International Monetary Fund atau IMF adalah organisasi internasional yang bergerak di
bidang keuangan dan seringkali memberikan pinjaman dana kepada negara-negara anggota
yang membutuhkan bantuan.
Peran organisasi IMF adalah organisasi yang berada di tengah sistem moneter internasional
seluruh dunia. Sistem tersebut diantaranya pembayaran dan juga nilai tukar mata uang. Serta,
menjadi sumber dana untuk permasalahan neraca negara.
Markas besar IMF berlokasi di Washington DC, Amerika Serikat. Saat ini, anggota IMF
terdiri dari 189 negara seluruh dunia. Hingga sekarang, IMF telah memberikan bantuan
mencapai US$ 1 triliun bagi negara anggota dengan lebih dari 40 perjanjian pinjaman.
Hingga sampai tahun 2010 lalu, jumlah cadangan dana yang telah dikantongi IMF adalah
sekitar SDR 476,8 miliar atau setara dengan Rp 6,73 Kuadriliun bila dinilai dari nilai tukar
pada tahun tersebut.
IMF didirikan pada tahun 1944, berawal dari konferensi PBB yang dilaksanakan di Bretton
Woods, Amerika Serikat. Kala itu, terdapat setidaknya 45 perwakilan negara yang setuju
akan adanya kerangka kerjasama ekonomi.
Tujuan dari kerjasama ekonomi tersebut adalah menghindari terjadinya Great Depression
seperti di tahun 1930 untuk kedua kalinya. Tepat pada tahun itu, beberapa negara mengalami
perekonomian yang cukup lemah. Bulan Desember 1945 terbentuklah organisasi
internasional secara resmi, hingga saat ini menjadi IMF. kala itu, terdapat 29 negara yang
tergabung dalam keanggotaan dan bertandatangan dalam pasal-pasal perjanjian.
Terbentuknya organisasi IMF atau Dana Moneter Internasional ini tentu bukan tanpa tujuan.
Selain menjadi sumber dana bagi negara-negara anggota,
Tak keluar dari masalah perekonomian, tugas utama IMF adalah memprakarsai atau
mendorong terbentuknya kerjasama moneter secara internasional antar negara-negara yang
menjadi anggotanya. Selain itu ada pula beberapa tugas dari IMF, yaitu sebagai berikut.
Hingga saat ini, sebanyak 164 negara telah menjadi anggota WTO. Di antara jumlah tersebut,
117 merupakan negara berkembang atau termasuk kawasan yang masih terpisah. Terkait
dengan itu, setiap pihak tergabung memiliki hak untuk menyatakan pendapat dalam forum.
Sehubungan dengan informasi tersebut, sistem pengambilan hasil keputusan WTO adalah
aturan mufakat di mana seluruh negara anggota diberikan hak untuk menyetujui atau menolak
kesepakatan.
Namun, meskipun pada catatan sejarah berdirinya WTO adalah pada tahun 1995, organisasi
ini sebenarnya merupakan penerus General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) yang
telah hadir sejak 1947 dan pengganti International Trade Organization (ITO).
Selama masa berlakunya, GATT telah mengeluarkan berbagai aturan perdagangan dunia
sehingga sistem ekonomi internasional berhasil berjalan dengan harmonis. Dengan tujuan
yang sama, WTO adalah organisasi yang bertekad untuk terus menjaga kedamaian impor.
Tujuan dan Tugas WTO
Terkait dengan aturan dan peran GATT sebelumnya, WTO adalah pihak yang mengurus
perihal perdagangan jasa serta kekayaan intelektual. Lalu, ketika ada kekurangan produksi di
negara berkembang, organisasi berikut bisa membantu membangun volume ekspor-impor.
Sedangkan, tujuan pembentukan WTO adalah membuat perdagangan antar negara menjadi
semakin terbuka, memakmurkan masyarakat global, serta menyelesaikan masalah ekonomi
internasional.
Salah satu dasar pendirian WTO adalah perjanjian Marrakesh yang mengutarakan bahwa
perdagangan seharusnya memperbaiki taraf hidup, meningkatkan pendapatan riil,
memastikan adanya lapangan kerja, serta melebarkan spektrum konsumsi barang dan jasa.
Sudah selayaknya WTO adalah pihak yang mengoptimalkan pengelolaan sumber daya dunia
sehingga memajukan negara-negara berkembang.
Anggota tergabung telah menyetujui prinsip dasar WTO sebagai aturan resmi perdagangan
antar negara sebagai berikut:
Indonesia kalah menghadapi gugatan Uni Eropa soal larangan ekspor nikel di WTO.
Organisasi Perdagangan dunia menolak pembelaan Indonesia atas pemberlakukan larangan
ekspor nikel tersebut. Berdasarkan dokumen WTO yang dikeluarkan 30 November 2022,
panel menyimpulkan bahwa larangan ekspor bijih nikel Indonesia tidak sesuai dengan Pasal
XI:1 GATT 1994.
"Larangan ekspor tidak sesuai dengan Pasal XI:1 GATT 1994. Panel juga menyimpulkan
bahwa larangan ekspor tidak dibenarkan berdasarkan Pasal XX(d) GATT 1994 karena tidak
diperlukan untuk memastikan kepatuhan terhadap undang-undang atau peraturan yang tidak
bertentangan dengan GATT 1994," tulis keterangan WTO.