Anda di halaman 1dari 7

TUGAS MATA KULIAH EKONOMI PEMBANGUNAN

PAPER
TEORI PEMBANGUNAN EKONOMI
SUSILO BAMBANG YUDHOYONO (SBY)

DISUSUN OLEH :
IKMAL DZIKRI SYAHRA
20180430155
ILMU EKONOMI
DOSEN : PAK AZIZ KURNIANTO

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2019/2020


PEMBANGUNAN EKONOMI MASA PEMERINTAHAN
SUSILO BAMBANG YUDHOYONO (SBY)

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono atau lebih dikenal dengan SBY, merupakan
Presiden ke-6 Republik Indonesia setelah Megawati Soekarno Putri. Ia menjabat sebagai
Presiden selama 10 tahun dari 2004-2014. Masa pemerintahan SBY dibagi menjadi 2 periode,
yaitu periode pertama SBY-JK (2004-2009) dan periode kedua SBY-Boediono (2009-2014).
Selama 2 periode pemerintahan, SBY melakukan strategi ekonomi yang berbeda-beda.
Meski naik-turun, pertumbuhan ekonomi Indonesia di bawah kepemimpinan SBY relatif stabil
bila dibandingkan pemerintahan presiden-presiden sebelumnya.

A. Pemerintahan SBY-JK (2004-2009)

Teori pembangunan ekonomi yang digunakan pada masa pemerintahan SBY adalah
Teori Trickle Down Effect. Teori ini merupakan bagian dari teori ekonomi neoliberalisme atau
biasa disebut teori tetesan kebawah. Teori Trickle Down Effect ini begitu popular pada zaman
orde baru, hamper semua ekonomi sampai rakyat biasa begitu terpukau dengan teori ini. Secara
sederhana teori Trickle Down Effect dapat dipahami bahwa, kemakmuran akan dapat dicapai
dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tanpa perlu memeratakan ekonomi. Dalam
pandangan teori ini, suatu suntikan ekspansi ekonomi akan berdampak pada multiplier effect
terhadap pelaku ekonomi dibawahnya, sehingga akan berimbas pada kemakmuran. Bahasa
lebih sederhananya lagi, teori ini mengibaratkan bahwa kemakmuran bagaikan tetesan air yang
akan merata jika diteteskan dari atas akan menetes sampai ke bawah.

Namun sejak awal pemerintahannya SBY memprioritaskan untuk menyelesaikan


permasalahan kemiskinan dan pengangguran serta pemberantasan KKN yang ia canangkan
dalam program 100 hari pertama pemerintahannya. Program pengentasan kemiskinan
berkaitan langsung dengan upaya pemerataan dan pengurangan kesenjangan serta peningkatan
pembangunan terutama di daerah-daerah yang masih tertinggal. Salah satu program
pengentasan kemiskinan yang dilakukan pemerintahan SBY adalah bantuan langsung tunai
(BLT). Pada tahun 2006, BLT dianggarkan sebesar Rp. 18,8 triliun untuk 19,1 juta keluarga.
Selain memfokuskan pada manusia dan rumah tangganya, program pengentasan kemiskinan
juga berupaya untuk memperbaiki fisik lingkungan dan prasarananya seperti gedung sekolah,
fasilitas kesehatan, jalan, air bersih, dll.

Program 100 hari pertama SBY juga memberikan prioritas pada peninjauan kembali
RAPBN 2005, menetapkan langkah penegakkan hukum, langkah awal penyelesaian konflik di
Aceh dan Papua, stimulasi ekonomi nasional dan meletakkan fondasi yang efektif untuk
pendidikan nasional. (Gonggong& Asy’arie, 2005: 243)
Pada masa pemerintahan SBY, upaya untuk pengentasan kemiskinan direalisasikan
melalui peningkatan anggaran di sektor pertanian termasuk upaya untuk swasembada pangan.
Anggaran untuk sektor ini yang semula hanya sebesar 3,6 triliun rupiah ditingkatkan menjadi
10,1 triliun rupiah. Untuk mendukung perbaikan di sektor pertanian, pemerintah menyediakan
pupuk murah bagi petani.
Selain berupaya memperkuat ketahanan pangan, pemerintahan SBY juga berupaya
memperbaiki sektor pendidikan dengan cara meningkatkan anggaran pendidikan yang semula
berjumlah 21,49 triliun pada tahun 2004 menjadi 50 triliun pada tahun 2007. Seiring dengan
itu, program bantuan operasional sekolah atau BOS juga ditingkatkan.
Di bidang kesehatan, pemerintah memberikan bantuan kesehatan gratis untuk berobat
ke puskesmas dan rumah sakit melalui pemberian Asuransi Kesehatan Masyarakat Miskin dan
beberapa kali menurunkan harga obat generik. Pemerintahan SBY juga memberikan perhatian
besar pada permasalahan kesejahteraan rakyat lainnya seperti sektor perumahan,
pengembangan usaha kecil, peningkatan kesejahteraan PNS termasuk prajurit TNI dan Polri
dan juga kesejahteraan buruh. Pelayanan dan fasilitas publik juga ditingkatan. Di bidang
hukum, upaya pemerintah untuk melanjutkan program pemberantasan korupsi dan penegakkan
supremasi hukum jugamendapat perhatian pemerintah.

Kondisi perekonomian Indonesia pada masa pemerintahan SBY mengalami


perkembangan yang sangat baik. Pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh pesat di tahun
2010, seiring pemulihan ekonomi dunia pasca krisis global yang terjadi sepanjang 2008 hingga
2009. Terbukti, perekonomian Indonesia mampu bertahan dari ancaman pengaruh krisis
ekonomi dan finansial yang terjadi di zona Eropa. Kinerja perekonomian Indonesia akan terus
bertambah baik, tapi harus disesuaikan dengan kondisi global yang sedang bergejolak.
Ekonomi Indonesia akan terus berkembang, apalagi pasar finansial, walaupun sempat
terpengaruh krisis, tetapi telah membuktikan mampu bertahan.
Salah satu penyebab utama kesuksesan perekonomian Indonesia adalah efektifnya
kebijakan pemerintah yang berfokus pada disiplin fiskal yang tinggi dan pengurangan utang
Negara. Perkembangan yang terjadi dalam lima tahun terakhir membawa perubahan yang
signifikan terhadap persepsi dunia mengenai Indonesia. Namun masalah-masalah besar lain
masih tetap ada. Pertama, pertumbuhan makro ekonomi yang pesat belum menyentuh seluruh
lapisan masyarakat secara menyeluruh. Walaupun Jakarta identik dengan vitalitas ekonominya
yang tinggi dan kota-kota besar lain di Indonesia memiliki pertumbuhan ekonomi yang pesat,
masih banyak warga Indonesia yang hidup di bawah garis kemiskinan.
Pemerintahan SBY - Kalla menetapkan agenda utama bidang ekonomi dengan tujuan
untuk mewujudkan Indonesia yang lebih sejahtera melalui program perbaikan iklim investasi,
menjaga stabilitas makro, dan peningkatan kesejahtraan rakyat dan penanggulangan
kemiskinan. Untuk mewujudkan Agenda diatas, Presiden SBY menjalankan pemerintahannya
menetapkan visi dan misi bidang ekonomi berdasarkan pada prinsip Esbeyenomics. Pemikiran
ini menjelaskan SBY dalam membangun Bangsa Indonesia tidak lepas dari akar budayanya.
Esbeyenomics memiliki tiga ciri. Pertama, Esbeyenomics menaruh perhatian yang angat besar
terhadap upaya penanggulangan kemiskinan dan pengangguran.
Tingkat pertumbuhan ekonomi periode 2005-2007 yang dikelola pemerintahan SBY-
JK relatif lebih baik dibanding pemerintahan selama era reformasi dan rata-rata pemerintahan
Soeharto (1990-1997) yang pertumbuhan ekonominya sekitar 5%. Tetapi, dibanding kinerja
Soeharto selama 32 tahun yang pertumbuhan ekonominya sekitar 7%, kinerja pertumbuhan
ekonomi SBY-JK masih perlu peningkatan. Pertumbuhan ekonomi era Soeharto tertinggi
terjadi pada tahun 1980 dengan angka 9,9%.

B. Pemerintahan SBY-Boediono (2009-2014)

Namun pada saat masa pemerintahan periode kedua yaitu 2009-2014, Presiden SBY
menjanjikan pembangunan lima tahun ke depan yang mengacu pada keserasian dan
keseimbangan antar pertumbuhan dan pemerataan atau Growth with Equity ; growth must be
inclusive, growth must be broad based, growth must be just. Strategi ini merupakan koreksi
atas kebijakan pembangunan terdahulu, yang dikenal dengan trickle down effect.
Strategi trickle down effect mengasumsikan perlunya memprioritaskan pertumbuhan ekonomi
terlebih dahulu, baru kemudian dilakukan pemerataan.
SBY mengatakan bahwa teori sebelumnya, yaitu trickle down effect ini gagal
menciptakan kemakmuran untuk semua. Karena itulah, untuk mewujudkan pembangunan dan
pemerataan secara bersamaan, sejak awal dia mengaku sudah menetapkan triple track strategy,
yaitu strategi yang pro-growth, pro-job, dan pro-poor dalam pembangunan ekonomi nasional.

Dalam pidato kenegaraannya pada 19 Agustus 2009, SBY mengatakan negara tidak
boleh membeda-bedakan warga negaranya. Setiap warga negara bersamaan kedudukannya
dalam hukum dan pemerintahan.

Paradigma Pembangunan untuk semua dalam konteks Indonesia, kata SBY, hanya
dapat dilakukan dengan menerapkan enam strategi dasar pembangunan. Pertama, menerapkan
strategi pembangunan yang inklusif, yang menjamin pemerataan dan keadilan, serta mampu
menghormati dan menjaga keberagaman rakyat Indonesia."Dalam kerangka pembangunan
yang inklusif ini, pemerintah telah menjalankan berbagai macam kebijakan. Di antaranya
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri," ujarnya. Kedua,
pembangunan Indonesia haruslah berdimensi kewilayahan. Ketiga, menciptakan integrasi
ekonomi nasional dalam era globalisasi. Keempat, pengembangan ekonomi lokal di setiap
daerah, guna membangun ekonomi domestik yang kuat secara nasional. Strategi pembangunan
kelima adalah keserasian antara pertumbuhan dan pemerataan, atau Growth with Equity. Oleh
sebab itu, pemerintah menerapkan Program Keluarga Harapan (PKH), , BLT, Jamkesmas,
BOS, dan Kredit Usaha Kecil (KUR). "Strategi demikian juga merupakan koreksi atas
kebijakan pembangunan terdahulu, yang dikenal dengan trickle down effect," ujarnya.

Adapun strategi yang terakhir adalah pembangunan yang menitik-beratkan pada


kemajuan kualitas manusianya. Manusia Indonesia bukan sekedar obyek pembangunan,
melainkan justru subyek pembangunan. Sumber daya manusia menjadi aktor dan sekaligus
fokus tujuan pembangunan, sehingga dapat dibangun kualitas kehidupan manusia Indonesia
yang makin baik.

Prestasi baik dari pemerintahan Yudhoyono berhubungan dengan fundamental


makroekonomi: utang luar negeri Indonesia menurun secara mengesankan, cadangan devisa
meningkat dan pertumbuhan Produk Domestik Bruto tahunan solid. Fundamental-fundamental
ini kuat - didukung oleh boom komoditas pada tahun 2000-an dan meningkatnya daya beli
secara cepat - membuat Indonesia berhasil melalui krisis global 2008-2009 tanpa masalah yang
berarti.
Diantara kesuksesan ekonomi yang berhasil dicapai oleh Presiden SBY selama
menjabat adalah sebagai berikut :

1. Lunasnya Hutang IMF


Pelunasan utang tersebut dilakukan pada tahun 2006 atau lebih cepat empat tahun dari
jadwal jatuh tempo. Indonesia seharusnya melunasi utang pada tahun 2010, namun
pada tahun 2006 Indonesia sudah mampu mempercepat pelunasannya, sehingga ada
peluang IMF yang hilang dari yang seharusnya dibayar sampai tahun 2010.

2. Pertumbuhan Ekonomi yang Cukup Bagus


Meski sektor ekonomi Indonesia masih dibayang-bayangi krisis Eropa, namun
pertumbuhan ekonomi Indonesia masih stabil di kisaran angka 6 persen. Ini merupakan
pertumbuhan ekonomi tertinggi sejak masa reformasi.

3. Kemiskinan Berkurang
Presiden SBY menyebut pemerintah berhasil menurunkan jumlah penduduk miskin
sekitar 4,5 juta orang dalam lima tahun terakhir

4. Peningkatan Investasi
Dari pencapaian investasi tersebut, sebesar Rp 270,4 triliun merupakan realisasi
investasi luar negeri (penanaman modal asing/PMA). Adapun sisanya sebesar Rp 127,6
triliun berasal dari penanaman modal dalam negeri (PMDN).
DAFTAR PUSTAKA

Saleh, Muhammad Hairul. 2008. Kebijakan Pemerintah SBY-JK tentang Kenaikan Harga BBM 1
Oktober 2005. Jurnal Sosial-Politika, Vol. 6 (12): 43-58.
Rizky, Awalil. 2008. Neoliberalisme mencengkeram Indonesia. Jakarta. E Publishing Company

Www.ekosospol.wordpress.com/2011/08/21/penghianatan-rezim-komprador-dan-oligarki-kekuasaan-
musti-dihentikan/

https://www.academia.edu/12418388/Kinerja_Presiden_SBY_dalam_Pembangunan_Ekonomi_Indon
esia_Makalah_

https://readyygo.blogspot.com/2016/10/perkembangan-politik-dan-ekonomi-masa_75.html

Sejarah Indonesia, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan ; 2015 ; hal 176-177

https://ekonomi.kompas.com/jeo/jejak-pertumbuhan-ekonomi-indonesia-dari-masa-ke-masa

https://www.merdeka.com/peristiwa/prestasi-sby-di-bidang-ekonomi-selama-10-tahun.html

Anda mungkin juga menyukai