Disusun Oleh:
Wina (3032011023)
FAKULTAS EKONOMI
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya
sehingga “ Proposal Ekonomi Moneter yang berjudul Analisis Pengaruh Kurs,
Inflasi dan Gross Domestik Bruto (GDP) Terhadap Ekspor Minyak Mentah Di
Negara OPEC “dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan pikiran maupun materinya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
dunia dan kebijakan OPEC terkait produksi minyak. Namun, selain ekspor minyak
mentah, negara-negara OPEC juga mengekspor komoditas lainnya seperti gas alam,
logam mulia, dan produk pertanian.
Gabon
Equatorial Guinea
Libya
Nigeria
Venezuela, RB
United Arab Emirates
Saudi Arabia
Kuwait
Iran, Islamic Rep.
Iraq
Congo, Rep.
Angola
Algeria
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000
Gamabar 1.1 Jumlah Ekspor Minyak Mentah Negara OPEC Tahun 2021
Sumber : Data CEIC diolah, (2023)
Dari gambar 1.1 di atas pada tahun 2021 negara anggota OPEC yang paling
banyak mengekspor minyak mentah adalah negara Saudi Arabia yakni sebesar
6,227.40 barrel minyak mentah, namun rekor ini turun dibanding tahun 2020 yaitu
mencapai 6,658.64 barrel, sedangkan yang terendah dari negara Equatorial Guinea
sebesar 92.823 barrel. Secara berurutan negara anggota OPEC yang mengekspor
minyak mentah dari yang tertinggi sampai yang terendah pada tahun 2021 yakni,
posisi pertama ditempati oleh Saudi Arabia dengan jumlah ekspor mencapai
6,227.40 barrel, posisi kedua ditempati Iraq dengan jumlah ekspor 3,439.55 barrel,
posisi ketiga ditempati Uni Emirate Arab dengan jumlah ekspor 2,304.91, posisi
keempat ditempati Kuwait dengan jumlah ekspor 1,740.45 barrel, posisi kelima
ditempati Nigeria dengan jumlah eskpor 1,592.33 barrel, posisi keenam ditempati
Libya dengan jumlah ekspor 1,090.62, posisi ketujuh ditempati Angola dengan
jumlah ekspor 1,079.54, posisi kedelapan di tempati Iran dengan jumlah ekspor
2
762.779 barrel, posisi kesembilan ditempati Venezuela dengan jumlah ekspor
447.82, posisi kesepuluh ditempati Algeria dengan jumlah ekspor 445.982, posisi
kesebelas ditempati Kongo dengan jumlah ekspor 250.683 barrel, posisi keduabelas
ditempati Gabon dengan jumlah ekspor 181.2, dan posisi terakhir ditempati
Equatorial Guinea dengan jumlah ekspor 92.823 barrel.
Gamabar 1.2 Jumlah Cadangan Minyak Mentah Negara OPEC Tahun 2021
Sumber : Data CEIC diolah, (2023)
Berdasarkan gambar 1.2 diatas diketahui bahwa pada tahun 2021 negara
anggota OPEC yang memiliki jumlah cadangan minyak mentah terbesar adalah
Venezuela dengan jumlah cadangan minyak mentah sebanyak 303.81 milliar barrel
dan posisi terendah di tempati oleh Equatorial Guineal yang memiliki jumlah
cadangan minyak mentah sebanyak 1.100 milliar barrel. Venezuela memang
memegang gelar negara yang mempunyai cadangan minyak terbesar di dunia,
terbukti dengan pada tahun 2021 cadangan minyak Venezuela mencapai 303.81
milliar barrel. Negara dengan jumlah cadangan minyak terbesar kedua di dunia
adalah Saudi Arabia dengan jumlah cadangan minyak sebanyak 258.600 miliar
barel. Posisi ketiga negara di dunia yang mempunyai cadangan minyak terbesar
adalah Iran dengan jumlah cadangan minyak sebanyak 208.600 miliar barrel. Dari
3
tiga posisi negara dengan jumlah cadangan devisa terbesar di dunia ditempati oleh
negara yang menjadi bagian anggota OPEC, yakni Venezuela, Saudi Arabia, dan
Iran.
Berdasarkan uraian fenomena diatas peniliti tertarik untuk mengkaji hal apa
saja yang bisa menyebabkan ekspor minyak mintah di negara anggota OPEC
mengalami kenaikan atau penurunan, apakah faktor dari ekonomi moneter sepeti
kurs (nilai tukar), inflasi, dan Gross Domestic Product (GDP) mempengaruhi
kegiatan ekspor minyak mentah negara anggota OPEC. Dari ketertarikan tersebut
peneliti tertarik mengangkat judul penelitian yang berjudul “Analisis Pengaruh
Kurs, Inflasi dan Gross Domestic Product (GDP) terhadap Ekspor Minyak
Mentah di Negara Anggota OPEC”.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Nilai tukar, atau Kurs, adalah harga mata uang suatu negara terhadap
mata uang negara lain (Pilbeam, 2006). Sementara itu, Krugman (2000)
mendefinisikan kurs sebagai harga mata uang suatu negara yang diukur atau
dinyatakan dalam mata uang lain. Nilai tukar suatu mata uang dapat
didefinisikan sebagai harga relatif suatu mata uang terhadap mata uang
negara lain. Baik faktor fundamental maupun non fundamental dapat
mempengaruhi pergerakan nilai tukar di pasar. Faktor utama tercermin
dalam variabel makroekonomi seperti pertumbuhan ekonomi, inflasi,
ekspor dan impor.
Teori penentuan nilai tukar dapat dijelaskan dengan neraca makro
dan neraca mikro. Dalam neraca makro, nilai tukar mencerminkan
keseimbangan internal dan eksternal. Dengan menggunakan model
persamaan identitas pendapatan nasional, penentuan nilai tukar dapat
dijelaskan dari perspektif keseimbangan ekonomi makro. Jika neraca
internal dinyatakan sebagai Y = Y (A,Q), di mana A adalah penyerapan
domestik (CI G) dan Q adalah nilai tukar riil (S.P*/P), maka Y = CI G (X -
M ). Kemiringan kurva keseimbangan domestik adalah negatif,
menunjukkan bahwa peningkatan permintaan domestik mengikuti
penguatan Q ketika pengeluaran menjauh dari barang domestik. Sisi kiri
kurva ekuilibrium internal menunjukkan kelebihan permintaan dan sisi
kanan menunjukkan kelebihan penawaran. Proses penyesuaian
keseimbangan internal dapat dilakukan melalui inflasi, apresiasi nilai tukar
nominal atau kebijakan fiskal dan moneter. Pada saat yang sama,
keseimbangan eksternal dapat dinyatakan sebagai: TB = TB (A,Q) = X
5
(Y*,Q) – M (Y,Q) (2,1) Kemiringan kurva ekuilibrium eksternal adalah
positif, menunjukkan bahwa peningkatan A mengurangi ekspor neto,
sehingga G mengalami penurunan untuk mengalihkan pengeluaran ke
barang domestik.
Keseimbangan eksternal dapat disesuaikan itu dilakukan dengan
mengurangi aliran modal, menurunkan pajak impor dan kuota. Dari sudut
pandang ekonomi mikro, nilai tukar mencerminkan keseimbangan produksi
dan konsumsi bisnis dan barang lainnya. Jika konsumsi barang-barang yang
dapat diperdagangkan dan barang-barang lainnya dinyatakan sebagai
CT/CN dan kemiringan kurva konsumsi adalah negatif, penurunan nilai Q
menaikkan harga barang-barang yang dapat diperdagangkan relatif terhadap
barang-barang yang tidak dapat diperdagangkan (PT/PN). akibatnya,
konsumsi barang tradable relatif terhadap non-tradable goods menurun
(CT/CN). Jika rasio produksi barang yang dapat diperdagangkan terhadap
barang yang tidak dapat diperdagangkan dinyatakan sebagai FT/FN, maka
kurva produksi memiliki kemiringan positif, menghilangkan Q menaikkan
harga barang yang dapat diperdagangkan relatif terhadap barang yang tidak
dapat diperdagangkan (PT/PN). akibatnya, produksi komersial meningkat
relatif terhadap FT/FN non-komersial. Bagian produksi dan konsumsi
barang komersial dalam perubahan Q lebih ditentukan oleh keseimbangan
ekonomi
6
Keynesian ini banyak digunakan untuk menjelaskan fenomena inflasi
jangka pendek.
Inflasi ialah sebuah fenomena dimana terjadinya kenaikan harga
barang publik akibat ketidakseimbangan antara program sistem pembelian
komoditi (produksi, harga, pencetakan uang, dan lain-lain) dengan tingkat
pendapatan masyarakat. Secara umum, akibat inflasi, daya beli masyarakat
melemah karena tingkat pendapatan mereka secara riil juga menurun.
Katakanlah tingkat inflasi naik 5% tahun ini, jika pendapatan tetap, itu
berarti pendapatan riil turun 5%, yang juga mengurangi daya beli secara
proporsional 5%. Inflasi dianggap sebagai fenomena keuangan yang
disebabkan oleh penurunan nilai satuan mata uang barang. Kenaikan terus
menerus yang terjadi pada tingkat harga umum inilah yang disebut dengan
gejala inflasi.
Apbila inflasi telah terjadi, maka kenaikan harga tidak akan mudah
turun, atau dalam hal ini bisa disebut bahwa inflasi tidak bersifat sementara.
Menurut konsep ini, jika tingkat harga umum yang mengalami kenaikan
bersifat sementara atau cepat menurun , maka kondisi seperti ini tidak bisa
dianggap inflasi misalnya, harga barang publik yang sering naik saat
menjelang lebaran maupun hari besarlainnya. Jika lebaran atau hari besar
telah selesai, maka harga barang publik yang sempat mengalami kenaikan
kembali turun seperti harga awal, maka ini tidak disebut inflasi.
7
pendidikan, keadilan sosial, dan kelestarian lingkungan. Oleh karena itu,
Kuznets menekankan perlunya mengembangkan ukuran alternatif yang
lebih inklusif untuk mengukur kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat.
8
membandingkan tingkat kemakmuran antara negara-negara yang
berbeda.
9
membuatnya menjadi lebih mahal atau lebih murah di pasar internasional,
yang dapat mempengaruhi daya saing ekspor suatu negara.
Di sisi lain, ekspor juga dapat mempengaruhi inflasi di dalam suatu
negara. Misalnya, jika negara mengalami surplus perdagangan (yaitu
ekspornya lebih tinggi daripada impornya), maka hal ini dapat
menyebabkan kenaikan nilai tukar mata uang, yang pada gilirannya dapat
menekan inflasi. Sebaliknya, jika negara mengalami defisit perdagangan
(yaitu impornya lebih tinggi daripada ekspornya), maka hal ini dapat
menyebabkan penurunan nilai tukar mata uang, yang dapat mempercepat
laju inflasi. Selain itu, inflasi juga dapat mempengaruhi permintaan terhadap
ekspor suatu negara. Jika inflasi terjadi di negara importir, maka daya beli
mereka dapat menurun, sehingga mengurangi permintaan terhadap produk
ekspor dari negara lain, termasuk negara yang sedang mengalami inflasi.
Dalam hal ini, inflasi dan ekspor saling terkait dan dapat
mempengaruhi satu sama lain. Oleh karena itu, pemerintah dan bank sentral
perlu memperhatikan inflasi dan mengambil tindakan untuk
mempertahankan stabilitas harga di dalam negeri agar tidak mempengaruhi
ekspor. Hal ini dapat dilakukan melalui berbagai kebijakan moneter dan
fiskal yang tepat, seperti pengaturan suku bunga, pengendalian pengeluaran
pemerintah, dan sebagainya.
10
kontribusi sektor ekspor terhadap PDB. Ini dikarenakan ekspor dapat
meningkatkan penerimaan devisa negara, menggerakkan sektor industri dan
perusahaan di dalam negeri, serta meningkatkan lapangan kerja dan
kesejahteraan masyarakat.
Apabila nilai tukar mata uang negara tersebut melemah, maka harga
barang ekspor dalam mata uang negara tujuan ekspor akan lebih murah,
sehingga dapat meningkatkan daya saing produk ekspor. Dalam hal ini,
peningkatan daya saing dapat meningkatkan volume ekspor dan pendapatan
11
devisa negara. Namun, apabila nilai tukar mata uang negara tersebut
menguat, maka harga barang ekspor dalam mata uang negara tujuan ekspor
akan lebih mahal, sehingga dapat menurunkan daya saing produk ekspor.
12
2.2 Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu telah banyak mengkaji terkait dengan ekspor minyak
baik di negara anggta OPEC maupun diluar dari objek penelitian kami, namun
masih ada keterkaitan dengan penelitian yang kami lakukan, adapun beberapa
penelitian terdahulu tersebut adalah :
1. Hasil dari penelitian ini juga sama dengan penelitian (Marbun, 2017)
menyatakan bahwa nilai tukar rupiah (kurs) menunjukkan pengaruh yang
positif dan signifikan dalam jangka panjang dan dalam penelitian
(Marpaung & Purba, 2017) menunjukkan nilai tukar (Rp/USD)secara
parsial memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap volume Ekspor
Indonesia dengan total pengaruh sebesar 71,57%.
2. Penelitian yang dilakukan oleh (Bala & Chin, 2018)berjudul “Asymmetric
Impacts of Oil Price on Inflation: An Empirical Study of African OPEC
Member Countries”, penelitian ini membahas tentang dampak asimetris dari
perubahan harga minyak terhadap inflasi di Aljazair, Angola, Libya, dan
Nigeria. Tiga jenis data harga minyak yang berbeda digunakan dalam
penelitian ini: harga minyak spot aktual dari masing-masing negara, harga
minyak acuan OPEC, dan rata-rata harga minyak Brent, WTI, dan Dubai.
Panel dinamis autoregressive distributed lag (ARDL) digunakan untuk
memperkirakan dampak jangka pendek dan jangka panjang.
3. Penelitian lain yang menyangkut dengan ekspor minyak adalah penilitian
yang dilakukan oleh (Adegboyega, 2018) yang berjudul “DYNAMIC
EFFECT OF OIL PRICE SHOCKS, INFLATION RATE AND
EXCHANGE RATE ON ECONOMIC GROWTH IN NIGERIA FROM
(1980 - 2014)”, penelitian ini mengkaji efek dinamis dari guncangan harga
minyak, tingkat inflasi dan nilai tukar terhadap pertumbuhan ekonomi di
Negeria tahun 1980 hingga 2016, penelitin ini menggunakan beberapa
metode sebagai alat pengujia, diantaranya statistik deskriptif, uji
autoregressive conditional heterokedasticity (ARCH), uji akar-akar unit dan
kointegrasi dilakukuan untuk menguji karakteristik data. Pengujian
13
dilakukan untuk melihat apakah teknik estimasi generelized autoregressive
conditional heterokedasticity (GARCH) tepat digunakan.
4. Penelitian yang dilakukan oleh (Kinyanjui, 2018) berjudul “EFFECTS OF
CRUDE OIL PRICES ON GROSS DOMESTIC PRODUCT GROWTH
AND SELECTED MACROECONOMIC VARIABLES IN KENYA”,
Studi ini mengestimasi tiga model Autoregressive Distributed lag (ARDL)
untuk menganalisis dampak minyak mentah terhadap variabel-variabel
yang dipilih dalam studi ini. Temuan dari studi ini mengungkapkan bahwa,
harga minyak mentah memiliki efek jangka panjang yang positif terhadap
pertumbuhan PDB. Hal ini dapat dikaitkan dengan fakta bahwa Kenya
mengimpor minyak dan mengekspornya kembali ke Uganda, Rwanda, dan
Sudan Selatan. Temuan ini juga menunjukkan bahwa harga minyak mentah
memiliki pengaruh positif terhadap inflasi dalam jangka panjang, sementara
dalam jangka pendek, harga minyak mentah memiliki lag sebesar satu, yang
berarti bahwa harga minyak mentah satu tahun sebelumnya mempengaruhi
inflasi tahun berjalan. Hubungan antara harga minyak mentah dan Nilai
Tukar Riil adalah negatif dalam jangka panjang. Uji CUSUM dan
CUSUMQ juga dilakukan dan ketiga model tersebut stabil. Studi ini
merekomendasikan bahwa pemerintah harus menghidupkan kembali kilang
minyak di Changamwe untuk meningkatkan rantai nilai minyak dan oleh
karena itu mendapatkan keuntungan dari mengekspor produk minyak bumi
dan bukan minyak mentah. Komisi Regulasi Energi juga harus memoderasi
harga minyak dengan cara yang mempertimbangkan kesetaraan sosial untuk
mengurangi dampaknya terhadap inflasi.
5. Penelitian yang di lakukan oleh (Zakiy & Cahyono, 2019) berjudul
“FACTOR THAT INFLUENCE GROSS DOMESTIC PRODUCT IN OIL
EXPORTING COUNTRIES MEMBERS OF THE ORGANIZATION OF
ISLAMIC COOPERATIO(Kathiravan dkk., 2023)N (OIC) IN THE
PERIOD 1985-2016” mendapatkan hasil bahwa pengaruh harga minyak
dunia, nilai tukar dollar, dan inflasi secara simultan berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi negara pengekspor minyak di organisasi
14
kerjasama Islam. Hasil lainnnya menunjukkan bahwa inflasi secara parsial
tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di negara pengekspor
minyak di organisasi kerjasama Islam selama kurun waktu 1985-2016.
Penelitian yang di lakukan (Zakiy & Cahyono, 2019) menggunakan model
Fixed Effect Model sebagai metode penelitian.
6. Penelitian yang dilakukan oleh (Bada dkk., 2022) yang berjudul
“Determinants of International Reserves Among Organisation of Petroleum
Exporting Countries (OPEC)”, penelitian ini mengkaji determinan
cadangan devisa di kalangan kartel dengan latar belakang motif menyimpan
cadangan. Dengan data tahun 2005 hingga 2018, variabel yang diadopsi
yang diuji dengan sistem metode umum momen (SyÿGMM) adalah inflasi,
nilai tukar, harga minyak, ketergantungan minyak mentah, krisis ekonomi
dan lain-lain. Hasil dan output menunjukkan bahwa inflasi berdampak
negatif secara eksternal dan internal, sementara arus masuk FDI tercatat
negatif signifikan. Krisis ekonomi dan keterbukaan ekonomi signifikan
secara positif, sementara harga minyak dan nilai tukar bukan penentu
signifikan akumulasi cadangan devisa. Makalah ini merekomendasikan
maksimalisasi peluang yang tersedia.
7. Penelitian yang dilakukan oleh (Kathiravan dkk., 2023) berjudul “The
Effects of Crude Oil Price Surprises on National Income: Evidence from
India”, Penelitian ini menemukan efek kausalitas Granger dua arah yang
kuat dari harga minyak mentah Dubai terhadap nilai tukar, serta pengaruh
dua arah Granger dari nilai tukar terhadap harga minyak mentah WTI. Tes
diagnostik berhasil dilewati oleh model yang diperkirakan. Menurut model
OLS, nilai tukar hanya didorong oleh harga minyak mentah Dubai,
meskipun harga minyak mentah WTI mempengaruhi PDB per kapita dan
nilai tukar selama periode penelitian. Rekomendasi kebijakan utama yang
diperoleh dari analisis ini adalah bahwa Reserve Bank of India (RBI) harus
mendepresiasi rupee, pertama untuk memulihkan stabilitas nilai tukar yang
sangat dibutuhkan, kemudian untuk merangsang produsen dalam negeri,
dan terakhir, untuk menarik arus masuk modal asing.
15
8. Penelitian yang dilakukan (Ihebuluche Chiugo Fortune, 2023), yang
berjudul “Analysis of Oil Price Pass-Through to Inflation: Evidence from
Oil-Exporting and OilImporting Countries”, studi saat ini menyelidiki
dampak harga minyak global terhadap inflasi domestik di negara-negara
OPEC+ dan OECD-8 antara tahun 1995 dan 2020. Memanfaatkan
spesifikasi panel ARDL non-linear dan ekstensi VAR (Forecast Variance
Decomposition and Impulse-Response Function) , studi ini membuktikan
adanya efek asimetris kenaikan dan penurunan harga minyak terhadap
perkembangan harga domestik di kedua kelompok negara tersebut.
Sementara itu, studi mengamati bahwa guncangan harga minyak positif
memberikan kontribusi yang signifikan terhadap tekanan harga domestik
dibandingkan guncangan negatif harga minyak.
9. Penelitian yang dilakukan oleh (Al Humssi dkk., 2023), yang berjudul
“Modelling the Impact of World Oil Prices and the Mining and Quarrying
Sector on the United Arab Emirates’ GDP”, dalam studi ini, peneliti
menganalisis dampak harga minyak dunia dan sektor minyak mentah
terhadap pertumbuhan ekonomi di UEA periode 2001–2020 dengan
menerapkan teknik kausalitas ADF, OLS, ARDL, dan Granger. Hasilnya
juga menunjukkan dampak langsung dari perubahan harga minyak terhadap
PDB UEA dalam jangka pendek dan panjang; dengan kata lain, penurunan
harga minyak dapat menimbulkan ancaman bagi keamanan ekonomi UEA
dalam jangka panjang jika tindakan korektif yang tepat tidak diambil. Untuk
menghindari konsekuensi negatif dari krisis harga minyak tersebut, dalam
kajian ini peneliti menekankan bahwa satu-satunya alternatif untuk
mengekspor minyak adalah dengan mendiversifikasi sumber-sumber
ekonomi untuk pembangunan jangka panjang dan meningkat.
10. Penelitian yang dilakukan oleh (Istri dkk., t.t.) yang berjudul ” PENGARUH
INFLASI DAN KURS DOLLAR AS TERHADAP NILAI EKSPOR ALAS
KAKI INDONESIA KE CHINA” Teknik analisis data yang digunakan
adalah Teknis Analisis Regresi Linier Berganda dengan Variabel Dummy.
Hasil analisis menunjukkan bahwa secara simultan variabel Inflasi, Kurs
16
Dollar AS dan ACFTA berpengaruh positif dan signifikan terhadap Nilai
Ekspor. Secara parsial Inflasi berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap
Nilai ekspor, sedangkan Kurs Dollar AS dan ACFTA positif signifikan
terhadap. Kurs Dollar AS memiliki pengaruh yang lebih dominan terhadap
Nilai ekspor dibandingkan variabel bebas lainnya yakni variabel Inflasi dan
ACFTA. Pemerintah sebaiknya lebih memperbaiki atau menekan
kebijakankebijakan yang dapat menghambat laju ekspor, karena dengan
adanya ACFTA ekspor Indonesia sudah mengalami peningkatan.
17
BAB III
METODE PENELITIAN
18
Tiga variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
Inflasi adalah fenomena kenaikan harga barang publik secara umum dan
terus menerus terkait dengan mekanisme pasar yang disebabkan oleh beberapa
faktor yang berbeda (Priyono Agus, 2019). Konsep dari penelitian ini antara lain
ialah: untuk mengukur sejauh mana tingkat inflasi di negara-negara OPEC dari
tahun 2016 hingga 2021 dalam mempengaruhi kegiatan ekspor minyak mentah
negara anggota tersebut.
Nilai tukar (exchange rate) diartikan sebagai nilai atau harga suatu mata
uang relatif terhadap mata uang asing (Priyono Agus, 2019). Konsep penelitian ini
ialah: untuk mrngukur sejauh mana harga atau nilai uang di negara-negara OPEC
terhadap dolar AS pada periode 2016-2021 dalam mempengaruhi kegiatan ekspor
minyak mentah negara anggota tersebut.
Produk domestik bruto (PDB) adalah nilai jumlah atau nilai tambah atas
barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di suatu negara dalam
jangka waktu tertentu biasanya dalam waktu satu tahun. Konsep dari penelitian ini
antara lain ialah: untuk mengukur sejauh mana Produk Domestik Bruto (PDB) di
negara-negara OPEC dari tahun 2016 hingga 2021 dalam mempengaruhi kegiatan
ekspor minyak mentah negara anggota tersebut
Metode yang digunakan dalam menganalisis data panel dari penelitian ini
adalah metode analisis regresi untuk menghubungkan variabel independent dengan
dependent yaitu ekspor minyak mentah. Penilitiian ini dianalisis dengan
menggunakan menggunakan eviews 10.
Persamaan model:
Keterangan:
19
INF : Inflasi
NT : nilai tukar
e : komponen kesalahan
T : Waktu
Model efek CEM adalah sebuah model dalam analisis ekonometrika yang
digunakan untuk mengukur dampak kausalitas dari sebuah variabel terhadap
variabel lainnya. CEM adalah kependekan dari "Comparative Experiments
Method" atau Metode Eksperimen Komparatif. Model efek gabungan (CEM) ,
lebih mudah dibandingkan dengan dua model lainnya, metode ini lebih mudah
digunakan dalam mengevaluasi data karena hanya menggabungkan data time-
series dan cross-section tanpa melihat perbedaan individu atau temporal.
Model efek FEM atau "Fixed Effects Model" adalah model dalam analisis data
panel yang digunakan untuk mengendalikan variabel yang tidak berubah dalam
waktu atau yang dapat dikaitkan dengan karakteristik unik dari masing-masing unit
pengamatan dalam analisis panel. Model efek FEM digunakan untuk mengatasi
20
masalah heterogenitas yang mungkin terjadi dalam data panel. Heterogenitas terjadi
ketika karakteristik yang berbeda dari unit pengamatan menyebabkan perbedaan
dalam hubungan antara variabel yang diamati. Dalam hal ini, model efek FEM
dapat membantu mengontrol karakteristik unik dari masing-masing unit
pengamatan, sehingga memungkinkan kita untuk mengukur dampak dari variabel
yang diamati pada variabel lainnya tanpa dipengaruhi oleh faktor-faktor yang tidak
diamati.
Model efek REM atau "Random Effects Model" adalah model dalam analisis
data panel yang digunakan untuk mengestimasi parameter dari variabel yang
berbeda antara unit pengamatan, serta variabel yang berubah dalam waktu di dalam
unit pengamatan. Model efek REM memperhitungkan efek acak tersebut dalam
estimasi parameter, sehingga memungkinkan kita untuk memperoleh estimasi
parameter yang lebih akurat dan efisien. Model efek REM digunakan dalam analisis
data panel untuk mengatasi heterogenitas antara unit pengamatan dan variasi dalam
waktu pada tingkat unit pengamatan. Model ini sering digunakan dalam penelitian
ekonomi, keuangan, dan ilmu sosial lainnya. Model efek REM menghasilkan hasil
yang lebih akurat daripada model efek tetap ketika variabel yang berubah di dalam
unit pengamatan tidak memiliki variasi yang cukup besar, atau ketika jumlah unit
pengamatan relatif kecil.
Uji Chow
Uji chow test, juga dikenal sebagai Uji-Fisher adalah uji statistik yang
digunakan untuk menentukan signifikansi hubungan antara dua variabel kategori
dalam tabel kontingensi. Uji chow uji biasanya digunakan ketika ukuran sampel
kecil dan asumsi uji chi-kuadrat tidak terpenuhi. Tes tersebut menghitung
probabilitas diperolehnya data yang diamati, atau data yang lebih ekstrem, dengan
21
asumsi bahwa tidak ada hubungan antara kedua variabel. Pengujian dilakukan
dengan membuat tabel kontingensi terlebih dahulu yang merangkum frekuensi
pengamatan untuk dua variabel kategori. Uji chow test kemudian menghitung
probabilitas diperolehnya distribusi yang teramati, atau distribusi yang lebih
ekstrim, dengan asumsi bahwa kedua variabel tersebut independen. Nilai p yang
diperoleh dari tes kemudian dibandingkan dengan tingkat signifikansi untuk
menentukan apakah hubungan yang diamati signifikan secara statistik. Hipotesis
dari uji chow adalah sebagai berikut :
H1 : fixed effect
Tingkat probabilitas, atau tingkat signifikansi alfa, kurang dari 0,05. Ini berrarti
menolak H0 dan terima H1.
Uji Hausmann
Uji-Hausman, juga dikenal sebagai uji Hausman-Taylor, adalah uji statistik yang
digunakan untuk menentukan model fixed effect atau random effect yang lebih
tepat dalam analisis data panel. Uji-Hausman diguunakan untuk membandingkan
estimasi yang diperoleh dari model efek tetap dan model efek acak dan menguji
apakah perbedaan estimasi tersebut signifikan secara statistik. Jika perbedaannya
signifikan, maka model efek tetap lebih disukai daripada model efek acak.
Hiipotesis dari uji Hausman adalah sebagai berikut:
Jika tingkat probabilitas atau alpha lebih besar dari 0,05, maka diasumssikan
menerima H0 dan menolak H1.
Uji normalitas
22
Uji Normalitas adalah sebuah uji yang dilakukan dengan tujuan untuk
menilai sebaran data pada sebuah kelompok data atau variabel, apakah sebaran data
tersebut berdistribusi normal ataukah tidak. Apbila hasil uji normalitas di bawah
nilai 0,05 ini berarti data tidak terdistribusi normal, karena data yang normal
harusnya menunjukkan nilai diatas 0,05.
Uji multikolinearitas
Uji Heteroskedastisitas
Tujuan dari uji heteroskedastisitas adalah untuk menguji model regresi dimana
variansi observasi residual tidak sama. Model yang baik adalah model regresi yang
tidak memiliki homoskedastisitas atau heteroskedastisitas. Apabila prob.ch-square
lebih dari 0,05 maka uji heteroskedastisitas terpenuhi, namun apabila kurang dari
0,05 berarti terjadi heteroskedastisitas (heteroskedastisitas tidak terpenuhi).
Uji statistik adalah metode atau teknik dalam analisis statistik yang
digunakan untuk memperoleh informasi atau membuat kesimpulan tentang
populasi berdasarkan sampel data. Tujuan dari uji statistik adalah untuk
menentukan apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok,
hubungan antara variabel, atau apakah data yang diamati disebabkan oleh kebetulan
atau efek yang nyata. Ada beberapa tahapan dalam uji statistik yaitu uji koefisien
determinasi (R2), uji koefisien umum (F) dan uji regresi parsial (T).
Uji koefisien determinasi (R2) adalah suatu teknik atau metode dalam
statistika yang digunakan untuk mengevaluasi seberapa baik suatu model statistik
23
cocok dengan data yang diamati. Koefisien determinasi, juga dikenal sebagai R-
squared, adalah ukuran statistik yang digunakan untuk menunjukkan seberapa besar
variasi dari variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen
dalam model. Uji koefisien determinasi sangat berguna dalam pengambilan
keputusan statistik karena dapat membantu kita memutuskan apakah model kita
cocok atau tidak cocok dengan data. Jika nilai koefisien determinasi tinggi, itu
menunjukkan bahwa model kita sangat baik dalam menjelaskan variasi dalam data.
Namun, jika nilai koefisien determinasi rendah, itu menunjukkan bahwa model kita
tidak cocok dengan data dan perlu diperbaiki atau diganti dengan model yang lebih
baik.
Uji F statistik adalah suatu teknik atau metode dalam analisis statistik yang
digunakan untuk menguji apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara dua
atau lebih kelompok dalam sampel data. Teknik ini diterapkan pada analisis varian
(ANOVA) yang memungkinkan kita untuk membandingkan rata-rata atau mean
dari beberapa kelompok atau variabel. Uji F statistik memungkinkan kita untuk
mengevaluasi apakah rata-rata dari kelompok-kelompok tersebut sama atau
berbeda secara signifikan. Apabila nilai probsbilitas lebih kecil dari 0,05 ini berarti
seluruh variabel independen mempengaruhi variabel dependen secara bersamaan
begitu pula sebaliknya.
Uji T statistik adalah suatu teknik atau metode dalam analisis statistik yang
digunakan untuk menguji perbedaan yang signifikan antara dua kelompok dalam
sampel data. Dalam uji T statistik, kita membandingkan perbedaan antara rata-rata
dua kelompok dengan deviasi standar dari data. Uji T statistik didasarkan pada
distribusi T-Student, yang merupakan distribusi probabilitas dari statistik uji. Nilai
T-statistik dihitung dengan membagi perbedaan antara kedua rata-rata oleh standar
error dari perbedaan tersebut.
Jika nilai T-statistik besar, artinya perbedaan antara kedua kelompok tersebut
signifikan secara statistik, dan kita dapat menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan antara kedua kelompok tersebut. Namun, jika nilai T-statistik kecil,
24
maka tidak ada perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok tersebut. Apabila
nilai probsbilitas lebih kecil dari 0,05 ini berarti seluruh variabel dependen
mempengaruhi variabel independen secara signifikan begitu pula sebaliknya.
25
DAFTAR PUSTAKA
Al Humssi, A., Petrovskaya, M., & Abueva, M. (2023). Modelling the Impact of World
Oil Prices and the Mining and Quarrying Sector on the United Arab Emirates’ GDP.
Mathematics, 11(1). https://doi.org/10.3390/math11010094
Bada, O. T., Adetiloye, K. A., Olokoyo, F. O., & Ukporhe, G. (2022). Determinants of
International Reserves Among Organisation of Petroleum Exporting Countries
(OPEC). Comparative Economic Research, 25(3), 111–133.
https://doi.org/10.18778/1508-2008.25.24
Bala, U., & Chin, L. (2018). Asymmetric impacts of oil price on inflation: An empirical
study of African OPEC member countries. Energies, 11(11).
https://doi.org/10.3390/en11113017
Istri, A. A., Larasati, S., Kembar, M., & Budhi, S. (t.t.). PENGARUH INFLASI DAN
KURS DOLLAR AS TERHADAP NILAI EKSPOR ALAS KAKI INDONESIA KE
CHINA. 7(11), 2430–2460.
Kathiravan, C., Selvam, M., Maniam, B., Dana, L. P., & Babu, M. (2023). The Effects
of Crude Oil Price Surprises on National Income: Evidence from India. Energies,
16(3), 1148. https://doi.org/10.3390/en16031148
Marbun, L. (2017). Pengaruh produksi, kurs dan Gross Domestic Product (Gdp) terhadap
ekspor kayu lapis. Economics Development Analysis Journal, 4(2), 129–136.
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/edaj/article/view/14812
26
Priyono Agus. (2019). PENGARUH PDB, NILAI TUKAR, INFLASI TERHADAP
EKSPOR KARET INDONESIA PERIODE 2007-2013. Jurnal Ilmu dan Riset
Manajemen, Volume 8, Nomor 4, 1–12.
Zakiy, I., & Cahyono, E. F. (t.t.). FACTORS THAT INFLUENCE GROSS DOMESTIC
PRODUCT IN OIL EXPORTING COUNTRIES MEMBERS OF THE
ORGANIZATION OF ISLAMIC COOPERATION (OIC) IN THE PERIOD 1985-
2016. Dalam Airlangga International Journal of Islamic Economics and finance
(Vol. 1, Nomor 1).
27