Anda di halaman 1dari 16

Latar Belakang OPEC    

  OPEC adalah organisasi antar pemerintah yang berdiri tahun 1960.


Negara anggotanya adalah negara eksportir minyak yang saat ini
terdiri dari Arab Saudi, Iran, Irak, Kuwait, Venezuela, Nigeria,
Aljazair, Qatar, Libya, UAE dan Indonesia. Sebelumnya Equador,
Gabon juga menjadi anggota tetapi kemudian keluar pada tahun
1992 dan 1994. Berdirinya OPEC dipicu oleh keputusan sepihak dari
perusahaan minyak multinasional (The Seven Sisters) tahun
1959/1960 yang menguasai industri minyak dan menetapkan harga
di pasar internasional. “The Tripoli-Teheran Agreement” antara
OPEC dan perusahaan swasta tersebut pada tahun
1970 menempatkan OPEC secara penuh dalam menetapkan pasar
minyak 

2014-04-25T19:07:10+07:00
Sejarah Berdirinya OPEC      Venezuela adalah negara pertama
yang memprakarsai pembentukan organisasi OPEC dengan
mendekati Iran, Gabon, Libya, Kuwait dan Saudi Arabia pada tahun
1949, menyarankan mereka untuk menukar pandangan dan
mengeksplorasi jalan lebar dan komunikasi yang lebih dekat antara
negara-negara penghasil minyak. Pada 10 – 14 September 1960,
atas gagasan dari Menteri Pertambangan dan Energi Venezuela
Juan Pablo Pérez Alfonzo dan Menteri Pertambangan dan Energi
Saudi Arabia Abdullah Al Tariki, pemerintahan Irak, Persia, Kuwait,
Saudi Arabia dan Venezuela bertemu di Baghdad untuk
mendiskusikan cara-cara untuk meningkatkan harga dari minyak
mentah yang dihasilkan oleh masing-masing negara. OPEC didirikan
di Baghdad, dicetuskan oleh satu hukum 1960 yang dibentuk oleh
Presiden Amerika Dwight Eisenhower yang mendesak kuota dari
impor minyak Venezuela dan Teluk Persia seperti industri minyak
Kanada dan Mexico. Eisenhower membentuk keamanan nasional,
akses darat persediaan energi, pada waktu perang. Yang
menurunkan harga dari minyak dunia di wilayah ini, Presiden
Venezuela Romulo Betancourt bereaksi dengan berusaha
membentuk aliansi dengan negara-negara Arab produsen minyak
sebagai satu strategi untuk melindungi otonomi dan profabilitas dari
minyak Venezuela. Sebagai hasilnya, OPEC didirikan untuk
menggabungkan dan mengkoordinasi kebijakan-kebijakan dari
negara-negara anggota sebagai kelanjutan dari yang telah
dilakukan. 1.     B.     Latar Belakang OPEC      OPEC adalah
organisasi antar pemerintah yang berdiri tahun 1960. Negara
anggotanya adalah negara eksportir minyak yang saat ini terdiri dari
Arab Saudi, Iran, Irak, Kuwait, Venezuela, Nigeria, Aljazair, Qatar,
Libya, UAE dan Indonesia. Sebelumnya Equador, Gabon juga
menjadi anggota tetapi kemudian keluar pada tahun 1992 dan
1994. Berdirinya OPEC dipicu oleh keputusan sepihak dari
perusahaan minyak multinasional (The Seven Sisters) tahun
1959/1960 yang menguasai industri minyak dan menetapkan harga
di pasar internasional. “The Tripoli-Teheran Agreement” antara
OPEC dan perusahaan swasta tersebut pada tahun
1970 menempatkan OPEC secara penuh dalam menetapkan pasar
minyak

OPEC merupakan organisasi yang memiliki tujuan untuk menegosiasikan


masalah-masalah mengenai produksi, harga, dan hak konsesi minyak
bumi dengan perusahaan-perusahaan minyak yang ada di seluruh dunia.

SEJARAH OPEC

Berdirinya OPEC awalnya dipicu oleh keputusan sepihak dari perusahaan


minyak multinasional (The Seven Sisters) pada tahun 1959/1960.
Perusahaan minyak ini menguasai industri minyak dan mampu
menetapkan harga di pasar internasional tanpa memedulikan usulan dari
pihak lain. Sebelumnya,  Venezuela memang telah mendekati negara-
negara penghasil minyak seperti Iran, Gabon, Libya, Kuwait dan Saudi
Arabia pada tahun 1949 untuk bertukar pandangan dan memprakarsai
pembentukan organisasi OPEC. 

Keputusan The Seven Sisters akhirnya memunculkan kembali wacana


pembentukan OPEC yang akhirnya diwujudkan di tahun 1960 dengan lima
negara pendiri sekaligus anggota pertama OPEC,yakni:

1. Iran
2. Irak
3. Kuwait
4. Arab Saudi
5. Venezuela

Pada tahun 1970, OPEC dan perusahaan minyak The Seven Sisters
menandatangani sebuah perjanjian yang dikenal dengan nama “The
Tripoli-Teheran Agreement”. Perjanjian ini menempatkan OPEC sebagai
sebuah organisasi yang mampu secara penuh menetapkan harga pasar
minyak internasional. 

ILUSTRASI OPEC (SAMUEL/UCEO)

TUJUAN OPEC
Secara umum, Tujuan OPEC dibagi menjadi dua tujuan utama, yakni:

1. Tujuan Ekonomi

Tujuan OPEC secara ekonomi adalah untuk mempertahankan harga


minyak dan menentukan harga sehingga menguntungkan negara-negara
produsen

2. Tujuan Politik

Tujuan OPEC secara politik adalah untuk mengatur hubungan dengan


perusahaan-perusahaan minyak asing atau pemerintah negara-negara
konsumen. 

Saat ini, OPEC telah berusia 56 tahun. OPEC pun kini telah menetapkan
tujuan yang hendak dicapai, yaitu “preserving and enhancing the role of
oil as a prime energy source in achieving sustainable economic
development”. 

Untuk mencapai tujuan ini, OPEC pun telah menyusun berbagai strategi ,
misalnya:

1. Koordinasi dan unifikasi kebijakan perminyakan antar negara


anggota
2. Menetapkan strategi yang tepat untuk melindungi kepentingan
negara anggota
3. Menerapkan cara-cara untuk menstabilkan harga minyak di pasar
internasional sehingga tidak terjadi fluktuasi harga
4. Menjamin income yang tetap bagi negara-negara produsen minyak
5. Menjamin suplai minyak bagi konsumen
6. Menjamin kembalinya modal investor di bidang minyak secara adil.

OPEC juga memiliki kebijakan-kebijakan lain, yakni:


1. Menyatukan kebijakan perminyakan antara negara-negara anggota.
2. Memenuhi kebutuhan dunia akan minyak bumi.
3. Menstabilkan harga minyak dunia.
4. Menentukan kebijakan-kebijakan untuk melindungi negara-negara
anggota.

STRUKTUR ORGANISASI DAN MANAJEMEN OPEC

Selayaknya organisasi-organisasi pada umumnya, OPEC sebagai sebuah


organisasi juga memiliki struktur di dalamnya. Berdasarkan Statuta OPEC
Pasal 9, Organisasi OPEC terdiri dari: 

A. Konferensi

1. Konferensi dalah organ tertinggi dalam OPEC. Konferensi memiliki


agenda pertemuan rutin 2 kali dalam setahun. Meskipun begitu,
konferensi tetap dapat melakukan pertemuan extra-ordinary yang dapat
dilaksanakan jika diperlukan. Semua negara anggota harus terwakilkan
dalam konferensi dan tiap negara mempunyai satu hak suara. Keputusan
dalam perundingan yang dilakukan dalam Konferensi ditetapkan setelah
mendapat persetujuan dari negara anggota (pasal 11-12). 
2. Konferensi OPEC dipimpin oleh Presiden dan Wakil Presiden OPEC
yang dipilih oleh anggota pada saat pertemuan Konferensi (Pasal 14). 
3. Konferensi OPEC bertugas merumuskan kebijakan umum organisasi
dan mencari cara untuk mengimplementasian kebijakan tersebut. Sebagai
organisasi tertinggi, pertemuan Konferensi OPEC dapat pula dilaksanakan
untuk mengukuhkan penunjukan anggota Dewan Gubernur dan Sekretaris
Jenderal OPEC(Pasal 15).

B. Dewan Gubernur

1. Dewan Gubernur OPEC terdiri dari Gubernur yang dipilih oleh


masing-masing anggota OPEC untuk duduk dalam Dewan yang bersidang
sedikitnya dua kali dalam setahun. Pertemuan extraordinary dari Dewan
dapat berlangsung atas permintaan Ketua Dewan, Sekretaris Jenderal
atau 2/3 dari anggota Dewan (Pasal 17 & 18). 
2. Tugas Dewan adalah melaksanakan keputusan Konferensi;
Mempertimbangkan dan memutuskan laporan-laporan yang disampaikan
oleh Sekretaris Jenderal; Memberikan rekomendasi dan laporan kepada
pertemuan Konferensi OPEC; Membuat anggaran keuangan organisasi dan
menyerahkannya kepada Sidang Konferensi setiap tahun;
Mempertimbangkan semua laporan keuangan dan menunjuk seorang
auditor untuk masa tugas selama 1 tahun; Menyetujui penunjukan
Direktur-Direktur Divisi, Kepala Bagian yang diusulkan negara anggota;
Menyelenggarakan pertemuan Extraordinary Konferensi OPEC dan
mempersiapkan agenda sidang (Pasal 20).

Dewan Gubernur dipimpin oleh seorang Ketua & Wakil Ketua yang berasal
dari para Gubernur OPEC negara-negara anggota dan yang disetujui oleh
Pertemuan Konferensi OPEC untuk masa jabatan selama 1 tahun (Pasal
21). 

C. Sekretariat

Sekretariat adalah pelaksana eksekutif organisasi sesuai dengan statuta


dan pengarahan dari Dewan Gubernur. Sekretaris Jenderal adalah wakil
resmi dari organisasi yang dipilih untuk periode 3 tahun dan dapat
diperpanjang satu kali untuk periode yang sama. Sekretaris Jenderal harus
berasal dari salah satu negara anggota. Dalam melaksanakan tugasnya
Sekjen bertanggung jawab kepada Dewan Gubernur dan mendapat
bantuan dari para kepala Divisi dan Bagian.                       

PERANAN INDONESIA DALAM OPEC

Indonesia telah menjadi anggota OPEC sejak tahun 1962. Sejak menjadi
anggota OPEC, Indonesia ikut berperan aktif dalam penentuan arah dan
kebijakan OPEC. Keikutsertaan ini khususnya dalam kegiatan stabilisasi
jumlah produksi dan harga minyak di pasar Internasional. Keikutsertaan
Indonesia mencapai puncaknya pada tahun 2004, yakni saat Menteri
Energi dan Sumber Daya Mineral (MESDM) Indonesia terpilih menjadi
Presiden dan Sekjen sementara OPEC. 

Keikutsertaan Indonesia dalam OPEC tentunya membawa keuntungan


secara ekonomi dan politik. Sayangnya, keuntungan ekonomi Indonesia
dalam keanggotaan OPEC justru menjadi perdebatan menjelang tahun
2000-an. Beberapa tahun belakangan, Indonesia tidak lagi menjadi negara
pengekspor minyak, namun dianggap telah menjadi negara pengimpor
minyak. Sementara itu, Indonesia masih harus membayar iuran wajib
dalam keanggotaan OPEC, yakni sebesar 2 juta US Dollar setiap tahunnya.
Selain itu, Indonesia juga harus membayar biaya-biaya lain untuk biasa
sidang OPEC yang diikuti oleh Delegasi RI. 

Secara Politis, keanggotaan Indonesia di OPEC akan memberikan berbagai


keuntungan, yaitu meningkatkan posisi Indonesia dalam proses tawar-
menawar dalam hubungan internasional. Kedudukan Menteri ESDM dalam
kapasitasnya sebagai Presiden Konferensi OPEC sekaligus acting Sekjen
OPEC pada tahun 2004, telah memberikan posisi tawar yang sangat tinggi
dan strategik serta kontak yang lebih luas dengan negara – negara
produsen minyak utama lainnya. 

Indonesia akhirnya keluar dari OPEC pada tanggal 28 Mei 2008. Menurut
Mantan Gubernur OPEC untuk Indonesia, Meizar Rahman, Indonesia
sebenarnya tidak keluar dari OPEC. Status keanggotaan Indonesia hanya
dibekukan atau disuspensi. Indonesia membekukan status
keanggotaannya pada tahun 2008 karena posisi Indonesia sebagai
importir minyak membuat munculnya ketidakcocokan dengan negara-
negara eksportir minyak yang menjadi anggota OPEC lainnya. Kendati
disuspensi, namun Indonesia tetap menjalin hubungan baik dengan OPEC,
termasuk dalam menjalin hubungan bilateral dengan sejumlah negara
OPEC.

The Seven Sisters Penguasa Minyak Dunia

Lonjakan harga dan gejolak pasar minyak beberapa tahun terakhir telah
melahirkan pemain-pemain global baru di bidang minyak dan gas dari Negara-
negara berkembang. Tidak sedikit di antara mereka adalah badan usaha milik
Negara. Harian Financial Times menyebutkan bahwa saat ini telah lahir apa
yang disebut dengan “The New Seven Sister”, yaitu: Saudi Aramco (Saudi
Arabia); Gazprom (Russia); Cnpc,(China); Nioc (Iran); Pdvsa, (Venezuela);
Petrobras,(Brazil); Pertronas, (Malaysia). 

Selama ini, industri minyak dunia dikuasai oleh tujuh perusahaan minyak
raksasa dari Negara maju, yang sering dijuluki sebagai “The Seven Sisters”.
Ketujuh pemain besar dari negara maju ini adalah Exxon, BP, Royal Dutch
Shell, Mobil Oil, Texaco, Gulf, dan Chevron. Mereka sangat kuat karena
menguasai sekitar 40 persen pasokan minyak dunia.
Álasan mengapa “The Seven Sisters” begitu penting adalah karena mereka
yang membuat aturan (rule makers), mereka menguasai industri dan pasar.
Kini, ‘Seven Sisters’ yang baru yang membuat aturan dan perusahaan-
perusahaan minyak internasional itu hanya menjadi pengikut (rule takers),”
ujar Robin West, Chairman PFC Energy, sebagaimana dikutip harian Financial
Times.

Istilah The Seven Sister dalam Industri Perminyakan dikenalkan pertamakali


oleh pengusaha asal Italia, Enrico Mattei, yang merujuk kepada 7 Perusahaan
Minyak yang mendominasi produksi, pengolahan dan distribusi minyak pada
pertengahan Abad 20. Ketujuh perusahaan minyak tersebut terdiri dari 3
perusahaan minyak yang merupakan pecahan dari perusahaan standard oil,
dan 4 perusahaan minyak utama lainnya. 
Dengan menguasai produksi, pengolahan dan distribusi minyak mentah,
ketujuh perusahaan tersebut sangat berhasil meraup untung yang besar
ketika terjadinya peningkatan konsumi minyak dunia. Barulah, ketika dunia
Arab mulai mengambil alih kontrol, terutamanya melalui OPEC, maka pada
dimulai pada awal 1960 dan akhirnya benar-benar menguasai pada tahun
1970, maka akhirnya pamor Seven Sister pun mulai menurun.

Tampaknya sejarah berulang. Dulu, ketujuh perusahaan minyak raksasa ini


mengambil alih dominasi dan kepemimpinan pasar dari “Seven Sisters”
generasi pertama, yang menguasai industri minyak dunia pasca-Perang Dunia
II. Mereka adalah Srandard Oilo of New Jesey, Royal Dutch Shell, Anglo
Persian Oil Company, Standard Oil of New York, Standard Oil of California,
Gulf Oil, dan Texaco.

Sekarang giliran kedua “The Seven Sisters” yang mulai tergusur oleh pemain-
pemain global baru dari Negara berkembang, yang sebagian besar di
antaranya perusahaan milik Negara. Dari 50 perusahaan minyak terbesar
dunia, lebih dari separuh adalah badan usaha milik negara (BUMN) dan 15 di
antaranya dari negara berkembang.

Bersama sejumlah perusahaan migas milik swasta, BUMN-BUMN migas ini


berkembang menjadi perusahaan-perusahaan multinasional (transnational
companies/TNCs) yang cukup diperhitungkan dan matang dalam beberapa
tahun terakhir. Banyak dari mereka yang mencatatkan saham di bursa Saham
New York (NYSE), termasuk CNNOC (China), Petrobras (Brasil), Petrochina
(perusahaan afiliansi CNPC), dan Sinopec. Para pemain global baru ini menjadi
bagian dari era baru kebangkitan TNCs multinasional negara-negara
berkembang, terutama Asia.

Harian Financial Times menyusun daftar tujuh calon penghuni baru kelompok
bergengsi itu berdasarkan basis sumber daya yang dikuasai, tingkat out put
(produksi), ambisi perusahaan, skala pasar domestik, serta tingkat pengaruh
mereka pada industri minyak dan gas dunia.

Dalam daftar yang dibuat United Nations Conference on Trade and


Development (UNCTAD), semua perusahaan itu, kecuali Aramco, masuk dalam
daftar 19 perusahaan minyak terbesar dunia dengan operasi secara global.
Aramco tidak masuk karena sebagian besar kegiatan ekspolorasi dan
produksi dilakukan di dalam negerinya sendiri. 
Dari sisi kepemilikan saham di kegiatan produksi minyak asing, peran BUMN-
BUMN minyak Asia, menurut laporan The Role of Asian Oil Companies,
memang masih kecil, sekitar 2 persen dari produksi minyak global pada 2005-
2006. Mereka diperkirakan juga belum akan menjadi ancaman bagi
perusahaan minyak raksasa dari Negara maju dalam pasokan ke pasar dalam
waktu dekat.

Namun, ketujuh perusahaan itu kini menguasai sekitar sepertiga produksi


serta cadangan minyak dan gas dunia. Sebagai gambaran betapa strategisnya
posisi mereka. “The Seven Sisters” dari Negara maju yang sekarang yang
kemudian menciut menjadi empat karena konsolidasi di antara mereka pada
tahun 1990-an (menjadi Exxon-Mobil, Chevron, BP, dan Shell) hanya
memproduksi sekitar 10 persen produksi minyak dan gas dunia serta
menguasai sekitar 3 persen cadangan minyak dan gas dunia.

Badan Energi Internasional (EIA), memprediksikan 90 persen pasokan minyak


dunia dalam 40 tahun ke depan akan datang dari para pemain Negara-negara
berkembang ini. Ini membalikkan kondisi 30 tahun terakhir di mana 40
poersen pasokan minyak dunia berasal dari Negara-negara maju, dengan
generasi kedua The seven Sisters sebagai operator utama.

Para pemain baru dari Negara berkembang mulai mengalahkan pemain-


pemain lama dalam agresivitas akuisisi saham perusahaan-perusahaan
minyak dari berbagai Negara. Aktivitas mereka ikut meramaikan demam
perburuhan minyak di tengah krisis harga minyak yang hampir menyerat
perekonomian global dalam resesi akhir-akhir ini.

Motifnya untuk China lebih untuk mengamankan kebutuhan energy skala


massif perekonomian mereka di masa depan. Sementara, ekspansi BUMN-
BUMN migas Rusia lebih banyak dilandasi oleh kepentingan mengamankan
akses pasar, terutama di Negara maju, melalui kegiatan terintegrasi di hulu.

Dengan menguasai 25 persen cadangan minyak dunia dan kapasitas produksi


hampir tiga kali lipat dari pesaing terdekat. Aramco, yang merupakan BUMN
minyak Arab Saudi, sekarang ini bisa dikatakan sebagai perusahaan minyak
nasional paling berhasil di dunia.
Kendati lapangan terbesarnya mulai menua, BUMN ini masih menempati
posisi teratas produksi minyak dunia, disusul BUMN migas Rusia (Gazprom)
dan BUMN migas Iran (NIOC).
Berbeda dengan Aramco,BUMN-BUMN dari China dan Rusia jauh lebih agresif
dalam melakukan ekspansi di luar wilayahnya. Data UNCTAD (World
Investment Report 2007), investasi BUMN-BUMN minyak China sudah
menyebar di lebih dari 46 negara, kebanyakan di Negara-negara berkembang,
meliputi kegiatan eksplorasi, produksi, transportasi, pengilangan, hingga
kontrak jasa.Meski gagal mengakuisisi perusahaan minyak AS, Unocal, CNPC
menyabet sejumlah kontrak besar di Negara maju, termasuk Australia dan
Kanada.
BUMN-BUMN China ini bersaing dengan perusahaan-perusahaan minyak Rusia
yang beberapa tahun terakhir aktif dalam proyek eksplorasi dan eksploitasi di
sejumlah Negara bekas Uni Soviet (CIS) atau Negara berkembang lain yang
memiliki keterkaitan sejarah panjang dengan Federasi Rusia.

Sebagian dari hak kuasa penambangan yang dipegang Rusia sekarang ini
diwarisi dari Uni Soviet sebelum pecah. Bukan hanya ekspansi secara
internasional, BUMN-BUMN minyak Rusia secara agresif juga mulai
“menasionalisasi” proyek-proyek migas dan energi penting di negaranya yang
semula dikuasai oleh pemain-pemain Barat.
Petronas juga tidak mau kalah. Sepak terjang perusahaan ini termasuk
spektakuler. BUMN ini baru mulai melakukan ekspansi internasional tahun
1990-an. Dimulai dai Negara-negara tetangga terdekat di Asia Tenggara,
Petronas kini sudah mengembangkan sayap ke lebih dari 33 negara.
Petronas mulai terjun ke kegiatan di kantor hulu di luar Asia Tenggara pada
tahun 1996, dengan mengakuisisi perusahaan pengilangan di Afrika Selatan.
Disusul eksplorasi di Negara Afrika lain seperti Sudan (1999), Gabon (1999),
Chad (2000), Aljazair (2001), Mozambik (2002), Etiopia (2003), dan Niger
(2005).
BUMN ini juga terlihat dalam kontruksi jaringan pipa dan pengembangan
jaringan stasiun pengisian bahan bakar (SPBU) di berbagai Negara, seperti
China, India, Argentina, Afrika Selatan, Sudan, dan Inggeris. Sekitar 30 persen
pendapatan Petronas diperoleh dari operasi di luar negeri dan dari hampir
seratus lapangan minyak yang dikelola, sekitar 50 sudah berproduksi.
Kendati tidak seagresif China dan Malaysia, Thailand juga tak mau
ketinggalan. PTT, BUMN minyak Negara ini, mulai ekspansi di luar negri akhir
1990-an. Meski konsentrasi investasinya masih di sekitar kawasan Asia
Tenggara, beberapa tahun terakhir PTT mulai mengikuti jejak Malaysia
melalui joint venture eksplorasi dengan perusahaan minyak lain di Asia Barat
dan Afrika. PTT juga menjadi pemain penting dalam pembangunan proyek
jaringan pipa trans-ASEAN.

Demikian ekspansi global juga menghinggapi negara Asia lain seperti India
dan Korea Selatan, dan Negara berkembang di luar Asia. Dua perusahaan
minyak India, ONGH Videsh dan Indian Oli Corporation, masing-masing sudah
memproduksi minyak dari lapangan di Rusia (proyek Sakhalin I) dan Libya.

BUMN KNOC juga sudah menggarap proyek pengembangan 26 lapangan


minyak di 14 negara. Tahun lalu, perusahaan ini melakukan ekspansi di
Australia, Kazakstan, Nigeria, Rusia, dan Yaman. Sementara Petrobras dari
Brasil mulai produksi di delapan negara dan terlibat dalam kegiatan
eksplorasi dan investasi di sector hulu di 10 lokasi lainnya.

Satu dekade terakhir menjadi saksi metamorfosa dramatis BUMN-BUMN


minyak dari berbagai Negara berkembang Asia. Dari semula pemain lokal,
mereka menjelma jadi pemain global yang terus merangsek ke atas dalam
jajaran TNCs terbesar dunia.

OPEC didirikan pada tanggal 14 September 1960 di Bagdad, Irak. Kemudian di pindahkan ke Wina, Austria

pada tanggal 1 September 1965. Venezuela merupakan negara pertama yang memprakarsai pembentukan

OPEC dengan cara mendekati negara Gabon, Iran, Libya, Saudi Arabia dan Kuwait pada tahun 1949.
Sejarah Terbentuknya OPEC

A. Sejarah Berdirinya Opec (Organization Of The Petroleum Exporting Countries)

Venezuela adalah negara pertama yang memprakarsai pembentukan organisasi OPEC dengan

mendekati Iran, Gabon, Libya, Kuwait dan Saudi Arabia pada tahun 1949, menyarankan mereka untuk menukar

pandangan dan mengeksplorasi jalan lebar dan komunikasi yang lebih dekat antara negara-negara penghasil

minyak. Pada 10 – 14 September 1960, atas gagasan dari Menteri Pertambangan dan Energi Venezuela Juan

Pablo Pérez Alfonzo dan Menteri Pertambangan dan Energi Saudi Arabia Abdullah Al Tariki, pemerintahan Irak,

Persia, Kuwait, Saudi Arabia dan Venezuela bertemu di Baghdad untuk mendiskusikan cara-cara untuk

meningkatkan harga dari minyak mentah yang dihasilkan oleh masing-masing negara. OPEC didirikan di

Baghdad, dicetuskan oleh satu hukum 1960 yang dibentuk oleh Presiden Amerika Dwight Eisenhower yang

mendesak kuota dari impor minyak Venezuela dan Teluk Persia seperti industri minyak Kanada dan Mexico.

Eisenhower membentuk keamanan nasional, akses darat persediaan energi, pada waktu perang. Yang

menurunkan harga dari minyak dunia di wilayah ini, Presiden Venezuela Romulo Betancourt bereaksi dengan

berusaha membentuk aliansi dengan negara-negara Arab produsen minyak sebagai satu strategi untuk

melindungi otonomi dan profabilitas dari minyak Venezuela. Sebagai hasilnya, OPEC didirikan untuk

menggabungkan dan mengkoordinasi kebijakan-kebijakan dari negara-negara anggota sebagai kelanjutan dari

yang telah dilakukan.

B. Latar Belakang Terbentuknya OPEC


OPEC adalah organisasi antara pemerintah yang berdiri tahun 1960. Negara anggotanya adalah

negara eksportir minyak yang saat ini terdiri dari Arab Saudi, Iran, Irak, Kuwait, Venezuela, Nigeria, Aljazair,

Qatar, Libya, UAE dan Indonesia. Sebelumnya Equador, Gabon juga menjadi anggota tetapi kemudian keluar

pada tahun 1992 dan 1994.

Berdirinya OPEC dipicu oleh keputusan sepihak dari perusahaan minyak multinasional (The Seven

Sisters) tahun 1959/1960 yang menguasai industry minyak dan menetapkan harga di pasar internasional. “The

Tripoli-Teheran Agreement” antara OPEC dan perusahaan swasta tersebut pada tahun 1970 menempatkan

OPEC secara penuh dalam menetapkan pasar minyak internasional.

1. Dasar Organisasi OPEC

Organisasi ini didirikan agar masing masing negara anggota penghasil minyak dalam mengambil

kebijakan dalam bidang perminyakan dan harga minyak dapat menguntungkan negara negara anggota atau

produsen, oleh sebab itu organisasi inilah yang nantinya dapat mencegah persaingan yang tidak sehat dari

negara negara penghasil minyak.

2. Tujuan OPEC

Setelah lebih dari 40 tahun berdiri, OPEC telah menerapkan berbagai strategi dalam mencapai

tujuannya. Dari pengalaman tersebut OPEC akhirnya menetapkan tujuan yang hendak dicapainya yaitu:

“preserving and enhancing the role of oil as a prime energy source in achieving sustainable economic

development” melalui:

Ø  Koordinasi dan unifikasi kebijakan perminyakan antar negara anggota;

Ø  Menetapkan strategi yang tepat untuk melindungi kepentingan negara anggota;

Ø  Menerapkan cara-cara untuk menstabilkan harga minyak di pasar internasional sehingga tidak terjadi fluktuasi

harga;

Ø  Menjamin income yang tetap bagi negara-negara produsen minyak;

Ø  Menjamin suplai minyak bagi konsumen;

Ø  Menjamin kembalinya modal investor di bidang minyak secara adil.

3. Struktur Organisasi OPEC


a.    konferensi OPEC

b.    dewan gubernur

c.    materi pemantauan sub komite

d.    sekretaris

e.    dewan komisi ekonomi

f.     auditor internal

g.    kantor SG

h.    kantor hukum

i.      divisi penelitian

j.      Dukungan Divisi Layanan

k.    departemen layanan data

l.      departemen studi minyak tanah

m.   departemen studi energi

n.    departemen hubungan multilateral

o.    departemen PR dan informasi

p.    departemen keuangan dan sumber daya manusia

q.    departemen admin dan layanan

C. Badan Utama OPEC

Organisasi OPEC terdiri dari 3 badan utama yaitu Konferensi OPEC, Dewan Gubernur, dan Sekretariat

beserta dengan badan-badan lainnya yang berada di bawah badan utama sesuai dengan struktur OPEC.

1. Konferensi: Yang mempunyai kekuasaan tertinggi dalam menentukan kebijakan.

2. Dewan Gubernur :Terdiri dari Gubernur yang dipilih oleh masing-masing anggota OPEC untuk duduk dalam

Dewan yang bersidang sedikitnya dua kali dalam setahun.

Ø Tugas Dewan :

a)         Melaksanakan keputusan Konferensi

b)         Mempertimbangkan dan memutuskan laporan-laporan yang disampaikan sekretaris jenderal

c)         Memberikan rekomendasi dan laporan kepada pertemuan konferensi OPEC

d)         Mempertimbangkan semua laporan keuangan dan menunjuk seorang auditor untuk masa tugas selama 1 tahun
e)         Menyetujui penunjukan Direktur-Direktur Divisi, Kepala Bagian yang diusulkan Negara anggota

f)          Menyelenggarakan pertemuan Extraordinary Konferensi OPEC dan mempersiapkan agenda sidang

g)         Membuat anggaran keuangan organisasi dan menyerahkannya kepada Sidang Konferensi setiap tahun

3. Sekretariat

                Pelaksana eksekutif organisasi sesuai dengan status dan pengarahan dari Dewan Gubernur.Sekretaris

Jenderal adalah wakil resmi dari organisasi yang dipilih untuk periode 3 tahun dan dapat diperpanjang satu kali

untuk periode yang sama. Dalam melaksanakan tugasnya Sekjen bertanggung jawab kepada Dewan Gubernur

dan mendapat bantuan dari para kepala Divisi dan Bagian.

4. Economic Commission Board ( dewan komisi ekonomi ) yang bertugas mengkaji dan mempersiapkan bahan

bahan dan syarat syarat untuk konferensi terutama mengenai hal hal teknis bidang perminyakan.

D. Konferensi Tingkat Tinggi OPEC

Konferensi Tingkat Tinggi OPEC dilakukan 2 kali dalam setahun. Tetapi pertemuan extra-ordinary dapat

dilaksanakan jika diperlukan (pasal 11-12). Konferensi OPEC dipimpin oleh Presiden dan Wakil Presiden OPEC

yang dipilih oleh anggota pada saat pertemuan Konferensi (Pasal 14).  Pasal 15 menetapkan Konferensi OPEC

bertugas merumuskan kebijakan umum organisasi dan mencari upaya pengimplementasian kebijakan tersebut.

Sebagai organisasi tertinggi, pertemuan Konferensi OPEC mengukuhkan penunjukan anggota Dewan Gubernur

dan Sekretaris Jenderal OPEC

Anda mungkin juga menyukai