalan tubuh

Karena jumlah tinggi vitamin C, kubis membantu memperkuat


sistem kekebalan dan membantu tubuh melawan radikal bebas.
7. Usahatani

Ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang


mengusahakan dan mengkoordinir faktor-faktor produksi berupa lahan dan
alam sekitarnya sebagai modal sehingga memberikan manfaat yang sebaik-
baiknya. Sebagai ilmu pengetahuan, ilmu usahatani merupakan ilmu yang
mempelajari cara-cara petani menentukan, mengorganisasikan, dan
mengkoordinasikan penggunaan faktor-faktot produksi seefektif dan
seefesien mungkin sehingga sehingga usaha tersebut memberikan
pendapatan semaksimal mungkin (Suratiyah, 2006:8).
8. Biaya Produksi, Penerimaan, Pendapatan, dan Keuntungan

a. Biaya Produksi

Biaya produksi adalah kompensasi yang diterima pemilik faktor


produksi atau biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi (Daniel,
2002:121). Biaya produksi dibedakan menjadi dua macam, yaitu biaya
eksplisit dan biaya implisit. Biaya eksplisit adalah biaya yang benar-benar
dikeluarkan dalam proses produksi, seperti biaya sarana produksi, upah
tenaga kerja luar keluarga. Biaya implisit adalah biaya yang tidak benar-
benar dikeluarkan, tetapi diikutsertakan dalam proses produksi, seperti
biaya tenaga kerja dalam keluarga.
Secara matematis biaya produksi dapat ditulis:
19

TC = TEC + TIC

Keterangan:
TC : Total biaya produksi (total cost)
TEC : Total biaya eksplisit (total axplisit cost)
TIC : Total biaya implisit (total implisit cost)

b. Penerimaan

Penerimaan (total revenue) adalah jumlah produksi atau output


yang dihasilkan (Q) dikalikan dengan harga produksi (P).
Penerimaan dapat dirumuskan sebagai berikut:
TR = P . Q
Keterangan:
TR : Penerimaan total (total revenue)
Q : Jumlah produksi (output) yang dihasilkan
P : Harga produksi (price)

c. Pendapatan

Total pendapatan merupakan hasil pengurangan dari total


penerimaan dengan biaya eksplisit (biaya yang benar-benar dikeluarkan
oleh petani).
Pendapatan dapat dirumuskan senagai berikut:
NR = TR - TEC
Keterangan
NR : Total Pendapatan (Net revenue)
TR : Penerimaan
TEC : Total Biaya Eksplisit (Total Ekplisit Cost)

d. Keuntungan
20
Keuntungan merupakan hasil pengurangan dari total penerimaan
dengan total biaya, atau dapat dirumuskan sebagai berikut:
π = NR - TIC
21

Keterangan:
π : Keuntungan
NR : Total Pendapatan (Net Revenue)
TIC : Total Biaya Implisit(Total Implicit Cost)

9. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi dalam Usahatani


Menurut Soekartawi (1990:4) faktor-faktor yang mempengaruhi produksi
dalam usahatani dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu:
a. Faktor biologi, seperti luas lahan pertanian, bibit, pupuk, obat-obatan,
gulma dan sebagainya.
b. Faktor sosial ekonomi, seperti biaya produksi, tingkat pendapatan,
risiko dan ketidakpastian, kelembagaan, ketersediaan kredit, dan
sebagainya.
Menurut Daniel (2002:50) faktor produksi terdiri dari empat komponen,
yaitu tanah, modal, tenaga kerja, dan skill atau manajemen.
10. Produksi

Produksi adalah proses kombinasi dan koordinasi material-material


dan kekuatan-kekuatan (masukan, faktor, sumberdaya, atau jasa-jasa
produksi) dalam pembuatan suatu output atau produk. Produksi tersebut
dapat berupa barang ataupun jasa (Beattle dan Taylor, 1995:3).
Produksi dalam usahatani adalah usaha menciptakan atau menambah nilai
dan meningkatkan kegunaan suatu barang untuk memenuhi kebutuhan.
11. Fungsi Produksi

Fungsi produksi adalah suatu fungsi yang menunjukkan hubungan


antara hasil produksi fisik (output) dengan faktor-faktor produksi (input)
(Mubyarto, 1986:58). Fungsi produksi adalah hubungan fisik antara
22

variabel yang dijelaskan (Y) dan variabel yang menjelaskan (X). Variabel
yang dijelaskan berupa output dan variabel yang menjelaskan adalah input.
Secara matematis fungsi produksi dapat dijelaskan sebagai berikut:
Y= f(X1, X2, X3,....., XI, Xn)

Keterangan :

Y : Jumlah produk yang dihasilkan (output)


X1, X2, X3,....., XI, Xn : Faktor-faktor produksi
Petani dapat melakukan kebijakan untuk meningkatkan output (Y)
dengan cara menambah jumlah salah satu input yang digunakan, dan
menambah beberapa jumlah input yang digunakan (Daniel, 2002: 122).
a. Fungsi Produksi Cobb-Douglas

Fungsi produksi Cobb-Douglas adalah suatu persamaan yang


melibatkan dua veriabel atau lebih, dimana variabel yang satu disebut
variabel yang dijelaskan atau veriabel dependen (Y), dan yang lain
disebut variabel yang menjelaskan atau independen (X) (Soekartawi,
1990: 153-154).
Fungsi Cobb-Douglas dapat dituliskan sebagai berikut:
Y = X b X b .......X b ......X b eu
1 1 2 2 1 1 nn
= ibi eu

Untuk memudahkan pendugaan maka persamaan tersebut diubah


menjadi bentuk linier berganda dengan cara melogaritmakan persamaan
tersebut, menjadi sebagai berikut:
In Y = In a + b1 In X1 + b2 In X2........+bn In Xn + e
23

Keterangan:
Y : Variabel yang dijelaskan X
: Variabel yang
menjelaskan a,b : Besaran yang
akan diduga
e : Logaritma natural, e = 2,718

Karena penyelesaian fungsi Coob-Douglas selalu dilogaritmakan dan


diubah menjadi fungsi linier maka ada beberapa persyaratan yang harus
dipenuhi, antara lain:
1) Tidak ada nilai nol dalam pengamatan, karena logaritma dari nol
adalah suatu bilangan yang besarnya tidak diketahui (infinite)
2) Tidak ada perbedaan teknologi pada setiap pengamatan

3) Tiap variabel X mempunyai nilai bervariasi diantara sampelnya

4) Perbedaan lokasi sudah tercakup pada faktor kesalahan u.

b. Return to scale (RTS)

Return to scale atau tingkat pengambilan terhadap skala


menunjukkan bagaimana pengaruh suatu kenaikan yang proporsional
dari semua faktor produksi (input) terhadap produksi total (output).
Untuk menjelaskan hal ini maka jumlah besaran elastisitas b1 dan b2
adalah lebih besar dari nol dan lebih kecil atau sama dengan satu.
Persamaan tersebut dapat dituliskan sebagai berikut:
1 < b1 + b2 < 1

Dengan demikian, kemungkinan ada 3 alternatif, yaitu:

1) Constan return to scale (kenaikan produksi tetap), bila (b1 + b2) = 1


berarti penambahan faktor produksi (input) sama dengan
24
penambahan produksi (output).
25

2) Increasing return to scale (kenaikan produksi bertambah), bila (b1 +


b2) > 1 berarti penambahan faktor produksi (input) akan
menghasilkan tambahan produksi (output) yang lebih besar.
3) Decreasing return to scale (kenaikan produksi berkurang), bila (b1 +
b2) < 1 berarti penambahan faktor produksi (input) melebihi
penambahan produksi (output).

B. Tinjauan Pustaka

Penelitian yang telah dilakukan oleh Suryani (2008), tentang “Analisis


Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Usahatani Kubis di desa
Cimenyan, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung”. Analisis faktor-faktor
produksi usahatani yang dilakukan meliputi dua periode yaitu periode awal
musim hujan dan awal musim kemarau. Usahatani yang dilakukan di dua
periode layak dan menguntungkan untuk dilaksanakan. Meskipun usahatani
yang dilakukan di awal musim hujan lebih menguntungkan dibandingkan
dipertengahan musim hujan. Berdasarkan analisis fungsi produksi Cobb
Douglas, produksi usahatani kubis. dalam keadaan normal berada pada kondisi
constant return to scale. Faktor-faktor produksi yang berpengaruh secara
siginifikan dengan elastisitas positif adalah pupuk kandang (selang
kepercayaan 90 persen), benih, pupuk kimia dan pestisida padat (selang
kepercayaan 85 persen). Faktor-faktor produksi yang berpengaruh secara
signifikan dengan elastisitas negatif adalah tenaga kerja (selang kepercayaan
85 persen). Faktor-faktor produksi yang berpengaruh secara signifikan dengan
26

elastisitas negatif adalah tenaga kerja. (selang kepercayaan 85 persen) dan


pestisida cair (selang kepercayaan 80 persen). Usahatani kubis dipertengahan
musim hujan yang mengalami serangan hama dan penyakit pun berada pada
kondisi constant return to scale. Faktor-faktor produksi yang berpengaruh
secara signifikan dengan elastisitas positif adalah pupuk kandang (selang
kepercayaan 75 persen), pupuk kimia (selang kepercayaan 90 persen), dan
pestisida padat (selang kepercayaan 95 persen). Faktor produksi yang
berpengaruh secara signifikan dengan elastisitas negatif adalah tingkat
serangan hama dan penyakit (selang kepercayaan 90 persen). Benih dan
pestisida cair tidak berpengaruh secara signifikan (selang kepercayaan 75
persen).
Defri (2011) melakukan penelitian tentang “Analisis Pendapatan dan
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Usahatani kubis yang Berlokasi di
Desa Purwasari Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor”. Berdasarkan hasil
pendapatan usahatani, produksi usahatani dari sejumlah responden di desa
purwasari dapat dikatakan menguntungkan karena hasil R/C terhadap biaya
tunai maupun biaya total yang lebih besar dari satu menunjukkan bahwa
usahatani kubis ini masih menguntungkan untuk diusahakan. Sedangkan
berdasarkan hasil analisis regresi Cobb-Douglas, untuk model penduga
produksi petani diperoleh koefisien determinasi (R2) sebesar 94,4 persen dan
koefisien determinasi terkoreksi (R2 adj) sebesar 94 persen. Dari hasil uji t
diketahui bahwa produksi kubis di desa purwasari secara statistik nyata
dipengaruhi oleh lahan, bibit per lahan, unsur K per lahan. Hasil uji F
27

menunjukkan bahwa nilai F-hitung 191.699 lebih besar dari F-tabel pada
tingkat kesalahan 1 persen. Hal ini berarti bahwa variabel indivenden: lahan,
bibit, tenaga kerja, unsur N, dan unsur K berpengaruh nyata terhadap produksi
pada tingkat kesalahan 10 persen. Hasil analisis alokasi efisiensi dari faktor
produksi tanah dengan harga sewa tanah per musim tanam per hektar adalah
lebih dari satu (15,33). Hal ini menunjukkan bahwa secara ekonomis alokasi
dari faktor-faktor produksi pada tingkat 0,33 hektar pada musim tanam 2010
belum efisien. Sementara itu rasio NPM-BKM penggunaan tenaga kerja, unsur
N, dan unsur K masing-masing 0,01, 0,99 dan 0,52. Hal ini menunjukkan tidak
efisien pada pengalokasian faktor-faktor produksi tersebut.
Sitompul (2013) melakukan penelitian tentang “Analisis Pendapatan
dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Usahatani Kubis di Kecamatan
Pangalengan Kabupaten Bandung Jawa Barat”. Hasil analisis regresi fungsi
produksi Cobb-Douglass menunjukkan faktor-faktor produksi untuk bibit,
unsur N, unsur P, pupuk kandang, tenaga kerja dalam keluarga, dan tenaga
kerja luar keluarga signifikan atau nyata, sedangkan untuk luas lahan, unsur P,
unsur K, pestisida padat, dan pestisida cair tidak signifikan atau tidak nyata.
Dari semua variabel yang diestimasi, penggunaan tenaga kerja luar keluarga,
berpengaruh negatif terhad produksi kubis. Berdasarkan penjumlahan koefisien
variabel didapatkan nilai 1,655 yaitu lebih dari satu sehingga usahatani kubis
berada pada keadaan inefisien karena penambahan output yang diproduksi
berada pada skala increasing return to scale. Hal ini berarti setiap penambahan
satu persen faktor produksi secara bersama-sama akan diikuti oleh peningkatan
28

produksi yang lebih kecil dari 1 persen. Kombinasi optimal dari alokasi faktor-
faktor produksi pada usahatani kubis di kecamatan Pangalengan dapat dicapai
jika penggunaan bibit ditingkatkan dari 6.160,59 batang menjadi 74.097,27
batang. Penggunaan unsur N ditingkatkan dari 73,54 kg menjadi 2.411,63 kg,
penggunaan pupuk kandang dikurangi dari dari 5.126,93 kg menjadi 3.405,16
kg dan penggunaan tenaga kerja dalam keluarga ditingkatkan dari 13,59 HOK
menjadi 39,76 HOK.
Maulia (2012) melakukan penelitian “Analisis Pendapatan Usahatani
dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Kubis di Desa Cigedug,
Kecamatan Cigedug, Kabupaten Garut”. analisis pendapatan usahatani kentang
antara varietas Grand 11 dan varietas Grand 12 yang dilakukan petani
responden di desa cigedug secara umum dinyatakan menguntungkan dan layak
untuk diusahakan. Hal ini dapat ditunjukkan dari pendapatan rata-rata atas
biaya total yang dicapai petani responden varietas Grand 11 adalah
Rp33.256.875,51 per hektar dan varietas Grand 12 Rp 42.206.449,23 per
hektar. Hal tersebut menunjukkan bahwa penerimaan yang diperoleh petani
responden dalam mengusahakan kentang dapat menutupi biaya usahatani yang
dikeluarkan sehingga usahatani kentang ini menguntungkan untuk diusahakan.
model fungsi Cobb-Douglas diperoleh nilai R-sq sebesar 53,7 persen yang
berarti bahwa variabel bebas seperti jumlah benih, penggunaan dummy
varietas, jumlah pupuk kandang, unsur Nitrogen, unsur Fosfat, unsur Kalium,
fungisida, insektisida, perekat, dan tenaga kerja dapat menjelaskan sebesar 53,7
persen variabel tidak bebas (produktivitas), dan sisanya sebesar 46,3 persen
29

dijelaskan oleh variabel lain yang tidak terdapat dalam model (komponen
error). Faktor-faktor produksi yang berpengaruh nyata terhadap produktivitas
kentang yaitu penggunaan varietas, jumlah pupuk kandang, unsur Fosfat, unsur
Kalium, perekat, dan tenaga kerja. Sementara itu, jumlah benih, unsur
Nitrogen, fungisida, dan insektisida tidak berpengaruh nyata terhadap
produktivitas kentang sehingga penambahan ataupun pengurangan yang
dilakukan tidak membawa perubahan terhadap produktivitas kubis.
Sujana (2010) melakukan penelitian “Analisis Pendapatan dan Faktor-
Faktor Produksi yang Mempengaruhi Usahatani kubis di Desa Lebak
Muncang, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung”. Budidaya kubis yang
dilakukan di desa lebak muncang terdiri dari tahapan-tahapan yaitu
persemaian, pengolahan lahan, penanaman, pemeliharaan, panen dan pasca
panen. Penerimaan yang diperoleh dari produksi kubis untuk petani anggota
kelompok tani per hektar per musim tanam adalah Rp 93.408.741 sedangkan
penerimaan yang diperoleh petani kubis non kelompok tani adalah Rp
90.541.310. Pendapatan atas biaya tunai pada petani anggota kelompok tani
adalah sebesar Rp 39.933.696 dan pendapatan atas biaya total adalah
Rp28.329.244 dengan total biaya tunai yang dikeluarkan adalah Rp 53.475.045
dan biaya total yang dikeluarkan adalah Rp 65.079.497. Petani non kelompok
tani memperoleh pendapatan atas biaya tunai adalah Rp 31.418.945 dan
pendapatan atas biaya total adalah Rp 20.765.060, dengan biaya tunai dan
biaya total yang dikeluarkan secara berturut-turut adalah Rp 59.122.365 dan
Rp69.776.249. Nilai R/C rasio atas biaya tunai untuk petani kelompok tani
30

adalah 1,75 dan R/C rasio untuk biaya total adalah 1,44, sedangkan untuk
petani non kelompok tani R/C rasio atas biaya tunai dalah 1,53 dan R/C rasio
atas biaya total adalah 1,30.
Model fungsi produksi yang digunakan adalah model fungsi produksi
Cobb-Douglass. Berdasarkan hasil analisis pada petani kubis anggota
kelompok tani, variabel-variabel yang nyata pada selang kepercayaan 95
persen adalah benih, pupuk P dan pestisida cair, sedangkan variabel yang
berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 99 persen adalah pupuk kandang,
pupuk K dan tenaga kerja. Pupuk N dan pestisida padat tidak berpengaruh
nyata terhadap produksi kubis. Faktor produksi yang berpengaruh nyata dan
bernilai positif pada petani anggota kelompok tani adalah benih, pupuk
kandang, pupuk P dan tenaga kerja dengan nilai koefisien berturut-turut adalah
0,3310; 1,0311; 0,3453 dan 0,5183 artinya peningkatan benih, pupuk kandang,
pupuk P dan tenaga kerja sebesar satu persen dapat meningkatkan produksi
sebesar nilai koefisiennya. Faktor produksi yang bernilai negatif adalah pupuk
K dan pestisida cair dengan nilai koefisien sebesar -0,7028 dan -0,3334 artinya
peningkatan faktor produksi pupuk K dan pestisida cair sebesar satu persen
dapat menurunkan produksi sebesar nilai koefisiennya.
Tabel 3
Rangkuman Persamaan, Perbandingan Penelitian Terdahulu dan Penelitian Sekarang
Nama dan
Metode Persamaan
No Tahun Judul Tujuan Perbedaan Penelitian
Analisis Penelitian
Penelitian
1 Tri Warni Analisis Produksi 1. Mengetahui produksi Metode Metode Penelitian 1. Waktu bulan:
(2017) Usahatan Kubis di usahatani kubis. Analisis Menggunakan Oktober 2016-
Desa Surengede 2. Mengetahui Regresi dari Deskriptif Agustus 2017
Kecamatan Kejajar biaya,penerimaan, Fungsi 2. Tempat: Desa
Kabupaten pendapatan, dan Produksi Surengede,
Wonosobo keuntungan usahatani Cobb- Kecamatan Kejajar,
kubis. Douglas Kabupaten
3. Mengetahui faktor-faktor Wonosobo
yang mempengaruhi
produksi usahatani kubis.
2 Rifkie Ade Analisis Faktor- 1. Mengetahui faktor-faktor Metode Metode Penelitian 1. Waktu bulan:
Suryani (2008) Faktor Yang produksi yang Analisis Menggunakan Agustus sampai
Mempengaruhi mempengaruhi produksi Regresi dari Deskriptif September 2008
Produksi Usahatani kubis Fungsi 2. Tempat: Desa
Kubis di Desa 2. Mengetahui Produksi Cimenyan Kecamatan

29
Cimenyan biaya,penerimaan, Cobb- Cimenya Kabupaten
Kecamatan pendapatan, dan Douglas Bandung
Cimenya keuntungan usahatani
Kabupaten kubis.
Bandung
3 Defri (2011) Analisis Pendapatan 1. Mengetahui faktor- Metode Metode Penelitian 1. Waktu bulan: Juni
dan Faktor-Faktor faktor produksi yang Analisis Menggunakan sampai Juli 2011
Yang Mempengaruhi mempengaruhi Regresi dari Deskriptif 2. Tempat: Desa
Produksi Usahatani produksi kubis Fungsi Purwasari Kecamatan
kubis di Desa 2. Mengetahui Biaya, Produksi Dramaga Kabupaten
Purwasari Kecamatan pendapatan, Cobb- Bogor
Dramaga Kabupaten penerimaan, Douglas
Bogor keuntungan usahatani
kubis
4 Septian Rizki Analisis Pendapatan 1. Mengidentifikasi Analisis Metode Penelitian 1. Waktu bulan: Juni
Sitompul dan Faktor-faktor yang keragaman usahatani Regresi dari Menggunakan sampai Juli 2011
(2013) Mempengaruhi kubis di kecamatan Rungsi Deskriptif 2. Tempat: Kecamatan
Usahatani Kubis di Pangalengan Produksi Pangalengan
Kecamatan 2. Menganalisis Cobb- Kabupaten Bandung
Pangalengan pendapatan usahatani Douglas Jawa Barat
Kabupaten Bandung kubis dan faktor-faktor
Jawa Barat. yang
mempengaruhi produksi
kubis.

30
5 Syifa Maulia Analisis Pendapatan 1. Menganalisis Analisis Metode Penelitian 1. Waktu bulan: 7 Mei
(2012) Usahatani dan Faktor- pendapatan usahatani Regresi dari Menggunakan sampai dengan 31
Faktor yang kubis varietas Grand 11 Fungsi Deskriptif Mei 2012
mempengaruhi dan Grand 12 Produksi 2. Tempat: Desa
produktifitas kubis di 2. Menganalisis faktor- Cobb- Cigedug, Kecamatan
desa cigedug, faktor yang Douglas Cigedug, Kabupaten
kecamatan cigedug, mempengaruhi Garut
kabupaten garut produksi kubis
6 Wulandara Analisis Pendapatan 1. Menganalisis Analisis Metode Penelitian 1. Waktu bulan:
Sujana (2010) dan Faktor-Faktor pendapatan usahatani Regresi dari Menggunakan Agustus hingga
Produksi yang kubis pada kelompok Fungsi Deskriptif September 2010
Mempengaruhi tani dan non kelompok Produksi 2. Desa Lebak
Usahatani kubis di tani Cobb- Muncang,
Desa Lebak Muncang, 2. Menganalisis faktor- Douglas Kecamatan Ciwidey,
Kecamatan Ciwidey, faktor apa saja yang Kabupaten Bandung
Kabupaten Bandung. mempengaruhi
produksi kubis pada
kelompok tani dan non
kelompok tani

31
C. Kerangka Pikir

Penerimaan Usahatani Kubis Biaya Eksplisit:


TR = P . Q a. Pajak lahan
b. Bibit
c. Pupuk kandang
Faktor Produksi:
Pendapatan
Keuntungan (kotoran ayam)
a. Luas lahan (Ha)
TR- –TIC
π = =NR
NR TEC d. Pupuk Urea
b. Bibit (Kg)
e. TK luar keluarga
c. TKDK (HKO)
d. TKLK (HKO) f. Penyusutan alat
e. Pupuk Kandang (kotoran
ayam) (Kg)
f. Pupuk Urea (Kg) Biaya Implisit:
Analisis fungsi produksi a. TK dalam keluarga
g. Pestisida (ml)
Cobb-Douglas b. Sewa lahan sendiri
c. Bunga Modal Sendiri

Uji F

32
Uji t

Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir


33

36

Keterangan:

Dalam usahatani kubis yang dilakukan di Desa Surengede serangkaian


kegiatan yang dilakukan dari awal mulai usahatani sampai akhir usahatani.
Usahatani kubis yang dilakukan petani tidak terlepas dari penggunaan faktor-
faktor produksi produksi yang digunakan, faktor-faktor produksi usahatani kubis
meliputi luas lahan, bibit, tenaga kerja dalam keluarga, tenaga kerja luar keluarga,
pupuk kandang (kotoran ayam), pupuk urea, dan pestisida akan mempengaruhi
produktivitas kubis yang dihasilkan. Untuk menganalisis faktor-faktor produksi
apa saja yang mempengaruhi produksi kubis menggunakan analisis fungsi
produksi Cobb-Douglas. Selanjutnya untuk menentukan hipotesis dengan uji F
untuk mengetahui apakah semua variabel independen mempunyai pengaruh
secara simultan terhadap variabel dependen, jika Fhitung > Ftabel maka hipotesis nol
Ho ditolak, yang berarti bahwa variabel independen (X) secara simultan (bersama-
sama) berpengaruh terhadap variabel dependen (Y), jika nilai Fhitung > Ftabel maka
hipotesis nol diterima, yang berarti bahwa variabel independen (X) secara
simultan tidak berpengaruh terhadap variabel dependen (Y). Uji t digunakan
untuk mengetahui seberapa besar pengaruh masing-masing variabel independen
secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Jika nilai thitung >
ttabel maka Ho ditolak yang berarti bahwa variabel independen (X) berpengaruh
secara individual terhadap variabel dependen (Y), Jika nilai thitung > ttabel maka Ho
diterima yang berarti bahwa variabel independen (X) tidak berpengaruh secara
individual terhadap variabel dependen (Y).
34

37

Penggunaan faktor produksi juga akan mempengaruhi besarnya biaya yang


dikeluarkan petani, biaya tersebut meliputi biaya eksplisit yang meliputi
pembelian pajak lahan, benih, pupuk organik (kotoran ayam), pupuk urea,
pestisida, upah tenaga kerja luar keluarga, biaya penyusutan alat, dan biaya
implisit meliputi upah tenaga kerja dalam keluarga, sewa lahan sendiri.

D. Hipotesis Penelitian

Diduga penggunaan faktor-faktor produksi berupa luas lahan, bibit, tenaga


kerja dalam keluarga, tenaga kerja luar keluarga, pupuk organik (kotoran ayam),
pupuk urea, pestisida yang digunakan dalam usahatani kubis berpengaruh nyata
terhadap produksi kubis.
38

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain dalam penelitian menggunakan metode survey, yaitu


pengumpulan data dari sejumlah unit atau individu dalam waktu (atau jangka
waktu) yang bersamaan dengan menggunakan beberapa daftar pertanyaan
berbentuk kuesioner (Singarimbun dan Efendi, 1995:3). Penelitian
mendapatkan data penelitian dengan cara membagikan kuesioner dan
wawancara kepada sampel responden penelitian. Data sekunder diperoleh
peneliti dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Wonosobo dan Dinas
Pertanian Kabupaten Wonosobo.
Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan diolah, dianalisis dan
diproses lebih lanjut dengan teori dalam tinjauan pustaka. Metode penelitian
dirancang melalui langkah-langkah penelitian dari operasional variabel,
penentuan jenis dan sumber data, metode pengumpulan data diakhiri dengan
rancangan pengujian hipotesis.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di desa Surengede kecamatan Kejajar kabupaten


Wonosobo.
39

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2016 sampai Agustus 2017
dimulai dari penyusunan proposal sampai dengan ujian, jadwal kegiatan
sebagai berikut :
Tabel 4
Waktu Penelitian
Bulan
No Kegiatan
Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst
1 Survey
Penyusunan
2
Proposal
Pelaksanaan
3
Penelitian
4 Analisis
Penyusunan
5
Laporan
6 Ujian

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Metode Penentuan Lokasi Penelitian

Penentuan lokasi penelitian dilakukan berdasarkan pertimbangan


bahwa desa Surengede merupakan desa yang melakukan usahatani kubis
terbesar di kecamatan Kejajar, yang dibuktikan pada tabel 2 tentang luas
panen, produksi dan produktivitas kubis di kecamatan Kejajar.
2. Pengambilan Sampel Responden

Menurut Singarimbun dan Effendi (1995:155), data yang dianalisis


40
harus menggunakan jumlah sampel yang cukup besar sehingga dapat
mengikuti distribusi normal.
Untuk menentukan sampel petani menggunakan rumus Yamame:
41

n=

keterangan:
n = Jumlah sampel
N = Populasi
d2 = Presisi (15%)

Desa Surengede terdapat 8 kelompok tani yaitu Tani Syariah, Sprayer,


Ampera, Al Hikmah, Tani Muda, Rimba Berkarya, Dombos Indah, dan
Sekar Wangi. Jumlah petani kubis yang tergabung dalam ke 8 kelompok
tani tersebut adalah 100 orang.
Berdasarkan rumus Yamame, maka diperoleh sampel petani kubis
sebanyak:

n=
()

n=

n = 30,76 (32 Petani)

Sampel yang diambil sebanyak 32 petani kubis. Pengambilan sampel


petani dilakukan dengan metode proportional random sampling, yaitu
pengambilan sampel dengan memisahkan elemen-elemen populasi kedalam
kelompok-kelompok, kemudian memilih sampel sesuai dengan setiap
populasi, kemudian dilakukan random dari setiap kelompok (Nazir, 1988:
346-350). Pengambilan sampel dengan metode proportional random
sampling dapat dilihat pada tabel 5.
42

Tabel 5
Jumlah Kelompok Tani dan Populasi Petani Kubis di Desa Surengede
No Kelompok Tani Populasi Sampel
1 Tani Syariah 15 15/100x31=5
2 Sprayer 10 10/100x31=3
3 Ampera 10 10/100x31=3
4 Al Hikmah 15 15/100x31=5
5 Tani Muda 15 15/100x31=5
6 Rimba Berkarya 15 15/100x31=5
7 Dombos Indah 10 10/100x31=3
8 Sekar Wangi 10 10/100x31=3
Jumlah 100 32
Sumber: Data Primer (2016)

Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa desa Surengede terdapat 8


kelompok tani yaitu Tani Syariah, Sprayer, Ampera, Al Hikmah, Tani
Muda, Rimba Berkarya, Dombos Indah, dan Sekar Wangi. Jumlah petani
kubis yang tergabung dalam ke 8 kelompok tani tersebut adalah 100 orang.

D. Variabel Penelitian

Penelitian membedakan objek penelitian menjadi dua variabel yaitu:

1. Variabel bebas (independen variabel x) yaitu variabel yang mempengaruhi


variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian yang dilakukan ini adalah:
a. Penggunaan luas lahan (X1)

b. Bibit (X2)

c. TKDK (HKO) (X3)


43

d. TKLK (HKO) (X4)

e. Pupuk organik kotoran ayam (X5)

f. Pupuk urea (X6)


44

g. Pestisida cair (X7)

2. Variabel terikat (dependen variabel Y) variabel yang dipengaruhi oleh


variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah produksi
kubis yang dihasilkan.
E. Definisi Operasional

1. Kubis adalah jenis sayuran daun yang mulai dibudidayakan oleh petani,
terutama di dataran tinggi dengan ketinggian 1.000-2.000 mdpl.
2. Usahatani kubis adalah usaha budidaya kubis di lahan tegalan di Desa
Surengede selama satu musim tanam.
3. Petani sampel adalah petani memiliki garapan yang menanam kubis,usia
produktif dan mampu berpikir realistis.
4. Jumlah produksi kubis (Y) yang dihasilkan adalah kubis yang sudah
dipanen, dinyatakan dalam kilogram (Kg).
5. Luas lahan (X1) adalah luas lahan yang digunakan untuk menanam kubis,
dinyatakan dalam hektar (ha).
6. Jumlah bibit (X2) adalah jumlah penggunaan bibit kubis, dinyatakan dalam
satuan batang.
7. Tenaga kerja adalah seluruh tenaga kerja yang digunakan dalam usahatani
kubis, selama satu musim tanam baik tenaga kerja dalam keluarga,
maupun tenaga kerja luar keluarga dan dinyatakan dalam satuan hari kerja
orang (HKO), yang terdiri dari TKDK (X3) dan TKLK (X4). Nilai tenaga
kerja berdasarkan upah dan dinyatakan dalam rupiah (Rp).
45

8. Pupuk organik (kotoran ayam) (X5) adalah jumlah pupuk organik yang
digunakan dalam usahatani kubis selama satu musim tanam dan
dinyatakan dengan satuan kilogram (Kg). Harga pupuk organik dinyatakan
dengan satuan rupiah (Rp).
9. Pupuk urea (X6) adalah jumlah pupuk yang digunakan dalam usahatani
kubis selama satu musim tanam dan dinyatakan dengan satuan kilogram
(Kg). Harga pupuk urea dinyatakan dengan satuan rupiah (Rp).
10. Pestisida cair (X7) adalah obat yang digunakan oleh petani untuk
memberantas hama dan penyakit pada tanaman kubis, dinyatakan dalam
mililiter (ml).
11. Biaya eksplisit adalah biaya yang benar-benar dikeluarkan oleh petani
dalam proses produksi, dinyatakan dalam rupiah (Rp).
12. Biaya implisit adalah biaya yang tidak benar-benar dikeluarkan, tetapi
diikutsertakan dalam proses produksi, dinyatakan dalam rupiah (Rp).
13. Penerimaan adalah jumlah produksi kubis dikalikan dengan harga jual,
dinyatakan dalam rupiah (Rp).
14. Pendapat adalah hasil pengurangan dari total penerimaan dengan biaya
eksplisit, dinyatakan dalam rupiah (Rp).
15. Keuntungan adalah hasil penjualan kubis dikurangi dengan semua biaya
produksi, dinyatakan dalam rupiah (Rp).
16. Faktor produksi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah masukan yang
digunakan pada usahatani kubis untuk satu kali musim tanam, yang berupa
46

luas lahan, tenaga kerja, benih, pupuk organik (kotoran ayam), pupuk urea,
dan pestisida.

F. Pengumpulan Data

Data yang diambil dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.

1. Data Primer

Data yang diperoleh berdasarkan pengamatan langsung dilapangan maupun


wawancara langsung pada petani yang bersangkutan. Data primer meliputi
observasi, kuesioner, wawancara, dan pencatatan teknik tersebut digunakan
untuk mendapatkan data primer.
a. Observasi

Yaitu pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti untuk


memperoleh gambaran secara jelas.
b. Kuesioner

Yaitu blangko yang berisi pertanyaan yang diberikan untuk responden


harus diisi dan di jawab guna mendukung data-data dalam penenlitian.
c. Wawancara

Yaitu pengumpulan data melalui tanya jawab secara langsung dengan


responden, dengan menggunakan kuesioner yang telah dipersiapkan oleh
peneliti.
d. Pencatatan

Yaitu pengumpulan data dengan cara mencatat data yang diberikan


responden (petani) dan instansi terkait.
47

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang telah tersedia dalam berbagai


bentuk. Biasanya sumber data ini lebih banyak sebagai data statistik atau
data yang sudah diolah sedemikian rupa sehingga siap digunakan. Data
dalam bentuk statistik biasanya tersedia pada kantor-kantor pemerintah, biro
jasa data, perusahaan swasta atau badan lain yang berhubungan dengan
penggunaan data. Sumber utama data statistik di Indonesia adalah Badan
Pusat Statistik (BPS) (Daniel, 2003:113). Data sekunder yang diperlukan
dalam penelitian ini meliputi kecamatan Kejajar dalam angka seperti (luas
tanam dan produksi kubis, luas panen, produksi, produktivitas kubis),
monografi desa Surengede seperti (jumlah penduduk, umur penduduk, mata
pencaharian penduduk, tingkat pendidikan, dan kelembagaan).

G. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah semua alat yang digunakan untuk


mengumpulkan, menarik, menyelidiki suatu masalah atau mengumpulkan,
mengolah, menganalisis dan menyajikan data-data secara sistematis serta
objektif dengan tujuan memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu
hipotesis. Alat yang digunakan sebagai berikut:
1. Kuesioner

2. Fungsi Cobb-Doughlas

3. SPSS versi 16
48

H. Metode Analisis Data

1. Usahatani Kubis

Kubis merupakan usahatani yang banyak di usahakan oleh petani


daerah pegunungan di desa Surengede kecamatan Kejajar kabupaten
Wonosobo. Keberhasilan usahatani kubis tidak terlepas dari penggunaan
faktor-faktor produksi seperti luas lahan, bibit, tenaga kerja dalam keluarga,
tenaga kerja luar keluarga, pupuk kandang (kotoran ayam), pupuk urea, dan
pestisida. Penggunaan faktor produksi akan berpengaruh terhadap
banyaknya biaya yang dikeluarkan dan pendapatan yang diterima petani.
Analisis data yang digunakan untuk mengetahui besarnya biaya produksi,
dan pendapatan yang diterima petani adalah:
a. Biaya Produksi

Besarnya biaya produksi dalam usahatani kubis, menggunakan rumus


sebagai berikut:
TC = TEC + TIC

Keterangan:
TC : Total biaya produksi (total cost)
TEC : Total biaya eksplisit (total explisit cost)
TIC : Total biaya implisit (total implisit cost)

b. Penerimaan

Penerimaan dalam usahatani kubis, dapat dirumuskan sebagai berikut:


TR = P . Q
Keterangan:
TR : Total Penerimaan
Q : Jumlah kubis yang dihasilkan
P : Harga jual kubis
49

c. Pendapatan

Pendapatan dapat dirumuskan sebagai berikut:


NR = TR – TEC
Keterangan:
NR : Total Pendapatan (Net revenue)
TR : Total Penerimaan (Total revenue)
TEC : Total Biaya Eksplisit (Total Explisit Cost)

d. Keuntungan

Keuntungan merupakan hasil pengurangan dari total penerimaan dengan


total biaya, atau dapat dirumuskan sebagai berikut:
π = NR - TIC

Keterangan:
π : Keuntungan Usahatani Kubis
NR : Total Pendapatan (Net Reveneu)
TIC : Total Biaya Implisit (Total Implicit cost)

2. Fungsi Produksi Cobb-Douglas

Fungsi Cobb-Douglas dapat dituliskan sebagai berikut:

Y = X1b1X2b2 X3b34X b45X b5X6b6


= X bieu
i

Diubah dalam bentuk logaritma natural:

In Y = log a + bI In XI + b2 In X2 + b3 In X3 + b4 In X4 + b5 In X5 + b6 In X6
50
+ b7 In X7

Keterangan:

Y : Produksi kubis
X1 : Luas lahan
X2 : Bibit
X3 : TKDK
X4 : TKLK
51

X5 : Pupuk organik (kotoran ayam)


X6 : Pupuk urea
X7 : Pestisida
a,b Besaran yang akan diduga

Berdasarkan analisis regresi akan diperoleh koefisien regresi masing-


masing faktor yang berpengaruh dan sejauh mana hubungan faktor-faktor
tersebut mempengaruhi variabel dependen (Y). Selanjutnya akan diuji
dengan metode statistik, yaitu sebagai berikut:
a. Uji F

Uji F dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel


independen (X) mempunyai pengaruh secara simultan terhadap variabel
dependen (Y).
1) Menentukan hipotesis nol dan hipotesis alternatif.

Ho : bi = 0
Ha : bi ≠ 0

2) Mencari nilai F dari tabel distribusi F dan nilai hitung.

Fhitung = R2 / (k-I)

(1-R2) / (n-k)

Keterangan:
R2 : Koefisien determinasi
k : Jumlah parameter
n : Jumlah sampel

3) Membandingkan nilai F hitung dengan Ftabel dari tabel


52
Jika nilai Fhitung > Ftabel, maka hipotesis nol Ho ditolak, yang berarti
bahwa variabel independen (X) secara simultan (bersama-sama)
berpengaruh terhadap variabel dependen (Y).
53

Jika nilai Fhitung < Ftabel, maka hipotesis nol diterima, yang berarti
bahwa variabel independen (X) secara simultan tidak berpengaruh
terhadap variabel dependen (Y).
b. Uji t

Uji t dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh


masing-masing variabel independen (X) secara individual dalam
menerangkan variasi variabel dependen (Y).
1) Menentukan hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha).

Ho : bi = 0
Ha : bi ≠ 0

2) Mencari t hitung dan nilai kritis dari tabel distribusi t. Nilai t hitung
dicari dengan rumus:

t hitung =

Keterangan:
bi = koefisien regresi
Se = standard error dari b

3) Membandingkan nilai t hitung dengan t kritis (ttabel) dari tabel.

Jika nilai thitung > ttabel, maka Ho ditolak, yang berarti bahwa variabel
independen (X) berpengaruh secara individual terhadap variabel
dependen (Y).
Jika nilai thitung < ttabel, maka Ho diterima, yang berarti bahwa variabel
independen (X) tidak berpengaruh secara individual terhadap variabel
dependen (Y).
DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2011. Budidaya tanaman kubis. Diakses dari http://agriculturpr

Badan Pusat Statistik. 2016. Kecamatan Kejajar Dalam Angka .


Wonosobo. Badan Pusat Statistik. 2016. Dinas Pertanian dan
Perikanan. Wonosobo.
Daniel, Moehar. 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: Bina Aksara.

Defri, 2011, Analisis pendapatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi


produksi usahatani ubi jalar yang berlokasi di Desa Purwasari
Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Skripsi: Universitas
Institut Pertanian 5Bogor.

Boediono. 1982. Ekonomi Mikro. BPFE-Yogyakarta. Yogyakarta.

Maulia Syifa, 2012. Analisis Pendapatan Usahatani dan Faktor-Faktor yang


Mempengaruhi Produktivitas Kentang di Desa Cigedug,
Kecamatan Cigedug, Kabupaten Garut. Skripsi: Universitas
Institut Pertanian Bogor.

Mubyarto, 1986. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta


Mulyono, S. 2007. Bercocok Tanam Kubis. Jakarta: Azka Mulia
Media. Nazir, Moh.1986. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia.
Jakarta
Pemerintah Desa Surengede. 2016. Monografi Desa Surengede Tahnun 2016.
Wonosobo.

Pracaya. 2001. Kol alias Kubis. Depok: Penebar Swadaya

Rifkie Ade Suryani , 2008. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi


produksi usahatani kubis di desa Cimenyan, Kecamatan
Cimenyan, Kabupaten Bandung. Skripsi: Institut Pertanian
Bogor.

Anda mungkin juga menyukai