Anda di halaman 1dari 4

Dampak Krisis Ekonomi Global Terhadap Perekonomian Indonesia

 Masalah Ekonomi yang Dihadapi Indonesia

Krisis di Indonesia lebih disebabkan oleh efek domino dari krisis global yang sedang terjadi, apalagi
Indonesia merupakan negara berkembang menjadi sedikit lebih mudah terkena guncangan dari luar. Hal
ini lebih lagi dipengaruhi oleh fundamental ekonomi Indonesia yang terbilang belum begitu kuat (bukan
berarti buruk) sehingga sedikit lebih mudah terpengaruhi oleh faktor eksternal. Walaupun data dari Bank
Indonesia menyatakan inflasi Indonesia masih terkendali dengan baik dititik 2,69 persen pada bulan
Januari hingga Agustus dan diprediksi inflasi tahun 2015 mencapai 4,1 persen lebih rendah dari tahun
sebelumnya, deficit neraca perdagangan yang semakin mengecil dari 4,69 persen PDB dan sekarang
menjadi 2,1 persen PDB dan juga cadangan devisa Indonesia per akhir Juli 2015 tersisa 107,6 miliar dollar
AS. Namun adanya perbaikan data diatas belum bisa membuat Indonesia menjadi sedikit lebih kebal
terhadap krisis ekonomi global. Masalah di atas lah yang sedang dihadapi oleh Indonesia hingga saat ini.
Masalah fundamental ekonomi ini terbilang sukar untuk diperbaiki, sebab untuk memperbaiki
fundamental ekonomi tersebut perlu langkah tegas dari pemerintah dan masyarakat yang ikut andil dan
berperan aktif dalam perekonomian. Selain itu butuh waktu lama untuk memperbaiki fundamental
ekonomi Indonesia sebab hal ini adalah program jangka panjang yang tidak bisa hanya diperbaiki hanya
dalam waktu satu atau dua tahun saja. Masalah fundamental yang masih dihadapi Indonesia antara lain
masih ketergantunganya Indonesia terhadap barang impor, infrastruktur yang masih belum begitu baik,
distribusi pendapatan yang belum merata, jumlah masyarakat miskin yang masih tinggi, produktivitas yang
rendah, standar hidup yang rendah, pengangguran yang tinggi serta belum maksimalnya pelayanan publik
oleh pemerintah.

Lambannya penyerapan anggaran oleh pemerintah menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi
perlambatan ekonomi Indonesia. Merujuk pada data yang dirilis oleh kemenkeu data prognosa semester I
APBN 2015 menyatakan bahwa kualitas belanja pemerintah pusat sejauh ini masih sangat rendah.
Diperkirakan hingga akhir Juni 2015 anggaran baru terserap Rp 436,1 triliun atau baru 33,1 persen dari
pagu 1.319,5 triliun. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan realisasi penyerapan anggaran semester I
tahun 2014 yang mencapai Rp 468,7 triliun atau 36,6 persen dari pagu Rp 1.280,4 triliun. Kurang cepatnya
penyerapan anggaran ini membuat perekonomian Indonesia hanya bisa tumbuh 4,73 persen dari yang
diprediksi oleh Bank Indonesia sebesar 5 hingga 5,4 persen.

Harga komodiatas yang menurun menjadi salah satu faktor pelemahan ekonomi di Indonesia, hal ini
diperkuat dengan data dari Badan Pusat Statistika (BPS) bahwa BPS mengumumkan realisasi ekspor
Indonesia pada Oktober 2015 sebesar US$ 12,08 miliar atau anjlok 20,98% dibanding periode yang sama
tahun lalu sebesar US$ 15,29 miliar. Hampir seluruh harga komoditas ekspor Indonesia menurun pada
tahun 2015 seperti ekspor minyak dan gas (migas) mengalami penurunan 5,09% pada posisi US$ 1,38
miliar di bulan Oktober sedangkan non migas mengalami penurunan sebesar 3,86% pada posisi US$ 10,71
miliar. Menurut BPS hanya terdapat dua komoditas yang membaik dari 22 komoditas yang terpantau yaitu
kakao naik 2,3% dan jagung naik 5,09%. Secara keseluruhan total nilai ekspor sepanjang Januari hingga
Oktober tahun 2015 mencapai US$ 127,22 miliar atau turun 14,04%. Pelemahan harga komoditas menjadi
faktor yang cukup berdampak pada perekonomian Indonesia apalagi 60% ekspor Indonesia adalah barang-
barang komoditas.
Tekanan dari luar atau faktor eksternal merupakan salah satu masalah yang dihadapi oleh pemerintah
Indonesia dan Bank Indonesia pada akhir-akhir ini. Ketidak pastian ekonomi dunia seperti kondisi
perekonomian Amerika Serikat dan juga Devaluasi Yuan membawa dampak yang signifikan terhadap
stabilitas ekonomi di Indonesia. Perekonomian Indonesia mengalami gejolak seiring dengan krisis ekonomi
global. Pada bulan Desember Bank Sentral Amerika Serika merilis kenaikan suku bunga sebesar 0,25
persen dari yang sebelumnya bertahan pada posisi 0 persen. Kenaikan suku bunga membuat nilai tukar
rupiah semakin terpuruk hingga mencapai angka Rp 14.000. Namun disisi lain kenaikan suku bunga The
Fed ini memberikan kepastian terhadap pasar sehingga kemungkinan rupiah dapat menguat di periode
selanjutnya. Akibat gejolak ekonomi dunia, raksasa ekonomi asia China melakukan devaluasi Yuan untuk
menjaga kestabilan ekonomi sekaligus untuk menopang ekspor mereka. Tindakan China membuat
Indonesia terkena dampak yang cukup besar apalagi China merupakan mitra dagang terbesar Indonesia.
Akibatnya Indonesia juga terkena efek dari devaluasi Yuan tersebut. Rupiah mengalami pelemahan sebesar
2 persen mengikuti devaluasi Yuan, serta penurunan pertumbuhan ekonomi China sebesar 1 persen
berdampak pada penurunan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 0,6 persen.

Krisis Ekonomi Global Berdampak Pada Ekonomi Indonesia

Krisis global berdampak sangat signifikan terhadap perekonomian Indonesia. Dampak tersebut sangat
dirasakan oleh perusahaan dan masyarakat terutama yang bekerja sebagai buruh, dampak dari krisis
global tersebut antara lain :

Akibat krisis moneter di AS nilai tukar rupiah sempat menembus Rp 14.000 per USD. Hal ini disebabkan
karena isu The Fed yang akan menaikan suku bunganya akhir tahun karena perekonomian AS yang sudah
mulai membaik akibat krisis subprime mortgage yang terjadi tahun 2008. Hal ini membuat Bank Indonesia
menjadi was-was karena sisa cadangan devisa yang digunakan untuk intervensi mata uang rupiah tinggal
tersisa US$ 100,240 miliar pada akhir bulan Desember 2015.

Mulai adanya PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) oleh beberapa perusahaan. PHK dilakukan oleh
perusahaan karena daya beli masyarakat yang menurun dan biaya produksi yang semakin mahal karena
kenaikan dollar, hal ini sangat dirasakan terutama perusahaan yang berorientasi impor bahan baku,
mereka lah  yang terkena dampak terlebih dahulu. Dari data yang dilaporkan KSPSI (Konfeederasi Serikat
Pekerja Seluruh Indonesia) sekitar 67 ribu buruh sudah di PHK dan sekitar 300 ribu buruh terancam di PHK
pada akhir tahun ini.

Krisis yang terjadi membuat bursa saham Indonesia (IHSG) mengalami penurunan yang serius.  Dari bulan
Januari 2015 hingga bulan Desember 2015 mengalami penurunan dari kisaran level 5.300 an ke level 4.500
an. Secara keseluruhan IHSG mangalami penurunan sebesar 15,1 persen pada tahun 2015. Terjadinya
capital outflow ini disebabkan keraguan para investor untuk menanamkan modalnya. Mereka
beranggapan bahwa pasar masil belum stabil dan dapat menimbulkan resiko yang cukup besar apabila
menanamkan modal.

Nilai tukar rupiah yang membengkak membuat harga-harga barang dipasaran menjadi lebih mahal,
terutama untuk barang-barang impor. Apalagi Indonesia merupakan negara pengimpor barang yang cukup
besar. Biaya produksi yang semakin mahal membuat perusahaan melakukan efisiensi dan juga menaikan
harga karena tidak mau mengalami kerugian. akibatnya daya beli masyarakat menjadi menurun.

 Upaya Untuk Menanggulangi Krisis yang Terjadi di Indonesia

Dalam upaya untuk mengatasi krisis yang terjadi presiden Jokowi merilis paket kebijakan ekonomi untuk
menstimulir pertumbuhan ekonomi Indonesia yang sedang lesu. Selama ini enam paket kebijakan telah
dirilis oleh pemerintah melalui menteri perekonomian Darmin Nasution. Paket kebijakan ekonomi tersebut
antara lain adalah:

Paket kebijakan yang pertama antara lain mendorong daya saing industri nasional melalui deregulasi,
debirokratisasi, serta penegakan hukum dan kepastian usaha. Setidaknya terdapat 89 peraturan yang
dirombak dari sebanyak 154 peraturan yang diusulkan untuk dirombak, telah disiapkan 17 rancangan
peraturan pemerintah, 11 rancangan peraturan presiden, dua rancangan instruksi presiden, 63 rancangan
peraturan menteri, dan lima peraturan menteri lainya untuk mendukung terlaksanakanya kebijakan
tersebut. Pemerintah juga melakukan langkah penyederhanaan izin, memperbaiki prosedur kerja
perizinan, memperkuat sinergi, peningkatan kualitas pelayanan, serta menggunakan pelayanan yang
berbasis elektronik.

Paket kebijakan yang kedua antara lain kemudahan layanan investasi 3 jam untuk kawasan industri
sehingga dapat memudahkan arus modal masuk ke Indonesia, pengurangan tax allowance dan tax holiday
lebih cepat hingga waktu 25 hari untuk tax allowance dan 45 hari untuk tax holiday, pemerintah tidak
memungut PPN (Pajak Penambahan Nilai) untuk alat transportasi, insentif fasilitas di kawasan pusat
logistic berikat agar industry manufaktur tidak bergantung pada bahan impor, insentif pengurangan pajak
bunga deposito terutama bagi eksportir yang berkewajiban melaporkan devisa hasil ekspor (DHE) ke Bank
Indonesia, serta perampingan izin sector kehutanan.

Paket kebijakan ekonomi yang ketiga yang dirilis pemerintah antara lain penurunan harga BBM, listrik dan
gas. Perluasan penerima KUR (Kredit Usaha Rakyat) kepada masyarakat berpenghasilan rendah dan tetap
untuk di pergunakan di sektor produktif, serta penyederhanaan izin pertanahan untuk kegiatan
penanaman modal

Paket kebijakan ekonomi yang ke empat adalah pemerintah menentukan formula yang sederhana dan
jelas untuk upah minimum provinsi (UMP) agar para buruh tidak dibayar dengan biaya yang murah,
pemberian KUR (Kredit Usaha Rakyat) bagi masyarakat yang melakukan kegiatan usaha produktif dan
lembaga pembiayaan ekspor bagi UMKM.

Paket kebijakan ekonomi yang kelima antara lain insentif keringanan pajak untuk revaluasi asset baik
perusahaan swasta maupun perusahaan BUMN, penghapusan pajak ganda untuk kontrak investasi kolektif
dari dana investasi real estate atau yang biasa disebut REITs (Real Estate Investment Trust). Menurut
Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro ini mencakup surat berharga yang biasa diterbitkan perusahaan
dengan jaminan atau underlying asset berupa properti atau infrastruktur, serta kemudahan untuk produk
dan aktivitas bank syariah, mekanisme perizinan dan pengeluaran produk syariah baru akan dipermudah.

Paket kebijakan ekonomi yang keenam antara lain upaya menggerakkan perekonomian di wilayah
pinggiran dengan pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) bertujuan untuk mengelola sumber daya
yang ada di wilayah tersebut, penyediaan air untuk masyarakat secara berkelanjutan dan berkeadilan, dan
simplifikasi perizinan di Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM).

Menurut analisis dari tim kami kebijakan pak jokowi ini sudah baik untuk para usahawan yang bergerak di
bidang produksi seperti kami, hanya saja tekanan dari luar yang begitu kuat membuat kebijakan yang
dibuat tidak begitu mempunyai efek yang signifikan. Kebijakan tersebut akan lebih memiliki efek jangka
menengah hingga jangka panjang. Efek jangka pendek sekilas seperti hanya dipengaruhi oleh sentimen
pasar yang merespon positif terhadap kebijakan pak jokowi tersebut. Hasil kebijakan yang belum maksimal
terjadi karena pasar masih dibayang-bayangi oleh data perekonomian global yang sedang bergejolak.
Menurut tim kami kebijakan ini dilakukan di saat yang tidak tepat, sebab perekonomian Indonesia sedang
dilanda krisis. Kebijakan tersebut menurut tim kami tidak bisa langsung di implementasikan sehingga
hanya dapat memberi efek yang sedikit terhadap perekonomian dan tidak memberikan perubahan yang
signifikan.

Disisi lain menurut tim kami dengan adanya kebijakan tersebut pelemahan ekonomi dan krisis di Indonesia
dapat sedikit ditangkal dan tidak berdampak terlalu serius seperti pada krisis ekonomi 1998. Kebijakan
tersebut menurut tim kami akan memberi efek positif yang sangat besar pada jangka panjang dan baik
untuk dunia bisnis Indonesia. Dunia bisnis di Indonesia akan menjadi lebih baik dan lebih maju.

Secara keseluruhan presiden jokowi sudah melakukan tindakan-tindakan yang konkrit untuk mengatasi
masalah yang sedang terjadi. Kami sebagai pelaku ekonomi mengaku adanya kebijakan tersebut memiliki
efek positif bagi kami. Pembenahan di sektor riil dan investasi membuat para usahawan menjadi lebih
mudah untuk mengurus dokumen untuk kegiatan investasi. Terlebih lagi dalam hal intervensi mata uang
dapat membantu perusahaan untuk mengurangi beban yang menjadi lebih mahal akibat kenaikan dollar.

 
Sumber dan Referensi :

http://www.pikiran-rakyat.com/ekonomi/2015/09/06/341264/fundamental-ekonomi-indonesia-tahan-
menghadapi-tekanan

http://m.cnnindonesia.com/ekonomi/20150702085840-78-63777/selama-6-bulan-serapan-anggaran-
pemerintah-jauh-dari-harapan/

http://m.liputan6.com/bisnis/read/2366684/harga-komoditas-merosot-ekspor-ri-oktober-susut

http://m.republika.co.id/berita/nasional/jabodetabek-nasional/15/08/31/ntxvth282-300-ribu-buruh-
terancam-phk-akhir-2015

http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/12/17/115504426/The.Fed.Naikkan.Suku.Bunga.Acuan.Ap
a.Kabar.BI.Rate.?utm_source=WP&utm_medium=box&utm_campaign=Kknwp

http://informasipedia.com/ekonomi/cadangan-devisa/Cadangan-Devisa-Indonesia/196-cadangan-devisa-
indonesia-tahun-2015.html

http://market.bisnis.com/read/20150105/7/387972/penutupan-ihsg-5-januari-2015-indeks-melemah-041-
seluruh-sektor-rontok-kecuali-konsumer

http://rulandkarafir.blogspot.co.id/2015_07_01_archive.html

http://m.cnnindonesia.com/ekonomi/20150702081323-78-63769/menkeu-ekonomi-semester-i-hanya-
tumbuh-49-persen/

http://ekbis.sindonews.com/read/1042658/33/ini-tiga-paket-kebijakan-ekonomi-september-i-jokowi-
1441801753

http://m.tempo.co/read/news/2015/09/29/092705027/ini-isi-lengkap-paket-kebijakan-ekonomi-jokowi-
tahap-dua

http://ekbis.sindonews.com/read/1051193/33/ini-isi-lengkap-paket-kebijakan-ekonomi-jokowi-jilid-iii-
1444218446

http://ekbis.sindonews.com/read/1053404/33/ini-paket-kebijakan-ekonomi-jilid-iv-jokowi-1444908678

http://www.voaindonesia.com/content/insentif-pajak-jadi-fokus-pakai-kebijakan-ekonomi-
v/3019676.html

Anda mungkin juga menyukai