Anda di halaman 1dari 288

Bab I

Pendahuluan

1.1Latar Belakang

Ekonomi makro muncul karena kritik seorang ekonom Inggris, John Maynard


Keynes (1883-1946) terhadap teori ekonomi klasik Adam Smith (1723-1790) yang
menyatakan bahwa mekanisme pasar akan menjadi alat alokasi sumber daya yang efisien,
jika pemerintah tidak campur dalam perekonomian. Sayangnya Depresi Besar (Great
Depression) membuyarkan keyakinan terhadap hipotesis ekonomi klasik. Karena, Depresi
Besar terjadi dalam jangka waktu yang lama (1929-1933) dan menimbulkan masalah-masalah
besar. Misalnya, di Amerika Serikat selama periode Depresi Besar angka pengangguran
meningkat hingga lebih dari 25% angkatan kerja, outputberkurang sekitar separuhnya,
sementara tingkat investasi merosot tajam.
Lalu Keynes dalam bukunya The General theory Of Employment, Interest and
Money, yang terbit tahun 1936, atau lebih dikenal fengan The General
Theorymengemukakan 2 hal pokok. Yang pertama adalah kritik terhadap kebenaran
hipotesis klasik tentang keampuhan mekanisme pasar yang dipercayai sejak zaman
Adam Smith. Menurut Keynes, kelemahan Teori Klasik adalah lemahnya asumsi
tentang pasar yang dianggap terlalu idealis (utopian) dan terlalu ditekankannya
masalah ekonomi pada sisi penawaran. Berkaitan dari kritik tersebut, Keynes
menyampaikan pokok pikiran kedua berupa usulan pemulihan dengan memasukkan
peranan pemerintah dalam perekonomian dalam rangka mendorong sisi permintaan.
Kedua pokok pikiran Keynes ini membawa beberapa pembaruan radikal dalam ilmu
ekonomi.Pertama, mulai diperhatikannya dimensi global atau agregat (makro) dalam analisis
ilmu ekonomi. Dengan demikian ilmu ekonomi berkembang menjadi ilmu ekonomi makro.
Kedua, dimasukkannya peranan pemerintah dalam analisis ilmu ekonomi telah menimbulkan
pentingnya peranan analisis kebijakan (policies analysis).Ketiga, karena analisis kebijakan
rasanya diperlukan, maka diperlukan studi-studi empiris.

Dengan demikian terjadi perubahan /penyempurnaan metodologi dalam analisis ekonomi,


dari hanya mengandalkan metode deduktif menjadi menggunakan metode induktif juga.

1
Maka tidak berlebihan apabila Keynes dihormati dan dijuluki sebagai bapak ilmu ekonomi
makro, sekaligus ekonom perintis studi induktif.

2.1 PASAR KOMIDITI dan KURVA IS

2.1.1 Perkembangan Investasi dan Tingkat Bunga di Indonesia

Data yang dikeluarkan BPS baru-baru ini memperlihatkan perkembangan indikator-indikator


ekonomi makro yang menuju perbaikan. Tingkat inflasi Januari – April 2003 sebesar 0,.92%
dan angka ini jauh lebih rendah daripada periode yang sama tahun 2002 yang mencapai
3,26% dan tahun 2001 yang mencapai 2,57%. Perbaikan ini sejalan dengan tingkat inflasi
April 2003 berdasarkan year on year  yang hanya 7,54%, jauh lebih rendah daripada April
2002 yang mencapai 13,30% dan April 2001 yang mencapai 10,51%. Tingkat diskonto SBI
untuk jangka waktu 1 bulan pada akhir Mei 2003 sudah berada di 10,68%. Sedangkan nilai
tukar Rupiah terus menguat menjauhi target Rp. 9.000 per dollar AS dimana saat tulisan ini
dibuat sudah mencapai Rp. 8.165 per dollar AS.

Economist Intelligence Unit (EIU) memperkirakan bahwa tingkat inflasi tahun 2003
diperkirakan 9,3% jika pemerintah memutuskan untuk meningkatkan harga BBM, listrik dan
telpon. Apabila tidak terjadi maka tingkat inflasi tahun ini bisa lebih rendah lagi. Untuk tahun
2004, tingkat inflasi diperkirakan tidak terlalu banyak turun, sekitar 9,2%, karena
peningkatan permintaan, keterbatasan daya serap tenaga kerja dan naiknya harga BBM,
listrik serta telpon. Tingkat sukubunga pun akan terus memperlihatkan tren penurunan untuk
mendorong sektor perbankan memberikan suku bunga kredit yang lebih murah dan
mengurangi pembayaran bunga Obligasi Pemerintah. Adapun rata-rata nilai tukar Rupiah
terhadap Dollar AS, EIU memperkirakan akan mencapai 8.916 untuk tahun 2003 dan 9.104
untuk tahun 2004. Selama ini kesinambungan pertumbuhan permintaan agregat ditopang oleh
konsumsi privat disamping faktor lainnya yaitu ekspor dan impor. Pada triwulan pertama
2003 ini kegiatan ekspor mulai pulih dengan nilai ekspor bulan Maret 2003 mencapai US$
5,07 milyar yang merupakan nilai tertinggi dalam kurun waktu 18 bulan terakhir. Kinerja
ekspor pada Maret 2003 ini naik 3,85% dibandingkan dengan Februari 2003. Pada periode
yang sama impor mengalami penurunan sebesar 2,53% menjadi US$ 2,88 milyar.
Perkembangan ini menciptakan surplus perdagangan US$ 2,19%, lebih tinggi daripada bulan
Februari 2003 yang mencapai US$ 1,92 milyar. BPS mengatakan bahwa kenaikan ekspor

2
mengikuti pola siklus menaik alami karena pada umumnya perdagangan dunia baru bergerak
pada bulan itu. Adapun penurunan kinerja impor disebabkan melemahnya konsumsi domestik
yang terutama dipicu oleh ketidakpastian perekonomian global dan prospek tersedianya
lapangan kerja.

Impor bahan baku/penolong mengalami pertumbuhan yang sangat baik, yaitu 34%, meskipun
impor barang modal hanya naik 6% dan impor barang konsumsi naik 28%. Hal ini
memperlihatkan bahwa peningkatan produksi lebih banyak disebabkan oleh pemanfaatan
kapasitas yang belum terpakai sepenuhnya ketimbangan adanya investasi baru.

Tingkat suku bunga, inflasi dan nilai tukar Rupiah adalah variabel yang mempengaruhi
unsur-unsur di dalam permintaan agregat yang meliputi konsumsi privat, investasi,
pengeluaran pemerintah, ekspor dan impor. Dengan semakin membaiknya ketiga indikator
ini, secara teoritis besaran permintaan agregat juga akan mengalami perbaikan. Namun
perkembangan yang menjanjikan ini belum secerah gambaran disektor ril. Kontribusi
investasi baru 16,4%  karena terhambat oleh permasalahan struktural. Peran konsumsi
sebagai mesin pertumbuhan tentu ada batasnya dalam menghasilkan pertumbuhan ekonomi
yang berkelanjutan.

Pemerintah memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi tahun 2003 berkisar 4%. Meskipun
terdapat optimisme perekonomian bisa lebih baik daripada tahun lalu, tapi Bank Dunia
mengingatkan bahwa perkembangan dalam enam bulan ke depan akan ditentukan oleh
faktor-faktor yang tak terjangkau kendali pembuat kebijakan. Invasi AS ke Irak, dan
berjangkitnya wabah penyakit SARS memberikan dampak yang mendalam bagi pertumbuhan
ekonomi Indonesia. Bank Dunia memperkirakan perekonomian Indonesia tahun 2003 akan
tumbuh sebesar 3,3% dan tahun 2004 sebesar 4% dengan asumsi Pemilu dapat berjalan
mulus. Sedangkan Asia Development Bank (ADB) merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi
Indonesia tahun 2003 sebesar 0,5% menjadi 3,2% apabila wabah SARS berjangkit sampai
kuartal kedua 2003. Jika SARS terus berjangkit hingga kuartal ketiga 2003, maka
pertumbuhan ekonomi Indonesia akan tertekan menjadi 2,3%.

Sedangkan analis Citibank, Donald Hanna, memperkirakan perekonomian Indonesia akan


tumbuh sekitar 4% pada tahun ini dan 5% pada tahun 2004. Pertumbuhan ini dipicu oleh
kestabilan harga dan stimulus ekonomi yang diluncurkan oleh Pemerintah. Studi yang
dilakukan Economist Intelligence Unit memperlihatkan bahwa pertumbuhan ekonomi
Indonesia berkisar pada 3,1% pada tahun 2003 dan 4,0% pada tahun 2004.

3
2.1.2 Faktor Kunci Meningkatnya Investasi di Indonesia

Investasi merupakan salah satu komponen pembentuk pertumbuhan ekonomi. Secara


sederhana, investasi diartikan sebagai pengeluaran barang modal yang diarahkan untuk
menunjang kegiatan produksi atau perluasan produksi (Samuelson dan Nordaus). Ini
menjadikan investasi mempunyai multiplier effect yang luas karena tidak hanya mendorong
sisi produksi, namun juga menstimulasi sisi konsumsi.

Investasi dalam bentuk penciptaan nilai tambah ekonomi, akan mendorong pembukaan dan
perluasan lapangan pekerjaan, peningkatan pendapatan masyarakat, dan kemudian pada
gilirannya akan menstimulasi konsumsi masyarakat dan kemudian memperdalam pasar
domestik. Karena itulah komponen investasi seringkali dijadikan patokan dalam menilai
kualitas pertumbuhan ekonomi.

Dalam kerangka MP3EI, komponen investasi memainkan peran yang sangat strategis karena
menjadi kunci utama dalam mendorong pembangunan bidang infrastruktur konektivitas dan
kegiatan ekonomi di pusat-pusat pertumbuhan. Pemerintah mendorong investor untuk
melakukan penanaman modal pada koridor-kodidor ekonomi dalam MP3EI melalui berbagai
kebijakan pro investasi berupa insentif fiskal, perbaikan layanan perijinan investasi, stabilitas
makro ekonomi, dan kepastian serta perlindungan hukum.

Kinerja investasi saat ini menunjukan trend positif yang cukup solid, bahkan di saat
perekonomian global mengalami perlambatan, investasi menjelma menjadi salah satu
komponen utama penopang pertumbuhan ekonomi menggantikan kinerja ekspor yang
cenderung melambat. Data pertumbuhan ekonomi terbaru keluaran Badan Pusat Statistik
(BPS) mencatat komponen investasi triwulan III 2012 tumbuh 10,02 % dibanding triwulan
yang sama tahun 2011 (year on year/yoy). Bersama dengan komponen konsumsi rumah
tangga, keduanya menopang pertumbuhan ekonomi berada pada kisaran 6,17 persen.

Indikator positif kinerja investasi lainnya tercermin pada angka realisasi penanaman modal
periode Januari–September 2012 yang telah mencapai Rp 229,9 triliun, meningkat 27,0
persen (y.o.y) dari Januari – September 2011 sebesar Rp. 181,0 triliun. Realiasi ini terdiri dari
Rp 65,7 triliun PMDN dan Rp 164,2 triliun PMA, dimana masing-masing tumbuh 26,3
persen (y.o.y) dan 27,3 persen (y.o.y). Jika dibandingkan dengan target 2012 sebesar Rp 283,5

4
triliun, realisasi investasi sampai dengan September telah mencapai 81,1 persen. Sebuah
capaian yang layak untuk diapresiasi.

Berbagai perkembangan positif tersebut tentunya tidak terjadi dengan sendirinya. Berbagai
faktor saling berinteraksi mendorong tumbuhnya aliran investasi langsung. Terdapat beberapa
faktor yang ditengarai mempengaruhi pertumbuhan investasi. Untuk kasus Indonesia, paling
tidak terdapat 5 (lima) faktor yang berpengaruh positif terhadap capaian investasi sepanjang
2012.

Pertama, faktor suku bunga pinjaman. Tingkat suku bunga pinjaman yang rendah,
kompetitif dan stabil akan menarik minat investor untuk melakukan eskpansi atau pembukaan
usaha baru karena terjadi pengurangan beban bunga. Dalam hal ini, BI rate dijadikan sebagai
suku bunga acuan bagi penetapan suku bunga simpanan dan pinjaman. Tingkat BI rate yang
rendah akan berimbas pada rendahnya suku bunga kredit karena suku bunga simpanan
sebagai basis sumber dana perbankan juga akan berada pada posisi yang lebih rendah.
Sepanjang tahun 2012, BI rate stabil pada posisi 5,75 bps, nilai ini bertahan sejak Februari -
November 2012, dimana sebelumnya berada pada posisi 6 bps (Januari 2012). Terjaganya BI
rate memberikan pengaruh pada trend penurunan suku bunga kredit investasi, meskipun
selisih antara BI rate dan suku bunga pinjaman (spread) masih cukup lebar. Data Bank
Indonesia menunjukkan posisi suku bunga kredit pada September 2012 sebesar 11,35 persen,
turun 3,2 persen dari Januari 2012 sebesar 11,73 persen.

Kedua, faktor tingkat pendapatan. Tingginya tingkat pendapatan per kapita mencerminkan
tingginya kemampuan atau daya beli masyarakat. World Bank mencatat Gross National
Income (GNI) per kapita Indonesia tahun 2011 sebesar 2.940 USD, meningkat 17,6 persen
dibanding 2010, dan bahkan selama periode 2007-2011 meningkat sebesar 83,75 persen.
Pertumbuhan pendapatan masyarakat memberikan daya tarik yang cukup besar bagi para
investor karena menunjukkan tingginya daya beli masyarakat.

Ketiga, pertumbuhan dan ukuran kelas menengah. Salah satu faktor penting yang
berpengaruh terhadap keputusan investasi adalah ukuran pasar domestik direpresentasikan
oleh jumlah kelompok kelas menengah. Hasil perhitungan ADB dengan menggunakan data
SUSENAS BPS, proporsi kelas menengah Indonesia dibanding total populasi meningkat dari
25% pada 1999 menjadi 43% pada 2009. Secara absolut, jumlah kelas menengah meningkat
dua kali lipat dalam kurun waktu 10 tahun, dari sekitar 45 juta pada 1999 menjadi 93 juta

5
pada 2009 (ADB, 2010). Survey terbaru Bank Indonesia pada 2011 menunjukkan angka
peningkatan yang cukup signifikan. Kelompok kelas menengah Indonesia pada tahun 2011
sebesar 60,9 persen dari total populasi, sedangkan kelompok berpendapatan rendah mencapai
22,1 persen, dan sisanya sekitar 17 persen tergolong kelompok berpendapatan tinggi.
Kelompok kelas menengah yang terus tumbuh menjanjikan pasar yang cukup besar sehingga
menarik minat para investor untuk melakukan ekspansi atau membuka usaha baru.

Keempat, faktor tingkat inflasiyang rendah dan stabil. Inflasi yang tinggi dan fluktuatif
mengambarkan ketidakstabilan dan kegagalan pengendalian kebijakan makro ekonomi.
Tingkat inflasi yang tinggi dan fluktuatif membuat investor dihadapkan pada situasi
ketidakpastian usaha yang memicu peningkatan resiko proyek dalam investasi. Sampai
dengan September 2012, inflasi Indonesia sebesar 3,66 persen (y.o.y), nilai ini jauh di bawah
asumsi makro APBN 2012 sebesar 6,8 persen. Keberhasilan pemerintah dalam
mengendalikan tingkat inflasi meningkatkan minat investor untuk menanamkan modalnya di
Indonesia sepanjang tahun 2012.

Kelima, faktorregulasi pemerintah. Iklim investasi yang kondusif memerlukan peran serta
pemerintah, tidak hanya melalui pengendalian indikator ekonomi makro namun juga melalui
peraturan perundangan berupa insentif fiscal dan non fiskal. Salah satu peraturan yang
diterbitkan oleh pemerintah untuk menarik investasi adalah PP 52 Tahun 2011 tentang
Fasilitas Pajak Penghasilan untuk Penanaman Modal Bidang Usaha Tertentu Dan/Atau
Daerah Tertentu. Melalui peraturan ini, Pemerintah memberikan insentif fiskal berupa
fasilitas pajak penghasilan badan yang meliputi: (1) Tambahan pengurangan penghasilan neto
sebesar 30% dari jumlah Penanaman Modal; (2) penyusutan dan amortisasi yang dipercepat;
(3) Pengurangan tarif Pajak Penghasilan atas penghasilan dividen yang dibayarkan kepada
subjek pajak luar negeri; (4) Perpanjangan masa kompensasi kerugian.

Selain itu, Pemerintah juga memberikan insentif berupa tax holiday bagi industri pionir untuk
mendorong aliran investasi pada sektor-sektor prioritas. Insentif ini diatur dalam Peraturan
Menteri Keuangan nomor PMK-130/PMK.011/2011.  Penerbitan peraturan ini tidak hanya
bertujuan meningkatkan kuantitas investasi, namun juga kualitas investasi dalam bentuk
mengarahkan investasi pada sektor-sektor prioritas yang dipandang strategis bagi penguatan
struktur industry nasional.

6
Insentif non fiscal dilakukan dalam bentuk pemberian kemudahan pelayanan investasi,
khususnya dalam hal penyederhanaan birokrasi layanan perijinan, pengurangan waktu yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan perijinan investasi, serta informasi peluang usaha.
Pembentukan one stop services pelayanan investasi hingga ke tingkat daerah dimaksudkan
dapat membantu investor dalam memotong biaya dan waktu yang dibutuhkan dalam
melakukan investasi.

Kinerja investasi sepanjang 2012 ini sudah selayaknya diapresiasi dan terus ditingkatkan.
Permasalahan dan tantangan ke depan masih menghadang diantaranya dalam hal perijinan
investasi dan infrastruktur pendukung. Peringkat Indonesia untuk kedua kriteria tersebut
dalam survey Doing Business 2012 belum begitu menggembirakan karena masih di bawah
negara-negara pesaing. Berdasarkan laporan WEF dalam Doing Busines Economic
Rangkings,  peringkat daya saing global (Global Competitiveness Index/GCI) Indonesia
untuk periode 2012-2013 berada pada posisi 50 dengan skor 4,4 dari 144 negara. Namun
permasalahan dan tantangan tersebut harus disikapi secara positif, dalam artian masih terbuka
ruang dan potensi yang cukup lebar untuk menggenjot pertumbuhan investasi dan
pertumbuhan ekonomi Indonesia. Upaya-upaya perbaikan seperti layanan one stop service,
kerjasama pemerintah swasta, sinergi BUMN, perbaikan iklim ketenagakerjaan, harus tetap
dilanjutkan dan ditingkatkan intensitas dan cakupannya, untuk mendukung peningkatan aliran
dan kualitas investasi.   

2.1.3 Variabel-variabel Ekonomi Agregatif Dalam Pasar Komoditi

Variabel-variabel  ini dapat dibedakan menjadi  beberapa


macamstruktur perekonomian, yaitu :
1. Perekonomian Tertutup Sederhana Variabel-variabelnya adalah C, S, I dan Y,
dimana :C = pengeluaran konsumsiS = saving atau tabunganI = pengeluaran
investasiY = pendapatan nasionalb.
2. Perekonomian Tertutup dengan Kebijaksanaan FiskalVariabel-variabelnya adalah C,
S, I, Y, Tx, G dan T, dimana :Tx = pajak G = pengeluaran pemerintahT = transfer
pemerintahc.
3. Perekonomian Terbuka Tanpa Kebijaksanaan Fiskal Variabel- variabelnya
adalah C, S, I, Y, X dan Z, dimana :X = ekspor Z =  impor 

7
4. Perekonomian Terbuka dengan Kebijaksanaan FiskalVariabel-variabelnya adalah C,
S, I, Y, X, Y, Tx, G dan T.

2.1.4 Permintaan Investasi (Investment Demand)

Permintaan Investasi adalah Tingkat pembelian capital baru yang direncanakan.

Determinan investasi:

a) The interest rate

Other things remaining the same, higher the interest rate, the smaller is the planned of
investment.

b) The rate of return on capital

The rate of return on capital is the net income received from using the equipment (price of
equipment).

Jika rate of return on capital > interest rate, maka project is undertaken

Jenis struktur perekonomian:

a) Perekonomian tertutup sederhana

Variabel kegiatan ekonomi agregat mencakup consumption (C), saving (S), investment
(I), dan national income (Y).

b) Perekonomian tertutup dengan kebijkan fiscal

Variabel kegiatan ekonomi agregat mencakup consumption (C), saving (S), investment
(I), national income (Y), taxes (Tx), government expenditure (G), dan government
transfer/transfer payment (T).

Transfer payment: payments of benefit and subsidies by the government.

c) Perekonomian terbuka tanpa kebijakan fiscal

Variabel kegiatan ekonomi agregat mencakup consumption (C), saving (S), investment
(I), national income (Y), export (X) dan impor (Z)

8
d) Perekonomian terbuka dengan kebijkan fiskal

Variabel kegiatan ekonomi agregat mencakup consumption (C), saving (S), investment
(I), national income (Y), export (X), impor (Z), taxes (Tx), government expenditure (G),
government transfer/transfer payment (T).

2.1.5 Tingkat Bunga Nominal Dan Riil

Suku bunga nominal adalah suku bunga yang bisa kita lihat di bank atau media
cetak.Suku bunga nominal cenderung naik seiring dengan angka inflasi.
Suku bunga riil adalah suku bunga setelah dikurangi dengan inflasi ( suku bunga riil =
suku bunga nominal – ekspektasi inflasi).
Persamaan fisher menjelaskan bahwa tingkat bunga nominal adalah tingkat bunga riil di
tambah ekspektasi inflasi, yaitu :
1 + R = (1 + r)(1 + π c)
1 + R = 1 + r + π c  + rπ c , dimana rπc ≈ 0
R = r + π c  atau r = R - π c
Dimana :
r = tingkat bunga riil
R = tingkat bunga nominal
π c = tingkat ekspektasi inflasi
Perbedaan tingkat bunga riil dan tingkat bunga nominal penting karena tingkat bunga
riil menjelaskan biaya riil dari pinjaman dan merupakan indicator penting untuk intensif
meminjam dan member pinjaman. Sejalan dengan pengertian tingkat bunga riil maka tingkat
bunga nominal merupakan ukuran dari pertumbuhan uang .obligasi dimana pembayaran
tingkat kupon dan pokok utang disesuaikan dengan perubahan tingkat inflasi disebut obligasi
berindeks.

2.1.6 Fungsi Investasi

Investasi (I) diperlakukan sebagai variabel endogenous, yaitu variabel yang nilainya
ditentukan di dalam persamaan fungsi. Investasi dapat di formulasikan dalam bentuk
persamaan fungsi sebagai berikut:

I = I0 + re

9
Di mana,

I = Besarnya investasi

I0 = Besarnya investasi pada tingkat bunga (r) sebagai nol (0)

e = Marginal Propensity to Invest (hasrat investasi marjinal) adalah besarnya angka


perbandingan antara perubahan investasi dengan perubahan tingkat bunga, secara singkat
dapat diformulasikan :

e=  ∆I/∆r

t = tingkat bunga

2.1.7 Pengeluaran investasi dalam model

Bagaimana memperlakukan variabel-variabel kegiatan ekonomi agregat tersebut?.

Dalam analisis pasar komoditi saja, maka investasi diperlakukan sebagai variable exogen
(variabel yang nilainya tidak ditentukan oleh tingkat bunga).

Namun dalam model analisis IS-LM, maka Investasi = f (r)

Tingkat bunga (dalam %)

20

Fungsi permintaan investasi I=80-4r


15

10

investasi (dalam
milyar rupiah)

0 20 40 80

Perhatikan contoh gambar 10.1. pada gambar tersebut garis II merupakan kurva
permintaan investasi agregatif dengan persamaan fungsi I = 80–4r, dimana I menunjukkan
nilai investasi per tahun dinyatakan dalam milyar rupiah misalnya, dan r merupakan tingkat
bunga dinyatakan dalam persentase. Dengan menggunakan contoh tersebut, maka pada

10
tingkat bunga setinggi 15% besarnya investasi dalam perekonomian adalah sejumlah Rp 20
milyar. Apabila tingkat bunga menurun menjadi 10%, maka besarnya investasi meningkat
menjadi Rp 40 milyar.

2.1.8 Fungsi Konsumsi (Consumption Curve)

Fungsi konsumsi adalah suatu kurva yang menunjukkan hubungan berbagai tingkat
konsumsi dengan tingkat pendapatan nasional dalam suatu perekonomian. Pada umumnya
fungsi konsumsi diasumsikan mempunyai persamaan fungsi sebagai berikut:

C = C0 + Cl

Di mana,

C : Besarnya tingkat konsumsi rumah tangga

C0 : Besarnya pengeluaran konsumsi pada saat pendapatan nasional sebesar nol (0)

c = MPC Marginal Propensity to Consume (besarnya hasrat atau keinginan masyarakat dalam
berkonsumsi) adalah angka perbandingan antara besarnya perubahan konsumsi dengan
besarnya perubahan pendapatan nasional yang mengakibatkan adanya perubahan konsumsi
termaksud atau secara matematis dapat di ungkapkan:

c = MPC = ∆C/∆Y

Y : Pendapatan nasional

Y(pendapatan) = Consumption + Saving

Y=C+S

C = a + bY

Y = Pendapatan

a = konsumsi otonom

b = MPC (Marginsal Propencity to Consume)

MPC = .C APC = C

Y Y

11
1 - MPC = MPS

MPC + MPS = 1

Multiplier (k) adalah anggka pengganda yang menunjukantambahan pendapatan nasional


akibat adanya perubahan kosumsi atau pendapatan

k= 1 atau 1

1 – MPC MPS

Rumus Menetapkan fungsi konsumsi

C - C1 Y - Y1
=
C2 - C1 Y2 - Y1

Contoh 1.

C = 100.000 + 0,75Y, Jika Pendapatan Rp500.000,00 Maka besarnya konsumsi


adalah :

C = 100.000 + 0,75(500.000)

C = 100.000 + 375.000 = 475.000,00

Contoh 2

Pendapatan (Y) Konsumsi (C)

1.000.000,00 850.000,00

1.200.000,00 1.000.000,00

(untuk sementara 000 kita simpan dahulu untuk mempermudah perhitungan, dan kita
munculkan kembali nanti di hasil akhir)

C – 850 = Y - 1.000

1.000 – 850 1.200 – 1.000

C – 850 = Y - 1.000
12
150 200

200 (C - 850) = 150 (Y - 1.000)

200C – 170.000 = 150Y – 150.000

200C = 150Y – 150.000 + 170.000

C = 150Y + 20.000

200

C = 0,75 Y + 100.000

C = 100.000 + 0,75Y

2.1.9 Fungsi Saving (Saving Curve)

Fungsi saving (saving curve) adalah suatu kurva yang menunjukkan hubungan
berbagai tingkat pendapatan nasional dalam suatu perekonomian.

S = S0 + sY

Di mana,

S : Besarnya tingkat tabungan rumah tangga

S0 = -C0 : Besarnya tabungan masyarakat pada saat pendapatan sebesar 0 (nol) konsumsi pada
saat tingkat pendapatan (Y) sebesar 0 (nol)

s = MPS Marginal Propensity do Save (besarnya hasrat atau keinginan masyarakat dalam
menabung) adalah angka perbandingan antara besarnya peruahan pendapatan nasional.

Y : Pendapatan nasional

Y(pendapatan) = Consumption + Saving

Y=C+S

S = - a + (1- b)Y

- a = konsumsi otonom
(1-b) = MPS (Marginsal Propencity to Save)

13
MPS = .S

Y = Pendapatan

1 – MPS = MPC

MPC + MPS = 1

1. Rumus Menetapkan fungsi Tabungan

Y -
S - S1
Y1
=
Y2 -
S2 - S1
Y1

Contoh 1.

S = - 100.000 + 0,25Y, Jika Pendapatan Rp500.000,00 Maka besarnya konsumsi


adalah :

S = -100.000 + 0,25(500.000)

C = -100.000 + 125.000 = 25.000,00

Contoh 2

Pendapatan (Y) Tabungan (S)

1.000.000,00 150.000,00

1.200.000,00 200.000,00

(untuk sementara 000 kita simpan dahulu untuk mempermudah perhitungan, dan kita
munculkan kembali nanti di hasil akhir)

S – 150 = Y - 1.000

200 – 150 1.200 – 1.000

14
S – 150 = Y - 1.000

50 200

200 (S - 150) = 50 (Y - 1.000)

200S – 30.000 = 50Y – 50.000

200S = 50Y – 50.000 + 30.000

S = 150Y - 20.000

200

S = 0,25 Y - 100.000

S = - 100.000 + 0,25Y

2.1.10 Menurunkan Kurva IS

Pertama, seperti yang kita ketahui bahwa hubungan antara interest rate / tingkat bunga (i)
dengan investasi (I) adalah negatif. Contoh jika i = 10%, maka I = 150. Jika i = 8%, maka I =
200.

Dan kemudian kita ke pasar barang, kita memiliki permintaan terhadap barang dan jasa, yang
di dalamnya termasuk pengeluaran konsumsi, pengeluaran pemerintah, juga pengeluaran

15
investasi. Pada tingat bunga 10%, investasi sebesar 150. Kita asumsikan total permintaan
terhadap barang dan jasa sebesar 300.

Kemudian lihat tingkat pendapatan. Bagaimana mencari nilainya? Kita hitung melalui
multiplier (angka pengganda). Misalkan multiplier = 5, maka tingkat pendapatan adalah = 5 x
300 = 1500. Jadi point 1 menyatakan keseimbangan di pasar barang dengan tingkat bunga
sebesar 10% dan tingkat pendapatan sebesar 1500. Lalu kita menurunkannya pada kurva baru
yaitu kombinasi antara tingkat bunga dan tingkat pendapatan.

Kemudian terjadi penurunan tingkat bunga dari 10% menjadi 8%, dan investasi naik dari 150

16
menjadi 200. Investasi adalah komponen dari Z (permintaan barang dan jasa), jadi jika I naik
makan Z juga naik. Sehingga pada tingkat bunga 8%, investasi naik sebesar 50, dan
permintaan barang dan jasa juga naik menjadi 350.

Untuk meengetahui besar pendapatannya kembali digunakan multiplier. Yaitu 5 x 350 =


1750.

Kemudian kita menurunkannya kembali ke kurva yang menghubungkan antara tingkat bunga
dengan pendapatan.

Titik-titik ini kita satukan, dan inilah yang dinamakan kurva IS. Yaitu kurva yang
menghubungkan antara tingkat bunga dan tingkat pendapatan dengan keseimbangan pada
pasar barang.

2.1.11 Pergerakan dan Pergeseran kurva IS

Pergerakan Kurva Permintaan

Pergerakan kurva permintaan merupakan pergerakan yang terjadi di sepanjang kurva


permintaan yang diakibatkan oleh berubahnya jumlah produk yang diminta konsumen
sebagai akibat dari perubahan harga produk tersebut.

Jadi, jelas bahwa yang menyebabkan adanya pergerakan di sepanjang kurva permintaan
adalah karena perubahan harga produk yang bersangkutan. Pergerakan ini sejalan dengan
Hukum Permintaan, yaitu ketika harga barang naik, maka jumlah permintaan akan turun,
sehingga titik pada kurva permintaan akan bergerak ke kiri.

Untuk lebih jelasnya, kami tampilkan dalam contoh kurva berikut ini:

17
Pergerakan di Sepanjang Kurva Permintaan
Dalam kurva permintaan di atas, diketahui bahwa harga es krim naik dari $1.00 menjadi
$2.00 sebagai akibat dari adanya pajak (tax).

Peningkatan harga es krim ini mengakibatkan jumlah permintaan es krim  turun dari 8
menjadi 4, dan terjadi pergerakan di sepanjang kurva permintaan yaitu dari titik A ke B.

Pergeseran Kurva Permintaan

Selain pergerakan, kurva permintaan juga bisa mengalami pergeseran, baik ke kanan maupun
ke kiri. Pergeseran ini terjadi karena berubahnya jumlah produk yang diminta konsumen
sebagai akibat dari berbagai faktor kecuali faktor harga produk tersebut.

Berbagai faktor yang dimaksud diantaranya adalah pendapatan konsumen, harga produk lain,
selera, harapan, dan jumlah pembeli.

Contoh:

Pendapatan Konsumen

Untuk barang normal, apabila pendapatan konsumen meningkat, maka jumlah barang yang
diminta akan meningkat pula dan kurva permintaan akan bergeser ke kanan.

Sedangkan untuk barang inferior, apabila pendapatan konsumen meningkat, maka jumlah
barang yang diminta akan turun dan kurva permintaan akan bergeser ke kiri.

Apabila digambarkan dalam sebuah kurva, berturut-turut adalah sebagai berikut:

18
Pergeseran Kurva Permintaan ke Kanan (Barang Normal)

Pergeseran Kurva Permintaan ke Kiri (Barang Inferior)

19
2.2 Pasar Uang dan Kurva LM

2.2.1 Pasar Uang dan Kurva LM

Pasar Uang adalah suatu tempat dimana akan bertemunya dimana pemilik jangka pendek
dapat menawarkan kepada calon peminjam dana yang membutuhkannya baik secara langsung
ataupun melalui perantara. Dari segi tinjauan kita, pasar uang terdiri dari permintaan dan
penawaran Uang. Maksud dari penawaran Uang disini adalah jumlah uang yang beredar di
dalam masyarakat, yaitu yang terdiri dari uang khartal dan uang Giral. Sedangkan permintaan
Uang adalah keseluruhan jumlah uang yang ingin dipegang oleh suatu perusahaan maupun
masyarakat, atau bisa juga disebut sebagai kebutuhan masyarakat akan uang tunai.

2.2.2 Permintaan Uang

Seperti yang sudah dijelaskan diatas , permintaan uang itu adalah suatu kebutuhan
masyarakat akan uang tunai. Berdasarkan teorinya, permintaan uang ini dibagi menjadi dua
bagian yaitu teori kuantitas uang klasik dan teori uang keynesian. Sebelum menjelaskan teori
kuantitas uang klasik dan teori uang keynesian, kami akan menjelaskan beberapa hal yang
mempengaruhi permintaan uang, diantaranya adalah sbb:

a)      Pendapatan Rill, semakin tinggi pendapatan permintaan akan uang akan semakin besar.
Ini dikarenakan konsumsi dan tabungan akan bertambah seiring dengan meningkatnya
pendapatan.

b)      Tingkat Suku Bunga, semakin tinggi suku bunga permintaan akan uang untuk motif
spekulasi akan berkurang. Hal ini dikarenakan tingginya suku bunga akan membuat biaya
pinjaman uang untuk berspekulasi semakin bertambah mahal. Selain itu, jika tingkat suku
bunga tinggi, orang akan lebih baik memilih untuk menabung di bank daripada untuk
berspekulasi.

c)      Tingkat Harga Umum, semakin tinggi tingkat harga umum, permintaan akan uang akan
semakin bertambah. Hal ini dikarenakan harga barang dan jasa bertambah mahal, dan untuk
membelinya diperlukan uang yang lebih banyak pula dan mengakibatkan permintaan akan
uang juga semakin bertambah.

20
2.2.3 Teori Kuantitas Uang ( Teori Uang Klasik )

Teori kuantitas uang disebut juga dengan teori Uang Klasik. Sebelumnya sudah dijelaskan
mengenai beberapa hal yang mempengaruhi permintaan akan uang, diantaranya adalah
pendapatan rill, tingkat suku bunga dan juga tingkat harga. Namun pada teori kuantitas uang
ini, Irving fisher mengasumsikan bahwa keberadaab akan uang pada hakikatnya adalah flow
concept, yaitu tingkat permintaan uang tidak dipengaruhi oleh tingkat suku bunga, akan tetapi
besar kecilnya permintaan uang ditentukan oleh besarnya kecepatan perputaran uang tersebut,
selain itu tingkat harga dalam teori ini juga berpengaruh. Teori ini didasarkan pada hukum
SAY yaitu bahwa ekonomi akan selalu berada dalam full employement.

Untuk lebih jelasnya Irving fisher merumuskan teorinya di dalam persamaan yang sederhana,
yaitu sbb:

MV = PT

Dimana :

M : Jumlah uang yang diminta

V : Tingkat Perputaran Uang, yaitu maksudnya berapa kali suatu mata uang berpindah tangan
dalam satu periode

P : Tingkat Harga

T : Volume barang yang menjadi objek transaksi.

Dari persamaan diatas dapat disimpulkan bahwa, jumlah unit barang yang ditransaksikan (T)
dikalikan dengan harganya (P) harus selalu sama dengan jumlah uang (M) dengan kecepatan
perputarannya (V).  Atau dengan kata lain, pembayaran yang dilakukan oleh pembeli ( total
pengeluaran = MV) adalah identik atau sama dengan penerimaan oleh penjual (nilai barang
yang dibeli= PT).

21
2.2.4 Teori Permintaan Uang Keynes

Permintaan uang dalan teori ini dikemukakan oleh John Maynard Keynes, teori ini
berbanding terbalik dengan teori kuantitas uang. Kalau pada kuantitas uang tidak
diperlukannya tingkat suku bunga, lain halnya dengan teori ini, di dalam teori ini tingkat suku
bunga sangat berpengaruh terhadap perilaku masyarakat untuk memilih memegang uang
tunai atau surat-surat berharga.

Penekanan faktor tingkat bunga terhadap keinginan memegang uang inilah yang
memungkinkan analisis permintaan uang sebagai alat untuk memeroleh keuntungan.
Permintaan uang menurut John Maynard Keynes ini adalah sejumlah uang yang diminta
masyarakat untuk keperluan transaksi, berjaga-jaga, dan juga unutk spekulasi di dalam
sebuah perekonomian. Menurut Keynes ada 3 motif yang mempengaruhi tingkat permintaan
uang, diantaranya yaitu :

a)      Motif Transksi ( Transaction Motive )

b)      Motif Berjaga-jaga (Precautionary Motive)

c)      Motif Spekulasi ( Speculative Motive)

Dikarenakan adanya tiga motif inilah yang menyebabkan timbulnya tiga macam demand
terhadap permintaan uang. Diantaranya yaitu :

a)      Demand Untuk Transaksi

b)      Demand untuk Keperluan Berjaga-Jaga

c)      Demand untuk Keperluan Spekulasi

a.      Motif Transaksi ( Transaction Motive )

Motif ini timbul karena uang digunakan untuk melakukan pembayaran secara reguler
terhadap transaksi yang dilakukan. Besarnya permintaan uang untuk tujuan transaksi ini
ditentukan oleh besarnya tingkat pendapatan ( MDt = f(Y) ), artinya semakin besar tingkat
pendapatan yang dihasilkan, maka jumlah uang diminta untuk transaksi juga mengalami
peningkatan demikian sebaliknya.Menurut Keynes, Orang rata-rata akan memegang uangnya

22
sebesar   Y/2. Contoh : apabila ia menerima gaji Rp.300.000 perbulan, maka rata-rata ia akan
memegang uangnya sebesar Rp.150.000.

Mdt = f(Y)

Dimana :

Mdt = motif transaksi

Y   = Pendapatan

Jadi seberapa besar atau kecilnya orang memegang uang tergantung dari pendapatannya.

b.     Motif Berjaga-jaga ( Precautionary Motive )

Tidak semua uang yang ada di tangan digunakan untuk melakukan transaksi, sebagian ada
yang disimpan untuk kebutuhan yang mendesak. Misalnya untuk biaya pengobatan. Kondisi
pada masa depan yang tidak pasti mendorong orang untuk menyimpan uang tunai untuk
kebutuhan berjaga-jaga.Uang digunakan sebagai alat untuk menghadapi ketidakpastian akan
kebutuhan di masa mendatang. Keynes percaya bahwa jumlah uang yang dijadikan alat untuk
berjaga-jaga ditentukan oleh banyaknya transaksi yang diekspektasikan dimasa mendatang.
Motif ini juga dipengaruhi oleh tinggi rendahnya pendapatan nasional. Semakin tinggi
pendapatan seseorang, maka tingkat kesadaran terhadap masa depan akan semakin tinggi.
Kondisi masa depan yang tidak menentu akan mendorong orang untuk melakukan motif ini.
Hal tersebut akan membawa kebutuhan yang semakin tinggi akan perlunya uang untuk
berjaga-jaga. Secara agregate semakin tinggi pendapatan nasional, maka kebutuhan
masyarakat terhadap uang untuk berjaga-jaga juga akan semakin. Menurut Keynes jumlah
uang yang dipegang untuk berjaga-jaga tergantung dari tingkat pendapatan. Semakin tinggi
pendapatan seseorang, maka semakin tinggi pula uang yang dipegang untuk berjaga-jaga di
masa yang akan datang. Dari penjelasan diatas adapat disimpulkan dengan persamaan sbb
( MDp = f(Y) ).Dijabarkan sebagai berikut:

M1 = Mdt+Mdp

M1 = f(Y)

Dimana :

Mdt = Motif transaksi

23
Mdp= Motif jaga-jaga

Y= Pendapatan

c.      Motif Spekuliasi ( Spekulative Motive )

Pada suatu sistem ekonomi modern dimana lembaga keuangan masyarakat sudah mengalami
perkembangan yang sangat pesat mendorong masyarakatnya untuk menggunakan uangnya
bagi kegiatan spekulasi, yaitu disimpan atau digunakan untuk membeli surat-surat berharga,
seperti obligasi pemerintah, saham, atau instrumen lainnya. Faktor yang mempengaruhi
besarnya permintaan uang dengan motif ini adalah besarnya suku bunga, dividen surat-surat
berharga, ataupun capital gain, fungsi permintaannya adalah ( MDs = f(i) ).

Hubungan antara permintaan uang untuk spekulasi dengan suku bunga adalah negative.
Artinya setiap adanya kenaikan suku bunga, maka permintaan uang untuk spekulasi akan
berkurang. Dan begitupun sebaliknya, apabila tingkat suku bunga menurun, maka permintaan
uang untuk spekulasi akan meningkat. Dari pr=enjelasan ini dapat ditulis dengan persamaan (
N = R/i ), dimana N  itu adalah harga/nilai surat berharga, R adalah pendapatan dari surat
berharga dan juga i adalah suku bunga dari surat berharga.

MD = MDt + MDp + MDs

Dari ketiga motif diatas, maka formula untuk permintaan uang secara total menurut
Keynes adalah:

Atau dapat juga dirumuskan sbb :

L = L 1 + L2  

 Dimana :

L1 = L1 (Y)

L2 = L2 (i)

24
Sehingga :

L = L1(Y) + L2 (i)

L = L (Y, i )

 L1 : Permintaan akan uang untuk transaksi dan berjaga-jaga yang ditentukan oleh
pendapatan (Y)
 L2 : Permintaan akan uang untukspekulasi yang dipengaruhi oleh tingkat bunga ( i )

2.2.5 Penawaran Uang

Pada hakikatnya, penawaran uang adalah jumlah uang yang tersedia dalam suatu
perekonomian. Kita telah mengenal kebijakan moneter, yaitu kebijakan yang bertujuan untuk
mengatur penawaran uang / mengatur jumlah uang yang beredar. Jadi penawaran uang
merupakan tugas pemerintah melalui bank sentral (Bank Indonesia).

Yang dimaksud dengan penawaran uang disini adalah jumlah uang yang beredar di
masyarakat. Perubahan jumlah uang yang beredar secara garis besar dipengaruhi oleh uang
inti dan pelipat uang. Besarnya uang inti sangat tergantung pada tindakan-tindakan yang
ditentukan oleh pemerintah khususnya bank sentral. Pelipat uang, di lain pihak, disamping
dipengaruhi oleh perilaku bank sentral juga ditentukan oleh perilaku agen-agen ekonomi
lainnya seperti bank umum dan masyarakat domestic.

Sangat perlu dipahami bahwa konsep uang sangat terkait pada konsep likuiditas. Suatu asset
likuid adalah asset yang dengan mudah dapat diuangkan dengantanpa kehilangan risiko rugi.
Pada satu sisi ekstrim dari spectrum likuiditas, uang tunai adalah asset yang paling likuid
dengan daya beli penuh. Pada tingkat spektrum likuiditas moderat kita mengenal uang kuasi
yang secara definitive tidak secara langsung berfungsi sebagai medium of exchange. Pada sisi
ekstrim lainnya kita mengenal asset-aset fisik yang sangat tidak likuid sebagai alat pertukaran
seperti rumah, tanah, obligasi jangka panjang dan sebagainya.

a.      Kurva penawaran uang

Kurva penawaran uang pada umumnya memiliki slope positif. Seperti halnya kurva
permintaan uang, jumlah uang yang beredar juga dipengaruhi oleh tingkat bunga.

25
b.     Pergeseran kurva penawaran uang

Faktor-faktor yang mempengruhi pergeseran kurva penawaran uang, adalah:

 Tingkat Bunga

Merupakan faktor utama yang mempengaruhi jumlah uang yang beredar dalam
perekonomian. Jika tingkat bunga terlalu tinggi, dunia usaha akan lesu.

 Tingkat Inflasi

Inflasi yang tinggi dapat melumpuhkan perekonomian. Daya beli masyarakat menjadi rendah
dan perusahaan tidak dapat menjual barang dan jasa yang ditawarkannya.

 Tingkat Produksi dan Pendapatan Nasional

Bila tingkat produksi dan pendapatan nasional rendah, pemerintah mungkin akan
memperbanyak jumlah uang yang beredar. Dengan tujuan untuk menggairahkan dunia
perbankan dan dunia usaha (melalui peningkatan suku bunga dan peningkatan harga).

 Kondisi Kesehatan Dunia Perbankan

Setiap bank diharuskan memiliki cadangan uang yang cukup untuk menjaga dana nasabah
agar tetap aman. Bank Indonesia menetapkan tingkat sadangan tertentu, yang sekaligus
menjadi pengukur kesehatan bank.

 Nilai Tukar Rupiah

Jika nilai tukar rupiah menurun, pemerintah akan menurunkan jumlah rupiah yang beredar,
sehingga sesuai hukum keseimbangan permintaan dan penawaran. Tingkat bunga akan naik
dan nilai rupiah pun terangkat.

Penawaran uang merupakan suatu variabel ekonomi yang mempengaruhi :

 Suku Bunga
 Nilai Tukar
 Inflasi, dan

26
 Output Barang dan Jasa.

Fluktuasi pada penawaran uang akan berdampak pada keuntungan investasi, harga barang
dan jasa, dan secara umum pada kesejahteraan/pertumbuhan ekonomi. pada akhirnya bank
sentral akan mencoba untuk mengendalikan penawaran uang. Lalu bagaimana bank sentral
mengendalikan penawaran uang? sebelum menjawab pertanyaan ini kita harus tahu faktor
apa saja yang mempengaruhinya dan bagaimana bank sentral menaikkan atau menurunkan
JUB.

Disini kita akan mengidentifikasi bagaimana proses yang terjadi dari monetary base menjadi
penawaran uang. Ada 3 pelaku dalam penawaran uang ini yaitu:

1.    Bank Sentral

2.    Lembaga Keuangan/Bank Umum

3.    Lembaga Keuangan Non Bank

Dalam penawaran uang, memang bank sentral memegang kendali atas monetary base dan
money supply tapi hal ini tidak cukup karena bank umum dan lembaga keuangan non bank
juga punya peran yang penting dalam menentukan jumlah uang yang beredar.

2.2.6 Menurunkan Kurva LM

Kurva LM menunjukkan kombinasi antara tingkat bunga (i) dan tingkat pendapatan (Y)
dengan keseimbangan pada pasar uang. Untuk menurunkan kurva LM kita mulai dengan
pasar uang.

Penawaran uang money supply (Ms) ditentukan oleh bank sentral. Karena penyuplai uang itu
adalah bank sentral. Permintaan uang / money demand (Md) ditentukan oleh tingkat
pendapatan. Kesimbangan antara money demand dan money supply katakan pada tingkat
bunga 10%. Jadi keseimbangan pasar uang yang pertama terjadi saat tingkat bunga 10% dan
tingkat pendapatan Y1.

Kurva LM menunjukkan kombinasi dari i dan Y dengan keseimbangan pada pasar uang yaitu
tingkat bunga 10% dan pendapatan sebesar Y1. Jadi point menggambarkan point ketika pasar
uang ekuilibrium ditandai pada tingkat pendapatan Y1. Jika pendapatan naik menjadi Y2,

27
maka permintaan barang dan jasa juga naik. Kenaikan permintaan barang dan jasa ini akan
menyebabkan transaksi permintaan uang akan naik. Pada kurva ditunjukkan dengan bergeser
kurva money demand ke kanan, dengan pendapatan sebesar Y2.

Permintaan uang yang naik, akan menyebabkan bank maupun penerbit bond akan menjual
bond. Jika bond dijual, maka harga bond akan turun. Untuk menarik kembali uang yang
beredar di masyarakat, maka bank akan menaikkan tingkat bunga, misalkan menjadi 15%.
Sehingga di dapat kesimbangan pasar uang yang kedua yaitu saat tingkat bunga sebesr 15%
dan pendapatan sebesar Y2.Kedua point ini dihubungkan dan terbentuklah kurva LM.

Jadi menurut teori preferensi likuiditas, jika tingkat pendapatan naik, maka tingkat bunga
juga naik. Pendapatan yang naik, akan menaikkan permintaan uang dan kemudian menaikkan
tingkat bunga keseimbangan.

2.2.7 Pergerakan dan Pergeseran Kurva LM

Tingkat harga sangat mempengaruhi terjadinya Pergeseran pada Kurva LM. Misalnya adalah
sbb:

 Adanya perubahan dalam parameter h dan k melalui perubahan slope kurva LM. Jika
k naik maka kurva LM akan bergeser ke kiri (begitupun sebaliknya). Jika h naik maka
kurva LM akan bergeser ke kanan begitupun sebaliknya.
 Adanya perubahan permintaan uang untuk spekulasi otonom (L O). Jika Lo meningkat
dan yang lain tetap, kurva LM akan bergeer ke kanan dan begitupun ebaliknya.
 Adanya perubahan penawaran uang, jika penawaran uang meningkat maka kurva LM
akan bergeer ke kanan dan begitupun sebaliknya.

Selain itu peningkatan jumlah uang juga akan menggeser kurva LM kebawah. Hal ini
dikarenakan karena keseimbangan di pasar uang bahwa disaaat tingkat penawaran uang rill
tertentu, terjadinya peningkatan pendapatan ( yang meningkatkan permintaan terhadap uang)
dan yang akan menjadikan peningktan terhadap suku bunga.

28
2.3 Keseimbangan IS-LM
2.3.1 Pasar Komoditi

Pengertian Pasar Komoditi

Pasar Komoditi adalah tempat dipertemukannya aktivitas permintaan dan aktivitas


penawaran barang, dalam hal ini barang-barang yang akan diperjual-belikan di pasar. Pada
saat terjadinya transaksi, tidak diperlihatkan jumlahnya secara keseluruhan. Namun para
penjual menjamin sepenuhnya para pembeli akan menerima barang sesuai dengan
contoh/sample yang diperlihatkan di bursa pada saat dilaksanakannya transaksi baik
mengenai jumlahnya, kualitasnya, harganya, cara pengiriman dan bahkan waktu
penyerahannya. Transaksi terebut dapat dilakukan melalui telepon dan surat pesanan.

2.3.2 Barang-Barang Pasar Komoditi

Adapun mengenai barang-barang yang dapat diperjual-belikan di pasar komoditi cukup


beraneka ragam, bisa berupa barang hasil pertanian, kehutanan, pertambangan, serta industri
dan kerajinan. Dibawah ini merupakan rincian dari komoditi-komoditi yang dijual di pasar
komoditi :
a. Komoditi yang merupakan barang hasil pertanian yaitu kopi, teh, tembakau,
kelapa sawit, lada, kako, karet, dll.
b. Komoditi yang merupakan hasil hutan yaitu kayu lapis, rotan, dll.
c. Komoditi yang merupakan hasil pertambangan yaitu emas, aluminium (bauksit),
timah, perak, tembaga, minyak bumi, dll.
d. Komoditi industri dan kerajianan yaitu mebel ukir dari kota Jepara, mebel dan
kerajinan rotan Tegalwangi, Cirebon, dll.

2.3.3 Perdagangan Pasar Komoditi


Pada pasar komoditi, perdagangan dibedakan menjadi dua macam yaitu :

29
1. Perdagangan Fisik

Perdagangan fisik adalah transaksi jual-beli yang dilakukan oleh penjual dan pembeli,
di mana setelah penjual dan pembeli mencapai suatu kesepakatan, penjual akan
menyerahkan secara fisik kepada pembeli.

2. Perdagangan Berjangka

Perdagangan Berjangka atau Perdagangan Spekulasi adalah suatu transaksi


perdagangan yang telah disepakati pembeli dan penjual dan penyerahan barang yang
diperjual-belikan disepakati pada waktu yang telah ditentukan. Selain itu dalam
kesepakatan tersebut dinyatakan bahwa pembeli akan membayar di muka harga
pembeliannya berdasarkan harga perkiraan dan menunggu penyerahan barang sampai
saat jatuh tempo. Kegiatan pembelian tersebut dalam dunia usaha selanjutnya dikenal
dengan nama Pembelian Kontrak.
Manfaaat perdagangan berjangka pasar barang komoditi antara lain, sebagai berikut :

 Sebagai sarana pengelolaan risiko manajemen melalui kegiatan lindung


nilai/hedging.

Dengan memanfaatkan kontrak berjangka ini, produsen komoditi dapat menjual


komoditi yang baru akan mereka panen beberapa bulan kemudian pada harga
yang telah disepakati saat ini. Dengan demikian mereka dapat memperoleh
jaminan harga sehingga tidak berpengaruh oleh kenaikan/penurunan harga pada
pasar tunai. Manfaat yang sama juga diperoleh pihak lain seperti eksportir yang
harus melakukan pembelian komoditi di masa yang akan datang, pada saat
harus memenuhi kontraknya dengan pembeli di luar negeri, atau pengolah yang
harus melakukan pembelian komoditi secara berkesinambungan.

 Sebagai sarana pembentukan harga yang transparan dan wajar.

Harga yang terbentuk pada perdagangan berjangka mencerminkan kekuatan


pasokan dan permintaan barang komoditi di pasar.

30
2.3.4 Bursa Komoditi Indonesia

Pemerintah membentuk Bursa Komoditi Indonesia yang secara teknis bursa ini berada di
bawah pengawasan Departemen Perdagangan, sedangkan untuk masalah keuangan berada di
bawah naungan Departemen Keuangan. Bursa Komoditi Indonesia melakukan perdagangan
berjangka. Ada beberapa alasan yang mendasari pemerintah Indonesia membentuk Bursa
Komoditi Indonesia, yaitu :
a. Perubahan lingkungan strategis seperti globalisasi.
b. Kesepakatan dalam jangka WTO, AFTA, APEC.
c. Berkuranya peran perjanjian komoditi Internasional.
d. Berubahnya kebijakan deregulasi dan debirokratisasi oleh pemerintah.
e. Dalam rangka merangsang produktivitas komoditi dan meningkatkan kegiatan
ekspor non migas agar bisa bersaing di pasar global.
f. Pemerintah menganggap perlu adanya berbagai fasilitas penunjang yang dapat
menjembatani kepentingan produksi dan kepentingan ekspor.
Manfaat Bursa Komoditi Indonesia yang dibentuk pemerintah sejak tahun 1986, antara lain :
1. Sarana Pengelolan Risiko

Salah satu ciri barang komoditi yang diperdagangkan di bursa adalah harga
komoditi yang bersangkutan sering mengalami gejolak. Untuk menjaga kelangsungan
usahanya maka diperlukan instrumen pengelolaan risiko harga yang efisien yaitu
dengan menggunakan instrumen kontrak forward, kontrak berjangka, opsi, swap dan
bond pada skema pasar. Instrumen yang sering digunakan adalah kontrak berjangka.

Kontrak berjangka adalah suatu perjanjian yang mengikat secara hukum 2


belah pihak untuk membeli dan menjual komoditi dalam jumlah, mutu, jenis, dan
tempat tertentu yang telah ditetapkan. Sedangkan waktu penyerahan di kemudian hari.
Fluktuasi harga barang komoditi karena perubahan kondisi perekonomian membuat
para pelaku bursa ini melakukanmekanisme hedgingdengan tujuan melindungi aktiva
dan/atau kewajiban agar posisi mereka tetap berada di kondisi Break Event
Point (BEP).

31
2. Sarana Pembentukan Harga

Selama belum terbentuk Bursa Komoditi Indonesia, harga jual barang


komoditi mengacu pada bursa yang ada di luar negeri. Tetapi setelah terbentuk Bursa
Komoditi Indonesia diharapakan Indonesia bisa menjadi price maker dalam
perdagangan global komoditinya sendiri. Penetapan harga di bursa juga harus
memperhatikan infomasi pasar perdagangan fisik.
Syarat harga jual di pasar Bursa Komoditi Indonesia, adalah :

a) Merefleksikan konsensus antara sejumlah pembeli dan penjual yang memiliki


kesempatan yang sama untuk melakukan penjualan/pembelian di pasar.
b) Merefleksikan keadaan pasokan dan permintaan yang sebenarnya dari barang-
barang komoditi yang diperdagangkan di bursa.
c) Merefleksikan keadaan pasokan dan pernintaan di masa yang akan datang dari
barang-barang komoditi yang diperdagangkan di bursa.
d) Merefleksikan berubahnya konsensus di antara peserta pasar karena
diterimanya informasi terkini tentang situasi pasokan dan permintaan komoditi
yang diperdagangkan di bursa.
3. Efisiensi Pasar
Ukuran efisiensi pasar pada bursa komoditi adalah :

a) Kecilnya perbedaan antara harga bid dan offer dari barang komoditi yang


diperdagangkan di bursa.
b) Cepat dan mudahnya pelaksanaan transaksi di bursa.
4. Informasi Pasar
Informasi pasar yang dibutuhkan para pelaku pasar berjangka komoditi antara lain
informasi tentang harga, produksi, konsumsi, volume perdagangan dan juga perkiraan
(ekspektasi) pasar dapat membuat bursa semakin transparan dan bersaing. Semakin
banyak informasi diketahui orang, akan membuat mereka mampu mengantisipasi
pembentukan harga di pasar.

2.3.5 Pelaku Pasar Komoditi

Pelaku pasar komoditi baik itu yang melakukan perdagangan fisik maupun perdagangan
berjangka. Pelaku Pasar Komoditi yang melakukan perdagangan fisik antara lain :

32
a) Produsen dan Pengolah
Produsen adalah penghasil barang komoditi yang akan dijual pada pasar komoditi.
Pengolah adalah pelaku pasar komoditi yang melakukan pengolahan terhadap barang-
barang komoditi yang dihasilkan oleh para produsen. Contohnya pengusaha mebel
dan kerajinan yang melakukan pengolahan terhadap barang komoditi hasil hutan yaitu
rotan.
b) Konsumen
Adalah pelaku pasar komoditi yang melakukan konsumsi terhadap barang-barang
komoditi yang dihasilkan oleh produsen dan pengolah.
c) Pedagang dan Eksportir
Adalah pelaku pasar komoditi yang melakukan tugas untuk menjual barang-barang
komoditi dari produsen dan pengolah kepada konsumen baik itu konsumen dalam
negeri maupun konsumen luar negeri.

Pelaku pasar komoditi yang melakukan perdagangan berjangka, antara lain :


a. Produsen dan Pengolah
Produsen adalah penghasil barang komoditi yang akan dijual pada pasar komoditi.
Pengolah adalah pelaku pasar komoditi yang melakukan pengolahan terhadap barang-
barang komoditi yang dihasilkan oleh para produsen. Contohnya pengusaha mebel
dan kerajinan yang melakukan pengolahan terhadap barang komoditi hasil hutan yaitu
rotan.
b. Pialang Berjangka
Adalah pelaku pasar komoditi yang menyediakan jasa pelayanan dan informasi
kepada investor untuk melakukan transaksi di pasar komoditi mulai dari transaksi
dimulai sampai transaksi tersebut selesai. Para pialang berjangka ini akan
memperoleh fee atas jasa yang diberikannya kepada para investor pasar komoditi.
Syarat Pialang berjangka antara lain :
a) Menguasai hukum di Indonesia maupun hukum perdagangan Internasional.
b) Tidak pernah pailit atau menyebabkan suatu perusahaan pailit dalam lima tahun
terakhir.
c) Tidak pernah di hukum karena terbukti melakukan kecurangan dalam menjalankan
usahanya.

33
c. Investor
Bagi calon investor yang berminat untuk terjun didalam pasar komoditi, pertama-tama
mereka harus mendapatkan daftar nama-nama perusahaan pialang berjangka terdaftar.
Hal yang lain perlu diketahui meliputi margin, bagaimana penempatan order, laporan
keuangan nasabah, pernyataan adanya risiko sampai pada tipe pialang yang
memberikan jasa pelayannya. Investor dalam pasar berjangka komoditi melakukan
kegiatan spekulasi yaitu dengan cara memanfaatkan perubahan harga yang terjadi di
pasar berjangka komoditi untuk mendapatkan keuntungan.
Ditinjau dari tingkat kemampuan dan pengalamannya, dikenal ada empat macam
kriteria investor di pasar komoditi. Investor tersebut antara lain, sebagai berikut :
1. Investor Tingkat Pemula.
Ciri-ciri investor yang masuk dalam kriteria ini, antara lain :

a. Mereka nihil pengalaman


b. Berciri gugup, ragu-ragu dan mudah terperdaya sehingga sering
menjadi korban penipuan para pialang ilegal.
c. Investor ini membutuhkan pialang yang sabar, tidak sibuk dan yang
paling penting adalah pialang yang berinterpretasi tinggi dalam
menangani investor awam tentang seluk beluk perdagangan ini.

2. Investor berpengalaman yang hanya memanfaatkan momentum pasar sesaat.


Ciri-ciri investor yang masuk dalam kriteria ini, antara lain :
a. Investor memiliki banyak pengalaman untuk melakukan perdagangan
berjangka dalam jangka waktu beberapa hari saja (intra-day trading).
b. Mereka menyukai pialang yang berkarakteristik cepat tanggap, efisien
dan cerdik dalam mengeksekusi setiap transaksinya.
3. Investor berpengalaman yang bertipe seorang “hedger”
Ciri-ciri investor yang masuk dalam kriteria ini, antara lain :

a. Investor menggunakan analisis fundamental atas komoditi yang


diperjualbelikan sehingga investor ini memiliki pengalaman untuk
melakukan perdagangan berjangka dalam jangka waktu lama (long term).
b. Mereka memerlukan data statistik dari para pialang untuk melakukan
transaksi.

34
4. Investor Independen (Scalper)
Ciri-ciri investor yang masuk dalam kriteria ini, antara lain :

a. Investor ini sangat berpengalaman, perhitungannya tepat dan akurat.


b. Mereka tidak memerlukan jasa dari para pialang karena mereka lebih suka
menggunakan jasa pialang khusus yang hanya bertugas sebagai
eksekutor transaksi atas perintahnya (take order).

d. Pemerintah
Tugas pemerintah adalah membuat peraturan untuk menciptakan iklim usaha yang
kondusif. Dalam rangka mewujudkan dan menjamin integritas pasar komoditi
dengan cara melakukan perdagangan berjangka, maka pemerintah melakukan hal-
hal sebagai berikut :
a) Kontrak berjangka yang digunakan sebagai dasar dalam transaksi komoditi harus
dapat menjamin pelaksanan perdagangan yang adil, transparan dan tidak
mengandung kelemahan yang dapat dimanfaatkan untuk penipuan. Oleh sebab
itu kontrak berjangka harus mendapat persetujuan dari Badan Pengawas Pasar
Komoditi (Bappebti).
b) Pengawasan pasar dilakukan setiap hari. Pengawasan dilakukan secara
berjenjang mulai dari para profesional sendiri, Bursa Berjangka, Lembaga
Kliring Berjangka dan Bappebti.
c) Kewajiban lapor bagi para profesional dan Bursa Berjangka dimana laporan
ditetapkan secara berkala dan sewaktu-waktu diperlukan.
d) Kewajiban membuat catatan dan/atau rekaman atas kegiatan yang dilakukan oleh
pihak yang memgang perijinan dan siap untuk diperiksa secara
berkala/sewaktu-waktu diperlukan.

e) Sistem penyelesaian pengaduan/perselisihan secara cepat dan efektif.


Selain itu, pemerintah juga menjamin integritas keuangan para pelaku pasar
komoditi dengan cara melakukan perdagangan berjangka. Hal yang dilakukan
antara lain :
a) Kewajiban keuangan kepada Lembaga Kliring Berjangka harus dapat dipenuhi
tepat waktu dan lancar.

35
b) Lembaga Kliring Berjangka harus mampu menyelesaikan keuangan transaksi
apabila anggotanya lalai/cidera janji.
c) Pialang berjangka harus memiliki kemampuan keuangan yang kuat.
d) Dana nasabah harus ditempatkan di rekening yang berbeda.
e) Setiap pihak harus mematuhi kewajiban modal minimum yang ditetapkan.
f) Transaksi dapat dilakukan apabila nasabah telah menyerahkan margin.
g) Penyelesaian keuangan dilakukan setiap hari.

2.3.6 Mekanisme Pasar Komoditi

Mekanisme Perdagangan Fisik di Pasar Komoditi

Proses awal perdagangan fisik terjadi di dalam pasar komoditi dimana konsumen
dengan produsen selaku pedagang bertemu. Kemudian terjadi kesepakatan untuk
melakukan transaksi jual beli barang-barang komoditi. Pihak penjual langsung
mempersiapkan barang komoditi yang diambil dari gudang (warehouse), kemudian
melakukan proses pemeriksaan terhadap kualitas (quality control) dan melakukan proses
pengepakan (packing). Setelah itu barang dikirim menggunakan jasa perusahaan
pengangkutan (shipping company) ke pada konsumen. Setelah konsumen menerima
barang komoditi tersebut, melakukan pemeriksaan dan kemudian membayar pembelian
barang tersebut kepada pihak penjual dengan mentransferkan sejumlah uang ke bank.
Setelah itu barulah pihak bank melakukan transfer uang ke rekening penjual. Dan proses
perdagangan fisik di pasar komoditi selesai. Mekanisme perdagangan fisik di pasar
komoditi dapat dilihat pada gambar 1 berikut.

Mekanisme Perdagangan Berjangka di Pasar Komoditi

Proses awal perdagangan terjadi di dalam pasar komoditi dimana konsumen


dengan produsen selaku pedagang bertemu. Kemudian terjadi kesepakatan untuk
melakukan transaksi jual beli barang-barang komoditi dimana penyerahan barangnya
masih di kemudian hari. Setelah melakukan kontrak berjangka dengan buyer untuk
menjual barang, pihak penjual juga melakukan hedging atas aktiva yang akan
diperolehnya dengan cara menghubungi pialang berjangka untuk menjual piutang dagang
yang dimilikinya untuk menghindari kerugian karena memegang mata asing di masa yang
akan datang karena fluktuasi dari mata uang asing. Setalah itu, penjual memproduksi
barang dan langsung mempersiapkan barang komoditi yang diambil dari gudang

36
(warehouse), kemudian melakukan proses pemeriksaan terhadap kualitas (quality control)
dan melakukan proses pengepakan (packing). Setelah itu barang-barang komoditi itu
diangkut dari pusat produksinya menggunakan truk-truk kontainer berpendingin (buah dan
sayur) kemudian dibawa ke pelabuhan, untuk selanjutnya di kapalkan. Setelah proses
pengapalan selesai, berlayar selama beberapa lama menuju salah satu bandar, antara lain
Nusantara ataupun negara lainnya yang juga melalui Nusantara. Setelah sampai di
pelabuhan, maka barang tersebut dipindahkan lagi ke truk-truk kontainer untuk dikirim
kepada konsumen/buyer. Setelah konsumen menerima barang komoditi tersebut,
melakukan pemeriksaan dan kemudian membayar pembelian barang tersebut kepada pihak
penjual dengan mentransferkan sejumlah uang ke bank. Setelah itu barulah pihak bank
melakukan transfer uang ke rekening penjual. Setelah menerima uang dari buyer maka
penjual mentransfer uang tersebut ke pialang berjangka dan menerima uang dalam mata
uang rupiah. Mekanisme perdagangan berjangka di pasar komoditi dapat dilihat pada
gambar 2 berikut.

2.3.7 Contoh Pasar Komoditi


c. Floating Market (Pasar Terapung) di Chao Praya, Thailand, merupakan pasar
komoditi yang menjual barang-barang dagangannya berupa komoditi-
komoditi agribisnis, terutama sayur dan buah, maupun berbagai jenis
cinderamata khas Thailand di atas sampan.
d. Pasir Panjang Wholesale Centre, pasar induk terbesar di Singapore,
merupakan pasar yang menjual bermacam-macam komoditi seperti sayur dan
buah yang didatangkan dari USA, Australia, RR Cina, Hong Kong, Malaysia,
Thailand dan Indonesia. Beberapa jenis komoditi, seperti bawang putih dan
kubis dikemas di dalam kantong-kantong jala. Meskipun demikian, terdapat
pula buah atau sayur yang dikemas di dalam kotak-kotak karton
atau styrofoam yang disusun rapih dan teratur.
e. Pasar Borong, Malaysia, yang hingga saat ini merupakan salah satu pasar
induk terbesar di Malaysia yang menjual barang-barang komoditi Indonesia
diantaranya adalah kubis, ubi jalar, jahe, melon dan cabai.

37
2.3.8 Pasar Uang

a. Pengertian Pasar Uang

      Pasar uang (money market) adalah keseluruhan permintaan dan penawaran dana-dana,
surat-surat berharga, atau instrumen financial jangka pendek yang mempunyai jangka waktu
satu tahun atau kurang dari satu tahun dan dapat disalurkan melalui lembaga-lembaga
perbankan. Pasar uang sering juga disebut pasar kredit jangka pendek.

b. Ciri-ciri Pasar Uang


 Menekankan pada pemenuhan dana jangka pendek.
 Mekanisme pasar uang ditekankan untuk mempertemukan pihak yang mempunyai
kelebihan dana dan yang membutuhkan dana.
 Tidak terikat pada tempat tertentu seperti halnya pasar modal.

c. Fungsi Pasar Uang

Pasar uang memiliki fungsi sebagai berikut:

 Mempermudah masyarakat memperoleh dana-dana jangka pendek untuk


membiayai modal kerja atau keperluan jangka pendek lainnya;
 Memberikan kesempatan masyarakat berpartisipasi dalam pembangunan dengan
membeli Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan Surat Berharga Pasar Uang
(SBPU); dan
 Menunjang program pemerataan pendapatan bagi masyarakat.
 Sebagai perantara dalam perdagangan surat-surat berharga berjangka pendek
 Sebagai penghimpun danas berupa surat-surat berharga jangka pendek
 Sebagai sumber pembiayaan bagi perusahan untuk melakukan investasi
 Sebagai perantara bagi investor luar negeri dalam menyalurkan kredit jangka
pendek kepada perusahaan di indonesia
d. Tujuan Pasar Uang

Dari pihak yang membutuhkan dana Dari pihak yang menanamkan dana
1. Untuk memenuhi kebutuhan jangka pendek    Untuk memperoleh penghasilan dengan
tingkat suku bunga tertentu
2.    Untuk memenuhi kebutuhan likuiditas 2. Membantu pihak-pihak yang mengalami

38
kesulitan keuangan
3.    Untuk memenuhi kebutuhan modal kerja       3.  Spekulasi

4.      Sedang mengalami kalah kliring

e. Peserta Pasar Uang


 Bank-bank
 Yayasan
 Dana pensiun
 Perusahaan auransi
 Perusahaan-perusahaan besar
 Lembaga pemerintah
 Lembaga keuangan lain
 Individu masyarakat

f. Instrumen Pasar Uang

      Instrumen atau surat-surat berharga yang diperjualbelikan dalam pasar uang jenisnya
cukup bervariasi termasuk surat-surat berharga yang diterbitkan oleh badan-badan usaha
swasta dan negara serta lembaga-lembaga pemerintah.
Instrumen pasar uang antara lain :

1. Sertfikat Bank Indonesia (SBI)

Instrumen utang yang diterbitkan oleh pemerintah atau bank sentral atas unjuk dengan
jumlah tertentu yang akan dibayarkan kepada pemegang pada tanggal yang telah
ditetapkan. Instrumen ini berjangka waktu jaruh tempo satu tahun atau kurang.

2. Surat Berharga Pasar Uang (SBPU)

Surat - surat berharga berjangka pendek yang dapat diperjualbelikan secara diskonto
dengan Bank Indonesia atau lembaga diskonto yang ditunjuk oleh BI.

3. Sertifikat Deposito

39
Instrumen keuangan yang diterbitkan oleh suatu bank atas unjuk dan dinyatakan dalam
suatu jumlah, jangka waktu dan tingkat bunga tertentu. Sertifikat Deposito adalah deposito
berjangka yang bukti simpanannya dapat diperdagangkan. Ciri pokok yang
membedakaimya dengan deposito berjangka terletak pada sifat yang dapat
dipindahtangankan atau diperjualbelikan sebelum jangka waktu jatuli temponya melalui
lembaga - lembaga keuangan lainnya.

4. Commercial Paper

Promes yang tidak disertai dengan jaminan yang diterbitkan oleh perusahaan untuk
memperoleh dana jangka pendek dan dijual kepada investor dalam pasar uang.

5. Call Money

Kegiatan pinjam meminjam dana antara satu bank dengan bank lainnya untuk jangka
waktu pendek.

6. Repurchase Agreement

Transaksi jual beli surat-surat berharga disertai dengan perjanjian bahwa penjual akan
membeli kcmbali surat-surat berharga yang dijual tersebut pada tanggal dan dengan harga
yang telah ditetapkan lebih dahulu.

7. Banker's Acceptence

Suatu instrumen pasar uang yang digunakan untuk memberikan kredit pada eksportir
atau importir untuk membayar sejumlah barang atau untuk membeli valuta asing.

8. Treasury Bills

Treasury Bills adalah surat utang yang diterbitkan oleh negara dengan jangka waktu 90
hari - 1 tahun.

9. Promissory Notes

Promissory Notes adalah surat sanggup bayar yang membuktikan adanya utang
piutang jangka pendek antara kreditur dan debitur.

40
g. Kelebihan dan Kelemahan Pasar Uang

·         Kelebihan Pasar Uang

 Sarana untuk mencari pinjaman dana jangka pendek bagi perusahaan yang
mengalami kesulitan likuiditas.
 Sarana untuk menempatkan kelebihan dana yang dimiliki oleh badan usaha

·         Kelemahan atau Resiko Pasar Uang


Resiko yang mungkin dihadapi dalam kegiatan investasi di pasar uang antara lain:

 Resiko pasar (Market Risk)


Resiko yang berkaitan dengan kenaikan tingkat bunga, mengakibatkan investor
mengalami capital loss.
 Resiko Reinvestment,
Resiko yang berkaitan dengan turunnya harga sekuritas.
 Resiko Gagal Bayar,
Resiko yang terjadi akibat tidak mampunya peminjam (debitur) memenuhi
kewajibannya sesuai dengan yang diperjanjikan.
 Resiko Inflasi,
Pemberi pinjaman menghadapi kemungkinan naiknya hargaharga barang dan jasa
yang menurunkan daya beli atas pendapatan yang diterimanya.
 Resiko Valuta (Currency risk),
Resiko yang terjadi karena perubahan yang tidak menguntungkan terhadap kurs
mata uang asing.
 Resiko Politik,
Resiko yang berkaitan dengan perubahan undang-undang atau peraturan
pemerintah.
2.3.9 Keseimbangan Umum dan Semu

Pada umumnya kurva IS merupakan kurva mempunyai lereng yang negatif sedangkan
kurva LM mempunyai lereng yang positif. Ini berarti bahwa pada umumnya tingkat
pendapatan nasional yang memenuhi syarat ekuilibriumnya baik pasar komoditi maupun
pasar uang hanya terletak pada satu titik. Yaitu pada titik potong kurva IS dengan kurva LM.
Keadaan perekonomian di mana terpenuhi syarat ekuilibriumnya pasar komoditi dan juga

41
terpenuhinya syarat ekuilibriumnya pasar uang dalam model analisa IS – LM dikatakan
berada dalam keseimbangan umum atau general equilibrium dan titik potongnya kita sebut
titik ekuilibrium - LM. Dikatakan sebagai ekuilibrium atau keseimbangan semu oleh karena
syarat ekuibliriumnya pasar bersangkutan dipenuhi. Akan tetapi terpenuhinya syarat
ekuilibrium tersebut tidak menjamin bahwa nilai-nilai variabel endogen bisa bertahan lama.

Kurva IS merupakan kurva yang menghubungkan Y pada berbagai tingkat r dengan syarat
ekulibrium pada pasar komoditi. Kurva LM merupakan kurva yang menghubungkan Y pada
berbagai tingkat r dengan syarat ekulibrium pada pasar uang.

a) Keseimbangan (ekuilibrium) umum aadalah keseimbangan dimana pendapatan nasional


(Y) dalam kondisi ekulibrium di pasar komoditi dan pasar uang terjadi pada titik potong
kurva IS dan LM.

b) Keseimbangan (ekuilibrium) semu aadalah keseimbangan dimana pendapatan nasional


(Y) dalam kondisi ekulibrium hanya di pasar komoditi atau pasar uang saja

Keseimbangan semu di pasar komiditi dijelaskan dalam gambar berikut ini.

I S, I

I=I
S

Sc

IC YC
r

IS LM
SC
I A Y
Titik A menunjukkan keseimbangan pada pasar komoditi dan terjadi pada Y di 0Y c dan r di
Orc, dengan tingkat saving OSc.dan tingkat investasi OIc. Titik A pada kurva IS merupakanL2
I
Y
keseimbangan semu dalam pasar komoditi dan tidak
0 bertahan lama. Pada titik A di pasar L2
L2C
L1 M,L
42
L1 M

F
L1C G

Y O M,L

L2C M

uang, pendapatan nasional, investasi, saving, dan tingkat bunga terjadi pada Y di 0Y c dan r
di Orc, dengan tingkat saving OSc.dan tingkat investasi OIc:

a) permintaan uang untuk spekulasi sebesar L2C atau sebesar MF.

b) Permintaan uang untuk transaksi dan berjaga-jaga L1C atau sebesar OG.

c) Jumlah uang beredar sebanyak OM dan yang diminta adalah OG + FM, sehingga ada
kelebihan penawaran uang sebesar GF

d) Kelebihan penawaran uang ini menyebabkan penurunan r, shg I naik dan dipasar
komoditi terjadi perubahan yang menuju kekeseimbangan umum.

Titik A pada kurva LM merupakan keseimbangan semu dalam pasar uang dan tidak bertahan
lama.
Pada titik A di pasar komoditi, pendapatan nasional, investasi, saving, dan tingkat bunga
terjadi pada Y di 0Yc dan r di Orc, dengan:
a) permintaan uang untuk spekulasi sebesar OL2C
b) Permintaan uang untuk transaksi dan berjaga-jaga OL1C
c) Jumlah uang beredar sebanyak OM dan yang diminta adalah OL1C + OL2C , sehingga
penawaran uang sama dengan permintaan uang. Pasar uang dalam kondisi ekuilibrium.
d) Pada tingkat bunga Or, keinginan investasi masyarakat sebesar OI c atau setinggi OF,
sementara tingkat saving hanya sebesar OSc.
e) Nilai investasi lebih besar dari saving. (OF > OSc).
f) Besar I menyebabkan Y naik,. Y naik menyebabkan L 1 naik. Jika L2 tidak berubah,
maka terjadi kelebihan permintaan uang. Ini berarti pasar uang terjadi disekuilibrium dan
menyebabkan peningkatan tingkat suku bunga, sehingga menuju pada keseimbangan
umum yang baru.
3. Nilai Variabel Endogen dalam Keseimbangan Umum
Jika diketahui:
C = 40 + 0,6Y
I = 80 – 4r IS = Y = 300 -10r
Ḿ = 200
LT = 0,25Y
LJ = 0,15Y LM= Y = 100 +10r
L2 = 160 – 4r

43
KESEIMBANGAN IS = LM
300 -10r = 100 +10r
200 = 20r, maka r = 10%

Diantara pembentuk kurva penawaran agregat yaitu pasar uang ( kurva IS ) dan pasar barang
( kurva LM

Model IS – LM

Menunjukkan model IS – LM : kenaikan tingkat harga dari P1 ke P2 menurunkan


keseimbangan uang riil dan menggeser kurva LM ke atas.

Kurva Permintaan Agregatif

44
Menunjukkan kurva permintaan agregat yang meringkas hubungan antara tingkat bunga dan
pendapatan ini : semakin tinggi tingkat harga, semakin rendah tingkat pendapatan

Setiap pasang nilai P dan Y pada kurva permintaan agregat berhubungan dengan satu titik di
mana baik pasar barang maupun pasar uang berada dalam keseimbangan. Kurva permintaan
agregat jauh lebih rumit dibandingkan kurva permintaan pasar atau individu yang sederhana.
Kurva AD bukan kurva permintaan pasar, dan kurva ini bukan jumlah dari semua kurva
permintaan pasar dalam perekonomian, karena permintaan pasar bersifat individual.

Kurva permintaan menunjukkan kuantitas keluaran yang diminta ( oleh suatu rumah tangga
individual atau dalam suatu pasar tunggal ) pada setiap harga yang mungkin, cateris paribus.
Dalam menggambarkan kurva permintaan, kita mengasumsikan bahwa harga – harga dan
pendapatan tetap. Dari asumsi itu, menyusul bahwa salah satu alasan julah barang tertentu
yang diminta turun bila harganya naik adalah bahwa harga – harga lain tidak naik.

Menurunkan Kurva Agreratif Demand

Permintaan agregat turun bila tingkat harga naik karena lebih tingginya tingkat
harga menyebabkan aiknya permintaan uang ( MD ), karena penawaran uang yang
konstan, tingkat suku bungan akan naik untuk membangun kembali keseimbangan di
pasar uang. Tingkat suku bunga tinggilah yang menyebabkan keluaran agregat turun.

2.3.10 Algebra Model IS-LM

45
Teori Kebijakan fiskal

Kebijakan Fiskal adalah suatu kebijakan ekonomi dalam rangka


mengarahkan kondisi perekonomian untuk menjadi lebih baik dengan jalan mengubah
penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Dari sisi pajak jelas jika mengubah tarif pajak
yang berlaku akan berpengaruh pada ekonomi. Jika pajak diturunkan maka kemampuan
daya beli masyarakat akan meningkat dan industri akan dapat meningkatkan jumlah
output. Sebaliknya kenaikan pajak akan menurunkan daya beli masyarakat serta
menurunkan output industri secara umum. Dalam literatur klasik, terdapat beberapa
perbedaan pandangan mengenai kebajikan fiskal, terutama menurut teori Keynes dan
tiori klasik tradisional (Nopirin, 2000).

Jenis Kebijakan Fiskal

Dari sudut ekonomi makro maka kebijakan fiskal dapat dibedakan menjadi dua yaitu
Kebijakan Fiskal Ekspansif dan Kebijakan Fiskal Kontraktif. Kebijakan Fiskal Ekspansif
adalah suatu kebijakan ekonomi dalam rangka mengarahkan kondisi perekonomian untuk
menjadi lebih baik dengan jalan mengubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah, pada
saat munculnya kontraksional gap. Konstraksional gap adalah suatu kondisi dimana output
potensial (YF) lebih tinggi dibandingkan dengan output Actual .

Kebijakan ekspansif dilakukan dengan cara menaikkan pengeluaran pemerintah (G)


atau menurunkan pajak (T) untuk meningkatkan output (Y), adapun mekanisme peningkatan
pengeluaran pemerintah ataupun penurunan pajak (T) terhadap output adalah sebagai berikut,
pada grafik (2.1) maka dapat dijelaskan bahwa disaat pengeluaran pemerintah (ΔG) naik atau
selisih pajak (ΔT) turun maka akan menggeser kurva pengeluaran agregat keatas sehingga
pendapatan akan naik dari (Y1) menjadi (Yf).

46
Kebijakan Fiskal Kontraktif adalah kebijakan pemerintah dengan cara menurunkan
belanja negara dan menaikkan tingkat pajak. Kebijakan ini bertujuan untuk menurunkan daya
beli masyarakat dan mengatasi inflasi. kebijakan pemerintah untuk membuat pemasukannya
lebih besar daripada pengeluarannya. Baiknya politik anggaran surplus dilaksanakan ketika
perekonomian pada kondisi yang ekspansi yang mulai memanas (overheating)  untuk
menurunkan tekanan permintaan. pada saat munculnya ekpansionary gap. Ekspansionary
gap  adalah suatu kondisi dimana output potensial (Yf) lebih kecil dibandingkan dengan
output Actual (). Adapun mekanisme penurunan pengeluaran pemerintah (G) ataupun
kenaikan pajak (T) terhadap output (Y) adalah sebagai berikut, secara grafik kebijakan fiskal
kontraktif diagram sebagai berikut:

Pada gambar 2.2 dapat dijelaskan bahwa disaat pengeluaran pemerintah (ΔG) turun atau
selisih pajak (ΔT) naik maka akan menggeser kurva pengeluaran agregat kebawah sehingga
Pendapatan akan turun dari (Y1) menjadi (Yf).
47
2.4 KEBIJAKAN FISKAL DAN MONETER DALAM MODEL IS-LM
2.4.1 Kebijakan Ekspansi dan Kontraksi 
Secara teori Kebijakan Ekspansi adalah kebijakan ekonomi makro yang mempunyai
tujuan untuk memperbesar kegiatan ekonomi dalam perekonomian, sedangkan Kebijakan
Kontraksi adalah kebijakan ekonomi makro yang tujuannya ialah menurunkan kegiatan
ekonomi dalam perekonomian. 
Kebijakan ekspansi pada umumnya terjadi pada masa - masa saat perekonomian
menghadapi banyak pengangguran dan kapasitas produksi nasional belum dimanfaatkan
sepenuhnya. Sebaliknya, kebijakan kontraksi umumnya dilakukan pada masa - masa
perekonomian dalam keadaan dimana permintaan agregatif melampaui besarnya kapasitas
produksi nasional. Biasanya di tandai oleh tingkat inflasi yang sangat tinggi. Disamping itu
kebijakan kontraksi pada umumnya juga dipakai dalm keadaan dimana perekonomian
mengalami defisit neraca pembayaran. Melalui kebijakan ekspansi diharapkan dapat
memperoleh hasil berupa meningkatnya pendapatan nasional dan menurunnya tingkat
pengangguran. Sebaliknya, kebijakan kontraksi pada umumnya diharakapkan dapat
menurunkan tingkat inflasi dan memperkecil defisit neraca pembayaran luar negeri.

2.4.2 Model IS-LM dalam Kebijakan Fiskal dan Kebijakan Moneter 

Kebijakan moneter saya definisikan sebagai rencana dan tindakan otoritas moneter
yang tersusun untuk menjaga keseimbangan moneter, dan kestabilan nilai uang, mendorong
kelancaran produksi dan pembangunan, serta memperluas kesempatan kerja guna
meningkatkan taraf hidup rakyat. Wikipedia memberikan definisi kebijakan moneter dengan
sebuah proses yang dilakukan oleh pemerintah, bank sentral, atau otoritas moneter dari
sebuah negara untuk mengontrol, penawaran uang, ketersediaan uang, tingkat bunga, dalam
rangka mencapai seperangkat tujuan orientasi kepada pertumbuhan dan stabilitas ekonomi. 
Dimana biasanya kebijakan moneter dikenal sebagai pilihan antara kebijakan ekspansi
atau kebijakan kontraksi. Jadi, dapat disimpulkan bahwa, kebijakan moneter adalah semua
upaya atau tindakan bank sentral untuk mempengaruhi perkembangan moneter (uang beredar,
suku bunga, kredit dan nilai tukar) untuk mencapai tujuan ekonomi tertentu. Kebijakan
moneter dapat dilakukan dengan menjalankan instrumen kebijakan moneter, yaitu antara lain:
1. Operasi Pasar Terbuka 

48
Operasi pasar terbuka adalah cara mengendalikan uang yang beredar dengan menjual
atau membeli surat berharga pemerintah (government securities). Jika ingin menambah
jumlah uang beredar, pemerintah akan membeli surat berharga pemerintah. Namun, bila ingin
jumlah uang yang beredar berkurang, maka pemerintah akan menjual surat berharga
pemerintah kepada masyarakat. Surat berharga pemerintah antara lain diantaranya adalah SBI
atau singkatan dari Sertifikat Bank Indonesia dan SBPU atau singkatan atas Surat Berharga
Pasar Uang.
2. Politik Diskonto
Fasilitas diskonto adalah pengaturan jumlah duit yang beredar dengan memainkan
tingkat bunga bank sentral pada bank umum. Bank umum terkadang mengalami kekurangan
uang sehingga harus meminjam ke bank sentral. Untuk membuat jumlah uang bertambah,
pemerintah menurunkan tingkat bunga bank sentral, serta sebaliknya menaikkan tingkat
bunga demi membuat uang yang beredar berkurang.
3. Rasio Cadangan Wajib
Rasio cadangan wajib adalah mengatur jumlah uang yang beredar dengan memainkan
jumlah dana cadangan perbankan yang harus disimpan pada pemerintah. Untuk menambah
jumlah uang, pemerintah menurunkan rasio cadangan wajib. Untuk menurunkan jumlah uang
beredar, pemerintah menaikkan rasio.

4. Hibauan Moral
Himbauan moral adalah kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang beredar
dengan jalan memberi imbauan kepada pelaku ekonomi. Contohnya seperti menghimbau
perbankan pemberi kredit untuk berhati-hati dalam mengeluarkan kredit untuk mengurangi
jumlah uang beredar dan menghimbau agar bank meminjam uang lebih ke bank sentral untuk
memperbanyak jumlah uang beredar pada perekonomian.

2.4.3 Tujuan Kebijakan Moneter


Kebijakan moneter bertujuan untuk mencapai stablisasi ekonomi yang dapat diukur dengan:

1. Kesempatan Kerja
Semakin besar gairah untuk berusaha, maka akan mengakibatkan peningkatan
produksi. Peningkatan produksi ini akan diikuti dengan kebutuhan tenaga kerja. Hal ini
berarti akan terjadinya peningkatan kesempatan kerja dan kesehjateraan karyawan.

49
2. Kestabilan harga
Apabila kestablian harga tercapai maka akan menimbulkan kepercayaan di
masyarakat. Masyarakat percaya bahwa barang yang mereka beli sekarang akan sama dengan
harga yang akan masa depan.

3. Neraca Pembayaran Internasional


Neraca pembayaran internasional yang seimbang menunjukkan stabilisasi ekonomi di
suatu Negara. Agar neraca pembayaran internasional seimbang, maka pemerintah sering
melakukan kebijakan-kebijakan moneter.
Kebijakan fiskal merupakan suatu kebijakan yang dibuat pemerintah untuk mengarahkan
ekonomi suatu negara melalui pengeluaran dan pendapatan (berupa pajak) pemerintah.
Kebijakan fiskal berbeda dengan kebijakan moneter, yang bertujuan men-stabilkan
perekonomian dengan cara mengontrol tingkat bunga dan jumlah uang yang beredar.
Perubahan tingkat dan komposisi pajak dan pengeluaran pemerintah dapat memengaruhi
variabel-variabelnya.
Instrumen kebijakan fiskal adalah penerimaan dan pengeluaran pemerintah yang
berhubungan erat dengan pajak. Dari sisi pajak jelas jika mengubah tarif pajak yang berlaku
akan berpengaruh pada ekonomi. Jika pajak diturunkan maka kemampuan daya beli
masyarakat akan meningkat dan industri akan dapat meningkatkan jumlah output. Dan
sebaliknya kenaikan pajak akan menurunkan daya beli masyarakat serta menurunkan output
industri secara umum.
2.4.4 Bentuk - Bentuk kebijakan Fiskal
 
Kebijakan fiskal dapat dibedakan menjadi dua golongan :
- Penstabil otomatik, yaitu , bentuk - bentuk sistem fiskal yang sedang berlaku yang secara
otomatik cenderung untuk menimbulkan kestabilan dalam kegiatan ekonomi
- Kebijakan fiskal diskresioner, yaitu, langkah - langkah dalam bidang pengeluaran
pemerintah dan perpajakan yang secara khusus membuat perubahan ke atas sistem yang ada,
yang bertujuan untuk mengatasi masalah - masalah ekonomi yang dihadapi.
Kebijakan Anggaran / Politik Anggaran :

1. Anggaran Defisit (Defisit Budget) / Kebijakan Fiskal Ekspansif 

50
Anggaran defisit adalah kebijakan pemerintah untuk membuat pengeluaran lebih besar dari
pemasukan negara guna memberi stimulus pada perekonomian. Umumnya sangat baik
digunakan jika keaadaan ekonomi sedang resesif.

2. Anggaran Surplus (Surplus Budget) / Kebijakan Fiskal Kontraktif


Anggaran surplus adalah kebijakan pemerintah untuk membuat pemasukannya lebih besar
daripada pengeluarannya. Baiknya politik anggaran surplus dilaksanakan ketika
perekonomian pada kondisi yang ekspansi yang mulai memanas (overheating) untuk
menurunkan tekanan permintaan.

3. Anggaran Berimbang (Balanced Budget)


Anggaran berimbang terjadi ketika pemerintah menetapkan pengeluaran sama besar dengan
pemasukan. Tujuan politik anggaran berimbang yakni terjadinya kepastian anggaran serta
meningkatkan disiplin.
Sistem Pemungutan Pajak
- Pajak nominal, berdasarkan nilai nominal tertentu.
- Pajak persentase, Progresif, Proportional, Degresif, Regresif

2.4.5 Peranan Kebijakan Fiskal 

Pada masa sekarang sudah secara meluas di yakini bahwa kebijakan fiskal memegang
peran yang sangat penting di dalam menstabilkan tingkat kegiatan ekonomi, dan menciptakan
kegiatan ekonomi ke arah tingkat yang dikehendaki. Apabila pendapatan pemerintah
bertambah tinggi, maka pemerintah dapat membuat pengeluaran yang lebih besar. Tetapi
apabila pendapatan pemerintah berkurang maka pemerintah juga harus mengurangi
pengeluarannya. Singkatnya, di dalam zaman klasik orang berpandangan bahwa pemerintah
haruslah menjalankan kebijakan fiskal seimbang atau anggaran belanja seimbang yaitu,
pengeluarannya haruslah sesuai atau sama dengan pendapatannya.

Kebijakan fiskal dan kebijakan moneter satu sama lain saling berpengaruh dalam
kegiatan perekonomian. Masing – masing variabel kebijakan tersebut, kebijakan fiskal
dipengaruhi oleh dua variabel utama, yaitu pajak (tax) dan pengeluaran pemerintah
(goverment expenditure). Sedangkan variabel utama dalam kebijakan moneter, yaitu GDP,
inflasi, kurs, dan suku bunga. 

51
Berbicara tentang kebijakan fiskal dan kebijakan moneter berkaitan erat dengan
kegiatan perekonomian empat sektor, dimana sektor – sektor tersebut diantaranya sektor
rumah tangga, sektor perusahaan, sektor pemerintah dan sektor dunia internasional/luar
negeri. Ke-empat sektor ini memiliki hubungan interaksi masing – masing dalam
menciptakan pendapatan dan pengeluaran.Walau sering berjalan secara selaras dan saling
berpengaruh, namun kebijakan moneter dan fiskal juga kerap kali saling berbenturan.
Ketidakselarasan antara kebijakan moneter dan fiskal dapat dilukiskan berdasarkan model IS
– LM. Kita dapat melihat, misalnya, pertambahan suplai uang akan menggeser kurva LM ke
kanan dan menurunkan suku bunga (i) serta meningkatkan tingkat pendapatan (Y).

Di lain pihak, melalui kebijakan fiskal yang ekspansif. Pengeluaran APBN akan naik,
didorong untuk naik oleh kenaikan tingkat pajak investasi swasta, sehingga menggeser kurva
IS ke kanan. Pada gilirannya, pergesan IS ke kanan menaikkan suku bunga dan pendapatan.
Alhasil, kebijakan fiskal dan moneter yang sama-sama ekspansif tadi, menciptakan gerak
suku bunga yang berlawanan arah. Di sinilah kemudian benturan kebijakan terjadi, sehingga
dengan sendirinya memerlukan koordinasi dan keterpaduan. Memperbesar investasi, tingkat
suku bunga harus diturunkan, dan atas dasar itu suplai uang harus ditambah sehingga kurva
LM1 bergeser menjadi LM2. Tetapi titik potong antara LM2 dan IS1 semula akan membuat
pendapatan lebih besar dari Y, dan mestinya akan melahirkan inflasi seperti diresahkan tadi.
Oleh karena itu, kebijakan fiskal yang tertuju pada pengetahuan investasi sehingga kurva
LM2 dan IS2, mencapai tingkat keseimbangan E2 dan pendapatan dapat dipertahankan pada
tingkat Y. Dengan cara demikian, inflasi dapat dicegah berkat adanya kombinasi dan
keterpaduan kebijakan moneter dan fiskal yang mengakibatkan tingkat suku bunga menjadi
lebih rendah.
2.4.6 Bekerjanya Kebijakan moneter

Moneter juga dapat digunakan untuk mendorong atau memperlambat ekonomi tetapi
dikendalikan oleh bank sentral, dengan tujuan akhir untuk menciptakan lingkungan uang
mudah. Pada waktu yang berbeda dalam siklus ekonomi, kebijakan moneter telah terbukti
memiliki pengaruh dan dampak terhadap perekonomian dan pasar ekuitas juga pendapatan.
Bank sentral juga sering mengadakan operasi pasar terbuka, dimana mereka biasanya
aktif setiap hari. Mereka membeli dan menjual obligasi pemerintah di pasar terbuka yang
dapat meningkatkan atau mengurangi cadangan dengan bank meski mempengaruhi suplai

52
uang. Bank sentral juga dapat mengubah persyaratan cadangan di bank sehingga secara
langsung meningkatkan atau menurunkan jumlah uang beredar. Bank sentral juga dapat
membuat perubahan dalam tingkat diskonto yang merupakan alat yang selalu menerima
perhatian besar pada media. 

Tingkat diskonto sering kali disalah pahami, karena itu bukan kurs resmi dimana
konsumen akan membayar pinjaman mereka atau menerima pada rekening tabungan mereka.
Namun, tingkat yang dibebankan kepada bank-bank guna meningkatkan cadangan mereka
ketika mereka meminjam langsung dari bank sentral. Keputusan bank sentral untuk
mengubah suku bunga, bagaimanapun, akan melalui sistem perbankan dan pada akhirnya
menentukan apa yang konsumen bayar ketika meminjam dan apa yang mereka terima pada
deposito mereka. Secara teori, menerapkan suku bunga rendah akan mendorong bank untuk
menahan kelebihan cadangan lebih sedikit dan akhirnya meningkatkan permintaan terhadap
uang.

Ada dua alat utama yang digunakan pemerintah dan bank sentral untuk mengarahkan
perekonomian kita ke tujuan yang ingin di capai, yaitu, kebijakan fiskal dan kebijkan
moneter. Ketika digunakan dengan benar, kedua kebijakan ekonomi ini dapat memiliki hasil
yang sama baik untuk mempengaruhi perekonomian dan memperlambatnya ketika memanas.
Perdebatan yang masih berlangsung adalah mana yang lebih efektif dalam jangka panjang
ataupun jangka pendek.

2.4.7 Bekerjanya Kebijakan Fiskal

Kebijakan fiskal adalah ketika pemerintah menggunakan pengeluaran serta pajak


untuk menimbulkan dampak terhadap perekonomian. Kombinasi dan hubungan dari
pengeluaran pemerintah dan pengumpulan pendapatan adalah keseimbangan yang amat sulit,
dimana memerlukan waktu yang baik dan sedikit keberuntungan untuk mendapatkan dampak
yang sesuai. Dampak langsung dan tidak langsung dari kebijakan fiskal dapat mempengaruhi
belanja pribadi, belanja modal, nilai tukar, tingkat defisit dan bahkan suku bunga, yang
biasanya dikaitkan dengan kebijakan moneter.Kebijakan fiskal sering dikaitkan dengan
Keynesianisme, yang namanya berasal dari ekonom Inggris John Maynard Keynes. Dengan
karya besarnya, "Teori Umum Hubungan Kerja, Bunga dan Uang," . Keynes
mengembangkan sebagian besar teori-teorinya telah digunakan dari waktu ke waktu, karena

53
teori ini memang populer dan secara khusus diterapkan untuk mengurangi kemerosotan
ekonomi.

Singkatnya, teori-teori ekonomi Keynesian berdasar pada keyakinan bahwa tindakan


proaktif dari pemerintah adalah satu-satunya cara untuk mengarahkan perekonomian. Ini
berarti bahwa pemerintah harus menggunakan kekuatan, untuk meningkatkan permintaan
agregat dengan meningkatkan belanja dan menciptakan kondisi uang mudah didapatkan,
dimana akan berpengaruh pada perekonomian dengan menciptakan lapangan kerja dan
kemakmuran pada akhirnya meningkat. 

2.4.8 Bentuk Kurva Permintaan Uang untuk Spekulasi dan Kebijakan Moneter

Grafik Prmintaan Uang

Permintaan uang untuk tujuan transaksi dan berjaga-jaga sifatnya sangat berbeda dengan
tujuan spekulasi. Permintaan uang untuk tujuan transaksi dan berjaga-jaga ditentukan oleh
pendapatan masyarakat atau pendapatan nasional, sedangkan permintaan uang untuk tujuan
spekulasi ditentukan oleh tingkat bunga.

a. Permintaan Uang untuk Transaksi dan Berjaga-jaga dengan Hubungan pendapatan


terhadap permintaan uang

54
Dari kurva permintaan tersebut tampak bahwa makin tinggi pendapatan, makin besar
permintaan uang untuk kedua tujuan tersebut. Sementara itu, pada saat pendapatan sebesar
Ya, maka jumlah uang yang diperlukan untuk transaksi dan berjaga-jaga sebesar Ma.Tetapi
bila pendapatan nasional Yb maka uang yang diperlukan sebesar Mb.

b. Permintaan Uang untuk Spekulasi

Kurva permintaan uang untuk spekulasi menunjukkan bahwa makin tinggi tingkat bunga (ia),
makin kecil permintaan uang (Mb), sebaliknya makin rendah tingkat bunga (ib), makin besar
permintaan uang (Mb). LP pada gambar tersebut menunjukkan kurva preferensi likuiditas.

2.4.9 Model IS-LM dalam Kebijakan Fiskal dan Kebijakan Moneter

Analisis LM (keseimbangan Pasar Uang )

Teori permintaan uang menurut Keynes adalah permintaan uang (md) dalam analisis Keynes
di dasarkan atas 3 yaitu:

1. Motif transaksi ( permintaan uang untuk transaksi )

Adalah menjebatani periode permintaan dan pengeluaran seseorang yang melakukan


pengeluaran setiap hari, sedangkan penerimaan tidak terjadi setiap hari. Maksudnya bahwa

55
peranan uang itu sangat penting bagi seseorang untuk melakukan transaksi, sehingga secara
sistematis dapat di tulis sebagai berikut:

Mt = f (y)

Mt = kt y

Ket:

Mt : jumlah uang yang di lakukan untuk motif transaksi.

K : bilangan konstanta.

Y : pendapatan atau penghasilan.

2. Motif Berjaga-jaga.

Menurut keynes, antisipasi terhadap pengeluaran yang di rencanakan dan yang tidak
di rencanakan menyebutkan seseorang akan memegang uang lebih besar dari pada untuk
tujuan transaksi.

Dalam motif ini sama halnya dengan motif transaksi yang besarnya sangat tergantung
pada penghasilan atau pendapatan seseorang. Sehingga dalam model matematiknya dapat di
tunjukkan dalam model berikut:

Mj = f (y)

Mj = kj y

Ket:

Mj : Jumlah uang yang di gunakan untuk motif berjaga-jaga

K : Variable Konstanta

Y : Penghasilan ( Pendapatan )

Fungsi pendapatan dari motif transaksi bila dihubungkan dengan motif berjaga-jaga maka
dapat di beri symbol MI, sehingga MI tersebut merupakan jumlah uang yang beredar yang di
gunakan untuk motif transaksi dan berjaga-jaga.

Secara sistematis dapat di tunjukan sebagai berikut:

56
Mt=f (y)

Mj=f(y) maka

Mt+Mj = MI atau MI = Mt+Mj

3. Motif Spekulasi ( Speculation Motive )

Menurut kaum ekonom Cambridge, mengatakan bahwa permintaan uang tunai juga
tergantung dari tingkat bunga dan harapan mengenai harga-harga di masa yang akan datang.
Dalam motif ini Keynes menyatakan secara eksplisif dalam model mengenai pengaruh
tingkat bunga dan harapan mengenai harga yang akan datang.

Menurut Keynes ada 2 asumsi mengenai alasan seseorang memegang kekayaan.

a. Dalam bentuk uang tunai di atas uang yang di perlukan untuk tujuan transaksi dan
berjaga-jaga.
b. Dalam bentuk surat berharga seperti Saham, Obligasi.

Menentukan Keseimbangan Pasar Uang

Mengenai pembahasan permintaan (Md) dan penawaran uang (Ms). Pasar uang akan
berada dalam keseimbangan apabila penawaran uang (Ms) sama dengan permintaan uang
(Md). Menurut analisa Keynes menyatakan bahwa permintaan uang itu karna di pengarui
oleh 3 tujuan (Motif) yaitu motif transaksi, motif berjaga-jaga, dan motif spekulasi. Dari ke
tiga motif tersebut akan menggambarkan model keseimbangan pasar uang (Analisa Lm)
sehingga akan terbentuk fungsi Lm yang menggambarkan hubungan antara tingkat
pendapatan Nasional pada berbagai kemungkinan tingkat bunga yang memenuhi syarat
keseimbangan pasar uang.

MenentukanFungsi dan Kurva LM

Untuk menentukan fungsi LM, terlebih dahulu mengasumsikan bahwa jumlah uang
disebut sebagai jumlah uang beredar dalam perekonomian di asumsikan sebagai Variable
Eksogen.

M=m

Kemudian permintaan uang terdiri dari motif transaksi, berjaga-jaga dan spekulasi dibuat
model sebagai berikut:

57
Mt = Motif Transaksi

Mj = Motif Berjaga-Jaga

Mt dan Mj = tergantung dari pendapatan atau dalam sistematis ditulis

Mt = f (y) _ Mt = kt y

Mj = f(y) _ Mj = kj y)

Mt+Mj = MI, karena MI = f (y) maka fungsi MI = KI y

jadi = Mt+ Mj = MI atau Kt y+ Kj y = KI y.

Menurunkan Kurvadan Grafik Fungsi LM

Kurva LM adalah kurva yang menggambarkan keseimbangan di pasar uang. Kurva


LM merupakan suatu kurva yang menghubungkan titik-titik besarnya pendapatan nasional (y)
pada tingkat bunga (i). hubungan antara tingkat bunga dengan pendapatan di dalam uang
pasar mempunyai hubungan yang Positif, dengan demikian lereng kurva (Slope) dalam
kurfva LM adalah Positif. Dalam kurva LM dijelaskan,bahwa semakin tinggi tingkat bunga
mengakibatkan bertambahnya pendapatannya.

Pembentukan Kurva LM

Kurva LM menggambarkan keseimbangan yang berlaku di pasaran uang. Ada


berbagai tingkat pendapatan nasional. Uraian mengenai teori Moneter yang di kemukakan
oleh Keynes telah menunjukan bahwa (i) tinkat bunga di tentukan oleh permintaan dan
penawaran uang. (ii) salah satu faktor yang menentukan permintaan uang adalah pendapatan
nasional yaitu semakin tinggi pendapatan nasional, semakin tinggi permintaan uang untuk
transaksi dan berjaga-jaga.

Kedua faktor ini menyebabkan keseimbangan di pasar uang. Yaitu keseimbangan di antara
permintaan dan penawaran uang sangat erat hubungannya dengan pendapatan Nasional.

58
2.4.10 Pengeluaran Pemerintah dalam Model IS-LM
Model IS-LM dalam Kebijakan Fiskal dan Kebijakan Moneter

Kebijakan moneter saya definisikan sebagai rencana dan tindakan otoritas moneter
yang tersusun untuk menjaga keseimbangan moneter, dan kestabilan nilai uang, mendorong
kelancaran produksi dan pembangunan, serta memperluas kesempatan kerja guna
meningkatkan taraf hidup rakyat. Wikipedia memberikan definisi kebijakan moneter dengan
sebuah proses yang dilakukan oleh pemerintah, bank sentral, atau otoritas moneter dari
sebuah negara untuk mengontrol, penawaran uang, ketersediaan uang, tingkat bunga, dalam
rangka mencapai seperangkat tujuan orientasi kepada pertumbuhan dan stabilitas ekonomi.

Dimana biasanya kebijakan moneter dikenal sebagai pilihan antara kebijakan ekspansi
atau kebijakan kontraksi. Jadi, dapat disimpulkan bahwa, kebijakan moneter adalah semua
upaya atau tindakan bank sentral untuk mempengaruhi perkembangan moneter (uang beredar,
suku bunga, kredit dan nilai tukar) untuk mencapai tujuan ekonomi tertentu.

Kebijakan moneter dapat dilakukan dengan menjalankan instrumen kebijakan moneter, yaitu
antara lain :

1. Operasi Pasar Terbuka

Operasi pasar terbuka adalah cara mengendalikan uang yang beredar dengan menjual
atau membeli surat berharga pemerintah (government securities). Jika ingin menambah
jumlah uang beredar, pemerintah akan membeli surat berharga pemerintah. Namun, bila ingin
jumlah uang yang beredar berkurang, maka pemerintah akan menjual surat berharga
pemerintah kepada masyarakat. Surat berharga pemerintah antara lain diantaranya adalah SBI
atau singkatan dari Sertifikat Bank Indonesia dan SBPU atau singkatan atas Surat Berharga
Pasar Uang.

2. Politik Diskonto

Fasilitas diskonto adalah pengaturan jumlah duit yang beredar dengan memainkan
tingkat bunga bank sentral pada bank umum. Bank umum terkadang mengalami kekurangan
uang sehingga harus meminjam ke bank sentral. Untuk membuat jumlah uang bertambah,
pemerintah menurunkan tingkat bunga bank sentral, serta sebaliknya menaikkan tingkat
bunga demi membuat uang yang beredar berkurang.

59
3. Rasio Cadangan Wajib
Rasio cadangan wajib adalah mengatur jumlah uang yang beredar dengan
memainkan jumlah dana cadangan perbankan yang harus disimpan pada pemerintah.
Untuk menambah jumlah uang, pemerintah menurunkan rasio cadangan wajib. Untuk
menurunkan jumlah uang beredar, pemerintah menaikkan rasio.
4. Himbauan Moral
Himbauan moral adalah kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang beredar
dengan jalan memberi imbauan kepada pelaku ekonomi. Contohnya seperti menghimbau
perbankan pemberi kredit untuk berhati-hati dalam mengeluarkan kredit untuk
mengurangi jumlah uang beredar dan menghimbau agar bank meminjam uang lebih ke
bank sentral untuk memperbanyak jumlah uang beredar pada perekonomian.

Pasar Barang dan Pasar Uang : Model IS – LM


Model IS-LM memiliki beberapa asumsi sebagai berikut:
- Perekonomian hanya terdiri atas dua sektor yaitu sektor riil dan sektor moneter.
- Tingkat bunga memainkan peranan yang penting baik di pasar barang maupun pasar
uang.
- Pengeluaran konsumsi bergantung pada pendapatan disposble.
- Permintaan investasi bergantung pada tingkat bunga dan pendapatan.
- Pengeluaran pemerintah bersifat eksogen.
- Tingkat harga diasumsikan ditentukan secara eksogen.
- Permintaan akan uang ditentukan oleh tingkat pendapatan dan tingkat bunga.
- Jumlah uang beredar bersifat eksogen.

Model IS-LM lebih fleksibel dan memungkinkan kita untuk memahami fenomena
ekonomi yang tidak dapat dianalisis dengan kerangka kerja yang lebih sederhana.
Dengan model IS-LM kita dapat memahami bagaimana suatu kebijakan moneter yang
dikeluarkan otoritas moneter mempengaruhi kegiatan ekonomi kegiatan ekonomi dan
interaksinya dengan kebijakan fiskal untuk menghasilkan suatu tingkat output agregat
tertentu.

Pasar Barang : Kurva IS

Pasar barang adalah pasar untuk barang-barang dan jasa-jasa. Kurva IS adalah
kurva yang menggambarkan keseimbangan di pasar barang. Didalam model Keynes

60
sederhana tentang pasar barang dan jasa, keseimbangan pasar akan terjadi apabila
dipenuhi dua syarat sebagai berikut:

1) Penawaran agregat barang-barang dan jasa (Y) = permintaan agregat akan barang-
barang dan jasa (AD) atau Y = C + I + G
2) Tabungan ditambah pajak = investasi ditambah pengeluaran pemerintah atau S + T
=I+G

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kurva IS, yaitu :


a. Bilangan pengganda
b. Kepercayaan masyarakat terhadap kondisi perekonomian
c. Kepekaan pengeluaran investasi terhadap perubahan dalam tingkat bunga
d. Kebijakan pemerintah

Pasar Uang : Kurva LM

Pasar uang adalah pasar dimana uang atau dana jangka pendek dipinjam atau
dipinjamkan. Kurva LM adalah kurva yang menggambarkan keseimbangan di pasar
uang. Secara teoritis, keseimbangan pasar uang kan terjadi apabila permintaan uang sama
dengan penawaran uang atau Md = Ms
Adapun faktor yang mempengaruhi kurva LM adalah sebagai berikut:
a. Jumlah uang beredar
b. Permintaan uang
c. Elastisitas permintaan uang untuk spekulasi terhadap perubahan tingkat bunga
d. Elastisitas permintaan uang untuk transaksi terhadap tingkat pendapatan

Keseimbangan Umum Pasar Barang dan Pasar Uang

Keseimbangan umum atau disebut juga keseimbangan simultan antara pasar


barang dan pasar uang terjadi pada perpotongan kurva IS dan LM. Dengan kata lain, agar
keseimbangan simultan pasar barang dan pasar uang terjadi,
maka syaratnya: IS = LM

61
Keseimbangan Jangka Pendek dan Jangka Panjang

Model IS-LM dirancang untuk menjelaskan perekonomian dalam jangka pendek


ketika tingkat harga adalah tetap. Selain ditunjukkan bagaimana suatu perubahan di
dalam tingkat hrga mempengaruhi keseimbangan dalam model IS-LM, dengan
menggunakan model IS-LM ini dapat pula ditunjukkan bagaimana perekonomian di
dalam jangka panjang ketika tingkat harga menyesuaikan untuk menjamin agar
perekonomian tetap berproduksi pada tingkat alamiahnya.

2.4.11 Kebijakan Fiskal dan Moneter yang Efektif

Ada dua alat utama yang digunakan pemerintah dan bank sentral untuk mengarahkan
perekonomian kita ke tujuan yang ingin di capai, yaitu, kebijakan fiskal dan kebijkan
moneter. Ketika digunakan dengan benar, kedua kebijakan ekonomi ini dapat memiliki hasil
yang sama baik untuk mempengaruhi perekonomian dan memperlambatnya ketika memanas.
Perdebatan yang masih berlangsung adalah mana yang lebih efektif dalam jangka panjang
ataupun jangka pendek.

Kebijakan fiskal adalah ketika pemerintah menggunakan pengeluaran serta pajak


untuk menimbulkan dampak terhadap perekonomian. Kombinasi dan hubungan dari
pengeluaran pemerintah dan pengumpulan pendapatan adalah keseimbangan yang amat sulit,
dimana memerlukan waktu yang baik dan sedikit keberuntungan untuk mendapatkan dampak
yang sesuai. Dampak langsung dan tidak langsung dari kebijakan fiskal dapat mempengaruhi
belanja pribadi, belanja modal, nilai tukar, tingkat defisit dan bahkan suku bunga, yang
biasanya dikaitkan dengan kebijakan moneter.

Kebijakan fiskal sering dikaitkan dengan Keynesianisme, yang namanya berasal dari
ekonom Inggris John Maynard Keynes. Dengan karya besarnya, "Teori Umum Hubungan
Kerja, Bunga dan Uang," . Keynes mengembangkan sebagian besar teori-teorinya telah
digunakan dari waktu ke waktu, karena teori ini memang populer dan secara khusus
diterapkan untuk mengurangi kemerosotan ekonomi.

Singkatnya, teori-teori ekonomi Keynesian berdasar pada keyakinan bahwa tindakan


proaktif dari pemerintah adalah satu-satunya cara untuk mengarahkan perekonomian. Ini
berarti bahwa pemerintah harus menggunakan kekuatan, untuk meningkatkan permintaan
agregat dengan meningkatkan belanja dan menciptakan kondisi uang mudah didapatkan,

62
dimana akan berpengaruh pada perekonomian dengan menciptakan lapangan kerja dan
kemakmuran pada akhirnya meningkat.

Moneter juga dapat digunakan untuk mendorong atau memperlambat ekonomi tetapi
dikendalikan oleh bank sentral, dengan tujuan akhir untuk menciptakan lingkungan uang
mudah. Pada waktu yang berbeda dalam siklus ekonomi, kebijakan moneter telah terbukti
memiliki pengaruh dan dampak terhadap perekonomian dan pasar ekuitas juga pendapatan.

Bank sentral juga sering mengadakan operasi pasar terbuka, dimana mereka biasanya
aktif setiap hari. Mereka membeli dan menjual obligasi pemerintah di pasar terbuka yang
dapat meningkatkan atau mengurangi cadangan dengan bank meski mempengaruhi suplai
uang. Bank sentral juga dapat mengubah persyaratan cadangan di bank sehingga secara
langsung meningkatkan atau menurunkan jumlah uang beredar. Bank sentral juga dapat
membuat perubahan dalam tingkat diskonto yang merupakan alat yang selalu menerima
perhatian besar pada media.

Tingkat diskonto sering kali disalah pahami, karena itu bukan kurs resmi dimana
konsumen akan membayar pinjaman mereka atau menerima pada rekening tabungan mereka.
Namun, tingkat yang dibebankan kepada bank-bank guna meningkatkan cadangan mereka
ketika mereka meminjam langsung dari bank sentral. Keputusan bank sentral untuk
mengubah suku bunga, bagaimanapun, akan melalui sistem perbankan dan pada akhirnya
menentukan apa yang konsumen bayar ketika meminjam dan apa yang mereka terima pada
deposito mereka. Secara teori, menerapkan suku bunga rendah akan mendorong bank untuk
menahan kelebihan cadangan lebih sedikit dan akhirnya meningkatkan permintaan terhadap
uang.

2.4.12 Pengeluaran Pemerintah Terhadap Investasi

Analisis ekonomi yang hanya memperhatikan pasar barang saja, pada umumnya
investasi (I) diperlakukan sebagai variabel eksogen Namun, dalam model IS-LM, investasi
merupakan fungsi dari tingkat bunga atau dapat ditulis I = f( r ) , dimana I/r < 0. Jadi,
investasi (I) merupakan variabel endogen (variabel-variabel yang ditentukan oleh variabel -
variabel yang ada didalam model yang digunakan). Sebagai contoh, dipunyai fungsi
investasi : I =80 –4r, dimana I = jumlah investasi per-tahun dalam milyar rupiah dan r =
tingkat bunga dalam persen per tahun.

63
Dari persamaan tersebut dapat dihitung, jika tingkat bunga yang berlaku adalah 15%
maka jumlah investasi adalah Rp. 20 milyar, jika tingkat bunga turun menjadi 10% maka
investasi akan menjadi Rp. 40 milyar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa jika
tingkat bunga turun , investasi cenderung meningkat dan sebaliknya jika tingkat bunga naik,
investasi cenderung menurun.

Perlu di ingat bahwa permintaan untuk investasi bersifat eksogen artinya besarnya
investasi tertentu tidak dipengaruhi oleh besarnya tingkat pendapatan, tinggi - rendahnya
tingkat bunga dan lain-lainya. Jika besarnya i,g,t dan a diketahui maka persamaan tersebut di
atas dapat menentukan besarnya pendapatan,y, yang tidak dipengaruhi faktor - faktor yang
ada di pasar uang.

Di dalam model Fikalis ini, perubahan JUB hanya akan memperngaruhi kuva LM
saja. Tingkat bunga r, akan dipengaruhi tetapi dengan diketahuinya bahwa investasi inelastis
terhadap tingkat bunga yang ditunjukkan oleh fungsi IS yang tegak lurus, maka harga dan
pendapatan tidak akan terpengaruh.

Kurva IS akan dipengaruhi oleh faktor - faktor fiskalis antara lain pengeluaran
pemerintah g dan pajak t. Kurva permintaan agregat akan berubah dengan berubahnya faktor
- faktor tersebut mengakibatkan perubahan pendapatan y, dan harga P. Kurva LM berarah
positif sedangkan kurva IS tegak lurus atau inelastis sempurna.

Efektifitas kebijakan Fiskal dan Moneter

Efektivitas Antara Kebijakan Fiskal dan Kebijakan Moneter Dengan Pendekatan


Model IS-LM bertujuan untuk mengetahui kebijakan mana yang lebih efektif antara
kebijakan fiskal dan kebijakan moneter bagi perekonomian Indonesia. Penelitian ini memakai
model IS-LM dan menggunakan error correction model Engle-Granger (ECM-EG) untuk
mengestimasi variabel-variabel penelitian.

Model dasar penelitian terdiri dari empat persamaan struktural, tiga buah variabel
eksogen dan dua persamaan identitas. Kebijakan dikatakan lebih efektif jika kebijakan
tersebut mampu mempengaruhi peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB) lebih tinggi
dibandingkan kebijakan yang lain. Kemampuan kebijakan tersebut dalam mempengaruhi
peningkatan PDB ditunjukkan oleh besaran multiplier dari kebijakan tersebut. Disamping itu,
penelitian ini juga menentukan keseimbangan tingkat bunga dan keseimbangan PDB atau
Pendapatan Nasional baik pada pasar barang maupun pada pasar uang.

64
Dalam analisis IS-LM diasumsikan tingkat harga tetap, data yang dipergunakan terdiri
dari Produk Domestik Bruto, konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah, ekspor, impor,
permintaan uang, penawaran uang dan tingkat bunga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
multiplier kebijakan fiskal sebesar 0,6 dan multiplier kebijakan moneter sebesar 2,6
sedangkan rata-rata keseimbangan perekonomian Indonesia terjadi pada Pendapatan Nasional
sebesar 895.292,83 (miliar) dan tingkat bunga sebesar 11,29 persen. Berdasarkan penelitian
yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa kebijakan moneter akan lebih efektif
dalam mempengaruhi Produk Domestik Bruto dibandingkan dengan kebijakan fiskal.

2.4.13 Algebra Kebijakan Fiskal dan Moneter dalam Model IS-LM

   Teori Kebijakan fiskal

Kebijakan Fiskal adalah suatu kebijakan ekonomi dalam rangka mengarahkan kondisi
perekonomian untuk menjadi lebih baik dengan jalan mengubah penerimaan dan pengeluaran
pemerintah. Dari sisi pajak jelas jika mengubah tarif pajak yang berlaku akan berpengaruh
pada ekonomi. Jika pajak diturunkan maka kemampuan daya beli masyarakat akan meningkat
dan industri akan dapat meningkatkan jumlah output. Sebaliknya kenaikan pajak akan
menurunkan daya beli masyarakat serta menurunkan output industri secara umum. Dalam
literatur klasik, terdapat beberapa perbedaan pandangan mengenai kebajikan fiskal, terutama
menurut teori Keynes dan tiori klasik tradisional (Nopirin, 2000).

Jenis Kebijakan Fiskal

Dari sudut ekonomi makro maka kebijakan fiskal dapat dibedakan menjadi dua yaitu
Kebijakan Fiskal Ekspansif dan Kebijakan Fiskal Kontraktif. Kebijakan Fiskal Ekspansif
adalah suatu kebijakan ekonomi dalam rangka mengarahkan kondisi perekonomian untuk
menjadi lebih baik dengan jalan mengubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah, pada
saat munculnya kontraksional gap. Konstraksional gap adalah suatu kondisi dimana output
potensial (YF) lebih tinggi dibandingkan dengan output Actual .

Kebijakan ekspansif dilakukan dengan cara menaikkan pengeluaran pemerintah (G)


atau menurunkan pajak (T) untuk meningkatkan output (Y), adapun mekanisme peningkatan
pengeluaran pemerintah ataupun penurunan pajak (T) terhadap output adalah sebagai berikut,
pada grafik (2.1) maka dapat dijelaskan bahwa disaat pengeluaran pemerintah (ΔG) naik atau
selisih pajak (ΔT) turun maka akan menggeser kurva pengeluaran agregat keatas sehingga
pendapatan akan naik dari (Y1) menjadi (Yf).

65
Kebijakan Fiskal Kontraktif adalah kebijakan pemerintah dengan cara menurunkan
belanja negara dan menaikkan tingkat pajak. Kebijakan ini bertujuan untuk menurunkan daya
beli masyarakat dan mengatasi inflasi. kebijakan pemerintah untuk membuat pemasukannya
lebih besar daripada pengeluarannya. Baiknya politik anggaran surplus dilaksanakan ketika
perekonomian pada kondisi yang ekspansi yang mulai memanas (overheating)  untuk
menurunkan tekanan permintaan. pada saat munculnya ekpansionary gap. Ekspansionary
gap  adalah suatu kondisi dimana output potensial (Yf) lebih kecil dibandingkan dengan
output Actual (). Adapun mekanisme penurunan pengeluaran pemerintah (G) ataupun
kenaikan pajak (T) terhadap output (Y) adalah sebagai berikut, secara grafik kebijakan fiskal
kontraktif diagram sebagai berikut:

Pada gambar 2.2 dapat dijelaskan bahwa disaat pengeluaran pemerintah (ΔG) turun atau
selisih pajak (ΔT) naik maka akan menggeser kurva pengeluaran agregat kebawah sehingga
Pendapatan akan turun dari (Y1) menjadi (Yf).
66
2.4.14 Alat Analisis Kebijakan fiskal melalui IS Curve

 Teori IS Curve

Pasar barang adalah pasar dimana semua barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu
negara dan dalam jangka waktu tertentu.Permintaan dalam pasar barang merupakan agregasi
dari semua permintaan akan barang dan jasa di dalam negeri, sementara yang menjadi
penawarannya adalah semua barang dan jasa yang diproduksi dalam negeri.

Kurva IS menyatakan hubungan antara tingkat bunga dan tingkat pendapatan yang
muncul di pasar barang dan jasa. Kurva IS juga menyatakan “investasi” dan “tabungan”.
Dalam sistem ekonomi tertutup, identitas output agregat merupakan penjumlahan konsumsi
rumah tangga, konsumsi perusahaan dan konsumsi pemerintah, yaitu:

Y =C+I+G                 (2.1)

Y = output riil agregat,

C = konsumsi riil rumahtangga,

I = konsumsi riil perusahaan, dan

G = konsumsi riil pemerintah.

Fungsi konsumsi riil rumah tangga dan konsumsi riil perusahaan masing-masing adalah

C = C [(Y-T],R)                  (2.2)

I=I[Y-R]                                    (2.3)

Y - T = pendapatan disposable riil, dan

R = tingkat bunga nominal.

Hubungan persamaan (2.1), (2.2) dan (2.3) menjelaskan output riil agregat, yaitu:

Y =C[Y-T],R]+I[Y,R]+G               (2.4)

Fungsi konsumsi riil rumahtangga dalam bentuk linier dari pendapatan disposable dan tingkat
bunga nominal: C = α0 + α1 [Y-T] - α2 R. Demikian juga fungsi konsumsi riil perusahaan
adalah dalam bentuk linier dari pendapatan disposable dan tingkat bunga nominal: I= α0 +
α1 Y - α2 R. Oleh sebab itu output riil agregat ekonomi tertutup berubah menjadi: 

67
Persamaan (2.5) menjelaskan keseimbangan pasar barang, dimana keseimbangan output riil
agregat [Y] ditentukan oleh tingkat bunga nominal [R], konsumsi riil pemerintah [G] dan
pajak pendapatan riil [T]. Persamaan (2.5) menjelaskan bahwa kemiringan atau slope dari
kurva IS adalah negatip, artinya respons output riil agregat [Y] terhadap tingkat bunga bunga
nominal [R] adalah negatip.

Derivasi Is Secara Grafis dan Matematis

Secara grafis fungsi IS dapat dilihat sebagai berikut :

 1.      Pada tingkat bunga pada R1 maka kurva permintaan agregat adalah pada kurva a + bY + e –
f.R1, maka pendapatan nasional equilibrium pada Y1.

2.      Titik E1 pada diagram pertama terbentuk dari perpotongan antara kurva a + bY + e –


f.R1dan garis 45o.

3.      Titik E1 pada diagram kedua merupakan perpotongan garis yang ditarik dari titik E1 pada
diagram pertama dengan garis R1 pada diagram kedua.

4.      Bila tingkat bunga pada R2, maka kurva permintaan agregat adalah pada kurva a + bY + e –
f.R2, pendapatan nasional equilibrium pad

68
5.      Titik E2 pada diagram pertama terbentuk dari perpotongan antara kurva a + bY + e –
f.R2dan garis 45o.

6.      Titik E2 pada diagram kedua merupakan perpotongan garis yang ditarik dari titik E2 pada
diagram pertama dengan garis R2 pada diagram kedua.

7.      Dengan menghubungkan titik E1 dan E2 pada diagram kedua, didapatkan kurva IS.

Pergeseran dan pergerakan dalam kurva IS, secara umum dapat dilakukan melalui
perubahan–perubahan pada variabel pengeluaran pemerintah (G) dan pajak (T) yang terkait
dengan kebijakan fiskal.

Dengan menggunakan perpotongan Keynesian untuk melihat bagaimana perubahan-


perubahan lain dalam kebijakan fiskal menggeser kurva IS. Karena kenaikan pengeluaran
pemerintah atau menurunkan pajak akan memperbesar pendapatan dan menggeser kurva IS
keluar atau kekanan. Menurut Mankiw (2000), dan Glahe, Fred R. (1977), besarnya
perubahan pendapatan (Y) sebagai akibat perubahan pengeluaran pemerintah atau penurunan
pajak adalah sebesar multipliernya. Secara grafik maka pergeseran tersebut dapat dilihat
sebagai berikut

69
2.4.15 Alat Analisis Kebijakan Fiskal Melalui LM Curve

 Teori LM Curve

Model LM menjelaskan keseimbangan permintaan dan penawatan uang. Rumah


tangga memerlukan atau memegang uang sebagai aktiva yang berfungsi sebagai alat tukar,
pengukur nilai dan penyimpan nilai. Model keseimbangan permintaan dan penawaran uang
adalah

 = L(Y,R)                                       (2.6)

P] tertentu, persamaan (2.6) menjelaskan bahwa respons output riil agregat [Y]
terhadap tingkat bunga nominal [R] adalah positip karena hubungan stok uang [M] dengan
tingkat bunga nominal [R] adalah negatip. Jika model keseimbangan pasar uang adalah M/P

=Pada nilai [M  0  + 1   Y -   2  R maka skedul LM adalah Y = -(  0/  1)+(  2/  1) R + (1/  1)

M/P atau secara umum: y =   [R, M/P].

Hubungan Y dengan R pada stok uang tertentu menjelaskan kurva LM dengan dengan
kemiringan positip. Artinya respons output riil agregat [Y] terhadap tingkat bunga nominal
[R] adalah positip atau peningkatan tingkat bunga akan meningkatkan output riil agregat pada
keseimbangan pasar uang. Hubungan antara tingkat bunga dan tingkat pendapatan yang
muncul di pasar uang dinyatakan dengan Kurva LM. Teori preferensi likuiditas menyatakan
bahwa tingkat bunga menyesuaikan untuk menyeimbangkan penawaran dan permintaan
untuk aset perekonomian yang paling likuid, yaitu uang. Jika M menyatakan penawaran uang
dan P menyatakan tingkat harga, maka M/P adalah penawaran dari keseimbangan uang riil.
Teori preferensi likuisditas mengasumsikan adanya penawaran uang riil tetap. Penawaran
uang M adalah variabel kebijakan eksogen yang dipilih oleh bank sentral. Tingkat harga P
juga merupakan variabel eksogen dalam model ini (dianggap tingkat harga adalah
tertentu (given) karena model IS-LM menjelaskan jangka pendek ketika tingkat harga adalah
tetap).

70
Derivasi LM Secara Grafis 

Secara grafis fungsi LM dapat dilihat sebagai berikut :

1. Penawaran uang merupakan garis tegak lurus (M/P1).


2. Pada penghasilan tertentu ada permintaan uang, kurva permintaan uangnya adalah L1
= kY – h.R.
3. Perpotongan kurva permintaan uang (M/P1) dan penawaran uang (L1) terletak pada
titik E1 dan menentukan tingkat bunga R
4. Apabila pendapatan bertambah maka kurva permintaan terhadap uang menjadi L2 dan
memotong kurva penawaran uang pada E2 sehingga jadi R2
5. Titik Y1 penghasilan yang bersifat Given kedua tingkat bunga R yang terbentuk pada
diagram sebelah kiri permintaan dan penawaran, kemudian karena penghasilan naik
yaitu menjadi Y2, maka permintaan terhadap uang menjadi L2 yang menghasilkan
tingkat bunga R2 maka terbentuk kurva LM.

Pergeseran dan pergerakan dalam kurva IS, secara umum dapat dilakukan melalui perubahan
pada variabel tingkat suku bunga dan pendapatan yang terkait dengan kebijakan moneter.
Pergeseran kurva LM dapat dilihat pada gambar 2 berikut :

71
Keterangan : r adalah tingkat suku bunga, Y adalah pendapatan nasional, M/P adalah money
supply, L(R, Y) adalah permintaan uang.

Penurunan dalam penawaran uang akan menggeser kurva LM dari LM0 ke LM1 yang
berakibat terhadap kenaikan tingkat suku bunga dalam tingkat pendapatan nasional tertentu.

72
2.5 PERMINTAAN AGREGATIF
2.5.1 Tingkat Harga dengan Analisis IS-LM

Perpotongan kurva IS dan kurva LM menentukan tingkat pendapatan nasional, dan


tingkat bunga untuk tingkat harga tertentu. Jika kurva IS atau LM bergeser, ekuilibrium
perekonomian jangka-pendek berubah, dan pendapatan nasional berfluktuasi.
a. +DG perhatikan kenaikan belanja pemerintah Ini akan menaikkan tingkat
pendapatan sebesar DG/(1- MPC).

r IS IS’ LM
B
A

Kurva IS bergeser ke kanan sebesar DG/(1- MPC) yang menaikkan pendapatan


dan tingkat bunga.

b. -DT misalkan penurunan pajak sebesar DT. Ini akan menaikkan tingkat
pendapatan sebesar DT × MPC/(1- MPC).

r IS IS’ LM
B
A

Kurva IS bergeser ke kanan sebesar DT × MPC/(1- MPC) yang menaikkan


pendapatan dan tingkat bunga.

73
c. +DM Misalnya peningkatan jumlah uang beredar.

r IS LM

ALM’

Kurva LM bergeser ke bawah dan menurunkan tingkat bunga yang menaikkan


pendapatan. Karena ketika Bank Sentral meningkatkan meningkatkan jumlah uang
beredar, masyarakat memiliki uang lebih banyak daripada yang ingin mereka pegang
pada tingkat bunga yang berlaku. Hasilnya, mereka mulai mendepositokan uang
tambahan ini di bank atau menggunakannya untuk membeli obligasi. Tingkat bunga r
lalu turun sampai orang mau memegang semua uang tambahan yang Bank Sentral
keluarkan; ini membawa pasar uang ke ekuilibrium baru. Tingkat bunga lebih rendah,
lalu, mempengaruhi pasar barang. Tingkat bunga lebih rendah menstimulasi investasi
yang direncanakan, yang meningkatkan pengeluaran yang direncanakan, produksi,
dan pendapatan Y.
Model IS-LM menunjukkan bahwa kebijakan moneter mempengaruhi
pendapatan dengan mengubah tingkat bunga. dan Model IS-LM menunjukkan bahwa
peningkatan jumlah uang beredar menurunkan tingkat bunga, yang menstimulasi
investasi dan lalu memperbesar permintaan terhadap barang dan jasa.

2.5.2 Faktor-faktor yang Menentukan Agregatif Demand


1. Faktor – Faktor yang Menentukan Agregat Demand
Permintaan agregat adalah jumlah barang dan jasa yang dihasilkan dalam
perekonomian yang diminta pada tingkat harga tertentu yang digambarkan dalam kurva
agregat. Sifat kurva AD merupakan sutau garis menurun dari kiri-atas ke kanan-bawah.
Artinya, semakin rendah tingkat harga, semakin besar permintaan agregat dalam
perekonomian. Sifat kurva yang menurun kebawah ini disebabkan oleh faktor – faktor
berikut:

74
a. Tingkat Harga dan Pengeluaran Rumah Tangga
Dalam suatu waktu tertentu tingkat pendapatan nominal masyarakat adalah
tetap. Tingkat gaji dan upah serta jumlah kesempatan kerja akan menentukan jumlah
pendapatan yang diterima masyarakat pada suatu waktu tertentu. Apabila tingkat
harga berbeda, daya beli pendapatan yang diperoleh adalah berbeda. Semakin rendah
tingkat harga, semakin banyak barang dan jasa yang dapat dibeli. Dengan kata lain,
nilai riil pengeluaran agregat akan semakin meningkat apabila tingkat harga semakin
rendah.
b. Tingkat Harga, Suku Bunga, dan Investasi
pada umumnya terdapat hubungan antara perubahan tingkat harga dengan
suku bunga. apabila harga stabil, atau tingkat inflasi sangat rendah, suku bunga
cenderung akan berada pada tingkat yang rendah. Semakin tinggi inflasi, suku bunga
akn cenderung semakin tinggi. Pemilik modal akan berusaha untuk memperoleh suku
bunga riil yang tetap besarnya dan ini dilakukan dengan menuntut suku bunga
nominal yang lebih tinggi pada waktu nflasi yang semakin cepat.
Terdapat kaitan yang rapat pula antara suku bunga dengan investasi, yaitu
semakin tingi suku bunga akan menyebabkan penurunan investasi. Menurunnya
investasi akan menyebabkan pengurangan pengeluaran agregat. Dengan demikian,
kenaikan harga akan menimbulkan proses perubahan berikut:

i. Harga naik menyebakan suku bunga naik,


ii. Suku bunga naik menyebabkan investasi turun,
iii. Invetasi yang menurun menyebabkan pengeluaran agregat dan pendapatan
nasional riil meurun.

2.5.3 Faktor-faktor apa yang menentukan Riil GDP dan Tingkat Harga

GDP riil yaitu nilai barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara dalam suatu
tahun dinilai menurut harga yang berlaku pada suatu tahun tertentu yang seterusnya
digunakan untuk menilai barang dan jasa yang dihasilkan pada tahun-tahun lain.
Angka-angka GDP merupakan hasil perkalian antara jumlah produksi dan harga.
Kalau harga-harga naik dari tahun ke tahun karena inflasi, maka besarnya GDP akan
naik pula, tetapi belom tentu kenaikan tersebut menunjukkan jumlah produksi.

75
Mungkin kenaikan gdp hanya disebabkan oleh kenaikan harga saja, sedangkan
volume produksi tetap atau menurun.

2.5.4 Model Klasik dan Keynes

Pandangan Kaum Klasik

Istilah Klasik di dalam ilmu ekonomi mula-mula diperkenalkan oleh Karl Marx yang
ditujukkan untuk teori-teori dari para ahli mulai dari David Richardo, James Mill,
dam pendahulu mereka. Pengertian Klasik versi Karl Marx ini kemudian diperluas
oleh John Maynard Keynes.
Gagasan atau pandangan kaum Klasik yang sangat penting adalah yang
mengatakan bahwa tingkat output dan harga keseimbangan hanya bisa dicapai kalau
perekonomian berada pada tingkat kesempatan kerja penuh (full Employment), dan
keseimbangan dengan tingkat kesempatan kerja penuh (equilibrium with full
employment) itu hanya bisa dicapai melalui bekerjanya mekanisme pasar bebas (free
operation of market mechanism). Keseimbangan dengan kesempatan kerja penuh
tersebut menurut kaum Klasik merupakan kondisi yang ideal atau normal dari suatu
perekonomian.
Keyakinan dari kaum Klasik sbahwa di dalam perekonomian akan selalu
terwujud keadaan seimbang dengan tingkat kesempatan kerja penuh itu
dilatarbelakangi oleh keyakinan mereka akan tiga hal berikut :
1. Bahwa perekonomian pasar (bebas) itu memiliki kekuatan yang dapat diibaratkan
sebagai suatu mekanisme yang memiliki kemampuan self-correcting atau self-
regulating, yang dapat membawa perekonomian tersebut kepada kondisi yang
diinginkan, yaitu full employment equilibrium.
2. Hukum pasar dari J. B. Say, yang mengatakan bahwa penawaran akan menciptakan
permintaannya sendiri (supply creates its own demand), selalu berlaku bagi
perekonomian secara keseluruhan.
3. Bahwa tingkat harga dan upah di dalam perekonomian adalah cukup fleksibel, artinya
harga-harga baran dan upah tenaga kerja sewaktu-waktu dapat dengan cepat
disesuaikan.

76
Pada intinya model makro ekonomi dari kaum Klasik memiliki beberapa
implikasi yang penting, yaitu :

1. Kesempatan kerja penuh selalu terwujud


2. Pergeseran permintaan agregat (aggregate demand, AD) hanya akan mempengaruhi
tingkat harga (P), tetapi tidak mempengaruhi tingkat output riil keseimbangan (Y)
dan kesempatan kerja di dalam perekonomian.
3. Penawaran merupakan faktor kunci bagi pertumbuhan ekonomi. Menurut kaum
Klasik, stagnasi ekonomi yang terjadi merupakan akibat dari kegagalan atau ketidak-
mampuan di dalammeningkatkan atau mengembangkan input-input tersebut.
4. Inflasi yang terjadi akibat ketidak-mampuan bank sentral. Menurut Klasik, inflasi di
dalam perekonomian timbul sebagai akibat kegagalan dari pemerintah atau bank
sentral untuk mengendalikan laju pertumbuhan jumlah uang beredar.

Pandangan Keynes

Apa yang dikemukaka olek kaum Klasik tersebut di atas ternyata mendapat
tanggapan dan kritik keras dari Keynes yang juga dikenal sebagai bapak dari makro
ekonomi modern.
Salah satu pendapat yang sangat penting dari Keynes adalah yang mengatakan
bahwa perekonomian swaste pada dasarnya adalah tidak stabil dan penuh dengan
ketidakpastian, dan bahwa kondisi yang ideal dari perekonomian adalah
keseimbangan di bawah kesempatan kerja penuh atau keseimbangan dengan
pengangguran besar-besaran.
Selain itu, Keynes mengatakan bahwa tidak terdapat kecenderungan secara
alamiah bagi perekonomian yang bergerak ke arah keseimbangan dengan kesempatan
kerja penuh. Di dalam model makro ekonominyaKeynes, uang merupakan peubah
yang sangat penting dan menentukan karena dapat mempengaruhi tingkat output dan
kesempatan kerja.
Keynes menciptakan suatu teori yang bersifat terpadu tentang uang, output,
kesempatan kerja dan harga-harga, sebagai kebalikan dari teori klasik yang dikenal
dengan “two-worlds” system, dimana output riil dan kesempatan kerja ditentukan
oleh tingkat upah dan tingkat bunga, sementara jumlah uang beredar hanya
menentukan tingkat harga.

77
Singkatnya Keynes tidak mempercayai bahwa :

1. Perekonomian akan selalu berada pada kondisi keseimbangan dengan kesempatan


kerja penuh
2. Mekanisme pasar itu akan selalu dapat bekerja dengan baik, sehingga menjamin
perekonomian selalu dalam kondisi yang diharapkan.
3. Hukum pasar dari J.B. Say yang mengatakan penawaran menciptakan permintaan
sendiri akan selalu berlaku di dalam perekonomian secara keseluruhan, sehingga
menjamin bahwa penawaran agregat akan selalu sama dengan permintaan
agregat(AS=AD).
4. Tingkat harga dan upah bersifat fleksibel, tetapi sebaliknya Keynes mengatakan
bahwa harga dan upah itu cenderung untuk kaku.

J.M. Keynes sering dikatakan telah menciptakan suatu revolusi di dalam pemikiran
ekonomi, khususnya dalam ekonomi makro, yaitu revolusi Keynesian.

Keynes Effect

J.M Keynes melihat bahwa perubahan tingkat harga berpengaruh terhadap


tingkat pendapatan nasional equilibrium melalui pengaruhnya terhadap real money
supply, yang dapat pula disebut jumlah penawaran uang nyata. Dalam keadaan
deflasi, yaitu di mana tingkat harga mengalami penurunan, nilai riil jumlah uang
beredar akan mengalami peningkatan. Dengan jumlah uang yang nilai nominalnya
sama dalam arti tidak berubah, menurunnya tingkat harga dengan lima puluh persen,
misalnya mengakibatkan meningkatnya real money supply menjadi dua kali jumlah
semula. Sebaliknya, sebagai akibat adanya inflasi, dengan nominal money supply
yang sama dihasilkan real money supply yang lebih sedikit daripada sebelumnya
(Soediyono, 2000).

78
Keynes Effect dan Kurva Permintaan Agregat (Soediyono, 2000)
Pada gambar diatas, mula-mula tingkat harga setinggi 5. Dengan P = 5, real money
supply tergambar sebagai garis penawaran uang M5M5. Dengan harga menurun menjadi
P = 4, garis penawaran uang nyata bergeser ke M4M4. Selanjutnya apabila tingkat harga
menurun lagi ke P = 3, garis real money supply bergeser lagi ke M3M3. Bergesernya
garis real supply MM menjauhi titik sumbu silang 0 ini dengan sendirinya mengakibatkan
kurva LM bergeser ke kanan, dari LM5 ke LM4 kemudian ke LM3. Dengan bergesernya
kurva-kurva LM ini, maka titik equilibrium IS-LM juga pindah, yaitu semula A,
kemudian pindah ke B, lalu ke C (Soediyono, 2000). Dari uraian di atas, dapat dilihat
hubungan antara tingkat harga dengan tingkat pendapatan nasional yang memenuhi syarat
ekuilibriumnya pasar barang dan pasar uang.

79
Pigou Effect

A.C Pigou dalam artikelnya yang sangat terkenal: “The Classical Stationary
State”, mencoba menerangkan pengaruh perubahan tingkat harga terhadap kegiatan
ekonomi suatu perekonomian melalui pengaruhnya terhadap nilai riil saldo kas
masyarakat, yang biasa disebut juga real cash balance. Oleh karena itulah, kiranya
mudah dipahami kalau konsepsinya tersebut terkenal dengan sebutan Pigou real cash
balance effect, yang biasa juga hanya disingkat Pigou Effect (Soediyono, 2000).

Dengan menurunnya tingkat harga, nilai riil saldo kas seseorang meningkat.
Meningkatnya nilai riil saldo kas menyebabkan saldo kas yang semula berada dalam
keadaan ekuilibrium oleh rumah tangga pemiliknya terasa terlalu banyak. Terjadilah
sekarang keadaan disekuilibrium pada diri konsumen atau rumah tangga tersebut.
Mereka ingin mengurangi saldo kasnya sampai pada jumlah yang optimal. Untuk
maksud ini mereka akan menambah besarnya pengeluaran konsumsi (Soediyono,
2000).

80
Pigou Effect dan Kurva Permintaan Agregat (Soediyono, 2000)
Meningkatnya pengeluaran konsumsi pada tingkat pendapatan yang sama secara
grafik tercermin oleh bergesernya kurva atau garis konsumsi menjauhi sumbu
pendapatan nasional. Ini berarti juga bahwa kurva atau garis saving bergeser
mendekat ke sumbu pendapatan nasional. Atau lebih jelasnya variabel C0 nilainya
meningkat dan nilai S0 menurun. Menurunnya nilai S0 pada gambar Pigou Effect
(diatas) terungkap dalam bentuk bergesernya garis saving, misalnya dari S5 ke S4,
lalu ke S3 (Soediyono, 2000). Bergesernya garis saving tersebut dengan sendirinya
akan mengakibatkan bergesernya kurva IS, dari semula IS5 bergeser ke IS4, lalu ke
IS3.

Bergesernya kurva IS ini selanjutnya mengakibatkan pindahnya titik


ekuilibrium IS-LM dari semula A, ke B, lalu ke C. Dengan pindahnya titik
ekuilibrium IS-LM ini berarti tingkat pendapatan nasional ekuilibrium juga berubah
dari semula OY5, menjadi OY4, kemudian berubah lagi menjadi OY3. Secara grafik

81
kurva permintaan agregat pada gambar Pigou Effect dan Kurva Permintaan Agregat
diatas berhasil diturunkan dari kuadran IS-LM. Hasilnya adalah kurva abc pada
kuadran tengah paling bawah.

Keynes Effect, Pigou Effect, dan Permintaan Agregat


Setelah mengetahui bagaimana pengaruh Keynes Effect dan Pigou Effect
mempengaruhi kegiatan ekonomi dalam suatu masyarakat, dan disamping itu telah
diketahui pula bagaimana kedua macam pengaruh tersebut secara sendiri-sendiri
menghasilkan kurva permintaan agregat, adalah logis kalau dipermasalahkan juga
bagaimana cara menurunkan kurva permintaan agregatif apabila dalam perekonomian
Keynes Effect dan Pigou Effect bekerja berdampingan (Soediyono, 2000).

Telah diketahui bahwa adanya Keynes effect terlihat dalam bentuk


bergesernya garis penawaran uang riil dari M5M5 ke M4M4 kemudian M3M3
sebagai akibat menurunnya tingkat harga dari semula 5, berubah menjadi 4, kemudian
berubah lagi menjadi 3. Bergesernya kurva penawaran uang riil ini selanjutnya
mengakibatkan bergesernya kurva LM, dari LM5 ke LM4 lalu ke LM3. Pigou effect
di lain pihak terlihat dari bergesernya kurva IS dari IS5 ke IS4, kemudian IS3, yang
diakibatkan oleh berubahnya tingkat harga yang sama, yaitu dari 5 ke 4 lalu ke 3
(Soediyono, 2000).

Setelah mengetahui pergeseran kurva IS dan LM, langkah selanjutnya adalah


menemukan titik ekuilibrium IS-LM. Dalam mencoba menemukan titik-titik
ekuilibrium tersebut perlu hati-hati. Sebab dengan tiga kemungkinan tingkat harga,
sudah ditemukan sembilan titik potong IS-LM. Padahal untuk masing-masing tingkat
harga hanya terdapat satu titik ekuilibrium IS-LM. Sebagai pegangan dalam
menemukan titik ekuilibrium ISLM dapat diketengahkan bahwa hanya titik-titik
potong kurva IS dengan kurva LM pada tingkat harga yang sama sajalah yang
merupakan titik-titik ekuilibrium IS-LM. Dalam gambar Keynes Effect, Pigou Effect
dan Kurva Permintaan Agregat (dibawah), titik-titik potong IS-LM yang merupakan
titik-titik ekuilibrium IS-LM hanyalah titik-titik potong A, B, dan C (Soediyono,
2000).

82
Setelah menemukan titik-titik ekuilibrium IS-LM, langkah-langkah
selanjutnya dalam menurunkan kurva permintaan agregat tidak berbeda dengan
sebelumnya. Yaitu titik-titik ekuilibrium IS-LM A, B dan C di bawa ke kuadran
tengah paling bawah, kuadran yang dapat kita sebut sebagai kuadran permintaan-
penawaran agregatif, yang kemudian dari masing-masing titik tersebut ditempatkan
pada tingkat harga masing-masing. Pada gambar Keynes Effect, Pigou Effect dan
Kurva Permintaan Agregat (dibawah), kurva permintaan agregat yang dihasilkan
adalah kurva abc.

Keynes Effect, Pigou Effect dan Kurva Permintaan Agregat (Soediyono, 2000)

83
2.5.5 Bentuk Kurva Permintaan Agregatif

Mudah dipahami kalau kurva permintaan agregat bentuknya dipengaruhi oleh bentuk
kurva-kurva yang merupakan unsur daripada kurva permintaan agregat tersebut.
Sehubungan dengan ini, dapat dibedakan antara bentuk kurva permintaan agregat
yang diturunkan dari asumsi-asumsi klasik dengan bentuk kurva permintaan agregat
yang diturunkan dari asumsi-asumsi Keynes.

Bentuk Kurva Permintaan Agregatif, Asumsi Klasik Lawan Asumsi Keynes (Soediyono,
2000)
Pada gambar Bentuk Kurva Permintaan Agregatif diatas, di mana agDC
merupakan kurva permintaan agregat dengan asumsi klasik, sedangkan agDK
merupakan kurva permintaan agregat dengan asumsi Keynes.
Sebagai konsekuensi dipergunakannya asumsi adanya jerat likuiditas atau
liquidity trap dan atau inelastis sempurnanya kurva permintaan investasi agregat pada
bagian sebelah kanan kurva tersebut, maka kurva permintaan agregat dengan asumsi

84
Keynes pada tingkat-tingkat harga yang tinggi bentuknya sama dengan bentuk yang
dimiliki oleh kurva permintaan agregat dengan asumsi klasik. Tetapi mulai tingkat
harga dengan kerendahan tertentu kurva permintaan agregat Keynes menurun lebih
cepat dan bahkan akhirnya dapat sejajar dengan sumbu tingkat harga.

Sebaliknya dengan menggunakan asumsi-asumsi Klasik, yang boleh dikatakan


tidak mengakui kemungkinan adanya liquidity trap dan fungsi permintaan Investasi
dengan elastisitas yang sangat rendah, dihasilkan kurva permintaan agregat yang
bentuknya seperti terlihat pada gambar Bentuk Kurva Permintaan Agregatif diatas,
sebagai kurva agDC.

85
Bentuk Kurva Permintaan Agregatif dengan Adanya Jerat Likuiditas (Soediyono, 2000)
Mengenai bagaimana liquidity trap menghasilkan kurva permintaan agregat yang
inelastis sempurna dapat diuraikan dengan menggunakan gambar Bentuk Kurva
Permintaan Agregatif dengan Adanya Jerat Likuiditas (diatas). Bekerjanya Keynes
effect menggeser kurva LM ke kanan. Dalam contoh sebagai akibat menurunnya
tingkat harga dari 6 ke 5, kemudian ke 4, dan seterusnya, kurva LM bergeser dari
semula LM6 ke LM5, lalu ke LM4, dan seterusnya. Ini selanjutnya mengakibatkan
titik ekuilibrium IS-LM pindah dari A ke B, kemudian ke C dan seterusnya.

Sekalipun kurva LM terus bergeser ke kanan sebagai akibat bekerjanya


Keynes effect, namun sebagai akibatnya adanya liquidity trap, bergesernya titik
equilibrium IS-LM akan ”terjerat” pada titik D oleh jerat likuiditas atau liquidity trap
tersebut. Dengan terjeratnya titik ekuilibrium IS-LM pada titik D, tingkat bunga tidak
akan menurun lebih rendah daripada Ort, dan tingkat pendapatan nasional tidak akan
melampaui Oyt. Selanjutnya hal ini mempunyai makna bahwa mulai dari tingkat
harga 3 turun ke bawah, kurva permintaan agregat bergerak sejajar dengan sumbu
harga.
2.5.6 Komponen Pengeluaran (konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah dan nilai
ekspor bersih)

Pengeluaran Agregat
Pengeluaran aggreaget ini sama dengan Permintaan Agregat karena konsekuensi
dari permintaan adalah adanya pengeluaran oleh rumah tangga, investor, pemerintah
dan eksportir untuk membeli barang dan jasa.

Pengeluaran Aggregate dapat dikelompokkan atas empat komponen, yaitu:

a.       pengeluaran konsumsi rumah tangga,

b.      pengeluaran invesatasi oleh pengusaha (bisnis),

c.       pengeluaran pemerintah, dan

d.      permintaan luar negeri.

           Berikut akan diuraikan satu persatu dari komponen Agregat Demand atau
Agregat Spending tersebut.

86
·         Pengeluaran Konsumsi

Merupakan bagian terbesar dari permintaan agregat yaitu berupa permintaan dari
konsumen terhadap barang dan jasa yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari.
Konsumsi ini memegang peranan penting dalam perekonomian menurut teori Keynesian
karena akan menentukan output dan pendapatan masyarakat suatu negara. Kontribusi
konsumsi terhadap pembentukan GDP di Indonesia diperkirakan sebesar 65% dari total
GDP. Konsumsi dapat dibagi atas tiga kategori yaitu barang tanah lama (durable goods)
seperti mobil, barang tidak tahan lama (nondurable goods), dan jasa (services). Dari sisi
asal barang maka barang dan jasa yang dikonsumsi oleh konsumen dalam negeri terdiri
dari barang produksi dalam negeri dan barang /jasa yang diproduksi oleh negara lain yang
diimport ke Indonesia. Dalam penghitungan GDP angka import ini harus dikeluarkan dari
angka GDP.

·         Pengeluaran Pemerintah

Yang termasuk dalam pengeluaran pemerintah adalah semua pengeluaran pemerintah


yang diperlukan agar roda pemerintahan dapat berjalan dengan baik.Pengeluaran
pemerintah ini tercantum dalam Anggaran Belanja dan Pendapatan Nasional
(APBN).Barang dan jasa yang dibeli oleh pemerintah tidak dihitung nilai tambahnya
(value added) seperti halnya pada barang konsumsi karena barang dan jasa yang
diproduksi oleh pemerinatah pada umumnya adalah gratis.Pengeluaran pemerintah seperti
uang pensiun (transer of payment) tidak dihitung dalam GDP karena pengeluaran tersebut
bukan merupakan pembelian terhadap barang atau jasa yang baru diproduksi.

·         Pengeluran Investasi

Investasi adalah tambahan terhadap akumulasi modal (physical stock of capital) ditambah
dengan perobahan persediaan (inventory changes).Tetapi transaksi saham tidak termasuk
dalam penambahan stok modal.Jadi investasi adalah aktifitas yang bisa meningkatkan
kemampuan ekonomi dalam memproduksi barang dan jasa dimasa mendatang.Contohnya
adalah pembelian barang investasi, peralatan, dan pembangunan rumah baru.Sewa dari
tumah tersebut dihitung sebagai konsumsi.

Permintaan Ekspor Bersih (Net Export)

87
Komponen terakhir dari GDP adalah net export yaitu selisih antara export dan import (X
– M). Export merupakan GDP dari dalam negeri karena merupakan barang atau jasa yang
diproduksi di dalam negeri, tetapi tidak dikonsumsi di dalam negeri. Barang ekspor akan
dibeli atau dikonsumsi oleh rumah tangga, investor, atau pemerintah negara asing
sedangkan import adalah barang yang diproduksi di luar negeri, berarti adalah GDP
negara asing.

         Dalam GDP yang dihitung adalah net ekspor untuk menghindari penghitungan dua
kali (double counting). Barang dan jasa yang dibeli oleh rumah tangga, investor, dan
pemerintah tidak semuanya diproduksi di dalam negeri tetapi beberapa barang yang dibeli
tersebut berasal dari luar negeri.Jadi komponen pengeluaran aggeregate yang diuraikan
diatas – pengeluaran rumah tangga, investor dan pemerintah – sebagiannya adalah barang
yang diproduksi di luar negeri, berarti adalah GDP negara asing atau bukan merupakan
GDP Indonesia. Karena itu untuk mengkoreksinya maka ekspor harus dikurangi dengan
impor agar barang import tidak terhitung sebagai GDP kita, karena yang termasuk dalam
GDP Indonesia adalah konsumsi rumah tangga berupa barang-barang produksi dalam
negeri, ditambah dengan belanja barang investor, ditambah belanja barang pemerintah
dan ditambah dengan nilai barang yang diekspor ke luar negeri. Barang-barang import
yang telah dikonsumsi oleh konsumen dalam negeri tidak bisa dihitung sendiri karena
telah masuk dalam perhitugan jumlah konsumsi. Nilai barang import ini tentu sama
dengan jumlah nilai barang yang diimport yang tercatat di Bea dan Cukai sehingga
dengan mengeluarkannya dari angka export maka sama dengan mengeluarkannya dari
angka konsumsi barang import.

Dalam penghitungan pengerluaran agregat, bisa digunakan formulasi sebagai berikut:

AE  = C + I  + G  + (X-M)

Keterangan :

AE         = pengeluaran agregat

C            = pengeluaran konsumsi

I             = pengeluaran investasi

G            = pengeluaran pemerintah

88
X-M       = ekspor netto

2.5.7 Keseimbangan Pengeluaran

Keseimbangan pendaparan nasional

1. Penawaran agregat sama dengan pengerluaran agregat.

Dalam perekonomian terbuka barang dan jasa yang diperjual-belikan di dalam negeri terdiri
dari dua golongan barang, yaitu :

a. Yang di produksi di dalam negeri dan meliputi pendapatan nasional (Y)

b. Yang di impor dari luar negeri.

Dengan demikian dalam perekonomian terbuka penawaran agregat (AS) terdiri dari
pendapatan nasional (Y) dam impor (M), dalam rumus :

AS = Y + M

Sirkulasi aliran pendapatan dalam perekonomian terbuka telah menunjukkan bahwa


pengeluaran agregat (AE( meliputi lima komponen berikut : pengeluaran rumah tangga ke
atas barang produksi dalam negeri (Cdn), investasi swasta (I), pengeluaran pemerintah (G),
ekspor (X), dan pengeluaran k eats impor (M), dalam rumus :

AE = Cdn + I + G + X + M

Pengeluaran rumah tangga terdiri dari pengeluaran ke atas barang dalam negeri (C) dan
pengeluaran ke atas barang impor. Maka dalam perekonomian terbuka berlaku persamaan
berikut :

C = Cdn + M atau AE = C + I + G + X

Dalam setiap perekonomian keseimbangan pendapatan nasional dicapai apabila penawaran


agregat (AE). Dengan demikian, dlam perekonomian terbuka keseimbangan pendapatan
nasional akan tercapai apabila :

Y + M = C + I + G + X atau Y = C + I + G + ( X – M )

2. Suntikan dan bocoran dalam perekonomian terbuka

89
Dalam pendekatan suntikan bocoran, keseimbangan pendapatan nasional dalam
perekonomian terbuka dicapai dalam keadaan berikut :

I+G+X=S+T+M

Untuk menentukan keseimbangan pendapatan nasional dalam perekonomian terbuka


diperlukan pencapaian dalam kesamaan, yaitu pendapata nasional (Y) yang telah dikurangi
oleh pajak pendapatan perusahaan serta pendapatan nasional yang mengalir ke sector rumah
tangga dikurangi pula oleh pajak pendapatan individu. Sisa yang diperoleh merupakan
pendapatan disposebel (Yd).maka dengan rumus :

Yd = Y – Pajak perusahaan – Pajak Individu Atau Yd = Y – T

Pendapatan disposebel tersebut digunakan untuk tujuan-tujuan :

a. Untuk membeli barang buatan dalam negeri dan barang impor, dengan rumus : C = Cdn
+M

b. Untuk di tabung (S)

Maka dari pernyataan tersebut, yaitu Yd = C + S. Oleh karena Yd = Y – T, maka dalam


ekonomi terbuka berlaku persamaan :

Y – Y = C + S atau Y = C + S + T

Dimana C adalah pengeluaran rumah tangga untuk membeli barang dalam negeri dan barang
impor.

Mengenai keseimbangan mengikut pendekatan penawaran agregat-pengeluaran agregat


menunjukan bahwa keseimbangan di capai apabila :

Y=C+I+G+(X–M)

Dengan demikian dalam perekonomian terbuka yang mencapai keseimbangan pendapatan


nasional berlaku kesamaan :

C+I+G+(X–M)=C+S+T

Atau

I+G+X=S+T+M

90
· Keseimbangan Dalam Perekonomian Terbuka

Ada pernyataan mengenai keseimbangan pendapat nasional dalam perekonomian terbuka,


yaitu apabila dimisalkan perekonomian tersebut terdiri dari tiga sector, keseimbangan
pendapat nasional akan dicapai pada keadaan Y = C + I + G. Dan apabila perekonomian ini
berubah menjadi ekonomi terbuka, akan timbul dua aliran pengeluaran baru, yaitu ekspor dan
impor. Ekspor akan menambah pengeluaran agregat manakala impor akan mengurangi
pengeluaran agregat.

Dengan demikian, apabila perekonomian berubah dari ekonomi tertutup ke ekonomi terbuka,
pengeluaran agregat akan bertambah semakin banyak Ekspor Neto, yaitu sebanyak ( X – M ).
Nilai Ekspor Neto ini perlu ditambahkan kepada fungsi pengeluaran agregat untuk
perekonomian tertutup ( AE = C + I + G ). Dan akan diperoleh fungsi pengeluaran agregat
untuk ekomoni empat sector, yaitu AE = C + I + G + ( X – M ).

Akibat dari perubahan keseimbangan pendapatan nasional ini menyebabkan


pendapatan nasional meningkat (pendapatan nasional dalam perekonomian tertutup) menjadi
pendapatan nasional untuk perekonomian terbuka. Dan bahwa fungsi AE = C + I + G + ( X –
M ) tidak sejajar dengan AE = C + I + G dan dengan konsumsi (C). Keadaan demikian
berlaku karena impor (M) nilainya sebanding dengan pendapatan nasional, maka fungsi dari
AE = C + I + G + ( X – M ) lebih landai.

Misalkan keseimbangan pendapatan nasional menurut pendekatan bocoran yaitu, jika


apabila ekonomi terdiri dari tiga sector maka perubahan dari perekonomian tertutup menjadi
perekonomian terbuka, menyebabkan :

a. Suntikan bertambah sebanyak X, dari I + G menjadi I + G + X. perubahan sejajar karena


ekspor adalah pengeluaran otonomi.

b. Bocoran bertambah sebanyak M, dari S + T dan semakin menjauhi S + T karena M


adalah pengeluaran terpengaruh (sebanding dengan pendapatan nasional).

· Perubahan-perubahan Keseimbangan

Perubahan yang terjadi pada pengeluaran rumah tangga,perubahan komponen-


komponen suntikan (I, G, dan X) dan perubahan komponen-komponen bocoran (S,T, atau M)
akan menimbulkan perubahan ke atas keseimbangan pendapatan nasional. Kenaikan dalam
pengeluaran rumah tangga, investasi, pengeluaran pemerintah atau ekspor akan menaikkan

91
pendapatan nasional. Kenaikan pengeluaran agregat juga akan menimbulkan proses
multiplier sehingga pada akhirnya menyebabkan pertambahan pendapatan nasional adalah
lebih besar dari pertambahan pengeluaran agregat yang berlaku. Dalam ekonomi empat sector
nilai multiplier adalah lebih kecil dari dalam ekonomi tiga sector.sebabnya adalaha karena
dalam perekonomian terbuka misalkan impor adalah sebanding dengan pendapatan nasional,
yaitu persamaan impor adalah M = m Y. Nilai m menyebabkan tingkat ‘kebocoran’
(presentasi dari pertambahan pendapatan nasional yang tidak dibelanjakan kembali untuk
menimbulkan proses multiplier selanjutnya) menjdi bertambah.

Perubahan komponen yang meliputi bocoran (S, T, atau M) akan menimbulkan akibat
yang sebaliknya dari yang ditimbulkan oleh komponen pengeluaran agregat. Kenaikan
tabungan, atau pajak atau impor akan mengurangi pendapatan nasional. Proses multiplier
akan menyebabkan pendapatan nasional berkurang lebih besar dari kenaikan kebocoran.

2.5.8 Nilai Multiplier

False, karena pengganda bukan kebalikan dari kecenderungan mengkonsumsi marjinal


melainkan yang menentukan multiplier.

Multiplier (Pengganda), Keynes mendefinisikan Multiplier sebagai “Rasio pastiantara


pendapatan dan investasi serta, subyek penyederhanaan tertentu, antara jumlah pekerjaan dan
tenaga kerja yang dipekerjakan pada investasi langsung …”

Angka pengganda menggambarkan perbandingan diantara jumlah pertambahan/pengurangan


dalam pendapatan nasional dengan jumlah pertambahan/pengurangan dalam pengeluaran
agregat yang telah menimbulkan perubahan dalam pendapatan nasional.

Pendapatan nasional berubah sebagai akibat dari perubahan nilai komponen,


yaitu:a).Investasi, b)Konsumsi, c)pengeluaran pemerintah, d)eksport dan import.

Perubahan pendapatan agregat sama dengan perubahan konsumsi ditambah perubahan


investasi .karena perubahan konsumsi tergantung pada perubahan dalam investasi, kita dapat
menghapus konsumsi dari persamaan. Perubahan dalam pendapatan agregat sama dengan
pengganda investasi kali perubahan investasi.

Pendapatan nasional berubah sebagai akibat dari perubahan nilai komponen sebagai
berikut :a) Investasi, b) Konsumsi, c) Pengeluaran pemerintah dan d) Ekspor Impor

92
Multiplier investasi berkaitan dengan kecenderungan mengkonsumsi marjinal:
kecenderungan marjinal mengkonsumsi adalah 1 dikurang (satu dibagi dengan pengganda
investasi)

Dalam berikut menunjukkan perubahan; C = konsumsi; MPC = kecenderungan


mengkonsumsi marjinal; I = investasi; Y = pendapatan; k = investasi penggali).

C = MPC (Y), perubahan dalam konsumsi sama dengan kecenderungan mengkonsumsi


marjinal kali erubahan pendapatan)

Y = kI, perubahan pendapatan sama dengan pengganda investasi kali perubahan investasi

Y = C + I, perubahan pendapatan juga sama dengan perubahan konsumsi ditambah


perubahan investasi

Oleh Karena itu, pengganda investasi kali perubahan investasi sama dengan kecenderungan
mengkonsumsi marjinal kali pengganda investasi kali perubahan investasi, lebih jelasnya: kI
= MPC (kI) + I kI – MPC

(kI) = I kI (1 – MPC) = I

1 – MPC = 1 / k

MPC = 1 -1 / k

Fungsi investasi otonomus berubah menjadi I1 = 250, Konsumsi = 100 dan MPC = 100 + 0,8,
sehingga pengeluaran agregat juga berubah menjadi: AE1 = C + I1 = 100 + 0,8Y + 250 = 350
+ 0,8Y Output keseimbangan yang baru (Y1) adalah : Y = AE = 350 + 0,8Y1 0,2Y1 = 350
Y1 = 1750 Y = Y1 – Y = 1750 – 1500 = 250

Penambahan investasi otonomus sebesar 50 menyebabkan Y meningkatkan sebesar 250.


Kasus ini menunjukan bahwa perubahan pengeluaran otonomus (A), yaitu : konsumsi
otonomus (C0) dan atau investasi otonomus (I0), telah menyebabkan penambahan Y berlipat
ganda. Artinya penambahan pengeluaran otonomus menimbulkan efek pelipatgandaan
terhadap output keseimbangan (Y).Efek inilah yang disebut sebagai efek pelipatgandaan atau
efek multiplier.

Konsep ini menunjukan bahwa perubahan pengeluaran otonomus sebesar satu unit akan
mengubah output keseimbangan beberapa kali lipat besarnya perubahan pengeluaran

93
otonomus (A). Dalam kasus diatas, penambahan A (I0 atau C0) sebesar 50 unit, telah
menambah Y, sebesar 250 unit. Y = Y / A = 5. Angka 5 disebut sebagai angka
pengganda.Sehingga dapat diasumsikan bahwa angka pengganda ditentukan oleh besarnya
angka MPC.

2.6 PENAWARAN AGREGATIF

94
2.6.1 Fungsi Produksi
Pada umumnya ekonomi menggunakan fungsi produksi untuk menggambarkan
hubungan antara input dan output. Fungsi produksi menunjukkan berapa banyak jumlah
maksimum output yang dapat diproduksi apabila sejumlah input yang tertentu
dipergunakan pada proses produksi.
Fungsi produksi adalah suatu skedul (atau tabel atau persamaan matematis) yang
menggambarkan jumlah output maksimum yang dapat dihasilkan dari satu set faktor
produksi tertentu, dan pada tingkat teknologi tertentu pula. Singkatnya fungsi produksi
adalah katalog dari kemungkinan hasil produksi.
Fungsi produksi menunjukkan sifat hubungan di antara faktor-faktor produksi dan
tingkat produksi yang dihasilkan. Faktor-faktor produksi dikenal pula dengan istilah
input dan jumlah produksi selalu juga disebut sebagai output.
Dari pengertian diatas dapat dipahami mengenai unsur-unsur dan faktor-faktor
produksi disini yang dimaksud adalah tanah, modal, tenaga kerja dan keahlian
keusahawan dimana tetap jumlahnya. Hanya tenaga kerja dipandang sebagai faktor
produksi yang berubah-ubah jumlahnya. Dengan demikian perkaitan antara faktor
produksi yang digunakan dan tingkat produksi yang dicapai adalah perkaitan antara
jumlah tenaga kerja yang digunakan dan jumlah produksi yang dicapai. 3 variabel
independen yaitu Bahan Baku, Tenaga Kerja, dan Pemasaran Hasil produksi.

1. Bahan Baku
Menurut Mulyadi (1986: 118) bahan baku adalah bahan yang membentuk bagian
integral produk jadi. Bahan baku yang diolah dalam perusahaan manufaktur dapat
diperoleh dari pembelian lokal, pembelian import atau dari pengolahan sendiri.
Adapun jenis jenis bahan baku menurut Gunawan Adisaputro dan Marwan Asri
(1982: 185) terdiri dari:
1) Bahan baku langsung (direct material)
Bahan baku langsung adalah semua bahan baku yang merupakan bagian
daripada barang jadi yang dihasilkan. Biaya yang dikeluarkan untuk membeli
bahan mentah langsung ini mempunyai hubungan yang erat dan sebanding
dengan jumlah barang jadi yang dihasilkan.
2) Bahan baku tak langsung (indirect material)
Bahan baku tak langsung adalah bahan baku yang ikut berperanan dalam
proses produksi, tetapi tidak secara langsung tamapak pada barang jadi yang

95
dihasilkan. Seandainya barang jadi yang dihasilkan adalah meja dan kursi maka
kayu merupakan bahan baku langsung, sedangkan paku dan plamir
merupakan bahan mentah tak langsung.

2. Tenaga Kerja
Tenaga Kerja adalah seluruh jumlah penduduk yang dianggap dapat bekerja dan
sanggup bekerja jika ada permintaan kerja, tenaga kerja dapat dilihat dari konsep
produktivitasnya.
Tenaga kerja faktor produksi ini bukan saja berarti jumlah buruh yang
terdapat dalam perekonomian. Pengertian tenaga kerja meliputi juga keahlian dan
keterampilan yang mereka miliki. Dari segi keahlian dan pendidikannya, tenaga
kerja di bedakan kepada tiga golongan berikut:
1) Tenaga kerja kasar adalah tenaga kerja yang tidak berpendidikan atau rendah
pendidikannya dan tidak memiliki keahlian dalam suatu bidang pekerjaan,
2) Tenaga kerja terampil adalah tenaga kerja yang memilki keahlian dari
pelatihan atau dari pengalaman kerja seperti montir mobil, tukang kayu dan ahli
mereparasi TV dan radio.
3) Tenaga karja terdidik adalah tenaga kerja yang memiliki pendidikan cukup
tinggi dan ahli dalam bidang tertentu seperti dokter, akuntan, ahli ekonom dan
insinyur.
Konsep produktivitas kerja dapat dilihat dari dua dimensi, yaitu dimensi
individu dan dimensi keorganisasian. Dimensi individu melihat produktivitas dalam
kaitannya dengan karakteristik-karakteristik kepribadian individu yang muncul dalam
bentuk sikap mental dan mengandung makna keinginan dan upaya individu yang selalu
berusaha untuk meningkatkan kualitas kehidupannya. Sedangkan dimensi
keorganisasian melihat produktivitas dalam kerangka hubungan teknis antara
masukan (input) dan keluaran (output). Oleh karena itu dalam pandangan ini,
terjadinya peningkatan produktivitas tidak hanya dilihat dari aspek kuantitas, tetapi
juga dapat dilihat dari aspek kualitas,

2.6.2 Pengertian Pasar Tenaga Kerja

96
Tenaga kerja adalah penduduk yang telah memasuki usia kerja, baik yang sudah
bekerja maupun yang aktif mencari kerja, yang masih mau dan mampu untuk melakukan
pekerjaan. Sedangkan yang dimaksud dengan Pasar tenaga kerja adalah tarik-menarik
antara permintaan tenaga kerja dengan jumlah tenaga kerja yang di tawarkan. Faktor
utama naik turunnya jumlah permintaan dan penawaran tenaga kerja biasanya adalah :
besar kecilnya gaji yang akan diperoleh tenaga kerja dan besar kecilnya gaji yang akan
dibayarkan kepada tenaga kerja.

a. Prinsip Pasar Tenaga Kerja


Prinsip antara tenaga kerja dan pemberi kerja akan berlaku hukum ekonomi, yaitu
dimana pekerja harus berusaha mendapatkan hasil upah yang sebesar-besarnya untuk
memenuhi segala kebutuhan sehari-hari. Demikian juga dengan pemberi kerja akan
berusaha mengeluarkan upah yang serendah-rendahnya dengan maksud untuk
meminimkan biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja.

b. Faktor yang Mempengaruhi Upah Tenaga Kerja


Dengan berlakunya hukum ekonomi maka akan mempengaruhi upah bagi para
tenaga kerja, adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi besar kecilnya upah
tenaga kerja antara lain adalah :
1. Tingkat Pendidikan Tenaga Kerja. Semakin tinggi tingkat pendidikan biasanya
gaji yang diperoleh akan semakin besar. Demikian juga dengan jabatan yang
diperoleh dalam perusahaan, jika pendidikan semakin tinggi maka akan semakin
tinggi pula jabatan yang akan didudukinya.
2. Tingkat Keahlian Tenaga Kerja. Sama halnya dengan tingkat pendidikan,
keahlian yang dimiliki semakin besar maka peluang untuk mendapatkan gaji lebih
akan terbuka.
3. Tingkat Pengetahuan yang dimiliki tenaga kerja. Begitu juga dengan tingkat
pengetahuan yang dimiliki akan mempengaruhi seberapa besar gaji yang akan
diperoleh.
4. Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja. Biasanya produktivitas tenaga kerja akan
tercapai pada saat berusia 15 hingga 64 tahun. Kurang dari 15 tahun masih
kategori anak-anak, sedangkan apabila berusia lebih dari 64 tahun sudah
memasuki usia pensiun.

97
c. Klasifikasi Tenaga Kerja
Secara umum tenaga kerja terbagi atas 4 (empat) golongan, antara lain sebagai
berikut :
1. Tenaga Kerja Terdidik. Yaitu tenaga kerja yang memiliki kelebihan dengan
mengikuti pendidikan-pendidikan resmi yang diselenggarakan oleh negara
maupun swasta. Golongan tenaga kerja seperti ini biasanya memiliki surat / ijazah
yang telah diakui. Contohnya pekerjaan guru harus memiliki ijazah pendidikan
kuliah di perguruan tinggi keguruan. Pekerjaan dokter harus memiliki ijazah
pendidikan kedokteran dari perguruan tinggi resmi.
2. Tenaga Kerja Terlatih. Yaitu tenaga kerja yang memiliki kelebihan dengan
mengikuti pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan oleh negara maupun swasta
atau lembaga-lembaga tenaga kerja. Contohnya pekerjaan baby sister, pekerjaan
mekanik bengkel dan tukang potong rambut profesional. Mereka mendapatkan
pekerjaan setelah memiliki ketrampilan yang terlatih dengan baik.
3. Tenaga Kerja Terdidik dan Terlatih. Yaitu tenaga kerja yang memiliki kelebihan
selain mengikuti pendidikan resmi juga memiliki ketrampilan lain yang
menunjang dalam pekerjaan. Sebagai contoh seorang calon tenaga kerja yang
memiliki ijazah dari perguruan tinggi namun juga memiliki keahlian beladiri.
Atau selain berpendidikan tinggi calon pegawai juga menguasai komputer dan
perakitannya. Jenis tenaga kerja seperti inilah yang paling banyak dibutuhkan
dalam suatu perusahaan.
4. Tenaga Kerja Tidak Terdidik dan Tidak Terlatih. Yaitu tenaga kerja yang tidak
memiliki ketrampilan maupun pendidikan, akan sangat sulit mendapatkan
pekerjaan. Selain kurang berpengalaman, tenaga kerja golongan ini juga
membebani perusahaan apabila dipekerjakan.

2.6.3 Upaya Peningkatan Kualitas Tenaga Kerja


Guna meningkatkan kualitas bagi para tenaga kerja, ada beberapa usaha yang
dapat dilakukan, antara lain adalah :
1. Pelatihan Tenaga Kerja. Yaitu keseluruhan kegiatan untuk memberi,
memperoleh, meningkatkan serta mengembangkan kompetensi kerja,
produktivitas, disiplin, sikap, dan etos kerja pada tingkat ketrampilan dan keahlian
tertentu sesuai dengan jenjang dan kualifikasi jabatan atau pekerjaan.

98
2. Pemagangan. yaitu merupakan bagian dari sistem pelatihan tenaga kerja yang
diselenggarakan secara terpadu antara pelatihan di lembaga pelatihan dengan
bekerja secara langsung di bawah bimbingan dan pengawasan instruktur atau
pekerja yang telah berpengalaman dalam proses produksi barang / jasa di
perusahaan. Upaya ini dilakukan dalam rangka menguasai ketrampilan dan
keahlian tertentu.
3. Perbaikan Gizi dan Kesehatan. Yang dimaksudkan dalam hal ini untuk
mendukung ketahanan fisik dalam bekerja dan meningkatkan kecerdasan tenaga
kerja dalam menerima pengetahuan baru dan meningkatkan semangat kerja.

2.6.4 Pengangguran
Pengangguran atau tuna karya adalah seseorang yang tidak bekerja atau sedang
mencari pekerjaan.

a) Jenis Pengangguran
Jenis pengangguran dapat dilihat berdasarkan hal-hal berikut ini:
1. Berdasarkan Jam Kerja
Pengangguran dikelompokkan menjadi 3 macam:
1) Pengangguran Terselubung (Disguised Unemployment) adalah tenaga
kerja yang tidak bekerja secara optimal karena suatu alasan tertentu.
2) Setengah Menganggur (Under Unemployment) adalah tenaga kerja yang
tidak bekerja secara optimal karena tidak ada lapangan pekerjaan, biasanya
tenaga kerja setengah menganggur ini merupakan tenaga kerja yang
bekerja kurang dari 35 jam selama seminggu.
3) Pengangguran Terbuka (Open Unemployment) adalah tenaga kerja yang
sungguh-sungguh tidak mempunyai pekerjaan. Pengganguran jenis ini
cukup banyak karena memang belum mendapat pekerjaan padahal telah
berusaha secara maksimal.
2. Berdasarkan penyebab terjadinya
Berdasarkan penyebab terjadinya, pengangguran dikelompokkan menjadi
7 macam:
1) Pengangguran friksional (frictional unemployment) adalah pengangguran
yang sifatnya sementara yang disebabkan adanya kendala waktu, informasi
dan kondisi geografis antara pelamar kerja dengan pembuka lamaran

99
pekerja tidak mampu memenuhi persyaratan yang ditentukan pembuka
lapangan kerja. Semakin maju suatu perekonomian suatu daerah akan
meningkatkan kebutuhan akan sumber daya manusia yang memiliki
kualitas yang lebih baik dari sebelumnya.
2) Pengangguran konjungtural (cycle unemployment) adalah pengangguran
yang diakibatkan oleh perubahan gelombang (naik-turunnya) kehidupan
perekonomian/siklus ekonomi.
3) Pengangguran struktural (structural unemployment) adalah pengangguran
yang diakibatkan oleh perubahan struktur ekonomi dan corak ekonomi
dalam jangka panjang. Pengangguran struktural bisa diakibatkan oleh
beberapa kemungkinan, seperti:
a Akibat permintaan berkurang
b Akibat kemajuan dan pengguanaan teknologi
c Akibat kebijakan pemerintah
4) Pengangguran musiman (seasonal Unemployment) adalah keadaan
menganggur karena adanya fluktuasi kegiaan ekonomi jangka pendek yang
menyebabkan seseorang harus nganggur. Contohnya seperti petani yang
menanti musim tanam, pedagang durian yang menanti musim durian.
5) Pengangguran siklikaladalah pengangguran yang menganggur akibat
imbas naik turun siklus ekonomi sehingga permintaan tenaga kerja lebih
rendah daripada penawaran kerja.
6) Pengangguran teknologiadalah pengangguran yang terjadi akibat
perubahan atau penggantian tenaga manusia menjadi tenaga mesin-mesin.
7) Pengangguran siklus adalah pengangguran yang diakibatkan oleh
menurunnya kegiatan perekonomian karena terjadi resesi. Pengangguran
siklus disebabkan oleh kurangnya permintaan masyarakat (aggrerate
demand).

b) Penyebab Pengangguran
Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja tidak
sebanding dengan jumlah lapangan pekerjaan yang mampu menyerapnya.
Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan
adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang

100
sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial
lainnya.
Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah
pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam
persen.Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi
pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran
dan kesejahteraan. Pengangguran yang berkepanjangan juga dapat menimbulkan
efek psikologis yang buruk terhadap penganggur dan keluarganya.
Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan
politik, keamanan dan sosial sehingga mengganggu pertumbuhan dan
pembangunan ekonomi. Akibat jangka panjang adalah menurunnya GNP dan
pendapatan per kapita suatu negara.

c) Akibat Pengangguran
1. Bagi perekonomian Negara:
1) Penurunan pendapatan perkapita.
2) Penurunan pendapatan pemerintah yang berasal dari sektor pajak.
3) Meningkatnya biaya sosial yang harus dikeluarkan oleh pemerintah.
2. Bagi masyarakat:
1) Pengangguran merupakan beban psikologis dan psikis.
2) Pengangguran dapat menghilangkan keterampilan, karena tidak digunakan
apabila tidak bekerja.
3) Pengangguran akan menimbulkan ketidakstabilan sosial dan politik

2.6.5 Produktivitas Tenaga Kerja dan Permintaan untuk Tenaga Kerja


a. Produktivitas Tenaga Kerja
a) Pengertian Produktivitas
Produktivitas kerja merupakan tingkat keunggulan yang diharapkan
dan pengendalian atas tingkat keunggulan untuk memenuhi keinginan konsumen.
Produktivitas dimulai dari kebutuhan pelanggan dan berakhir pada persepsi
pelanggan.Hal ini dapat diimplementasikan dari interaksi antara tenaga kerja dan
pelanggan yang mencakup (a) ketepatan waktu, berkaitan dengan kecepatan
memberikan tanggapan terhadap keperluan-keperluan pelanggan; (b) penampilan

101
tenaga kerja, berkaitan dengan kebersihan dan kecocokan dalam berpakaian; (c)
kesopanan dan tanggapan terhadap keluhan, berkaitan dengan bantuan yang
diberikan dalam menyelesaikan masalah-masalah yang diajukan pelanggan
(Gaspersz, 2003:130). Berarti produktivitas yang baik dilihat dari persepsi
pelanggan bukan dari persepsi perusahaan. Persepsi pelanggan terhadap
produktivitas jasa merupakan penilaian total atas kebutuhan suatu produk yang
dapat berupa barang ataupun jasa.
Produktivitas berasal dari kata “produktiv” artinya sesuatu yang mengandung
potensi untuk digali, sehingga produktivitas dapatlah dikatakan suatu proses
kegiatan yang terstruktur guna menggali potensi yang ada dalam sebuah objek.
Filosofi produktivitas sebenarnya dapat mengandung arti keinginan dan usaha dari
setiap individu atau kelompok untuk selalu meningkatkan mutu kehidupannya dan
penghidupannya.
Secara umum produktivitas diartikan atau dirumuskan sebagai perbandingan
antara keluaran (output) dengan pemasukan (input), sedangkan menurut Ambar
Teguh Sulistiani dan Rosidah (2003:126) mengemukakan bahwa produktivitas
adalah “Menyangkut masalah hasil akhir, yakni seberapa besar hasil akhir yang
diperoleh di dalam proses produksi, dalam hal ini adalah efisiensi dan efektivitas”.
Sedangkan menurut Malayu S.P Hasibuan (2003:126) produktivitas adalah :
“Perbandingan antara output (hasil) dengan input (masukan). Jika produktivitas
naik ini hanya dimungkinkan oleh adanya peningkatan efesiensi
(waktu,bahan,tenaga) dan sistem kerja, teknik produksi dan adanya peningkatan
keterampilan dari tenaga kerjanya”.
Dari beberapa pendapat tersebut di atas sebenarnya produktivitas memiliki dua
dimensi,pertama efektivitas yang mengarah kepada pencapaian untuk kerja yang
maksimal yaitu pencapaian target yang berkaitan dengan kualitas, kuantitas, dan
waktu. Kedua yaitu efesiensi yang berkaitan dengan upaya membandingkan input
dengan realisasi penggunaanya atau bagaimana pekerjaan tersebut dilaksanakan.
Efesiensi merupakan suatu ukuran dalam membandingkan input yang
direncanakan dengan input sebenarnya. Apabila ternyata input yang sebenarnya
digunakan semakin besar penghematannya, maka tingkat efesiensi semakin tinggi.
Sedangkan efektivitas merupakan ukuran yang memberikan gambaran suatu target
yang dicapai. Apabila kedua hal tersebut dikaitkan satu dengan yang lainnya,

102
maka terjadinya peningkatan efektivitas tidak akan selalu menjamin meningkatnya
efesiensi.
Teori-teori yang membahas tentang produktivitas kerja sangatlah bervariasi
tetapi makna pokok dari produktivitas kerja adalah kemampuan seorang tenaga
kerja dalam menghasilkan suatu pekerjaan, keadaan tersebut tercapai apabila
tenaga kerja tersebut mendapat perhatian yang besar dari pimpinan atas segala
kebutuhannya.
Istilah produktivitas mempunyai arti yang berlainan untuk tiap orang yang
berbeda, hal ini berarti lebih banyak hasil dengan mempertahankan biaya yang
tetap, mengerjakan segala sesuatu dengan benar, bekerja lebih cerdik dan lebih
keras. Pengoperasian secara otomatis untuk mendapatkan hasil yang lebih cepat
dan lebih baik. Sinungan (2003:12) mengemukakan bahwa “produktivitas adalah
kemampuan seperangkat sumber-sumber ekonomi untuk menghasilkan sesuatu
sebagai perbandingan antara pengorbanan (input) dengan menghasilkan output”.
Dalam arti yang sederhana pengertian mengenai produktivitas seperti yang
telah dijelaskan di atas sering diungkapkan dalam arti bawah produktivitas adalah
rasio dari pengeluaran dan pemasukan yang terpakai. Mulyono (2004: 3)
berpendapat bahwa “produktivitas adalah hasil yang terdapat dari setiap proses
produksi dengan menggunakan satu atau lebih faktor produksi”.
Sebagaimana dinyatakan oleh Sinungan (2003: 72) disebutkan “kualitas kerja
juga harus diperhatikan dalam menilai produktivitas tenaga kerja, sebab sekalipun
dalam segi waktu tugas yang dibebankan kepada tenaga kerja atau perusaaan itu
tercapai, kalau mutu kerjanya tidak baik, maka produktivitas kerja itu tidak
bermakna”.
b) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja
Konsep produktivitas kerja dapat dilihat dari dua dimensi, yaitu dimensi
individu dan dimensi organisasi. Dimensi individu melihat produktivitas dalam
kaitannya dengan karakteristik-karakteristik kepribadian individu yang muncul
dalam bentuk sikap mental dan mengandung makna keinginan dan upaya individu
yang selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas kehidupannya. Sedangkan
dimensi keorganisasian melihat produktivitas dalam kerangka hubungan teknis
antara masukan (input) dan keluaran (out put). Oleh karena itu dalam pandangan
ini, terjadinya peningkatan produktivitas tidak hanya dilihat dari aspek kuantitas,
tetapi juga dapat dilihat dari aspek kualitas.

103
Kedua pengertian produktivitas tersebut mengandung cara atau metode
pengukuran tertentu yang secara praktik sukar dilakukan. Kesulitan-kesulitan itu
dikarenakan, pertama karakteristik-karakteristik kepribadian individu bersifat
kompleks, sedangkan yang kedua disebabkan masukan-masukan sumber daya
bermacam-macam dan dalam proporsi yang berbeda-beda.
Produktivitas kerja sebagai salah satu orientasi manajemen dewasa ini,
keberadaannya dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor yang
mempengaruhi terhadap produktivitas pada dasarnya dapat diklasifikasikan ke
dalam dua jenis, yaitu pertama faktor-faktor yang berpengaruh secara langsung,
dan kedua faktor-faktor yang berpengaruh secara tidak langsung.

c) Pengukuran Produktivitas Tenaga Kerja


Pengukuran produktivitas tenaga kerja menurut sistem pemasukan fisik
perorangan/perorang atau per jam kerja orang diterima secara luas, namun dari
sudut pandangan/pengawasan harian, pengukuran-pengukuran tersebut pada
umumnya tidak memuaskan, dikarenakan adanya variasi dalam jumlah yang
diperlukan untuk memproduksi satu unit produk yang berbeda. Oleh karena itu,
digunakan metode pengukuran waktu tenaga kerja (jam, hari atau tahun).
Pengeluaran diubah ke dalam unit-unit pekerja yang biasanya diartikan sebagai
jumlah kerja yang dapat dilakukan dalam satu jam oleh pekerja yang terpercaya
yang bekerja menurut pelaksanaan standar.
Karena hasil maupun masukan dapat dinyatakan dalam waktu, produktivitas
tenaga kerja dapat dinyatakan sebagai suatu indeks yang sangat sederhana = Hasil
dalam jam-jam yang standar : Masukan dalam jam-jam waktu.
Untuk mengukur suatu produktivitas perusahaan dapatlah digunakan dua jenis
ukuran jam kerja manusia, yakni jam-jam kerja yang harus dibayar dan jam-jam
kerja yang dipergunakan untuk bekerja. Jam kerja yang harus dibayar meliputi
semua jam-jam kerja yang harus dibayar, ditambah jam-jam yang tidak digunakan
untuk bekerja namun harus dibayar, liburan, cuti, libur karena sakit, tugas luar dan
sisa lainnya. Jadi bagi keperluan pengukuran umum produktivitas tenaga kerja
kita memiliki unit-unit yang diperlukan, yakni: kuantitas hasil dan kuantitas
penggunaan masukan tenaga kerja (Sinungan, 2003, p.24-25).
Menurut Wignjosoebroto, (2000, p.25), produktivitas secara umum akan dapat
diformulasikan sebagai berikut:

104
Produktivitas = Output/input (measurable)+ input (invisible).
Invisible input meliputi tingkat pengetahuan, kemampuan teknis, metodologi kerja
dan pengaturan organisasi, dan motivasi kerja.
d) Solusi Bagi Produktivitas Tenaga Kerja
1.   Remunerasi
Remunerasi adalah merupakan imbalan atau balas jasa yang diberikan
perusahaan kepada tenaga kerja sebagai akibat dari prestasi yang telah
diberikannya dalam rangka mencapai tujuan perusahaan.
Secara teoritis dapat dibedakan dua sistem remunerasi, yaitu yang
mengacu kepada teori Karl Mark dan yang mengacu kepada teori Neo-klasik.
Kedua teori tersebut masing-masing memiliki kelemahan. Oleh karena itu,
sistem pengupahan yang berlaku dewasa ini selalu berada diantara dua sistem
tersebut. Berarti bahwa tidak ada satupun pola yang dapat berlaku umum.
Yang perlu dipahami bahwa pola manapun yang akan dipergunakan
seyogianya disesuaikan dengan kebijakan remunerasi masing-masing
perusahaan dan mengacu kepada rasa keadilan bagi kedua belah pihak
(perusahaan dan karyawan).
Imbalan atau balas jasa berupa upah akan memotivasi pekerja untuk giat
bekerja dan melakukan usaha semaksimal mungkin karena tidak dipungkiri
bahwa mereka membutuhkan upah tersebut untuk memenuhi kebutuhan hidup
yang semakin mendesak. Secara psikologi, imingan terhadap upah ini akan
sangat mendorong usaha para pekerja.
2.   Motivasi
Motivasi juga menjadi salah satu faktor secara psikologis yang bisa
meningkatkan produktivitas seseorang. Jika seseorang tidak bekerja dibawah
tekanan, maka orang tersebut akan lebih produktif dengan menggunakan
kreatifitasnya sendiri.
Motivasi adalah suatu dorongan kebutuhan dan keinginan individu yang
diarahkan pada tujuan untuk memperoleh kepuasan dari apa yang
dibutuhkannya. Dalam memotivasi karyawan, manager harus mengetahui
motif dan motivasi yang diinginkan karyawan sehingga karyawan mau bekerja
ikhlas demi tercapainya tujuan perusahaan.
Herzberg mengklaim telah menemukan penjelasan dua faktor motivasi
yaitu:

105
1)   Hygiene Factors, yang meliputi gaji, kehidupan pribadi, kualitas
supervisi, kondisi kerja, jaminan kerja, hubungan antar pribadi,
kebijaksanaan dan administrasi perusahaan.
2)   Motivation Factors, yang dikaitkan dengan isi pekerjaan mencakup
keberhasilan, pengakuan, pekerjaan yang menantang, peningkatan dan
pertumbuhan dalam pekerjaan. (Koontz, 1990:123)

3.    Pendidikan dan Latihan


Pendidikan dan latihan dipandang sebagai suatu invesatasi di bidang
sumber daya manusia yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dari
tenaga kerja. Oleh karena itu pendidikan dan latihan merupakan salah satu
faktor penting dalam organisasi perusahaan. Pentingnya pendidikan dan
latihan disamping berkaitan dengan berbagai dinamika (perubahan) yang
terjadi dalam lingkungan perusahaan, seperti perubahan produksi, teknologi,
dan tenaga kerja, juga berkaitan dengan manfaat yang dapat dirasakannya.
Manfaat tersebut antara lain: meningkatnya produktivitas perusahaan, moral
dan disiplin kerja, memudahkan pengawasan, dan menstabilkan tenaga kerja.
Agar penyelenggaraan pendidikan dan latihan berhasil secara efektif dan
efisien, maka ada 5 (lima) hal yang harus di pahami, yaitu :
1) adanya perbedaan individual,
2) berhubungan dengan analisa pekerjaan,
3) pemilihan peserta didik, dan
4) pemilihan metode yang tepat. 

b. Permintaan untuk Tenaga Kerja


Kurva permintaan menunjukkan hubungan antara jumlah kesempatan kerja yang
akan digunakan oleh suatu perusahaan pada saat upah tenaga kerja berubah, dengan
asumsi modal tidak berubah. Kurva permintaan tenaga kerja ditentukan oleh kurva
nilai produk fisik marjinal karena nilai produk fisik marjinal tenaga kerja menurun
pada saat lebih banyak pekerja yang disewa, maka penurunan tingkat upah akan
meningkatkan permintaan tenaga kerja.

106
Wage ($)
W2

W1 D
VMPP L

0 L3 L 2 L1 Jumlah tenaga kerja

Dalam jangka pendek, faktor produksi modal dianggap tetap sebesar K 0. Dasar
pengusaha untuk menambah atau mengurangi pekerja adalah dengan memperkirakan
tambahan output yang diperoleh pengusaha sehubungan dengan penambahan seorang
pekerja (marginal physical product of labor=MPPL). Selain itu, pengusaha perlu
menghitung nilai dari produk fisik marjinal. Nilai produk fisik marjinal tenaga kerja
(valuemarginal physical product of labor=VMPPL)adalah tambahan penerimaan
dalam dolar yang dihasilkan oleh tambahan pekerja, ceteris paribus. Nilai produk
fisik marjinal tenaga kerja sama dengan produk fisik marjinal tenaga kerja dikalikan
dengan harga output.

VMPPL = P x MPPL

Dimana:
VMPPL = nilai produk fisik marjinal tenaga kerja
P = harga output
MPPL = produk fisik marjinal tenaga kerja (tambahan output yang diperoleh
sehubungan dengan penambahan pekerja)
Jika harga output sebesar $2, maka lima orang pekerja dengan produk fisik
marjinal tenaga kerja 15 akan memberikan kontribusi bagi penerimaan perusahaan
sebesar $30 (lihat tabel). Pada nilai produk fisik marjinal terjadi hukum penambahan
hasil yang semakin berkurang karena perolehan dolar dari mempekerjakan tambahan
pekerja semakin berkurang setelah melampaui titik tertentu. Sedangkan nilai produk
fisik rata-rata (valueaverage physical productof labor=VAPPL) menunjukkan nilai
dalam dolar dari output yang dihasilkan pekerja.
VAPPL = P x APPL

107
Dimana:
VAPPL = nilai produk fisik rata-rata
APPL = produk fisik rata-rata
P = harga output

Perubahan tingkat upah mengakibatkan perubahan dalam permintaan tenaga kerja.


Perubahan yang terjadi dalam jangka pendek adalah perubahan yang terjadi sepanjang
garis permintaan. Besarnya perubahan dalam jangka pendek tergantung dari besarnya
elastisitas permintaan tenaga kerja, elastisitas permintaan akan hasil produksi,
proporsi biaya karyawan terhadap jumlah seluruh biaya produksi dan elastisitas
penyediaan faktor-faktor pelengkap lain. Sedangkan dalam jangka panjang, perubahan
permintaan tenaga kerja merupakan pergeseran garis permintaan. Pertama, pergeseran
ini disebabkan oleh pertambahan hasil produksi secara besar-besaran, peningkatan
produktivitas kerja karyawan dan penggunaan teknologi baru. Kedua,pergeseran ini
disebabkan oleh produktivitas kerja. Ketiga, pergeseran ini dikarenakan perubahan
dalam metode produksi. Lihat kurva permintaan tenaga kerja jangka pendek dan
jangka panjang diatas. Sebagai reaksi terhadap naiknya tingkat upah dari W1 ke W2,
perusahaan dalan jangka pendek akan mengurangi penggunaan tenaga kerja dari L1 ke
L2. Dalam jangka panjang, sementara perusahaan menggantikan tenaga kerja dengan
modal, perusahaan selanjutnya mengurangi tenga kerja sampai L3.
a) Permintaan akan Tenaga Kerja di suatu Daerah
Permintaan akan tenaga kerja di daerah yang bersangkutan merupakan jumlah
permintaan dari tiap-tiap perusahaan yang ada. Misalkan terdapat hanya tiga
perusahaan di suatu daerah, yaitu perusahaan P1, P2, P3 dengan kurva permintaan
masing-masing D1, D2, D3. Pada tingkat upah W1 tidak ada permintaan dari
perusahaan sehingga permintaan untuk seluruh daerah yang bersangkutan sama
dengan nol. Pada tingkat W2 yang lebih rendah dari W1, permintaan dari
perusahaan P1 dilukiskan dengan W2A, dari perusahaan P2 dengan W2B dan dari
perusahaan P3 dengan garis W2C. Jumlah permintaan akan tenaga kerja diseluruh
daerah dilukiskan dengan W2C’ yaitu W2A’ (yang sama W2A) ditambah A’B’
(yang sama W2B) ditambah dengan B’C’ (yang sama W2C).

108
b) Elastisitas Permintaan Tenaga Kerja
Elastisitas permintaan tenaga kerja yaitu persentase perubahan kesempatan
kerja dalam jangka pendek karena perubahan satu persen tingkat upah.
ΔE SR / ESR ΔE SR w
δ SR = = .
Δw / w Δw E SR
Contoh:
Jika suatu perusahaan mempekerjakan 40 orang pekerja pada tingkat upah sebesar
$25 dan mempekerjakan 50 orang pada saat upahnya $20, berapa besar elastisitas
permintaannya?
ΔE SR / ESR
δ SR =
Δw /w
(50−40 )/40 0 , 25
δ SR = = =−1, 25
(20−25)/25 −0,2
Permintaan tenaga kerja diatas bersifat elastis karena memiliki elastisitas lebih
dari satu dalam nilai absolut. Besar kecilnya elastisitas permintaan tergantung dari
substitusi tenaga kerja dengan faktor produksi lain, elastisitas permintaan terhadap
barang yang dihasilkan, proporsi biaya tenaga kerja terhadap seluruh biaya
produksi, dan elastisitas penawaran dari faktor produksi pelengkap lainnya.
Penduduk yang bekerja terserap dan tersebar di berbagai sektor seperti
pertanian, keuangan, perdagangan dan lain sebagainya. Tiap sektor mengalami
laju pertumbuhan yang berbeda. Laju pertumbuhan yang berbeda tersebut
mengakibatkan dua hal. Pertama, terdapat perbedaan laju peningkatan
produktivitas kerja di masing-masing sektor. Kedua, secara berangsur-angsur
terjadi perubahan sektoral, baik dalam penyerapan tenaga kerja maupun dalam

109
kontribusinya terhadap pendapatan nasional. Perbedaan laju pertumbuhan
pendapatan regional dan kesempatan kerja tersebut, juga menunjukkan perbedaan
elastisitas masing-masing sektor untuk penyerapan tenaga kerja. Elastisitas
kesempatan kerja (E) yaitu perbandingan laju pertumbuhan kesempatan kerja
∆N/N dengan laju pertumbuhan ekonomi ∆Y/Y. Elastisitas tersebut dapat
dinyatakan untuk keseluruhan perekonomian atau masing-masing sektor atau
subsektor.
ΔN / N
E = ΔY /Y
ΔN i /N i
E= ΔY i /Y i

Tabel elastisitas kesempatan kerja sektoral di Provinsi Jatim (1993-2002)


Pertumbuhan/tahun
Juml TK PDRB (%)
Sektor Elastisitas
(%)
Pertanian 0,818 0,910 0,898
Pertambangan -0,715 2,512 -0,285
Industri 1,196 2,652 0,451
LGA (Listrik, Gas dan Air) -0,457 5,429 -0,030
Konstruksi 1,628 -1,430 -1,139
Perdagangan 2,494 4,217 0,591
Komunikasi 3,852 6,878 0,560
Keuangan 5,992 0,586 10,227
Jasa -0,338 1,966 -0,172
Jumlah 1,608 3,747 0,429

Misalkan pertumbuhan jumlah tenaga kerja per tahun di Jatim tahun 1993-
2002 adalah 1,608 dan pertumbuhan PDRB per tahun sebesar 3,747%. Berapa
elastisitas kesempatan kerja secara keseluruhan?
lajukesempa tanker jaregional
EJawa Timur (1993-2002) = lajupertumbuhanpendapa tanregional
1,608
EJawa Timur (1993-2002) = 3,747 =0,429
Artinya, apabila PDRB propinsi Jawa Timur bertambah satu persen, maka
akan terjadi penciptaan kesempatan kerja sebesar 0,429 persen.
Konsep elastisitas ini dapat digunakan untuk meperkirakan pertambahan
kesempatan kerja. Bila laju pertumbuhan kesempatan kerja adalah k, dan laju

110
pertumbuhan PDRB adalah g maka laju pertumbuhan kesempatan kerja dapat
dirumuskan:
k=Exg
Misalkan pada tahun 2003, PDRB Jawa Timur tubuh sebesar 10%. Dengan
asumsi bahwa elastisitas kesempatan kerja sama dengan elastiistas selama tahun
1993-2002, maka laju pertumbuhan kesempatan kerja 2003 adalah: 0,429 x 10% =
4,29%. Pertambahan kesempatan kerja pada tahun 2003 adalah: 4,29% x 16,535
juta orang = 709.377 orang. Cara perhitungan ini dapat dilakukan untuk
menghitung pertambahan kesempatan kerja di masing-masing sektor dan untuk
beberapa tahun ke depan.

2.6.6 Penawaran Tenaga Kerja (Jangka Pendek dan Jangka Panjang)


a.   Konsep Penawaran
Penawaran adalah suatu hubungan antara harga dan kuantitas. Apabila kita
menyebutkan soal penawaran suatu komoditi, maka ia merupakan hubungan antara
harga dan kuantitas komoditi itu yang para pemasok siap untuk menyediakannya.
Sehubungan dengan tenaga kerja, penawaran adalah suatu hubungan antara tingkat
upah dengan jumlah tenaga kerja yang para pemilik tenaga kerja siap untuk
menyediakannya. Secara khusus, suatu kurva penawaran melukiskan jumlah
maksimum yang siap disediakan pada setiap kemungkinan tingkat upah untuk periode
waktu. Sebagai alternatif, kurva penawaran tenaga kerja dapat dipandang, bagi setiap
kemungkinan jumlah tenaga kerja, sebagai tingkat upah minimum yang dengan
tingkat itu para pemilik tenaga kerja siap untuk menyediakan jumlah yang khusus itu.
Salah satu dari kedua pandangan itu, penawaran tenaga kerja harus ditinjau sebagai
suatu skedul alternatif yang diperoleh pada suatu titik waktu tertentu yang telah
ditetapkan.
Penawaran tenaga kerja tergantung pada tiga faktor kunci:
   jumlah penduduk
   jumlah jam kerja rata-rata
   partisipasi angkatan kerja.
b.   Penawaran Tenaga Kerja dalam Jangka Pendek
Jumlah tenaga kerja keseluruhan yang disediakan bagi suatu perekonomian
tergantung pada (1) jumlah penduduk, (2) persentase jumlah penduduk yang memilih
masuk dalam angkatan kerja, dan (3) jumlah jam kerja yang ditawarkan oleh angkatan

111
kerja. Lebih lanjut, masing-masing dari ketiga komponen ini dari jumlah tenaga kerja
keseluruhan yang ditawarkan tergantung pada upah pasar. Jadi, dengan segera kita
dapat melihat bahwa penawaran tenaga kerja secara intern merupakan suatu gejala
yang rumit. Walaupun demikian, kita dapat membuat pemahaman lebih lanjut
tentang penawaran tenaga kerja dengan membuat suatu asumsi penting yang
disederhanakan yang akan kita pakai dalam bab ini, yaitu penduduk tertentu. Jadi,
dalam bab ini akan dianalisis bagaimana suatu persentase jumlah penduduk tertentu
yang memilih masuk ke dalam angkatan kerja maupun jumlah jam kerja yang
ditawarkan oleh para angkatan kerja, keduanya tergantung pada upah pasar. Inilah
studi tentang penawaran tenaga kerja dalam jangka pendek.
Jangka pendek dimaksudkan sebagai periode waktu dimana tidak mungkin
dilakukan sejumlah penyesuaian dan sejumlah keadaan tidak dapat diubah. Dalam
bab ini kita pun membuat asumsi yang sama. Kita mengasumsikan suatu jangka
waktu di mana individu dalam penduduk yang telah tertentu jumlahnya tidak dapat
mengubah jumlah modal manusia. Jadi, kita berasumsi yang paling penting bahwa
keterampilan anggota-anggota rumah tangga itu telah tertentu. Selanjutnya, menutup
kemungkinan terhadap penyesuaian-penyesuaian yang lain, seperti migrasi yang
memungkinkan individu dapat melakukan perubahan upah. Maka apa yang kita teliti
ialah bagaimana individu dalam suatu jumlah penduduk tertentu dengan keterampilan
tertentu memilih jumlah jam kerja terbaik yang akan ditawarkan ke dalam kegiatan
pasar sehingga dapat memaksimalkan utilitas total dan bagaimana individu
menyesuaikan jam kerja yang mereka sediakan apabila keadaan ekonomi berubah.
c.   Penawaran Tenaga Kerja dalam Jangka Panjang
Analisis jangka panjang tentang penawaran tenaga kerja memperkenalkan kepada
individu waktu yang diperlukan untuk melakukan penyesuaian yang lebih lengkap
terhadap perubahan-perubahan kendala. Jadi analisis jangka panjang tentang
penawaran tenaga kerja memperkenalkan kepada individu waktu yang diperlukan
untuk melakukan penyesuaian yang lebih lengkap terhadap perubahan-perubahan
dalam lingkungan hidup. Suatu penyesuaian akan bersifat sekuler (atau berjangka
panjang) dalam perubahan-perubahan partisipasi angkatan kerja. Meskipun tingkat
partisipasi angkatan kerja pada keseluruhan telah menunjukkan kecendrungan yang
relatif konstan dalam abad ini, namun terdapat pergeseran yang dramatik dalam soal
umur dan komposisi jenis kelamin dalam angkatan kerja. Terutama terdapat
penambahan yang besar dalam tingkat partisipasi angkatan kerja di kalangan wanita

112
yang telah menikah dan penurunan dalam tingkat partisipasi kaum pekerja yang
berusia lanjut, berusia anak-anak, dan berusia lebih muda.
d. Kurva Penawaran Tenaga Kerja
Kurva penawaran tenaga kerja yaitu hubungan antara jam kerja dan tingkat upah.
Misalkan seseorang akan memasuki pasar kerja jika upah yang ditawarkan melebihi
dari upah reservasi (ŵ). Pada tingkat upah diatas upah reservasi, kurva penawaran
tenaga kerja memiliki slope positif sampai pada titik tertentu. Keadaan selanjutnya
akan berubah jika seseorang kesejahteraannya sudah baik atau mempunyai suatu
keahlian yang lebih dan jumlah jam kerja yang ditawarkan semakin berkurang pada
saat upah meningkat yang mengakibatkan slope kurva penawaran tenaga kerja
menjadi negatif. Kurva ini disebut kurva penawaran tenaga kerja melengkung ke
belakang (backward bending labour supply curve).
Jumlah tenaga kerja keseluruhan yang disediakan bagi suatu perekonomian
tergantung pada jumlah penduduk, persentase jumlah penduduk yang memilih masuk
dalam angkatan kerja, dan jumlah jam kerja yang ditawarkan oleh angkatan kerja.
Lebih lanjut, masing-masing dari ketiga komponen dari jumlah tenaga kerja
keseluruhan yang ditawarkan tergantung pada upah pasar. Jangka pendek dalam
penawaran tenaga kerja yaitu jangka waktu dimana individu dalam penduduk yang
telah tertentu jumlahnya tidak dapat mengubah jumlah modal manusia. Sehingga
asumsi yang digunakan ketrampilan dari individu telah tertentu. Selanjutnya, menutup
kemungkinan terhadap penyesuaian-penyesuaian yang lain, seperti migrasi yang
memungkinkan individu dapat melakukan perubahan upah. Sedangkan jangka
panjang dalam penawaran tenaga kerja yaitu penyesuaian yang dilakukan individu
untuk memaksimalkan utilitas dalam jumlah tenaga kerja yang mereka sediakan
apabila kendala upah pasar dan pendapatan mengalami perubahan. Suatu penyesuaian
akan bersifat jangka panjang dalam perubahan-perubahan partisipasi tenaga kerja.
Terutama terdapat penambahan yang besar dalam tingkat partisipasi angkatan kerja di
kalangan wanita yang telah menikah dan penurunan dalam tingkat partisipasi kaum
pekerja yang berusia lanjut, berusia anak-anak, dan berusia lebih muda. Penyesuaian
lainnya ialah dalam bentuk jumlah penduduk. Suatu analisis jangka panjang tentang
penawaran tenaga kerja menjajaki hubungan antara kesuburan (fertilitas) dan
perubahan jangka panjang dalam upah pasar pendapatan.

2.6.7 Menentukan Gaji

113
Gaji karyawan ditentukan dari beberapa hal diantaranya kepangkatan, masa kerja,
kemampuan tempat usaha / perusahaan.  Kepangkatan dapat ditentukan dari riwayat
pendidikan dan bidang yang diambilnya saat pertama masuk kerja.
Berdasarkan pendapat menurut Hariandja (2002), ada empat langkah penting dalam
penentuan gaji, antara lain:
a) Menganalisis jabatan atau tugas
Analisis jabatan merupakan kegiatan untuk mencari informasi tentang tugas -
tugas yang dilakukan dan persyaratan yang diperlukan dalam melaksanakan tugas
tersebut supaya berhasil untuk mengembangkan uraian tugas, spesifikasi tugas dan
standar untuk kerja. Kegiatan ini perlu dilakukan sebagai landasan untuk
mengevaluasi jabatan.
b) Mengevaluasi jabatan
Evaluasi jabatan adalah proses sistematis untuk menentukan nilai relatif dari suatu
pekerjaan dibandingkan dengan pekerjaan lain. Proses ini dilakukan untuk
mengusahakan tercapainya internal equity dalam pekerjaan sebagaimana unsur yang
sangat penting dalam penentuan tingkat gaji. Internal equity adalah jumlah yang
diperoleh dipersepsi sesuai dengan input yang diberikan dibandingkan dengan
pekerjaan yang sama dalam perusahaan.
c) Melakukan survei gaji
Survei gaji dilakukan untuk mengusahakan keadilan eksternal sebagai salah satu
faktor penting dalam perencanaan dan penentuan gaji. Survei dapat dilakukan dengan
berbagai macam cara seperti mendatangi perusahaan- perusahaan untuk mendapatkan
informasi mengenai tingkat gaji yang berlaku, membuat kuesioner secara formal dan
lain -lain.
d) Menentukan tingkat gaji
Setelah evaluasi jabatan dilakukan, untuk menciptakan keadilan internal yang
menghasilkan ranking jabatan, dan melakukan survei tentang gaji yang berlaku di
pasar tenaga kerja selanjutnya adalah penentuan gaji.
Gaji yang adil artinya yaitu bahwa gaji yang diberikan oleh suatu perusahaan kepada
pegawai haruslah sesuai dengan posisi jabatan dan prestasi kerjanya, sehingga karyawan
dapat merasa puas dengan hasil kerjanya dan merasa senang untuk mengabdi di
perusahaan tersebut.
Menurut Manullang (1996), ada beberapa faktor penting dalam menetapkan gaji yang
adil, yaitu:

114
1. Pendidikan. Gaji yang diberikan harus sesuai dengan tingkat pendidikan karyawan,
misalnya gaji seorang sarjana harus dibedakan dengan yang bukan sarjana.
2. Pengalaman. Gaji yang diberikan kepada orang yang sudah mempunyai pengalaman
kerja tinggi harus dibedakan dengan orang yang belum berpengalaman.
3. Tanggungan. Gaji sudah dianggap adil bila besarnya gaji bagi yang mempunyai
tanggungan keluarga yang besar dibedakan dengan yang mempunyai tanggungan
keluarga yang kecil.
4. Kemampuan. Kemampuan perusahaan untuk membayar karyawannya juga harus
diperhitungkan. Bila perusahaan mendapat keuntungan, sebaiknya karyawan juga
dapat ikut menikmati melalui peningkatan gaji, kesejahteraan, dan lain-lain.
5. Kondisi-kondisi pekerja. Bidang pekerjaan yang memerlukan ketelitian dan keahlian
yang khusus haruslah dibedakan tingkat gajinya dengan pekerja yang mengerjakan
pekerjaan biasa dan sederhana.
2.6.8 Pengangguran (Hukum Oken)
Hubungan antara tingkat pengangguran dengan pengeluaran agregat dikenal dengan
Hukum Oken yang dikemukakan oleh ekonom bernama Arthur Okun. Konsep dari
Hukum Oken didasari oleh hasil observasi terhadap data GDP Amerika Serikat.
Hukum Oken menjelaskan bahwa tingkat pengangguran memiliki hubungan negatif
dengan GDP riil. Peningkatan pengangguran cenderung dikaitkan dengan rendahnya
pertumbuhan GDP riil. Ketika tingkat pengangguran meningkat, maka GDP riil
cenderung tumbuh lebih lambat atau bahkan turun.

2.6.9 Pekerja, Pengangguran, dan Jam Kerja

a. Pengertian Pekerja
Buruh, Pekerja, Tenaga Kerja atau Karyawan pada dasarnya adalah manusia
yang menggunakan tenaga dan kemampuannya untuk mendapatkan balasan berupa
pendapatan baik berupa uang maupun bentuk lainya kepada Pemberi Kerja atau
Pengusaha atau majikan.
Pada dasarnya, buruh, pekerja, tenaga kerja maupun karyawan adalah sama.
namun dalam kultur Indonesia, "Buruh" berkonotasi sebagai pekerja rendahan, hina,
kasaran dan sebagainya. sedangkan pekerja, Tenaga kerja dan Karyawan adalah
sebutan untuk buruh yang lebih tinggi, dan diberikan cenderung kepada buruh yang
tidak memakai otot tapi otak dalam melakukan kerja. Akan tetapi pada intinya

115
sebenarnya keempat kata ini sama mempunyai arti satu yaitu Pekerja. hal ini
terutama merujuk pada Undang-undang Ketenagakerjaan, yang berlaku umum untuk
seluruh pekerja maupun pengusaha di Indonesia.
Buruh dibagi atas 2 klasifikasi besar:
 Buruh profesional - biasa disebut buruh kerah putih, menggunakan tenaga otak
dalam bekerja
 Buruh kasar - biasa disebut buruh kerah biru, menggunakan tenaga otot dalam
bekerja

b. Pengangguran
Pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja
sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu,
atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak.
Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja atau para pencari
kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang ada yang mampu
menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian
karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan
berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-
masalah sosial lainnya.
a) Jenis dan Macam-Macam Pengangguran
1. Berdasarkan jam kerja
 Pengangguran Terselubung (Disguised Unemployment) adalah tenaga
kerja yang tidak bekerja secara optimal karena suatu alasan tertentu.
 Setengah Menganggur (Under Unemployment) adalah tenaga kerja
yang tidak bekerja secara optimal karena tidak ada lapangan pekerjaan,
biasanya tenaga kerja setengah menganggur ini merupakan tenaga kerja
yang bekerja kurang dari 35 jam selama seminggu.
 Pengangguran Terbuka (Open Unemployment) adalah tenaga kerja
yang sungguh-sungguh tidak mempunyai pekerjaan. Pengganguran
jenis ini cukup banyak karena memang belum mendapat pekerjaan
padahal telah berusaha secara maksimal.
2. Berdasarkan penyebab terjadinya
 Pengangguran friksional (frictional unemployment)

116
Pengangguran friksional adalah pengangguran yang sifatnya sementara
yang disebabkan adanya kendala waktu, informasi dan kondisi
geografis antara pelamar kerja dengan pembuka lamaran pekerja tidak
mampu memenuhi persyaratan yang ditentukan pembuka lapangan
kerja. Semakin maju suatu perekonomian suatu daerah akan
meningkatkan kebutuhan akan sumber daya manusia yang memiliki
kualitas yang lebih baik dari sebelumnya.
 Pengangguran konjungtural (cycle unemployment)
Pengangguran konjungtoral adalah pengangguran yang diakibatkan
oleh perubahan gelombang (naik-turunnya) kehidupan
perekonomian/siklus ekonomi.
 Pengangguran struktural (structural unemployment)
Pengangguran struktural adalah pengangguran yang diakibatkan oleh
perubahan struktur ekonomi dan corak ekonomi dalam jangka panjang.
Pengangguran struktural bisa diakibatkan oleh beberapa kemungkinan,
seperti:
1) Akibat permintaan berkurang
2) Akibat kemajuan dan pengguanaan teknologi
3) Akibat kebijakan pemerintah
 Pengangguran musiman (seasonal Unemployment)
Pengangguran musiman adalah keadaan menganggur karena adanya
fluktuasi kegiaan ekonomi jangka pendek yang menyebabkan
seseorang harus nganggur. Contohnya seperti petani yang menanti
musim tanam, pedagang durian yang menanti musim durian.
 Pengangguran siklikal
Pengangguran siklikal adalah pengangguran yang menganggur akibat
imbas naik turun siklus ekonomi sehingga permintaan tenaga kerja
lebih rendah daripada penawaran kerja.

 Pengangguran teknologi

117
Pengangguran teknologi adalah pengangguran yang terjadi akibat
perubahan atau penggantian tenaga manusia menjadi tenaga mesin-
mesin.
 Pengangguran siklus
Pengangguran siklus adalah pengangguran yang diakibatkan oleh
menurunnya kegiatan perekonomian karena terjadi resesi.
Pengangguran siklus disebabkan oleh kurangnya permintaan
masyarakat (aggrerate demand).

b) Ciri – Ciri pengangguran di Indonesia:


Pengangguran sangatlah melekat terhadap terbatasnya tingkat
perekonomian dalam kehidupan pelakunya. Kurangnya kemampuan untuk
mencukupi kebutuhan sehari-harinya ditambah dengan tidak adanya pendapatan
yang diperoleh, membuat pengangguran memiliki ciri – ciri sebagai berikut :
1. Melekatnya dengan tindak kriminal (premanisme), misalnya perampokan,
pembegalan, pencurian dll.
2. Melekatnya dengan larangan perintah agama, misalnya pelacuran yang
dilakukan oleh para wanita disebabkan karena terbatasnya lapangan
pekerjaan yang tersedia yang mengakibatkan mereka harus bekerja dengan
jalan yang kurang disegani.
3. Tidak memiliki pendirian dalam hidupnya
4. Tidak memiliki penghasilan dan tempat tinggal yang layak
5. Mudah berputus asa
6. Tidak mampu mencukupi kebutuhannya
7. Memiliki masalah – masalah sosial dalam kehidupannya, dll.

c. Jam Kerja
a) Jam Kerja Reguler
Jam Kerja adalah waktu untuk melakukan pekerjaan, dapat dilaksanakan
siang hari dan/atau malam hari. Jam Kerja bagi para pekerja di sektor swasta
diatur dalam Undang-Undang No.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan,
khususnya pasal 77 sampai dengan pasal 85.

118
Pasal 77 ayat 1, UU No.13/2003 mewajibkan setiap pengusaha untuk
melaksanakan ketentuan jam kerja. Ketentuan jam kerja ini telah diatur dalam 2
sistem seperti yang telas disebutkan diatas yaitu:
 7 jam kerja dalam 1 hari atau 40 jam kerja dalam 1 minggu untuk 6 hari
kerja dalam 1  minggu; atau
 8 jam kerja dalam 1 hari atau 40 jam kerja dalam 1 minggu untuk 5 hari
kerja dalam 1 minggu.
Pada kedua sistem jam kerja tersebut juga diberikan batasan jam kerja yaitu
40 (empat puluh) jam dalam 1 (satu) minggu. Apabila melebihi dari ketentuan
waktu kerja tersebut, maka waktu kerja biasa dianggap masuk sebagai waktu
kerja lembur sehingga pekerja/buruh berhak atas upah lembur.
Akan tetapi, ketentuan waktu kerja tersebut tidak berlaku bagi sektor usaha
atau pekerjaan tertentu seperti misalnya pekerjaan di pengeboran minyak lepas
pantai, sopir angkutan jarak jauh, penerbangan jarak jauh, pekerjaan di kapal
(laut), atau penebangan hutan. 
Ada pula pekerjaan-pekerjaan tertentu yang harus dijalankan terus-menerus,
termasuk pada hari libur resmi (Pasal 85 ayat 2 UU No.13/2003). Pekerjaan
yang terus-menerus ini kemudian diatur dalam Kepmenakertrans No. Kep-
233/Men/2003 Tahun 2003 tentang Jenis dan Sifat Pekerjaan yang Dijalankan
Secara Terus Menerus. Dan dalam penerapannya tentu pekerjaan yang
dijalankan terus-menerus ini dijalankan dengan pembagian waktu kerja ke
dalam shift-shift.
b) Jam Kerja Lembur
Waktu kerja lembur adalah waktu kerja yang melebihi 7 jam sehari untuk 6
hari kerja dan 40 jam dalam seminggu atau 8 jam sehari untuk 8 hari kerja dan
40 jam dalam seminggu atau waktu kerja pada hari istirahat mingguan dan atau
pada hari libur resmi yang ditetapkan Pemerintah (Pasal 1 ayat 1 Peraturan
Menteri no.102/MEN/VI/2004).
Waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling banyak 3 jam/hari dan 14
jam dalam 1 minggu diluar istirahat mingguan atau hari libur resmi.
Perhitungan Upah Lembur didasarkan upah bulanan dengan cara
menghitung upah sejam adalah 1/173 upah sebulan.

119
Berdasarkan ketentuan yang tertuang dalam Kepmenakertrans No.
102/MEN/VI/2004 , Rumus perhitungan upah lembur adalah sebagai berikut:

PERHITUNGAN UPAH LEMBUR PADA HARI KERJA


Jam
Rumus Keterangan
Lembur
Upah Sebulan adalah 100%
Upah bila upah yang berlaku di
Jam Pertama 1,5  X 1/173 x Upah Sebulan
perusahaan terdiri dari upah pokok
dan tunjangan tetap.
Atau 75% Upah bila Upah
yang berlaku di perusahaan terdiri
dari upah pokok, tunjangan tetap
Jam Ke-2 & 3 2   X 1/173 x Upah Sebulan
dan tunjangan tidak tetap. Dengan
ketentuan Upah sebulan tidak boleh
lebih rendah dari upah minimum
c) Jam Istirahat Kerja
Jam istirahat kerja adalah waktu untuk pemulihan setelah melakukan
pekerjaan untuk waktu tertentu. Sudah merupakan kewajiban dari perusahaan
untuk memberikan waktu istirahat kepada pekerjanya.
Berdasarkan pasal 85 UU no. 13 tahun 2003, pekerja tidak wajib bekerja
pada hari – hari libur resmi ataupun hari libur yang ditetapkan oleh perusahaan.
Karena waktu istirahat itu merupakan hak kita, maka perusahaan wajib
memberikan upah penuh. Akan tetapi, ada kalanya perusahaan menuntut pekerja
untuk tetap bekerja pada hari – hari libur karena sifat pekerjaan yang harus
dilaksanakan terus – menerus. Perusahaan yang mempekerjakan pekerjanya di
hari libur, wajib membayar upah lembur.
Waktu istirahat yang sesuai dengan UU No.13/2003, waktu istirahat antara
jam kerja sekurang-kurangnya setengah jam setelah bekerja selama 4 jam terus
menerus dan waktu istirahat tersebut tidak termasuk jam kerja (Pasal 79 UU
13/2003). Dan waktu istirahat mingguan adalah 1 hari untuk 6 hari kerja/minggu
atau 2 hari untuk 5 hari kerja/minggu (Pasal 79 UU 13/2003).
Pada praktiknya, waktu istirahat ini diberikan oleh perusahaan pada jam
makan siang, ada yang 11.30-12.30, atau 12.00-13.00 ada pula yang
memberikan waktu istirahat 12.30-13.30. Ada yang memberi waktu istirahat

120
hanya setengah jam, namun sebagian besar perusahaan memberikan waktu
istirahat satu jam. Dan penentuan jam istirahat ini menjadi kebijakan dari
masing-masing perusahaan yang diatur dalam Peraturan Perusahaan (PP), atau
Perjanjian Kerja Bersama (PKB).

d) Jam Kerja Shift


Pengaturan jam kerja dalam sistem shift diatur dalam UU no.13/2003
mengenai Ketenagakerjaan yaitu diatur dalam pasal-pasal sebagai berikut :
 Jika jam kerja di lingkungan suatu perusahaan atau badan hukum lainnya
(selanjutnya disebut “perusahaan”) ditentukan 3 (tiga) shift, pembagian
setiap shift adalah maksimum 8 jam per-hari, termasuk istirahat antar jam
kerja (Pasal 79 ayat 2 huruf a UU No.13/2003)
 Jumlah jam kerja secara akumulatif masing-masing shift tidak boleh lebih
dari 40 jam per minggu (Pasal 77 ayat 2 UU No.13/2003).
 Setiap pekerja yang bekerja melebihi ketentuan waktu kerja 8 jam/hari per-
shift atau melebihi jumlah jam kerja akumulatif 40  jam per minggu, harus
sepengetahuan dan dengan surat perintah (tertulis) dari pimpinan
(management) perusahaan yang diperhitungkan sebagai waktu kerja lembur
(Pasal 78 ayat 2 UU No.13/2003).

Dalam penerapannya, terdapat pekerjaan yang dijalankan terus-menerus


yang dijalankan dengan pembagian waktu kerja ke dalam shift-shift. Menurut
Kepmenakertrans No.233/Men/2003, yang dimaksud dengan pekerjaan yang
diljalankan secara terus menerus disini adalah pekerjaan yang menurut jenis dan
sifatnya harus dilaksanakan atau dijalankan secara terus menerus atau dalam
keadaan lain berdasarkan kesepakatan antara pekerja dengan pengusaha.
Contoh-contoh pekerjaan yang jenis dan sifatnya harus dilakukan terus menerus
adalah : pekerjaan bidang jasa kesehatan, pariwisata, transportasi, pos dan
telekomunikasi, penyediaan listrik, pusat perbelanjaan, media massa,
pengamanan dan lain lain yang diatur dalam Kep.233/Men/2003 pasal 2.

2.6.10 Fluktuasi Fungsi Agregat Demand dan Pengangguran

121
AD (Agregate Demand) adalah hubungan antara jumlah output yang diminta dan
tingkat harga agregat.
Kurva AD menunjukkan hubungan antara tingkat harga P dan jumlah barang yang
dan jasa yang diminta Y. Kurva itu digambarkan untuk nilai jumlah uang
beredar M tertentu. Kurva AD miring ke bawah; semakin tinggi tingkat harga P, semakin
rendah tingkat keseimbangan riil M/P, dan karena itu semakin rendah jumlah barang dan
jasa yang diminta Y.
Kurva AD dibuat untuk nilai dari jumlah uang yang beredar tetap (M konstan).
Dengan kata lain, kurva tersebut menyatakan kombinasi yang mungkin dari P dan Y
untuk nilai M tertentu. Jika M berubah, maka P dan Y juga akan berubah, yang berarti
kurva AD bergeser.
Pergeseran dalam Kurva AD : Perubahan jumlah uang yang beredar menggeser
kurva AD. Penurunan M mengurangi nilai nominal ouput PY. Untuk setiap P tertentu,
outpu Y lebih rendah. Karena itu, penurunan M akan menggeser kurva AD ke kiri.
Kenaikan M meningkatkan nilai nominal output PY. Untuk setiap tingkat harga P, output
Y lebih tinggi. Karena itu, kenaikan M menggeser kurva AD ke kanan.
a. Pergeseran AD dalam Jangka Panjang
Penurunan jumlah uang yang beredar (M) menggeser AD ke bawah (kiri).
Karena kurva LRAS adalah vertical, penurunan AD mempengaruhi tingkat harga P
(dalam hal ini menurunkan tingkat harga dalam jangka panjang), tetapi tidak
mempengaruhi tingkat output Y.
b. Pergeseran AD dalam Jangka Pendek
Penurunan jumlah uang yang beredar menggeser kurva AD ke bawah (kiri).
Karena kurva SRAS adalah horisontal, dalam jangka pendek ketika harga adalah
kaku, penurunan AD mengurangi tingkat output Y.
Dari jangka pendek ke jangka panjang: penurunan AD menurunkan output Y
dalam jangka pendek, tetapi dalam jangka panjang hanya berpengaruh terhadap
tingkat harga P.
c. Guncangan AD
Contoh: peluncuran dan penyebarluasan kartu kredit. Kartu kredit mengurangi
jumlah uang yang ingin dipegang orang, hal ini ekuvalen dengan kenaikan
perputaran uang. Jika jumlah uang yang beredar tetap konstan, maka kenaikan
perputaran uang menyebabkan pengeluaran nominal meningkat dan kurva AD
bergeser ke kanan. Kenaikan AD, meningkatkan output dalam jangka pendek

122
(perekonomian mengalami booming). Dengan harga lama, perusahaan sekarang
menjual lebih banyak output. Karena itu, perusahaan memperkerjakan lebih banyak
pekerja dan menambah produksi mereka. Selama itu, tingkat AD yang tinggi
mendorong harga dan upah. Dengan naiknya tingkat harga, kuantitas output yang
diminta menurun, dan perekonomian secara berangsur-angsur mendekati tingkat
produksi alamiah. Tetapi selama masa transisi ke tingkat harga yang lebih tinggi,
output perekonomian lebih tinggi dari tingkat alamiahnya.
Kebanyakan ekonom menerima hipotesis tingkat alamiah, yang menyatakan
bahwa fluktuasi dalam permintaan agregat hanya mempunyai dampak jangka
pendek terhadap output dan pengangguran. Namun sebagian ekonom menyarankan
cara-cara di mana resesi bisa meninggalkan luka permanen pada perekonomian
dengan meningkatkan tingkat pengangguran alamiah.

2.6.11 Pengangguran dan Resesi


Resesi merupakan periode di mana GDP riil mengalami penurunan selama dua
triwulan berturut-turut atau lebih. Resesi ditandai dengan adanya penurunan output dan
peningkatan pengangguran. 
Depresi merupakan resesi hebat yang terjadi dalam jangka waktu yang lama.
Terjadinya resesi akan menyebabkan menurunnya GDP riil, sehingga sedikit barang atau
jasa yang diproduksi. Sedikitnya output yang diproduksi membuat input yang digunakan
semakin sedikit dan peluang kerja menurun sehingga tingkat pengangguran meningkat
serta semakin berkurangnya persediaan modal yang tersedia yang dapat digunakan.
Dengan kata lain bila GDP riil turun maka pendapatan riil turun dan bila kondisi ini
bertahan lama akan menyebabkan depresi.

2.6.12 Medan Kesamaan Upah Nominal


Kurva penawaran agregat adalah nilai produk dalam periode tertentu yang dihasilkan
oleh seluruh produsen pada berbagai tingkat harga produk.
Medan kesamaan upah nominal (iso-money wage map mencakup sejumlah kurva
kesamaan nominal yang menghubungkan W dengan H pada w yang sama besarnya.

123
Kurva WH Rp 15 berarti kurva kesamaan upah nominal pada upah nominal Rp15
per satuan kerja seperti jam kerja.
Kurva WH Rp 30 berarti kurva kesamaan upah nominal pada upah nominal Rp 30
per jam kerja.

Pada upah Rp 15 dengan harga Rp1, maka upah riil sama dengan Rp15
Pada upah Rp 15 dengan harga Rp5, maka upah riil sama dengan Rp3

2.6.13 Sumber Pertumbuhan Ekonomi


a. Definisi Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi adalah proses dimana terjadi kenaikan produk nasional
bruto riil atau pendapatan nasional riil. Jadi perekonomian dikatakan tumbuh atau
berkembang bila terjadi pertumbuhan outputriil. Definisi pertumbuhan ekonomi
yang lain adalah bahwa pertumbuhan ekonomi terjadi bila ada kenaikan output
perkapita. Pertumbuhan ekonomi menggambarkan kenaikan taraf hidup diukur
dengan output riil per orang.
Tahap Perekonomian dapat dibagi menjadi 4 :
1) Rumah tangga tertutup
2) Rumah tangga kota
3) Rumah tangga bangsa
4) Rumah tangga dunia

124
b. Ukuran Pertumbuhan Ekonomi
Menurut M. Suparko dan Maria R. Suparko ada beberapa macam alat yang
dapat digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi yaitu :
1. Produk Domestik Bruto
PDB adalah jumlah barang dan jasa akhir yang dihasilkan dalam harga pasar.
Kelemahan PDB sebagai ukuran pertumbuhan ekonomi adalah sifatnya yang
global dan tidak mencerminkan kesejahteraan penduduk.
2. PDB per Kapita atau Pendapatan Perkapita
PDB per kapita merupakan ukuran yang elbih tepat karean telah
memperhitungkan jumlah penduduk. Jadi ukuran pendapatn perkapita dapat
diketahui dengan membagi PDB dengan jumlah penduduk.
3. Pendapatan Per jam Kerja
Suatu negara dapat dikatakan lebih maju dibandingkan negara lain bila
mempunyai tingkat pendapatan atau upah per jam kerja yang lebih tinggi
daripada upah per jam kerja di negara lain untuk jenis pekerjaan yang sama.

c. Hal-hal yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi


1. Akumulasi Modal
Akumulasi modal (capital accumulation) terjadi apabila sebagian dari
pendapatan ditabung dan diinvestasikan kembali dengan tujuan memperbesar
output dan pendapatan di kemudian hari. Pengadaan pabrik baru, mesin-mesin,
peralatan, dan bahan baku meningkatkan stock modal (capital stock) fisik suatu
negara (yakni, total nilai riil “neto” atas seluruh barangmodal produktif secara
fisik) dan hal itu jelas memungkinkan terjadinya peningkatan output di masa-
masa mendatang. Investasi produktif yang bersifat langsung tersebut harus
dilengkapi dengan berbagai investasi penunjang yang disebut investasi
“infrastuktur” ekonomi dan social. Di samping investasi yang bersifat langsung
banyak cara yang bersifat tidak langsung untuk menginvestasikan dana dalam
berbagai jenis sumber daya. Di samping itu ada juga Investasi dalam pembinaan
sumber daya manusia dapat meningkatkan kualitas modal manusia, sehingga
pada akhirnya akan membawa dampak posiyif yang sama terhadap
manusia.Segenap kegiatan yang dijelaskan di atas merupakan bentuk-bentuk
investasi yangmenjurus ke akumulasi modal.

125
2. Kemajuan Teknologi
Kemajuan teknologi (technological progress) bagi kebanyakan ekonom
merupakan sumber pertumbuhan ekonomi yang paling penting. Dalam
pengertiannya yang paling sederhana, kemajuan teknologi terjadi karena
ditemukannya cara baru atau perbaikan atas cara-cara lamadalam menangani
pekerjaan-pekerjaan tradisional seperti kegiatan menanam jagung, membuat
pakaian, atau membangun rumah. Kita mengenal tiga klasifikasi kemajuan
teknologi, yaitu: kemajuan teknologi yang bersifat netral (neutral technological
progress), kemajuan teknologi yang hemat tenaga kerja (labor-saving
technological progress), dan kemajuan teknologi yang hemat modal (capital-
saving technological progress).
Kemajuan teknologi yang netral (neutral technolohical progress) terjadi
apabila teknologi tersebut memungkinkan kita mencapai tingkat produksi yang
lebih tinggi dengan menggunakan jumlah dan kombinasi faktor input yang
sama. Inovasi yang sederhana, seperti pembagian tenaga kerja (semacam
spesialisasi) yang dapat mendorong peningkatan output dan kenaikan konsumsi
masyarakat adalah contohnya. Sementara itu, kemajuan teknologi dapat
berlangsung sedemikian rupa sehingga menghemat pemakaian modal atau
tenaga kerja (artinya, penggunaan teknologi tersebut memungkinkan kita
memperoleh output yang lebih tinggi dari jumlah input tenaga kerja atau modal
yang sama). Penggunaan komputer, mesin tekstil otomatis, bor listrik
berkecepatan tinggi, traktor dan mesin pembajak tanah, dan banyak lagi jenios
mesin serta peralatan modern lainnya, dapat diklasifikasikan sebagai kemajuan
teknologi yang hemat tenaga kerja (labor-saving technological progress).
Sedangkan kemajuan teknologi hemat modal (capital-saving technological
progress) merupakan fenomena yang langka. Hal ini dikarenakan hampir semua
penelitian dalam dunia ilmu pengetahuan dan teknologi dilakukan di Negara-
negara maju dengan tujuan utama menghemat pekerja, dan bukan menghemat
modal. Di Negara-negara dunia ketiga yang berlimpah tenaga kerja tetapi langka
modal, kemajuan teknologi hemat modal merupakan sesuatu yang paling
diperlukan. Kemajuan teknologi juga dapat meningkatkan modal atau tenaga
kerja.
Kemajauan teknologi yang meningkatkan pekerja (labor-augmenting
technological progress) terjadi apabila penerapan teknologi tersebut mampu

126
meningkatkan mutu atauketrampilan angkatan kerja secara umum. Misalnya,
dengan menggunakan video tape, televisi, dan media komunikasi elektronik
lainnya di dalam kelas, proses belajar biaslebih lancar sehingga tingkat
penyerapan bahan pelajaran juga menjadi lebih baik.Demikian pula halnya
dengan kemajuan teknologi yang meningkatkan modal (capital-augmenting
technological progress).
jenis kemajuan ini terjadi jika penggunaan teknologi tersebut
memungkinkan kita memanfaatkan barang modal yangada secara lebih
produktif. Misalnya, penggunaan bajak kayu dengan bajak bajadalam produksi
pertanian.

2.6.14 Kurva Penawaran Agregatif dengan Asumsi Klasik


Asumsi ekonomi klasik: fleksibilitas tingkat harga dan upah. Jumlah Tenaga Kerja
dalam perekonomian (employment) dalam keadaan keseimbangan terjadi pada
perpotongan antara kurva permintaan dan penawaran Tenaga Kerja agregatif
Dalam kondisi full employment dengan assumsi tingkat upah berlaku untuk Tenaga
Kerja yang ingin bekerja dan sudah bekerja, maka tanpa ada campur tangan pemerintah
pengangguran dalam perekonomian akan cenderung hilang dengan sendirinya. Hal ini
karena besar kecil jumlah Tenaga Kerja yang ditawarkan dan diminta ditentukan oleh
upah riil, bukan upan nominal.
Perubahan tingkat harga tidak selalu menggeser titik keseimbangan pasar Tenaga
Kerja. Dengan demikian besar kecilnya produk nasional tidak dipengaruhi secara
langsung oleh perububahan tingkat harga.

127
Rp 30
Rp 22 H (Rp) AgS

Rp 15

W Y
Y*
DN

SN
N*
E

Pada pasar Tenaga Kerja, keseimbangan terjadi pada titik E dengan penggunaan
Tenaga Kerja sebesar N*, sehingga menghasilkan jumlah produk nasional ekuilibrium
Y*.
Upan nominal tidak berpengaruh terhadap jumlah Tenaga KKerja yang diminta oleh
perusahaan dan ditawarkan oleh rumah tangga.
Dengan tingkat upah riil yang tidak berubah, maka penurunan harga menyebabkan
kurva kesamaan upah nominal bergeser dari Rp 30 ke Rp 22 dan ke Rp 15.

2.6.15 Kurva Penawaran Agregatif dengan Asumsi Keynes


Keyness berasumsi pada kekuatan upah nominal yakni peningkatan harga nominal
menyebabkan naiknya upah nominal, tapi penurunan harga nominal tidak selalu
menyebabkan menurunkan upah nominal.
Asumsi upward flexibility degan downward rigidity upah nominal merupakan
asumsi yang cukup realistis dalam perekonomian modern terutama dengan adanya
perjanjian kerja dan munculnya serikat buruh. Jika ada inflasi, maka melalui serikat
buruh, Tenaga Kerja menuntut kenaikan upah.

128
Rp 30
Rp 22 H (Rp) AgS

Rp 15

W Y
Y*
DN

SN
N*
E

a) Pada awalnya perekonomian ekuilibrium pada tingkat employment ON* dengan


OY* dan Upah riil Rp 5
b) Jika terjadi penurunan harga,menjadi Rp 1 maka dengan ketegaran upah nominal Rp
7, maka menyebabkan kenaikan upah riil dari 5 menjadi 7.
c) Kurva kesamaan upah nominal bergeser dari A ke B.
d) Kesediaan produsen menggunakan TENAGA KERJA bergeser dari N ke Nb
e) Produk nasional turun dari Y* ke Yb

129
BAB 7
KESEIMBANGAN UMUM DALAM PERMINTAAN DAN PENAWARAN
AGREGATIF

2.7 Keseimbangan Umum


Keseimbangan umum adalah kondisi dimana jumlah permintaan sama dengan
jumlah penawaran. Jumlah barang dalam keadaan itu disebut kuantitas keseimbangan.
Tingkat harga yang membentuk keadaan keseimbangan itu di sebut harga keseimbangan.
Keseimbangan umum merupakan seimbangnya harga beli terthadap harga jual,
seimbangnya permintaan barang dengan penawaran barang, juga keseimbangan antara
pengeluaran uang dengan pemasukan dan juga keseimnbangan antara pendapatan dengan
pengeluaran yang terjadi.
 Keseimbangan umum atau equilibrium adalah kondisi dimana jumlah permintaan
sama dengan jumlah penawaran. Jumlah barang pada keadaan itu disebut kuantitas
keseimbangan. Tingkat harga yang membentuk keadaan keseimbangan itu disebut harga
keseimbangan.
 Keseimbangan umum terjadi apabila pasar uang dan pasar barang berada dalam
keseimbangan secara bersama-sama, dan keseimbangan tersebut diperoleh keseimbangan
pendapatan nasional dan keseimbangan tingkat bunga
Skenario keseimbangan umum :
Misalkan dalam sebuah perekonomian ada sepuluh juta barang, jika semua barang
mempunyai struktur pasar bersaing sempurna, maka penawaran dan permintaan dari
sepuluh juta barang tersebut akan sama. Kondisi ini disebut terjadi keseimbangan umum.
Semua orang Indonesia telah mengoptimalkan utilitynya, semua orang puas. Dalam
kondisi seperti ini tidak ada seorang pun yang mampu menaikkan kepuasannya tanpa
mengurangi kepuasan orang lain. Dengan kata lain semua orang telah mengoptimalkan
keputusannya. Semua konsumen telah menentukan pola konsumsinya dan semua
produsen telah menentukan pola produksinya. 

130
2.7.1 Pengaruh Asumsi Terhadap Kurva Permintaan Agregatif dan Penawaran
Agregatif
a. Permintaan Agregat
Dalam makroekonomi Keynes, yang sangat mempengaruhi permintaan agregat
adalah kebijakan fiskal dan pengaruh dari luar negeri. Potensi yang mempengaruhi
permintaan agregat yang berasal dari perubahan-perubahan penawaran uang
dianggap lemah atau tidak ada.
Dalam model Keynes, perubahan dalam penawaran uang mempengaruhi
permintaan agregat namun melalui pengaruh-pengaruh penawaran uang terhadap
investasi. Pengaruh-pengaruh penawaran uang pada investasi bersifat tidak langsung
melalui tingkat bunga: meningkat penawaran uang menyebabkan kredit mudah,
tingkat bunga sangat rendah, dan mengairahkan investasi. Menurut model Keynes,
faktor-faktor tersebut tidak ada yang berpengaruh kuat.
Meningkatnya penawaran uang tidak memberikan pengaruh yang sangat besar
terhadap penurunan tingkat bunga, dan tingkat bunga hanya memiliki pengaruh yang
lemah pada investasi. Pada model Keynes, perubahan perpajakan dan pembelanjaan
pemerintah pada barang-barang dan jasa-jasa memberikan pengaruh besar pada
permintaan agregat. Pengaruh besar ini meningkat melalui mekanisme yang sama,
sehingga menyebabkan pengaruh uang terhadap permintaan agregat menjadi lemah.
Penganut Keynes sepakat dengan para ahli ekonomi Klasik bahwa
meningkatnya pembelanjaan pemerintah atau pemotongan pajak menyebabkan
meningkatkan tingkat bunga yang berdampak pada tersendatnya investasi, sehingga
untuk mengurangi dampak tersebut dengan meningkatkan pembelanjaan pemerintah
atau perpajakan rendah, tetapi mereka menganggap mekanisme tingkat bunga
menjadi salah satu kelemahannya. Dalam Model Keynes, meningkat pembelanjaan
pemerintah atau pemotongan pajak hanya memberikan efek kecil pada tingkat
bunga, dan memberikan efek kecil pada investasi, namun perubahan-perubahan pada
pengeluaran pemerintah dan pajak memberikan efek besar pada permintaan agregat.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan agregat didalam suatu
perekonomian adalah :
1) Pendapatan disposibel (Yd) atau pengeluaran konsumsi (C)
2) Tingkat bunga (i)
3) Investasi (I)
4) Jumlah uang beredar riil (real money supply atau Ms/P)

131
5) Pengeluaran pemerintah (G)
6) Pajak (T)
7) Pendapatan luar negeri (Yf)
8) Harga luar negeri (Pf)
9) Nilai tukar riil (Exchange rate atau ER)
Kenaikan di dalam pendapatan disposibel (Yd), pengeluaran konsumsi (C),
pengeluaran investasi (I), penawaran uang riil (Ms/P), pengeluaran pemerintah (G),
pendapatan luar negeri (Yf), tingkat harga luar negeri (Pf) dan penurunan tingkat
bunga (i), pajak (T) dan nilai tukar atau kurs mata uang (ER) akan membawa
kenaikan didalam permintaan agregat, atau menggeser kurva permintaan agregat
kekanan. Sebaliknya, apabila terjadi penurunan di dalam Yd,C,I,Ms/P,G,Yf,Pf, dan
kenaikan di dalam I,T,ER tersebut, akan menurunkan AD atau mengserkan kurva
AD ke kiri atas.
b. Penawaran Agregat :
Menurut pendapat ahli-ahli ekonomi Klasik perekonomian akan selalu mencapai
kesempatan kerja penuh. Dengan demikian pendapatan nasional akan selalu
mencapai tingkat yang paling maksimum yaitu pendapatan nasional pada
kesempatan kerja penuh Yf. Jumlah barang dan jasa yang dihasilkan dalam suatu
negara pada tahun tertentu yang digambarkan oleh Yf’tergantung kepada faktor –
faktor produksi yang tersedia. Jumlah faktor-faktor produksi inilah yang akan
menentukan kedudukan Yf. Dalam grafik (a) dari gambar 2.3 perpindahan AS0 dan
Yf menjadi AS1 dan Y1f menggambarkan bahwa jumlah faktor-faktor produksi
yang sudah semakin banyak dan memungkinkannya untuk menaikkan produksi
negara dari Yf menjadi Y1f.
Kurva penawaran agregat yang dikaitkan dengan pendapat golongan Keynesian
perlu dibedakan pada dua bentuk : yang digunakan dalam analisis Keynesian
sederhana dan pandangan yang telah mempertimbangkan keadaan di pasaran tenaga
kerja.Grafik (b) pada hakikatnya menggambarkan bahwa tingkat harga tidak akan
mengalami perubahan sebelum tingkat kesempatan kerja penuh dicapai. Tingkat
harga tidak akan mengalami perubahan dan dalam grafik tingkat harga tersebut
adalah P0.
Pada tingkat kesempatan kerja penuh keadaan sebaliknya akan berlaku, yaitu
apabila ekspansi dalam perbelanjaan agregat masih terus berlaku, pendapatan
nasional tidak dapat ditambah tetapi harga-harga akan meningkat. Penggunaan
132
tenaga kerja yang semakin banyak akan menambah pendapatan nasional. Dengan
demikian peningkatan harga akan menambah pendapatan nasional riil. Sifat dari
hubungan ini digambarkan oleh kurva penawaran agregat AS di grafik (c) dan kurva
ini dikembangkan oleh golongan Keynesian baru.
Dalam analisis penawaran agregat yang dihubungkan dengan pendapat
golongan Ekspektasi Rasional atau Klasik baru perlu dibedakan diantara penawaran
agregat jangka pendek (short run aggregate supply atau SRAS) dengan penawaran
agregat jangka panjang (long run aggregate supply atau LRAS). Yang dimaksudkan
dengan “jangka pendek” dalam konsep diatas adalah jangka waktu dimana hanya
harga-harga barang dan harga bahan mentah (seperti minyak) yang akan mengalami
perubahan.
Sedangkan dalam “jangka panjang” perubahan bukan saja berlaku ke atas
tingkat harga barang-barang tetapi juga ke atas harga-harga input (bahan mentah dan
faktor-faktor produksi) yang digunakan dalam proses produksi.
Penawaran agregat di dalam suatu perekonomian dipengaruhi oleh beberapa
faktor sebagai berikut :
1) besarnya angkatan kerja
2) besarnya stok kapital
3) keadaan atau tingkat tehnologi
4) tingkat pengangguran alamiah
5) harga faktor-faktor produksi
Berkaitan dengan penewaran agregat ini penting untuk dibedakan antara
permintaan agregat jangka pendek (short-run aggregate supply,SRAS), dan
penawaran agregat jangka panjang (long-run aggregate suply,LRAS). Dan
pengertian penawaran agregat diatas adalah dalam artian penawaran agregat jangka
pendek (SRAS). Sedangkan penawaran agregat jangka panjang (LRAS) lebih
menunjuk kepada jumlah ooutput riil yang ditawarkan ketika upahdan harga-harga
telah disesuaikan sedemikian rupa sehingga masing-masing perusahaan
memproduksi output yang memaksimimkan keuntungannya dan perekonomian
berada pada tingkat kesempatan kerja penuh (full employment level).
Penawaran agregat jangka panjang tersebut dipengaruhi oleh factor-faktor yang
mempengaruhi SRAS, kecuali harga faktor produksi. Dengan asumsi harga lain-
lainnya tetap, apabila semakin besar jumlah angkatan kerja, semakin rendah tingkat
pengangguran alamiah, semakin besar jumlah stok kapital, dan semakin produkktif

133
teknologi yang tersedia, maka akan semakin besar pula penawaran agregat jangka
panjang.
2.7.2 Keseimbangan Umum dengan Asumsi Keynes Murni

Mengenai apakah keseimbangan umum akan terjadi pada tingkat full employment
ataukah tidak tergantung kepada letak dan bentuk dari kurva permintaan agregatif.
Apabila kurva penawaran agregatif terpotong, oleh kurva permintaan agregatif pada
tingkat harga lebih rendah dari Titik R, keadaan ekuilibrium dalam perekonomian akan
tercapai pada tingkat pendapatan nasional dan tingkat kesempakatan kerja di bawah full-
employment. Contohnya ialah apabila kurva permintaan agregatif yang terjadi ialah
kurva permintaan agregatif AgD1, maka titik keseimbangan umum tercapai pada titik A,
dengan tingkat pendapatan nasional ekuilibrium OY1, yang jelas lebih rendah dari
tingkat pendapatan nasional ekuilibrium OYf.
            Sebaliknya, apabila kurva penawaran agregatif terpotong oleh kurva
permintaan agregatif di atas titik R, maka perekonomian akan berada dalam keadaan
ekuilibrium pada tingkat pendapatan nasional dan tingkat kesempatan kerja full-
employment. Hal ini terjadi misalnya dengan kurva permintaan agregatif AgD, yang
menghasilkan titik potong C pada kurva penawaran agregatif AgS.
Pertanyaan yang timbul kemudian ialah : Apakah yang dapat dilakukan oleh
pemerintah apabila terjadi pengangguran sebagai akibat dari letak kurva permintaan

134
agregatif yang rendah seperti AgD1 atau AgD2 di atas? Apabila bagian dari kurva
permintaan agregatif yang memotong kurva penawaran agregatif bukan merupakan
bagian yang vertikal, maka kebijakan ekspansi moneter akan dapat menggeser kurva
permintaan agregatif ke kanan. Demikian pula halnya dengan kebijakan ekspansi fiscal.
Hanya saja untuk kebijakan yang kita sebutkan belakangan diperlukan memerlukan
dipenuhinya syarat bahwa tingkat bunga belum mencapai ketinggian classical range.
Dengan bergesernya kurva permintaan agregatif ke kanan, maka dapat diharapkan
menghasilkan titik potong dengan kurva penawaran agregatif pada bagian yang vertikal
sejajar dengan sumbu tingkat harga. Sebab dengan demikian berarti tingkat pendapatan
nasional ekuilibrium yang dicapai merupakan tingkat pendapatan nasional full-
employment, yaitu tingkat pendapatan nasional tanpa pengangguran.
Akan tetapi apabila yang memotong kurva permintaan agregatif adalah bagian
vertikal dari kurva permintaan agregatif, maka ini berarti bahwa perekonomian berada
pada liquidity trap atau pada kurva permintaan investasi yang inelastis sempurna. Contoh
yang dapat menggambarkan keadaan seperti ini ialah titik A yang merupakan titik potong
AgD1 dengan kurva penawaran agregatif KAgS. Kalau keadaan seperti ini yang terjadi
maka kebijakan ekspansi moneter murni tidak akan dapat menghilangkan atau
mengurangi tingkat pengangguran. Kebijakan yang dapat mengatasi masalah tersebut
adalah kebijakan ekspansi fiskal yang baik yang tidak disertai maupun yang disertai
dengan kebijakan moneter

2.7.3 Keseimbangan Umum dengan Asumsi Keynes Klasik Murni

AgS

H*

AgD

Y
Y*f

135
Istilah murni disini adalah kurva AgS dan AgD didasarkan pada asumsi klasik.
Kurva AgS sejajar dengan H (tingkat harga) tepat pada ketinggian full employment
income, maka semua titik potong dengan kurva AgD juga selalu pada tingkat full
employment
Oleh karena itulah disimpulkan menurut teori klasih bahwa, Perekonomian tanpa
campur tangan pemerintah bertendensi untuk memiliki AgS dan AgD untuk memiliki
titik ekuilibrium permintaan dan penawaran agreratif pada tingkat full employment.
Kesimpulan teoritik Klasik dapat pula dipergunakan sebagai landasan kesimpulan
teoritik teori kuantitas uang, yang juga termasuk pemikiran kaum Klasik, yang
mengatakan bahwa tingkat harga mempunyai tendensi untuk berubah searah dengan
proporsional dengan perubahan jumlah uang yang beredar. Dengan menggunakan asumsi
tidak berubahnya kecepatan peredaran uang dalam masyarakat, meningkatnya
(menurunnya) jumlah uang yang beredar akan mengakibatkan bergesernya kurva
permintaan agregatif  ke kanan/ke atas (ke kiri/ke bawah) yang selanjutnya dengan kurva
penawaran agregatif yang berbentuk garis vertikal sejajar dengan sumbu tingkat harga,
akan mengakibatkan meningkatnya (menurunnya) tingkat harga dengan persentase yang
tingginya sama dengan persentase kenaikan (penurunan) jumlah uang yang beredar.

2.7.4 Keseimbangan Umum dengan Asumsi Campuran


Kombinasi asumsi mengenai bentuk kurva permintaan agregatif dengan kurva
penawaran agregatif yang belum teruraikan tinggal dua, pertama ialah kombinasi antara
kurva penawaran agregatif yang didasarkan pada asumsi Keynes dengan kurva
permintaan agregatif yang didasarkan pada asumsi klasik, dan yang kedua ialah
kombinasi atau pasangan kurva penawaran agregatif yang didasarkan pada asumsi klasik
dengan kurva permintaan agregatif yang didasarkan pada asumsi Keynes.

Keseimbangan yang akan


H dibahas berikut ini adalah:
AgD2 AgS
a) Kombinasi AgS Keynes

AgD1 dan AgD Klasik

H*2 Keseimbangan
pendapatan nasional yang
H*1 dihasilkan sama dengan
keseimbangan dengan
asumsi keyness 136
Pada gambar dibawah,
Y
Y*1 Y*f

AgS

AgD2
H
AgD1

H*

Y
Y*1 Y*f

2.7.5 Contoh Penerapan Kurva IS-LM untuk Indonesia

a. Kurva IS hipotetis perekonomian Indonesia


Kurva IS untuk perekonomian tertutup tanpa kebijakan fiscal diturunkan dengan
salah satu rumus:
I (r) = S(Y) atau Y = C (Y) + I (r)
I=fungsi investasi, S=fungsi saving, C=fungsi konsumsi, dan Y=pendapatan nasional
Kurva IS untuk perekonomian Indonesia yang terbuka diturunkan dengan
rumus:
Y=C(Y) +I (r) + G + X – Z (Y)
X= ekspor dan Z=fungsi impor
Asas pembangunan ekonomi:
Investasi Stock Kapasitas Pertumbuhan
netto Kapasitas Produksi Ekonomi
Nasional Nasional
Investasi dilakukan oleh pemerintah dan terutama oleh sektor swasta.
Rencana APBN khusus untuk pengeluaran meliputi:
a) Pengeluaran rutin
b) Pengeluaran pembangunan
Pengaruh G dan I terhadap kurva IS adalah:
a) Harus dilakukan dengan pengeluaran pemerintah dan investasi (hanya dalam
negeri) yang meningkat menyebabkan kurva IS bergeser ke kanan atas.

137
Komponen G dan I yang dilakukan diluar negeri disebut kebocoran (leakage)
aliran pendapatan dan menyebabkan kurva IS kekiri.
b) Tidak perlu melakukan G dan I baik dalam negeri maupun LN. Hal ini berarti G
dan I dibiayai oleh bantuan dan atau pinjaman LN, sehingga kurva IS tidak
bergeser.
Nilai variabel G ditentukan oleh pemerintah, sehingga dianggap variable
eksogen. Nilai I ditentukan oleh bunga, sehingga dianggap sebagai variable terikat.
Dalam rangka meningkatkan investasi, maka pemerintah harus:
a) Penyediaan bantuan kredit yang murah
b) Pengembangan kewirausahaan dengan berbagai penyuluhan, pelatihan dan
pendidikan serta mempromosikan produk-produk UKM ke dama negeri dan LN

r A

ID
B

P S T
Q R
rm
C

M
0
Gamb
ID
I
Im

tersebut menunjukkan:
a) Kurva ID IDmenunjukkan kurva I tanpa ada kredit murah
b) Tiingkat bunga kredit murah ditetapkan oleh pemerintah sebesar rm, maka
permintaan kredit murah untuk investasi bagi sector swasta sebebsar rmC.
Dalam kenyataan pemerintah harus tetap selektif dalam memberikan kredit
murah dan untuk menghindari M yang terlalu banyak di masyarakat, sehingga

138
sebagian masyarakat hanya memperoleh kredit sebesar OIm dan sebagian yang
lain harus mengambil kredit dengan bunga mekanisme pasar.
Dengan asumsi distribusi tinggi rendahnya marginal efficiency of investment
(MEI) bagi sebagian masyarakat yang memperoleh kredit murah sama dengan
MEI masyarakat yang tidak memperoleh kredit murah, maka kurva permintaan
investasi menjadi ABCID
MEI adalah hubungan negatif antara investasi (I) dan tingkat bunga (r)
c) Pada tingkat bunga setinggi ID, maka tidak ada yang mengambil kredit dan
masyarakat yang berinvestasi hanya yang memperoleh kredit murah.
d) Pada tingkat bunga antararm sampaiID, masyarakat yang memperoleh kredit
murah akan berinvestasi sebesar OIm dan masyarakat (yang tidak memperoleh
kredit murah) harus mengambil kredit dengan bunga bebas, jika ingin
melakukan investasi.
e) Jika tingkat bunga setinggi P, maka masyarakat yang tidak memperoleh kredit
murah akan mengambil kredit sebanyak RT atau QS. Dengan tingkat bunga
setinggi P, maka masyarakat akan mengambil kredit sebanyak PT
f) Jika tingkat bunga dibawah rm, maka tidak ada masyarakat yang mengambil
kredit murah dan mengabil kredit dengan tingkat bunga sebesar rm dan kurva
permintaan investasi yang berlaku adalah CID
g) Dengan demikian kurva permintaan investasi adalah ABCID

b. Kurva LM hipotetis perekonomian Indonesia

LM
Bentuk kurva LM mencakup 3 bagian:
CR Daerah klasik (classical range)
IR Daerah jerat likuiditas (Liquidity trap range)
Daerah tengah (Intermediate range)
LTR

Masyarakat Indonesia masih belum berbudaya untuk menyimpan uangnya


dalam bentuk surat-surat berharga, sehingga permintaan uang untuk spekulasi masih
kecil (kurva L2berimpit dengan sumbu r ) dan sebagian besar untuk transaksi dan
berjaga-jaga.

139
r r L L
M1 M2

L Y
Y Y
M 2 M L
M M 1 2
1
M2 M2
L L
1
2
M
1
Y
1
Jika uang yang beredar OM1, maka kurva LM adalah Y1 LM1dan OM2, maka
kurva LM adalah Y2LM2.
Permintaan uang untuk transaksi dan berjaga-jaga dipenagruhi oleh pendapatan
nasional dan tingkat bunga.
L1 L1 = kY dan k = f (r). Semakin tinggi tingkat bunga, maka semakin kecil k dan
sebaliknya.
c. Penawaran Agregatif
Hubungan antara investasi dan kapasitas produksi nasional dapat dijelaskan
sebagai berikut.

Y
K Y1 Y2
COR
K2
K1

Y=Q
Qm1 Qm2
Sumbu horisontal menunjukkan kapasitas produksi nasional dan sumbu vertical
menunjukkan stok kapasitas nasional.
 Pada periode 1, besarnya stok kapasitas nasional sebesar k1 dan kapasitas
produksi nasional Qm1
 Investasi neto sebesar k1k2, maka jumlah stok kapasitas nasional sebesar k2,
sehingga kapasitas produksi nasional meningkat menjadi Qm2.
Dengan memperhatikan:
 Jumlah penduduk terus meningkat (angkatan kerja meningkat)

140
 Stok capital perkapita rendah (sumber daya modal masih rendah), sehingga
jumlah TK lebih besar dari stok capital
 Tingkat harga terus menaik maka variable agregat perekonomian kita adalah
kapasitas produksi nasional (OQm)

d. Pendekatan IS-LM untuk pembangunan Indonesia

Penjelasan gambar tersebut sebagai berikut:


a) Jika pemerintah akan meningkatkan kapasitas produksi nasional dari tahun Y1
sebesar OY1 menjadi tahun Y2 sebesar OY2, maka pemerintah harus berhasil
melakukan investasi neto sebesar K1K2 yang dapat berbentuk penggalakan
investasi oleh sektor swasta dan pengeluaran pembangunan pemerintah,
sehingga kurva IS bergeser ke kanan. Jika dalam perekonomian tidak terjadi
pergeseran IS, maka terjadi deflationary gap (recessionary gap) yaitu situasi
dimana pendapatan nasional aktual lebih kecil dari pendapatan potensial.
b) Permintaan agregatif (OY1) dengan Y ekilibrium yang ditunjukkan dengan
perpotongan antara kurva IS-LM
c) Deflationary gap berarti kepasitas produksi nasional tidak dimanfaatkan secara
maksimal, sehingga dikatakan sebagai pemborosan (potensi pertumbuhan tidak
dimanfaatkan secara maksimal)

141
d) Pergeseran IS yang terlalu kekanan juga berdampak negatif yakni menimbulkan
inflasi dengan segala pengaruhnya baik positif maupun negatif.
e) Kurva LM yang inelastis menunjukkan meningkatnya penawaran agregatif
harus disertai dengan peningkatan M. Semakin tidak elastik kurva LM, maka
semakin besar M yang dibutuhkan
f) Peningkatan penawaran agregatif juga menimbulkan peningkatan permintaan
agregatif, sehingga kurva IS dan LM bergeser kekanan.
g) Jika peningkatan permintaan agregatif hanya dilakukan dengan menggeser IS
kekanan tanpa dibarengi pergeseran kurva LM kekanan, maka tingkat bunga
akan naik, sehingga mengurangi investasi sector swasta.

142
BAB 8
KONSUMSI DAN INVESTASI

2.8 FUNGSI KONSUMSI DAN INVESTARI MENURUT KEYNES

2.8.1 Konsumsi

Pengertian

Konsumsi adalah segala kegiatan atau tindakan menghabiskan atau mengurangi kegunaan
(daya guna) barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan. Pembelanjaan masyarakat atas
makanan, pakaian, dan barang-barang kebutuhan mereka yang lain digolongkan
pembelanjaan atau konsumsi. Barang-barang yang di produksi untuk digunakan oleh
masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya dinamakan barang konsumsi.Bagi masyarakat
yang berpenghasilan kecil seluruh pendapatannya akan habis dipergunakan untuk keperluan
konsumsi.

Konsumsi merupakan tindakan pelaku ekonomi, baik individu maupun kelompok, dalam


menggunakan komoditas berupa barang maupun jasa untuk memenuhi kebutuhannya.
Mengapa kita harus memahami konsumsi? Membahas konsumsi sangat penting untuk
analisis ekonomi jangka panjang maupun jangka pendek suatunegara. Secara agregat,
konsumsi merupakan penjumlahan dari pengel;uaran seluruh rumah tangga yang ada dalam
suatu perekonomian. Dengan mengetahui totalpengeluaran suatu perekonomian, maka akan
dapat diketahui beberapa masalah penting yang muncul dalam perekonomian, seperti
pemerataan pendapatan, efisiensi penggunaan sumber daya dalam suatu perekonomian ,
masalah-masalah lainnya. Dengan demikian, kita dapat menganalisis dan menentukan
kebijakan ekonomi guna memperbaiki atau meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Secara umum, pengeluaran konsumsi terbagi menjadi konsumsi pemerintah dan konsumsi
rumah tangga. Namun dalam pembahasan kali ini kita lebih menekankan ada konsumsi
rumah tangga, alasannya sebagai berikut. Konsumsi rumah tangga memiliki porsi yang blebih
besar dalam pengeluaran agregat jika dibandingkan dnegan konsumsi pemerintah
Konsumsi rumah tangga bersifat endogen, dalam arti besarnya konsumsi rumah tangga
berkaitan erat denganfaktor-faktor lain yang mempengaruhinya. Keterkaitan ini akan
menghasilkan teori dan model ekonomi sendiri untuk konsumsi/ Perkembangan masyarakat
begitu cepat menyebabkan perilaku konsumsi juga berubah cepat sehingga pembahasan
tentang konsumsi rumah tangga akan tetap relevan.

143
2.8.2Faktor yang mempengaruhi konsumsi

a. Pendapatan

Pendapatan yang meningkat tentu saja biasanya otomatis diikuti dengan peningkatan
pengeluaran konsumsi. Contoh : seseorang yang tadinya makan nasi aking ketika
mendapat pekerjaan yang menghasilkan gaji yang besar akan meninggalkan nasi
aking menjadi nasi beras rajalele. Orang yang tadinya makan sehari dua kali bisa jadi
3 kali ketika dapat tunjangan tambahan dari pabrik.

b. Kekayaan

Orang kaya yang punya banya aset riil biasanya memiliki pengeluaran konsumsi yang
besar. Contonya seperti seseorang yang memiliki banyak rumah kontrakan dan rumah
kost biasanya akan memiliki banyak uang tanpa harus banyak bekerja. Dengan
demikian orang tersebut dapat membeli banyak barang dan jasa karena punya banyak
pemasukan dari hartanya.

c. Tingkat Bunga

Bunga bank yang tinggi akan mengurangi tingkat konsumsi yang tinggi karena orang
lebih tertarik menabung di bank dengan bunga tetap tabungan atau deposito yang
tinggi dibanding dengan membelanjakan banyak uang.

d. Perkiraan Masa Depan

Orang yang was-was tentang nasibnya di masa yang akan datang akan menekan
konsumsi. Biasanya seperti orang yang mau pensiun, punya anak yang butuh biaya
sekolah, ada yang sakit buatuh banyak biaya perobatan, dan lain sebagainya.

e. Komposisi Penduduk

Dalam suatu wilayah jika jumlah orang yang usia kerja produktif banyak maka
konsumsinya akan tinggi. Bila yang tinggal di kota ada banyak maka konsumsi suatu
daerah akan tinggi juga. Bila tingkat pendidikan sumber daya manusia di wilayah itu
tinggi-tinggi maka biasanya pengeluaran wilayah tersebut menjadi tinggi.

144
f.  JumlahPenduduk

Jika suatu daerah jumlah orangnya sedikit sekali maka biasanya konsumsinya sedikit.
Jika orangnya ada sangat banyak maka konsumsinya sangat banyak pula.

g. Kebiasaan Adat Sosial Budaya

Suatu kebiasaan di suatu wilayah dapat mempengaruhi tingkat konsumsi seseorang.


Di daerah yang memegang teguh adat istiadat untuk hidup sederhana biasanya akan
memiliki tingkat konsumsi yang kecil. Sedangkan daerah yang memiliki kebiasaan
gemar pesta adat biasanya memeiliki pengeluaran yang besar.

h. Gaya Hidup Seseorang

Seseorang yang berpenghasilan rendah dapat memiliki tingkat pengeluaran yang


tinggi jika orang itu menyukai gaya hidup yang mewah dan gemar berhutang baik
kepada orang lain maupun dengan kartu kredit.

2.8.3  Teori Konsumsi Menurut Keynes

a. Teori Keynes (Keynesian Consumption Model)

Keynes pada tahun 1930-an membuat tiga asumsi tentang teori konsumsi. Pertama,
dia berasumsi bahwa kecenderungan mengkonsumsi marjinal (marginal propersity to
consume) yaitu jumlah yang dikonsumsi dari setiap dolar tambahan adalah antara nol dan
satu. Asumsi ini menjelaskan pada saat pendapatan seseorang semakin tinggi maka semakin
tinggi pula konsumsi dan tabungannya.

Teori keynes kedua adalah rasio konsumsi terhadap pendapatan, yang disebut
kecenderungan mengkonsumsi rata-rata (average propensity to consume) turun ketika
pendapatan naik. Menurut keynes, proporsi tabungan orang kaya lebih besar daripada orang
miskin. Jika diurutkan dari orang sangat miskin sampai kaya akan terlihat proporsi tabungan
terhadap pendapatan yang semakin meningkat.

Terakhir, pendapatan merupakan determinan konsumsi yang penting dan tingkat


bunga tidak memiliki peran penting. Ini berbeda dengan ekonom klasik yang beranggapan
semakin tinggi tingkat suku bunga maka akan mendorong tingkat tabungan dan mengurangi
konsumsi.

145
Secara matematis, ketiga fungsi konsumsi Keynes dapat dituliskan sebagai berikut:

C=Ć+ cY , Ć> 0, 0<c<1

C adalah konsumsi, Y adalah pendapatan disposibel, Ć adalah konstanta, dan c adalah


kecenderungan konsumsi marjinal.

2.8.4. Fungsi Konsumsi

Menurut Keynes pengeluaran seseorang untuk konsumsi dipengaruhi oleh pendapatanya.


Semakin tinggi tingkat pendapatannyamaka tingkat konsumsinya juga semakin tinggi.
Sejalan dengan pemikiran tersebut, kiranya mudah untuk dimengerti bahwa seorang yang
tingkat pendapatannya semakin tinggi, semakin tinggi pula tingkat tabungannya karena
tabungan merupakan bagian dari pendapatan yang tidak dikonsumsikan.

Gambar grafik konsumsi

 C = f(Y)            atau C = a + bY    (a > 0, b>0)


dimana :
C = pengeluaran untuk konsumsi
a = besarnya konsumsi saat pendapatannya 0
b = MPC yaitu besarnya tamabahan konsumsi karena adanya tambahan pendapatan
Y = Pendapatan

146
Pendapatan (Y) digunakan untuk konsumsi (C) da tabungan (S), atau
Y = C+S
S = Y-C
S = Y – (a+bY)
S = Y – a – bY
S = -a + (1-b) Y    

Kecenderungan Mengkonsumsi (Propensity to Consume)


Kecenderungan mengonsumsi dibedakan menjadi dua yaitu :
- Kecenderungan mengonsumsi marginal
- Kecenderungan mengonsumsi rata-rata
Kecenderungan mengonsumsi marginal yaitu perbandingan antara pertambagan (AC) yang
dilakukan dengan pertambahan pendapatan disporsabel (AY).
MPC= ∆C/∆Yd
Keterangan
MPC = Marginal Propensity to concume (kecondongan mengosumsi marginal)
∆C = pertambahan konsumsi
∆Yd = pertambahan pendapatan
Kecenderungan Mengonsumsi Rata-rata (Average Propensity to Consume)
Kecenderungan mengonsumsi rata-rata yaitu perbandingan antara tingkat konsumsi (C)
dengan tingkat pendapatan diposabel serta konsumsi itu dilakukan (Yd).
APC= C/Yd Keterangan
APC = konsumsi rata-rata
C = tingkat konsumsi
Yd = besarnya pendapatan disposabel
Untuk lebih jelasnya lihat tabel APC dan MPC di bawah ini :

Pendapatan (Y) Konsumsi  (C) MPC APC

6.000.000 5.750.000 0 0,958

7.000.000 6.500.000 0,75 6,5

8.000.000 7.250.000             0,75 7.25

9.000.000 8.000.000 0,75 8,0

10.000.000 8.750.000 0,75 8,75

147
Keterangan grafik :

            Sumbu horizontal menunjukkan tingkat pendapatan nasional (Y) dan sumbu vertikal
menunjukkan tingkat konsumsi (C). Garis 45O dari titik asal (0) merupakan garis pertolongan
yang menunjukkan bahwa pada setiap titik, pada garis tersebut tingkat pendapatan nasional
selalu sama dengan tingkat konsumsi ( Y = C).

 Contoh

2.8.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumsi dari Segi Ekonomi makro

Kita telah mempelajari faktor yang dapat mempengaruhi konsumsi individu, antara lain
pendapatan yang diterima, tingkat harga, selera. Kali ini, kita akan mencoba membahasnya
dari segi ekonomi makro. Faktor-faktor yang mempengaruhi keseluruhan konsumsi rumah
tangga diklasigikasikan ke dalam tiga bagian, antara lain faktor ekonomi, demografi, dan
faktor nonekonomi, ada juaga yang membedakan faktor obyektif dan subyektif

2.8.6 Investasi

148
Pengertian

Investasi adalah kegiatan penanaman modal untuk memperluas dan meningkatkan produksi
barang dan jasa guna memenuhi kebutuhan masyarakat. Dalam pelaksanaannya investasi
dapat dibedakan menjadi investasi bruto dan investasi neto.

Investasi Bruto

Investasi untuk meningkatkan kemampuan untuk memproduksi barang dan jasa serta
investasi pembelian benda-benda modal mengalami penyusutan. Adapun yang termasuk
investasi bruto adalah pembelian barang-barang modal, seperti tanah, mesin-mesin industri,
kendaraan membangun pabrik, kantor, perumahan, dan pembelian bahan-bahan serta barang-
barang persediaan.

Investasi Neto

Investasi bruto dikurangi penyusutan selama satu tahun. Dilihat dari sudut apakah investasi
itu dipengaruhi oleh pendapatan nasional atau tidak, maka investasi dibagi 2 yaitu:

1. Autonomous Investment adalah investasi mandiri yang tidak dipengaruhi oleh


pendapatan nasional. Pada umumnya investasi ini dilakukan oleh pengusaha.

2. Induced Investment adalah investasi yang dipengaruhi adanya penanaman modal yang
yang dipengaruhi oleh pendapatan nasional. Makin tinggi pendapatan nasional mekin
besar jumlah investasi.

2.8.7 Kriteria Investasi


a. Payback Period

Payback period adalah waktu yang dibutuhkan agar investasi yang direncanakan dapat
dikembalikan, atau waktu yang dibutuhkan untuk mencapai titik impas. Jika waktu
yang dibutuhkan makin pendek, proposal investasi dianggap makin baik. Kendatipun
demikian, kita harus berhati-hati menafsirkan kriteria payback period ini. Sebab ada
investasi yang baru menguntungkan dalam jangka panjang (> 5 tahun).

b. Benefit/Cost Ratio (B/C Ratio)

149
B/C ratio mengukur mana yang lebih besar, biaya yang dikeluarkan dibanding hasil
(output) yang diperoleh. Biaya yang dikeluarkan dinotasikan dengan C (cost). Output
yang dihasilkan dinotasikan dengan B (benefit). Keputusan menerima atau menolak
proposal investasi dapat dilakukan dengan melihat nilai B/C. Umumnya, proposal
investasi baru diterima jika B/C > 1, sebab berarti output yang dihasilkan lebih besar
daripada biaya yang dikeluarkan.

c.  Net Present Value (NPV)

Perhitungan dengan menggunakan nilai nominal dapat menyesatkan, sebab tidak


memperhitungkan nilai waktu dari uang. Untuk membuat hasil lebih akurat, maka
nilai sekarang didiskontokan. Keuntungan dari menggunakan metode diskonto adalah
kita dapat langsung menghitung selisih nilai sekarang dari biaya total dengan
penerimaan total bersih.

Selisih inilah yang disebut net present value. Suatu proposal investasi akan diterima
jika NPV > 0, sebab nilai sekarang dari penerimaan total lebih besar daripada nilai
sekarang dari biaya total.

d. Internal Rate of Return (IRR)

Internal rate of return adalah nilai tingkat pengembalian investasi, dihitung pada saat
NPV sama dengan nol. Keputusan menerima/menolak rencana investasi dilakukan
berdasarkan hasil perbandingan IRR dengan tingkat pengembalian investasi yang
diinginkan (r).

2.8.8 Faktor-Faktor yang Memepengaruhi Investasi

a.  Pendapatan Nasional

Pendapatan nasional adalah faktor yang sangat menentukan tinggi rendahnya investasi
disuatu negara. Negara yang pendapatan nasionalnya tinggi, maka tingkat investasinya
juga tinggi.

b.  Tingkat Keuntungan

150
Setiap investor tentu mengharapkan keuntungan dari penanaman modal yang
dilakukan. Tinggi rendahnya keuntungan yang diharapkan akan mempengaruhi besar
kecilya investasi

c. Suku Bunga Pinjaman Bank

Pengusaha akan menanamkan modal nya disektor-sektor usaha yang akan


mendatangkan keuntungan bersih lebih tinggi daripada tingkat bank.

d.  Perkiraan Situasi Perekonomian

Kondisi perekonomian yang stabil akan meningkatkan investasi, sebaliknya jika


perkiraan perekonomian masa depan suram,pendapatan masyarakat turun maka tingkat
investasi akan turun.

e.  Perkiraan Keamanan

Keamanan,ketertiban, dan ketenangan sangat diperlukan dalam kehidupan


perekonomian dan pelaksanaan penanaman modal.Terjadinya kerusuhan sosial,
pemberontakan, pembakaran.Dan pembunuhan,perusakan sarana dan prasarana
ekonomi mengakibatkan investor ragu dalam melaksanakan penanaman modal.

f.  Marginal Efficiency of Capital (MEC)

MEC merupakan kemampuan modal dalam induced investment bahwa meningkatnya


pendapatan masyarakat akan mendorong meningkatnya permintaan yang dibarengi
dengan kemampuan daya beli.

Teori John Maynard  Keynes

Keynes mengatakan bahwa investasi bergantung kepada tingkat suku bunga kemudian
dibandingkan dengan  marginal efficiency of capital (MEC). Hubungan investasi dan tingkat
suku bunga dapat ditulis secara matematis sebagai berikut :

         [  I = f (i) ]                                      Keterangan :

                                                                I  = investasi (investment)

                                                                I  = tingkat suku bunga (interest)

1.      Pelaku Investasi

151
a.  Pemerintah (Public investment)

Investasi yang dilakukan oleh pemerintah yang bertujuan untuk menungkatkan


kesejahteraan rakyat.

b.  Swasta (private investment)

Investasi yang dilakukan oleh pihak swasta dengan tujuan utamanya yaitu untuk
memperoleh keuntungan dan pertumbuhan pendapatan.

c.  Pemerintah dan Swasta

Investasi ini umunnya di lakuakan pemerintah dan swasta luar negeri, walaupun tetap
ada investasi.

2.8.9 PILIHAN KONSUMSI DAN SAVING

Konsumsi adalah bagian pendapatan yang dibelanjakan untuk kebutuhan konsumsi.


Tabungan adalah bagian pendapatan yang tidak dikomsumsi. Jadi, besarnya pendapatan akan
sama dengan besarnya konsumsi ditambah dengan tabungan (Y = C + S ).

Fungsi konsumsi adalah suatu kurva yang menggambarkan sifat hubungan di antara sifat
konsumsi rumah tangga dalam perekonomian dan pendapatan nasional (atau
pendapatan disposable) perekonomian tersebut.

Fungsi tabungan adalah suatu kurva yang menggambarkan sifat hubungan di antara tingkat
tabungan rumah tangga dalam perekonomian dan pendapatan nasional (atau pendapatan 
disposable) perekonomian tersebut. Jadi, baik dalam hukum psikologi konsumsi
dari Keynes dikemukakan,  Setiap pertambahan pendapatan akan menyebabkan pertambahan
konsumsi dan pertambahan tabungan (saving).

Apabila fungsi konsumsi dan fungsi tabungan ditulis dalam notasi fungsi, bentuk umumnya
seperti berikut.

Dimana:

152
C = Konsumsi
S= Saving (tabungan)
Y = Pendapatan
Sedangkan dalam bentuk persamaan linear akan berbentuk:

Keterangan:

a           =  Konsumsi otonomi, yaitu besarnya konsumsi pada saat pendapatan nol. a dapat
dicari dengan rumus  a = (APC–MPC) Yn

b             =  Hasrat mengonsumsi marginal  (Marginal Propencit  to Consume) atau MPC.

(1–b)      =  Hasrat menabung marginal (Marginal Propencit  to Save) atau MPS. 

Fungsi konsumsi dan fungsi tabungan merupakan garis lurus, dan ini disebabkan nilai MPC
dan MPS tetap. Seterusnya kecondongan fungsi  konsumsi adalah kurang dari 45  dan selalu
memotong garis 45 . Sifat ini disebabkan MPC lebih kecil dari satu. Fungsi konsumsi
memotong garis 45 pada nilai pendapatan nasional sebanyak Rp 360 triliun karena pada
tingkat pendapatan itu konsumsi rumah tangga = pendapatan nasional. Fungsi tabungan
memotong sumbu datarpada pendapatan nasional sebanyak Rp 360 triliun karena pada
pendapatan ini tabungan rumah tangga = 0

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsumsi dan Tabungan

153
1. Tingkat Pendapatan

Pendapatan berpengaruh pada pola konsumsi masyarakat. Jumlah pendapatan yang sangat
rendah yang hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok saja tidak memungkinkan untuk
ditabung karena seluruh penda[patan digunakan untuk konsumsi. Y=C, S=0 dapat
menyebabkan rendahnya tabungan. Antara pendapatan dan konumsi dan tabungan cenderung
berhubungan positif.

2. Sikap Hidup

Sikap hidup yang suka berhemat mendorong seseorang untuk tidak menggunakan seluruh
pendapatannya dan menabungnya sebagian. Sikap hidup hemat didaari oleh lingkungan,
pendidikan, dan kesadaran akan kebutuhan dan keadaan masa depan.

3. Suku Bunga

Suku bunga yang tinggi mendorong orang untuk menabung karena hasil dari tabungan cukup
besar. Suku bunga yang renadah akan mendorong untuk tidak menabung karena hasil yang
diperoleh tidaklah seberapa sehingga orang merasa uang yang ditabung sama saja dengan
dikonsumsi. Tingginya bunga dapat meningkatkan tabungan dan mengurangi tingkat
konsumsi.

4. Adanya jaminan Pensiun dan Masa Depan

Pemerintah memberikan dana pensiunan kepada para mantan pegawai negeri. Ada sebagian
perusahaan yang juga melakukannya. Hal tersebut dapat mengurangi mina menabung
pegawai yang menerimanya karena telah ada kepastian masa depan dan hari tua. Sikap seperti
itu uga bias dikarenakan kekayaan yang dimiliki sangat besar sehingga kekayaannya dapat
didepositokan dan hasilnya tidak habis digunakan sampai hari tua.

5. Keadaan Ekonomi

Keadaan ekonomi yang stabil akan mendorong orang untuk berkonsumsi sedangkan keadan
yang tidak stabil mendorong orang menabung karena untuk berjaga-jaga atas kondisi
ekonomi ynag tidak menentu tersebut. Kondiis ekonomi yang tidak stabil dapat
meningkatkan minat menabung masyarakat. Kestabilan ekonomi dan tingkat tabungan
hubungannya lebih bersifat bertolak belakang.

PENEMUAN KUZNET TENTANG FUNGSI KONSUMSI

154
Teori Konsumsi Kuznets

Teori ini merupakan bentuk anomali dari teori fungsi konsumsi Keynes. Anomali
tersebut berhubungan dengan dugaan Keynes tentang kecenderungan mengkonsumsi rata-rata
turun bila pendapatan naik. Anomali pertama disebutkan secular stagnation yaitu kondisi
depresiasi yang berkepanjangan sampai ada kebijakan fiskal yang menggeser/menaikkan
permintaan agregat.Keadaan ini terjadi pada saat setelah perang dunia kedua dimana tidak
terjadi depresi padahal pendapatan masyarakat setelah perang meningkat.
Anomali kedua dikemukakan oleh Simon Kuznets yang meneliti data konsumsi dan
pendapatan. Dalam penelitiannya ditemukan rasio antara konsumsi dengan pendapatan
ternyata stabil dari dekade ke dekade, walaupun telah terjadi kenaikan pendapatan. Kedua
anomali tersebut membuktikan fungsi konsumsi Keynesian berlaku untuk data rumah tangga
atau jangka pendek, sedangkan jangka panjang fungsi konsumsi cenderung bersifat konstan.

FUNGSI KONSUMSI DENGAN HIPOTESIS SIKLUS HIDUP

Fungsi Konsumsi dengan Hipotesis Siklus Hidup


Model konsumsi siklus hidup lebih menekankanpada variabel sosial ekonomi, di
mana yang lebih menjadiperhatian adalah variabel usia (umur). Model inidikembangkan oleh
Franco Modigliani, Albert Ando,Richard Brumberg. Di dalam teorinya dijelaskan
bahwapengeluaran konsumsi seseorang sangat tergantung dariperjalanan umur
seseorang.Model siklus hidup ini membagi perjalanan manusiake dalam 3 periode:
1. Periode belum produktif (0 tahun sampai denganusia kerja). Dalam tahap ini dikatakan
oleh ABMbahwa seseorang melakukan konsumsi dalamkondisi “Dissaving”, kenapa
demikian karenaseseorang melakukan konsumsi sangat tergantungpada orang lain.
2. Periode produktif (dari usia kerja sampaidengan usia di mana orang tersebut
sudahmenjelang usia tua). Tahap ini dikatakan bahwaseseorang berkonsumsi dalam
kondisi “Saving”,kenapa dikatakan demikian, karena seseorangpada tahap ini pengeluaran
konsumsinya sudahtidak tergantung pada orang lain.
3. Periode tidak produktif lagi. Tahap ini seseorangkembali berada dalam kondisi
“Dissaving”, dengankata lain bahwa seseorang melakukan konsumsikembali tergantung
pada orang lain. Karena dalamtahap ini seseorang tidak lagi mampu untukmencukupi
kebutuhan hidupnya sendiri.

155
Formulasi model fungsi konsumsi siklus hidupsebagai berikut:
C = aW
Ada tiga faktor yang membentuk nilai W
a. Nilai sekarang penghasilan dari kekayaanyaitu berupa bunga, sewa.
b. Nilai sekarang penghasilan dari balas jasakerja yaitu berupa upah, gaji.
c. Nilai sekarang penghasilan upah yangdiharapkan diterima seumur hidup.
Salah satu alasan penting bahwa pendapatan bervariasi selama kehidupan seseorang
adalah masa pensiun. Kebanyakan orang akan merencanakan berhenti bekerja pada usia kira
kira 65 tahun, dan mereka akan berekspektasi bahwa penghasilan mereka akan turun ketika
pension. Tetapi mereka tidak ingin standar kehidupannya, mengalami penurunan besar,
sebagaimana diukur dengan konsumsi mereka. Untuk mempertahankan konsumsi setelah
berhenti bekerja, orang orang harus menabung selama masa masa kerja mereka.
Perhatikanlah seorang konsumen berharap hidup selama T tahun lagi, memiliki
kekayaan W dan berharap menghasilkan pendapatan Y sampai ia pensiun selama R tahun
dari sekarang. Berapakah tingkat konsumsi yang akan dipilih konsumen tsb, jika ia ingin
mempertahankan tingkat konsumsi yang merata selama hidupnya?
Sumber daya seumur hidup konsumen terdiri dari kekayaan awal W dan penghasilan
seumur hidup R x Y. (Untuk mempermuda, kita mengasumsikan tingkat bunga sebesar nol,
jika tingkat bunga lebih besar dari nol, kita perlu memperhitungkan bunga tabungan).
Konsumen bisa membagi sumber daya seumur hidupnya diantara T tahun-tahun sisa
hidupnya. Karena itu ia membagi total W + RY ini secara sama diantara T tahun dan setiap
tahun mengkonsumsi

FUNGSI KONSUMSI DENGAN HIPOTESIS PENDAPATAN PERMANEN

Teori Konsumsi dengan HipotesisPendapatan Permanen

Teori dengan hipotesis pendapatan permanendikemukakan oleh M Friedman. Menurut


teori inipendapatan masyarakat dapat digolongkan menjadi 2yaitu pendapatan permanen
(permanent income) danpendapatan sementara (transitory income). Pendapatanpermanen dapat
diartikan:
1. Pendapatan yang selalu diterima pada setiapperiode tertentu dan dapat
diperkirakansebelumnya, misalnya pendapatan dari gaji, upah.

156
2. Pendapatan yang diperoleh dari semua faktor yangmenentukan kekayaan seseorang
(yangmenciptakan kekayaan)Kekayaan yang dimiliki seseorang dapatdikelompokkan
sebagai berikut:
a. Kekayaan non manusia (non human wealth)adalah bentuk kekayaan fisik yaitu
barang-barang konsumsi tahan lama (gedung, rumah,obligasi,dsb).
b. Kekayaan manusia (human wealth) adalahdalam bentuk kemampuan yang melekat
padadiri manusia itu sendiri (keahlian, pendidikan,dsb).

Ada dua asumsi mengenai hubungan antarapendapatan permanen dengan pendapatan


sementara:
1) Tidak ada korelasi antara pendapatan permanendengan pendapatan transitory,
karenapendapatan sementara merupakan factor kebetulan saja.
2) Pendapatan sementara tidak mempengaruhipengeluaran konsumsi

Ukuran pendapatan sendiri merupakan penjumlahan dan pendapatan permanen dan


pendapatan sementara atau secara matematis ditulis:
Y = Yp + Yt
Dimana Y adalah pendapatan yang terukur, Yp adalah pendapatan permanen, dan Yt adalah
pendapatan sementara.
Untuk itu, Friedman beralasan bahwa konsumsi seharusnya tergantung pada
pendapatan permanen karena konsumen menggunakan tabungan dan pinjaman untuk
melancarkan konsumsi dalam menanggapi perubahan pendapatan sementara. Jadi fungsi
konsumsi menurut Friedman adalah sebagai berikut:
C=αYP
Dimana α adalah konstanta yang mengukur bagian pendapatan permanen yang dikonsumsi.

FUNGSI KONSUMSI DENGAN HIPOTESIS PENDAPATAN RELATIF

James Stemble Duesenberry (18 Juli 1918 – 5 Oktober 2009)  adalah seorang ekonom
Amerika  yang membuat sumbangan penting bagi analisis pendapatan dan kesempatan kerja 
Keynesian, dengan bukunya yang diterbitkan pada tahun 1949  yang  berjudul  “ Income,
Saving, and Consumers Behavior Theory “. Namun Duessenbery menolak dua asumsi dasar
yang telah dikemukakan Simon Kuznets yaitu:

157
1. Setiap konsumsi keluarga merupakan keinginan sendiri, bukan akibat pengaruh dari
lingkungannya.
2. Konsumsi dipengaruhi oleh pendapatan tahun itu, dan tidak dipengaruhi  pendapatan
tahun sebelumnya.
Kedua asumsi tersebut menjadi dasar Duesenberry dalam merumuskan teori konsumsi
dalam jangka panjang dan jangka pendek. Fungsi jangka panjang Deusenberry menggunakan
asumsi pertama, dimana konsumsi seseorang sangat dipengaruhi pola konsumsi masyarakat
sekitar. Akibatnya dalam jangka panjang, kenaikan penghasilan masyarakat secara
keseluruhan tidak akan mengubah distribusi penghasilan seluruh masyarakat.
Deusenberry menggunakan asumsi kedua dalam menurunkan fungsi konsumsi jangka
pendek. Menurutnya, besarnya konsumsi seseorang dipengaruhi oleh besarnya penghasilan
tertinggi yang pernah diperoleh. Proporsi kenaikan pengeluaran konsumsi pada saat
penghasilan naik lebih besar nilainya dibandingkan proporsi penurunan pengeluaran
konsumsi pada saat penghasilan turun.

James Dusenberry mengemukakan bahwa pengeluaran konsumsi suatu masyarakat


ditentukan terutama oleh tingginya pendapatan tertinggi yang pernah dicapainya.
Dalam teorinya, Dusenberry menggunakan dua asumsi yaitu
1. Selera sebuah rumah tangga atas barang konsumsi adalah interdependen. Artinya
pengeluaran konsumsi rumah tangga dipengaruhi oleh pengeluaran yang dilakukan
oleh orang sekitarnya. Sebagai misal, seseorang yang memiliki kemampuan
pengeluaran konsumsi yang sederhana tinggal di tempat masyarakat yang pengeluaran
konsumsinya serba kecukupan, secara otomatis ada rangsangan dari orang tersebut
untuk mengikuti pola konsumsi di masyarakat sekitarnya.
2. Pengeluaran konsumsi adalah irreversibel. Artinya pola pengeluaran seseorang pada
saat penghasilan naik berbeda dengan pola pengeluaran pada saat penghasilan
mengalami penurunan. Sebagai misal, apabila pendapatan seseorang mengalami
kenaikan maka secara otomatis konsumsi juga mengalami kanaikan dengan proporsi
tertentu, dst bila pendapatan mengalami penurunan, maka juga akan diikuti oleh
penurunan konsumsinya.

Menurut Duesenberry pengeluaran konsumsi seseorang atau rumah tangga bukanlah


fungsi dari pendapatan absolut, tetapi fungsi dari posisi relatif seseorang di dalam pembagian
pendapatan di dalam masyarakat. Artinya, pengeluaran konsumsi individu tersebut

158
bergantung pada pendapatan relatif terhadap pendapatan individu lainnya di dalam
masyarakat . dalam kaitan ini, James Duesenberry menyebutkan ada dua karakteristik penting
dari perilaku konsumsi rumah tangga yaitu adanya sifat saling ketergantungan
(interdependent) diantara rumah tangga, dan tidak diubah-ubah (irreversibility) sepanjang
waktu. Saling ketergantungan disini menjelaskan mengapa rumahtangga berprndapatan
rendah cenderung memiliki APC yang lebih tinggi  daripada rumahtangga berpendapatan
tinggi. Hal ini terjadi karena rumahtangga yang berpendapatan rendah telah terkena apa yang
oleh James Duesenberry namakan sebagai efek demonstrasi (demonstration effect), dimana
masyarakat berpendapatan rendah cenderung meniru atau mengkopi pola konsumsi dari
masyarakat di sekelilingnya yang cenderung menaikkan pengeluaran konsumsinya.
Adanya sifat irreversibility dari perilaku konsumsi tersebut telah menyebabkan
timbulnya short-run ‘ratchet’ effect dari perubahan di dalam pendapatan, dimana seseorang
atau rumahtangga lebih mudah untuk meningkatkan pengeluaran konsumsinya kalau terjadi
kenaikan pendapatan, tetapi sebaliknya lebih sulit untuk mengurangi pengeluaran konsumsi
kalau terjadi penurunan pendapatan. Dengan perkataan lain, seseorang atau rumahtangga
menurut Duesenberry akan berusaha sedemikian rupa untuk mempertahankan standar hidup
atau pola konsumsi mereka, dan hal itu dilakukan dengan cara mengurangi tabungan mereka.
Singkatnya, adanya sifat irreversibility dari pengeluaran konsumsi rumahtangga itu
mempunyai makna bahwa sekali fungsi konsumsi jangka pendek itu bergeser ke atas, maka
akan sangat sulit untuk begeser kembali ke bawah apabila terjadi penurunan di dalam
pendapatan.

James Desenbery mengemukakan pendapatnya bahwa apabila pendapatan berkurang,


konsumen tidak akan banyak mengurangi pengeluarannya untuk konsumsi. Untuk
mempertahankan tingkat konsumsi yang tinggi ini, mereka terpaksa mengurangi saving.
Faktor–faktor yang berpengaruh terhadap pengeluaran konsumsi  adalah :
 Distribusi pendapatan nasional.
 Banyaknya kekayaan masyarakat dalam bentuk alat- alat liquit.
 Banyaknya barang–barang konsumsi tahan lama dalam masyarakat

Dari hasil penelitiannya, dengan mengumpulkan data konsumsi dan pendapatan


disposable, fungsi konsumsi yang dibentuk oleh Duessenbery adalah sebagai berikut :
Ct = (Co – cYo) Yt

159
Yt = Pendapatan disposable selama tahun t
Yo = Pendapatan paling tinggi yang pernah diperoleh satu tahun sebelumnya.

Dari hasil penelitiannya, Duessenbery membuat kesimpulan:


1. Konsumsi seseorang akan tergantung dari penghasilan saat ini dan penghasilan
tertinggi tahun sebelumnya. (Ratchet Effect)
2. Perilaku konsumsi seseorang akan tergantung pula dengan perilaku konsumsi
lingkungannya (Demonstration Effect)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KONSUMSI


Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Konsumsi
Tingkat konsumsi seseorang dipengaruhi oleh banyak hal yang berkaitan. Seseorang
membelanjakan uang yang dimiliki sebelumnya dipengaruhi oleh banyak pertimbangan
akibat adanya kalangkaan. Berikut ini dipaparkan penyebab perubahan tingkat pengeluaran
atau konsumsi dalam rumah tangga :
A. Penyebab Faktor Ekonomi
1. Pendapatan
Pendapatan yang meningkat tentu saja biasanya otomatis diikuti dengan peningkatan
pengeluaran konsumsi. Contoh : seseorang yang tadinya makan nasi aking ketika
mendapat pekerjaan yang menghasilkan gaji yang besar akan meninggalkan nasi aking
menjadi nasi beras rajalele. Orang yang tadinya makan sehari dua kali bisa jadi 3 kali
ketika dapat tunjangan tambahan dari pabrik.

2. Kekayaan
Orang kaya yang punya banya aset riil biasanya memiliki pengeluaran konsumsi yang
besar. Contonya seperti seseorang yang memiliki banyak rumah kontrakan dan rumah kost
biasanya akan memiliki banyak uang tanpa harus banyak bekerja. Dengan demikian orang
tersebut dapat membeli banyak barang dan jasa karena punya banyak pemasukan dari
hartanya.

3. Tingkat Bunga

160
Bunga bank yang tinggi akan mengurangi tingkat konsumsi yang tinggi karena orang lebih
tertarik menabung di bank dengan bunga tetap tabungan atau deposito yang tinggi
dibanding dengan membelanjakan banyak uang.

4. Perkiraan Masa Depan


Orang yang was-was tentang nasibnya di masa yang akan datang akan menekan konsumsi.
Biasanya seperti orang yang mau pensiun, punya anak yang butuh biaya sekolah, ada yang
sakit buatuh banyak biaya perobatan, dan lain sebagainya.

B. Penyebab Faktor Demografi


1. Komposisi Penduduk
Dalam suatu wilayah jika jumlah orang yang usia kerja produktif banyak maka
konsumsinya akan tinggi. Bila yang tinggal di kota ada banyak maka konsumsi suatu
daerah akan tinggi juga. Bila tingkat pendidikan sumber daya manusia di wilayah itu
tinggi-tinggi maka biasanya pengeluaran wilayah tersebut menjadi tinggi.

2. Jumlah Penduduk
Jika suatu daerah jumlah orangnya sedikit sekali maka biasanya konsumsinya sedikit. Jika
orangnya ada sangat banyak maka konsumsinya sangat banyak pula.

C. Penyebab / Faktor Lain


1. Kebiasaan Adat Sosial Budaya
Suatu kebiasaan di suatu wilayah dapat mempengaruhi tingkat konsumsi seseorang. Di
daerah yang memegang teguh adat istiadat untuk hidup sederhana biasanya akan memiliki
tingkat konsumsi yang kecil. Sedangkan daerah yang memiliki kebiasaan gemar pesta adat
biasanya memeiliki pengeluaran yang besar.

2. Gaya Hidup Seseorang


Seseorang yang berpenghasilan rendah dapat memiliki tingkat pengeluaran yang tinggi
jika orang itu menyukai gaya hidup yang mewah dan gemar berhutang baik kepada orang
lain maupun dengan kartu kredit.

Menurut J. M Keynes, tingkat konsumsi seseorang atau rumah tangga ditentukan oleh
pendapatannya. Namun ada faktor lain yang mempengaruhi konsumsi yaitu diantaranya:

161
1.Faktor Objektif, yaitu faktor yang secara umum diakui sebagai faktor yang
mempengaruhi konsumsi. Factor Objektif dibagi menjadi 3 yaitu:
a. Harga
Keynes mengatakan bahwa perubahan harga yang cukup besar akan menyebabkan
perubahan daya beli masyarakat yang besar pula. Artinya, naik turunnya tingkat harga
umum yang cukup besar akan mengubah pendapatan rill dan nilai rill uang yang cukup
besar pula.
b. Kebijakan Fiskal
Salah satu instrument kebijakan fiskal , yaitu pajak sangat mempengaruhi besarnya
pendapatan yang digunakan untuk konsumsi. Semakin besar tarif pajak yang berlaku
terhadap barang dan jasa, semakin tinggi harga tersebut. Artinya, pendapatan rill
masyarakat menurun sehingga konsumsi mereka pun menurun.
c. Suku Bunga
Faktor yang menarik sesorang untuk menabung atau investasi adalah suku bunga. Semakin
besar suku bunga tabungan, semakin besar pula imbalan jasa yang diberikan oleh bank.
Jadi, besar kecilnya suku bunga akan mempengaruhi keputusan konsumsi seseorang.

2. Faktor Subjektif
Faktor yang berasal dari kondisi yang dialami oleh setiap orang. Faktor subjektif tidak selalu
mempunyai pengaruh yang sama pada setiap orang. Faktor Subjektif dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Sikap hati-hati
Seorang konsumen berusaha untuk lebih hati-hati dalam membelanjakan uangnya dengan
cara mengurangi konsumsi dengan menyisihkan sebagian pendapatnnya untuk
menghadapi kesulitan di masa yang akan datang.
b. Kekayaan (wariasan) yang dimiliki
Menurut Keynes, seseorang yang mempunyai kekayaan dari warisan atau tabungan akan
menggunakan sebagian besar pendapatannya untuk konsumsi. Sebaliknya, seseorang yang
tidak memiliki kekayaan dari warisan atau tabungan akan lebih memilih untuk
menyisihkan pendapatannya ke dalam tabungan. Dengan tujuan memperoleh kekayaan
yang lebih besar atau untuk persiapan di masa mendatang.

PAJAK, KONSUMSI DAN SAVING

162
1. Pajak
Pajak merupakan sumber anggaran pendapatan negara yang paling pokok. Perpajakan
menyangkut dua masalah pokok, yaitu bagaimanakah sistem administrasi membiayai
pengadaan dan penyediaan barang dan jasa kolektif yang sukar dapat disediakan melalui
mekanisme pasar serta bagaimanakah membiayai program-program yang dapat
menghindarkan akibat sampingan dalam mekanisme pasar.
Tujuan Perpajakan
Sistem politik pada umumnya berfungsi dalam membuat keputusan dan menafsirkan
nilai-nilai yang ada dalam dan dibutuhkan oleh sistem kegiatan sosial untuk dapat mengatur
pembagian pendapatan yang lebih merata. Perpajakan diperlukan untuk membiayai berbagai
pengeluaran negara.
Tujuan dari perpajakan adalah untuk menekan konsumsi dan investasi dari sistem
kegiatan sosial sehingga sistem administrasi dapat menyediakan barang dan jasa publik,
sosial atau kolektif dan dapat memberikan subsidi kepada golongan miskin tanpa
menimbulkan inflasi dan kesukaran dalam neraca pembayaran.
Tiga ukuran yang biasanya dipakai untuk mengukur kemakmuran seseorang (atau
kemampuan seseorang membayar pajak) adalah:
1.    Pendapatan
2.    Pengeluaran konsumsi
3.    Kekayaan

2. Konsumsi
Konsumsi adalah bagian pendapatan yang dibelanjakan untuk kebutuhan konsumsi.
Fungsi konsumsi adalah suatu kurva yang menggambarkan sifat hubungan diantara
sifat konsumsi rumah tangga dalam perekonomian pendapatan nasional (pendapatan
disposable ).

3. Saving (tabungan)
Tabungan adalah bagian pendapatan yang yang tidak di konsumsi.
Fungsi tabungan adalah suatu kurva yang menggambarkan sifat hubungan diantara
sifat tabungan rumah tangga dalam perekonomian perekonomian pendapatan
nasional (pendapatan disposable ) tersebut.

163
MODAL, INVESTASI DAN TEORI AKSELERASI

1. Modal adalah segala sesutu yang yang diberikan dan dialokasikan kedalam suatu usaha
dan atau badan yang gunanya  pondasi untuk menjalankan apa yang diinginkan , yang
dimana modal tersebut adalah
dapat berupa modal yang langsung dapat digunakan dan atau modal tidak langsung  dan
juga modal itu dapat dari internal atau eksternal perusahaan.
1. modal internal perusahaan .
modal internal perusahaan dalah segala sesuatu yang ditanamkan oleh peusahaan yang
persentasenya berdasarkan besarnya yang ditentukan oleh perusahaan 
2. modal eksternal perusahaan : 
modal eksternal perusahaan adalah segala sesuatu modal yang dimiliki perusahaan dan
besarnya modal eksternal juga ditentukan oleh perusahaan yang dimana modal
eksternal biasanya didapat daripersetujuan atau pasar modal .

2. Investasi adalah: pengeluaran-pengeluaran untuk membeli barang-barang modal dan


peralatan-peralatan produksi dengan tujuan untuk mengganti dan terutama menambah
barang modal dalam perekonomian yang akan digunakan untuk memproduksi  barang dan
jasa.
Ada empat komponen investasi :
1.    Investasi perusahaan swasta
2.    Pengeluaran untuk mendirikan tempat tinggal
3.    Perubahan dalam inventaris peusahaan
4.    Investasi pemerintah

3. Teori akselerasi merupakan teori investasi yang didasarkan kepada hubungan yang
rigid atau kaku di antara jumlah barang modal (capital stock) dengan tingkat pendapatan
nasional yang dapat diciptakannya. Menurut teori ini rasio di antara nilai stok modal dengan
nilai produksi yang dapat diwujudkannya adalah tetap.

2.9.8 INVESTASI DAN TINGKAT PINJAMAN MODAL

164
Dalam kenyataan sebenarnya, penentuan tingkat bunga dan pengaruhnya terhadap investasi
dan tabungan tidaklah sesederhana seperti yang digambarkan. Fluktuasi tingkat bunga
dipengaruhi oleh berbagai macam faktor dalam perekonomian.

Dalam kenyataan sebenarnya, penentuan tingkat bunga dan pengaruhnya terhadap investasi
dan tabungan tidaklah sesederhana seperti yang digambarkan. Fluktuasi tingkat bunga
dipengaruhi oleh berbagai macam faktor dalam perekonomian. Perlu dicatat pula, bahwa
dalam dunia yang tidak mengenal batas perdagangan seperti dalam perekonomian global,
maka penentuan tingkat bunga harus dilakukan dengan mempertimbangkan lebih banyak
faktor lagi.

Untuk lebih mencermati faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat bunga, marilah
kita simak mekanisme pembentukan dan penetapan besarnya bunga. Bunga tidak semata-
mata ditetapkan begitu saja, tetapi melalui beberapa pertimbangan agar tingkat bunga yang
ditetapkan tidak menjadi penyeimbang dalam pasar investasi maupun pasar uang.

Penetapan bunga dalam pasar investasi maupun pasar uang haruslah memperhatikan berbagai
risiko. Hal ini perlu karena pemakaian uang dari pihak yang memiliki surplus spending
units ke pihak yang deficit spending units banyak mengandung risiko penggunaan seperti:

risiko kurang lancarnya pengembalian pinjaman, bunga pinjaman dan risiko tidak kembalinya
pinjaman (credit risk);

risiko bank terhadap penentuan likuiditas (liquidity risk) yang meliputi risiko adanya


penarikan dana nasabah bank (bank rush), penyediaan cadangan minimal (reserve
requirement);

risiko inflasi yang mengakibatkan terjadinya penyusutan nilai uang;

risiko akibat perilaku tidak jujur yang dilakukan oleh pihak-pihak yang terkait dengan
perbankan yang dapat mengakibatkan kerugian dan bahkan kehancuran bank (fraud risk);

risiko depresiasi atau apresiasi mata uang;

risiko akibat kurang mempunyai operasional bank untuk memperoleh penghasilan atas
kegiatan usahanya, seperti penerbitan produk-produk terbaru perbankan (operating risk);

165
risiko keadaan suatu negara seperti masalah ekonomi, politik, dan keamanan (country risk)
yang dapat mengakibatkan menurunnya nilai surat berharga yang dimiliki oleh bank
(investment risk);

risiko yang diakibatkan oleh kegiatan bank dalam mewakili kepentingan pemegang surat
berharga berdasarkan perjanjian antara bank umum dan emiten surat berharga yang
bersangkutan (Wali Amanat) yang disebut dengan fiduciary risk;

dan biaya risiko lainnya seperti biaya transaksi dan administrasi perbankan.

Risiko-risiko tersebut harus dipertimbangkan oleh pihak kreditur agar kreditur tidak
mengalami kerugian dalam pasar uang maupun pasar investasi.

Kreditur yang bijaksana tentu saja akan memperhitungkan berapa tingkat bunga yang
menguntungkan bagi pihaknya, demikian juga debitur bunga yang sesuai dengan
kebutuhannya. Kedua belah pihak masing-masing akan memperhitungkan risiko dalam
transaksi tersebut. Semakin besar risiko yang mungkin terjadi, maka semakin besar
kecenderungan tingkat bunga yang berlaku.

Dari sisi kreditur risiko-risiko yang mungkin dihadapi adalah kegagalan debitur dalam
melunasi utangnya tepat waktu dan atau bahkan sama sekali tidak mampu penyelesaikan
kewajibannya. Kreditur mana pun akan berpikir ke arah itu, apabila jika transaksi tersebut
dilakukan kepada calon debitur yang baru. Sehingga dalam kenyataannya banyak debitur
yang memintakan jaminan pengembalian utang (collateral) dalam bentuk aset yang sedapat
mungkin mempunyai tingkat likuiditas yang tinggi. Alternatif lain yang diambil oleh kreditur
adalah dengan cara meningkatkan tingkat bunga pinjamannya. Ini berangkat dari asumsi
bahwa jika debitur tetap berkeinginan meneruskan transaksinya, maka kreditur melihat suatu
jaminan bahwa debitur yang bersangkutan mempunyai prospek usah yang cukup baik.

Dengan demikian hal ini akan ditindaklanjuti dengan penilaian-penilaian lainnya seperti
penilaian terhadap character, yaitu penilaian karakter debitur yang berkaitan dengan tanggung
jawab terhadap kewajibannya; capacity adalah penilaian terhadap kemampuan finansial
debitur dalam memenuhi kewajiban yang dijanjikan; capital adalah penilaian terhadap
kemampuan modal sendiri atas jumlah dana yang dibutuhkan; callateral adalah penilaian
terhadap jaminan yang dimiliki oleh debitur agar kebutuhan pendanaannya
menjadi bankable (layak didanai dari kredit bank); condition adalah penilaian terhadap situasi

166
mikro dan makro yang meliputi kondisi politik, ekonomi, sosial dan budaya yang dapat
mempengaruhi segala bentuk usaha yang sedang dijalankan.

Dari penjelasan di atas, tingkat bunga yang akan berlaku pada kondisi tersebut adalah fungsi
yang terkait langsung dengan karakteristik debitur atau kondisi mikro-makro dalam suatu
perekonomian dan tatanan politik dan kebijakan-kebijakan moneter lainnya.

INVESTASI

Keputusan untuk melakukan investasi berkaitan dengan biaya dan pendapatan, maka
pengambilan keputusannya tergantung pada manfaat atau hasil yang akan diperoleh dengan
biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh hasil tersebut. Ada dua pendekatan yang biasa
dipakai sebelum melakukan investasi.

a. Pendekatan Nilai Sekarang


Pendekatan ini merupakan suatu teknik untuk membandingkan kemampuan memperoleh
keuntungan dari proyek-proyek investasi. Proyek investasi dikatakan menguntungkan bila nilai
proyek sekarang lebih besar daripada modal yang ditanamkan. Pengeluaran investasi dengan
pendekatan ini dapat dirumuskan sebagai berikut.

dimana  P  =  nilai sekarang dari investasi


S1 =  jumlah yang diterima pada akhir tahunpertama
S2=   jumlah yang diterima pada akhir tahun kedua
r    =   tingkat diskonto
n   =   jumlah waktu investasi

b. Pendekatan Marginal Efisiensi of Capital (MEC)


Pendekatan MEC untuk suatu proyek tergantung pada berbagai faktor, misalnya biaya aktiva
sekarang (CA), jumlah dana yang dihasilkan selama umur aktiva tersebut (M A) dan distribusi
pendapatan yang dihasilkan (DA). Lebih jelasnya kita tuliskan rumusannya:
MEC = f(CA,MA,DA)
dan

167

sedangkan  tergantung padakapan atau pada periode mana dana terpusat. Jika dana terpusat
pada awalperiode bekerjanya aktiva maka  > 0 dan sebaliknya. Jika seorang investor
menggunakan pendekatan ini, maka pertama kali ia harus mencari besarnya MEC, kemudian
membandingkannya dengan suku bunga pasar (r). Jika MEC lebih besar darir, maka proyek
investasi diterima, dan sebaliknya jika MEC lebih kecil dari r, maka investasi ditolak.

c. Kurva MEC dan MEI (Marginal Efisiensi of Investment)


Terdapat hubungan negatif antara jumlah investasi dengan tingkat suku bunga. Jika tingkat
suku bunga naik, maka investasi akan berkurang, dan demikian sebaliknya.

Hubungan tingkat bunga dengan investasi juga dapat dilihat dari Marginal Efficiency of
Investment (MEI) dan Marginal Efficiency of Capital (MEC). MEI menggambarkan hubungan
investasi yang telah dilakukan oleh pengusaha dalam jangka waktu tertentu. Sementara itu
MEC lebih menekankan pada hubungan antara hasil yang diharapkan dari modal yang
ditanamkan oleh seorang pengusaha. Hubungan tersebut dilakukan untuk usaha-usaha yang
memiliki tingkat pengembalian modal (rate of return) yang lebih besar dibandingkan tingkat
suku bunga yang berlaku.

168
Gambar 2. Kurva MEC dan MEI

Keterangan: biasanya kurva MEC lebih landai dibanding kurva MEI karena jumlah investasi
yang "sesungguhnya" ditanamkan umumnya lebih kecil daripada investasi yang "seharusnya"
ditanamkan pada berbagai bidang usaha.

d. Investasi, Stock Kapital Nasional dan Kapasitas Produksi Nasional (COR,


ICOR)Keseluruhan alat produksi yang digunakan dalam proses produksi perusahaan dalam
ekonomi disebut sebagai stok kapital tetap. Stok kapital tetap ditambah dengan stok rumah
untuk tempat tinggal dan stok barang cadangan disebut stok kapital.Stok kapital sendiri adalah
alat-alat produksi yang digunakan dalam proses produksi. Stok kapital jika dijumlahkan
dengan modal lain akan membentuk investasi bruto. Pengeluaran investasi adalah pengeluaran
yang bertujuan untuk menambah stok kapital itu, karena itu pengeluaran investasi adalah satu
Iarus bukan stok. Tambahan barang modal riil pada stok kapital disebut investasi bruto,
sedangkan investasi netto adalah bruto dikurangi depresiasi, yaitu berkurangnya nilai stok
kapital karena digunakan dalam proses produksi selama satu periode tertentu. Jadi, investasi
netto menunjukkan tambahan stok kapital pada satu periode tertentu, jadi investasi netto dapat
positif jika IB> DEP dan dapat negatif jila IB< DEP dan nol jika IB = DEP.

3. KEBIJAKAN MONETER DAN INVESTASI

Kebijakan Moneter dan Investasi

Kebijakan moneter adalah proses mengatur persediaan uang sebuah negara untuk mencapai


tujuan tertentu; seperti menahan inflasi, mencapai pekerja penuh atau lebih sejahtera.
Kebijakan moneter dapat melibatkan mengeset standar bunga pinjaman, "margin
requirement", kapitalisasi untuk bank atau bahkan bertindak sebagai peminjam usaha
terakhir atau melalui persetujuan melalui negosiasi dengan pemerintah lain.

Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang bertujuan untuk
mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga,
pemerataan pembangunan) dan keseimbangan eksternal (keseimbangan neraca pembayaran)
serta tercapainya tujuan ekonomi makro, yakni menjaga stabilisasi ekonomi yang dapat
diukur dengan kesempatan kerja, kestabilan harga serta neraca pembayaran internasional
yang seimbang. Apabila kestabilan dalam kegiatan perekonomian terganggu, maka kebijakan

169
moneter dapat dipakai untuk memulihkan (tindakan stabilisasi). Pengaruh kebijakan moneter
pertama kali akan dirasakan oleh sektor perbankan, yang kemudian ditransfer pada sektor riil.

 Kebijakan moneter adalah upaya untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang
tinggi secara berkelanjutan dengan tetap mempertahankan kestabilan harga. Untuk mencapai
tujuan tersebut Bank Sentral atau Otoritas Moneter berusaha mengatur keseimbangan antara
persediaan uang dengan persediaan barang agar inflasi dapat terkendali, tercapai kesempatan
kerja penuh dan kelancaran dalam pasokan/distribusi barang.Kebijakan moneter dilakukan
antara lain dengan salah satu namun tidak terbatas pada instrumen sebagai berikut yaitu suku
bunga, giro wajib minimum, intervensi dipasar valuta asing dan sebagai tempat terakhir bagi
bank-bank untuk meminjam uang apabila mengalami kesulitan likuiditas.Bank
Indonesia memiliki tujuan untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Tujuan ini
sebagaimana tercantum dalam UU No. 3 tahun 2004 pasal 7 tentang Bank Indonesia.

Hal yang dimaksud dengan kestabilan nilai rupiah antara lain adalah kestabilan
terhadap harga-harga barang dan jasa yang tercermin pada inflasi. Untuk mencapai tujuan
tersebut, sejak tahun 2005 Bank Indonesia menerapkan kerangka kebijakan moneter dengan
inflasi sebagai sasaran utama kebijakan moneter (Inflation Targeting Framework) dengan
menganut sistem nilai tukar yang mengambang (free floating). Peran kestabilan nilai tukar
sangat penting dalam mencapai stabilitas harga dan sistem keuangan. Oleh karenanya, Bank
Indonesia juga menjalankan kebijakan nilai tukar untuk mengurangi volatilitas nilai tukar
yang berlebihan, bukan untuk mengarahkan nilai tukar pada level tertentu.

Dalam pelaksanaannya, Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk melakukan


kebijakan moneter melalui penetapan sasaran-sasaran moneter (seperti uang beredar atau
suku bunga) dengan tujuan utama menjaga sasaran laju inflasi yang ditetapkan oleh
Pemerintah. Secara operasional, pengendalian sasaran-sasaran moneter tersebut
menggunakan instrumen-instrumen, antara lain operasi pasar terbuka di pasar uang baik
rupiah maupun valuta asing, penetapan tingkat diskonto, penetapan cadangan wajib
minimum, dan pengaturan kredit atau pembiayaan. Bank Indonesia juga dapat melakukan
cara-cara pengendalian moneter berdasarkan Prinsip Syariah.

Jenis-jenis kebijakan moneter :

1. Kebijakan moneter ketat (tight money policy) untuk mengurangi/membatasi jumlah


uang beredar. Kebijakan ini dilakukan pada saat perekonomian mengalami inflasi.

170
2. Kebijakan moneter longgar (easy money policy) untuk menambah jumlah uang
beredar. Kebijakan ini dilakukan untuk mengatasi pengangguran dan meningkatkan
daya beli masyarakat (permintaan masyarakat) pada saat perekonomian mengalami
resesi atau depresi.

Kebijakan moneter bertujuan untuk mencapai stablisasi ekonomi yang dapat diukur dengan :
1. Kesempatan Kerja
Semakin besar gairah untuk berusaha, maka akan mengakibatkan peningkatan
produksi. Peningkatan produksi ini akan diikuti dengan kebutuhan tenaga kerja. Hal
ini berarti akan terjadinya peningkatan kesempatan kerja dan kesehjateraan karyawan.
2. Kestabilan harga
Apabila kestablian harga tercapai maka akan menimbulkan kepercyaan di masyarakat.
Masyarakat percaya bahwa barang yang mereka beli sekarang akan sama dengan
harga yang akan masa depan.
3. Neraca Pembayaran Internasional
Neraca pembayaran internasional yang seimbang menunjukkan stabilisasi ekonomi di
suatu Negara. Agar neraca pembayaran internasional seimbang, maka pemerintah
sering melakukan kebijakan-kebijakan moneter.

Pengaturan jumlah uang yang beredar pada masyarakat diatur dengan cara menambah atau
mengurangi jumlah uang yang beredar.
Kebijakan moneter dapat digolongkan menjadi dua, yaitu :
=>Kebijakan Moneter Ekspansif / Monetary Expansive Policy Adalah suatu kebijakan dalam
rangka menambah jumlah uang yang edar
=>Kebijakan Moneter Kontraktif / Monetary Contractive Policy Adalah suatu kebijakan
dalam rangka mengurangi jumlah uang yang edar. Disebut juga dengan kebijakan uang ketat
(tight money policy)

Di Indonesia investasi adalah salah satu cara untuk menambah pendapatan nasional.
Jika dilihat dari kebijaksanaan moneter, investasi lebih banyak dipengaruhi oleh suku bunga
riil. Dan suku bunga riil dipengaruhi oleh suku bunga SBI. Bila tingkat suku bunga SBI
tinggi maka suku bunga riil juga akan tinggi sehingga masyarakat memilih untuk menyimpan
uangnya di bank daripada melakukan investasi dan begitu juga sebaliknya. Pada tahun 1998

171
pemerintah Indonesia membuat kebijakan suku bunga yang tinggi untuk menstabilkan
perekonomian Indonesia yang terpuruk akibat krisis moneter pada pertengahan 1997. Oleh
karena itu perlu dianalisis seberapa besar pengaruh suku bunga SBI terhadap investasi dalam
negeri pada masa pra-krisis moneter hingga pasca krisis moneter.
Dengan keadaan tersebut maka perlu dianalisis : pertama, bagaimana perkembangan suku
bunga SBI tahun 1989 hingga tahun 2003. Kedua, bagaimana perkembangan investasi dalam
negeri tahun 1989 hingga tahun 2003. Dan ketiga, bagaimana pengaruh suku bunga SBI
terhadap investasi dalam negeri tahun 1989 hingga tahun 2003 di Indonesia.
Dalam menganalisis permasalahan-permasalahan tersebut digunakan metode analisis
deskriptif kuantitatif dan analisis trend untuk mengetahui perkembangan suku bunga SBI dan
perkembangan investasi dalam negeri di Indonesia.

4. PAJAK DAN INVESTASI

Pajak dan Investasi


            Pajak merupakan sumber anggaran pendapatan negara yang paling pokok. Perpajakan
menyangkut dua masalah pokok, yaitu bagaimanakah sistem administrasi membiayai
pengadaan dan penyediaan barang dan jasa kolektif yang sukar dapat disediakan melalui
mekanisme pasar serta bagaimanakah membiayai program-program yang dapat
menghindarkan akibat sampingan dalam mekanisme pasar.
            Ada beberapa alasan mengapa kebutuhan akan perpajakan itu timbul. Alasan pertama
adalah bahwa sistem administrasi perlu menyediakan barang dan jasa kolektif. Alasan kedua,
sistem administrasi perlu mengambil langkah-langkah untuk mengatasi kegagalan-kegagalan
tertentu dari mekanisme pasar sehingga langkah-langkah yang diambil itu mencerminkan
mekanisme perencanaan. Alasan ketiga, berkaitan dengan pemerataan dalam pembagian
pendapatan. Alasan keempat, adanya ketidaksempurnaan pasar. Ada sumber lain dari
pengeluaran yang dilaksanakan oleh sistem administrasi yaitu yang berkaitan dengan campur
tangan sistem administrasi yang timbul dari kegagalan mekanisme perencanaan pasar.
            Memberikan pengertian pajak akan berkaitan dengan masalah yang dapat
menjelaskan fungsi dari pajak dengan keyakinan bahwa pengartian tersebut mencakup segi-
segi pokok yang terkandung di dalamnya. Sistem administrasi melakukan penarikan pajak
bukan semata-mata untuk memperoleh dana akan tetapi juga dapat mengawasi pengeluaran
dari sistem kegiatan sosial sehingga permintaan konsumsi dan investasi dari sistem

172
administrasi ditambah dengan permintaan konsumsi dan investasi dari sistem kegiatan sosial
akan sama dengan pendapatan pada tingkat kesempatan kerja tertentu.

Tujuan Perpajakan
            Sistem politik pada umumnya berfungsi dalam membuat keputusan dan menafsirkan
nilai-nilai yang ada dalam dan dibutuhkan oleh sistem kegiatan sosial untuk dapat mengatur
pembagian pendapatan yang lebih merata.
            Perpajakan diperlukan untuk membiayai berbagai pengeluaran negara. Tujuan dari
perpajakan adalah untuk menekan konsumsi dan investasi dari sistem kegiatan sosial
sehingga sistem administrasi dapat menyediakan barang dan jasa publik, sosial atau kolektif
dan dapat memberikan subsidi kepada golongan miskin tanpa menimbulkan inflasi dan
kesukaran dalam neraca pembayaran.
            Fungsi pokok dari perpajakan adalah untuk menekan berbagai permintaan akan
kapasitas produktif dari sistem kegiatan sosial. Dengan demikian, perpajakan mempunyai
tujuan lain, di samping sebagai sumber pendapatan negara. Perpajakan yang eifisien
dilaksanakan dengan suatu cara yang dapat membantu pembagian pendapatan yang lebih
merata, dapat membantu untuk memberikan dorongan tingkat pertumbuhan ekonomi dan
memperkuat kebijaksanaan pengeluaran anggaran yang dilaksanakan oleh sistem
administrasi.
Pajak memiliki peranan penting dalam tata kelola negara. Sebagian negara, termasuk
Indonesia, menggantungkan penerimaannya pada pajak, termasuk Indonesia. Untuk
mempercepat terciptanya kesejahteraan umum dan tercapainya tujuan negara, harus ada
keseimbangan antara fungsi budgeteer dengan fungsi regulerend pajak.
Dengan adanya fungsi budgeteer, pajak berfungsi untuk membiayai pengeluaran-
pengeluaran negara. Untuk menjalankan tugas-tugas rutin negara dan melaksanakan
pembangunan, negara membutuhkan biaya. Biaya ini dapat diperoleh dari penerimaan pajak.
Sementara itu, dengan adanya fungsi regulerend Pemerintah bisa mengatur
pertumbuhan ekpnomi melalui kebijaksanaan pajak. Melalui fungsi mengatur, pajak bisa
digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan yang letaknya di luar bidang keuangan dan
lebih ditujukan pada sektor swasta. Contohnya dalam rangka menggiring penanaman modal,
baik dalam negeri maupun luar negeri, diberikan berbagai macam fasilitas keringanan pajak.
Dalam rangka melindungi produksi dalam negeri, pemerintah menetapkan bea masuk yang
tinggi untuk produk luar negeri.

173
Pelaksanaan fungsi mengatur ini dapat dibedakan menjadi dua, yakni yang bersifat
positif dan yang bersifat negatif. Bersifat positif maksudnya, pemerintah akan memberi
dukungan terhadap kegiatan masyarakat yang dipandang positif. Dukungan ini biasanya
diberikan dalam bentuk kebijakan dan fasilitas di bidang pajak, seperti:
· pemberian kelonggaran yang berbentuk tax holiday dan keringanan pajak.
· Mengadakan afschrifving (penghapusan)
· Pemberian pengecualian – pengecualian
· Pemberian pengurangan – pengurangan
· Kompensasi – kompensasi.
Pemberian kelonggaran dapat dilakukan apabila wajib pajak memenuhi beberapa syarat
tertentu, dan pemberian pengecualiannya dalam beberapa hal dapat dilakukan, baik
menyangkut pengecualian subjek pajak maupun pengecualian objek. Pemberian pengurangan
pajak dapat dilakukan sebagai bentuk dorongan kepada wajib pajak dalam hal – hal tertentu,
misalnya biaya riset pengembangan produk baru dapat dikurangkan terhadap laba kotor,
sehingga memperkecil keuntungan bersih yang dikenai pajak. Mengenai cara insentif dengan
kompensasi ini, misalnya terhadap kerugian – kerugian yang diderita oleh perusahaan, selaku
wajib pajak dapat dikompensasikan dengan pajak penghasilan untuk jangka waktu tertentu.
Ada beberapa alasan mengapa kebijakan pajak perlu diberikan:
1. Untuk meningkatkan laju inflasi
2. Untuk mendorong investasi yangoptimal secara social
3. Untuk meningkatkan kesempatan kerja
4. Untuk meningkatkan stabilitas ekonomi ditengah ketidakstabilan internasional
5. Sebagai upaya untuk menanggulangi inflasi
6. Untuk meningkatkan dan mendistribusikan pendapatan nasional

Dalam perekonomian kontemporer, komponen pendapatan pajak sebagai bagian dari


kebijakan fiksal dipandang sebagai kebijakan yang memiliki peranan dan pengaruh yang
sangat signifikan dalam pembangunan ekonomi, terutama karena :
1. Adanya pajak merupakan alat penting guna mengekang permintaan yang semakin
meningkat terhadap barang-barang konsumsi.
2. Perpajakan tidak hanya bertujuan untuk mendapatkan penerimaan yang lebih besar,
namun juga berperan sebagai perangsang untuk menabung dan melakukan investasi.
3. Untuk mentransfer sumber daya manusia kepada pemerintah agar digunakan lebih
produktif.

174
4. Perpajakan harus memperbaiki pola investasi di dalam perekonomian.
5. Salah satu tujuan perpajakan adalah untuk mengurangi jurang perbedaan antarasi
kaya dan si miskin.
6. Perpajakan harus memobilisasikan surplus ekonomi untuk pembangunan secara
berkesinambungan.
Sesuai dengan uraian di atas, Pajak berpengaruh untuk meningkatkan investasi.
Pertumbuhan ekonomi suatu Negara dapat terlihat dari bagaimana pemerintahannya
memberikan kemudahan atau insentif dalam perpajakan kepada pelaku usaha dengan
memberikan pelayanan terpadu yang mudah, cepat, efisien dan transparan. Sehingga pelaku
usaha mau dan betah menanamkan modalnya di Indonesia, lapangan kerja luas terbuka,
kemiskinan berkurang dan meningkatkan daya saing sektor riil.
Sejak 1967, fungsi mengatur regulerend pajak – pajak negara diarahkan untuk merangsang
investor, baik asing maupun nasional untuk menanam modalnya di Indonesia. salah satu
bentuk realisasinya adalah pemberian insentif pajak.

Disaat para investor asing maupun nasional tergerak untuk berinvestasi di Indonesia
dengan cara menanamkan modal, maka saat itulah dapat dikatakan bahwa pajak dapat
meningkatkan investasi. Seperti yang telah dirinci dalam uraian di atas, apabila pemerintah
menerapkan kebijakan insentif pajak pada para penanam modal dan tidak memberatkan
investor, maka akan semakin banyak investasi yang mengalir ke dalam negeri. Ini berarti,
meski bertolak belakang dengan fungsi anggaran karena penerimaan pajak menjadi sedikit,
akan tetapi fungsi mengatur dapat terjalankan dengan baik. Bila masyarakat memiliki iklim
investasi yang baik, taraf perekonomian menjadi lebih tinggi, maka hal ini akan berdampak
baik juga kepada pemerintah dan negara.

Sementara itu, keadaan saat pajak menghambat investasi adalah ketika kebijakan
pajak yang dikeluarkan pemerintah tidak mengakomodasi keinginan investor dan penanam
modal. Apabila pemerintah menitikberatkan pada fungsi anggaran pajak, maka yang dicari
adalah penerimaan atau pemasukan pajak yang setinggi – tingginya. Dengan memberlakukan
pajak yang tinggi, akan membuat investor menjadi tidak tertarik untuk berinvestasi di
Indonesia. Hal ini tentu akan berdampak buruk pada perekonomian Indonesia.
Salah satu contoh kasus yang pernah terjadi mengenai pemberlakuan pajak yang tinggi adalah
ketika masalah film luar negeri yang sempat ditarik dari peredaran karena dikenakan pajak
bea cukai yang tinggi oleh pemerintah Indonesia. Hal ini tentu menuai protes dari

175
masyarakat, karena dengan tidak adanya film luar negeri ditayangkan di bioskop lokal maka
akan mengurangi minat masyarakat untuk menonton di bioskop. Ini dapat menimbulkan
kerugian besar pada pengusaha bioskop lokal yang berujung kepada jumlah pengangguran
yang bertambah.

5. FLUKTUASI DALAM INVESTASI, OUTPUT DAN TINGKAT BUNGA

Fluktuasi Dalam Investasi, Output dan Tingkat Bunga

Fluktuasi adalah lonjakan atau ketidaktetapan segala sesuatu yang bisa digambarkan
dalam sebuah grafik. Fluktuasi ekonomi adalah kenaikan dan penurunan aktivitas ekonomi
secara relatif dibandingkan dengan tren pertumbuhan jangka panjang dari ekonomi. Fluktuasi
ini atau business cycle (siklus bisnis), bervariasi dalam intensitas dan jangka waktunya.
Kenaikan dan penurunan biasanya meliputi Negara dan bahkan dunia, dan mempengaruhi
seluruh dimensi dari kegiatan ekonomi, tidak hanya tingkat pengangguran dan produksi.
Ekspansion atau ekspansi suatu keadaan dimana penyehatan perekonomian telah
terjadi dari kondisi sebelumnya yaitu resesi atau bahkan depresi. Tahap ini ditandai dengan
meningkatnya kesempatan kerja, meningkatnya pendapatan, dan pengeluaran konsumsi
masyarakat. Sektor perusahaan mengalami kenaikan produksi barang dan jasa, kenaikan
penjualan, dan laba perusahaan. Iklim investasi berubah dari pesimisme menjadi optimis.
Karena permintaan konsumen mengalami kenaikan produksi barang dan jasa juga mengalami
kenaikan. Sehingga terjadi kenaikan kapasitas produksi dan pengurangan pengangguran
tenaga kerja.
Bagian puncak dari siklus bisnis menunjukkan tingkat pemanfaatan kapasitas
perekonomian yang tinggi baik untuk faktor produksi tenaga kerja maupun bahan mentah
untuk kegiatan produksi barang-barang. Pada titik ini terjadi beberapa persoalan antara lain:
kenaikan output perekonomian akan terjadi dengan peningkatan investasi. Kenaikan investasi
ini akan menimbulkan kenaikan harga dari faktor-faktor produksi. Selanjutnya kenaikan
harga faktor produksi menjadi penyebab kenaikan harga-harga umum. Pada titik ini kenaikan
output perekonomian diikuti oleh kenaikan tingkat inflasi.

Tiga Faktor Utama Mengenai Fluktuasi Ekonomi :


a.       Fluktuasi dalam perekonomian sifatnya tidak teratur dan tidak dapat diramalkan

176
b.      Kebanyakan besaran ekonomi makro berflukturasi bersama-sama
c.       Saat hasil produksi turun, tingkat pengangguran naik

1.  Flukturasi ekonomi jangka pendek


a. Model dasar dari fluktuasi ekonomi
Model fluktuasi ekonomi jangka pendek terfokus pada perilaku dua variabel. Variabel
pertama adalah hasil perekonomian dalam bentuk barang dan jasa, sebagaimana diukur oleh
PDB riil. Variabel kedua adalah tingkat harga keseluruhan, yang diukur oleh indeks harga
konsumen atau deflator PDB. Kita menganalisis fluktuasi-fluktuasi dalam perekonomian
secara keseluruhan dengan model permintaan dan penawaran agregat.

2. Kurva Permintaan Agregat


Kurva permintaan agregat adalah total permintaan untuk barang dan jasa dalam
perekonomian. Kurva permintaan agregat (AD) adalah suatu kurva yang menunjukkan
hubungan negatif antara output agregat dan tingkat harga. kebijakan moneter (Ms). Kurva
permintaan agregat miring ke bawah. Artinya, jika hal lain tetap sama, penurunan tingkat
harga keseluruhan dalam perekonomian (misal dari P1 ke P2) cenderung meningkatkan
jumlah barang dan jasa yang diminta (dari Y1 ke Y2)

Pergeseran Kurva Permintaan Agregat


1. Pergeseran yang berasal dari konsumsi : peristiwa yang membuat konsumen
mengeluarkan uang lebih banyak pada tingkat harga tertentu (pemotongan pajak,
meledaknya pasar saham) menggeser kurva permintaan agregat ke kanan. Peristiwa yang
menyebabkan konsumen mengurangi pengeluarannya pada tingkat harga tertentu
(kenaikan pajak, kelesuan pasar saham) menggeser kurva permintaan agregat ke kiri
2. Pergeseran yang berasal dari investasi: Peristiwa yang menyebabka perusahan
melakukan lebih banyak investasi pada tingkat harga tertentu (optimisme mengenai masa
depan, penurunan suku bunga akibat kenaikan jumlah uang yang beredar) menggeser
kurva permintaan agregat ke kanan. Peristiwa yang menyebkan perusahaan mengurangi
investasinya pada tingkat harga tertentu dan menggeser kurva ke kiri.
3. Pergeseran yang berasal dari pembelanjaan pemerintah : Peningkatan pembelanjaan
pemerintah untuk barang dan jasa (pengeluaran lebih besar untuk pembanguna jalan raya
atau untuk pertahanan) menggeser kurva permintaan agregat ke kanan. Penurunan jumlah
pembelanjaan pemerintah untuk barang dan jasa menggeser kurva ke kiri

177
4. Pergeseran yang berasal dari ekspor neto : Peristiwa yang meningkatkan pengeluaran
atas ekspor neto pada tingkat harga tertentu (terjadinya ledakan di pasar luar negeri,
depresiasi nilai tukar) menggeser kurva permintaan agregat ke kanan. Peristiwa yang
mengurangi pengeluaran atas ekspor neto pada tingkat harga tertentu menggeser kurva ke
kiri.

3. Kurva Penawaran Agregat


Kurva penawaran agregat menyatakan jumlah keseluruhan barang dan jasa yang
diproduksi serta dijual pada setiap tingkat harga oleh berbagai perusahan. Tidak seperti kurva
permintaan agregat yang selalu miring ke bawah, kurva penawaran agregat memperlihatkan
suatu hubungan yang sangat bergantung pada periodenya.
 
Kurva Penawaran Agregat Jangka Pendek
Dalam jangka pendek kurva penawaran agregat mempunyai arah yang positif. Pada
output yang rendah, kurva berbentuk datar. Pada kapasitas perekonomian yang lebih besar
bentuk kurva menjadi cenderung vertikal. Para ahli ilmu ekonomi makro, fokus pada apakah
ekonomi beroperasi pada kapasitas penuh (full-employment), yaitu suatu kondisi di mana
seluruh sumber ekonomi telah dimanfaatkan secara optimal.
Kurva penawaran agregat jangka pendek miring ke atas :
1. Teori kekakuan upah : Penurunan tingkat harga yang tidak terduga akan meningkatkan
upah riil, menyebabkan perusahaan mempekerjakan lebih sedikit pekerja dan
memproduksi jumlah barang dan jasa yang lebih sedikit
2. Teori kekakuan upah : Penurunan tingkat harga yang tidak terduga membuat
perusahaan mengenakan harga yang lebih tinggi dari yang dikehendaki, menekan
penjualan dan mendorong perusahaan untuk mengurangi produksi
3. Teori kesalahan persepsi : penurunan tingkat harga menimbulkan anggapan pada
produsen bahwa harga relatif produk mereka telah menurun, sehingga mendorong
mereka untuk mengurangi produksi
Kurva Penawaran Agregat Jangka Pendek Dapat Bergeser berasal dari :
1.      Tenaga kerja
2.      Modal
3.      Sumber Daya Alam
4.      Teknologi
5.      Tingkat harga yang diharapkan

178
Kurva Penawaran Agregat Jangka Panjang
Dalam jangka panjang, kurva penawaran agregat berbentuk vertikal, sementara dalam
jangka pendek, kurva penawaran agregat miring ke atas. Perubahan biaya yang lebih lambat
dibanding perubahan harga dalam jangka pendek menghasilkan bentuk kurva penawaran
agregat yang naik ke arah kanan. Jika biaya dan tingkat harga bergerak bersama di dalam
jangka panjang maka kurva penawaran agregat berbentuk vertikal (LRAS).

Investasi diartikan sebagai penanaman uang di suatu perusahaan atau proyek untuk tujuan
memperoleh keuntungan. Pada dasarnya investasi adalah membeli suatu aset yang diharapkan
di masa datang dapat dijual kembali dengan nilai yang lebih tinggi.

Faktor-Faktor yang mempengaruhi investasi dalam perekonomian Indonesia.


-          Pengaruh Nilai Tukar
Secara teoritis dampak perubahan tingkat nilai tukar dengan investasi
bersifat uncertainty (tidak pasti). Pengaruh tingkat kurs yang berubah pada investasi dapat
berpengaruh pada dua saluran, sisi permintaan dan sisi penawaran domestik. Dalam jangka
pendek, penurunan tingkat nilai tukar akan mengurangi investasi melalui pengaruh negatifnya
pada absorbsi domestik atau yang dikenal dengan expenditure reducingeffect. Karena
penurunan tingkat kurs ini akan menyebabkan nilai riil aset masyarakat yang disebabkan
kenaikan tingkat harga-harga secara umum dan selanjutnya akan menurunkan permintaan
domestik masyarakat. Gejala diatas pada tingkat perusahaan akan direspon dengan penurunan
pada pengeluaran atau alokasi modal pada investasi.
Pada sisi penawaran, pengaruh aspek pengalihan pengeluaran (expenditure switching) akan
perubahan tingkat kurs pada investasi relatif tidak menentu. Penurunan nilai tukar mata uang
domestik akan menaikkan produk-produk impor yang diukur dengan mata uang domestik dan
dengan demikian akan meningkatkan harga barang-barang yang diperdagangkan / barang-
barang ekspor (traded  goods) relatif terhadap barang-barang yang tidak diperdagangkan (non
traded goods), sehingga didapatkan kenyataan nilai tukar mata uang domestik akan
mendorong ekspansi investasi pada barang-barang perdagangan tersebut.

-          Pengaruh Tingkat Suku Bunga


Tingkat bunga mempunyai pengaruh yang signifikan pada dorongan untuk berinvestasi. Pada
kegiatan produksi, pengolahan barang-barang modal atau bahan baku produksi memerlukan
modal (input) lain untuk menghasilkan output / barang final.

179
-          Pengaruh Tingkat Inflasi
Tingkat inflasi berpengaruh negatif pada tingkat investasi hal ini disebabkan karena tingkat
inflasi yang tinggi akan meningkatkan resiko proyek-proyek investasi dan dalam jangka
panjang inflasi yang tinggi dapat mengurangi rata-rata masa jatuh pinjam modal serta
menimbulkan distrosi informasi tentang harga-harga relatif. Disamping itu
menurutGreene dan Pillanueva (1991), tingkat inflasi yang tinggi sering dinyatakan sebagai
ukuran ketidakstabilan roda ekonomi makro dan suatu ketidakmampuan pemerintah dalam
mengendalikan kebijakan ekonomi makro.
Di Indonesia kenaikan tingkat inflasi yang cukup besar biasanya akan diikuti dengan
kenaikan tingkat suku bunga perbankan. Dapat dipahami, dalam upayanya menurunkan
tingkat  inflasi yang membumbung, pemerintah sering menggunakan kebijakan moneter uang
ketat (tighmoney policy). Dengan demikian tingkat inflasi domestik juga berpengaruh pada
investasi secara tidak langsung melalui pengaruhnya pada tingkat bunga domestik.

-          Pengaruh Infrastruktur
Seperti dilakukan banyak negara di dunia, pemerintah mengundang investor guna
berpartisipasi menanamkan modalnya di sektor-sektor infrastruktur, seperti jalan tol,
sumber energi listrik, sumber daya air, pelabuhan, dan lain-lain. Partisipasi tersebut dapat
berupa pembiayaan dalam mata uang rupiah atau mata uang asing. Melihat perkembangan
makro-ekonomi saat ini, terutama memperhatikan kecenderungan penurunan tingkat bunga.
Pembangunan kembali infrastruktur tampaknya menjadi satu alternatif pilihan yang dapat
diambil oleh pemerintah dalam rangka menanggulangi krisis. Pembangunan infrastruktur
akan menyerap banyak tenaga kerja yang selanjutnya akan berpengaruh pada meningkatnya
gairah ekonomi masyarakat. Dengan infrastruktur yang memadai, efisiensi yang dicapai oleh
dunia usaha akan makin besar dan investasi yang didapat semakin meningkat.

180
BAB 9
EKONOMI INTERNASIONAL

2.9. MANFAAT PERDAGANGAN

Manfaat Perdagangan
Perdagangan atau pertukaran hanya akan terjadi apabila paling tidak ada satupihak
yang memperoleh keuntungan/manfaat dan tidak ada pihak lain yangmerasa dirugikan.
Masing-masing pihak harus mempunyai kebebasan untukmenentukan untung rugi
perdagangan tersebut dari sudut kepentingan masing-masing,kemudian menentukan
apakah ia mau melakukan perdagangan atautidak.
Sumber-sumber manfaat perdagangan:
1. Pribadi

181
Manfaat perdagangan untuk individu atau pribadi ialah sebagai sumber pendapatan
dan mata pencaharian untuk memenuhi kebutuhan, mencari keuntungan atau laba
serta untuk menanamkan modal atau invenstasi.

2. Daerah
Digunakan untuk membiayai penyelenggaran pemerintahan daerah dan
pembangunan daerah. Serta memberi peluang kepada daerah untuk memperoleh
pendapatan selain pendapatan dari PAD, dana perimbangan, dan pinjaman daerah.

3. Internasional
Negara pengekspor maupun pengimpor mendapatkan keuntungan dari adanya
perdagangan international. Negara pengekspor memperoleh pasar dan Negara
pengimpor memperoleh kemudahan untuk mendapatkan barang yang dibutuhkan.
Adanya perdagangan.

4. Manfaat spelialisasi
Dalam perdagangan internasional , setiap Negara dapat memperoleh keuntungan
yang berikut :
 Faktor-faktor produksi yang dimiliki setiap Negara dapat digunakan dengan lebih
efisien.
 Setiap Negara dapat menikmati lebih banyak barang dari yang dapat diproduksikan
di dalam negeri.

5. Mengapa biaya oportuniti berbeda


Biaya Peluang bagi setiap orang berbeda-beda. Karena setiap orang memiliki
pilihan yang berbeda. Biaya peluang atau Opportunity Cost akan muncul ketika
seseorang akan menentukan beberapa alternatif. Biaya peluang ini dialami oleh
para konsumen dan para produsen. Dalam ilmu ekonomi, biaya peluang, atau biaya
kesempatan, adalah biaya yang kita terima bila kita memilih suatu kegiatan.
Contoh dengan uang 100rb,seseorang bisa mambali pakaian atau makan makanan
enak di restoran.

6. Manfaat spesialisasi dengan biaya variable

182
Perdagagangan internasional mendorong masing-masing Negara kea rah
spesialisasi dalam produksi barang di mana Negara tersebut memiliki keunggulan
komperatifnya.Yang perlu diingat disini adalah spesialisasi itu sendiri tidak
membawa manfaat kepada masyarakat kecuali apabila disertai kemungkinan
menukarkan hasil produksinya dengan barang-barang lain yang dibutuhkan, Yang
perlu diingat disini adalah spesialisasi itu sendiri tidak membawa manfaat kepada
masyarakat kecuali apabila disertai kemungkinan menukarkan hasil produksinya
dengan barang-barang lain yang dibutuhkan. Spesialisasi plus perdagangan bisa
meningkatkan pendapatan riil masyarakat, tetapi spesialisasi tanpa perdagangan
mungkin justru menurunkan kesejahteraan masyarakat.

2.9.1 HAMBATAN PERDAGANGAN BEBAS

Hambatanperdaganganadalah regulasi atau peraturanpemerintah yangmembatasi perdagan
gan bebas.Bentuk-bentuk hambatan perdangangan antara lain:
1. Tarif atau bea cukai.
Tarif adalah pajak produk impor.
2. Kuota.
Kuota membatasi banyak unit yang dapat diimpor untuk membatasi jumlah barang
tersebut di pasar dan menaikkan harga.
3. Subsidi.
Subsidi adalah bantuan pemerintah untukprodusen lokal. Subsidi dihasilkan dari
pajak. Bentuk-bentuk subsidi antara lain bantuan
keuangan, pinjamandengan bunga rendah dan lain-lain.
4. Muatan lokal.
5. Peraturan administrasi.
6. Peraturan antidumping.

Kebijakan Perdagangan Internasional oleh Pemerintah


Kebijakan perdagangan internasional timbul karena meluasnya jaringan-
jaringan hubungan ekonomi antarnegara. Kebijakan perdagangan internasional adalah
rangkaian tindakan yang akan diambil untuk mengatasi kesulitan atau masalah hubungan
perdagangan internasional guna melindungi kepentingan nasional.
183
Berikut kebijakan-kebijakan yang diambil oleh pemerintah untuk melakukan
perdagangan internasional :
1. Kebijakan Subtitusi Impor
Kebijakan substitusi impor adalah kebijakan memproduksi di dalam negri terhadap
barang barang yang tadinya di impor.

Ada beberapa manfaat positif yang dapat di peroleh dari kebijakan substitusi impor:
 Mengurangi Ketergantungan Terhadap Impor.
Terutama untuk barang-barang kebutuhan pokok atau yang menghasilkan
produk antara.Misalnya pengolahan makanan, tekstil dan obat-obatan, industri
pupuk dan pengilangan minyak.

 Memperkuat Sektor Industri.


Caranya dimana pemerintah memberikan fasilitas yang yang memperbesar
minat dan kemampuan swasta untuk berinvestasi.

 Memperluas Kesempatan Kerja.


Bertumbuhnya sektor industri juga dapat memperluas kesempatan kerja. Selain
memperluas kesempatan kerja, industri yang di bangun juga merupakan tempat
melatih para pekerja yang berasal dari sektor tradisional untuk beradaptasi
dalam lingkungan kegiatan ekonomi modern.

 Menghemat Devisa.
Berarti memperbaiki neraca pembayaran. Perbaikan neraca pembayaran
umumnya dilihat dari surplus neraca perdagangan atau menurunnya defisit
neraca perdagangan karena impor makin mengecil. Atau dapat juga dilihat
dalam nerca modal, dimana modal masuk lebih besar dari pada modal keluar.

Ada Beberapa Keterbatasan dari Kebijakan Substitusi Impor :


 Menguntungkan Perusahaan Asing.
Yang memperoleh keuntungan besar dari kebijakan substitusi impor adalah
perusahaan asing yang menanamkan modal di sektor industri substitusi impor,

184
karena memperoleh proteksi di balik benteng tarif dan memperoleh fasilitas
keringanan pajak, serta insentif penanaman modal.

 Pasar Domestik Cepat Jenuh.


Rendahnya pendapatan perkapita penduduk negara sedang berkembang
menyebabkan permintaan domestik akan produk-produk industri yang amat
kecil. Artinya, skala pasar domestik relatif kecil sehingga cepat jenuh.

 Memunculkan / Memperkuat Gejala Monopoli dan atau Oligopoli.


Kecilnya skala pasar domestik menyebabkan para investor meminta jaminan
kepastian pasar agar skala jual produksi mereka mencapai tingkat efisisensi
ekonomis, bahkan dapat memberi keuntungan super normal. Hal ini menjadi
alasan mengapa para investor menuntut hak monopoli (legal) atau pembatasan
jumlah produsen berdasarkan ketentuan hukum. Ada juga investor asing yang
tidak menuntut hak monopoli, namun karena mereka sangat efisisen, maka yang
terjadi adalah monopoli natural, setidak-tidaknya struktur pasar oligopoli.

 Ketergantungan yang Makin Besar Terhadap Impor.


Impor bahan baku dan barang modal meningkat jika target pertumbuhan output
industri atau ekonomi di tingkatkan. Karena pada negara sedang berkembang
tidak tersedianya industri pendukung, misalnya yang dapat menyediakan mesin-
mesin dan bahan baku.

 Pemborosan Devisa.
Akibat lanjut ketergantungan impor adalah makin besarnya devisa yang harus di
keluarkan, karena harga impor makin mahal dan atau permintaan impor yang
makin besar.

2. Kebijakan Promosi Ekspor


Promosi ekspor merupakan salah satu alternatif mengatasi cepat jenuhnya pasar
domestik, sebab pasar luar negri relatif jauh lebih besar dari pada pasar domestik.
Kebijakan promosi ekspor merupakan kebijakan di bidang industri yang

185
mengutamakan pengembangan jenis-jenis industri yang menghasilkan produk-produk
untuk ekspor.
Ada beberapa masalah dalam kebijakan promosi ekspor :
 Cepat Jenuhnya Pasar Internasional.
Bila pertumbuhan permintaan relatif tetap, pertumbuhan penawaran relatif
sangat cepat, sebab makin banyak negara yang sedang berkembang melakukan
ekspor. Hal tersebut di mungkinkan karena produk-produk yang di hasilkan
berasal dari sektor industri padat karya yang atau berteknologi sederhana
sehingga memungkinkan untuk dimasuki.

 Makin Kuatnya Kebijakan Proteksi oleh Negara-negara Maju.


Sekalipun negara-negara maju memiliki keunggulan komparatif dalam
produksi teknologi padat modal dan ilmu pengetahuan mereka tetap
melakukan proteksi terhadap industri-industri yang berkteknologi sederhana,
seperti makanan olahan, tekstil, barang-barang elektronik dan mobil. Proteksi
ini dilakukan untuk memperoleh dukungan politis dari masyarakat domestik.

3. Kebijakan Proteksi
Bagi negara sedang berkembang, alasan proteksi adalah pelindungan sementara
industri-industri yang masih dalam tahap perkembangan.Kebijakan proteksi adalah
kebijakan untuk membatasi impor dalam bentuk tarif dan kuota.Kebijakan Proteksi
dapat dilakukan melalui:
 Tarif dan Bea masuk
Tarif adalah suatu pembebanan atas barang-barang yang melintasidaerah pabean
(custom area). Dan barang-barang yang masuk ke wilayah negara dikenakan bea
masuk. Dengan pengenaan bea masuk yang besar atas barang-barang dan luar
negeri , mempunyai maksud untuk proteksi atas industri dalam negeri dan untuk
memperoleh pendapatan negara. Bentuk umum tarif adalah penetapan pajak
impor dengan prosentase tertentu dari harga barang yang diimpor tersebut. Akibat
dari pengenaan tarif , sebagai berikut : Harga barang naik,Produksi dalam negeri
meningkat, Jumlah barang di pasar turun,dan impor barang turun.Ada tiga
macam penentuan Tarif , atau bea masuk, yaitu:

186
a. Bea ekspor (export duties) adalah pajak / bea yang dikenakan terhadap
barang yang diangkut menuju negara lain (diluar custom area).
b. Bea transito (transit duties) adalah pajak / bae yang dikenakan terhadap
barang-barang yang melalui batas wilayah suatu negara dengan tujuan akhir
barang tersebut negara lain.
c. Bea impor (import duties) adalah pajak / bea yang dikenakan terhadap
barang-barang yang masuk dalam suatu negara (tom area).

 Pelarangan impor
Pelarangan impor adalah kebijakan pemerintah untuk membatasi baerang-
barang yang masuk dari luar negeri. Akibat Kuota sebagai berikut : Harga
barang naik . Produksi dalam negeri meningkat, Jumlah barang di pasar turun,
dan Impor barang turun.

 Kuota atau pembatasan impor


Kuota adalah kebijakan pemerintah untuk membatasi barang- barang yang
masuk dari luar negeri. Akibat kuota sebagai berikut:Harga barang naik,
Produksi dalam negeri meningkat Jumlah barang dipasar turun dan impor
barang turun.

 Subsidi
Subsidi adalah kebijakan pemerintah untuk membantu menutupi sebagian biaya
produksi peunit barang produksi dalam negeri. Akibat kuota sebagai berikut :
Harga barang naik, Harga barang dipasar tetap, Produksi dalam negri
meningkat, Jumlah barang di pasar tetap dan Impor barang turun.
 Dumping
Dumping adalah kebijakan pemerintah untuk mengadakan diskriminasi harga,
yakni produsen menjual barang di luar negeri dari pada di dalam negeri.Syarat
yang harus di penuhi dalam kebijakan dumping yaitu :
a. Kekuatan monopoli di dalam negeri lebih besar dari pada luar negeri,
sehingga kurva permintaan di dalam negeri lebih inelastis dibanding kurva
permintaan di luar negeri.

187
b. Terdapat hambatan yang cukup kuat sehingga konsumen dalam negeri tidak
dapat membeli barang dari luar negeri.

4. Kebijakan Entreporte
Kebijakan entreporte mengembangkan sektor jasa pelayanan komersial yang luas
sejalan dengan fungsinya sebagai penghubung antara suatu kawasan atau regional
dengan ekonomi dunia.

5. Kebijakan Memindahkan Pembelanjaan


Kebijakan memindahkan pembelanjaan adalah langkah-langkah pemerintah untuk
mengatasi masalah defisit dalam neraca pembayaran yang akan mengakibatkan
pertambahan ekspor dan pengurangan impor. Kebijakan pemindahan pembelanjaan
dijalan kan apabila : defisit neraca pembayaran wujud, ketika perekonomian juga
menghadapi masalah pengangguran.Langkah-langkah yang akan mengurangi impor
dan mendorong konsumsi barang dalam negeri adalah seperti berikut :
a. Melakukan pembatasan impor hal ini dapat dilakukan dengan menaikan pajak
impor (tarif). Di samping itu dapat pula di jalankan dengan menggunakan kuota
dan melakukan kampanye untuk membeli barang dalam negeri.
b. Menekan (mengulangi penggunaan valuta asing) pemerintah (melalui bank
sentral) mencatat penggunaan uang asing. Masyarakat dan pengusaha haruslah
menerangkan tujuan mereka membeli valuta asing. Pemerintah lebih
mengutamakan pengguna valuta asing untuk mengimpor barang keperluan pokok
dan bahan mentah sektor industri dan tidak mendorong usaha mengimpor barang-
barang mewah.
c. Menurunkan nilai mata uang (devaluasi). Langkah-langkah ini menyebabkan
barang impor menjadi lebih mahal, dan akan mengurangi impor. Sebaliknya
barang ekspor akan menjadi murah di pasaran luar negeri dan akan menambah
ekspor.

Langkah-langkah yang akan menambah ekspor sehingga menambah penerimaan


valuta asing adalah :
a. Memberikan insentif fiskal dan moneteruntuk menambahkan kegiatan
dalam produksi barang ekspor. Insentif-insentif ini antara lain adalah

188
membina kawasan perusahaan dan kawasan bebas pajak (free trade zone)
memberikan kemudahaan pinjaman, atau memberi subsidi ekspor.
b. Mewujudkan kestabilan upah dan harga. Pertambahan ekspor sangat
tergantung kepada kemampuan ekspor negara untuk bersaing di luar negeri.
Salah satu faktor yang menentukan kapasitas bersaing adalah biaya produksi
yang rendah. Untuk memastikan agar biaya produksi tetap rendah, upah dan
harga-harga barang dalam negri perlu di stabilkan.
c. Menurunkan nilai valuta. Penurunkan nilai valuta bukan saja akan dapat
mengurangi impor tetapi juga akan menambahkan ekspor.

6. Kebijakan Pengurangan Pembelanjaan


Kebijakan pengurangan pembelanjaan adalah langkah-langkah pemerintah untuk
mengatasi masalah dalam neraca pembayaran dan mengurangi pembelanjaan agregat
dan tingkat kegiatan ekonomi negara.
Kebijakan “mengurangkan pembelanjaan” akan menurunkan impor, akan tetapi
ekspor tidak akan di pengaruhi oleh kebijakan seperti itu. Keadaan ini akan
mewujudkan neraca pembayaran yang menguntungkan atau seimbang. Kebijakan
mengurangi pembelanjaan dapat di laksanakan dengan langkah-langkah berikut:
a. Kenaikan pajak pendapatan. Pajak ini akan mengurangi pendapatan disposebel
dan akan mengurangi konsumsi rumah tangga.
b. Menaikan suku bunga dan menurunkan penawaran uang. Tujuan ini dapat di
capai dengan di jalankan kebijakan moneter, misalnya dengan menaikan tingkat
cadangan minimum dan menaikan suku bank (suku diskonto). Pengurangan
penawaran uang dan suku bunga yang tinggi akan di pengaruhi investasi.
Keadaan ini akan mengurangi pengeluaran agregat.
c. Mengurangi pengeluaran pemerintah. Pengeluaran pemerintah adalah
sebagian dari pengeluaran agregat, maka pengurangan pengeluaran pemerintah
akan mengurangi pengeluaran agregat.

7. Devaluasi(Penurunan nilai Valuta)


Devaluasi adalah tindakan pemerintah yang menurunkan nilai mata uangnya terhadap
valuta asing. Efek-efek yang mungkin ditimbulkan oleh devaluasi adalah:
a. Ekspor akan bertambah, karena di pasaran luar negeri ekspor negara menjadi
lebih murah.

189
b. Impor berkurang, karena barang luar negeri menjadi lebih mahal.
c. Kenaikan ekspor dan pengurangan impor akan memperbaiki neraca pembayaran.
d. Pendapatan nasional akan bertambah
Syarat-syarat yang di butuhkan untuk menyukseskan devaluasi adalah :
a. Ekspor negara itu elastis. Apabila permintaan luar negeri atas barang ekspor
negara yang mendevaluasikan valutanya tidak elastis, devaluasi akan
mengurangi hasil penjualan ekspor.
b. Permintaan impor negara itu adalah elastis. Apabila permintaan impor elastis,
devaluasi mengurangi jumlah impor dengan tingkat yang lebih tinggi dari
penurunan nilai mata uang. Maka pengeluaran atas barang impor akan menjadi
lebih kecil dari sebelum devaluasi.
c. Di dalam negeri tidak berlaku inflasi. Apabila devaluasi mengakibatkan inflasi di
dalam negeri, barang ekspor dan barang buatan dalam negeri akan mengalami
kenaikan harga. Apabila tingkat kenaikan harga lebih besar dari tingkat
devaluasi, pada akhirnya harga ekspor menjadi lebih mahal dan barang impor
lebih murah dari sebelum devaluasi. Pada akhirnya negara itu tidak memperoleh
sembarang keuntungan dari devaluasi.
d. Negara lain tidak melakukan reaksi balasan dan melakukan devalusi. Apabila
negara-negara lain melakukan tindakan yang sama devaluasi tidak akan
memberikan sembarang efek kepada neraca pembayaran dan perekonomian
negara. Langkah tersebut akan di jalankan apabila negara lain merupakan
partner dagang yang sangat penting.

2.9.2 PERDAGANGAN LUAR NEGRI, NERACA PEMBAYARAN DAN


TINGKAT KEGIATAN EKONOMI NEGARA

I. Perdagangan Luar Negri


Pengertian Perdagangan Luar Negeri
Suatu negara sebenranya tidak melakukan perdangan dengan Negara lain. Tetapi
yang melakukan perdagangan atau pertukaran adalah penduduk suatu negara dengan
penduduk negara lain. Penduduk ini bisa seorang warga biasa, bisa sebuah perusahaan
ekspor, bisa sebuah perusahaan impor, bisa sebuah perusahaan industri, bisa sebuah
perusahaan negara, dan bisa pula sebuah departemen pemerintah. Kecuali di negara-negara

190
yang direncanakan secara pusat (centrally planned economies) seperti Soviet Rusia, RRC,
jarang dijumpam suatu negara bertindak sebagai satu kesatuan dalam kegiatan kiar
negerinya.
Perdagangan luar negeri atau bisa disebut juga perdagangan internasional adalah
kesepakatan perdagangan yang dilakukan antara penduduk suatu negara dengan penduduk
negara lain. Bisa individu dengan individu , individu dengan pemerintah maupun
pemerintah dengan pemerintah.

Adam Smith mengemukakan teori yang disebut Theory of Absolute Advantage


(teori keunggulan mutlak). Menurut teori ini suatu negara disebut memiliki keunggulan
mutlak dibandingkan negara lain apabila negara tersebut dapat memproduksi barang atau
jasa yang tidak dapat diproduksi negara lain.
Perdagangan internasional  terjadi karena :
1. Untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa dalam negeri
2. Keinginan memperoleh keuntungan dan meningkatkan pendapatan negara
3. Adanya perbedaan kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam
mengolah sumber daya ekonomi
4. Adanya kelebihan produk dalam negeri sehingga perlu pasar baru untuk menjual
produk tersebut. Misalnya jepang yang banyak memproduksi mobil sehingga jepang
mengekspor juga ke indonesia.
5. Adanya perbedaan keadaan seperti sumber daya alam, iklim, tenaga kerja, budaya,
dan jumlah penduduk yang menyebabkan adanya perbedaan hasil produksi dan
adanya keterbatasan produksi. Contohnya Indonesia memproduksi gas alam cair.
Jepang tidak mempunyai sumber gas alam, tetapi mampu memproduksi mobil.
Dengan demikian, terjadilah perdagangan barang antara Indonesia dan Jepang
6. Adanya kesamaan selera terhadap suatu barang.
7. Keinginan membuka kerja sama, hubungan politik dan dukungan dari negara lain.
8. Terjadinya era globalisasi sehingga tidak satu negara pun di dunia dapat hidup
sendiri.

Peraturan/Regulasi Perdagangan Internasional


Umumnya perdagangan diregulasikan melalui perjanjian bilateral antara dua negara.
Selama berabad-abad dibawah kepercayaan dalamMerkantilisme kebanyakan negara
memiliki tarif tinggi dan banyak pembatasan dalam perdagangan internasional. pada abad

191
ke 19, terutama diBritania, ada kepercayaan akan perdagangan bebas menjadi yang
terpenting dan pandangan ini mendominasi pemikiran di antaranegara barat untuk
beberapa waktu sejak itu dimana hal tersebut membawa mereka ke kemunduran besar
Britania. Pada tahun-tahun sejak Perang Dunia II, perjanjian multilateral kontroversial
seperti GATT dab WTO memberikan usaha untuk membuat regulasi lobal dalam
perdagangan internasional. Kesepakatan perdagangan tersebut kadang-kadang berujung
pada protes dan ketidakpuasan dengan klaim dari perdagangan yang tidak adil yang tidak
menguntungkan secara mutual.
Perdagangan bebas biasanya didukung dengan kuat oleh sebagian besar negara yang
berekonomi kuat, walaupun mereka kadang-kadang melakukan proteksi selektif untuk
industri-industri yang penting secara strategis seperti
proteksi tarif untuk agrikultur oleh Amerika Serikat danEropa. Belanda dan Inggris
Raya keduanya mendukung penuh perdagangan bebas dimana mereka secara ekonomis
dominan, sekarang Amerika Serikat, Inggris, Australia dan Jepang merupakan pendukung
terbesarnya. Bagaimanapun, banyak negara lain (seperti India, Rusia, dan Tiongkok)
menjadi pendukung perdagangan bebas karena telah menjadi kuat secara ekonomi. Karena
tingkat tarif turun ada juga keinginan untuk menegosiasikan usaha non tarif, termasuk
investasi luar negri langsung, pembelian, danfasilitasi perdagangan. Wujud lain dari biaya
transaksi dihubungkan dnegan perdagangan pertemuan dan prosedur cukai.
Umumnya kepentingan agrikultur biasanya dalam koridor dari perdagangan bebas
dan sektor manufaktur seringnya didukung oleh proteksi. Ini telah berubah pada beberapa
tahun terakhir, bagaimanapun. Faktanya, lobi agrikultur, khususnya di Amerika Serikat,
Eropa dan Jepang, merupakan penanggung jawab utama untuk peraturan tertentu pada
perjanjian internasional besar yang memungkinkan proteksi lebih dalam agrikultur
dibandingkan kebanyakan barang dan jasa lainnya.
Regulasi dari perdagangan internasional diselesaikan melalui World Trade
Organization pada level global, dan melalui beberapa kesepakatan regional
seperti MerCOSUR di Amerika Selatan, NAFTA antara Amerika
Serikat, Kanada dan Meksiko, dan Uni Eropa anatara 27 negara mandiri. Pertemuan
Buenos Aires tahun 2005 membicarakan pembuatan dari Free Trade Area of
America (FTAA) gagal total karena penolakan dari populasi negara-negara Amerika Latin.
Kesepakatan serupa seperti MAI(Multilateral Agreement on Invesment) juga gagal pada
tahun-tahun belakangan ini.

192
Faktor Pendorong Perdagangan Internasional
Banyak faktor yang mendorong suatu negara melakukan perdagangan internasional, di
antaranya sebagai berikut :
a. Untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa dalam negeri 
b. Keinginan memperoleh keuntungan dan meningkatkanpendapatan negara
c. Adanya perbedaan kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan  teknologi  dalam
mengolah sumber daya ekonomi
d. Adanya kelebihan produk dalam negeri sehingga perlupasar baru untuk menjual
produk tersebut.
e. Adanya perbedaan keadaan seperti sumber daya alam,iklim, tenaga kerja, budaya, dan
jumlah penduduk yang menyebabkan adanya perbedaan hasil produksi dan adanya
keterbatasan produksi.
f. Adanya kesamaan selera terhadap suatu barang.
g. Keinginan membuka kerja sama, hubungan politik dan dukungan dari negara lain.
h. Terjadinya era globalisasi sehingga tidak satu negara pun di dunia dapat hidup sendiri.

Faktor Penghambat Perdagangan Internasional 


Menurut Amir M.S., pelaksanaan perdagangan luar negeri lebih rumit dan
kompleks dibandingkan dengan pelaksanaan perdagangan dalam negeri. Kerumitan
tersebut antara lain disebabkan karena adanya batas-batas politik dan kenegaraan yang
dapat menghambat perdagangan, misalnya dengan adanya bea, tarif, atau quota barang
impor.
Berikut adalah penghambat perdagangan internasional :
a. Tidak Amannya Suatu Negara
b. Adanya perbedaan budaya, bahasa, mata uang, taksiran dan timbangan, dan hukum
dalam perdagangan.
c. Kebijakan Ekonomi Internasional yang Dilakukan oleh Pemerintah, Misalnya,
pembatasan jumlah impor, pungutan biaya impor/ekspor yang tinggi, perijinan yang
berbelit-belit.
d. Tidak Stabilnya Kurs Mata Uang Asing, membuat para eksportir maupun importir
mengalami kesulitan dalam menentukan harga valuta asing yang berdampak pada
harga penawaran maupun permintaan dalam perdagangan.

193
Kebijakan Perdagangan Luar Negeri
• Kebijakan perdagangan bebas
Kebijakan ini menghendaki perdagangan internasional berlangsung tanpa adanya
hambatan apapun dari pemerintah, baik hambatan tariff maupun hambatan kuota.
• Kebijakan proteksi
Alasan kuat yang mendorong lahirnya kebijakan proteksionisme adalah :
1. Melindungi perekonomian domestik dari tindakan negara atau perusahaan asing yang
tidak adil.
2. Melindungi industri-industri domestik yang baru berdiri (infant industry). Industri-
industri domestik yang baru berdiri biasanya memiliki struktur biaya yang masih
tinggi, sehingga sulit bersaing dengan industri asing yang memiliki struktur biaya
rendah (karena sudah memiliki skala ekonomi yang besar). Proteksi bertujuan untuk
melindungi industri domestik yang sedang berada dalam tahap perkembangan.
Proteksi ini memberi kesempatan kepada industri domestik untuk belajar lebih efisien
dan memberi kesempatan kepada tenaga kerjanya utnuk memperoleh keterampilan.
Kebijakan proteksi biasanya bersifat sementara. Jika suatu saat industri domestik
dirasakan sudah cukup besar dan mampu bersaing dengan industri asing, maka
proteksi akan dicabut.

Bentuk kebijakan proteksi sebagai berikut :


1. Tarif
Tarif adalah pajak yang dikenakan terhadap barang yang diperdagangkan. Efek
kebijakan ini terlihat langsung pada kenaikan harga barang. Tarif yang paling umum
adalah tarif atas barang-barang impor atau yang biasa disebut bea impor. Tujuan dari bea
impor adalah membatasi permintaan konsumen terhadap produk-produk impor dan
mendorong konsumen menggunakan produk domestik. Semakin tinggi tingkat proteksi
suatu negara terhadap produk domestiknya, semakin tinggi pula tarif pajak yang
dikenakan. Perbedaan utama antara tarif dan proteksi lainnya adalah bahwa tarif
memberikan pemasuka kepada pemerintah sedangkan kuota tidak.

2. Kuota
Kuota adalah pembatasan dalam jumlah barang yang diperdagangkan. Ada tiga macam :
 Kuota impor adalah pembatasan dalam jumlah barang yang diimpor,
194
 Kuota produksi adalah pembatasan dalam jumlah barang yang diproduksi, bertujuan
untuk mengurangi jumlah ekspor
 Kuota ekspor adalah pembatasan jumlah barang yang diekspor,agar  negara
pengekspor dapat memperoleh harga yang lebih tinggi.

Tujuan utama pelaksanaan kuota adalah untuk melindungi produksi dalam negeri dari
serbuan-serbuan luar negeri.
Dampak kebijakan kuota bagi negara importer :
a.Harga barang melambung tinggi.
b.Konsumsi terhadap barang tersebut menjadi berkurang,
c.Meningktanya produksi di dalam negeri.

Dampak kebijakan kuota bagi negara eksportir :


a. Harga barang turun,
b. Konsumsi terhadap barang tersebut menjadi bertambah,
c. Produksi di dalam negeri berkurang.

3. Dumping dan Diskriminasi harga


Praktik diskriminasi harga secara internasional disebut dumping, yaitu menjual
barang di luar negeri dengan harga yang lebih rendah dari dalam negeri atau bahkan di
bawah biaya produksi. Kebijakan dumping dapat meningkatkan volume perdagangan dan
menguntungkan negara pengimpor, terutama menguntungkan konsumen mereka.
Namun, negara pengimpor kadang mempunyai industri yang sejenis sehingga persaingan
dari luar negeri ini dapat mendorong pemerintah negara pengimpor memberlakukan
kebijakan anti dumping (dengan tarif impor yang lebih tinggi), atau sering disebut
counterveiling duties. Hal ini dilakukan untuk menetralisir dampak subsidi ekspor yang
diberikan oleh negara lain.
Kebijakan ini hanya berlaku sementara, harga produk akan dinaikkan sesuai
dengan harga pasar setelah berhasil merebut dan menguasai pasar internasional.
Predatory dumping dilakukan dengan tujuan untuk mematikan persaingan di luar negeri.
Setelah persaingan di luar negeri mati maka harga di luar negeri akan dinaikkan untuk
menutup kerugian sewaktu melakukan predatory dumping.

4. Subsidi

195
Kebijakan subsidi biasanya diberikan untuk menurunkan biaya produksi barang
domestik, sehingga diharapkan harga jual produk dapat lebih murah dan bersaing di
pasar internasional. Tujuan dari subsidi ekspor adalah untuk mendorong jumlah ekspor,
karena eksportir dapat menawarkan harga yang lebih rendah. Harga jual dapat diturunkan
sebesar subsidi tadi. Namun tindakan ini dianggap sebagai persaingan yang tidak jujur
dan dapat menjurus kea rah perang subsidi. Hal ini karena semua negara ingin
mendorong ekspornya dengan cara memberikan subsidi.

5. Larangan impor

Kebijakan ini dimaksudkan untuk melarang masuknya produk-produk asing ke


dalam pasar domestik. Kebijakan ini biasanya dilakukan karena alasan politik dan
ekonomi.
Peranan Perdagangan Internasional Dalam Perekonomian
1. Perkembangan Ekonomi Dunia dan Indonesia 
Dinamika perekonomian Indonesia tidak terlepas dari perkembangan ekonomi
global dan kawasan serta berbagai kemajuan dalam perbaikan, iklim investasi,
infrastruktur, produktivitas dan daya saing (sisi penawaran) dalam negeri. Ekonomi dunia
telah mampu tumbuh diatas 4% dalam lima tahun terakhir, lebih tinggi dari rata-rata
historisnya. Perkembangan ini terutama didorong oleh pesatnya pertumbuhan ekonomi di
negara berkembang (China dan India) serta kawasan Eropa. Tingginya pertumbuhan
ekonomi dunia tersebut diiringi dengan volume perdagangan dunia yang juga tumbuh
lebih tinggi dari tren jangka panjangnya. Sejalan dengan perkembangan ekonomi dunia
tersebut

2. Efek Perdagangan Internasional terhadap Pertumbuhan Ekonomi


Dalam konteks  perekonomian suatu negara, salah satu wacana yang menonjol
adalah mengenai pertumbuhan ekonomi. Meskipun ada juga wacana lain mengenai
pengangguran, inflasi atau kenaikan harga barang-barang secara bersamaan, kemiskinan,
pemerataan pendapatan dan lain sebagainya. Pertumbuhan ekonomi menjadi penting
dalam konteks perekonomian suatu negara karena dapat menjadi salah satu ukuran dari
pertumbuhan atau pencapaian perekonomian bangsa tersebut, meskipun tidak bisa
dinafikan ukuran-ukuran yang lain. Wijono (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan
ekonomi merupakan salah satu indikator kemajuan pembangunan.

196
Salah satu hal yang dapat dijadikan motor penggerak bagi pertumbuhan adalah
perdagangan internasional. Salvatore menyatakan bahwa perdagangan dapat menjadi
mesin bagi pertumbuhan ( trade as engine of growth, Salvatore, 2004). Jika aktifitas
perdagangan internasional adalah ekspor dan impor, maka salah satu dari komponen
tersebut atau kedua-duanya dapat menjadi motor penggerak bagi pertumbuhan. Tambunan
(2005) menyatakan pada awal tahun 1980-an Indonesia menetapkan kebijakan yang
berupa export promotion. Dengan demikian, kebijakan tersebut menjadikan ekspor sebagai
motor penggerak bagi pertumbuhan.
Ketika perdagangan internasional menjadi pokok bahasan, tentunya perpindahan
modal antar negara menjadi bagian yang penting juga untuk dipelajari. Sejalan dengan
teori yang dikemukakan oleh Vernon, perpindahan modal khususnya untuk investasi
langsung, diawali dengan adanya perdagangan internasional (Appleyard, 2004). Ketika
terjadi perdagangan internasional yang berupa ekspor dan impor, akan memunculkan
kemungkinan untuk memindahkan tempat produksi. Peningkatan ukuran pasar yang
semakin besar yang ditandai dengan peningkatan impor suatu jenis barang pada suatu
negara, akan memunculkan kemungkinan untuk memproduksi barang tersebut di negara
importir. Kemungkinan itu didasarkan dengan melihat perbandingan antara biaya produksi
di negara eksportir ditambah dengan biaya transportasi dengan biaya yang muncul jika
barang tersebut diproduksi di negara importir. Jika biaya produksi di negara eksportir
ditambah biaya transportasi lebih besar dari biaya produksi di negara importir, maka
investor akan memindahkan lokasi produksinya di negara importir (Appleyard, 2004).

3. Efek Terhadap Produksi


Pedagangan luar negeri mempunyai pengaruh yang kompleks terhadap sector
produksi di dalam negeri. Secara umum kita bisa menyebutkan empat macam pengaruh
yang bekerja melalui adanya:
1.      Spesialisasi produksi.
2.      Kenaikan “investasi surplus”
3.      “Vent for Surplus”.
4.      Kenaikan produktivitas.

4. Dampak positif dan dampak negatif perdagangan internasional


1.Dampak positif

197
a. Kegiatan produksi dalam negeri menjadi meningkat secara kuantitas dan
kualitas.
b. Mendorong pertumbuhan ekonomi negara, pemerataan pendapatan
masyarakat, dan stabilitas ekonomi nasional.
c. Menambahkan devisa negara melalui bea masuk dan biaya lain atas ekspor
dan impor.
d. Mendorong kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam negeri,
terutamadalam bidang sektor industri dengan munculnya teknologi baru dapat
membantu dalam memproduksi barang lebih banyak dengan waktu yang singkat.
e. Melalui impor, kebutuhan dalam negara dapat terpenuhi.
f. Memperluas lapangan kerja dan kesempatan masyarakat untuk berkeja.
g. Mempererat hubungan persaudaraan dan kerjasama antar negara.

2. Dampak negatif
 Barang-barang produksi dalam negeri terganggu akibat masuknya barang impor yang
dijual lebih murah dalam negeri yang menyebabkan industri dalam negeri mengalami
kerugian besar.
 Munculnya ketergantungan dengan negara maju.
 Terjadinya persaingan yang tidak sehat, karena pengaruh perdagangan bebas.
 Bila tidak mampu bersaing maka pertumbuhan perekonomian negara akan semakin
rendah dan bertambahnya pengangguran dalam negeri.

5. Dampak khusus terhadap Kondisi Ketenagakerjaan


Liberalisasi dalam perdagangan barang, jasa, investasi, dan mobilitas faktor produksi
tenaga kerja akan berdampak pada kondisiketenagakerjaan. Dampak pada kondisi
ketenagakerjaan ini biasanya menjadi isu yang paling sensitif dalam pembentukan suatu
kawasan integrasi ekonomi, seperti yang misalnya dialami oleh Uni Eropa. Secara
teoritis, liberalisasi dalam keempat faktor di atas akan meningkatkan produktivitas
tenaga kerja, karena akan menciptakan kondisi yang mendorong perusahaan untuk
mengalokasikan sumber-sumber daya secara lebih efisien (dampak alokasi).

II. NERACA PEMBAYARAN


A. Pengertian Neraca Pembayaran

198
Neraca pembayaran adalah catatan dari semua transaksi ekonomi internasional
yang meliputi perdagangan, keuangan dan moneter antara penduduk dalam negeri
dengan penduduk luar negeri selama periode waktu tertentu, biasanya satu tahun atau
dikatakan sebagai laporan arus pembayaran (keluar dan masuk) untuk suatu negara.
Neraca pembayaran secara esensial merupakan sistem akuntansi yang mengukur kinerja
suatu negara. Pencatatan transaksi dilakukan dengan pembukuan berpasangan (double-
entry bookkeeping system), yaitu; tiap transaksi dicatat satu sebagai kredit dan satu lagi
sebagai debit.
Transaksi yang dicatat sebagai kredit adalah arus masuk valuta. arus masuk
valuta adalah transaksi-transaksi yang mendatangkan valuta asing, yang merupakan suatu
peningkatan daya beli eksternal atau sumber dana. Sedangkan transaksi yang dicatat
sebagai debit adalah arus keluar valuta. Arus keluar valuta adalah transaksi-transaksi
pengeluaran yang membutuhkan valuta asing, yang merupakan suatu penurunan daya
beli eksternal atau penggunaan dana.
Tiap-tiap credit entry (bertanda positif) harus diseimbangkan (balanced)
dengan debit entry (bertanda negatif) yang sama. Kedua entries tersebut dikombinasikan
untuk menghasilkan laporan sumber-sumber dan penggunaan modal nasional (dari mana
kita memperoleh dana-dana/ daya beli, dan bagaimana kita mengunakannya). Jadi, total
kredit dan debit dari neraca pembayaran suatu negara akan sama secara agregat; namun,
dari komponen-komponen neraca pembayaran, mungkin terdapat surplus dan defisit.
Contoh  : Suatu perusahaan RI meminjam Poundsterling Inggris. Jelas, pinjaman
ini merupakan peningkatan hutang penduduk/perusahaan RI pada pihak luar negeri
(Inggris). Pinjaman ini merupakan suatu credit entry pada neraca pembayaran.Debit
entry yang sama akan diklasifikasikan sebagai suatu peningkatan dalam kepemilikan aset
financial luar negeri, yaitu rekening bank debitor RI (yang didenominasi)
dalam sterling merupakan suatu aset.

B. Komponen Neraca Pembayaran


Sebagai suatu neraca pembukuan, neraca pembayaran dapat dibedakan kepada
dua bagian: passive dan aktiva. Dalam bagian passive di catat transaksi-transaksi yang
menyebabkan negara itu melakukan pembayaran ke negara-negara lain. Dan dalam
bagian aktiva dicatatkan transaksi-transakit yang menyebabkan negara itu menerima
pembayaran dari negara lain. Selanjutnya suatu neraca pembayaran dibedakan pula

199
menjadi dua jenis pembukuan, yaitu transaki berjalan atau current account dan lalu lintas
modal atau capital account.
1.         Transaksi berjalan. Dalam transaksi berjalan atau current account dicatat
transaksi-transaksi berikut:
a. Ekspor dan impor barang-barang. Ia dinamakan juga dengan istilah perdagangan
nyata.Transaksi ini meliputi hasil-hasil sector pertanian, barang-barang produksi
industri, neraca (yaitu perbedaan di antara ekspor dan impor) dari perdagangan
tampak yaitu perdagangan dalam barang-barang tampak dinamakan neraca
perdagangan. Apabila nilai neraca itu positif berarti ekspor barang melebihi
impornya. Sebaliknya apabila negatif maka impor barang melebihi ekspornya.
b. Ekspor dan impor jasa-jasa. Transaksi ini dikenal sebagai perdagangan tak nyata.
Yang termasuk dalam golongan ini adalah transaksi-transaksi dalam kegiatan
pengangkutan, kegiatan perjanalan luar negeri, pendapatan dari investasi modal,
dan beberapa kegiatan jasa lainnya.Nilai neraca suatu negara positif bila neraca
tersebut lebih banyak menjual jasa-jasanya ke luar negeri dan membelinya dari
negara-negara lain. Nilanya negatif bila negara itu lebih banyak membeli jasa
pihak-pihak luar dan menjual jasanya ke luar negeri.
c. Pembayaran pindahan atau transfer onilateral
Transaksi ini meliputi pembayaran dimana penerimanya tidak perlu membayar
dalam bentuk uang atau jasa. Contoh: bantuan bahan makanan Amerika Serikat ke
penderita kelaparan di Aprika. Mengirimkan uang untuk membiayai perbelanjaan
anak-anak bersekolah di luar negara merupakan contoh lainnya.
2. Lalu lintas modal. Neraca lalu lintas modal atau Capital account  mencatat dua
golongan transaksi: (i) aliran modal pemerintah, dan (2) aliran modal swasta.
a. Aliran modal pemerintah. Ini biasanya berupa pinjaman dan bantuan dari negara-
negara asing yang diberikan kepada pemerintah atau badan-badan pemerintah.
Misalnya pinjaman untuk membangun irigasi termasuk dalam golongan transaksi ini.
b. Aliran modal swasta Ia dibedakan dalam tiga jenis, yaitu investasi langsung,
investasi portfolio dan amortasi. Investasi langsung adalah investasi untuk
mengembangkan perusahaan-perusahaan. Investasi portfolio adalah investasi dalam
bentuk membeli saham-saham di negara lain. Amortisasi adalah pembelian kembali
saham-saham atau kekayaan lain yang pada masa lalu telah dijual kepada penduduk
negara-negara lain.

200
Sementara transaksi perjalanan mencatat transaksi internasional yang berkaitan dengan
barang, jasa, dan transfer unilateral, sedangkan transaksi modal atau capital
account  mencatat transaksi internasional yang berkaitan dengan aliran asset keuangan, seperti
peminjaman, pemberian pinjaman, dan investasi. Sebagai contoh, investor Amerika membeli
asetluar negeri agar mendapatkan tingkat pengembalian yang lebih tinggi dan juga untuk
mendiversifikasikan portofolio mereka. Bila ekonomi berbicara tentang kapital atau modal,
yang dimaksud biasanya adalah sumber daya fisik dan manusiawi yang digunakan untuk
memproduksi barang dan jasa. Tetapi kadangkala istilah kapital atau modal digunakan
sebagai istilah lain dari uang, yaitu uang yang digunakan untuk mendapatkan aset keuangan
seperti saham, obligasi, saldo bank, dan uang yang digunakan untuk melakukan investasi
langsung dalam pabrik dan peralatan luar negeri. Aliran ke luar modal Amerika atau U.S.
capital outflow terjadi bila orang Amerika membeli aset luar negeri. Aliran modal masuk
Amerika atau U.S. capital inflow terjadi bila luar negeri membeli aset Amerika.

C. Tujuan Neraca Pembayaran Lainnya :


Penyusunan neraca pembayaran mempunyai beberapa tujuan, diantaranya sebagai
berikut :
a. Sebagai bahan keterangan kepada pemerintah mengenai posisi internasional negara
yang bersangkutan.
b. Sebagai bahan bagi pemerintah dalam mengambil keputusan dibidang pilitik
perdagangan dari urusan pembayarannya.
c. Sebagai bahan untuk membantu pemerintah dalam mengambil keputusan di bidang
politik moneter dan fiskal.
D. Fungsi Neraca Pembayaran Adalah Sebagai Berikut :
a. Sebagai suatu alat pembukuan dan alat pembayaran luar negeri agar pemerintah
dapat mengambil keputusan, apakah negara dapat melanjutkan masuknya barang-
barang luar negeri dan dapat menyelesaikan pembayaran tepat pada waktunya.
b. Sebagai suatu alat untuk menjelaskan pengaruh dan trnsaksi luar negeri terhadap
pendapatan nasional.
c. Sebagai suatu alat untuk mengukur keadaan perekonomian dalam hubungan
internasional dari suatu negara.
d. Sebagai suatu alat kebijakan moneter yang akan dilaksanakan oleh suatu negara.
E. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Neraca Pembayaran Yaitu :
a. Perubahan Kurs Devisa

201
  Jika neraca pembayaran defisit, maka kurs valuta asing mengalami kenaikan
dan kurs rupiah mengalami penurunan. Dan bila terjadi surplus, maka kurs valuta asing
mengalami penurunan dan kurs rupiah mengalami kenaikan.
b. Perubahan Harga
  Jika ekspor lebih besar daripada impor berarti barang yang ada di dalam negeri
sangat laku terjual di luar negeri, maka harga barang dalam negeri menjadi meningkat.
c. Perubahan Tingkat Pendapatan
Ekspor merupakan komponen pendapatan nasional, sehingga berubahnya nilai
ekspor akan mengakibatkan berubahnya pendapatan nasional.
d. Perubahan Tingkat Bunga
 Jika investasi dari luar negeri banyak mengalir ke dalam negeri, maka tingkat
bunga yang berlaku rendah karena hubungan antara tingkat bunga dengan tingkat
investasi adalah berbanding terbalik. Sebaliknya, jika investasi yang terjadi menurun,
maka tingkat bunga yang berlaku tinggi.

F. Neraca Pembayaran Defisit, Surplus, Dan Seimbang


Angka yang ada dalam neraca pembayaran akan menunjukan apakah Negara
mengalami defisit atau surplus. Terdapat 3 kemungkinan dari kinerja neraca
pembayaran, yaitu sebagai berikut:
-          Neraca Pembayaran defisit, terjadi apabila jumlah pembayaran lebih besar
daripada jumlah penerimaan (transaksi kredit < transaksi debet). Suatu Negara jika
mengalami kelebihan impor dan kelebihan tersebut ditutup dengan menambah
pinjaman akomodatif dan mengurangi cadangan (stok) nasional maka Negara tersebut
sedang mengalami defisit total.
-          Neraca pembayaran surplus, adalah apabila jumlah penerimaan lebih besar
daripada jumlah pembayaran/ utang (transaksi kredit> transaksi debet).
-          Neraca Pembayaran seimbang, adalah apabila jumlah pembayaran atau utang
sama dengan jumlah penerimaan (transaksi kredit = transaksi debet).

 Neraca pembayaran digolongkan menjadi beberapa komponen, yaitu sebagai berikut :


1.)    Neraca Transaksi berjalan (Current Account)
Neraca transaksi berjalan mencatat semua transaksi ekspor dan impor barang,
perbandingan nilai ekspor dan impor barang, pendapatan investasi, pembayaran

202
cicilan pokok utang luar negeri, serta saldo kiriman dan transfer uang dari dank Ke
luar negeri baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun swasta.
2.)    Neraca Transaksi Modal (Capital Account)
Neraca transaksi modal mencatat nilai investasi langsung pihak swasta asing
(Foreign Ditect Invesdment), pinjaman luar negeri yang diberikan oleh perbanakan
swasta internasional, serta pinjamana dan hibah dari negraa laian atau lembaga-
lembaga donor seperti IMF dan bank dunia.
3.)    Neraca Tunai (Cash Account) atau Neraca Internasional
Neraca tunai pada dasarnmya hanyalah transaksi penyeimbang antara total
pengeluaran yang ada pada transaksi berjalan dengan transaksi modal melebihi total
penerimaan.
Dampak Neraca Pembayaran Surplus, Defisit, Seimbang
1.)    Dampak Neraca Pembayaran Surplus
Secara ekonomi neraca pembayaran yang surplus akan berpengaruh terhadap tingkat
harga dalam negeri, yaitu mempunyai pengaruh inflatoir mendorong/ menjurus kea rah
kenaikan harga (inflasi). Hal ini disebabkan oleh adanya penambahan permintaan efektif.
2.)    Dampak Neraca Pembayaran Defisit
Apabila neraca pembayaran suatu Negara mengalami deficit, maka dampak yang akan
terjadi sebagai berikut:
-  Produsen dalam negeri tidak adapat bersaing dengan barang-barang impor 
-  Pendapatan Negara sedikit, sehingga utang Negara bertambah besar
-  Perusahaan banyak yang gulung tikar, sehingga pengangguran meningkat akibat dari phk
3.)    Dampak Neraca Pembayaran Seimbang
Neraca pembayaran yang seimbang tidak terlalu berpengaruh terhadap kegiatan
ekonomi suatu Negara. Sehingga apabila suatu Negara tidak dapat mencapai surplus dalam
neraca pembayaran, maka minimal harus dalam kondisi seimbang. Dengan demikian akan
dapat menghindari neraca pembayaran yang defisit.
Ketiga dampak di atas disebut pengaruh deflatoir yang mendorong/ menjurus ke arah
penurunan harga (deflasi)

III. TINGKAT KEGIATAN EKONOMI NEGARA

Pandangan Ahli Ekonomi Klasik

203
Analisis mengenai pandangan ahli ekonomi klasik tentang perekonomian adalah
perekonomian yang diatur oleh mekanisme pasar tingkat penggunaan tenaga kerja penuh
akan selalu tercapai. Pandangan ini didasarkan kepada keyakinan bahwa dalam
perekonomian tidak akan terdapat kekurangan permintaan. Apabila produsen menaikkan
produksi atau menciptakan jenis barang yang baru, maka dalam perekonomian akan selalu
terdapat permintaan terhadap barang-barang itu. Analisis mengenai pandangan ahli ekonomi
klasik akan ditekankan kepada hal-hal yang dikritik oleh Keynes. Hal-hal yang harus
diperhatikan yaitu:
1. Peranan sistem pasar bebas. Adam Smith, dalam bukunya The Wealth of Nations, telah
mengemukakan pendapat yang mendukung agar kegiatan perekonomian diatur oleh
sistem pasar bebas.
2. Hukum Say, fleksibilitas upah dan kesempatan kerja penuh. Ahli ekonomi Klasik
berkeyakinan bahwa kesempatan kerja penuh akan selalu tercapai dalam perekonomian.
 Pandangan ini didasarkan atas keyakinan bahwa:
a. Fleksibilitas tingkat bunga akan mewujudkan kesamaan / keseimbangan antara
penawaran agregat dan permintaan agregat dari jumlah tabungan dan investasi.
b. Fleksibilitas tingkat upah akan mewujudkan keadaan di mana permintaan dan
penawaran tenaga kerja akan mencapai keseimbangan
Berdasarkan teori ekonomi Klasik maka perekonomian ditentukan oleh :
1) Jumlah barang modal yang tersedia dan digunakan dalam perekonomian (C =
Capital)
2) Jumlah dan kualitas tenaga kerja yang tersedia dalam perekonomian ( L =
Labor )
3) Jumlah dan jenis kekayaan alam yang akan digunakan (Q = Quantity)
4) Tingkat teknologi yang digunakan (T = Technology)
3. Faktor-faktor produksi menentukan tingkat kegiatan ekonomi dan produksi nasional.
Perekonomian tidak menghadapi masalah permintaan yang berarti segala barang yang
diproduksikan akan dapat dijual, tingkat produksi nasional dan tingkat kegiatan ekonomi
ditentukan oleh faktor-faktor produksi yang digunakan.
4. Penawaran uang, kegiatan perekonomian dan tingkat harga. Ahli ekonomi Klasik
menunjukkan bahwa peranan uang dalam perekonomian adalah netral yaitu perubahannya
tidak akan mempengaruhi produksi nasional.
5. Peranan pemerintah dalam perekonomian. Ahli ekonomi klasik tidak menyetujui campur
tangan pemerintah yang aktif untuk mengatur kegiatan perekonomian.

204
Pandangan Keynes
Teori makro ekonomi berkembang setelah J.M. Keynes menunjukkan kelemahan-
kelemahan pandangan para ahli ekonomi klasik mengenai penentuan tingkat perekonomian
suatu negara yang didasari oleh penggunaan tenaga kerja penuh. Pandangan Keynes yaitu
penggunaan tenaga kerja penuh (full employment) adalah keadaan yang jarang terjadi, dan
hal itu disebabkan karena kekurangan permintaan agregat yang wujud dalam perekonomian.
Perbedaan pandangan Keynes dan Klasik didasarkan atas perbedaan pendapat yaitu:
1. Faktor-faktor yang menentukan tingkat tabungan dan tingkat investasi dalam
perekonomian
2. Hubungan antara tingkat upah dengan penggunaan tenaga kerja oleh pengusaha

Menurut Keynes, faktor penentu kegiatan ekonomi suatu negara adalah permintaan
efektif. Permintaan efektif adalah permintaan yang disertai kemampuan untuk membayar
barang-barang dan jasa-jasa dalam wujud perekonomian.
Keynes membagi permintaan agregat kepada dua jenis pengeluaran, yaitu pengeluaran
konsumsi oleh rumah tangga dan penanaman modal oleh pengusaha. Akan tetapi, dalam
analisis makro ekonomi, pengeluaran pemerintah dan ekspor juga ikut mempengaruhi
pengeluaran agregat. Faktor yang mempengaruhi permintaan agregat yaitu:
1. Konsumsi dan investasi
2. Pengeluaran pemerintah dan Ekspor
3. Suatu perekonomian akan dicapai apabila penawaran agregat sama dengan pendapatan
nasionalnya. Perubahan keseimbangan kurva AD dan AS akan berlaku apabila kurva AD
dan AS secara individu maupun secara bersama mengalami pergerakan ke kiri atau ke
kanan yaitu :
 Kurva AD berubah tapi kurva AS tetap
 Kurva AS berubah tapi kurva AD tetap
 Perpindahan serentak kurva AD dan AS.
Corak Kegiatan Ekonomi Subsisten Dan Modern
1. Kegiatan Ekonomi Subsisten : hanya ada dua sector yaitu sector rumah tangga dan
sector perusahaan.
Dalam  kegiatan ini nilai produksi yang diciptakan oleh sektor perusahaan akan selalu
sama dengan nilai seluruh pengeluaran yang dilakukan oleh sektor rumah tangga. Dalam hal
ini : untuk menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa sektor perusahaan harus menggunakan

205
factor-faktor produksi. Faktor produksi tersebut berasal dari sector rumah tangga. Oleh
karena itu pendapatan yang diterima oleh factor-faktor produksi merupakan pendapatan
sector rumah tangga. Dengan demikian nilai seluruh produksi dalam perekonomian adalah
sama dengan nilai pada aliran atau kegiatan tersebut yaitu nilai seluruh pendapatan yang
diterima sektor rumah tangga.Dan sektor rumah tangga tidak melakukan penabungan.
Jadi seluruh pendapatannya akan dibelanjakan untuk membeli barang-barang dan jasa
yang diproduksikan oleh sektor perusahaan . Hal ini terdapat dalam perekonomian subsisten,
dimana kegiatan perdagangan sangat terbatas dan pada umumnya dilakukan secara barter. 
2. Kegiatan Perekonomian Modern
Dalam perkonomian yang lebih maju penerima-penerima pendapatan akan
menyisihkan sebagaian pendapatan mereka untuk ditabung. Tabungan ini akan dipinjamkan
kepada para pengusaha dan mereka akan menggunakan tabungan itu untuk investasi, yaitu
melakukan pembelian barang-barang modal. Sebagai balas jasa kepada kesediaan para
penerima pendapatan untuk menabung  sebagaian dari pendapatan mereka di lembaga
keuangan dan seterusnya meminjamkan kepada para pengusaha atau investor. Selanjutnya
investor akan menggunakan pinjaman tersebut untuk membeli barang-barang modal.

3. TEORI DAN IMPAK SERTA KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL


Teori Perdagangan Internasional Perdagangan Internasional dapat diartikan sebagai
transaksi dagang antara subyek ekonomi negara yang satu dengan subyek ekonomi negara
yang lain, baik mengenai barang ataupun jasa-jasa. Adapun subyek ekonomi yang
dimaksud adalah penduduk yang terdiri dari warga negara biasa, perusahaan ekspor,
perusahaan impor, perusahaan industri, perusahaan negara ataupun departemen
pemerintah yang dapat dilihat dari neraca perdagangan (Sobri, 2000).
Perdagangan atau pertukaran dapat diartikan sebagai proses tukar menukar yang
didasarkan atas kehendak sukarela dari masing-masing pihak. Masing-masing pihak harus
mempunyai kebebasan untuk menentukan untung rugi dari pertukaran tersebut, dari sudut
kepentingan masing-masing dan kemudian menetukan apakah ia mau melakukan
pertukaran atau tidak (Boediono, 2000). Pada dasarnya ada dua teori yang menerangkan
tentang timbulnya perdagangan internasional.
a. Teori Klasik
A. Merkantilis
Para penganut merkantilisme berpendapat bahwa satu-satunya cara bagi suatu
negara untuk menjadi kaya dan kuat adalah dengan melakukan sebanyak mungkin ekspor

206
dan sedikit mungkin impor. Surplus ekspor yang dihasilkannya selanjutnya akan dibentuk
dalam aliran emas lantakan, atau logam-logam mulia, khususnya emas dan perak. Semakin
banyak emas dan perak yang dimiliki oleh suatu negara maka semakin kaya dan kuatlah
negara tersebut. Dengan demikian, pemerintah harus menggunakan seluruh kekuatannya
untuk mendorong ekspor, dan mengurangi serta membatasi impor (khususnya impor
barang-barang mewah). Namun, oleh karena setiap negara tidak secara simultan dapat
menghasilkan surplus ekspor, juga karena jumlah emas dan perak adalah tetap pada satu
saat tertentu, maka sebuah negara hanya dapat memperoleh keuntungan dengan
mengorbankan negara lain.
Keinginan para merkantilis untuk mengakumulasi logam mulia ini sebetulnya
cukup rasional, jika mengingat bahwa tujuan utama kaum merkantilis adalah untuk
memperoleh sebanyak mungkin kekuasaan dan kekuatan negara. Dengan memiliki banyak
emas dan kekuasaan maka akan dapat mempertahankan angkatan bersenjata yang lebih
besar dan lebih baik sehingga dapat melakukan konsolidasi kekuatan di negaranya;
peningkatan angkatan bersenjata dan angkatan laut juga memungkinkan sebuah negara
untuk menaklukkan lebih banyak koloni. Selain itu, semakin banyak emas berarti semakin
banyak uang dalam sirkulasi dan semakin besar aktivitas bisnis.Selanjutnya, dengan
mendorong ekspor dan mengurangi impor, pemerintah akan dapat mendorong output dan
kesempatan kerja nasional.

B. Adam Smith
Adam Smith berpendapat bahwa sumber tunggal pendapatan adalah produksi hasil
tenaga kerja serta sumber daya ekonomi. Dalam hal ini Adam Smith sependapat dengan
doktrin merkantilis yang menyatakan bahwa kekayaan suatu negara dicapai dari surplus
ekspor. Kekayaan akan bertambah sesuai dengan skill, serta efisiensi dengan tenaga kerja
yang digunakan dan sesuai dengan persentase penduduk yang melakukan pekerjaan
tersebut. Menurut Smith suatu negara akan mengekspor barang tertentu karena negara
tersebut bisa menghasilkan barang dengan biaya yang secara mutlak lebih murah dari pada
negara lain, yaitu karena memiliki keunggulan mutlak dalam produksi barang tersebut.
Adapun keunggulan mutlak menurut Adam Smith merupakan kemampuan suatu negara
untuk menghasilkan suatu barang dan jasa perunit dengan menggunakan sumber daya

207
yang lebih sedikit dibanding kemampuan negara-negara lain.

Dalam teori keunggulan mutlak, Adam Smith mengemukakan ide-ide sebagai berikut.
a. Adanya Division of Labour (Pembagian Kerja Internasional)
dalam Menghasilkan Sejenis Barang Dengan adanya pembagian kerja, suatu negara dapat
memproduksi barang dengan biaya yang lebih murah dibanding negara lain, sehingga
dalam mengadakan perdagangan negara tersebut memperoleh keunggulanmutlak.

b. Spesialisasi Internasional dan Efisiensi Produksi


Dengan spesialisasi, suatu negara akan mengkhususkan pada produksi barang yang
memiliki keuntungan. Suatu Negara akan mengimpor barang-barang yang bila diproduksi
sendiri (dalam negeri) tidak efisien atau kurang menguntungkan, sehingga keunggulan
mutlak diperoleh bila suatu Negara mengadakan spesialisasi dalam memproduksi barang.

b. Teori Modern

a. Teori Keunggulan Komparatif (Comparative Advantage) oleh David


Ricardo

David Ricardo menyampaikan bahwa teori keunggulan mutlak yang dikemukakan


oleh Adam Smith memiliki kelemahan, di antaranya sebagai berikut.

Sebagai gambaran awal, di satu pihak suatu negara memiliki faktor produksi tenaga
kerja dan alam yang lebih menguntungkan dibanding dengan negara lain, sehingga negara
tersebut lebih unggul dan lebih produktif dalam menghasilkan barang daripada negara
lain. Sebaliknya, di lain pihak negara lain tertinggal dalam memproduksi barang. Dari
uraian di atas dapat disimpilkan, bahwa jika kondisi suatu negara lebih produktif atas dua
jenis barang, maka negara tersebut tidak dapat mengadakan hubungan pertukaran atau
perdagangan.

Pada konsep keunggulan komparatif (perbedaan biaya yang dapat dibandingkan)


yang digunakan sebagai dasar dalam perdagangan internasional adalah banyaknya tenaga
kerja yang digunakan untuk memproduksi suatu barang. Jadi, motif melakukan
perdagangan bukan sekadar mutlak lebih produktif (lebih menguntungkan) dalam

208
menghasilkan sejenis barang, tetapi menurut David Ricardo sekalipun suatu negara itu
tertinggal dalam segala rupa, ia tetap dapat ikut serta dalam perdagangan internasional,
asalkan Negara tersebut menghasilkan barang dengan biaya yang lebih murah (tenaga
kerja) dibanding dengan lainnya.

Jadi, keuntungan komparatif terjadi bila suatu negara lebih unggul terhadap kedua
macam produk yang dihasilkan, dengan biaya tenaga kerja yang lebih murah jika diban-
dingkan dengan biaya tenaga kerja di negara lain.

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui, bahwa negara Jepang unggul terhadap
kedua jenis produk, baik elektronik maupun rempah-rempah, akan tetapi keunggulan
tertingginya pada produksi elektronik. Sebaliknya, negara Indonesia lemah terhadap kedua
jenis produk, baik rempah-rempah maupun elektronik, akan tetapi kelemahan terkecilnya
pada produksi rempah-rempah.

Jadi, sebaiknya negara Jepang berspesialisasi pada produk elektronik dan negara
Indonesia berspesialisasi pada produk rempah-rempah. Seandainya kedua negara tersebut
mengadakan perdagangan, maka keduanya akan mendapatkan keuntungan.
Besarnya keuntungan dapat dihitung sebagai berikut.
 Di Jepang 1 unit elektronik = 0,625 kg rempah-rempah, sedangkan di Indonesia 1 unit
elektronik = 1 kg rempahrempah. Jika negara Jepang menukarkan elektronik dengan
rempah-rempah di Indonesia, maka akan mendapatkan keuntungan sebesar 0,375, yang
diperoleh dari (1 rempahrempah – 0,625 rempah-rempah)
 Di Indonesia 1 kg rempah-rempah = 1 unit elektronik, sedang di Jepang 1 kg rempah-
rempah = 1,6 unit elektronik. Jika negara Indonesia menukarkan rempah-rempahnya
dengan elektronik, maka Jepang akan mendapatkan keuntungan sebesar 0,6, yang
diperoleh dari (1,6 elektronik – 1 elektronik).

209
Teori yang dikemukakan oleh Kaum Klasik dalam teori perdaganga internasional,
berdasarkan atas asumsi berikut ini.
a. Memperdagangkan dua barang dan yang berdagang dua negara.
b. Tidak ada perubahan teknologi.
c. Teori nilai atas dasar tenaga kerja.
d. Ongkos produksi dianggap konstan.
e. Ongkos transportasi diabaikan (= nol).
f. Kebebasan bergerak faktor produksi di dalam negeri, tetapi tidak dapat berpindah
melalui batas negara.
g. Persaingan sempurna di pasar barang maupun pasar factor produksi.
h. Distribusi pendapatan tidak berubah.
i. Perdagangan dilaksanakan atas dasar barter.

b. Teori Permintaan Timbal Balik (Reciprocal Demand) oleh John Stuart Mill

Teori yang dikemukakan oleh J.S. Mill sebenarnya melanjutkan Teori Keunggulan
Komparatif dari David Ricardo, yaitu mencari titik keseimbangan pertukaran antara dua
barang oleh dua negara dengan perbandingan pertukarannya atau dengan menentukan
Dasar Tukar Dalam Negeri (DTD). Maksud Teori Timbal Balik adalah menyeimbangkan
antara permintaan dengan penawarannya, karena baik permintaan dan penawaran
menentukan besarnya barang yang diekspor dan barang yang di impor.

Jadi, menurut J.S. Mill selama terdapat perbedaan dalam rasio produksi konsumsi antara
kedua negara, maka manfaat dari perdagangan selalu dapat dilaksanakan di kedua negara
tersebut. Dan suatu negara akan memperoleh manfaat apabila jumlah jam kerja yang
dibutuhkan untuk membuat seluruh barangbarang ekspornya lebih kecil daripada jumlah
jam kerja yang dibutuhkan seandainya seluruh barang impor diproduksi sendiri.

Kebijakan Perdagangan Internasional


            Kebijakan perdagangan internasional adalah segala tindakan pemerintah/negara,
baik langsung maupun tidak langsung untuk memengaruhi komposisi, arah, serta bentuk
perdagangan luar negeri atau kegiatan perdagangan. Adapun kebijakan yang dimaksud

210
dapat berupa tarif, dumping, kuota, larangan impor, dan berbagai kebijakan lainnya.  Jika
dibandingkan dengan pelaksanaan perdagangan di dalam negeri, maka perdagangan
internasional sangatlah rumit dan kompleks.
Rumitnya perdagangan internasional disebabkan oleh hal-hal berikut:
o Pembeli dan penjual terpisah oleh batas-batas kenegaraan.
o Barang harus dikirim dan diangkut dari suatu negara ke negara lainnya.
o Perbedaan antara negara yang satu dengan yang lainnya baik dalam bahasa, mata
uang, taksiran atau timabangan, hukum dalam perdagangan, dan sebagainya.
o Sumber daya alam yang berbeda.

1.    Kebijakan Proteksi.
Kebijakan proteksi adalah kebijakan pemerintah untuk melindungi industri dalam
negeri yang sedang tumbuh (infant industry), dan melindungi perusahaan baru dari
perusahaan-perusahaan besar yang semen-mena dengan kelebihan yang ia miliki, selain
itu persaingan-persaingan barang-barang impor.
Tujuan kebijakan proteksi adalah:
 Memaksimalkan produksi dalam negri.
 Memperluas lapangan kerja. 
 Memelihara tradisional.
 Menghindari resiko yang mungkin timbul jika hanya menggantungkan diri pada satu
komoditi andalan.
 Menjaga stabilitas nasional, dan tidak menggantungkan diri pada negara lain.

Kebijakan proteksi meliputi hal-hal sebagai berikut:


1)      Tarif.
Tarif adalah pajak yang dikenakan terhadap barang-barang dagangan yang melintasi
daerah pabean ( cutom area ). Sementara itu, barang-barang yang masuk ke wilayah
negara dikenakan bea masuk.  Efek kebijakan ini terlihat langsung pada kenaikan harga
barang.  Dengan pengenaan bea masuk yang besar, mempunyai maksud memproteksi
industri dalam negri sehingga meningkatkan pendapatan negara dan juga membatasi
permintaan konsumen terhadap produk-produk impor dan mendorong konsumen
menggunakan produk domestik.

211
Macam-macam penentuan tarif, yaitu:
 Bea Ekspor (export duties) adalah pajak/bea yang dikenakan terhadap barang yang
diangkut menuju negara lain (di luar costum area).
 Bea Transito (transit duties) adalah pajak/bea yang dikenakan terhadap barang-barang
yang melalui batas wilayah suatu negara dengan tujuan akhir barang tersebut negara
lain.
 Bea Impor (import duties)  adalah pajak/bea yang dikenakan terhadap barang-barang
yang masuk dalam suatu negara (tom area).
2)      Kuota.
Kuota adalah kebijakan pemerintah untuk membatasi jumlah barang yang
diperdagangkan.  Ada tiga macam kuota, yaitu kuota impor, kuota produksi, dan kuota
ekspor. Kuota impor adalah pembatasan dalam jumlah barang yang diimpor, kuota
produksi adalah pembatasan dalam jumlah barang yang diproduksi, dan kuota
ekspor adalah pembatasan jumlah barang yang diekspor. 
Tujuan diberlakukannya kuota impor di antaranya:
o Mencegah barang-barang yang penting berada di luar negri.
o Menjamin tersedianya barang-barang di dalam negeri dalam proporsi yang cukup.
o Mengadakan pengawasan produksi serta pengendalian harga guna mencapai stabilitas
harga di dalam negeri.

3) Dumping.
Dumping adalah kebijakan pemerintah umtuk menjual barang di luar negeri dengan harga
yang lebih rendah dari dalam negeri atau bahkan di bawah biaya produksi.  Kebijakan
dumping dapat meningkatkan volume perdagangan dan menguntungkan negara
pengimpor, terutama menguntungkan konsumen mereka. Namun, negara pengimpor
kadang mempunyai industri yang sejenis sehingga persaingan dari luar negeri ini dapat
mendorong pemerintah negara pengimpor memberlakukan kebijakan anti dumping
(dengan tarif impor yang lebih tinggi), atau sering disebut counterveiling duties.  Hal ini
dilakukan untuk menetralisir dampak subsidi ekspor yang diberikan oleh negara
lain.  Predatory dumping dilakukan dengan tujuan untuk mematikan persaingan di luar
negeri.  Setelah persaingan di luar negeri mati maka harga di luar negeri akan dinaikkan
untuk menutup kerugian sewaktu melakukan predatory dumping.

212
Syarat yang harus dipenuhi dalam kebijakan dumping yaitu:
o Kekuatan monopoli di dalam negeri lebih besar daripada luar negeri, sehingga kurva
permintaan di dalam negeri lebih inelastis dibanding kurva permintaan di luar negeri.
o Terdapat hambatan yang cukup kuat sehingga konsumen dalam negeri tidak dapat
membeli barang dari luar negeri.
4)      Subsidi.
Subsidi adalah kebijakan pemerintah yang diberikan untuk menurunkan biaya produksi
barang domestik, sehingga diharapkan harga jual produk dapat lebih murah dan dapat
bersaing dengan barang impor.  Tujuan dari subsidi ekspor adalah untuk mendorong
jumlah ekspor, karena eksportir dapat menawarkan harga yang lebih rendah.  Namun
tindakan ini dianggap sebagai persaingan yang tidak jujur dan dapat menjurus ke arah
perang subsidi.
5)      Larangan Impor.
Larangan impor adalah kebijakan pemerintah dimaksudkan untuk melarang masuknya
produk-produk asing ke dalam pasar domestik. Dengan tujuan untuk melindungi produksi
dalam negri.
2.    Kebijakan Perdagangan Bebas.
Kebijakan perdagangan bebas adalah kebijakan pemerintah yang menghendaki
perdagangan internasional berlangsung tanpa adanya hambatan apapun.  Pihak-pihak yang
mendukung kebijakan ini beralasan bahwa perdagangan bebas akan memungkinkan setiap
negara berspesialisasi memproduksi barang dan menjadikannya keungglan komparatif.
3.    Kebijakan Autarki.
Kebijakan autarki adalah kebijakan perdagangan dengan tujuan untuk
menghindarkan diri dari pengaruh-pengaruh negara lain, baik pengaruh politik, ekonomi,
maupun militer, sehingga kebijakan ini bertentangan dengan prinsip perdagangan
internasional yang menganjurkan adanya perdagangan bebas.
Dampak Perdagangan Internasional
Dampak Perdagangan Internasional Bagi Perekonomian Indonesia
Setiap kegiatan memiliki dampak, tidak terkecuali pada perdagangan internasional.
Dampak yang tercipta bisa berupa dampak positif dan negatif. Berikut ini adalah dampak
positif dan negatif perdagangan internasional bagi perekonomian Indonesia.

Dampak Positif Perdagangan Internasional bagi Perekonomian Indonesia

213
Perdagangan internasional memiliki dampak positif bagi Indonesia sebagai berikut:
1. Terpenuhi kebutuhan akan berbagai macam barang dan jasa.
2. Penduduk di negara yang bersangkutan dapat memperoleh barang dan jasa dengan
mudah dan mu rah sebagai akibat dari adanya efisiensi dan spesialisasi.
3. Devisa negara meningkat.
4. Terbukanya kesempatan kerja.
5. Terciptanya persahabatan dan kerja sama antarnegara di berbagai bidang.
6. Terdorongnya kegiatan ekonomi dalam negeri.

Dampak Negatif Perdagangan Internasional bagi Perekonomian Indonesia


Selain memiliki dampak positif, perdagangan internasional juga memiliki dampak negatif.
Adapun dampak negatif yang ditimbulkan oleh perdagangan internasional antara lain
sebagai berikut:
1. Mundurnya industri dalam negeri jika masyarakat lebih menyukai produk-produk
yang diimpor dari luar negeri. Hal ini menyebabkan pemerintah di berbagai negara
melakukan kebijakan proteksi. Kebijakan proteksi yang dikeluarkan pemerintah dapat
berbentuk kuota, tarif, dan subsidi.
2. Munculnya ketergantungan terhadap negara-negara maju sebagai pemilik faktor-
faktor produksi. Dengan ada ketergantungan tersebut, negara-negara maju dapat
menetapkan kebijakan-kebijakan ekonomi yang merugikan negara berkembang
seperti Indonesia.

BAB 10

NILAI TUKAR & NERACA PEMBAYARAN

2.10 Hakekat transaksi valuta asing

Pasar valuta asing

214
Pasar valuta asing (foreign exchange market / forex) ataudisingkat valas
merupakan suatujenis perdagangan atau transaksi yangmemperdagangkan mata uang
suatu negara terhadap mata uang negara lainnya(pasangan mata uang/pair) yang
melibatkan pasar-pasar uang utama di duniaselama 24 jam secara berkesinambungan.

Pasar valuta asing adalah suatu pasar yang unik karena:

1) Volume perdagangannya.

2) Likuiditas pasar yang teramat besar.

3) Banyaknya serta variasi dari pedagang di pasar valuta asing.

4) Geografis penyebarannya.

5) Jangka waktu perdagangannya yang 24 jam sehari (kecuali akhir pekan).

6) Aneka ragam faktor yang memengaruhi nilai tukar mata uang.

Pusat perdagangan utama adalah di London, New York, Tokyo dan Singapura namun
bank-bankdiseluruh dunia menjadi pesertanya.

Proses transaksi

Di bursa valas (valuta asing) ini orang dapat membeli ataupun menjual mata
uangyang diperdagangkan. Secara obyektif adalah untuk mendapatkan profit
ataukeuntungan dari posisi transaksi yang anda lakukan. Di Bursa valas dikenal
istilahLot dan Pip. 1 Lot nilainya adalah $100.000 dan 1 pip nilainya adalah $10.

Sedangkan nilai dolar di bursa valas berbeda dengan nilai dolar yang kita kenal
dibank-bank.Nilai dolar di bursa valas sangat bervariasi, 6000/8000 dan10.000 rupiah

Pemain pasar valuta asing

Tidak seperti halnya pada bursa saham dimana para anggota bursa memilikiakses
yang sama terhadap harga saham, pasar valuta asing terbagi atasbeberapa tingkatan
akses. Pada akses tingkat tertinggi adalah pasar uang antarbank (PUAB) yang terdiri
dari perusahaan-perusahaan bank investasi besar. PadaPUAB, selisih antara harga
penawaran/harga jual (ask) dan hargapermintaan/harga beli (bid) adalah sangat tipis

215
sekali bahkan biasanya tidakada, dan harga ini hanya berlaku untuk kalangan mereka
sendiri yang tidakdiketahui oleh pemain valuta asing diluar kelompok mereka.

2.10.1 Penetapan nilai tukar

Faktor-faktor yang mempengaruhi kurs mata uang:

1) Perubahan suku bunga relatif suatu negara dengan negara lain.

2) Perubahan Tingkat pendapatan suatu negara secara relatih terhadap negaralain.

3) Perubahan pengendalian pemerintah.

4) Perubahan prediksi kurs masa yang akan datang.

Kurs valuta asing akan ditentukan oleh aliran (flow) dari penawaran dan
permintaanvaluta asing yang tercermin dalam perubahan pos-pos di neraca
pembayaraninternasional. Penawaran valuta asing berasal dari ekspor, investasi, utang
LN,hibah,dan kegiatan spekulasi. Permintaan valas untuk: impor, bayar utang LN,
bayarjasa asing, dan kegiatan spekulasi.

Dalam pendekatan neraca pembayaran internasional, kurs ditentukan oleh :

a) Kondisi neraca transaksi berjalan, yang dipengaruhi oleh selisih harga


domestikdengan harga LN dan selisih pendapatan nasional dg pendapatan LN.

b) Kondisi neraca modal yg dipengaruhi oleh selisih suku bunga domestik dg


sukubunga LN.

c) Variabel-variabel lain seperti kebijakan2

Persamaan:

ER = a(P-P*) + b (Y-Y*) - c(i-i*) + - dZ

Keterangan:

ER = Exchange rate (Kurs Valas)

216
P = Harga

Y = Pendapatan

Z = Variable lain misal kebijakan tanda * menunjukkan tanda untuk luar negeri

Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan nilai tukar:

A. Tingkat Inflasi Relatif.

B. Suku Bunga Relatif.

C. Tingkat Pertumbuhan Ekonomi Relatif. Risiko Ekonomi dan Politik..

2.10.2 Neraca pembayaran

Neraca Pembayaran adalah catatan statistik (ringkas) tentang transaksi ekonomi


internasional yang dilakukan oleh penduduk suatu negara (perekonomian) dengan
penduduk negara (perekonomian) lainnya.Neraca Pembayaran adalah laporan laba
rugi yang merupakan ringkasan arus keluar-masuk barang, jasa dan asset-aset dalam
suatu perekonomian selama kurun waktu (periode) tertentu. Sehingga Neraca
Pembayaran adalah suatu catatan aliran keuangan yang menunjukan nilai transaksi
perdagangan dan aliran dana yang dilakukan di antara suatu negara dengan negara
lain dalam suatu tahun tertentu.Bagian paling penting dari neraca pembayaran
adalah neraca berjalan dan neraca modal.Bagian lainnya yang memberikan
tambahan penjelasan tentang dinamika neraca berjalan dan neraca modal adalah
neraca penyeimbang dan selisih perhitunngan.

1. Neraca Berjalan
Neraca berjalan adalah bagian neraca pembayaran yang memberi gambaran
ringkas tentang transaksi barang dan jasa yang diproduksi selama periode
setahun atau kurang.Dapat juga dikatakan neraca berjalan adalah bagian dari
neraca pembayaran yang memberi gambaran ringkas tentang pembayran-
pembayran jangka pendek.

217
Neraca berjalan mencatat transaksi-transaksi berikut:
a. Nilai Ekspor Dan Impor Barang Tampak
Transaksi ini meliputi hasil-hasil sektor pertanian, barang-barang produksi
industri, dan barang-barang yang diproduksikan oleh sektor pertambangan dan
berbagai jenis ekspor dan impor barang tampak lainnya. Neraca (yaitu
perbedaan di antara ekspor dan impor) dari perdagangan tampak yaitu
perdagangan dalam barang-barang tampak, dinamakan neraca perdagangan.
Apabila nilai neraca itu positif, ia berarti bahwa ekspor barang-barang tampak
adalah melebihi impornya. Sebaliknya apabila ia negatif, maka ia berarti
bahwa impor melebihi ekspor.
b. Neraca Ekspor dan Impor Barang-Barang Tak Tampak
Transaksi ini meliputi pembayaran biaya pengangkutan dan asuransi dari
barang-barang tampak yang diekspor atau diimpor, perbelanjaan para
pelancong dan pendapatan investasi (yang meliputi keuntungan, bunga ke atas
modal yang diinvestasikan, dan dividen). Neraca perdagangan tak tampak
yaitu nilai bersih ekspor dan impor jasa-jasa, dinamakan neraca jasa. Nilai
neraca jasa suatu negara, yabg positif berarti negara tersebut lebih banyak
menjual jasa-jasanya keluar negeri dari membelinya dari negara-negara lain.
Dan apabila nilainya negatif (masalah ini juga dihadapi oleh neraca
pembayaran Indonesia), ia berarti bahwa negara itu lebih banyak membeli jasa
pihak-pihak luar dari menjual jasanya keluar negeri.
c. Pembayaran Pindahan
Ini meliputi pembayaran pindahan yang dilakukan oleh pihak pemerintah
maupun pihak swasta. Transaksi ini meliputi pembayaran dimana
penerimanya tidak perlu membayar dalam bentuk uang dan jasa.

2. Neraca Modal
Neraca modal adalah bagian dari neraca pembayaran yang mencatat
pembelian
3. Neraca Penyeimbang
Saldo neraca pembayaran adalah sama dengan nol. Maksudnya, hasil
penjumlahan antara surplus dan atau defisit neraca berjalan dengan surplus dan
atau defisit neraca modal adalah sama dengan nol. Seringkali terjadi bahwa
saldo neraca pembayaran adalh defisit ( < 0 ) atau surplus ( > 0 )

218
Saldo neraca pembayaran mempunyai konsekuensi terhadap nilai tukar mata
uang.Jika saldo neraca pembayaran defisit, maka permintaan terhadap mata
uang asing meningkat atau penawaran terhadap mata uang domestik
meningkat.Hal ini dapat menyebabkan melemahnya nilai tukar mata uang
domestik. Sebalilknya surplus neraca pembayaran akan memperkuat nilai tukar
domestik. Jika pemerintah ingin menjaga stabilitas nilai tukar, maka saldo
neraca pembayaran harus dibuat sama dengan nol.
Apa yang harus dilakukan pemerintah untuk membuat saldo neraca pembayaran
menjadi sama dengan nol dapat dilihat dalam neraca penyeimbang. Sehingga
dapat dikatakan bahwa neraca penyeimbang adalah bagian dari neraca
pembayaran yang menjelaskan bagaimana surplus atau defisit neraca
pembayaran dibiayai. Tercakup dalam bagian ini antara lain adalah arus keluar
masuk emas, pembelian dan atau penjualan mata uang domestik serta valuta
asing oleh pemerintah.

4. Selisih Perhitungan
Salah satu faktor lain yang menyebabkan saldo neraca pembayaran tidak sama
dengan ketidaklengkapan informasi dan atau adanya transaksi-transaksi yang
tidak tercatat. Dalam nerac pembayaran, transaksi-transaksi yang tidak tercatat
ini dimasukkan ke dalam bagian selisih perhitungan.Istilah dalam bahasa Inggris
yang juga digunakan untuk selisih perhitungan adalah error and omission.

Ukuran-ukuran Neraca Pembayaran

Neraca pembayaran dapat disusun dengan mengkombinasi pos-pos neraca


pembayaran berikut :

1. Basicbalance focus pada transaksi-transaksi yang dianggap penting bagi


kesehatan ekonomis valuta. Basic balance menyeimbangkan neraca berjalan
dan arus modal jangka panjang, namun tidak mengikutsertakan arus modal

219
jangka pendek, seperti deposito deposito bank yang sangat dipengaruhi oleh
faktor-faktor temporer; kebijakan moneter jangka pendek, perubahan-perubahan
dalam suku bungadanantisipasi-antisipasifluktuasi
valuta. Basicbalance menekankan trend jangka waktu yang lebih panjang pada
neraca pembayaran.
2. Net liquidity balance (neraca likuiditas neto) atau neraca keseluruhan
meliputi basic balance ditambah arus modal jangka pendek tidak likuid pihak
swasta dan error and omission. Neraca Keseluruhan mengukur perubahan
pinjaman pihak swasta domestik atau pinjaman pihak swasta domestik ke luar
negeri yang dibutuhkan untuk mempertahankan pembayaran dalam
posisi equilibrium tanpa menyesuaikan cadangan devisa. Arus modal swasta
jangka pendek tidak likuid dan error and omission tercatat dalam neraca,
sementara aset dan hutang likuid tidak dicatat (dikeluarkan).
3. Neraca transaksi cadangan devisa menunjukkan penyesuaian cadangan devisa
yang akan dibuat untuk mencapai equilibrium neraca. Karena neraca
pembayaran harus diseimbangkan, tiap perbedaan yang tidak dapat ditelusuri
atas transaksi-transaksi tertentu dicatat dalam statistical discrepancy (selisih
yang belum dapat diperhitungkan).

2.10.3 Nilai tukar tetap dan fleksibel

Nilai tukar merupakan sebuah kunci bagi suatu negara untuk bertransaksi dengan
dunia luar. Sistem pembayaran yang dilakukan baik di dalam negeri maupun luar
negeri mau tidak mau harus terikat dengan nilai tukar. Sistem nilai tukar sendiri
terdiri dari nilai tukar tetap dan fleksibel.

1. Pengertian Nilai Tukar Tetap dan Fleksibel

Nilai tukar tetap (Fixed Exchange Rate) merupakan sistem nilai tukar dimana
pemegang otoritas moneter tertinggi suatu negara (Central Bank) menetapkan nilai
tukar dalam negeri terhadap negara lain yang ditetapkan pada tingkat tertentu tanpa
melihat aktivitas penawaran dan permintaan di pasar uang. Jika dalam perjalanannya
penetapan nilai tukar tetap mengalami masalah, misalnya terjadi fluktuasi penawaran

220
maupun permintaan yang cukup tinggi maka pemerintah bisa mengendalikannya
dengan membeli atau menjual kurs mata uang yang berada dalam devisa negara untuk
menjaga agar nilai tukar stabil dan kembali ke nilai tukar tetap nya. Dalam nilai tukar
tetap ini, bank sentral melakukan intervensi aktif di pasar valuta asing dalam
penetapan nilai tukar. Sistem di mana nilai tukar mata uang domestik ditetapkan pada
tingkat tertentu terhadap nilai mata uang asing, yang dibiarkan tetap konstan dan
hanya berfluktuasi pada batasan yang lebih sempit. Jika nilai tukar berubah terlalu
tajam, maka pemerintah melakukan intervensi untuk mengendalikannya.

Nilai tukar mengambang atau fleksibel (Floating Exchange Rate) adalah nilai
tukar yang ditetapkan oleh mekanisme kekuatan permintaan dan penawaran pada
bursa valuta asing. Sitem di mana nilai tukar mata uang domestik diambangkan
terhadap nilai mata uang asing atau sesuai dengan pergerakan pasar dimana terjadinya
nilai tukar valuta berdasarkan pada permintaan dan penawaran mata uang asing.
Sistem nilai tukar mengambang secara murni atau clean float atau freely floating
system yaitu penentuan nilai tukar valuta asing di bursa valuta asing terjadi tanpa
campur tangan pemerintah. Nilai tukar yang ditentukan oleh pasar tanpa campur
tangan pemerintah. Sistem ini dikenal juga sebagai flexible exchange rate system,
karena dengan penentuan nilainya oleh kekuatan pasar, nilai tersebut naik atau turun,
tergantung dari besarnya aliran permintaan dan penawarannya setiap satuan waktu.
Nilai tukar mengambang atau fleksibel dapat dibagi menjadi:
a. Nilai Tukar Mengambang Terkendali (Managed Floating Exchange Rate)
Penetapan nilai tukar ini tidak sepenuhnya terjadi dari aktivitas pasar valuta. Nilai
tukarpenentuan nilai tukar valuta asing yang terjadi karena adanya campur tangan
pemerintah Dalam pasar ini masih ada campur tangan pemerintah melalui alat
ekonomi moneter, fiskal dan perdagangan luar negeri yang ada. Jadi dalam pasar
valuta ini tidak murni berasal dari penawaran dan permintaan uang. Sistem nilai
tukar yang ditentukan oleh mekanisme permintaan dan penawaran namun
pemerintah dapat juga mempengaruhi nilai tukar melalui intervensi pasar. Sistem
mengambang terkendali (Manage Floating Exchange Rate System) adalah dimana
bank-bank sentral tidak lagi mengumumkan secara terbuka nilai-nilai tukar yang
mereka sepakati, bahkan dengan resiko biaya tinggi. Bank-bank sentral dengan
demikian bebas menyesuaikan sasaran nilai tukar mereka pada saat lingkungan
berubah. Terkadang mereka membiarkan nilai tukar bebas bergerak, dan diwaktu

221
lain mereka melakukan campur tangan secara aktif untuk mengubah nilai tukar
dari nilai yang ditentukan oleh pasar terbuka.
b. Nilai Tukar Mengambang Bebas (Free Floating Rate)
Nilai tukar mengambang bebas merupakan suatu sistem ekonomi yang ditujukan
bagi suatu negara yang sistem perekonomiannya sudah mapan. Sistem nilai tukar
ini akan menyerahkan seluruhnya kepada pasar untuk mencapai kondisi
equilibrium yang sesuai dengan kondisi internal dan eksternal. Jadi dalam sistem
nilai tukar ini hampir tidak ada campur tangan pemerintah. 

2. Keunggulan dan Kelemahan Nilai Tukar Tetap dan Fleksibel


Keunggulan dan kelemahan nilai tukar tetap adalah sebagai berikut:
Keunggulan:
a. Kegiatan spekulasi di pasar uang semakin sempit.
b. Intervensi aktif pemerintah dalam mengatur nilai tukar sehingga tetap stabil.
c. Pemerintah memegang peranan penuh dalam pengawasan transaksi devisa.
d. Kepastian nilai tukar, sehingga perencanaan produksi sesuai dengan hasilnya.

Kelemahan:

a. Cadangan devisa harus besar, untuk menyerap kelebihan dan kekurangan di


pasar valas.
b. Kurang fleksibel terhadap perubahan global.
c. Penetapan kurs yang terlalu rendah atau terlalu tinggi akan mempengaruhi pasar
ekspor impor.

Keunggulan dan kelemahan nilai tukar mengambang terkendali adalah sebagai


berikut:

Keunggulan:
a. Mampu menjaga stabilitas moneter dengan lebih baik dan neraca pembayaran
suatu negara.
b. Adanya aktifitas MD (money demand)/MS (money supply) dalam pasar valuta
berdasarkan kurs indikasi akan mampu menstabilkan nilai tukar dengan lebih
baik sesuai dengan kondisi ekonomi yang terjadi.

222
c. Devisa yang diperlukan tidak sebesar pada nilai tukar tetap.
d. Mampu memadukan sistem tetap dan mengambang.
Kelemahan:
a. Devisa harus selalu tersedia dan siap diguankan sewaktu-waktu.
b. Persaingan yang ketat antara pemerintah dan spekualan dalam memprediksi dan
menetapkan kurs.
c. Tidak selamanya mampu mengatasi neraca pembayaran.
d. Selisih kurs yang terjadi dalam pasar valuta akan mengurangi devisa karena
memakai devisa untuk menutupi selisihnya.

Keunggulan dan kelemahan nilai tukar mengambang bebas adalah sebagai berikut:
Keunggulan:
a. Cadangan devisa lebih aman.
b. Persaingan pasar ekspor-impor sesuai dengan mekanisme pasar.
c. Kondisi ekonomi negara lain tidak akan berpengaruh besar terhadap kondisi
ekonomi dalam negeri.
d. Masalah neraca pembayaran dapat diminimalisir.
e. Tidak ada batasan valas.
f. Equilibrium pasar uang.
Kelemahan:
a. Praktik spekulasi semakin bebas.
b. Penerapan sistem ini terbatas pada negara yang sistem perekonomiannya
mapan, masih kurang tepat untuk negara berkembang.
c. Tidak adanya intervensi pemerintah untuk menjaga harga.

3. Penarapan Nilai Tukar Tetap dan Fleksibel di Indonesia


Nilai Tukar Tetap
Penerapannya di Indonesia
Sistem nilai tukar tetap pernah berlaku di Indonesia. Berdasarkan UU No.32 tahun
1964 ditetapkan bahwa nilai tukar Indonesia sebesar Rp. 250,-/US Dollar. Sedangkan
nilai tukar Indonesia terhadap negara lainnya ditetapkan berdasarkan nilai tukar dollar
terhadap negara tersebut sesuai dengan yang berlaku di pasar valuta asing Jakarta dan
internasional. Dalam periode penetapan kurs tetap tersebut, Indonesia juga
menetapakan peraturan sistim kontrol devisa yang ketat. Dalam sistem ini, tidak ada

223
pembatasan kepemilikan, penjualan, maupun pembelian valas namun para eksportir
wajib menjual devisanya kepada bak sentral. Sebagai dampak dari penetapan kurs
tetap tersebut maka Bank Indonesia harus mampu memenuhi kebutuhan pasar valas
bagi bank komersial maupun masyarakat.
Dalam perjalanannya, Indonesia juga sempat mendevaluasi kurs tetapnya sebagai
dampak dari overvaluated dan jika di biarkan akan mengancam aktivitas ekspor-
impor. Pada tanggal 17 April 1970 Indonesia merubah kurs tetapnya dari posisi
semula sebesar Rp. 250,-/US Dollar menjadi  Rp 378,-/US Dollar. Devaluasi yang
kedua dilaksanakan pada tanggal 23 Agustus 1971 menjadi Rp 415,-/US Dollar dan
yang ketiga pada tanggal 15 November 1978 dengan nilai tukar sebesar Rp 625,-/US
Dollar.

Nilai Tukar Mengambang Terkendali


Penerapannya di Indonesia 
Sistem nilai tukar mengambang terkendali di Indonesia ditetapkan bersamaan dengan
kebijakan devaluasi Rupiah pada tahun 1978 sebesar 33 %. Pada sistem ini nilai tukar
Rupiah diambangkan terhadap sekeranjang mata uang (basket currencies) negara-
negara mitra dagang utama Indonesia. Dengan sistem tersebut, Bank Indonesia
menetapkan kurs indikasi dan membiarkan kurs bergerak di pasar dengan spread
tertentu. Untuk menjaga kestabilan nilai tukar Rupiah, maka Bank Indonesia
melakukan intervensi bila kurs bergejolak melebihi batas atas atau batas bawah spread
(Teguh Triyono, 2005).
Pada saat sistem nilai tukar mengambang terkendali diterapkan di Indonesia, nilai
tukar Rupiah dari tahun ke tahunnya terus mengalami depresiasi terhadap US Dollar.
Nilai tukar Rupiah berubah-ubah antara Rp 644/US Dollar sampai Rp 2.383/US
Dollar. Dengan perkataan lain, nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar cenderung tidak
pasti.

Nilai Tukar Mengambang Bebas


Penerapannya di Indonesia
Indonesia mulai menerapkan sistem nilai tukar mengambang bebas pada periode 1997
hingga sekarang. Sejak pertengahan Juli 1997, Rupiah mengalami tekanan yang
mengakibatkan semakin melemahnya nilai Rupiah terhadap US Dollar. Tekanan
tersebut diakibatkan oleh adanya currency turmoil yang melanda Thailand dan

224
menyebar ke negara-negara ASEAN termasuk Indonesia. Untuk mengatasi tekanan
tersebut, Bank Indonesia melakukan intervensi baik melalui spot exchange rate (kurs
langsung) maupun forward exchange rate (kurs berjangka) dan untuk sementara dapat
menstabilkan nilai tukar Rupiah. Namun untuk selanjutnya tekanan terhadap
depresiasi Rupiah semakin meningkat.
Oleh karena itu dalam rangka mengamankan cadangan devisa yang terus berkurang,
pada tanggal 14 Agustus 1997, Bank Indonesia memutuskan untuk menghapus
rentang intervensi sehingga nilai tukar Rupiah dibiarkan mengikuti mekanisme pasar.

2.10.4 CARA MENGHITUNG NILAI TUKAR BERDASAR INFORMASI


REAL TIME
Tahap 1: Mencari harga emas per gramnya di masing-masing Negara (Indonesia dan
Amerika Serikat). Berdasarkan informasi yang telah disebutkan maka dapat
dihitung harga emas per gramnya di masing-masing Negara (Indonesia /
IDR dan Amerika Serikat / US$)
a. Harga emas di Indonesia per gramnya adalah
Rp 456000000
𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎𝑒𝑚𝑎𝑠𝑝𝑒𝑟𝑔𝑟𝑎𝑚 = = Rp 456000
1000
b. Harga emas di Amerika Serikat pergramnya adalah
1283
𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎𝑒𝑚𝑎𝑠𝑝𝑒𝑟𝑔𝑟𝑎𝑚 = = US$ 41.25
31.103
Tahap 2: Menghitung kurs atau nilai tukar Rp terhadap US$ dengan menggunakan
formula yang di kenal dengan The Law of one price adalah sebagai berikut:

Harga emas per gram di Indonesia


𝑈𝑆$ 1= x Rp 1
Harga emas per gramdi Amerika Serikat
456000
𝑈𝑆$ 1= x Rp 1 = Rp 11,054.
41.25
Tahap 3: Mengukur dengan membandingkan nilai hasil perhitungan dengan Nilai
Tukar pada saat ini (Spot Exchange Rate). Dengan memanfaatkan data on-
line di internet di KLIKBCA (http://www.klikbca.com/ ) Kurs Rp terhadap
US$ adalah Kurs Jual US$1 = Rp 10,150 dan Kurs Beli US$1 = Rp 9,850.
Hasil perbandingan antara kurs spot dengan hasil perhitungan formula The
Law of one price, Kurs US$ terhadap Rp di kurs spot diketahui lebih rendah
dibanding dengan hasil perhitungan formula The Law of one price. Ini

225
bertari kurs US$ melemah atau mengalami depresiasi dan sebaliknya nilai
kurs Rp menguat atau Rp mengalami apresiasi.
Tahap 4: Interpretasi dari analisa diatas, membuktikan bahwa untuk menentukan nilai
tukar menggunakan pendekatan The Law of one price yaitu
membandingkan harga suatu barang di dua Negara yang dipakai untuk
menentukan nilai tukar riil dari mata uang kedua Negara (Indonesia /IDR
dan Amerika Serikat / US$).
Hasil perhitungan menyebutkan bahwa Kurs US$ terhadap Rp di kurs spot
diketahui lebih rendah dibandingkan dengan hasil perhitungan formula The
Law of one price. Ini berarti kurs US$ melemah atau mengalami depresiasi
dan sebaliknya nilai kurs Rp menguat atau Rp mengalami apresiasi.

BAB 11
INDIKATOR-INDIKATOR MAKRO EKONOMI

226
Indikator Makro Ekonomi merupakan suatu analisis perkembangan ekonomi yang
dapat digunakan untuk memprediksi perkembangan ekonomi di masa depan.

Terdapat dua fungsi utama dari indikator makro ekonomi:

A. Memprediksi perkembangan ekonomi di masa datang.

B. Menganalisis perkembangan ekonomi sampai saat kini.

Beberapa jenis Indikator Ekonomi yang dapat digunakan untuk menganalisis


perkembangan ekonomi dan memprediksi perkembangan ekonomi di masa datang
antara lain :

2.11Perubahan struktural

Teori perubahan struktur ekonomi menitikberatkan pada mekanisme transformasi


yang dialami oleh negara-negara sedang berkembang yang semula bersifat subsistem
dan menitikberatkan pada sektor tradisional menuju ke struktur lebih modern yang
didominasi oleh sektor-sektor non primer, khususnya industri jasa.

Perubahan structural antara lain :

1) Produktivitas tenaga kerja per sektor secara keseluruhan.

2) Adanya modernisasi dalam proses peningkatan nilai tambah dari bahan baku,
barang setengah jadi dan barang jadi.

3) Kreativitas dan penerapan teknologi yang disertai kemampuan untuk memperluas


pasar produk/jasa yang dihasilkannya.

4) Kebijakan pemerintah yang mendorong pertumbuhan dan pengembangan sector


dan komoditi unggulan

5) Ketersediaan infrastruktur yang menentukan kelancaran aliran distribusi barang


dan jasa serta mendukung proses produksi.

6) Kegairahan masyarakat untuk berwirausaha dan melakukan investasi secara terus-


menerus

7) Adanya pusat-pusat pertumbuhan baru yang muncul dalam wilayah daerah

227
8) Terbukanya perdagangan luar daerah dan luar negeri melalui ekspor-impor

Perubahan struktur ekonomi yang demikian coraknya disebabkan oleh beberapa


faktor, yaitu:

1. Sifat manusia dalam kegiatan konsumsi

Hukum Engels mengatakan bahwa makin tinggi pendapatan masyarakat, maka


akan makin sedikit proporsi pendapatan yang digunakan untuk membeli bahan
pertanian, sedangkan proporsi pendapatan yang digunakan untuk membeli produksi
barang-barang industri menjadi bertambah besar.

2. Perubahan teknologi

Kemajuan teknologi akan mempertinggi produktivitas kegiatan-kegiatan ekonomi


yang akan memperluas pasar serta kegiatan perdagangan. Kemajuan teknologi juga
menyebabkan perubahan dalam struktur produksi nasional yang bersifat inducive,
yaitu kemajuan tersebut menciptakan barang-barang baru yang menambah pilihan
barang-barang yang dapat dikonsumsi masyarakat.

3. Faktor-faktor dari sisi permintaan agregat (AD)

Faktor yang paling dominan adalah perubahan permintaan domestik, sebagai


akibat dari kombinasi antara peningkatan pendapatan riil per kapita dan perubahan
selera masyarakat (konsumen). Perubahan permintaan bukan hanya pada peningkatan
jumlah (konsumsi), tapi juga perubahan komposisi barang-barang yang dikonsumsi.

4. Faktor-faktor dari sisi penawaran agregat  (AS)

Faktor-faktor ini adalah pergeseran keunggulan komparatif terjadi penurunan


kontribusi output industri manufaktur proses transformasi struktural akan berjalan
lambat bahkan adakalanya mengalami kemunduran. Artinya Chenery (1992) dalam
kaitan ini mengemukakan bahawa  pada pembentukan PDB, jika keunggulan
komparatif tidak berjalan sesuai dengan arah pergeseran pola permintaan domestik ke
arah output industri manufaktur dan pola perubahan dalam komposisi ekspor. Terjadi
di Indonesia dan Venezuela dan negara penghasil mineral lainnya.

228
5. Intervensi pemerintah di dalam kegiatan ekonomi dalam negeri

Dari  sisi   AD

Kebijakan yang berpengaruh langsung   akibatnya akan mengurangi permintaan


terhadap barang tersebut dan tergantung pada elastisitas harga terhadap
permintaan.misalnya pajak penjualan yang menjadikan harga jual barang yang
bersangkutan mengalami peningkatan (mahal)

Kebijakan tidak langsung misalnya pengurangan pajak pendapatan.  Secara teoritis,


dengan asumsi bahwa faktor-faktor berpengaruh lainnya  dapat meningkatkan
permintaan masyarakat (konsumsi)tetap tidak berubah,   terhadap produk-produk
dari sektor-sektor tertentu, seperti manufaktur dan jasa.

6. Sumber Internal (domestik) dan Sumber Eksternal (dunia)

Sumber internal meliputi faktor-faktor dari sisi AD dan sisi AS serta kebijakan
pemerintah seperti tersebut. Sumber eksternal adalah perubahan teknologi dan
struktur perdagangan global sebagai akibat peningkatan pendapatan dunia  dan
peraturan-peraturan mengenai  perdagangan internasional. Misal: perubahan struktur
ekspor indonesia selama masa Orde Baru dari komoditas primer ke ekspor
manufaktur.

2.11.1 Pertumbuhan ekonomi

Menurut Sadono Sukirno (1996: 33),pertumbuhan dan pembangunan ekonomi


memiliki definisi yang berbeda, yaitu:

1) Pertumbuhan ekonomi ialah proses kenaikan output perkapita yang terus menerus
dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi tersebut merupakan salah satu indicator
keberhasilan pembangunan.Dengan demikian makin tingginya pertumbuhan ekonomi
biasanya makin tinggi pula kesejahteraan masyarakat, meskipun terdapat indikator
yang lain yaitu distribusi pendapatan.

2) Pembangunan ekonomi ialah usaha meningkatkan pendapatan perkapita dengan


jalan mengolah kekuatan ekonomi potensial menjadi ekonomi riil melalui penanaman
modal, penggunaan teknologi, penambahan pengetahuan, peningkatan ketrampilan,
penambahan kemampuan berorganisasi dan manajemen.Perekonomian dianggap

229
mengalami pertumbuhan bila seluruh balas jasa riil terhadap penggunaan factor
produksi pada tahun tertentu lebih besar daripada tahun sebelumnya (Hera
Susanti,1995, hal : 23).

Pertumbuhan ekonomi (Economic Growth) adalah perkembangan kegiatan dalam


perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam
masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. Masalah
pertumbuhan ekonomi dapat dipandang sebagai masalah makro ekonomi dalam
jangka panjang. Perkembangan kemampuan memproduksi barang dan jasa sebagai
akibat pertambahan faktor-faktor produksi pada umumnya tidak selalu diikuti oleh
pertambahan produksi barang dan jasa yang sama besarnya. Pertambahan potensi
memproduksi seringkali lebih besar dari pertambahan produksi yang sebenarnya.
Dengan demikian perkembangan ekonomi adalah lebih lambat dari potensinya.
(Sadono Sukirno, 1994;10).

Faktor-Faktor Pertumbuhan Ekonomi

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi adalah:

1. Faktor Sumber Daya Manusia

Sama halnya dengan proses pembangunan, pertumbuhan ekonomi juga


dipengaruhi oleh SDM. Sumber daya manusia merupakan faktor terpenting dalam
proses pembangunan, cepat lambatnya proses pembangunan tergantung kepada
sejauhmana sumber daya manusianya selaku subjek pembangunan memiliki
kompetensi yang memadai untuk melaksanakan proses pembangunan.

2. Faktor Sumber Daya Alam

Sebagian besar negara berkembang bertumpu kepada sumber daya alam dalam
melaksanakan proses pembangunannya. Namun demikian, sumber daya alam saja
tidak menjamin keberhasilan proses pembanguan ekonomi, apabila tidak didukung
oleh kemampaun sumber daya manusianya dalam mengelola sumber daya alam yang
tersedia. Sumber daya alam yang dimaksud dinataranya kesuburan tanah, kekayaan
mineral, tambang, kekayaan hasil hutan dan kekayaan laut.

230
3. Faktor Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat


mendorong adanya percepatan proses pembangunan, pergantian pola kerja yang
semula menggunakan tangan manusia digantikan oleh mesin-mesin canggih
berdampak kepada aspek efisiensi, kualitas dan kuantitas serangkaian aktivitas
pembangunan ekonomi yang dilakukan dan pada akhirnya berakibat pada percepatan
laju pertumbuhan perekonomian.

4. Faktor Budaya

Faktor budaya memberikan dampak tersendiri terhadap pembangunan


ekonomi yang dilakukan, faktor ini dapat berfungsi sebagai pembangkit atau
pendorong proses pembangunan tetapi dapat juga menjadi penghambat pembangunan.
Budaya yang dapat mendorong pembangunan diantaranya sikap kerja keras dan kerja
cerdas, jujur, ulet dan sebagainya. Adapun budaya yang dapat menghambat proses
pembangunan diantaranya sikap anarkis, egois, boros, KKN, dan sebagainya.

5. Sumber Daya Modal

Sumber daya modal dibutuhkan manusia untuk mengolah SDA dan


meningkatkan kualitas IPTEK. Sumber daya modal berupa barang-barang modal
sangat penting bagi perkembangan dan kelancaran pembangunan ekonomi karena
barang-barang modal juga dapat meningkatkan produktivitas.

6. Sistem Sosial Dan Sikap Masyarakat

Sistem sosial dan sikap masyarakat terhadap perubahan akan sangat


berpengaruh terhadap pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Penduduk yang
terdidik dan modern bersikap sangat mendukung terlaksananya pembangunan karena
memiliki sifat lebih bersikap positif dalam pembangunan. Sebaliknya, masyarakat
tradisional dan tidak terdidik bersikap apatis ( masa bodoh) terhadap pembangunan.
Masyrakat tradisional cenderung tidak menyukai perubahan-perubahan dan sukar
memanfaatkan teknologi sehingga menghambat pembangunan.

Sumber Kenaikan Pertumbuhan Ekonomi

231
Pertumbuhan ekonomi umumnya didefinisikan sebagai kenaikan GDPriil per
kapita. Produk Domestik Bruto (Gross Domestic Product, GDP) adalah nilai pasar
keluaran total sebuah negara, yang merupakan nilai pasar semua barang jadi dan jasa
akhir yang diproduksi selama periode waktu tertentu oleh faktor-faktor produksi yang
berlokasi di dalam sebuah negara.

Indikator yang digunakan untuk menghitung tingkat Pertumbuhan Ekonomi


* Tingkat Pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto)
* Tingkat Pertumbuhan PNB (Produk Nasional Bruto)
Dalam praktek angka, PNB kurang lazim dipakai, yang lebih populer dipakai adalah
PDB, karena angka PDB hanya melihat batas wilayah,terbatas pada negara yang
bersangkutan.
Kenaikan GDP dapat muncul melalui:

a. Kenaikan penawaran tenaga kerja

Penawaran tenaga kerja yang meningkat dapat menghasilkan keluaran yang


lebih banyak. Jika stok modal tetap sementara tenaga kerja naik, tenaga kerja baru
cenderung akan kurang produktif dibandingkan tenaga kerja lama.

b. Kenaikan modal fisik atau sumber daya manusia.

Kenaikan stok modal dapat juga menaikkan keluaran, bahkan jika tidak
disertai oleh kenaikan angkatan kerja. Modal fisik menaikkan baik produktivitas
tenaga kerja maupun menyediakan secara langsung jasa yang bernilai. Investasi dalam
modal sumber daya manusia merupakan sumber lain dari pertumbuhan ekonomi.

c. Kenaikan produktivitas
Kenaikan produktivitas masukan menunjukkan setiap unit masukan tertentu
memproduksi lebih banyak keluaran. Produktivitas masukan dapat dipengaruhi oleh
faktor-faktor termasuk perubahan teknologi, kemajuan pengetahuan lain, dan
ekonomisnya skala produksi. (Case dan Fair, 1999;326)

Manfaat Pertumbuhan Ekonomi


Manfaat Pertumbuhan Ekonomi antara lain sebagai berikut:

232
1. Laju pertumbuhannya untuk mengukur kemajuan ekonomi sebagai hasil
pembangunan nasional Pendapatan perkapitanya dipergunakan untuk mengukur
tingkat kemakmuran penduduk, sebab semakin meningkat pendapatan perkapita
dengan kerja konstan semakin tinggi tingkat kemakmuran penduduk dan juga
produktivitasnya.
2. Sebagai dasar pembuatan proyeksi atau perkiraan penerimaan negara untuk
perencanaan pembangunan nasional atau sektoral dan regional. Sebagai dasar
penentuan prioritas pemberian bantuan luar negari oleh Bank Dunia atau lembaga
internasional lainnya.
3. Sebagai dasar pembuatan prakiraan bisnis, khususnya persamaan penjualan bagi
perusahaan untuk dasar penyusunan perencanaan produk dan perkembangan sumbur
daya (tenaga kerja dan modal).

2.11.2 Negara-negara berkembang dan sektor pertumbuhannya

Ada beberapa sumber strategis dan dominan yang menentukan pertumbuhan


ekonomi tergantung bagaimana mengklasifikasikannya.Salah satu
mengklasifikasikanya menjadi:

1) Faktor-faktor fisik adalah Faktor pertumbuhan berupa faktor-faktor fisik


sumber sumber daya alami, kwantitas dan kwalitas sumber daya manusia, jumlah
barangbarang kapital dan teknologi. Keempat faktor ini disebut faktor-faktor
penawarandalam pertumbuhan ekonomi.

2) Faktor-faktor manajemen adalah Menggunakan semua sumber daya dan


capital serta teknologi yang ada saja tidaklah cukup. Sumber-sumber tersebut haruslah
digunakan sedemikian rupa sehingga dapat diproduksi jumlah output maksimum
dengan menggunakan sumber daya tersebut (Faried Wijaya, 1990 : 264)

a.       Ciri-ciri negara sedang berkembang

1.       Tingkat pendapatan rendah,sekitar US$300 perkapita per tahun.

2.       Jumlah penduduknya banyak dan padat perkilo meter perseginya.

3.       Tingkat pendidikan rakyatnya rendah dengan tingkat buta aksara tinggi.

233
4.       Sebagian rakyatnya bekerja disektor pertanian pangan secara tak
produktif,sementara hanya sebagian kecil rakyatnya bekerja disektor
industri.Produktifitas kerjanya rendah.

5.       Kuantitas sumber-sumber alamnya sedikit serta kualitasnya rendah.Kalau


mempunyai sumber-sumber alam yang memadai namun belum diolah atau
belum dimanfaatkan.

6.       Mesin-mesin produksi serta barang-barang kapital yang dimiliki dan digunakan


hanya kecil atau sedikit jumlahnya.

7.       Sebagian besar dari mereka merupakan negara-negara baru diproklamasikan


kemerdekaannya dari penjajahan kira-kira satu atau dua dekade.

b.       Transisi kependudukan

Yang mencerminkan kenaikan taraf hidup rakyat di suatu negara adalah


besarnya tabungan dan akumulasi kapital dan laju pertumbuhan penduduknya. Laju
pertumbuhan yang sangat cepat di banyak negara sedang berkembang nampaknya
disebabkan oleh fase atau tahap transisi demografi yang dialaminya. Negara-negara
sedang berkembang mengalami fase transisi demografi di mana angka kelahiran
masih tinggi sementara angka kematian telah menurun. Kedua hal ini disebabkan
karena kemajuan pelayanan kesehatan yang menurun angka kematian balita dan
angka tahun harapan hidup. Ini terjadi pada fase kedua dan ketiga dalam proses
kependudukan. Umumnya ada empat tahap dalam proses transisi, yaitu:

1.       Tahap masyarakat pra-industri, di mana angka kelahiran tinggi dan angka


kematian tinggi menghasilkan laju pertambahan penduduk rendah;

2.       Tahap pembangunan awal, di mana kemajuan dan pelayanan kesehatan


yang lebih baik menghasilkan penurunan angka kelahiran tak
terpengaruh karena jumlah penduduk naik.

3.       Tahap pembangunan lanjut, di mana terjadi penurunan angka kematian


balita, urbanisasi, dan kemajuan pendidikan mendorong banyak
pasangan muda berumah tangga menginginkan jumlah anak lebih sedikit
hingga menurunkan angka kelahiran. Pada tahap ini laju pertambahan
penduduk mungkin masih tinggi tetapi sudah mulai menurun;

234
4.       Tahap Kemantapan dan stabil, di mana pasangan-pasangan berumah
tangga melaksanakan pembatasan kelahiran dan mereka cenderung
bekerja di luar rumah. Banyaknya anak cenderung hanya 2 atau 3 saja
hingga angka pertambahan neto penduduk sangat rendah atau bahkan
mendekati nol.

c.Faktor penggerak pertumbuhan ekonomi dalam menanggulangi kemiskinan

Dua hal esensial harus dilakukan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi


adalah, pertama sumber-sumber yang harus digunakan secara lebih efisien. Ini berarti
tak boleh ada sumber-sumber menganggur dan alokasi penggunaannya kurang
efisien.Yang kedua, penawaran atau jumlah sumber-sumber atau elemen-elemen
pertumbuhan tersebut haruslah diusahakan pertambahannya.Elemen-elemen yang
memacu pertumbuhan ekonomi tersebut adalah sebagai berikut.

1.       Sumber-sumber Alam Elemen ini meliputi luasnya tanah, sumber mineral dan
tambang, iklim, dan lain-lain. Beberapa negara sedang berkembang sangat
miskin akan sumber-sumber alam, sedikitnya sumber-sumber alam yang
dimiliki meruoakan kendala cukup serius. Dibandingkan dengan sedikitnya
kuantitas serta rendahnya persediaan kapital dan sumber tenaga manusia maka
kendala sumber alam lebih serius.

2.       Sumber-sumber Tenaga Kerja Masalah di bidang sumber daya manusia yang


dihadapi oleh negara-negara sedang berkambang pada umumnya adalah terlalu
banyaknya jumlah penduduk, pendayagunaannya rendah, dan kualitas sumber-
sumber daya tenaga kerja sangat rendah.

3.       Kualitas Tenaga Kerja yang Rendah Negara-negara sedang berkembang tak


mampu mengadakan investasi yang memadai untuk menaikkan kualitas
sumber daya manusia berupa pengeluaran untuk memelihara kesehatan
masyarakat serta untuk pendidikan dan latihan kerja.

4.       Akumulasi Kapital . Untuk mengadakan akumulasi kapital diperlukan


pengorbanan atau penyisihan konsumsi sekarang selama beberapa decade. Di
negara sedang berkembang, tingkat pendapatan rendah pada tingkat batas hidup
mengakibatkan usaha menyisihkan tabungan sukar dilakukan. Akumulasi
kapital tidak hanya berupa truk, pabrik baja, plastik dan sebagainya; tetapi juga

235
meliputi proyek-proyek infrastruktur yang merupakan prasyarat bagi
industrialisasi dan pengembangan serta pemasaran produk-produk sektor
pertanian. Akumulasi kapital sering kali dipandang sebagai elemen terpenting
dalam pertumbuhan ekonomi. Usaha-usaha untuk mendorong laju pertumbuhan
ekonomi dilakukan dengan memusatkan pada akumulasi kapital. Hal ini
karena, pertama, hampir semua negara-negara berkembang mengalami
kelangkaan barang-barang kapital berupa mesi-mesin dan peralatan produksi,
bangunan pabrik, fasilitas umum dan lain-lain. Kedua, penambahan dan
perbaikan kualitas barang-barang modal sangat penting karena keterbatasan
tersedianya tanah yang bisa ditanami.

d.       Peranan penting pemerintah dalam pertumbuhan ekonomi

1.       Beberapa negara sedang berkembang mengalami ketidak stabilan sosial,


politik, dan ekonomi. Ini merupakan sumber yang menghalangi
pertumbuhan ekonomi. Adanya pemerintah yang kuat dan berwibawa
menjamin terciptanya keamanan dan ketertiban hukum serta persatuan
dan perdamaian di dalam negeri.

2.       Ketidakmampuan atau kelemahan setor swasta melaksanakan fungsi


entreprenurial yang bersedia dan mampu mengadakan akumulasi kapital
dan mengambil inisiatif mengadakan investasi yang diperlukan untuk
memonitori proses pertumbuhan.

3.       Pertumbuhan ekonomi merupakan hasil akumulasi kapital dan investasi


yang dilakukan terutama oleh sektor swasta yang dapat menaikkan
produktivitas perekonomian.

4.       Rendahnya tabungan-investasi masyarakat (sekor swasta) merupakan


pusat atau faktor penyebab timbulnya dilema kemiskinan yang
menghambat pertumbuhan ekonomi. Seperti telah diketahui hal ini
karena rendahnya tingkat pendapatan dan karena adanya efek
demonstrasi meniru tingkat konsumsi di negara-negara maju olah
kelompok kaya yang sesungguhnya bias menabung.

236
5.       Hambatan sosial utama dalam menaikkan taraf hidup masyarakat adalah
jumlah penduduk yang sangat besar dan laju pertumbuhannya yang
sangat cepat.

6.       Pemerintah dapat menciptakan semangat atau spirit untuk mendorong


pencapaian pertumbuhan ekonomi yang cepat dan tidak hanya
memerlukan pengembangan faktor penawaran saja, yang menaikkan
kapasitas produksi masyarakat, yaitu sumber-sumber alam dan manusia,
kapital, dan teknologi;tetapi juga faktor permintaan luar negeri. Tanpa
kenaikkan potensi produksi tidak dapat direalisasikan.

e.       .Strategi pertumbuhan ekonomi

1.       Industrialisasi Versus Pembangunan Pertanian.

Pembangunan pertanian bersifat menggunakan teknologi padat tenaga


kerja dan secara relatif menggunakan sedikit kapital; meskipun dalam
investasi pada pembuatan jalan, saluran dan fasilitas pengairan, dan
pengembangan teknologinya. Kenaikan produktivitas sektor pertanian
memungkinkan perekonomian dengan menggunakan tenaga kerja lebih
sedikit menghasilkan kuantitas output bahan makanan yang sama.
Dengan demikian sebagian dari tenaga kerja dapat dipindahkan ke
sektor industri tanpa menurunkan output sector pertanian. Di samping
itu pembangunan atau kenaikkan produktivitas dan output total sektor
pertanian akan menaikan pendapatan di sektor tersebut.

2.       Strategi Impor Versus Promosi Ekspor Stategi industrialisasi via


substitusi impor pada dasarnya dilakukan dengan membangun industri
yang menghasilkan barang-barang yang semula diimpor. Alternatif
kebijakan lain adalah strategi industrialisasi via promosi ekspor.
Kebijakan ini menekankan pada industrialisasi pada sektor-sektor atau
kegiatan produksi da dalam negeri yang mempunyai keunggulan
komparatif hingga dapat memproduksinya dengan biaya rendah dan
bersaing dengan menjualnya di pasar internasional. Strategi ini secara
relatif lebih sukar dilaksanakan karena menuntut kerja keras agar bisa
bersaing di pasar internasional. Perlunya Disertivikasi Usaha

237
mengadakan disertivikasi bagi negara-negara pengekspor utama minyak
dan gas bumi merupakan upaya mempertahankan atau menstabilkan
penerimaan devisanya.

2.11.3 Hubungan investasi dengan pendapatan domestik bruto

Dalam ekonomi dijelaskan  bahwa investasi merupakan pembelian modal atau


barang-barang yang tidak dikonsumsi, namun digunakan untuk kegiatan produksi
sehingga menghasilkan barang atau jasa di masa yang akan datang.

Pembentukan investasi dilakukan jika masyarakat tidak menggunakan semua


pendapatannya untuk dikonsumsi , melainkan ada sebagian yang ditabungkan.
Tabungan ini diperlukan untuk pembentukan investasi.

Seandainya investasi pembangunan pabrik , jalan , jembatan, atau investasi


pendidikan di sekolah dan universitas. Investasi yang dikeluarkan secara langsung
dapat mengurangi pengangguran dan meningkatkan pendapatan masyarakat yang
akhirnya akan memperbesar pengeluaran masyarakat.

Investasi dalam peralatan modal atau pembentukan modal tidak dapat meningkatkan
faktor produksi atau pertumbuhan ekonomi, namun dapat memberikan kesempatan
kerja bagi masyarakat. Dalam hal ini, jumlah pengangguran tentunya akan turun.

Suatu Negara akan berkembang secara dinamis jika investasi yang dikeluarkan jauh
lebih besar dari pada nilai penyusutan faktor produksinya. Negara yang memiliki
investasi yang lebih kecil dari pada penyusutan faktor produksinya akan cenderung
mengalami perekonomian yang stagnasi.

Dalam ekonomi makro, investasi merupakan salah satu komponen dari pendapatan
nasional, Produk Domestic Bruto (GDP).Sehingga pengaruh investasi terhadap
perekonomian suatu Negara dapat ditinjau dari pendapatan nasional tersebut.

GDP yang dihitung berdasarkan pengeluaran terdiri dari empat komponen utama yaitu

Y= C + I + G +(X-M)

Y=GDP

238
Dari persamaannya dapat diketajui bahwa investasi berkorelasi positif dengan GDP.
Secara umum dapat dikatakan, jika investasi naik, maka GDP cenderung naik. Atau
sebaliknya, jika investasi turun,maka GDP cenderung turun.

Investasi dipengaruhi oleh tingkat pengembalian modal dan tingkat bunga.Para


pemilik modal akan berinvestasi jika tingkat pengembalian modal lebih besar
daripada tingkat bunga.Tingkat bunga yang tinggi menyebabakan investasi tidak
menguntungkan. Saat tingkat bunga tinggi, sebagian modal untuk mencari
keuntungan dari tingkat bunga melalui deposito. Tingkat bunga tinggi pada akhir
mengurangi jumlah modal yang diinvestasikan. Jika pengeluaran inestasi berkurang,
GDP cenderung menurun.

2.11.4 Inflasi

Inflasi adalah suatu gejala-gejala kenaikan harga barang-barang yang sifatnya itu
umum dan terus-menerus. Dapat disebut inflasi jika ada tiga faktor yaitu :

1. Kenaikan harga

2. Bersifat umum

3. Berlansung terus-menerus

· Kenaikan harga

Harga barang dapat di katakana naik jika harganya menjadi tinggi dari harga
sebelumnya. Contohnya harga BBM yaitu Rp35,00/ltr pada mingu lalu, sedangkan
pada minggu ini harga BBM menjadi Rp45,00/ltr lebih mahal dari minggu kemarin.

· Sifatnya umum

Kenaik harga suatu barang tidak dapat di katakana inflasi jika naiknya barang
tersebut tidak menyebabkan harga-harga secara umum . Contohnya : jika harga BBM
naik maka ongkos angkutan umum,bahan-bahan pokok menjadi naik ini baru bias
disebut inflasi.

· Berlanasung terus-menerus

239
Naiknya harga suatu barang tidak dapat di katakana inflasi jika naiknya barang
tersebut terjadinya hanya sesaat, inflasi itu dilakukan dalam rentang minimal bulanan.

Ada beberapa faktor maslah sosial yang muncul dari inflasi yaitu :
          1. Menurunya tingkat kesejahtraan rakyat
          2. Memburuknya distribusi pendapatan
          3. Terganggunya stabilitas ekonomi.

JENIS JENIS INFLASI

Inflasi dapat digolongkan menjadi empat golongan, yaitu inflasi ringan, sedang, berat,
dan hiperinflasi. Inflasi ringan terjadi apabila kenaikan harga berada di bawah angka
10% setahun; inflasi sedang antara 10%—30% setahun; berat antara 30%—100%
setahun; dan hiperinflasi atau inflasi tak terkendali terjadi apabila kenaikan harga
berada di atas 100%. Menurut tingkat keparahan atau laju inflasi, meliputi:

1) Inflasi Ringan (Creeping Inflation)


Inflasi yang tingkatannya masih di bawah 10% setahun

2) Inflasi Sedang
Inflasi yang tingkatannya berada diantara 10% - 30% setahun

3) Inflasi Berat
Inflasi yang tingkatannya berada diantara 30% - 100% setahun

4) Hiper Inflasi
Inflasi yang tingkat keparahannya berada di atas 100% setahun. Hal ini pernah
dialami Indonesia pada masa orde lama.

Ada pun Jenis-jenis inflasi, berdasarkan kepada sumber atau penyebab kenaikan


harga-harga yang berlaku, inflasi biasanya dibedakan kepada tiga bentuk berikut :

Inflasi tarikan Permintaan, inflasi ini biasanya terjadi pada masa


perekonomian berkembang dengan pesat. Kesempatan kerja yang tinggi menciptakan
tingkat pendapatan yang tinggi dan selanjutnya menimbulkan pengeluaran yang
melebihi kemampuan ekonomi mengeluarkan barang dan jasa.

Inflasi Desakan Biaya, inflasi ini berlaku dalam masa perekonomian


berkembang dengan pesat ketika tingkat pengangguran sangat rendah. Apabila

240
perusahaan menghadapi permintaan yang bertambah, mereka akan berusaha menaikan
produksi dengan cara memberikan gaji dan upah yang lebih tinggi kepada pekerjanya
dan mencari pekerja baru dengan tawaran yang lebih tinggi ini. Langkah ini
mengakibatkan biaya produksi yang meningkat, yang akhirnya akan menyebabkan
kenaikan harga-harga berbagai barang (inflasi).

Inflasi Diimpor, inflasi dapat juga bersumber dari kenaikan harga barang-
barang yang diimpor. Inflasi ini akan wujud apabila barang-barang impor mengalami
kenaikan harga yang mempunyai peranan penting dalam kegiatan pengeluran
perusahaan-peruasahaan.

Jenis-jenis inflasi berdasarkan persentasi atau nominal digit inflasinya, dapat

dibedakan kedalam :

 Moderate Low Inflation (inflasi 1 digit) misalnya 1% s.d 9%, biasanya orang


masih percaya dan memiliki daya beli dan juga nilai mata uang masih
berharga.
 Galloping Inflation (inflasi dua digit) misalnya 10% s.d 99%, dimana orang
mulai ragu, daya beli menurun, nilai mata uang menjadi semakin menurun.
 Hyper Inflation (inflasi tinggi diatas 100%) adalah proses kenaikan harga-
harga yang sangat cepat, yang menyebabkan tingkat harga menjadi dua atau
beberapa kali lipat dalam jangka waktu yang singkat, keadaan seperti ini
orang-orang sudah tidak percaya pada mata uang. Dimana nilai nominal uang
jadi tidak berharga jika situasi ini terjadi maka pemerintah
melakukan Senering yaitu pemotongan nilai uang.

Faktor - faktor yang mempengaruhi Inflasi

Menurut Samuelson dan Nordhaus (1998:587), ada beberapa faktor yang


menyebabkan timbulnya inflasi:
a. DemandPull Inflation
Timbul apabila permintaan agregat meningkat lebih cepat dibandingkan dengan
potensi produktif perekonomian, menarik harga ke atas untuk menyeimbangkan
penawaran dan pennintaan agregat.

b. Cost Push Inflation or Supply Shock Inflation


241
Inflasi yang diakibatkan oleh peningkatan biaya selama periode pengangguran tinggi
dan penggunaan sumber daya yang kurang efektif.

Sedangkan faktor- faktor yang menyebabkan timbulnya inflasi tidak hanya


dipengaruhi oleh Demand Pull Inflation dan Cost Push Inflation tetapi juga
dipengaruhi oleh :

a) Domestic Inflation
Tingkat inflasi yang terjadi karena disebabkan oleh kenaikan harga barang secara
umum di dalam negeri.

b) ImportedInflation
Tingkat inflasi yang terjadi karena disebabkan oleh kenaikan harga-harga barang
pada umumnya inflasi bersumber dari salah satu atu gabungan dari dua masalah
berikut :

Tingkat pengeluaran agregat yang melebihi kemampuan perusahaan-perusahaan


untuk menghasilkan barang dan jasa.

Pekerja-pekerja diberbagai kegiatan ekonomi menuntut kenaikan upah.

Disamping itu inflasi dapat pula berlaku sebagai akibat dari : Pertama, kenaikan
harga-harga barang yang diimpor. Kedua, penambahan penawaran uang yang
berlebihan tanpa diikuti pertambahan produksi dan penawaran barang. Ketiga,
kekacauan politik dan ekonomi sebagai akibat pemerintah yang kurang bertanggung
jawab.

Akibat-akibat buruk dari inflasi beragam seperti pengangguran yang kian bertambah,
menurunkan taraf kemakmuran masyarakat dimana upah riil para pekerja akan
merosot sehingga taraf hidupnya pun akan menurun. Prospek pembangunan ekonomi
jangka panjang akan menjadi semakin memburuk jika inflasi tidak dapat dikendalikan
atau diatasi. Inflasi yang bertambah serius tersebut cenderung akan mengurangi
investasi yang produktif, mengurangi ekspor dan menaikan impor. Kecenderungan ini
akan memperlambat pertumbuhan ekonomi. Tujuan jangka panjang pemerintah
adalah menjaga agar tingkat inflasi yang berlaku berada pada tingkat yang sangat
rendah. Adakalanya tingkat inflasi meningkat dengan tiba-tiba sebagai akibat suatu

242
peristiwa tertentu ysng berlaku diluar ekspektasi pemerintah misalnya depresiasi nilai
uang yang sangat besar atau keadaan politik yang tidak stabil.

CARA MENGATASI INFLASI

Usaha untuk mengatasi terjadinya inflasi harus dimulai dari penyebab


terjadinya inflasi supaya dapat dicari jalan keluarnya. Secara teoritis untuk mengatasi
inflasi relatif mudah, yaitu dengan cara mengatasi pokok pangkalnya, mengurangi
jumlah uang yang beredar.

Berikut ini kebijakan yang diharapkan dapat mengatasi inflasi:

1. Kebijakan Moneter, segala kebijakan pemerintah di bidang moneter dengan tujuan


menjaga kestabilan moneter untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. 
Kebijakan ini meliputi:

a. Politik diskonto, dengan mengurangi jumlah uang yang beredar dengan cara
menaikan suku     bunga bank, hal ini diharapkan permintaan kredit akan berkurang.

b. Operasi pasar terbuka, mengurangi jumlah uang yang beredar dengan cara menjual
SBI

c. Menaikan cadangan kas, sehingga uang yang diedarkan oleh bank umum menjadi
berkurang

d. Kredit selektif, politik bank sentral untuk mengurangi jumlah uang yang beredar
dengan cara     memperketat pemberian kredit

e. Politik sanering, ini dilakukan bila sudah terjadi hiper inflasi, ini pernah dilakukan
BI pada     tanggal 13 Desember 1965 yang melakukan pemotongan uang dari
Rp.1.000 menjadi Rp.1

2. Kebijakan Fiskal, dapat dilakukan dengan cara:

243
a. Menaikkan tarif pajak, diharapkan masyarakat akan menyetor uang lebih banyak
kepada     pemerintah sebagai pembayaran pajak, sehingga dapat mengurangi jumlah
uang yang beredar.

b. Mengatur penerimaan dan pengeluaran pemerintah

c. Mengadakan pinjaman pemerintah, misalnya pemerintah memotong gaji pegawai


negeri 10%     untuk ditabung, ini terjadi pada masa orde lama.

3. Kebijakan Non Moneter, dapat dilakukan melalui:

a. Menaikan hasil produksi, Pemerintah memberikan subsidi kepada industri untuk


lebih produktif     dan menghasilkan output yang lebih banyak, sehingga harga akan
menjadi turun.

b. Kebijakan upah, pemerintah menghimbau kepada serikat buruh untuk tidak


meminta kenaikan     upah disaat sedang inflasi.

c. Pengawasan harga, kebijakan pemerintah dengan menentukan harga maksimum


bagi barang-barang tertentu.

DAMPAK

a. Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif- tergantung parah atau
tidaknya inflasi. Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif
dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan
pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan
mengadakan investasi. Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada saat
terjadi inflasi tak terkendali (hiperinflasi), keadaan perekonomian menjadi kacau dan
perekonomian dirasakan lesu. Orang menjadi tidak bersemangat kerja, menabung,
atau mengadakan investasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat. Para
penerima pendapatan tetap seperti pegawai negeri atau karyawan swasta serta kaum
buruh juga akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga hidup
mereka menjadi semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu.

b. Bagi produsen, inflasi dapat menguntungkan bila pendapatan yang diperoleh lebih
tinggi daripada kenaikan biaya produksi. Bila hal ini terjadi, produsen akan terdorong

244
untuk melipatgandakan produksinya (biasanya terjadi pada pengusaha besar). Namun,
bila inflasi menyebabkan naiknya biaya produksi hingga pada akhirnya merugikan
produsen, maka produsen enggan untuk meneruskan produksinya. Produsen bisa
menghentikan produksinya untuk sementara waktu. Bahkan, bila tidak sanggup
mengikuti laju inflasi, usaha produsen tersebut mungkin akan bangkrut (biasanya
terjadi pada Pengusaha kecil).

c. Secara umum, inflasi dapat mengakibatkan berkurangnya investasi di suatu negara,


mendorong kenaikan suku bunga, mendorong penanaman modal yang bersifat
spekulatif, kegagalan pelaksanaan pembangunan, ketidakstabilan ekonomi, defisit
neraca pembayaran, dan merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.

2.11.5 Pendudukn dan tenaga kerja

1.      Pengertian Penduduk
Dalam arti luas, penduduk atau populasi berarti sejumlah makhluk sejenis yang
mendiami atau menduduki tempat tertentu. Bahkan populasi dapat pula dikenakan
pada benda-benda sejenis yang terdapat pada suatu tempat. Dalam kaitannya dengan
manusia, maka pengertian penduduk adalah manusia yang mendiami dunia atau
bagian-bagiannya.
a.      Teori penduduk modern
Pandangan-pandangan tentang Teori penduduk modern, diantaranya:
 Pandangan Merkantilisme, jumlah penduduk yang banyak sebagai elemen yang
penting dalam kekuatan negara yaiti merupakan faktor yang penting di dalam
kekuatan negara dan memegang peranan dalam meningkatkan pengahasilan dan
kekayaan negara.
   Pandangan Kaum Fisiokrat, kesempatan untuk meningkatkan jumlah produksi
pertanian dalam rangka menunjang pertambahan penduduk.
 Pandangan Cantilion (Merkantilisme), tanah merupakan faktor utama yang dapat
menentukan tinggi rendahnya kesejahteraan, selain itu, dinyatakan pula bahwa jumlah
penduduk akan terbatas karena jumlahnya akan dibatasi oleh jumlah makanan yang
dapat diproduksi oleh tanah.
 Pandangan Quesnay (Fisiokrat), suatu negara hendaknya mempunyai penduduk yang
cukup banyak, tetapi dengan sayarat agar mereka dapat mencapai taraf hidup yang
layak.

245
Pertumbunhan penduduk di suatu negara adalah peristiwa berubahnya jumlah
penduduk yang disebabkan oleh adanya pertambahan alami dengan migrasi neto.
Pertambahan alami adalah pertambahan penduduk yang diperoleh dari selisih antara
jumlah kelahiran dan jumlah kematian. Migrasi neto (nett migration) adalah
pertambahan penduduk yang diperoleh dari selisih antara jumlah imigran dan jumlah
emigran.

b.      Factor mendorong terjadinya kependudukan


Beberapa faktor yang mendorong terjadinya kependudukan baik secara
kuantitatif maupun kualitatif, antara lain:
 Kemajuan IPTEK.
 Dorongan atau hasrat naluri manusia yang selalu memperoleh kondisi yang lebih baik
dari sebelumnya di dalam kehidupannya baik material maupun intelektual.
 Keterbatasan kemampuan dukungan alam dan SDA serta dukungan lainnya yang
diperlukan.

2.11.6 Pengertian Tenaga kerja


Menurut UU No. 13 tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa tenaga
kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan
barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk
masyarakat. Secara garis besar penduduk suatu negara dibedakan menjadi dua
kelompok, yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja.
Ketenagakerjaan merupakan aspek yang sangat mendasar dalam kehidupan manusia,
karena mencakup dimensi ekonomi dan sosial. Oleh karenanya, setiap upaya
pembangunan selalu diarahkan pada perluasan kesempatan kerja dan lapangan usaha,
dengan harapan penduduk dapat memperoleh manfaat langsung dari pembangunan.
Penduduk tergolong tenaga kerja jika penduduk tersebut telah memasuki usia kerja.
Batas  usia kerja yang berlaku di Indonesia adalah berumur 15 tahun – 64 tahun.
Menurut pengertian ini, setiap orang yang mampu bekerja disebut sebagai tenaga
kerja. Ada banyak pendapat mengenai usia dari para tenaga kerja ini, ada yang
menyebutkan di atas 17 tahun ada pula yang menyebutkan di atas 20 tahun, bahkan
ada yang menyebutkan di atas 7 tahun karena anak-anak jalanan sudah termasuk
tenaga kerja.

246
a.      Klasifikasi Tenaga Kerja
 Berdasarkan penduduknya
·          Tenaga Kerja
Tenaga kerja adalah seluruh jumlah penduduk yang dianggap dapat bekerja dan
sanggup bekerja jika tidak ada permintaan kerja. Menurut Undang-Undang Tenaga
Kerja, mereka yang dikelompokkan sebagai tenaga kerja yaitu mereka yang berusia
antara 15 tahun sampai dengan 64 tahun.
·          Bukan Tenaga Kerja
Bukan tenaga kerja adalah mereka yang dianggap tidak mampu dan tidak mau
bekerja, meskipun ada permintaan bekerja. Menurut Undang-Undang Tenaga Kerja
No. 13 Tahun 2003, mereka adalah penduduk di luar usia, yaitu mereka yang berusia
di bawah 15 tahun dan berusia di atas 64 tahun. Contoh kelompok ini adalah para
pensiunan, para lansia (lanjut usia) dan anak-anak.

 Berdasarkan batas kerja


·           Angkatan kerja
Angkatan kerja adalah penduduk usia produktif yang berusia 15-64 tahun yang sudah
mempunyai pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja, maupun yang sedang aktif
mencari pekerjaan.
·           Bukan angkatan kerja
Bukan angkatan kerja adalah mereka yang berumur 10 tahun ke atas yang kegiatannya
hanya bersekolah, mengurus rumah tangga dan sebagainya. Contoh kelompok ini
adalah:
a) anak sekolah dan mahasiswa
b) para ibu rumah tangga dan orang cacat, dan
c)   para pengangguran sukarela
d) Berdasarkan kualitasnya
·        

Tenaga kerja terdidik

247
Tenaga kerja terdidik adalah tenaga kerja yang memiliki suatu keahlian atau
kemahiran dalam bidang tertentu dengan cara sekolah atau pendidikan formal dan
nonformal. Contohnya: pengacara, dokter, guru, dan lain-lain.

Tenaga kerja terampil


Tenaga kerja terampil adalah tenaga kerjayang memiliki keahlian dalam bidang
tertentudengan melalui pengalaman kerja. Tenaga kerja terampil ini dibutuhkan
latihan secara berulang-ulang sehingga mampu menguasai pekerjaan tersebut.
Contohnya: apoteker, ahli bedah,mekanik, dan lain-lain.

Tenaga kerja tidak terdidik


Tenaga kerja tidak terdidik adalah tenaga kerja kasar yang hanya mengandalkan
tenaga saja. Contoh: kuli, buruh angkut, pembantu rumah tangga, dan sebagainya.

b.      Masalah Ketenagakerjaan
Berikut ini beberapa masalah ketenagakerjaan di Indonesia.
 Rendahnya kualitas tenaga kerja
Kualitas tenaga kerja dalam suatu negara dapat ditentukan denganmelihat tingkat
pendidikan negara tersebut. Sebagian besar tenaga kerja di Indonesia, tingkat
pendidikannya masih rendah. Hal ini menyebabkan penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi menjadi rendah. Minimnya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi
menyebabkan rendahnya produktivitas tenaga kerja, sehingga hal ini akan
berpengaruh terhadaprendahnya kualitas hasil produksi barang dan jasa.

 Jumlah angkatan kerja yang tidak sebanding dengan kesempatan kerja


Meningkatnya jumlah angkatan kerja yang tidak diimbangi oleh perluasan lapangan
kerja akan membawa beban tersendiri bagi perekonomian. Angkatan kerja yang tidak
tertampung dalam lapangan kerja akan menyebabkan pengangguran. Padahal harapan
pemerintah, semakin banyaknya jumlah angkatan kerja bisa menjadi pendorong
pembangunan ekonomi.

 Persebaran tenaga kerja yang tidak merata

248
Sebagian besar tenaga kerja di Indonesia berada di Pulau Jawa. Sementara di daerah
lain masih kekurangan tenaga kerja, terutama untuk sektor pertanian, perkebunan, dan
kehutanan.Dengan demikian di Pulau Jawa banyak terjadi pengangguran, sementara
di daerah lain masih banyak sumber daya alam yang belum dikelola secara maksimal.

  Pengangguran
Terjadinya krisis ekonomi di Indonesia banyak mengakibatkan industri di
Indonesia mengalami gulung tikar. Akibatnya, banyak pula tenaga kerja yang berhenti
bekerja. Selain itu, banyaknya perusahaan yang gulung tikar mengakibatkan semakin
sempitnya lapangan kerja yang ada. Di sisi lain jumlah angkatan kerja terus
meningkat. Dengan demikian pengangguran akan semakin banyak

B.     PERANAN PENDUDUK DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI


Kapasitas yang rendah dari Negara sedang berkembang ntuk meningkatkan
output totalnya harus diimbangi dengan penurunan tngkat penduduk, sehingga
penghasilan rill per kapita akan dapat meningkat. Dengan kapasitas yang rendah
untuk menaikkan output totalnya dan tanpa diimbangi dengan turunya tingkat
perkembangan pendududk, maka akan terjadi penundaan pembangunan ekonomi.
Ada  4 aspek penduduk yang perlu diperhatikan di negra-negara sedang berkembang,
yaitu :
 Adanya tingkat perkembangan penduduk yang relatif tinggi
 Adanya struktur umur yang tidak favorable
   Tidak adanya distribusi penduduk yang seimbang/merata
 Tidak adanya tenaga kerja yang terdidik dan terlatih

1.      Tingkat Perkembangan Penduduk Yang Tinggi


Penduduk memiliki dua peranan dalam pembangunan ekonomi; satu dari segi
permintaan dan yang lain dari segi penawaran. Dari segi permintaan penduduk
bertindak sebagai konsumen dan dari segi penawaran bertindak sebagai produsen.
Oleh karena  itu perkembangan penduduk yang cepat tidaklah selalu merupakan
penghambatbagi jalannya pembangunan ekonomi jka penduduk ini mempunyai
produksi yang dihasilkan. Ini berarti tingkat pertambahan penduduk yang tinggi
disertai dengan tingkat penghasilan yang tnggi pula.

249
Jadi pertambahan penduduk dengan tingkat penghasilan yang rendah tidak ada
gunanyabagi pengembangunan ekonomo.

2.      Struktur Umur Yang Tidak Favorable


Negara-negara yang sedang berkembang memiliki tingkat kelahiran yang
tinggi dan tingkat kematian yang rendah seperti sudah berulang kali kita bicarakan di
depan. Hal ini mengakibatkan adanya segolongan besar penduduk usia muda lebih
besar proporsinya dari pada golongan penduduk usia dewasa. Keadaan penduduk ini
seperti ini disebut sebagai penduduk yang berciri “expansive”
Proporsi yang besar dari penduduk usia muda ini tidak menguntungkan bagi
pembangunan ekonomi, Karen :
Ø  Penduduk golongan muda usia, cenderung untuk memperkecil angka
penghasilan per kapita dan mereka semua merupakan konsumen dan bukun
produsen dalam perekonomian tersebut
Ø  Adanya golongan penduduk usia muda yang besar jumlahnya di suatu
Negara akan mengakibatkan lebih banyak alokasi  faktor-faktor produksi ke
arah  “investasi-investasi sosial” dan bukan ke “investasi-investasi kapital”.
Oleh karena itu paling tidak ia akan menunda perkembangan ekonomi.

3.      Distribusi Penduduk Yang Tidak Seimbang


Tingkat urbanisasi yang tinggi pada umumnya telah dihubungkan dengan
daerah-daerah yang secara ekonomis telah maju dan bersifat industri. Urbanisasi ini
mempunyai pengaruh dan akibat-akibat yang berbeda di Negara-negara yang sedang
berkembang
Di Negara-negara maju hanya sebagian kecil penduduk yang bekerja di sector
pertanian. Urbanisasi biasanya terjadi karena adanya tingkat upah yang lebih menarik
di sector industry ( di kota) dari pada tingkat upah di desa (sector pertanian)

4.      Kualitas Tenaga Kerja Yang Rendah


Rendahnya kualitas penduduk juga merupakan penghalang pembangunan
ekonomi suatu Negara. Ini disebabkan oleh rendahnya tingkat pendidikan dan tingkat
pengetahuan tenaga kerja. Untuk adanya perkembangan ekonomi, terutama industry,
jelas sekali dibutuhkan lebih banyak tenaga kerja yang mempunyai skill atau paling
tidak dapat membaca dan menulis.

250
Dengan nama lain pendidikan merupakan factor penting bagi berhasilnya
pembangunan ekonomi. Bahkan menurut schumaker pendidikan merupakan sumber
daya yang terbesar manfaatnya dibanding factor-faktor produksi lain.

C.    LEDAKAN PENDUDUK
Dari banyak penelitian kita mengetahui bahwa factor utama yang menentukan
perkembangan penduduk adalah tingkat kematian, tingkat kelahiran dan tingkat
perpindahan penduduk (migrasi).

1.      Tingkat Kematian
Ada empat factor yang menyumbang terhadap penurunan angka kematian pada
umumnya :
 Adanya kenaikan standar hidup sebagai akibat kemajuan teknologi dan meningkatnya
produktivitas tenaga kerja serta tercapainya perdamaian dunia yag cukup lama.
 Adanya perbaiakan pemeliharaan kesehatan umum (kesehatan masyarakat), maupun
kesehatn individu.
 Adanya kemajuan dalam bidang ilmu kedokteran serta diperkenalkannya lembaga-
lembaga kesehatan umum yang modern.
 Meningkatnya pengahsilan rill per kapita, sehingga orang mampu membiayai
hidupnya dan bebas dari kelaparan dan penyakit,dan selanjutnya dapat hidup sehat.

2.      Tingkat Kelahiran
Di Negara-negara industry pertumbuhan pendududuk berlangsung terus di
samping adanya penurunan tingkat kelahiran. Tingkat kelahiran lebih dihubungkan
dengan perkembangan ekonomi melalui pola-pola kebudayaan seperti : umur
perkawinan, status wanitanya, kedudukan antara rural dan urban serta sifat-sifat dari
dari system family yang ada.

3.      Migrasi
Migrasi mempunyai peranan juga dalam menentukan tingkat pertumbuhan
penduduk. Oleh karena itu tingkat pertumbuhan penduduk tidak dapat diperhitungkan
hanya dari tingkat kelahiran dan tingkat kematian saja. Penduduk di amerika latin dan
amerika utara meningkat karena alas an migrasi. 

251
D.    PEMECAHAN MASALAH KEPENDUDUKAN
Dari pembicaraan mengenai ledakan penduduk yang terjadi di Negara-negar
sedang berkembang, dapatlah kita menyimpulkan bahwa masalah penduduk
merupakan masalah yang sangat sukar untuk diatasi. Sebenarnya kita dapat
menterapkan suatu kebijakan dari sudut tingkat kematian untuk mengurangi tingkat
pertumbuhan penduduk, yaitu dengan mencegah penurunan tingkat kematian: atau
dengan kata lain meningkatkan adanya kematian. Tetapi tindakan ini jelas
bertentangan dengan hati nurani manusia yang pada umumnya ingin hidup lama di
dunia dan tentunya tidak dapat dilaksanakan.

E.     PEMANFAATAN SUMBER DAYA MANUSIA


1.      Beberapa Konsep Ketenagakerjaan
Pembangunan ekonomi banyak dipengaruhi oleh hubungan antara manusia dengan
factor-faktor produksi yang lain dan juga sifat-sifat manusia itu sendiri. Yang kita
maksud dengan “human resourses”  disini ialah penduduk sebagai suatu keseluruhan.
Dari segi penduduk sebagai factor produksi, maka tidak semua penduduk dapat
bertindak sebagai factor produksi. Hanya penduduk yang berupa tenaga kerja (human
power) yang dapat dianggap sebagi factor produksi. Tenaga kerja adalh penduduk
pada usia kerja yaitu : antara 15 sampai 64 tahun. Penduduk dalam usia kerja ini dapat
digolongkan menjadi dua yaitu angkatan kerja dan bukan angkatan kerja.

2.      Macam-macam Pengangguran
Dalam pembangunan ekonomi ada tenaga-tenaga manusia yang disebut menganggur
adalah meraka yang ada dalam umur angkatan kerja dan sedang mencari pekerjaan
tidak digolongkan dalam angkatan kerja dan juga bukan penganggur. Jumlah tenaga
kerja yang menganggur, cukup banyak di Negara-negara yang dapat berkembang
pengangguran dapat digolongkan ke dalam 3 jenis yaitu :
 Pengangguran yang kelihatan
Visible underemployment akan timbul apabila jumlah tenaga kerja yang sungguh-
sungguh digunakan lebih sedikit daripada waktu kerja yang disediakan untuk bekerj
egasnya, ini merupakan suatu penggangguran. Meskipun pengangguran itu terdapat di
sector-sektor kerajinan dan industry-industri sedang mampu besar, namun cukup
penting bagi Negara-negara sedang berkembang karena adanya sifat-sifat khas
kegiatan sector pertanian.

252
 Pengangguran tak kentara
Pengangguran tak-kentara terjadi apabila para pekerja telah menggunakan waktu
kerjanya secara penuh dalam suatu pekerjaan dapat ditarik ke sector-sektor atau
pekerjaanlain tanpa ,emgurangi output di sector yang ditinggalkan. Sebagai misal
kalau pada saat panen atau tanam padi, tetapi caranya lebih diorganisir, maka
pengurangan beberapa tenaga kerja pada saat giat-giatnya pekerjaan panen atau tanam
tersenut tidak akan mengurangi atau menurunkan output.
 Pengangguran potensial
Pengangguran potensial merupakan suatu perluasan dari “disguised
unemployment” dalam arti bahwa para pekerja dalam suatu sector dapat ditarik dalam
sector tersebut tanpa mengurangi output; tetapi harus dibarengi dengan perubahan-
perubahan fundamental dalam metode produksi yang memerlukan pembentukan
capital yang berarti.

F.     KUALITAS TENAGA KERJA


Sejauh ini kita memperhatikan peranan tenaga kerja sebagai salah satu fakor
produksi yang akan mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat pendapatan nasional dari
segi kualitas atau jumlah saja. Sementara itu kita beranggapan bahwa kalau jumlah
tenaga kerja yang dipakai dalam usaha produksi  meningkat, maka jumlah produksi
yang bersangkutan juga meningkat. Dengan kata lain kalau tidak ada peningkatan
jumlah tenaga kerja maka jumlah produksi akan tetap. Pernyataan yang demikian ini,
tidak dapat seluruhnya dianggap benar karena walaupun jumlah tenaga kerja itu tidak
berubah, tetapi bila kualitas dari tenaga kerja menjadi lebih baik, maka dapat terjadi
bahwa tingkat produksi akan meningkat pula.

2.11.7 Distribusi Pendapatan


A. Pengertian
Distribusi adalah klasifikasi pembayaran berupa sewa, upah, bunga modal dan laba,
yang berhubungan dengan tugas-tugas yang dilaksanakan oleh tenaga kerja, modal
dan pengusaha- pengusaha. Dalam proses distribusi penentuan harga yang dipandang
dari si penerima pendapatan dan bukanlah dari sudut si pembayar biaya-biaya,
distribusi juga berarti sinonim untuk pemasaran. Kadang-kadang distribusi dinamakan
sebagai fungsional distribution.

253
Pendapatan juga diartikan sebagai suatu aliran uang atau daya beli yang
dihasilkandari penggunaan sumber daya property manusia. Menurut Winardi
pendapatan secara teori ekonomi adalah hasil berupa uang atau hasil materi lainnya
yang dicapai dari penggunaan kekayaan atau jasa manusia bebas. Dalam pengertian
pembukuan pendapatan diartikan sebagai pendapatan sebuah perusahaan atau
individu.
Sementara kekayaan diartikan oleh Winardi sebagai segala sesuatu yang berguna
dan digunakan oleh manusia. Istilah ini juga digunakan dalam arti khusus seperti
kekayaan nasional. Sedang Sloan dan Zurcher mengartikan kekayaan sebagai obyek-
obyek material yang ekstern bagi manusia yang bersifat : berguna, dapat dicapai
dengan angka. Kebanyakan ahli ekonomi tidak menggolongkan dalam istilah
kekayaan hak milik atas harta kekayaan, misalnya saham, obligasi, surat hipotik.
Karena dokumen tersebut dianggap sebagai bukti hak milik atas kekayaan, jadi bukan
kekayaan itu sendiri. Distribusi ditinjau dari segi kebahasaan berarti proses
penyimpanan dan penyaluran produk kepada pelanggan.
Distribusi pendapatan dan kekayaan dalam masa sekarang ini merupakan suatu
permasalahan yang sangat penting dan rumit dilihat dari keadilannya dan
pemecahannya yang tepat bagi kesejahteraan dan kebahagiaan seluruh masyarakat.
Tidak diragukan lagi bahwa pedapatan sangat penting dan perlu, tapi yang lebih
penting lagi adalah cara distribusi. Jika para penghasil itu rajin dan mau bekerja keras,
mereka akan dapat meningkatkan kekayaan Negara, akan tetapi jika distribusi
kekayaan itu tidak tepat maka sebagian besar kekayaan itu akan masuk kedalam
kantong para kapitalis, sehingga akibatnya banyak masyarakat yang menderita
kemiskinan dan kelebihan kekayaan Negara tidak mereka nikmati. Oleh karena itu,
dapat di katakan bahwa kesejahteraan dan kemakmuran rakyat itu sepenuhnya
tergantung pada hasil produksi itu sendiri, tapi juga pada distribusi pendapatan yang
tepat. Kekayaan mungkin bisa dihasilkan secara berlerbihan di setiap Negara, tapi
distribusi tidak berdasarkan pada prinsip- prinsip dan kebenaran keadilan, sehingga
Negara tersebut belum dikatakan berhasil.

254
B. Pemerataan Distribusi Pendapatan Secara Umum
Disekitar permulaan telah di pelajari apa yang sekarang dinamakan distribusi
pendapatan menurut ukuran, distribusi pendapatan antara berbagai rumah tangga yang
berbeda tanpa memperhatikan kelas social rumah tangga tersebut. Dia menemukan
bahwa ketidak merataan distribusi pendapatan diantara semua Negara- Negara adalah
sangat menyolok, bahwa tingkat distribusi pendapatan yang tidak merata itu sama saja
keadaanya di suatu Negara dengan negara lainnya.
Jelas bahwa distribusi sumber- sumber produksi yang dasar mendahului proses
produksi, karena manusia hanya melakukan aktifitas produktif yang sesuai dengan
metode atau cara masyarakat dalam mendistribusikan sumber- sumber produksi. Jadi
yang pertama ialah sumber- sumber produksi baru kemudian produksi. Berkenaan
dengan distribusi kekayaan produktif, ia terkait dengan proses produksi dan
bergantung padanya, karena ia menguasai produk yang pada gilirannya menghasilkan
produksi.
Ketidak merataan distribusi pendapatan diperlihatkan dalam bentuk grafik,
grafik atau kurva dinamakan kurva Lorenz, memperlihatkan berapa banyak
pendapatan yang diperoleh oleh suatu proporsi keluarga secara nasional.
Bagaimanapun, ketika para ekonomi kapitalis mengkaji masalah-maslah distribusi
dengan kerangaka kapitalis, mereka tidak melihat kekayaan masyarakat secara
keseluruhan dan sumber-sumber produksinya. Yang mereka kaji adalah masalah-
masalah distribusi kekayaan yang dihasilkan yakni pendapatan nasional dan bukan
kekayaan nasional secara keseluruhan. Yang mereka maksud dengan pendapatan
nasional adalah seluruh barang, modal dan jasa yang dihasilakan, atau dalam istilah
yang lebih jelas, nilai uang seluruh kekayaan yang dihasilkan selama satu tahun.

Kebijakan pembangunan wilayah pada dasarnya merupakan keputusan dan


intervensi pemerintah, baik secara nasional maupun regional untuk mendorong proses
pembangunan daerah secara keseluruhan. Analisis ini sangat penting artinya dalam
rangka menerapkan teori dan konsep yang di jelaskan terdahulu guna mempercepat
pertumbuhan ekonomi daerah, meningkatkan penyediaan lapangan kerja dan
penanggulangan kemiskinan pada wilayah yang masih terbelakanag. Semua ini
diperlukan untuk dapat meningkatkan proses pembangunan daerah sekaligus untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

255
A. Perlunya Kebijakan Pembangunan Wilayah

Kebijakan Pembangunan merupakan keputusan publik yang di perlukan di


tingkat nasional maupun wilayah sehingga dapat di wujudkan suatu kondisi sosial
yang diharapkan akan dapat mendorong proses pembangunan ke arah yang di
inginkan masyarakat, baik pada saat sekarang maupun untuk periode tertentu di masa
yang akan datang. Sasaran Akhir dari kebijakan pembangunan tersebut adalah untuk
dapat mendorong dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan sosial
secara menyeluruh sesuai dengan keinginan dan aspirasi yang berkembang dalam
masyarakat.

Kebijakan pada tingkat wilayah diperlukan karena kondisi permasalahan dan


potensi pembangunan yang dimiliki suatu wilayah umumnya berbeda satu sama
lainnya sehingga kebijakan yang diperlukan tidak sama. Misalnya wilayah pantai
yang masyarakatnya umumnya para nelayan akan memerlukan kebijakan
pembangunan yang berbeda dengan masyarakat daerah dataran tinggi yang banyak
begerak dalam usaha perkebunan, ataupun daerah perkotaan yang banyak bergerak
pada sektor perdagangan jasa dan industri yang berbeda dengan daerah kabupaten
yang didominasi oleh sektor pertanian.

Kebijakan pada tingkat nasional yang diberlakukan secara umum pada seluruh
wilayah tidak akan sesuai untuk memecahkan masalah pembangunan pada masing-
masing daerah karena setiap daerah memiliki kondisi daerah tersebut mempengaruhi
kondisi pembangunan. Oleh karena itu untuk memaksimalkan proses pembangunan
daerah, maka kebijakan pembangunan wilayah yang saling terkait perlu di tetapkan
untuk masing-masing daerah agar terdapat sinergi dalam proses pembangunan
wilayah.

Urgensi dan peranan kebijakan pembangunan wilayah berbeda pola


pembangunan negara bersangkutan bersifat sentralisasi dan otonomi (desentralisasi).
Pada saat pola pemerintahan dan pembangunan suatu negara bersifat sentralisasi,
kebijakan pembangunan regional tidak terlalu menentukan dan hanya merupakan
penunjang (sub-set) dari kebijakan pembangunan nasional sehingga aspirasi
pembangunan yang berkembang di masing-masing wilayah hanya dapat di terima dan
di benarkan sepanjang tidak bertentangan dengan kepentingan nasional. Permasalahan

256
kemudian muncul bilamana kondisi dan potensi daerah pada negara bersangkutan
sangat bervariasi, sehingga kebijakan yang cenderung seragam tidak dapat
memecahkan permasalahan daerah secara menyeluruh

Sedangkan bila bersifat desentralisasi, maka urgensi dan peranan kebijakan


pembangunan wilayah menjadi lebih besar dan penting sehingga masing-masing
daerah akan dapat menetapkan kebijakan pembangunan berbeda sesuai dengan
kondisi permasalahan dan potensi daerah yang bersangkutan. Dengan demikian,
kebijakan pembangunan nasional lebi banyak berfungsi sebagai untukmemberikan
arah pembangunan secara menyeluruh (makro) sedangkan kebijakan pembangunan
wilayah (regional) akan berfungsi untuk mendorong proses pembangunanpada daerah
bersangkutan sesuai dengan kondisi, permasalahan dan potensi.

  B. Sasaran Kebijakan Wilayah

Menurut  pandangan Winnick (1966) dan kemudiandi lanjutkan oleh


Richargson (1978) terdapat dua alternatif sasaran kebijakan wilayah yaitu:

1. Kemakmuran Wilayah

Bertujuan untuk mewujudkan kondisi fisik daerah yang maju meliputi prasarana
dan sarana, perumahan dan lingkungan pemukiman, kegiatan ekonomi masyarakat,
fasilitas pelayanan sosial di bidang pendidikan dan kesehatan, kualitas lingkungan
hidup dan lain-lainnya. Hal tersebut akan mengakibatkan pertumbuhan ekonomi
daerah akan meningkat cepat, kegiatan penanaman modal meningkat pesat, dan
mendorong peningkatan migrasi masuk dari daerah lain seiring bertambahnya
lapangan kerja.

Namun demikian, kemajuan ini biasanya akan di nikmati oleh para pendatang
yang kualitas sumber daya manusianya lebih baik dari penduduk setempat. Akibatnya
akan terjadi ketimpangan distribus pendapatan yang cukup tinggi antara para
pendatang dan dan penduduk setempat.

257
2. Kemakmuran Masyarakat

Bilamana kemakmuran masyarakat merupakan sasaran utama pembangunan


daerah,maka tekanan utama pembangunan akan lebih banyak diarahkan pada
pembangunan penduduk setempat. Program dan kegiatan lebih banyak di arahkan
dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan meningkatkan kegiatan
produksi masyarakat.

Bila upaya pembangunan wilayah lebih banyak di arahkan pada peningkatan


kemakmuran masyarakat, maka laju pertumbuhan ekonomi dan peningkatan
penyediaan lapangan kerja pada daerah bersangkutan cenderung bertumbuh lambat di
bandingkan peningkatan kemakmuran wilayah. Hal ini di sebabkan, upaya
pembangunan diarahkan pada peningkatan kualitas sumber daya manusia dan
pemberdayaan masyarakat yang biasanya memerlukan waktu yang lebih lama.

 C. Penetepan Wilayah Pembangunan

Penetapan Wilayah pembangunan ini perlu di lakukan agar pemberlakuan


kebijaksanaan pembangunan wilayah tersebut dapat ditentukan dengan jelas dan tegas
dimana cakupan wilayahnya. Penetapan wilayah pembangunan dapat dilakukan
dengan memperhatikan empat aspek utama yaitu :

1. Kesamaan Kondisi, permasalahan dan potensi umum daerah baik di bidang


ekonomi, sosial , dan geografi. Bila aspek ini di jadikan sebagai pertimbangan utama
dalam pembentukan wilayah.

2. Keterkaitan yang erat antara daerah-daerah yang tergabung dalam wilayah


pembangunan bersangkutan. Keterkaitam ini dapat diketahui melalui data tentang
kegiatan dagang antar daerah dan mobilitas penduduk (migration) antar daerah. Bila
aspek ini dijadikan sebagai dasar utama pembentukan wilayah pembangunan tersebut,
maka wilayah in dinamakan nodal region. Aspek ketrkaitan ini sangat penting artinya
untuk kebijakan pembangunan wilayah yang ditetrapkan dapat mendorong terjadinya
keterpaduan dan sinergi pembangunan antar daerah dalam wilayah yang
bersangkutan.

258
3. Kesamaan karakteristik geografis antar daerah yang tergabung dalam
wilayah pembangunan tersebut. Karateristik geografis tersebut meliputi jenis daerah
(pantai, pegunungan atau daerah aliran sungai), kesuburan dan kesesuaian lahan, dan
potensi sumberdaya alam. Bila aspek ini dijadikan sebagai sumber aspek utama
penetapan wilayah pembangunan maka wilayah tersebut dapat dinamakan sebagai
wilayah fungsional. Aspek ini sangat penting dalam penetuan wilayah pembangunan.

4. Kesatuan wilayah administrasi pemerintahan antara propinsi, kabupaten dan


kota yang tergabung dalam wilayah pembangunan bersangkutan. Bila pertimbngan
merupakan unsur utama yang melandasi pembentukan wilayah pembangunan
tersebut, mka wilayah ini dinamakan sebagai wilayah perencanaan (planniang region).

 D. Bentuk Kebijakan Pembangunan Wilayah

1. Kebijakan Fiskal Wilayah

Wilayah Kebijakan fiskal pada tingkat wilayah (region fiscal policy) dapat
dilakukan dalam bidang pengaturan dan pengendalian penerimaan dan pengeluaran
keuangan daerah. Alasanya adalah jelas karena penerimaan dan belanja daerah akan
langsung mempengaruhi kinerja pembangunan daerah tersebut. Pendapatan daerah
dapat berbentuk PAD yang diperoleh dari pajak dan retribusi daerah berikut hasil
bersih perusaan daerah, serta alokasi dana perimbangan dari pemerintah pusat.
Sedangkan belanja daerah dapat berbentuk biaya aparatur, belanja publik dan belanja
modal sebagaimana terlihat dalam anggaran APBD daerah bersangkutan.

Termasuk juga dalam belanja daerah ini adalah penggunaan dana


dekonsentrasi dan dana pembantuan yang dialokasikan oleh pemerintah pusat
kemasing-masing daerah melalui dinas dan instansi vertikal didaerah. Kebijakan
fiskal wilayah menyangkut dengan pengeluaran yang dapat dilakukan dalam rangka
mendorong proses pembangunan daerah dalam bentuk peningkatan proporsi dana
APBD yang dialokasikan untuk belanja publik dan belanja modal. Kebijakan wilayah
fiskal menyangkut dengan aspek belanja yang dapat dilakukan oleh pemerintah
daerah adalah dalam bentuk peningkatan keterkaitan antara perencanaan dan
anggaran. Dengan cara demikian pengalokasian dana dan dan belanja pembangunan
akan dapat disesuaikan dengan prioritas yang telah ditetapkan dalam rencana

259
pembangunan daerah. Kebijakan wilayah fiskal juga dapat dilakukan melalui
kebijakan nasional dengan menggunakan dana alokasi khusus. Peranan ini dapat
dilakukan melaui penentuan arah dan prioritasnya penggunakan DAK tersebut sesuai
dengan kepentingan nasional. Biasanya prioritas penggunaan DAK diberikan pada
kegiaan-kegiatan penanggulangan kemiskinan, pembangunan prasarana jalan yang
tidak mampu dibiayai oleh APBD dan peningkatan kualitas hidup. Disamping itu,
alokasi DAK juga diprioritaskan untuk peningkatan proses pembangunan pada daerah
sedang berkembang dalam rangka mengurangi ketimpangan pembangunan.

 2. Kebijakan Moneter Wilayah

Kebijakan moneter ini lebih terbatas dari pada kebijakan fiskal. Hal ini
disebabkan karena pada dasarnya bersifat makro sehingga sulit untuk dibatasi
pelaksanaannya pada wilayah tertentu. Namun demikian, masih terdapat beberapa
kemungkinan pelaksanaanya kebijakan moneter wilayah untuk aspek tertentu,
misalnya menyangkut dengan kebijakan pemberian kredit perbankan yang dibedakan
untuk daerah-daerah yang sudah maju (developed regions) dengan daerah yang
sedang berkembang (developing regions) Kebijakan pemberian kredit perbankan
untuk daerah sedang berkembang dapat diberikan dalam bentuk prosedur dan jaminan
yang lebih sederhana sehingga para pengusaha di daerah tesebut dapat memanfaatkan
fasilitas kredit tersebut. Begitu juga keringanan modal ventura juga dapat juga
digulirkan untuk menarik minat investor. Namun demikian kantor bank indonesia
daerah setempat perlu selalu mengawasi agar fasilitas perbankan tersebut secara
benar-benar digunakan dengan benar. Kebijakan moneter wilayah lainnya yang juga
dapat dilakukan dalam bentuk pengembangan lembaga-lembaga non bank sebagai
alternatif untuk penyediaan pembiayaan bagi pengembangan usaha ekonomi
masyarakat.

 E. Evaluasi Pelaksanaan Kebijakan Wilayah

Evaluasi pelaksanaan perlu dilakukan untuk dapat mengetahui seberapa jauh


kebijakan yang telah dilaksanakan oleh pemerintah daerah dapat memberikan dampak
positif sesuai dengan tujuan yang telah tetapkan semula. Disanping itu, melalui
evaluasi ini dapat diketahui faktor-faktor yang menyebabkan keberhasilan maupun
kegagalan pelaksanaan kebijakan regional tersebut. Sehingga dapat dirumuskan

260
kebijakan tertentu yang perlu dilakukan dimasa mendatang. Evaluasi pelaksanaan
kebijakan tersebut dapat dilakukan secara komprehensif maupun secara parsial.

2.11.8 Beberapa cakupan kebijakan dan perencanaan pembangunan ekonomi

PENGERTIAN, UNSUR, DAN FUNGSI PERENCANAAN


Ada empat elemen dasar dari suatu perencanaan, yaitu :
1.     Merencanakan berarti memilih
2.    Perencanaan merupakan alat pengalokasian sumber daya
3.    Perencanaan merupakan sebuah alat untuk mencapai tujuan
4.    Perencanaan untuk masa depan

Perencanaan juga mempunyai beberapa fungsi, yakni :


1.     Menciptakan suatu mekanisme pengarahan kegiatan dan pedoman bagi
pelaksana kegiatan-kegiatan yang diarahkan untuk pencapaian tujuan pembangunan
2.    Memungkinkan untuk melakukan perkiraan tentang potensi, prosfek
pertumbuhan, hambtan serta resiko yang mungkin akan dihadapi dimasa datang
3.    Memberikan suatu peluang untuk dapat melaksanakan pilihan yang terbaik
4.    Menuntut untuk melakukan penyusunan skala prioritas berdasarkan arti
pentingnya tujuan
5.    Sebagai alat untuk mengukur atau standar yang digunakan untuk mengadakan
pengawasan maupun evaluasi

PERLUNYA PERENCANAAN DI NEGARA SEDANG BERKEMBANG


Ada dua metode yang digunakan untuk memotong lingkaran setan kemiskinan, yaitu :
1.     Melalukan pebangunan yang terencana yaitu dengan jalan mencari modal dari l
uar negri atau seringkali di sebut dengan istilah industrialisasi
2.    Menghimpun tabungan wajib dalam negri, atau seringkali disebut dengan istilah
industrialisasi dengan kemampuan sendiri

SIFAT DAN PERANAN PERENCANAAN EKONOMI


Suatu usaha yang sistematik dari berbgai pelaku (sektor), pemerintah (publik),
swasta maupun kelompok masyarakat lainnya pada tingkatan berbeda mencitakan

261
suatu pola saling keergantungan dan berkaitan antara aspek-aspek fisik, sosial-
ekonomi, dan aspk-aspek lainnya dengan cara :
a.    Secara kontinu menganalisis kondisi dan pelaksananaan pembangunan daerah
b.    Merumuskan tujuan-tujuan dan kebijakan-kebijakan pembangunan daerah
c.    Menyusun konsep strategi bagi pemecahan masalah
d.    Melaksanakannya dengan menggunakan segenap sumber daya yang tersedia

Syarat-syarat keberhasilan suatu perencanaan


1.     Badan perencanaan
2.    Data statistik
3.    Tujuan
4.    Penetapan sasaran dan prioritas
5.    Mobilisasi sumber daya
6.    Keseimbangan dalam perencanaan

Ada ketidakseimbangan di sektor keuangan akan mengakibatkan munculnya


ketidakseimbangan pada sisi penawaran dan sisi permintaan atas barang-barang fisik,
sehingga akan menyebabkan tekanan inflasioner dan kesulitan neraca pembayaran
selama periode perencanaan berlangsung.
1.     Sistem administrasi yang efisien
2.    Tanpa adanya serangkaian peralatan administrasi tersebut, perencanaan
pembangunan tidak akan berhasil di NSB
3.    Kebijakan pembangunan yang tepat
4.    Administrasi yang ekonomis
5.    Pondasi pendidikan
6.    Teori konsumsi
7.    Dukungan masyarakat

Proses perencanaan ekonomi


Proses perencanaan ekonomi dapat dibedakan menjadi empat tahap :
1.     Para pemimpin politik harus menetapkan prioritas tujuan untuk mengarahkan
para perencana jika terjadi beberapa konflik tujuan
2.    Mengukur ketersediaan sumber daya terbatas selama periode perencanaan

262
3.    Semua usaha ekonomi ditujukan untuk memilih berbagai cara yang dapat
digunakan untuk mencapai tujuan nasional
4.    Merupakan sebuah proses pemilihan kegiatan yang layak dilakukan dan penting
agar dapat mencapai tujuan nasional

PERENCANAAN DAN SITEM EKONOMI


Dibedakan menjadi tiga jenis :
1.     Perencanaan dalam perekonomian kapitalis
2.    Perencanaan dalam perekonomian sosialis
3.    Perencanaan dalam perekonomian campuran

PERTUMBUHAN EKONOMI
Ada empat faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu
masyarakat (negara) yaitu :
1.     Akumulasi modal, termasuk semua investasi baru yang berwujud tanah (lahan),
peralatan fisik (mesin-mesin), dan sumber daya manusia (huma resources)
2.    Pertumbuhan penduduk
3.    Kemajuan teknologi
4.    Sumberdaya institusi (sistem kelembagaan)

Perdebatan masalah pertumbuhan


Berdasarkan data empiris yang ada, beberapa fakta unik tentang fenomena
kemiskinan dan ketidakmerataan didunia :
·         Menurut Ted Trainer (developed to Death,1989) 2000 tahun yang lalu,
perbandingan rata-rata pendapatan masyarakat negara kaya dengan pendapatan
masyarakat negara miskin hanya 1:5.
·         Business Week 1999, rata-rata penghasilan para eksekutif puncak diperusahaan
mencapai 419 kali dari gaji buruh pabrik mereka

DISTRIBUSI PENDAPATAN
Adelman & Morris (1973) menyatakan penyebab ketidakmerataan distribusi
pendapatan di NSB, yaitu :
1.     Pertambahan penduduk yang tinggi akan memicu penurunan pendapatan per
kapita

263
2.    Inflasi dimana pendapatan atas uang bertambah namun tidak di ikuti secara
proporsional oleh pertambahan produksi barag-barang
3.    Ketidakmerataan pembangunan antar daerah
4.    Investasi yang sangat banyak dalam proyek yang padat modal sehingga
persentase penapatan dari tambahan modal lebih besar dari pada persentase
pendapatan kerja
5.    Rendahnya mobilitas sosial
6.    Pelaksanaan kebijakan industri substitusi impor yang mengakibatkan kenaikan
pada harga barang hasil industri guna melindungi usaha golongan kapitalis
7.    Memburuknya nilai tukar bagi NSB dalam perdagangan dengan negara maju,
sebagai akibat adanya ketidakelastisan permintaan terhadap barang ekspor NSB
8.    Hancurnya industri kerajjinan rakyat sseperti pertukangan, industri rumah tangga,
dan lain-lain

Apsek Pokok dalam Distribusi Pendapatan


1.     Distribusi harta (aset)
2.    Strategi pembangunan
3.    Kebijakan fiskal

MASALAH KEMISKINAN
Fernandez (2001) menambahkan ciri-ciri masyarakat miskin ditinjau dari
beberapa aspek, yaitu :
1.     Aspek politik : tidak memiliki akses ke proses pengambilan keputusan yang
menyangkut hidup mereka
2.    Aspek sosial : tersingkir dari institusi utama masyarakat yang ada
3.    Aspek ekonomi : rendahnya kualitas SDM, termasuk kesehatan, pendidikan,
keterampilan yang berdampak pada rendahnya penghasilan dan rendahnya
kepemilikan aset fisik, termasuk aset lingkungan hidup seperti air bersih dan
penerangan
4.    Aspek bujdaya atau nilai : terperangkap dalam budaya rendahnya kualitas SDM
seperti rendahnya etos kerja, berpikir pendek dan mudah menyerah

264
Penyebab Kemiskinan
Kemiskinan dipanda sebagai kondisi anggota masyarakat yang tidak atau belum turut
serta dalam proses perubahan, karena tidak mempunyai kemampuan, baik
kemampuan dalam kepemilikan faktor produksi maupun kualitas faktor produksi yang
memadai, sehingga tidak mendapatkan manfaat dari hasil proses pembangunan.

Macam Kemiskinan
1.     Kemiskinan Absolut
Yaitu tingkat pendapatan minimum merupakan pembatas antara keadaan miskin dan t
tidak miskin
2.    Kemiskinan Relatif
Terjadi karena kemiskinan lebih banyak ditentukan oleh keadaan sekitarnya, dari
lingkungan orang yang bersangkutan

Pembangunan ekonomi seringkali didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan


pendapata riil per kapita dalam jangka panjang yang dissertai oleh perbaikan sistem
kelembagaan. Jadi, proses kenaikan pendapatan per kapita secara terus menerus dalam
jangka panjang saja tidak cukup bagi kita untuk mengatakan telah terjadi
pembangunan ekonomi, tetapi perbaikan struktur sosial, sistem kelembagaan (baik
organisasi maupun aturan main), dan perubahan sikap dan perilaku masyarakat juga
merupakan komponen penting dari pembangunan ekonomi.

INDIKATOR MONETER
1.     Pendapatan per kapita
Pendapatan per kapita adalah indikator moneter atas setiap kegiatan ekonomi
penduduk suatu negara.
Kelebihan utama dari pendekatan ini adalah karena difokuskan pada raison d’etre dari
pembangunan yaitu meningkatnya standar dan kualitas hidup masyarakat serta
berkurangnya angka kemiskinan.

265
Kelemahan Umum Pendekatan Pendapatan per Kapita
Salah satu kelemahan dari pendapatan per kapita sebagai sebuah indikator
pembangunan terletak pada ketidakmampuannya untuk menggambarkan tingkat
kesejahteraan masyarakat secara utuh.
Faktor-faktor non-ekonomi seperti adat istiadat, keadaan iklim dan alam sekitar, serta
ada atau tidaknya kebebasan dalam megeluarkan pendapat dan bertindak – merupakan
faktor-faktor yang juga dapat menyebabkan adanya perbedaan tingkat kesejahteraan
dinegara-negara yang mempunyai tingkat pendapatan per kapita yang relatif sama.

Kelemahan Metodologis Pendekatan Pendapatan per Kapita


Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan tingkat kesejahteraan masyarakat
berbeda, meskipun tingkat pendapatan per kapitanya relatif sama :
a.    Pola pengeluaran masyarakat
b.    Perbedaan iklim
c.    Struktur produksi nasional

2.    Indikator Kesejahteraan Ekonomi Bersih


Penyempurnaan metode perhitungan GNP dilakukan dengan dua cara yaitu :
a.    Koreksi Positif
Adalah berkaitan dengan sektor ekonomi informal. Perekonomian NSB
ditandai besarnya peranan sektor ekonomi informal yang tumbuh pesat. Sektor
ekonomi informal dibedakan menjadi dua, yaitu :
1.     Kegiatan ekonomi yang ilegal atau melawan hukum, misalnya, perdagangan
narkotika dan obat-obatan terlarang.
2.    Kegiatan ekonomi yang legal tetapi tidak tercata sehingga terhindar dari pajak,
misalnya, pendapatan dari tukang batu yang memperbaiki rumah kita.

b.    Koreksi Negatif


Berkaitan dengan kerusakan lingkungan (eksternalitas negatif) yang
ditimbulkan oleh kegiatan-kegiatan disektor produktif. Koreksi negatif
mempertimbangkan biaya-biaya sosial (social costs) yang ditimbulkan oleh kegiatan-
kegiatan ekonomi.

266
INDIKATOR NON-MONETER
1.     Indikator Sosial
Menurut metode ini, tingkat kesejahteraan dari setiap negara ditentukan oleh
beberapa indikator berdasarkan pada tingkat konsumsi atau jumlah persediaan
beberapa jenis barang tertentu yag datanya dapat dengan mudah diperoleh di NSB.
Data tersebut adalah :

a.    Jumlah konsumsi baja dalam satu tahun (kg)


b.    Jumlah konsumsi semen dalam satu tahun dikalikan 10 (ton)
c.    Jumlah surat dalam negeri dalam satu tahun
d.    Jumlah persediaan pesawat radio dikalikan 10
e.    Jumlah persediaan telepon dikalikan 10
f.    Jumlah persediaan berbagai jenis barang
g.    Jumlah konsumsi daging dalam satu tahun (kg)

2.    Indeks Kualitas Hidup


Angka Ideks Kualitas Hidup (IKH) dapat diperoleh dengan rumus :
Dimana IHH adalah indeks harapan hidup, IKB adalah tingkat kematian bayi per
1.000 kelahiran, dan IMH adalah indeks melek huruf.

·         Indeks Harapan Hidup


·         Indeks Kematian Bayi
·         Indeks Melek Huruf

INDIKATOR CAMPURAN
1.     Indikator Susenas Inti
Indikator susenas inti meliputi aspek-aspek sebagai berikut :
a.    Pendidikan
b.    Kesehatan
c.    Perumahan
d.    Angkatan Kerja
e.    Keluarga Berencana dan Fertilitas
f.    Ekonomi
g.    Kriminalitas

267
h.    Perjalanan Wisata
i.     Akses kemedia massa

2.    Indeks Pembangunan Manusia


Berdasarkan indeks IPM-nya, negara-negara didunia ini dikelompokkan
menjadi tiga, yaitu :
a.    Kelompok negara dengan tingkat pembangunan manusia yang rendah (low
humam development)
b.    Kelompok negara dengan tingkat pembangunan manusia menengah (medium
humam development)
c.    Kelompok negara dengan tingkat pembangunan manusia yang tinggi (high
humam developmant)

268
BAB 12
PENYESUAIAN PORTOFOLIO

2.12 Penyesuaian portofolio

Pengertian portofolio

 Menurut Jemes Tobin (1958)


Mengukapkan adanya teori permintaan uang yang menekankan peran uang
sebagai penyimpanan nilai. Serta. Memprediksi permintaan uang yang seharusnya
bergantung pada risiko dan retun yang diberikan oleh uang dan oleh berbagai asset
selain uang yang dimiliki oleh rumah tangga.

 Menurut Huang, H & Milevsky, M.A (2008)


Menyatakan portofolio dalam rumah tangga di lakukan untuk memilihaset
asuransi jiwa atau pension, dimana ini bebas dari resiko asset itu sendiri

 Berdaasarkan Makro ekonomi


Portofolio yaitu kuantitas portofolio akan risk dan return dari sudut perusahaan
atau investor terhadap risk free atau risk asset.

Analisis portofolio

Portofolio merupakan kombinasi / gabungan / sekumpulan assets, baik berupa real


assets maupun finansial assets yang dimiliki oleh investor. Hakikat pembentukan
portofolio adalah untuk mengurangi risiko dengan cara diversifikasi, yaitu
mengalokasikan sejumlah dana pada berbagai alternatif investasi yang berkorelasi
negative.

Suatu portofolio dikatakan efisien apabila portofolio tersebut di bandingkan


dengan portofolio lain memenuhi kondisi berikut :
1. Memberikan ecpected return (hasil dari keuntungan atau rugi dari investasi)terbesar
dengan risk yang sama.
2. Memberikan risk (resiko kerugian) terkecil dengan expected return yang sama

269
PEMILIHAN PORTOFOLIO YANG EFISIEN

Semua portofolio yang terletak pada efficient frontier (garis yang


menunjukkan sejumlah portofolio yang efisien , dan semua portofolio dibawah
garis dinyatakan tidak efisien) merupakan portofolio yang efisien sehingga tidak
dapat dikatakan optimal.

Sedangkan untuk membentuk portofolio yang optimal kita harus menawarkan


return yang diharapkan dan risiko yang sesuai dengan prevensinya, sebagai
berikut :

1. Short Selling yang di perbolehkan.


Short selling : menjual saham yang bukan miliknya. Misal : meminjam
saham pada brokernya dengan harapan harga saham akan turu. Sehingga
investor akan memperoleh keuntungan. Hasil short selling selanjutnya
digunakan untuk membeli saham lain. Dengan demikian jumlah dana yang
diinvestasikan bisa lebih besar dari 100% , & bisa juga lebih kecil dari 0%
( negatif ).

2. Short Selling yang tidak diperbolehkan.


Jika short salling tidak diperkenankan & investor menginvestasikan
semua dananya, maka jumlah dana yang diinvestasikan maksimum sebesar
100% & minimum sebesar 0% .

PEMILIHAN PORTOFOLIO YANG OPTIMAL

Ada lima model indeks yang dapat digunakan untuk menghitung portofolio
optimal.

1. Model indeks tunggal


Model ini mengasumsikan bahwa tingkat pengembalian antara dua
efek atau lebih akan berkorelasi yaitu akan bergerak bersama dan
mempunyai reaksi yang sama terhadap satu faktor atau indeks tunggal
yang dimasukkan dalam model. Faktor atau indeks tersebut adalah Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG).

Tujuan penggunaan model indeks tunggal adalah untuk


menyederhanakan perhitungan portofolio model Markowitz. Pada

270
portofolio model Markowits dibutuhkan parameter-parameter input
berupa:
1) Tingkat keuntungan yang diharapkan masing-masing saham.
2) Variance masing-masing saham.
3) Covariance antar saham-saham.

Perhitungan portofolio optimal akan sangat dimudahkan jika hanya


didasarkan pada sebuah angka yang dapat menentukan apakah suatu
sekuritas dapat dimasukkan ke dalam portofolio optimal tersebut. Angka
tersebut adalah rasio antara ekses return dengan beta (excess return to
beta).

2. Model Indeks Ganda (Multi-Index Models)


Multi-index models lebih berpotensi dalam upaya untuk mengestimasi
expected return, standar deviasi dan kovarians efek secara akurat
dibanding single index models. Karena pengembalian aktual efek tidak
hanya sensitif terhadap perubahan IHSG, artinya terdapat kemungkinan
adanya lebih dari satu faktor yang dapat mempengaruhinya. Multi index
models menganggap bahwa ada faktor lain selain IHSG yang dapat
mempengaruhi terjadinya korelasi antar efek, misalnya tingkat bunga
bebas risiko.

3. Model Utilita yang diharapkan / expexted utility model


Menyatakan : para pemodal akan memilih suatu kesempatan investasi
yang memberikan utilitas yang diharapkan yang tertinggi . Utilitas yang
diharapkan tertinggi tidak selalu sama dengan tingkat keuntungan yang
diharapkan tertinggi.

4. Safety First Models.


 Kriteria Roy
Menyatakan portofolio yang terbaik adalah portofolio yang
mempunyai probabilitas terkecil untuk menghasilkan tingkat keuntungan
dibawah tingkat keuntungan tertentu ( yang diinginkan ).

271
 Kriteria Kataoka
Menyarankan : memaksimumkan batas bawah dengan batasan bahwa
probabilitas tingkat keuntungan untuk sama dengan atau lebih kecil dari
batas bawah tidaklah lebih besar dari angka tertentu.

5. Model Stochastic Dominance (SD)


Tidak memerlukan asumsi tertentu tentang fungsi utilitas pemodal, dan
tingkat keuntungan tidak perlu berdistribusi normal

Sikap pemodal terhadap resiko

 Risk averter / tidak menyukai resiko.


Merupakan investor yang apabila dihadapkan pada dua pilihan investasi
yang memberikan tingkat pengembalian yang sama dengan risiko yang
berbeda, maka lebih suka mengambil investasi dengan risiko yang lebih kecil.
Karakteristik investor jenis ini cenderung selalu mempertimbangkan secara
matang dan terencana atas keputusan investasi.

 Risk neutral / netral terhadap risiko.


Merupakan investor yang akan meminta kenaikan tingkat pengembalian
yang sama untuk setiap kenaikan risiko. Investasi jenis ini umumnya cukup
flexible dan bersikap hati-hati (prudent) dalam mengambil keputusan
investasi.

 Risk seeker / menyukai resiko.


Merupakan investor yang apabila dihadapkan pada dua pilihan investasi
yang memberikan tingkat pengembalian yang sama dengan risiko yang
berbeda, maka orang tersebut akan lebih suka mengambil investasi dengan
risiko yang lebih besar. Karakteristik investor jenis ini bersikap agresif dan
spekulatif dalam mengambil keputusan investasi.

Kurva risk dan return


Harga saham ditentukan oleh Risk & Return dalam pengertian expected risk &
return.
-Semakin besar peluang untuk rugi suatu assets à semakin beresiko assets tersebut
-Semakin besar variabilitas return suatu assets à semakin beresiko assets tersebut.

272
Risk indifferent: Sikap terhadap resiko dimana return sama dengan resiko meningkat

Risk averse: Sikap terhadap resiko dimana return meningkat sejalan resiko meningkat

Risk taking: Sikap terhadap resiko dimana return turun dan layak dengan resiko
meningkat.

Perhitungan portofolio

CONTOH KASUS MENGUKUR PENGEMBALIAN PORTOFOLIO


Pengembalian aktual dari suatu portofolio aktiva sepanjang periode waktu tertentu
dapat dihitung :
W 1 R 1+W 2 R 2+ …+WGRG
Rp=
G

Rp=∑ WG . RG

G=I
Keterangan :
Rp = tingkat pengembalian portofolio selama periode berjalan
Rg = tingkat pengembalian aktiva g selama periode berjalan
Wg = berat aktiva g pada portofolio – bagian dari nilai pasar keseluruhan
G = jumlah aktiva pada portofolio

Jawab :
Aktiva Nilai pasar Tingkat pengembalian
1 $ 6 juta 12
%
2 $ 8 juta 10
%
3 $ 11 juta 5%
Total $ 25 Juta

R1 = 12 % w1 = 6 / 25 = 0,24 = 24 %
R2 = 10 % w2 = 8 / 25 = 0,32 = 32 %

273
R3 = 5 % w3 = 11/25 = 0,44 = 44 %
Rp = 0,24 (0.12) + 0,32 (0.10) + 0,44 (0.5)
Rp = 0,0828   =  8,28 %          

“Maka Pengembalian aktual dari suatu portofolio aktiva sepanjang periode waktu
tertentu adalah memperoleh expected return sebesar 8,28 %, dikatakan risk jika
-8,28% ”

2.12.1 Perilaku harga surat obligasi

Pengertian Surat Bbligasi

a) Merupakan pengauan utang pihak yang mengeluarkan pada pihak investor


b) Surat obligasi menunjukan jumlah nominal, bunga dan tanggal pembayarannya
dan perjanjian-perjanjian lain.
c) Obligasi merupakan suatu janji tertulis untuk membayar sejumlah uang
tertentu pada tanggal tertentu di masa yang akan datang dan juga bunga setiap
tanggal tertentu.

Hal yang mempengaruhi obligasi

a) Adanya perubahan suku bunga deposito. Naik turunnya suku bunga tersebut
akan berpengaruh terhadap harga pasar suatu obligasi.
b) Sedangkan hubungan harga pasar obligasi dengan suku bunga deposito
mempunyai hubungan berbanding terbaik. Jadi kalau suku bunga deposito
naik, maka harga obligasi akan turun
k
Z ( k )=
R
I
Z ( I )=
r
Ket :
Z = Harga Obligasi
K = Nilai Kupon Bunga per Tahun
R = Tingkat bunga Pasar
Z(I) = Harga Obligasi dengan pendapatan bunga per rupiah

274
Dalam menghitung bunga (interest) yang akan diterima, perlu diketahui terlebih dulu
penggunaan dasar-dasar hari (calendar coventions) dalam pasar obligassi. Untuk pasar
obligasiIndonesia berlaku ketentuan seperti :

Obligasi Korporasi, Umumnya digunakan kententuan 1 bulan= 30 hari, dan 1 tahun


= 360 hari
Obliasi Negara, di gunakan ketentuan actual days untuk menghitung hari berjalan
dan total hari 1 kupon
Commercial paper, digunakan kententuan actual days dan 1 tahun =360 hari,
Price (harga) oblogasi dinyatakan dalam persentasse nilai nominal.
a) Jika 100%, dikenal dengan par value
b) < 100%, dikenal dengan at discount
c) > 100%, dikenal dnhan at premium

Bahwa tingginya harga obligasi berbanding terbalik dengan tingkat bunga. Selain
itu factor lain yang mempengaruhi harga obligasi adalah

a) Kondisi marko ekonomi Indonesia


b) Kondisi industry dari emiten
c) Struktur instrument
d) Likuiditas pasar
e) Kinerja emiten (kemampuan memenuhi kewajiban hutang)

2.12.2 Perilaku harga surat saham

Perilaku harga surat saham

Saham sering di artikan sebagai :


1) Tanda penyertaan atau pemilikan seorang atau badan dalam suatu perusahaan
2) Suatu surat berharga yang menunjukkan adanya kepemilikan seseorang atau
badan hukum terhadap perusahaan penerbit saham

Harga saham adalah harga yang terjadi di passer bursa pada waktu tertentu yang
ditentukan oleh perlaku pasar yaitu permintaan dan penawaran pasar, harga saham
dipengaruhi oleh asspek yaitu :

275
Pendapatan,deviden, aliran kas dan pertumbuhan .

2.12.3 Teori seleksi portofolio keynes

Teori keuangan yang dikemukakan Keynes pada umumnya menerangkan 3 hal, yaitu :
1) Tujuan-tujuan masyarakat untuk meminta (menggunakan uang)
2) faktor-faktor yang menentukan tingkat bunga
3) efek perubahan penawaran uang terhadap kegiatan ekonomi negara.

Tujuan masyarakat untuk meminta (memegang) uang,Maka dapat diklasifikasikan


atas 3motif utama, yaitu :

1) Motif transaksi (transaction motive), motif ini timbul karena uang digunakan
Untuk transaksi yang dilakukan. Besarnya permintaan uang untuk tujuantransaksi ini
ditentukan oleh besarnya tingkat pendapatan (MDt = f(Y), artinyasemakin besar
tingkat pendapatan yang dihasilkan, maka jumlah uang diminta untuk transaksi juga
mengalami peningkatan demikian sebaliknya.

2) Motif berjaga-jaga (precautionary motive), selain untuk membiayai transaksi,


Maka uang diminta pula oleh masyarakat untuk keperluan di masa mendatangyang
sifatnya berjaga-jaga. Besarnya permintaan uang untuk berjaga-jaga ditentukan oleh
besarnya tingkat pendapatan pula.Semakin besar tingkat pendapatan permintaan uang
untuk berjaga-jaga pun semakin besar. MDp =f(Y).

3) Motif spekulasi (speculation motive), spekulasi, yaitu disimpan atau digunakan


Untuk membeli surat-surat berharga, seperti obligasi pemerintah, saham,
atauinstrumen lainnya. Faktor yang mempengaruhi besarnya permintaan uang
dengan motif ini adalah besarnya suku bunga, dividen surat-surat berharga,ataupun
capital gain, fungsi permintaannya adalah MDs = f(i). Maka formula untuk
permintaan uang menurut Keynes adalah:
MD = MDt + MDp + MDs

276
2.12.4 Permintaan uang untuk transaksi dengan model persediaan

Pendekatan Inventori/penyediaaan Boumol :


Permintaan uang seperti permintaan terhadap persediaan (Stock),Yang setiap saat
dipakai untukmemenuhi berbagai keperluan yang muncul setiap saat, tetapi untuk
mengelola diperlukan biaya, maka diperlukan jumlah persediaan yang optimum
(Biaya minimun). Kasus perangkap likuiditas di mana kebijakan moneter tidak
efektif?Jawabannya hampir pasti tidak ada.Keynes disarankan dalam Teori Umum
bahwa jebakan likuiditas mungkin terjadi ketika suku bunga sangat rendah. (Namun,
ia menyatakan bahwa ia belum pernah melihat sebuah terjadinya perangkap
likuiditas.)
Karl Brunner, dan Allan Meltzer, yang melihat apakah bunga sensitivitas permintaan
uangmeningkat pada periode ketika tingkat suku bunga sangat rendah. Mereka
menemukan bahwa tidak ada kecenderungan untuk sensitivitas bunga meningkat
karena suku bunga turun Permintaan uang adalah sensitif terhadap suku bunga, tetapi
ada sedikit bukti bahwa perangkap likuiditas yang pernah ada.

Teori Likuiditas Preferensi Keynes


Dalam bukunya The General Theory of Employment, Interest, and Money,Keynes
meninggalkan pandangan klasik bahwa kecepatan adalah konstan dan dikembangkan
teori permintaan uang yang menekankan pentingnya tingkat suku bunga.
Terdapat 3 motif permintaan uang:

1. Motif transaksi
Permintaan individual akan uang untuk transaksi meningkat seiring dengan
meningkatnya pendapatan. Secara agregat kebutuhan untuk kebutuhan transaksi dapat
dikelompokkan ke dalam belanja rumah tangga. Belanja pemerintah, industry, dan
ekspor-impor. Semakin tinggi pendapatan riil yang diterima masyarakat, maka
semakin tinggi pula permintaan uang untuk transaksi dan berjaga-jaga, dan demikian
pula sebaliknya.
2. Motif berjaga-jaga
Motif berjaga-jaga yaitu motif yang mendorong seseorang menyimpan
sebagian dari kekayaannya dalam bentuk uang tunai. Semakin besar nilai transaksi

277
pertahunnya, semakin banyak jumlah uang yang diperlukan untuk maksud berjaga-
jaga.
3. Motif spekulasi
Motif spekulasi yang dimaksud Keynes adalah spekulasi dalam surat-surat
berharga, khususnya surat obligasi. Semakin tinggi harga obligasi, maka semakin
meningkat kebutuhan uang dengan spekulasi, dan begitu juga sebaliknya. Motif
pemegangan uang ini adalah untuk memperoleh keuntungan.
4. Menempetkan ketiga motif secara bersamaan
Permintaan terhadap uang tidak saja berhubungan dengan pendapatan tetapi
juga untuk suku bunga adalah permulaan pandangan Fisher tentang permintaan uang,
dimana suku bunga tidak memiliki efek pada permintaan uang.Teori Keynes tentang
permintaan uang menunjukkan kecepatan yang tidak konstan, tetapi bukannya
berfluktuasi dengan pergerakan suku bunga. Meskipun Keynes mengambil transaksi
dan komponen berjaga-jaga dari permintaan uang yang akan proporsional terhadap
pendapatan, dia beralasan bahwa motif spekulasi berhubungan negative dengan
tingkat suku bunga. Model Keynes tentang permintaan uang memiliki implikasi
penting yang kecepatannya tidak konstan, melainkan secara positif terkait dengan
suku bunga yang berfluktuasi substansial. Teorinya juga menolak keteguhan dari
kecepatan karena perubahan dalam harapan masyarakat tentang tingkat suku bunga
normal akan menyebabkan pergeseran dalam permintaan uang dan akan
menyebabkan pergeseran kecepatan juga. Jadi teori Liquiduty Preference Keynes
melemparkan keraguan pada teori kuantitas klasik yang nominal pendapatannya
terutama ditentukan oleh gerakan-gerakan dalam kuantitas uang.

Pendekatan selanjutnya dari keynesian


Wiliam Baumol dan James Tobin mengatakan bahwa jumlah uang yang
dipegang untuk bertransaksi pada seseorang sangat sensitif dengan tingkat suku
bunga. Baik itu suku bunga tabungan, obligasi, dan instrumen investasi lainnya.
Contoh, skenario pertama, Ahmad mempunyai pendapatan pada setiap awal bulan
sebesar Rp. 1.000.000, dan dia tetap memegangnya sampai akhir bulan dan pada
akhirnya uangnya pun menuju Rp. 0 pada akhir bulan. Skenario ke 2, pada awal bulan
Ahmad membagi uangnya menjadi 2 bagian, Rp. 500.000 dalam bentuk uang tunai
dan 500.000 dalam bentuk obligasi. Pada pertengahan bulan uang tunainya habis dan

278
untuk keperluan transaksi Ahmad menjual obligasinya dan posisi uang tunai Ahmad
kembali ke level  500.000. Dan  pada akhir bulan rupiahnya menuju angka 0 kembali.
Apa perbedaan antara skenario satu dan dua. Skenario satu uang ahmad
didiamkan dalam bentuk tunai sehingga tidak terjadi penambahan apapun dalam
uangnya. Tetapi pada skenario dua, obligasi mempunyai bunga, anggaplah bunga
obligasi itu 5% per bulan. Maka hmad mendapatkan Rp. 12.500 bulan ini (2.5% x
500.000). kesepakatan yang cukup menggiurkan bukan
Tetapi ketika Ahmad menyimpan sebagian uangnya dalam bentuk obligasi.
Dia menciptakan 2 jenis biaya transaksi. Pertama, ia harus membayar biaya broker
untuk pembelian dan penjualan obligasi. biaya ini akan meningkat bila saldo rata-rata
uang tunai ahmad lebih rendah karena dia pasti akan lebih sering membeli dan
menjual obligasi. kedua, dengan semakin sedikitnya uang tunai yang ahmad pegang,
maka dia akan lebih banyak berpergian untuk mencairkan obligasi atau bank untuk
mencairkan uang tunainya.
Ahmad menghadapi trade-off. Jika ia memegang uang tunai sangat sedikit,
ia bisa mendapatkan banyak bunga obligasi,tetapi dia akan dikenakan biaya transaksi
yang lebih besar. Jika tingkat bunga tinggi, manfaat dari memegang obligasi akan
menjadi relatif tinggi dengan biaya transaksi, dan ia akan memegang lebih banyak
obligasi dan uang tunai yang lebih sedikit. Sebaliknya, jika suku bunga rendah, biaya
transaksi dapat lebih besar dari pembayaran bunga, dan ahmad kemudian akan lebih
baik memegang kas lebih banyak dan lebih sedikit obligasi
Kesimpulan dari analisis Baumol-Tobin dapat dinyatakan sebagai
berikut: Seperti meningkatkan suku bunga,jumlah uang tunai yang dipegang untuk
tujuan transaksi akan menurun, yang pada gilirannya berarti perputaran yang akan
meningkat karena peningkatan suku bunga. Dengan kata lain, komponen transaksi
dari permintaan uang berhubungan negatif dengan tingkat suku bunga.
Perkembangan lebih lanjut dari pendekatan Keynesian telah berusaha untuk
memberikan penjelasan yang lebih tepat untuk transaksi, pencegahan, dan permintaan
spekulatif uang. Upaya untuk meningkatkan pemikiran Keynes untuk permintaan
spekulatif untuk uang telah hanya sebagian berhasil, itu masih tidak jelas bahwa
tuntutan ini bahkan ada. Namun, model transaksi dan permintaan pencegahan untuk
uang menunjukkan bahwa komponen-komponen permintaan uang secara negatif
terkait dengan suku bunga. Oleh karena itu proposisi Keynes bahwa permintaan uang
adalah sensitif terhadap suku bunga-menunjukkan kecepatan yang tidak konstan dan

279
bahwa pendapatan nominal mungkin terpengaruh oleh faktor lain dari kuantitas
uang masih didukung.

Teori Kuantitas Uang Modern Friedman


Friedman mengejar pertanyaan mengapa orang memilih untuk memegang
uang. Bukannya menganalisis motif khusus untuk memegang uang. Lalu Friedman
hanya menyatakan bahwa permintaan uang dipengaruhi oleh faktor yang sama yang
mempengaruhi permintaan aset apapun.
Teori permintaan aset menunjukkan bahwa permintaan uang harus menjadi
fungsi dari sumberdaya yang tersedia bagi individu (kekayaan mereka) dan hasil
pengembalian pada aset lainnya relatif terhadap hasil yang diharapkan pada uang.
Seperti Keynes, Friedman mengakui bahwa orang ingin menahan sejumlah
keseimbangan uang riil (jumlah uang secara riil). Dari alasan ini, Friedman
mengungkapkan formulasi tentang permintaan uang sebagai berikut

Md/P = demand for real money balances


Yp  = Friedman’s measure of wealth, known aspermanent income
Rm = expected return on money
rb = expected return on bonds
re = expected return on equity (common stocks)
e
=expected inflation rate
Seorang individu dapat menyimpan kekayaan dalam beberapa bentuk selain
uang; Friedman mengkategorikan menjadi tiga jenis aset: obligasi, ekuitas (saham
biasa), dan barang. Insentif untuk memegang aset-aset ini bukannya uang yang
diwakili oleh pengembalian yang diharapkan pada masing-masing aset relatif
terhadap pengembalian yang diharapkan atas uang, tiga yang terakhir istilah dalam
fungsi permintaan uang. Tanda minus di bawah setiap menunjukkan bahwa setiap
naik panjang, permintaan uang akan turun.

280
2.12.5 Toeri preferensi likuiditas james tobin

Baumol-Tobin Model of Transactions Demand for Money


Ide dasar dibalik model Baumol-Tobin disajikan dalam bab ini. Di sini kita
mengeksplorasi  matematika yang mendasari model. Asumsi dari model ini adalah :
1.      Seorang individu menerima pendapatan dari T0 pada awal setiap periode.
2.      Seorang individu menghabiskan pendapatan ini pada tingkat yang konstan,
sehingga pada akhir periode,semua T0 pendapatan telah dibelanjakan.
3.      Hanya ada dua assetsâ € "uang tunai dan obligasi. Kas mendapatkan kembali
nominal nol, dan obligasi mendapatkan suatu tingkat bunga .
4.      Setiap kali seseorang membeli atau menjual obligasi untuk meningkatkan uang
tunai,biaya B, untuk broker  termasuk didalamnya.

Tobin Mean-Variance Model


Permintaan uang hanya sebuah aplikasi dasar ide-ide dalam teori
pilihan  portofolio. Tobin mengasumsikan bahwa utilitas seseorang  berasal dari asset
mereka secara positif terkait dengan hasil yang diharapkan pada
portofolio mereka.aset dan negatif terkait dengan keberisikoan portofolio ini yang
diwakili oleh varians (atau deviasi standar) pengembalian nya. Kerangka kerja
ini menyiratkan bahwa sebuah individu memiliki kurva indiferen yang
dapat ditarik . Perhatikanbahwa kurva indiferen kemiringan ke atas karena seorang
individu bersedia untuk menerima risiko yang lebih jika menawarkan pengembalian
yang diharapkan lebih tinggi. Selain itu, ketika kita pergi ke kurva indiferen yang
lebih tinggi, Uilitas pu akan lebih tinggi, karena untuk tingkat resiko yang sama, hasil
yang diharapkan lebih tinggi. Tobin melihat antara pilihan memegang uang, yang
mendapatkan kembali nol tertentu, atau obligasi, yang dapat dinyatakan sebagai
I : keuntungan dari obligasi , g :  capital gains

281
BAB III

Kesimpulan

Dari beberapa uraian dan penjelasan yang telah dikemukakan di atas maka dapatlah penulis
mengambil kesimpulan bahwa dengan mata pelajaran Makro Ekonomi  mengajarkan kepada
kita tentang perekonomian sebagai suatu kesatuan atau suatu studi tentang prilaku
perekonomian secara keseluruhan.
Dalam makro ekonomi juga merinci tentang analisis mengenai pengeluaran agregat kepada 4
komponen yaitu :
1.      Pengeluaran rumah tangga ( komsumsi rumah tangga )
2.      Pengeluaran pemerintah
3.      Pengeluaran perusahaan ( investasi )
4.      Ekspor dan impor

Dan Tujuan dari Makroekonomi adalah :


1.      Output tinggi lalu pertumbuhan cepat
2.      Kesempatan kerja yang tinggi pengangguran terpaksa yang rendah
3.      Stabilitas harga dalam pasar bebas
4.      Perdagangan luar Negeri

Saran

Dalam pengambilan keputusan yang dilakukan oleh pemerintah dan pihak-pihak yang
terkait seharusnya menganalisis terlebih dahulu dampak jangka panjang yang akan terjadi
di masyarakat. Kebijakan-kebijakan makro ekonomi yang baik seharusnya memperkuat
perekonomian Negara secara keseluruhan.

282
Daftar Pustaka

http://setkab.go.id/en/artikel-6596-faktor-kunci-meningkatnya-investasi-di-indonesia.html

http://red3land.blogspot.com/2012/09/pengertian-tingkat-bunga.html

http://www.pendidikanekonomi.com/2013/10/pergerakan-dan-pergeseran kurva.html

http://sinalfa.blogspot.com/2011/05/perkembangan-investasi-dan-tingkat.html

http://www.scribd.com/doc/49370688/PASAR-KOMODITI-DAN-KURVA-IS
http://expressknowledges.wordpress.com/tag/kurva-permintaan-investasi-fungsi-suku-bunga/

http://lianazlie.blogspot.com/2011/05/penurunan-kurva-is.html

http://aldairchristiawan.blogspot.com/2013/07/v-behaviorurldefaultvmlo.html

http://dewimanroe.wordpress.com/2013/03/13/permintaan-dan-penawaran-uang/

http://id.shvoong.com/social-sciences/economics/2176080-permintaan-
uang/#ixzz31wMVjMEr

http://idadwiw.wordpress.com/2012/07/03/uang-teori-uang-motif-memegang-uang/

http://viewords.wordpress.com/college-related-post/permintaan-uang/

http://wadeau.blogspot.com/2013/11/teori-keynes-tentang-permintaan-uang.html

Rahardja, Prathama dan Manurung, Mandala. 2008. Pengantar Ilmu Ekonomi (Mikro
Ekonomi dan Makro Ekonomi) Edisi Ketiga. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia.

Sukirno, Sadono. 2012. MakroEkonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga. Jakarta: Rajawali Pers.

Neraca Pembayaran. Posted by Arianto Samier Irhash at 10:45:00 PM.


http://sobatbaru.blogspot.com/2008/08/pengertian-neraca-pembayaran.html

http://gioakram.blogspot.com

hariyatno.staff.gunadarma.ac.id

http://tenagasosial.blogspot.com

283
http://naylasyahadah.blogspot.com

http://makalah-artikel-online.blogspot.com

Kurs Tetap, Kurs Mengambang Bebas, Kurs Mengambang Terkendali dan Penerapannya Di
Indonesia. http://economicwatcher.blogspot.com/2012/06/kurs-tetap-kurs-mengambang-
bebas-kurs.html

Pengertian dari Kurs Tetap dan Kurs Mengambang. 17 OKTOBER 2011.


IKASAMSUMANTRI. http://ikasamsumantri.wordpress.com/2011/10/17/pengertian-dari-
kurs-tetap-dan-kurs-mengambang/

Kurs Tetap, Kurs Mengambang, Dan Kurs Mengambang Terkendali. Diposkan oleh Khe-khe
di Senin, Oktober 10, 2011. http://ikemurwanti.blogspot.com/2011/10/kurs-tetap-kurs-
seimbang-dan-kurs.html

Author: Zainul Muchlas Dosen Stie Asia Malang. zainulm@yahoo.com, www.asia.ac.id 2013

http://elfriza.blogspot.com/2013/10/resesi-depresi-dan-pengangguran.html

http://fachrialicius.blogspot.com/2012/12/keseimbangan-ekonomi-makro.html

http://egha02.blogspot.com/

http://yanpoga.blogspot.com/2010/11/keseimbangan-ekonomi.html

http://makalahpaijo.blogspot.com/2013/04/kurva-permintaan-dan-penawaran-agregatif.html

http://anisaalwiyahtaha.blogspot.com/2011/11/model-keynesian-faktor-yang-
menentukan.html

http://id.shvoong.com/social-sciences/economics/2348884-pengertian-tenaga-kerja-menurut-
para/#ixzz31yQooaWI

http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/05/langkah-langkah-dalam-menentukan-gaji.html rabu
19.23

http://fansmania.wordpress.com/2010/03/29/tips-trik-mengelola-dan-menentukan-gaji-
karyawan/ rabu 19.23

http://josahulata.wordpress.com/tag/pengangguran

284
http://andinisaurus.blogspot.com/2012/05/produktivitas-tenaga-kerja.html, rabu 19:12

http://www.vedcmalang.com/pppptkboemlg/index.php/artikel-coba-2/departemen-bangunan-
30/411-pengukuran-produktivitas-tenaga-kerja, rabu 19:13

http://id.shvoong.com/social-sciences/economics/2348884-pengertian-tenaga-kerja-menurut-
para/

Prof. Dr. Soedjono Dirdjosisworo, S.H., M.B.A, Hukum Perusahaan Mengenai Penanaman


Modal di Indonesia, CV Mandar Maju, Bandung, 1999.

Santoso Brotodihardjo, S.H., Pengantar Ilmu Hukum Pajak, Refika Aditama, Bandung, 2008.

Y. Sri Pudyatmoko, Pengantar Hukum Pajak Edisi Revisi, Penerbit Andi, Yogyakarta, 2008.

http://dinaaliza.blogspot.com/2013/05/kebijakan-moneter.html

http://rifdoisme.wordpress.com/2012/09/19/teori-konsumsi/

http://ejurnal.stiedharmaputra-smg.ac.id/index.php/DE/article/view/13

http://www.ut.ac.id/html/suplemen/espa4210/espa4210a/tanya%202.htm

http://www.ut.ac.id/html/suplemen/espa4210/espa4210a/tanya%203.htm

http://www.ut.ac.id/html/suplemen/espa4210/espa4210a/tanya%20jawab.htm

http://anakbaru.wordpress.com/2011/03/22/4/

http://keuanganlsm.com/menentukan-tingkat-bunga-bank-sebuah-investasi/

Sukirno Sadono, Makro Ekonomi Teori Pengantar Edisi 3, Jakarta, 2010.

http://anaridle.blogspot.com/2008/03/kurva-lm-dan-pasar-uang-apa-hubungannya.html

kuswanto.staff.gunadarma.ac.id

dwijayanto.staff.gunadarma.ac.id

http://vinlux.blogspot.com/2007/03/bab-i-pendahuluan-pengertian-
pasar.htmlhttp://edudetik.blogspot.com/2014/01/makalah-pasar-uang.html

http://hpweblog.wordpress.com/2012/10/19/pasar-barang-dan-pasar-uang-model-is-lm/

285
http://rudysims6789.blogspot.com/2013/07/kebijakan-fiskal-dan-moneter-dalam.html
https://sites.google.com/site/kuliahmoneter1/halaman-2
http://variasy.blogspot.com/2012/12/analisis-lm-keseimbangan-pasar-uang.htmlS
http://ssbelajar.blogspot.com/2013/04/grafik-permintaan-uang.html
http://indydolphin.blogspot.com/2011/04/kebijakan-fiskal-dan-moneter.html
http://rudysims6789.blogspot.com/2013/07/kebijakan-fiskal-dan-moneter-dalam.html
http://indydolphin.blogspot.com/2011/04/kebijakan-fiskal-dan-moneter.html
http://suvisutrisno93.wordpress.com/2013/12/17/paper-ekonomi-makro-is-lm/

Nugroho, (2012). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Inflasi Di Indonesia


Periode 2000 – 2011. Skripsi S1, Program Sarjana Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Diponegoro Tahun 2012.
http://abstraksiekonomi.blogspot.com/2013/11/teori-permintaan-agregat-dan-tingkat.html

http://arengiff.blogspot.com/2011/03/perdebatan-antara-klasik-dan-keynes.html

286
 

287
288

Anda mungkin juga menyukai