Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH GEOLOGI GAS DAN MINYAK BUMI

OPEC (Organization of Petroleum Exporting Countries)

Disusun Oleh :
1. Adinda Widiya Budiarti (20150240003)
2. Elfrida Noor Fitri (20150240009)
3. Gea Amara Sasi (20150240015)
4. Khairana Ayu Shabrina (20150240018)

PROGRAM STUDI OSEANOGRAFI


FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS HANG TUAH SURABAYA
2018-2019

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur tim penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat-Nya sehingga penyusunan tugas makalah OPEC (Organization of
Petroleum Exporting Countries) dapat terselesaikan. Makalah ini disusun sebagai
pemenuhan nilai pada mata kuliah geologi gas dan minyak bumi. Dalam penyusunan
makalah ini, tim penulis banyak menerima bantuan dari beberapa pihak. Maka dengan ini,
penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua serta teman-teman yang telah
memberikan dukungan doa, moril maupun materil. Kepada Bapak Ir. Rudi Siap Bintoro, M.T
dan Ibu Mahmiah, S.Si., M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah yang telah memberi ilmu
sehingga tersusun makalah ini.
Tim penulis berharap semoga makalah ini dapat berguna bagi tim penulis dan
berbagai pihak yang membutuhkan informasi mengenai OPEC (Organization of Petroleum
Exporting Countries).

Surabaya, 08 Mei 2019

Tim Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 2
1.3 Tujuan ............................................................................................................... 2
BAB II ISI ............................................................................................................... 4
2.1 Sejarah Terbentuknya OPEC .............................................................................. 4
2.2 Perjalanan Indonesia Dalam Keanggotaan OPEC ............................................... 5
2.3 Keuntungan Menjadi Anggota OPEC ................................................................. 7
2.4 Peran OPEC Dalam Menjaga Stabilitas Harga Minyak Internasional. ................ 8
2.5 Pengaruh Dollar As Terhadap Kebijakan OPEC .............................................. 13

BAB III PENUTUP .............................................................................................. 16


3.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 17

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kegiatan ekspor-impor yang didasari oleh kondisi bahwa tidak ada suatu negara yang
benar-benar mandiri karena kebutuhan satu sama lain saling membutuhkan dan saling
mengisi. Minyak bumi yang merupakan sumber daya yang paling berharga bagi
perekonomian modern yang berbasis pada industri. Sebab minyak merupakan bahan bakar
yang paling efisien dalam menggerakkan perindustrian. Setiap negara akan berlomba-lomba
untuk mendapatkan minyak sebanyak-banyaknya demi meningkatkan kinerja
perekonomiannya. Akan tetapi tidak semua negara memiliki minyak di teritorinya, sehingga
terdapat negara yang menjadi produsen minyak dan negara yang mengkonsumsi minyak
(Ilahi,2018) .
Perubahan harga minyak di pasar dunia, baik kenaikan maupun penurunan dari waktu
ke waktu dapat mempengaruhi perekonomian suatu negara, mengingat minyak merupakan
salah satu kebutuhan pokok suatu negara. Fluktuasi dari harga minyak ini harus senantiasa
dipantau oleh pihak-pihak yang berkepentingan, karena harga ini dapat mempengaruhi
kebijakan suatu negara, terutama kebijakan dalam bidang ekonomi dan energi. Secara umum
penawaran dan permintaan sangat mempengaruhi harga, tetapi ini terjadi bila faktor-faktor
lain tidak berhasil dibendung. Saat ini, dunia didominasi politik negara-negara besar dan
perusahaan minyak tingkat dunia. Pada kondisi tertentu, kedua faktor ini sangat
mempengaruhi harga pasar. Dalam hal ini, OPEC (Organization of the Petroleum Exporting
Countries) yang memiliki peranan yang sangat penting.
OPEC merupakan organisasi yang bertujuan menegosiasikan masalah-masalah
mengenai produksi, harga dan hak konsensi minyak bumi dengan perusahaan-perusahaan
minyak. OPEC berupaya menstabilkan harga minyak di pasar internasional dan menjamin
kesinambungan pasokan minyak kepada negara-negara konsumen. Salah satu cara untuk
menjaga stabilitas pasar minyak internasional adalah melalui penentuan kuota (batas
tertinggi) produksi minyak berdasarkan kesepakatan negara anggota. Dalam perdagangan

4
internasional, OPEC menguasai 55% minyak dunia. Karena itu OPEC memegang peranan
penting dalam masalah perminyakan internasional, terutama dalam hal menaikkan dan
menurunkan tingkat produksinya. Di samping itu OPEC juga terlibat aktif dalam usaha
peningkatan perdagangan internasional serta konservasi lingkungan. Kebijakan-kebijakan
OPEC dapat mengguncang dunia, terbukti dengan dikeluarkannya sebuah kebijakan oleh
OPEC pada tahun 1973, yaitu OPEC membuat suatu kebijakan agar negara-negara
anggotanya mengembargo perdagangan minyak dengan negara-negara Barat. Kebijakan
tersebut mengakibatkan minyak menjadi sangat langkah di negara barat, sehingga harga
minyak pun melambung tinggi. Perekonomian pun tidak dapat berjalan dengan lancar karena
kekurangan bahan bakar, sehingga untuk beberapa saat terjadi krisis ekonomi tingkat global
(Harbad,2018).
Seiring dengan perkembangan organisasi OPEC, beberapa Negara pengekspor minyak
lainnya ikut menggabungkan diri kedalam OPEC, seperti Qatar (1961), Libiya (1962),
Indonesia (1962), Uni Emirat Arab (1967), Algeria (1969), Nigeria (1971), Ekuador (1973)
dan Gabon (1975).3 Negara Indonesia merupakan Negara yang bergabung ditahun ketiga
OPEC terbentuk yaitu tepatnya pada tahun 1962, maka dari itu pada makalah kali ini akan
membahas mengenai sejarah OPEC, dan peran OPEC terhadap harga minyak Internasional
(Mawikere, 2016).

1.2 Rumusan Masalah


a. Bagaimana sejarah terbentuknya OPEC?
b. Bagaimana perjalanan keanggotaan Indonesia dalam keanggotaan OPEC?
c. Apa keuntungan menjadi anggota OPEC?
d. Bagaimana peran OPEC dalam menjaga stabilitas harga minyak internasional?
e. Bagaimana pengaruh dollar AS terhadap kebijakan OPEC?

1.3 Tujuan
a. Mengetahui sejarah terbentuknya OPEC.
b. Mengetahui perjalanan Indonesia dalam keanggotaan OPEC.

5
c. Mengetahui keuntungan menjadi anggota OPEC.
d. Mengetahui peran OPEC dalam menjaga stabilitas harga minyak internasional.
e. Mengetahui pengaruh dollar as terhadap kebijakan OPEC

6
BAB II
ISI
2.1 Sejarah Terbentuknya OPEC (Organization of the Petroleum Exporting Countries)
OPEC adalah singkatan dari kepanjangan Organization of Petroleum Exporting
Countries. OPEC adalah organisasi tempat berkumpulnya negara-negara pengekspor
minyak. Organisasi OPEC didirikan pada 14 September 1960 oleh lima negara anggota: Iran,
Irak, Kuwait, Arab Saudi, dan Venezuela. Pada tanggal 10-14 Agustus 1960
diselenggarakannya Konferensi Baghdad yang diikuti oleh lima negara produsen minyak
tersebut. Markas OPEC semula berada di Jenewa (21 Januari 1961-Agustus 1965) kemudian
pindah ke Wina. Di awal pembentukannya, disepakati bahwa OPEC bertujuan untuk menjaga
stabilitas harga minyak internasional demi kepentingan negara-negara anggotanya. Negara
anggota OPEC antara lain adalah Iran, Irak, Kuwait, Arab Saudi, dan Venezuela. Selain
kelima Negara pendiri tersebut, para anggota OPEC adalah Qatar, Libya, Indonesia, Uni
Emirat Arab, Aljazair, Nigeria, dan Ekuador, yang semuanya berstatus sebagai anggota
penuh, serta Gabon dengan status sebagai peninjau (associate member). Adapun syarat utama
bagi keanggotaan di dalam OPEC antara lain adalah Negara yang bersangkutan secara
substansial merupakan pengekspor minyak mentah. Selain itu, secara fundamental Negara
tersebut juga mempunyai kepentingan yang sama dengan negara-negara (yang sudah
menjadi) anggota. Untuk bergabung dalam keanggotaan OPEC, suatu negara juga butuh
kesepakatan penuh oleh mayoritas anggota OPEC (Harbad,2018).

Gambar 1. Bendera OPEC

7
Berdirinya OPEC dipicu oleh keputusan sepihak dari perusahaan minyak multinasional
(The Seven Sisters) tahun 1959/1960 yang menguasai industry minyak dan menetapkan harga
di pasar internasional. “The Tripoli-Teheran Agreement” antara OPEC dan perusahaan
swasta tersebut pada tahun 1970 menempatkan OPEC secara penuh dalam menetapkan pasar
minyak internasional (http://Opec.org).
Secara umum, tujuan OPEC dibagi menjadi dua tujuan utama, yaitu tujuan ekonomi
dan tujuan politik. Adapun tujuan OPEC secara ekonomi adalah untuk mempertahankan
harga minyak dan menentukan harga sehingga menguntungkan negara-negara produsen,
sedangkan tujuan OPEC secara politik adalah untuk mengatur hubungan dengan perusahaan-
perusahaan minyak asing atau pemerintah negara-negara konsumen. Saat ini, OPEC telah
berusia 56 tahun. OPEC pun kini telah menetapkan tujuan yang hendak dicapai, yaitu
“preserving and enhancing the role of oil as a prime energy source in achieving sustainable
economic development”. Untuk mencapai tujuan ini, OPEC pun telah menyusun berbagai
strategi, misalnya koordinasi dan unifikasi kebijakan perminyakan antar negara anggota,
menetapkan strategi yang tepat untuk melindungi kepentingan negara anggota, menerapkan
cara-cara untuk menstabilkan harga minyak di pasar internasional sehingga tidak terjadi
fluktuasi harga, menjamin income(pendapatan) yang tetap bagi negara-negara produsen
minyak, menjamin suplai minyak bagi konsumen, serta menjamin kembalinya modal
investor di bidang minyak secara adil. OPEC juga memiliki kebijakan-kebijakan lain, yakni
menyatukan kebijakan perminyakan antara negara-negara anggota, memenuhi kebutuhan
dunia akan minyak bumi, menstabilkan harga minyak dunia, menentukan kebijakan-
kebijakan untuk melindungi negara-negara anggota (Harbad,2018 dan http://Opec.org).

2.2 Perjalanan Indonesia Dalam Keanggotaan OPEC

Indonesia telah menjadi anggota OPEC sejak tahun 1962. Sejak menjadi anggota
OPEC, Indonesia ikut berperan aktif dalam penentuan arah dan kebijakan OPEC.
Keikutsertaan ini khususnya dalam kegiatan stabilisasi jumlah produksi dan harga minyak di
pasar Internasional. Keikutsertaan Indonesia mencapai puncaknya pada tahun 2004, yakni
saat Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (MESDM) Indonesia terpilih menjadi

8
Presiden dan Sekjen sementara OPEC. Indonesia akhirnya keluar dari OPEC pada tanggal
28 Mei 2008. Menurut Mantan Gubernur OPEC untuk Indonesia, Meizar Rahman, Indonesia
sebenarnya tidak keluar dari OPEC, status keanggotaan Indonesia hanya dibekukan atau
disuspensi (Harbad,2018). Indonesia membekukan status keanggotaannya pada tahun 2008
karena posisi Indonesia sebagai importir minyak dan tidak dapat memenuhi produksi kuota
OPEC membuat munculnya ketidakcocokan dengan negara-negara eksportir minyak yang
menjadi anggota OPEC lainnya (OPEC,2008). Pernyataan tersebut dikeluarkan oleh OPEC
pada 10 September 2008 mengkonfirmasi dibekukannya Indonesia. Kendati disuspensi,
namun Indonesia tetap menjalin hubungan baik dengan OPEC, termasuk dalam menjalin
hubungan bilateral dengan sejumlah negara OPEC (Harbad,2018).

Gambar 2. Anggota OPEC


Pemerintah Indonesia pun terus berupaya untuk bisa mengaktifkan keanggotaan di
organisasi tersebut. Menurut Gubernur Indonesia untuk OPEC, DR. Widhyawan
Prawiraatmadja, salah satu alasan Indonesia kembali jadi anggota OPEC adalah sebagai
langkah dalam upaya peningkatan ketahanan energi. Hal ini terkait dengan kondisi Indonesia

9
yang memiliki kebutuhan energi yang cukup tinggi dan terus meningkat. Selain itu, Indonesia
berada dalam proses transisi dari penggunaan energi yang didominasi energi fosil menuju
energi baru terbarukan. Untuk itu, dalam mendukung ketahanan energi ini, Indonesia
mengambil sejumlah langkah, baik dari dalam negeri ataupun luar negeri (Harbad,2018).
Pada tahun 2015 dibawah pemerintahan Presiden Joko Widodo, Indonesia telah
mengajukan diri untuk bergabung kembali pada keanggotaan OPEC setelah 7 tahun
ditangguhkan keanggotaannya oleh OPEC. Pemerintah memiliki alasan ingin mengambil
manfaat yang maksimal dan sebesar-besarnya apabila Indonesia aktif kembali di dalam
OPEC. Aktifnya kembali Indonesia di OPEC juga dipercaya akan memberikan keuntungan
dan semakin mempererat hubungan dengan Negara-negara pengekspor minyak yang ada.
Sidang Ke-168 OPEC di Wina, Austria, 4 November 2015, memiliki arti penting bagi
Indonesia sebagai salah satu produsen minyak di dunia. Dalam sidang tersebut, Indonesia
resmi aktif kembali sebagai anggota Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak
(Organization of the Petroleum Exporting Countries/OPEC) setelah sempat keluar pada
bulan September 2008. Kepentingan Indonesia untuk bergabung kembali ke OPEC pada
tahun 2015 tidak semata-mata hanyalah untuk kepentingan ekonomi saja. Dalam hal ini,
Indonesia memiliki dua sisi kepentingan yang diharapkan akan terwujud apabila Indonesia
bergabung kembali ke OPEC. Kepentingan tersebut adalah kepentingan ekonomi dan
kepentingan politik (Harbad,2018).
Bergabungnya kembali Indonesia dalam anggota OPEC yang ditinjau dari kepentingan
ekonomi perkembangan ekonomi dunia yang begitu pesat telah meningkatkan kadar
hubungan saling ketergantungan dan mempertajam persaingan yang menambah semakin
rumitnya strategi pembangunan yang mengandalkan ekspor. Di satu pihak, hal itu merupakan
tantangan dan kendala yang membatasi. Di pihak lain, hal tersebut merupakan peluang baru
yang dapat dimanfaatkan untuk keberhasilan pelaksanaan pembangunan nasional.
Perekonomian dunia mengalami perubahan sejak dasawarsa tujuh puluhan hingga menjelang
tahun 2000 yang bersifat mendasar atau structural dan mempunyai kecenderungan jangka
panjang atau konjungtural. Perkembangannya menarik, yang istilahnya sangat popular akhir-
akhir ini adalah globalisasi. Gejala globalisasi terjadi dalam kegiatan financial, produksi

10
investasi, dan perdagangan yang kemudian mempengaruhi tata hubungan ekonomi
antarbangsa. Proses globalisasi tersebut telah meningkatkan kadar saling ketergantungan
antar negara, bahkan menimbulkan proses menyatunya ekonomi dunia, sehingga batas-batas
antar negara di berbagai praktik dunia usaha/bisnis seakan-akan dianggap tidak berlaku lagi
(Harbad,2018).

2.3 Keuntungan Menjadi Anggota OPEC

Menurut OPEC,2008 keuntungan menjadi anggota OPEC terbagi menjadi 3 yaitu:


a. Diplomasi energi : dalam hal ini diplomasi energi dimaksudkan apabila negara
penghasil minyak memiliki peran sebagai importir minyak yang masih membutuhkan OPEC
untuk mempermudah proses impor ke negara-negara lain.
b. Diplomasi ekonomi : mayoritas negara anggota OPEC adalah negara yang memiliki
devisa atau pendapatan yang tinggi, hal inilah salah satu keuntungan menjadi anggota OPEC
yang bisa menarik negara anggota OPEC untuk melakukan investasi di negara-negara OPEC
lainnya. Selain itu contoh nyata keuntungan dari segi ekonomi yaitu salah satu kebijakan
yang paling berpengaruh bagi perekonomian Indonesia adalah ketika Indonesia tidak mampu
lagi memenuhi kuota ekspor yang merupakan syarat yang ditetapkan OPEC bagi seluruh
anggotanya. Hal ini membuat Indonesia menyandang gelar Net oil Importer (Negara
pengimpor minyak), bukan lagi net oil eksporter (Negara pengekspor minyak). Pada saat itu
Indonesia di bekukan sementara keanggotaannya (disuspensi) oleh OPEC. Hal ini juga
diakibatkan oleh kebijakan OPEC membatasi ekspor minyak tiap Negara anggotanya dan
menyebabkan Indonesia sebagai Negara anggota yang pada waktu itu mengalami krisis
permintaan BBM domestic merasa dirugikan atas dikeluarkannya kebijakan OPEC tersebut.
OPEC membuat kebijakan memangkas produksi minyak sebesar 1,2 juta barel perhari,
dimana Indonesia dalam hal ini diharuskan mengurangi produksi minyak hingga 37.000 barel
perhari. Permintaan ini tidak sejalan dengan kepentingan pemerintah Indonesia yang justru
ingin meningkatkan penerimaan dari sector minyak dan gas bumi ((Harbad,2018).
c. Diplomasi Politik : diplomasi politik disini dimaksudkan dalam hal penyelesaian
masalah yang melibatkan lebih dari 1 negara yaitu dengan mudah mendapatkan dukungan

11
melalui negara-negara OPEC. Contoh lainnya dalam diplomasi politik yang dialami
Indonesia selama menjadi anggota OPEC yaitu meningkatkan posisi Indonesia dalam proses
tawar-menawar dalam hubungan internasional. Kedudukan Menteri ESDM dalam
kapasitasnya sebagai Presiden Konferensi OPEC sekaligus acting Sekjen OPEC pada tahun
2004, telah memberikan posisi tawar yang sangat tinggi dan strategik serta kontak yang lebih
luas dengan negara – negara produsen minyak utama lainnya.

2.4 Peran OPEC dalam Menstabilkan Harga Minyak Internasional

Pada awal – awal pandangan pertama, mungkin tampak jelas bahwa OPEC memainkan
peran yang sangat terbatas dalam pembentukan harga minyak dunia. negara-negara OPEC,
seperti eksportir minyak lainnya, hanya mengambil harga penanda yang pas dari pasar spot
(dan, baru-baru ini, dari pasar berjangka) dan menentukan dalam memasang rumus harga
untuk tiba di harga di mana mereka menjual minyak mereka. Tapi deskripsi sederhana ini
tidak memberikan gambaran yang realistis dari peran OPEC sesungguhnya dalam
pembentukan harga, dengan mengganti kuota produksi, organisasi dan pemain dominan dari
Arab Saudi terbukti memiliki pengaruh pada harga minyak. OPEC menetapkan kuota
produksi berdasarkan penilaian dari negara anggota mengenai panggilan pasar pada
perusahaan penyedia minyak. harga minyak sangat berfluktuasi di bagian yang mana bagian
tersebut sesuai dengan seberapa baik OPEC melakukan perhitungan (Fattouh, 2007).
Melalui proses menyesuaikan kuota produksinya, OPEC hanya dapat berharap untuk
mempengaruhi pergerakan harga menuju level target atau zona target. Dalam suplai kerangka
permintaan dari Negara minyak dunia, harga minyak tentu saja ditentukan oleh pasokan
OPEC dan kerjasama dengan non-OPEC itu sendiri serta minyak akan tiba ke pasar dari
anggota OPEC yang jika anggota tersebut tidak mematuhi kuota yang ditetapkan. Karena
pasokan minyak ini tidak dapat diprediksi dengan akurasi dan dipengaruhi oleh faktor lain
selain harga, OPEC hanya bisa berharap bahwa minyak yang dihasilkan sesuai dan sangat
dekat dengan harga yang disukai. Dalam konteks ini, model yang menganggap OPEC hanya
sebagai penentu harga untuk memaksimalkan nilai sekarang bersih (NPV) dari penerimaan
minyak dari waktu ke waktu adalah untuk penggunaan minyak yang terbatas.

12
Mabro (1991) notes “the revenue maximization objective which theory postulates and
core producers would dearly like to achieve is not credible. One has to become content with
a second best: to obtain through the pricing policy more revenues than would have accrued
under a competitive market structure. This more maybe much better than nothing but is likely
to be very different from the optimum.” Catatan tersebut mengingatkan bahwa sesungguhnya
Tujuan OPEC adalah pendapatan maksimalisasi yang sesuai dengan teori perhitungan
mereka sendiri dan produsen inti mau tidak mau harus menerima kebijakan tersebut
walaupun mereka menganggap kebijakan tersebut adalah sangat tidak kredibel, untuk
mendapatkan kebijakan harga yang cenderung lebih besar daripada pendapatan yang masih
harus dibayar berdasarkan struktur pasar yang kompetitif. Hal ini mungkin jauh lebih baik
daripada tidak sama sekali tetapi mungkin akan sangat berbeda dengan tujuan aslinya. Dapat
dilihat bahwa OPEC bertindak sebagai kartel birokrasi. Hal ini membuat koperasi perusahaan
terbebani oleh biaya konsensus bagi antar anggota dan Oleh karena itu Negara anggota nya
sebagian merasa terganggu dalam mengejar kebaikan bersama ketika OPEC berdiri.
Mencapai tingkat harga yang di inginkan untuk memperoleh pendapatan yang lebih telah
menjadi hal yang sulit dalam konteks sekarang ini di mana harga minyak semakin sering
ditentukan di pasar berjangka. pengaruh OPEC pada harga sekarang tergantung pada harapan
konsumen itu sendiri di pasar berjangka.
Pada prinsipnya, keputusan kuota dapat dilihat sebagai sinyal untuk pasar tentang
berbagai pilihan harga yang di tentukan oleh OPEC. Hal ini penting untuk penekanan bahwa
mekanisme signaling ini mungkin berhasil atau mungkin tidak berhasil, tergantung pada
bagaimana pasar itu akan sadar atau tidak dalam menafsirkan sinyal-sinyal ini. Secara
khusus, efektivitas sinyal harga akan tergantung pada apakah pasar percaya bahwa OPEC
mampu melakukan tindakan yang di perlukan untuk penyesuaian dalam kondisi pasar yang
berbeda. Meskipun OPEC sendiri memiliki banyak kesempatan untuk berhasil
mempertahankan harga minyak, menyesuaikan pengeluaran bagi Negara anggota kadang-
kadang terbukti tidak berhasil. Jika permintaan minyak dunia jatuh, pemasok dari non-OPEC
akan terus menghasilkan potensi maksimal mereka. Dalam upaya mereka untuk
mempertahankan target harga, anggota Negara OPEC akan meminta perihal pemotongan

13
produksi. Namun, karena adanya fitur yang berbeda, kebutuhan, dan daya tawar serta
kepentingan yang berbeda dari masing – masing negara anggota, OPEC tidak bisa mencapai
kesepakatan tentang alokasi pengurangan produksi bagi Negara anggota. Bahkan ketika
perjanjian tersebut pun dicapai, masing-masing anggota memiliki hak dan tindakan yang
intensif untuk melawan keputusan ini. Karena tidak adanya pemantauan mekanisme,
pelanggaran ini biasanya tidak terdeteksi dan bahkan jika mereka ketahuan melakukan
kecurangan, organisasi tidak memiliki kekuatan untuk menghukum dan memaksa negara-
negara anggota untuk mematuhi pengurangan produksi yang disepakati. Masalah-masalah
ini menjadi lebih akut ketika pemotongan yang diperlukan adalah signifikan sebagai anggota
OPEC kecil biasanya sulit untuk mengurangi mereka produksi secara seimbang dan merata
tentang bagaimana sistem yang telah biasa diadopsi oleh OPEC sendiri selama bertahun -
tahun.
Dalam keadaan ini, para pelaku pasar akan meragukan sistem kredibilitas OPEC bahwa
keputusan untuk memangkas produksi dan memutuskan untuk mengabaikan sinyal. Hal ini
terutama akan benar terjadi jika ada perpecahan dalam organisasi dan persaingan politik di
antara negara-negara anggota yang akan membahayakan keberhasilan setiap upaya
koordinasi bagi OPEC. Kurangnya transparansi tentang pengambilan keputusan, proses dan
kurangnya informasi tentang produksi serta investasi akan mengurangi kredibilitas sinyal
yang ada di dalam pasar itu sendiri. Dalam menyesuaikan output untuk menghadapi
pertumbuhan permintaan minyak global juga dapat menjadi suatu masalah yang serius,
meskipun untuk alasan yang berbeda. Meskipun adanya perjanjian untuk meningkatkan
kuota lebih mudah mencapai dan melaksanakan ketika permintaan global meningkat, OPEC
sendiri mungkin tidak merespon dengan cepat untuk tren ini dalam lingkungan informasi
yang tidak sempurna dan ketidakpastian tentang permintaan di masa mendatang. Setelah
semua keputusan untuk menunggu dan tidak meningkatkan output lebih menguntungkan
daripada untuk meningkatkan output tetapi menunggu untuk tren perubahan harga yang
selanjutnya. Mengharapkan itu, pelaku pasar internasional dapat mengabaikan sinyal dari
output yang meningkat, mengingat fenomena tersebut seperti bergerak sebagai hal yang
sangat tidak kredibel. Gara - gara kenaikan permintaan global untuk minyak dapat berdampak

14
pada kekuatan harga OPEC melalui saluran atau jalur lain seperti: berkurangnya kapasitas
cadangan minyak (erotion spare capacity of oil). Sejak awal tahun 1990-an, dari tahun ke
tahun jumlah peningkatan permintaan minyak global telah melampaui peningkatan kapasitas
dari perusahaan non-OPEC di hampir setiap tahun. Tetapi tidak pada tahun 2002 yang
mengalami kenaikan besar dalam produksi minyak khususnya pada negara Rusia). Bahkan,
selama periode 1990-2006, permintaan global untuk minyak meningkat sekitar 16 juta barel,
sedangkan peningkatan pasokan non OPEC sebesar hanya sekitar 6 juta barel. Perbedaan
peningkatan antara permintaan global dan pasukan bagi non OPEC harus dipenuhi oleh
OPEC itu sendiri untuk tetap menyeimbangkan harga global. Selama 1990-2006, semua
organisasi disediakan tambahan 10 juta barel per hari, dengan produksi pada tahun 2004
mencapai sekitar 33 juta barel per hari (Huda,2016).
Benturan dari peningkatan permintaan minyak OPEC telah menjadi penurunan
bertahap dalam OPEC cadang kapasitas produksi. Selain permintaan dan penawaran dalam
dinamika ini, penurunan kapasitas yang berkelanjutan di beberapa negara anggota OPEC bisa
dikatakan berkontribusi pada hilangnya kapasitas cadangan minyak. Faktor lainnya yang
berkontribusi terhadap erosi atau berkurang nya kapasitas produksi meliputi: pemogokan
oleh minyak pekerja di Venezuela; sanksi di Irak, Iran dan Libya yang mengakibatkan waktu
yang lama dari bawah-investasi; dan kegagalan Indonesia untuk menangkap penurunan
produksi. Ketika mayoritas anggota OPEC memproduksi pada waktu dekat dengan kapasitas
maksimum mereka, OPEC tidak memiliki pengaruh pada harga minyak dan produsen intinya
yaitu Arab Saudi yang akhirnya berhenti menjadi price maker. Masalah ini bisa diperparah
oleh skeptisisme pasar tentang OPEC kapasitas cadangan dan kemampuannya untuk
meningkatkan produksi. Keraguan tentang kemampuan produsen dominan Arab Saudi untuk
memasok pasar dengan tambahan pasokan dari kualitas yang diperlukan minyak mentah
diberikan setiap oleh pergerakan OPEC maka pengumuman global tentang kenaikan
produksi minyak menjadi sangat tidak efektif. Dari pernyataan tersebut jika harga pasar
berada di bawah dasar yang telah ditentukan selama sepuluh hari berturut-turut, maka OPEC
otomatis akan memotong produksi. Jika harga berada di atas rata-rata (upper band) selama
dua puluh hari, maka secara otomatis akan meningkatkan produksi. Hal ini tentu saja,

15
berbagai studi telah meneliti kebijakan harga OPEC dalam zona target harga memberikan
alasan untuk harga bawah dan atas.

Gambar 3. Salah Satu Acara OPEC dalam menghadapi tantangan minyak global
Menurut Horn (2004) yang menjelaskan kebijakan dalam hal posisi OPEC sebagai
monopoli yang sangat parsial di pasar minyak. Manferd berpendapat bahwa harga yang lebih
rendah akan mungkin di adakan hanya jika kebijakan yang dibuat OPEC memecah. Seperti
yang sudah di ketahui kebijakan nilai atas yang tinggi, semua seolah sudah diatur sedemikian
rupa sehingga dapat mencegah stimulasi produksi minyak konvensional berdasarkan pasir
minyak atau batubara. Kebijakan tentang kekuatan harga yang dilakukan OPEC dibuat secara
tidak tidak langsung, dibutuhkan model teoritis dan empiris, dan juga harus
mempertimbangkan tiga fitur berikut. Pertama, perilaku OPEC tidak konstan dan dapat
menunjukkan variasi dalam perilaku dengan implikasi penting pada harga dinamika di pasar
minyak. Kedua, pengaruh OPEC adalah sangat asimetris tergantung pada apakah itu
menanggapi naik atau turunnya permintaan minyak global. Bahkan, banyak sekali literatur
yang dikembangkan jika apakah perusahaan merasa lebih sulit untuk berkolusi selama
keadaan booming atau resesi. Ketiga, pergeseran ke pasar berjangka panjang untuk

16
penentuan harga, hal itu telah memperkenalkan seberapa besar jumlah pemain dan berapa
besar peserta yang merasa ikut (perusahaan dagang, manager ekonomi negara, penyuling,
produsen, lembaga keuangan dan spekulan) hal tersebut secara telah pasti membuat rumit
proses pengambilan keputusan dalam OPEC itu sendiri (Huda,2016).
Pengaruh OPEC pada harga menjadi sangat tergantung pada harapan peserta dukungan
ini dan bagaimana mereka dengan sangat bertahan dalam menafsirkan sinyal OPEC. Dalam
model sinyal standar, para agen dukungan di beritahu untuk berkomunikasi tentang bertukar
informasi swasta secara tidak langsung melalui pilihan tindakan yang akan diamati. Karena
pilihan yang dibuat yang harus menjadi mahal, maka sinyal harus menjadi kredibel.
Hipotesis sinyal ini telah berhasil diterapkan untuk sejumlah besar masalah termasuk
perbankan, keuangan perusahaan, kebijakan ekonomi makro, moneter dan organisasi
industri. Namun, model tradisional signaling ini mungkin tidak sesuai dalam konteks yang
dilakukan OPEC. OPEC komunikasi dengan pasar secara langsung melalui pengumuman
publik. berbeda dengan model signalling tradisional, bahwa sinyal OPEC ini di gunakan
tanpa adanya campur tangan biaya. Hal ini menimbulkan pertanyaan apakah informasi yang
dapat dipercaya dapat ditularkan ketika signaling tanpa biaya secara langsung. Ketika suatu
perusahaan yang beroperasi sangat dekat dengan kapasitas maksimum produsen mereka,
biaya masa depan yang dihukum lebih rendah sedangkan besar kelebihan kapasitas dalam
menghadapi penurunan permintaan global menyiratkan bahwa biaya masa depan dihukum
tinggi. Hal ini dapat diketahui bahwa suatu perusahaan yang mengikuti kebijakan nya sendiri
akan secara aman dalam status resesi, tetapi jika perusahaan tersebut mengikuti kebijakan
yang diberikan oleh OPEC, maka akan dapat di ramalkan bahwa status pelanggaran mereka
akan cenderung tinggi. Fattouh (2007) juga menyatakan bahwa daftar faktor yang telah
digunakan OPEC untuk menjelaskan keputusannya telah ada sejak tahun 1999 dan telah
diperluas untuk mencakup hal yang tidak hanya kebijakan tingkat harga minyak, tetapi juga
posisi dan peran pedagang non-komersial di pasar berjangka dan pada tingkat saham. Dapat
dikatakan sebuah dilema bahwa OPEC sangat terrlihat memonopoli dalam menghadapi
kondisi pasar saat ini.

17
2.5 Pengaruh Dollar AS Terhadap Kebijakan OPEC

Menurut Richard (2002) dalam Huda (2016) Pemicu utama lonjakan harga minyak
mentah di pasar dunia, serta harga bensin dan bahan bakar lain di pompa bensin-pompa
bensin di Amerika Serikat (AS) sekarang ini, adalah spekulasi oleh lembaga-lembaga lindung
nilai (hedge fund), pedagang (trader), di samping juga kondisi geopolitik, seperti situasi di
Timur Tengah yang tidak aman dan problem struktural di pasar AS sendiri. Sebagian besar
komoditas primer dalam dunia internasional adalah dolar Amerika. Perdagangan,
bagaimanapun masih ada sebagian besar antara negara-negara kebanyakan di dunia yang
tidak memiliki dolar sebagai sebagai unit untuk mengkonversi hal – hal yang semua faktor
mata uang umum untuk semua aktor di pasar. Namun, permasalahan nya adalah harga yang
dihadapi oleh masing-masing pembeli dan penjual di pasar adalah harga komoditi ditentukan
dalam dolar dikalikan dengan kurs negara terhadap dolar AS (jumlah unit nasional mata uang
yang dibutuhkan untuk membeli satu dolar AS). Tetapi di sisi lain OPEC yang memegang
kendali di bidang perminyakan dunia, tidak akan tinggal diam akan hal tersebut. Karena
OPEC lah yang nyatanya membuat Amerika pun sangat bergantung pada kebutuhan minyak
sekalipun. Maka banyak cara yang dilakukan Amerika serikat untuk menggagalkan Arab
Saudi dan berharap dollar tidak menimbang harga terhadap OPEC.
a. Mengurangi pengaruh Arab Saudi terhadap pasar minyak dunia. Bahkan jika
kekhawatiran tentang ketidakstabilan politik di Arab Saudi telah dibesar-besarkan oleh
Amerika dan House of Saudi mampu mengatasi secara damai yang menjadi tantangan
internal kekuasaannya, membebaskan produksi minyak Irak mungkin telah diharapkan untuk
mendapatkan keuntungan Amerika Serikat pada cara lain. Untuk setidaknya beberapa
dekade, Arab Saudi telah memiliki kapasitas produksi minyak terbesar 75 unit di antara
produsen minyak, bagaimanapun, Arab Saudi sebenarnya tingkat produksi minyak biasa nya
telah memiliki substansial yang lebih rendah, meninggalkan jumlah yang signifikan kapasitas
produksi berlebih. Walaupun jumlah yang tepat telah menjadi rahasia baik terus dan telah
dalam hal apapun bervariasi dari dan dengan tingkat produksi itu sendiri, itu umumnya
sebesar setengah dari semua keuntungan kapasitas di dunia dan bahkan lebih tinggi

18
persentase yang dimiliki oleh negara-negara OPEC lainya. Sebagai contohnya menurut
Richard (2002) dalam Huda (2016) mencatat pada Arab Saudi "Kapasitas cadangan Arab
Saudi cukup biasanya lebih dari cukup untuk sepenuhnya menggantikan produksi lain negara
pengekspor minyak besar. Selain itu, Arab Saudi dapat meningkatkan tingkat output yang
lebih rendah relatif cepat.
b. Membatasi jumlah kebutuhan pada minyak Irak. Sebenarnya inilah strategi Amerika
dengan mengincar irak sebagai salah satu founder OPEC, mengapa tidak mengincar Arab
Saudi? Karena Amerika memiliki hubungan kerjasama yang baik terhadap Arab Saudi, dan
Amerika tahu bahwa central OPEC pun terdapat pada Arab Saudi, jika Amerika langsung
menekan Arab Saudi maka Arab Saudi akan langsung melakukan tindakan efektif dengan
memblokir seluruh anggota OPEC agar tidak berhubungan dengan Amerika. Alasan lain
Amerika mengincar Irak adalah apakah produksi minyak tambahan dari Irak adalah benar-
benar diperlukan?. Di satu sisi, memperkirakan dari permintaan di masa mendatang untuk
minyak dari Iraq bisa berlebihan. Di sisi lain, itu mungkin memiliki perangkat untuk
memenuhi bahkan pertumbuhan substansial konsumsi global dengan peningkatan produksi
di bagian lain dunia. Dalam kasus ini, perhatian khusus telah dikhususkan bagi Amerika di
baru-baru ini tahun untuk potensi penghasil minyak Rusia dan daerah Kaspia.
c. Memanfaatkan kebijakan politik terhadap Iraq karena Iraq sangat bersaing dengan
Arab Saudi perihal monopoly harga minyak dalam kebijakan OPEC. Kendala politik
internasional produksi minyak Irak terhadap Arab Saudi bahkan jika irak ingin dipergunakan
Amerika untuk meningkatkan minyak kapasitas produksi secara substansial, mungkin ke
titik di mana serius disaingi bahwa Arab Saudi, orang bisa tetap mempertanyakan apakah
pertimbangan politik eksternal akan telah membuat Irak enggan untuk mengeksploitasi
kapasitas ini sepenuhnya karena Amerika. Pertama, secara luas diharapkan bahwa setiap
pemerintah baru negara Irak akan tetap berada di OPEC, dari karena nya Iraq adalah founder
dari OPEC. melakukan hal baik akan membantu negara membangun nya kredensial
nasionalis dan menjaga baik hubungan dengan para anggota OPEC lainya.107 penghasil
minyak dan meskipun produksi minyak Irak belum dibatasi oleh kuota OPEC dalam
beberapa tahun terakhir, itu kemungkinan untuk dibawa kembali ke kuota sistem produksi

19
meningkat. Dengan ini propaganda yang dilakukan Amerika terhadap Iraq dan Arab Saudi
untuk mengurangi monopoly harga minyak OPEC.

20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
OPEC adalah Organisasi Negara – Negara pengekspor minyak. OPEC dibentuk
sebagai akibat jatuhnya harga minyak pada perusahaan raksasa. Pada kenyataannya,
organisasi OPEC masih mempunyai berbagai masalah dari mulai perbedaan kepentingan
anggota serta pengaruh organisasi luar. Dengan melihat permasalahan tersebut, OPEC
sebaiknya harus benar-benar memanagement anggotanya serta mengatur persediaan akan
sumber-sumber energi minyaknya dengan sebaik-baiknya. Selain itu OPEC juga harus benar-
benar bijaksana di dalam menetapkan berbagai kebijakan tentang minyak dan bukan hanya
mengejar keuntungan semata. Meskipun ada banyak sekali ruang untuk OPEC dalam
mempengaruhi harga minyak di sistem kebijakan harga minyak dunia, pengaruh ini tidak
dapat dibatasi dengan mudah. Oleh karena itu, penguatan akan kewenangan fungsi OPEC
saat ini adalah suatu keharusan untuk bisa mengatur perekonomian global.

21
DAFTAR PUSTAKA

Fattouh, Bassam. 2007. The drivers of oil prices: The usefulness and limitations of non-
structural models, supply-demand frameworks, and informal approaches. European
Investment Bank. (12) : 128-156

Harbad, Della Putri. 2018. Kepentingan Indonesia Bergabung Kembali Ke Opec Pada Tahun
2015. Jom Fisip. (5)

Horn, Manfred .2004. OPEC’s Optimal Crude Oil Price. Energy Policy. (32) : 269–280
http://www.opec.org/opec_web/en/about_us/25.htm (Diakses pada tanggal 09 Mei 2019)
Huda, Mohammad Syaeful. 2016. Kebijakan Monopoli Harga Minyak oleh OPEC dan
Dilema Terhadap Dollar US Tentang Perminyakan Global. Universitan Pembangunan
Nasional Veteran. Makalah
Ilahi, Ridho. 2018. Dampak Kebijakan Pemangkasan Produksi Minyak Dunia Oleh
Organization Of The Patroleum Exporting Countries (Opec) Terhadap Indonesia
Tahun 2016. Jom Fisip. (5)
Mabro, R..1991. OPEC and the Price of Oil. The Energy Journal. (13) : 1–17
Mawikere, Jessica Claudia. 2016. Implikasi Kuota Produksi Minyak Organization of the
Petroleum Exporting Countries (OPEC) dengan Kebijakan Keanggotaan dan Harga
Bahan Bakar Minyak Pemerintah Indonesia Tahun 2008. Jurnal Analisis Hubungan
Internsional. (5) : 126-137
OPEC. 2008. 149th Meeting ofthe OPEC Conference , Dalam
http://www.opec.org/pressrelease.htm (diakses tanggal 10 mei 2019)

22

Anda mungkin juga menyukai