Anda di halaman 1dari 7

latar belakang

tujuan

prinsip-prinsip

struktur

hubungan dengan Indonesia

Bab 1 Pendahuluan

Latar belakang

Organisasi regional dan global adalah bentuk kerjasama antarnegara yang memiliki tujuan, kepentingan,
atau wilayah yang sama. Organisasi regional adalah organisasi yang keanggotaannya terbatas pada
negara-negara di kawasan tertentu, seperti ASEAN, Uni Eropa, atau NATO. Organisasi global adalah
organisasi yang keanggotaannya mencakup seluruh negara di dunia, seperti PBB, GATT, WTO, atau
OPEC. Organisasi regional dan global memiliki latar belakang, tujuan, fungsi, dan dampak yang berbeda-
beda.

Rumusan masalah

Membahas mengenai Organisasi Ekonomi Global seperti OPEC, GATT, dan WTO.

Tujuan

Untuk mengetahui tentang Organisasi Ekonomi Global seperti OPEC, GATT, WTO.
Bab 2 Pembahasan

A. Organization of Petroleum Exporting Countries (OPEC)

1. Latar belakang Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC)

Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) atau organisasi negara-negara pengekspor
minyak bumi adalah organisasi yang bertujuan menegosiasikan masalah-masalah mengenai produksi,
harga, dan hak konsesi minyak bumi dengan perusahaan-perusahaan minyak. Pada 14 September 1960,
lima negara yaitu Iran, Irak, Kuwait, Arab Saudi, dan Venezuela mendirikan OPEC di Baghdad, Irak.
Pembentukan OPEC tersebut dipicu oleh ketidakstabilan harga minyak internasional. Hingga 2014,
anggota OPEC berjumlah 12 negara. Sejak 1965, OPEC bermarkas di Wina, Austria.

Terdapat tujuh perusahaan minyak yang dikenal dengan sebutan The Seven Sisters yang menguasai
harga minyak dunia. Ketujuh perusahaan tersebut adalah Anglo-Persian Oil Company (sekarang BP), Gulf
Oil, Standard Oil of California (SoCal), Texaco (sekarang Chevron), Royal Dutch Shell, Standard Oil of New
Jersey (Esso), dan Standard Oil Company of New York (Socony, sekarang Exxon Mobil). Pada 1970,
melalui "The Tripoli-Teheran Agreement", OPEC secara penuh menetapkan pasar minyak internasional.

a. Struktur Organization of Petroleum Exporting Countries (OPEC)

 Konferensi OPEC
 Dewan Gubernur
 Menteri Pemantau Sub Komite
 Sekretaris Jenderal
 Dewan Komisi Ekonomi
 Auditor Internal
 Kantor SG
 Kantor Hukum
 Divisi Penelitian
 Dukungan Divisi Layanan
 Departemen Layanan Data
 Departemen Studi Minyak Tanah
 Departemen Studi Energi
 Departemen Hubungan Multilateral
 Departemen PR dan Informasi
 Departemen Keuangan dan Sumber Daya Manusia
 Departemen Admin dan Layanan

b. Negara-Negara Anggota Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC)

 Arab Saudi
 Qatar
 Kuwait
 Ekuador
 Aljazair
 Gabon
 Uni Emirat Arab
 Irak
 Indonesia
 Nigeria
 Iran
 Libya
 Venezuela

2. Tujuan Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC)

a. Untuk mengkoordinasi dan menyatukan kebijakan mengenai perminyakan antar negara


anggotanya

b. Untuk menentukan strategi yang tepat guna melindungi kepentingan negara anggotanya

c. Untuk menjalankan berbagai cara guna menstabilkan harga minyak di pasar Internasional
sehingga tidak terjadi fluktuasi (naik-turun) harga, supaya tidak adanya monopoli harga

d. Menjamin pendapatan tetap bagi negara-negara anggota yang memproduksi minyak

e. Menjamin suplai minyak konsumen

f. Menjamin kembalinya modal investor di bidang perminyakan secara adil

3. Prinsip-prinsip Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC)

a. Untuk mengatur harga minyak dunia.

b. Mengawasi harga minyak dunia.

c. Sebagai arena persaingan niaga dalam bidang perminyakan.

4. Hubungan Indonesia dengan Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC)

a. Pada tahun 1962, Indonesia pertama kali bergabung menjadi anggota OPEC. Hingga sekarang,
Indonesia selalu aktif berpartisipasi dalam kegiatan yang diselenggarakan oleh OPEC.
b. Indonesia telah dua kali secara resmi keluar dari keanggotaan OPEC. Saat tahun 2008 dan 2009.
Selama 6 tahun, Indonesia membekukan keanggotaannya di OPEC. Akhirnya pada tahun 2014, Indonesia
memutuskan untuk kembali menjadi anggota OPEC.

B. General Agreement on Tariffs and Trade (GATT)

1. Latar belakang General Agreement on Tariffs and Trade (GATT)

Pada 1947, dibentuk organisasi yang mengurusi perjanjian umum tentang tarif dan perdagangan yang
disebut General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) di Jenewa, Swiss. GATT dibentuk sebagai
respons terhadap tidak adanya pihak pengatur tarif dan perdagangan sehingga terjadi pelanggaran dan
diskriminasi dalam perdagangan internasional (baca: perdagangan barang). Adapun maksud
didirikannya GATT adalah menerapkan prinsip-prinsip umum liberalisasi perdagangan berdasarkan
traktat multilateral. Traktat tersebut berupa pengurangan tarif, penghapusan kendala perdagangan, dan
penghapusan praktik perdagangan yang diskriminatif.

Pada saat didirikan, GATT beranggotakan 23 negara. Namun, pada April 1994, dalam sidang terakhirnya
di Marrakesh, Maroko yang mengubah GATT menjadi WTO (World Trade Organization), Jumlah negara
penanda tangan traktat/perjanjian sebanyak 115 negara. Perubahan ini dilatarbelakangi kenyataan
bahwa semua negara anggota menghendaki adanya perdagangan yang bebas di antara mereka. WTO
sendiri diputuskan untuk diberlakukan secara resmi mulai 1 Januari 1995. Indonesia sendiri telah
bergabung menjadi peserta dalam GATT sejak 24 Februari 1950.

2. Tujuan General Agreement on Tariffs and Trade (GATT)

 Meningkatkan kesempatan kerja


 Memperluas produksi dan pertukaran barang
 Menghapus perlakuan deskriminasi dalam perdagangan internasional
 Memecahkan masalah dan hambatan dalam perdagangan internasional
 Meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya yang ada di dunia

3. Prinsip-prinsip General Agreement on Tariffs and Trade (GATT)

 Prinsip Most Favoured Nations (MFN), yaitu prinsip non-deskriminatif dalam menjalankan
perdagangan internasional.
 Prinsip National Treatment, yaitu prinsip yang mengatur produk hasil impor harus diperlakukan
sama dengan produk dalam negeri.
 Prinsip Transparansi, yaitu prinsip keterbukaan antar negara anggota GATT.
 Prinsip Non Tariff Measures, yaitu negara anggota GATT hanya diperbolehkan untuk melindungi
produk dalam negeri dengan meningkatkan bea masuk produk impor.
 Prinsip Quantitative Restriction, yaitu negara anggota GATT tidak diperbolehkan melakukan
pembatasan quota terhadap perdagangan internasional.
 Prinsip resiprositas, yaitu Perlakuan yang diberikan suatu negara kepada negara lain sebagai
mitra dagang harus diberikan juga oleh mitra dagang negara tersebut.
 Prinsip perlakuan khusus bagi negara sedang berkembang, Prinsip ini berfungsi sebagai dasar
hukum bagi negara maju untuk memberikan generalized system of preferences (GSP) atau
sistem preferensi umum kepada negara-negara berkembang.

C. World Trade Organization (WTO)

1. Latar belakang World Trade Organization (WTO)

World Trade Organization (WTO) atau Organisasi Perdagangan Dunia berawal dari Putaran Uruguay
(1986-1994) serta perundingan-perundingan sebelumnya, yang semuanya di bawah GATT. Dengan kata
lain, WTO merupakan kelanjutan dari GATT yang didirikan tahun 1947. Semua kesepakatan perjanjian
GATT kemudian diakui dalam WTO. Sejak 1 Januari 1995, WTO disahkan sebagai organisasi perdagangan
dunia dengan tujuan mendorong perdagangan bebas dengan mengurangi dan menghilangkan
hambatan-hambatan perdagangan, seperti tarif dan nontarif (regulasi), menyediakan forum
perundingan perdagangan internasional, menyelesaikan sengketa dagang, serta memantau kebijakan
perdagangan di negara-negara anggota. Saat ini, WTO memiliki 160 negara anggota dengan 24 negara
pengamat dan bermarkas di Jenewa, Swiss.

Selain kesepakatan perjanjian GATT, WTO juga menambah isu-isu baru yang sebelumnya tidak diatur,
yaitu Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights atau Hak atas Kekayaan
Intelektual yang Terkait dengan Perdagangan, General Agreement on Tariff and Service atau Perjanjian
Umum mengenai Tarif dan Jasa, serta Trade-Related Investment Measures atau Aturan-Aturan Investasi
yang Terkait dengan Perdagangan. Sebelumnya, GATT hanya menyangkut perdagangan barang, tidak
mencakup perdagangan jasa dan hak kekayaan intelektual. Oleh karena kesamaan prinsip dan tujuan
itu, sering kali GATT dan WTO tidak ditulis atau dibahas terpisah, melainkan dalam satu kesatuan
GATT/WTO.

a. Struktur World Trade Organization (WTO)

 Ministerial Conference (Konferensi Tingkat Menteri), merupakan forum pengambilan keputusan


tertinggi yang mengadakan pertemuan secara reguler setiap dua tahun sekali.
 General Council (Dewan Umum) bertugas sebagai pelaksana harian, terdiri atas wakil para
anggota yang mengadakan pertemuan sesuai kebutuhan.
 Council for Trade in Goods (Dewan Perdagangan Barang), bertugas memantau pelaksanaan
persetujuan yang dicapai di bidang perdagangan barang.
 Council for Trade in Services (Dewan Perdagangan Jasa) bertugas memantau pelaksanaan
persetujuan yang dicapai di bidang perdagangan jasa.
 Council for Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights, bertugas untuk hal-hal yang
berkaitan dengan aspek- aspek dagang dan hak-hak atas kekayaan intelektual.
 Dispute Settlement Body (Badan Penyelesaian Sengketa), bertugas menyelenggarakan forum
penyelesaian sengketa perdagangan antaranggota.

2. Tujuan World Trade Organization (WTO)

 Mencapai perdagangan internasional yang stabil dan menghindari kebijakan-kebijakan atau


praktik-praktik perdagangan nasional yang merugikan negara lainnya.
 Meningkatkan volume perdagangan dunia dengan menciptakan perdagangan yang menarik dan
menguntungkan bagi pembangunan ekonomi semua negara.
 Mengembangkan sistem perdagangan multilateral yang akan mengimplementasikan kebijakan
perdagangan.
 Meningkatkan pemanfaatan sumber-sumber kekayaan dunia dan meningkatkan produk dan
transaksi jual beli barang.

3. Prinsip-prinsip World Trade Organization (WTO)

 Perlakuan yang sama terhadap semua anggota.


 Pengikatan tarif bagi anggota.
 Perlakuan secara nasional.
 Perlindungan hanya melalui tarif.
 Perlakuan yang khusus dan berbeda terhadap negara berkembang.

4. Hubungan Indonesia dengan World Trade Organization (WTO)

Pada 2 November 1994, Indonesia meratifikasi perjanjian WTO melalui UU No. 7/1994. Berikut isu-isu
konkret dalam WTO yang juga menjadi perjuangan Indonesia.

Pertama, perundingan di bidang pertanian. Tuntutan liberalisasi pertanian yang diusung WTO
mengharuskan adanya penghapusan subsidi domestik, penghapusan subsidi ekspor, dan peningkatan
akses pasar melalui penurunan tarif. Beberapa faktor lain yang patut dipertimbangkan adalah masalah
ketahanan pangan (food security), pembangunan perdesaan (rural development), dan pengentasan
kemiskinan (alleviation of poverty). Indonesia memperjuangkan agar terjadi pengecualian terhadap
produk strategis (strategic product) dari proses liberalisasi pertanian.

Hal ini terkait dengan faktor yang menjadi tulang punggung pembangunan, yaitu ketahanan pangan,
pembangunan perdesaan, dan pengurangan kemiskinan. Dalam kerangka itu, misalnya, Indonesia
memperjuangkan penurunan tarif atas produk pertanian, memperhatikan kepentingan negara
berkembang, dan tidak semata- mata menekankan pembukaan pasar. Hal ini dilakukan demi menjamin
keadilan dalam pembangunan.
Kedua, perundingan di bidang peraturan (rules). Indonesia berkeinginan agar berbagai peraturan dalam
persetujuan tersebut diperbaiki dengan mempertimbangkan kepentingan negara berkembang dalam
rangka akses pasar dan perlindungan domestik.

Ketiga, perundingan di bidang jasa. Indonesia perpandangan bahwa proses liberalisasi jasa sebaiknya
dilakukan secara bertahap, seiring dengan pemberdayaan dan penguatan industri jasa nasional.

Keempat, perundingan di bidang kesehatan masyarakat (public health) dan TRIPs. Perundingan di bidang
kesehatan masyarakat telah diselesaikan dengan menghasilkan suatu solusi bahwa lisensi wajib tidak
diterapkan atas produksi obat-obatan yang bertujuan kemanusiaan. Meskipun demikian, perlu ada
pengawasan dalam pelaksanaannya agar negara berkembang yang memproduksi obat- obatan tidak
menyalahgunakan kelonggaran tersebut.

Kelima, perundingan di bidang investasi. Dalam perundingan ini, Indonesia berpendapat bahwa
pengembangan industri dan pertumbuhan sektor riil harus didorong oleh pertumbuhan investasi yang
signifikan. Oleh karena itu, Indonesia berupaya menarik investor sebanyak-banyaknya melalui kebijakan
investasi yang transparan dan nondiskriminatif.

Keenam, perundingan di bidang lingkungan. Indonesia berkeinginan agar kebijakan lingkungan tidak
diatur dalam WTO karena mensyaratkan standar yang tinggi terhadap akses pasar produk negara
berkembang.

Bab 3 Penutup

A. Kesimpulan

Organisasi Ekonomi Global mencerminkan kerjasama dan interdependensi ekonomi antar negara di
tingkat internasional. Dalam upaya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, perdagangan
internasional, dan stabilitas keuangan global, berbagai organisasi dan lembaga internasional didirikan.
Organisasi seperti World Trade Organization (WTO), International Monetary Fund (IMF), dan World Bank
bertujuan untuk memfasilitasi kerjasama ekonomi antar negara, memberikan dukungan finansial, dan
mengatasi masalah ekonomi global. Meskipun ada manfaat dalam upaya globalisasi ekonomi, tantangan
dan kritik terkait ketidaksetaraan, kerugian pekerjaan, dan dampak lingkungan juga muncul. Dengan
demikian, penting untuk terus mempertimbangkan dan mengevaluasi dampak organisasi ekonomi
global terhadap keberlanjutan dan kesejahteraan global secara keseluruhan.

Anda mungkin juga menyukai