RENCANA PEMBANGUNAN
JANGKA MENENGAH DAERAH
│RPJMD│
PROVINSI MALUKU UTARA
2019-2024
DAFTAR ISI
i
RANCANGAN AKHIR RPJMD
PROVINSI MALUKU UTARA 2019-2024
ii
RANCANGAN AKHIR ⌠RPJMD PROVINSI MALUKU UTARA 2019-2024⌡
BAB 1
PENDAHULUAN
Gambar 1.1. Bagan Alur Habungan RPJMD Dengan Dokumen Perencanaan Lainnya
BAB 2
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
Provinsi Maluku Utara terdiri dari 8 kabupaten dan 2 kota, dengan jumlah
kecamatan sebanyak 116 dan desa/kelurahan sebanyak 1.197 yang dirinci seperti
pada Tabel berikut ini.
2) Posisi Geostrategik
Dalam peta geostrategis, Provinsi Maluku Utara terletak pada posisi perbatasan
negara Indonesia dengan perairan internasional, yakni terhadap Laut Pasifik (Negara
Palau) dan pada perairan yang relatif tidak jauh dengan perairan negara Filipina.
Pada posisi yang merupakan perbatasan laut yang demikian maka sistem pertahanan
dan keamanan di wilayah ini harus mendapat perhatian serius karena menjadi
gerbang perbatasan internasional. Berbagai risiko penyusupan atau infiltrasi, illegal
fishing, bajak laut dan sebagainya mengancam Provinsi Maluku Utara karena
posisinya yang berhadapan langsung dengan laut bebas Internasional.
Di bagian sisi barat wilayah Provinsi Maluku Utara, dilalui ALKI III (Alur Laut
Kepulauan Indonesia III), yang merupakan jalur lintasan utama pelayaran
Internasional dari Pasifik melewati Indonesia. Dengan adanya ALKI III ini, maka
wilayah Provinsi Maluku Utara khususnya di kawasan perairannya menjadi suatu
kawasan lintasan Internasional yang memerlukan perhatian ditinjau dari segi
pertahanan dan keamanan nasional.
3) Kondisi/Kawasan
Kawasan Pedalaman
Salah satu problem pembangunan provinsi Maluku Utara adalah masih banyak
daerah yang belum tersentuh pembangunan. Kawasan Pedalaman merupakan daerah
yang secara geografis letaknya jauh dari pesisir pantai. Kondisi geografis yang
demikian membuat kawasan pedalaman sangat tertinggal dari kawasan pesisir.
Orientasi pembangunan yang masih mengutamakan wilayah pesisir sebagai titik
sentuh kebijakan menjadikan disparitas antar kawasan pesisir dan pedalaman
semakin besar. Penyebaran kawasan pedalaman di provinsi Maluku Utara terdapat di
beberapa kabupaten dan kota. Di Kota Tidore Kepulauan wilayah pedalaman berada
di kecamatan Oba selatan. Kabupaten Halmahera Barat daerah pedalaman berada di
kecamatan Sahu, Ibu, Loloda. Di wilayah Kabupaten Halmahera Utara daerah
pedalaman berada di Kecamatan Kao Barat, Galela barat, galela selatan. Di
kabupaten Halmahera Timur, daerah pedalaman berada di kecamatan Wasilei,
Wasilei selatan dan kecamatan Maba. Kabupaten Pulau Morotai, daerah pedalaman
berada di kecamatan Morotai Selatan. Kawasan pedamalan di wilayah Kabupaten
Halmahera Tengah berada di kecamatan Weda Tengah dan Weda selatan. Di wilayah
Halmahera Selatan, daerah pedalaman berada di kecamatan Kasiruta Dalam dan
Gane Timur. Kepulauan Sula dan Taliabu, daerah pedalaman berada di kawasan
taliabu. Pemerintah daerah perlu memfokuskan pembangunan dan pengembangan
kawasan agar keterkaitan antar daerah bisa diwujudkan sebagai kawasan ekonomi
yang maju dan adil.
Kawasan Terpencil
Kawasan terpencil secara geografis merupakan kawasan yang terletak jauh dari
kota dan kurang berhubungan dengan dunia luar. Untuk dapat digolongkan sebagai
daerah terpencil, harus memenuhi 2 (dua) persyaratan yang bersifat kumulatif, yaitu:
1. Daerah itu sulit dijangkau karena kekurangan atau keterbatasan prasarana
dan sarana angkutan umum, baik darat, laut maupun udara, dan
2. Prasarana dan sarana sosial dan ekonomi tidak tersedia, atau walaupun
tersedia tetapi dalam keadaan yang sangat terbatas, sehingga untuk
menjalankan usahanya para penanam modal harus menyediakan sendiri
prasarana dan sarana sosial dan ekonomi dimaksud.
Prasarana ekonomi dimaksud adalah pelabuhan, jalan dari pelabuhan menuju
lokasi (access road), jalan lingkungan, penyediaan air bersih, penyediaan tenaga
listrik, dan prasarana lain di bidang ekonomi yang diperlukan untuk memungkinkan
berjalannya suatu perusahaan. Jika berdasarkan kreteria daerah tertinggal di provinsi
Maluku Utara yang terdiri dari 10 Kabupaten dan Kota terdapat 7 Kabupaten yang
dikategorikan sebagai daerah tertinggal. Dengan demikian kawasan terpencil di
Provinsi Maluku Utara berada pada 7 Kabupaten yaitu Kabupaten Halmahera Barat,
Halmahera Utara, Halmahera Timur, Halmahera Tengah, Kabupaten Kepulauan
Morotai, Taliabu dan Sula.
Pesisir
Dari total desa/kelurahan sebanyak 1.104 sebanyak 73,55 persen atau 812
merupakan desa pesisir, dan sisanya 26,44 persen merupakan daerah pedalaman/
pegunungan/terpencil yang tersebar di hampir semua kabupaten/kota. Selengkapnya
dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 2.4. Jumlah Desa Pesisir Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku Utara
Kabupaten/Kota Jumlah Desa Pesisir
01 Halmahera Barat 66
02 Halmahera Tengah 37
03 Kepulauan Sula 116
04 Halmahera Selatan 239
05 Halmahera Utara 107
06 Halmahera Timur 69
07 Pulau Morotai 60
71 Kota Ternate 67
72 Kota Tidore Kepulauan 51
Maluku Utara 812
Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Maluku Utara, 2012
C. Topografi Wilayah
1) Kemiringan Lahan
Sebagian besar wilayah Maluku Utara bergunung-gunung dan berbukit-bukit
yang terdiri dari pulau-pulau vulkanis dan pulau karang, sedangkan sebagian lainnya
merupakan dataran.Kondisi topografi Maluku Utara beraneka ragam yaitu mulai dari
datar, landai, curam dan sangat curam dengan bentuk wilayah mulai bentuk pantai,
teras berbukit dan pegunungan. Topografi yang dominan adalah kelas lereng curam
yaitu seluas ±1.707.983,23 Ha atau sebesar 52,39% dari luas keseluruhan. Secara
rinci kondisi kelas lereng dan bentuk topografi di Provinsi Maluku Utara dapat
dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 2.5. Kelas lereng dan bentuk topografi di wilayah Maluku Utara
Berdasarkan Peta Tanah Tinjau Lembaga Penilitian Tanah Bogor tahun 1982,
jenis tanah yang ada di Provinsi Maluku Utara sebanyak 8 jenis tanah, yaitu jenis
Andosol, Latosol, Kompleks, Mediteran Merah Kuning, Organosol, Podsolik Merah
Kuning, Regosol dan Rensina. Secara rinci luas jenis tanah di Maluku Utara dapat
dilihat pada Tabel berikut ini.
Berdasarkan data diatas, jenis tanah yang dominan adalah jenis organosol yaitu
seluas 1.390.078,32 Ha atau (42,64 %) dari luas total wilayah Maluku Utara.
2) Ketinggian Lahan
Pulau Halmahera mempunyai banyak pegunungan yang rapat mulai dari Teluk
Kao, Teluk Buli, Teluk Weda, Teluk Payahe dan Dodinga. Disetiap daerah terdapat
punggung gunung yang merapat ke pesisir, sedangkan pada daerah sekitar Teluk Buli
(di Timur) sampai Teluk Kao (di Utara), pesisir barat mulai dari Teluk Jailolo ke
utara dan Teluk Weda ke selatan dan utara ditemui daerah dataran yang luas.
Di Semenanjung Utara Halmahera terdapat gunung api aktif dan non aktif
dengan bentuk dan struktur yang sangat khas. Di daerah semenanjung utara
Halmahera tersebut tidak ditemukan dataran alluvial. Kemudian, memasuki daerah
Kao ditemukan dataran alluvial yang luas pada daerah pedalaman, dataran vulkanik
yang berombak dan dataran alluvial berawa secara lokal. Pulau Morotai memiliki
banyak kesamaan dengan Pulau Halmahera bagian utara dan timur, yakni dicirikan
oleh gunung-gunung yang berkembang dari batuan sedimen dan batuan beku basa.
Di semenanjung bagian selatan Halmahera lebih didominasi oleh daerah gunung
yang terutama berkembang dari bahan-bahan sedimentasi naal dan batu gamping
(Marl dan Limestone); pada bagian ini terbentang dataran sempit alluvial arah timur-
barat.
Di kawasan sepanjang pantai barat Halmahera terbentang sejumlah pulau besar
dan kecil, yaitu: Ternate di bagian utara sampai Obi di bagian selatan. Pulau-pulau
kecil di bagian utara umumnya merupakan daerah vulkanik yang tersusun dari bahan
andesit dan batuan beku basaltic, dengan kemiringan lereng curam (30-45 persen)
sampai sangat curam (> 45 persen).
Kelompok Pulau Bacan merupakan bentangan lahan pegunungan yang sama
dengan Halmahera Utara, yaitu batuan beku basa dan batuan metamorfik. Walaupun
batuan metamorfik menyebar secara lokal, tetapi merupakan batuan induk dominan
di daerah ini. Di sepanjang pesisir terdapat dataran pantai yang sempit dan di bagian
tengah/pusat Pulau Bacan dibentuk oleh dataran alluvial. Bentang lahan Pulau Obi
mengikuti pola yang sama, bagian tengah didominasi oleh daerah pegunungan
dengan bahan penyusunnya batuan beku basa dan diapit oleh deretan perbukitan dan
batuan sedimen. Kelompok Kepulauan Sulabesi mempunyai struktur yang sama,
tetapi memiliki bahan induk yang berbeda. Sebagian besar daratan Pulau Taliabu dan
Kepulauan Sula merupakan daerah pegunungan dengan puncak tajam dan lereng
curam, berkembang terutama dari batuan metamorfik. Di bagian barat Pulau Sanana
juga ditemukan bahan induk granit.
Kondisi tanah di Provinsi Maluku Utara menunjukkan sifat yang berbeda di
setiap bagian wilayahnya, mulai dari Morotai di bagian utara sampai Sulabesi di
selatan. Kondisi ini disebabkan oleh faktor iklim, yaitu curah hujan dan suhu yang
tinggi, serta struktur geologi di setiap wilayah. Penyebaran dan jenis tanah di
Provinsi Maluku Utara adalah sebagai berikut:
a) Jenis tanah Mediteran terdapat di Pulau Morotai bagian barat – timur -
selatan; Pulau Doi, Kecamatan Loloda;
b) Jenis tanah Podsolik merah kuning Terdapat di Pulau Halmahera, dari utara
ke selatan, Tobelo, Ibu, Obi bagian timur, Sanana, Pulau Taliabu, Wasile,
Oba, Weda dan Maba;
c) Jenis tanah Kompleks terdapat di Pulau Morotai bagian barat dan timur,
Obi bagian tengah, Pulau Halmahera bagian tengah sampai timur;
d) Jenis tanah Latosol terdapat di Loloda, Galela, Jailolo bagian selatan, Gane
Timur, Gane Barat, Bacan Oba, Wasile, Weda dan Maba;
e) Jenis tanah Regosol terdapat di Loloda, Galela, Sahu, Kao, Pulau Ternate,
Pulau Makian, Pulau Obi di pesisir utara;
f) Jenis tanah Aluvial terdapat di Pulau Obi bagian barat dan Pulau Taliabu.
2) Potensi
Dalam sektor pertambangan didukung oleh ketersediaan potensi tambang,
utamanya eksploitasi Emas dan Nikel serta 18 belas jenis bahan galian yang
termasuk golongan A, B dan C yang belum diolah. Pulau Halmahera mempunyai
potensi endapan bahan galian emas yang cukup prospektif, temuan endapan emas
epitermal di daerah Gosowong dengan potensi yang terkandung dalam busur
magnetik. Sumber endapan nikel laterit di daerah teluk Weda yang sampai saat ini
belum dilakukan eksploitasi secara terinci yang berkisar 92.000.000 ton. Indikasi
adanya hidro karbon di Provinsi Maluku Utara ditunjukan oleh gejala rembesan
minyak seperti yang ditemukan di Pulau Halmahera yang dilakukan oleh Pertamina
dan British Petroleum di Cekungan Halmahera Selatan dengan rembesan flour pada
kedalaman 3000 meter, selain itu terdapat potensi panas bumi di Jailolo, energi panas
bumi di Songa Bacan.
Dari berbagai potensi yang dimiliki tersebut, Provinsi Maluku Utara disebut
sebagai laboratorium alam geologi dikarenakan kedudukannya berada pada
tumbukan tiga lempeng tektonik, yaitu lempeng Australia yang bergerak ke arah
selatan, lempeng Eurasia yang bergerak dari arah barat dan Lempeng Pasifik dari
arah barat. Beberapa sumber daya mineral atau bahan galian tambang yang
ditemukan tersebar hampir di seluruh daerah Maluku Utara, seperti; Tembaga,
Uranium, Emas, Nikel, Batu Bara, Alumanium/Bauksit, Magnesit, Pasir Besi,
Titanium, Mangan, Asbes, Kaolin, Diatomit, Batu Permata, Kromit, Pasir Kuarsa,
Batu Gamping, Batu Apung, Granit, Talk, Migas, Potensi Panas Bumi, dan Sumber
Daya Air.
Lokasi/kawasan pertambangan, terdapat cukup banyak dan tersebar di Maluku
Utara dengan berbagai ragam jenis tambang. Namun yang terpenting bahwa
pengembangan lokasi pertambangan tidak merubah fungsi hutan lindung atau
kawasan lindung. Pengembangan secara lebih luas mengenai pertambangan tetap
mengacu pada peraturan perundanganan mengenai kegiatan pertambangan secara
nasional. Pemanfaatan lahan untuk pertambangan adalah pada tatanan kawasan
budidaya yang non produktif di bagian permukaan tanah, sehingga memberikan
manfaat lain pada kondisi tanah yang sebelumnya dianggap non produktif. Bahan
galian tambang tersebut memiliki nilai jual yang tinggi, apabila dimanfaatkan secara
optimal akan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap peningkatan
pengembangan infrastruktur, peningkatan pendapatan asli daerah, serta mampu
merangsang percepatan pembangunan daerah. Potensi sumberdaya diperlihatkan
dalam beberapa Tabel sebagai berikut.
Tabel 2.8. Potensi Sumberdaya Mineral Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Maluku Utara
Kabupaten /
Jenis Lokasi Keterangan
Kota
Nikel Weda, Gebe, Patani Indikasi
Halmahera Pasir
Tengah Besi Tolippe, Kec. Weda Cadangan 1.140
Kromit P. Gebe, Kec. Gebe Indikasi
Kapa-Kapa, Kec Galela Urat Kuarsa @ 76,6 Gr/Ton
Mineralisasi Epotermal @ 1,4
Akelamo, Kec. Galela Gr/Ton
Emas
Gamkehe, Kec. Loloda Kadar 2,7 Gr/Ton
Halmahera Aha, Kec. Morotai Selatan Indikasi
Utara Bere-Bere, Kec. Morotaiutr Indikasi
Supu, Loloda Utara Kadar Mn0257.05 persen
Mangan
P. Doi, P. Rau, P. Dagasuli Indikasi
Besi Loloda Utara Indikasi
Pasir Besi Dorume, Ngajam Indikasi
Kromit Dodaga Indikasi
Cadangan= 120.000.000 Host
Yaba, Kec. Bacan Barat
Rock, Kadar 0,36-62 Gr/Ton
Cadangan= 120.000.000 Host
Kaputusan, Bacan
Rock, Kadar 0,03-0,4 Gr/Ton
Cadangan= 240.000.000 Host
Raroang, Bacan
Rock, Kadar 0,27-0,39 Gr/Ton
Cadangan= 240.000.000 Host
Emas Pigaraja, Bacan Timur
Rock, Kadar 0,39-43 Gr/Ton
Cadangan= 12.000.000 Host Rock,
Sawadae, Bacan
Kadar 2,33 Gr/Ton
Halmahera
Sambiki, Obi Tahap Penelitian
Selatan
Urat Kuarsa, 11.985 Ton Emas
Anggai, Obi
(Dikelola Rakyat)
Kayoa Indikasi
Yaba, Bacan Barat 19 persen
Cadangan 6.000.000 Host Rock
Sayoang, Bacan
Kadar 200 Ppm
Tembaga Obi Selatan Indikasi
P. Kasiruta , Bacan Indikasi
Obilatu, Obi Indikasi
Bibinoi, Kec. Bacan Timur Indikasi
P. Obilatu, Obi 87.700.000 Ton Fe=20 persen
Bobo, Obi Selatan Indikasi
Pasir Besi
Manatahan, Obi Indikasi
Akenia, Obi Indikasi
Luas 39,040 Ha Pemboran
Nikel Buli, Maba Eksplorasi Sementara Cadangan
Halmahera
42.763.460 Ton
Timur
Wayamli, Maba Indikasi
Pasir Besi
Tanjung Buli, Maba Indikasi
Cadangan 72.000.000 Ton, Kadar
Kepulauan Kuyu, Taliabu Barat
Emas 0.12-0,15 Gr/Ton
Sula
Tawate, Sanana Indikasi
Ternate - - -
Tidore Indikasi
Tembaga Payahe, Oba
Kepulauan
Sumber : Dinas ESDM Provinsi Maluku Utara
Tabel 2.9. Potensi Mineral Industri Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku Utara
Kabupaten /
Jenis Lokasi Keterangan
Kota
Diatomit Domato, Kec. Jailolo Endapan tufa, tebal 2-5 m, luas 10
Selatan ha
Halmahera
Kalsit Domato, Kec. Jailolo Pengisi batugamping, tembus
Barat
Selatan cahaya
Magnesit Kp. Podol, Kec Ibu Bongkahan-bongkahan di sungai
Halmahera Perlit Tabogo Abu-abu pada satuan lava
Tengah
Daruba, Morotai Selatan Batugamping Koral, umur kwarter
Halmahera
Batu Gamping Wayabula, Kec. Morotai Putih,koral,umur kwarter, Ca0=53
Utara
Selatan Barat persen
Halmahera Batu Gamping Marituso, Kec. Bacan Putih,kompak,sisipan pada napal
Selatan Barat penyebaran luas, Ca0=54,56
persen
Bentonit Kopel Labuha, Kec. Bacan Hasil pelapukan tufa
Halmahera Batu Gamping Wasilei, Kec. Wasilei Kompak,putih,umur pra tersier
Timur Talk Fayaul, Kec. Wasilei Pada batuan ultrabasa
Selatan
Magnesit Fayaul, Kec. Wasilei
Selatan
Pasir Kuarsa Tabona, Kec. Taliabu Barat Indikasi
Kepulauan
Talk S.Lomot, Kec Taliabu Hasil alterasi hidrotermal
Sula
Barat
Ternate - - -
Tidore Kaolin Akelana, Kec Oba Endapan Tufa, bahan Keramik
Kepulauan
Sumber : Dinas ESDM Provinsi Maluku Utara
Tabel 2.10. Potensi Batu Bara dan Minyak Bumi Menurut Kabupaten/Kota Di Maluku Utara
Kabupaten / Kota Jenis Lokasi Keterangan
Halmahera Barat - - -
Halmahera Tengah Batu Bara Patani-Kec. Patani Indikasi
Halmahera Utara Galela-Kec. Alela Indikasi
Batu Bara
Gosoma-Kec. Kao Indikasi
Minyak Bumi Cekungan Halmahera Utara Belum dibor
Sungai Huru-Kec Obi Indikasi
Desa Cap-Kec Obi Indikasi
Batu Bara Kelo, Obi Indikasi
Anggai, Obi Indikasi
Halmahera Selatan
Amasing, Bacan Indikasi
Cekungan Obi Utara Belum dibor
Minyak Bumi Cekungan Obi Selatan Belum dibor
Cekungan Halmahera Selatan Belum dibor
Batu Bara Bicoli - Maba Selatan Indikasi
Halmahera Timur
Minyak Bumi Cekungan Halmahera Timur Dibor
Tabona, Kec. Taliabu Barat Indikasi
Batu Bara
Kab. Kepulauan Tawate, Sanana Indikasi
Sula Falabisahaya, Kec. Mangoli Pengeboran
Minyak Bumi
Barat Eksplorasi
Ternate - - -
Tidore Kepulauan - - -
Sumber : Dinas ESDM Provinsi Maluku Utara
Tabel 2.11. Perkiraan Sumber Daya Minyak dan Gas Bumi di Provinsi Maluku Utara
MINYAK BUMI
NO. CEKUNGAN GAS BUMI (TSCF)
(Juta Barel)
1. Halmahera Utara 0.0072 0.0018
2 Halmahera Timur 0.0430 0.0108
3. Halmahera Selatan 0.0950 0.0238
4. Obi Utara 0.0135 0.0680
5 Obi Selatan 0.0139 0.0972
Jumlah 0.1780 0.2016
Sumber : IAGI 1985
Tabel 2.12. Pemegang Izin Usaha Pertambangan dan Luas Areal Menurut
Kabupaten/Kota Provinsi Maluku Utara, Tahun 2017
No Provinsi/Kabuupaten/Kota IUP IUP (Sudah Total
(Belum CNC) diterima CNC) IUP
1. Provinsi Maluku Utara 5 4 9
2. Tidore Kepulauan 4 2 6
3. Halmahera Barat - 2 2
4. Halmahera Utara 3 5 8
5. Halmahera Tengah 8 13 21
6. Halmahera Timur 5 15 20
7. Halmahera Selatan 15 24 39
8. Kepulauan Sula - 27 27
9. Pulau Morotai 3 2 5
Jumlah 43 94 137
Sumber : Dinas ESDM Provinsi Maluku Utara 2018
E. Hidrologi
Ketersediaan air di bumi yang dapat dimanfaatkan secara langsung sebagai
penunjang kehidupan manusia sangat terbatas yakni hanya sekitar 3 persen dari
volume air keseluruhan, sisanya sekitar 97persen merupakan air laut yang tidak dapat
dikonsumsi secara langsung. Dari jumlah 3 persen air tersebut terdiri atas air
permukaan dan air tanah yang keberadaannya dipengaruhi oleh iklim, topografi,
jenis/sifat batuan dan kondisi permukaan tanah, serta tata guna lahan.
Kondisi hidrologi Provinsi Maluku Utara dipengaruhi oleh sifat iklim regional,
di samping sifat-sifat fisik wilayah/tanah, hutan, dan lingkungan seperti yang
disebutkan di atas. Sumberdaya air di Provinsi Maluku Utara meliputi curah hujan,
danau, sungai, air tanah dalam (mata air). Curah hujan di Provinsi Maluku Utara
pada umumnya cukup untuk memenuhi berbagai keperluan, seperti untuk irigasi,
industri, air minum, dan untuk keperluan domestik lainnya.
Dalam daur hidrologi hujan yang turun sebagian akan tertahan dipermukaan
tanah dan tumbuh-tumbuhan, sebagian menguap kembali ke angkasa, sebagian
mengalir sebagai air limpasan, sebagian merembes (infiltrasi) ke dalam tanah
tertinggal di bawah lapisan permukaan tanah, atau terus ke bawah (perkolasi) ke
dalam cekungan air tanah, yang di beberapa tempat muncul kepermukaan tanah
sebagai mata air atau imbuhan (recharge) ke sungai-sungai. Dalam keadaan lapisan
permukaan daerah tangkapan hujan (catchment area) ditumbuhi vegetasi yang lebat,
debit aliran sungai pada saat hujan tinggi fluktuasinya relatif tidak mencolok.
Perbedaan aliran pada musim hujan dan musim kemarau tidak besar.
Kondisi sebaliknya, yaitu fluktuasi debit musim hujan dan musim kemarau
besar, terjadi apabila lapisan permukaan daerah tangkapan hujan (catchment area)
relatif tidak terlindungi vegetasi atau telah dipenuhi oleh bangunan dan
infrastruktur lainnya yang menyebabkan permukaan tanah menjadi kedap air.
Sebagai langkah untuk menanggulangi dampak negatif yang timbul maupun
meminimalisasi dampak maka diperlukan upaya konservasi air tanah yang
bertumpu pada aspek teknis dengan melakukan pengaturan dan pembatasan daerah
pengambilan air tanah pada zona-zona konservasi air tanah dan kawasan-kawasan
yang ditetapkan sebagai kawasan perlindungan tata air, perlu untuk segera
direhabilitasi dan diamankan.
Selain danau, sumber air lainnya adalah sungai yang tersebar di wilayah Maluku
Utara, yaitu sebanyak 97 sungai yang sebagian besar bermata air di daerah
pegunungan, sedangkan lainnya dari mata air di lereng-lereng yang letaknya lebih
rendah. Selain air hujan, sungai tersebut juga menampung aliran air dari telaga/
embung/sumber-sumber yang banyak terdapat di daerah hulunya. Sungai Ake Rica
merupakan sungai terpanjang yaitu, 75 km yang merupakan aliran sungai Laiwui.
Tabel berikut menyajikan nama-nama sungai di Provinsi Maluku Utara.
Adapun luas kawasan hutan rawa di Provinsi Maluku Utara adalah 3.023 Ha
yang tersebar di Halmahera Utara dengan luas 490 Ha, Halmahera Selatan dengan
luas 262 Ha, Kepulauan Sula dan Pulau Taliabu sebesar 2.271 Ha.
3) Debit Air
Penduduk di Provinsi Maluku Utara dalam memenuhi kebutuhan air selain
berasal dari sungai, juga memanfaatkan air dari sumber mata air yang dipergunakan
untuk memenuhi kebutuhan akan air. Potensi sumber daya air di Provinsi Maluku
Utara sangat bervariasi, dimana terdapat sejumlah potensi sumber air tanah dengan
akuifer berskala kecil sampai tinggi. Selain itu juga terdapat berbagai mata air
dengan debit yang bervariasi antara 0.1 s/d 500 liter/detik.
Tabel 2.16. Potensi Debit Mata Air Sumber Air Bersih di Provinsi Maluku Utara
Debit Debit
No. Nama Mata Air Kecamatan No. Nama Mata Air Kecamatan
(l/dt) (l/dt)
1 Jebubu Morotai Selatan 0,5 67 Maupo Patani 5,0
2 Samson Morotai Selatan 6,0 68 Bondi 1 Patani 5,0
3 Gaji Morotai Selatan 0,1 69 Bondi 2 Patani 5,0
4 Tanjung Batu Morotai Selatan 1,0 70 Yeisowo Patani 5,0
5 Sangawo Morotai Selatan 0,1 71 Giplun Patani 0,5
6 Cocobubu Morotai Selatan 70 72 Dodinga Oba Utara 0,5
7 Akemahutu Morotai Selatan 35,0 73 Air Bak Oba Utara 0,1
8 Yao Morotai Utara 35,0 74 A. Pancuran Oba Utara 2,5
9 Air Jebubu Morotai Utara 4,0 75 Air Sagu Oba Utara 2,0
10 Bere Mahutu Morotai Utara 4,0 76 A. Durian Oba Utara 0,1
11 Laoumaake Morotai Utara 1,0 77 A.P. Merah Oba Utara 0,6
12 Aru Morotai Utara 18,0 78 Toe Oba Selatan 0,2
13 Lalum Morotai Utara 25,0 79 Akesafi Oba Selatan 200,0
14 Roringosa Morotai Utara 30,0 80 Besimeiho Oba Selatan 0,5
15 Lepalamo Morotai Utara 20,0 81 Gosale Oba Selatan 0,2
16 Cobubu Morotai Utara 12,0 82 Ake Mafu Oba Selatan 2,0
17 Lodo Morotai Utara 15,0 83 Ake Lelei Oba Selatan 10,0
18 Boku Morotai Utara 20,0 84 Ake Sangkole Wasile 20,0
19 Losua Morotai Utara 5,0 85 Air lelewi Wasile 0,1
20 Tatadi Morotai Utara 20,0 86 Lolobata Wasile 100,0
21 Teto sokiki Morotai Utara 4,0 87 Batu Lubang Kobe 200,0
22 Gogomu Morotai Utara 10,0 88 Babang Bacan 0,1
23 Memeta 1 Morotai Utara 10,0 89 Sayoang Bacan 7,0
24 Memeta 2 Morotai Utara 20,0 90 Penambung Bacan 2,0
25 Sagu Morotai Utara 0,2 91 Gersia 1 Bacan 1,0
26 Cendana Morotai Utara 2,0 92 Gersia 2 Bacan 2,0
27 Hapo 1 Morotai Utara 5,5 93 Kupal Bacan 3,0
28 Hapo 2 Morotai Utara 2,0 94 Arab Bacan 10,0
29 Damar Morotai Utara 10,0 95 Panas Kupal Bacan 0,1
30 Madola Morotai Utara 0,2 96 Kupal II Bacan 2,0
31 Bola Waro Morotai Utara 0,5 97 Panas II Bacan 5,0
32 Maloko Morotai Utara 15,0 98 Beringin I Bacan 2,0
33 Sosa iku 1 Ibu 100,0 99 Waymika Bacan 0,5
34 Sosa iku 2 Ibu 500,0 100 Air Jebubu 1 Bacan 15,0
35 Pancuran Ibu 10,0 101 Arumamamng Bacan 0,1
36 Akeboso Ibu 300,0 102 Sengga 1 Bacan 0,2
37 Goiu Ibu 0,5 103 Sengga 2 Bacan 0,1
38 Tuladi Ibu 0,2 104 Air Jejubu 2 Bacan 0,2
39 Kawao Sahu 0,5 105 Air Rota Bacan 0,1
40 Gamkonora Sahu 500,0 106 Air Tumbuh 1 Bacan 3,0
41 Duter Jailolo 200,0 107 Air Tumbuh 2 Bacan 0,4
42 Gurutu Jailolo 100,0 108 Indari 1 Bacan 2,0
43 Golo Jailolo 30,0 109 Indari 2 Bacan 0,1
44 Aketola Jailolo 500,0 110 Ahadao Bacan 11,0
45 Rugasi Jailolo 1,0 111 Air lelewi Bacan 35,0
Debit Debit
No. Nama Mata Air Kecamatan No. Nama Mata Air Kecamatan
(l/dt) (l/dt)
46 Jailolo Jailolo 300,0 112 Telaga Biru Bacan 40,0
47 Gurango Jailolo 400,0 113 Air Kubung Bacan 2,0
48 Sahu Kao 5,0 114 Dolik 1 Gane Barat 1,0
49 Kupa-kupu Tobelo 7,0 115 Jebubu Dolik Gane Barat 3,0
50 Akedewuwu 1 Tobelo 40,0 116 Bublo Saketa Gane Barat 1,0
51 Akedewuwu 2 Tobelo 10,0 117 Hahal Gane Barat 0,2
52 Ake Banten 1 Ternate 2,0 118 Lamo Gane Barat 3,0
53 Ake Banten 2 Ternate 0,1 119 Cengo Gane Barat 3,0
54 Ake Gale Ternate 60,0 120 Jebubu Gumira Gane Barat 3,0
55 Ake Gale 2 Ternate 15,0 121 Jebubu Batula Gane Barat 2,0
56 Ake Santoso Ternate 1,8 122 Hafo Gane Barat 1,0
57 Air Tefe-tege Ternate 5,1 123 Posi-posi Gane Barat 0,5
58 Akerica Ternate 5,0 124 Doro Gane Timur 5,0
59 Ake Minta Ternate 0,2 125 Lemo-lemo 1 Gane Timur 12,5
60 Tubo Ternate 0,2 126 Lemo-lemo 2 Gane Timur 1,0
61 Ganefo Ternate 5,0 127 Usaha baru Gane Barat 8,0
62 Ake Sahu 1 Tidore - 128 Bidomelaku Gane Barat 10,0
63 Ake Sahu 2 Tidore 0,2 129 Tabmasa Gane Barat 0,2
64 Seli Tidore 3,0 130 Papaceda Gane Barat 1,0
65 Oerabo Patani 0,2 131 Oha 1 Gane Barat 2,0
66 Wailolo Patani 1,0 132 Oha 2 Gane Barat 2,0
Sumber : Buku Data dan Analisis RTRW Provinsi Maluku Utara
Salah satu penyebab menurunnya debit mata air dapat terjadi akibat adanya
kerusakan lingkungan di wilayah tangkapan air di sekitar sumber mata air maupun
terjadi alih fungsi lahan hutan kayu menjadi lahan pertanian tanaman pangan,
permukiman dan aktivitas guna lahan lainnya. Konversi atau perubahan guna lahan
di wilayah tangkapan air tersebut dapat menyebabkan kemampuan menyerap air
hujan menjadi menurun. Air hujan merupakan salah satu sumber pasokan utama
dari ketersediaan air tanah. Konversi lahan hutan kayu dapat menyebabkan air
hujan sulit terserap secara alami ke dalam tanah dan sebaliknya dapat
meningkatkan debit limpasan air hujan (run off) yang berpotensi menimbulkan
bencana. Penurunan debit mata air ini perlu mendapat perhatian lebih mengingat
kebutuhan air bersih akan meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah
penduduk di Provinsi Maluku Utara.
F. Klimatologi
1) Tipe
Kondisi iklim di suatu daerah dipengaruhi oleh letak lintang dan bujur dari
daerah tersebut dan elevasinya. Wilayah Provinsi Maluku Utara dipengaruhi oleh
iklim laut tropis dan iklim musim sehingga iklimnya bervariasi antara tiap bagian
wilayah yaitu iklim Halmahera Utara, Halmahera Tengah, Halmahera Barat,
Halmahera Selatan dan Kepulauan Sula. Pembagian daerah iklim di Provinsi Maluku
Utara, meliputi:
(1) Daerah iklim Halmahera Utara terdiri dari dua musim, yaitu musim hujan
pada Bulan Desember sampai dengan Februari dan musim kemarau pada
Bulan Agustus sampai dengan Bulan Desember yang diselingi musim
pancaroba pada Bulan November sampai dengan Bulan Desember;
(2) Daerah iklim Halmahera Tengah/Barat dipengaruhi oleh dua musim, yaitu:
Musim Utara pada Bulan Oktober sampai dengan Bulan Maret yang
diselingi musim pancaroba pada Bulan April serta dipengaruhi musim
Selatan pada Bulan April sampai dengan Bulan September yang diselingi
angin timur dan pancaroba pada Bulan September;
(3) Daerah iklim Bacan dipengaruhi oleh dua musim, yaitu: Musim Utara pada
Bulan Oktober sampai dengan Bulan Maret yang diselingi Angin Barat dan
pancaroba pada Bulan April serta dipengaruhi Musim Selatan pada Bulan
September diselingi Angin Timur dan pancaroba pada Bulan September;
(4) Daerah iklim Kepulauan Sula yang terdiri dari dua musim, yaitu: Musim
Utara pada Bulan Oktober sampai dengan Bulan Maret diselingi angin Barat
dan pancaroba Bulan April serta dipengaruhi Musim Selatan.
Pola pasang surut air laut di perairan Maluku Utara termasuk tipe pasang surut
yang mengalami 2 kali pasang dan 2 kali surut pada interval waktu yang sama.
Pergerakan arus yang berlangsung menurut skala waktu dapat dibedakan menjadi
arus musiman akibat perubahan musim, yaitu musim Barat dan musim Timur dan
arus harian yang dipengaruhi oleh pergerakan pasang surut.
2) Curah Hujan
Distribusi hujan menurut wilayah sangat dipengaruhi oleh orografi dan
topografi. Berdasarkan data tahun 2013 dan 2017 dapat dilihat jumlah hari hujan dan
curah hujan tertinggi terjadi pada waktu yang tidak sama. Pada tahun 2013, curah
hujan tertinggi berada pada bulan Juli yaitu 478mm³ dan banyaknya hari hujan pada
bulan Juli sebanyak 23 hari. Pola ini terlihat berubah pada tahun 2017, dimana curah
hujan tertinggi berada pada bulan Januari yaitu 367mm³ dengan banyaknya hari
hujan pada bulan tersebut sebanyak 26 hari. Keadaan curah hujan dan hari hujan di
Provinsi Maluku Utara selengkapnya dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 2.17. Jumlah Curah Hujan dan Banyaknya Hari Hujan menurut Bulan Tahun 2013-2017
Curah Hujan (mm³) Banyaknya Hari Hujan
Bulan
2013 2017 2013 2017
Januari 178 367 21 26
Februari 203 149 18 18
Maret 91 255 12 25
April 342 279 19 20
Mei 367 354 17 23
Juni 211 327 19 25
Juli 478 238 23 23
Agustus 291 140 22 22
September 43 142 9 20
Oktober 72 121 14 14
November 193 161 21 24
Desember 244 202 20 24
Sumber: Provinsi Maluku Utara Dalam Angka 2014 dan 2018. BPS Provinsi Maluku Utara
3) Suhu
Selama tahun 2013, Stasiun Meteorologi dan Geofisika Babullah Ternate
mencatat suhu udara tertinggi terjadi pada bulan Mei dan Juni yakni sekitar 32º C
dan terendah pada bulan November yaitu 23ºC. Pola ini sedikit mengalami
perubahan di tahun 2017, dimana suhu udara tertinggi justru terjadi merata sepanjang
tahun yakni sekitar 31ºC, kecuali pada bulan September yang merupakan suhu
terendah yaitu 30ºC. Kondisi suhu udara maksimum, minimum dan rata-rata di Kota
Ternate secara rinci dapat dilihat pada Tabel berikut ini.
Tabel 2.18. Suhu Udara Maksimum, Minimum, dan Rata-rata di Kota Ternate,
Tahun 2013 dan 2017
Suhu Udara (ºC)
Bulan Maksimum Minimum Rata-rata
2013 2017 2013 2017 2013 2017
Januari 30 31 25 25 27 27
Februari 31 31 24 25 27 27
Maret 32 31 25 25 28 27
April 31 31 25 25 27 27
Mei 32 31 24 25 27 27
Juni 32 31 25 24 28 27
Juli 30 31 24 25 26 27
Agustus 31 31 24 25 26 27
September 31 30 24 24 27 27
Oktober 31 31 24 25 27 28
November 31 31 23 25 27 27
Desember 31 31 25 25 27 27
Sumber: Provinsi Maluku Utara Dalam Angka 2014 dan 2018. BPS Provinsi Maluku Utara
4) Kelembaban
Data Suhu udara dan kelembaban udara di Privinsi Maluku Utara diwakili oleh
Kota Ternate, hal ini disebabkan karena alat pengukur baru terdapat pada Badan
Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Baabullah Kota Ternate. Kelembaban Udara
rata-rata selama tahun 2013 berada dikisaran 81-86 persen, sedangkan pada tahun
2017 mencapai 83-90 persen. dengan kelembaban udara maksimum pada tahun 2013
mencapai 97 persen terjadi pada bulan Juli, sedangkan tahun 2017 kelembaban udara
maksimum mencapai 102 persen yang terjadi pada bulan Desember.
Sementara itu, kelembaban udara minimum pada tahun 2013 terjadi pada bulan
Juli mencapai 69 persen dan pada tahun 2017 terjadi pada bulan Nopember mencapai
76 persen. Selengkapnya mengenai kelembaban udara maksimum, minimum, dan
rata-rata yang diwakili oleh Kota Ternate disajikan pada tabel berikut.
Tabel 2.19. Kelembaban Udara Maksimum, Minimum, dan Rata-rata di Kota Ternate,
Tahun 2013 dan 2017
Kelembaban Udara
Bulan Maksimum Minimum Rata-rata
2013 2017 2013 2017 2013 2017
Januari 90 94 73 72 85 85
Februari 89 92 80 74 85 84
Maret 91 94 79 73 83 86
April 95 94 82 69 86 85
Mei 90 95 81 73 86 86
Juni 92 95 73 73 83 86
Juli 97 94 69 71 85 85
Agustus 94 94 74 69 84 84
September 91 94 72 73 81 86
Oktober 89 92 72 69 80 83
November 93 95 80 76 85 87
Desember 90 102 81 73 85 90
Sumber: Provinsi Maluku Utara Dalam Angka 2014 dan 2017. BPS Provinsi Maluku Utara
Tabel 2.20. Rata-rata Tekanan Udara, Kecepatan Angin dan Penyinaran Matahari di Kota
Ternate, Tahun 2017
Tekanan udara Kecepatan Penyinaran
Bulan
maksimum (mb) angin (knot) matahari (%)
Januari 1,011.0 4 45
Februari 1,011.9 6 53
Maret 1,012.1 4 57
April 1,012.4 4 55
Mei 1,011.8 3 50
Juni 1,012.4 3 55
Juli 1,012.4 3 52
Agustus 1,012.0 3 46
September 1,012.6 3 46
Oktober 1,011.2 3 66
November 1,009.9 3 59
Desember 1,010.6 4 51
Sumber : Provinsi Maluku Utara Dalam Angka 2018. BPS Maluku Utara. 2018
G. Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan meliputi kawasan budidaya dan kawasan lindung. Kawasan
budidaya berdasarkan kabupaten dan kota dijabarkan melalui kawasan hutan
produksi terbatas, tetap dan dapat dikonversi, yang digambarkan sebagaimana tersaji
pada Tabel berikut.
1) Kawasan Budidaya
Kawasan Budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk
dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya
manusia, dan sumber daya buatan yang digunakan atau diambil manfaatnya untuk
memenuhi kebutuhan manusia. Luas kawasan budidaya menurut Kabupaten/Kota di
Provinsi Maluku Utara Tahun 2013-2016 disajikan pada tabel berikut.
Tabel 2.21. Luas Kawasan Budidaya menurut Kabupaten/Kota Provinsi Maluku Utara
Tahun 2013-2016
Hutan Produksi (Ha)
Kabupaten/Kota Terbatas Tetap Dapat Dikonversi
2013 2014 2016 2013 2014 2016 2013 2014 2016
Halmahera Barat 26.245,61 23.111,86 23.229,02 2.908,68 2.726,45 2.726,45 55.493,77 55.835,11 56.079,44
Halmahera Tengah 61.725,78 62.949,29 63.285,27 27.414,06 26.745,69 27.090,52 56.833,08 44.527,05 42.907,70
Kepulauan Sula 35.387,14 35.386,23 35.403,94 32.064,72 32.066,17 32.089,26 36.807,05 36.799,85 36.841,06
Halmahera Selatan 178.242,98 177.817,47 178.688,53 184.296,07 185.518,81 184.394,73 128.153,14 127.346,25 127.747,93
Halmahera Utara 65.741,64 69.961,43 70.084,91 21.505,02 22.000,36 22.026,51 75.070,09 76.476,92 77.210,30
Halmahera Timur 204.294,02 207.531,83 208.558,96 77.430,43 76.680,35 77.186,84 70.702,55 67.420,99 67.745,14
Pulau Morotai 56.500,27 56.467,50 56.481,04 - - - 42.804,06 42.801,86 42.810,77
Pulau Taliabu 10.512,39 10.512,40 10.513,29 136.202,48 136.203,32 136.275,83 64.332,37 64.332,25 64.369,90
Ternate - - - 462,86 462,86 522,57 5.398,2 5.398,20 5.424,23
Tidore Kepualaun 28.542,82 29.719,18 29.486,98 - - 9,91 32.019,87 31.569,50 31.579,05
Maluku Utara 667.192,65 673.457,19 675.731,94 482.284,32 484.404,01 485.322,62 567.614,18 552.507,98 552.715,52
Sumber : Provinsi Maluku Utara Dalam Angka 2014-2018. BPS Maluku Utara. 2018
2) Kawasan Lindung
Kawasan lindung menjadi potensi bagi lokasi penyediaan sumber air serta
sebagai perlindungan terhadap kawasan bawahnya. Namun demikian, kawasan
lindung juga membatasi peluang pemanfaatan lahan secara lebih leluasa bagi
kegiatan budidaya, tetapi juga berfungsi dalam mempertahankan keberlanjutan
lingkungan. Luas kawasan lindung di Provinsi Maluku Utara ditunjukan
sebagaimana Tabel berikut ini.
Tabel 2.22. Luas Kawasan Hutan Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Maluku Utara
Tahun 2013-2016
Hutan Lindung Suaka Alam dan Pelestarian Alam
Kabupaten/Kota
2013 2014 2016 2013 2014 2016
Halmahera Barat 89.922,13 72.767,57 72.929,15 - 66,82 75,27
Halmahera Tengah 38.842,68 33.566,12 33.735,65 11.398,1 16.037,95 16.071,27
Kepulauan Sula 29.891,44 29.891,42 29.927,06 2.080,44 2.080,44 2.101,20
Halmahera Selatan 137.275,46 133.722,88 131.425,55 42.327,23 42.327,23 42.348,50
Halmahera Utara 61.884,66 79.047,44 79.181,73 - - -
Halmahera Timur 90.190,4 88.326,99 88.559,55 112.034,95 94.137,73 94.388,56
Pulau Morotai 93.112,33 93.146,79 93.232,52 - - -
Pulau Taliabu 22.010,43 22.010,44 22.102,42 11.093,01 11.093,01 11.105,11
Ternate 4.403,82 4.403,82 4.403,83 - - -
Tidore Kepualaun 16.441,93 20.741,68 23.500,74 39.623,75 52.812,30 52.922,53
Maluku Utara 583.975,28 577.625,16 578.998,20 218.557,48 218.557,48 219.012,44
Sumber : Provinsi Maluku Utara Dalam Angka 2014-2018. BPS Maluku Utara. 2018
Gambar 2.5. Peta Keterkaitan Eksternal Provinsi Maluku Utara dengan Provinsi Sekitar
Sumber : Dokumen MP3EI Provinsi Maluku Utara, 2012
Terlihat bahwa sebetulnya Maluku Utara memiliki potensi yang sangat besar
untuk mengembangkan kawasannya melalui konektivitas jalur perdagangan karena
letak geografis Maluku Utara yang terletak di tengah-tengah sebagai penghubung
konektivitas.
Tabel berikut menyajikan tabulasi kawasan risiko bencana gempa bumi menurut
kabupaten/kota di Provinsi Maluku Utara.
Tabel 2.26. Tabulasi Kawasan Risiko Bencana Gempa Bumi Menurut Kabupaten/Kota
Di Provinsi Maluku Utara
Kriteria Jumlah
No. Kabupaten/Kota
Rendah (Km²) Sedang (Km²) Tinggi (Km²) (Km²)
1. Halmahera Barat 0,00 1.376,51 1.235,73 2.612,24
2 Halmahera Tengah 0,00 342,41 1.934,42 2.276,83
3 Halmahera Utara 0,00 2.412,93 3.034,37 5.447,30
4 Halmahera Selatan 0,00 2.026,16 6.753,16 8.779,32
5 Halmahera Timur 0,00 1.592,61 4.913,59 6.506,20
6 Kepulauan Sula 1.835,49 6.140,16 1.657,26 9.632,92
7 Ternate 0,00 168,51 82,34 250,85
8 Tidore Kepulauan 0,00 4.814,59 4.749,41 956,00
9 Pulau Morotai* - - - -
10 Pulau Taliabu** - - - -
Provinsi Maluku Utara 1.835,49 18.873,90 24.360,27 45.069,66
Sumber : RTRW Provinsi Maluku Utara 2013-2033 *) Data masih tergabung dengan Halmahera Utara **) Data Masih
tergabung dengan Kepulauan Sula
Tabel 2.27. Luas Wilayah Ancaman Tsunami dan Kepadatan Penduduk Wilayah Ancaman
Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku Utara
Luas Luas Luas
Total Kepadatan
Wilayah Wilayah Wilayah
Luas Penduduk Indeks
Ancaman Ancaman Ancaman Indeks
Kabupaten/ Kota Wilayah Wilayah Penduduk
Kategori Kategori Kategori Ancaman
Ancaman Ancaman Terpapar
Rendah Sedang Tinggi
(ha) (jiwa/km2)
(ha) (ha) (ha)
Halmahera Barat - 27.820 189.809 217.629 Tinggi 9,49 Rendah
Halmahera Selatan - - 700.339 700.339 Tinggi 5,47 Rendah
Halmahera Tengah - - 21.649 21.649 Tinggi 8,39 Rendah
Halmahera Timur - 46.572 598.595 645.168 Tinggi 2,16 Rendah
Halmahera Utara - - 289.866 289.866 Tinggi 9,79 Rendah
Kepulauan Sula - - 479.667 479.667 Tinggi 5,99 Rendah
Pulau Morotai - - 234.138 234.138 Tinggi 4,59 Rendah
Ternate - - 12.724 12.724 Tinggi 224,79 Rendah
Tidore Kepulauan - - 168.352 168.352 Tinggi 10,78 Rendah
Maluku Utara - 74.392 2.695.139 2.769.531 Tinggi 6,84 Rendah
Sumber: Matriks Kajian Risiko Provinsi Maluku Utara, 2011
Tabel 2.29. Luas Wilayah Ancaman Banjir dan Kepadatan Penduduk Wilayah Ancaman
Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku Utara
Luas Luas Luas
Total Kepadatan
Wilayah Wilayah Wilayah
Luas Penduduk Indeks
Ancaman Ancaman Ancaman Indeks
Kabupaten/ Kota Wilayah Wilayah Penduduk
Kategori Kategori Kategori Ancaman
Ancaman Ancaman Terpapar
Rendah Sedang Tinggi
(ha) (jiwa/km2)
(ha) (ha) (ha)
Halmahera Barat - - - - - - -
Halmahera Selatan - 15.221 147.473 162.695 Tinggi 11,96 Rendah
Halmahera Tengah - 1.974 21.703 23.677 Tinggi 14,02 Rendah
Halmahera Timur - 18.187 219.333 237.519 Tinggi 13,30 Rendah
Halmahera Utara - 15.826 25.883 41.709 Tinggi 11,48 Rendah
Kepulauan Sula - - 140.183 140.183 Tinggi 21,95 Rendah
Pulau Morotai - - 48.948 48.948 Tinggi 12,60 Rendah
Ternate - - - - - - -
Tidore Kepulauan - 3.190 13.905 17.095 Tinggi 29,18 Rendah
MALUKU UTARA - 54.399 617.427 671.826 Tinggi 15,04 Rendah
Sumber: Rencana Penanggulangan Bencana Provinsi Maluku Utara, 2011
Tabel 2.30. Luas Wilayah Ancaman Letusan Gunung Api dan Kepadatan Penduduk
Wilayah Ancaman di Kabupaten/Kota Maluku Utara
Luas Luas Luas Total Kepadatan
Wilayah Wilayah Wilayah Luas Penduduk Indeks
Indeks
Kabupaten/ Kota Ancaman Ancaman Ancaman Wilayah Wilayah Penduduk
Ancaman
Kategori Kategori Kategori Ancaman Ancaman Terpapar
Rendah(ha) Sedang(ha) Tinggi(ha) (ha) (jiwa/km2)
Halmahera Barat 37.724 22.843 9.173 69.741 Rendah 42,81 Rendah
Halmahera Selatan 3.210 1.932 3.298 8.440 Tinggi 140,32 Rendah
Halmahera Tengah - - - - - - -
Halmahera Timur - - - - - - -
Halmahera Utara 8.051 6.622 1.832 16.505 Rendah 58,25 Rendah
Kepulauan Sula - - - - - - -
Pulau Morotai - - - - - - -
Ternate 2.037 1.894 1.231 5.162 Rendah 1.037,56 Tinggi
Tidore Kepulauan - - - - - - -
MALUKU UTARA 51.023 33.290 15.534 99.847 Rendah 105,03 Rendah
Sumber: Matriks Kajian Risiko Provinsi Maluku Utara, 2011
Gambar 2.7. Peta Kawasan Rawan Bencana di Ibukota Provinsi Maluku Utara (Sofifi)
Sumber : RDTR Kota Sofifi Tahun 2009-2029
Mengacu pada perbandingan data jumlah penduduk aktual dan hasil proyeksi,
maka dapat dijelaskan bahwa pada Tahun 2017 terdapat hampir semua kabupaten/
kota yang jumlah penduduk aktualnya telah melampaui angka proyeksi, kecuali
Halmahera Tengah dan Ternate.
Tabel 2.35. Komposisi penduduk menurut jenis kelamin di Provinsi Maluku Utara
Penduduk 2013 Penduduk 2017
Kabupaten/ Rasio Rasio
Laki- Laki-
Kota Perempuan Jumlah Jenis Perempuan Jumlah Jenis
Laki Laki
Kelamin Kelamin
Halmahera 54,561 52,230 106,791 104.46 58,486 56,016 114,502 104
Barat
Halmahera 24,115 22,964 47,079 105.01 27,032 25,781 52,813 105
Tengah
Kepulauan 46,286 45,120 91,406 102.58 50,233 48,963 91,196 103
Sula
Halmahera 107,901 103,781 211,682 103.97 115,551 111,729 227,280 103
Selatan
Halmahera 88,492 84,625 173,117 104.57 95,634 91,470 187,104 105
Utara
Halmahera 42,327 38,199 80,526 110.81 47,178 42,892 90,070 110
Timur
Pulau 29,662 27,903 57,565 106.30 32,879 31,122 64,001 106
Morotai
Pulau 25,290 24,220 49,510 104.42 26,489 25,439 51,928 104
Taliabu
Ternate 103,031 99,697 202,728 103.34 113,334 109,777 223,111 103
Tidore 47,599 46,894 94,493 101.50 50,042 49,295 99,337 102
Kepulauan
Total 569,264 545,633 1,114,897 104.33 616,858 592,484 1,209,342 104.11
Sumber : Provinsi Maluku Utara Dalam Angka 2014 dan Maluku Utara Dalam Angka 2018. BPS Provinsi Maluku Utara.
Tabel 2.36. Penduduk Menurut Kelompok Umur Provinsi Maluku Utara 2013 dan 2017
Kelompok Laki-laki Perempuan Jumlah
Umur 2013 2017 2013 2017 2013 2017
0–4 69,111 74,889 66,468 72,175 135,579 147,064
5–9 66,102 71,628 63,156 68,581 129,258 140,209
10 – 14 60,469 65,525 57,356 62,281 117,825 127,806
15 – 19 54,852 59,438 51,055 55,439 105,907 114,877
20 – 24 49,443 53,577 47,251 51,308 96,694 104,885
25 – 29 48,273 52,309 47,961 52,079 96,234 104,388
30 – 34 46,415 50,296 46,954 50,986 93,369 101,282
35 – 39 41,673 45,157 40,569 44,052 82,242 89,209
40 – 44 35,122 38,058 32,893 35,717 68,015 73,775
45 – 49 28,129 30,481 26,008 28,241 54,137 58,722
50 – 54 22,636 24,529 21,129 22,943 43,765 47,472
55 – 59 17,910 19,407 16,333 17,735 34,243 37,142
60 – 64 12,522 13,569 11,122 12,077 23,644 25,646
65 – 69 7,694 8,337 7,267 7,891 14,961 16,228
70 – 74 4,616 5,002 4,787 5,198 9,403 10,200
75 + 4,297 4,656 5,324 5,781 9,621 10,437
Jumlah 569,264 616,858 545,633 592,484 1,114,897 1,209,342
Sumber : Provinsi Maluku Utara Dalam Angka 2014 dan Statistik Provinsi Maluku Utara Edisi April 2018.
BPS Provinsi Maluku Utara.
Secara grafis, struktur penduduk Provinsi Maluku Utara tahun 2017 seperti
piramida pada gambar berikut.
Laki-laki Perempuan
75 + 0,75 0,98
70 – 74 0,81 0,88
65 – 69 1,35 1,33
60 – 64 2,20 2,04
55 – 59 3,15 2,99
50 – 54 3,98 3,87
45 – 49 4,94 4,77
40 – 44 6,17 6,03
35 – 39 7,32 7,44
30 – 34 8,15 8,61
25 – 29 8,48 8,79
20 – 24 8,69 8,66
15 – 19 9,64 9,36
10 – 14 10,62 10,51
5–9 11,61 11,58
0–4 12,14 12,18
Tabel 2.38. Penduduk 15 Tahun Keatas menurut Lapangan Kerja Utama dan
Kabupaten/kota di Provinsi Maluku Utara, Tahun 2017
Dari Tabel 2.38, Ternate, Tidore Kepulauan dan Halmahera Utara merupakan
pemberi kontribusi terbesar terhadap terjadinya transformasi struktural dari sektor
pertanian ke sektor jasa pada tahun 2017. Sementara itu, kabupaten/kota lainnya
masih cenderung mengandalkan sektor pertanian sebagai sektor basis dalam bermata
pencaharian. Adapun Kabupaten Pulau Taliabu adalah yang memiliki ketergantungan
tertinggi terhadap sektor pertanian.
Tabel 2.39. Persentase Penduduk menurut Kabupaten/kota dan Agama yang dianut
Di Provinsi Maluku Utara, Tahun 2015-2017
Tabel 2.40. Laju Pertumbuhan Riil Sektor Ekonomi Maluku Utara Tahun 2013 – 2017
PDRB ADHK Tingkat
No Lapangan Usaha * Pertumbuhan
2013 2014 2015 2016 2017**
2017*
1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 3.54 3.02 1.72 4.25 3.16 0.73
2 Pertambangan dan Penggalian 2.80 - 6.38 -1.57 11.22 1.05
12.82
3 Industri Pengolahan 6.48 10.20 3.72 15.24 32.13 1.88
4 Pengadaan Listrik dan Gas 4.15 30.73 23.39 21.41 7.42 0.01
5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, 5.18 13.19 6.93 5.78 7.11 0.01
Limbah dan Daur Ulang
6 Konstruksi 3.88 6.07 10.12 8.07 8.24 0.55
7 Perdagangan Besar dan Eceran; 12.81 12.25 8.38 7.04 6.46 1.17
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
8 Transportasi dan Pergudangan 6.44 9.47 7.52 8.86 8.01 0.46
9 Penyediaan Akomodasi &Makan 4.80 9.92 3.54 12.70 9.72 0.04
Minum
10 Informasi dan Komunikasi 9.21 12.24 9.13 8.65 6.67 0.30
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 8.51 4.64 10.36 12.95 5.28 0.16
12 Real Estate 4.69 6.92 7.31 8.05 8.19 0.01
13 Jasa Perusahaan 9.12 6.45 5.34 7.49 6.64 0.02
14 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan 7.26 10.65 6.83 3.44 5.57 0.89
dan Jaminan Sosial Wajib
15 Jasa Pendidikan 4.42 6.97 7.15 5.59 5.63 0.20
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 10.41 9.32 6.35 6.17 6.20 0.13
17 Jasa lainnya 5.24 6.71 8.99 9.33 6.14 0.05
PDRB 6,36 5,49 6,10 5,77 7,67 7,67
Sumber : Provinsi Maluku Utara Dalam Angka 2018 dan *) Statistik Provinsi Maluku Utara Edisi April 2018.
BPS Maluku Utara. 2018; Keterangan : *) angka sementara dan **) angka sangat sementara
Nilai PDRB Maluku Utara atas dasar harga konstan 2010, menurut lapangan
usaha terus mengalami kenaikan. Nilai PDRB Maluku Utara tahun 2013 adalah
sebesar Rp 18.208,74 triliun kemudian meningkat menjadi Rp 23.210,9 triliun pada
tahun 2017. Peningkatan nilai PDRB terjadi di semua sektor. Dengan demikian,
secara riil PDRB naik sekitar 5.002,16 triliun rupiah. Informasi selengkapnya dapat
dilihat pada Tabel berikut ini.
Tabel 2.41. Produk Domestik Regional Bruto atas Dasar Harga Konstan 2010
Menurut Lapangan Usaha (Miliar Rupiah) Provinsi Maluku Utara Tahun 2013-2017
Tahun
No Lapangan Usaha
2013 2014 2015 2016* 2017**
1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 4,525.96 4,662.5 4,742.5 4,943.9 5,100.4
2 Pertambangan dan Penggalian 2,216.75 1,932.6 2,055.8 2,023.5 2,250.6
3 Industri Pengolahan 956.81 1,054.5 1,093.7 1,260.3 1,665.2
4 Pengadaan Listrik dan Gas 11.92 15.6 19.2 23.4 25.1
5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, 15.34 17.4 18.6 19.6 21.0
Limbah dan Daur Ulang
6 Konstruksi 1,138.21 1,207.3 1,329.5 1,436.7 1,555.2
7 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi 3,007.52 3,376.0 3,659.0 3,916.4 4,169.5
Mobil dan Sepeda Motor
8 Transportasi dan Pergudangan 975.36 1,067.7 1,148.0 1,249.7 1,349.8
9 Penyediaan Akomodasi &Makan Minum 77.29 84.9 88.0 99.1 108.8
10 Informasi dan Komunikasi 724.47 813.1 887.4 964.1 1,028.4
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 514.82 538.7 594.5 671.5 707.0
12 Real Estate 20.86 22.3 23.9 25.9 28.0
13 Jasa Perusahaan 61.17 65.1 68.6 73.7 78.6
14 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan 2,824.25 3,125.2 3,338.6 3,453.6 3,645.9
dan Jaminan Sosial Wajib
15 Jasa Pendidikan 616.37 659.3 706.5 746.0 788.0
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 378.26 413.5 439.8 466.9 496.0
17 Jasa lainnya 143.38 153.0 166.7 182.3 193.5
Sumber : Provinsi Maluku Utara Dalam Angka 2018. BPS Maluku Utara
Tabel 2.43. Laju Pertumbuhan PDRB Maluku Utara menurut Kabupaten/Kota Tahun 2013-2017
Tahun
No Kabupaten/Kota
2013 2014 2015 2016 2017
1 Halmahera Barat 5.80 5.40 5.60 5.15 5.08
2 Halmahera Tengah 5.29 -1.90 4.34 11.24 5.97
3 Kepulauan Sula 6.05 6.13 5.88 5.11 5.00
4 Halmahera Selatan 6.45 6.62 5.35 5.69 16.17
5 Halmahera Utara 5.04 6.84 6.41 4.03 6.69
6 Halmahera Timur 5.83 -9.66 6.11 5.50 7.38
7 Pulau Morotai 6.05 6.19 6.13 6.29 6.37
8 Pulau Taliabu - 5.89 5.62 5.69 5.65
9 Ternate 7.67 8.76 8.09 7.99 7.59
10 Tidore Kepulauan 6.23 6.16 6.10 5.25 6.10
PDRB Maluku Utara 6.36 5.49 6.10 5.77 7.67
Sumber : Provinsi Maluku Utara Dalam Angka 2018. BPS Maluku Utara
PDRB Maluku Utara atas dasar harga konstan 2010, menurut kabupaten/kota
juga terus mengalami kenaikan. Sejak tahun 2013 hingga 2017, Kota Ternate masih
konsisten mendominasi kabupaten/kota lainnya dalam memberi kontribusi terhadap
pembentukan nilai PDRB Maluku Utara. Diikuti Kabupaten Halmahera Selatan dan
Halmahera Utara di tahun 2017. Adapun Pulau Taliabu adalah yang terendah.
Informasi selengkapnya dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 2.44. Produk Domestik Regional Bruto atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut
Kabupaten/Kota (Juta Rupiah) di Provinsi Maluku Utara Tahun 2013-2017
Tahun
No Kabupaten/Kota
2013 2014 2015 2016 2017
1 Halmahera Barat 1,119,685.8 1,180,138.9 1,246,253.7 1,310,420.4 1,376,980.7
2 Halmahera Tengah 1,108,318.1 1,087,223.2 1,134,431.0 1,261,991.9 1,337,278.4
3 Kepulauan Sula 1,181,706.1 1,254,124.9 1,327,826.5 1,395,649.5 1,465,428.0
4 Halmahera Selatan 2,727,948.2 2,908,533.9 3,064,246.3 3,238,569.1 3,762,391.1
5 Halmahera Utara 2,832,853.8 3,026,559.5 3,220,475.3 3,350,213.7 3,574,335.6
6 Halmahera Timur 1,861,975.4 1,682,084.7 1,784,896.3 1,883,152.7 2,022,204.5
7 Pulau Morotai 728,721.8 773,862.4 821,322.2 872,948.1 928,561.4
8 Pulau Taliabu 649,582.5 687,869.3 726,534.1 767,884.9 811,281.2
9 Ternate 4,557,416.4 4,956,479.8 5,357,318.2 5,785,434.4 6,224,454.8
10 Tidore Kepulauan 1,423,435.8 1,511,188.1 1,603,307.0 1,687,444.6 1,790,436.8
PDRB Maluku Utara 18,191,644.0 19,068,064.8 20,286,610.6 21,553,709.4 23,293,352.5
Sumber : Provinsi Maluku Utara Dalam Angka 2017. BPS Maluku Utara
Tabel 2.45. Produk Domestik Regional Bruto atas Dasar Harga Berlaku 2010 Menurut
Lapangan Usaha (MiliarRupiah) Provinsi Maluku Utara Tahun 2013-2017
Tahun
No Lapangan Usaha
2013 2014 2015 2016 2017
1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 5,520.31 6,195.51 6,617.00 7,276.32 7,728.31
2 Pertambangan dan Penggalian 2,563.05 2,249.24 2,336.45 2,446.00 2,963.29
3 Industri Pengolahan 1,088.60 1,256.32 1,357.64 1,570.28 2,075.99
4 Pengadaan Listrik dan Gas 9.72 13.17 18.27 26.64 32.45
5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, 17.38 20.27 22.16 23.67 25.60
Limbah dan Daur Ulang
6 Konstruksi 1,278.26 1,483.20 1,756.61 1,924.93 2,137.51
7 Perdagangan Besar dan Eceran; 3,387.05 3,980.88 4,629.02 5,147.39 5,620.57
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
8 Transportasi dan Pergudangan 1,201.41 1,438.05 1,631.87 1,810.81 2,019.00
9 Penyediaan Akomodasi & Makan 93.00 109.02 116.36 132.89 149.20
Minum
10 Informasi dan Komunikasi 758.61 894.84 989.70 1,082.84 1,179.11
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 631.27 692.43 794.46 921.13 1,011.07
12 Real Estate 23.61 26.34 29.18 33.46 36.98
13 Jasa Perusahaan 67.92 75.82 84.26 93.53 102.18
14 Administrasi Pemerintahan, 3,509.72 4,119.47 4,552.60 4,759.66 5,102.91
Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
15 Jasa Pendidikan 706.31 801.91 932.59 1,068.12 1,178.35
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 425.71 508.09 562.95 609.50 662.60
17 Jasa lainnya 157.54 177.54 207.20 230.11 247.45
PDRB 21,439.49 24,042.08 26,638.30 29,157.27 32,272.57
Sumber : Provinsi Maluku Utara Dalam Angka 2018. BPS Maluku Utara
Tabel 2.46. Distribusi Persentase PDRB (ADHB) Menurut Lapangan Usaha Tahun 2013-2017
Tahun
No Lapangan Usaha
2013 2014 2015 2016 2017
1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 25.75 25.77 24.84 24.96 23.95
2 Pertambangan dan Penggalian 11.95 9.36 8.77 8.39 9.18
3 Industri Pengolahan 5.08 5.23 5.10 5.39 6.43
4 Pengadaan Listrik dan Gas 0.05 0.05 0.07 0.09 0.10
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,
5 0.08 0.08 0.08 0.08 0.08
Limbah dan Daur Ulang
6 Konstruksi 5.96 6.17 6.59 6.60 6.62
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi
7 15.80 16.56 17.38 17.65 17.42
Mobil dan Sepeda Motor
8 Transportasi dan Pergudangan 5.60 5.98 6.13 6.21 6.26
Penyediaan Akomodasi dan Makan
9 0.43 0.45 0.44 0.46 0.46
Minum
Tahun
No Lapangan Usaha
2013 2014 2015 2016 2017
10 Informasi dan Komunikasi 3.54 3.72 3.72 3.71 3.65
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 2.94 2.88 2.98 3.16 3.13
12 Real Estate 0.11 0.11 0.11 0.11 0.11
13 Jasa Perusahaan 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan
14 16.37 17.13 17.09 16.32 15.81
dan Jaminan Sosial Wajib
15 Jasa Pendidikan 3.29 3.34 3.50 3.66 3.65
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1.99 2.11 2.11 2.09 2.05
17 Jasa lainnya 0.73 0,74 0.78 0.79 0.77
PDRB 100 100 100 100 100
Sumber : Provinsi Maluku Utara Dalam Angka 2017. BPS Maluku Utara
Seperti halnya PDRB (ADHK), PDRB Maluku Utara atas dasar harga berlaku
2010, menurut kabupaten/kota, juga terus mengalami kenaikan. sejak tahun 2013
hingga 2017 nampak bahwa Ternate masih konsisten mendominasi kabupaten/kota
lainnya dalam memberi kontribusi terhadap pembentukan nilai PDRB Maluku Utara.
Diikuti kemudian Halmahera Selatan dan Halmahera Utara di tahun 2017.
Sedangkan Pulau Taliabu yang terendah. Informasi selengkapnya dapat dilihat pada
Tabel berikut ini.
Tabel 2.47. Produk Domestik Regional Bruto atas Dasar Harga Berlaku 2010 Menurut
Kabupaten/Kota (Juta Rupiah) di Provinsi Maluku Utara Tahun 2013-2017
Tahun
No Kabupaten/Kota
2013 2014 2015 2016 2017
1 Halmahera Barat 1,317,314.2 1,477,081.0 1,633,878.9 1,786,032.7 1,950,717.8
2 Halmahera Tengah 1,348,604.2 1,401,238.9 1,543,496.4 1,768,991.5 1,931,505.1
3 Kepulauan Sula 1,416,115.1 1,608,747.3 1,792,572.8 1,948,343.8 2,120,356.1
4 Halmahera Selatan 3,162,113.2 3,627,884.0 3,987,187.1 4,358,707.2 5,133,224.9
5 Halmahera Utara 3,298,267.3 3,727,112.1 4,098,110.4 4,481,208.5 4,949,350.6
6 Halmahera Timur 2,206,565.1 2,111,730.5 2,316,875.3 2,511,971.7 2,767,510.4
7 Pulau Morotai 855,680.2 967,070.3 1,080,578.8 1,201,896.7 1,319,055.8
8 Pulau Taliabu 770,631.5 879,254.0 969,676.7 1,066,095.9 1,163,279.5
9 Ternate 5,420,936.5 6,261,528.6 7,094,615.9 7,877,219.5 8,687,975.5
10 Tidore Kepulauan 1,644,820.1 1,867,950.0 2,082,848.1 2,256,684.0 2,454,200.0
PDRB Maluku Utara 21,441,047.4 23,929,596.7 26,599,840.4 29,257,151.6 32,477,175.8
Sumber : Provinsi Maluku Utara Dalam Angka 2017-2018. BPS Maluku Utara
Tabel 2.48. Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto atas Dasar Harga
Berlaku 2010 Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku Utara Tahun 2013-2017 (%)
Tahun
No Kabupaten/Kota
2013 2014 2015 2016 2017
1 Halmahera Barat 6.14 6.17 6.14 6.10 6.01
2 Halmahera Tengah 6.29 5.86 5.80 6.05 5.95
3 Kepulauan Sula 6.60 6.72 6.74 6.66 6.53
4 Halmahera Selatan 14.75 15.16 14.99 14.90 15.81
5 Halmahera Utara 15.38 15.58 15.41 15.32 15.24
6 Halmahera Timur 10.29 8.82 8.71 8.59 8.52
7 Pulau Morotai 3.99 4.04 4.06 4.11 4.06
8 Pulau Taliabu 3.59 3.67 3.65 3.64 3.58
9 Ternate 25.28 26.17 26.67 26.92 26.75
10 Tidore Kepulauan 7.67 7.81 7.83 7.71 7.56
PDRB Maluku Utara 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
Sumber : Provinsi Maluku Utara Dalam Angka 2017. BPS Maluku Utara
Kelompok Pengeluaran 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Bahan Makanan 11.43 4.52 1.11 9.32 6.75 11.72 -4.27 -1.59
Makanan Jadi, Minuman, Rokok 12.45 4.69 8.33 8.06
2.70 6.93 5.47 4.96
dan Tembakau
Perumahan, Air, Listrik, Gas dan 7.34 2.80 3.43 2.32
4.76 3.43 3.15 12.47
Bahan Bakar
Sandang 5.31 8.72 6.38 6.31 -5.87 12.63 3.60 0.84
Kesehatan 0.79 3.04 4.55 2.59 18.34 1.30 3.95 2.02
Pendidikan, Rekreasi dan Olah -21.72 4.00 3.77 1.43
1.31 3.50 4.35 9.56
Raga
Transpor, Komunikasi dan Jasa 18.60 -2.90 0.05 0.79
0.09 3.38 3.89 13.98
keuangan
Laju Inflasi Regional (y-o-y) 5.32 4.52 3.29 9.78 9.34 4.52 1.91 1.97
Laju Inflasi Nasional (y-o-y) 6.96 3.79 4.30 8.38 8.36 3.35 3.02 3.61
Sumber: Berita Resmi Statistik, BPS Provinsi Maluku Utara, dan Inflasi Kota Ternate 2016. BPS 2017
Pada tahun 2017, Kota Ternate mengalami Inflasi sebesar 1,97 persen. Inflasi
tahun 2017 mengalami sedikit peningkatan jika dibandingkan dengan inflasi tahun
2016 yang tercatat sebesar 1,91 persen. Berdasarkan kelompok pengeluaran, pada
tahun 2017, kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau mengalami laju
inflasi tertinggi yaitu sebesar 8,06 persen. Disusul kemudian kelompok perumahan,
air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 2,32 persen; kelompok kesehatan sebesar
2,02 persen; kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 1,43 persen;
kelompok sandang sebesar 0,84 persen; kelompok transportasi sebesar 0,79 persen;
serta yang terendah kelompok bahan makanan sebesar -1,59 persen.
Sementara itu dibandingkan dengan tahun sebelumnya 2016, dari 7 (tujuh)
kelompok pengeluaran, dua kelompok mengalami kenaikan laju inflasi sedangkan
lima kelompok mengalami penurunan laju inflasi. Perubahan laju inflasi masing-
masing kelompok yaitu : kelompok bahan makanan (dari -4,72 persen menjadi -1,59
persen); kelompok makanan jadi, rokok dan tembakau (dari 8,33 persen menjadi 8,06
persen); kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar (dari 3,43 persen
menjadi 2,32 persen); kelompok sandang (dari 3,60 persen menjadi 0,84 persen);
kelompok kesehatan (dari 5,95 persen menjadi 2,02 persen); kelompok pendidikan,
rekreasi dan olahraga (dari 3,77 persen menjadi 1,43 persen); serta kelompok
transpor, komunikasi dan jasa keuangan (dari 0,05 persen menjadi 0,79 persen).
Sumber : Provinsi Maluku Utara Dalam Angka 2017-2018 dan *) data olahan
Namun kemudian gini rasio terus mengalami kenaikan hingga pada tahun 2016
dan 2017 masing-masing menjadi sebesar 0,286 dan 0,330 dengan kesenjangan
tertinggi berada di Halmahera Timur dan Tidore Kepulauan yang terendah. Informasi
selengkapnya dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 2.55. Distribusi Pengeluaran Penduduk di Provinsi Maluku Utara menurut Daerah,
September 2015-September 2017 (Persentase)
Kategori kelompok penduduk berdasarkan pengeluaran
Daerah/Periode
40% Terbawah 40% Menengah 20% Teratas
Perkotaan
September 2015 20.45 39.67 39.88
Maret 2016 15.91 36.74 47.35
September 2016 19.70 40.71 39.60
Maret 2017 19.92 40.16 39.92
September 2017 19.04 40.92 40.04
Perdesaan
September 2015 24.12 40.37 35.51
Maret 2016 20.40 38.50 41.10
September 2016 24.57 39.81 35.62
Maret 2017 24.14 38.79 37.07
September 2017 23.29 38.77 37.94
Perkotaan+Perdesaan
September 2015 22.58 39.36 38.06
Maret 2016 17.02 36.09 46.89
September 2016 21.67 38.04 40.29
Maret 2017 21.35 37.54 41.11
September 2017 20.41 37.61 41.97
Sumber : Berita Resmi Statistik No. 11/02/82/Th. XVI, 1 Februari 2017 dan *) Booklet Gini Rasio dan Distribusi Pengeluaran
Provinsi Maluku Utara 2017. BPS
Selain data indeks Williamson yang dipakai untuk melihat tingkat ketimpangan
antar wilayah di provinsi Maluku Utara. Perkembangan pembangunan di setiap
wilayah kabupaten dan kota di Provinsi Maluku Utara juga digunakan metode
tipologi klassen untuk melihat secara utuh gambaraan tingkat pertumbuhan wilayah
dan tekanan di setiap kabupaten dan kota. Alat analisis tipologi Klassen digunakan
untuk mengetahui gambaran tentang pola dan klasifikasi daerah berdasarkan dua
indikator utama, yaitu pertumbuhan ekonomi dan PDRB per kapita daerah. Dengan
menentukan rata-rata pertumbuhan ekonomi sebagai sumbu vertikal dan rata-rata
PDRB per kapita sebagai sumbu horisontal, maka kabupaten dan kota di Provinsi
Maluku Utara dibagi menjadi empat klasifikasi, yaitu:
1. Daerah cepat maju dan cepat tumbuh (high growth and high income), daerah
yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi dan PDRB per kapita yang
lebih tinggi dibanding rata-rata Provinsi yaitu Kota Ternate, Kabupaten
Halmahera Timur dan Halmahera Utara;
2. Daerah maju tetapi tertekan (high income but low growth), daerah yang
memiliki PDRB perkapita lebih tinggi, tetapi tingkat pertumbuhan
ekonominya lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata Provinsi yaitu
Kabupaten Halmahera Tengah;
3. Daerah berkembang cepat (high growth but low income), adalah daerah
yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi tinggi, tetapi tingkat PDRB
per kapita lebih rendah dibanding rata-rata Provinsi yaitu Kota Tidore
Kepulauan, dan Kabupaten Pulau Morotai;
4. Daerah relatif tertinggal (low growth dan low income), adalah daerah yang
memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi dan PDRB per kapita yang lebih
rendah dibandingkan dengan rata-rata Provinsi yaitu Kabupaten Halmahera
Selatan, Kabupaten Halmahera Barat,Kabupaten Kepulauan Sula dan
Kabupaten Pulau Taliabu. Lebih jelasnya tergambar pada grafik berikut :
Gambar 2.9. Tingkat Kesenjangan (Tipologi Klassen) Provinsi Maluku Utara, 2015
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, 2016 (diolah)
Sumber : Profil Kemiskinan di Indonesia September 2017 No. 05/01/Th. XXI, 2 Januari 2018. BPS, 2018
Tren kenaikan jumlah penduduk miskin di tingkat Provinsi ini, ternyata diikuti
oleh semua Kabupaten/Kota kecuali Kabupaten Kepulauan Sula yang konstan serta
Kabupaten Pulau Taliabu yang mengalami penurunan. Sementara dari presentase
penduduk miskin, terlihat bahwa hanya 4 (empat) kabupaten/kota yang memiliki
trend meningkat, sama dengan capaian Provinsi, yakni Halmahera Tengah,
Halmahera Utara, Ternate dan Tidore Kepulauan. Sedangkan kabupaten/kota lainnya
presentase penduduk miskinnya mengalami penurunan. Khusus di Tahun 2017,
Halmahera Timur merupakan kabupaten yang memiliki jumlah dan presentase
penduduk miskin tertinggi sedangkan Pulau Taliabu dan Kota Ternate yang terendah
masing-masing dari aspek jumlah dan presentase penduduk miskin.
Jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh Garis Kemiskinan (GK),
karena penduduk miskin merupakan penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran
per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan. Garis Kemiskinan didefinisikan
sebagai nilai rupiah yang harus dikeluarkan seseorang dalam sebulan agar dapat
memenuhi kebutuhan dasar asupan kalori sebesar 2.100 kkal/hari per kapita (garis
kemiskinan makanan) ditambah kebutuhan minimum non makanan yang merupakan
kebutuhan dasar seseorang, yaitu papan, sandang, sekolah, dan transportasi serta
kebutuhan individu dan rumah tangga dasar lainnya (garis kemiskinan non
makanan). Garis Kemiskinan (GK), terdiri dari dua komponen, yaitu Garis
Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM). Garis
Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum
makanan yang disetarakan dengan 2100 kkalori per kapita per hari. Paket komoditi
kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-padian, umbi-
umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan,
minyak dan lemak, dll). Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM) adalah kebutuhan
minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Paket komoditi
kebutuhan dasar non-makanan diwakili oleh 36 jenis komoditi (perumahan, listrik,
minyak tanah, dll).
Garis kemiskinan Provinsi Maluku Utara senantiasa mengalami kenaikan.
Garis kemiskinan di Provinsi Maluku Utara pada tahun 2017 sebesar Rp.390.998,-
naik sebesar Rp.14.444 atau 3,84persen dibandingkan tahun 2016 yang sebesar
Rp.376.554. Kenaikan garis kemiskinan tersebut cukup tinggi jika dibandingkan
kenaikan garis kemiskinan pada tahun 2016 lalu sebesar 9.43persen. Berdasarkan
kabupaten/kota, garis kemiskinan Kota Ternate pada tahun 2017 adalah yang
tertinggi yaitu sebesar Rp.514.396, sedangkan Halmahera Utara yang terendah
sebesar Rp.215.837. Perbedaan garis kemiskinan tersebut sangat mungkin
disebabkan oleh perbedaan harga komoditi dalam penghitungan garis kemiskinan di
masing-masing kabupaten/kota, baik komoditi makanan maupun non makanan.
Informasi Garis kemiskinan menurut kabupaten/kota di provinsi Maluku Utara dapat
dilihat pada Tabel berikut.
sebesar 0,89 naik menjadi 1,16 pada Tahun 2014, kemudian menurun di tahun 2015
menjadi 0,70, namun meningkat menjadi 0,73 di Tahun 2016 dan naik lagi menjadi
0,81 di Tahun 2017. Demikian pula halnya dengan Indeks Keparahan Kemiskinan
(P2), pada tahun 2013 sebesar 0,16 naik menjadi 0,24 pada Tahun 2014, kemudian
menurun di tahun 2015 menjadi 0,13, namun meningkat 0,18 di Tahun 2016 dan naik
lagi menjadi 0,20 di Tahun 2017.
Pergerakkan garis trend nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks
Keparahan Kemiskinan (P2) Provinsi Maluku Utara, nampaknya juga diikuti oleh
semua kabupaten/kota, yang juga berfluktuatif. Nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan
(P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Halmahera Timur merupakan yang
tertinggi, selama tahun 2013-2017. Sementara itu, Ternate masih konsisten berada di
level terendah. Meskipun di Tahun 2017 untuk P2 kemudian diambil alih Tidore
Kepulauan. Tentunya kedepan, harapan besarnya adalah menjaga performa baik
cakupan ini pada nilai yang serendah mungkin. Karena semakin kecil nilai
Indeksnya, maka realitasnya menggambarkan kondisi yang semakin lebih baik.
Tabel 2.2-26. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan
Kemiskinan (P2) menurut Kabupaten/Kota di Maluku Utara, Tahun 2013-2017
P1 P2
Kabupaten/Kota
2013 2014 2015 2016 2017 2013 2014 2015 2016 2017
Halmahera Barat 1,15 1,41 0,75 0,66 0,95 0,20 0,28 0,09 0,07 0,14
Halmahera 1,82 2,50 2,21 0,90 2,01 0,31 0,61 0,47 0,09 0,46
Tengah
Kepulauan Sula 1,18 1,63 1,02 1,54 0,67 0,24 0,44 0,21 0,42 0,09
Halmahera 0,65 0,89 0,54 0,53 0,45 0,13 0,19 0,09 0,16 0,08
Selatan
Halmahera Utara 0,54 0,73 0,42 0,39 0,63 0,10 0,12 0,06 0,05 0,14
Halmahera Timur 2,42 1,71 3,06 2,52 4,07 0,49 0,31 0,84 0,66 1,51
Pulau Morotai 0,69 0,40 0,47 0,40 0,83 0,08 0,04 0,04 0,06 0,17
Pulau Taliabu - - 0,65 1,46 0,90 - - 0,17 0,40 0,18
Ternate 0,16 0,26 0,23 0,22 0,37 0,05 0,05 0,02 0,03 0,09
Tidore Kepulauan 0,54 0,55 0,59 0,26 0,40 0,09 0,09 0,12 0,02 0,04
Maluku Utara 0,89 1,16 0,70 0,73 0,81 0,16 0,24 0,13 0,18 0,20
Sumber: https://www.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/1263 serta Data dan Informasi Kemiskinan Kabupaten-Kota Tahun
2017.BPS.2018
dalam membiayai kegiatannya. PAD terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah
yang sah.
Persentase PAD terhadap pendapatan dihitung dengan menggunakan angka
realisasi PAD terhadap realisasi pendapatan. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa
anggaran pembangunan yang bersumber dari PAD terhadap pendapatan daerah sejak
tahun 2013-2017 terus mengalami peningkatan, dengan persentase sebesar
12,61persen pada tahun 2013 hingga menjadi 14,39persenpada tahun 2017.
Informasi selengkapnya terdapat pada Tabel berikut.
Tabel 2.2-27. Persentase Realisasi PAD terhadap Realisasi Pendapatan Daerah
Provinsi Maluku Utara Tahun 2013-2016 (Rp.)
ASPEK
KESEJAHTERAAN
MASYARAKAT
Fokus Kesejahteraan
2013 2014 2015 2016 2017
dan Pemerataan
Ekonomi
Keuangan
1,315,899,115,0 1,508,784,594,0 1,801,248,262,9 2,022,296,143,2
Pendapatan 2,275,580,346,077.14
80.84 63.92 28.32 64.76
165,886,907,831 203,266,619,376 236,054,304,107 280,150,113,342
PAD 327,469,790,428.14
.52 .92 .32 .76
Persentase PAD
12.61 13.47 13.11 13.85 14.39
terhadap PD*)
Sumber : Dinas PKAD Provinsi Maluku Utara 2018 dan*) data olahan
ASPEK KESEJAHTERAAN
MASYARAKAT
Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan
2013 2014 2015 2016 2017
Ekonomi
Keuangan
Disclaime Disclaime WDP WTP WDP
Opini BPK r r
Sumber : Bappeda Provinsi Maluku Utara, 2018
ASPEK KESEJAHTERAAN
MASYARAKAT 2013 2014 2015 2016 2017
Fokus Kesejahteraan Sosial
Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
66.6
1
IPM Maluku Utara 64.78 65.18 65.91 3 67.20
70.1
2
IPM Indonesia 68.31 68.9 69.55 8 70.81
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, 2018
Pada dimensi umur panjang dan hidup sehat, Angka Harapan Hidup saat lahir
berkisar antara 61,32tahun (Pulau Taliabu) hingga 70,27tahun (Kota Ternate).
Sementara pada dimensi pengetahuan, Harapan Lama Sekolah berkisar antara
11,87tahun (Pulau Taliabu) hingga 15,3tahun (Kota Ternate), serta Rata-rata Lama
Sekolah berkisar antara 6,89tahun (Pulau Morotai) hingga 11,25tahun (Kota
Ternate). Sedangkan, pengeluaran per kapita disesuaikan di tingkat kabupaten/kota
berkisar antara 5,89juta rupiah per tahun (Pulau Morotai) hingga 12,99juta rupiah per
tahun (Kota Ternate). Informasi selengkapnya dapat dilihat pada Tabel berikut ini.
Tabel 2.2-51. Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia menurut
Kabupaten/Kota Provinsi Maluku Utara Tahun 2015-2017
Sumber : Berita Resmi Statistik No. 22/04/82/Th XVI, 17 April 2017. BPS Provinsi Maluku Utara, 2017.
Pengeluaran Per Kapita IPM
AHH (Tahun) MLS (Tahun) RLS (Tahun)
disesuaikan (Rp. 000) Capaian Pertumbuhan
Kab/Kota
2015 - 2016-
2015 2016 2017 2015 2016 2017 2015 2016 2017 2015 2016 2017 2015 2016 2017
2016 2017
Halmahera Barat 65.35 65.45 65.55 12.61 13.05 13.06 7.77 7.86 7.87 6889 7076 7266 62.97 63.83 64.19 1.37 0.56
Halmahera Tengah 62.40 62.60 62.80 12.29 12.70 12.92 7.85 8.14 8.37 7359 7481 7688 62.07 63.05 63.89 1.58 1.33
Kepulauan Sula 62.39 62.50 62.60 11.83 12.23 12.38 7.95 7.96 8.33 6545 6741 6859 60.5 61.25 62.04 1.24 1.29
Halmahera Selatan 65.03 65.11 65.20 11.91 12.31 12.52 7.15 7.42 7.43 6791 6894 7026 61.26 62.17 62.64 1.49 0.76
Halmahera Utara 68.77 68.86 68.94 12.69 13.06 13.06 8.06 8.35 8.36 6957 7110 7302 65.14 66.02 66.52 1.51 0.76
Halmahera Timur 67.49 67.67 67.85 12.09 12.48 12.48 7.57 7.77 7.89 7410 7560 7841 63.99 64.92 65.77 1.45 1.31
Pulau Morotai 65.98 66.13 66.28 11.59 11.92 12.17 6.84 6.88 6.89 5809 5888 6167 59.27 59.87 60.71 1.01 1.40
Pulau Taliabu 61.08 61.20 61.32 11.48 11.73 11.87 7.41 7.42 7.43 6158 6208 6306 58.26 58.66 59.03 0.69 0.63
11.1 11.1
Kota Ternate 70.07 70.17 70.27 15.05 15.06 15.3 2 3 11.25 12529 12643 12989 77.64 77.8 78.48 0.21 0.87
Tidore Kepulauan 68.43 68.54 68.64 13.27 13.74 13.9 8.91 9.11 9.39 7631 7772 8044 67.45 68.37 69.25 1.36 1.29
MALUKU UTARA 67.44 67.51 67.54 13.1 13.45 13.56 8.37 8.52 8.61 7423 7545 7792 65.91 66.63 67.2 1.09 0.86
ASPEK KESEJAHTERAAN
MASYARAKAT 2013 2014 2015 2016 2017
Fokus Kesejahteraan Sosial
97.3 98.3 98.4 98.6 98.7
1
Angka melek huruf (AMH) 7 6 9 7 8
Sumber: BPS RI - Susenas, 2009-2017
Selama periode 2010 hingga 2017, Rata-rata Lama Sekolah di Maluku Utara
telah meningkat sebesar 0,70tahun. Rata-rata Lama Sekolah di Maluku Utara tumbuh
1,3persen per tahun selama periode ini. Pertumbuhan yang positif ini merupakan
modal penting dalam membangun kualitas manusia Maluku Utara yang lebih baik.
Hingga tahun 2017 capaian Rata-rata Lama Sekolah di Maluku Utara sebesar
8.61tahun. Hal ini berarti bahwa secara rata-rata penduduk Maluku Utara usia 25
tahun ke atas telah mengenyam pendidikan hingga kelas VIII (SMP kelas II atau
putus sekolah di kelas III). Data juga memperlihatkan bahwa capaian Rata-rata Lama
Sekolah Provinsi Maluku Utara memiliki kecenderungan yang sama dengan capaian
Nasional yakni pergerakan trend yang terus meningkat dari tahun ke tahun, bahkan
secara kualitas Maluku Utara masih lebih baik dibanding dengan Nasional.
Ditinjau dari aspek kewilayahan, nampak bahwa semua Kabupaten/Kota di
Provinsi Maluku Utara memiliki yang terus meningkat selama periode 2010-2017.
Bahkan selama periode ini, Kota Ternate dan Tidore Kepulauan telah melampaui
jauh, berada diatas capaian provinsi maupun Indonesia. Informasi lebih lanjut dapat
dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 2.2-53. Rata-rata Lama Sekolah/RLS menurut Kabupaten/Kota di
Provinsi Maluku Utara, Tahun 2010 – 2017
Halmahera Selatan 6.87 6.91 6.95 6.99 7.03 7.15 7.42 7.43
Halmahera Utara 7.72 7.82 7.92 7.97 7.98 8.06 8.35 8.36
Halmahera Timur 6.76 6.92 7.02 7.33 7.34 7.57 7.77 7.89
Pulau Morotai - 6.58 6.7 6.81 6.84 6.84 6.88 6.89
Pulau Taliabu - - - 7.39 7.4 7.41 7.42 7.43
Ternate 10.3 10.53 10.58 11.06 11.11 11.12 11.13 11.25
Tidore Kepulauan 8.21 8.27 8.44 8.61 8.72 8.91 9.11 9.39
MALUKU UTARA 7.91 7.98 8.04 8.27 8.34 8.37 8.52 8.61
INDONESIA 7.46 7.52 7.59 7.61 7.73 7.84 7.95
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, beberapa tahun.
Sementara itu, Selama periode 2010 hingga 2017, Harapan Lama Sekolah di
Maluku Utara telah meningkat sebesar 1,82tahun, dengan secara rata-rata tumbuh
sebesar 1,94persen per tahun. Pertumbuhan yang positif ini juga merupakan modal
penting dalam membangun kualitas manusia Maluku Utara yang lebih baik.
Meningkatnya Harapan Lama Sekolah menjadi sinyal positif bahwa semakin banyak
penduduk yang bersekolah. Di tahun 2017, Harapan Lama Sekolah di Maluku Utara
telah mencapai 13,56tahun yang berarti bahwa anak-anak usia 7 tahun memiliki
peluang untuk menamatkan pendidikan mereka hingga lulus SMA atau D1. Seperti
halnya Rata-rata Lama Sekolah, data juga memperlihatkan bahwa capaian Harapan
Lama Sekolah Provinsi Maluku Utara memiliki kecenderungan yang sama dengan
capaian Nasional yakni pergerakan trend yang terus meningkat dari tahun ke tahun,
bahkan secara kuantitatif Maluku Utara masih lebih baik dibanding dengan Nasional.
Ditinjau dari aspek kewilayahan, nampak bahwa semua Kabupaten/Kota di Provinsi
Maluku Utara memiliki trend yang terus meningkat selama periode 2010-2017.
Bahkan selama periode ini, Kota Ternate dan Tidore Kepulauan telah melampaui
jauh, berada diatas capaian provinsi maupun Indonesia. Informasi selengkapnya
dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 2.2-54. Harapan Lama Sekolah/RLS menurut Kabupaten/Kota di
Provinsi Maluku Utara, Tahun 2010 – 2017
Harapan Lama Sekolah (tahun)
Wilayah
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Halmahera Barat 11.89 11.9 11.91 11.92 12.15 12.61 13.05 13.06
Halmahera Tengah 11.92 11.95 11.98 12.01 12.27 12.29 12.7 12.92
Kepulauan Sula 11.00 11.17 11.34 11.51 11.69 11.83 12.23 12.38
Halmahera Selatan 10.55 10.67 11.15 11.18 11.32 11.91 12.31 12.52
Halmahera Utara 11.09 11.57 11.84 12.18 12.29 12.69 13.06 13.06
Halmahera Timur 10.70 10.97 11.23 11.71 12.06 12.09 12.48 12.48
Pulau Morotai 10.33 10.48 10.63 10.77 10.92 11.59 11.92 12.17
Pulau Taliabu - - - 10.76 10.96 11.48 11.73 11.87
Ternate 13.96 14.13 14.31 14.48 14.66 15.05 15.06 15.30
Tidore Kepulauan 12.38 12.55 12.73 12.91 13.09 13.27 13.74 13.90
Maluku Utara 11.74 11.79 12.19 12.48 12.72 13.10 13.45 13.56
INDONESIA 11.29 11.44 11.68 12.10 12.39 12.55 12.72
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, beberapa tahun.
period) terutama untuk pertumbuhan janin sehingga bila terjadi gangguan pada masa
ini tidak dapat dicukupi pada masa berikutnya dan akan berpengaruh negatif pada
kualitas generasi penerus. Status gizi balita dapat diukur dengan indeks berat badan
per umur (BB/U), tinggi badan per umur (TB/U) dan berat badan per tinggi badan (
BB/TB).
Keadaan gizi masyarakat Maluku Utara yang tercermin melalui persentase
balita gizi buruk menunjukkan kecenderungan penurunan pada empat tahun terakhir
periode tahun 2013-2017. Pada tahun 2013 persentase balita gizi buruk Provinsi
Maluku Utara sebesar 0,66persen, kemudian menurun hingga 0,41persen pada tahun
2017. Informasi selengkapnya dapat dilihat pada Tabel berikut ini.
Tabel 2.2-56. Persentase Balita Gizi Buruk Provinsi Maluku Utara, 2013 – 2017
Sementara itu, hasil PSG 2016 mendapatkan persentase balita sangat pendek
secara Nasional sebesar 8,6persen dan pendek sebesar 19,0persen. Target persentase
balita pendek dan sangat pendek adalah kurang dari 20persen. Provinsi dengan
persentase balita pendek dan sangat pendek terbesar adalah Sulawesi Barat
(39,7persen) dan terendah adalah Sumatera Selatan (19,2persen). Provinsi Maluku
Utara (24,6persen) berada di bawah capaian rata-rata Nasional, namun masih jauh
dari target Nasional.
Gambar 2.22. Persentase balita usia 0-59 bulan menurut status gizi dengan indeks TB/U
menurut provinsi, Tahun 2015-2016
Dari data dan informasi pengembangan desa dan kelurahan siaga aktif tahun
2013 (Kemenkes, 2013) menunjukkan bahwa persentase desa dan kelurahan siaga
aktif Provinsi Maluku Utara tahun 2012 sebesar 74,6persen berada di atas capaian
rata-rata Nasional (65,0persen). Dan akhirnya, seperti yang dilaporkan Dinas
Kesehatan Provinsi Maluku Utara (2018), capaian ini kemudian terus meningkat
hingga sejak tahun 2013-2017, terdapat semua desa/kelurahan di Provinsi Maluku
Utara telah memenuhi desa/kelurahan siaga aktif.
Indikator ini mengindikasikan besarnya penduduk usia kerja yang aktif secara
ekonomi di suatu wilayah dan menunjukkan besaran relatif suplai tenaga kerja yang
tersedia untuk produksi barang dan jasa dalam suatu perekonomian. Perkembangan
TPAK Provinsi Maluku Utara selama periode Agustus tahun 2013 hingga Agustus
2017 menunjukkan kecenderungan perkembangan yang fluktuatif. Setelah menurun
menjadi 63,88persen pada tahun 2014, arah trend sempat naik menjadi 66,43persen
pada tahun 2015, namun kemudian memperlihatkan penurunan hingga pada Agustus
2017 menjadi 63,65persen.
Gambar 2.23. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Provinsi Maluku
Utara,
Tahun 2013-2017
Sumber : Indikator Ketenagakerjaan Provinsi Maluku Utara Agustus 2017. BPS. 2018
Pasokan tenaga kerja di Maluku Utara cukup memadai yaitu selalu diatas
60persen dari penduduk usia kerja yang dimiliki. Pada Agustus 2017, TPAK Maluku
Utara mencapai 63,65persen, sedikit menurun dibanding tahun sebelumnya
(66,19persen). Angka tersebut mengandung arti bahwa dari 100orang penduduk usia
kerja (15tahun ke atas) di Maluku Utara yang ikut berpartisipasi aktif dalam
perekonomian sekitar 64orang. Selebihnya melakukan kegiatan lain seperti:
bersekolah, mengurus rumah tangga, pensiun, atau melakukan kegiatan lainnya yang
tidak bernilai ekonomis.
TPAK laki-laki pada Agustus 2017 jauh lebih besar dibanding TPAK
perempuan. Pada Agustus 2017 TPAK laki-laki sebesar 80,25persen yang juga
menurun dibanding tahun sebelumnya (82,80persen). Sementara itu, TPAK
perempuan pada periode yang sama juga mengalami penurunan dari 48,88persen
pada Agustus 2016 menjadi 46,36persen pada Agustus 2017. Partisipasi perempuan
dalam pasar tenaga kerja Maluku Utara selama lima tahun terakhir selalu jauh lebih
rendah dibanding laki-laki. Hal ini tercermin dari nilai TPAK yang dihasilkan, di
mana TPAK laki-laki hampir dua kali lipat TPAK perempuan. TPAK laki-laki selalu
diatas 80persen, sedangkan TPAK perempuan berada di bawah 50persen. Hal ini
mengindikasikan bahwa pasar tenaga kerja Maluku Utara masih didominasi oleh
penduduk laki-laki.
Tabel 2.2-62. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Provinsi Maluku Utara,
menurut Klasifiksi wilayah dan jenis kelamin, Tahun 2017
Sumber : Indikator Ketenagakerjaan Provinsi Maluku Utara Agustus 2017. BPS. 2018
TPAK (%)
No Kabupaten / Kota
2011 2012 2013 2014 2015 2017*
1 Halmahera Barat 68,21 74,94 71,24 70,50 71,92 68,50
2 Halmahera Tengah 79,51 74,74 59,15 69,17 68,13 61,06
3 Kepulauan Sula 58,41 61,68 59,34 59,63 72,15 60,72
4 Halmahera Selatan 67,66 70,22 72,44 66,47 69,35 67,53
5 Halmahera Utara 66,36 68,90 62,51 60,12 63,62 59,04
6 Halmahera Timur 67,57 69,43 67,70 66,86 72,06 71,36
7 Pulau Morotai 64,65 65,99 65,93 56,92 56,39 63,50
8 Pulau Taliabu - - - - 66,93 70,82
9 Ternate 58,91 56,69 55,50 62,14 61,17 60,03
10 Tidore Kepulauan 64,74 63,81 69,15 66,75 66,23 60,89
Provinsi Maluku Utara 64,72 66,11 64,35 63,88 66,43 63,65
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, 2016 dan *) Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Maluku Utara Agustus
2017. BPS. 2018
Sumber : Indikator Ketenagakerjaan Provinsi Maluku Utara Agustus 2017. BPS. 2018
TPT (%)
No Kabupaten / Kota
2011 2012 2013 2014 2015 2017*
1 Halmahera Barat 1,29 3,01 1,28 4,00 4,29 2,00
2 Halmahera Tengah 7,70 9,34 7,68 4,90 10,36 3,95
3 Kepulauan Sula 7,50 5,62 4,82 9,67 3,75 5,86
4 Halmahera Selatan 3,78 4,96 4,15 2,34 6,31 4,68
5 Halmahera Utara 3,67 1,52 2,25 4,17 5,81 4,92
6 Halmahera Timur 3,61 6,83 6,20 4,35 4,03 4,36
7 Pulau Morotai 7,90 3,86 4,22 3,70 9,97 6,11
8 Pulau Taliabu - - - - 9,72 6,69
9 Ternate 8,27 7,72 4,73 8,72 6,87 7,71
10 Tidore Kepulauan 5,28 2,16 1,81 3,69 4,58 5,95
Provinsi Maluku Utara 5,23 4,78 3,80 5,29 6,05 5,33
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, 2016 dan *) Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Maluku Utara Agustus
2017. BPS. 2018
Sumber : Indikator Ketenagakerjaan Provinsi Maluku Utara Agustus 2017. BPS. 2018
2015 2017
Kabupaten / Kota bekerja
angkatan
rasio* bekerja
angkatan
rasio*
kerja kerja
ASPEK KESEJAHTERAAN
MASYARAKAT 2013 2014 2015 2016 2017
Fokus Kesejahteraan Sosial
Tenaga Kerja
Laju Pertumbuhan PDRB1 6,36 5,49 6,10 5,77 7,67
454,97 456,017 482,54 503,47 488,71
∑ tenaga kerja1 8 3 9 5
Laju Pertumbuhan PDRB per Tenaga
Kerja2 0.001 0.001 0.001 0.001 0.002
Sumber : 1Provinsi Maluku Utara Dalam Angka 2014-2018. BPS Maluku Utara dan 2data olahan
Tabel 2.2-73. Rasio kesempatan kerja terhadap penduduk usia 15+ menurut
kabupaten/kota di Provinsi Maluku Utara, 2015-2017
2.2.1.2.14. Proporsi Tenaga Kerja yang berusaha sendiri dan pekerja bebas
keluarga terhadap total kesempatan kerja
adalah proporsi penduduk usia 15+ yang bekerja yang berstatus berusaha
sendiri,pekerja bebas dan pekerja keluarga terhadap total penduduk 15+ yang
bekerja, dinyatakan dalam persentase
Penduduk Provinsi Maluku Utara pada aspek ketenagakerjaan dapat dilihat
dari proporsi tenaga kerja yang berusaha sendiri dan pekerja bebas keluarga terhadap
total kesempatan kerja. Indikator ini dipergunakan untuk melihat proporsi penduduk
bekerja yang memiliki pekerjaan pada kegiatan informal. Status pekerjaan adalah
kedudukan seseorang dalam melakukan pekerjaan di suatu unit usaha/kegiatan.
Kategorisasi menurut status pekerjaan bisa menjadi indikator yang menggambarkan
dinamika pasar tenaga kerja dan tingkat pembangunan suatu daerah. Status
Pekerjaan Utama pada Sakernas diklasifikasikan menjadi tujuh kelompok, yaitu: (1).
Berusaha sendiri, (2). Berusaha dibantu buruh tidak tetap/pekerja keluarga/tidak
dibayar, (3). Berusaha dibantu buruh tetap/dibayar, (4). Buruh/karyawan/pegawai,
(5). Pekerja bebas di pertanian, (6). Pekerja bebas di non pertanian dan (7). Pekerja
keluarga/tidak dibayar.
Pada 2015-2017 penduduk yang bekerja dengan status berusaha sendiri terus
mengalami penurunan, dari 45,33persen menjadi 42,39persen. Hal ini bisa menjadi
salah satu indikasi terkait perkembangan usaha pada sektor informal di Maluku
Utara. Informasi selengkapnya dapat dilihat pada Tabel berikut ini.
Tabel 2.2-74. Proporsi tenaga kerja yang berusaha sendiri dan pekerja bebas keluarga
terhadap total kesempatan kerja Provinsi Maluku Utara, 2015-2017
sistem aparatur, terutama perbaikan sistem rekruitmen Aparatur Sipil Negara (ASN)
dengan menerapkan Sistem CAT (Computer Assisted Test) dalam penerimaan Calon
Pegawai Negeri Sipil (CPNS).
Sejak Tahun 2013 Pemerintah Provinsi Maluku Utara telah menerapkan Sistem
CAT (Computer Assisted Test) dalam penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil
(CPNS), merupakan 1 (satu) dari 6 (enam) provinsi yang menjadi pelopor dalam
pelaksanaan sistem CAT sehinga mendapatkan penghargaan BKN Award dari Badan
Kepegawaian Negara. Penghargaan CAT diterima langsung Wakil Gubernur Maluku
Utara, Muhammad Natsir Thaib dari Kepala BKN Drs. Eko Soetrsino, Msi di
Kantor Regional XI Manado.
Pada awal tahun 2017, terkait pelaksanaan pengisian jabatan pimpinan tinggi,
Pemerintah Provinsi Maluku Utara juga telah melaksanakan seleksi secara terbuka
sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang
ASN, yang diawali dengan jabatan Sekretaris Daerah (Sekda) kemudian jabatan
pimpinan tinggi eselon II.
Penghargaan BASARNAS
Gubernur Maluku Utara KH Abdul Gani Kasuba,LC kembali menerima
penghargaan, kali ini penghargaan yang diterima berasal dari Badan SAR Nasional
(BASARNAS) Republik Indonesia. Pemberian penghargaan berupa penyamatan
Wing Briffet SAR oleh Kepala Badan SAR Nasional Republik Indonesia Marsekal
Madya TNI FH Bambang Soelistio S.Sos kepada Gubernur Maluku Utara KH.Abdul
Gani Kasuba.Lc karena dinilai memiliki perhatian dan kepedulian terhadap
penanganan Bencana Alam yang menimpa masyarakat. Pemberian penghargaan
tersebut diterima/dilaksanakan pada momentum perayaan Hari Ulang Tahun Badan
SAR Nasional (BASARNA) Ke-44 di Lapangan Perkemahan Cibubur, Jakarta, pada
tanggal 28 Februari 2016.
Indeks Kebahagiaan
Hasil survei Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan warga di Provinsi
Maluku Utara ternyata menjadi yang paling bahagia di Indonesia, sebagaimana dirilis
BPS Selasa 15 Agustus 2017. Provinsi yang menunjukan indeks kebahagiaan
tertinggi cenderung ke provinsi kepulauan, Maluku Utara, Maluku, dan Sulawesi
Utara.
ivent budaya Legu Gam di Kota Ternate, Festival Teluk Jailolo (FTJ) di Halmahera
Barat, Festival Kesenian dan Festival Maitara di Kota Tidore, Festival Hibualamo di
Halmahera Utara, Festival Caka Iba di Halmahera Tengah, Festival Gura Ici di
Halmahera Selatan dan perayaan-parayaan Hari Ulang Tahun Provinsi maupun hari
ulang tahun kabupaten/kota di Maluku Utara.
Untuk menjaga eksistensi seni budaya di Maluku Utara, pemerintah daerah
terus mendorong perkembangan group-group kesenian di daerah. Pertumbuhan
group-group kesenian daerah tak terpisahkan dari upaya pemerintah daerah untuk
mendorong humanisasi dan keharmonisasi social di level masyarakat. Gambaran
group keseniaan di Provinsi Maluku Utara tahun 2014 dapat dilihat pada tabel
diabwah ini.
Tabel 2.2-76. Jumlah Group Kesenian di Provinsi Maluku Utara Tahun 2014
Maluku Utara juga memiliki kekayaan seni budaya khususnya seni budaya
pertunjukan dan tari-tarian, antara lain: Tari Soya-soya, Tide-tide, Cakalele, Dana-
dana, Lalayon, Togal, Baramasuen (Bambu gila), Gala, Salai Jin, Tujuh Putri,
Kabata, Tokuwela, Bobaso, Denge-denge, Lala, tarian Legu, tarian bidadari, tarian
saro-saro, tarian kapita,Bambu tada dan Yangere. Untuk bahasa daerah/lokal terdapat
sekitar 34 bahasa yang digunakan oleh 34 etnis/sub etnis di Maluku Utara.
Selain itu, ada beberapa budaya lokal masyarakat yang hingga kini masih
terus dilestarikan, seperti Bari yaitu sistem gotong-royong yang dilaksanakan
masyarakat di Halmahera Utara dan sekitarnya, Bari Fola di Tidore, Fagogoru di
Halmahera Tengah, Saruma dan Hapolas di Halmahera Selatan, Lom Poa Do Hoi di
Kepulauan Sula, dan Leleyan yang dilaksanakan oleh hampir semua daerah di
Provinsi Maluku Utara, juga terdapat beberapa ritual adat dan keagamaan seperti;
Tahlil, Ratib, Dabus, Kololi Kie Ternate dan Tidore, Ela - ela dan Lufu Kie.
2.2.2.1.1. Pendidikan
2016 2017
Masih/Pernah Masih/Pernah Mengikuti Pra
Pernah
Mengikuti Pra Sekolah
Mengikuti Pra
No Kabupaten/Kota Sekolah TA
Sekolah TA
2014/2015
2013/2014 dan
Sebelum TA laki-laki perempuan laki+perempuan
2013/2014
Tabel 2.3-2. Angka Partisipasi Kasar (APK) Provinsi Maluku Utara dan Indonesia
Tahun 2013-2017
APK
TAHUN SD/MI/Paket A SMP/MTS/ Paket B SMA/MA/ Paket C
Maluku Utara Indonesia Maluku Utara Indonesia Maluku Utara Indonesia
2013 110.55 107.71 82.08 85.96 81.19 66.61
2014 110.75 108.87 86.06 88.63 84.23 74.26
2015 115.41 110.50 93.90 91.17 84.61 78.02
2016 113.70 109.31 89.13 90.12 83.67 80.89
2017 113.14 108.50 87.05 90.23 91.56 82.84
Sumber: https://www.bps.go.id/dynamictable/2015/12/22/1050/angka-partisipasi-kasar-apk-menurut-provinsi-2011-2017.html
APM SD/MI/Paket A
No. Kabupaten/kota
laki-laki perempuan laki+perempuan
APM SMP/MTs/Paket B
No. Kabupaten/kota
laki-laki perempuan laki+perempuan
APM SMA/SMK/MA/Paket C
No. Kabupaten/kota
laki-laki perempuan laki+perempuan
APS 13-15 Tahun Provinsi Maluku Utara dan Indonesia selama periode
waktu Tahun 2014-2017 menunjukkan arah trend yang sama yakni senantiasa
mengalami peningkatan. Akan tetapi, selama periode tersebut APS 13-15 Tahun
Provinsi Maluku Utara selalu masih lebih baik dibanding APS 13-15 Tahun
Indonesia. Informasi selengkapnya dilihat pada Tabel berikut ini.
Tabel 2.3-13. Perbandingan Angka Partisipasi Sekolah (APS) SMP/MTs/Paket B
(13-15 Tahun) Provinsi Maluku Utara dan Indonesia Tahun 2014-2017
APS 16-18 Tahun Provinsi Maluku Utara dan Indonesia selama periode
waktu Tahun 2014-2017 menunjukkan arah trend yang sama yakni senantiasa
mengalami peningkatan. Akan tetapi, selama periode tersebut APS 16-18 Tahun
Provinsi Maluku Utara selalu masih lebih baik dibanding APS 16-18 Tahun
Indonesia.
Tabel 2.3-15. Perbandingan Angka Partisipasi Sekolah (APS) SMA/SMK/MA/
Paket C (16-18 Tahun) Provinsi Maluku Utara dan Indonesia Tahun 2014-2017
Sumber : Statistik Kesejahteraan Rakyat Provinsi Maluku Utara, 2017. BPS. 2018.
Proporsi penduduk menurut kelompok usia sekolah yang sudah tidak bersekolah lagi atau
yang tidak menamatkan suatu jenjang pendidikan tertentu terhadap jumlah penduduk yang
pernah/sedang bersekolah pada kelompok usia sekolah yang bersesuaian.
Angka Putus Sekolah SMP (13-15 Tahun) Provinsi Maluku Utara pada
Tahun 2017/2018 sebesar 0,35persen, artinya secara rata-rata dari 100 penduduk
berusia 13-15 tahun yang sedang atau pernah bersekolah terdapat sekitar ±1 orang
yang putus sekolah. Kondisi ini tidak jauh berbeda atau sedikit lebih kecil jika
Angka Putus Sekolah SMA (16-18 Tahun) Provinsi Maluku Utara pada
Tahun 2017/2018 sebesar 1,67persen, artinya secara rata-rata dari 100 penduduk
berusia 16-18 tahun yang sedang atau pernah bersekolah terdapat sekitar ±2 orang
yang putus sekolah. Kondisi ini jauh berbeda atau lebih besar jika dibanding dengan
capaian Indonesia yang sebesar 0,67persen. Arah kecenderungan angka putus
sekolah SMA selama periode 2014/2015 hingga 2017/2018 untuk Indonesia terus
mengalami penurunan, sedangkan Provinsi Maluku Utara berfluktuatif, bahkan
cenderung meningkat pada akhir periode. Informasi selengkapnya dapat dilihat
pada Tabel berikut ini.
Tabel 2.3-19. Perbandingan Angka Putus Sekolah SMA (16-18 Tahun) Provinsi
Maluku Utara dan Indonesia Tahun 2014-2017
Angka Putus Sekolah SMA (16-18 TAHUN)
APS
Jenjang Tahun 2014/2015 Tahun 2015/2016 Tahun 2016/2017 Tahun 2017/2018
Pendidikan ∑siswa putus % ∑siswa putus % ∑siswa putus % ∑siswa putus %
sekolah sekolah sekolah sekolah
Maluku 33,868 695 2.04 32,041 253 0.75 36,314 188 0.59 38,227 582 1.60
Utara
Indonesia 4,232,572 27,048 1.59 4,312,407 40,454 0.96 4,659,542 36,419 0.84 4,783,645 31,123 0.67
Sumber : Ikhtisar Data Pendidikan Tahun 2014/2015-2017/2018. Kemendikbud RI. 2018.
Angka Putus Sekolah SMK (16-18 Tahun) Provinsi Maluku Utara pada
Tahun 2017/2018 sebesar 3,47persen, artinya secara rata-rata dari 100 penduduk
berusia 16-18 tahun yang sedang atau pernah bersekolah terdapat sekitar ±4 orang
yang putus sekolah. Kondisi ini jauh berbeda atau lebih besar jika dibanding dengan
capaian Indonesia yang sebesar 1,57persen. Arah kecenderungan angka putus
sekolah SMK selama periode 2014/2015 hingga 2017/2018 terus mengalami
penurunan untuk Indonesia, sedangkan Provinsi Maluku Utara berfluktuatif, bahkan
cenderung meningkat pada akhir periode. Informasi selengkapnya dapat dilihat
pada Tabel berikut ini.
Tabel 2.3-20. Perbandingan Angka Putus Sekolah SMK (16-18 Tahun) Provinsi
Maluku Utara dan Indonesia Tahun 2014-2017
Angka kelulusan
sebagai persentase jumlah lulusan pada jenjang pendidikan tertentu terhadap jumlah siswa
tingkat tertinggi pada jenjang pendidikan tersebut pada tahun sebelumnya
untuk Provinsi Maluku Utara maupun Indonesia. Bahkan, selama periode ini angka
kelulusan SD/MI Provinsi Maluku Utara masih dibawah capaian Indonesia.
Informasi selengkapnya dapat dilihat pada Tabel berikut ini.
Tabel 2.3-21. Perbandingan Angka Kelulusan Sekolah SD/MI Provinsi Maluku Utara
dan Indonesia Tahun 2014-2017
Angka Kelulusan SD
AL Tahun Tahun Tahun Tahun
Jenjang Pendidikan 2014/2015 2015/2016 2016/2017 2017/2018
Maluku Utara
∑siswa kelas VI 25,825 25,703 27,175
siswa lulus 21,460 26,908 25,577 25,568
AL (%) 104.2 99.5 94.1
Indonesia
∑siswa kelas VI 4,233,981 4,193,718 4,124,688 4,128,024
siswa lulus 4,369,259 4,381,997 4,400,553 4,115,553
AL (%) 103.2 104.5 106.7 99.7
Sumber : Ikhtisar Data Pendidikan Tahun 2014/2015-2017/2018. Kemendikbud RI. 2018.
Angka melanjutkan
sebagai persentase dari jumlah siswa baru kelas 1 jenjang pendidikan lanjutan tertentu
terhadap jumlah siswa lulus jenjang pendidikan sebelumnya pada tahun sebelumnya.
Seorang anak yang telah lulus jenjang pendidikan tertentu, tidak secara
otomatis akan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Hal ini bisa
disebabkan beberapa faktor yang memiliki keterkaitan diantaranya : faktor ekonomi,
budaya dan geografis. Angka melanjutkan jenjang pendidikan tertentu ke jenjang
pendidikan di atasnya, menunjukkan persentase dari anak-anak yang telah
meninggalkan kelas terakhir jenjang pendidikan tertentu, pada tahun ajaran tertentu,
kemudian melanjutkan pendidikannnya ke jenjang pendidikan di atasnya pada tahun
berikutnya. AM merupakan indikator yang menggambarkan jumlah anak-anak
usia sekolah yang meneruskan pendidikannya ke jenjang pendidikan berikutnya.
Jumlah siswa baru tingkat I pada jenjang SMP/MTs terhadap jumlah lulusan pada jenjang
SD/MI Tahun ajaran sebelumnya, dinyatakan dalam persen
Angka melanjutkan SD/MI ke SMP/MTs menunjukkan persentase dari anak-
anak yang telah meninggalkan kelas terakhir SD pada tahun ajaran tertentu kemudian
melanjutkan pendidikannnya ke jenjang SMP pada tahun berikutnya. Angka
melanjutkan SD/MI ke SMP/MTs Provinsi Maluku Utara pada Tahun 2017/2018
sebesar 78,13persen. Artinya, secara rata-rata dari 100 siswa lulusan SD/MI,
terhadap ±78anak yang melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs. Mengindikasikan
bahwa sebagian siswa yang telah lulus SD/MI tidak melanjutkan pendidikannya ke
SMP/MTs. Kondisi ini berbeda atau lebih kecil jika dibandingkan dengan capaian
Indonesia yang sebesar 81,50persen. Arah kecenderungan angka melanjutkan
sekolah SD/MI ke SMP/MTs selama periode 2014/2015 hingga 2017/2018 terus
mengalami peningkatan, terutama pada tiga tahun terakhir, bagi Provinsi Maluku
Utara, sedangkan trend Indonesia terus meningkat. Namun demikian, selama periode
ini angka melanjutkan sekolah SD/MI ke SMP/MTs Provinsi Maluku Utara masih di
bawah capaian Indonesia.
Tabel 2.3-25. Perbandingan Angka Melanjutkan Sekolah SD/MI ke SMP/MTs Provinsi
Maluku Utara dan Indonesia Tahun 2014-2017
Fasilitas pendidikan
Sebagai jumlah sekolah pada jenjang pendidikan tertentu (SD/MI, SMP/MTs, dan
SMA/SMK/MA) yang dalam kondisi bangunan baik terhadap jumlah seluruh sekolah pada
jenjang pendidikan tersebut.
Tabel 2.3-28. Banyaknya Sekolah dan Ruang Kelas Sekolah Dasar (SD) menurut
kabupaten/kota di Provinsi Maluku Utara, 2017/2018
%
∑ ruang Kelas SD kondisi
∑ baik
Kabupaten / Kota Sekolah rusak rusak rusak rusak terhadap
Baik total ∑ruang
ringan sedang berat total
kelas
Maluku Utara 1,305 1,597 4,202 902 759 628 8,085 19.75
148,24 283,10 600,20 81,60 63,12 44,09 1,072,13
Indonesia 26.41
4 9 7 1 8 1 6
Sumber : Ikhtisar Data Pendidikan Tahun 2017/2018. Kemendikbud RI. 2018.
Data juga menunjukkan bahwa secara rinci, kondisi ruang kelas SMP
disamping kondisi baik, ternyata didominasi oleh kondisi rusak ringan, rusak sedang,
rusak berat, dan rusak total. Dari besarnya persentase cakupan ditemukan bahwa
kondisi rusak ringan menguasai 46.31persen terhadap kondisi ruang kelas SMP di
Provinsi Maluku Utara, sementara cakupan ini di Indonesia sebesar 54.11persen.
Informasi selengkapnya dapat dilihat pada Tabel berikut ini.
Tabel 2.3-30. Banyaknya Sekolah, dan Ruang Kelas SMP menurut Kabupaten/Kota di
Provinsi Maluku Utara, 2017/2018
% kondisi
Kabupaten / Kota ∑ ∑ ruang Kelas SMP
Sekolah baik
rusak rusak rusak rusak terhadap
Baik total
ringan sedang berat total ∑ruang
kelas
Maluku Utara 473 625 1,180 318 260 165 2,548 24.53
38,96 106,44 193,92 26,32 20,11 11,54
Indonesia 358,361 29.70
0 6 7 4 6 8
Sumber : Ikhtisar Data Pendidikan Tahun 2014/2015-2017/2018. Kemendikbud RI. 2018.
Tabel 2.3-31. Banyaknya Sekolah, dan Ruang Kelas Sekolah Menengah Atas (SMA)
Provinsi Maluku Utara dan Indonesia, 2015-2017
Data juga menunjukkan bahwa secara rinci, kondisi ruang kelas SMA
disamping kondisi baik, ternyata didominasi oleh kondisi rusak ringan, rusak sedang,
rusak berat, dan rusak total. Dari besarnya persentase cakupan ditemukan bahwa
kondisi rusak ringan menguasai 55.84persen terhadap kondisi ruang kelas SMA di
Provinsi Maluku Utara, sementara cakupan ini di Indonesia sebesar 46.87persen.
Tabel 2.3-32. Banyaknya Sekolah dan Ruang Kelas SMA menurut kabupaten/kota di
Provinsi Maluku Utara, 2017/2018
% kondisi
∑ ruang Kelas SMA baik
∑
Kabupaten / Kota Sekolah rusak rusak rusak rusak total terhadap
Baik ∑ruang
ringan sedang berat total kelas
Tabel 2.3-33. Banyaknya Sekolah, dan Ruang Kelas Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) Provinsi Maluku Utara dan Indonesia, 2015-2017
Data juga menunjukkan bahwa secara rinci, kondisi ruang kelas SMK
disamping kondisi baik, ternyata didominasi oleh kondisi rusak ringan, rusak sedang,
rusak berat, dan rusak total. Dari besarnya persentase cakupan ditemukan bahwa
kondisi rusak ringan menguasai 52.64persen terhadap kondisi ruang kelas SMK di
Provinsi Maluku Utara, sementara cakupan ini di Indonesia sebesar 48.15persen.
Informasi selengkapnya dapat dilihat pada Tabel berikut ini.
Tabel 2.3-34. Perbandingan Banyaknya Sekolah dan Ruang Kelas SMK di Provinsi
Maluku Utara dan Indonesia, 2017/2018
%
∑ ruang Kelas SMK kondisi
∑ baik
Kabupaten / Kota Sekolah rusak rusak rusak rusak terhadap
Baik total
ringan sedang berat total ∑ruang
kelas
Maluku 11,837 161,875 731.24 9,840 155,628 632.28 9,247 158,315 584.09
Utara
Indonesia 1,795,613 25,885,053 693.69 1,586,127 25,618,078 619.14 1,485,602 25,486,506 582.90
Sumber : Ikhtisar Data Pendidikan Tahun 2014/2015-2017/2018. Kemendikbud RI. 2018 dan *) Data olahan
Sementara itu, rasio ideal untuk SMP/MTs adalah setiap SMP/MTs tersedia 1
(satu) orang guru untuk setiap mata pelajaran dan untuk daerah khusus tersedia satu
orang guru untuk setiap rumpun mata pelajaran. Rasio guru-murid SMP di Provinsi
Maluku Utara sampai dengan tahun 2017/2018 telah mencapai 770,9guru per 10.000
murid pendidikan dasar SMP, atau setara dengan rasio guru-murid di SMP sebesar
1:13, masih sedikit lebih baik dibanding Indonesia yang sebesar 620,3guru per
10.000 murid pendidikan dasar SMP, atau setara 1:16. Informasi selengkapnya dapat
dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 2.3-39. Rasio guru terhadap murid Sekolah Menengah Pertama (SMP) Provinsi
Maluku Utara dan Indonesia, 2015-2017
Kepulauan Sula 489 5,053 967.7 10.33 226 2,189 1,032. 9.69
4
Halmahera Selatan 851 11,069 768.8 13.01 339 2,657 1,275. 7.84
9
Halmahera Utara 520 8,246 630.6 15.86 263 1,900 1,384. 7.22
2
Halmahera Timur 385 4,190 918.9 10.88 157 919 1,708. 5.85
4
Pulau Morotai 279 3,076 907.0 11.03 125 1,164 1.073. 9.31
9
Pulau Taliabu 263 3,302 796.5 12.56 0 0 0 0
Ternate 694 8,667 800.7 12.49 198 1,378 1,436. 6.96
9
Tidore Kepulauan 480 4,281 1,121. 8.92 259 1,553 1,667. 6.00
2 7
Maluku Utara 4,71 55,948 842.4 11.87 1,78 13,03 1,371. 7.29
3 7 0 5
Sumber : Provinsi Maluku Utara Dalam Angka 2017. BPS Provinsi Maluku Utara, 2017 dan *)Data Olahan
Tahun
Jenjang pendidikan
2015/2016 2016/2017 2017/2018
SD
banyaknya lulusan 26,908 25,577 25,568
∑penduduk usia 12 tahun* 24,342 24,889 25,664
persentase** 110.5 102.8 99.6
Sumber : Ikhtisar Data Pendidikan Tahun 2014/2015-2017/2018. Kemendikbud RI. 2018 dan *) BPS Maluku Utara. 2017. **)Data olahan
Perbandingan jumlah penduduk usia 15-24 tahun yang bisa membaca dan menulis
huruf latin dan lainnya dengan jumlah penduduk usia 15-24 tahun.
Pada tahun 2017, disparitas angka melek huruf antara laki-laki dan
perempuan menurut kabupaten/kota di Provinsi Maluku Utara berkisar antara
0,16persen sampai dengan 0,43persen, dimana terdapat penduduk laki-laki berumur
15-24 tahun yang lebih banyak melek huruf (berkemampuan membaca dan menulis
huruf latin) dibandingkan dengan penduduk perempuan. Kabupaten Halmahera
Selatan, Halmahera Utara, Pulau Taliabu dan Tidore Kepulauan merupakan daerah
cakupan melek hurufnya telah 100persen, sedangkan yang terendah Halmahera
Tengah (98,13persen). Terdapat 5 (lima) kabupaten/kota yang memiliki AMH
(kemampuan membaca dan menulis huruf latin) diatas capaian rata-rata Provinsi,
yakni Halmahera Selatan, Halmahera Utara, Pulau Taliabu, Tidore Kepulauan dan
Halmahera Barat, sedangkan lainnya masih dibawah.
Tabel 2.3-48. Angka melek huruf penduduk usia 15-24 tahun, perempuan dan laki-laki
di Daerah Perkotaan dan Perdesaan, Tahun 2016-2017
ASPEK KESEJAHTERAAN
MASYARAKAT 2013 2014 2015 2016 2017
Fokus Kesejahteraan Sosial
1 Angka melek huruf (AMH)
Maluku Utara 97.45 98.36 98.49 98.67 98.68
Indonesia* 93.92 95.12 95.22 95.38 95.92
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, 2018 dan *) Sumber: BPS RI - Susenas, 2009-2017
kualifikasi guru S1
Jenjang
2016/2017 2017/2018
pendidikan
<S1 ≥S1 total %<S1 %≥S1 <S1 ≥S1 total %<S1 %≥S1
SD 4,846 4,994 9,840 49.25 50.75 4,187 5,060 9,247 45.28 54.72
SMP 710 3,974 4,684 15.16 84.84 658 4,083 4,741 13.88 86.12
SMA 129 2,670 2,799 4.61 95.39 132 2,696 2,828 4.67 95.33
SMK 156 1,445 1,601 9.74 90.26 149 1,474 1,623 9.18 90.82
Sumber : Ikhtisar Data Pendidikan Tahun 2016/2017-2017/2018. Kemendikbud RI. 2018.
2.2.2.1.2. Kesehatan
Angka yang menunjukkan banyaknya kematian bayi usia 0 tahun dari setiap 1000
kelahiran hidup pada tahun tertentu atau dapat dikatakan juga sebagai probabilitas
bayi meninggal sebelum mencapai usia satu tahun (dinyatakan dengan
per seribu kelahiran hidup).
Angka kematian bayi merupakan indikator yang penting untuk
mencerminkan keadaan derajat kesehatan di suatu masyarakat. Kemajuan yang
dicapai dalam bidang pencegahan dan pemberantasan berbagai penyakit penyebab
kematian akan tercermin secara jelas dengan menurunnya tingkat AKB. Dengan
demikian angka kematian bayi merupakan tolok ukur yang sensitif dari semua upaya
intervensi yang dilakukan oleh pemerintah khususnya di bidang kesehatan. Oleh
karena itu, AKB seringkali dikaitkan dengan tingkat kesejahteraan penduduk disuatu
wilayah. Target RPJMD mengisyaratkan bahwa AKB berada di kisaran 10 per 1.000
kelahiran hidup pada tahun 2019. Sementara itu, AKB di Provinsi Maluku Utara
berdasarkan Laporan Dinas Kesehatan Provinsi Maluku Utara ternyata masih
menunjukkan jumlah yang cukup tinggi, yakni pada angka 16 per 1.000 kelahiran
hidup di tahun 2017. Trend AKB dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 2.3-51. Angka Kematian Bayi Provinsi Maluku Utara Tahun 2013-2017
Probabilitas bayi meninggal antara kelahiran hingga usia lima tahun per
1.000 kelahiran hidup
Indikator ini terkait langsung dengan target kelangsungan hidup anak dan
merefleksikan kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan anak-anak bertempat tinggal
termasuk pemeliharaan kesehatannya. AKBA kerap dipakai untuk mengidentifikasi
kesulitan ekonomi penduduk. Angka Kematian Balita dari tahun 2013-2017
berfluktuatif dan berada dikisaran 2 hingga 4 per 1.000 kelahiran hidup selama
periode ini. Informasi selengkapnya dapat dilihat pada Tabel berikut ini.
Tabel 2.3-52. Angka Kematian Balita di Provinsi Maluku Utara Tahun 2013-2017
satu bulan merupakan golongan umur yang memiliki risiko gangguan kesehatan
paling tinggi, berbagai masalah kesehatan bisa muncul. Sehingga tanpa penanganan
yang tepat, bisa berakibat fatal.
Dinas Kesehatan Provinsi Maluku Utara (2017) telah melaporkan bahwa
kematian Bayi ini di Provinsi Maluku Utara disebabkan oleh dua kategori faktor
yakni : pertama, penyebab kematian Neonatal (0-28 hari); dan kedua, Postneonatal
(29 hari-11 bulan). Adapun penyebab kematian neonatal didominasi oleh BBLR,
asfiksia, kelainan bawaan, sepsis, tetanus neonaturum dan faktor lain-lain.
Sedangkan penyebab kematian postneonatal didominasi oleh Diare, Pneumonia,
kelainan saluran cerna dan faktor lain-lain. Cakupan angka kematian neonatal dapat
dilihat pada Tabel berikut ini.
Tabel 2.3-53. Angka Kematian Bayi Neonatal Provinsi Maluku Utara Tahun 2013-
2017
Jumlah ibu yang meninggal setiap tahun karena penyebab yang terkait dengan
kehamilan pada saat ibu hamil atau 42 hari setelah kehamilan,
per 100.000 kelahiran hidup
AKI merupakan salah satu indikator yang peka terhadap kualitas dan
aksesibilitas fasilitas pelayanan kesehatan. Target RPJMD Provinsi Maluku Utara
mengisyaratkan capaian di kisaran 160 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup
pada tahun 2019. Sementara itu, Angka Kematian Ibu di Provinsi Maluku Utara
berdasarkan Laporan Dinas Kesehatan Provinsi Maluku Utara ternyata masih
menunjukkan jumlah yang cukup tinggi, yakni pada angka 382per 100.000 kelahiran
hidup di tahun 2017. Padahal sejak 2014 cakupan ini sebenarnya telah menurun
hingga 229 per100.000 kelahiran hidup, akan tetapi, pada tiga tahun terakhir AKI
kembali meningkat. Kecenderungan AKI Maluku Utara tahun 2013-2017 dapat
dilihat pada Tabel berikut ini.
Tabel 2.3-54. Angka Kematian Ibu di Provinsi Maluku Utara Tahun 2013-2017
Sumber : Dinas Kesehatan Provinsi Maluku Utara, 2017, Bidang Kesehatan Masyarakat.
Tahun
Uraian
2014 2015 2016 2017
Maluku Utara
Tahun
Uraian
2014 2015 2016 2017
Maluku Utara
∑Puskesmas 131 132 134 141
∑Poliklinik 3 3 3 3
∑Polindes 272 449 419 285
1,138,66 1,185,91 1,209,34
∑Penduduk 1,162,345
7 2 2
Rasio puskesmas terhadap penduduk* 8,692 8,806 8,850 8,577
Rasio poliklinik terhadap penduduk* 379,556 387,448 395,304 403,114
Rasio polindes terhadap penduduk* 4,186 2,589 2,830 4,243
Sumber : Provinsi Maluku Utara Dalam Angka 2018. BPS Maluku Utara. 2018. dan *) Data olahan
Pada tahun 2017, disparitas rasio rumah sakit terhadap penduduk di Provinsi
Tabel 2.3-60. Rasio Dokter terhadap per satuan penduduk Provinsi Maluku Utara
Tahun 2014-2017
Tahun
Uraian
2014 2015 2016 2017
Maluku Utara
∑Dokter 396 232 308 271
1,185,91
∑Penduduk 1,138,667 1,162,345 1,209,342
2
Rasio dokter terhadap penduduk* 2,875 5,010 3,850 4,463
Sumber : Provinsi Maluku Utara Dalam Angka 2015-2017. BPS Maluku Utara. Beberapa tahun. dan *) Data olahan
Provinsi Maluku Utara pada Tahun 2017 berkisar antara 1 : 2,479 sampai dengan 1 :
12,982, terendah di Ternate dan tertinggi di Pulau Taliabu. Kabupaten/kota yang
cakupan rasio dokter terhadap penduduk berada diatas rasio provinsi Maluku Utara,
yakni Pulau Taliabu (1 : 12,982), Halmaera Selatan (1: 11,364), Halmahera Timur
(1: 6,928), Kepulauan Sula (1 : 5,700), Halmahera Utara (1 : 5,670), dan Pulau
Morotai (1 : 5,333). Informasi selengkapnya dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 2.3-61. Rasio Dokter terhadap per satuan penduduk menurut kabupaten/kota di
Provinsi Maluku Utara Tahun 2016-2017
7 5 2 2
Rasio Tenaga Medis terhadap 1000penduduk* 3.51 2.18 3.54 2.79
Rasio Tenaga Medis terhadap penduduk* 285 459 283 359
Sumber : Buku Saku Statistik Provinsi Maluku Utara 2017. BPS Maluku Utara. 2017. dan *) Data olahan
Sampai dengan tahun 2017, jumlah tenaga medis terbanyak yaitu perawat
sebanyak 1,797orang (53,34persen), bidan sebanyak 1,031orang (30,60persen),
dokter sebanyak 271orang (8,04persen) dan farmasi sebanyak 270orang
(8,01persen). Selain itu, terdapat sebanyak 681tenaga medis (20,21persen)
terkonsentrasi di Ternate, sedangkan terendah di Pulau Taliabu hanya 83tenaga
medis (2,46persen).
Komplikasi kebidanan adalah kesakitan pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, dan
atau janin dalam kandungan, baik langsung maupun tidak langsung, termasuk penyakit
menular dan tidak menular yang dapat mengancam jiwa ibu dan atau janin.
Sebagai upaya menurunkan angka kematian ibu dan kematian bayi maka
dilakukan pelayanan/penanganan komplikasi kebidanan. pelayanan/penanganan
komplikasi kebidanan adalah pelayanan kepada ibu hamil, bersalin, atau nifas untuk
memberikan perlindungan dan penanganan definitif sesuai standar oleh tenaga
kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan. Keberhasilan
program ini dapat diukur melalui indikator cakupan penanganan komplikasi
kebidanan (Cakupan PK). Indikator ini mengukur kemampuan dalam
menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara profesional kepada ibu (hamil,
bersalin, nifas) dengan komplikasi.
Capaian indikator penanganan komplikasi kebidanan di Provinsi Maluku
Utara memperlihatkan bahwa cakupan penanganan komplikasi kebidanan di Provinsi
Maluku Utara dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2017 cenderung meningkat,
meskipun sempat menurun pada tahun 2016. Capaian pada tahun 2013 sebesar
48persen meningkat menjadi 59persen pada tahun 2017. Informasi selengkapnya
dapat dilihat pada Tabel berikut ini.
Tabel 2.3-64. Cakupan Komplikasi Maternal Ditangani di Provinsi Maluku Utara,
2013-2017
tercapainya imunisasi dasar secara lengkap pada bayi (0-11 bulan), ibu hamil,
wanita usia subur dan anak sekolah tingkat dasar. Imunisasi dasar lengkap pada bayi
meliputi: 1 dosis BCG, 3 dosis DPT, 4 dosis polio, 4 dosis hepatitis B, 1 dosis campak. Pada
ibu hamil dan wanita usia subur meliputi 2 dosis TT. Untuk anak sekolah tingkat dasar
rneliputi 1 dosis DT, 1 dosis campak dan 2 dosis TT.
Indikator lain yang diukur untuk menilai keberhasilan pelaksanaan imunisasi
yaitu Universal Child Immunization (UCI) desa/kelurahan. Desa/kelurahan UCI
adalah gambaran suatu desa/kelurahan dimana ≥ 80persen dari jumlah bayi (0-11
bulan) yang ada di desa/kelurahan tersebut sudah mendapat imunisasi dasar lengkap.
Cakupan desa/kelurahan UCI di Provinsi Maluku Utara pada Tahun 2013 sebesar
73,2persen, meningkat menjadi sebesar 76,3persen pada tahun 2017. Meskipun
demikian cakupan UCI ini sempat mencapai 80,1persen pada tahun 2015.
Tabel 2.3-67. Cakupan Desa/Kelurahan UCI di Provinsi Maluku Utara 2013-2017.
Persentase jumlah balita gizi buruk mendapat perawatan di sarana pelayanan kesehatan di
satu wilayah kerjapada kurun waktu tertentu terhadap jumlah seluruh balita gizi buruk yang
ditemukan di satuwilayah kerja dalam waktu yang sama
Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan di Provinsi Maluku Utara
pada Tahun 2013 sebesar 99persen, menurun menjadi sebesar 85persen pada tahun
2017. Meskipun demikian cakupan UCI ini sempat mencapai 100persen pada tahun
2014. Informasi selengkapnya dapat dilihat pada Tabel berikut ini.
Tabel 2.3-68. Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan di Provinsi Maluku Utara 2013-
2017.
Sumber : Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Maluku Utara, 2017.
hal ini sesuai dengan komitmen Indonesia pada global untuk turut serta dalam
eliminasi campak pada tahun 2020 dengan mencapai cakupan campak minimal
95persen disemua wilayah secara merata.
Cakupan persentase anak usia 1 tahun yang diimunisasi campak di Provinsi
Maluku Utara pada Tahun 2013 sebesar 74,1persen, meningkat menjadi sebesar
78,2persen pada tahun 2017. Meskipun demikian cakupan ini sempat mencapai
80,1persen pada tahun 2015. Informasi selengkapnya dapat dilihat pada Tabel
berikut ini.
Tabel 2.3-70. Persentase anak usia 1 tahun yang diimunisasi Campak di Provinsi Maluku Utara
2013-2017.
Perbandingan jumlah kasus AFP non Polio yang dilaporkan terhadap per 100.000 jumlah
penduduk < 15 tahun
Non polio AFP adalah kasus lumpuh layuh akut yang diduga kasus polio
sampai dibuktikan dengan pemeriksaan laboratorium bukan kasus polio. Polio
disebabkan oleh infeksi virus yang menyerang sistem syaraf sehingga penderita
mengalami kelumpuhan. Penyakit yang pada umumnya menyerang anak berusia 0-3
tahun ini ditandai dengan munculnya demam, lelah, sakit kepala, mual, kaku di leher,
serta sakit di tungkai dan lengan. AFP merupakan kelumpuhan yang sifatnya flaccid
yang bersifat lunglai, lemas atau layuh, atau terjadi penurunan kekuatan otot, dan
terjadi secara akut (mendadak). Sedangkan non polio AFP adalah kasus lumpuh
layuh akut yang diduga kasus polio sampai dibuktikan dengan pemeriksaan
laboratorium bukan kasus polio. Kementerian Kesehatan menetapkan non polio AFP
rate minimal 2/100.000 populasi anak usia <15 tahun. Pada tahun 2014, secara
nasional non polio AFP rate sebesar 2,38/100.000 populasi anak <15 tahun dan
bahkan di tahun 2017 sebesar 2,00/100.000 populasi anak <15 tahun, yang berarti
telah mencapai standar minimal penemuan. Provinsi Maluku Utara sejak tahun 2014-
2017 telah berada dalam standar minimal, yakni di 1.78/100.000 populasi anak <15
tahun hingga 0/100.000 populasi anak <15 tahun. Informasi lebih rinci mengenai hal
ini dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 2.3-71. Non Polio AFP Rate Per 100.000 Penduduk Usia < 15 Tahun dan
Persentase Spesimen Adekuat Provinsi Maluku Utara dan Indonesia Tahun 2014-2017
Non Polio AFP
Provinsi
2014 2015 2016 2017
Maluku Utara
∑Kasus Non Polio AFP 8 2 1 0
Rasio Non Polio AFP per 1.78 0.50 0.25 0
100ribu penduduk usia <15tahun
spesimen adekuat (%) 75.0 100.0 - 0
INDONESIA
∑Kasus Non Polio AFP 1,762 1,366 1,403 1,409
Rasio Non Polio AFP per 2.38 1.93 1.96 2.0
100ribu penduduk usia <15tahun
spesimen adekuat (%) 86.4 87.5 83.1 80.0
Sumber: Profil Kesehatan Indonesia 2014-2017. Kemenkes RI.
Perbandingan jumlah penderita pnemonia balita yang ditangani di suatu wilayah kerja pada
kurun waktu satu tahun terhadap jumlah perkiraan penderita pneumonia balita di suatu
wilayah kerja pada kurun waktu yang sama, dinyatakan dalam persen
Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli)
yang dapat disebabkan oleh berbagai mikroorganisme seperti virus, jamur dan
bakteri. Populasi yang rentan terserang pneumonia adalah anak-anak usia kurang
dari 2 tahun, usia lanjut lebih dari 65 tahun dan orang yang memiliki masalah
kesehatan (malnutrisi, gangguan imunologi). Gejala penyakit pneumonia yaitu
menggigil, demam, sakit kepala, batuk, mengeluarkan dahak, dan sesak napas. Salah
satu upaya yang dilakukan untuk mengendalikan penyakit ini yaitu dengan
meningkatkan penemuan pneumonia pada balita. Realisasi penemuan penderita
Pneumonia secara nasional pada tahun 2017 sebesar 46.3persen dan Maluku Utara
sebesar 36.5persen. Informasi selengkapnya dapat dilihat pada Tabel berikut ini.
Tabel 2.3-72. Jumlah Kasus Pneumonia pada Balita di Provinsi Maluku Utara dan
Indonesia menurut Kelompok Umur Tahun 2015-2017
Indonesia
1. 2015 982,563 178,57 351,87 12,37 13,14 190,95 365,01 555,97
8 7 4 2 2 9 1
2. 2016 870,491 194,88 354,51 9,695 9,052 204,58 363,56 568,14
6 3 1 5 6
3. 2017 965,559 142,41 289,58 7,528 7,903 149,94 297,48 447,43
6 4 4 7 1
Sumber: Profil Kesehatan Indonesia 2014-2017. Kemenkes RI.
Perbandingan jumlah penderita baru TBC BTA (+) yang ditemukandan diobati di satu
wilayah kerja selama 1 Tahun terhadap jumlah perkiraan penderita baru TBC BTA (+)
dalam Kurun waktu yang sama, dinyatakan dalam persen
Tuberkulosis merupakan penyakit yang menjadi perhatian global. Sesuai
dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 2030, WHO menargetkan untuk
menurunkan kematian akibat tuberkulosis sebesar 90persen dan menurunkan
insidens sebesar 80persen pada tahun 2030 dibandingkan dengan tahun 2014.
Tuberkulosis disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Sumber
penularan yaitu pasien TB BTA (bakteri tahan asam) positif melalui percik renik
dahak yang dikeluarkannya. TB dengan BTA negatif juga masih memiliki
kemungkinan menularkan penyakit TB meskipun dengan tingkat penularan yang
kecil. Beban penyakit yang disebabkan oleh tuberkulosis dapat diukur dengan Case
Notification Rate (CNR), prevalensi, dan mortalitas/kematian.
Angka Notifikasi Kasus atau Case Notification Rate (CNR)
Angka notifikasi kasus adalah angka yang menunjukkan jumlah pasien baru
yang ditemukan dan tercatat di antara 100.000 penduduk di suatu wilayah tertentu.
Angka ini berguna untuk menunjukkan kecenderungan (tren) meningkat atau
menurunnya penemuan pasien pada wilayah tersebut. Angka notifikasi kasus baru
tuberkulosis paru terkonfirmasi BTA Positif pada tahun 2017 di Indonesia sebesar
64per 100.000 penduduk, menurun dibandingkan tahun 2015 yang sebesar 74per
100.000 penduduk. Sedangkan angka notifikasi seluruh kasus tuberkulosis pada
tahun 2017 sebesar 138per 100.000 penduduk meningkat dibandingkan tahun 2015
sebesar 130per 100.000 penduduk. Cakupan ini untuk Provinsi Maluku Utara
menunjukkan bahwa angka notifikasi kasus baru tuberkulosis paru terkonfirmasi
BTA Positif pada tahun 2017 sebesar 60per 100.000 penduduk, menurun
dibandingkan tahun 2015 yang sebesar 91per 100.000 penduduk. Sedangkan angka
notifikasi seluruh kasus tuberkulosis pada tahun 2017 sebesar 98per 100.000
penduduk menurun dibandingkan tahun 2015 sebesar 150per 100.000 penduduk.
Tabel 2.3-73. Hasil cakupan penemuan kasus penyakit Tuberkulosis Provinsi Maluku
Utara dan Indonesia Tahun 2015-2017
Perbandingan banyaknya kasus penderita TBC (baru dan lama) terhadap per 100.000
jumlah penduduk pada kurun waktu yang sama
Pada RPJMN 2015-2019, indikator yang digunakan adalah prevalensi
tuberkulosis berbasis mikroskopis saja sehingga angkanya lebih rendah dari hasil
survei prevalensi tuberkulosis tahun 2013-2014 yang telah menggunakan metode
yang lebih sensitif yaitu konfirmasi bakteriologis yang mencakup pemeriksaan
mikroskopis, molekuler dan kultur. Target prevalensi tuberkulosis tahun 2015 dalam
RPJMN sebesar 280 per 100.000 penduduk dengan capaian sebesar 263 per 100.000
penduduk dan pada tahun 2016 target sebesar 271 per 100.000 penduduk dengan
capaian sebesar 257 per 100.000 penduduk. Berdasarkan capaian tahun 2015 dan
2016 tersebut, maka dapat diprediksi bahwa target tahun 2019 dengan metode lama
sebesar 245 per 100.000 penduduk dapat tercapai.
Cakupan prevalensi Tb di Provinsi Maluku Utara pada Tahun 2013 sebesar
142per 100.000 penduduk, meningkat menjadi sebesar 207per 100.000 penduduk
pada tahun 2017. Cakupan ini selama periode 2013-2017 terus mengalami
peningkatan. Informasi selengkapnya dapat dilihat pada Tabel berikut ini.
Tabel 2.3-74. Tingkat prevalensi Tb Provinsi Maluku Utara, Tahun 2013-2017
ASPEK PELAYANAN UMUM
2013 2014 2015 2016 2017
LAYANAN URUSAN WAJIB DASAR
KESEHATAN
Tingkat prevalensi TBC (per 100.000 penduduk) 142 132 163 153 207
Sumber : Dinas Kesehatan Provinsi Maluku Utara 2018.
Perbandingan jumlah pasien TB yang meninggal terhadap per 100.000 jumlah penduduk
pada kurun waktu yang sama
Tingkat kematian karena tuberkulosis yang terbaca melalui jumlah kematian
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue yang tergolong Arthropod-Borne Virus, genus Flavivirus, dan famili Flaviviridae.
DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes, terutama Aedes
aegypti atau Aedes albopictus. Penyakit DBD dapat muncul sepanjang tahun dan
dapat menyerang seluruh kelompok umur. Penyakit ini berkaitan dengan kondisi
lingkungan dan perilaku masyarakat.
Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit DBD Provinsi
Maluku Utara yang terbaca melalui IR atau angka kesakitan DBD tahun 2013
sebesar 11.21per 100.000 penduduk menjadi sebesar 3.12per 100.000 penduduk pada
tahun 2017. Informasi selengkapnya dapat dilihat pada Tabel berikut ini.
Tabel 2.3-78. Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit DBD Provinsi
Maluku Utara, Tahun 2013-2017
Tabel 2.3-79. Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit DBD Provinsi
Maluku Utara dan Indonesia Tahun 2015-2017
DBD
∑ ∑
No Provinsi ∑ Incidence Rate per Case Fatality
Penduduk Kasus
Kasus 100.000 penduduk Rate (%)
meninggal
Maluku Utara
1. 2015 1,162,345 119 10.24 2 1.68
2. 2016 1,185,912 297 25.04 8 2.69
3. 2017 1,209,342 37 3.06 0 0.00
Indonesia
1. 2015 255,461,686 129,650 50.75 1,071 0.83
2. 2016 258,946,860 204,171 78.85 1,598 0.78
3. 2017 261,890,872 59,047 22.55 444 0.75
Sumber: Profil Kesehatan Indonesia 2015-2017. Kemenkes RI.
Kematian CFR akibat DBD lebih dari 1persen dikategorikan tinggi. Oleh
karenanya pada daerah dengan CFR tinggi masih diperlukan upaya peningkatan
kualitas pelayanan kesehatan dan peningkatan pengetahuan masyarakat untuk segera
memeriksakan diri ke sarana kesehatan jika ada gejala DBD sehingga tidak terlambat
ditangani dan bahkan menyebabkan kematian.
Tabel 2.3-80. Cakupan penderita diare yang ditangani di Provinsi Maluku Utara dan
Indonesia Tahun 2015-2017
Adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium yang hidup dan
berkembang biak dalam sel darah merah manusia, ditularkan oleh nyamuk malaria
(Anopheles) betina, dapat menyerang semua orang baik laki-laki ataupun perempuan pada
semua golongan umur dari bayi, anak-anak dan orang dewasa.
Sebagai daerah endemis malaria, menjadikan malaria masih salah satu
tantangan utama dalam upaya perbaikan derajat kesehatan masyarakat di Maluku
Utara. Angka kejadian malaria Provinsi Maluku Utara selama tahun 2013-2017 terus
menunjukkan penurunan dari 4,4per 1.000 penduduk berisiko pada tahun 2013
menjadi 0,9per 1.000 penduduk berisiko pada tahun 2017. Informasi selengkapnya
dapat dilihat pada Tabel berikut ini.
Tabel 2.3-81. Angka kejadian malaria Provinsi Maluku Utara, Tahun 2013-2017
2017 cenderung menurun yaitu dari 1,75per 1.000 penduduk berisiko pada tahun
2011 menjadi 0,99per 1.000 penduduk berisiko pada tahun 2017. Adapun untuk API
Provinsi Maluku Utara selama periode tersebut terus menunjukkan penurunan dari
4,57per 1.000 penduduk berisiko pada tahun 2011 menjadi 0,79per 1.000 penduduk
berisiko pada tahun 2017. Namun demikian, pada tahun 2017 API Provinsi Maluku
Utara lebih rendah dibanding capaian Indonesia. Informasi selengkapnya di provinsi
Maluku Utara dan Indonesia dapat dilihat pada Tabel berikut ini.
Tabel 2.3-82. Annual Parasite Insidence (API) Malaria Provinsi Maluku Utara dan
Indonesia Tahun 2011-2016
API per 1000 penduduk
Provinsi
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017*
Maluku Utara 4,57 5,08 4,51 3,32 2.77 2.44 0.79
INDONESIA 1,75 1,69 1,38 0,99 0.85 0.84 0.99
Sumber: Profil Kesehatan Indonesia 2015-2016. Kemenkes RI. Dan *) Ststistik Lingkungan Hidup Indonesia 2018.
Mengingat malaria adalah penyakit endemis dan masih merupakan salah satu
masalah kesehatan utama di Maluku Utara maka upaya-upaya dalam rangka
penurunan angka kesakitan malaria sangat perlu untuk terus digiatkan.
Cara pencegahan yang efektif untuk memerangi malaria adalah memakai kelambu yang
berinsektisida. Indikator ini dihitung dengan membagi banyaknya balita yang pada malam
sebelum survey tidur menggunakan kelambu dengan jumlah balita, dinyatakan dalam persen
Indikator ini bermanfaat mengukur cakupan pemakaian kelabu yang terbukti
efektif untuk mencegah penyebaran penyakit malaria di daerah yang endemis
(beresiko tinggi) terutama pada balita. Dalam upaya pencapaian eliminasi malaria
maka telah dilakukan berbagai kegiatan terutama yang bersifat promotif dan
preventif dengan sasaran utama pada ibu hamil dan balita sebagai kelompok resiko
tinggi, antara lain dengan pendirian pos malaria desa dan kampanye penggunaan
kelambu berinsektisida.
Bahwa sejak tahun 2012 telah dilakukan integrasi program malaria dengan
program KIA dalam upaya menurunkan angka kesakitan pada ibu hamil dan balita.
Program integrasi tersebut menekankan pada upaya promotif preventif dengan
memberikan kelambu berinsektisida kepada setiap ibu hamil dan balita. Hingga pada
periode tahun 2013-2017 proporsi anak balita yang tidur dengan kelambu
berinsektisida di Provinsi Maluku Utara terus mengalami peningkatan. Pada tahun
2013 cakupan ini telah mencapai 85persen dan 95persen pada tahun 2017. Informasi
selengkapnya dapat dilihat pada Tabel berikut ini.
Tabel 2.3-84. Proporsi anak balita yang tidur dengan kelambu berinsektisida di
Provinsi Maluku Utara Tahun 2013-2017
ASPEK PELAYANAN UMUM
2013 2014 2015 2016 2017
LAYANAN URUSAN WAJIB DASAR
KESEHATAN
Proporsi anak balita yang tidur dengan kelambu
85 85 85 90 95
berinsektisida
Sumber : Dinas Kesehatan Provinsi Maluku Utara 2018.
Kunjungan neonatal pertama (KN1) adalah cakupan pelayanan kesehatan bayi baru lahir
(umur 6 jam-48 jam) di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang ditangani sesuai
standar oleh tenaga kesehatan terlatih di seluruh sarana pelayanan kesehatan.
Pelayanan yang diberikan saat kunjungan neonatal yaitu pemeriksaan sesuai
standar Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) dan konseling perawatan bayi
baru lahir termasuk ASI eksklusif dan perawatan tali pusat. Pada kunjungan neonatal
pertama (KN1), bayi baru lahir mendapatkan vitamin K1 injeksi dan imunisasi
hepatitis B0 (bila belum diberikan pada saat lahir). Kunjungan Neonatal Pertama
atau KN1 merupakan indikator yang menggambarkan upaya kesehatan yang
dilakukan untuk mengurangi risiko kematian pada periode neonatal yaitu 6-48 jam
setelah lahir yang meliputi, antara lain kunjungan menggunakan pendekatan
Manajemen Terpadu Balita Muda (MTBM) termasuk konseling perawatan bayi baru
lahir, ASI eksklusif, pemberian vitamin K1 injeksi, dan Hepatitis B0 injeksi bila
belum diberikan. Selain KN1, indikator yang menggambarkan pelayanan kesehatan
bagi neonatal adalah Kunjungan Neonatal Lengkap (KN lengkap) yang
mengharuskan agar setiap bayi baru lahir memperoleh pelayanan Kunjungan
Neonatal minimal tiga kali sesuai standar di satu wilayah kerja pada kurun waktu
satu tahun.
Cakupan Kunjungan Bayi di Provinsi Maluku Utara Utara sejak tahun 2013-
2017 cenderung mengalami penurunan kinerja. Pada tahun 2013 cakupan ini sebesar
79persen dan pada tahun 2017 menjadi 74persen. Informasi selengkapnya dapat
dilihat pada Tabel berikut ini.
Tabel 2.3-87. Cakupan Kunjungan Bayi Provinsi Maluku Utara Tahun 2013-2017
Cakupan puskesmas
Cakupan K4 adalah
jumlah ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan
standar paling sedikit empat kali sesuai jadwal yang dianjurkan di tiap trimester
dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah kerja pada kurun waktu satu tahun.
Penilaian terhadap pelaksanaan pelayanan kesehatan ibu hamil dapat
dilakukan dengan melihat cakupan K1 dan K4. Indikator ini memperlihatkan akses
pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil dan tingkat kepatuhan ibu hamil dalam
memeriksakan kehamilannya ke tenaga kesehatan. Cakupan K4 di provinsi Maluku
Utara memperlihatkan arah perkembangan yang menurun sejak 2013-2017.
Cakupan K4 Provinsi Maluku Utara pada tahun 2013 sebesar 79persen menurun
menjadi 67persen pada tahun 2017. Informasi selengkapnya dapat dilihat pada Tabel
berikut ini.
Tabel 2.3-91. Cakupan kunjungan ibu hamil K4 Provinsi Maluku Utara, Tahun 2013-
2017
Sumber : Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Maluku Utara, 2017.
Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan pada ibu nifas sesuai standar,
yang dilakukan sekurang-kurangnya tiga kali sesuai jadwal yang dianjurkan, yaitu pada
enam jam sampai dengan tiga hari pasca persalinan, pada hari ke empat sampai dengan
hari ke-28 pasca persalinan, dan pada hari ke-29 sampai dengan hari ke-42 pasca
persalinan. Masa nifas dimulai dari enam jam sampai dengan 42 hari pasca persalinan.
Pelayanan kesehatan ibu nifas termasuk di antaranya kegiatan sweeping atau
kunjungan rumah bagi yang tidak datang ke fasilitas pelayanan kesehatan. Jenis
pelayanan kesehatan ibu nifas yang diberikan terdiri dari : (a) Pemeriksaan tanda
vital (tekanan darah, nadi, nafas, dan suhu); (b) Pemeriksaan tinggi puncak rahim
(fundus uteri); (c) Pemeriksaan lokhia dan cairan per vaginam lain; (d) Pemeriksaan
payudara dan pemberian anjuran ASI eksklusif; (e) Pemberian komunikasi,
informasi, dan edukasi (KIE) kesehatan ibu nifas dan bayi baru lahir, termasuk
keluarga berencana; dan (f) Pelayanan keluarga berencana pasca persalinan.
Cakupan nifas menurut kabupaten/kota di Provinsi Maluku Utara diketahui
bahwa Ternate memiliki capaian tertinggi baik saat KF1, KF2 dan KF3, sedangkan
cakupan kunjungan nifas terendah yaitu Pulau Taliabu. Informasi selengkapnya
dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 2.3-92. Cakupan Pelayanan Nifas di Provinsi Maluku Utara Tahun 2016
3 5 9
Sumber : Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Maluku Utara, 2017.
Jml anak balita yang memperoleh pelayanan pemantauan minimal 8 kali di satu wilayah
kerja ada waktu tertentu terhadap jumlah seluruh anak balita disatu wilayah kerja dalam
waktu yang sama, dinyatakan dalam persen
Pemantauan pertumbuhan balita sangat penting dilakukan untuk mengetahui
adanya gangguan pertumbuhan (growth faltering) secara dini. Untuk mengetahui
pertumbuhan tersebut, penimbangan balita setiap bulan sangat diperlukan.
Penimbangan balita dapat dilakukan di berbagai tempat seperti Posyandu, Polindes,
Puskesmas atau sarana pelayanan kesehatan yang lain. Informasi tentang
pemantauan pertumbuhan anak diperoleh dari frekuensi penimbangan anak umur 6-
59 bulan selama enam bulan terakhir. Idealnya dalam enam bulan anak balita
ditimbang minimal enam kali.
Cakupan pelayanan anak balita di provinsi Maluku Utara sejak tahun 2013-
2017 cenderung menurun. Pada tahun 2013 cakupan ini sebesar 83persen dan
kemudian terus menurun hingga 24persen pada tahun 2016, lalu akhirnya meningkat
menjadi 53persen. informasi selengkapnya dapat dilihat pada Tabel berikut ini.
Tabel 2.3-95. Cakupan pelayanan anak balita di Provinsi Maluku Utara, Tahun 2013-
2017
Jumlah murid SD dan setingkat yang diperiksa kesehatannya oleh tenaga kesehatan atau
tenaga terlatih disatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu terhadap jumlah murid SD
dan setingkat di satu wilayah kerja dalam kurun waktu yang sama, dinyatakan dalam persen
Anak usia sekolah merupakan sasaran yang strategis untuk pelaksanaan
program kesehatan, karena selain jumlahnya yang besar, mereka juga merupakan
sasaran yang mudah dijangkau karena terorganisir dengan baik. Sasaran dari
pelaksanaan kegiatan ini diutamakan untuk siswa SD/sederajat kelas satu.
Pemeriksaan kesehatan dilaksanakan oleh tenaga kesehatan bersama tenaga lainnya
yang terlatih (guru UKS/UKSG dan dokter kecil). Kegiatan ini dilakukan untuk
meningkatkan pengetahuan siswa tentang pentingnya menjaga kesehatan gigi dan
mulut pada khususnya dan kesehatan tubuh serta lingkungan pada umumnya.
Upaya kesehatan pada kelompok ini yang dilakukan melalui penjaringan
kesehatan terhadap murid SD/MI kelas satu juga menjadi salah satu indikator yang
dievaluasi keberhasilannya melalui Renstra Kementerian Kesehatan. Kegiatan
penjaringan kesehatan selain untuk mengetahui secara dini masalah-masalah
kesehatan anak sekolah sehingga dapat dilakukan tindakan secepatnya untuk
mencegah keadaan yang lebih buruk, juga untuk memperoleh data atau informasi
dalam menilai perkembangan kesehatan anak sekolah, maupun untuk dijadikan
pertimbangan dalam menyusun perencanaan, pemantauan dan evaluasi kegiatan
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).
Pada capaian tahun 2014, di Provinsi Maluku Utara cakupan murid kelas 1
SD dan setingkat yang mendapatkan pelayanan kesehatan (penjaringan) dengan
capaian sebesar 58,4persen. Ternate memiliki cakupan tertinggi sedangkan
Halmahera Selatan yang terendah. Namun demikian, Halmahera Barat dan Pulau
Taliabu masih belum melaporkan cakupan ini di tahun 2014.
Tabel 2.3-96. Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat menurut
Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku Utara 2014
9 Kepulauan Sula 11
5,414 1,315 24.3 204 52 25.5
10 Pulau Taliabu 8946 0 0.0 75 0 0.0
29,82
Provinsi Maluku Utara 131 17,418 58.4 1,059 579 54.7
9
cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat 58.4
Sumber : Profil Kesehatan Provinsi Maluku Utara 2014. Dinas Kesehatan Maluku Utara. 2015
Tabel 2.3-97. Cakupan pelayanan gawat darurat level 1 Provinsi Maluku Utara Tahun
2016-2017
Pekerjaan Umum
2 Rasio panjang jalan dengan jumlah penduduk 0.16 0.11 0.11 0.11
.1 Panjang jalan Provinsi (km) 1,867.03 1,276.80 1,276.80 1,276.80
.2 Jumlah penduduk (jiwa) 1,114,897 1,138,667 1,162,345 1,185,912 1,209,342
8 Persentase penduduk berakses air minum (%) 52.08 51.81 47.73 47.73
Gambar 2.31. Peta Usulan Revisi Fungsi dan Status Jalan Provinsi Maluku Utara
Penataan ruang
terjangkau
Rasio rumah layak huni (R-LH) adalah persentase rumahtangga menempati rumah
layak huni terhadap jumlah rumahtangga seluruhnya.
Merupakan indikator yang menggambarkan banyaknya rumahtangga yang
menempati rumah layak huni. Klasifikasi rumah menurut kelayakannya ditentukan
berdasarkan persyaratan berikut : a). Luas lantai per kapita ≤ 7,2 m2, b). Jenis atau
terbuat dari jerami/ijuk/alang-alang/rumbia/daun atau lainnya, c). Jenis dinding
terbuat dari bambu atau lainnya, d). Jenis lantai tanah atau lainnya, e). Sumber
penerangan bukan listrik, f). Tidak memiliki sumber air minum layak dan g). Tidak
mempunyai akses sanitasi layak. Penentuan status kelayakan mengikuti skoring
berikut : a). Jika terdapat <3 yang memenuhi persyaratan kelayakan di atas, dianggap
“Layak Huni”; b). Jika terdapat 3-4 yang memenuhi persyaratan kelayakan di atas,
dianggap “Rawan Layak Huni”; dan c). Jika terdapat 5-7 yang memenuhi
persyaratan kelayakan di atas, dianggap “Tidak Layak Huni”. Cakupan R-LH
Provinsi Maluku Utara pada tahun 2016 sebesar 90,95persen, sedangkan pada tahun
2017 menurun menjadi 90,90persen. Informasi selengkapnya dapat dilihat pada
Tabel berikut ini.
Tabel 2.3-101. Rasio rumah layak huni menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku
Utara, 2016-2017
2016 2017
Kabupaten/Kota jumlah Rasio jumlah Rasio
RTLH RLH RTLH RLH
rumah RLH rumah RLH
Halmahera Barat 25,979 3,029 22,950 88.34 26,499 3,105 23.394 88.28
Halmahera Tengah 7,965 979 6,986 87.71 8,124 1,003 7,121 87.65
Kepulauan Sula 14,392 1,777 12,615 87.65 14,680 1,821 12,858 87.59
Halmahera Selatan 40,829 3,584 37,245 91.22 41,646 3,674 37,972 91.18
Halmahera Utara 36,658 2,721 33,937 92.58 37,391 2,789 34,602 92.54
Halmahera Timur 15,869 2,339 13,530 85.26 16,186 2,397 13,789 85.19
Pulau Morotai 11,928 2,370 9,558 80.13 12,167 2,429 9,737 80.03
Pulau Taliabu 10,894 1,603 9,291 85.29 11,112 1,643 9,469 85.21
Ternate 30,949 285 30,664 99.08 31,568 292 31,276 99.07
Tidore Kepulauan 17,226 564 16,662 96.73 17,571 578 16,992 96.71
Maluku Utara 212,689 19,251 193,438 90.95 216,943 19,732 197,211 90.90
Sumber : Dinas Perumahan dan Permukiman Provinsi Maluku Utara, 2018
Tabel 2.3-104. Cakupan layanan rumah layak huni yang terjangkau menurut
Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku Utara, 2016-2017
2016 2017
Cakupan Cakupan
Kabupaten/Kota jumlah Unit layanan jumlah Unit layanan
rumah terbangun RLH rumah terbangun RLH
terjangkau terjangkau
Halmahera Barat 25,979 300 1.15 26,499 300 1.13
Halmahera Tengah 7,965 - - 8,124 - -
Kepulauan Sula 14,392 - - 14,680 - -
Halmahera Selatan 40,829 250 0.61 41,646 250 0.60
Halmahera Utara 36,658 - - 37,391 - -
Halmahera Timur 15,869 - - 16,186 - -
Pulau Morotai 11,928 - - 12,167 - -
Pulau Taliabu 10,894 - - 11,112 - -
Ternate 30,949 538 1.74 31,568 538 1.70
Tidore Kepulauan 17,226 190 1.10 17,571 190 1.08
Maluku Utara 212,689 1,278 5 216,943 1,278 5
2.2.2.1.6. Sosial
(%)
5 Persentase panti sosial yang menyediakan sarana
30 40 45 50 55
prasarana pelayanan kesehatan sosial (%)
6 Persentase wahana kesejahteraan sosial berbasis
masyarakat (WKBSM) yang menyediakan sarana 60 60 60 70 75
prasarana pelayanan kesejahteraan sosial (%)
7 Persentase korban bencana yang menerima bantuan
80 80 80 85 90
sosial selama masa tanggap darurat (%)
8 Persentase korban bencana yang dievakuasi dengan
mengunakan sarana prasarana tanggap darurat lengkap 80 80 80 85 90
(%)
9 Persentase penyandang cacat fisik dan mental, serta
lanjut usia tidak potensial yang telah menerima jaminan 40 45 80 85 90
sosial (%)
Sumber : Dinas Sosial Provinsi Maluku Utara, 2018.
besaran pencari kerja yang terdaftar yang 55.70 19.54 26.79 44.98 45,32
3 ditempatkan (%)
Jumlah pencari kerja yang mendaftar 1,946 1,131 2,818 2,408 4,309
.1
Jumlah pencari kerja yang ditempatkan 1,084 221 755 1,083 1,953
.2
4 Keselamatan dan Perlindungan (%) 3 2 6 8 25
Besaran pekerja/buruh yang menjadi
5 peserta program Jamsostek1
2.7 2.43 8.09
Perselisihan buruh dan pengusaha
6 terhadap kebijakan pemerintah daerah
7 Besaran Pemeriksaan Perusahaan (%) 30 50 60 60 60
Besaran pengujian peralatan di
8 Perusahaan (%)
Besaran Tenaga Kerja yang mendapatkan
9 pelatihan berbasis kompetensi 200 140 100 110 253
Besaran Tenaga Kerja yang mendapatkan
10
pelatihan berbasis masyarakat
160 100 60 40 60
Besaran Tenaga Kerja yang mendapatkan
11 pelatihan kewirausahaan 160 80 100 40 80
Rasio lulusan S1/S2/S3* (persatuan
12
penduduk)
3.20 3.66 3.83 4.32 5.08
Penduduk yang bekerja menurut
.1 Pendidikan (SI/S2/S3) 35,687 41,664 44,520 51,210 61,409
1,114,89 1,138,66 1,162,34 1,185,91 1,209,34
.2 Jumlah penduduk (jiwa)
7 7 5 2 2
Sumber : Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan PDT Provinsi Maluku Utara, 2018 dan 1BPS *) data olahan
ASN ∑pekerja
Provinsi %*
Laki-laki perempuan L+P perempuan
Maluku Utara
2015 19,404 20,602 40,006 178,710 11.5
2017 18,414 20,821 39,235 170,591 12.2
Sumber : Maluku Utara dalam Angka 2016-2018. BPS Maluku Utara 2016-2018 dan *) data olahan
Perbandingan jumlah kursi DPRD yang diduduki perempuan terhdap Jumlah total kursi di
keanggotaan DPRD, dinyatakan dalam persen
Perwakilan perempuan di legislatif merupakan salah satu aspek kesempatan
perempuan untuk berpartisipasi dalam kehidupan politik untuk mencapai persamaan
dan keadilan. Berdasarkan hasil Pemilu 2014, proporsi kursi yang diduduki
perempuan di parlemen Provinsi sebesar 21,6persen. Sementara itu, Halmahera
Barat, Halmahera Utara dan Pulau Taliabu menempati cakupan ini dengan
20,0persen, sedangkan Kepulauan Sula dan Halmahera Selatan tidak menempatkan
satu perwakilan perempuan pun di parlemen.
Tabel 2.3-111. Proporsi kursi yang diduduki perempuan di DPRD menurut
Kabupaten/Kota, 2017
DPRD %
Provinsi perempuan
Laki-laki Perempuan jumlah
di DPRD
Halmahera Barat 20 5 25 20.0
Halmahera Tengah 18 2 20 10.0
Kepulauan Sula 25 0 25 0
Halmahera Selatan 30 0 30 0
Halmahera Utara 20 5 25 20.0
Halmahera Timur 19 1 20 5.0
Pulau Morotai 18 2 20 10.0
Pulau Taliabu 16 4 20 20.0
Ternate 25 5 30 16.7
Tidore Kepulauan 21 4 25 16.0
Maluku Utara 37 8 45 21.6
Sumber : Statistik Politik dan Keamanan Provinsi Maluku Utara 2016. BPS Maluku Utara 2017 dan *) data olahan
Rasio KDRT
Perbandingan jumlah KDRT terhadap jumlah rumah tangga, dinyatakan dalam persen
Kekerasan dalam rumah tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang
terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara
fisik, seksual, psikologis dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman
untuk melakukan perbuatan, pemaksaan atau perampasan kemerdekaan secara
melawan hukum dalam lingkup rumah tangga. Cakupan rasio KDRT Provinsi
Maluku Utara pada periode 2014-2016 berfluktuatif, terakhir, rasio ini pada tahun
2016 sebesar 0.02. Informasi selengkapnya dapat dilihat pada Tabel berikut ini.
Tabel 2.3-112. Rasio KDRT Provinsi Maluku Utara, 2014-2016
Perbandingan pekerja anak usia 5-14 tahun terhadap jumlah pekerja usia 5 tahun keatas,
dinyatakan dalam persen
Pada hakekatnya anak tidak diperbolehkan bekerja karena waktu mereka
selayaknya dimanfaatkan untuk bergembira, belajar, bermain, berada dalam suasana
damai, mendapatkan kesempatan dan fasilitas untuk mencapai citacitanya sesuai
dengan perkembangan fisik, psikologis, intelektual dan sosialnya. Namun pada
kenyataannya banyak anak-anak dibawah usia 18 tahun yang telah terlibat aktif
dalam kegiatan ekonomi, menjadi pekerja anak dengan alasan tekanan ekonomi yang
dialami orang tuanya ataupun faktor lainnya. Untuk menjamin terpenuhinya hak anak
yang bekerja, maka perlu ada perlindungan yang tercantum dan ditegaskan dalam
perundang-undangan yang berlaku. Perlindungan ini dimulai sejak Konvensi ILO
No. 138 yang mengatur umur minimum anak yang bekerja, kemudian Konvensi ILO
No. 182 tentang pelarangan dan tindakan cepat untuk penghapusan segala bentuk
pekerjaan terburuk bagi anak. Sementara di Indonesia aturan hukum tentang pekerja
anak tertuang dalam Pasal 68 hingga Pasal 75 UU No. 13 Tahun 2003. Pasal 68
secara tegas menyatakan bahwa pengusaha dilarang mempekerjakan anak. Namun
pada pasal 69 tertuang beberapa pengecualian di antaranya anak usia 13 hingga 15
tahun dapat melakukan pekerjaan ringan asalkan tidak menganggu perkembangan
dan kesehatan fisik, mental dan sosial anak.
Profil anak Indonesia 2015 hanya membahas anak 10-17 tahun yang bekerja.
Anak dianggap bekerja jika mereka bekerja minimal satu jam secara berturut-turut
dalam periode seminggu yang lalu dan pekerjaan itu dilakukan dengan maksud untuk
memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan dalam bentuk uang maupun
barang. Tabel-tabel deskriptif pada lampiran, anak dibedakan dalam tiga kelompok
umur yaitu umur 10-12 tahun, 13-14 tahun dan umur 15-17 tahun. Anak-anak pada
kelompok 10-12 tahun sebenarnya tidak diperbolehkan bekerja (untuk jenis
pekerjaan ringan sekalipun). Sedangkan untuk kelompok umur berikutnya, 13-14
tahun, pekerjaan ringan masih dapat ditoleransi undang-undang. Sementara untuk
kelompok umur tertua, 15-17 tahun, secara umum diperbolehkan oleh hukum untuk
bekerja. Namun demikian, berdasarkan hukum yang berlaku mereka semua
dilindungi untuk tidak terlibat dalam pekerjaan terburuk atau berbahaya.
Cakupan persentase jumlah tenaga kerja dibawah umur menunjukkan
penurunan dari 2,44persen tahun 2012 menjadi 0,90persen tahun 2014. Kondisi
cakupan ini di Provinsi Maluku Utara pada tahun 2014 masih lebih besar dibanding
capaian Indonesia yang hanya sebesar 0,51persen. Informasi selengkapnya dapat
dilihat pada Tabel berikut ini.
Tabel 2.3-113. persentase jumlah tenaga kerja dibawah umur di Provinsi Maluku
Utara dan Indonesia, Tahun 2012-2014
Tahun
No. Provinsi
2013 2014 2015 2016 2017
Maluku Utara
1. Jumlah penduduk 352,368 369,046 378,699 388,129 397,306
perempuan usia kerja
2. Jumlah angkatan kerja 151,050 171,296 183,887 189,712 184,173
perempuan
3. TPAK-P* 42.87 46.42 48.56 48.88 46.36
INDONESIA
1. Jumlah penduduk 90,192,180 91,690,690 93,236,903 94,724,570 96,196,753
perempuan usia kerja
2. Jumlah angkatan kerja 45,328,259 46,046,837 45,569,429 48,088,578 48,950,949
perempuan
3. TPAK-P* 50.26 50.22 48.87 50.77 50.89
Sumber: Keadaan Angkatan Kerja di Indonesia Agustus 2013-2017. BPS. 2013-2017 dan *) data olahan.
Tabel 2.3-116. Cakupan perempuan dan anak korban kekerasan yang mendapatkan
penanganan pengaduan olehpetugas terlatih di dalam unit pelayan terpadu di Provinsi
Maluku Utara Tahun 2013-2017
ASPEK PELAYANAN UMUM 2013 2014 2015 2016 2017
Rasio APM SD
Provinsi
laki-laki perempuan L+P
Halmahera Barat 100.0 100.0 100.0
Halmahera Tengah 97.66 98.61 98.10
Kepulauan Sula 99.22 95.75 97.52
Halmahera Selatan 96.64 99.03 97.78
Halmahera Utara 96.70 97.32 97.02
Halmahera Timur 94.64 96.08 95.39
Pulau Morotai 99.40 97.96 98.73
Pulau Taliabu 97.76 97.05 97.42
Ternate 92.64 94.38 93.45
Tidore Kepulauan 96.89 97.98 97.43
2017 96.66 97.35 96.99
Maluku Utara
2016 97.20 96.25 96.75
Sumber: Statistik Kesejahteraan Rakyat Provinsi Maluku Utara 2016&2017. BPS Maluku Utara. 2016&2017 .
Perbandingan banyaknya murid SLTA perempuan usia 16-18 tahun terhadap banyaknya
murid SLTA laki-laki usia 16-18 tahun
Bila dibandingkan dengan APM SD/MI/Paket A dan SMP/MTs/Paket B,
terlihat bahwa APM penduduk berumur 16-18 tahun yang masih bersekolah di
SMA/SMK/MA/Paket C lebih rendah, baik perempuan maupun laki-laki. Pada tahun
2016, dari 100 penduduk perempuan berumur 16-18 tahun, sebanyak ±65orang
diantaranya masih bersekolah di SMA/SMK/MA/Paket C, sedangkan dari 100
penduduk laki-laki berumur 16-18 tahun, sebanyak ±61orang diantaranya masih
bersekolah di SMA/SMK/MA/Paket C. Namun demikian, pada tahun 2017
walaupun masih didominasi perempuan, akan tetapi APM laki-laki mulai meningkat
dan malah perempuan yang sebaliknya, menurun. Dimana dari 100penduduk laki-
laki berumur 16-18 tahun, sebanyak ±63orang diantaranya masih bersekolah di
SMA/SMK/MA/Paket C, sedangkan dari 100penduduk perempuan berumur 16-18
tahun, sebanyak ±63orang diantaranya masih bersekolah di SMA/SMK/MA/Paket C.
Arah trend perkembangan rasio APM perempuan terhadap laki-laki di
SMA/SMK/MA/Paket C selama tahun 2016-2017 cenderung meningkat namun tidak
signifikan.
Tabel 2.3-125. Rasio APM perempuan/laki-laki di SMA menurut Kabupaten/Kota di
Provinsi Maluku Utara, 2016-2017
Perbandingan jumlah anak perempuan di tingkat pendidikan tinggi usia 19-24 tahun
terhadap jumlah anak laki-laki di tingkkat pendidikan tinggi usia 19-24 tahun
Rasio perempuan terhadap laki-laki di tingkat perguruan tinggi (RAPM-PT)
adalah perbandingan antara APM tingkat perguruan tinggi (Diploma, Strata)
perempuan terhadap APM tingkat perguruan tinggi laki-laki, dinyatakan dalam
persentase.
Jika dilihat pada APM Perguruan Tinggi, pada tahun 2016 dari 100 penduduk
perempuan berumur 19-24 tahun, sebanyak ±29orang diantaranya masih kuliah,
sedangkan dari 100 penduduk laki-laki berumur 19-24 tahun, sebanyak ±20orang
diantaranya masih kuliah. Di perkotaan, APM Perguruan Tinggi bagi laki-laki lebih
rendah dibanding perempuan, hal yang sama juga terjadi di daerah perdesaan.
Informasi selengkapnya dapat dilihat pada Tabel berikut ini.
Tabel 2.3-126. Rasio APM perempuan/laki-laki di Perguruan Tinggi di Provinsi
Maluku Utara, 2016
Tabel 2.3-127. Rasio melek huruf perempuan/laki-laki pada kelompok usia 15-24tahun
menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku Utara, Tahun 2016-2017
2015 2017
Kabupaten/Kota ∑pekerja ∑pekerja ∑pekerja ∑pekerja
upahan perempuan
%*
upahan perempuan %*
Halmahera Barat 79 32 40.5 1,458 - -
Halmahera Tengah 730 70 9.6 1,070 - -
Kepulauan Sula 139 - - 33 - -
Halmahera Selatan 2,154 282 13.1 2,415 289 12.0
Halmahera Utara 1,656 115 6.9 2,098 390 18.6
Halmahera Timur 1,762 212 12.0 2,050 135 6.6
Pulau Morotai 815 25 3.1 456 - -
Pulau Taliabu - - - 242 103 42.6
Ternate 5,790 985 17.0 4,624 - -
Tidore Kepulauan 2,813 - - 1,985 - -
Maluku Utara 15,938 1,721 10.8 16,431 917 5.6
Sumber: Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Maluku Utara Agustus 2016&2017. BPS Maluku Utara. 2016&2017 dan *) data olahan
2.2.2.2.3. Pangan
Isu pangan akan menjadi isu strategis yang terus mewarnai dinamika
perkembangan ekonomi dan politik setiap daerah, tidak terkecuali Maluku Utara, hal
ini tidaklah berlebihan, mengingat pangan menjadi salah satu kebutuhan dasar
manusia guna mempertahankan hidup dan pemenuhannya merupakan hak asasi
setiap rakyat Indonesia. Komitmen besar pembangunan pangan hadir untuk
memperjelas dan memperkuat tentang pentingnya pencapaian ketahanan pangan
dengan mewujudkan kedaulatan pangan (food soveregnity), kemandirian pangan
(food resilience) serta keamanan pangan (food safety). Bahwa capaian ketahanan
pangan secara sederhana dapat dicermati dari tersedianya pangan yang cukup, baik
jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau sehingga
masyarakat dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan.
Pembangunan sektor ini berharap tentunya, aspek pengawalan dan pengendalian
akan efektifitas penggunaan anggaran dapat mengedepankan transparasi dan
akuntabilitas sehingga mampu menggerakkan sektor produktif yang mendukung
langsung pencapaian swasembada pangan, yang memiliki efek berantai dalam
meningkatkan produksi dan produktivitas, meningkatkan indeks pertanaman,
memberikan konstribusi terhadap pemantapan ketahanan pangan dan mengurangi
ketergantungan importasi pangan. Beberapa capian kinerja pangan di Provinsi
Maluku Utara yang menjadi indikator pembangunan, seperti terurai berikut ini.
Tabel 2.3-129. Ketersediaan pangan utama di Provinsi Maluku Utara, Tahun 2015-
2017
Tabel 2.3-130. Ketersediaan energi dan protein perkapita di Provinsi Maluku Utara,
Tahun 2015-2017
Ketersediaan energi
Tahun Ketersediaan protein (Gr/Kap/hr)
(Kkal/Kap/hr)
2013 2,804 87,96
2014 3,366 96,3
2015 2,717 81,68
2016 3,510 88,76
2017 3,089 86,81
Sumber : Dinas Pangan Provinsi Maluku Utara, 2018.
2.2.2.2.4. Pertanahan
tanah, namun juga, pengadaan tanah, penguasaan pemilikan tanah yang melampaui
batas maksimal baik untuk kepentingan pertanian maupun non pertanian, hingga
pada tumpang tindihnya dalam penggunaan tanah antara kepentingan pertanian,
industri dan perumahan. Sementara dari aspek sengketa, bisa saja terjadi antar
individu, dengan pemerintah, dengan dunia usaha, ataupun dunia usaha dengan
pemerintah. Semakin kompleks persoalan pertanahan, menjadikan kehadiran
pembangunan pertanahan menjadi urgen, yang dalam tataran implementasinya,
mampu mengatur hubungan antara tanah dengan orang agar tercipta keamanan dan
ketentraman dalam mengelola tanah tersebut sehingga tidak melampaui batas. Oleh
karena itu, menjadi tugas pemerintah untuk melaksanakan wewenang hak menguasai
dari negara dalam mengatur dan menyelenggarakan persediaan, peruntukan,
penggunaan, dan pemeliharaan tanah dan harus memberikan perlindungan hukum
serta kepastian hukum kepada pemegang hak atas tanah. Beberapa capian kinerja
pertanahan di Provinsi Maluku Utara yang menjadi indikator pembangunan, seperti
terurai pada Tabel berikut ini.
Tabel 2.3-132. Cakupan indikator pertanahan di Provinsi Maluku Utara. Tahun 2013-
2017
ASPEK PELAYANAN UMUM
2013 2014 2015 2016 2017
Layanan Urusan Wajib Non Dasar
Pertanahan
1 Persentase luas lahan bersertifikat (%) 8.33 8.69 9.23 9.89 12.65
2 Penyelesaian kasus tanah negara (kasus) 12 1 18 15 7
3 Penyelesaian pertimbangan teknis dalam
- - 2 10 3
rangka izin lokasi
Sumber : BPN Provinsi Maluku Utara, 2018.
Tabel 2.3-133. Cakupan indikator lingkungan hidup di Provinsi Maluku Utara. Tahun
2013-2017
ASPEK PELAYANAN UMUM
2013 2014 2015 2016 2017
Layanan Urusan Wajib Non Dasar
Lingkungan Hidup
1 Tersedianya dokumen KLHS Provinsi ada
2 Terselenggaranya KLHS untuk K/R/P tingkat ada
daerah provinsi
3 Peningkatan Indeks Kualitas Air 1 51.67 50.83 52.96 50.95 50.62
4 Peningkatan Indeks Kualitas Udara 1 96.94 96.94 96.94 86.20 96.00
5 Peningkatan Indeks Kualitas Tutupan Lahan 1 82.22 82.22 83.22 82.87
Sumber : 1Stastistik Lingkungan Hidup Indonesia 2018. BPS
adalah laju perubahan jumlah penduduk di suatu wilayah tertentu pada waktu
tertentu dibandingkan waktu sebelumnya.
Merupakan angka yang menunjukkan persentase pertambahan penduduk
dalam jangka waktu tertentu. Indikator ini sangat berguna untuk memprediksi
jumlah penduduk di suatu wilayah atau negara dimasa datang. Laju pertumbuhan
rata-rata anak yang dilahirkan oleh seorang wanita selama masa usia suburnya.
Fertilitas atau kelahiran merupakan salah satu faktor penambah jumlah
penduduk disamping migrasi masuk. Indikator untuk mengukur angka kelahiran
adalah angka kelahiran total dan angka kelahiran menurut kelompok umur. Angka
TFR terus mengalami penurunan. Selama periode tahun 2013–2017, TFR menurun
dari 3,1 menjadi 2,9. Informasi selengkapnya dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 2.3-138. Total fertility rate (TFR) di Provinsi Maluku Utara. Tahun 2013-2017
ASPEK PELAYANAN UMUM
2013 2014 2015 2016 2017
Layanan Urusan Wajib Non Dasar
Pengendalian Penduduk dan KB
Total Fertility Rate (TFR) 3.1 3.1 3.1 3.1 2.9
Sumber: BKKBN Provinsi Maluku Utara. 2018
Tabel 2.3-142. Rata-rata jumlah anak per keluarga di Provinsi Maluku Utara. Tahun
2013-2017
ASPEK PELAYANAN UMUM
2013 2014 2015 201
Layanan Urusan Wajib Non Dasar
Pengendalian Penduduk dan KB
Rata-rata jumlah anak per keluarga 3-4 3-4 3-4
Sumber: BKKBN Provinsi Maluku Utara. 2018
Rasio akseptor KB
2017
Kabupaten/Kota ∑Peserta KB Aktif Rasio
∑PUS Akseptor
IUD MOW MOP kondom Implan MO Pil tradisional total
KB*
Halmahera Barat 141 49 12 3 1,849 8,054 1,094 15 11,217 18,376 61.04
Halmahera Tengah 10 2 1 3 715 2,130 193 10 3,064 7,011 43.70
Kepulauan Sula 25 8 3 1 264 4,232 605 26 5,164 11,196 46.12
Halmahera Selatan 286 39 22 11 3,324 13,692 1,673 49 19,096 33,372 57.22
Halmahera Utara 170 48 26 16 2,719 10,533 1,074 111 14,697 29,266 50.22
Halmahera Timur 55 17 2 5 1,599 4,504 652 36 6,870 13,952 49.24
Pulau Morotai 29 35 8 1 876 4,107 356 16 5,428 10,049 54.02
Pulau Taliabu 11 14 1 1 160 2,741 1,148 20 4,096 9,032 45.35
Ternate 836 246 74 53 3,744 9,797 1,629 148 16,527 28,400 58.19
Tidore Kepulauan 28 14 7 3 842 3,561 271 3 4,729 12,362 38.25
Maluku 2017 1,591 472 156 97 16,092 63,351 8,695 434 90,888 173,457 52,40
Utara 2016 457 151 1,264 14,963 62,716 8,791 95 457 88,894 171,213 51.92
Sumber: Provinsi Maluku Utara Dalam Angka 2018. BPS Maluku Utara. 2019 dan *) data olahan
penurunan, dari 17,6persen menjadi 10,26persen. Artinya dari 100 pasangan usia
subur di Provinsi Maluku Utara, terdapat ±17orang pada tahun 2013, yang kemudian
pada tahun 2017 menurun menjadi hanya ±10orang yang tidak memanfaatkan
program KB. Hal ini mengindikasikan terkait kecenderungan keberhasilan
penyelengaraan program KB di Maluku Utara.
Tabel 2.3-148. Cakupan unmet need di Provinsi Maluku Utara. Tahun 2013-2017
ASPEK PELAYANAN UMUM
2013 2014 2015 201
Layanan Urusan Wajib Non Dasar
Pengendalian Penduduk dan KB
Cakupan PUS yang ingin ber KB tidak terpenuhi
17.6 11.4 10.6
(unmet need)
Sumber: BKKBN Provinsi Maluku Utara. 2018
tahun 2014 sebesar 30persen menjadi 25,3persen pada tahun 2017. Informasi
selengkapnya dapat dilihat pada Tabel berikut ini.
Tabel 2.3-150. Persentase tingkat keberlangsungan pemakaian kontrasepsi di Provinsi
Maluku Utara. Tahun 2013-2017
ASPEK PELAYANAN UMUM
2013 2014 2015 201
Layanan Urusan Wajib Non Dasar
Pengendalian Penduduk dan KB
Presentase tingkat keberlangsungan pemakaian
- 30 26
kontrasepsi
Sumber: BKKBN Provinsi Maluku Utara. 2018
2.2.2.2.9. Perhubungan
Tabel 2.3-165. Cakupan indikator penanaman modal di Provinsi Maluku Utara. Tahun
2013-2017
2
0
ASPEK PELAYANAN UMUM 2014 2015 2016 2017
1
3
Layanan Urusan Wajib Non Dasar
Penanaman Modal
Jumlah investor berskala nasional
1 (PMDN/PMA) (jumlah proyek)
- - - 75 35
- PMA - - - 59 59
- PMDN - - - 43 43
Jumlah nilai investasi berskala
2 nasional (PMDN/PMA) (triliun Rp.)
- - - 447.7 1.378.6
3 Rasio daya serap tenaga kerja (%) - - 31.40 35.97 38.05
Kenaikan / penurunan Nilai 1.1
4 Realisasi PMDN (milyar rupiah) 14. 156.3 48.2 8.8 1.150.6
9
Sumber: Dinas Penanaman Modal dan PTSP Provinsi Maluku Utara. 2018
Tabel 2.3-166. Cakupan indikator Pemuda dan Olahraga di Provinsi Maluku Utara.
Tahun 2013-2017
2.2.2.2.14. Statistik
Statistik sebagai data atau informasi yang berupa angka, sebagai sistem yang
memadukan penyelenggaraan statistik, maupun sebagai ilmu yang mempelajari cara
pengumpulan, pengolahan, penyajian, dan analisis data. Pembangunan statistik akan
menghasilkan informasi yang lengkap secara angka dan deskriptif mengenai berbagai
hal terkait kegiatan perekonomian, sosial dan kesejahteraan rakyat, sarana dan
prasarana serta informasi terkait pemerintahan. Analisis komprehensif yang
mengaitkan antara potensi pemilikan sumber daya, proses pembangunan ekonomi
serta dampaknya terhadap tatanan dan kondisi sosial ekonomi masyarakat menjadi
suatu kebutuhan bagi perencanaan maupun evaluasi pembangunan. Dengan
demikian, statistik akan dijadikan sebagai rujukan bagi perencanaan pembangunan
diberbagai segi dan sebagai pedoman arah penentuan kebijakan daerah. Beberapa
capaian kinerja statistik di Provinsi Maluku Utara yang menjadi indikator
pembangunan, seperti terurai pada Tabel berikut ini.
Tabel 2.3-167. Cakupan statistik di Provinsi Maluku Utara. Tahun 2013-2017
ASPEK PELAYANAN UMUM
2013 2014 2015 2016 2017
Layanan Urusan Wajib Non Dasar
Statistik
tersedianya sistem data dan statistik yang
1 terintegrasi
ada
2 buku kabupaten dalam angka ada
3 buku PDRB ada
Sumber: Bappeda Provinsi Maluku Utara. 2018
2.2.2.2.15. Persandian
2.2.2.2.16. Kebudayaan
Tabel 2.3-169. Cakupan indikator kebudayaan di Provinsi Maluku Utara. Tahun 2013-
2017
2.2.2.2.17. Perpustakaan
2.2.2.2.18. Kearsipan
2.2.2.3.1. Pariwisata
2.2.2.3.2. Pertanian
2.2.2.3.3. Kehutanan
Tabel 2.3-174. Cakupan indikator kehutanan di Provinsi Maluku Utara. Tahun 2013-
2017
ASPEK PELAYANAN UMUM
2013 2014 2015 2016 2017
Layanan Urusan Pilihan
Pertanian
1 Rehabilitasi hutan dan lahan kritis 460 329 750 200 1.500
2 Kerusakan Kawasan Hutan
Kerusakan Kawasan Hutan (Deforestasi)
2.1 3.410 168 10.322 9.105 43.700
(Ha)
Kerusakan di Luar Kawasan Hutan
2.2 2.273 1.401 1.630 2.654 6.197
(Deforestasi) (Ha)
Rasio luas kawasan lindung untuk menjaga
3 kelestarian keanekaragaman hayati terhadap 25,47 25,27 25,27 25,30 25,30
total luas kawasan hutan
Sumber: Dinas Kehutanan Provinsi Maluku Utara. 2018
Sektor energi dan sumber daya mineral (ESDM) memiliki peran penting
dalam pembangunan nasional khususnya pembangunan daerah. Dalam rangka
mendukung perekonomian daerah baik melalui sisi fiskal, moneter maupun sektor
rill, terdapat peran penting sektor ESDM, antara lain sebagai sumber penerimaan
daerah, penggerak pembangunan daerah, neraca perdagangan, investasi, subsidi,
penyediaan energi dan bahan baku domestik, dan kegiatan ESDM yang
menimbulkan efek berantai serta menciptakan tenaga kerja. Beberapa capaian
kinerja ESDM yang menjadi indikator pembangunan di Provinsi Maluku Utara,
terurai pada Tabel berikut ini.
Tabel 2.3-175. Cakupan indikator ESDM di Provinsi Maluku Utara. Tahun 2013-2017
ASPEK PELAYANAN UMUM
2013 2014 2015 2016 2017
Layanan Urusan Pilihan
ESDM
1 Persentase rumah tangga pengguna listrik 72.71 87.35
2 Rasio ketersediaan daya listrik 87.00
3 Persentase pertambangan tanpa ijin
Sumber: Dinas ESDM Provinsi Maluku Utara. 2018
2.2.2.3.5. Perdagangan
2.2.2.3.6. Perindustrian
2.2.2.3.7. Transmigrasi
memperluas akses pendanaan untuk nelayan skala kecil. Beberapa capaian kinerja
kelautan dan perikanan yang menjadi indikator pembangunan di Provinsi Maluku
Utara, terurai pada Tabel berikut ini.
Tabel 2.3-179. Cakupan indikator kelautan dan perikanan di Provinsi Maluku Utara.
Tahun 2013-2017
ASPEK PELAYANAN UMUM
2013 2014 2015 2016 2017
Layanan Urusan Pilihan
Kelautan dan Perikanan
1 Produksi perikanan (ton)1 218,097 251,110 254,856 254,876.72
2 Konsumsi ikan (kg/kapita/thn) 47.72 50.00 52.76
Rasio kawasan lindung perairan terhadap
3
total luas perairan territorial
13.82 13.82 15.29
.1 luas kawasan lindung perairan (ha) 15,731 15.731 17.401
luas total perairan(km2) 113.796,5 113.796,5 113.796,5 113.796,5
.2 113.796,53
3 3 3 3
4 Nilai tukar nelayan 100.57 102.24 102.33
2
Sumber: 1Statistik Lingkungan Hidup Indonesia 2018. BPS dan Provinsi Maluku Utara Dalam Angka 2014-2018. BPS
Tabel 2.3-180. Cakupan indikator bappeda di Provinsi Maluku Utara. Tahun 2013-
2017
ASPEK PELAYANAN UMUM
2013 2014 2015 2016 2017
Layanan Urusan Penunjang
Perencanaan Pembangunan
Tersedianya dokumen perencanaan RPJPD yang telah
1
ditetapkan dengan Perda
ada
Tersedianya dokumen perencanaan RPJMD yang telah
2
ditetapkan dengan Perda
ada
Tersedianya dokumen perencanaan RKPD yang telah
3
ditetapkan dengan Perkada
ada
Tersedianya dokumen RTRW yang telah ditetapkan
4
dengan Perda
ada
Penjabaran konsistensi program RPJMD kedalam
5
RKPD
100 100 100 100 100
6 Penjabaran konsistensi program RKPD kedalam APBD 100 100 100 100 100
7 Kesesuaian rencana pembangunan dengan RTRW 100 100 100 100 100
Sumber: Bappeda Provinsi Maluku Utara. 2018
2.2.2.4.2. Keuangan
Tabel 2.3-181. Cakupan indikator keuangan di Provinsi Maluku Utara. Tahun 2013-
2017
ASPEK PELAYANAN UMUM
2013 2014 2015 2016 2017
Layanan Urusan Penunjang
Keuangan
Kualitas pelayanan publik akan menjadi tolak ukur bagi kinerja pemerintah.
Fungsi pemerintah beserta aparaturnya merupakan salah satu tuntutan dari reformasi
birokrasi. Peningkatan kualitas sumberdaya pegawai menjadi sangat urgen dan perlu
dilakukan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan dalam rangka
meningkatkan kemampuan dan profesionalisme, yang akan bermuara pada lahirnya
komitmen yang kuat dalam penyelesaian tugas-tugas rutin sesuai tanggung jawab
dan fungsinya masing-masing secara lebih efisien, efektif, dan produktif.
Pembangunan kepegawaian serta pendidikan dan pelatihan berupaya untuk
meningkatkan pengelolaan Pegawai Negeri melalui suatu sistem yang diarahkan
untuk menjamin penyelenggaraan tugas pemerintahan dan pembangunan secara
berdayaguna dan berhasilguna, melalui kebijakan-kebijakan yang mencakup
penetapan norma, standar, prosedur, formasi, pengangkatan, pengembangan kualitas
sumber daya Pegawai Negeri Sipil, pemindahan, gaji, tunjangan, kesejahteraan,
pemberhentian, hak, kewajiban dan kedudukan hukum. Beberapa capaian kinerja
kepegawaian serta pendidikan dan pelatihan yang menjadi indikator pembangunan di
Provinsi Maluku Utara, terurai pada Tabel berikut ini.
2.2.2.4.5. Pengawasan
Tabel 2.3-184. Cakupan indikator pengawasan di Provinsi Maluku Utara. Tahun 2013-
2017
Aspek daya saing daerah terdiri dari kemampuan ekonomi daerah, fasilitas
wilayah atau infrastruktur, iklim berinvestasi dan sumber daya manusia. Indikator
variabel aspek daya saing daerah terdiri dari:
2.2.3.1. Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah
Analisis kinerja atas aspek kemampuan ekonomi daerah dilakukan terhadap
indikator pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita, pengeluaran konsumsi non
pangan per kapita, produktivitas total daerah, dan nilai tukar petani, serta indikator
kinerja lainnya pada fokus kemampuan ekonomi daerah sesuai dengan kewenangan
provinsi.
46,24persen sedangkan pada tahun 2017 sebesar 47,48persen. Dengan demikian, dari
total pengeluaran konsumsi rumahtangga, 47,48persen diantaranya digunakan untuk
keperluan konsumsi non makanan, pada tahun 2017. Informasi selengkapnya dapat
dilihat pada Tabel berikut ini.
Tabel 2.42. Persentase Pengeluaran konsumsi nonpangan perkapita Provinsi Maluku
Utara Tahun 2013 – 2017
NTP Provinsi Maluku Utara tahun 2016 dan 2017 masing-masing mencapai
103,95 dan 101,25. Karena nilai NTP 2017 lebih kecil dari tahun 2016, berarti
kenaikan pendapatan petani Provinsi Maluku Utara pada tahun 2017 dari usaha
pertanian secara umum tidak mencukupi untuk menutupi kenaikan biaya produksi
dan penambahan barang modal (BPPBM) serta kenaikan biaya hidup.
agregat impor dan ekspor dalam kurun waktu tertentu dengan produk domestik bruto
pada kurun waktu yang sama. Meski disebut rasio, hasil akhirnya biasanya
ditampilkan dalam bentuk persentase. Rasio ini dijadikan patokan keterbukaan suatu
negara terhadap perdagangan internasional. Karena itu, rasio ini juga bisa disebut
rasio keterbukaan perdagangan. Rasio ini dapat dipandang sebagai indikator
globalisasi ekonomi sebuah negara. Semakin besar derajat keterbukaan
menunjukkan semakin terbukanya perekonomian suatu wilayah.
Tabel 2.4-5. Rasio Ekspor+Impor terhadap PDB Provinsi Maluku Utara, Tahun 2013-
2017
Tabel 2.46. Rasio pinjaman terhadap simpanan di Bank Umum Provinsi Maluku
Utara Tahun 2015 – 2017
A. Banjir
Pengkajian bahaya banjir dilakukan untuk menentukan besaran luas wilayah
terpapar bencana banjir. Pemetaan bahaya banjir dilakukan berdasarkan Perka BNPB
No. 2 tahun 2012 dan referensi pedoman lainnya yang ada di kementrian/ lembaga di
tingkat Nasional. Berdasarkan aturan tersebut maka penentuan kajian bahaya banjir
dilakukan berdasarkan parameter daerah rawan banjir, kekeringan lereng, jarak dari
sungai serta curah hujan.
Berdasarkan parameter bahaya banjir tersebut, maka di ketahui potensi luas
wilayah terpapar dan kelas bahaya banjir. Adapun rekapitulasi potensi luas wilayah
terpapar bencana banjir di provinsi maluku utara dapat di lihat pada tabel di bawah
ini :
Tabel 2.48. Potensi luas wilayah terpapar bencana banjir di Provinsi Maluku Utara
Bahaya
No. Kabupaten/ Kota
Luas (Ha) Kelas
1 Halmahera Barat 28.130 Sedang
2 Halmahera Tengah 23.285 Sedang
3 Kepulauan Sula 22.579 Sedang
4 Halmahera Selatan 100.968 Sedang
5 Halmahera Utara 98.036 Tinggi
6 Halmahera Timur 77.813 Sedang
7 Pulau Morotai 23.507 Sedang
8 Pulau Taliabu 43.259 Sedang
9 Ternate 832 Sedang
10 Tidore Kepulauan 18.957 Sedang
Maluku Utara 437.366 Tinggi
Sumber: BPBD Provinsi Maluku Utara. 2018
Bahaya banjir di Provinsi Maluku Utara berada pada kelas tinggi, dengan
total luas wilayah terdampak yaitu 437.366 Ha. Penentuan kelas bahaya di peroleh
dari kelas bahaya maksimal/paling tinggi di seluruh kabupaten/kota terdampak
bencana banjir.
B. Banjir Bandang
Pengkajian bahaya banjir bandang dilakukan untuk menentukan besaran luas
wilayah terpapar bencana banjir bandang. Pemetaan bahaya banjir bandang di
lakukan berdasarkan Perka BNPB No. 2 tahun 2012 dan referensi pedoman lainnya
yang ada di kementrian/ lembaga di tingkat nasional. Berdasarkan aturan tersebut,
maka penentuan kajian bahaya banjir bandang dilakukan berdasarkan parameter
sungai utama, topografi dan potensi longsor di hulu sungai (longsoran yang memiliki
kelas tinggi).
Berdasarkan parameter bahaya banjir bandang tersebut, maka di ketahui
potensi luas wilayah terpapar bencana banjir bandang di Provinsi Maluku Utara
dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 2.49. Potensi luas wilayah terpapar bencana banjir bandang di Provinsi Maluku
Utara
Bahaya
No. Kabupaten/ Kota
Luas (Ha) Kelas
1 Halmahera Barat 10.863 Tinggi
2 Halmahera Tengah 5.895 Tinggi
3 Kepulauan Sula 927 Tinggi
4 Halmahera Selatan 16.732 Tinggi
5 Halmahera Utara 13.615 Tinggi
6 Halmahera Timur 41.356 Tinggi
7 Pulau Morotai 8.674 Tinggi
8 Pulau Taliabu 2.640 Tinggi
9 Ternate 1.005 Tinggi
10 Tidore Kepulauan 6.754 Tinggi
Maluku Utara 108.461 Tinggi
Bahwa bahaya banjir bandang di Provinsi Maluku Utara berada pada kelas
tinggi, dengan total luas wilayah terdampak yaitu 108.461 Ha. Penentuan kelas
bahaya di peroleh dari kelas bahaya maksimal/ paling tinggi di seluruh
kabupaten/kota terdampak bencana banjir bandang.
Tabel 2.410. Potensi luas wilayah terpapar bencana kekeringan di Provinsi Maluku
Utara
Bahaya
No. Kabupaten/ Kota
Luas (Ha) Kelas
1 Halmahera Barat 170.420 Tinggi
2 Halmahera Tengah 226.073 Tinggi
3 Kepulauan Sula 178.395 Tinggi
4 Halmahera Selatan 808.843 Tinggi
5 Halmahera Utara 347.607 Tinggi
6 Halmahera Timur 646.400 Tinggi
7 Pulau Morotai 234.221 Tinggi
8 Pulau Taliabu 146.993 Tinggi
9 Ternate 11.139 Tinggi
10 Tidore Kepulauan 164.573 Tinggi
Provinsi Maluku Utara 2.934.664 Tinggi
Sumber: BPBD Provinsi Maluku Utara. 2018
Bahwa bahaya kekeringan di Provinsi Maluku Utara berada pada kelas tinggi,
dengan total luas wilayah terdampak yaitu 2.934.664 Ha. Penentuan kelas bahaya di
peroleh dari kelas bahaya maksimal/ paling tinggi di seluruh kabupaten/kota
terdampak bencana kekeringan.
Tabel 2.4-16. Angka kriminalitas yang ditangani di Provinsi Maluku Utara dan
Indonesia Tahun 2014-2016
Tahun
Uraian
2014 2015 2016
Maluku Utara
∑Kejahatan 843 636 767
∑Kejahatan yang diselesaikan 439 331 467
Persentase penyelesaian kejahatan 52.08 52.04 60.89
Selang waktu terjadinya tindak kejahatan 10.23’29” 13.46’24” 11.25’16”
Resiko penduduk terkena tindak kejahatan per
75 55 65
100,000penduduk
Indonesia*)
∑Kejahatan 325,317 352,936 357,197
∑Kejahatan yang diselesaikan 176,530 205,170 209,821
Persentase penyelesaian kejahatan 54.26 58.13 58.74
Selang waktu terjadinya tindak kejahatan 00.01’36” 00.01’29” 00.01’28”
Resiko penduduk terkena tindak kejahatan per 131 140 140
100,000penduduk
Sumber : Sumber : Statistik Politik dan Keamanan Provinsi Maluku Utara 2016. BPS.2017 dan *) Statistik Kriminal 2017. BPS.2017
Dari segi jumlah kejahatan, selama tahun 2016 Polres Ternate mencatat
jumlah kejahatan terbanyak (228kasus), disusul oleh Polres Halmahera Selatan
(112kasus) dan Halmahera Barat (76kasus). Sedangkan Polres Pulau Taliabu,
Halmahera Tengah, dan Halmahera Timur dengan jumlah kejadian kejahatan
berturut-turut sebanyak 31, 32, dan 52kasus merupakan tiga Polres dengan jumlah
kejahatan paling sedikit.
ketergantungan dan rasio lulusan S1/S2/S3, serta indikator kinerja lainnya pada fokus
sumber daya manusia sesuai dengan kewenangan provinsi, dengan merujuk pada
Lampiran Peraturan Menteri Dalam Negeri.
Salah satu faktor penting yang tidak dapat diabaikan dalam kerangka
pembangunan ekonomi daerah adalah menyangkut produktivitas tenaga kerja.
Produktivitas tenaga kerja ini berkaitan erat dengan kualitas tenaga kerja yang
tersedia. Kualitas tenaga kerja di suatu wilayah sangat ditentukan oleh tingkat
pendidikan. Artinya semakin tinggi tingkat pendidikan yang ditamatkan oleh
penduduk suatu wilayah maka semakin baik kualitas tenaga kerjanya. Dengan
demikian, kualitas tenaga kerja yang tersedia pada suatu wilayah dapat dilihat dari
tingkat pendidikan penduduk yang telah menyelesaikan S1, S2 dan S3. Persentase
Penduduk Lulusan S1, S2 dan S3 (PL-PT) adalah proporsi penduduk usia 15 ke atas
yang tamat sekolah S1, S2 dan S3 terhadap jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas.
Cakupan rasio lulusan S1/S2/S3 di Provinsi Maluku Utara selama tahun
2013-2017 terus meningkat. Setelah berada dikisaran rasio 3,20 pada tahun 2013,
besaran ini kemudian terus meningkat hingga pada tahun 2017 besaran rasio ini
berada dilevel 5,08. Artinya, secara rata-rata dari 100penduduk usia 15tahun ke atas
pada tahun 2017, terdapat 5 orang diantaranya merupakan lulusan S1/S2/S3.
Informasi selengkapnya dapat dilihat pada Tabel berikut ini.
Tabel 2.4-18. Rasio lulusan S1/S2/S3 di Provinsi Maluku Utara, Tahun 2013-2017
Rasio Ketergantungan
adalah perbandingan antara jumlah penduduk umur 0-14 tahun, ditambah dengan jumlah
penduduk 65 tahun ke atas (keduanya disebut dengan usia nonproduktif) dibandingkan
dengan jumlah pendduk usia 15-64 tahun (usia produktif, dinyatakan dalam persen.
Rasio ketergantungan (dependency ratio) dapat digunakan sebagai indikator
yang secara kasar dapat menunjukkan keadaan ekonomi suatu negara apakah
tergolong negara maju atau negara yang sedang berkembang. Dependency ratio
NTP Provinsi Maluku Utara tahun 2016 dan 2017 masing-masing mencapai
103,95 dan 101,25. Karena nilai NTP 2017 lebih kecil dari tahun 2016, berarti
kenaikan pendapatan petani Provinsi Maluku Utara pada tahun 2017 dari usaha
pertanian secara umum tidak mencukupi untuk menutupi kenaikan biaya produksi
dan penambahan barang modal (BPPBM) serta kenaikan biaya hidup.
Tabel 2.46. Rasio pinjaman terhadap simpanan di Bank Umum Provinsi Maluku
Utara Tahun 2015 – 2017
A. Banjir
Pengkajian bahaya banjir dilakukan untuk menentukan besaran luas wilayah
terpapar bencana banjir. Pemetaan bahaya banjir dilakukan berdasarkan Perka BNPB
No. 2 tahun 2012 dan referensi pedoman lainnya yang ada di kementrian/ lembaga di
tingkat Nasional. Berdasarkan aturan tersebut maka penentuan kajian bahaya banjir
dilakukan berdasarkan parameter daerah rawan banjir, kekeringan lereng, jarak dari
sungai serta curah hujan.
Berdasarkan parameter bahaya banjir tersebut, maka di ketahui potensi luas
wilayah terpapar dan kelas bahaya banjir. Adapun rekapitulasi potensi luas wilayah
terpapar bencana banjir di provinsi maluku utara dapat di lihat pada tabel di bawah
ini :
Tabel 2.48. Potensi luas wilayah terpapar bencana banjir di Provinsi Maluku Utara
Bahaya
No. Kabupaten/ Kota
Luas (Ha) Kelas
1 Halmahera Barat 28.130 Sedang
2 Halmahera Tengah 23.285 Sedang
3 Kepulauan Sula 22.579 Sedang
4 Halmahera Selatan 100.968 Sedang
5 Halmahera Utara 98.036 Tinggi
6 Halmahera Timur 77.813 Sedang
7 Pulau Morotai 23.507 Sedang
8 Pulau Taliabu 43.259 Sedang
9 Ternate 832 Sedang
10 Tidore Kepulauan 18.957 Sedang
Maluku Utara 437.366 Tinggi
Sumber: BPBD Provinsi Maluku Utara. 2018
Bahaya banjir di Provinsi Maluku Utara berada pada kelas tinggi, dengan
total luas wilayah terdampak yaitu 437.366 Ha. Penentuan kelas bahaya di peroleh
dari kelas bahaya maksimal/paling tinggi di seluruh kabupaten/kota terdampak
bencana banjir.
B. Banjir Bandang
Pengkajian bahaya banjir bandang dilakukan untuk menentukan besaran luas
wilayah terpapar bencana banjir bandang. Pemetaan bahaya banjir bandang di
lakukan berdasarkan Perka BNPB No. 2 tahun 2012 dan referensi pedoman lainnya
yang ada di kementrian/ lembaga di tingkat nasional. Berdasarkan aturan tersebut,
maka penentuan kajian bahaya banjir bandang dilakukan berdasarkan parameter
sungai utama, topografi dan potensi longsor di hulu sungai (longsoran yang memiliki
kelas tinggi).
Berdasarkan parameter bahaya banjir bandang tersebut, maka di ketahui
potensi luas wilayah terpapar bencana banjir bandang di Provinsi Maluku Utara
dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 2.49. Potensi luas wilayah terpapar bencana banjir bandang di Provinsi Maluku
Utara
Bahaya
No. Kabupaten/ Kota
Luas (Ha) Kelas
1 Halmahera Barat 10.863 Tinggi
2 Halmahera Tengah 5.895 Tinggi
3 Kepulauan Sula 927 Tinggi
4 Halmahera Selatan 16.732 Tinggi
5 Halmahera Utara 13.615 Tinggi
6 Halmahera Timur 41.356 Tinggi
7 Pulau Morotai 8.674 Tinggi
8 Pulau Taliabu 2.640 Tinggi
9 Ternate 1.005 Tinggi
10 Tidore Kepulauan 6.754 Tinggi
Maluku Utara 108.461 Tinggi
Sumber: BPBD Provinsi Maluku Utara. 2018
Bahwa bahaya banjir bandang di Provinsi Maluku Utara berada pada kelas
tinggi, dengan total luas wilayah terdampak yaitu 108.461 Ha. Penentuan kelas
bahaya di peroleh dari kelas bahaya maksimal/ paling tinggi di seluruh
kabupaten/kota terdampak bencana banjir bandang.
Tabel 2.410. Potensi luas wilayah terpapar bencana kekeringan di Provinsi Maluku
Utara
Bahaya
No. Kabupaten/ Kota
Luas (Ha) Kelas
1 Halmahera Barat 170.420 Tinggi
2 Halmahera Tengah 226.073 Tinggi
3 Kepulauan Sula 178.395 Tinggi
4 Halmahera Selatan 808.843 Tinggi
5 Halmahera Utara 347.607 Tinggi
6 Halmahera Timur 646.400 Tinggi
7 Pulau Morotai 234.221 Tinggi
8 Pulau Taliabu 146.993 Tinggi
9 Ternate 11.139 Tinggi
10 Tidore Kepulauan 164.573 Tinggi
Provinsi Maluku Utara 2.934.664 Tinggi
Sumber: BPBD Provinsi Maluku Utara. 2018
Bahwa bahaya kekeringan di Provinsi Maluku Utara berada pada kelas tinggi,
dengan total luas wilayah terdampak yaitu 2.934.664 Ha. Penentuan kelas bahaya di
peroleh dari kelas bahaya maksimal/ paling tinggi di seluruh kabupaten/kota
terdampak bencana kekeringan.
pada tahun 2013 dan 95.99persen pada tahun 2017. Informasi selengkapnya dapat
dilihat pada Tabel berikut ini.
Tabel 2.414. Persentase Rumah Tangga di Provinsi Maluku Utara dan Sumber
Penerangan Listrik PLN, 2013-2017
ASPEK DAYA SAING DAERAH
2013 2014 2015 2016 2017
Fokus Fasilitas Wilayah/Infrastruktur
Persentase Rumah Tangga dan Sumber Penerangan Listrik PLN
.1 Maluku Utara 73.17 74.36 76.60 79.02 84.33
.2 Indonesia 93.28 93.97 94.44 94.93 95.99
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional, BPS
Indonesia, dalam kurun waktu tersebut. Informasi selengkapnya dapat dilihat pada
Tabel berikut.
Tabel 2.4-16. Angka kriminalitas yang ditangani di Provinsi Maluku Utara dan
Indonesia Tahun 2014-2016
Tahun
Uraian
2014 2015 2016
Maluku Utara
∑Kejahatan 843 636 767
∑Kejahatan yang diselesaikan 439 331 467
Persentase penyelesaian kejahatan 52.08 52.04 60.89
Selang waktu terjadinya tindak kejahatan 10.23’29” 13.46’24” 11.25’16”
Resiko penduduk terkena tindak kejahatan per
75 55 65
100,000penduduk
Indonesia*)
∑Kejahatan 325,317 352,936 357,197
∑Kejahatan yang diselesaikan 176,530 205,170 209,821
Persentase penyelesaian kejahatan 54.26 58.13 58.74
Selang waktu terjadinya tindak kejahatan 00.01’36” 00.01’29” 00.01’28”
Resiko penduduk terkena tindak kejahatan per 131 140 140
100,000penduduk
Sumber : Sumber : Statistik Politik dan Keamanan Provinsi Maluku Utara 2016. BPS.2017 dan *) Statistik Kriminal 2017. BPS.2017
Sebaliknya, pola perkembangan crime total yang dilaporkan Polres Halmahera Barat
terus meningkat. Sedangkan pada wilayah lain cenderung fluktuatif. Kondisi yang
sama juga terlihat dari indikator crime clock.
Dari segi jumlah kejahatan, selama tahun 2016 Polres Ternate mencatat
jumlah kejahatan terbanyak (228kasus), disusul oleh Polres Halmahera Selatan
(112kasus) dan Halmahera Barat (76kasus). Sedangkan Polres Pulau Taliabu,
Halmahera Tengah, dan Halmahera Timur dengan jumlah kejadian kejahatan
berturut-turut sebanyak 31, 32, dan 52kasus merupakan tiga Polres dengan jumlah
kejahatan paling sedikit.
Salah satu faktor penting yang tidak dapat diabaikan dalam kerangka
pembangunan ekonomi daerah adalah menyangkut produktivitas tenaga kerja.
Produktivitas tenaga kerja ini berkaitan erat dengan kualitas tenaga kerja yang
tersedia. Kualitas tenaga kerja di suatu wilayah sangat ditentukan oleh tingkat
pendidikan. Artinya semakin tinggi tingkat pendidikan yang ditamatkan oleh
penduduk suatu wilayah maka semakin baik kualitas tenaga kerjanya. Dengan
demikian, kualitas tenaga kerja yang tersedia pada suatu wilayah dapat dilihat dari
tingkat pendidikan penduduk yang telah menyelesaikan S1, S2 dan S3. Persentase
Penduduk Lulusan S1, S2 dan S3 (PL-PT) adalah proporsi penduduk usia 15 ke atas
yang tamat sekolah S1, S2 dan S3 terhadap jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas.
Cakupan rasio lulusan S1/S2/S3 di Provinsi Maluku Utara selama tahun
2013-2017 terus meningkat. Setelah berada dikisaran rasio 3,20 pada tahun 2013,
besaran ini kemudian terus meningkat hingga pada tahun 2017 besaran rasio ini
berada dilevel 5,08. Artinya, secara rata-rata dari 100penduduk usia 15tahun ke atas
pada tahun 2017, terdapat 5 orang diantaranya merupakan lulusan S1/S2/S3.
Informasi selengkapnya dapat dilihat pada Tabel berikut ini.
Tabel 2.4-18. Rasio lulusan S1/S2/S3 di Provinsi Maluku Utara, Tahun 2013-2017
Rasio Ketergantungan
adalah perbandingan antara jumlah penduduk umur 0-14 tahun, ditambah dengan jumlah
penduduk 65 tahun ke atas (keduanya disebut dengan usia nonproduktif) dibandingkan
dengan jumlah pendduk usia 15-64 tahun (usia produktif, dinyatakan dalam persen.
Rasio ketergantungan (dependency ratio) dapat digunakan sebagai indikator
yang secara kasar dapat menunjukkan keadaan ekonomi suatu negara apakah
tergolong negara maju atau negara yang sedang berkembang. Dependency ratio
merupakan salah satu indikator demografi yang penting. Semakin tingginya
persentase dependency ratio menunjukkan semakin tingginya beban yang harus
ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai hidup penduduk yang belum
produktif dan tidak produktif lagi. Sedangkan persentase dependency ratio yang
semakin rendah menunjukkan semakin rendahnya beban yang ditanggung penduduk
yang produktif untuk membiayai penduduk yang belum produktif dan tidak produktif
lagi.
Pengelompokan jumlah atau persentase penduduk di tiap kelompok umur,
akan dapat diketahui berapa besar penduduk yang berpotensi sebagai beban yaitu
penduduk yang belum produktif (usia 0-14 tahun) termasuk bayi dan anak (usia 0-4
tahun) dan penduduk yang dianggap kurang produktif (65 tahun ke atas). Di samping
itu, juga dapat diketahui berapa persentase penduduk yang berpotensi sebagai modal
dalam pembangunan yaitu penduduk usia produktif atau yang berusia 15-64 tahun.
Jumlah penduduk usia produktif di Provinsi Maluku Utara, yaitu usia 15-64
tahun cenderung bertambah, dari 416.647jiwa pada tahun 2013 menjadi 451.944jiwa
pada tahun 2017. Demikian pula halnya dengan jumlah penduduk usia nonproduktif
yang juga bertambah dari 698.250jiwa pada tahun 2013 menjadi 757.398jiwa pada
tahun 2017 (usia 0-14 tahun dan usia +65 tahun). Komposisi ini ternyata
menghasilkan angka rasio ketergantungan di provinsi Maluku Utara sejak 2013-2017
cenderung konstan diangka 59,67persen. Artinya setiap 100orang yang berusia kerja
(dianggap produktif) masih mempunyai tanggungan sebanyak 59-60orang yang
belum produktif dan dianggap tidak produktif lagi. Besaran rasio ketergantungan
menunjukkan beban ekonomi bagi penduduk umur produktif (usia kerja) yang
menanggung penduduk pada umur tidak produktif. Informasi selengkapnya dapat
dilihat pada Tabel berikut ini.
Tabel 2.4-19. Rasio Ketergantungan (Dependency Ratio), Jumlah Penduduk Usia
Produktif dan Non Produktif Provinsi Maluku Utara
BAB 3
GAMBARAN KEUANGAN DAERAH
1.1 Pendapatan Asli Daerah 165.886.907.831,52 203.266.619.376,92 236.054.304.107,32 280.150.113.342,76 327.469.790.428,14 18,53
1.2.3 Dana Alokasi Khusus 69.688.380.000,00 74.623.090.000,00 146.686.448.000,00 233.861.504.648,00 215.674.669.000,00 32,64
Lain-lain Pendapatan
1.3 209.345.038.782,32 215.843.635.886,00 261.364.362.807,00 288.941.525.806,00 405.239.506.703,00 17,95
daerah yang sah
1.3.1 Hibah 60.489.901.859,00 51.504.614.886,00 65.253.460.677,00 19.216.014.313,00 67.391.666.667,00 2,74
2.1 Belanja Tidak Langsung 591.900.919.401,00 560.913.095.700,00 754.110.830.776,00 874.289.948.911,00 1.194.104.569.294,00 19,18
2.1.5 Belanja Bantuan Sosial 25.763.210.000,00 15.042.365.000,00 11.856.100.000,00 5.059.185.000,00 3.529.500.000,00 -39,16
2.1.6 Belanja Bagi Hasil 33.534.852.442,00 83.272.108.294,00 129.990.935.385,00 103.330.676.442,00 120.156.447.973,00 37,58
Belanja Bantuan
2.1.7 643.049.437,00 11.220.595.900,00 3.610.875.000,00 1.090.934.500,00 14,13
Keuangan
2.1.8 Belanja Tidak Terduga 26.100.000,00 500.000.000,00 941.770.000,00 200.048.863,00 454.200.000,00 104,25
2.2.2 Belanja Barang dan Jasa 336.245.301.229,00 415.479.549.496,00 523.567.485.012,00 550.174.339.332,79 402.818.301.711,00 4,62
A. Pendapatan Daerah
Pendapatan Daerah sebagaimana tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor
58 Tahun 2005 adalah meliputi semua penerimaan uang melalui Rekening Kas
Umum Daerah, yang menambah ekuitas dana lancar, yang merupakan hak daerah
dalam satu tahun anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh Daerah.
Pendapatan Daerah diperoleh dari Pendapatan Asli Daerah (PAD); Dana
Perimbangan; dan Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah. Pelaksanaan Kebijakan
Pendapatan Daerah selama tahun 2013-2017 tergambar dalam realisasi Pendapatan
Daerah pada Tabel berikut.
1.1 Pendapatan Asli Daerah 165.886.907.831,52 203.266.619.376,92 236.054.304.107,32 280.150.113.342,76 327.469.790.428,14 18,53
1.2.3 Dana Alokasi Khusus 69.688.380.000,00 74.623.090.000,00 146.686.448.000,00 233.861.504.648,00 215.674.669.000,00 32,64
Lain-lain Pendapatan
1.3 209.345.038.782,32 215.843.635.886,00 261.364.362.807,00 288.941.525.806,00 405.239.506.703,00 17,95
daerah yang sah
1.3.1 Hibah 60.489.901.859,00 51.504.614.886,00 65.253.460.677,00 19.216.014.313,00 67.391.666.667,00 2,74
Hal ini menunjukkan bahwa kinerja keuangan Provinsi Maluku Utara sangat
baik dan mengarah pada kemandirian pendapatan daerah. Rata-rata Pertumbuhan
pendapatan daerah Pemerintah Provinsi Maluku Utara terbesar bersumber dari
Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar 18,53 persen, diikuti kemudian oleh Lain-
lain Pendapatan Yang Sah sebesar 17,95 persen dan dana perimbangan sebesar 13,17
persen per tahun.
Gambar 3.1. Perkembangan Pajak Daerah di Provinsi Maluku Utara, Tahun 2013-2017
Gambar 3.2. Pertumbuhan Realisasi Pajak Daerah Provinsi Berbanding Pendapatan Asli
Daerah (PAD) Provinsi Maluku Utara Tahun 2013-2017
Gambar 3.3. Pertumbuhan Realisasi Retribusi Daerah terhadap PAD Provinsi Maluku
Utara Tahun 2013-2017
REALISASI (Rp.) r
No. Uraian
2013 2014 2015 2016 (%)
2017
1 PENDAPATAN
1.1 Pendapatan Asli Daerah
Hasil Pengelolaan
170.360.570,0 871.595.237,0
1.1.3 Kekayaan Daerah yang 634.493.705,00 - - 100,00
0 0
dipisahkan
Sumber : BPKPAD Provinsi Maluku Utara 2018
Gambar 3.4. Pertumbuhan Realisasi Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah Provinsi
Maluku Utara Tahun 2013-2017
C. Dana Perimbangan
Dana Perimbangan, terdiri dari atas (a) Dana Bagi Hasil Pajak/Dana Bagi
Hasil Bukan Pajak; (b) Dana Alokasi Umum; dan (c) Dana Alokasi Khusus. Data
Dana Perimbangan menunjukkan bahwa pemerintah memberikan transfer dana yang
begitu besar untuk Provinsi Maluku Utara, maka dengan peningkatan ini,
perekonomian Maluku Utara dapat tumbuh dengan baik, dan dapat mengindikasikan
D. Belanja Daerah
Belanja daerah sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
pasal 31 ayat (1) menyebutkan bahwa belanja daerah dipergunakan dalam rangka
mendanai pelaksanaan urusan pemerintah yang menjadi kewenangan provinsi atau
kabupeten/kota yang terdiri dari urusan wajib, urusan pilihan dan urusan yang
penanganannya dalam bagian atau bidang tertentu yang dapat dilaksanakan
bersama antara pemerintah dan pemerintah daerah atau antar pemerintah daerah
yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Belanja daerah dikelompokkan ke dalam belanja tidak langsung dan
belanja langsung. Belanja tidak langsung merupakan belanja yang dianggarkan tidak
terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Belanja Tidak
Langsung terdiri atas : (a) Belanja Pegawai; (b) Belanja Hibah; (c) Belanja Bantuan
Sosial; (d) Belanja Bagi Hasil kepada Kabupaten/Kota; (e) Belanja Bantuan
Keuangan kepada Kabupaten/Kota dan (f) Belanja Tidak Terduga. Sementara
belanja langsung merupakan belanja yang dianggarkan yang terkait secara langsung
dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Belanja Langsung terdiri atas (a) Belanja
Pegawai; (b) Belanja Barang dan Jasa; serta (c) Belanja Modal.
Belanja daerah Pemerintah Provinsi Maluku Utara diprioritaskan untuk
melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya
memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan
dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak, serta
pengembangan sistem jaminan sosial. Dengan berpedoman pada prinsip-prinsip
penganggaran, belanja daerah Tahun Anggaran 2013– 2017, disusun dengan
pendekatan anggaran berbasis kinerja yang berorientasi pada pencapaian hasil dari
input yang direncanakan, dengan memperhatikan prestasi kerja Perangkatan Daerah
(PD) dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya. Hal ini bertujuan untuk
meningkatkan akuntabilitas perencanaan dan kinerja serta menjamin efektivitas dan
efisiensi penggunaan anggaran ke dalam program dan kegiatan.
Selama periode Tahun Anggaran 2013-2017, dari akumulasi target belanja
daerah sebesar Rp.2,201,197,870,964.60, terrealisasi sebesar
Rp.1,792,151,945,777.16 atau 81.84persen. Realisasi Belanja Daerah pada Tahun
Anggaran 2013-2017 dapat dilihat pada Tabel berikut ini.
Tabel 3.5. Target dan Realisasi Belanja Daerah Provinsi Maluku Utara
Tahun Anggaran 2013 – 2017
Target Setelah Bertambah /
Tahun Anggaran Realisasi %
Perubahan APBD Berkurang
2013 1.621.925.000.000,00 1.387.593.135.306,00 85,55
234.331.864.694,00
2014 1.759.308.000.000,00 1.481.565.194.618,00 84,21
277.742.805.382,00
2015 2.327.784.856.080,00 1.808.760.115.465,00 77,70
519.024.740.615,00
2016 2.647.805.544.851,00 2.024.033.802.464,79 76,44
623.771.742.386,21
2017 2.649.165.953.892,00 2.258.807.481.032,00 85,26
390.358.472.860,00
Jumlah Rata-rata 2.201.197.870.964,60 1.792.151.945.777,16 81,84
409.045.925.187,44
Sumber : BPKPAD Provinsi Maluku Utara 2018
Tabel 3.6. Realisasi Belanja Daerah Provinsi Maluku Utara Tahun Anggaran 2013 – 2017
2.1 Belanja Tidak Langsung 591.900.919.401,00 560.913.095.700,00 754.110.830.776,00 874.289.948.911,00 1.194.104.569.294,00 19,18
2.1.5 Belanja Bantuan Sosial 25.763.210.000,00 15.042.365.000,00 11.856.100.000,00 5.059.185.000,00 3.529.500.000,00 -39,16
2.1.6 Belanja Bagi Hasil 33.534.852.442,00 83.272.108.294,00 129.990.935.385,00 103.330.676.442,00 120.156.447.973,00 37,58
2.1.8 Belanja Tidak Terduga 26.100.000,00 500.000.000,00 941.770.000,00 200.048.863,00 454.200.000,00 104,25
2.2.2 Belanja Barang dan Jasa 336.245.301.229,00 415.479.549.496,00 523.567.485.012,00 550.174.339.332,79 402.818.301.711,00 4,62
Tabel 3.7. Target dan Realisasi Penerimaan Pembiayaan Provinsi Maluku Utara Tahun
Anggaran 2013 – 2017
Tabel 3.8. Target dan Realisasi Pengeluaran Pembiayaan Provinsi Maluku Utara Tahun
Anggaran 2013– 2017
Tabel 3.9. Pagu dan Realisasi Dana Dekonsentrasi, Tugas Pembantuan, dan Urusan Bersama
Tahun Anggaran 2013-2017
Tabel 3.10. Neraca Pemerintah Provinsi Maluku Utara per 31 Desember 2013-2017
NILAI RATA-RATA r
No Uraian 2017 2016 2015 2014 2013
PERTAHUN (%)
1 ASET
2 ASET LANCAR
3 Kas di Kas Daerah 20,379,153,045.85 33,161,628,673.35 36,806,002,188.19 50,046,118,735.27 23,519,574,337.77 32,782,495,396.09 -3.52
4 Kas di Bendahara Pengeluaran 166,354,049.09 1,009,680,604.28 2,319,032,068.40 1,349,748,742.56 31,559,373.00 975,274,967.47 51.52
5 Kas di Bendahara Penerimaan 30,405,183,863.80 3,323,427,647.34 418,831,305.87 3,676,816,086.31 30,285,900,384.35 13,622,031,857.53 0.10
6 Kas di Bendahara FKTP - -
7 Kas di Bendahara Dana BOS - -
8 Kas lainnya 255,313,260.00 - 51,062,652.00
9 Investasi Jangka Pendek - - -
10 Piutang Pendapatan 249,866,600.00 11,353,717,000.00 7,969,242,356.00 488,113,771.00 4,012,187,945.40 -15.41
11 Piutang Lainnya 43,417,785,880.06 43,969,497,035.06 668,571,936.00 17,611,170,970.22 183.88
12 Penyisihan Piutang (348,582,249.40) (1,162,418,162.18) -302,200,082.32
13 Penyisihan Piutang Dana Bergulir - -
14 Belanja Dibayar Dimuka - -
Bagian Lancar Pinjaman kepada
15 - -
Perusahaan Negara
Bagian Lancar Pinjaman kepada
16 - -
Perusahaan Daerah
Bagian Lancar Pinjaman kepada
17 - -
Perusahaan Pemerintah Pusat
Bagian Lancar Pinjaman kepada
18 Perusahaan Pemerintah Daerah - -
Lainnya
Bagian Lancar Tagihan Penjualan
19 - -
Angsuran
20 Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi - 30,051,323,760.61 6,010,264,752.12
21 Piutang Lainnya - 23,170,351,322.00 4,634,070,264.40
12 Penyisihan Piutang Lainnya - -
13 Beban Dibayar Dimuka 192,475,000.00 64,166,666.67 88,333,333.32 68,995,000.00
22 Persediaan 5,629,977,920.00 4,782,247,969.00 5,350,126,126.00 8,267,672,102.00 2,195,511,977.00 5,245,107,218.80 26.54
23 Jumlah Aset Lancar (3 s.d 22) 100,347,527,369.40 96,501,947,433.52 106,173,242,460.39 63,340,355,666.14 57,189,231,779.12 84,710,460,941.71 15.09
33 Penyertaan Modal Pemerintah Daerah 7,488,605,162.00 6,667,854,442.00 10,629,793,785.00 2,500,000,000.00 2,500,000,000.00 5,957,250,677.80 31.56
36 ASET TETAP
38 Peralatan dan Mesin 435,330,625,107.52 372,081,989,185.52 272,623,977,888.87 198,223,353,011.00 367,687,542,361.00 329,189,497,510.78 4.31
39 Gedung dan Bangunan 769,311,564,238.70 679,470,815,825.46 465,510,882,429.00 366,044,702,968.00 394,113,897,027.00 534,890,372,497.63 18.20
40 Jalan, Irigasi, dan Jaringan 2,127,039,979,811.07 1,791,897,176,883.85 1,204,130,295,840.00 899,554,422,289.00 921,553,946,509.00 1,388,835,164,266.58 23.26
41 Aset Tetap Lainnya 34,224,627,595.00 28,278,336,595.00 24,691,634,595.00 22,550,060,645.00 58,913,219,160.00 33,731,575,718.00 -12.70
42 Konstruksi dalam Pengerjaan 244,129,504,868.28 166,643,558,513.56 298,751,129,923.00 142,550,880,919.00 473,341,838,635.00 265,083,382,571.77 -15.26
44 Jumlah Aset Tetap (37 s.d 43) 3,776,744,209,792.84 2,644,727,500,629.77 1,997,599,481,931.87 1,749,902,880,367.00 2,320,861,384,934.00 2,497,967,091,531.10 12.95
45 DANA CADANGAN
46 Dana Cadangan - -
48 ASET LAINNYA
52 Jumlah Aset Lainnya (49 s.d 51) 137,116,296,713.00 125,075,332,663.00 143,335,591,547.01 151,807,289,166.00 11,884,776,263.00 113,843,857,270.40 84.30
53 JUMLAH ASET (23 + 35 + 44 + 47 + 52) 4,022,249,628,512.24 2,873,883,233,063.29 2,258,733,559,619.02 1,968,264,197,174.14 2,393,390,165,026.12 2,703,304,156,678.96 13.86
54 KEWAJIBAN
64 Utang Jangka Pendek Lainnya 240,814,095,986.40 263,320,038,314.69 213,005,681,861.00 133,250,076,701.00 108,209,141,837.00 191,719,806,940.02 22.14
Jumlah Kewajiban Jangka Pendek
65 418,877,616,677.18 413,362,655,850.43 343,100,646,800.00 133,438,983,715.00 108,318,554,071.00 283,419,691,422.72 40.23
(56 s.d 64)
KEWAJIBAN JANGKA
66
PANJANG
Utang Dalam Negeri - Sektor
67 - - -
Perbankan
68 Utang Dalam Negeri - Obligasi - - -
74 EKUITAS
Tabel 3.11. Analisa Rasio Keuangan Provinsi Maluku Utara Tahun 2015-2017
Tabel 3.12. Analisis Proporsi Belanja Pemenuhan Kebutuhan Aparatur Provinsi Maluku Utara
Tahun 2015 -2017
Tahun
No. Uraian
2013 2014 2015 2016 2017
Dikurangi Realisasi
Kemampuan Provinsi Maluku Utara untuk menutup defisit riil dapat dilihat
dari hasil analisis sumber penutup defisit riil berikut ini.
Tahun
No. Uraian
2013 2014 2015 2016 2017
Dikurangi Realisasi
Terlihat bahwa pada tahun 2013 hingga tahun 2017 Pemerintah Provinsi
Maluku Utara mempunyai SILPA yang cukup besar sebagai akumulasi dari
surplus/defisit, ditambah penerimaan pembiayaan yang relatif besar. Kondisi
demikian menggambarkan kemampuan keuangan Pemerintah Provinsi Maluku Utara
cukup kuat untuk membiayai Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung.
Berdasarkan analisis ini, kemudian disusun tabel analisis untuk mengetahui
gambaran komposisi penutup defisit riil berikut ini.
3.3.1. Analisis pengeluaran periodik wajib dan mengikat serta prioritas utama
Analisis terhadap terhadap realisasi pengeluaran wajib dan mengikat
ditujukan untuk menghitung kebutuhan pendanaan belanja dan pengeluaran
pembiayaan yang tidak dapat dihindari atau harus dibayar dalam satu tahun
anggaran. Belanja periodik wajib dan mengikat adalah pengeluaran yang wajib
Tabel 3.18. Pengeluaran Periodik, Wajib dan Mengikat serta Prioritas Utama
Provinsi Maluku Utara
Pembentukan Dana
1
Cadangan
Pembayaran Pokok
2 33,400,000,000.00
Hutang
Penyertaan Modal
3 2,500,000,000.00 2,500,000,000.00 11,000,000,000.00 3,000,000,000.00 4,500,000,000.00 79,32
Pemerintah Daerah
2,346,514,006,565.7
1.2 Dana Perimbangan 2,698,491,107,550.61 3,103,264,773,683.20 3,568,754,489,735.68 4,104,067,663,196.03
5
1.2.1 Dana Bagi Hasil Pajak/ Bagi Hasil
Bukan Pajak 93,305,751,128.12 107,301,613,797.34 123,396,855,866.94 141,906,384,246.98 163,192,341,884.03
1,925,194,043,222.2
1.2.2 Dana Alokasi Umum 2,213,973,149,705.59 2,546,069,122,161.43 2,927,979,490,485.64 3,367,176,414,058.48
5
1.2.3 Dana Alokasi Khusus 328,014,212,215.38 377,216,344,047.68 433,798,795,654.83 498,868,615,003.06 573,698,907,253.52
1.3 Lain-lain Pendapatan Daerah Yang
616,318,634,756.93 708,766,429,970.46 815,081,394,466.03 937,343,603,635.94 1,077,945,144,181.33
Sah
1.3.1 Pendapatan Hibah 102,494,301,042.17 117,868,446,198.50 135,548,713,128.28 155,881,020,097.52 179,263,173,112.14
Dana Penyesuaian dan Otonomi
1.3.1.1 513,356,962,095.86 590,360,506,410.24 678,914,582,371.77 780,751,769,727.54 897,864,535,186.67
Khusus
3,460,873,258,840.0
JUMLAH PENDAPATAN DAERAH 3,980,004,247,666.08 4,577,004,884,815.99 5,263,555,617,538.39 6,053,088,960,169.15
7
Penerimaan Pembiayaan 54,837,118,245.18 63,062,685,981.96 72,522,088,879.25 83,400,402,211.14 95,910,462,542.81
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran
Tahun Anggaran Sebelumnya (SiLPA) 54,837,118,245.18 63,062,685,981.96 72,522,088,879.25 83,400,402,211.14 95,910,462,542.81
Tabel 3.22. Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan Daerah Untuk Mendanai Pembangunan
Daerah Provinsi Maluku Utara 2020-2024
3.4. Kebijakan Non Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun 2020 –
2024
Rencana Kerja Pembangunan Non APBD adalah Perencanaan Pembangunan
yang dan hanya bersumber dari APBN, Pinjaman, dan Hibah Luar Negeri (PHLN),
dan sumber dana lainnya yang sah (skema KPBU dan PINA), adapun ruang lingkup
rencana kerja pembangunan Non APBD meliputi :
1) Menginventarisasi dan menganalisis berbagai kebijakan dan informasi yang
berkaitan dengan penyiapan rencana alokasi pendapatan dan belanja daerah
yang bersumber dari APBN, PHLN dan sumber dana lainnya;
2) Menyusun bahan kebijakan teknis dan koordinasi, sinergitas alokasi
pendapatan dan belanja daerah yang bersumber dari dana APBN dan PHLN
dan sumber dana lainnya;
3) Melaksanakan koordinasi pendanaan daerah yang berasal dari non APBD
Provinsi Maluku Utara.
BAB 4
PERMASALAHAN DAN
ISU-ISU STRATEGIS DAERAH
kurangnya SDM (tenaga gizi) yang ada di kabupaten/kota dan puskesmas, masih ada
gizi buruk yang belum mendapat perawatan yang maksimal, (2) dari aspek
pelayanan umum dintaranya : kurangnya sarana-prasarana (alat antropometri) di
kab/kota, biaya distribusi obat program dari kab/kota ke puskesmas, kurangnya kerja
sama antara lp/ls di kab/kota, Kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana
kesehatan dasar, alat kesehatan, distribusi dan pemerataan tenaga kesehatan,
keperawatan dan Bidan, jaminan pembiayaan kesehatan; Angka Kematian Bayi,
Neonatal dan Balita, Angka Kematian Ibu (AKI) melahirkan yang masih relatif
tinggi, layanan dasar bagi ibu hamil, rendahnya cakupan komplikasi maternal yang
ditangani, rendahnya cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang
memiliki kompetensi kebidanan, minimnya tenaga dokter, baik dokter umum
maupun dokter spesialis di kabupaten/kota; minimnya sarana prasarana dan obat-
obatan; masih tingginya prevalensi dan kematian akibat penyakit menular; Universal
Child Imunisation (UCI) belum mencapai target, kelengkapan fasilitas RSU Sofifi
dan Rumah Sakit Jiwa, kurangnya rumahsakit/puskesmas terapung dalam rangka
pelayanan kesehatan antar pulau, angka kecukupan gizi yang rendah, cakupan anak
usia 1 tahun yang diimunisasi campak belum mencapai target, lemahnya koordinasi
lintas sektor dalam penanganan penyakit menular dan kesehatan lingkungan,
terdapatnya gizi buruk dan gizi kurang pada balita, rendahnya cakupan penanganan
penyakit malaria, HIV/AIDS, TBC, DBD dan diare, rendahnya cakupan kunjungan
ibu hamil K4, rendahnya cakupan pelayanan nifas, rendahnya cakupan pelayanan
anak balita, maupun rendahnya cakupan pelayanan kesehatan dasar masyarakat
miskin.
Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang,
Bidang Pekerjaan Umum, Permasalahan yang dihadapi, antara lain : Masih
banyak desa/kelurahan/SPT/UPT yang belum dapat dilalui kendaraan roda empat
sepanjang tahun, masih banyak jaringan jalan dalam kondisi belum mantap untuk di
lalui kendaraan, belum tersedia sistem informasi jasa konstruksi baik di tingkat
Provinsi maupun kabupaten/kota, kualitas SDM jasa kontruksi, masih terdapat rumah
tangga yang tidak memiliki akses air minum layak dan aman, masih terdapat rumah
tangga yang tidak memiliki akses pada air bersih, ketersediaan jaringan irigasi belum
mencapai kebutuhan, rendahnya rasio jalan berbanding penduduk, masih terdapat
jalan yang belum memiliki trotoar dan drainase/saluran pembuangan air,
Infrastruktur sumber daya air belum memadai, hal ini disebabkan karena kondisi
saluran irigasi dan tampungan air yang kurang memadai, tingginya kerusakan
jaringan Irigasi Kawasan Provinsi, kurangnya Pembangunan dan pemeliharaan
Infrastruktur Irigasi, tingginya daya rusak pantai, sungai dan DAS, minimnya
penanganan operasional dan pemeliharaan Daerah Irigasi, rendahnya cakupan
pembangunan Turap di wilayah jalan penghubung dan aliran sungai rawan longsor,
kurangnya kesadaran terhadap perawatan saluran irigasi, belum optimalnya
pengembangan sumber air baku dan konservasi SDA maupun pengendalian daya
rusak air, serta kurangnya pelayanan kebutuhan air minum dan sanitasi di
masyarakat.
Bidang Penataan Ruang, Permasalahan antara lain: Belum tersedia dokumen
rinci penataan ruang baik di tingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota, kurangnya
pemahaman masyarakat terhadap pentingnya penataan ruang, minimnya ketersediaan
data dan informasi penataan ruang (RTRW, RDTR dan peraturan yang lebih rinci);
Belum optimalnya pelaksanaan perencanaan, pengendalian dan pemanfaatan Ruang
serta kurangnya dokumen pendukung tentang Penataan Ruang, Tindak lanjut sistem
pengendalian dan evaluasi, belum sepenuhnya dijadikan sebagai input bagi
kebutuhan perencanaan, Sinergitas RTRW kabupaten/kota dengan RTRW Provinsi
Maluku Utara perlu terus ditingkatkan, Implementasi pengembangan PKN secara
fungsi dan peran belum optimal dilaksanakan sesuai RTRW terutama terkait dengaan
kegiatan ekonomi, pengembangan infrastruktur, serta daya dukung dan daya
tampung ruang, demikian juga terkait kondisi PKW, KSP dan PKL secara umum
masih diperlukan perbaikan dan dukungan untuk peningkatan kinerjanya; belum
optimalnya fungsi BKPRD, Belum adanya rencana rinci Sembilan Kawasan Strategi
Provinsi (KSP) dan tataruang wilayah laut.
Bidang Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman, permasalahan
antara lain: Masih terdapat rumah tidak layak huni, lingkungan permukiman kumuh
dan kawasan permukiman kumuh di wilayah perkotaan, masih banyak rumah tangga
yang belum terlayani jaringan air bersih perpipaan, masih terdapat kawasan
permukiman yang belum tertata, masih banyak rumah tangga yang belum
menggunakan fasilitas sanitasi yang layak dan aman, minimnya data dan informasi
terkait cakupan lingkungan yang sehat dan aman yang didukung dengan PSU, serta
luasan permukiman kumuh di kawasan perkotaan maupun proporsi rumahtangga
kumuh perkotaan.
Bidang Ketentraman, Ketertiban Umum, dan Perlindungan Masyarakat,
Permasalahan yang dihadapi antara lain : Perlunya rencana terkait dengan
pengurangan resiko bencana; Cakupan pelayanan bencana kebakaran
kabupaten/kota, lambatnya tingkat waktu tanggap (respon time rate) daerah layanan
Wilayah Manajemen Kebakaran (WMK); pelanggaran perda yang disebabkan oleh
banyaknya bangunan dan penambangan liar serta PMKS dan PKL yang tidak teratur;
minimnya partisipasi masyarakat dalam menggunakan hak politiknya; rendahnya
pemahaman masyarakat terhadap program pemerintah dan menurunnya pemahamaan
empat pilar kebangsaan; gangguan terhadap keamanan dan ketertiban masyarakat
masih berpotensi untuk muncul, dan berkembanganya modus-modus kejahatan baru,
rendahnya peran partai politik dalam pendidikan politik masyarakat, masih tingginya
rasio jumlah penduduk dengan aparat keamanan, masih tinggi potensi konflik
sumberdaya alam, batas wilayah dan penyelenggaraan pemilu kada.
Bidang Sosial, Permasalahan yang dihadapi, antara lain : cakupan PMKS dan
penanganannya yang belum memadai, meliputi pemasalahan Anak, anak
berkebutuhan khusus, Eks. Narapidana, gelandangan dan pengemis, Wanita Rawan
Sosial Ekonomi, keluarga bermasalah Psikososial, Lanjut usia, eks pengidap
penyakit kusta, tuna susila, korban napza, keluarga berumah tidak layak huni,
keluarga Fakir Miskin, penyandang masalah sosial (Rumah tangga sangat miskin)
dan lain sebagainya; adanya kecenderungan peningkatan jumlah dan jenis
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS), kurangnya pemberdayaan
terhadap komunitas adat terpencil; masih kurangnya pembinaan dan pemberdayaan
terhadap penyandang cacat (disabilitas), penghuni panti jompo, panti asuhan anak,
panti kusta; kurangnya pemberdayaan terhadap kelompok usaha kreatif, karang
taruna dan tagana (taruna siaga bencana); minimnya bantuan sosial kebencanaan;
minimnya penanganan anak terlantar dan anak yang bermasalah hukum (ABH).
kerja/kerja lembur, upah lembur, cuti, pembayaran upah di bawah upah minimum,
penempatan tenaga kerja dalam negeri, kurangnya kepesertaan jaminan sosial tenaga
kerja, penggunaan tenaga kerja asing tanpa izin, jabatan tidak sesuai dan wilayah
kerja, kebebasan berserikat, masih ditemukannya pekerja anak pada Bentuk
Pekerjaan Terburuk untuk Anak (BPTA), dan perlakuan diskriminasi bagi pekerja
perempuan; Penerapan norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di tempat
kerja masih belum optimal, sehingga budaya K3 belum menjadi budaya kerja di
perusahaan. Hal ini tercermin dari masih adanya kecelakaan kerja/penyakit akibat
kerja, peledakan, kebakaran, pencemaran lingkungan kerja di tempat kerja, belum
semua perusahaan yang pekerjanya lebih dari 100 orang atau risiko bahaya besar
menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3), dan
belum optimalnya lembaga pengujian K3.
Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Permasalahan
yang masih dijumpai terkait dengan pemberdayaan perempuan dan perlindungan
anak adalah : masih terdapat kekerasan terhadap perempuan dan anak baik terkait
fisik, seksual maupun emosional; minimnya upaya perlindungan bagi perempuan dan
dari berbagai tindak kekerasan, termasuk Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO),
belum terbangunnya sistem data dan informasi terkait kekerasan terhadap perempuan
dan anak (KtP/A); kurangnya komitmen pemangku kepentingan terkait serta
koordinasi antar K/L/SKPD dan antara pusat dengan daerah dalam pencegahan dan
penanganan KtP/A; belum optimalnya kerjasama antara pemerintah dengan
masyarakat dalam pencegahan dan penanganan KtP/A; tingginya angka perkawinan
anak (perkawinan dini) dan juga angka kelahiran pada usia 15-19 tahun; masih
terdapat kurangnya kesempatan pada anak perempuan untuk mendapatkan
pendidikan menengah dan tinggi; kurangnya keterwakilan perempuan di legislatif
maupun sebagai pengambil keputusan di Pemerintah; belum tercapainya akses
universal terhadap kesehatan seksual dan reproduksi dan hak reproduksi, yang
ditunjukkan melalui masih adanya Unmet Need pelayanan KB; masih minimnya
penggunaan teknologi informasi dan komunikasi serta pemanfaatannya untuk
kegiatan-kegiatan pemberdayaan perempuan.
Bidang Pangan, Permasalahan ketahanan pangan di Provinsi Maluku Utara
adalah : ketersediaan pangan utama terutama kedelai, kacang tanah dan ubi jalar pada
kelompok pangan nabati serta daging pada pangan hewani; belum optimalnya
pengawasan dan pembinaan pangan, distribusi pangan, keamanan pangan serta
penganekaragaman konsumsi pangan; skor PPH yang belum ideal; fluktuasi harga
pangan; tingginya persentase daerah rawan pangan, daya beli masyarakat yang masih
rendah; masih dijumpai sistem pertanian pangan dengan biaya produksi yang tinggi
serta tidak diimbangi dengan kepastian produksi dan harga jual; Dinamika Penduduk
yang cukup tinggi mengakibatkan kebutuhan pangan terus meningkat, sementara
disisi lain, ketersediaan lahan garapan cenderung terus menurun karena degradasi,
2. URUSAN PILIHAN
Bidang Kelautan dan Perikanan, Permasalahan pembangunan kelautan dan
perikanan yang harus tertangani secara baik dan komprehensif, antara lain :
Kontribusi Sub Sektor Perikanan terhadap PDRB 5 (lima) tahun terakhir relatif
masih kecil; Produksi Perikanan tangkap dan budidaya masih terbatas; Nilai Tukar
Nelayan masih Fluktuatif; Penyerapan Tenaga Kerja di sektor Kelautan-Perikanan
masih terbatas; Penyediaan Pasar Ikan yang belum merata; Belum optimalnya
pengelolaan ekosistem laut dan pesisir (terumbu karang, padang lamun dan lain-
lain); Akses permodalan bagi usaha bidang kelautan dan perikanan terbatas; Kondisi
sarana dan prasarana kelautan dan perikanan kurang optimal; masih adanya illegal
fishing dan unreported; kurangnya kelembagaan pengelola kawasan konservasi
perairan di daerah; rendahnya kesadaran masyarakat/publik tentang arti penting dan
nilai strategis sumber daya perikanan dan kelautan.
adanya pusat distribusi lokal; Masih adanya pungutan yang mengakibatkan ekonomi
biaya tinggi; belum terbangunnya sistem informasi pasar dan market intellejen yang
efektif; Lemahnya pengawasan ekspor-impor; Infrastruktur pendukung aktifitas
perdagangan belum memadai.
Bidang Perindustrian, permasalahan bidang perindustrian antara lain:
Kontribusi Industri Pengolahan terhadap PDRB masih terbatas; Laju pertumbuhan
Industri pengioahan masih fluktuatif; kontribusi sektor Industri terhadap PDRB
masih minim; pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang belum
stabil; pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Mikro dan Kecil belum stabil;
minimnya penyerapan tenaga kerja lokal disektor industri; keterbatasan tenaga
fungsional dibidang industri dalam mengoptimalkan fungsi pelayanan penyuluhan
kepada masyarakat maupun kepada pelaku industri; daya saing mutu desain dan
produk industri yang belum maksimal; rendahnya kemampuan SDM pelaku industri;
Belum memadainya sarana penunjang industri; penerapan sistem dan mekanisme
kerja belum sepenuhnya diatur di dalam SPO yang baku.
Bidang Transmigrasi, Permasalahan bidang ketransmigrasian, antara lain:
minimnya sarana prasarana dasar di permukiman transmigrasi; Sertifikasi lahan yang
belum terselesaikan; Aksesibilitas ke kawasan permukiman yang belum memadai;
Lemahnya koordinasi lintas sektor terkait pembinaan sektor ketransmigrasian; Masih
terdapat luasan areal pencadangan yang belum dimanfaatkan secara optimal untuk
pembangunan permukiman transmigrasi; adanya lahan transmigrasi yang telah
diokupasi oleh penduduk daerah sekitar kawasan transmigrasi; SDM yang masih
lemah dalam hal ketransmigrasian serta kurangnya data yang akurat dalam hal
pembangunan transmigrasi. Sementar itu terkait, permasalahan pembangunan daerah
tertinggal meliputi : Pendekatan pembangunan daerah tertinggal saat ini masih fokus
pada pendekatan sektoral hal ini ditunjukan dengan adanya distribusi kegiatan-
kegiatan oleh SKPD yang sering kali tumpang tindih (over lepping); Tersebar dan
terisolirnya wilayah-wilayah tertinggal akibat keterpencilan dan kelangkaan sarana
dan prasarana wilayah; Rendahnya kepemilikan, aksesibilitas, penguasaan dan
kemampuan pengelolaan terhadap sumberdaya produktif termasuk di dalamnya
kurang tersedianya lapangan pekerjaan, tingkat keterampilan masyarakat rendah,
sistem dan pola pertanian, perikanan dan perkebunan saat ini masih mengandalkan
cara-cara tradisional dengan produktivitas yang rendah; Rendahnya dukungan
infrastruktur ekonomi, sistem fiscal fasilitas dan insentif, termasuk didalamnya sulit
memperoleh modal usaha, akses pasar sulit, tingginya biaya transportasi, masih
timpangnya sarana prasarana dan aktivitas ekonomi di desa dan kawasan tertinggal;
serta masih banyaknya masyarakat miskin maupun desa-desa tertinggal.
Dalam upaya menentukan isu-isu strategis daerah, maka arahan dari Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) menjadi sangat krusial, guna
menjaga kesinambungan dari suatu periode 5 (lima) tahun pemerintahan ke periode 5
(lima) tahun berikutnya. RPJPD Provinsi Maluku Utara Tahun 2005-2025
dilaksanakan dalam empat tahapan rencana pembangunan jangka menengah daerah
(RPJMD), yang masing-masing tahapan telah pula memuat rumusan indikatif arahan
prioritas kebijakan. Secara ringkas, tahapan pembangunan dan arahan dapat dilihat
pada Gambar berikut.
Misi
Pembangunan
RPJMD Provinsi Maluku Utara Tahun 2019-2024 masuk pada tahapan terakhir
periode RPJPD 2005-2025, atau Tahap IV: Penciptaan daya saing yang
berkelanjutan. Dimana arah kebijakan pembangunan tahapan ini adalah untuk
melanjutkan pembangunan pada periode sebelumnya dengan meletakkan dasar-dasar
pembangunan untuk membangun daya saing daerah melalui “pemerataan
pengembangan investasi sesuai keunggulan kompetitif masing-masing wilayah,
pemerataan pembangunan infrastruktur dan sarana prasarana wilayah, serta
pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya di tiap wilayah Kabupaten/Kota”.
4.1.3 Permasalahan Pembangunan dari Lingkungan Strategis Eksternal.
BAB 5
VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
Visi dan Misi RPJMD Provinsi Maluku Utara Tahun 2019-2024 dirumuskan
dan ditetapkan dengan mengacu dan memperhatikan dokumen-dokumen
perencanaan pembangunan terkait, seperti Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah (RPJPD) Provinsi Maluku Utara 2005-2025, Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN), Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi
Maluku Utara, serta Agenda Nasional Tujuan Pembangunan Berkelanjutan – TPB
(Sustainable Development Goals – SDG’s). Dengan mempertimbangkan visi, misi,
sasaran pokok dan tahapan pembangunan jangka panjang daerah, potensi,
permasalahan, isu-isu strategis, peluang dan tantangan pembangunan, serta visi, misi
dan arah pembangunan jangka menengah nasional, maka dirumuskan visi, misi,
tujuan dan sasaran pembangunan jangka menengah daerah Provinsi Maluku Utara
tahun 2019- 2024 sebagaimana diuraikan berikut ini.
5.1. VISI
Visi pembangunan jangka menengah daerah pada dasarnya merupakan visi
Kepala daerah dan Wakil Kepala daerah terpilih yang menggambarkan arah
pembangunan atau kondisi masa depan daerah yang ingin dicapai (desired future)
dalam masa jabatan selama 5 (lima) tahun. Dengan mempertimbangkan berbagai
potensi, kondisi, permasalahan, tantangan dan peluang yang ada di Provinsi Maluku
Utara, maka visi pembangunan jangka menengah daerah yang ingin dicapai dalam
periode 2019–2024 adalah:
Kata SEJAHTERA yang terkandung dalam visi tersebut adalah akronim dari
kata SEHAT dan CERDAS berbudaya (sumber daya manusianya), MAJU (infrastruktur
dan wilayahnya), AGAMIS DAN HARMONIS (masyarakatnya), TUMBUH EKONOMINYA
(secara inklusif dan berkelanjutan), serta REFORMIS DAN ADIL (pemerintahan dan
pelayanan publiknya) – sebagai tujuan akhir yang ingin dicapai. Adapun makna
SEJAHTERA, yaitu adanya peningkatan taraf hidup masyarakat yang lebih baik,
terwujudnya pertumbuhan dan pemerataan ekonomi yang berkualitas untuk semua
melalui pemanfaatan sumberdaya alam secara berkelanjutan, yang bertumpu pada
sumber daya maritim (sektor kelautan perikanan dan pariwisata), sektor pertanian
dan perkebunan, dan industri pertambangan.
5.2. MISI
Rumusan misi merupakan penggambaran visi yang ingin dicapai dan
menguraikan upayaupaya apa yang harus dilakukan. Rumusan misi disusun untuk
memberikan kerangka bagi tujuan dan sasaran serta arah kebijakan yang ingin
dicapai dan menentukan jalan yang akan ditempuh untuk mencapai visi.
Rumusan misi disusun dengan memperhatikan faktor-faktor lingkungan strategis,
baik eksternal dan internal yang mempengaruhi serta kekuatan, kelemahan, peluang
dan tantangan yang ada dalam pembangunan daerah.
Misi pembangunan jangka menengah disusun untuk memperjelas jalan atau
langkah yang akan dilakukan dalam rangka mencapai perwujudan visi. Dalam rangka
mewujudkan “Maluku Utara Sejahtera” sebagai visi pembangunan jangka menengah
Provinsi Maluku Utara Tahun 2019-2024, maka ditetapkan misi pembangunan
Maluku Utara Tahun 2019-2024, yaitu: 1) Membangun Sumber Daya Manusia yang
sehat, cerdas dan berbudaya; 2) Mengakselerasi pembangunan infrastruktur,
konektifitas dan pengembangan wilayah; 3) Membangun tatanan kehidupan
masyarakat yang agamis, aman, damai dan harmonis; 4) Membangun perekonomian
daerah yang inklusif dan berkualitas dengan orientasi pada nilai tambah dan
pengelolaan sumber daya alam berkelanjutan; dan 5) Memantapkan tata kelola
pemerintahan yang lebih baik dan berkeadilan. Secara ilustratif, Gambar 5.1
menyajikan kerangka keselarasan antara Visi dan Misi RPJMD Provinsi Maluku
Utara Tahun 2019-2014.
Tabel 5.1. Keselarasan antara Misi RPJMD Provinsi Maluku Utara 2019-2024 dengan SDGs
Misi RPJMD
Tujuan SDGs
Misi 1 Misi 2 Misi 3 Misi 4 Misi 5
Tanpa Kemiskinan : Mengakhiri Kemiskinan dalam
X segala bentuk dimanapun
Tanpa Kelaparan: Menghilangkan kelaparan, mencapai
ketahanan pangan dan gizi yang baik, serta meningkatkan
X X pertanian perkelanjutan
Kehidupan Sehat dan Sejahtera: Menjamin kehidupan
yang sehat dan meningkatkan Kesejahteraan seluruh
X penduduk semua usia
Pendidikan Berkualitas: Menjamin Kualitas Pendidikan
yang Inklusif dan Merata serta Meningkatkan Kesempatan
X Belajar Sepanjang Hayat untuk Semua
Kesetaraan Gender: Mencapai Kesetaraan Gender dan
X Memberdayakan Kaum Perempuan
Air Bersih dan Sanitasi Layak: Menjamin Ketersediaan
serta Pengelolaan Air Bersih dan Sanitasi yang
X Berkelanjutan untuk Semua
Energi Bersih dan Terjangkau: Menjamin Akses Energi
yg Terjangkau, Andal, Berkelanjutan dan Modern utk
X Semua
Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi:
Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi yang Inklusif dan
Berkelanjutan, Kesempatan Kerja yang Produktif dan
X Menyeluruh, serta Pekerjaan yang Layak untuk Semua
Industri, Inovasi, dan Infrastruktur: Membangun
Infrastruktur yang Tangguh, Meningkatkan Industri
X Inklusif dan Berkelanjutan, serta Mendorong Inovasi
Berkurangnya Kesenjangan: Mengurangi Kesenjangan
X X Intra- dan Antar Negara
Kota dan Permukiman yang Berkelanjutan:
Menjadikan Kota dan Permukiman Inklusif, Aman,
X Tangguh, dan Berkelanjutan
Konsumsi dan Produksi yang Bertanggungjawab:
X Menjamin Pola Produksi dan Konsumsi yang Berkelanjutan
Penanganan Perubahan Iklim: Mengambil Tindakan
X Cepat untuk Mengatasi Perubahan Iklim dan Dampaknya
Ekosistem Laut: Melestarikan dan Memanfaatkan Secara
Berkelanjutan Sumber Daya Kelautan dan Samudera untuk
X Pembangunan Berkelanjutan
Ekosistem Daratan: Melindungi, Merestorasi, dan
Meningkatkan Pemanfaatan Berkelanjutan Ekosistem
Daratan, Mengelola Hutan Secara Lestari, Menghentikan
Penggurunan, Memulihkan Degradasi Lahan, serta
X Menghentikan Kehilangan Keanekaragaman Hayati
Perdamaian, Keadilan, dan Kelembagaan yang
Tangguh: Menguatkan Masyarakat yang Inklusif dan
Damai untuk Pembangunan Berkelanjutan, Menyediakan
Akses Keadilan untuk Semua, Kelembagaan yang Efektif,
X Akuntabel, dan Inklusif di Semua Tingkatan
Kemitraan Untuk Mencapai Tujuan: Menguatkan
Sarana Pelaksanaan dan Merevitalisasi Kemitraan Global
X untuk Pembangunan Berkelanjutan
Dari uraian di atas maka RPJMD Provinsi Maluku Utara 2019-2024 dalam
rangka mewujudkan Visi dan Misinya, mengusung 5 (lima) tujuan dan 15 sasaran
serta 33 indikator sebagai “proxy” untuk mengukur keberhasilannya. Indikator-
indikator tersebut selenjutnya akan menjadi indikator-indikator kinerja utama yang
merepresentasikan keberhasilan visi dan misi Gubernur dan Wakil Gubernur. Visi,
misi, tujuan dan sasaran yang disertai indikator dan target capaiannnya dalam 5
(lima) tahun disajikan dalam Tabel 5.1.
Tabel 5.2. Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Provinsi Maluku Utara Tahun 2019-2024
Misi/Tujuan/Sasaran Indikator Kinerja Satuan Kondisi Kinerja Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Kondisi
(Tujuan/Impact) Awal RPJMD Kinerja pada
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 Akhir Periode
RPJMD
Misi 2 – Mengakselerasi Pembangunan Infrastruktur,
Konektifitas dan Pengembangan Wilayah
Tujuan 2: Indeks Ketimpangan Indeks 0,266 0,266* 0,263 0,261 0,258 0,255 0,253 0,250 0,250
Menghadirkan Wilayah
infrastruktur untuk
meningkatkan kualitas
hidup masyarakat dan
kemajuan wilayah
Sasaran 1: Tingkat % 77,07 78,24 79,96 81,66 83,34 85,00 86,64 88,27 88,27
Meningkatnya akses keterjangkauan
infrastruktur dasar dan infrastruktur dasar
lingkungan hunian layak dan lingkungan
hunian layak
Sasaran 2: Tingkat pemerataan % 25,92 30,11 33,42 36,74 40,05 43,37 46,68 50,00 50,00
Meningkatnya prasarana dan sarana
konektifitas yang penunjang
mendorong integrasi dan konektifitas wilayah
daya saing wilayah
Misi 3 – Membangun Tatanan Kehidupan Masyarakat yang
Agamis, Aman, Damai dan Harmonis
Tujuan 3: Memajukan Indeks Kerukunan Indeks 66,8 66,8* >67,5 >67,5 >67,5 >67,5 >67,5 >67,5 >67,5
peran agama sebagai Umat Beragama
landasan spiritual, moral
dan etik masyarakat
yang mendorong
suasana kehidupan yang
aman, damai dan
harmonis
Misi/Tujuan/Sasaran Indikator Kinerja Satuan Kondisi Kinerja Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Kondisi
(Tujuan/Impact) Awal RPJMD Kinerja pada
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 Akhir Periode
RPJMD
Sasaran 1: Indeks Demokrasi Indeks 70,73 70,73* >72,5 >72,5 >72,5 >72,5 >72,5 >72,5 >72,5
Meningkatnya kesalehan
yang mendorong
hadirnya empati,
toleransi dan solidaritas
sosial serta sikap
demokratis dalam
menghadapi perbedaan
Sasaran 2: Persentase % 13,7 13,7* <13 <10 <10 <10 <10 <10 <10
Terpeliharanya Desa/Kelurahan
ketenteraman dan rawan konflik sosial
ketertiban di lingkungan
masyarakat
Misi 4 – Membangun Perekonomian Daerah yang Inklusif
dan Berkualitas dengan Orientasi pada Nilai Tambah dan
Pengelolaan Sumber Daya Alam Berkelanjutan
Tujuan 4: Mewujudkan Laju pertumbuhan % 7,67 7,92 7,6-8,1 7,6-8,1 7,6-8,1 7,6-8,1 7,6-8,1 7,6-8,1 7,6-8,1
perekonomian berdaya ekonomi
saing yang memberikan Tingkat inflasi % 1,97 4,12 1,9-3,4 1,9-3,4 1,9-3,4 1,9-3,4 1,9-3,4 1,9-3,4 1,9-3,4
kesejahteraan bagi
semua secara Indeks Rasio Gini Indeks 0,317 0,328 0,319 0,310 0,302 0,293 0,284 0,275 0,275
berkelanjutan
Sasaran 1: Nilai Tukar Petani Nilai 101,20 96,13 >100 >100 >100 >100 >100 >100 >100
Meningkatnya daya Skor Pola Pangan Skor 79,2 79,2* >80 >80 >80 >80 >80 >80 >80
saing petani/nelayan dan Harapan (PPH)
menguatnya ketahanan
pangan masyarakat
Misi/Tujuan/Sasaran Indikator Kinerja Satuan Kondisi Kinerja Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Kondisi
(Tujuan/Impact) Awal RPJMD Kinerja pada
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 Akhir Periode
RPJMD
Sasaran 2: Perkembangan
Meningkatnya investasi realisasi investasi
dan daya saing berskala nasional
pengelolaan sumber (PMA/PMDN)
daya strategis dan a. PMA Juta US$ 228,10 362,79 >100 >100 >100 >100 >100 >100 >100
potensi unggulan yang
memperluas kesempatan b. PMDN Rp. Trilyun 1,151 2,276 >1,000 >1,000 >1,000 >1,000 >1,000 >1,000 >1,000
kerja Perkembangan
ekspor
a. Ekspor Juta US$ 272,09 676,20 743,818 818,2 900,0 990,0 1.089 1.198 1.198
Pertambangan
b. Ekspor Non Juta US$ 0,37 4,08 4,49 6,73 10,77 18,30 32,94 62,59 62,59
pertambangan
c. Net eskpor antar Rp. Trilyun -5,758 -8,977 - - + + + + +
daerah
Kenaikan/penurunan % -28,25 3,65 25,0 50,0 50,0 50,0 50,0 50,0 50,0
kunjungan wisatawan
mancanegara
Tingkat % 5,33 4,77 <5,0 <5,0 <5,0 <5,0 <5,0 <5,0 <5,0
pengangguran
terbuka
Sasaran 3: Pengeluaran per Rp. 7.792 7.980 8.180 8.384 8.594 8.808 9.029 9.254 9.254
Meningkatnya Kapita/Tahun
pembangunan ekonomi Tingkat kemiskinan % 6,35 6,62 <6,0 <6,0 <6,0 <6,0 <6,0 <6,0 <6,0
inklusif yang
memandirikan
mayarakat
Misi/Tujuan/Sasaran Indikator Kinerja Satuan Kondisi Kinerja Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Kondisi
(Tujuan/Impact) Awal RPJMD Kinerja pada
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 Akhir Periode
RPJMD
Sasaran 4: Indeks Kualitas Indeks 74,55 74,55* 70-75 70-75 70-75 70-75 70-75 70-75 70-75
Meningkatkan daya Lingkungan Hidup
dukung dan fungsi
lingkungan hidup serta
perlindungan ekosistem
Misi 5 – Memantapkan Tatakelola Pemerintahan yang Lebih
Baik dan Berkeadilan
Tujuan: Mewujudkan Tingkat Kemantapan % 68,14 68,14* >70 >75 >75 >75 >80 >80 >80
pemerintah yang efisien, Tata Kelola
efektif, transparan, Pemerintahan
akuntabel, inovatif dan Indeks Pembangunan Indeks 89,15 89,15* >89 >89 >89 >89 >89 >89 >89
menjamin kesetaraan Gender (IPG)
Sasaran 1: Nilai Evaluasi Skor 2,412 2,412* 2,552 2,691 2,831 2,971 3,110 3,250 3,25
Meningkatnya kapasitas Kinerja
dan kualitas Penyelenggaraan
perencanaan, kerjasama, Pemerintahan Daerah
dan sinergi (EKPPD)
penyelenggaraan
pembangunan daerah
Sasaran 2: Predikat Sistem Nilai B B B B A A A AA AA
Meningkatnya Akuntabilitas Kinerja
akuntabilitas kinerja Instansi Pemerintah
serta kualitas (SAKIP)
pengelolaan keuangan Predikat Laporan Opini BPK WTP WTP WTP WTP WTP WTP WTP WTP WTP
dan pelayanan publik Keuangan
pemerintah daerah Pemerintah Daerah
(LKPD)
Misi/Tujuan/Sasaran Indikator Kinerja Satuan Kondisi Kinerja Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Kondisi
(Tujuan/Impact) Awal RPJMD Kinerja pada
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 Akhir Periode
RPJMD
Tingkat kepuasan % n/a n/a >70 >75 >80 >80 >80 >80 >80
masyarakat atas
pelayanan publik
pemerintah daerah
Sasaran 3: Indeks Pemberdayaan Indeks 70,31 70,31* >70 >70 >70 >70 >70 >70 >70
Meningkatnya peran dan Gender (IDG)
keberdayaan perempuan
dalam pembangunan
daerah
BAB 6
STRATEGI, ARAH KEBIJAKAN DAN
PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH
6.1. STRATEGI
Strategi diturunkan dari tujuan dan sasaran-sasaran strategis pembangunan
jangka menengah Provinsi Maluku Utara 2019-2024, yang dimanifestasikan dari Visi
dan Misi Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah terpilih. Tabel 6.1 menyajikan
strategi-strategi dalam rangka pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan jangka
menengah yang ditetapkan.
Tabel 6.1. Misi, Tujuan, Sasaran dan Strategi Provinsi Maluku Utara Tahun 2019-2024
Sebagai rujukan dalam pelaksanaan setiap tahunnya, Tabel 6.2 menyajikan arah
kebijakan untuk menjalankan strategi-strategi dalam rangka pencapaian tujuan dan
sasaran pembangunan jangka menengah.
Tabel 6.2. Arah Kebijakan Pembangunan Provinsi Maluku Utara Tahun 2019-2024
Arah Kebijakan
2020 2021 2022 2023 2024
Memantapkan Mengakselerasi Memacu Memantapkan Mewujudkan
SDM dan Pembangunan Investasi dan Stabilitas Daya Saing dan
Dukungan Infrastruktur Produksi melalui Pertumbuhan
Infrastruktur dan Bernilai Pemerataan Inklusif yang
untuk Landasan Konektifitas Tambah untuk Kesempatan Berkeadilan
Pembangunan untuk Kualitas Kesempatan untuk untuk
Berkualitas dan Hidup dan Kerja dan Pembangunan Kesejahteraan
Pengembangan Memacu Kemandirian Berkualitas dan Berkualitas
Daya Saing Produktifitas Ekonomi Berkelanjutan bagi Semua
Tabel 6.3. Program Pembangunan yang Disertai Pagu Indikatif Provinsi Maluku Utara Tahun 2019-2024
Program Persentase % - 45,33 > > 7.842 > 8.783 > 9.837 > 11.017 > 12.340 > Dinas
Peningkatan dan Posyandu Aktif Kesehatan/
Pengembangan Prevalensi Balita % 0,41 0,39 < < < < < < < RSUD/RSJ
Upaya Kesehatan Stunting
Masyarakat
Persentase Balita % 0,41 0,39 < < < < < < <
Gizi Buruk
Persentase % 21,19 28,14 > > > > > > >
Desa/Kelurahan
menyelenggarakan
STBM
Program Persentase % 20 30 > > 8.870 > 9.757 > 10.733 > 11.806 > 12.987 >
Pencegahan dan Kabupaten/Kota
Pengendalian mencapai 80%
Penyakit imunisasi dasar
Misi/Tujuan/ Indikator Satuan Kondisi Kinerja Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Kondisi
Sasaran/Program Kinerja Awal RPJMD Kinerja Perangkat
Kode Pembangunan (Tujuan/Impact/ 2020 2021 2022 2023 2024 pada Daerah
Daerah Outcome) Akhir Penanggung
2017 2018 2019 RP RP RP RP RP Periode -jawab
Target Target Target Target Target
(Juta) (Juta) (Juta) (Juta) (Juta) RPJMD
lengkap
Angka kesakitan % 11,27 12,21 < < < < < < <
penduduk
Program Persentase % n/a 41,04 > > 182.951 > 32.951 > 36.905 > 40.596 > 44.655 >
Standarisasi dan Puskesmas
Inovasi Pelayanan memberikan
Kesehatan pelayanan sesuai
standar
Status Akreditasi Tipe n/a B B B B B B B B
Rumah Sakit
Rujukan Provinsi
(RSUD Chasan
Boesoeiri)
Status Akreditasi Tipe n/a n/a n/a D C C C B B
Rumah Sakit
Rujukan Provinsi
(RSUD Sofifi)
Status Akreditasi Tipe n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a C C
Rumah Sakit Jiwa
Provinsi (Sofifi)
Program Rasio dokter per Rasio 1:4463 1:4002 < < 8.509 < 9.360 < 10.296 < 11.325 < 12.458 <
Peningkatan dan satuan penduduk
Pengembangan Rasio tenaga Rasio 1:359 1:224 < < < < < < <
Sumber Daya kesehatan per
Kesehatan satuan penduduk
Cakupan % 100 100 100 100 < 100 100 100 100
pemenuhan
ketersediaan obat
dan perbekalan
kesehatan
Misi/Tujuan/ Indikator Satuan Kondisi Kinerja Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Kondisi
Sasaran/Program Kinerja Awal RPJMD Kinerja Perangkat
Kode Pembangunan (Tujuan/Impact/ 2020 2021 2022 2023 2024 pada Daerah
Daerah Outcome) Akhir Penanggung
2017 2018 2019 RP RP RP RP RP Periode -jawab
Target Target Target Target Target
(Juta) (Juta) (Juta) (Juta) (Juta) RPJMD
Program Jaminan Cakupan jaminan % n/a 70,3 > > 20.132 > 22.145 > 25.467 > 50.000 > 57.500 >
Kesehatan kesehatan
Masyarakat universal/universa
l health coverage
(UHC)
Cakupan % 100 100 100 100 100 100 100 100 100
pelayanan
kesehatan bagi
penduduk
terdampak krisis
kesehatan akibat
bencana dan/atau
berpotensi
bencana provinsi
Cakupan % 100 100 100 100 100 100 100 100 100
pelayanan
kesehatan bagi
penduduk pada
kondisi kejadian
luar biasa provinsi
Program Laju pertumbuhan % 1,98 1,93 1,9-2,1 1,9-2,1 850 1,9-2,1 978 1,9-2,1 1.075 1,9-2,1 1.183 1,9-2,1 1.301 1,9-2,1 Dinas PP & PA
Pengendalian penduduk
Penduduk dan Total Fertility Angka 2,9 2,7 2,7-3 2,7-3 2,7-3 2,7-3 2,7-3 2,7-3 2,7-3
Keluarga Rate
Berencana
Sasaran 2: Angka Rerata Tahun 9,39 8,72 9,10 9,48 9,86 10,24 10,62 11,0 11,0
Meningkatnya taraf Lama Sekolah
pendidikan dan Angka Harapan Tahun 13,56 13,62 13,85 14,08 14,31 14,54 14,77 15,0 15,0
kesempatan belajar Lama Sekolah
masyarakat
Program Angka Melek % 98,78 99,73 > > 3.150 > 3.623 > 3.985 > 8.000 > 8.800 > Dinas Kearsipan
Peningkatan dan Huruf dan
Pengembangan Jumlah Unit n/a 30 > > > > > > > Perpustakaan
Literasi Masyarakat Perpustakaan
Terakreditasi
Misi/Tujuan/ Indikator Satuan Kondisi Kinerja Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Kondisi
Sasaran/Program Kinerja Awal RPJMD Kinerja Perangkat
Kode Pembangunan (Tujuan/Impact/ 2020 2021 2022 2023 2024 pada Daerah
Daerah Outcome) Akhir Penanggung
2017 2018 2019 RP RP RP RP RP Periode -jawab
Target Target Target Target Target
(Juta) (Juta) (Juta) (Juta) (Juta) RPJMD
Program Persentase SMA % n/a n/a > > 103.658 > 114.024 > 125.426 > 144.240 > 158.664 > Dinas
Pembinaan dan Terakreditasi A di Pendidikan dan
Pengembangan Wilayah Ibukota Kebudayaan
Pendidikan SMA Provinsi
Angka Putus % 1,60 1,24 < < < < < < <
Sekolah SMA
Angka Kelulusan % 97,78 98,37 > > > > > > >
SMA
Rerata nilai Nilai 46,55 42,74 > > > > > > >
UNBK bidang
Sains
SMA/sederajat
Program Tersedianya SMK Ya/Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak 77.060 Tidak 84.766 Ya 93.243 Ya 107.229 Ya 117.952 Ya
Pembinaan dan Unggulan di
Pengembangan Wilayah Ibukota
Pendidikan SMK Provinsi
Angka Putus % 3,47 2,86 < < < < < < <
Sekolah SMK
Angka Kelulusan % 87,43 95,29 > > > > > > >
SMK
Persentase SMK % n/a n/a > > > > > > >
yang bekerjasama
dengan industri
Program Perkembangan Unit 16 19 >19 >19 4.354 >19 7.000 >19 7.700 >19 8.855 >19 9.741 >19
Pembinaan Layanan
Pendidikan Khusus Pendidikan Luar
Biasa
Program Persentase Guru % n/a 28,7 > > 2.725 > 2.998 > 3.297 > 3.627 > 3.990 >
Pembinaan dan SMA
Pengembangan Tersertifikasi
Pendidik dan Persentase Guru % n/a 21,7 > > > > > > >
Tenaga SMK
Kependidikan Tersertifikasi
Program APS % 76,06 76,36 > > 10.470 > 12.041 > 13.847 > 15.924 > 18.312 >
Optimalisasi SMA/sederajat
Misi/Tujuan/ Indikator Satuan Kondisi Kinerja Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Kondisi
Sasaran/Program Kinerja Awal RPJMD Kinerja Perangkat
Kode Pembangunan (Tujuan/Impact/ 2020 2021 2022 2023 2024 pada Daerah
Daerah Outcome) Akhir Penanggung
2017 2018 2019 RP RP RP RP RP Periode -jawab
Target Target Target Target Target
(Juta) (Juta) (Juta) (Juta) (Juta) RPJMD
Manajemen APK % n/a 88,04 > > > > > > >
Layanan SMA/sederajat
Pendidikan APM % 60,37 63,88 > > > > > > >
SMA/sederajat
Persentase SMA % 14,02 15,58 > > > > > > >
Terakreditasi A
Persentase SMK % 4,83 7,50 > > > > > > >
Terakreditasi A
Perolehan medali Keping - - - 1 1 1 1 1 5
pada Olimpiade
Sains Nasional
(semua jenjang
pendidikan)
Program Fasilitasi Angka Partisipasi % 31,10 31,36 > > 100.000 > 100.000 > 100.000 > 100.000 > 100.000 >
Pengembangan Perguruan Tinggi
Pendidikan Tinggi Persentase % 6,81 11,08 > > > > > > >
penduduk
berkualifikasi
pendidikan
minimal S1
Sasaran 3: Tingkat partisipasi % 70,55 72,79 73,81 74,81 75,80 76,79 77,77 78,74 78,7
Meningkatnya dan peran pemuda
peran pemuda dalam
dalam pembangunan
pembangunan
Program Persentase pemuda % 7,22 6,18 5,92 5,66 2.550 5,40 4.000 5,14 4.400 4,88 4.840 4,62 5.324 4,62 Dinas Pemuda
Peningkatan Peran tanpa aktifitas & Olahraga
Serta Kepemudaan produktif
(pengangguran)
Tingkat Partisipasi % 53,64 56,48 57,90 59,32 60,74 62,16 63,58 65,0 65,0
Angkatan Kerja
(TPAK) Pemuda
Misi/Tujuan/ Indikator Satuan Kondisi Kinerja Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Kondisi
Sasaran/Program Kinerja Awal RPJMD Kinerja Perangkat
Kode Pembangunan (Tujuan/Impact/ 2020 2021 2022 2023 2024 pada Daerah
Daerah Outcome) Akhir Penanggung
2017 2018 2019 RP RP RP RP RP Periode -jawab
Target Target Target Target Target
(Juta) (Juta) (Juta) (Juta) (Juta) RPJMD
Program Tingkat Kegiatan n/a n/a > > 1.250 > 7.500 > 8.250 > 9.075 > 9.983 >
Pembudayaan perkembangan
Olahraga kegiatan
keolahragaan yang
diinisiasi
masyarakat
Program Perolehan medali Keping 5 n/a 6 n/a 8.733 7 9.606 n/a 10.567 9 14.794 n/a 16.273 22
Peningkatan pada kompetisi
Prestasi Olahraga olahraga multi
event pelajar
tingkat nasional
(POPNAS)
Perolehan medali Keping n/a n/a n/a 5 n/a n/a n/a 10 15
dalam kompetisi
olahraga multi
event tingkat
nasional (PON)
Sasaran 4: Tingkat apresiasi Mata 8 10 11 12 13 14 15 16 16
Meningkatnya warisan budaya Budaya
apresiasi daerah
kebudayaan daerah
Program Pelestarian Perkembangan Mata 8 10 11 12 2.875 13 13.163 14 30.000 15 33.000 16 36.300 16 Dinas
dan Pengembangan penetapan warisan Budaya Pendidikan dan
Kebudayaan budaya tak benda Kebudayaan
(kumulatif)
Persentase % n/a n/a > > > > > > >
SMA/SMK
menerapkan
muatan lokal ke
dalam kurikulum
Pembangunan Unit n/a n/a - - - - 1 - 1
museum
berstandar
nasional (Ibukota
Provinsi)
Misi/Tujuan/ Indikator Satuan Kondisi Kinerja Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Kondisi
Sasaran/Program Kinerja Awal RPJMD Kinerja Perangkat
Kode Pembangunan (Tujuan/Impact/ 2020 2021 2022 2023 2024 pada Daerah
Daerah Outcome) Akhir Penanggung
2017 2018 2019 RP RP RP RP RP Periode -jawab
Target Target Target Target Target
(Juta) (Juta) (Juta) (Juta) (Juta) RPJMD
Misi 2 – Mengakselerasi Pembangunan
Infrastruktur, Konektifitas dan
Pengembangan Wilayah
Tujuan 2: Indeks Indeks 0,266 0,266* 0,263 0,261 0,258 0,255 0,253 0,250 0,250
Menghadirkan Ketimpangan
infrastruktur untuk Wilayah
meningkatkan
kualitas hidup
masyarakat dan
kemajuan wilayah
Sasaran 1: Tingkat % 77,07 78,24 79,96 81,66 83,34 85,00 86,64 88,27 88,27
Meningkatnya keterjangkauan
akses infrastruktur infrastruktur dasar
dasar dan dan lingkungan
lingkungan hunian hunian layak
layak
Program Proporsi areal % 43 43* 45 46 56.257 47 61.883 48 68.071 49 74.878 50 82.366 50 Dinas Pekerjaan
Pengembangan irigasi fungsional Umum dan
Sumber Daya Air Penataan Ruang
Program PLP, Persentase Rumah % n/a 96,50 97,0867 97,6693 73.950 98,25 85.043 98,8346 97.799 99,42 112.469 100,00 129.339 100
Pengembangan Air Tangga terakses 0319 626 813
Minum dan air minum layak
Penataan Bangunan (kawasan ibukota
Gedung provinsi)
Persentase Rumah % 65,73 69,17 71,46 73,76 76,05 78,34 80,64 82,93 82,93
Tangga terakses
air minum layak
Cakupan Rumah % n/a 97,63 98,0215 98,4172 98,81 99,2086 99,60 100,00 100
Tangga terakses 6709 537 268
sanitasi layak
(kawasan ibukota
provinsi)
Persentase Rumah % 66,18 66,96 69,19 71,42 73,65 75,87 78,10 80,33 80,33
Tangga terakses
sanitasi layak
Misi/Tujuan/ Indikator Satuan Kondisi Kinerja Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Kondisi
Sasaran/Program Kinerja Awal RPJMD Kinerja Perangkat
Kode Pembangunan (Tujuan/Impact/ 2020 2021 2022 2023 2024 pada Daerah
Daerah Outcome) Akhir Penanggung
2017 2018 2019 RP RP RP RP RP Periode -jawab
Target Target Target Target Target
(Juta) (Juta) (Juta) (Juta) (Juta) RPJMD
Program Persentase bauran % 0,96 0,96* 0,96 0,96 1.300 >1 2.000 >1 2.200 >1 2.420 >1 2.662 >1 Dinas ESDM
Penyelenggaraan energi baru
Energi Baru terbarukan
Terbarukan
Program Kapasitas MW 124,38 124,38* > > 8.650 > 9.515 > 10.467 > 11.513 > 12.664 >
Penyelenggaraan terpasang
Ketenagalistrikan pembangkit listrik
Persentase Rumah % 98,14 98,51 98,70 98,88 99,07 99,25 99,44 99,62 99,62
Tangga
menggunakan
listrik
Program Fasilitasi Persentase % 61,88 65,02 68,16 71,30 4.900 74,44 5.390 77,58 5.929 80,72 6.522 83,86 7.174 83,86 Dinas
Pengembangan penduduk Komunikasi,
Infrastruktur menggunakan Informatika dan
Teknologi telepon Persandian
Informasi dan seluler/nirkabel
Komunikasi Persentase % 18,8 25,8 30,6 35,7 41,5 48,0 55,3 63,5 63,51
penduduk
mengakses
internet
Program Persentase Rumah Unit 86,83 83,87 84,86 85,84 21.500 86,83 24.725 87,82 28.434 88,80 32.699 89,79 37.604 89,79 Dinas
Penyediaan Tangga dengan Perumahan &
Perumahan kepemilikan Kawasan
rumah Milik Permukiman
Sendiri
Program Persentase Rumah % 91,36 92,18 92,59 93,00 14.700 93,41 16.170 93,82 17.787 94,23 19.566 94,64 21.522 94,64
Peningkatan Tinggal Layak
Kualitas Perumahan Huni
Program Persentase % n/a n/a < < 73.850 < 81.235 < 100.000 < 110.000 < 121.000 <
Peningkatan lingkungan
Kualitas Kawasan permukiman
Permukiman kumuh (kawasan
ibukota provinsi)
Luas Ha 558,61 558,61* < < < < < < <
kawasan/lingkung
an pemukiman
Misi/Tujuan/ Indikator Satuan Kondisi Kinerja Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Kondisi
Sasaran/Program Kinerja Awal RPJMD Kinerja Perangkat
Kode Pembangunan (Tujuan/Impact/ 2020 2021 2022 2023 2024 pada Daerah
Daerah Outcome) Akhir Penanggung
2017 2018 2019 RP RP RP RP RP Periode -jawab
Target Target Target Target Target
(Juta) (Juta) (Juta) (Juta) (Juta) RPJMD
kumuh
Program Tersedianya Ya/Tidak Tidak Tidak Tidak Ya 3.900 Ya 5.000 Ya 6.000 Ya 7.200 Ya 8.640 Ya Dinas
Pengembangan Fasilitas Lingkungan
Kinerja Pengolahan Hidup
Pengelolaan Sampah Terpadu
Persampahan dan Regional (wilayah
Limbah ibukota Provinsi)
Sasaran 2: Tingkat % 25,92 30,11 33,42 36,74 40,05 43,37 46,68 50,00 50,00
Meningkatnya pemerataan
konektifitas yang prasarana dan
mendorong sarana penunjang
integrasi dan daya konektifitas
saing wilayah wilayah
Program Proporsi panjang % 22 27 > > 554.352 > 250.000 > 275.000 > 316.250 > 347.875 > Dinas Pekerjaan
Peningkatan/ jaringan jalan Umum dan
Pembangunan provinsi dalam Penataan Ruang
Rehabilitasi/ kondisi mantap
Pemeliharaan Jalan Pembangunan Km n/a n/a > > > > > > >
dan Jembatan jalan pendukung
dari/ke sentra
produksi
Program Persentase tenaga % 31,8 41,6 > > 3.000 > 3.300 > 3.630 > 3.993 > 4.392 >
Pembinaan Jasa ahli konstruksi
Konstruksi bersertifikat
Persentase % n/a 9,1 > > > > > > >
kabupaten/kota
menerapkan
SIPJAKI (aktif)
termasuk tingkat
provinsi
Program Rasio ketaatan % 68 69 > > 10.000 > 3.000 > 3.300 > 3.630 > 3.993 >
Penyelenggaraan terhadap RTRW
Misi/Tujuan/ Indikator Satuan Kondisi Kinerja Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Kondisi
Sasaran/Program Kinerja Awal RPJMD Kinerja Perangkat
Kode Pembangunan (Tujuan/Impact/ 2020 2021 2022 2023 2024 pada Daerah
Daerah Outcome) Akhir Penanggung
2017 2018 2019 RP RP RP RP RP Periode -jawab
Target Target Target Target Target
(Juta) (Juta) (Juta) (Juta) (Juta) RPJMD
Penataan Ruang Persentase % - - - 20 40 60 80 100 100
kabupaten/kota
telah menyusun
RDTR
Program Tersedianya Ya/Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak 1.000 Tidak 10.000 Ya 11.000 Ya 12.100 Ya 13.310 Ya Dinas
Penyelenggaraan Terminal angkutan Perhubungan
Lalu Lintas dan darat tipe B
Angkutan Jalan (wilayah ibukota
Provinsi)
Perkembangan % 2,36 2,36* 2,43 2,49 2,56 2,63 2,69 2,76 2,76
kontribusi PDRB
sub sektor
angkutan darat
Program Perkembangan % 1,80 1,80* 1,87 1,93 11.756 2,00 12.932 2,07 14.225 2,13 15.647 2,20 17.212 2,20
Pengembangan kontribusi PDRB
Sarana dan sub sektor
Prasarana angkutan laut
Perhubungan Perkembangan % 0,40 0,40* 0,47 0,53 0,60 0,67 0,73 0,80 0,80
kontribusi PDRB
sub sektor
angkutan sungai
dan
penyeberangan
Perkembangan % 1,88 1,88* 1,95 2,01 2,08 2,15 2,21 2,28 2,28
kontribusi PDRB
sub sektor
angkutan udara
Program Perkembangan Orang 1.260.12 1.260.12 > > 1.250 > 8.000 > 8.800 > 9.680 > 10.648 >
Penyelenggaraan arus penumpang 2 2*
Pelayaran melalui dermaga
Perkembangan Ton 7.462.93 7.462.93 > > > > > > >
arus barang 0 0*
melalui dermaga
Program Percepatan Persentase Desa % 55,0 55,0* 60 65 2.300 70 10.000 75 11.000 85 12.100 100 13.310 100 Dinas Tenaga
Pembangunan Berkembang dan Kerja dan
Maju di wilayah
Misi/Tujuan/ Indikator Satuan Kondisi Kinerja Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Kondisi
Sasaran/Program Kinerja Awal RPJMD Kinerja Perangkat
Kode Pembangunan (Tujuan/Impact/ 2020 2021 2022 2023 2024 pada Daerah
Daerah Outcome) Akhir Penanggung
2017 2018 2019 RP RP RP RP RP Periode -jawab
Target Target Target Target Target
(Juta) (Juta) (Juta) (Juta) (Juta) RPJMD
Daerah Tertinggal ibukota provinsi Transmigrasi
Persentase Desa % n/a 37,9 < < < < < < <
Tertinggal
(seluruh Maluku
Utara)
Misi 3 – Membangun Tatanan
Kehidupan Masyarakat yang Agamis,
Aman, Damai dan Harmonis
Tujuan 3: Indeks Kerukunan Indeks 66,8 66,8* >67,5 >67,5 >67,5 >67,5 >67,5 >67,5 >67,5
Memajukan peran Umat Beragama
agama sebagai
landasan spiritual,
moral dan etik
masyarakat yang
mendorong suasana
kehidupan yang
aman, damai dan
harmonis
Sasaran 1: Indeks Demokrasi Indeks 70,73 70,73* >72,5 >72,5 >72,5 >72,5 >72,5 >72,5 >72,5
Meningkatnya
kesalehan yang
mendorong
hadirnya empati,
toleransi dan
solidaritas sosial
serta sikap
demokratis dalam
menghadapi
perbedaan
Program Fasilitasi Cakupan fasilitasi % 85 90 100 100 8.000 100 15.000 100 10.000 100 15.000 100 11.000 100 Setda (Biro
Pembinaan dan pembinaan dan Kesejahteraan
Peningkatan peningkatan Rakyat)
Kualitas Kehidupan kualitas kehidupan
Keagamaan keagamaan
Misi/Tujuan/ Indikator Satuan Kondisi Kinerja Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Kondisi
Sasaran/Program Kinerja Awal RPJMD Kinerja Perangkat
Kode Pembangunan (Tujuan/Impact/ 2020 2021 2022 2023 2024 pada Daerah
Daerah Outcome) Akhir Penanggung
2017 2018 2019 RP RP RP RP RP Periode -jawab
Target Target Target Target Target
(Juta) (Juta) (Juta) (Juta) (Juta) RPJMD
Program Indeks Aspek Indeks 90,19 90,19* > > 2.070 > 2.277 > 2.505 > 2.755 > 3.031 > Badan Kesatuan
Pembinaan Kebebasan Sipil Bangsa dan
Wawasan (komponen IDI) Politik
Kebangsaan dan
Karakter Bangsa
Program Indeks Aspek Indeks 74,07 74,07* > > 2.270 > 2.497 > 2.747 > 3.021 > 3.324 >
Pendidikan Politik Hak-hak Politik
Masyarakat (komponen IDI)
Sasaran 2: Persentase % 13,7 13,7* <13 <10 <10 <10 <10 <10 <10
Terpeliharanya Desa/Kelurahan
ketenteraman dan rawan konflik
ketertiban di sosial
lingkungan
masyarakat
Program Indeks Indeks 15,22 15,22* < < 5.844 < 6.428 < 7.071 < 7.778 < 8.556 < Satpol PP
Pemeliharaan demonstrasi/mogo
Keamanan, k yang bersifat
Ketertiban Umum kekerasan (sub
dan Ketenteraman Komponen IDI)
Masyarakat
Program Penegakan Jumlah kasus Kasus n/a n/a < < 500 < 550 < 605 < 666 < 732 <
Peraturan Daerah pelanggaran
dan Peraturan Perda/Pergub yang
Gubernur ditindaklanjuti
Program Tersedianya peta Ya/Tidak Tidak Tidak Tidak Ya 6.000 Ya 6.600 Ya 7.260 Ya 10.000 Ya 11.000 Ya
Penyelenggaraan pecegahan dan
Pelayanan penanganan rawan
Kebakaran kebakaran
Tersedianya Ya/Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Ya Ya Ya Ya
sarana dan
prasarana
penanggulangan
kebakaran (di
Ibukota Provinsi)
Misi/Tujuan/ Indikator Satuan Kondisi Kinerja Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Kondisi
Sasaran/Program Kinerja Awal RPJMD Kinerja Perangkat
Kode Pembangunan (Tujuan/Impact/ 2020 2021 2022 2023 2024 pada Daerah
Daerah Outcome) Akhir Penanggung
2017 2018 2019 RP RP RP RP RP Periode -jawab
Target Target Target Target Target
(Juta) (Juta) (Juta) (Juta) (Juta) RPJMD
Program Persentase konflik % 43 33 > > 1.410 > 1.551 > 1.706 > 1.877 > 2.064 > Badan Kesatuan
Pencegahan dan sosial skala Bangsa dan
Penanggulangan provinsi yang Politik
Konflik diselesaikan
Program Cakupan % 9,41 9,41* > > 1.450 > 4.000 > 4.400 > 4.840 > 5.324 > BPBD
Pencegahan dan desa/kelurahan
Kesiapsiagaan dengan
Bencana antisipasi/mitigasi
bencana
Program Cakupan % n/a n/a > > 1.500 > 2.650 > 2.915 > 3.207 > 3.527 >
Kedaruratan dan pemenuhan
Logistik Bencana kedaruratan dan
logistik bencana
Program Cakupan wilayah % n/a n/a > > 2.950 > 3.245 > 10.000 > 11.000 > 12.100 >
Rehabilitasi dan bencana yang
Rekonstruksi Pasca direhabilitasi dan
Bencana direkonstruksi
Misi 4 – Membangun Perekonomian
Daerah yang Inklusif dan Berkualitas
dengan Orientasi pada Nilai Tambah
dan Pengelolaan Sumber Daya Alam
Berkelanjutan
Tujuan 4: Laju pertumbuhan % 7,67 7,92 7,6-8,1 7,6-8,1 7,6-8,1 7,6-8,1 7,6-8,1 7,6-8,1 7,6-8,1
Mewujudkan ekonomi
perekonomian Tingkat inflasi % 1,97 4,12 1,9-3,4 1,9-3,4 1,9-3,4 1,9-3,4 1,9-3,4 1,9-3,4 1,9-3,4
berdaya saing yang
memberikan Indeks Rasio Gini Indeks 0,317 0,328 0,319 0,310 0,302 0,293 0,284 0,275 0,275
kesejahteraan bagi
semua secara
berkelanjutan
Sasaran 1: Nilai Tukar Nilai 101,20 96,13 >100 >100 >100 >100 >100 >100 >100
Meningkatnya daya Petani/Nelayan
saing Skor Pola Pangan Skor 79,2 79,2* >80 >80 >80 >80 >80 >80 >80
petani/nelayan dan Harapan (PPH)
menguatnya
ketahanan pangan
Misi/Tujuan/ Indikator Satuan Kondisi Kinerja Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Kondisi
Sasaran/Program Kinerja Awal RPJMD Kinerja Perangkat
Kode Pembangunan (Tujuan/Impact/ 2020 2021 2022 2023 2024 pada Daerah
Daerah Outcome) Akhir Penanggung
2017 2018 2019 RP RP RP RP RP Periode -jawab
Target Target Target Target Target
(Juta) (Juta) (Juta) (Juta) (Juta) RPJMD
masyarakat
Program Produksi Tanaman Ton 277.699 356.848 > 374.690 10.075 393.425 11.083 413.096 12.191 433.751 13.410 455.439 14.751 455.439 Dinas Pertanian
Peningkatan Pangan
Produksi Pertanian NTP Tanaman Nilai 101,21 98,62 > 98,72 98,77 98,82 98,87 98,92 98,92
Pangan
Produksi Tanaman Ton 5.392 11.798 > 12.388 13.007 13.658 14.341 15.058 15.058
Hortikultura
NTP Tanaman NIlai 109,01 103,85 > 103,95 104,00 104,05 104,10 104,15 104,15
Hortikultura
Produksi Tanaman Ton 250.529 259.964 > 272.962 286.610 300.941 315.988 331.787 331.787
Perkebunan
NTP Tanaman NIlai 94,56 84,15 > 84,25 88,46 92,89 97,53 102,41 102,41
Perkebunan
Program Produksi Ton 3.982 3.531 > 3.708 8.866 3.893 9.309 4.088 10.240 4.292 11.264 4.507 12.391 4.507
Peningkatan Peternakan
Produksi NTP Peternakan NIlai 107,41 110,40 > 110,50 110,55 110,60 110,65 110,70 110,70
Peternakan
Populasi Ternak Ekor 117.328 133.237 > 142.564 152.543 163.221 174.647 186.872 186.872
Sapi
Program Nilai ekspor US$ 1.600 1.892.93 > 1.987.57 2.350 2.086.95 2.585 2.191.30 10.000 2.300.87 11.000 2.415.91 12.100 >
Pengolahan dan pertanian 2 9 8 5 1 4
Pemasaran Hasil
Pertanian
Program Kelompok Tani Kelompo 2.738 4.282 > 4.496 1.500 4.721 1.650 4.957 3.000 5.205 3.300 5.465 3.630 >
Penyuluhan yang meningkat k
Pertanian kapasitasnya
(kumulatif)
Program Jumlah Produksi Ton 254.877 286.629 > 356.270 26.200 356.375 28.820 356.400 31.702 356.520 34.872 356.570 38.359 Dinas Kelautan
Pengelolaan Perikanan 356.570 & Perikanan
Perikanan Tangkap Tangkap
Nilai Tukar Nilai 104,10 107,77 > 104,50 104,60 104,70 104,80 104,90 104,90
Nelayan (NTN)
Misi/Tujuan/ Indikator Satuan Kondisi Kinerja Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Kondisi
Sasaran/Program Kinerja Awal RPJMD Kinerja Perangkat
Kode Pembangunan (Tujuan/Impact/ 2020 2021 2022 2023 2024 pada Daerah
Daerah Outcome) Akhir Penanggung
2017 2018 2019 RP RP RP RP RP Periode -jawab
Target Target Target Target Target
(Juta) (Juta) (Juta) (Juta) (Juta) RPJMD
Program Produksi Ton 207.040 105.856 > 207.040 5.400 > 5.940 207.240 6.534 207.340 7.187 207.440 7.906
Pengelolaan Perikanan 207.440
Perikanan Budidaya Budidaya
Nilai Tukar Nilai 104,47 105,11 > 104,50 207.140 104,70 104,80 104,90 104,90
Pembudidaya Ikan
(NTPi)
Program Nilai ekspor US$ 313.170 1.688.30 > 1.000.00 5.235 104,60 8.000 3.000.00 8.800 4.000.00 9.680 5.000.00 10.648
Peningkatan Daya perikanan 6 0 0 0 0 5.000.000
Saing Produk Nilai Konsumsi Kg/kapita 57,46 64,95 > 52,20 2.000.00 52,40 52,50 52,60 52,60
Kelautan dan Ikan /th 0
Perikanan
Volume produk Ton 25.292 21.260 > 20.100 52,30 20.300 20.400 20.500
olahan perikanan 20.500
Program Nilai PNBP sektor Rp. 45,166 44,182 44,726 44,953 21.829 20.200 22.920 45,360 25.212 45,628 27.734 45,909 30.507 45,909 Dinas
Pemanfaatan dan kehutanan Milyar Kehutanan
Pengolahan Hasil
Hutan
Program Persentase % n/a 62,61 59,13 55,65 1.450 52,17 1.595 48,70 1.755 45,22 50 49,74 Dinas Pangan
Penanganan Daerah Kecamatan Rawan
Rawan Pangan Pangan
Program Pembangunan Unit n/a n/a - - 2.250 - 20.000 - 22.000 1 24.200 - 10.000 1
Pendistribusian dan Pusat Cadangan
Pencadangan Pangan Provinsi
Pangan (di Ibukota
Provinsi)
Persentase % 50 50 50 60 70 80 90 100 100
kabupaten/kota
mempunyai pusat
cadangan pangan
Tingkat kestabilan % 100 100 100 100 100 100 100 100 100
pasokan pangan
(5-40% penurunan
pasokan)
Tingkat kestabilan % <25 <25 <25 <25 <25 <25 <25 <25 <25
harga pangan
Misi/Tujuan/ Indikator Satuan Kondisi Kinerja Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Kondisi
Sasaran/Program Kinerja Awal RPJMD Kinerja Perangkat
Kode Pembangunan (Tujuan/Impact/ 2020 2021 2022 2023 2024 pada Daerah
Daerah Outcome) Akhir Penanggung
2017 2018 2019 RP RP RP RP RP Periode -jawab
Target Target Target Target Target
(Juta) (Juta) (Juta) (Juta) (Juta) RPJMD
(<25% harga
normal)
Program Ketersediaan Kkal/Kap/ 2.000 2.100 2200 2200 1.814 2200 5.000 2200 5.500 2200 6.050 2200 6.655 2200
Penganekaragaman energi perkapita hr
Konsumsi dan
Keamanan Pangan Ketersediaan Kkal/Kap/ 52,0 55,0 57,0 57,0 57,0 57,0 57,0 57,0 57,0
protein perkapita hr
Sasaran 2: Perkembangan
Meningkatnya realisasi investasi
investasi dan daya berskala nasional
saing pengelolaan (PMA/PMDN)
sumber daya a. PMA Juta US$ 228,10 362,79 >100 >100 >100 >100 >100 >100 >100
strategis dan
potensi unggulan b. PMDN Rp. 1,151 2,276 >1,000 >1,000 >1,000 >1,000 >1,000 >1,000 >1,000
yang memperluas Trilyun
kesempatan kerja
Perkembangan
ekspor
a. Ekspor Juta US$ 272,09 676,20 743,817 818,199 900,0 990,0 1.089 1.198 1.198
Pertambangan 9771 775
b. Ekspor Non Juta US$ 0,37 4,08 4,49 6,73 10,77 18,30 32,94 62,59 62,59
pertambangan
c. Net eskpor antar Rp. -5,758 -8,977 - - + + + + +
daerah Trilyun
Kenaikan/penurun % -28,25 3,65 25,0 50,0 50,0 50,0 50,0 50,0 50,0
an kunjungan
wisatawan
mancanegara
Tingkat % 5,33 4,77 <5,0 <5,0 <5,0 <5,0 <5,0 <5,0 <5,0
pengangguran
terbuka
Program Perkembangan Juta US$ 228,10 362,79 >20 >100 1.055 >100 2.500 >100 2.750 >100 3.025 >100 3.328 >100 Dinas PMPTSP
Pengembangan, realisasi investasi
Promosi dan PMA
Misi/Tujuan/ Indikator Satuan Kondisi Kinerja Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Kondisi
Sasaran/Program Kinerja Awal RPJMD Kinerja Perangkat
Kode Pembangunan (Tujuan/Impact/ 2020 2021 2022 2023 2024 pada Daerah
Daerah Outcome) Akhir Penanggung
2017 2018 2019 RP RP RP RP RP Periode -jawab
Target Target Target Target Target
(Juta) (Juta) (Juta) (Juta) (Juta) RPJMD
Kerjasama Investasi Perkembangan Rp. 1,151 2,276 >5 >1,000 >1,000 >1,000 >1,000 >1,000 >1,000
realisasi investasi Trilyun
PMDN
Program Persentase Jenis % >95 >95 >95 >95 2.175 >95 3.000 >95 3.300 >95 3.630 >95 3.993 >95
Peningkatan Layanan Perizinan
Kualitas Pelayanan dan Non Perizinan
Terpadu Satu Pintu yang telah
diterapkan secara
online
Program Persentase pelaku % 40 60 >60 >60 765 >60 842 >60 926 >60 1.018 >60 1.120 >60
Pengawasan dan usaha yang taat
Layanan Pengaduan Pelaporan
Perizinan Persentase % 55 75 >75 >75 >75 >75 >75 >75 >75
pengaduan
perizinan yang
ditindaklanjuti dan
diselesaikan
Program Perkembangan % 17,42 17,31 > > 5.721 > 50.000 > 50.000 > 10.000 > 11.000 > Dinas
Pengembangan kontribusi PDRB Perindustrian dan
Perdagangan sektor Perdagangan
Perdagangan
Pembangunan Unit n/a n/a - - - - 1 - 1
pusat perdagangan
regional/provinsi
(di Ibukota
Provinsi)
Net ekspor antar Rp. -5,758 -8,977
daerah (Hapus) Trilyun
Program Rasio % 100 100 100 100 500 100 550 100 605 100 666 100 732 100
Perlindungan penyelesaian
Konsumen temuan terkait
tertib
niaga/perdagangan
Misi/Tujuan/ Indikator Satuan Kondisi Kinerja Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Kondisi
Sasaran/Program Kinerja Awal RPJMD Kinerja Perangkat
Kode Pembangunan (Tujuan/Impact/ 2020 2021 2022 2023 2024 pada Daerah
Daerah Outcome) Akhir Penanggung
2017 2018 2019 RP RP RP RP RP Periode -jawab
Target Target Target Target Target
(Juta) (Juta) (Juta) (Juta) (Juta) RPJMD
Program Pelatihan Tingkat Partisipasi % 63,65 65,31 > > 3.684 > 10.000 > 11.000 > 12.100 > 13.310 > Dinas Tenaga
dan Penempatan Angkatan Kerja Kerja dan
Tenaga Kerja (TPAK) Transmigrasi
Program Hubungan Persentase kasus % 83,08 83,08* > > 1.241 > 1.427 > 1.641 > 1.887 > 2.171 >
Industrial dan sengketa pekerja-
Pengawasan pengusaha yang
diselesaikan
dengan Perjanjian
Bersama (PB)
Program Perkembangan Perusahaa 6.053 6.320 6.495 > 4.920 > 5.412 > 5.953 > 6.549 > 7.203 > Dinas
Pengembangan dan perusahaan n Perindustrian dan
Perwilayahan industri (masuk Perdagangan
Industri renstra)
Perkembangan % 6,43 7,45 > > > > > > >
kontribusi PDRB
sektor industri
pengolahan
Program Cakupan layanan % 40,0 100,0 > 100,0 500 100,0 550 100,0 605 100,0 666 100,0 732 100,0
Pengembangan kemampuan uji
Layanan
Laboratorium dan
Sertifikasi
Pengujian Mutu
Barang
Program Cakupan % <30 <30 30-50 30-50 1.000 30-50 1.100 30-50 1.210 30-50 1.331 30-50 1.464 30-50 Dinas ESDM
Pengelolaan pendataan potensi
Geologi dan Air sumber daya
Tanah mineral
Program Perkembangan % 9,18 10,72 > > 1.000 > 4.000 > 4.400 > 4.840 > 5.324 >
Pengelolaan kontribusi PDRB
Pertambangan sektor
Mineral dan pertambangan dan
Batubara penggalian
Misi/Tujuan/ Indikator Satuan Kondisi Kinerja Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Kondisi
Sasaran/Program Kinerja Awal RPJMD Kinerja Perangkat
Kode Pembangunan (Tujuan/Impact/ 2020 2021 2022 2023 2024 pada Daerah
Daerah Outcome) Akhir Penanggung
2017 2018 2019 RP RP RP RP RP Periode -jawab
Target Target Target Target Target
(Juta) (Juta) (Juta) (Juta) (Juta) RPJMD
Program Jumlah destinasi Obyek n/a n/a > > 18.611 > 20.472 > 22.519 > 24.771 > 27.248 > Dinas Pariwisata
Pengembangan wisata yang
Destinasi Wisata dikelola/dioperasi
kan oleh
masyarakat/swasta
(kumulatif)
Perkembangan % 0,46 0,44 0,88 1,31 1,73 2,15 2,57 3,00 3,0
kontribusi PDRB
sektor pariwisata
Program Pemasaran Kunjungan Orang 795 824 1.030 1.545 2.140 2.318 5.000 3.476 5.500 5.214 6.050 7.822 6.655 7.822
Pariwisata wisatawan
mancanegara
Rata-rata lama Hari 3,38 3,49 >3,5 >3,5 >3,5 >3,5 >3,5 >3,5 >3,5
kunjungan
wisatawan
Sasaran 3: Pengeluaran per Rp. 7.792 7.980 8.180 8.384 8.594 8.808 9.029 9.254 9.254
Meningkatnya Kapita/Tahun
pembangunan Tingkat % 6,35 6,62 <6,0 <6,0 <6,0 <6,0 <6,0 <6,0 <6,0
ekonomi inklusif kemiskinan
yang memandirikan
mayarakat
Program Jumlah IKM aktif Unit 6.038 6.326 6.371 6.425 > - > > > > Dinas
Pengembangan Perindustrian dan
Jumlah Satu Kecamata n/a n/a 7 5 2.310 5 15.000 5 18.000 5 21.600 5 25.920 56.942
Industri Kecil dan Perdagangan
Kecamatan Satu n
Menengah
Sentra Industri
(SAKSSI)
Program Jumlah Usaha 18.516* 18.516* > > 2.850 > 20.000 > 22.000 > 24.200 > 26.620 > Dinas Pariwisata
Pengembangan usaha/perusahaan
Ekonomi Kreatif ekonomi kreatif
Program Perizinan, Persentase % 12,00 15,00 > > 1.200 > 1.320 > 1.452 > 1.597 > 1.757 > Dinas Koperasi
Kelembagaan dan Koperasi Sehat UKM
Pengawasan Persentase % 47,26 51,00 > > > > > > >
Koperasi dan UKM Koperasi Aktif
Misi/Tujuan/ Indikator Satuan Kondisi Kinerja Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Kondisi
Sasaran/Program Kinerja Awal RPJMD Kinerja Perangkat
Kode Pembangunan (Tujuan/Impact/ 2020 2021 2022 2023 2024 pada Daerah
Daerah Outcome) Akhir Penanggung
2017 2018 2019 RP RP RP RP RP Periode -jawab
Target Target Target Target Target
(Juta) (Juta) (Juta) (Juta) (Juta) RPJMD
Program Volume usaha Rp. 191,13 190,57 190,57 210,24 5.122 > 5.634 > 6.198 > 6.817 > 7.499 >
Pemberdayaan Koperasi Milyar
Koperasi
Program Jumlah usaha Unit 75 85 85 95 3.850 > 4.235 > 4.659 > 5.124 > 5.637 >
Pemberdayaan skala mikro
Usaha Kecil menjadi usaha
kecil
Program Persentase Desa % 58,5 58,5* > > 1.700 > 1.870 > 2.057 > 2.263 > 2.489 > Dinas
Pembinaan menyusun Profil Pemberdayaan
Pemerintahan dan Desa Masyarakat dan
Kelembagaan Desa Desa
Program Persentase Desa % 12,6 25,8 > > 5.170 > 5.687 > 6.256 > 6.881 > 7.569 >
Pemberdayaan memiliki
Masyarakat Desa BUMDes
Program Persentase % 50 50* > > 4.025 > 4.428 > 4.870 > 5.357 > 5.893 > Dinas Tenaga
Penyelenggaraan transmigran Kerja dan
Transmigrasi swakarsa Transmigrasi
Program Cakupan Orang 1.677 1.677 1.707 > 1.250 > 4.000 > 4.400 > 4.840 > 5.324 >
Pemberdayaan pemberdayaan
Sosial PSKS
Lembaga 9 10 10 > > > > >
Program Cakupan fakir % 400 1.150 1.650 > 1.652 > 1.817 > 1.999 > 2.199 > 2.419 >
Penanganan Fakir miskin perkotaan
Miskin dan perdesaan
memperoleh
fasilitasi untuk
berusaha
Sasaran 4: Indeks Kualitas Indeks 74,55 74,55* 70-75 70-75 70-75 70-75 70-75 70-75 70-75
Meningkatkan daya Lingkungan Hidup
dukung dan fungsi
lingkungan hidup
serta perlindungan
ekosistem
Program Penataan Tersedianya Ya/Tidak Ya Ya Ya Ya 2.650 Ya 2.915 Ya 3.207 Ya 3.527 Ya 3.880 Ya Dinas
Misi/Tujuan/ Indikator Satuan Kondisi Kinerja Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Kondisi
Sasaran/Program Kinerja Awal RPJMD Kinerja Perangkat
Kode Pembangunan (Tujuan/Impact/ 2020 2021 2022 2023 2024 pada Daerah
Daerah Outcome) Akhir Penanggung
2017 2018 2019 RP RP RP RP RP Periode -jawab
Target Target Target Target Target
(Juta) (Juta) (Juta) (Juta) (Juta) RPJMD
dan Penaatan dokumen KLHS Lingkungan
Perlindungan dan Provinsi Hidup
Pengelolaan Terselenggaranya Ya/Tidak Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya
Lingkungan Hidup KLHS untuk
K/R/P tingkat
daerah provinsi
Program Indeks Kualitas Indeks 63,64 63,64* 60-65 60-65 1.450 60-65 1.595 60-65 1.755 60-65 1.930 60-65 2.123 60-65
Pengendalian Air
Pencemaran dan Indeks Kualitas Indeks 96,00 96,00* 95-97 95-97 95-97 95-97 95-97 95-97 95-97
Perusakan Udara
Lingkungan Hidup
Indeks Kualitas Indeks 66,65 66,65* 62-67 62-67 62-67 62-67 62-67 62-67 62-67
Tutupan Lahan
Program Volume pencurian M3 31,27 729,73 400 300 1.000 250 1.100 200 1.210 150 1.331 50 1.464 50
Perlindungan hasil hutan kayu
Pengamanan Hutan
Program Jumlah titik api Titik 11 60 30 25 1.000 20 1.100 19 1.210 17 1.331 10 1.464 10 Dinas
Pencegahan dan terdeteksi Kehutanan
Penanggulangan
Kebakaran Hutan
dan Lahan
Program Persentase KPH % 25,0 37,5 62,5 75,0 675 87,5 743 100,0 817 100,0 898 100,0 988 100,0
Perencanaan dan memiliki dokumen
Penataan Kawasan perencanaan
Hutan (RPHJP)
Program Jumlah bibit Bibit - - - 100.000 1.000 100.000 1.100 100.000 1.210 100.000 1.331 100.000 1.464 504.641
Pengembangan tanaman hutan
Perbenihan yang tersedia
Program Jumlah fasilitasi Kelompo 4 7 24 24 390 30 429 35 472 35 519 35 571 159
Penyuluhan penyuluhan k
kepada Kelompok
Tani Hutan (KTH)
Misi/Tujuan/ Indikator Satuan Kondisi Kinerja Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Kondisi
Sasaran/Program Kinerja Awal RPJMD Kinerja Perangkat
Kode Pembangunan (Tujuan/Impact/ 2020 2021 2022 2023 2024 pada Daerah
Daerah Outcome) Akhir Penanggung
2017 2018 2019 RP RP RP RP RP Periode -jawab
Target Target Target Target Target
(Juta) (Juta) (Juta) (Juta) (Juta) RPJMD
Program Jumlah Kelompok Kelompo 19 42 68 70 310 75 2.500 75 2.875 80 3.306 80 3.802 80
Pemberdayaan Tani Hutan (KTH) k
Masyarakat yang dibina
Setempat dalam
Kegiatan
Rehabilitasi Hutan
dan Lahan
Program Luasan lahan kritis Ha 1.500 400 280 280 4.000 400 4.400 400 4.840 400 5.324 400 5.856 20.724
Rehabilitasi Hutan yang direhabilitasi
dan Lahan yang
meliputi
Perencanaan,
Pelaksanaan,
Monitoring dan
Evaluasi
Program Cakupan % 20 35 > 45 3.000 50 3.300 55 3.630 60 3.993 65 4.392 65 Dinas Kelautan
Pengawasan pengawasan & Perikanan
Sumber Daya wilayah laut
Kelautan dan sampai 12 mil dari
Perikanan IUU fishing dan
kegiatan yang
merusak
sumberdaya
kelautan
Program Luas kawasan Ha 17.408 225.950 > 40000 2.000 60000 2.200 70000 2.420 80000 2.662 90000 2.928 90000
Pengelolaan Ruang konservasi
Laut
Misi 5 – Memantapkan Tatakelola
Pemerintahan yang Lebih Baik dan
Berkeadilan
Tujuan 5: Tingkat % 68,14 68,14* >70 >75 >75 >75 >80 >80 >80
Mewujudkan Kemantapan Tata
pemerintah yang Kelola
efisien, efektif, Pemerintahan
transparan, Indeks Indeks 89,15 89,15* >89 >89 >89 >89 >89 >89 >89
akuntabel, inovatif Pembangunan
Misi/Tujuan/ Indikator Satuan Kondisi Kinerja Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Kondisi
Sasaran/Program Kinerja Awal RPJMD Kinerja Perangkat
Kode Pembangunan (Tujuan/Impact/ 2020 2021 2022 2023 2024 pada Daerah
Daerah Outcome) Akhir Penanggung
2017 2018 2019 RP RP RP RP RP Periode -jawab
Target Target Target Target Target
(Juta) (Juta) (Juta) (Juta) (Juta) RPJMD
dan menjamin Gender (IPG)
kesetaraan
Sasaran 1: Nilai Evaluasi Skor 2,412 2,412* 2,552 2,691 2,831 2,971 3,110 3,250 3,25
Meningkatnya Kinerja
kapasitas dan Penyelenggaraan
kualitas Pemerintahan
perencanaan, Daerah (EKPPD)
kerjasama, dan Level Sistem Level 2 2 >2 >2 >2 >2 >2 >2 >2
sinergi Pengendalian
penyelenggaraan Internal
pembangunan Pemerintah (SPIP)
daerah
Program Nominasi Ya/Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak 11.100 Ya 12.210 Ya 13.431 Ya 14.774 Ya 16.252 Ya Bappeda
Perencanaan Penghargaan
Pembangunan Pembangunan
Daerah Daerah (PPD)
Program Evaluasi Tingkat % 85 85 85 90 2.078 90 2.286 90 2.514 90 2.766 90 3.042 90
dan Pengendalian konsistensi
Pembangunan pelaksanaaan
Daerah rencana
pembangunan
daerah
Program Penelitian Jumlah hasil Judul - - > > 1.750 > 1.925 > 2.118 > 2.329 > 2.562 > Balitbangda
dan Pengembangan litbang yang
Kebijakan rekomendasi
kebijakannya
ditindaklanjuti
(kumulatif)
Program Penelitian Jumlah hasil Judul 1 1 > > 1.800 > 1.980 > 2.178 > 2.396 > 2.635 >
dan Pengembangan litbang daerah
Terapan Industri yang menjadi
produk terapan
industri
(kumulatif)
Misi/Tujuan/ Indikator Satuan Kondisi Kinerja Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Kondisi
Sasaran/Program Kinerja Awal RPJMD Kinerja Perangkat
Kode Pembangunan (Tujuan/Impact/ 2020 2021 2022 2023 2024 pada Daerah
Daerah Outcome) Akhir Penanggung
2017 2018 2019 RP RP RP RP RP Periode -jawab
Target Target Target Target Target
(Juta) (Juta) (Juta) (Juta) (Juta) RPJMD
Program Cakupan % 100 100 100 100 17.533 100 18.286 100 20.115 100 22.126 100 24.339 100 Sekretariat
Peningkatan dan pemenuhan DPRD
Pengembangan layanan
Kapasitas Lembaga peningkatan dan
DPRD pengembangan
kapasitas Lembaga
DPRD
Program Legislasi Persentase % 25% 15% > > 22.438 > 23.560 > 25.916 > 28.507 > 31.358 >
Daerah Ranperda dalam
Prolegda yang
ditetapkan menjadi
Perda
Program Cakupan fasilitasi % 100 100 100 100 30.586 100 31.645 100 34.810 100 38.290 100 42.119 100 Badan
Peningkatan pelayanan KDH Penghubung
Pelayanan dan Wakil KDH
Kedinasan Kepala dalam dukungan
Daerah/Wakil kedinasan luar
Kepala Daerah daerah dan dalam
daerah
Program Fasilitasi Cakupan fasilitasi % 100 100 100 100 640 100 704 100 774 100 852 100 937 100
Promosi dan promosi dan
Pengembangaan pengembangan
Kerjasama kerjasama
Program Cakupan % 100 100 100 100 3.254 100 3.579 100 3.937 100 4.331 100 4.764 100 Biro
Koordinasi koordinasi Kesejahteraan
Kebijakan dan kebijakan dan Rakyat
Kerjasama Bidang kerjasama bidang
Kesejahteraan kesejahteraan
Rakyat rakyat yang
berhasil
ditindaklanjuti
Program Cakupan % 100 100 100 100 4.521 100 4.973 100 5.470 100 6.017 100 6.619 100 Biro
Koordinasi koordinasi Perekonomian
Kebijakan dan kebijakan dan
Kerjasama Bidang kerjasama bidang
Perekonomian perekonomian
Misi/Tujuan/ Indikator Satuan Kondisi Kinerja Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Kondisi
Sasaran/Program Kinerja Awal RPJMD Kinerja Perangkat
Kode Pembangunan (Tujuan/Impact/ 2020 2021 2022 2023 2024 pada Daerah
Daerah Outcome) Akhir Penanggung
2017 2018 2019 RP RP RP RP RP Periode -jawab
Target Target Target Target Target
(Juta) (Juta) (Juta) (Juta) (Juta) RPJMD
yang berhasil
ditindaklanjuti
Program Persentase % n/a n/a > > 280 > 308 > 339 > 373 > 410 > Biro Protokol,
Pengendalian kerjasama daerah Kerjasama dan
Kerjasama yang Komunikasi
ditindaklanjuti Publik
(kumulatif)
Program Luas lahan yang Ha 230,77 230,77 > > 29.350 > 30.000 > 33.000 > 36.300 > 39.930 > Dinas
Penyelenggaraan tersedia bagi Perumahan &
Pertanahan pembangunan Kawasan
untuk kepentingan Permukiman
umum (kumulatif)
Program Fasilitasi Persentase % 82,0 82,0* > > 2.880 > 3.168 > 3.485 > 3.833 > 4.217 > Administrasi
Peningkatan penduduk Kependudukan dan
Layanan memiliki dokumen Catatan Sipil
Administrasi legal
Kependudukan dan kependudukan
Pencatatan Sipil sesuai peraturan
per-UU-an
Tersedianya Ya/Tidak Tidak Tidak Tidak Ya
layanan data
kependudukan
secara online
Sasaran 2: Predikat Sistem Nilai B B B B A A A AA AA
Meningkatnya Akuntabilitas
transparasi, Kinerja Instansi
akuntabilitas Pemerintah
kinerja serta (SAKIP)
kualitas Predikat Laporan Opini WTP WTP WTP WTP WTP WTP WTP WTP WTP
pengelolaan Keuangan BPK
keuangan dan Pemerintah
pelayanan publik Daerah (LKPD)
Misi/Tujuan/ Indikator Satuan Kondisi Kinerja Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Kondisi
Sasaran/Program Kinerja Awal RPJMD Kinerja Perangkat
Kode Pembangunan (Tujuan/Impact/ 2020 2021 2022 2023 2024 pada Daerah
Daerah Outcome) Akhir Penanggung
2017 2018 2019 RP RP RP RP RP Periode -jawab
Target Target Target Target Target
(Juta) (Juta) (Juta) (Juta) (Juta) RPJMD
pemerintah daerah Tingkat kepuasan % n/a n/a >70 >75 >80 >80 >80 >80 >80
masyarakat atas
pelayanan publik
pemerintah daerah
Program Persentase OPD % 40 45 70 90 14.998 100 16.498 100 18.148 100 19.962 100 21.959 100 Badan
Pengelolaan mengelola Pengelolaan
Keuangan Daerah keuangan secara Keuangan
mandiri sesuai Pendapatan dan
SAP dan tepat Aset Daerah
waktu
Ketepatan waktu Ya/Tidak Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya
penyampaian
LKPD
Persentase % 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Pemenuhan
Dokumen
Anggaran
Pemerintah
Daerah
Rata-rata waktu Hari 2 2 2 2 2 2 2 2 2
pelayanan untuk
penerbitan SPD
dan SP2D
Ketepatan waktu Ya/Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Ya Ya Ya Ya Ya
transfer dana
perimbangan
Program Rasio Pendapatan % 11,50 11,76 12,30 12,84 12.318 13,38 13.550 13,92 14.905 14,46 16.395 15,00 18.035 15,0
Intensifikasi dan Asli Daerah
Ekstensifikasi (PAD) terhadap
Pendapatan Daerah pendapatan daerah
Program Penataan Persentase % 11,6 20,9 34,9 > 2.789 > 3.068 > 3.375 > 3.712 > 4.083 >
dan Pengamanan OPD/UPTD tertib
Aset Daerah pengelolaan aset
daerah
Misi/Tujuan/ Indikator Satuan Kondisi Kinerja Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Kondisi
Sasaran/Program Kinerja Awal RPJMD Kinerja Perangkat
Kode Pembangunan (Tujuan/Impact/ 2020 2021 2022 2023 2024 pada Daerah
Daerah Outcome) Akhir Penanggung
2017 2018 2019 RP RP RP RP RP Periode -jawab
Target Target Target Target Target
(Juta) (Juta) (Juta) (Juta) (Juta) RPJMD
Program Persentase OPD % - 4,65 4,65 16,28 3.260 32,56 3.586 48,84 3.945 65,12 4.339 81,40 4.773 81,40 Dinas
Pengelolaan menyebarluaskan Komunikasi,
Informasi, informasi publik Informatika dan
Komunikasi Publik melalui website Persandian
dan Aplikasi Pemerintah
Informasi Daerah
Persentase % n/a n/a n/a 10 20 40 70 100 100
Kabupaten/Kota
terhubung dengan
Pusat TIK
Terpadu Provinsi
Program Jumlah OPD OPD n/a n/a > > 1.000 > 1.100 > 1.210 > 1.331 > 1.464 > Dinas
Penyelenggaraan terhubung Komunikasi,
Persandian dan Jaringan Informatika dan
Statistik Komunikasi Sandi Persandian
(JKS)
Tersedianya Ya/Tidak Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya
sistem data dan
statistik
terintegrasi
Program Persentase OPD % 100 100 100 100 2.158 100 2.374 100 2.611 100 2.872 100 3.160 100 Dinas Kearsipan
Pembinaan, mengelola arsip dan
Pengelolaan dan secara baku Perpustakaan
Pengawasan Status Akreditasi Akreditasi n/a n/a > Cukup > > > > >
Kearsipan Penyelenggaraan
Kearsipan
Program Persentasi OPD % n/a 6,98 > > 8.241 > 9.065 > 9.972 > 10.969 > 12.066 > Inspektorat
peningkatan sistem memperoleh
pengawasan maturitas SPIP
internal dan Level 3
pengendalian Level Kapabilitas Nilai 3DC 2+ 3
pelaksanaan APIP
kebijakan KDH
Persentase tindak % - -
lanjut pengaduan
masyarakat
Misi/Tujuan/ Indikator Satuan Kondisi Kinerja Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Kondisi
Sasaran/Program Kinerja Awal RPJMD Kinerja Perangkat
Kode Pembangunan (Tujuan/Impact/ 2020 2021 2022 2023 2024 pada Daerah
Daerah Outcome) Akhir Penanggung
2017 2018 2019 RP RP RP RP RP Periode -jawab
Target Target Target Target Target
(Juta) (Juta) (Juta) (Juta) (Juta) RPJMD
Persentase % n/a 42,37 > > > > > > >
penyelesaian
tindak lanjut hasil
pemeriksaan BPK
Program Penataan Rasio struktur % 89,93 89,93* > > 3.960 > 4.356 > 4.792 > 5.271 > 5.798 > Badan
dan Pengembangan jabatan dan Kepegawaian
Aparatur eselonering yang Daerah
terisi
Jumlah jabatan % 2,13 2,13 > > > > > > >
fungsional tertentu
yang terisi
Program Tingkat kinerja % n/a n/a > > 2.996 > 3.296 > 3.625 > 3.988 > 4.386 >
Pembinaan dan aparatur
Pelayanan Aparatur Tingkat kepuasan % n/a n/a >70 >75 >80 >80 >80 >80 >80
aparatur atas
pelayanan
kepegawaian
Program Persentase ASN % n/a 50,0 > > 5.000 > 5.500 > 6.050 > 6.655 > 7.321 > Badan
Peningkatan dan Lulus DiklatPIM Pengembangan
Pengembangan IV SDM
Kompetensi Persentase ASN % 30 91,0 > > > > > > >
Aparatur Lulus DiklatPIM
III
Persentase ASN % 5 35,0 > > > > > > >
Lulus DiklatPIM
II
Persentase ASN % n/a 2,5 > > > > > > >
(non Guru) yang
mengikuti Diklat
Teknis dan
Fungsional
Status Akreditasi Akreditasi B B > > > > > > >
Badan
Pengembangan
SDM (di Ibukota
Misi/Tujuan/ Indikator Satuan Kondisi Kinerja Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Kondisi
Sasaran/Program Kinerja Awal RPJMD Kinerja Perangkat
Kode Pembangunan (Tujuan/Impact/ 2020 2021 2022 2023 2024 pada Daerah
Daerah Outcome) Akhir Penanggung
2017 2018 2019 RP RP RP RP RP Periode -jawab
Target Target Target Target Target
(Juta) (Juta) (Juta) (Juta) (Juta) RPJMD
Provinsi)
Misi/Tujuan/ Indikator Satuan Kondisi Kinerja Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Kondisi
Sasaran/Program Kinerja Awal RPJMD Kinerja Perangkat
Kode Pembangunan (Tujuan/Impact/ 2020 2021 2022 2023 2024 pada Daerah
Daerah Outcome) Akhir Penanggung
2017 2018 2019 RP RP RP RP RP Periode -jawab
Target Target Target Target Target
(Juta) (Juta) (Juta) (Juta) (Juta) RPJMD
Persentase tender % 1,3 1,6 1,5 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0
pengadaan barang
dan jasa yang
disanggah
Persentase % 100 100 100 100 100 100 100 100 100
aparatur
bersertifikat
pengadaan barang
dan jasa
Program Penataan Persentase % 77 77 77 100 5.650 100 6.215 100 6.837 100 7.520 100 8.272 100 Biro Organisasi
Kelembagaan dan kelembagaan
Akuntabilitas Pemerintah
Kinerja Perangkat Daerah yang tepat
Daerah fungsi dan tepat
struktur
Tersedianya Ya/Tidak Tidak Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya
Laporan Kinerja
Instansi
Pemerintah
(LKjIP) sesuai
ketentuan dan
tepat waktu
Program Layanan Cakupan layanan % 100 100 100 100 2.254 100 2.479 100 2.727 100 3.000 100 3.300 100 Biro Protokol,
Keprotokolan keprotokolan yang Kerjasama dan
terfasilitasi Komunikasi
Program Cakupan publikasi % 100 100 100 100 3.590 100 3.949 100 4.344 100 4.778 100 5.256 100 Publik
Peningkatan media massa
Komunikasi dan kegiatan Pimpinan
Informasi serta Daerah
Penggunaan Media
Massa
Program Pelayanan Cakupan % 100 100 100 100 107.500 100 118.250 100 130.075 100 143.083 100 157.391 100 Semua OPD
Administrasi ketersediaan
Perkantoran dan layanan
Penyelenggaran administrasi
Pemerintahan perkantoran
Misi/Tujuan/ Indikator Satuan Kondisi Kinerja Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Kondisi
Sasaran/Program Kinerja Awal RPJMD Kinerja Perangkat
Kode Pembangunan (Tujuan/Impact/ 2020 2021 2022 2023 2024 pada Daerah
Daerah Outcome) Akhir Penanggung
2017 2018 2019 RP RP RP RP RP Periode -jawab
Target Target Target Target Target
(Juta) (Juta) (Juta) (Juta) (Juta) RPJMD
Berbasis Elektronik Cakupan % 4,65 16,28 32,55 38,04 43,53 - 49,02 - 54,51 - 60 - 60
penyelenggaraan
urusan
pemerintahan
berbasis elektronik
Program Cakupan % 100 100 100 100 81.000 100 82.100 100 94.415 100 108.577 100 124.864 100
Peningkatan Sarana ketersediaan dan
dan Prasarana kelayakan sarana
Aparatur dan prasarana
aparatur
Program Cakupan % 100 100 100 100 12.900 100 12.900 100 14.190 100 15.609 100 17.170 100
Peningkatan pemenuhan
Kapasitas Sumber dukungan
Daya Aparatur peningkatan
kapasitas sumber
daya aparatur
Program Cakupan % 100 100 100 100 4.300 100 4.730 100 5.203 100 5.723 100 6.296 100
Peningkatan pemenuhan
Pengembangan dukungan
Sistem Pelaporan peningkatan
Capaian Kinerja pengembangan
dan Keuangan sistem pelaporan
capaian kinerja
dan keuangan
Program Cakupan % n/a n/a 40,0 > 1.300 > 2.500 > 2.750 > 3.025 > 3.328 > Dinas Sosial
Perlindungan dan perlindungan dan
Jaminan Sosial jaminan sosial
korban bencana
Program Cakupan % 69,7 66,1 70,7 > 6.000 > 6.600 > 7.260 > 7.986 > 8.785 >
Rehabilitasi Sosial pemenuhan
pelayanan
rehabilitasi sosial
(dalam Panti)
Misi/Tujuan/ Indikator Satuan Kondisi Kinerja Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Kondisi
Sasaran/Program Kinerja Awal RPJMD Kinerja Perangkat
Kode Pembangunan (Tujuan/Impact/ 2020 2021 2022 2023 2024 pada Daerah
Daerah Outcome) Akhir Penanggung
2017 2018 2019 RP RP RP RP RP Periode -jawab
Target Target Target Target Target
(Juta) (Juta) (Juta) (Juta) (Juta) RPJMD
Sasaran 3: Indeks Indeks 70,31 70,31* >70 >70 >70 >70 >70 >70 >70
Meningkatnya Pemberdayaan
peran dan Gender (IDG)
pemberdayaan
perempuan serta
perlindungan anak
dalam
pembangunan
daerah
Program Tingkat partisipasi % 12,2 12,2* > > 2.000 > 2.200 > 2.420 > 2.662 > 2.928 > Dinas
Peningkatan perempuan di Pemberdayaan
Kualitas Hidup lembaga Perempuan &
Perempuan dan pemerintahan Perlindungan
Keluarga Tingkat Partisipasi % 46,36 49,79 > > > - > - > - > - > Anak
Angkatan Kerja
(TPAK)
Perempuan
Program Tingkat % 100 100 > > 2.080 > 2.288 > 2.517 > 2.768 > 3.045 >
Perlindungan penanganan kasus
Perempuan dan kekerasan
Khusus Anak perempuan dan
anak yang
dilaporkan
Persentase % 10 10 10 30 30 40 50 60 60
Kab/Kota layak
anak
Jumlah (Pendanaan) 2.026.170 1.840.695 2.058.533 2.281.859 2.497.269
BAB 7
KERANGKA PENDANAAAN PEMBANGUNAN
DAN PROGRAM PERANGKAT DAERAH
Bab ini memuat program prioritas dalam pencapaian visi dan misi serta seluruh
program yang dirumuskan dalam renstra Perangkat Daerah beserta indikator kinerja,
pagu indikatif target, Perangkat Daerah penanggung jawab berdasarkan bidang
urusan.
Tabel 7.1. Indikasi Rencana Program Prioritas yang disertai Kebutuhan Pendanaan Provinsi Maluku Utara Tahun 2019-2024
Bidang Indikator Kinerja Satuan Kondisi Kinerja Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Kondisi
Kode Urusan/Program (Outcome) Awal RPJMD Kinerja Perangkat
Pembangunan Daerah 2019 2020 2021 2022 2023 2024 pada Daerah
Akhir Penanggung-
2017 2018 Rp Rp Rp Rp Rp Periode jawab
2019 Target Target Target Target Target
(Juta) (Juta) (Juta) (Juta) (Juta) RPJMD
URUSAN WAJIB
Terkait Pelayanan
Dasar
Pendidikan
Program Pembinaan dan Persentase SMA % n/a n/a > > 103.658 > 114.024 > 125.426 > 144.240 > 158.664 > Dinas
Pengembangan Terakreditasi A di Pendidikan
Pendidikan SMA Wilayah Ibukota dan
Provinsi Kebudayaan
Angka Putus % 1,60 1,24 < < < < < < <
Sekolah SMA
Angka Kelulusan % 97,78 98,37 > > > > > > >
SMA
Rerata nilai UNBK Nilai 46,55 42,74 > > > > > > >
bidang Sains
SMA/sederajat
Program Pembinaan dan Tersedianya SMK Ya/Tida Tidak Tidak Tidak Tidak 77.060 Tidak 84.766 Ya 93.243 Ya 107.229 Ya 117.952 Ya
Pengembangan Unggulan di k
Pendidikan SMK Wilayah Ibukota
Provinsi
Angka Putus % 3,47 2,86 < < < < < < <
Sekolah SMK
Angka Kelulusan % 87,43 95,29 > > > > > > >
SMK
Persentase SMK % n/a n/a > > > > > > >
yang bekerjasama
dengan industri
Program Pembinaan Perkembangan Unit 16 19 >19 >19 4.354 >19 7.000 >19 7.700 >19 8.855 >19 9.741 >19
Pendidikan Khusus Layanan Pendidikan
Luar Biasa
Program Pembinaan dan Persentase Guru % n/a 28,7 > > 2.725 > 2.998 > 3.297 > 3.627 > 3.990 >
Pengembangan Pendidik SMA Tersertifikasi
Bidang Indikator Kinerja Satuan Kondisi Kinerja Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Kondisi
Kode Urusan/Program (Outcome) Awal RPJMD Kinerja Perangkat
Pembangunan Daerah 2019 2020 2021 2022 2023 2024 pada Daerah
Akhir Penanggung-
2017 2018 Rp Rp Rp Rp Rp Periode jawab
2019 Target Target Target Target Target
(Juta) (Juta) (Juta) (Juta) (Juta) RPJMD
dan Tenaga Persentase Guru % n/a 21,7 > > > > > > >
Kependidikan SMK Tersertifikasi
Program Optimalisasi APS SMA/sederajat % 76,06 76,36 > > 10.470 > 12.041 > 13.847 > 15.924 > 18.312 >
Manajemen Layanan
APK SMA/sederajat % n/a 88,04 > > > > > > >
Pendidikan
APM % 60,37 63,88 > > > > > > >
SMA/sederajat
Persentase SMA % 14,02 15,58 > > > > > > >
Terakreditasi A
Persentase SMK % 4,83 7,50 > > > > > > >
Terakreditasi A
Perolehan medali Keping - - - 1 1 1 1 1 5
pada Olimpiade
Sains Nasional
(semua jenjang
pendidikan)
Program Fasilitasi Angka Partisipasi % 31,10 31,36 > > 100.000 > 100.000 > 100.000 > 100.000 > 100.000 >
Pengembangan Perguruan Tinggi
Pendidikan Tinggi Persentase % 6,81 11,08 > > > > > > >
penduduk
berkualifikasi
pendidikan minimal
S1
Kesehatan
Program Peningkatan Persentase Posyandu % - 45,33 > > 7.842 > 8.783 > 9.837 > 11.017 > 12.340 > Dinas
dan Pengembangan Aktif Kesehatan/
Upaya Kesehatan Prevalensi Balita % 0,41 0,39 < < < < < < < RSUD/RSJ
Masyarakat Stunting
Persentase Balita % 0,41 0,39 < < < < < < <
Gizi Buruk
Persentase % 21,19 28,14 > > > > > > >
Desa/Kelurahan
menyelenggarakan
STBM
Bidang Indikator Kinerja Satuan Kondisi Kinerja Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Kondisi
Kode Urusan/Program (Outcome) Awal RPJMD Kinerja Perangkat
Pembangunan Daerah 2019 2020 2021 2022 2023 2024 pada Daerah
Akhir Penanggung-
2017 2018 Rp Rp Rp Rp Rp Periode jawab
2019 Target Target Target Target Target
(Juta) (Juta) (Juta) (Juta) (Juta) RPJMD
Program Pencegahan Persentase % 20 30 > > 8.870 > 9.757 > 10.733 > 11.806 > 12.987 >
dan Pengendalian Kabupaten/Kota
Penyakit mencapai 80%
imunisasi dasar
lengkap
Angka kesakitan % 11,27 12,21 < < < < < < <
penduduk
Program Standarisasi Persentase % n/a 41,04 > > 182.951 > 32.951 > 36.905 > 40.596 > 44.655 >
dan Inovasi Pelayanan Puskesmas
Kesehatan memberikan
pelayanan sesuai
standar
Status Akreditasi Tipe n/a B B B B B B B B
Rumah Sakit
Rujukan Provinsi
(RSUD Chasan
Boesoeiri)
Status Akreditasi Tipe n/a n/a n/a D C C C B B
Rumah Sakit
Rujukan Provinsi
(RSUD Sofifi)
Status Akreditasi Tipe n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a C C
Rumah Sakit Jiwa
Provinsi (Sofifi)
Program Peningkatan Rasio dokter per Rasio 1:4463 1:4002 < < 8.509 < 9.360 < 10.296 < 11.325 < 12.458 <
dan Pengembangan satuan penduduk
Sumber Daya Kesehatan Rasio tenaga Rasio 1:359 1:224 < < < < < < <
kesehatan per satuan
penduduk
Cakupan % 100 100 100 100 < 100 100 100 100
pemenuhan
ketersediaan obat
dan perbekalan
kesehatan
Bidang Indikator Kinerja Satuan Kondisi Kinerja Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Kondisi
Kode Urusan/Program (Outcome) Awal RPJMD Kinerja Perangkat
Pembangunan Daerah 2019 2020 2021 2022 2023 2024 pada Daerah
Akhir Penanggung-
2017 2018 Rp Rp Rp Rp Rp Periode jawab
2019 Target Target Target Target Target
(Juta) (Juta) (Juta) (Juta) (Juta) RPJMD
Program Jaminan Cakupan jaminan % n/a 70,3 > > 20.132 > 22.145 > 25.467 > 50.000 > 57.500 >
Kesehatan Masyarakat kesehatan
universal/universal
health coverage
(UHC)
Cakupan pelayanan % 100 100 100 100 100 100 100 100 100
kesehatan bagi
penduduk
terdampak krisis
kesehatan akibat
bencana dan/atau
berpotensi bencana
provinsi
Cakupan pelayanan % 100 100 100 100 100 100 100 100 100
kesehatan bagi
penduduk pada
kondisi kejadian luar
biasa provinsi
Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang
Program Peningkatan/ Proporsi panjang % 22 27 > > 554.352 > 250.000 > 275.000 > 316.250 > 347.875 >
Pembangunan jaringan jalan
Rehabilitasi/ provinsi dalam
Pemeliharaan Jalan dan kondisi mantap
Jembatan Pembangunan jalan Km n/a n/a > > > > > > >
pendukung dari/ke
sentra produksi
Program Pengembangan Proporsi areal irigasi % 43 43* 45 46 56.257 47 61.883 48 68.071 49 74.878 50 82.366 50 Dinas
Sumber Daya Air fungsional Pekerjaan
Umum dan
Program PLP, Persentase Rumah % n/a 96,50 97,0867 97,6693 73.950 98,25 85.043 98,8346 97.799 99,42 112.469 100,00 129.339 100 Penataan
Pengembangan Air Tangga terakses air 0319 626 813 Ruang
Minum dan Penataan minum layak
Bangunan Gedung (kawasan ibukota
provinsi)
Bidang Indikator Kinerja Satuan Kondisi Kinerja Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Kondisi
Kode Urusan/Program (Outcome) Awal RPJMD Kinerja Perangkat
Pembangunan Daerah 2019 2020 2021 2022 2023 2024 pada Daerah
Akhir Penanggung-
2017 2018 Rp Rp Rp Rp Rp Periode jawab
2019 Target Target Target Target Target
(Juta) (Juta) (Juta) (Juta) (Juta) RPJMD
Persentase Rumah % 65,73 69,17 71,46 73,76 76,05 78,34 80,64 82,93 82,93
Tangga terakses air
minum layak
Cakupan Rumah % n/a 97,63 98,02 98,41 98,81 99,20 99,60 100,00 100
Tangga terakses
sanitasi layak
(kawasan ibukota
provinsi)
Persentase Rumah % 66,18 66,96 69,19 71,42 73,65 75,87 78,10 80,33 80,33
Tangga terakses
sanitasi layak
Program Pembinaan Jasa Persentase tenaga % 31,8 41,6 > > 3.000 > 3.300 > 3.630 > 3.993 > 4.392 >
Konstruksi ahli konstruksi
bersertifikat
Persentase % n/a 9,1 > > > > > > >
kabupaten/kota
menerapkan
SIPJAKI (aktif)
termasuk tingkat
provinsi
Program Rasio ketaatan % 68 69 > > 10.000 > 3.000 > 3.300 > 3.630 > 3.993 >
Penyelenggaraan terhadap RTRW
Penataan Ruang Persentase % - - - 20 40 60 80 100 100
kabupaten/kota telah
menyusun RDTR
Perumahan dan
Kawasan Permukiman
Program Penyediaan Persentase Rumah Unit 86,83 83,87 84,86 85,84 21.500 86,83 24.725 87,82 28.434 88,80 32.699 89,79 37.604 89,79 Dinas
Perumahan Tangga dengan Perumahan &
kepemilikan rumah Kawasan
Milik Sendiri Permukiman
Program Peningkatan Persentase Rumah % 91,36 92,18 92,59 93,00 14.700 93,41 16.170 93,82 17.787 94,23 19.566 94,64 21.522 94,64
Kualitas Perumahan Tinggal Layak Huni
Bidang Indikator Kinerja Satuan Kondisi Kinerja Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Kondisi
Kode Urusan/Program (Outcome) Awal RPJMD Kinerja Perangkat
Pembangunan Daerah 2019 2020 2021 2022 2023 2024 pada Daerah
Akhir Penanggung-
2017 2018 Rp Rp Rp Rp Rp Periode jawab
2019 Target Target Target Target Target
(Juta) (Juta) (Juta) (Juta) (Juta) RPJMD
Program Peningkatan Persentase % n/a n/a < < 73.850 < 81.235 < 100.000 < 110.000 < 121.000 <
Kualitas Kawasan lingkungan
Permukiman permukiman kumuh
(kawasan ibukota
provinsi)
Luas Ha 558,61 558,61* < < < < < < <
kawasan/lingkungan
pemukiman kumuh
Ketenteraman,
Ketertiban &
Perlindungan
Masyarakat
Program Pemeliharaan Indeks Indeks 15,22 15,22* < < 5.844 < 6.428 < 7.071 < 7.778 < 8.556 < Satpol PP
Keamanan, Ketertiban demonstrasi/mogok
Umum dan yang bersifat
Ketenteraman kekerasan (sub
Masyarakat Komponen IDI)
Program Penegakan Jumlah kasus Kasus n/a n/a < < 500 < 550 < 605 < 666 < 732 <
Peraturan Daerah dan pelanggaran
Peraturan Gubernur Perda/Pergub yang
ditindaklanjuti
Program Tersedianya peta Ya/Tida Tidak Tidak Tidak Ya 6.000 Ya 6.600 Ya 7.260 Ya 10.000 Ya 11.000 Ya
Penyelenggaraan pecegahan dan k
Pelayanan Kebakaran penanganan rawan
kebakaran
Tersedianya sarana Ya/Tida Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Ya Ya Ya Ya
dan prasarana k
penanggulangan
kebakaran (di
Ibukota Provinsi)
Program Pencegahan Cakupan % 9,41 9,41* > > 1.450 > 4.000 > 4.400 > 4.840 > 5.324 > BPBD
dan Kesiapsiagaan desa/kelurahan
Bencana dengan
antisipasi/mitigasi
bencana
Bidang Indikator Kinerja Satuan Kondisi Kinerja Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Kondisi
Kode Urusan/Program (Outcome) Awal RPJMD Kinerja Perangkat
Pembangunan Daerah 2019 2020 2021 2022 2023 2024 pada Daerah
Akhir Penanggung-
2017 2018 Rp Rp Rp Rp Rp Periode jawab
2019 Target Target Target Target Target
(Juta) (Juta) (Juta) (Juta) (Juta) RPJMD
Program Kedaruratan Cakupan % n/a n/a > > 1.500 > 2.650 > 2.915 > 3.207 > 3.527 >
dan Logistik Bencana pemenuhan
kedaruratan dan
logistik bencana
Program Rehabilitasi Cakupan wilayah % n/a n/a > > 2.950 > 3.245 > 10.000 > 11.000 > 12.100 >
dan Rekonstruksi Pasca bencana yang
Bencana direhabilitasi dan
direkonstruksi
Sosial
Program Perlindungan Cakupan % n/a n/a 40,0 > 1.300 > 2.500 > 2.750 > 3.025 > 3.328 > Dinas Sosial
dan Jaminan Sosial perlindungan dan
jaminan sosial
korban bencana
Program Rehabilitasi Cakupan % 69,7 66,1 70,7 > 6.000 > 6.600 > 7.260 > 7.986 > 8.785 >
Sosial pemenuhan
pelayanan
rehabilitasi sosial
(dalam Panti)
Program Pemberdayaan Cakupan Orang 1.677 1.677 1.707 > 1.250 > 4.000 > 4.400 > 4.840 > 5.324 >
Sosial pemberdayaan
PSKS
Lembag 9 10 10 > > > > >
a
Program Penanganan Cakupan fakir % 400 1.150 1.650 > 1.652 > 1.817 > 1.999 > 2.199 > 2.419 >
Fakir Miskin miskin perkotaan
dan perdesaan
memperoleh
fasilitasi untuk
berusaha
Tidak Terkait
Pelayanan Dasar
Tenaga Kerja
Program Pelatihan dan Tingkat Partisipasi % 63,65 65,31 > > 3.684 > 10.000 > 11.000 > 12.100 > 13.310 > Dinas Tenaga
Penempatan Tenaga Angkatan Kerja Kerja dan
Bidang Indikator Kinerja Satuan Kondisi Kinerja Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Kondisi
Kode Urusan/Program (Outcome) Awal RPJMD Kinerja Perangkat
Pembangunan Daerah 2019 2020 2021 2022 2023 2024 pada Daerah
Akhir Penanggung-
2017 2018 Rp Rp Rp Rp Rp Periode jawab
2019 Target Target Target Target Target
(Juta) (Juta) (Juta) (Juta) (Juta) RPJMD
Kerja (TPAK) Transmigrasi
Program Hubungan Persentase kasus % 83,08 83,08* > > 1.241 > 1.427 > 1.641 > 1.887 > 2.171 >
Industrial dan sengketa pekerja-
Pengawasan pengusaha yang
diselesaikan dengan
Perjanjian Bersama
(PB)
Pemberdayaan
Perempuan &
Perlindungan Anak
Program Peningkatan Tingkat partisipasi % 12,2 12,2* > > 2.000 > 2.200 > 2.420 > 2.662 > 2.928 > Dinas
Kualitas Hidup perempuan di Pemberdayaan
Perempuan dan Keluarga lembaga Perempuan &
pemerintahan Perlindungan
Tingkat Partisipasi % 46,36 49,79 > > > - > - > - > - > Anak
Angkatan Kerja
(TPAK) Perempuan
Program Perlindungan Tingkat penanganan % 100 100 > > 2.080 > 2.288 > 2.517 > 2.768 > 3.045 >
Perempuan dan Khusus kasus kekerasan
Anak perempuan dan anak
yang dilaporkan
Persentase Kab/Kota % 10 10 10 30 30 40 50 60 60
layak anak
Pangan
Program Penanganan Persentase % n/a 62,61 59,13 55,65 1.450 52,17 1.595 48,70 1.755 45,22 50 49,74 Dinas Pangan
Daerah Rawan Pangan Kecamatan Rawan
Pangan
Program Pendistribusian Pembangunan Pusat Unit n/a n/a - - 2.250 - 20.000 - 22.000 1 24.200 - 10.000 1
dan Pencadangan Cadangan Pangan
Pangan Provinsi (di Ibukota
Provinsi)
Bidang Indikator Kinerja Satuan Kondisi Kinerja Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Kondisi
Kode Urusan/Program (Outcome) Awal RPJMD Kinerja Perangkat
Pembangunan Daerah 2019 2020 2021 2022 2023 2024 pada Daerah
Akhir Penanggung-
2017 2018 Rp Rp Rp Rp Rp Periode jawab
2019 Target Target Target Target Target
(Juta) (Juta) (Juta) (Juta) (Juta) RPJMD
Persentase % 50 50 50 60 70 80 90 100 100
kabupaten/kota
mempunyai pusat
cadangan pangan
Tingkat kestabilan % 100 100 100 100 100 100 100 100 100
pasokan pangan (5-
40% penurunan
pasokan)
Tingkat kestabilan % <25 <25 <25 <25 <25 <25 <25 <25 <25
harga pangan
(<25% harga
normal)
Program Ketersediaan energi Kkal/Ka 2.000 2.100 2200 2200 1.814 2200 5.000 2200 5.500 2200 6.050 2200 6.655 2200
Penganekaragaman perkapita p/hr
Konsumsi dan
Keamanan Pangan Ketersediaan protein Kkal/Ka 52,0 55,0 57,0 57,0 57,0 57,0 57,0 57,0 57,0
perkapita p/hr
Pertanahan
Program Luas lahan yang Ha 230,77 230,77 > > 29.350 > 30.000 > 33.000 > 36.300 > 39.930 > Dinas
Penyelenggaraan tersedia bagi Perumahan &
Pertanahan pembangunan untuk Kawasan
kepentingan umum Permukiman
(kumulatif)
Lingkungan Hidup
Program Pengembangan Tersedianya Ya/Tida Tidak Tidak Tidak Ya 3.900 Ya 5.000 Ya 6.000 Ya 7.200 Ya 8.640 Ya Dinas
Kinerja Pengelolaan Fasilitas Pengolahan k Lingkungan
Persampahan dan Sampah Terpadu Hidup
Limbah Regional (wilayah
ibukota Provinsi)
Program Penataan dan Tersedianya Ya/Tida Ya Ya Ya Ya 2.650 Ya 2.915 Ya 3.207 Ya 3.527 Ya 3.880 Ya
Penaatan Perlindungan dokumen KLHS k
dan Pengelolaan Provinsi
Lingkungan Hidup Terselenggaranya Ya/Tida Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya
KLHS untuk K/R/P k
Bidang Indikator Kinerja Satuan Kondisi Kinerja Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Kondisi
Kode Urusan/Program (Outcome) Awal RPJMD Kinerja Perangkat
Pembangunan Daerah 2019 2020 2021 2022 2023 2024 pada Daerah
Akhir Penanggung-
2017 2018 Rp Rp Rp Rp Rp Periode jawab
2019 Target Target Target Target Target
(Juta) (Juta) (Juta) (Juta) (Juta) RPJMD
tingkat daerah
provinsi
Program Pengendalian Indeks Kualitas Air Indeks 63,64 63,64* 60-65 60-65 1.450 60-65 1.595 60-65 1.755 60-65 1.930 60-65 2.123 60-65
Pencemaran dan
Indeks Kualitas Indeks 96,00 96,00* 95-97 95-97 95-97 95-97 95-97 95-97 95-97
Perusakan Lingkungan
Udara
Hidup
Indeks Kualitas Indeks 66,65 66,65* 62-67 62-67 62-67 62-67 62-67 62-67 62-67
Tutupan Lahan
Program Perlindungan Volume pencurian M3 31,27 729,73 400 300 1.000 250 1.100 200 1.210 150 1.331 50 1.464 50
Pengamanan Hutan hasil hutan kayu
Administrasi
Kependudukan &
Catatan Sipil
Program Fasilitasi Persentase % 82,0 82,0* > > 2.880 > 3.168 > 3.485 > 3.833 > 4.217 > Administrasi
Peningkatan Layanan penduduk memiliki Kependuduka
Administrasi dokumen legal n dan Catatan
Kependudukan dan kependudukan Sipil
Pencatatan Sipil sesuai peraturan per-
UU-an
Tersedianya layanan Ya/Tida Tidak Tidak Tidak Ya
data kependudukan k
secara online
Pemberdayaan
Masyarakat dan Desa
Program Pembinaan Persentase Desa % 58,5 58,5* > > 1.700 > 1.870 > 2.057 > 2.263 > 2.489 > Dinas
Pemerintahan dan menyusun Profil Pemberdayaan
Kelembagaan Desa Desa Masyarakat
Program Pemberdayaan Persentase Desa % 12,6 25,8 > > 5.170 > 5.687 > 6.256 > 6.881 > 7.569 > dan Desa
Masyarakat Desa memiliki BUMDes
Pengendalian
Penduduk dan
Keluarga Berencana
Bidang Indikator Kinerja Satuan Kondisi Kinerja Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Kondisi
Kode Urusan/Program (Outcome) Awal RPJMD Kinerja Perangkat
Pembangunan Daerah 2019 2020 2021 2022 2023 2024 pada Daerah
Akhir Penanggung-
2017 2018 Rp Rp Rp Rp Rp Periode jawab
2019 Target Target Target Target Target
(Juta) (Juta) (Juta) (Juta) (Juta) RPJMD
Program Pengendalian Laju pertumbuhan % 1,98 1,93 1,9-2,1 1,9-2,1 850 1,9-2,1 978 1,9-2,1 1.075 1,9-2,1 1.183 1,9-2,1 1.301 1,9-2,1 Dinas PP &
Penduduk dan Keluarga penduduk PA
Berencana Total Fertility Rate Angka 2,9 2,7 2,7-3 2,7-3 2,7-3 2,7-3 2,7-3 2,7-3 2,7-3
Perhubungan
Program Tersedianya Ya/Tida Tidak Tidak Tidak Tidak 1.000 Tidak 10.000 Ya 11.000 Ya 12.100 Ya 13.310 Ya Dinas
Penyelenggaraan Lalu Terminal angkutan k Perhubungan
Lintas dan Angkutan darat tipe B
Jalan (wilayah ibukota
Provinsi)
Perkembangan % 2,36 2,36* 2,43 2,49 2,56 2,63 2,69 2,76 2,76
kontribusi PDRB
sub sektor angkutan
darat
Program Pengembangan Perkembangan % 1,80 1,80* 1,87 1,93 11.756 2,00 12.932 2,07 14.225 2,13 15.647 2,20 17.212 2,20
Sarana dan Prasarana kontribusi PDRB
Perhubungan sub sektor angkutan
laut
Perkembangan % 0,40 0,40* 0,47 0,53 0,60 0,67 0,73 0,80 0,80
kontribusi PDRB
sub sektor angkutan
sungai dan
penyeberangan
Perkembangan % 1,88 1,88* 1,95 2,01 2,08 2,15 2,21 2,28 2,28
kontribusi PDRB
sub sektor angkutan
udara
Program Perkembangan arus Orang 1.260.1 1.260.1 > > 1.250 > 8.000 > 8.800 > 9.680 > 10.648 >
Penyelenggaraan penumpang melalui 22 22*
Pelayaran dermaga
Perkembangan arus Ton 7.462.9 7.462.9 > > > > > > >
barang melalui 30 30*
dermaga
Komunikasi dan
Informatika
Bidang Indikator Kinerja Satuan Kondisi Kinerja Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Kondisi
Kode Urusan/Program (Outcome) Awal RPJMD Kinerja Perangkat
Pembangunan Daerah 2019 2020 2021 2022 2023 2024 pada Daerah
Akhir Penanggung-
2017 2018 Rp Rp Rp Rp Rp Periode jawab
2019 Target Target Target Target Target
(Juta) (Juta) (Juta) (Juta) (Juta) RPJMD
Program Fasilitasi Persentase % 61,88 65,02 68,16 71,30 4.900 74,44 5.390 77,58 5.929 80,72 6.522 83,86 7.174 83,86 Dinas
Pengembangan penduduk Komunikasi,
Infrastruktur Teknologi menggunakan Informatika
Informasi dan telepon dan Persandian
Komunikasi seluler/nirkabel
Persentase % 18,8 25,8 30,6 35,7 41,5 48,0 55,3 63,5 63,51
penduduk
mengakses internet
Program Pengelolaan Persentase OPD % - 4,65 4,65 16,28 3.260 32,56 3.586 48,84 3.945 65,12 4.339 81,40 4.773 81,40
Informasi, Komunikasi menyebarluaskan
Publik dan Aplikasi informasi publik
Informasi melalui website
Pemerintah Daerah
Persentase % n/a n/a n/a 10 20 40 70 100 100
Kabupaten/Kota
terhubung dengan
Pusat TIK Terpadu
Provinsi
Koperasi, Usaha Kecil,
dan Menengah
Program Perizinan, Persentase Koperasi % 12,00 15,00 > > 1.200 > 1.320 > 1.452 > 1.597 > 1.757 > Dinas
Kelembagaan dan Sehat Koperasi
Pengawasan Koperasi Persentase Koperasi % 47,26 51,00 > > > > > > > UKM
dan UKM Aktif
Program Pemberdayaan Volume usaha Rp. 191,13 190,57 190,57 210,24 5.122 > 5.634 > 6.198 > 6.817 > 7.499 >
Koperasi Koperasi Milyar
Program Pemberdayaan Jumlah usaha skala Unit 75 85 85 95 3.850 > 4.235 > 4.659 > 5.124 > 5.637 >
Usaha Kecil mikro menjadi usaha
kecil
Penanaman Modal
Program Pengembangan, Perkembangan Juta US$ 228,10 362,79 >20 >100 1.055 >100 2.500 >100 2.750 >100 3.025 >100 3.328 >100 Dinas
Promosi dan Kerjasama realisasi investasi PMPTSP
Investasi PMA
Bidang Indikator Kinerja Satuan Kondisi Kinerja Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Kondisi
Kode Urusan/Program (Outcome) Awal RPJMD Kinerja Perangkat
Pembangunan Daerah 2019 2020 2021 2022 2023 2024 pada Daerah
Akhir Penanggung-
2017 2018 Rp Rp Rp Rp Rp Periode jawab
2019 Target Target Target Target Target
(Juta) (Juta) (Juta) (Juta) (Juta) RPJMD
Perkembangan Rp. 1,151 2,276 >5 >1,000 >1,000 >1,000 >1,000 >1,000 >1,000
realisasi investasi Trilyun
PMDN
Program Peningkatan Persentase Jenis % >95 >95 >95 >95 2.175 >95 3.000 >95 3.300 >95 3.630 >95 3.993 >95
Kualitas Pelayanan Layanan Perizinan
Terpadu Satu Pintu dan Non Perizinan
yang telah
diterapkan secara
online
Program Pengawasan Persentase pelaku % 40 60 >60 >60 765 >60 842 >60 926 >60 1.018 >60 1.120 >60
dan Layanan Pengaduan usaha yang taat
Perizinan Pelaporan
Persentase % 55 75 >75 >75 >75 >75 >75 >75 >75
pengaduan perizinan
yang ditindaklanjuti
dan diselesaikan
Kepemudaan dan
Olahraga
Program Peningkatan Persentase pemuda % 7,22 6,18 5,92 5,66 2.550 5,40 4.000 5,14 4.400 4,88 4.840 4,62 5.324 4,62 Dinas Pemuda
Peran Serta Kepemudaan tanpa aktifitas & Olahraga
produktif
(pengangguran)
Tingkat Partisipasi % 53,64 56,48 57,90 59,32 60,74 62,16 63,58 65,0 65,0
Angkatan Kerja
(TPAK) Pemuda
Program Pembudayaan Tingkat Kegiatan n/a n/a > > 1.250 > 7.500 > 8.250 > 9.075 > 9.983 >
Olahraga perkembangan
kegiatan
keolahragaan yang
diinisiasi
masyarakat
Program Peningkatan Perolehan medali Keping 5 n/a 6 n/a 8.733 7 9.606 n/a 10.567 9 14.794 n/a 16.273 22
Prestasi Olahraga pada kompetisi
olahraga multi event
pelajar tingkat
Bidang Indikator Kinerja Satuan Kondisi Kinerja Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Kondisi
Kode Urusan/Program (Outcome) Awal RPJMD Kinerja Perangkat
Pembangunan Daerah 2019 2020 2021 2022 2023 2024 pada Daerah
Akhir Penanggung-
2017 2018 Rp Rp Rp Rp Rp Periode jawab
2019 Target Target Target Target Target
(Juta) (Juta) (Juta) (Juta) (Juta) RPJMD
nasional (POPNAS)
Bidang Indikator Kinerja Satuan Kondisi Kinerja Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Kondisi
Kode Urusan/Program (Outcome) Awal RPJMD Kinerja Perangkat
Pembangunan Daerah 2019 2020 2021 2022 2023 2024 pada Daerah
Akhir Penanggung-
2017 2018 Rp Rp Rp Rp Rp Periode jawab
2019 Target Target Target Target Target
(Juta) (Juta) (Juta) (Juta) (Juta) RPJMD
Literasi Masyarakat Perpustakaan Perpustakaan
Terakreditasi
Kearsipan
Program Pembinaan, Persentase OPD % 100 100 100 100 2.158 100 2.374 100 2.611 100 2.872 100 3.160 100 Dinas
Pengelolaan dan mengelola arsip Kearsipan dan
Pengawasan Kearsipan secara baku Perpustakaan
Status Akreditasi Akredita n/a n/a > Cukup > > > > >
Penyelenggaraan si
Kearsipan
URUSAN PILIHAN
Kelautan dan
Perikanan
Program Pengelolaan Jumlah Produksi Ton 254.877 286.629 > 356.270 26.200 356.375 28.820 356.400 31.702 356.520 34.872 356.570 38.359 356.570 Dinas
Perikanan Tangkap Perikanan Tangkap Kelautan &
Perikanan
Nilai Tukar Nelayan Nilai 104,10 107,77 > 104,50 104,60 104,70 104,80 104,90 104,90
(NTN)
Program Pengelolaan Produksi Perikanan Ton 207.040 105.856 > 207.040 5.400 > 5.940 207.240 6.534 207.340 7.187 207.440 7.906 207.440
Perikanan Budidaya Budidaya
Nilai Tukar Nilai 104,47 105,11 > 104,50 207.140 104,70 104,80 104,90 104,90
Pembudidaya Ikan
(NTPi)
Program Peningkatan Nilai ekspor US$ 313.170 1.688.3 > 1.000.0 5.235 104,60 8.000 3.000.0 8.800 4.000.0 9.680 5.000.0 10.648 5.000.000
Daya Saing Produk perikanan 06 00 00 00 00
Kelautan dan Perikanan Nilai Konsumsi Ikan Kg/kapit 57,46 64,95 > 52,20 2.000.0 52,40 52,50 52,60 52,60
a/th 00
Volume produk Ton 25.292 21.260 > 20.100 52,30 20.300 20.400 20.500 20.500
olahan perikanan
Program Pengawasan Cakupan % 20 35 > 45 3.000 50 3.300 55 3.630 60 3.993 65 4.392 65
Sumber Daya Kelautan pengawasan wilayah
dan Perikanan laut sampai 12 mil
dari IUU fishing dan
kegiatan yang
merusak
Bidang Indikator Kinerja Satuan Kondisi Kinerja Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Kondisi
Kode Urusan/Program (Outcome) Awal RPJMD Kinerja Perangkat
Pembangunan Daerah 2019 2020 2021 2022 2023 2024 pada Daerah
Akhir Penanggung-
2017 2018 Rp Rp Rp Rp Rp Periode jawab
2019 Target Target Target Target Target
(Juta) (Juta) (Juta) (Juta) (Juta) RPJMD
sumberdaya
kelautan
Program Pengelolaan Luas kawasan Ha 17.408 225.950 > 40000 2.000 60000 2.200 70000 2.420 80000 2.662 90000 2.928 90000
Ruang Laut konservasi
Pariwisata
Program Pengembangan Jumlah destinasi Obyek n/a n/a > > 18.611 > 20.472 > 22.519 > 24.771 > 27.248 > Dinas
Destinasi Wisata wisata yang Pariwisata
dikelola/dioperasika
n oleh
masyarakat/swasta
(kumulatif)
Perkembangan % 0,46 0,44 0,88 1,31 1,73 2,15 2,57 3,00 3,0
kontribusi PDRB
sektor pariwisata
Program Pemasaran Kunjungan Orang 795 824 1.030 1.545 2.140 2.318 5.000 3.476 5.500 5.214 6.050 7.822 6.655 7.822
Pariwisata wisatawan
mancanegara
Rata-rata lama Hari 3,38 3,49 >3,5 >3,5 >3,5 >3,5 >3,5 >3,5 >3,5
kunjungan
wisatawan
Program Pengembangan Jumlah Usaha 18.516* 18.516* > > 2.850 > 20.000 > 22.000 > 24.200 > 26.620 >
Ekonomi Kreatif usaha/perusahaan
ekonomi kreatif
Pertanian
Program Peningkatan Produksi Tanaman Ton 277.699 356.848 > 374.690 10.075 393.425 11.083 413.096 12.191 433.751 13.410 455.439 14.751 455.439 Dinas
Produksi Pertanian Pangan Pertanian
NTP Tanaman Nilai 101,21 98,62 > 98,72 98,77 98,82 98,87 98,92 98,92
Pangan
Produksi Tanaman Ton 5.392 11.798 > 12.388 13.007 13.658 14.341 15.058 15.058
Hortikultura
Bidang Indikator Kinerja Satuan Kondisi Kinerja Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Kondisi
Kode Urusan/Program (Outcome) Awal RPJMD Kinerja Perangkat
Pembangunan Daerah 2019 2020 2021 2022 2023 2024 pada Daerah
Akhir Penanggung-
2017 2018 Rp Rp Rp Rp Rp Periode jawab
2019 Target Target Target Target Target
(Juta) (Juta) (Juta) (Juta) (Juta) RPJMD
NTP Tanaman NIlai 109,01 103,85 > 103,95 104,00 104,05 104,10 104,15 104,15
Hortikultura
Produksi Tanaman Ton 250.529 259.964 > 272.962 286.610 300.941 315.988 331.787 331.787
Perkebunan
NTP Tanaman NIlai 94,56 84,15 > 84,25 88,46 92,89 97,53 102,41 102,41
Perkebunan
Program Peningkatan Produksi Peternakan Ton 3.982 3.531 > 3.708 8.866 3.893 9.309 4.088 10.240 4.292 11.264 4.507 12.391 4.507
Produksi Peternakan
NTP Peternakan NIlai 107,41 110,40 > 110,50 110,55 110,60 110,65 110,70 110,70
Populasi Ternak Ekor 117.328 133.237 > 142.564 152.543 163.221 174.647 186.872 186.872
Sapi
Program Pengolahan dan Nilai ekspor US$ 1.600 1.892.9 > 1.987.5 2.350 2.086.9 2.585 2.191.3 10.000 2.300.8 11.000 2.415.9 12.100 >
Pemasaran Hasil pertanian 32 79 58 05 71 14
Pertanian
Program Penyuluhan Kelompok Tani Kelomp 2.738 4.282 > 4.496 1.500 4.721 1.650 4.957 3.000 5.205 3.300 5.465 3.630 >
Pertanian yang meningkat ok
kapasitasnya
(kumulatif)
Kehutanan
Program Pemanfaatan Nilai PNBP sektor Rp. 45,166 44,182 44,726 44,953 21.829 20.200 22.920 45,360 25.212 45,628 27.734 45,909 30.507 45,909 Dinas
dan Pengolahan Hasil kehutanan Milyar Kehutanan
Hutan
Program Pencegahan Jumlah titik api Titik 11 60 30 25 1.000 20 1.100 19 1.210 17 1.331 10 1.464 10 Dinas
dan Penanggulangan terdeteksi Kehutanan
Kebakaran Hutan dan
Lahan
Program Perencanaan Persentase KPH % 25,0 37,5 62,5 75,0 675 87,5 743 100,0 817 100,0 898 100,0 988 100,0
dan Penataan Kawasan memiliki dokumen
Hutan perencanaan
(RPHJP)
Program Pengembangan Jumlah bibit Bibit - - - 100.000 1.000 100.000 1.100 100.000 1.210 100.000 1.331 100.000 1.464 504.641
Perbenihan tanaman hutan yang
tersedia
Bidang Indikator Kinerja Satuan Kondisi Kinerja Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Kondisi
Kode Urusan/Program (Outcome) Awal RPJMD Kinerja Perangkat
Pembangunan Daerah 2019 2020 2021 2022 2023 2024 pada Daerah
Akhir Penanggung-
2017 2018 Rp Rp Rp Rp Rp Periode jawab
2019 Target Target Target Target Target
(Juta) (Juta) (Juta) (Juta) (Juta) RPJMD
Program Penyuluhan Jumlah fasilitasi Kelomp 4 7 24 24 390 30 429 35 472 35 519 35 571 159
penyuluhan kepada ok
Kelompok Tani
Hutan (KTH)
Program Pemberdayaan Jumlah Kelompok Kelomp 19 42 68 70 310 75 2.500 75 2.875 80 3.306 80 3.802 80
Masyarakat Setempat Tani Hutan (KTH) ok
dalam Kegiatan yang dibina
Rehabilitasi Hutan dan
Lahan
Program Rehabilitasi Luasan lahan kritis Ha 1.500 400 280 280 4.000 400 4.400 400 4.840 400 5.324 400 5.856 20.724
Hutan dan Lahan yang yang direhabilitasi
meliputi Perencanaan,
Pelaksanaan, Monitoring
dan Evaluasi
Energi dan Sumber
Daya Mineral
Program Persentase bauran % 0,96 0,96* 0,96 0,96 1.300 >1 2.000 >1 2.200 >1 2.420 >1 2.662 >1 Dinas ESDM
Penyelenggaraan Energi energi baru
Baru Terbarukan terbarukan
Program Kapasitas terpasang MW 124,38 124,38* > > 8.650 > 9.515 > 10.467 > 11.513 > 12.664 >
Penyelenggaraan pembangkit listrik
Ketenagalistrikan
Persentase Rumah % 98,14 98,51 98,70 98,88 99,07 99,25 99,44 99,62 99,62
Tangga
menggunakan listrik
Program Pengelolaan Cakupan pendataan % <30 <30 30-50 30-50 1.000 30-50 1.100 30-50 1.210 30-50 1.331 30-50 1.464 30-50
Geologi dan Air Tanah potensi sumber daya
mineral
Program Pengelolaan Perkembangan % 9,18 10,72 > > 1.000 > 4.000 > 4.400 > 4.840 > 5.324 >
Pertambangan Mineral kontribusi PDRB
dan Batubara sektor pertambangan
dan penggalian
Perdagangan
Bidang Indikator Kinerja Satuan Kondisi Kinerja Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Kondisi
Kode Urusan/Program (Outcome) Awal RPJMD Kinerja Perangkat
Pembangunan Daerah 2019 2020 2021 2022 2023 2024 pada Daerah
Akhir Penanggung-
2017 2018 Rp Rp Rp Rp Rp Periode jawab
2019 Target Target Target Target Target
(Juta) (Juta) (Juta) (Juta) (Juta) RPJMD
Program Pengembangan Perkembangan % 17,42 17,31 > > 5.721 > 50.000 > 50.000 > 10.000 > 11.000 > Dinas
Perdagangan kontribusi PDRB Perindustrian
sektor Perdagangan dan
Pembangunan pusat Unit n/a n/a - - - - 1 - 1 Perdagangan
perdagangan
regional/provinsi (di
Ibukota Provinsi)
Net ekspor antar Rp. -5,758 -8,977
daerah (Hapus) Trilyun
Program Perlindungan Rasio penyelesaian % 100 100 100 100 500 100 550 100 605 100 666 100 732 100
Konsumen temuan terkait tertib
niaga/perdagangan
Perindustrian
Program Pengembangan Perkembangan Perusaha 6.053 6.320 6.495 > 4.920 > 5.412 > 5.953 > 6.549 > 7.203 > Dinas
dan Perwilayahan perusahaan industri an Perindustrian
Industri (masuk renstra) dan
Perkembangan % 6,43 7,45 > > > > > > > Perdagangan
kontribusi PDRB
sektor industri
pengolahan
Program Pengembangan Cakupan layanan % 40,0 100,0 > 100,0 500 100,0 550 100,0 605 100,0 666 100,0 732 100,0
Layanan Laboratorium kemampuan uji
dan Sertifikasi Pengujian
Mutu Barang
Program Pengembangan Jumlah IKM aktif Unit 6.038 6.326 6.371 6.425 > - > > > >
Industri Kecil dan
Jumlah Satu Kecamat n/a n/a 7 5 2.310 5 15.000 5 18.000 5 21.600 5 25.920 56.942
Menengah
Kecamatan Satu an
Sentra Industri
(SAKSSI)
Transmigrasi
Bidang Indikator Kinerja Satuan Kondisi Kinerja Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Kondisi
Kode Urusan/Program (Outcome) Awal RPJMD Kinerja Perangkat
Pembangunan Daerah 2019 2020 2021 2022 2023 2024 pada Daerah
Akhir Penanggung-
2017 2018 Rp Rp Rp Rp Rp Periode jawab
2019 Target Target Target Target Target
(Juta) (Juta) (Juta) (Juta) (Juta) RPJMD
Program Persentase % 50 50* > > 4.025 > 4.428 > 4.870 > 5.357 > 5.893 > Dinas Tenaga
Penyelenggaraan transmigran Kerja dan
Transmigrasi swakarsa Transmigrasi
Program Percepatan Persentase Desa % 55,0 55,0* 60 65 2.300 70 10.000 75 11.000 85 12.100 100 13.310 100
Pembangunan Daerah Berkembang dan
Tertinggal Maju di wilayah
ibukota provinsi
Persentase Desa % n/a 37,9 < < < < < < <
Tertinggal (seluruh
Maluku Utara)
FUNGSI
PENUNJANG
Perencanaan
Pembangunan
Program Perencanaan Nominasi Ya/Tida Tidak Tidak Tidak Tidak 11.100 Ya 12.210 Ya 13.431 Ya 14.774 Ya 16.252 Ya Bappeda
Pembangunan Daerah Penghargaan k
Pembangunan
Daerah (PPD)
Program Evaluasi dan Tingkat konsistensi % 85 85 85 90 2.078 90 2.286 90 2.514 90 2.766 90 3.042 90
Pengendalian pelaksanaaan
Pembangunan Daerah rencana
pembangunan
daerah
Penelitian dan
Pengembangan
Program Penelitian dan Jumlah hasil litbang Judul - - > > 1.750 > 1.925 > 2.118 > 2.329 > 2.562 > Balitbangda
Pengembangan yang rekomendasi
Kebijakan kebijakannya
ditindaklanjuti
(kumulatif)
Program Penelitian dan Jumlah hasil litbang Judul 1 1 > > 1.800 > 1.980 > 2.178 > 2.396 > 2.635 >
Pengembangan Terapan daerah yang menjadi
Industri produk terapan
industri (kumulatif)
Pengawasan
Bidang Indikator Kinerja Satuan Kondisi Kinerja Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Kondisi
Kode Urusan/Program (Outcome) Awal RPJMD Kinerja Perangkat
Pembangunan Daerah 2019 2020 2021 2022 2023 2024 pada Daerah
Akhir Penanggung-
2017 2018 Rp Rp Rp Rp Rp Periode jawab
2019 Target Target Target Target Target
(Juta) (Juta) (Juta) (Juta) (Juta) RPJMD
Program peningkatan Persentasi OPD % n/a 6,98 > > 8.241 > 9.065 > 9.972 > 10.969 > 12.066 > Inspektorat
sistem pengawasan memperoleh
internal dan maturitas SPIP
pengendalian Level 3
pelaksanaan kebijakan Level Kapabilitas Nilai 3DC 2+ 3
KDH APIP
Persentase tindak % - -
lanjut pengaduan
masyarakat
Persentase % n/a 42,37 > > > > > > >
penyelesaian tindak
lanjut hasil
pemeriksaan BPK
Keuangan dan Aset
Program Pengelolaan Persentase OPD % 40 45 70 90 14.998 100 16.498 100 18.148 100 19.962 100 21.959 100 Badan
Keuangan Daerah mengelola keuangan Pengelolaan
secara mandiri Keuangan
sesuai SAP dan Pendapatan
tepat waktu dan Aset
Ketepatan waktu Ya/Tida Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Daerah
penyampaian LKPD k
Persentase % 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Pemenuhan
Dokumen Anggaran
Pemerintah Daerah
Rata-rata waktu Hari 2 2 2 2 2 2 2 2 2
pelayanan untuk
penerbitan SPD dan
SP2D
Ketepatan waktu Ya/Tida Tidak Tidak Tidak Ya Ya Ya Ya Ya Ya
transfer dana k
perimbangan
Bidang Indikator Kinerja Satuan Kondisi Kinerja Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Kondisi
Kode Urusan/Program (Outcome) Awal RPJMD Kinerja Perangkat
Pembangunan Daerah 2019 2020 2021 2022 2023 2024 pada Daerah
Akhir Penanggung-
2017 2018 Rp Rp Rp Rp Rp Periode jawab
2019 Target Target Target Target Target
(Juta) (Juta) (Juta) (Juta) (Juta) RPJMD
Program Intensifikasi Rasio Pendapatan % 11,50 11,76 12,30 12,84 12.318 13,38 13.550 13,92 14.905 14,46 16.395 15,00 18.035 15,0
dan Ekstensifikasi Asli Daerah (PAD)
Pendapatan Daerah terhadap pendapatan
daerah
Program Penataan dan Persentase % 11,6 20,9 34,9 > 2.789 > 3.068 > 3.375 > 3.712 > 4.083 >
Pengamanan Aset OPD/UPTD tertib
Daerah pengelolaan aset
daerah
Kepegawaian
Program Penataan dan Rasio struktur % 89,93 89,93* > > 3.960 > 4.356 > 4.792 > 5.271 > 5.798 > Badan
Pengembangan Aparatur jabatan dan Kepegawaian
eselonering yang Daerah
terisi
Jumlah jabatan % 2,13 2,13 > > > > > > >
fungsional tertentu
yang terisi
Program Pembinaan dan Tingkat kinerja % n/a n/a > > 2.996 > 3.296 > 3.625 > 3.988 > 4.386 >
Pelayanan Aparatur aparatur
Tingkat kepuasan % n/a n/a >70 >75 >80 >80 >80 >80 >80
aparatur atas
pelayanan
kepegawaian
Pendidikan dan
Pelatihan
Program Peningkatan Persentase ASN % n/a 50,0 > > 5.000 > 5.500 > 6.050 > 6.655 > 7.321 > Badan
dan Pengembangan Lulus DiklatPIM IV Pengembanga
Kompetensi Aparatur Persentase ASN % 30 91,0 > > > > > > > n SDM
Lulus DiklatPIM III
Persentase ASN % 5 35,0 > > > > > > >
Lulus DiklatPIM II
Persentase ASN % n/a 2,5 > > > > > > >
(non Guru) yang
mengikuti Diklat
Teknis dan
Bidang Indikator Kinerja Satuan Kondisi Kinerja Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Kondisi
Kode Urusan/Program (Outcome) Awal RPJMD Kinerja Perangkat
Pembangunan Daerah 2019 2020 2021 2022 2023 2024 pada Daerah
Akhir Penanggung-
2017 2018 Rp Rp Rp Rp Rp Periode jawab
2019 Target Target Target Target Target
(Juta) (Juta) (Juta) (Juta) (Juta) RPJMD
Fungsional
Status Akreditasi Akredita B B > > > > > > >
Badan si
Pengembangan
SDM (di Ibukota
Provinsi)
Kesatuan Bangsa dan
Politik
Program Pembinaan Indeks Aspek Indeks 90,19 90,19* > > 2.070 > 2.277 > 2.505 > 2.755 > 3.031 > Badan
Wawasan Kebangsaan Kebebasan Sipil Kesatuan
dan Karakter Bangsa (komponen IDI) Bangsa dan
Politik
Program Pendidikan Indeks Aspek Hak- Indeks 74,07 74,07* > > 2.270 > 2.497 > 2.747 > 3.021 > 3.324 >
Politik Masyarakat hak Politik
(komponen IDI)
Program Pencegahan Persentase konflik % 43 33 > > 1.410 > 1.551 > 1.706 > 1.877 > 2.064 >
dan Penanggulangan sosial skala provinsi
Konflik yang diselesaikan
Sekretariat DPRD
Program Peningkatan Cakupan % 100 100 100 100 17.533 100 18.286 100 20.115 100 22.126 100 24.339 100 Sekretariat
dan Pengembangan pemenuhan layanan DPRD
Kapasitas Lembaga peningkatan dan
DPRD pengembangan
kapasitas Lembaga
DPRD
Program Legislasi Persentase Ranperda % 25% 15% > > 22.438 > 23.560 > 25.916 > 28.507 > 31.358 >
Daerah dalam Prolegda
yang ditetapkan
menjadi Perda
Sekretariat Daerah
Bidang Indikator Kinerja Satuan Kondisi Kinerja Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Kondisi
Kode Urusan/Program (Outcome) Awal RPJMD Kinerja Perangkat
Pembangunan Daerah 2019 2020 2021 2022 2023 2024 pada Daerah
Akhir Penanggung-
2017 2018 Rp Rp Rp Rp Rp Periode jawab
2019 Target Target Target Target Target
(Juta) (Juta) (Juta) (Juta) (Juta) RPJMD
Program Koordinasi Cakupan koordinasi % 100 100 100 100 3.254 100 3.579 100 3.937 100 4.331 100 4.764 100 Biro
Kebijakan dan kebijakan dan Kesejahteraan
Kerjasama Bidang kerjasama bidang Rakyat
Kesejahteraan Rakyat kesejahteraan rakyat
yang berhasil
ditindaklanjuti
Program Fasilitasi Cakupan fasilitasi % 85 90 100 100 8.000 100 15.000 100 10.000 100 15.000 100 11.000 100
Pembinaan dan pembinaan dan
Peningkatan Kualitas peningkatan kualitas
Kehidupan Keagamaan kehidupan
keagamaan
Program Koordinasi Cakupan koordinasi % 100 100 100 100 4.521 100 4.973 100 5.470 100 6.017 100 6.619 100 Biro
Kebijakan dan kebijakan dan Perekonomian
Kerjasama Bidang kerjasama bidang
Perekonomian perekonomian yang
berhasil
ditindaklanjuti
Program Pengendalian Persentase % n/a n/a > > 280 > 308 > 339 > 373 > 410 > Biro Protokol,
Kerjasama kerjasama daerah Kerjasama dan
yang ditindaklanjuti Komunikasi
(kumulatif) Publik
Program Pembinaan Tersedianya Ya/Tida Ya Ya Ya Ya 5.330 Ya 5.863 Ya 6.449 Ya 7.094 Ya 7.804 Ya Biro
Penyelengggaraan Laporan k Pemerintahan
Pemerintahan dan Penyelenggaraan dan Otonomi
Otonomi Daerah Pemerintah Daerah Daerah
(LPPD) sesuai
ketentuan dan tepat
waktu
Persentasi batas % n/a 55,56 > > > > > > >
daerah
kabupaten/kota yang
telah ditetapkan
Program Penataan dan Tersedianya Ya/Tida Tidak Ya Ya Ya 2.550 Ya 2.805 Ya 3.086 Ya 3.394 Ya 3.733 Ya Biro Hukum
Penyusunan Peraturan mekanisme k
Perundang-undangan penyusunan produk
hukum sesuai
Bidang Indikator Kinerja Satuan Kondisi Kinerja Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Kondisi
Kode Urusan/Program (Outcome) Awal RPJMD Kinerja Perangkat
Pembangunan Daerah 2019 2020 2021 2022 2023 2024 pada Daerah
Akhir Penanggung-
2017 2018 Rp Rp Rp Rp Rp Periode jawab
2019 Target Target Target Target Target
(Juta) (Juta) (Juta) (Juta) (Juta) RPJMD
ketentuan
Program Peningkatan Cakupan fasilitasi % n/a n/a 100 100 3.063 100 3.369 100 3.706 100 4.077 100 4.485 100
Bantuan dan Penyuluhan bantuan hukum dan
Hukum dan Hak Asasi penanganan perkara
Manusia
Program Pengadaan Persentasi pemilihan % 80 90 90 95 4.200 95 4.620 95 5.082 95 5.590 95 6.149 95 Biro
Barang dan Jasa penyedia barang dan Pengadaan
jasa yang Barang dan
terselenggara Jasa
(tender/non tender)
Persentase tender % 1,3 1,6 1,5 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0
pengadaan barang
dan jasa yang
disanggah
Persentase aparatur % 100 100 100 100 100 100 100 100 100
bersertifikat
pengadaan barang
dan jasa
Program Penataan Persentase % 77 77 77 100 5.650 100 6.215 100 6.837 100 7.520 100 8.272 100 Biro
Kelembagaan dan kelembagaan Organisasi
Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Daerah
Perangkat Daerah yang tepat fungsi
dan tepat struktur
Tersedianya Ya/Tida Tidak Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya
Laporan Kinerja k
Instansi Pemerintah
(LKjIP) sesuai
ketentuan dan tepat
waktu
Program Layanan Cakupan layanan % 100 100 100 100 2.254 100 2.479 100 2.727 100 3.000 100 3.300 100 Biro Protokol,
Keprotokolan keprotokolan yang Kerjasama dan
Bidang Indikator Kinerja Satuan Kondisi Kinerja Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Kondisi
Kode Urusan/Program (Outcome) Awal RPJMD Kinerja Perangkat
Pembangunan Daerah 2019 2020 2021 2022 2023 2024 pada Daerah
Akhir Penanggung-
2017 2018 Rp Rp Rp Rp Rp Periode jawab
2019 Target Target Target Target Target
(Juta) (Juta) (Juta) (Juta) (Juta) RPJMD
terfasilitasi Komunikasi
Publik
Program Peningkatan Cakupan publikasi % 100 100 100 100 3.590 100 3.949 100 4.344 100 4.778 100 5.256 100
Komunikasi dan media massa
Informasi serta kegiatan Pimpinan
Penggunaan Media Daerah
Massa
Badan Penghubung
Program Peningkatan Cakupan fasilitasi % 100 100 100 100 30.586 100 31.645 100 34.810 100 38.290 100 42.119 100 Badan
Pelayanan Kedinasan pelayanan KDH dan Penghubung
Kepala Daerah/Wakil Wakil KDH dalam
Kepala Daerah dukungan kedinasan
luar daerah dan
dalam daerah
Program Fasilitasi Cakupan fasilitasi % 100 100 100 100 640 100 704 100 774 100 852 100 937 100
Promosi dan promosi dan
Pengembangaan pengembangan
Kerjasama kerjasama
Program pada Semua
Perangkat Daerah
Program Pelayanan Cakupan % 100 100 100 100 107.500 100 118.250 100 130.075 100 143.083 100 157.391 100 Semua OPD
Administrasi ketersediaan layanan
Perkantoran dan administrasi
Penyelenggaran perkantoran
Pemerintahan Berbasis Cakupan % 4,65 16,28 32,55 38,04 43,53 - 49,02 - 54,51 - 60 - 60
Elektronik penyelenggaraan
urusan pemerintahan
berbasis elektronik
Program Peningkatan Cakupan % 100 100 100 100 81.000 100 82.100 100 94.415 100 108.577 100 124.864 100
Sarana dan Prasarana ketersediaan dan
Aparatur kelayakan sarana
dan prasarana
aparatur
Bidang Indikator Kinerja Satuan Kondisi Kinerja Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Kondisi
Kode Urusan/Program (Outcome) Awal RPJMD Kinerja Perangkat
Pembangunan Daerah 2019 2020 2021 2022 2023 2024 pada Daerah
Akhir Penanggung-
2017 2018 Rp Rp Rp Rp Rp Periode jawab
2019 Target Target Target Target Target
(Juta) (Juta) (Juta) (Juta) (Juta) RPJMD
Program Peningkatan Cakupan % 100 100 100 100 12.900 100 12.900 100 14.190 100 15.609 100 17.170 100
Kapasitas Sumber Daya pemenuhan
Aparatur dukungan
peningkatan
kapasitas sumber
daya aparatur
Program Peningkatan Cakupan % 100 100 100 100 4.300 100 4.730 100 5.203 100 5.723 100 6.296 100
Pengembangan Sistem pemenuhan
Pelaporan Capaian dukungan
Kinerja dan Keuangan peningkatan
pengembangan
sistem pelaporan
capaian kinerja dan
keuangan
Jumlah (Pendanaan) 2.026.170 1.840.695 2.058.533 2.281.859 2.497.269
BAB 8
KINERJA PENYELENGGARAAN
PEMERINTAHAN DAERAH
Tabel 8.1. Penetapan Indikator Kinerja Utama RPJMD Provinsi Maluku Utara Tahun 2019-2024
Target Tahunan
No Indikator Kinerja (Tujuan/Impact) Satuan
2019 2020 2021 2022 2023 2024
1 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indeks 68,00 68,65 69,30 69,95 70,60 71,25
2 Angka Usia Harapan Hidup Tahun 68,06 68,32 68,58 68,84 69,10 69,36
3 Angka Kematian Ibu Per 100.000 KH 329 301 273 245 217 189
4 Angka Kematian Bayi Per 1.000 KH 15 15 14 14 13 13
5 Angka Rerata Lama Sekolah Tahun 9,10 9,48 9,86 10,24 10,62 11,0
6 Angka Harapan Lama Sekolah Tahun 13,85 14,08 14,31 14,54 14,77 15,0
7 Tingkat partisipasi dan peran pemuda dalam % 73,81 74,81 75,80 76,79 77,77 78,74
pembangunan
8 Tingkat apresiasi warisan budaya daerah Mata Budaya 11 12 13 14 15 16
9 Indeks Ketimpangan Wilayah Indeks 0,263 0,261 0,258 0,255 0,253 0,250
10 Tingkat keterjangkauan infrastruktur dasar dan % 79,96 81,66 83,34 85,00 86,64 88,27
lingkungan hunian layak
11 Tingkat pemerataan prasarana dan sarana % 33,42 36,74 40,05 43,37 46,68 50,00
penunjang konektifitas wilayah
12 Indeks Kerukunan Umat Beragama Indeks >67,5 >67,5 >67,5 >67,5 >67,5 >67,5
13 Indeks Demokrasi Indeks >72,5 >72,5 >72,5 >72,5 >72,5 >72,5
14 Persentase Desa/Kelurahan rawan konflik sosial % <13 <10 <10 <10 <10 <10
15 Laju pertumbuhan ekonomi % 7,6-8,1 7,6-8,1 7,6-8,1 7,6-8,1 7,6-8,1 7,6-8,1
16 Tingkat inflasi % 1,9-3,4 1,9-3,4 1,9-3,4 1,9-3,4 1,9-3,4 1,9-3,4
Target Tahunan
No Indikator Kinerja (Tujuan/Impact) Satuan
2019 2020 2021 2022 2023 2024
17 Indeks Rasio Gini Indeks 0,319 0,310 0,302 0,293 0,284 0,275
18 Nilai Tukar Petani Nilai >100 >100 >100 >100 >100 >100
19 Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Skor >80 >80 >80 >80 >80 >80
20 Perkembangan realisasi investasi berskala
nasional (PMA/PMDN)
a. PMA Juta US$ >100 >100 >100 >100 >100 >100
b. PMDN Rp. Trilyun >1,000 >1,000 >1,000 >1,000 >1,000 >1,000
21 Perkembangan ekspor
a. Ekspor Pertambangan Juta US$ 743,818 818,2 900,0 990,0 1.089 1.198
b. Ekspor Non pertambangan Juta US$ 4,49 6,73 10,77 18,30 32,94 62,59
c. Net eskpor antar daerah Rp. Trilyun – – + + + +
22 Kenaikan/penurunan kunjungan wisatawan % 25,0 50,0 50,0 50,0 50,0 50,0
mancanegara
23 Tingkat Pengangguran Terbuka % <5,0 <5,0 <5,0 <5,0 <5,0 <5,0
24 Pengeluaran per Kapita/Tahun Rp. 8.180 8.384 8.594 8.808 9.029 9.254
25 Tingkat kemiskinan % <6,0 <6,0 <6,0 <6,0 <6,0 <6,0
26 Indeks Kualitas Lingkungan Hidup Indeks 70-75 70-75 70-75 70-75 70-75 70-75
27 Tingkat Kemantapan Tata Kelola Pemerintahan % >70 >75 >75 >75 >80 >80
28 Indeks Pembangunan Gender (IPG) Indeks >89 >89 >89 >89 >89 >89
29 Nilai Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Skor 2,552 2,691 2,831 2,971 3,110 3,250
Pemerintahan Daerah (EKPPD)
Target Tahunan
No Indikator Kinerja (Tujuan/Impact) Satuan
2019 2020 2021 2022 2023 2024
30 Predikat Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Nilai B B A A A AA
Pemerintah (SAKIP)
31 Predikat Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Opini BPK WTP WTP WTP WTP WTP WTP
(LKPD)
32 Tingkat kepuasan masyarakat atas pelayanan % >70 >75 >80 >80 >80 >80
publik pemerintah daerah
33 Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) Indeks >70 >70 >70 >70 >70 >70
Tabel 8.2. Penetapan Indikator Kinerja Daerah Terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan
Provinsi Maluku Utara Tahun 2019-2024
No Aspek/Fokus/Bidang Urusan/ Satuan Kondisi Kinerja Awal Target Capaian Setiap Tahun Kondisi
Indikator Kinerja RPJMD Kinerja pada
Pembangunan Akhir Periode
Daerah 2017 2018 2020 2021 2022 2023 2024 RPJMD
ASPEK KESEJAHTERAAN
MASYARAKAT
1 Kesejahteraan dan Pemerataan
Ekonomi
1.1 Laju pertumbuhan ekonomi % 7,67 7,92 7,6-8,1 7,6-8,1 7,6-8,1 7,6-8,1 7,6-8,1 7,6-8,1
1.2 Tingkat inflasi % 1,97 4,12 1,9-3,4 1,9-3,4 1,9-3,4 1,9-3,4 1,9-3,4 1,9-3,4
1.3 Indeks Rasio Gini Indeks 0,317 0,328 0,310 0,302 0,293 0,284 0,275 0,275
1.4 Tingkat kemiskinan % 6,35 6,62 <6,0 <6,0 <6,0 <6,0 <6,0 <6,0
1.5 Tingkat Pengangguran Terbuka % 5,33 4,77 <5,0 <5,0 <5,0 <5,0 <5,0 <5,0
1.6 Indeks Ketimpangan Wilayah Indeks 0,266 0,266* 0,261 0,258 0,255 0,253 0,250 0,250
2 Kesejahteraan Sosial
2.1 Indeks Pembangunan Manusia Indeks 67,20 67,76 68,65 69,30 69,95 70,60 71,25 71,25
(IPM)
2.2 Angka Usia Harapan Hidup Tahun 67,54 67,8 68,32 68,58 68,84 69,10 69,36 69,36
2.3 Angka Kematian Ibu Per 100.000 382 357 301 273 245 217 189 189
KH
2.4 Angka Kematian Bayi Per 1.000 16 15 15 14 14 13 13 13
KH
2.5 Angka Melek Huruf % 98,78 99,73 > > > > > >
2.6 Angka Rerata Lama Sekolah Tahun 9,39 8,72 9,48 9,86 10,24 10,62 11,0 11,0
2.7 Angka Harapan Lama Sekolah Tahun 13,56 13,62 14,08 14,31 14,54 14,77 15,0 15,0
2.8 Tingkat keterjangkauan % 77,07 78,24 81,66 83,34 85,00 86,64 88,27 88,27
infrastruktur dasar dan
lingkungan hunian layak
ASPEK PELAYANAN UMUM
Pelayanan Urusan Wajib
Terkait Pelayanan Dasar
1 Pendidikan
1.1 Persentase SMA Terakreditasi A % n/a n/a > > > > > >
di Wilayah Ibukota Provinsi
1.2 Angka Putus Sekolah SMA % 1,60 1,24 < < < < < <
1.3 Angka Kelulusan SMA % 97,78 98,37 > > > > > >
1.4 Rerata nilai UNBK bidang Sains Nilai 46,55 42,74 > > > > > >
SMA/sederajat
1.5 Tersedianya SMK Unggulan di Ya/Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Ya Ya Ya
Wilayah Ibukota Provinsi
1.6 Angka Putus Sekolah SMK % 3,47 2,86 < < < < < <
1.7 Angka Kelulusan SMK % 87,43 95,29 > > > > > >
1.8 Persentase SMK yang % n/a n/a > > > > > >
bekerjasama dengan industri
1.9 Perkembangan Layanan Unit 16 19 >19 >19 >19 >19 >19 >19
Pendidikan Luar Biasa
1.10 Persentase Guru SMA % n/a 28,7 > > > > > >
Tersertifikasi
1.11 Persentase Guru SMK % n/a 21,7 > > > > > >
Tersertifikasi
1.12 APS SMA/sederajat % 76,06 76,36 > > > > > >
1.13 APK SMA/sederajat % n/a 88,04 > > > > > >
1.14 APM SMA/sederajat % 60,37 63,88 > > > > > >
1.15 Persentase SMA Terakreditasi A % 14,02 15,58 > > > > > >
1.16 Persentase SMK Terakreditasi A % 4,83 7,50 > > > > > >
1.17 Perolehan medali pada Olimpiade Keping - - 1 1 1 1 1 5
Sains Nasional (semua jenjang
pendidikan)
1.18 Angka Partisipasi Perguruan % 31,10 31,36 > > > > > >
Tinggi
2 Kesehatan
2.1 Persentase Posyandu Aktif % - 45,33 > > > > > >
2.2 Prevalensi Balita Stunting % 0,41 0,39 < < < < < <
2.3 Persentase Balita Gizi Buruk % 0,41 0,39 < < < < < <
2.4 Persentase Desa/Kelurahan % 21,19 28,14 > > > > > >
menyelenggarakan STBM
2.5 Persentase Kabupaten/Kota % 20 30 > > > > > >
mencapai 80% imunisasi dasar
lengkap
2.6 Angka kesakitan penduduk % 11,27 12,21 < < < < < <
2.7 Persentase Puskesmas % n/a 41,04 > > > > > >
memberikan pelayanan sesuai
standar
2.8 Status Akreditasi Rumah Sakit Tipe n/a B B B B B B B
Rujukan Provinsi (RSUD Chasan
Boesoeiri)
2.9 Status Akreditasi Rumah Sakit Tipe n/a n/a D C C C B B
Rujukan Provinsi (RSUD Sofifi)
2.10 Status Akreditasi Rumah Sakit Tipe n/a n/a n/a n/a n/a n/a C C
Jiwa Provinsi (Sofifi)
2.11 Rasio dokter per satuan penduduk Rasio 1:4463 1:4002 < < < < < <
2.12 Rasio tenaga kesehatan per Rasio 1:359 1:224 < < < < < <
satuan penduduk
2.13 Cakupan pemenuhan % 100 100 100 100 100 100 100 100
ketersediaan obat dan perbekalan
kesehatan
2.14 Cakupan jaminan kesehatan % n/a 70,3 > > > > > >
universal/universal health
coverage (UHC)
Pekerjaan Umum dan
3
Penataan Ruang
3.1 Proporsi areal irigasi fungsional % 43 43* 46 47 48 49 50 50
3.2 Persentase Rumah Tangga % n/a 96,50 97,66936 98,25202 98,83468 99,41734 100 100
terakses air minum layak
(kawasan ibukota provinsi)
3.3 Persentase Rumah Tangga % 65,73 69,17 73,76 76,05 78,34 80,64 82,93 82,93
terakses air minum layak
3.4 Cakupan Rumah Tangga terakses % n/a 97,63 98,42 98,81 99,21 99,60 100,00 100,00
sanitasi layak (kawasan ibukota
provinsi)
3.5 Persentase Rumah Tangga % 66,18 66,96 71,42 73,65 75,87 78,10 80,33 80,33
terakses sanitasi layak
3.6 Proporsi panjang jaringan jalan % 22 27 > > > > > >
provinsi dalam kondisi mantap
3.7 Pembangunan jalan pendukung Km n/a n/a > > > > > >
dari/ke sentra produksi
3.8 Persentase tenaga ahli konstruksi % 31,8 41,6 > > > > > >
bersertifikat
3.9 Persentase kabupaten/kota % n/a 9,1 > > > > > >
menerapkan SIPJAKI (aktif)
termasuk tingkat provinsi
3.10 Rasio ketaatan terhadap RTRW % 68 69 > > > > > >
Ibukota Provinsi)
5.8 Cakupan desa/kelurahan dengan % 9,41 9,41* > > > > > >
antisipasi/mitigasi bencana
5.9 Cakupan pemenuhan kedaruratan % n/a n/a > > > > > >
dan logistik bencana
5.10 Cakupan wilayah bencana yang % n/a n/a > > > > > >
direhabilitasi dan direkonstruksi
6 Sosial
6.1 Cakupan perlindungan dan % n/a n/a > > > > > >
jaminan sosial korban bencana
6.2 Cakupan pemenuhan pelayanan % 100 100 > > > > > >
rehabilitasi sosial (dalam Panti)
6.3 Cakupan pembinaan Komunitas KK n/a n/a > > > > > >
Adat Terpencil (kumulatif)
6.4 Cakupan penanganan fakir KK n/a n/a > > > > > >
miskin perkotaan dan perdesaan
Tidak Terkait Pelayanan Dasar
1 Tenaga Kerja
1.1 Tingkat Partisipasi Angkatan % 63,65 65,31 > > > > > >
Kerja (TPAK)
1.2 Persentase kasus sengketa % 83,08 83,08* > > > > > >
pekerja-pengusaha yang
diselesaikan dengan Perjanjian
Bersama (PB)
Pemberdayaan Perempuan &
2
Perlindungan Anak
2.1 Indeks Pemberdayaan Gender Indeks 70,31 70,31* >70 >70 >70 >70 >70 >70
(IDG)
2.2 Tingkat partisipasi perempuan di % 12,2 12,2* > > > > > >
lembaga pemerintahan
2.3 Tingkat Partisipasi Angkatan % 46,36 49,79 > > > > > >
Kerja (TPAK) Perempuan
2.4 Rasio KDRT % 0,016 0,016* > > > > > >
2.5 Persentase Kabupaten/Kota % 10 10 20 30 40 50 60 60
Layak Anak
3 Pangan
3.1 Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Skor 79,2 79,2* >80 >80 >80 >80 >80 >80
3.2 Persentase Kecamatan Rawan % n/a 62,61 55,65 52,17 48,70 45,22 41,74 41,74
Pangan
3.3 Tingkat kestabilan pasokan % 100 100 100 100 100 100 100 100
pangan (5-40% penurunan
pasokan)
3.4 Tingkat kestabilan harga pangan % <25 <25 <25 <25 <25 <25 <25 <25
(<25% harga normal)
3.5 Ketersediaan energi perkapita Kkal/Kap/hr 2.000 2.100 2200 2200 2200 2200 2200 2200
3.6 Ketersediaan protein perkapita Kkal/Kap/hr 52,0 55,0 57,0 57,0 57,0 57,0 57,0 57,0
4 Pertanahan
4.1 Luas lahan yang tersedia bagi Ha 230,77 230,77 > > > > > >
pembangunan untuk kepentingan
umum (kumulatif)
5 Lingkungan Hidup
5.1 Indeks Kualitas Lingkungan Indeks 74,55 74,55* 70-75 70-75 70-75 70-75 70-75 70-75
Hidup
Administrasi Kependudukan &
6
Catatan Sipil
6.1 Persentase penduduk memiliki % 82,0 82,0* > > > > > >
dokumen legal kependudukan
sesuai peraturan per-UU-an
Pemberdayaan Masyarakat
7
dan Desa
7.1 Persentase Desa menyusun Profil % 58,5 58,5* > > > > > >
Desa
7.2 Persentase Desa memiliki % 12,6 25,8 > > > > > >
BUMDes
Pengendalian Penduduk dan
8
Keluarga Berencana
8.1 Laju pertumbuhan penduduk % 1,98 1,93 1,9-2,1 1,9-2,1 1,9-2,1 1,9-2,1 1,9-2,1 1,9-2,1
8.2 Total Fertility Rate Angka 2,9 2,7 2,7-3 2,7-3 2,7-3 2,7-3 2,7-3 2,7-3
9 Perhubungan
9.1 Perkembangan kontribusi PDRB % 2,36 2,36* 2,49 2,56 2,63 2,69 2,76 2,76
sub sektor angkutan darat
9.2 Perkembangan kontribusi PDRB % 1,80 1,80* 1,93 2,00 2,07 2,13 2,20 2,10
sub sektor angkutan laut
9.3 Perkembangan kontribusi PDRB % 0,40 0,40* 0,53 0,60 0,67 0,73 0,80 0,55
sub sektor angkutan sungai dan
penyeberangan
9.4 Perkembangan kontribusi PDRB % 1,88 1,88* 2,01 2,08 2,15 2,21 2,28 1,98
sub sektor angkutan udara
10 Komunikasi dan Informatika
10.2 Persentase OPD % - 4,65 16,28 32,56 48,84 65,12 81,40 81,40
menyebarluaskan informasi
publik melalui website
Pemerintah Daerah
13.1 Tingkat partisipasi dan peran % 70,55 72,79 74,81 75,80 76,79 77,77 78,74 78,7
pemuda dalam pembangunan
13.2 Tingkat perkembangan kegiatan Kegiatan n/a n/a > > > > > >
keolahragaan yang diinisiasi
masyarakat
13.3 Perolehan medali pada kompetisi Keping 5 n/a n/a 7 n/a 9 n/a 22
olahraga multi event pelajar
tingkat nasional (POPNAS)
13.4 Perolehan medali dalam Keping n/a n/a 5 n/a n/a n/a 10 15
kompetisi olahraga multi event
tingkat nasional (PON)
14 Statistik & Persandian
14.1 Jumlah OPD terhubung Jaringan OPD n/a n/a > > > > > >
Komunikasi Sandi (JKS)
14.2 Tersedianya sistem data dan Ya/Tidak Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya
statistik terintegrasi
15 Kebudayaan
15.1 Tingkat apresiasi warisan budaya Mata 8 10 12 13 14 15 16 16
daerah Budaya
16 Perpustakaan
16.1 Jumlah Perpustakaan Unit n/a 30 > > > > > >
Terakreditasi
17 Kearsipan
17.1 Persentase OPD mengelola arsip % 100 100 100 100 100 100 100 100
secara baku
17.2 Status Akreditasi Akreditasi n/a n/a > > > > > >
Penyelenggaraan Kearsipan
Pelayanan Urusan Pilihan
1 Kelautan dan Perikanan
1.1 Jumlah Produksi Perikanan Ton 254.877 286.629 > > > > > >
Tangkap
1.2 Nilai Tukar Nelayan (NTN) Nilai 104,10 107,77 > > > > > >
1.3 Produksi Perikanan Budidaya 207.040 105.856 > > > > > >
1.4 Nilai Tukar Pembudidaya Ikan Nilai 104,47 105,11 > > > > > >
(NTPi)
1.5 Nilai ekspor perikanan US$ 313.170 1.688.306 > > > > > >
1.6 Nilai Konsumsi Ikan Kg/kapita/t 57,46 64,95 > > > > > >
h
1.7 Volume produk olahan perikanan Ton 25.292 21.260 > > > > > >
1.8 Cakupan pengawasan wilayah % n/a 35 > > > > > >
laut sampai 12 mil dari IUU
fishing dan kegiatan yang
merusak sumberdaya kelautan
1.9 Luas kawasan konservasi Ha 17.408 225.950 > > > > > >
2 Pariwisata
2.1 Jumlah destinasi wisata yang Obyek n/a n/a > > > > > >
dikelola/dioperasikan oleh
masyarakat/swasta (kumulatif)
2.2 Perkembangan kontribusi PDRB % 0,46 0,44 1,31 1,73 2,15 2,57 3,00 3,0
sektor pariwisata
2.3 Kenaikan/penurunan kunjungan % -28,25 3,65 50,0 50,0 50,0 50,0 50,0 50,0
wisatawan mancanegara
2.4 Kunjungan wisatawan Orang 795 824 1.545 2.318 3.476 5.214 7.822 21.405
mancanegara
2.5 Rata-rata lama kunjungan Hari 3,38 3,49 >3,5 >3,5 >3,5 >3,5 >3,5 >3,5
wisatawan
2.6 Jumlah usaha/perusahaan Usaha 18.516* 18.516* > > > > > >
ekonomi kreatif
3 Pertanian
3.1 Produksi Tanaman Pangan Ton 277.699 356.848 > > > > > >
3.2 NTP Tanaman Pangan Nilai 101,21 98,62 > > > > > >
3.3 Produksi Tanaman Hortikultura Ton 5.392 11.798 > > > > > >
3.4 NTP Tanaman Hortikultura NIlai 109,01 103,85 > > > > > >
3.5 Produksi Tanaman Perkebunan Ton 250.529 259.964 > > > > > >
3.6 NTP Tanaman Perkebunan NIlai 94,56 84,15 > > > > > >
3.7 Produksi Peternakan Ton 3.982 3.531 > > > > > >
3.8 NTP Peternakan NIlai 107,41 110,40 > > > > > >
3.9 Populasi Ternak Sapi Ekor 117.328 133.237 > > > > > >
3.10 Nilai ekspor pertanian US$ 1.600 1.892.932 > > > > > >
4 Kehutanan
4.1 Nilai PNBP sektor kehutanan Rp. Milyar 45,17 44,18 44,95 45,20 45,36 45,63 45,91 45,91
4.2 Volume pencurian hasil hutan M3 31,27 729,73 300 250 200 150 50 50
kayu
4.3 Jumlah titik api terdeteksi Titik 11 60 25 20 19 17 10 10
4.4 Persentase KPH memiliki % 25,0 37,5 75,0 87,5 100,0 100,0 100,0 100,0
dokumen perencanaan (RPHJP)
4.5 Jumlah bibit tanaman hutan yang Bibit - - 100.000 100.000 100.000 100.000 100.000 500.000
tersedia
4.6 Jumlah fasilitasi penyuluhan Kelompok 4 7 24 30 35 35 35 183
kepada Kelompok Tani Hutan
(KTH)
4.7 Jumlah Kelompok Tani Hutan Kelompok 19 42 70 75 75 80 80 448
(KTH) yang dibina
4.8 Luasan lahan kritis yang Ha 1.500 400 280 400 400 400 400 2.160
direhabilitasi
2.1 Tingkat pemerataan prasarana % 25,92 30,11 36,74 40,05 43,37 46,68 50,00 50,00
dan sarana penunjang konektifitas
wilayah
2.2 Perkembangan arus penumpang Orang 1.260.12 1.260.122* > > > > > >
melalui dermaga 2
2.3 Perkembangan arus barang Ton 7.462.93 7.462.930* > > > > > >
melalui dermaga 0
2.4 Persentase penduduk % 61,88 65,02 71,30 74,44 77,58 80,72 83,86 83,86
menggunakan telepon
seluler/nirkabel
2.5 Persentase penduduk mengakses % 18,8 25,8 35,7 41,5 48,0 55,3 63,5 63,51
internet
2.6 Kapasitas terpasang pembangkit MW 124,38 124,38* > > > > > >
listrik
3 Sumber Daya Manusia
3.1 Persentase penduduk % 6,81 11,08 > > > > > >
berkualifikasi pendidikan
minimal S1
BAB 9
PENUTUP
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Maluku
Utara tahun 2019-2024 merupakan penjabaran dari visi-misi Gubernur dan Wakil
Gubernur Maluku Utara periode 2019-2024. RPJMD memiliki kedudukan yang
strategis dalam perencanaan daerah Provinsi Maluku Utara, sehingga perlu diatur
pedoman transisi dan kaidah pelaksanaannya.