PEREKONOMIAN INDONESIA
Di susun Oleh :
1. Indra Nurahman
2. Rifa Fathiyyah Azhar
3. Wildan Alfajar
4. Putriana Wulandari
2
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan karunia-Nyalah makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Perekonomian
Indonesia. Selain itu tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui kondisi
perekonomian Indonesia pada masa kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono.
Dalam penyusunan makalah ini tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi,karena
kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang. Namun, berkat bimbingan dandukungan dari
berbagai pihak makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Olehkarena itu, sudah
sepantasnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihakyang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan makalah ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari sebagai mahasiswa yang masih dalam proses pembelajaran
makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan
saran dari berbagai pihak,untuk acuan dalam perbaikan penyusunan makalah penulis yang
akan datang.Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan
bagi pembaca pada umumnya.
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
4
Tanggal 1 Agustus2005, kenaikan harga minyak tanah untuk industry dari Rp2.200 per liter
menjadi Rp 5.490 per liter ( naik 93 persen) dan Tanggal 1 Oktober 2005 pemerintah
menaikkan lagi harga BBM yang berkisar 50 persen hingga 80 persen.Diperkirakan hal ini
akan berpengaruh terhadap ekonomi domestik. Terutama pada periode jangka pendek karena
biaya produksi meningkat. Menjelang akhir masa Jabatan Susilo Bambang Yudhoyono yang
pertama yang berakhir Tahun 2009, perekonomian Indonesia menghadapi dua eksternal,
yakni kenaikan harga minyak mentah harga pangan di pasar global. Kenaikan harga minyak
mentah yang terus menerus sejak tahun 2005 memaksa Pemerintah menaikkan lagi harga
BBM terutama Premium, di dalam negeri pada tahun 2008. Permasalahan kedua ialah
kenaikan harga importir pangan, yang berarti harga pangan di dalam negeri juga ikut
naik.Kedua goncangan eksternal tersebut waktu itu sangat mengancam kestabilan
perekonomian nasional, khususnya tingkat inflasi.
Secara kumulatif, inflasi periode Januari-Februari 2008 sudah mencapai 2,44 persen
yang merupakan angka tertinggi sejak tahun 2003. Dengan inflasi year on year yang
mencapai 7,4 persen maka ancaman inflasi. Efek inflasi tahun 2005 cukup berpengaruh
terhadap tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), yang menjadi referensi suku
bunga simpanan di dunia perbankan. Tahun 2008-2009 pada masa Pemerintahan Susilo
Bambang Yudhoyono terjadi krisis ekonomi global yang berawal dari krisis keuangan di
Amerika Serikat dan merambat ke sejumlah Negara maju lainnya, seperti Jepang dan Negara-
negara Uni Eropa atau berada di zona Euro(EU), yang pada akhrinya mengakibatkan suatu
resesi ekonomi dunia.Krisis global ini yang membuat permintaan bahan pokok dunia merosot
juga berdampak pada perekonomian Indonesia terutama lewat penurunan ekspor dari
sejumlah komoditi penting.Namun, dampaknya terhadap perekonomian nasional tidak lebih
buruk pada saat krisis keuangan Asia pada tahun 1997-1998 yang membuat pertumbuhan
ekonomi nasional negatif hingga mencapai sekitar 13 persen.
Berdasarkan janji kampanye dan usaha untuk merealisasikan kesejahteraan rakyat,
pemerintah SBY-JK selama 4 tahun belum mampu memenuhi target janjinya yaitu
pertumbuhan rata-rata diatas 6,6%. Sampai tahun 2008, pemerintah SBY-JK hanya mampu
meningkatkan pertumbuhan rata-rata 5,9%,di sisi lain harga barang dan jasa (inflasi) naik
diatas 10,3%. Ini menandakan secara ekonomi makro, pemerintah gagal mensejahterakan
rakyat.Tidak ada prestasi yang patut di iklankan oleh Demokrat di bidang ekonomi pada
periode pertama Susilo Bambang Yudhoyono. Hal tersebut dapat dilihat dari catatan koalisi,
utang pemerintah sampai januari 2009 meningkat 31% dalam lima tahun terakhir. Adapun
5
posisi utang Januari 2009 sebesar Rp 1.667 Triliun atau naik Rp 392 Triliun.Kenaikan utang
tersebut berdasarkan data Desember 2003 sebesar Rp1.275 Triliun. Pada periode kedua
pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono(2009-2014), Indonesia kembali menghadapi
sebuah krisis ekonomi yang bersumber dari luar yakni krisis ekonomi di sejumlah negara
Anggota masyarakat Eropa(EU), yang dikenal dengan sebutan Krisis Zona Euro. Krisis
tersebut sekitar periode 2010-2011 tidak terlalu berdampak langsung pada perekonomian
Nasional karena EU bukan mitra dagang Indonesia terpenting, melainkan AS, Jepang, dan
Republik Rakyat Cina(RRC). Memang nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada awalnya
mengalami kegoyahan yang tidak terlalu besar dan dalam waktu tidak lama kurs Rupiah
kembali menguat dan stabil. Goncangan terakhir yang cukup serius dihadapi pemerintahan
Susilo Bambang Yudhoyono pada tahun 2013 adalah depresiasi Rupiah yang mulai terjadi
mulai bulan Agustus dan terus berlangsung secara bertahap dan hingga awal tahun 2014
posisi Rupiah tetap lemah di atas Rp12.000 per satu dolar AS. Hal tersebut membuat
masyarakat umum maupun pembuat kebijakan ekonomi sangat kuatir melemahnya nilai tukar
Rupiah terhadap dolar AS yang terus berlangsung.
Suatu dampak yang terjadi apabila nilai tukar Rupiah semakin lemah akan berubah
menjadi sebuah krisis Rupiah, seperti yang pernah dialami Indonesia pada masa krisis
keuangan Asia 1997-1998. Depresiasi Rupiah selalu merupakan sebuah masalah yang sangat
serius karena Indonesia sangat tergantung pada impor untuk semua jenis barang ( barang jadi,
barang modal,barang pembantu dan bahan baku olahan).Kemudian pada bulan Agustus tahun
2013 BI (Bank Indonesia) menaikkan suku bunga acuan BI Rate sebesar 50 basis poin
menjadi 7 persen. Langkah ini untuk mengendalikan ekspektasi inflasi dan memitigasi risiko
kemungkinan pengaruh pelemahan Rupiah terhadap inflasi di dalam negeri.Dari sudut
pandang masyarakat, memang di tataran makro Susilo Bambang Yudhoyono sendiri berhasil
dengan adanya pertumbuhan ekonomi yang tetap positif dan berhasil memperkuat posisi
Indonesia di dalam pergaulan dunia(misalnya Indonesia menjadi anggota G20). Dalam G20
Indonesia terpilih sebagai tuan rumah pertemuan Internasional di bidang perdagangan dan
ekonomi seperti APEC yang diselenggarakan di Bali walaupun dilanda beberapa krisis
ekonomi dari luar. Pada masa akhir jabatan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
meninggalkan catatan yang kurang positif di masa akhir jabatannya terutama di
perekonomian seperti:
(1) ketergantungan Indonesia pada impor atas hampir semua barang-barang jadi maupun
setengah jadi dan bahan baku (terutama yang sudah diproses siap pakai untuk kegiatan
6
industri). Hal itu termasuk komoditas-komoditas pertanian, minyak mentah dan gas (migas)
semakin tinggi yang membuat neraca perdagangan defisit atau cenderung semakin membesar,
(2) walaupun tingkat kemiskinan menurun, kesenjangan antara kaum berada dan
kaum miskin cenderung membesar,
(3) Kehidupan sehari-hari masyarakatsemakin mahal, terutama akibat pemotongan subsidi
subsidi khususnya padaBBM,
(4) Infrastruktur cenderung semakin buruk,
(5) Korupsi cenderung semakinmerajalela.
Perekonomian Indonesia pada masa pemerintah Orde lama, Orde Baru, Reformasi,
hingga pemerintahan Transisi mempunyai dampak yang negative maupun yang positif.Jika
kita melihat sejarah perekonomian Indonesia dari masa Presiden Soekarno hingga Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono perekonomian mempunyai berbagai masalah yang sangat rumit.
Seperti pada masa Orde lama sejak Tahun 1958 laju perekonomian menurun dan defisit
Anggaran Pendapatan Belanja Negara(APBN) yang besar. Kemudian pada masa Soeharto
yang terjadi gejolak pada tahun 1998 akibat pembangunan infrastruktur yang tidak memadai
dan korupsi di sekitar keluarga Soeharto sendiri.Kemudian pada masa pemerintah Presiden
Habibie hingga Susilo Bambang Yudhoyono stabilitas ekonomi apakah sudah stabil atau
tidak.
Beberapa dampak perekonomian pada masa pemerintahan Susilo Bambang
Yudhoyono di daerah kota Medan, terkhusus kecamatan Medan Tembung.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, banyak perubahan aspek ekonomi
terjadi di kecamatan Medan Tembung pada masa SBY. Ada beberapa anggapan
bahwa yang semakin kaya akan semakin kaya, yang miskin juga akan semakin
miskin. Tingkat kestabilan perekonomian juga berdampak pada masyarakat
Kecamatan Medan Tembung.Masih meningkat pengangguran di daerah
kecamatan Tembung.Hal tersebut juga termasuk di dalam tingkat kestabilan
perekonomian Negara. Stabiltas ekonomi Indonesia dapat dilihat dari daerah sekitar
masyarakat terutama daerah Kecamatan Medan Tembung masih banyak yang
pengangguran. Diperkirakan Generasi ’65 beranggapan bahwa pemerintahan
Soeharto lebih baik dalam kebutuhan ekonomi. Namun apakah ekonomi pada
pemerintahan Orde Baru benar-benar mencerminkan stabilitas ekonomi? Apakah
pada masa pemerintahan transisi yakni dari era Gus Dur hingga Susilo Bambang
Yudhoyono sudah menjalankan stabiltas ekonomi Indonesia dengan baik, dan
7
peneliti tertarik meneliti tentang Persepsi masyarakat pada era Pemerintahan
Susilo Bambang Yudhoyono apakah di mata masyarakat beliau sukses. membangun
perekonomian Indonesia selama 2 periode dia memimpin termasuk
masyarakat kota Medan, Sumatera Utara. Berdasarkan pemaparan di atas dan didasari pada
kenyataan yang di tinjau bahwa terdapat perubahan aspek perekonomian masyarakat di
Indonesia terutama masyarakat Kota Medan Kecamatan Medan tembung. Maka dengan
pemaparan hal tersebut peneliti tertarik meneliti tentang ” Persepsi Masyarakat Kota Medan
terhadap perekonomian Indonesia Pada Masa Pemerintahan Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono (2004-2014)”
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui sejauh mana :
1. Perbedaan persepsi pencitraan politik pada kinerja Kabinet Indonesia Bersatu II ditinjau
dari perbedaan jenis pekerjaan
2. Tingkat persepsi pada pencitraan politik ditinjau dari perbadaan jenis pekerjaan
3. Untuk mengetahui persepsi masyarakat Kecamatan Medan Tembung tentang
perekonomian Indonesia pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi masyarakat yang mempunyai hak pilih untuk pemilu, hasil penelitian ini diharapkan
akan berguna menjadi perenungan untuk pemilihan umum 2014.
2. Untuk memperluas cakrawala pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan
psikologi sosial pada khususnya tentang pencitraan.
3. Bagi pemerintah, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan
dalam meningkatkan kinerja pemerintahan dalam usaha mensejahterahkan rakyat dengan
8
memperhatikan kebutuhan dan kepentingan rakyat sehingga terwujud lingkungan yang
kondusif.
9
BAB II
PEMBAHASAN
11
B. Keadaan Perekonomian Indonesia Pada Masa Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono
Ekonomi akan menjadi masalah di Indonesia. Namun setelah beberapa tahun berada
dalam kepemimpinan nasional yang tidak menentu, SBY berhasil untuk menjaga kestabilan
ekonomi, dimana pada masa pemerintahan SBY ini kondisi perkonomian
Indonesiamengalami perkembangan yang cukup pesat.Terbukti, rata-rata pertumbuhan
ekonomipemerintahan SBY selama lima tahun menjadi 6,4%, angka yang mendekati target
6,6%. Pada masa SBY ini,geliat ekonomi terus mencuat naik, industri otomotif juga terus
meningkat, ini dapat dilihat dari meningkatnya permintaanpasar membuktikan ada gerak
positif dari perokonomian masyarakat. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2010 tumbuh
pesat seiring pemulihan okonomi pasca krisis global yang terjadi sepanjang 2008 hingga
2009.
Pada masa presiden Susilo bambang perkembangan sistem perekonomian indonesia
mengalami perkembangan yang sangat baik. Perkembangan ekonomi indonesia mulai pesat
di tahun 2010 seiiring pemulihan ekonomi dunia pasca krisis global yang terjadi sepanjang
2008-2009. Terbukti dengan perekonomian indonesia mampu bertahan dari ancaman
pengaruh krisis ekonomi dan finansial yang terjadi di zona eropa. Perekonomian indonesia
akan bertumbuh baik namun harusdisesuaikan dengan kondisi global yang sedang bergejolak.
Sementara itu, pemulihan ekonomi global berdampak positif terhadap perkembangan sektor
eksternal perekonomian indonesia.Namun korupsi dan kemiskinan tetap menjadi masalah di
indonesia. namun setelah beberapatahun berada dalam kepemimpinan nasional yang tidak
menentu, setelah berhasil menciptakan kestabilan politik dan ekonomi di Indonesia.
Faktor utama menjadi senjata ampuh yang mendorong kesuksesan perekonomian
Indonesia adalah efektifnya kebijakan pemerintah yang berfokus pada disiplin fiscal yang
tinggi dan pengurangan hutang Negara . Salah satu kebijakan yang dilakukan pemerintahan
SBY adalah mengurangi subsidi Negara Indonesia, atau menaikkan harga Bahan Bakar
Minyak ( BBM). Kebijakan bantuan langsung tunai kepada rakyat yang termasuk kategori
ekonomi lemah, dan ini bisa dilihat pendapatan perbulannya kurang lebih lebih dari
Rp.1000.000,-, kebijakan menyalurkan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) kepada
sarana pendidikan yang ada di berbagai daerah Indonesia. Selain itu, kebijakan pemerintahan
SBY terkait dalam bidang pendidikan, diantaranya adalah meningkatkan anggaran
pendidikan menjadi 20% dari keseluruhan APBN.
12
Tingkat pertumbuhan ekonomi periode 2005-2007 yang dikelola pemerintahan SBY-JK
relatif lebih baik dibanding pemerintahan selama era reformasi dan rata-rata pemerintahan
Soeharto (1990-1997) yang pertumbuhan ekonominya sekitar 5%. Tetapi, dibanding kinerja
Soeharto selama 32 tahun yang pertumbuhan ekonominya sekitar 7%, kinerja pertumbuhan
ekonomi SBY-JK masih perlu peningkatan. Pertumbuhan ekonomi era Soeharto tertinggi
terjadi pada tahun 1980 dengan angka 9,9%. Rata-rata pertumbuhan ekonomi pemerintahan
SBY-JK selama lima tahun menjadi 6,4%, angka yang mendekati target 6,6%.
Kebijakan menaikkan harga BBM 1 Oktober 2005, dan sebelumnya Maret 2005, ternyata
berimbas pada situasi perekonomian tahun-tahun berikutnya. Pemerintahan SBY-JK memang
harus menaikkan harga BBM dalam menghadapi tekanan APBN yang makin berat karena
lonjakan harga minyak dunia. Kenaikan harga BBM tersebut telah mendorong tingkat inflasi
Oktober 2005 mencapai 8,7% (MoM) yang merupakan puncak tingkat inflasi bulanan selama
tahun 2005 dan akhirnya ditutup dengan angka 17,1% per Desember 30, 2005 (YoY).
Penyumbang inflasi terbesar adalah kenaikan biaya transportasi lebih 40% dan harga bahan
makanan 18%.Core inflation pun naik menjadi 9,4%, yang menunjukkan kebijakan Bank
Indonesia (BI) sebagai pemegang otoritas moneter menjadi tidak sepenuhnya efektif. Inflasi
yang mencapai dua digit ini jauh melampaui angka target inflasi APBNP II tahun 2005
sebesar 8,6%. Inflasi sampai bulan Februari 2006 (YoY) masih amat tinggi 17,92%,
bandingkan dengan Februari 2005 (YoY) 7,15% atau Februari 2004 (YoY) yang hanya 4,6%.
Efek inflasi tahun 2005 cukup berpengaruh terhadap tingkat suku bunga Sertifikat Bank
Indonesia (SBI), yang menjadi referensi suku bunga simpanan di dunia perbankan. Walaupun
terdapat banyak tantangan seperti adanya krisis keuangan global di tahun 2008, namun
pencapaian pembangunan ekonomi di era SBY cukup memuaskan, di antaranya yaitu:
1. Pertumbuhan ekonomi yang relative naik dengan rata-rata di angka 5,7%
2. Tingkat kemiskinan yang mengalami tren penurunan yaitu menjadi 10,66% di
tahun 2014
3. PDB Per Kapita mengalami peningkatan menjadi US$3.492 yang menandakan
terjadinya peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat
4. Inflasi yang mengalami penurunan yaitu menjadi 8,4%
C. Keberhasilan SBY selama memerintah pada bidang Ekonomi
13
Saat membuka Rapat Kerja tentang Pelaksanaan Program Pembangunan 2011 di Jakarta
Convention Center, Senin (10/1/2011), Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), dengan
mantap memaparkan 10 capaian (keberhasilan pemerintah pada tahun 2010 tersebut.
1. Ekonomi terus tumbuh dan berkembang dengan fundamental yang semakin kuat pada
2010. Hal ini, antara lain, tercermin dengan indeks harga saham gabungan Indonesia
yang terus membaik, daya saing Indonesia di tingkat dunia yang tinggi, nilai ekspor,
investasi, dan cadangan devisa yang terus membaik.
2. Sejumlah indikator kesejahteraan rakyat mengalami kemajuan penting. Dunia
memberikan penilaian pada Top Ten Movers, istilahnya prestasi Indonesia dan 9
negara yang lain di bidang pendidikan, kesehatan, dan peningkatan penghasilan
penduduk kita.
3. Stabilitas politik terjaga dan kehidupan demokrasi makin berkembang. Check and
balances antara pemerintah pusat, DPR dan DPRD, berjalan dengan baik. Pelaksanaan
pemilu juga prinsipnya berjalan dengan lancar.
4. Pemberantasan korupsi dan penegakan hukum, mencatat sejumlah prestasi. Begitu
pula dengan pemberantasan terorisme dan narkoba.
5. Terjaga baiknya keamanan dalam negeri walaupun masih terdapat konflik masyarakat
dalam skala kecil.
6. Proses perbaikan iklim investasi dan pelayanan publik di banyak daerah. Hambatan
birokrasi dan iklim investasi serta pelayanan publik di banyak daerah mengalami
kemajuan.
7. Angka kemiskinan dan pengangguran terus ditekan meskipun tetap rawan dengan
gejolak perekonomian Indonesia. Presiden meminta pemerintah tetap cekatan dan
memiliki rencana darurat. “Meskipun, dengarkan kata-kata saya, meskipun bisa kita
turunkan kemiskinan dan pengangguran, tetapi tetap rawan terhadap gejolak
perekonomian dunia. Jangan terlambat kita mengantisipasinya, jangan kita tidak
punya rencana kontigensi, dan jangan pula kita tidak cekatan memecahkan masalah
bilamana dampak dari krisis global itu terjadi,” kata Presiden.
8. Beberapa indikator ekonomi penting Indonesia mencatat rekor baru dalam sejarah,
seperti income perkapita sekarang sudah tembus 3 ribu dolar AS, lima tahun lalu
masih 1.186 dolar AS. Cadangan devisa dulu 36 miliar dolar AS, sekarang 96 miliar
hampir 100 miliar dolar AS. Kenaikan IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) yang
14
tertinggi di dunia, naik 46 perssen. Pendapatan domestik bruto kita meningkat dan
Indonesia kini peringkat 16 ekonomi di dunia.
9. Makin baiknya upaya pengembangan koperasi usaha kecil dan menengah, termasuk
penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR)Sedangkan Direktur Tenaga Kerja dan
Pengembangan Kesempatan Kerja Bappenas Rahma Iryanti di Jakarta, Kamis
(7/01/2011) mengungkapkan angka pengangguran 2010 diprediksi turun menjadi 7,6
persen dari kisaran 7,87 persen tahun lalu. Penurunan tersebut seiring dengan
membaiknya kondisi perekonomian.
10. Indonesia makin berperan dalam hubungan internasional, makin nyata peran kita, baik
dalam mengatasi krisis ekonomi global, dalam hubungan G20, APEC, East Asia
Summit, ASEAN, G8 plus, dan pemeliharan perdamaian dunia. “Kita aktif sekali
dalam menjaga ketertiban dan perdamaian dunia dan juga kerja sama mengatasi
perubahan iklim.
15
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
16
DAFTAR PUSTAKA
Aswicahyono, Haryo dan David Christian, Perjalanan Ekonomi Indonesia 1997- 2016.
Jakarta: Centre For Strategic International Studies, 2017.
Badan Pusat Statistika. Petunjuk Pendistribusian Kartu Kompensasi BBM 2005. Jakarta:
BPS.
Boediono. Ekonomi Indonesia: dalam Lintas Sejarah. Bandung: Mizan, 2016.Daliman,
Hasyimsah. Ensiklopedia Pemerintahan dan Kewarganegaraan: Bentuk dan Sistem
Pemerintahan di Indonesia (jilid 5). Jakarta: Lentera Abadi, 2010.
Isra, Saldi. 10 Tahun Bersama SBY: Catatan dan Refleksi Dua Periode
Kepemimpinan. Jakarta: Kompas, 2014.
Makruf, Ade dkk. Ensiklopedi Presiden Republik Indonesia: Susilo Bambang Yudhoyono.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2016.
Saleh, Sari Pusparini. Susilo Bambang Yudhoyono Bintang Lembah Tidar.
17