Anda di halaman 1dari 18

PERAN INDONESIA DALAM

ORGANISASI OPEC

NAMA : FEHRU MANDALA PUTRA


KELAS : X MIPA 3 (17)

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR


DINAS PENDIDIKAN WILAYAH KABUPATEN
BANYUWANGI
SMA NEGERI 1 GIRI
Jl. HOS. Cokrominoto No, 38 Telp. (0333) 421719 Banyuwangi 68425
WEB : sman1giri.sch.id E-MAIL : sman1giri@gmail.com

BANYUWANGI

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Peran Indonesia dalam Organisasi
OPEC" dengan tepat waktu. Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Pelajaran PKN.
Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang organisasi internasional bagi
para pembaca dan juga bagi penulis. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Rini
selaku guru Mata Pelajaran PKN. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak
yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.Penulis menyadari makalah ini masih jauh
dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi
kesempurnaan makalah ini

Banyuwangi, 28 September 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Table of Contents
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................ii

DAFTAR ISI............................................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................................1

1.1 LATAR BELAKANG........................................................................................................................1

1.2 TUJUAN........................................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................................2

2.1 SEJARAH BERDIRINYA OPEC.........................................................................................................2

2.2 TUJUAN PEMBENTUKAN OPEC....................................................................................................4

2.3 FUNGSI OPEC...............................................................................................................................4

2.4 STRUKTUR ORGANISASI DAN MANAJEMEN OPEC.......................................................................5

2.5 PERAN INDONESIA DI ORGANISASI OPEC....................................................................................9

BAB III PENUTUP..................................................................................................................................13

3.1 KESIMPULAN..............................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


OPEC (Organization of the Petroleum Exporting Countries) adalah sebuah Organisasi
Internasional yang terdiri dari negara-negara pengekspor minyak bumi terbanyak di dunia.
OPEC merupakan organisasi permanen antar pemerintah yang didirikan melaui Konferensi
Baghdad pada tanggal 10-14 September 1960 oleh lima negara sumber minyak bumi raksasa
yaitu Iran, Irak, Kuwait, Arab Saudi, dan Venezuela. Pada lima tahun pertama keberadaannya
OPEC memiliki kantor pusat di Jenewa, Swiss. Kemudian pada tanggal 11 september 1965
dipindahkan ke Wina, Austria hingga sekarang. OPEC memiliki peranan penting dalam
menjaga stabilitas ekonomi dunia sejak didirikan pada tahun 1960.

1.2 TUJUAN
 Mengetahui sejarah berdirinya OPEC
 Mengetahui tujuan pembentukan OPEC
 Peran Indonesia dalam organisasi OPEC
 Menyelesaikan tugas PKN

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 SEJARAH BERDIRINYA OPEC


Pada tahun 1949, Venezuela menjadi negara pertama yang berinisiatif untuk
membentuk sebuah organisasi negara pengekspor minyak dunia. Saat itu Venezuela berusaha
menjalin komunikasi dengan mendekati beberapa negara penghasil minyak seperti Iran,
Kuwait, Arab Saudi, Gabon dan Libya, menyarankan mereka agar saling bertukar pandangan,
membentuk suatu kerjasama dan memudahkan dalam menjalin komunikasi yang lebih erat
dan mudah antara negara-negara penghasil minyak.

Keinginan untuk menjalin kerjasama antara negara-negara penghasil minyak mulai


terlihat pada saat kongres yang dilaksanakan di Kairo, Mesir pada tahun 1959. Berdasarkan
kesepakatan yang dicapai dalam kongres di Kairo, bahwa perusahaan-perusahaan minyak
harus menghubungi atau menjalin komunikasi dengan negara-negara penghasil minyak
sebelum mereka menetapkan harga minyak.

OPEC (Organization of the Petroleum Exporting Countries) merupakan organisasi


non-pemerintah yang anggotanya adalah negara-negara pengekspor minyak. OPEC resmi
didirikan pada 14 September 1960, yaitu merupakan hasil dari konferensi yang
diselenggarakan pada 10-14 September 1960 di Baghdad, Irak. Konferensi tersebut dihadiri
oleh Iran, Iraq, Kuwait, Arab Saudi dan Venezuela. Negara-negara yang hadir pada
konferensi tersebut merupakan negara anggota pertama sekaligus pendiri (founder member)
organisasi OPEC. Dalam konferensi tersebut setiap negara mengirimkan perwakilannya
masingmasing, diantaranya Juan Pablo Pérez Alfonzo yang merupakan Menteri
Pertambangan dan Energi Venezuela, Abdullah Al Tariki Menteri Pertambangan dan Energi
Arab Saudi, Fuad Rouhani dari Iran, Dr. Tala’at Al-Shaibani dari Irak, dan Ahmed Sayed
Omar dari Kuwait.

Para perwakilan negara tersebut bertemu untuk mendiskusikan cara-cara untuk


meningkatkan harga dari minyak mentah yang dihasilkan oleh masing-masing negara.
Berdirinya organisasi negara-negara pengekspor minyak ini dipicu oleh keputusan dari
perusahaan-perusahaan minyak multinasional yang memonopoli industri perminyakan dan

2
menetapkan harga secara sepihak pada tahun 1959/1960. Perusahaan minyak tersebut dikenal
dengan nama The Seven Sisters yang didalamnya terdiri dari tujuh perusahaan minyak besar,
diantaranya; Standard Oil Company of California (Socal) sekarang menjadi Chevron, Texas
Company (Texaco), Exxon Mobil, Standard Oil Company of New York (Socony) sekarang
menjadi Mobil, British Petroleum, Royal Dutch Shell dan America’s Gulf Oil.

Pada dasarnya OPEC adalah organisasi yang memiliki tujuan untuk mempersatukan
negara-negara pengekspor minyak di seluruh dunia. Di samping itu, OPEC merupakan wadah
bagi negara anggotanya untuk menegosiasikan masalah-masalah mengenai produksi, harga,
dan konsesi minyak internasional dengan perusahaan-perusahaan minyak yang ada di seluruh
dunia. The Tripoli – Teheran Agreement adalah sebuah perjanjian antara OPEC dan
perusahaan minyak The Seven Sisters, perjanjian ini ditandatangani oleh kedua belah pihak
pada tahun 1970 dan menjadi awal mula OPEC sebagai sebuah organisasi yang memiliki hak
secara penuh dalam menetapkan harga pasar minyak internasional.

Setelah lima negara anggota pendiri kemudian bergabung sepuluh negara anggota
lainnya, yaitu: Qatar (1961); Indonesia (1962), pada bulan Januari 2009 menangguhkan
keanggotaannya, kemudian mengaktifkannya kembali pada bulan Januari 2016. Namun pada
bulan November 2016 memutuskan untuk menangguhkan kembali keanggotaannya; Libya
(1962); Uni Emirat Arab (1967); Algeria (1969); Nigeria (1971); Ekuador (1973),
menangguhkan keanggotaannya pada bulan Desember 1992, kemudian mengaktifkannya
kembali pada bulan Oktober 2007; Angola (2007); Gabon (1975), mengakhiri
keanggotaannya pada Januari 1995, kemudian bergabung kembali pada bulan Juli 2006; dan
Republik Guinea Khatulistiwa (2017).

Sekretariat OPEC berpusat di Jenewa, Swiss (21 Januari 1961-Agustus 1965) dan
kemudian dipindahkan ke Wina, Austria pada 1 September 1965. Republik Kongo menjadi
negara yang terakhir bergabung dengan OPEC pada 22 Juni 2018. Saat ini OPEC terdiri dari
15 negara anggota yaitu Aljazair, Angola, Ekuador, Guinea Ekuatorial, Gabon, Arab Saudi,
Uni Emirat Arab, Libya, Iran, Irak, Kuwait, Qatar, Republik Kongo, Nigeria dan Venezuela.
Pada September 2018, 15 negara anggota OPEC ini menyumbang sekitar 44% dari produksi
minyak global dan 81,5% dari cadangan minyak dunia sehingga menjadikan OPEC sangat
berpengaruh terhadap harga minyak global.

3
2.2 TUJUAN PEMBENTUKAN OPEC
Tujuan Organisasi Negara Pengekspor Minyak ( OPEC ) secara resmi baru disepakati
setelah sepuluh tahun berdirinya organisasi itu. Di mana tujuan yang ingin dicapai oleh
OPEC yaitu:

 memelihara dan meningkatkan peran minyak sebagai sumber energi utama dalam
mencapai pembangunan ekonomi berkelanjutan ( Melestarikan dan meningkatkan
peran minyak sebagai sumber energi utama dalam mencapai pembangunan ekonomi
berkelanjutan ).

Selain memelihara dan meningkatkan peran minyak sebagai sumber energi utama,
OPEC memiliki tujuan utama yang dibagi menjadi dua, yakni: tujuan ekonomi dan tujuan
politik. Tujuan ekonomi dari OPEC adalah untuk mempertahankan harga minyak dan
menentukan harga sehingga menguntungkan produsen negara-negara. Sedangkan tujuan
politik adalah untuk mengatur hubungan dengan perusahaan-perusahaan minyak asing atau
pemerintah negara-negara konsumen

2.3 FUNGSI OPEC


Dalam upaya untuk meningkatkan harmonisasi, upaya dan hubungan antarnegara-
negara anggota di pasar minyak dunia, OPEC berupaya tanpa kebijakan-kebijakan tentang
perminyakan dengan cara melakukan koordinasi dengan semua negara anggotanya. Upaya
tersebut dapat direalisasikan dan dijadikan pembahasan dalam konferensi OPEC yang
mempertemukan wakil wakil (kepala delegasi) dari setiap anggota negara. Fungsi organisasi
OPEC adalah untuk mencari harga minyak dunia yang diimplementasikan melalui beberapa
strategi, yaitu:

 Koordinasi dan unifikasi kebijakan perminyakan negara anggota;


 Menetapkan strategi yang tepat untuk melindungi kepentingan negara anggota;
 Meningkatkan harga minyak di pasar internasional sehingga tidak terjadi fluktuasi
harga;
 Menjamin pendapatan yang tetap bagi negara-negara produsen minyak;
 Menjamin suplai minyak bagi konsumen;
 Menjamin kembalinya modal investor dibidang minyak secara adil.

4
2.4 STRUKTUR ORGANISASI DAN MANAJEMEN OPEC
Berdasarkan anggaran dasar OPEC Pasal 9, organisasi negara-negara pengekspor
minyak ini terdiri dari tiga badan utama, yaitu: Konferensi OPEC , Dewan Gubernur, dan
Sekretariat beserta dengan badan-badan lainnya yang berada di bawah badan utama sesuai
dengan struktur OPEC . Di bawah ini akan diuraikan mengenai tiga badan utama organisasi
OPEC .

1. Konferensi OPEC

Konferensi merupakan badan pemegang otoritas tertinggi dalam OPEC , di dalamnya


terdiri dari para delegasi yang mewakili masing-masing anggota negara. Konferensi diadakan
minimal dua kali dalam setahun. Namun, dalam kondisi-kondisi tertentu pertemuan luar biasa
dapat dilaksanakan. Pembahasan utama yang dilakukan dalam konferensi adalah mengenai
kebijakan umum dan cara mengimplementasikan kebijakan tersebut oleh setiap negara
anggota.

Semua negara anggota OPEC harus terwakilkan dalam konferensi. Pengambilan


keputusan menggunakan prinsip suara bulat atau unanimous vote , dengan sistem one country
one vote , selanjutnya keputusan ditetapkan setelah mendapat persetujuan dari negara-negara
anggota. Penyelenggaraan Konferensi OPEC yang dipimpin oleh Presiden OPEC dan Wakil
Presiden OPEC yang dipilih oleh negara anggota pada saat pertemuan konferensi. Konferensi
OPEC merumuskan kebijakan umum organisasi dan mencari cara untuk
mengimplementasikan kebijakan tersebut. Sebagai badan otoritas tertinggi, pertemuan pada
konferensi OPEC dapat pula dilaksanakan untuk mengukuhkan penunjukan anggota Dewan
Gubernur dan Sekretaris Jenderal OPEC .

2. Dewan Gubernur

Dewan Gubernur ( Dewan Gubernur ) terdiri Dari Gubernur ( Gubernur ) Yang dipilih
Oleh masing-masing gatra ANGGOTA OPEC untuk review Menjadi Perwakilan hearts Rapat
dewan Gubernur Yang minimal dilaksanakan doa kali hearts Setahun. Gubernur dapat
ditunjukkan oleh gubernur ad hoc yang sebelumnya telah dipilih oleh anggota yang
bersangkutan apabila tidak dapat menghadiri rapat dewan gubernur. Gubernur ad hoc
memiliki status yang sama dengan seorang gubernur , namun tidak dapat dicalonkan sebagai

5
ketua. Pertemuan luar biasa dari dewan dapat berlangsung atas permintaan ketua dewan
sekretaris jenderal atau dua per tiga dari anggota dewan.

Tugas dewan dalam struktur organisasi OPEC adalah melakukan keputusan


konferensi; mempertimbangkan dan memutuskan laporan-laporan yang disampaikan oleh
sekretaris jenderal; memberikan rekomendasi dan laporan kepada pertemuan konferensi
OPEC; membuat anggaran keuangan organisasi dan menyerahkan kepada sidang konferensi
setiap tahun; mempertimbangkan semua laporan keuangan dan menunjuk seorang auditor
untuk masa tugas salama satu tahun; menyetujui penunjukan direktur-direktur divisi, kepala
bagian yang diusulkan negara anggota; menyelenggarakan pertemuan extraordinary
konferensi OPEC dan mempersiapkan agenda sidang. Dewan gubernur dipimpin oleh
seorang ketua & wakil ketua yang berasal dari para gubernur OPEC negara-negara anggota
dan yang disetujui oleh pertemuan konferensi OPEC untuk masa jabatan selama satu tahun.

3. Sekretariat OPEC

Sekretariat OPEC berfungsi sebagai pelaksana eksekutif organisasi sesuai dengan


anggaran dasar dan pengarahan yang diberikan oleh dewan gubernur. Sekretariat terdiri dari
Sekretaris Jenderal dan staf-staf yang berada dibawahnya. Sekretaris Jenderal adalah sebagai
pimpinan Sekretariat dan mempunyai kapasitas untuk mengelolanya di bawah arahan dewan
gubernur. Sekretaris Jenderal harus berasal dari salah satu negara anggota dan dipilih untuk
tiga tahun masa jabatan, namun dapat diperpanjang selama satu kali periode yang sama.
Sekjen dapat menunjuk Direktur Divisi dan Kepala Departemen serta petugas-petugasnya
sampai perekrutan staf. Dalam melaksanakan tugasnya sekjen mendapat bantuan dari
beberapa bagian divisi, seperti Divisi Riset, Departemen Administrasi dan Sumber Daya
Manusia, Departemen Humas dan Informasi, serta divisi-divisi lainnya yang dianggap
penting untuk dibentuk oleh konferensi

4. Keanggotaan OPEC

Keanggotaan OPEC terbagi dalam tiga kategori, yaitu kategori pertama adalah negara
anggota pendiri organisasi (founder member), diantaranya Iran, Iraq, Kuwait, Arab Saudi,
dan Venezuela; kategori kedua adalah anggota penuh (full member), adalah tiga per empat
negara anggota termasuk negara-negara pendiri dengan status sebagai negara pengeskpor
bersih (net–exporter) minyak mentah dan memiliki kepentingan yang sama dengan lima
negara anggota pendiri. Diantaranya, Aljazair, Angola, Ekuador, Libya, Nigeria, Qatar, dan
Uni Emirat Arab; kategori anggota ketiga adalah associate member, yaitu negara yang bukan

6
bagian dari full member, akan tetapi dalam kondisi tertentu dapat mengikuti sidang
konferensi setelah mendapat pertimbangan dari negara berstatus anggot penuh (full member).

Berdasarkan anggaran dasar OPEC, setiap negara yang akan bergabung menjadi anggota
organisasi negara-negara pengekspor minyak ini tentu harus mempunyai kriteria tertentu.
Adapun persyaratan yang harus dipenuhi oleh suatu negara untuk menjadi anggota OPEC,
yakni negara yang bersangkutan secara substansial merupakan eksportir minyak mentah dan
secara fundamental mempunyai kepentingan yang sama dengan negara-negara (yang sudah
menjadi) anggota.

Suatu negara dapat menjadi anggota penuh (full member) apabila mendapat persetujuan
dari mayoritas atau tiga per empat anggota penuh termasuk negara-negara pendiri; anggota
pendiri adalah negara yang mengikuti konferensi pertama OPEC di Baghdad, Iraq dan yang
menandatangani perjanjian asli awal berdirinya organisasi; anggota penuh dapat menjadi
anggota pendiri (founder member) apabila negara yang bersangkutan mengajukan
permohonan dan disepakati oleh mayoritas konferensi; negara anggota penuh (full member)
yang mengajukan permohonan tanpa memenuhi syarat keanggotaan tidak dapat menjadi
anggota pendiri (founder member), terkecuali ada sebab khusus yaitu dengan melalui sidang
konferensi dan disepakati setidaknya oleh tiga per empat suara dalam konferensi termasuk
suara negara anggota pendiri.

Tidak semua negara dapat menjadi anggota, sebab tidak semua negara mempunyai
kepentingan yang sama dengan negara-negara (yang sudah menjadi) anggota; associate
member tetap harus membayar iuran keanggotaan, memiliki hak akses seluruh fasilitas
informasi dari Sekretariat, dapat diundang hadir pada Sidang Konferensi OPEC dan Sidang
Gubernur tetapi tidak memiliki hak pilih; negara anggota tidak dapat menarik diri atau keluar
dari keanggotaannya tanpa melakukan pemberitahuan kepada konferensi dan kebijakan
tersebut akan berlaku pada periode berikutnya setelah disetujui konferensi.

Selain persyaratan keanggotaan di atas, OPEC merupakan organisasi cukup bergengsi dan
disegani keberadaannya diantara organisasi-organisasi negara berkembang lainnya dengan
ciri khas tersendiri, diantaranya:

 OPEC merupakan organisasi antar pemerintah yang terbatas pada negara-negara


pengekspor minyak.
 Keanggotaan hanya terbatas pada negara-negara berkembang.

7
 Keputusan-keputusan yang diambil pada pertemuan tingkat menteri menggunakan
sistem suara bulat.
 Persoalan yang menyangkut politik ditempatkan di luar ruang lingkup dan rencana
organisasi

5. Keuangan OPEC

Dalam pertemuan sidang konferensi yang dilaksanakan setiap tahun akan diusulkan
anggaran OPEC. Anggaran yang telah disetujui akan dibiayai bersama (on an equal basis)
oleh seluruh anggota setelah mempertimbangkan sumbangan kontribusi dari associate
member, associate member diwajibkan membayar kontribusi tahunan yang jumlahnya
telah tetapkan dalam anggaran dasar OPEC. Jumlah iuran tahunan yang wajib dibayar
oleh setiap negara anggota OPEC adalah 2 juta euro atau sekitar 30 miliar rupiah.

Iuran sebesar itu merupakan hal yang wajar karena telah diatur sedemikian rupa
sehingga harga minyak yang dihasilkan oleh setiap negara anggota OPEC akan dihargai
sama rata dan negara-negara anggota hanya perlu memasok ke OPEC, untuk pemasaran
dan penjualan adalah menjadi timbal balik bagi anggota yang telah menggelontorkan
dana untuk membayar iuran tahunan tersebut.

6. Kuota Produksi Minyak OPEC

Kuota produksi minyak OPEC adalah penentuan dari jumlah keseluruhan minyak
yang akan diproduksi oleh semua negara anggota OPEC yang nantinya akan diperjual
belikan di pasar minyak dunia. Minyak yang dihasilkan oleh negara anggota OPEC untuk
dipasarkan dalam skala internasional adalah sebesar 62%, jumlah tersebut terdiri dari
42% minyak mentah dan sekitar 20% gas. Dengan jumlah produksi yang cukup tinggi,
setiap negara anggota OPEC akan mendapat timbal balik berupa keuntungan yang didapat
dari penetapan harga minyak.

Hal ini sesuai dengan tujuan dan fungsi dari organisasi OPEC, yaitu sebagai sarana
koordinasi dan penyatuan kebijakan oleh negara-negara penghasil minyak untuk
mencapai stabilitas harga minyak di pasar internasional. Untuk mencapai target tersebut
dapat dilakukan dengan menghindari hal-hal yang akan merugikan negara anggota OPEC
dengan meminimalisir fluktuasi harga dan menghilangkan faktor-faktor yang berpotensi
sebagai penghambat lainnya.

8
Sejak tahun 1960, dalam mecapai tujuannya OPEC telah menciptakan sistem dengan
menetapkan suatu keputusan untuk mengatur jumlah produksi (kuota) dan patokan harga
terhadap negara-negara anggotanya yang ditentukan dalam konferensi. Sistem ini dibuat
karena setiap negara anggota tentu ingin mendapatkan bagian kuota sebesar mungkin.
Oleh sebab itu, jumlah kuota disesuaikan dengan kebutuhan pasar minyak dunia dan
permintaan dari negara-negara konsumen.

Setiap negara memiliki kemampuan tersendiri dalam memproduksi minyaknya, maka


kuota produksi yang dihasilkan setiap negara akan berbeda-beda. Kuota produksi dalam
tabel diatas sewaktu-waktu akan mengalami kenaikan atau penurunan dengan tujuan
untuk menstabilkan harga minyak dunia di pasar minyak internasional. Apabila terjadi
kenaikan harga minyak cukup tinggi, maka kuota produksi minyak OPEC akan
ditingkatkan agar persediaan minyak dapat terpenuhi sehingga tidak terjadi kelangkaan
yang akan menyebabkan harga minyak dunia naik. Sedangkan apabila terjadi penurunan
harga minyak, maka OPEC akan menurunkan kuota produksi minyaknya.

2.5 PERAN INDONESIA DI ORGANISASI OPEC


Pasang surut hubungan Indonesia dengan OPEC memang menuai banyak pertanyaan
dari berbagai pihak, pengaruh yang pernah diberikan Indonesia selama menjadi Anggota
Penuh dalam OPEC tidak bisa kita singkirkan begitu saja. Jejak sejarah kerjasama yang sudah
terjalin di antara negara anggota OPEC dan Indonesia merupakan catatan penting bagi sejarah
Hubungan Internasional. Indonesia tercatat sebagai anggota sejak tahun 1962 bersamaan
dengan masuknya Libya. Sebelum memutuskan bergabung dalam OPEC, Indonesia
menghadiri pertemuan Kongres Minyak Arab pada tanggal 17-22 Oktober 1960 di Beurit,
Libanon.

Kongres tersebut tidak hanya dihadiri oleh negara-negara Arab, Kongres tersebut juga
dihadiri oleh negara-negara besar lainnya yang mempunyai kepentingan terhadap minyak
seperti Amerika Serikat dan Uni Soviet. Selama kongres berlangsung Indonesia mempunyai
pandangan yang sama dengan visi dan misi OPEC dalam kerjasama perdagangan minyak.
Karena itu tidak butuh waktu lama setelah 2 tahun kongres itu dilaksanakan, Indonesia
memutuskan untuk bergabung dalam OPEC pada tahun 1962. Dengan bertambahnya
Indonesia dalam OPEC maka jumlah anggota OPEC saat itu berjumlah 8 negara yaitu
Venezuela, Arab Saudi, Irak, Iran, Kuwait, Qatar, Libya dan Indonesia.

9
Dengan bertambahnya negera eksportir minyak dalam anggota OPEC, posisi tawar
yang dimiliki OPEC dalam perdagangan minyak Internasional juga semakin menguat.
Hingga tahun 1975, anggota OPEC berjumlah 12 negara yang berasal dari berbagai benua
yang kebanyakan berasal dari Timur Tengah dan Afrika.

Selama masuk dalam keanggotaan OPEC, Indonesia memiliki peran yang cukup
penting dalam OPEC, karena bersama negara yang memiliki pandangan netral seperti
Venezuela dan Nigeria, Indonesia sering memberikan solusi penengah yang baik kepada 2
kelompok dalam OPEC yang selalu berbeda pendapat, 2 kelompok yang dimaksud adalah
kelompok negara yang Pro-Barat seperti Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Kuwait, Qatar dan
Kelompok lainnya yang Anti-Barat adalah Irak, Iran, Libya, Aljazair.

Selama kiprahnya dalam OPEC, Indonesia pernah menetapi jabatan penting dalam
OPEC dengan menjabatnya tiga orang Indonesia sebagai Sekertaris Jendral OPEC, mereka
adalah Dr. Elrich Sanger (Sekjen OPEC 1969), Dr. Subroto (Sekjen OPEC 1988 dan bahkan
Dr. Purnomo Yusgiantoro menjabat Sekjen sekaligus Presiden OPEC satu-satunya pada
tahun 2013-2014. Indonesia juga pernah menjadi tuan rumah Konferensi OPEC pada tahun
1964, 1976, 1980, dan 1997.

Kontribusi lainnya adalah Indonesia mengenalkan sistem pengusahaan minyak berupa


kontrak karya dan kontrak production sharing yang sampai sekarang dipakai oleh beberapa
negara. Selama bergabung dengan OPEC banyak manfaat yang dirasakan oleh Indonesia,
bahkan keanggotaan Indonesia dalam OPEC menjadi salah satu faktor keuntungan ketika
APBN Indonesia mengalami Surplus pada tahun 1973-1974 dan 1979-1980 akibat adanya
―Oil Boom.

Namun seiring dengan perkembangan industri dan meningkatnya kebutuhan energi


minyak di Indonesia yang terus meningkat ditambah dengan tidak ekplorasi sumur minyak
yang minim, produksi minyak Indonesia tidak mencukupi untuk melakukan ekspor bagi
OPEC dan pada tahun 2003 Indonesia untuk pertama kalinya melakukan Impor minyak untuk
memenuhi konsumsi energi minyak dalam negeri.

Meskipun Indonesia sudah mulai melakukan impor minyak, OPEC tidak


mengeluarkan Indonesia dalam keanggotaannya karena Indonesia telah banyak memberikan
kontribusi kepada OPEC, meskipun OPEC tidak mengeluarkan Indonesia karena alasan
Indonesia sudah melakukan impor tetapi Indonesia mempunyai alasan lain yang
menyebabkan Indonesia membekukan keanggotaannya di OPEC. Tetapi Pemerintah

10
menegaskan kepada OPEC, jika produksi minyak Indonesia telah kembali mampu untuk
melakukan ekspor minyak, maka Indonesia akan mengembalikan status keanggotaannya
seperti semula.

Secara ekonomi, keanggotaan Indonesia di OPEC membawa implikasi kewajiban


untuk tetap membayar iuran keanggotaan sebesar US 2 juta Euro setiap tahunnya, disamping
biaya untuk sidang-sidang OPEC yang diikuti oleh Delegasi RI. OPEC melihat bahwa
penurunan tingkat ekspor di beberapa negara anggota OPEC, termasuk Indonesia, disebabkan
karena kurangnya investasi baru di sektor perminyakan. Apabila kondisi tersebut terus
berlangsung, maka diperkirakan Indonesia akan mengalami hambatan dalam meningkatkan
tingkat produksinya dan tetap menjadi pengimpor minyak di masa mendatang.

Sebelumnya pada Februari 2005, Pemerintah membentuk tim yang membahas tentang
masalah keanggotaan Indonesia dalam OPEC dari segi ekonomi dan politik, dalam hal ini
selain Kementerian ESDM, dihadirkan juga para ahli dari Kementerian Luar Negeri dan
Kementerian Keuangan. Purnomo Yusgianto Selaku Menteri ESDM sekaligus pemimpin
dalam tim pembahasan tersebut menyarankan agar kebijakan yang nanti dihasilkan atas dasar
kajian yang mendalam karena hal ini menyangkut masalah politis dan masalah diplomatis
antara Indonesia dan negara-negara anggota OPEC lainnya terutama negaranegara Timur
Tengah.

Usulan tentang Indonesia harus keluar OPEC sebelumnya sudah disampaikan oleh
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Direktur Pertamina, Baihaki Hakim. Beliau
mengatakan jika keanggotaan Indonesia saat ini dianggap lebih bersifat politis dari pada
melihat manfaat ekonominya karena Indonesia sudah menjadi net-importir minyak.
Pembahasan tentang keluar atau tidaknya Indonesia dalam OPEC terus berlanjut di Komisi
VII DPR, dalam pembahasan tersebut terdapat dua perdebatan tentang masalah ini, pertama
Indonesia harus keluar dari OPEC karena statusnya sebagai net-importir, serta Indonesia akan
terbebani dengan iuran yang diwajibkan sebagai anggota OPEC sebesar 2 juta Euro pertahun
dan harus terus mengikuti peraturan yang diterapkan OPEC meski sering bertentangan
dengan kepentingan nasional.

Kedua, Indonesia jangan terburu-buru keluar dari OPEC, karena menganggap OPEC
masih mempunyai posisi tawar yang besar dalam menentukan harga minyak dunia, dengan
Indonesia masih menjadi anggota OPEC kita bisa berperan sebagai jembatan antara dua
kepentingan yaitu kepentingan negara produsen dan konsumen minyak dunia. Setelah

11
berbagai perdebatan yang terjadi di tubuh Pemerintahan serta berbagai tanggapan yang
disampaikan oleh para ahli atas keanggotaan Indonesia dalam OPEC, Kementerian Luar
Negeri akhirnya mencoba untuk mencari jalan tengah atas masalah keanggotaan yang ada,
yaitu dengan mencoba melobi OPEC agar Indonesia bisa menjadi Anggota Peninjau. Dengan
status sebagai peninjau, OPEC akan mendapat keuntungan di mata Internasional dengan tetap
menjaga implikasi negatif dari pengaturan harga minyak. Di sisi lain, Indonesia akan tetap
menikmati keuntungan ekonomis dan politis dari OPEC tanpa harus membayar iuran
tahunan. Indonesia bisa dipilih untuk mendapat bantuan dari OPEC fund dan lembaga
bantuan lainnya yang ada di OPEC (Kemlu, 2005) .

OPEC menanggapi rekomendasi Indonesia ini dengan baik tetapi sesuai yang tertuang
dalam Statuta OPEC pasal 11 huruf D, bahwa negara peninjau adalah negara yang diundang
oleh OPEC untuk bertindak sebagai peninjau dalam konferensi OPEC, negara peninjau bukan
merupakan bagian dari anggota OPEC dan tidak terikat dengan OPEC, begitu juga
sebaliknya. Keikutsertaan anggota peninjau OPEC juga pada dasarnya tergantung pada
persetujuan konferensi OPEC. Oleh karena itu jika Indonesia ingin merubah status
keanggotaannya tanpa keluar dari OPEC Indonesia bisa menjadi Anggota Partisipan tetapi
tetap harus membayar iuran tahunan dengan jumlah yang lebih kecil tentunya. Dengan
penurunan status keanggotaan Indonesia menjadi Anggota Partisipan maka Indonesia tidak
memliki hak dalam setiap persidangan atau pertemuan khusus yang dilakukan oleh OPEC.
Dengan statusnya sebagai Anggota Partisipan Indonesia hanya bisa mendapatkan fasilitas
umum dari Sekertariat OPEC, seperti publikasi dan akses ke perpustakaan data. (Kemlu,
2005)

12
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Sejak Perang Dunia I, minyak telah menjadi sumber energi utama untuk keperluan
industri dan perang. Energi fosil—bahan bakar minyak sebagai salah satu sumber energi dan
menjadi barang yang dapat mempengaruhi kebijakan domestik dan luar negeri suatu negara.
Berbagai kejadian-kejadian dunia seperti Perang Dunia I, Perang Dunia II, serta perang-
perang yang terjadi di panggung Internasional sangat membutuhkan minyak mentah (crude
oil) sebagai sumber energi yang menggerakkan persenjataan militer negara-negara di dunia
pada saat itu. Embargo negara-negara Arab kepada Amerika Serikat dan Eropa pada tahun
1970-an semakin membuktikan Sumber Daya Alam ini merupakan komoditas utama yang
dapat menggerakkan politik luar negeri, keamanan, dan interaksi antar negara.

Dominasi perusahaan minyak Internasional dalam hal ini The Seven Sister, telah
banyak merugikan negara-negara produsen minyak dunia lain seperti produsen minyak Timur
Tengah dan Amerika Selatan. Untuk melawan monopoli pasar minyak global tersebut di
bentuklah organisasi pengeksepor minyak dunia yang diprakarsai oleh Venezuela kemudian
didukung oleh 4 negara pendiri lainnya seperti Irak, Arab Saudi, Iran, dan Kuwait. Sejak
didirikan pada tahun 1960 OPEC terus memainkan peran penting dalam pasar minyak global
yang sebelumnya dikuasai oleh Seven Sister. Pricing Power yang dimiliki OPEC kian
meningkat seiring dengan bertambahnya anggota lain yang berasal dari negara-negara
pengekspor minyak terbesar, bahkan OPEC sering kali disebut kartel minyak karena
kemampuannya dalam mengontrol perdagangan minyak dunia beserta harganya.

Indonesia menjadi salah satu anggota OPEC pada tahun 1962, selama perjalanannya
dalam OPEC Indonesia berperan penting dalam pengambilan keputusan dalam OPEC karena
di anggap sebagai negara yang netral di antara 2 kelompok Pro-Barat dan Anti-Barat.
Semakin berpengaruhnya OPEC dalam minyak global semakin juga memeperkuat posisi
Indonesia dalam politik global, tidak hanya keuntungan politik, secara ekonomi Indonesia
juga telah mendapatkan keuntungan yang besar dari OPEC, contohnya ketika APBN

13
Indonesia mengalami Surplus pada tahun 1973/1974 dan 1979/1980 akibat adanya kenaikan
harga minyak secara drastis atau yang di sebut sebagai Oil Boom.

Seiring dengan berkurangnya nilai produksi minyak domestik Indonesia yang


disebabkan karena tidak adanya sumur minyak baru, rendahnya eksplorasi minyak, sedikitnya
investasi energi fosil yang masuk dan tidak adanya kepastian hukum bagi investor. Hingga
pada tahun 2003 untuk pertama kali nilai konsumsi minyak dalam negeri lebih tinggi
dibandingkan nilai produksi dalam negeri yang menyebabkan Pemerintah harus melakukan
impor minyak pada tahun 2004. Nilai impor ini terus meningkat 7 % pertahun tidak
sebanding dengan pertumbuhan ekonomi yang hanya 5 % - 6.5 % pertahun. Padahal
ketahanan energi khususnya minyak merupakan faktor turunan dari pertumbuhan nasional
karena sangat berpengaruh pada sektor Industri, transportasi, dan rumah tangga.

Reaktivasi keanggotaan Indonesia di OPEC merupakan strategi Pemerintah dalam


mendukung ketahanan energi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan visi-misi
Pemerintahan Jokowi untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat maritim dunia. Hal inilah
yang mendorong Pemerintahan Jokowi yang inward-looking untuk mengambil kebijakan
reaktifasi tersebut, faktor internal dan eksternal yang dikeluarkan Pemerintah pada dasarnya
merupakan upaya Pemerintah untuk mengefesiensikan dana APBN yang banyak terkuras
oleh subsidi BBM dan hal ini pula yang mendorong Indonesia kembali menangguhkan
keanggotaannya kembali pada tahun 2016.

Meskipun Indonesia tidak memenuhi kualifikasi untuk masuk sebagai anggota OPEC
karena statusnya sebagai net-importir, hal ini tidak pula menyulitkan Indonesia untuk kembali
bergabung karena kedekatan Indonesia dan negara-negara anggota OPEC ketika menjadi
Anggota Penuh pada tahun 1962 hingga 2008. Bagi OPEC sendiri, keuntungan menerima
kembali Indonesia sebagai Anggota Penuh dalam OPEC akan memperkuat peran Diplomasi
energi global OPEC dalam pasar minyak dunia. Selebihnya adalah para anggota lainnya bisa
menjalin kerjasama dengan Indonesia baik dalam hal Ekonomi, Sosial, dan Budaya.

14
DAFTAR PUSTAKA

 Fahlefi, R. Perubahan Status Keanggotaan Indonesia dari Associate Member


Menjadi Full Member dalam Organization Of The Petroleum Exporting Country
(OPEC) Pada Tahun 2015 (Bachelor's thesis, FISIP UIN Jakarta).
 Akbar, M., & Pakpahan, S. (2017). Kepentingan Ekonomi Politik Indonesia Keluar
dari Keanggotaan OPEC pada tahun 2016 (Doctoral dissertation, Riau University).
 Sejarah Berdirinya OPEC. (2020). Diakses pada 28 September 2021, dari
https://www.abhiseva.id/2020/09/sejarah-berdirinya-opec.html

15

Anda mungkin juga menyukai