Anda di halaman 1dari 21

PEREKONOMIAN MASA PEMERINTAHAN SBY

PENDAHULUAN
Kondisi perekonomian Indonesia pada masa pemerintahan SBY mengalami perkembangan yang
sangat baik. Pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh pesat di tahun 2010 seiring pemulihan
ekonomi dunia pasca krisis global yang terjadi sepanjang 2008 hingga 2009. Terbukti,
perekonomian Indonesia mampu bertahan dari ancaman pengaruh krisis ekonomi dan finansial
yang terjadi di zona Eropa. Kinerja perekonomian Indonesia akan terus bertambah baik, tapi
harus disesuaikan dengan kondisi global yang sedang bergejolak. Ekonomi Indonesia akan terus
berkembang, apalagi pasar finansial, walaupun sempat terpengaruh krisis, tetapi telah
membuktikan mampu bertahan. Sementara itu, pemulihan ekonomi global berdampak positif
terhadap perkembangan sektor eksternal perekonomian Indonesia.Pemerintahan Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono (SBY) berhasil mendobrak dan menjadi katarsis terhadap kebuntuan
tersebut. Korupsi dan kemiskinan tetap menjadi masalah di Indonesia. Namun setelah beberapa
tahun berada dalam kepemimpinan nasional yang tidak menentu, SBY telah berhasil
menciptakan kestabilan politik dan ekonomi di Indonesia

1. PEMBAHASAN
Pada pemerintahan SBY kebijakan yang dilakukan adalah mengurangi subsidi Negara Indonesia,
atau menaikkan harga Bahan Bahan Minyak (BBM), kebijakan bantuan langsung tunai kepada
rakyat miskin akan tetapi bantuan tersebut diberhentikan sampai pada tangan rakyat atau
masyarakat yang membutuhkan, kebijakan menyalurkan bantuan dana BOS kepada sarana
pendidikan yang ada di Negara Indonesia. Akan tetapi pada pemerintahan Susilo Bambang
Yudhoyono dalam perekonomian Indonesia terdapat masalah dalam kasus Bank Century yang
sampai saat ini belum terselesaikan bahkan sampai mengeluarkan biaya 93 miliar untuk
menyelesaikan kasus Bank Century ini.
Kondisi perekonomian pada masa pemerintahan SBY mengalami perkembangan yang sangat
baik. Pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh pesat di tahun 2010 seiring pemulihan ekonomi
dunia pasca krisis global yang terjadi sepanjang 2008 hingga 2009.

Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat mencapai 5,5-6
persen pada 2010 dan meningkat menjadi 6-6,5 persen pada 2011. Dengan demikian prospek
ekonomi Indonesia akan lebih baik dari perkiraan semula.
Sementara itu, pemulihan ekonomi global berdampak positif terhadap perkembangan sektor
eksternal perekonomian Indonesia. Kinerja ekspor nonmigas Indonesia yang pada triwulan IV2009 mencatat pertumbuhan cukup tinggi yakni mencapai sekitar 17 persen dan masih berlanjut
pada Januari 2010.
Salah satu penyebab utama kesuksesan perekonomian Indonesia adalah efektifnya kebijakan
pemerintah yang berfokus pada disiplin fiskal yang tinggi dan pengurangan utang
Negara.Perkembangan yang terjadi dalam lima tahun terakhir membawa perubahan yang
signifikan terhadap persepsi dunia mengenai Indonesia. Namun masalah-masalah besar lain
masih tetap ada. Pertama, pertumbuhan makroekonomi yang pesat belum menyentuh seluruh
lapisan masyarakat secara menyeluruh. Walaupun Jakarta identik dengan vitalitas ekonominya
yang tinggi dan kota-kota besar lain di Indonesia memiliki pertumbuhan ekonomi yang pesat,
masih banyak warga Indonesia yang hidup di bawah garis kemiskinan.
Pada periode ini, pemerintah khususnya melalui Bank Indonesia menetapkan empat kebijakan
untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional negara yaitu :
1. BI rate
2. Nilai tukar
3. Operasi moneter
4. Kebijakan makroprudensial untuk pengelolaan likuiditas dan makroprudensial lalu lintas
modal.
Dengan kebijakan-kebijakan ekonomi diatas, diharapkan pemerintah dapat meningkatkan
pertumbuhan ekonomi negara yang akan berpengaruh pula pada meningkatnya kesejahteraan
masyarakat Indonesia.
Hampir tujuh tahun sudah ekonomi Indonesia di tangan kepemimpinan Presiden SBY dan
selama itu pula perekonomian Indonesia boleh dibilang tengah berada pada masa keemasannya.
Beberapa pengamat ekonomi bahkan berpendapat kekuatan ekonomi Indonesia sekarang pantas
disejajarkan dengan 4 raksasa kekuatan baru perekonomian dunia yang terkenal dengan nama
BIRC (Brazil, Rusia, India, dan China).
Krisis global yang terjadi pada tahun 2008 semakin membuktikan ketangguhan perekonomian
Indonesia. Di saat negara-negara superpower seperti Amerika Serikat dan Jepang berjatuhan,
Indonesia justru mampu mencetak pertumbuhan yang positif sebesar 4,5% pada tahun 2009.
Gemilangnya fondasi perekonomian Indonesia direspon dunia internasional dengan menjadikan
Indonesia sebagai salah satu negara pilihan tempat berinvestasi. Dua efeknya yang sangat terasa

adalah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencapai rekor tertingginya sepanjang sejarah
dengan berhasil menembus angka 3.800. Bahkan banyak pengamat yang meramalkan sampai
akhir tahun ini IHSG akan mampu menembus level 4000.
Indonesia saat ini menjadi ekonomi nomor 17 terbesar di dunia. Tujuan kami adalah untuk
menduduki 10 besar. Kami sangat optimistis karena IMF pun memprediksi ekonomi Indonesia
akan mengalahkan Australia dalam waktu kurang dari satu dekade ke depan, tutur SBY dalam
sebuah acara.
Banyak sekali masalah masalah penting di jaman pemerintah jilid I dan II yang hilang begitu saja
tanpa tau akhir inti dan akar kemana permasalahan itu berawal . Pemerintaan Indonesia Jilid I
maupun jilid II bagaimanapun kebijakan,menteri dan lain sebagainya kita sebagai masyarakat
hanya mengharapkan pemerintah dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara yang akan
berpengaruh pula pada meningkatnya kesejahteraan masyarakat Indonesia yang saat ini masih
tidak ada perkembangannya.

Jumlah Penduduk Miskin dan Tingkat Kemiskinan (2004-2013)

Jumlah penduduk miskin terus diturunkan. Dalam tahun 2013, jumlah penduduk miskin berhasil
diturunkan menjadi 28,1 juta (11,4 persen), lebih rendah dari tahun 2004 yang masih berjumlah
36,1 juta (16,7 persen). Upaya untuk menurunkan tingkat kemiskinan dalam 10 tahun terakhir
dihadapkan tantangan yang berat. Gejolak moneter di dalam negeri dan meningkatnya harga
minyak mentah dunia pada tahun 2005 telah mengakibatkan tekanan pada perekonomian.
Langkah stabilisasi dan perlindungan bagi penduduk miskin mampu menurunkan kembali
jumlah penduduk miskin. Selanjutnya melalui penyempurnaan sistem perlindungan sosial ke
dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri, Program Keluarga
Harapan (PKH), subsidi beras untuk masyarakat miskin (Raskin), penyediaan dana Bantuan
Siswa Miskin (BSM), program Askeskin/Jamkesmas, dan program kompensasi dan bersifat
sementara, jumlah penduduk miskin dapat diturunkan meskipun perekonomian mengalami
perlambatan oleh krisis keuangan dan resesi global pada tahun 2008/09.

Pengangguran 2005 2010

Sementara, pada masa SBY-Boediono berjanji dalam kampanye Pilpres 2009 akan membuat
pengangguran turun 5-6 % dengan cara meningkatkan peluang lapangan pekerjaan dan
peningkatan penyaluran modal usaha. Menurut BPS menunjukkan, tingkat pengangguran terbuka
di Indonesia pada Februari 2012 mencapai 6,32% atau 7,61 juta orang. Jumlah ini turun 6% dari
Februari 2012 sebesar 8,12 juta orang. Angka persentase pengangguran 6,32% pada 6,8%. Angka
pengangguran diperhitungkan terus menurun, yakni: Februari 2011 mencapai 8,12 juta; Agustus
2011 mencapai 7,7 juta; Februari 2012 mencapai 7,61 juta Pada Februari 2012 jumlah angkatan
kerja di Indonesia mencapai 120,4 juta orang, bertambah sekitar 3 juta orang dibanding angkatan
kerja Agustus 2011 sebesar 117,4 juta orang atau bertambah sebesar 1 juta orang dibanding
Februari 2011. Dari angkatan kerja tersebut, jumlah penduduk bekerja di Indonesia pada
Februari 2012 mencapai 112,8 juta orang, bertambah sekitar 3,1 juta orang dibanding keadaan
pada Agustus 2011 sebesar 109,7 juta orang atau bertambah 1,5 juta orang dibanding keadaan
Februari 2011. Selama setahun terakhir (Februari 2011Februari 2012), jumlah penduduk

bekerja mengalami kenaikan, terutama di Sektor Perdagangan sekitar 780 ribu orang atau 3,36%
serta sektor keuangan sebesar 720 ribu orang atau 34,95%.

Perkembangan Laju Inflasi Tahun 2004-2011

Dari tabel dibawah ini dapat kita lihat bahwa perkembangan inflasi Indonesia dari tahun 2004
2011 sangat fluktuatif namun begitu secara keseluruhan memiliki tren yang positif. Pada tahun
2004 inflasi di Indonesia sebesar 6,4 %
Berdasarkan data statistik yang di peroleh dari BPS di Indonesia bahwa perkembangan laju
inflasi mulai dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2011, pada tahun 2004 IHK meningkat
menjadi 792,09 persen dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 5,1 persen (629,90). Hal
ini disebabkan oleh naiknya inflasi pada tahun 2004 dengan angka 6,4 persen. Pada akhir tahun
2004 tepatnya tanggal 26 Desember 2004, terjadi musibah gempa bumi dan tsunami yang
melanda Aceh dan sebagian Sumatera. Sehingga ini merupakan musibah yang dialami oleh
bangsa Indonesia karena kerusakan yang ditimbulkan amat parah oleh bencana tersebut.
Dampak dari bencana tersebut sangat berperpengaruh terhadap meningkatnya laju inflasi hingga
berlanjut pada tahun 2005, yang kemudian menimbulkan kebijakan menaikkan harga BBM 1
Oktober 2005, dan sebelumnya Maret 2005, yang ternyata berimbas pada situasi perekonomian
tahun-tahun berikutnya. Pemerintahan SBY-JK memang harus menaikkan harga BBM dalam
menghadapi tekanan APBN yang makin berat karena lonjakan harga minyak dunia. Kenaikan
harga BBM tersebut telah mendorong tingkat inflasi Oktober 2005 mencapai 8,7% (MoM) yang
merupakan puncak tingkat inflasi bulanan selama tahun 2005 dan akhirnya ditutup dengan angka
17,1% per Desember 30, 2005 (YoY). Penyumbang inflasi terbesar adalah kenaikan biaya
transportasi lebih 40% dan harga bahan makanan 18%.Core inflation pun naik menjadi 9,4%,
yang menunjukkan kebijakan Bank Indonesia (BI) sebagai pemegang otoritas moneter menjadi
tidak sepenuhnya efektif.
Inflasi yang mencapai dua digit ini jauh melampaui angka target inflasi APBNP II tahun 2005
sebesar 8,6%. Inflasi sampai bulan Februari 2006 (YoY) masih amat tinggi 17,92%, bandingkan
dengan Februari 2005 (YoY) 7,15% atau Februari 2004 (YoY) yang hanya 4,6%. Efek inflasi
tahun 2005 cukup berpengaruh terhadap tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI),
yang menjadi referensi suku bunga simpanan di dunia perbankan.

Harga Bahan Bakar Minyak 2005 2013

Pada tahun 2006 laju inflasi menjadi 6,60 persen. Sama halnya pada tahun 2006. Pada tahun
2007 laju inflasi masih stagnan di posisi 6,59 persen, ini membuktikan pada saat itu
perekonomian indonesia dalam kondisi stabil. Pada tahun 2008 kondisi ekonomi global
mengalami goncang krisis, yang berawal ketika Amerika serikat gagal mengelola usaha properti,
sehingga berdampak terhadap laju inflasi dalam negeri yang meningkat mencapai 11,06 persen.
Pada tahun 2009 kondisi perekonomian dunia dan khususnya Indonesia mulai menunjukkan
perbaikan dengan menurunnya laju inflasi ke 2,78 persen dan pada tahun 2010 kembali terjadi
krisis ekonomi di eropa dan berpengaruh pada perekonomian global, kondisi ini sangat

berdampak terhadap Negara- Negara berkembang salah satunya Indonesia yang sangat
bergantung pada lembaga bank dunia dan IMF. Pada saat itu menunjukkan laju inflasi Indonesia
sebesar 6,78. Pada tahun 2011 indonesia berhasil mengantisipati krisis ekonomi yang terjadi di
dunia dengan kondisi ekonomi yang stabil laju inflasi pada tahun 2011 sebesar 3,78.

Perkembangan Kurs Rp/USD di Indonesia tahun 2004-2011

Salah satu paramater perekonomian adalah kestabilan nilai tukar rupiah terhadap sejumlah mata
uang dunia. Selain inflasi, Nilai tukar (kurs) juga memiliki peran yang penting dalam perubahan
neraca pembayaran indonesia
Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa, perkembangan nilai tukar daru tahun 2004 2011
cenderungan tidak terlalu fluktuatif. Pada tahun 2004 nilai tukar Rupiah terhadap USD yaitu Rp
9.311/USD, sedangkan pada tahun 2005 nilai tukar rupiah terhadap USD menguat yaitu sebesar
Rp9.036/USD. Pada tahun selanjutnya tahun 2006 rupiah mengalami depresiasi yaitu
Rp9.447/USD, dan pada tahun 2007 Rupiah mengalami depresiasi yang cukup besar yaitu
menjadi Rp 11.005/USD.
Meskipun pada tahun 2007 nilai tukar Rupiah terhadap USD cukup besar namun karena
perekonomian yang berangsur membaik mampu menguatkan kembali nilai tukar, yaitu sebesar
Rp 9.466/USD, dan pada tahun tahun selanjutnya hingga tahun 2011 nilai tukar rupiah
terhadap USD cenderung stabil yaitu dikisaran Rp 9.065/USD hingga Rp 9.879/USD.
Berfluktuasinya nilai tukar dari tahun 2004 2011 dipengaruhi oleh banyak faktor, mulai
dari demand supply di pasar valuta asing, tingkat suku bunga, pendapatan rill hingga kebijakan
pemerintah yang memiliki tujuan tertentu dalam mendevaluasi maupun merevaluasi nilai tukar.

Kelebihan dan kekurangan perkembangan ekonomi di pemerintahan SBY diantaranya :

Kelebihan :

Harga BBM diturunkan hingga 3 kali (2008-2009), pertama kali sepanjang sejarah.

Perekonomian terus tumbuh di atas 6% pada tahun 2007 dan 2008, tertinggi setelah orde
baru.

Cadangan devisa pada tahun 2008 US$ 51 miliar, tertinggi sepanjang sejarah.

Menurunnya Rasio hutang negara terhadap PDB terus turun dari 56% pada tahun 2004
menjadi 34% pada tahun 2008.

Pelunasan utang IMF.

Terlaksananya program-program pro-rakyat seperti: BLT, BOS, Beasiswa,


JAMKESMAS, PNPM Mandiri, dan KUR tanpa agunan tambahan yang secara otomatis
dapat memperbaiki tinggkat ekonomi rakyat.

Pengangguran terus menurun. 9,9% pada tahun 2004 menjadi 8,5% pada tahun 2008.

Menurunnya angka kemiskinan dari 16,7% pada tahun 2004 menjadi 15,4% pada tahun
2008.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh pesat di tahun 2010 seiring pemulihan ekonomi
dunia pasca krisis global yang terjadi sepanjang 2008 hingga 2009.

Perekonomian Indonesia mampu bertahan dari ancaman pengaruh krisis ekonomi dan
finansial yang terjadi di zona Eropa

Kelemahan

Jumlah utang negara tertinggi sepanjang sejarah yakni mencapi 1667 Triliun pada awal
tahun 2009 atau 1700 triliun per 31 Maret 2009. Inilah pembengkakan utang terbesar
sepanjang sejarah.

Tingkat pengeluaran untuk administrasi yang luar biasa tinggi. Mencapai sebesar 15%
pada tahun 2006 .menunjukkan suatu penghamburan yang signifikan atas sumber daya
public.

Konsentrasi pembangunan di awal pemerintahannya hanya banyak berpusat di aceh,


karena provinsi aceh telah di porak porandakan oleh bencana alam stunami pada tahun
2004.

Masih gagalnya pemerintah menghapuskan angka pengangguran dan kemiskinan di


negeri ini.

Dianggap belum mampu menyelesaikan masalah bank CENTURY

https://siagianastria.wordpress.com/2015/06/13/perekonomian-indonesia-padamasa-pemerintahan-susilo-bambang-yudhoyono-boediono/

1. Kondisi Perekonomian Semasa Pemerintahan SBY

Kondisi perekonomian Indonesia pada masa pemerintahan SBY mengalami perkembangan yang
sangat baik. Pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh pesat di tahun 2010, seiring pemulihan
ekonomi dunia pasca krisis global yang terjadi sepanjang 2008 hingga 2009.Terbukti,
perekonomian Indonesia mampu bertahan dari ancaman pengaruh krisis ekonomi dan finansial
yang terjadi di zona Eropa. Kinerja perekonomian Indonesia akan terus bertambah baik, tapi
harus disesuaikan dengan kondisi global yang sedang bergejolak. Ekonomi Indonesia akan terus
berkembang, apalagi pasar finansial, walaupun sempat terpengaruh krisis, tetapi telah
membuktikan mampu bertahan.
Sementara itu, pemulihan ekonomi global berdampak positif terhadap perkembangan sektor
eksternal perekonomian Indonesia. Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)
berhasil mendobrak dan menjadi katarsis terhadap kebuntuan tersebut. Korupsi dan kemiskinan
tetap menjadi masalah di Indonesia. Namun setelah beberapa tahun berada dalam kepemimpinan
nasional yang tidak menentu, SBY telah berhasil menciptakan kestabilan politik dan ekonomi di
Indonesia.
Salah satu penyebab utama kesuksesan perekonomian Indonesia adalah efektifnya kebijakan
pemerintah yang berfokus pada disiplin fiskal yang tinggi dan pengurangan utang Negara.
Perkembangan yang terjadi dalam lima tahun terakhir membawa perubahan yang signifikan
terhadap persepsi dunia mengenai Indonesia. Namun masalah-masalah besar lain masih tetap

ada. Pertama, pertumbuhan makro ekonomi yang pesat belum menyentuh seluruh lapisan
masyarakat secara menyeluruh. Walaupun Jakarta identik dengan vitalitas ekonominya yang
tinggi dan kota-kota besar lain di Indonesia memiliki pertumbuhan ekonomi yang pesat, masih
banyak warga Indonesia yang hidup di bawah garis kemiskinan.
Pada pemerintahan SBY kebijakan yang dilakukan adalah mengurangi subsidi Negara Indonesia,
atau menaikkan harga Bahan Bahan Minyak (BBM), kebijakan bantuan langsung tunai kepada
rakyat miskin akan tetapi bantuan tersebut diberhentikan sampai pada tangan rakyat atau
masyarakat yang membutuhkan, kebijakan menyalurkan bantuan dana BOS kepada sarana
pendidikan yang ada di Negara Indonesia. Akan tetapi pada pemerintahan Susilo Bambang
Yudhoyono dalam perekonomian Indonesia terdapat masalah dalam kasus Bank Century yang
sampai saat ini belum terselesaikan bahkan sampai mengeluarkan biaya 93 miliar untuk
menyelesaikan kasus Bank Century ini.
Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat mencapai 5,5-6
persen pada 2010 dan meningkat menjadi 6-6,5 persen pada 2011. Dengan demikian prospek
ekonomi Indonesia akan lebih baik dari perkiraan semula.
Tingkat pertumbuhan ekonomi periode 2005-2007 yang dikelola pemerintahan SBY-JK relatif
lebih baik dibanding pemerintahan selama era reformasi dan rata-rata pemerintahan Soeharto
(1990-1997) yang pertumbuhan ekonominya sekitar 5%. Tetapi, dibanding kinerja Soeharto
selama 32 tahun yang pertumbuhan ekonominya sekitar 7%, kinerja pertumbuhan ekonomi SBYJK masih perlu peningkatan. Pertumbuhan ekonomi era Soeharto tertinggi terjadi pada tahun
1980 dengan angka 9,9%. Rata-rata pertumbuhan ekonomi pemerintahan SBY-JK selama lima
tahun menjadi 6,4%, angka yang mendekati target 6,6%
Kebijakan menaikkan harga BBM 1 Oktober 2005, dan sebelumnya Maret 2005, ternyata
berimbas pada situasi perekonomian tahun-tahun berikutnya. Pemerintahan SBY-JK memang
harus menaikkan harga BBM dalam menghadapi tekanan APBN yang makin berat karena
lonjakan harga minyak dunia. Kenaikan harga BBM tersebut telah mendorong tingkat inflasi
Oktober 2005 mencapai 8,7% (MoM) yang merupakan puncak tingkat inflasi bulanan selama
tahun 2005 dan akhirnya ditutup dengan angka 17,1% per Desember 30, 2005 (YoY).
Penyumbang inflasi terbesar adalah kenaikan biaya transportasi lebih 40% dan harga bahan
makanan 18%.Core inflation pun naik menjadi 9,4%, yang menunjukkan kebijakan Bank
Indonesia (BI) sebagai pemegang otoritas moneter menjadi tidak sepenuhnya efektif. Inflasi yang
mencapai dua digit ini jauh melampaui angka target inflasi APBNP II tahun 2005 sebesar 8,6%.
Inflasi sampai bulan Februari 2006 (YoY) masih amat tinggi 17,92%, bandingkan dengan
Februari 2005 (YoY) 7,15% atau Februari 2004 (YoY) yang hanya 4,6%.
Efek inflasi tahun 2005 cukup berpengaruh terhadap tingkat suku bunga Sertifikat Bank
Indonesia (SBI), yang menjadi referensi suku bunga simpanan di dunia perbankan.

Data Harga Bahan Bakar Minyak 2004 vs 2009 (Naik)


Harga

2004

2009

Catatan

Minyak Mentah
Dunia / barel

~ USD 40

~ USD 45

Harga hampir sama

Premium

Rp 1810

Rp 4500

Naik 249%

Minyak Solar

Rp 1890

Rp 4500

Naik 238%

Minyak Tanah

Rp 700

Rp 2500

Naik 370%

Dengan kondisi harga minyak yang sudah turun dibawah USD 50 per barel, namun harga jual
premium yang masih Rp 4500 per liter (sedangkan harga ekonomis ~Rp 3800 per liter). Maka
sangat ironis bahwa dalam kemiskinan, para supir angkot harus mensubsidi setiap liter premium
yang dibelinya kepada pemerintah. Sungguh ironis ditengah kelangkaan minyak tanah, para
nelayan turut mensubsidi setiap liter solar yang dibelinya kepada pemerintah. Dalam kesulitan
ekonomi global, pemerintah bahkan memperoleh keuntungan Rp 1 triluin dari penjualan
premium dan solar kepada rakyatnya sendiri. Inilah sejarah yang tidak dapat dilupakan. Selama
lebih 60 tahun merdeka, pemerintah selalu membantu rakyat miskin dengan menjual harga
minyak yang lebih ekonomis (dan rendah), namun sekarang sudah tidak lagi rakyatlah yang
mensubsidi pemerintah.
Berdasarkan janji kampanye dan usaha untuk merealisasikan kesejahteraan rakyat, pemerintah
SBY-JK selama 4 tahun belum mampu memenuhi target janjinya yakni pertumbuhan ekonomi
rata-rata di atas 6.6%. Sampai tahun 2008, pemerintah SBY-JK hanya mampu meningkatkan
pertumbuhan rata-rata 5.9% padahal harga barang dan jasa (inflasi) naik di atas 10.3%. Ini
menandakan secara ekonomi makro, pemerintah gagal mensejahterakan rakyat. Tidak ada
prestasi yang patut diiklankan oleh Demokrat di bidang ekonomi.
Pertumbuhan

Janji Target

Realisasi

2004

ND

5.1%

2005

5.5%

5.6%

Tercapai

2006

6.1%

5.5%

Tidak tercapai

2007

6.7%

6.3%

Tidak tercapai

2008

7.2%

6.2%

Tidak tercapai

2009

7.6%

~5.0%

Tidak tercapai *

Tingkat Inflasi 2004-2009 (Naik)

Keterangan

Secara umum setiap tahun inflasi akan naik. Namun, pemerintah akan dikatakan berhasil secara
makro ekonomi jika tingkat inflasi dibawah angka pertumbuhan ekonomi. Dan faktanya adalah
inflasi selama 4 tahun 2 kali lebih besar dari pertumbuhan ekonomi.
Tingkat Inflasi

Janji Target

2004

Fakta

Catatan
Pencapaian

6.4%

2005

7.0%

17.1%

Gagal

2006

5.5%

6.6%

Gagal

2007

5.0%

6.6%

Gagal

2008

4.0%

11.0%

Gagal

Selama 4 tahun pemerintahan, Demokrat yang terus mendukung SBY tidak mampu
mengendalikan harga barang dan jasa sesuai dengan janji yang tertuang dalam kampanye dan
RPM yakni rata-rata mengalami inflasi 5.4% (2004-2009) atau 4.9% (2004-2008). Fakta yang
terjadi adalah harga barang dan jasa meroket dengan tingkat inflasi rata-rata 10.3% selama
periode 2004-2008. Kenaikan harga barang dan jasa melebihi 200% dari target semula.
Jumlah Penduduk Miskin
Sasaran pertama adalah pengurangan kemiskinan dan pengangguran dengan target berkurangnya
persentase penduduk tergolong miskin dari 16,6 persen pada tahun 2004 menjadi 8,2 persen pada
tahun 2009 dan berkurangnya pengangguran terbuka dari 9,5 persen pada
tahun 2003 menjadi 5,1 persen pada tahun 2009.
Penduduk Miskin Jumlah

Persentase

2004

36.1 juta

16.6%

2005

35.1 juta

16.0%

Februari 2005

2006

39.3 juta

17.8%

Maret 2006

2007

37.2 juta

16.6%

Maret 2007

2008

35.0 juta

15.4%

Maret 2008

2009

Catatan

8.2% ????

Koalisi Organisasi Masyarakat Sipil mencatat, pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono dan
Jusuf Kalla memperbesar utang dalam jumlah sangat besar. Posisi utang tersebut merupakan
utang terbesar sepanjang sejarah RI.

Berdasarkan catatan koalisi, utang pemerintah sampai Januari 2009 meningkat 31 persen dalam
lima tahun terakhir. Posisi utang pada Desember 2003 sebesar Rp 1.275 triliun. Adapun posisi
utang Januari 2009 sebesar Rp 1.667 triliun atau naik Rp 392 triliun. Apabila pada tahun 2004,
utang per kapita Indonesia Rp 5,8 juta per kepala, pada Februari 2009 utang per kapita menjadi
Rp 7,7 juta per kepala. Memerhatikan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 20042009, koalisi menilai rezim sekarang ini adalah rezim anti-subsidi. Hal itu dibuktikan dengan
turunnya secara drastis subsidi. Pada tahun 2004 jumah subsidi masih sebesar 6,3 persen dari
produk domestik bruto. Namun, sampai 2009, jumlah subsidi untuk kepentingan rakyat tinggal
0,3 persen dari PDB.
Pendidikan merupakan hal mendasar. Pendidikanlah yang menentukan kualitas sumber daya
manusia. Kebijakan dalam bidang pendidikan diterapkan oleh kepemimpinan SBY. Beberapa
diantaranya adalah meningkatkan anggaran pendidikan menjadi 20% dari keseluruhan APBN.
Meneruskan dan mengefektifkan program rehabilitasi gedung sekolah yang sudah dimulai pada
periode 2004-2009, sehingga terbangun fasilitas pendidikan yang memadai dan bermutu dengan
memperbaiki dan menambah prasarana fisik sekolah, serta penggunaan teknologi informatika
dalam proses pengajaran yang akan menunjang proses belajar dan mengajar agar lebih efektif
dan berkualitas.
Pemanfaatan alokasi anggaran minimal 20 persen dari APBN untuk memastikan pemantapan
pendidikan gratis dan terjangkau untuk pendidikan dasar 9 tahun dan dilanjutkan secara bertahap
pada tingkatan pendidikan lanjutan di tingkat SMA. Perbaikan secara fundamental kualitas
kurikulum dan penyediaan buku-buku yang berkualitas agar makin mencerdaskan siswa dan
membentuk karakter siswa yang beriman, berilmu, kreatif, inovatif, jujur, dedikatif, bertanggung
jawab, dan suka bekerja keras. Meneruskan perbaikan kualitas guru, dosen serta peneliti agar
menjadi pilar pendidikan yang mencerdaskan bangsa, mampu menciptakan lingkungan yang
inovatif, serta mampu menularkan kualitas intelektual yang tinggi, bermutu, dan terus
berkembang kepada anak didiknya.
Selain program sertifikasi guru untuk menjaga mutu, juga akan ditingkatkan program pendidikan
dan pelatihan bagi para guru termasuk program pendidikan bergelar bagi para guru agar sesuai
dengan bidang pelajaran yang diajarkan dan semakin bermutu dalam memberikan pengajaran
pada siswa.
Memperbaiki remunerasi guru dan melanjutkan upaya perbaikan penghasilan kepada guru,
dosen, dan para peneliti.Memperluas penerapan dari kemajuan teknologi informasi dan
komunikasi (TIK) untuk mendukung kinerja penyelenggaraan pembangunan di bidang
pendidikan. Mendorong partisipasi masyarakat (terutama orang tua murid) dalam menciptakan
kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan yang bermutu dan sesuai dengan aspirasi dan
tantangan jaman saat ini dan kedepan.

Mengurangi kesenjangan dalam akses pendidikan dan kualitas pendidikan, baik pada keluarga
berpenghasilan rendah maupun daerah yang tertinggal. Pemberiaan program beasiswa serta
pelaksanaan dan perluasan Program Keluarga Harapan (PKH), serta memberikan bantuan tunai
kepada rumah tangga miskin dengan syarat mereka mengirimkan anaknya ke bangku sekolah.
1. Keberhasilan SBY selama memerintah pada bidang Ekonomi

Saat membuka Rapat Kerja tentang Pelaksanaan Program Pembangunan 2011 di Jakarta
Convention Center, Senin (10/1/2011), Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), dengan
mantap memaparkan 10 capaian (keberhasilan pemerintah pada tahun 2010 tersebut.
1. Ekonomi terus tumbuh dan berkembang dengan fundamental yang semakin
kuat pada 2010. Hal ini, antara lain, tercermin dengan indeks harga saham
gabungan Indonesia yang terus membaik, daya saing Indonesia di tingkat
dunia yang tinggi, nilai ekspor, investasi, dan cadangan devisa yang terus
membaik.
2. Sejumlah indikator kesejahteraan rakyat mengalami kemajuan penting. Dunia
memberikan penilaian pada Top Ten Movers, istilahnya prestasi Indonesia dan
9 negara yang lain di bidang pendidikan, kesehatan, dan peningkatan
penghasilan penduduk kita.
3. Stabilitas politik terjaga dan kehidupan demokrasi makin berkembang. Check
and balances antara pemerintah pusat, DPR dan DPRD, berjalan dengan baik.
Pelaksanaan pemilu juga prinsipnya berjalan dengan lancar.
4. Pemberantasan korupsi dan penegakan hukum, mencatat sejumlah prestasi.
Begitu pula dengan pemberantasan terorisme dan narkoba.
5. Terjaga baiknya keamanan dalam negeri walaupun masih terdapat konflik
masyarakat dalam skala kecil.
6. Proses perbaikan iklim investasi dan pelayanan publik di banyak daerah.
Hambatan birokrasi dan iklim investasi serta pelayanan publik di banyak
daerah mengalami kemajuan.
7. Angka kemiskinan dan pengangguran terus ditekan meskipun tetap rawan
dengan gejolak perekonomian Indonesia. Presiden meminta pemerintah tetap
cekatan dan memiliki rencana darurat. Meskipun, dengarkan kata-kata saya,
meskipun bisa kita turunkan kemiskinan dan pengangguran, tetapi tetap
rawan terhadap gejolak perekonomian dunia. Jangan terlambat kita
mengantisipasinya, jangan kita tidak punya rencana kontigensi, dan jangan
pula kita tidak cekatan memecahkan masalah bilamana dampak dari krisis
global itu terjadi, kata Presiden.
8. Beberapa indikator ekonomi penting Indonesia mencatat rekor baru dalam
sejarah, seperti income perkapita sekarang sudah tembus 3 ribu dolar AS,
lima tahun lalu masih 1.186 dolar AS. Cadangan devisa dulu 36 miliar dolar

AS, sekarang 96 miliar hampir 100 miliar dolar AS. Kenaikan IHSG (Indeks
Harga Saham Gabungan) yang tertinggi di dunia, naik 46 perssen.
Pendapatan domestik bruto kita meningkat dan Indonesia kini peringkat 16
ekonomi di dunia.
9. Makin baiknya upaya pengembangan koperasi usaha kecil dan menengah,
termasuk penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR)Sedangkan Direktur Tenaga
Kerja dan Pengembangan Kesempatan Kerja Bappenas Rahma Iryanti di
Jakarta, Kamis (7/01/2011) mengungkapkan angka pengangguran 2010
diprediksi turun menjadi 7,6 persen dari kisaran 7,87 persen tahun lalu.
Penurunan tersebut seiring dengan membaiknya kondisi perekonomian.
10.Indonesia makin berperan dalam hubungan internasional, makin nyata peran
kita, baik dalam mengatasi krisis ekonomi global, dalam hubungan G20,
APEC, East Asia Summit, ASEAN, G8 plus, dan pemeliharan perdamaian
dunia. Kita aktif sekali dalam menjaga ketertiban dan perdamaian dunia dan
juga kerja sama mengatasi perubahan iklim, tegas Presiden, sebagaimana
dipublikasikan juga di situs resmi Presiden SBY (presidensby.info)

Rahma Iryanti mengatakan, kondisi ketenagakerjaan saat ini sudah menunjukkan perbaikan.
Jumlah pengangguran terbuka menurun dari 11,90 juta (11,24 persen) pada 2005 menjadi 8,96
juta (7,87 persen) pada 2009. Sementara kesempatan kerja yang tersedia selama 2005-2009
tumbuh sebesar rata-rata 2,78 persen per tahun atau bertambah 10,91 juta orang. Menurutnya,
bertambahnya jumlah kesempatan kerja di 2010 tidak dapat dilepaskan dari kondisi
perekonomian yang menunjukkan angka pertumbuhan di atas 6 persen pada periode 2007-2008.
Masing-masing sektor ekonomi memiliki tingkat sensitivitas yang berbeda dalam hal serapan
tenaga kerja. Disebutkan, antara periode 2005-2009 sektor jasa kemasyarakatan memiliki angka
elastisitas yang paling tinggi.
Ditegaskan, sektor yang diharapkan dapat menciptakan kesempatan kerja yang besar adalah dari
sektor industri. Karena 60,0 persen tenaga kerja Indonesia berada pada lapangan kerja formal.
Perkembangan sektor pekerja formal dari tahun ke tahun tumbuh dengan baik. Misalnya, pada
2005 pekerja di bidang pertanian mencapai 2,9 juta, industri 7,9 juta, dan jasa 17,8 juta
orang. Sedangkan pada 2009 mengalami perubahan pada sektor pertanian sebesar 3,2 juta, sektor
industri 7,5 juta,dan jasa 21,2 juta. Saya cukup optimistis tahun ini kita bisa mencapai target
pengurangan jumlah pengangguran menjadi 7,6 persen, katanya.
1. Penyebab Keberhasilan Presiden SBY

Salah satu penyebab utama kesuksesan perekonomian Indonesia adalah efektifnya kebijakan
pemerintah yang berfokus pada disiplin fiskal yang tinggi dan pengurangan utang
Negara.Perkembangan yang terjadi dalam lima tahun terakhir membawa perubahan yang
signifikan terhadap persepsi dunia mengenai Indonesia. Namun masalah-masalah besar lain
masih tetap ada. Pertama, pertumbuhan makroekonomi yang pesat belum menyentuh seluruh

lapisan masyarakat secara menyeluruh. Walaupun Jakarta identik dengan vitalitas ekonominya
yang tinggi dan kota-kota besar lain di Indonesia memiliki pertumbuhan ekonomi yang pesat,
masih banyak warga Indonesia yang hidup di bawah garis kemiskinan.
Kesimpulan yang dapat ditarik adalah bahwa Indonesia masih memerlukan banyak perbaikan.
Namun apa yang telah dicapai selama ini merupakan hasil dari visi dan perencanaan
pemerintahan SBY. Dapat dibayangkan hal-hal lain yang
Sumber : https://hadiwahyun.wordpress.com/2015/05/31/kondisi-perekonomianindonesia-pada-masa-pemerintahan-sby/

Kegagalan dan Keberhasilan Pemerintahan SBY Versi Indef

Beberapa indikator memang membaik tapi banyak indikator ekonomi utama yang
justru memburuk
Reporter: Petrus Lelyemin
28 November 2014 | 10:13

KATADATA | Arief Kamaludin


Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat meninjau persiapan mudik pada Juli 2014
lalu. Indef mencatat sejumlah keberhasilan dan kegagalan selama 10 tahun
pemerintahan SBY.

KATADATA Institute for Development of Economics and Finance (Indef) merilis beberapa
catatan kegagalan ekonomi pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono selama kurang lebih 10
tahun memimpin Indonesia.
Beberapa indikator memang membaik, tapi banyak indikator ekonomi utama yang justru
memburuk, tutur Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance
(Indef) Ahmad Erani Yustika di Jakarta, Kamis (27/11).

Kegagalan pertama yakni tingkat ketimpangan yang melebar dengan meningkatnya rasio gini
sebesar 0,5 persen. Kedua, terjadi penurunan kontribusi sektor industri terhadap produk domestik
bruto (PDB) dari 28 persen pada 2004 menjadi 23,5 persen pada 2013.
Ketiga, neraca transaksi perdagangan turun dari angka surplus pada 2004 sebesar US$ 25,06
miliar menjadi defisit US$ 4,06 miliar pada 2013. Keempat, pertumbuhan ekonomi yang tinggi
tanpa hasil penciptaan lapangan kerja yang memadai. Ini menyebabkan elastisitas 1 persen
pertumbuhan dalam membuka lapangan kerja turun dari 272 ribu menjadi menjadi 164 ribu.
Advertisement

Kegagalan kelima yakni efisiensi ekonomi semakin memburuk. Ini nampak dari naiknya
Incremental Capital Output Ratio (ICOR) dari 4,17 menjadi 4,5. Beberapa hal yang
menghambat efisiensi adalah lambannya birokrasi, merajalelanya korupsi, dan keterbatasan
infrastruktur, ujarnya.
Keenam, turunnya rasio pajak terhadap PDB dari 12,2 persen menjadi 10,8 persen pada 2013.
Ketujuh, kesejahteraan petani yang menurun 0,92 persen.
Kedelapan, nilai utang pemerintah mencemaskan, meski terdapat penurunan rasio utang terhadap
PDB. Utang per kapita naik US$ 531,29 per penduduk pada 2005 menjadi US$ 1.002,69 per
penduduk.
Kesembilan, defisit keseimbangan primer anggaran yang sebelumnya surplus 1,83 persen pada
2014 menjadi defisit 1,19 persen pada 2013.
Kesepuluh, tidak proporsional dan besarnya dominasi pengeluaran rutin dan birokrasi dalam
APBN. Belanja birokrasi naik dari 16,23 persen menjadi 22,17 persen pada 2013. Pola yang
sama juga terjadi pada subsidi energi yang naik dari 16,2 persen menjadi 20,89 persen dan
belanja modal hanya naik tipis dari 6,4 persen menjadi 8,06 persen.
Meski mencatatkan beberapa kegagalan, Indef juga mencatat sejumlah keberhasilan dalam
pemerintahan SBY. Direktur Indef Enny Sri Hartati memaparkan beberapa indikator keberhasilan
tersebut.
Pertama, dalam 10 tahun terakhir, angka pertumbuhan ekonomi tercatat masih tinggi yakni di
kisaran 5 persen-6 persen. Kedua, sektor investasi juga meningkat dari 23 persen pada 2004
menjadi 31 persen pada 2013.
Ketiga, kinerja sektor perbankan menunjukan peningkatan yang cukup. Perkembangan aset ratarata tumbuh 16,44 persen, Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh 15,88 persen serta penyaluran
kredit sebesar 21,62 persen.

Keempat, persentase angka kemiskinan menurun, dari 16,66 persen pada 2004, menjadi 11,25
persen pada 2014. Kelima, menurunnya tingkat pengangguran terbuka dan meningkatnya
pekerja formal naik dari 29,38 persen menjadi 39,90 pada 2013, ujarnya.
Keberhasilan keenam yaitu meningkatnya indeks pembangunan manusia (IPM) yang sebelumnya
tercatat mencapai 68,7 naik menjadi 73,45 pada 2013.
- See more at: http://katadata.co.id/berita/2014/11/28/kegagalan-dan-keberhasilanpemerintahan-sby-versi-indef#sthash.mfV8W5fG.dpuf

Indef: SBY Punya 6 Keberhasilan, Tapi Ada 10 Kegagalan


Maikel Jefriando - detikfinance
Kamis, 27/11/2014 11:55 WIB

Jakarta -Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) telah menyelesaikan tugasnya sebagai


presiden pada 20 Oktober 2014 lalu. SBY menjadi presiden selama 2 periode alias
10 tahun.
Institute for Development Economy and Finance (Indef) mencatat ada 6 kesuksesan
SBY di bidang ekonomi. Hal tersebut disampaikan dalam diskusi di Hotel Grand
Sahid Jaya, Jakarta, Kamis (27/11/2014).
Pertama, pemerintahan SBY dinilai sukses mendorong ekonomi tumbuh dengan
rata-rata 5-6%. Meskipun masih didominasi oleh sektor non-tradable.
"Ekonomi tumbuh, tapi bukan pada sektor produktif. Tapi itu tetap adalah sebuah
perbaikan," kata Direktur Indef Enny Sri Hartati.
Kedua, lanjut Enny, adalah peranan investasi dalam Produk Domestik Bruto (PDB)
meningkat dari sebelumnya 23% menjadi 31% pada 2013. Ketiga adalah kinerja
perbankan terus membaik dengan perkembangan aset rata-rata tumbuh 16,44%,
Dana Pihak Ketiga (DPK) 15,88%, dan kredit 21,62%.

"Keempat adalah persentase angka kemiskinan menurun dan pekerja formal naik
dari 16,66% menjadi 11,25% pada 2013," lanjutnya.
Kelima adalah tingkat pengangguran terbuka menurun dan pekerja formal naik dari
29,38% menjadi 39,9%. Keenam, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) meningkat
dari 68,7 menjadi 73,45.
Namun, Indef mencatat ada 10 kegagalan SBY di bidang ekonomi yaitu:
1. Ketimpangan melebar, gini ratio naik 0,5.
2. Deindustrialisasi dengan rendahnya kontribusi sektor industri terhadap PDB.
3. Neraca perdagangan dari surplus US$ 25,06 miliar menjadi defisit US$ 4,06
miliar.
4. Pertumbuhan ekonomi tinggi, tapi tidak menciptakan lapangan kerja.
Elastisitas 1% pertumbuhan dalam membuka lapangan kerja turun dari
436.000 menjadi 164.000.
5. Efisiensi ekonomi semakin memburuk. Tercatat ICOR melonjak dari 4,17
menjadi 4,5.
6. Tax ratio turun sebesar 1,4%.
7. Kesejahteraan petani menurun 0,92%.
8. Utang per kapita naik dari US$ 531,29 menjadi US$ 1.002,69 (2013).
Pembayaran bunga utang menyedot 13,6% dari anggaran pemerintah pusat.
9. APBN naik, namun disertai defisit keseimbangan primer. Pada 2004,
keseimbangan primer surplus 1,83% dari PDB. Tahun 2013 defisit 1,19%.
10.Postur APBN semakin tidak proporsional, boros, dan semakin didominasi
pengeluaran rutin dan birokrasi.
Sumber : http://finance.detik.com/read/2014/11/27/115521/2760762/4/indef-sbypunya-6-keberhasilan-tapi-ada-10-kegagalan

Anda mungkin juga menyukai