Anda di halaman 1dari 30

PROPOSAL TUGAS AKHIR

ANALISIS PENGARUH KURS, INFLASI DAN GROSS DOMESTIK


BRUTO (GDP) TERHADAP EKSPOR MINYAK MENTAH DI NEGARA
OPEC

Disusun Oleh:

Wina (3032011023)

Susi Wulandari (3032011007)

Tika Ayu Lorena (3032011008)

Wirda Eka Sari (3032011024)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN


TEKNOLOGI

UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG

FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM STUDI EKONOMI

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya
sehingga “ Proposal Ekonomi Moneter yang berjudul Analisis Pengaruh Kurs,
Inflasi dan Gross Domestik Bruto (GDP) Terhadap Ekspor Minyak Mentah Di
Negara OPEC “dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan pikiran maupun materinya.

Kami sangat berharap semoga proposal ini dapat menambah pengetahuan


dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan, kami berharap lebih jauh lagi pembaca
dapat mempraktekan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam


penyusunan proposal ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami.
Oleh karena itu, saya mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan
kritik yang membangun dari berbagai pihak. Harapan kami semoga tugas ini dapat
memberikan manfaat bagi perkembangan dunia Pendidikan khususbya kami dan
para pembaca

Bangka, 26 Maret 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ...................................................................................... i


DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1.Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2.Rumusan Masalah ............................................................................... 4
1.3.Tujuan Penelitian ................................................................................ 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... 5
2.1.Landasan Teori ................................................................................... 5
2.1.1. Teori Kurs (Nilai Tukar) .......................................................... 5
2.1.2. Teori Inflasi .............................................................................. 6
2.1.3. Teori Produk Domestik Bruto (PDB) ...................................... 7
2.1.4. Teori Ekspor ............................................................................. 9
2.2.Penelitian Terdahulu ............................................................................ 13
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 14
3.1. Jenis dan Sumber Data ....................................................................... 14
3.2. Definisi Fungsional Variabel dan Pengukuran ................................... 18
3.2.1. Variabel Dependent.................................................................. 18
3.2.2. Variabel Independent ............................................................... 18
3.3.Metode Analisis Penelitian .................................................................. 19
3.3.1. Estimasi Regresi Data Panel ..................................................... 19
3.3.2. Pilihan Model Penilaian ........................................................... 21
3.3.3. Uji Asumsi Klasik .................................................................... 22
3.3.4. Uji Statistik .............................................................................. 23
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perdagangan internasional merupakan salah satu elemen utama yang


mendorong terjadinya proses globalisasi. Globalisasi menjadi pusat dari proses
integrasi ekonomi, politik, sosial, dan budaya yang menghubungkan seluruh negara
di dunia. Kedua elemen ini yakni perdagangan internasional dan globalisasi saling
memiliki keterkaitan, dimana dalam era globalisasi perdagangan internasional juga
menjadi elemen yang sangat penting, karena negara-negara semakin tergantung
satu sama lain dalam hal perdagangan. Globalisasi juga telah memfasilitasi
peningkatan perdagangan internasional melalui kemajuan teknologi dan
komunikasi, sehingga transaksi bisnis antarnegara dapat dilakukan secara lebih
cepat dan efisien. Selain itu, perdagangan internasional yang semakin terbuka dan
bebas dapat memungkinkan adanya perpindahan modal, teknologi, dan sumber
daya manusia di antara negara-negara. Hal ini dapat mempercepat pertumbuhan
ekonomi dan inovasi di banyak negara, serta memberikan kesempatan bagi negara-
negara berkembang untuk meningkatkan posisi mereka dalam perekonomian
global. Salah satu organisasi yang terlibat dalam perdagangan internasional adalah
OPEC (Organization of the Petroleum Exporting Countries).

Negara-negara OPEC terlibat dalam perdagangan internasional utamanya melalui


ekspor minyak mentah. Negara anggota OPEC yang terkenal sebagai penghasil
minyak mentah adalah Arab Saudi, Iran, Irak, Uni Emirat Arab, Kuwait, Venezuela,
Libya, dan Nigeria. Masing-masing negara memiliki target produksi yang
ditetapkan oleh OPEC dan mereka mencoba untuk mempertahankan produksi di
sekitar target tersebut. OPEC secara kolektif mengontrol sebagian besar pasokan
minyak mentah dunia, dan anggota OPEC mempunyai andil besar dalam memasok
minyak dunia. Sebagai kelompok, OPEC telah memainkan peran penting dalam
membentuk pasar minyak dan menentukan harga minyak dunia. Sebagai hasilnya,
perdagangan internasional OPEC sangat dipengaruhi oleh fluktuasi harga minyak

1
dunia dan kebijakan OPEC terkait produksi minyak. Namun, selain ekspor minyak
mentah, negara-negara OPEC juga mengekspor komoditas lainnya seperti gas alam,
logam mulia, dan produk pertanian.

Jumlah Ekspor Minyak Mentah Negara Anggota OPEC Tahun 2021

Gabon
Equatorial Guinea
Libya
Nigeria
Venezuela, RB
United Arab Emirates
Saudi Arabia
Kuwait
Iran, Islamic Rep.
Iraq
Congo, Rep.
Angola
Algeria
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000

Gamabar 1.1 Jumlah Ekspor Minyak Mentah Negara OPEC Tahun 2021
Sumber : Data CEIC diolah, (2023)

Dari gambar 1.1 di atas pada tahun 2021 negara anggota OPEC yang paling
banyak mengekspor minyak mentah adalah negara Saudi Arabia yakni sebesar
6,227.40 barrel minyak mentah, namun rekor ini turun dibanding tahun 2020 yaitu
mencapai 6,658.64 barrel, sedangkan yang terendah dari negara Equatorial Guinea
sebesar 92.823 barrel. Secara berurutan negara anggota OPEC yang mengekspor
minyak mentah dari yang tertinggi sampai yang terendah pada tahun 2021 yakni,
posisi pertama ditempati oleh Saudi Arabia dengan jumlah ekspor mencapai
6,227.40 barrel, posisi kedua ditempati Iraq dengan jumlah ekspor 3,439.55 barrel,
posisi ketiga ditempati Uni Emirate Arab dengan jumlah ekspor 2,304.91, posisi
keempat ditempati Kuwait dengan jumlah ekspor 1,740.45 barrel, posisi kelima
ditempati Nigeria dengan jumlah eskpor 1,592.33 barrel, posisi keenam ditempati
Libya dengan jumlah ekspor 1,090.62, posisi ketujuh ditempati Angola dengan
jumlah ekspor 1,079.54, posisi kedelapan di tempati Iran dengan jumlah ekspor

2
762.779 barrel, posisi kesembilan ditempati Venezuela dengan jumlah ekspor
447.82, posisi kesepuluh ditempati Algeria dengan jumlah ekspor 445.982, posisi
kesebelas ditempati Kongo dengan jumlah ekspor 250.683 barrel, posisi keduabelas
ditempati Gabon dengan jumlah ekspor 181.2, dan posisi terakhir ditempati
Equatorial Guinea dengan jumlah ekspor 92.823 barrel.

Jumlah Cadangan Minyak Mentah Negara Anggota


OPEC 2021
350
300
250
200
150
100
50
0

Gamabar 1.2 Jumlah Cadangan Minyak Mentah Negara OPEC Tahun 2021
Sumber : Data CEIC diolah, (2023)

Berdasarkan gambar 1.2 diatas diketahui bahwa pada tahun 2021 negara
anggota OPEC yang memiliki jumlah cadangan minyak mentah terbesar adalah
Venezuela dengan jumlah cadangan minyak mentah sebanyak 303.81 milliar barrel
dan posisi terendah di tempati oleh Equatorial Guineal yang memiliki jumlah
cadangan minyak mentah sebanyak 1.100 milliar barrel. Venezuela memang
memegang gelar negara yang mempunyai cadangan minyak terbesar di dunia,
terbukti dengan pada tahun 2021 cadangan minyak Venezuela mencapai 303.81
milliar barrel. Negara dengan jumlah cadangan minyak terbesar kedua di dunia
adalah Saudi Arabia dengan jumlah cadangan minyak sebanyak 258.600 miliar
barel. Posisi ketiga negara di dunia yang mempunyai cadangan minyak terbesar
adalah Iran dengan jumlah cadangan minyak sebanyak 208.600 miliar barrel. Dari

3
tiga posisi negara dengan jumlah cadangan devisa terbesar di dunia ditempati oleh
negara yang menjadi bagian anggota OPEC, yakni Venezuela, Saudi Arabia, dan
Iran.

Berdasarkan uraian fenomena diatas peniliti tertarik untuk mengkaji hal apa
saja yang bisa menyebabkan ekspor minyak mintah di negara anggota OPEC
mengalami kenaikan atau penurunan, apakah faktor dari ekonomi moneter sepeti
kurs (nilai tukar), inflasi, dan Gross Domestic Product (GDP) mempengaruhi
kegiatan ekspor minyak mentah negara anggota OPEC. Dari ketertarikan tersebut
peneliti tertarik mengangkat judul penelitian yang berjudul “Analisis Pengaruh
Kurs, Inflasi dan Gross Domestic Product (GDP) terhadap Ekspor Minyak
Mentah di Negara Anggota OPEC”.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah:

1. Apakah kurs berpengaruh terhadap eskpor minyak mentah di negara


anggota OPEC?
2. Apakah inflasi berpengaruh terhadap eskpor minyak mentah di negara
anggota OPEC?
3. Apakah Gross Domestic Product (GDP) berpengaruh terhadap eskpor
minyak mentah di negara anggota OPEC?
1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh kurs terhadap eskpor minyak mentah di negara


anggota OPEC.
2. Untuk mengetahui pengaruh inflasi terhadap eskpor minyak mentah di
negara anggota OPEC.
3. Untuk mengetahui pengaruh Gross Domestic Product (GDP) terhadap
eskpor minyak mentah di negara anggota OPEC.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1. Teori Kurs (Nilai Tukar)

Nilai tukar, atau Kurs, adalah harga mata uang suatu negara terhadap
mata uang negara lain (Pilbeam, 2006). Sementara itu, Krugman (2000)
mendefinisikan kurs sebagai harga mata uang suatu negara yang diukur atau
dinyatakan dalam mata uang lain. Nilai tukar suatu mata uang dapat
didefinisikan sebagai harga relatif suatu mata uang terhadap mata uang
negara lain. Baik faktor fundamental maupun non fundamental dapat
mempengaruhi pergerakan nilai tukar di pasar. Faktor utama tercermin
dalam variabel makroekonomi seperti pertumbuhan ekonomi, inflasi,
ekspor dan impor.
Teori penentuan nilai tukar dapat dijelaskan dengan neraca makro
dan neraca mikro. Dalam neraca makro, nilai tukar mencerminkan
keseimbangan internal dan eksternal. Dengan menggunakan model
persamaan identitas pendapatan nasional, penentuan nilai tukar dapat
dijelaskan dari perspektif keseimbangan ekonomi makro. Jika neraca
internal dinyatakan sebagai Y = Y (A,Q), di mana A adalah penyerapan
domestik (CI G) dan Q adalah nilai tukar riil (S.P*/P), maka Y = CI G (X -
M ). Kemiringan kurva keseimbangan domestik adalah negatif,
menunjukkan bahwa peningkatan permintaan domestik mengikuti
penguatan Q ketika pengeluaran menjauh dari barang domestik. Sisi kiri
kurva ekuilibrium internal menunjukkan kelebihan permintaan dan sisi
kanan menunjukkan kelebihan penawaran. Proses penyesuaian
keseimbangan internal dapat dilakukan melalui inflasi, apresiasi nilai tukar
nominal atau kebijakan fiskal dan moneter. Pada saat yang sama,
keseimbangan eksternal dapat dinyatakan sebagai: TB = TB (A,Q) = X

5
(Y*,Q) – M (Y,Q) (2,1) Kemiringan kurva ekuilibrium eksternal adalah
positif, menunjukkan bahwa peningkatan A mengurangi ekspor neto,
sehingga G mengalami penurunan untuk mengalihkan pengeluaran ke
barang domestik.
Keseimbangan eksternal dapat disesuaikan itu dilakukan dengan
mengurangi aliran modal, menurunkan pajak impor dan kuota. Dari sudut
pandang ekonomi mikro, nilai tukar mencerminkan keseimbangan produksi
dan konsumsi bisnis dan barang lainnya. Jika konsumsi barang-barang yang
dapat diperdagangkan dan barang-barang lainnya dinyatakan sebagai
CT/CN dan kemiringan kurva konsumsi adalah negatif, penurunan nilai Q
menaikkan harga barang-barang yang dapat diperdagangkan relatif terhadap
barang-barang yang tidak dapat diperdagangkan (PT/PN). akibatnya,
konsumsi barang tradable relatif terhadap non-tradable goods menurun
(CT/CN). Jika rasio produksi barang yang dapat diperdagangkan terhadap
barang yang tidak dapat diperdagangkan dinyatakan sebagai FT/FN, maka
kurva produksi memiliki kemiringan positif, menghilangkan Q menaikkan
harga barang yang dapat diperdagangkan relatif terhadap barang yang tidak
dapat diperdagangkan (PT/PN). akibatnya, produksi komersial meningkat
relatif terhadap FT/FN non-komersial. Bagian produksi dan konsumsi
barang komersial dalam perubahan Q lebih ditentukan oleh keseimbangan
ekonomi

2.1.2. Teori Inflasi


Menurut Keynes, inflasi disebabkan karena hidup di luar batas
kemampuan keuangan mereka. Selama gap inflasi bertahan, kemungkinan
besar akan terjadi inflasi jika kekuatan pendukung perekonomian tidak
distimulasi (misalnya kebijakan pemerintah berupa belanja publik,
kebijakan fiskal, kebijakan luar negeri, dll). Keterbatasan persediaan barang
(total supply) tersebut disebabkan karena dalam jangka pendek tidak
mungkin mengembangkan kapasitas produksi untuk mengimbangi
peningkatan jumlah total. Oleh karena itu, sebagai monetaris, model

6
Keynesian ini banyak digunakan untuk menjelaskan fenomena inflasi
jangka pendek.
Inflasi ialah sebuah fenomena dimana terjadinya kenaikan harga
barang publik akibat ketidakseimbangan antara program sistem pembelian
komoditi (produksi, harga, pencetakan uang, dan lain-lain) dengan tingkat
pendapatan masyarakat. Secara umum, akibat inflasi, daya beli masyarakat
melemah karena tingkat pendapatan mereka secara riil juga menurun.
Katakanlah tingkat inflasi naik 5% tahun ini, jika pendapatan tetap, itu
berarti pendapatan riil turun 5%, yang juga mengurangi daya beli secara
proporsional 5%. Inflasi dianggap sebagai fenomena keuangan yang
disebabkan oleh penurunan nilai satuan mata uang barang. Kenaikan terus
menerus yang terjadi pada tingkat harga umum inilah yang disebut dengan
gejala inflasi.
Apbila inflasi telah terjadi, maka kenaikan harga tidak akan mudah
turun, atau dalam hal ini bisa disebut bahwa inflasi tidak bersifat sementara.
Menurut konsep ini, jika tingkat harga umum yang mengalami kenaikan
bersifat sementara atau cepat menurun , maka kondisi seperti ini tidak bisa
dianggap inflasi misalnya, harga barang publik yang sering naik saat
menjelang lebaran maupun hari besarlainnya. Jika lebaran atau hari besar
telah selesai, maka harga barang publik yang sempat mengalami kenaikan
kembali turun seperti harga awal, maka ini tidak disebut inflasi.

2.1.3. Teori Produk Domestik Bruto

Menurut Kuznets, Produk Domestik Bruto (PDB) adalah ukuran


dari nilai pasar dari seluruh barang dan jasa yang dihasilkan dalam suatu
negara dalam periode waktu tertentu, biasanya satu tahun. Kuznets
menganggap PDB sebagai alat yang berguna untuk mengukur pertumbuhan
ekonomi suatu negara. Namun demikian, Kuznets juga menyadari bahwa
PDB tidak dapat mengukur kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.
Kuznets menyatakan bahwa PDB hanya mengukur output ekonomi suatu
negara, tetapi tidak memperhitungkan faktor-faktor seperti kesehatan,

7
pendidikan, keadilan sosial, dan kelestarian lingkungan. Oleh karena itu,
Kuznets menekankan perlunya mengembangkan ukuran alternatif yang
lebih inklusif untuk mengukur kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat.

Produk Domestik Bruto (PDB) adalah ukuran penting dalam


perekonomian karena memberikan gambaran tentang kesehatan dan
pertumbuhan ekonomi suatu negara. PDB mengukur nilai pasar dari seluruh
barang dan jasa yang dihasilkan dalam suatu negara dalam periode waktu
tertentu, biasanya satu tahun. Berikut adalah beberapa aspek PDB dalam
perekonomian:

1. Pertumbuhan Ekonomi: PDB biasanya digunakan sebagai ukuran


utama untuk mengukur pertumbuhan ekonomi suatu negara. Semakin
tinggi nilai PDB suatu negara, semakin besar output ekonominya dan
semakin baik perekonomian negara tersebut.
2. Kesejahteraan Masyarakat: Meskipun PDB dapat memberikan
gambaran tentang pertumbuhan ekonomi suatu negara, nilai PDB saja
tidak dapat memberikan gambaran yang lengkap tentang
kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, penting untuk
mempertimbangkan faktor-faktor lain seperti pendidikan, kesehatan,
ketimpangan sosial, dan kelestarian lingkungan.
3. Kebijakan Ekonomi: PDB dapat digunakan untuk mengukur
efektivitas kebijakan ekonomi suatu negara. Jika PDB mengalami
peningkatan, maka kebijakan ekonomi yang diterapkan dapat
dikatakan berhasil.
4. Investasi dan Konsumsi: PDB juga dapat digunakan untuk
mengevaluasi investasi dan konsumsi suatu negara. Jika PDB suatu
negara meningkat, maka hal ini dapat menunjukkan bahwa ada
pertumbuhan dalam konsumsi dan investasi.
5. Perbandingan Negara: PDB dapat digunakan untuk membandingkan
kinerja ekonomi antara negara satu dengan yang lainnya. PDB per
kapita, yaitu PDB per orang, juga dapat digunakan untuk

8
membandingkan tingkat kemakmuran antara negara-negara yang
berbeda.

2.1.4. Teori Ekspor

Menurut Harry G. Johnson ekspor adalah kegiatan menjual barang atau


jasa yang diproduksi secara nasional ke negara lain dengan tujuan memperoleh
keuntungan dan memperbaiki neraca perdagangan. Ekspor terjadi karena
adanya permintaan dari negara lain terhadap barang atau jasa yang diproduksi
oleh suatu negara. Dengan mengekspor produk, suatu negara akan terdorong
untuk meningkatkan kualitas produk dan memperbaiki efisiensi produksi untuk
bersaing di pasar internasional yang lebih kompetitif. Hal ini juga dapat
membantu negara dalam menghadapi persaingan domestik yang lebih ketat.
Keuntungan lainnya dari melakukan ekspor adalah mendorong pertumbuhan
ekonomi. Ekspor dapat mendorong pertumbuhan ekonomi suatu negara dengan
meningkatkan permintaan dan produksi dalam negeri. Hal ini dapat
menghasilkan efek multiplikasi di sektor lain, seperti transportasi, logistik, dan
jasa pendukung lainnya.

Dalam perdagangan internasional, ekspor memainkan peran penting dalam


memperkuat pertumbuhan ekonomi suatu negara. Seiring dengan meningkatnya
jumlah ekspor, negara dapat memperoleh lebih banyak devisa yang dapat
digunakan untuk membiayai kebutuhan dalam negeri dan memperkuat ekonomi
negara tersebut. Ekspor juga dapat memicu persaingan antara negara-negara
dan menciptakan hubungan ekonomi yang saling menguntungkan. Ekspor
memungkinkan negara-negara untuk memperluas pasar dan meningkatkan
akses ke pasar internasional, serta memperkuat ikatan perdagangan antar negara
dan memberikan manfaat bagi perekonomian global secara keseluruhan.

- Pengaruh Inflasi Terhadap Ekspor


Inflasi dapat memiliki hubungan yang kompleks dengan ekspor.
Pada satu sisi, inflasi dapat mempengaruhi harga barang ekspor dan

9
membuatnya menjadi lebih mahal atau lebih murah di pasar internasional,
yang dapat mempengaruhi daya saing ekspor suatu negara.
Di sisi lain, ekspor juga dapat mempengaruhi inflasi di dalam suatu
negara. Misalnya, jika negara mengalami surplus perdagangan (yaitu
ekspornya lebih tinggi daripada impornya), maka hal ini dapat
menyebabkan kenaikan nilai tukar mata uang, yang pada gilirannya dapat
menekan inflasi. Sebaliknya, jika negara mengalami defisit perdagangan
(yaitu impornya lebih tinggi daripada ekspornya), maka hal ini dapat
menyebabkan penurunan nilai tukar mata uang, yang dapat mempercepat
laju inflasi. Selain itu, inflasi juga dapat mempengaruhi permintaan terhadap
ekspor suatu negara. Jika inflasi terjadi di negara importir, maka daya beli
mereka dapat menurun, sehingga mengurangi permintaan terhadap produk
ekspor dari negara lain, termasuk negara yang sedang mengalami inflasi.
Dalam hal ini, inflasi dan ekspor saling terkait dan dapat
mempengaruhi satu sama lain. Oleh karena itu, pemerintah dan bank sentral
perlu memperhatikan inflasi dan mengambil tindakan untuk
mempertahankan stabilitas harga di dalam negeri agar tidak mempengaruhi
ekspor. Hal ini dapat dilakukan melalui berbagai kebijakan moneter dan
fiskal yang tepat, seperti pengaturan suku bunga, pengendalian pengeluaran
pemerintah, dan sebagainya.

- Pengaruh Produk Domestik Bruto Terhadap Ekspor

PDB (Produk Domestik Bruto) dan ekspor memiliki hubungan yang


erat dalam konteks perdagangan internasional. PDB merupakan ukuran nilai
seluruh barang dan jasa yang diproduksi di dalam suatu negara dalam suatu
periode waktu tertentu, sementara ekspor merupakan kegiatan perdagangan
yang melibatkan penjualan barang dan jasa dari suatu negara ke negara lain.

Ketika suatu negara berhasil meningkatkan ekspornya, hal ini dapat


berdampak positif terhadap pertumbuhan PDB-nya. Dalam hal ini, semakin
besar volume ekspor yang berhasil dihasilkan, maka semakin besar pula

10
kontribusi sektor ekspor terhadap PDB. Ini dikarenakan ekspor dapat
meningkatkan penerimaan devisa negara, menggerakkan sektor industri dan
perusahaan di dalam negeri, serta meningkatkan lapangan kerja dan
kesejahteraan masyarakat.

Di sisi lain, perkembangan PDB suatu negara juga dapat


mempengaruhi ekspor. Ketika suatu negara memiliki PDB yang tinggi,
maka daya beli masyarakatnya akan meningkat, sehingga permintaan
terhadap barang dan jasa juga cenderung meningkat, termasuk terhadap
produk ekspor dari negara lain. Dalam hal ini, semakin besar pertumbuhan
PDB suatu negara, maka semakin besar pula peluang untuk meningkatkan
volume ekspornya.

Namun, pada kenyataannya, hubungan antara PDB dan ekspor tidak


selalu berjalan sejalan. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
hubungan ini, seperti fluktuasi nilai tukar mata uang, kebijakan perdagangan
yang berubah-ubah, dan kondisi ekonomi global yang tidak stabil. Oleh
karena itu, penting bagi suatu negara untuk mengoptimalkan potensi
ekspornya, sambil juga memperkuat sektor-sektor dalam negeri guna
meningkatkan PDB dan menciptakan pertumbuhan ekonomi yang
berkelanjutan.

- Pengaruh Nilai Tukar (Kurs) Terhadap Ekspor


Nilai tukar atau kurs mata uang suatu negara dapat mempengaruhi
kinerja ekspor negara tersebut. Hal ini terjadi karena nilai tukar mata uang
akan memengaruhi harga barang ekspor dalam mata uang negara tujuan
ekspor.

Apabila nilai tukar mata uang negara tersebut melemah, maka harga
barang ekspor dalam mata uang negara tujuan ekspor akan lebih murah,
sehingga dapat meningkatkan daya saing produk ekspor. Dalam hal ini,
peningkatan daya saing dapat meningkatkan volume ekspor dan pendapatan

11
devisa negara. Namun, apabila nilai tukar mata uang negara tersebut
menguat, maka harga barang ekspor dalam mata uang negara tujuan ekspor
akan lebih mahal, sehingga dapat menurunkan daya saing produk ekspor.

Perubahan nilai tukar juga dapat mempengaruhi biaya produksi


barang ekspor. Apabila nilai tukar mata uang negara tersebut melemah,
maka biaya produksi barang ekspor yang menggunakan bahan baku atau
komponen impor menjadi lebih murah. Sebaliknya, apabila nilai tukar mata
uang negara tersebut menguat, maka biaya produksi barang ekspor yang
menggunakan bahan baku atau komponen impor menjadi lebih mahal.

Oleh karena itu, perubahan nilai tukar mata uang dapat


mempengaruhi daya saing produk ekspor suatu negara. Untuk
meningkatkan daya saing produk ekspor, suatu negara dapat melakukan
devaluasi atau penurunan nilai tukar mata uangnya. Namun, tindakan ini
harus dilakukan dengan hati-hati, karena dapat berdampak pada inflasi dan
ketidakstabilan ekonomi. Selain itu, suatu negara juga dapat meningkatkan
efisiensi dan produktivitas sektor ekspornya, sehingga dapat menghasilkan
produk ekspor dengan harga yang lebih kompetitif di pasar internasional.

12
2.2 Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu telah banyak mengkaji terkait dengan ekspor minyak
baik di negara anggta OPEC maupun diluar dari objek penelitian kami, namun
masih ada keterkaitan dengan penelitian yang kami lakukan, adapun beberapa
penelitian terdahulu tersebut adalah :

1. Hasil dari penelitian ini juga sama dengan penelitian (Marbun, 2017)
menyatakan bahwa nilai tukar rupiah (kurs) menunjukkan pengaruh yang
positif dan signifikan dalam jangka panjang dan dalam penelitian
(Marpaung & Purba, 2017) menunjukkan nilai tukar (Rp/USD)secara
parsial memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap volume Ekspor
Indonesia dengan total pengaruh sebesar 71,57%.
2. Penelitian yang dilakukan oleh (Bala & Chin, 2018)berjudul “Asymmetric
Impacts of Oil Price on Inflation: An Empirical Study of African OPEC
Member Countries”, penelitian ini membahas tentang dampak asimetris dari
perubahan harga minyak terhadap inflasi di Aljazair, Angola, Libya, dan
Nigeria. Tiga jenis data harga minyak yang berbeda digunakan dalam
penelitian ini: harga minyak spot aktual dari masing-masing negara, harga
minyak acuan OPEC, dan rata-rata harga minyak Brent, WTI, dan Dubai.
Panel dinamis autoregressive distributed lag (ARDL) digunakan untuk
memperkirakan dampak jangka pendek dan jangka panjang.
3. Penelitian lain yang menyangkut dengan ekspor minyak adalah penilitian
yang dilakukan oleh (Adegboyega, 2018) yang berjudul “DYNAMIC
EFFECT OF OIL PRICE SHOCKS, INFLATION RATE AND
EXCHANGE RATE ON ECONOMIC GROWTH IN NIGERIA FROM
(1980 - 2014)”, penelitian ini mengkaji efek dinamis dari guncangan harga
minyak, tingkat inflasi dan nilai tukar terhadap pertumbuhan ekonomi di
Negeria tahun 1980 hingga 2016, penelitin ini menggunakan beberapa
metode sebagai alat pengujia, diantaranya statistik deskriptif, uji
autoregressive conditional heterokedasticity (ARCH), uji akar-akar unit dan
kointegrasi dilakukuan untuk menguji karakteristik data. Pengujian

13
dilakukan untuk melihat apakah teknik estimasi generelized autoregressive
conditional heterokedasticity (GARCH) tepat digunakan.
4. Penelitian yang dilakukan oleh (Kinyanjui, 2018) berjudul “EFFECTS OF
CRUDE OIL PRICES ON GROSS DOMESTIC PRODUCT GROWTH
AND SELECTED MACROECONOMIC VARIABLES IN KENYA”,
Studi ini mengestimasi tiga model Autoregressive Distributed lag (ARDL)
untuk menganalisis dampak minyak mentah terhadap variabel-variabel
yang dipilih dalam studi ini. Temuan dari studi ini mengungkapkan bahwa,
harga minyak mentah memiliki efek jangka panjang yang positif terhadap
pertumbuhan PDB. Hal ini dapat dikaitkan dengan fakta bahwa Kenya
mengimpor minyak dan mengekspornya kembali ke Uganda, Rwanda, dan
Sudan Selatan. Temuan ini juga menunjukkan bahwa harga minyak mentah
memiliki pengaruh positif terhadap inflasi dalam jangka panjang, sementara
dalam jangka pendek, harga minyak mentah memiliki lag sebesar satu, yang
berarti bahwa harga minyak mentah satu tahun sebelumnya mempengaruhi
inflasi tahun berjalan. Hubungan antara harga minyak mentah dan Nilai
Tukar Riil adalah negatif dalam jangka panjang. Uji CUSUM dan
CUSUMQ juga dilakukan dan ketiga model tersebut stabil. Studi ini
merekomendasikan bahwa pemerintah harus menghidupkan kembali kilang
minyak di Changamwe untuk meningkatkan rantai nilai minyak dan oleh
karena itu mendapatkan keuntungan dari mengekspor produk minyak bumi
dan bukan minyak mentah. Komisi Regulasi Energi juga harus memoderasi
harga minyak dengan cara yang mempertimbangkan kesetaraan sosial untuk
mengurangi dampaknya terhadap inflasi.
5. Penelitian yang di lakukan oleh (Zakiy & Cahyono, 2019) berjudul
“FACTOR THAT INFLUENCE GROSS DOMESTIC PRODUCT IN OIL
EXPORTING COUNTRIES MEMBERS OF THE ORGANIZATION OF
ISLAMIC COOPERATIO(Kathiravan dkk., 2023)N (OIC) IN THE
PERIOD 1985-2016” mendapatkan hasil bahwa pengaruh harga minyak
dunia, nilai tukar dollar, dan inflasi secara simultan berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi negara pengekspor minyak di organisasi

14
kerjasama Islam. Hasil lainnnya menunjukkan bahwa inflasi secara parsial
tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di negara pengekspor
minyak di organisasi kerjasama Islam selama kurun waktu 1985-2016.
Penelitian yang di lakukan (Zakiy & Cahyono, 2019) menggunakan model
Fixed Effect Model sebagai metode penelitian.
6. Penelitian yang dilakukan oleh (Bada dkk., 2022) yang berjudul
“Determinants of International Reserves Among Organisation of Petroleum
Exporting Countries (OPEC)”, penelitian ini mengkaji determinan
cadangan devisa di kalangan kartel dengan latar belakang motif menyimpan
cadangan. Dengan data tahun 2005 hingga 2018, variabel yang diadopsi
yang diuji dengan sistem metode umum momen (SyÿGMM) adalah inflasi,
nilai tukar, harga minyak, ketergantungan minyak mentah, krisis ekonomi
dan lain-lain. Hasil dan output menunjukkan bahwa inflasi berdampak
negatif secara eksternal dan internal, sementara arus masuk FDI tercatat
negatif signifikan. Krisis ekonomi dan keterbukaan ekonomi signifikan
secara positif, sementara harga minyak dan nilai tukar bukan penentu
signifikan akumulasi cadangan devisa. Makalah ini merekomendasikan
maksimalisasi peluang yang tersedia.
7. Penelitian yang dilakukan oleh (Kathiravan dkk., 2023) berjudul “The
Effects of Crude Oil Price Surprises on National Income: Evidence from
India”, Penelitian ini menemukan efek kausalitas Granger dua arah yang
kuat dari harga minyak mentah Dubai terhadap nilai tukar, serta pengaruh
dua arah Granger dari nilai tukar terhadap harga minyak mentah WTI. Tes
diagnostik berhasil dilewati oleh model yang diperkirakan. Menurut model
OLS, nilai tukar hanya didorong oleh harga minyak mentah Dubai,
meskipun harga minyak mentah WTI mempengaruhi PDB per kapita dan
nilai tukar selama periode penelitian. Rekomendasi kebijakan utama yang
diperoleh dari analisis ini adalah bahwa Reserve Bank of India (RBI) harus
mendepresiasi rupee, pertama untuk memulihkan stabilitas nilai tukar yang
sangat dibutuhkan, kemudian untuk merangsang produsen dalam negeri,
dan terakhir, untuk menarik arus masuk modal asing.

15
8. Penelitian yang dilakukan (Ihebuluche Chiugo Fortune, 2023), yang
berjudul “Analysis of Oil Price Pass-Through to Inflation: Evidence from
Oil-Exporting and OilImporting Countries”, studi saat ini menyelidiki
dampak harga minyak global terhadap inflasi domestik di negara-negara
OPEC+ dan OECD-8 antara tahun 1995 dan 2020. Memanfaatkan
spesifikasi panel ARDL non-linear dan ekstensi VAR (Forecast Variance
Decomposition and Impulse-Response Function) , studi ini membuktikan
adanya efek asimetris kenaikan dan penurunan harga minyak terhadap
perkembangan harga domestik di kedua kelompok negara tersebut.
Sementara itu, studi mengamati bahwa guncangan harga minyak positif
memberikan kontribusi yang signifikan terhadap tekanan harga domestik
dibandingkan guncangan negatif harga minyak.
9. Penelitian yang dilakukan oleh (Al Humssi dkk., 2023), yang berjudul
“Modelling the Impact of World Oil Prices and the Mining and Quarrying
Sector on the United Arab Emirates’ GDP”, dalam studi ini, peneliti
menganalisis dampak harga minyak dunia dan sektor minyak mentah
terhadap pertumbuhan ekonomi di UEA periode 2001–2020 dengan
menerapkan teknik kausalitas ADF, OLS, ARDL, dan Granger. Hasilnya
juga menunjukkan dampak langsung dari perubahan harga minyak terhadap
PDB UEA dalam jangka pendek dan panjang; dengan kata lain, penurunan
harga minyak dapat menimbulkan ancaman bagi keamanan ekonomi UEA
dalam jangka panjang jika tindakan korektif yang tepat tidak diambil. Untuk
menghindari konsekuensi negatif dari krisis harga minyak tersebut, dalam
kajian ini peneliti menekankan bahwa satu-satunya alternatif untuk
mengekspor minyak adalah dengan mendiversifikasi sumber-sumber
ekonomi untuk pembangunan jangka panjang dan meningkat.
10. Penelitian yang dilakukan oleh (Istri dkk., t.t.) yang berjudul ” PENGARUH
INFLASI DAN KURS DOLLAR AS TERHADAP NILAI EKSPOR ALAS
KAKI INDONESIA KE CHINA” Teknik analisis data yang digunakan
adalah Teknis Analisis Regresi Linier Berganda dengan Variabel Dummy.
Hasil analisis menunjukkan bahwa secara simultan variabel Inflasi, Kurs

16
Dollar AS dan ACFTA berpengaruh positif dan signifikan terhadap Nilai
Ekspor. Secara parsial Inflasi berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap
Nilai ekspor, sedangkan Kurs Dollar AS dan ACFTA positif signifikan
terhadap. Kurs Dollar AS memiliki pengaruh yang lebih dominan terhadap
Nilai ekspor dibandingkan variabel bebas lainnya yakni variabel Inflasi dan
ACFTA. Pemerintah sebaiknya lebih memperbaiki atau menekan
kebijakankebijakan yang dapat menghambat laju ekspor, karena dengan
adanya ACFTA ekspor Indonesia sudah mengalami peningkatan.

17
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan sumber data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif


dengan menggunakan data sekunder. Data sekunder adalah data yang sering
digunakan untuk mempelajari pola perkembangan objek penelitian dalam kurun
waktu tertentu (Priyono Agus, 2019). Data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data panel yang merupakan gabungan dari cross sectional dan time series.
Proses menggabungkan data cross-sectional dan time series dalam bentuk panel
disebut pooling. Penelitian ini menggunakan data time-series yaitu data pada
periode waktu tahun 2016-2021, dan data cross-sectional untuk 13 negara OPEC
yaitu Aljazair, Angola, Arab Saudi, Gabon, Guinea Khatulistiwa, Iran, Irak, Kongo,
Kuwait, Libya, Nigeria, United Arab Emirat dan Venezuela. Sumber data utama
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bank Dunia dan sumber data
pendukung lainnya seperti jurnal, artikel dan literatur lainnya.

3.2 Definisi Fungsional Variabel dan Pengukuran

Definisi fungsional variabel adalah definisi yang terlibat dalam pemberian


makna pada variabel agar variabel yang diteliti bermanfaat bagi peristiwa atau
gejala yang sedang dipelajari. Dua jenis variabel yang digunakan dalam penelitian
ini yaitu variabel dependen atau variabel dependen dan variabel atau variabel
independen.(Hasibuan Alfarizi Ridho, 2020).

3.2.1 Variabel Terikat (Variabel Dependent)

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah ekspor minyak mentah.


Ekspor adalah transaksi barang dan jasa antara penduduk suatu negara dengan
penduduk negara lain, yang meliputi ekspor barang, jasa pengangkutan, jasa
asuransi, jasa komunikasi dan jasa lainnya (Priyono Agus, 2019).

3.2.2 Variabel Bbebas (Variable Independent)

18
Tiga variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

Inflasi adalah fenomena kenaikan harga barang publik secara umum dan
terus menerus terkait dengan mekanisme pasar yang disebabkan oleh beberapa
faktor yang berbeda (Priyono Agus, 2019). Konsep dari penelitian ini antara lain
ialah: untuk mengukur sejauh mana tingkat inflasi di negara-negara OPEC dari
tahun 2016 hingga 2021 dalam mempengaruhi kegiatan ekspor minyak mentah
negara anggota tersebut.

Nilai tukar (exchange rate) diartikan sebagai nilai atau harga suatu mata
uang relatif terhadap mata uang asing (Priyono Agus, 2019). Konsep penelitian ini
ialah: untuk mrngukur sejauh mana harga atau nilai uang di negara-negara OPEC
terhadap dolar AS pada periode 2016-2021 dalam mempengaruhi kegiatan ekspor
minyak mentah negara anggota tersebut.

Produk domestik bruto (PDB) adalah nilai jumlah atau nilai tambah atas
barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di suatu negara dalam
jangka waktu tertentu biasanya dalam waktu satu tahun. Konsep dari penelitian ini
antara lain ialah: untuk mengukur sejauh mana Produk Domestik Bruto (PDB) di
negara-negara OPEC dari tahun 2016 hingga 2021 dalam mempengaruhi kegiatan
ekspor minyak mentah negara anggota tersebut

3.3 Metode Analisis Penelitian

Metode yang digunakan dalam menganalisis data panel dari penelitian ini
adalah metode analisis regresi untuk menghubungkan variabel independent dengan
dependent yaitu ekspor minyak mentah. Penilitiian ini dianalisis dengan
menggunakan menggunakan eviews 10.

Persamaan model:

Y = β0+ β1INFit+β2NTit +β3PDBit+………………………eit

Keterangan:

Y : ekspor minyak mentah

19
INF : Inflasi

NT : nilai tukar

PDB : produk domestik bruto

β0 : perpotongan antara suatu garis dengan sumbu Y

β1, β2, β3 : koefisien regresi variabel independen

e : komponen kesalahan

I : jumlah pengamatan ke-i

T : Waktu

3.3.1. Estimasi Regresi Data Panel

Penelitian ini menggunakan dua pendekatan yang digunakan untuk membuat


asumsi atau perkiraan dari data panel, yaitu mengecualikan efek individual yang
disebut efek umum, dan mempertimbangkan efek individual yang disebut efek tetap
dan efek acak.

Model efek CEM adalah sebuah model dalam analisis ekonometrika yang
digunakan untuk mengukur dampak kausalitas dari sebuah variabel terhadap
variabel lainnya. CEM adalah kependekan dari "Comparative Experiments
Method" atau Metode Eksperimen Komparatif. Model efek gabungan (CEM) ,
lebih mudah dibandingkan dengan dua model lainnya, metode ini lebih mudah
digunakan dalam mengevaluasi data karena hanya menggabungkan data time-
series dan cross-section tanpa melihat perbedaan individu atau temporal.

Model efek FEM atau "Fixed Effects Model" adalah model dalam analisis data
panel yang digunakan untuk mengendalikan variabel yang tidak berubah dalam
waktu atau yang dapat dikaitkan dengan karakteristik unik dari masing-masing unit
pengamatan dalam analisis panel. Model efek FEM digunakan untuk mengatasi

20
masalah heterogenitas yang mungkin terjadi dalam data panel. Heterogenitas terjadi
ketika karakteristik yang berbeda dari unit pengamatan menyebabkan perbedaan
dalam hubungan antara variabel yang diamati. Dalam hal ini, model efek FEM
dapat membantu mengontrol karakteristik unik dari masing-masing unit
pengamatan, sehingga memungkinkan kita untuk mengukur dampak dari variabel
yang diamati pada variabel lainnya tanpa dipengaruhi oleh faktor-faktor yang tidak
diamati.

Model efek REM atau "Random Effects Model" adalah model dalam analisis
data panel yang digunakan untuk mengestimasi parameter dari variabel yang
berbeda antara unit pengamatan, serta variabel yang berubah dalam waktu di dalam
unit pengamatan. Model efek REM memperhitungkan efek acak tersebut dalam
estimasi parameter, sehingga memungkinkan kita untuk memperoleh estimasi
parameter yang lebih akurat dan efisien. Model efek REM digunakan dalam analisis
data panel untuk mengatasi heterogenitas antara unit pengamatan dan variasi dalam
waktu pada tingkat unit pengamatan. Model ini sering digunakan dalam penelitian
ekonomi, keuangan, dan ilmu sosial lainnya. Model efek REM menghasilkan hasil
yang lebih akurat daripada model efek tetap ketika variabel yang berubah di dalam
unit pengamatan tidak memiliki variasi yang cukup besar, atau ketika jumlah unit
pengamatan relatif kecil.

3.3.2 Pilihan model penilaian

Model estimasi yang tepat dapat dipilih dengan menggunakan beberapa


metode, dengan melihat aspek statistik untuk mendapatkan hipotesis yang efektif.
Beberapa metode meliputi:

Uji Chow

Uji chow test, juga dikenal sebagai Uji-Fisher adalah uji statistik yang
digunakan untuk menentukan signifikansi hubungan antara dua variabel kategori
dalam tabel kontingensi. Uji chow uji biasanya digunakan ketika ukuran sampel
kecil dan asumsi uji chi-kuadrat tidak terpenuhi. Tes tersebut menghitung
probabilitas diperolehnya data yang diamati, atau data yang lebih ekstrem, dengan

21
asumsi bahwa tidak ada hubungan antara kedua variabel. Pengujian dilakukan
dengan membuat tabel kontingensi terlebih dahulu yang merangkum frekuensi
pengamatan untuk dua variabel kategori. Uji chow test kemudian menghitung
probabilitas diperolehnya distribusi yang teramati, atau distribusi yang lebih
ekstrim, dengan asumsi bahwa kedua variabel tersebut independen. Nilai p yang
diperoleh dari tes kemudian dibandingkan dengan tingkat signifikansi untuk
menentukan apakah hubungan yang diamati signifikan secara statistik. Hipotesis
dari uji chow adalah sebagai berikut :

H0 : common effect atau pooled OLS

H1 : fixed effect

Tingkat probabilitas, atau tingkat signifikansi alfa, kurang dari 0,05. Ini berrarti
menolak H0 dan terima H1.

Uji Hausmann

Uji-Hausman, juga dikenal sebagai uji Hausman-Taylor, adalah uji statistik yang
digunakan untuk menentukan model fixed effect atau random effect yang lebih
tepat dalam analisis data panel. Uji-Hausman diguunakan untuk membandingkan
estimasi yang diperoleh dari model efek tetap dan model efek acak dan menguji
apakah perbedaan estimasi tersebut signifikan secara statistik. Jika perbedaannya
signifikan, maka model efek tetap lebih disukai daripada model efek acak.
Hiipotesis dari uji Hausman adalah sebagai berikut:

H0 : Pilih efek acak

H1: Pilih efek tetap

Jika tingkat probabilitas atau alpha lebih besar dari 0,05, maka diasumssikan
menerima H0 dan menolak H1.

3.3.3 Uji Asumsi Klasik

Uji normalitas

22
Uji Normalitas adalah sebuah uji yang dilakukan dengan tujuan untuk
menilai sebaran data pada sebuah kelompok data atau variabel, apakah sebaran data
tersebut berdistribusi normal ataukah tidak. Apbila hasil uji normalitas di bawah
nilai 0,05 ini berarti data tidak terdistribusi normal, karena data yang normal
harusnya menunjukkan nilai diatas 0,05.

Uji multikolinearitas

Uji multikulonieritas digunakan untuk melihat hubungan antara variabel


independen, apabila hasil uji multikolonieritas (VIF) di bawah 8 maka tidak terjadi
multikolinieritas. Efek dari multikolinearitas ini dapat mengakibatkan estimasi
parameter regresi yang dihasilkan dari analisis regresi linear berganda menjadi
tidak efisien karena dapat menyebabkan regresi berganda mempunyai bias dan
varians yang besar.

Uji Heteroskedastisitas

Tujuan dari uji heteroskedastisitas adalah untuk menguji model regresi dimana
variansi observasi residual tidak sama. Model yang baik adalah model regresi yang
tidak memiliki homoskedastisitas atau heteroskedastisitas. Apabila prob.ch-square
lebih dari 0,05 maka uji heteroskedastisitas terpenuhi, namun apabila kurang dari
0,05 berarti terjadi heteroskedastisitas (heteroskedastisitas tidak terpenuhi).

3.3.4 Uji statistik

Uji statistik adalah metode atau teknik dalam analisis statistik yang
digunakan untuk memperoleh informasi atau membuat kesimpulan tentang
populasi berdasarkan sampel data. Tujuan dari uji statistik adalah untuk
menentukan apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok,
hubungan antara variabel, atau apakah data yang diamati disebabkan oleh kebetulan
atau efek yang nyata. Ada beberapa tahapan dalam uji statistik yaitu uji koefisien
determinasi (R2), uji koefisien umum (F) dan uji regresi parsial (T).

Uji koefisien determinasi (R2) adalah suatu teknik atau metode dalam
statistika yang digunakan untuk mengevaluasi seberapa baik suatu model statistik

23
cocok dengan data yang diamati. Koefisien determinasi, juga dikenal sebagai R-
squared, adalah ukuran statistik yang digunakan untuk menunjukkan seberapa besar
variasi dari variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen
dalam model. Uji koefisien determinasi sangat berguna dalam pengambilan
keputusan statistik karena dapat membantu kita memutuskan apakah model kita
cocok atau tidak cocok dengan data. Jika nilai koefisien determinasi tinggi, itu
menunjukkan bahwa model kita sangat baik dalam menjelaskan variasi dalam data.
Namun, jika nilai koefisien determinasi rendah, itu menunjukkan bahwa model kita
tidak cocok dengan data dan perlu diperbaiki atau diganti dengan model yang lebih
baik.

Uji F statistik adalah suatu teknik atau metode dalam analisis statistik yang
digunakan untuk menguji apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara dua
atau lebih kelompok dalam sampel data. Teknik ini diterapkan pada analisis varian
(ANOVA) yang memungkinkan kita untuk membandingkan rata-rata atau mean
dari beberapa kelompok atau variabel. Uji F statistik memungkinkan kita untuk
mengevaluasi apakah rata-rata dari kelompok-kelompok tersebut sama atau
berbeda secara signifikan. Apabila nilai probsbilitas lebih kecil dari 0,05 ini berarti
seluruh variabel independen mempengaruhi variabel dependen secara bersamaan
begitu pula sebaliknya.

Uji T statistik adalah suatu teknik atau metode dalam analisis statistik yang
digunakan untuk menguji perbedaan yang signifikan antara dua kelompok dalam
sampel data. Dalam uji T statistik, kita membandingkan perbedaan antara rata-rata
dua kelompok dengan deviasi standar dari data. Uji T statistik didasarkan pada
distribusi T-Student, yang merupakan distribusi probabilitas dari statistik uji. Nilai
T-statistik dihitung dengan membagi perbedaan antara kedua rata-rata oleh standar
error dari perbedaan tersebut.

Jika nilai T-statistik besar, artinya perbedaan antara kedua kelompok tersebut
signifikan secara statistik, dan kita dapat menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan antara kedua kelompok tersebut. Namun, jika nilai T-statistik kecil,

24
maka tidak ada perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok tersebut. Apabila
nilai probsbilitas lebih kecil dari 0,05 ini berarti seluruh variabel dependen
mempengaruhi variabel independen secara signifikan begitu pula sebaliknya.

25
DAFTAR PUSTAKA

Adegboyega, S. B. (2018). DYNAMIC EFFECT OF OIL PRICE SHOCKS, INFLATION


RATE AND EXCHANGE RATE ON ECONOMIC GROWTH IN NIGERIA FROM
(1980-2014) OIL PRICE VOLATILITY, INFLATION AND ECONOMIC
PERFORMANCE OF AFRICA’S OIL EXPORTING COUNTRIES. View project
Recession and the challenge of sustainable Economic Growth in Nigeria: An
Evaluation of Macroeconomic Policies View project.
https://doi.org/10.13140/RG.2.2.27415.60326

Al Humssi, A., Petrovskaya, M., & Abueva, M. (2023). Modelling the Impact of World
Oil Prices and the Mining and Quarrying Sector on the United Arab Emirates’ GDP.
Mathematics, 11(1). https://doi.org/10.3390/math11010094

Bada, O. T., Adetiloye, K. A., Olokoyo, F. O., & Ukporhe, G. (2022). Determinants of
International Reserves Among Organisation of Petroleum Exporting Countries
(OPEC). Comparative Economic Research, 25(3), 111–133.
https://doi.org/10.18778/1508-2008.25.24

Bala, U., & Chin, L. (2018). Asymmetric impacts of oil price on inflation: An empirical
study of African OPEC member countries. Energies, 11(11).
https://doi.org/10.3390/en11113017

Hasibuan Alfarizi Ridho. (2020). PENGARUH FAKTOR SOSIAL EKONOMI


TERHADAP KEMISKINAN DI SUMATERA UTARA. Universitas Sumatera Utara.

Ihebuluche Chiugo Fortune. (2023). Analysis of Oil Price Pass-Through to Inflation:


Evidence from Oil-Exporting and OilImporting Countries.

Istri, A. A., Larasati, S., Kembar, M., & Budhi, S. (t.t.). PENGARUH INFLASI DAN
KURS DOLLAR AS TERHADAP NILAI EKSPOR ALAS KAKI INDONESIA KE
CHINA. 7(11), 2430–2460.

Kathiravan, C., Selvam, M., Maniam, B., Dana, L. P., & Babu, M. (2023). The Effects
of Crude Oil Price Surprises on National Income: Evidence from India. Energies,
16(3), 1148. https://doi.org/10.3390/en16031148

Kinyanjui, A. K. (2018). EFFECTS OF CRUDE OIL PRICES ON GROSS DOMESTIC


PRODUCT GROWTH AND SELECTED MACROECONOMIC VARIABLES IN
KENYA.

Marbun, L. (2017). Pengaruh produksi, kurs dan Gross Domestic Product (Gdp) terhadap
ekspor kayu lapis. Economics Development Analysis Journal, 4(2), 129–136.
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/edaj/article/view/14812

26
Priyono Agus. (2019). PENGARUH PDB, NILAI TUKAR, INFLASI TERHADAP
EKSPOR KARET INDONESIA PERIODE 2007-2013. Jurnal Ilmu dan Riset
Manajemen, Volume 8, Nomor 4, 1–12.

Zakiy, I., & Cahyono, E. F. (t.t.). FACTORS THAT INFLUENCE GROSS DOMESTIC
PRODUCT IN OIL EXPORTING COUNTRIES MEMBERS OF THE
ORGANIZATION OF ISLAMIC COOPERATION (OIC) IN THE PERIOD 1985-
2016. Dalam Airlangga International Journal of Islamic Economics and finance
(Vol. 1, Nomor 1).

27

Anda mungkin juga menyukai