Anda di halaman 1dari 2

Nama : MUHAMMAD JEFPRI

Kelas : XI Adm. Perkantoran

Mapel : Bahasa Indonesia

CONTOH TEKS BERITA EKONOMI INDONESIA


Kondisi ekonomi Indonesia masih jauh dari kata resesi maupun krisis. Hanya saja, Indonesia perlu waspada
dengan keadaan ekonomi Yunani dan Tiongkok.

Penanganan kesulitan ekonomi ini, tidak terlepas dari peran dua menteri utama ekonomi, yakni Menko
Perekonomian dan Menkeu.

Pemerintah menegaskan kondisi ekonomi Indonesia saat ini sangat berbeda dengan periode 1997-1998
ketika ada badai krisis moneter (krismon). Atas dasar itu, pemerintah mengimbau seluruh masyarakat dan pelaku
pasar tidak panik dalam menghadapi keadaan tersebut.

"Kondisi makronya jelas berbeda, meski keadaannya sama,"

Indonesia masih mendulang pertumbuhan ekonomi positif walaupun melambat dengan realisasi 4,7 persen di
semester I 2015. Catatan inflasi pun sebesar 2 persen year to date dan year to year sebesar 7 persen.

Sementara neraca perdagangan Indonesia surplus dan defisit transaksi berjalan menyempit dari 3 persen di
tahun lalu menjadi 2,1 persen-2,2 persen.

Seperti diketahui, pasar modal dan keuangan Indonesia alami guncangan di awal pekan. Hal itu seiring
sentimen negatif dari China mendevaluasi atau melemahkan mata uang Yuan. Langkah China tersebut menambah
kekhawatiran terhadap ekonomi China melambat.

Ditambah memicu spekulasi kalau bank sentral Amerika Serikat (AS) akan menunda kenaikan suku bunga
pada September 2015.
Nilai tukar rupiah pun akhirnya menembus level 14.000 per dolar AS. IHSG anjlok 3,97 persen ke

"Pertumbuhan ekonomi di semester I 2015 hanya 4,7 persen atau jauh dari target pertumbuhan APBN 2015 sebesar
5,7 persen. Ini peringatan keras bagi pemerintah," tegas Abdul.

Fadel Muhammad, Ketua Komisi XI mengatakan Usai membahas Anggaran BI Tahun 2016, bakal memanggil
pemerintah dan Gubernur BI untuk membicarakan langkah-langka otoritas fiskal dan moneter di tengah situasi
perekonomian yang sulit ini.

Pada penutupan sesi pertama perdagangan saham, Senin 24 Agustus 2015, IHSG susut 189,57 poin (4,37 persen) ke
level 4.146,37. Level ini terendah sejak 2013. (Fik/Ahm)
Kembali Pada tahun 1998, inflasi mencapai 78 persen karena rupiah melemah sehingga orang-orang berlomba
menarik dana dari perbankan dalam bentuk tunai dan BI mencetak uang dalam jumlah besar.

Sedangkan sekarang, inflasi year on year sebesar 7,15 persen, jauh dibanding pada 1998.

Selanjutnya, suku bunga deposito pada 1998, mencapai 60 hingga 70 persen sehingga bunga deposito lebih tinggi
dari bunga kredit yang hanya 24 persen.

"Akibatnya terjadi negatif spread, maka bank-bank kolaps, termasuk bank-bank besar pemerintah. Sedangkan
sekarang tidak ada bank yang kolaps. Jadi kondisi 1998 jauh lebih dahsyat jeleknya dibandingkan 2015.

Sementara itu, melemahnya rupiah kini selain karena faktor struktural dan sentimen pasar, tutur dia, juga dipengaruhi
membaiknya kondisi perekonomian AS.

"AS membaik seperti raksasa bangkit, indikasinya sekarang muncul 200.000 hingga 370.000 lapangan pekerjaan
sehingga pengangguran turun dari 10 persen menjadi 5,5 persen. Selain itu, penjualan mobil year on year 17 juta
unit, sedangkan Indonesia hanya 1,1 juta unit," kata dia.

Meski kini ekonomi Indonesia kurang baik, diprediksikan ekonomi Tanah Air pada semester II tahun ini akan
membaik menjadi 5,1 hingga 5,2 persen dari hanya 4,7 persen dan pertumbuhan kredit bank dalam kisaran 10 hingga
12 persen.

Anda mungkin juga menyukai