Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat dan karunia-Nyalah makalah ini dapat terselesaikan dengan baik
dan tepat waktu. Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata
kuliah Perekonomian Indonesia. Selain itu tujuan dari penulisan makalah ini
adalah untuk mengetahui kondisi perekonomian Indonesia pada masa
kepemimpinan SusiloBambang Yudhoyono.
Dalam penyusunan makalah ini tidak sedikit hambatan yang penulis
hadapi,karena kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang. Namun, berkat
bimbingan dandukungan dari berbagai pihak makalah ini dapat terselesaikan
dengan baik. Olehkarena itu, sudah sepantasnya penulis mengucapkan terima
kasih kepada semua pihakyang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
makalah ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari sebagai mahasiswa yang masih dalam proses
pembelajaran makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak,untuk acuan dalam
perbaikan penyusunan makalah penulis yang akan datang.Penulis berharap
makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca
pada umumnya.

Cianjur, 31 Mei 2023


Penyusun

1
BAB I
A. Latar Belakang

Pada masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono kondisi perekonomian


Indonesia dalam keadaan baik. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia mengalami pertumbuhan
yang sangat pesat di Tahun 2010 seiring pemulihan ekonomi dunia pasca krisis global yang
terjadi sepanjang Tahun 2008 hingga 2009. Hal ini terbukti dari perekonomian Indonesia
mampu bertahan dari ancaman pengaruh krisis ekonomi dan finansial yang terjadi di zona
Eropa. Pertahanan ancaman pengaruh krisis tersebut merupakan upaya yang sangat baik
untuk kesejahteraan perekonomian rakyat Indonesia.
Program pertama Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yaitu merangkul rakyat
Indonesia, pelaku usaha luar dan dalam negeri, dan lembaga-lembaga dunia seperti IMF,
Bank Dunia, dan ADB untuk optimis bahwa kinerja ekonomi Indonesia untuk 5 tahun
kedepan akan jauh lebih baik dibandingkan pada masa pemerintahan otoriter. Kabinet Susilo
Bambang Yudhoyono dan lembaga-lembaga dunia tersebut mentargetkan pertumbuhan
ekonomi Indonesia tahun 2005 akan lebih tinggi berkisar di atas 6%. Target ini dilandasi oleh
asumsi bahwa kondisi ekonomi Indonesia akan terus membaik dan seperti tidak
memperhitungkan faktor-faktor akan adanya gejolak-gejolak harga minyak di pasar dunia.
Faktor tersebut termasuk pertumbuhan ekonomi dari motor-motor penggerak ekonomi dunia
seperti AS, Jepang ,EU (UNI EROPA) ,dan China akan meningkat. Kenyataan yang terjadi
pada pertengahan tahun 2005 ekonomi Indonesia diguncang oleh dua peristiwa tak terduga
sama sekali, yakni naiknya harga BBM di pasar Internasional dan melemahnya nilai tukar
rupiah terhadap dolar AS. Dua hal ini membuat realisasi pertumbuhan PDB tahun 2005 lebih
rendah dari target yang telah ditentukan. Hal ini merupakan tantangan terberat bagi Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono, dikarenakan jika tidak ditangani secara baik, pengaruh
negatifnya akan sangat besar terhadap perekonomian nasional dan juga terhadap kehidupan
masyarakat, khusunya masyarakat miskin.
Kenaikan harga BBM ini menimbulkan tekanan yang sangat berat terhadap keuangan
pemerintah (APBN). Akibatnya, pemerintah terpaksa mengeluarkan suatu kebijakan yang
sangat tidak populis, yakni mengurangi subsidi BBM, yang membuat harga BBM di pasar
dalam negeri meningkat tajam.Kenaikan harga BBM yang besar untuk industry terjadi sejak
1 Juli 2005. Harga Solar dari Rp2.200 per liter menjadi Rp 4.750 per liter( naik 115 persen),
Tanggal 1 Agustus2005, kenaikan harga minyak tanah untuk industry dari Rp2.200 per liter

2
menjadi Rp 5.490 per liter ( naik 93 persen) dan Tanggal 1 Oktober 2005 pemerintah
menaikkan lagi harga BBM yang berkisar 50 persen hingga 80 persen.Diperkirakan hal ini
akan berpengaruh terhadap ekonomi domestik. Terutama pada periode jangka pendek karena
biaya produksi meningkat. Menjelang akhir masa Jabatan Susilo Bambang Yudhoyono yang
pertama yang berakhir Tahun 2009, perekonomian Indonesia menghadapi dua eksternal,
yakni kenaikan harga minyak mentah harga pangan di pasar global. Kenaikan harga minyak
mentah yang terus menerus sejak tahun 2005 memaksa Pemerintah menaikkan lagi harga
BBM terutama Premium, di dalam negeri pada tahun 2008. Permasalahan kedua ialah
kenaikan harga importir pangan, yang berarti harga pangan di dalam negeri juga ikut
naik.Kedua goncangan eksternal tersebut waktu itu sangat mengancam kestabilan
perekonomian nasional, khususnya tingkat inflasi.
Secara kumulatif, inflasi periode Januari-Februari 2008 sudah mencapai 2,44 persen
yang merupakan angka tertinggi sejak tahun 2003. Dengan inflasi year on year yang
mencapai 7,4 persen maka ancaman inflasi. Efek inflasi tahun 2005 cukup berpengaruh
terhadap tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), yang menjadi referensi suku
bunga simpanan di dunia perbankan. Tahun 2008-2009 pada masa Pemerintahan Susilo
Bambang Yudhoyono terjadi krisis ekonomi global yang berawal dari krisis keuangan di
Amerika Serikat dan merambat ke sejumlah Negara maju lainnya, seperti Jepang dan Negara-
negara Uni Eropa atau berada di zona Euro(EU), yang pada akhrinya mengakibatkan suatu
resesi ekonomi dunia.Krisis global ini yang membuat permintaan bahan pokok dunia merosot
juga berdampak pada perekonomian Indonesia terutama lewat penurunan ekspor dari
sejumlah komoditi penting.Namun, dampaknya terhadap perekonomian nasional tidak lebih
buruk pada saat krisis keuangan Asia pada tahun 1997-1998 yang membuat pertumbuhan
ekonomi nasional negatif hingga mencapai sekitar 13 persen.
Berdasarkan janji kampanye dan usaha untuk merealisasikan kesejahteraan rakyat,
pemerintah SBY-JK selama 4 tahun belum mampu memenuhi target janjinya yaitu
pertumbuhan rata-rata diatas 6,6%. Sampai tahun 2008, pemerintah SBY-JK hanya mampu
meningkatkan pertumbuhan rata-rata 5,9%,di sisi lain harga barang dan jasa (inflasi) naik
diatas 10,3%. Ini menandakan secara ekonomi makro, pemerintah gagal mensejahterakan
rakyat.Tidak ada prestasi yang patut di iklankan oleh Demokrat di bidang ekonomi pada
periode pertama Susilo Bambang Yudhoyono. Hal tersebut dapat dilihat dari catatan koalisi,
utang pemerintah sampai januari 2009 meningkat 31% dalam lima tahun terakhir. Adapun
posisi utang Januari 2009 sebesar Rp 1.667 Triliun atau naik Rp 392 Triliun.Kenaikan utang
tersebut berdasarkan data Desember 2003 sebesar Rp1.275 Triliun. Pada periode kedua

3
pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono(2009-2014), Indonesia kembali menghadapi
sebuah krisis ekonomi yang bersumber dari luar yakni krisis ekonomi di sejumlah negara
Anggota masyarakat Eropa(EU), yang dikenal dengan sebutan Krisis Zona Euro. Krisis
tersebut sekitar periode 2010-2011 tidak terlalu berdampak langsung pada perekonomian
Nasional karena EU bukan mitra dagang Indonesia terpenting, melainkan AS, Jepang, dan
Republik Rakyat Cina(RRC). Memang nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada awalnya
mengalami kegoyahan yang tidak terlalu besar dan dalam waktu tidak lama kurs Rupiah
kembali menguat dan stabil. Goncangan terakhir yang cukup serius dihadapi pemerintahan
Susilo Bambang Yudhoyono pada tahun 2013 adalah depresiasi Rupiah yang mulai terjadi
mulai bulan Agustus dan terus berlangsung secara bertahap dan hingga awal tahun 2014
posisi Rupiah tetap lemah di atas Rp12.000 per satu dolar AS. Hal tersebut membuat
masyarakat umum maupun pembuat kebijakan ekonomi sangat kuatir melemahnya nilai tukar
Rupiah terhadap dolar AS yang terus berlangsung.

Suatu dampak yang terjadi apabila nilai tukar Rupiah semakin lemah akan berubah
menjadi sebuah krisis Rupiah, seperti yang pernah dialami Indonesia pada masa krisis
keuangan Asia 1997-1998. Depresiasi Rupiah selalu merupakan sebuah masalah yang sangat
serius karena Indonesia sangat tergantung pada impor untuk semua jenis barang ( barang jadi,
barang modal,barang pembantu dan bahan baku olahan).Kemudian pada bulan Agustus tahun
2013 BI (Bank Indonesia) menaikkan suku bunga acuan BI Rate sebesar 50 basis poin
menjadi 7 persen. Langkah ini untuk mengendalikan ekspektasi inflasi dan memitigasi risiko
kemungkinan pengaruh pelemahan Rupiah terhadap inflasi di dalam negeri.Dari sudut
pandang masyarakat, memang di tataran makro Susilo Bambang Yudhoyono sendiri berhasil
dengan adanya pertumbuhan ekonomi yang tetap positif dan berhasil memperkuat posisi
Indonesia di dalam pergaulan dunia(misalnya Indonesia menjadi anggota G20). Dalam G20
Indonesia terpilih sebagai tuan rumah pertemuan Internasional di bidang perdagangan dan
ekonomi seperti APEC yang diselenggarakan di Bali walaupun dilanda beberapa krisis
ekonomi dari luar. Pada masa akhir jabatan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
meninggalkan catatan yang kurang positif di masa akhir jabatannya terutama di
perekonomian seperti:

(1) ketergantungan Indonesia pada impor atas hampir semua barang-barang jadi maupun
setengah jadi dan bahan baku (terutama yang sudah diproses siap pakai untuk kegiatan
industri). Hal itu termasuk komoditas-komoditas pertanian, minyak mentah dan gas (migas)
semakin tinggi yang membuat neraca perdagangan defisit atau cenderung semakin membesar,

4
(2) walaupun tingkat kemiskinan menurun, kesenjangan antara kaum berada dan
kaum miskin cenderung membesar,
(3) Kehidupan sehari-hari masyarakatsemakin mahal, terutama akibat pemotongan subsidi
subsidi khususnya padaBBM,
(4) Infrastruktur cenderung semakin buruk,
(5) Korupsi cenderung semakinmerajalela.
Perekonomian Indonesia pada masa pemerintah Orde lama, Orde Baru, Reformasi,
hingga pemerintahan Transisi mempunyai dampak yang negative maupun yang positif.Jika
kita melihat sejarah perekonomian Indonesia dari masa Presiden Soekarno hingga Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono perekonomian mempunyai berbagai masalah yang sangat rumit.
Seperti pada masa Orde lama sejak Tahun 1958 laju perekonomian menurun dan defisit
Anggaran Pendapatan Belanja Negara(APBN) yang besar. Kemudian pada masa Soeharto
yang terjadi gejolak pada tahun 1998 akibat pembangunan infrastruktur yang tidak memadai
dan korupsi di sekitar keluarga Soeharto sendiri.Kemudian pada masa pemerintah Presiden
Habibie hingga Susilo Bambang Yudhoyono stabilitas ekonomi apakah sudah stabil atau
tidak.
Beberapa dampak perekonomian pada masa pemerintahan Susilo Bambang
Yudhoyono di daerah kota Medan, terkhusus kecamatan Medan Tembung.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, banyak perubahan aspek ekonomi
terjadi di kecamatan Medan Tembung pada masa SBY. Ada beberapa anggapan
bahwa yang semakin kaya akan semakin kaya, yang miskin juga akan semakin
miskin. Tingkat kestabilan perekonomian juga berdampak pada masyarakat
Kecamatan Medan Tembung.Masih meningkat pengangguran di daerah
kecamatan Tembung.Hal tersebut juga termasuk di dalam tingkat kestabilan
perekonomian Negara. Stabiltas ekonomi Indonesia dapat dilihat dari daerah sekitar
masyarakat terutama daerah Kecamatan Medan Tembung masih banyak yang
pengangguran. Diperkirakan Generasi ’65 beranggapan bahwa pemerintahan
Soeharto lebih baik dalam kebutuhan ekonomi. Namun apakah ekonomi pada
pemerintahan Orde Baru benar-benar mencerminkan stabilitas ekonomi? Apakah
pada masa pemerintahan transisi yakni dari era Gus Dur hingga Susilo Bambang
Yudhoyono sudah menjalankan stabiltas ekonomi Indonesia dengan baik, dan
peneliti tertarik meneliti tentang Persepsi masyarakat pada era Pemerintahan
Susilo Bambang Yudhoyono apakah di mata masyarakat beliau sukses. membangun
perekonomian Indonesia selama 2 periode dia memimpin termasuk

5
masyarakat kota Medan, Sumatera Utara. Berdasarkan pemaparan di atas dan didasari pada
kenyataan yang di tinjau bahwa terdapat perubahan aspek perekonomian masyarakat di
Indonesia terutama masyarakat Kota Medan Kecamatan Medan tembung. Maka dengan
pemaparan hal tersebut peneliti tertarik meneliti tentang ” Persepsi Masyarakat Kota Medan
terhadap perekonomian Indonesia Pada Masa Pemerintahan Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono (2004-2014)”
B. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apa yang menjadi program Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada bidang ekonomi

dari tahun 2004-2014?

2. Bagaimana keadaan perekonomian Indonesia pada Masa PresidenSusilo Bambang

Yudhoyono?

3. Bagaimana persepsi masyarakat Kecamatan Medan Tembung terhadap keadaan

perekonomian di masa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono?

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui sejauh mana :

1. Perbedaan persepsi pencitraan politik pada kinerja Kabinet Indonesia Bersatu II ditinjau

dari perbedaan jenis pekerjaan

2. Tingkat persepsi pada pencitraan politik ditinjau dari perbadaan jenis pekerjaan

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi masyarakat yang mempunyai hak pilih untuk pemilu, hasil penelitian ini diharapkan

akan berguna menjadi perenungan untuk pemilihan umum 2014.

2. Untuk memperluas cakrawala pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan

psikologi sosial pada khususnya tentang pencitraan.

3. Bagi pemerintah, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan

dalam meningkatkan kinerja pemerintahan dalam usaha mensejahterahkan rakyat dengan

6
memperhatikan kebutuhan dan kepentingan rakyat sehingga terwujud lingkungan yang

kondusif.

BAB II

A. Program Presiden Susilo Bambang Yudhoyono Pada Bidang Ekonomi Dari

Tahun 2004-2014 sumber : (https://finance.detik.com/berita-ekonomi-

bisnis/d-1620986/6-program-ekonomi-baru-sby)

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) merupakan Presiden Republik Indonesia

keenam. Selama masa pemerintahannya perekonomian Indonesia mengalami peningkatan

namun kesejahteraan rakyat mengalami penurunan. Kebijakan ekonomi yang diambil SBY

seolah-olah tidak memihak kepada rakyat seperti kebijakan menaikkan harga BBM. Pada

masanya harga BBM mengalami naik turun, terutama menjelang pemilihan presiden 2009

SBY menurunkan BBM. Hal tersebut menjadi menarik untuk diteliti karena untuk melihat

kebijakan yang diambil apakah benar-benar memihak kepada rakyat atau ada motif atau intrik

politik. Oleh karena itu peneliti merumuskan beberapa rumusan masalah yaitu bagaimana

bentuk-bentuk kebijakan politik ekonomi SBY, dan bagaimana dampak kebijakan SBY

terhadap masyarakat.

Di pilihnya Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Jusuf Kalla (JK) sebagai Presiden

dan wakil Presiden mencerminkan tingginya harapan rakyat akan perubahan ekonomi dengan

adanya pergantian Presiden di Indonesia. Minggu pertama di bulan Desember 2004, Presiden

terpilih SBY menandatangani kanvas anti korupsi, yang menandai tindakannya yang

menyutujui tindakan anti korupsi.Ketika pidato 30 hari pertama pemerintahannya, SBY

menjelaskan tiga strategi dalam bidang ekonomi yang disebut tripple strategy yaitu: mencapai

7
pertumbuhan ekonomi 6,5 persen pertahun, menggerakkan kembali sektor ril, serta

revitalisasi pertanian dan perekonomian pedesaan.

10 tahun sudah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memimpin Republik

Indonesia. Masa kepemimpinan sejak 2004 hingga 2014 tentu meninggalkan banyak hal.

Meski banyak target-target yang belum tercapai, namun beberapa prestasi sudah diukir SBY.

Di bidang ekonomi, di bawah kepemimpinan SBY, Indonesia terbukti menjadi salah satu

negara yang selamat saat krisis ekonomi melanda dunia beberapa kali yakni pada tahun 2008

dan 2012. Meski demikian, imbas krisis global memang sempat dirasakan Indonesia, di

antaranya adalah nilai tukar rupiah yang sempat melemah hingga mencapai angka Rp 12.800

pada tahun 2008. Indonesia dinilai akan mampu mengimbangi pergerakan ekonomi dunia

yang begitu cepat walaupun masih dalam bayang-bayang dari krisis Uni Eropa dan Amerika

Serikat. Bahkan, Indonesia diklaim bisa menaikkan produk domestik bruto (PDB) hingga tiga

kali lipat dalam waktu 10 tahun. Salah satu yang selalu dibanggakan adalah kuatnya

perekonomian nasional menghadapi krisis yang melanda ekonomi dunia pada 2008 lalu.

Kondisi ekonomi saat ini pun dibandingkan Hatta dengan kondisi pada 2004, sebelum

dipimpin oleh SBY.

Presiden SBY menetapkan enam prioritas program percepatan ekonomi yang pelaksanaan

dilakukan hingga 15 tahun ke depan. Program tersebut merupakan dasar bagi mendorong

bergeraknya ekonomi daerah yang dampaknya adalah terbukanya lapangan kerja baru serta

berkurangnya jumlah rakyat miskin, yaitu sebagai berikut :

1. ketahanan pangan. Sektor ini menempati posisi teratas sebab sangat besar peluang di

masa depan terjadi krisis pangan global akibat bertambahnya jumlah penduduk

ditambah dengan perubahan iklim yang mempengaruhi produksi pangan.

8
2. sektor energi, terutama ketersediaan energi listrik di seluruh wilayah. Perlu percepatan

pengadaan pembangkit listrik yang berbasiskan sumber energi baru dan terbarukan

seperti panas bumi di samping batubara dan pembangunan kilang minyak baru.

3. pengadaan infratruktur. Terutama pada pembangunan pelabuhan baru di luar Jawa,

melanjutkan proyek jalan tol serta ruas penghubung baru yang sudah belasan tahun

banyak tertunda dengan berbagai alasan.

4. pengadaan sarana transportasi laut dan udara yang efektif menghubungkan semua

pulau. Melalui transportasi yang efektif, maka masyarakat di daerah terpencil dan

terluar dapat memenuhi ketersediaan logistik mereka dengan harga terjangkau.

5. pembenahan kebijakan di sektor pembiayaan. Selama ini pemerintah sampai harus

mencari dana dari luar negeri untuk membiayai pembangunan, sedangkan sumber

dana di dalam negeri sebenarnya tersedia. Ini karena masyarakat masih lebih memilih

menyimpan uang dibanding berinvestasi.

6. mendorong UMKM untuk berkembang. Perlu ada perlakuan tersendiri agar para

pelaku UMKM tidak terpaksa harus berhadapan dengan pengusaha besar, sebab pasti

mereka akan kalah dari segi sumber daya.

B. Keadaan Perekonomian Indonesia Pada Masa Presiden Susilo Bambang

Yudhoyono

(sumber https://abdussofi16.wordpress.com/history/perekonomian-masa-

sby/ )

Ekonomi akan menjadi masalah di Indonesia. Namun setelah beberapa tahun berada

dalam kepemimpinan nasional yang tidak menentu, SBY berhasil untuk menjaga kestabilan

ekonomi, dimana pada masa pemerintahan SBY ini kondisi perkonomian

9
Indonesiamengalami perkembangan yang cukup pesat.Terbukti, rata-rata pertumbuhan

ekonomipemerintahan SBY selama lima tahun menjadi 6,4%, angka yang mendekati target

6,6%. Pada masa SBY ini,geliat ekonomi terus mencuat naik, industri otomotif juga terus

meningkat, ini dapat dilihat dari meningkatnya permintaanpasar membuktikan ada gerak

positif dari perokonomian masyarakat. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2010 tumbuh

pesat seiring pemulihan okonomi pasca krisis global yang terjadi sepanjang 2008 hingga

2009.

Pada masa presiden Susilo bambang perkembangan sistem perekonomian indonesia

mengalami perkembangan yang sangat baik. Perkembangan ekonomi indonesia mulai pesat

di tahun 2010 seiiring pemulihan ekonomi dunia pasca krisis global yang terjadi sepanjang

2008-2009. Terbukti dengan perekonomian indonesia mampu bertahan dari ancaman

pengaruh krisis ekonomi dan finansial yang terjadi di zona eropa. Perekonomian indonesia

akan bertumbuh baik namun harusdisesuaikan dengan kondisi global yang sedang bergejolak.

Sementara itu, pemulihan ekonomi global berdampak positif terhadap perkembangan sektor

eksternal perekonomian indonesia.Namun korupsi dan kemiskinan tetap menjadi masalah di

indonesia. namun setelah beberapatahun berada dalam kepemimpinan nasional yang tidak

menentu, setelah berhasil menciptakan kestabilan politik dan ekonomi di Indonesia.

Faktor utama menjadi senjata ampuh yang mendorong kesuksesan perekonomian

Indonesia adalah efektifnya kebijakan pemerintah yang berfokus pada disiplin fiscal yang

tinggi dan pengurangan hutang Negara . Salah satu kebijakan yang dilakukan pemerintahan

SBY adalah mengurangi subsidi Negara Indonesia, atau menaikkan harga Bahan Bakar

Minyak ( BBM). Kebijakan bantuan langsung tunai kepada rakyat yang termasuk kategori

ekonomi lemah, dan ini bisa dilihat pendapatan perbulannya kurang lebih lebih dari

Rp.1000.000,-, kebijakan menyalurkan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) kepada

sarana pendidikan yang ada di berbagai daerah Indonesia. Selain itu, kebijakan pemerintahan

10
SBY terkait dalam bidang pendidikan, diantaranya adalah meningkatkan anggaran

pendidikan menjadi 20% dari keseluruhan APBN.

Tingkat pertumbuhan ekonomi periode 2005-2007 yang dikelola pemerintahan SBY-JK

relatif lebih baik dibanding pemerintahan selama era reformasi dan rata-rata pemerintahan

Soeharto (1990-1997) yang pertumbuhan ekonominya sekitar 5%. Tetapi, dibanding kinerja

Soeharto selama 32 tahun yang pertumbuhan ekonominya sekitar 7%, kinerja pertumbuhan

ekonomi SBY-JK masih perlu peningkatan. Pertumbuhan ekonomi era Soeharto tertinggi

terjadi pada tahun 1980 dengan angka 9,9%. Rata-rata pertumbuhan ekonomi pemerintahan

SBY-JK selama lima tahun menjadi 6,4%, angka yang mendekati target 6,6%.

Kebijakan menaikkan harga BBM 1 Oktober 2005, dan sebelumnya Maret 2005, ternyata

berimbas pada situasi perekonomian tahun-tahun berikutnya. Pemerintahan SBY-JK memang

harus menaikkan harga BBM dalam menghadapi tekanan APBN yang makin berat karena

lonjakan harga minyak dunia. Kenaikan harga BBM tersebut telah mendorong tingkat inflasi

Oktober 2005 mencapai 8,7% (MoM) yang merupakan puncak tingkat inflasi bulanan selama

tahun 2005 dan akhirnya ditutup dengan angka 17,1% per Desember 30, 2005 (YoY).

Penyumbang inflasi terbesar adalah kenaikan biaya transportasi lebih 40% dan harga bahan

makanan 18%.Core inflation pun naik menjadi 9,4%, yang menunjukkan kebijakan Bank

Indonesia (BI) sebagai pemegang otoritas moneter menjadi tidak sepenuhnya efektif. Inflasi

yang mencapai dua digit ini jauh melampaui angka target inflasi APBNP II tahun 2005

sebesar 8,6%. Inflasi sampai bulan Februari 2006 (YoY) masih amat tinggi 17,92%,

bandingkan dengan Februari 2005 (YoY) 7,15% atau Februari 2004 (YoY) yang hanya 4,6%.

Efek inflasi tahun 2005 cukup berpengaruh terhadap tingkat suku bunga Sertifikat Bank

Indonesia (SBI), yang menjadi referensi suku bunga simpanan di dunia perbankan. Walaupun

11
terdapat banyak tantangan seperti adanya krisis keuangan global di tahun 2008, namun

pencapaian pembangunan ekonomi di era SBY cukup memuaskan, di antaranya yaitu:

1. Pertumbuhan ekonomi yang relative naik dengan rata-rata di angka 5,7%

2. Tingkat kemiskinan yang mengalami tren penurunan yaitu menjadi 10,66% di

tahun 2014

3. PDB Per Kapita mengalami peningkatan menjadi US$3.492 yang menandakan

terjadinya peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat

4. Inflasi yang mengalami penurunan yaitu menjadi 8,4%

C. Keberhasilan SBY selama memerintah pada bidang Ekonomi

Saat membuka Rapat Kerja tentang Pelaksanaan Program Pembangunan 2011 di Jakarta

Convention Center, Senin (10/1/2011), Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), dengan

mantap memaparkan 10 capaian (keberhasilan pemerintah pada tahun 2010 tersebut.

1. Ekonomi terus tumbuh dan berkembang dengan fundamental yang semakin kuat pada

2010. Hal ini, antara lain, tercermin dengan indeks harga saham gabungan Indonesia

yang terus membaik, daya saing Indonesia di tingkat dunia yang tinggi, nilai ekspor,

investasi, dan cadangan devisa yang terus membaik.

2. Sejumlah indikator kesejahteraan rakyat mengalami kemajuan penting. Dunia

memberikan penilaian pada Top Ten Movers, istilahnya prestasi Indonesia dan 9

negara yang lain di bidang pendidikan, kesehatan, dan peningkatan penghasilan

penduduk kita.

3. Stabilitas politik terjaga dan kehidupan demokrasi makin berkembang. Check and

balances antara pemerintah pusat, DPR dan DPRD, berjalan dengan baik. Pelaksanaan

pemilu juga prinsipnya berjalan dengan lancar.

12
4. Pemberantasan korupsi dan penegakan hukum, mencatat sejumlah prestasi. Begitu

pula dengan pemberantasan terorisme dan narkoba.

5. Terjaga baiknya keamanan dalam negeri walaupun masih terdapat konflik masyarakat

dalam skala kecil.

6. Proses perbaikan iklim investasi dan pelayanan publik di banyak daerah. Hambatan

birokrasi dan iklim investasi serta pelayanan publik di banyak daerah mengalami

kemajuan.

7. Angka kemiskinan dan pengangguran terus ditekan meskipun tetap rawan dengan

gejolak perekonomian Indonesia. Presiden meminta pemerintah tetap cekatan dan

memiliki rencana darurat. “Meskipun, dengarkan kata-kata saya, meskipun bisa kita

turunkan kemiskinan dan pengangguran, tetapi tetap rawan terhadap gejolak

perekonomian dunia. Jangan terlambat kita mengantisipasinya, jangan kita tidak

punya rencana kontigensi, dan jangan pula kita tidak cekatan memecahkan masalah

bilamana dampak dari krisis global itu terjadi,” kata Presiden.

8. Beberapa indikator ekonomi penting Indonesia mencatat rekor baru dalam sejarah,

seperti income perkapita sekarang sudah tembus 3 ribu dolar AS, lima tahun lalu

masih 1.186 dolar AS. Cadangan devisa dulu 36 miliar dolar AS, sekarang 96 miliar

hampir 100 miliar dolar AS. Kenaikan IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) yang

tertinggi di dunia, naik 46 perssen. Pendapatan domestik bruto kita meningkat dan

Indonesia kini peringkat 16 ekonomi di dunia.

9. Makin baiknya upaya pengembangan koperasi usaha kecil dan menengah, termasuk

penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR)Sedangkan Direktur Tenaga Kerja dan

Pengembangan Kesempatan Kerja Bappenas Rahma Iryanti di Jakarta, Kamis

(7/01/2011) mengungkapkan angka pengangguran 2010 diprediksi turun menjadi 7,6

13
persen dari kisaran 7,87 persen tahun lalu. Penurunan tersebut seiring dengan

membaiknya kondisi perekonomian.

10. Indonesia makin berperan dalam hubungan internasional, makin nyata peran kita, baik

dalam mengatasi krisis ekonomi global, dalam hubungan G20, APEC, East Asia

Summit, ASEAN, G8 plus, dan pemeliharan perdamaian dunia. “Kita aktif sekali

dalam menjaga ketertiban dan perdamaian dunia dan juga kerja sama mengatasi

perubahan iklim,” tegas Presiden, sebagaimana dipublikasikan juga di situs resmi

Presiden SBY (presidensby.info)

14
BAB III

A. KESIMPULAN

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia mengalami pertumbuhan yang sangat pesat di Tahun

2010 seiring pemulihan ekonomi dunia pasca krisis global yang terjadi sepanjang Tahun 2008

hingga 2009.

Hal ini terbukti dari perekonomian Indonesia mampu bertahan dari ancaman pengaruh

krisis ekonomi dan finansial yang terjadi di zona Eropa.

Program pertama Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yaitu merangkul rakyat

Indonesia, pelaku usaha luar dan dalam negeri, dan lembaga-lembaga dunia seperti IMF,

Bank Dunia, dan ADB untuk optimis bahwa kinerja ekonomi Indonesia untuk 5 tahun

kedepan akan jauh lebih baik dibandingkan pada masa pemerintahan otoriter.

Kabinet Susilo Bambang Yudhoyono dan lembaga-lembaga dunia tersebut mentargetkan

pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2005 akan lebih tinggi berkisar di atas 6%.

Kenyataan yang terjadi pada pertengahan tahun 2005 ekonomi Indonesia diguncang oleh

dua peristiwa tak terduga sama sekali, yakni naiknya harga BBM di pasar Internasional dan

melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

15
Akibatnya, pemerintah terpaksa mengeluarkan suatu kebijakan yang sangat tidak

populis, yakni mengurangi subsidi BBM, yang membuat harga BBM di pasar dalam negeri

meningkat tajam.Kenaikan harga BBM yang besar untuk industry terjadi sejak 1 Juli 2005.

Menjelang akhir masa Jabatan Susilo Bambang Yudhoyono yang pertama yang berakhir

Tahun 2009, perekonomian Indonesia menghadapi dua eksternal, yakni kenaikan harga

minyak mentah harga pangan di pasar global.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman, Dudung. Metodologi Penelitian Sejarah Islam. Yogyakarta: Ombak, 2011.

Aswicahyono, Haryo dan David Christian, Perjalanan Ekonomi Indonesia 1997- 2016.
Jakarta: Centre For Strategic International Studies, 2017.

Badan Pusat Statistika. Petunjuk Pendistribusian Kartu Kompensasi BBM 2005.

Jakarta: BPS.
Boediono. Ekonomi Indonesia: dalam Lintas Sejarah. Bandung: Mizan, 2016.

Daliman, Hasyimsah. Ensiklopedia Pemerintahan dan Kewarganegaraan:


Bentuk dan Sistem Pemerintahan di Indonesia (jilid 5). Jakarta: Lentera
Abadi, 2010.

Isra, Saldi. 10 Tahun Bersama SBY: Catatan dan Refleksi Dua Periode
Kepemimpinan. Jakarta: Kompas, 2014.

Makruf, Ade dkk. Ensiklopedi Presiden Republik Indonesia: Susilo Bambang Yudhoyono.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2016.

Saleh, Sari Pusparini. Susilo Bambang Yudhoyono Bintang Lembah Tidar.

Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007.


Syamsu. Ekonomi Politik. Jakarta: Universitas Terbuka, 2011.

Susilo, Y. Sri. Subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Perekonomian Indonesia.
Yogyakarta: Gosyen Publising, 2013.

16
Tim Peneliti. Kajian Cepat Pelaksanaan Subsidi Langsung Tunai 2005 di Indonesia: Studi
Kasus di Provinsi DKI Jakarta. Jakarta: Lembaga Peneliti SMERU, 2006.

Tim Sosialisasi Penyesuaian Subsidi Bahan Bakar Minyak. Buku Pegangan Sosialisasi dan
Implementasi Program-program Kompensasi Kebijakan Penyesuaian Bahan Bakar
Minyak 2013. Jakarta: Sekretariat Wakil Presiden RI, 2013.

Pencapaian Pembangunan
Ekonomi Susilo Bambang
Yudhoyono (2005 – 2014)
Walaupun terdapat banyak
tantangan seperti adanya krisis
keuangan global di tahun
2008, namun pencapaian
pembangunan ekonomi di
era SBY cukup memuaskan,
di
antaranya yaitu:

17
1. Pertumbuhan ekonomi
yang relative naik dengan rata-
rata di angka 5,7%
2. Tingkat kemiskinan yang
mengalami tren penurunan
yaitu menjadi 10,66% di tahun
2014
3. PDB Per Kapita
mengalami peningkatan
menjadi US$3.492 yang
menandakan
terjadinya peningkatan
pendapatan dan kesejahteraan
masyarakat
4. Inflasi yang mengalami
penurunan yaitu menjadi 8,
18

Anda mungkin juga menyukai