Anda di halaman 1dari 13

EFEKTIVITAS KEBIJAKAN MONETER DI INDONESIA PADA MASA KRISIS

MONETER 1998 VS KEBIJAKAN MONETER SAAT INI

Dosen pengampu :
Drs. Ec. M. TAUFIQ, M.M.

Nama kelompok :
1. SONIA YULIA PUTRI 22011010045
2. NANDA TRISTA P. 22011010049
3. SILVIANA SISKA P. 22011010145
4. CINDY NUR HAYATI 22011010209
5. DANIA NUR ARIFAH 22011010220

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


EKONOMI PEMBANGUNAN
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
TAHUN 2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan Tugas Ekonomi Makro yang berjudul
“Efektivitas Kebijakan Moneter di Indonesia pada saat Krisis Moneter 1998 VS
Kebijakan Moneter saat ini”.Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan karya ilmiah
ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai
pihak. Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik
dari penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh
karena itu, kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki karya ilmiah ini. Kami berharap semoga Tugas Makalah
yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga inspirasi untuk pembaca

Surabaya, 10 Desember 2022

Penulis

ii
Daftar Isi

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................ii
Daftar Isi..............................................................................................................................................iii
I. PENDAHULUAN.........................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................3
1.3 Maksud dan Tujuan...............................................................................................................3
II. PEMBAHASAN...............................................................................................................................4
III. PENUTUP.......................................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................9

iii
iv
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kebijakan moneter adalah satu kebijakan yang bertujuan untuk mencapai
keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga,
pemerataan pembangunan) dan keseimbangan eksternal (keseimbangan neraca
pembayaran) demi tercapainya tujuan ekonomi makro. Stabilisasi ekonomi dapat
diukur dengan kesempatan kerja, kestabilan harga serta neraca pembayaran
internasional yang seimbang. Apabila kestabilan dalam kegiatan perekonomian
terganggu, maka kebijakan moneter dapat dipakai untuk memulihkan (tindakan
stabilisasi). Pengaruh kebijakan moneter pertama kali akan dirasakan oleh sektor
perbankan, yang kemudian ditransfer pada sektor riil .Amrini, et al (2013)
menyatakan bahwa Inflasi merupakan fenomena ekonomi yang selalu menarik
dibahas terutama berkaitan dengan dampaknya yang luas terhadap perekonomian
Indonesia. Inflasi adalah kenaikan terus menerus dalam rata-rata tingkat harga. Inflasi
bisa berdampak positif atau negatif terhadap perekonomian tergantung parah atau
tidaknya inflasi. Inflasi cenderung terjadi pada negara-negara berkembang seperti
halnya Indonesia dengan struktur perekonomian bercorak agraris. Kegagalan atau
guncangan dalam negeri akan menimbulkan fluktuasi harga di pasar domestik dan
berakhir dengan inflasi pada perekonomian.Terjadinya inflasi di Indonesia juga dipicu
oleh melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat sejak 14 Agustus
1997. Sistem nilai tukar yang dianut oleh Indonesia adalah sistem nilai tukar
mengambang (free floating exchange rate) yang berarti bahwa nilai tukar rupiah akan
terbentuk dan diserahkan sepenuhnya kepada mekanisme pasar atau berdasarkan
hukum permintaan dan penawaran di pasar.

Krisis Ekonomi Moneter pada 1998


Krisis ekonomi yang berkepanjangan yang dimulai pada pertengahan Juli 1997 telah
membawa dampak yang kurang menguntungkan bagi perekonomian Indonesia. Pada
bulan Pebruari 1998 angka inflasi tercatat pada level 12,76%, suatu tingkat inflasi
yang sangat tinggi untuk ukuran Indonesia yang selama masa orde baru laju inflasi
selalu ditekan di bawah dua digit. Kondisi perekonomian Indonesia menjadi sulit
dengan melemahnya nilai tukar rupiah terhdap US dollar. Untuk mengatasi tingginya

1
angka inflasi dan memperkuat nilai tukar rupiah,Pemerintah telah megambil kebijakan
moneter yang ketat. Upaya ini dilakukan untuk mengendalikan jumlah uang beredar
melalui operasi pasar terbuka dengan meningkatkan suku bunga SBI yang tercatat
pada Agustus 1998 mencapai nilai tertinggi sebesar 69,51 persen.

Krisis Ekonomi Moneter pada masa kini


Indonesia pada 9-10 Februari 2022 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day
Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 3,50%, suku bunga Deposit Facility sebesar
2,75%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 4,25%. Keputusan ini sejalan dengan
perlunya menjaga stabilitas nilai tukar dan terkendalinya inflasi, serta upaya untuk
tetap mendorong pertumbuhan ekonomi, di tengah tekanan eksternal yang meningkat.
Bank Indonesia juga terus mengoptimalkan bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas
dan mendukung pemulihan ekonomi lebih lanjut, melalui berbagai langkah sebagai
berikut:
Memperkuat kebijakan nilai tukar Rupiah untuk menjaga stabilitas nilai tukar yang
sejalan dengan mekanisme pasar dan fundamental ekonomi;Mempertegas normalisasi
kebijakan likuiditas yang diumumkan pada tanggal 20 Januari 2022 melalui Giro
Wajib Minimum (GWM) Rupiah sebagai berikut (Lampiran 1):Kenaikan secara
bertahap GWM Rupiah untuk BUK (Bank Umum Konvensional) yang saat ini
sebesar 3,0% dengan pemenuhan secara rata-rata dan 0,5% secara harian menjadi
sebagai berikut:
Berlaku mulai 1 Maret 2022, GWM dinaikkan 1,5%, sehingga menjadi 5,0% dengan
pemenuhan seluruhnya secara rata-rata. Bank yang memenuhi kewajiban GWM
tersebut akan mendapatkan remunerasi sebesar 1,5% terhadap pemenuhan GWM,
dengan bagian yang diperhitungkan untuk mendapatkan remunerasi sebesar 4,0% dari
DPK;
Berlaku mulai 1 Juni 2022, GWM dinaikkan 1%, sehingga menjadi 6,0% dengan
pemenuhan seluruhnya secara rata-rata. Bank yang memenuhi kewajiban GWM
tersebut akan mendapatkan remunerasi sebesar 1,5% terhadap pemenuhan GWM,
dengan bagian yang diperhitungkan untuk mendapatkan remunerasi sebesar 5,0% dari
DPK;
Berlaku mulai 1 September 2022, GWM dinaikkan 0,5%, sehingga menjadi 6,5%
dengan pemenuhan seluruhnya secara rata-rata. Bank yang memenuhi kewajiban
GWM tersebut akan mendapatkan remunerasi sebesar 1,5% terhadap pemenuhan

2
GWM, dengan bagian yang diperhitungkan untuk mendapatkan remunerasi sebesar
5,5% dari DPK.
Penyesuaian secara bertahap GWM Rupiah untuk BUS (Bank Umum Syariah) dan
UUS (Unit Usaha Syariah) yang saat ini sebesar 3,0% dengan pemenuhan secara rata-
rata dan 0,5% secara harian menjadi sebagai berikut:
Berlaku mulai 1 Maret 2022, GWM dinaikkan 0,5%, sehingga menjadi 4,0% dengan
pemenuhan seluruhnya secara rata-rata. Bank yang memenuhi kewajiban GWM
tersebut akan mendapatkan pemberian (‘athaya) sebesar 1,5% terhadap pemenuhan
GWM, dengan bagian yang diperhitungkan untuk mendapatkan pemberian (‘athaya)
sebesar 3% dari DPK;
Berlaku mulai 1 Juni 2022, GWM dinaikkan 0,5%, sehingga menjadi 4,5% dengan
pemenuhan seluruhnya secara rata-rata. Bank yang memenuhi kewajiban GWM
tersebut akan mendapatkan pemberian (‘athaya) sebesar 1,5% terhadap pemenuhan
GWM, dengan bagian yang diperhitungkan untuk mendapatkan pemberian (‘athaya)
sebesar 3,5% dari DPK;
Berlaku mulai 1 September 2022, GWM dinaikkan 0,5%, sehingga menjadi 5%
dengan pemenuhan seluruhnya secara rata-rata. Bank yang memenuhi kewajiban
GWM tersebut akan mendapatkan pemberian (‘athaya) sebesar 1,5% terhadap
pemenuhan GWM, dengan bagian yang diperhitungkan untuk mendapatkan
pemberian (‘athaya) sebesar 4% dari DPK.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang maka dapat diindentifikasi rumusan masalah sebagai
berikut:
1) Bagaimana efektivitas Kebijakan Moneter di Indonesia pada masa krisis moneter
1998?
2) Bagaimana efektivitas Kebijakan Moneter di Indonesia pada krisis ekonomi masa
kini?
3) Apa saja dampak yang disebabkan oleh Kebijakan Moneter pada tahun 1998?
4) Apa saja dampak yang disebabkan oleh Kebijakan Moneter pada masa kini?

1.3 Maksud dan Tujuan

3
Maksud dibuatnya tugas ini adalah untuk mengetahui lebih efektif kebijakan
moneter di Indonesia pada masa krisis moneter 1998 atau pada masa kini
Tujuan dibuatnya tugas ini adalah untuk mengetahui efektivitas kebijakan
moneter di Indonesia pada masa krisis moneter 1998 VS masa kini, dan juga
memaparkan apa saja dampak yang disebabkan oleh kebijakan moneter pada tahun
1998 dan masa kini.

II. PEMBAHASAN

1) Efektivitas Kebijakan Moneter di Indonesia pada Masa Krisis Moneter 1998


Kebijakan moneter berperan menurunkan tingkat inflasi dengan cara memperkecil
pengeluaran pemerintah yang dilakukan dengan mengurangi atau menunda atau
bahkan membatalkan proyek-proyek pemerintah untuk sementara waktu,
mensejahterakan masyarakat melalui aturan pemerintah yang mengatur
perekonomian. Tidak hanya itu, kebijakan moneter juga berperan untuk mengurangi
tingkat pengangguran, meningkatkan dan mendistribusikan pendapatan nasional, dan
berperan meningkatkan pendapatan masyarakat.
Cara pemerintah mengatasi krisis moneter diantaranya melakukan reformasi struktural
di sektor perbankan, melakukan penyehatan sistem perbankan, melakukan
restrukturisasi utang luar negeri. Selain itu, pemerintah juga berpean
menyempurnakan dan menegakkan ketentuan kehati-hatian, antara lain: Bank-bank
diwajibkan menyediakan modal minimum (Capital Adequacy Ratio) sebesar 4 % pada
akhir tahun 1998, 8 % pada akhir tahun 1999 dan 10 % pada tahun 2000, sebagaimana
diumumkan oleh pemerintah.
2) Efektivitas Kebijakan Moneter di Indonesia pada Krisis Ekonomi saat ini
Pada bulan Juni 2020 wabah Covid-19 memasuki second wave dengan dampak yang
signifikan bagi perekonomian domestik dan perekonomian global sehingga dapat
dikatakan kondisi pandemic Covid-19 ini merupakan tantangan utama dan sangat
challenging khususnya terkait dengan fungsi dan tugas Bank Indonesia dalam
menyiapkan kebijakan yang komprehensif untuk menjaga dan mencegah
perekonomian domestik mengalami situasi yang lebih memburuk. Q2 2020 ini
merupakan situasi perekonomian dengan palung terdalam yang membentuk U shape,

4
bauran kebijakan yang terintegrasi (integrated policy mix) antara BI (yang memiliki
wewenang terkait makroprudensial, sistem pembayaran dan moneter), OJK
(berwenang dalam mikroprudensial) dan otoritas fiskal diharapkan mampu mencegah
perekonomian mengalami krisis lebih mendalam membantuk W atau L shape.
Seperti juga yang dilakukan bank central di berbagai negara yang juga terdampak
karena pandemic Covid-19, BI memiliki berbagai kebijakan dan bauran kebijakan
berupa stimulus moneter untuk merespon berlanjutnya pelambatan ekonomi domestik
seperti penurunan suku bunga, stabilisasi nilai tukar Rupiah, pelonggaran likuiditas
dan makroprudensial, juga sistem pembayaran. Beberapa hal strategis yang akan
dilakukan ke depan adalah sebagai berikut: 1) Penerapan protocol kesehatan secara
baik untuk mendukung pemulihan dan pergerakan ekonomi; 2) Serapan belanja
negara dikawal bersama, dalam hal ini BI memiliki inovasi dalam Quantitative Easing
(QE) untuk mendukung sektor riil khususnya UMKM; 3) Mengawal pembukaan
sektor-sektor ekonomi dengan tetap menerapkan protocol kesehatan; 4)
Restrukturisasi kredit untuk mendorong pertumbuhan ekonomi; dan 5) Mendukung
digital economy.
Pengambil kebijakan di Berbagai negara menghadapi trade off dalam menghadapi
kondisi pandemi Covid-19, antara mortality rate yang hingga saat ini belum
menunjukkan penurunan dengan kondisi sosial ekonomi. Dalam jangka pendek,
trade-off antara upaya menurunkan Covid-19 dengan meningkatkan pertumbuhan
ekonomi (G) harus memilih mana yang menjadi prioritas. Bauran kebijakan fiskal dan
moneter dapat menghilangkan trade-off tersebut.
3) Dampak yang disebabkan oleh Kebijakan Moneter pada Tahun 1998
A. Harga Bahan Pokok Naik
Turunnya nilai tukar mata uang rupiah, mengakibatkan harga bahan pokok naik.
Kenaikan bahan pokok membuat masyarakat kehilangan daya beli. Beberapa barang
sulit ditemukan hingga harganya melambung tinggi. Kenaikan harga ini membuat
protes masyarakat terjadi di mana saja.
B. Banyak Perusahaan Bangkrut
Krisis moneter mengakibatkan perusahaan tidak mampu membayar dan memakai
bahan baku impor. Beberapa perusahaan tidak mampu membayar utang. Akhirnya
mereka membutuhkan mata uang dolar Amerika Serikat untuk membeli bahan baku
karena rupiah menurun.
C. Bank di Indonesia Mengalami Kredit Macet

5
Mengutip dari Gramedia.com, bank di Indonesia mengalami kredit macet karena
turunnya nilai tukar rupiah. Kredit ini berdampak pada kegagalan bisnis dan utang.
Pemerintah memutuskan untuk menyelamatkan perekonomian dengan cara
menggabungkan beberapa bank. Pemerintah membentuk Badan Penyehatan
Perbankan Nasional (BPPN). Tujuan pembentukan ini untuk mengawasi bank yang
bermasalah.
D. Terjadi Demo Besar-besaran
Tahun 1998, mahasiswa di seluruh Indonesia menggelar protes hingga terjadi
bentrokan. Aksi protes ini terjadi di pertengahan 1998 sampai akhir tahun. Aksi
demonstrasi menuntut Presiden Soeharto untuk mengundurkan diri.

Pada 21 Mei 1998, Presiden Soeharto mengumumkan undur diri menjadi presiden.
Setelah pengumuman tersebut, jabatan presiden digantikan oleh B.J. Habibie. Hal ini
berdampak pada pengurangan pekerja di perusahaan. Akhirnya berdampak pada
kemiskinan dan pengangguran tinggi. Naiknya kebutuhan bahan pokok membuat
kebutuhan biaya hidup semakin tinggi.

4) Dampak yang disebabkan oleh Kebijakan Moneter pada saat ini


Pengaruh kebijakan moneter dalam perekonomian yang terakhir yakni dapat
memperbaiki posisi neraca perdagangan dan neraca pembayaran. Hal itu tercermin
dari salah satu bentuk kebijakan moneter, yaitu menjalankan kebijakan devaluasi atau
menurunkan nilai mata uang dalam negeri terhadap mata uang asing.
Dalam analisis ekonomi makro, jumlah uang yang beredar memiliki peran penting
terhadap tingkat output perekonomian dan stabilitas harga-harga. Menurut Wijoyo
dalam Dampak Kebijakan Fiskal dan Moneter dalam Perekonomian Indonesia karya
Nurlina dan Zurjani, kebijakan moneter dalam perekonomian dilakukan melalui
berbagai instrumen. Di antaranya operasi pasar terbuka, penentuan tingkat bunga,
penentu cadangan wajib, dan imbauan moral.
Tujuan utama dari kebijakan moneter yakni untuk mengendalikan laju inflasi. Dengan
begitu pemerintah melalui Bank Sentral bertugas sebagai pemegang otoritas moneter
untuk mengendalikan jumlah uang yang beredar demi mencapai kestabilan ekonomi.

Adapun Pengaruh kebijakan moneter dalam perekonomian


A. Stabilitas ekonomi menjadi terjaga

6
Kebijakan moneter dapat menjaga stabilitas ekonomi. Hal itu ditunjukkan melalui
upaya dalam mengatur jumlah uang yang beredar secara seimbang dengan jumlah
barang dan jasa. Jika jumlah uang yang beredar melebihi atau lebih sedikit dari
jumlah barang dan jasa yang beredar, perekonomian akan terganggu. Bahkan dapat
mengakibatkan terjadinya inflasi atau deflasi.
B. Menjaga stabilitas harga
Pengaruh kebijakan moneter dalam perekonomian selanjutnya adalah mampu
menjaga stabilitas harga barang maupun jasa. Hal tersebut bisa dilihat saat harga
terlalu tinggi, sehingga pemerintah akan mengurangi jumlah uang yang beredar di
masyarakat. Pun begitu sebaliknya.
C. Membuka kesempatan kerja
Kebijakan moneter berpengaruh terhadap kesempatan kerja. Jika perekonomian
stabil, hal itu akan mendorong dunia usaha untuk melakukan investasi baru. Hasilnya,
tercipta lapangan pekerjaan dan kebutuhkan tenaga kerja baru akan bertambah,
sehingga tingkat pengangguran akan menurun.
D. Memperbaiki posisi neraca perdagangan dan neraca pembayaran
Pengaruh kebijakan moneter dalam perekonomian yang terakhir yakni dapat
memperbaiki posisi neraca perdagangan dan neraca pembayaran. Hal itu tercermin
dari salah satu bentuk kebijakan moneter, yaitu menjalankan kebijakan devaluasi atau
menurunkan nilai mata uang dalam negeri terhadap mata uang asing.

Dengan diberlakukannya devaluasi, harga barang di dalam negeri menjadi lebih


murah jika dibeli dengan valuta asing. Pada akhirnya kegiatan tersebut meningkatkan
ekspor ke luar negeri. Selanjutnya ekspor akan meningkat dan berdampak pada neraca
perdagangan dan neraca pembayaran.

7
III. PENUTUP

Kesimpulan
Kebijakan moneter adalah upaya untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang
tinggi secara keberlanjutan dengan tetap mempertahankan kestabilan harga. Jenis-
jenis kebijakan moneter dapat digolongkan menjadi dua yaitu:
1. Kebijakan moneter ekspansif (Monetary expansive policy) adalah suatu kebijakan
dalam rangka menambah jumlah uang yang beredar. Kebijakan ini dilakukan untuk
mengatasi pengangguran dan meningkatkan daya beli masyarakat (permintaan
masyarakat) pada saat perekonomian mengalami resesi atau depresi. Kebijakan ini
disebut juga kebijakan moneter longgar (easy money policy).
2. Kebijakan moneter kontraktif (Monetary contractive policy) adalah suatu kebijakan
dalam rangka mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan ini dilakukan pada
saat perekonomian mengalami inflasi. Disebut juga dengan kebijakan uang ketat (tight
money policy).

8
DAFTAR PUSTAKA
Fajri, D. L. (2022, Februari 15). Penyebab dan Dampak Krisis Moneter Masa Reformasi 1998. Diambil
kembali dari Katadata.co.id: https://katadata.co.id/intan/berita/620b718b6068c/penyebab-
dan-dampak-krisis-moneter-masa-reformasi-1998

Hardiyanti, A. And Etc. (2017). Kebijakan Moneter. Makalah Ekonomi.

Harian, K. (2021, Desember 28). 4 Pengaruh Kebijakan Moneter dalam Perekonomian. Diambil
kembali dari Kumparan: https://kumparan.com/kabar-harian/4-pengaruh-kebijakan-
moneter-dalam-perekonomian-1xCKM9Wjgqz

Setiawan, W. (2010). Analisis Dampak Fluktuasi Perekonomian Dunia Terhadap Efektifitas Kebijakan
Moneter. 76-79.

Webinar Efektifitas Kebijakan Moneter Masa Pandemi Covid-19 di Indonesia. (t.thn.). Diambil
kembali dari Inter Cafe IPB: https://intercafe.ipb.ac.id/efektifitas-kebijakan-moneter-masa-
pandemi-covid-19-di-indonesia/

Anda mungkin juga menyukai