Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH KETERKAITAN BUNGA, INFLASI, DAN DEFLASI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok Pada Mata Kuliah “Teori Ekonomi Makro”
Dosen Pengampu: Deasy Femayona Devi, SE.,M.Ak

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2 :


1. Nur Azizah (21031020)
1. Qurotul Ain (21030007)
2. Siti Nur Azizah (21031011)
3. Sefty Hernawati (21031004)
4. Annisa Hafifah Latifah (21031005)
5. Bayu Satrya Ramadhan (21030021)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


PROGRAM STUDI AKUNTANSI
UNIVERSITAS AL-KHAIRIYAH
TAHUN AKADEMIK 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, taufik dan inayah-
Nya serta nikmat sehat sehingga penyusunan makalah guna memenuhi Tugas Mata Kuliah Teori
Ekonomi Makro, ini dapat selesai sesuai dengan yang diharapkan. Shalawat serta salam selalu
tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW dan semoga kita selalu berpegang teguh
pada sunnahnya. Aamin.....
Makalah ini berjudul “Keterkaitan Bunga, Inflasi, dan Deflasi”. Dalam penyusunan
makalah ini tentunya hambatan selalu mengiringi namun atas bantuan, dorongan, dan bimbingan
dari orang tua, dosen mata kuliah, dan teman-teman yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu
akhirnya semua hambatan dalam penyusunan makalah ini dapat teratasi.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat khususnya para pembaca dan tidak lupa
kami mohon maaf apabila dalam penyusunan makalah ini terdapat kesalahan baik dalam kosa
kata ataupun isi dari keseluruhan makalah ini. Kami sebagai penulis sadar bahwa makalah ini
masih jauh dari kata sempurna dan untuk itu kritik dan saran sangat kami harapkan demi
kebaikan kami untuk kedepannya.

Cilegon, November 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................1
1.3 Tujuan.....................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Suku Bunga............................................................................................................3
2.2 Inflasi......................................................................................................................6
2.3 Deflasi...................................................................................................................11
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan...........................................................................................................15
3.2 Saran.....................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Semakin banyaknya jasa keuangan perbankan di negara Indonesia, seharusnya
diimbangidengan pengetahuan tentang suku bunga. Namun banyak orang yang kurang
paham mengenaitingkat dan perilaku suku bunga, suku bunga dapat diartikan sebagai
harga yang harus dibayar oleh bank dan atau nasabah sebagai balas jasa atas transaksi
antara bank dan nasabah. Suku bunga merupakan salah satu variabel dalam perekonomian
yang senantiasa diamati secara cermat karena dampaknya yang luas dan mempengaruhi
secara langsung kehidupan masyarakat keseharian dan mempunyaidampak penting
terhadap kesehatan perekonomian suatu negara, krisis ekonomi tahun 1997 sebagai
puncak dari Serangkaian Liberalisasi sektor perbankan sejak tahun 1980-an
telah menunjukkan bahwa industri perbankan nasional belum memiliki kelembagaan
perbankan yang kokoh yang di dukung dengan infrastruktur perbankan yang baik. Secara
Fundametal, sistem perbankan Indonesia masih harus di perkuat untuk dapat mengatasi
gejolak internal maupun eksternal. Fundamental perbankan nasional yang terbukti
belumkokoh merupakan tantangan bukan hanya bagi industri perbankan secara umum.
Tantangan dalam dunia perbankan juga selalu berubah seiring dengan perubahan yang
terjadi dalam industri jasa keuangan secara umum.  Untuk mewujudkan perbankan
indonesia yang lebih kokoh, perbaikan harus dilakukan di berbagai bidang. Ternyata
untuk menjawab tantangan-tantangan yang dihadapi perbankan dalam beberapa tahun
belakangan ini.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa yang dimaksud dengan suku bunga?
b. Apa saja jenis-jenis bunga?
c. Faktor apa saja yang menentukan tingkat suku bunga?
d. Apa saja fungsi suku bunga ?
1
2

e. Apa pengertian dari inflasi ?


f. Apa saja jenis-jenis inflasi?
g. Apa penyebab dari inflasi ?
h. Bagaimana cara mengatasi inflasi?
i. Apa pengertian deflasi?
j. Apa saja jenis-jenis deflasi?
k. Apa penyebab dari deflasi?
l. Bagaimana cara mengatasi deflasi?

1.3 Tujuan
a. untuk mengetahui tingkat dan perilaku suku bunga sehingga ada kejelasan yang terjadi
dalam masyarakat yang masih tidak paham dengan suku bunga perbankan
b. Menjelaskan pengertian dari inflasi dan deflasi
c. Menjelaskan jenis-jenis inflasi dan deflasi
d. Menjelaskan penyebab dari inflasi dan deflasi
e. Menjelaskan cara mengatasi inflasi dan deflasi
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Suku Bunga


a. Pengertian Suku Bunga
Menurut Kamus lengkap ekonomi, suku bunga (interest rate) adalah kompensasi
yang dibayar peminjam dana kepada yang meminjam. Suku bunga merupakan salah
satu variabel dalam perekonomian yang senantiasa diamati secara cermat karena
dampaknya yang luas danmempengaruhi secara langsung kehidupan masyarakat
keseharian serta mempunyai dampak penting terhadap kesehatan perekonomian.
Biasanya suku bunga diekspresikan sebagai persentase pertahun yang dibebankan atas
uang yang dipinjam.
b. Jenis-Jenis Suku Bunga
Dalam industri perbankan, suku bunga dibagi menjadi lima jenis, antara lain:
1. Suku Bunga Tetap (Fixed Interest Rate)
Seperti namanya, nilai suku bunga tetap tidak berubah selama jangka waktu kredit
atau sampai tanggal jatuh tempo. Suku bunga tetap banyak digunakan pada produk
Kredit Pemilikan Rumah (KPR) untuk rumah bersubsidi. Suku bunga tetap juga
sering kali digunakan untuk produk kredit kendaraan bermotor.
2. Suku Bunga Mengambang (Floating Interest Rate)
Kebalikan dari tipe yang pertama, suku bunga mengambang biasanya berubah
berdasarkan suku bunga acuan. Artinya, jika suku bunga di pasaran naik, maka
suku bunganya juga ikut naik.
Sebagai contoh, dalam sebuah produk KPR, bank memberikan atau memberlakukan
suku bunga tetap untuk dua tahun pertama. Namun, di tahun ketiga, nilai suku
bunga akan menggunakan suku bunga mengambang.

3
4

3. Suku Bunga Flat (Flat Interest Rate)


Perhitungan suku bunga flat menggunakan jumlah pokok pinjaman di awal untuk
setiap periode cicilan. Penghitungannya sangat sederhana. Umumnya suku bunga
flat digunakan untuk kredit jangka pendek, seperti Kredit Tanpa Agunan (KTA).
4. Suku Bunga Efektif (Effective Interest Rate)
Perhitungan pada suku bunga efektif mengacu pada sisa utang milik nasabah.
Sehingga, jumlah cicilan yang harus dibayarkan setiap bulannya akan berbeda.
Karena terjadi pengurangan pada setoran bunga, sedangkan besaran angsurannya
tetap sama.
Penerapan suku bunga efektif dianggap lebih adil bagi nasabah. Karena, semakin
sedikit pokok pinjaman, maka semakin sedikit juga bunga yang harus dibayarkan.
5. Suku Bunga Anuitas (Annuity Interest Rate)
Dalam perhitungan suku bunga anuitas, porsi bunga yang harus dibayarkan pada
masa awal sangat besar, sedangkan porsi angsuran pokok sangat kecil. Namun,
situasi tersebut akan berbalik ketika sudah mendekati berakhirnya masa kredit atau
sudah mendekati jatuh tempo.
Sistem bunga anuitas biasanya diterapkan untuk pinjaman jangka panjang, seperti
KPR atau kredit investasi.
c. Faktor Apa Saja yang Menentukan Tingkat Suku Bunga
1. Kebutuhan dana. Faktor kebutuhan dana dikhususkan untuk dana simpanan, yaitu
seberapa besar kebutuhan dana yang diinginkan. Apabila bank kekurangan dana
sementara permohonan pinjaman meningkat, maka yang dilakukan oleh bank agar
dana tersebut cepat terpenuhi dengan meningkat kan suku bunga simpanan. Namun,
peningkatan suku bunga simpanan akan pula meningkatkan suku bunga pinjaman. 
2. Target laba. Yang diinginkan faktor ini dikhususkan untuk bunga pinjaman.
Sebaliknya apabila dana yang ada dalam simpanan di bank banyak, sementara
permohonan pinjaman sedikit, maka bunga simpanan akan turun karena hal ini
merupakan beban.
5

3. Kualitas jaminan. Kualitas jaminan juga diperuntukkan untuk bunga pinjaman.


Semakin likuid jaminan yang diberikan, semakin rendah bunga kredit yang
dibebankan dan sebaliknya. 
4. Kebijaksanaan pemerintah. Dalam menentukan baik bunga simpanan maupun bunga
pinjaman bank tidak boleh melebihi batasan yang sudah ditetapkan oleh
pemerintah. 
5. Jangka waktu. Faktor jangka waktu sangat menentukan. Semakin panjang jangka
waktu pinjaman, akan semakin tinggi bunganya, hal ini disebabkan besarnya
kemungkinan resiko macet di masa mendatang. Demikian pula sebaliknya, jika
pinjaman berjangka pendek, bunganya relatif rendah. 
6. Reputasi perusahaan. Reputasi perusahaan juga sangat menentukan suku bunga
terutama untuk bunga pinjaman. Bonafiditas suatu perusahaan yang akan
memperoleh kredit sangat menentukan tingkat suku bunga yang akan dibebankan
nantinya, karena biasanya perusahaan yang bonafit kemungkinan risiko kredit macet
di masa mendatang relatif kecil dan sebaliknya. 
7. Produk yang kompetitif. Untuk produk yang kompetitif, bunga kredit yang diberikan
relatif rendah jika dibandingkan dengan produk yang kurang kompetitif. Hal ini
disebabkan produk yang kompetitif tingkat perputaran produknya tinggi sehingga
pembayarannya diharapkan lancar. 
8. Hubungan baik. Biasanya bunga pinjaman dikaitkan dengan faktor kepercayaan
kepada seseorang atau lembaga. Dalam praktiknya, bank menggolongkan nasabah
antara nasabah utama dan nasabah biasa. Penggolongan ini didasarkan kepada
keaktifan serta loyalitas nasabah yang bersangkutan kepada bank. Nasabah yang
memiliki hubungan baik dengan bank tentu penentuan suku bunganya pun berbeda
dengan nasabah biasa. 
9. Persaingan. Dalam kondisi tidak stabil dan bank kekurangan dana, sementara tingkat
persaingan dalam memperebutkan dana simpanan cukup ketat, maka bank harus
bersaing keras dengan bank lainnya. Untuk bunga pinjaman, harus berada di bawah
bunga pesaing agar dana yang menumpuk dapat tersalurkan, meskipun margin laba
mengecil. 
6

10. Jaminan pihak ketiga. Dalam hal ini pihak yang memberikan jaminan kepada
bank untuk menanggung segala resiko yang dibebankan kepada penerima kredit.
Biasanya apabila pihak yang memberikan jaminan bonafit, baik dari segi
kemampuan membayar , nama baik maupun loyalitasnya terhadap bank, maka
bunga yang dibebankan pun berbeda.
d. Fungsi Suku Bunga
1. Suku bunga dapat mendorong arus investasi yang akan sangat bermanfaat bagi
pertumbuhan ekonomi
2. Suku bunga menjadi daya tarik bagi investor untuk menginvestasikan uangnya
3. Suku bunga membantu suatu negara dalam menjaga keseimbangan jumlah uang
yang beredar dengan permintaan uang
4. Suku bunga dapat menjadi alat kebijakan pemerintah untuk meningkatkan jumlah
tabungan dan investasi
5. Suku bunga bisa digunakan untuk meningkatkan produksi dan mengontrol tingkat
inflasi

2.2 Inflasi
a. Pengertian Inflasi
Secara sederhana, pengertian inflasi atau apa itu inflasi adalah kenaikan harga
barang dan jasa secara umum dan terus menerus dalam jangka waktu tertentu.
Menurut KBBI, pengertian inflasi adalah kemerosotan nilai uang (kertas) karena
banyaknya dan cepatnya uang (kertas) beredar sehingga menyebabkan naiknya harga
barang-barang. Dengan kata lain, apa itu inflasi adalah menurunnya nilai mata uang
karena beberapa faktor.
Badan Pusat Statistik (BPS) mendefinisikan inflasi adalah keadaan perekonomian
negara di mana ada kecenderungan kenaikan harga-harga dan jasa dalam waktu
panjang. Penyebabnya karena tidak seimbangnya arus uang dan barang.
Dengan demikian, pengertian inflasi adalah sebuah situasi dimana kenaikan harga
terjadi secara terus menurus dalam jangka waktu tertentu. Kenaikan harga dari satu
7

atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas pada
barang lainnya.
b. Jenis-Jenis Inflasi
Dikutip dari Gramedia.com, berdasarkan tingkat keparahannya, inflasi terbagi menjadi
4 jenis. Ada inflasi dengan tingkat keparahan yang ringan. Ada juga inflasi dengan
tingkat keparahan yang berat.
1. Inflasi Ringan
Inflasi ringan adalah jenis inflasi yang terbilang mudah dikendalikan atau ditangani.
Karena masih ringan, bentuk inflasi ini tidak memberikan efek atau pengaruh yang
sangat mengganggu di bidang perekonomian pada sebuah negara.
Kondisi inflasi ringan biasanya terjadi ketika adanya sebuah kenaikan harga
dibawah angka 10 persen pada tiap tahunnya.
2. Inflasi Sedang
Jenis kedua yang termasuk pada tingkat keparahannya adalah inflasi sedang. Pada
jenis inflasi ini, sudah ada pihak-pihak yang merasa terganggu akibat adanya
inflasi. Contohnya seperti para pegawai atau karyawan yang memiliki gaji tetap.
Sebab, jenis inflasi berdasarkan tingkat keparahannya ini membuat kenaikan harga
secara umum. Kenaikannya berkisar dari 10 persen sampai 30 persen pada setiap
tahunnya.
3. Inflasi Berat
Jenis inflasi ini adalah inflasi yang mengakibatkan perekonomian di dalam sebuah
negara menjadi kacau. Masyarakat umumnya akan menyimpan barang untuk
persediaan.
Selain itu, masyarakat juga akan memilih untuk tidak menabung dalam bentuk
uang. Sebab, bunga yang akan didapatkannya rendah. Inflasi berat ini terjadi
apabila sebuah inflasi terjadi sekitar 30 persen sampai 100 persen pada setiap
tahunnya.
8

4. Hyperinflation
Hyperinflation adalah jenis inflasi yang paling parah. Kondisi ini tentu akan
membuat sebuah perekonomian di suatu negara menjadi sangat kacau. Hal itu
terjadi meskipun sudah dikeluarkannya kebijakan fiskal dan kebijakan moneter.
Kekacauan yang terjadi pada tingkat hyperinflation ini tidak dapat dikendalikan. Itu
berarti bahwa inflasi terjadi mencapai di atas angka 100 persen. Bahkan akan terus
naik pada tiap tahunnya.
c. Penyebab dari Inflasi
Secara umum penyebab inflasi adalah sebagai berikut:
1. Tingginya Permintaan
Penyebab inflasi yang pertama adalah tingginya permintaan terhadap barang atau
jasa. Jika permintaan terhadap sebuah barang atau jasa naik, maka hal itu akan
mengakibatkan penyediaan faktor produksi dan barang menjadi menurun.
Sementara itu, pengganti atau substitusi untuk barang dan jasa tersebut terbatas
bahkan tidak ada. Keadaan yang tidak seimbang itulah yang akan menyebabkan
harga barang dan jasa menjadi naik.
2. Meningkatnya Biaya Produksi
Alasan kedua yang menjadi penyebab inflasi adalah karena adanya dorongan
kenaikan terhadap biaya produksi. Hal itu terjadi dalam jangka waktu tertentu dan
secara terus menerus.
Secara umum, penyebab inflasi akibat kenaikan biaya produksi adalah karena
adanya desakan biaya produksi yang semakin naik. Inflasi ini dapat terjadi pada
negara yang ekonominya sedang bertumbuh dan berkembang.
3. Jumlah Uang Beredar Bertambah
Ketiga, penyebab inflasi adalah karena jumlah uang beredar. Teori ini dikemukakan
oleh para kaum klasik. Mereka mengatakan bahwa ada sebuah keterkaitan antara
jumlah uang yang beredar, dengan harga-harga barang.
Jika jumlah barang tetap tetapi jumlah uang yang beredar lebih banyak, maka harga
akan menjadi mahal. Jika hal tersebut terjadi secara terus menerus, maka itu
dinamakan inflasi.
9

4. Akibat Perilaku Manusia


Ini dinamakan sebagai inflasi ekspektasi. Penyebab inflasi ini terjadi akibat dari
perilaku masyarakat. Masyarakat yang berpendapat bahwa kondisi ekonomi di
masa yang akan datang akan lebih baik lagi.
Inflasi jenis ini tergolong sulit terdeteksi. Sebab, kejadian inflasi ini tidak terlalu
signifikan.
5. Struktural Ekonomi yang Kaku
Seorang produsen tidak dapat mencegah dengan cepat terkait kenaikan permintaan
yang diakibatkan adanya pertumbuhan penduduk. Pada akhirnya, permintaan sulit
terpenuhi ketika ada pertumbuhan jumlah penduduk.
6. Kekacauan Ekonomi dan Politik
Selanjutnya yang menjadi penyebab inflasi adalah kekacauan ekonomi dan politik.
Bila sebuah negara dalam kondisi yang tidak aman, maka harga barang di negara
tersebut akan cenderung menjadi mahal. Hal ini juga pernah terjadi di Indonesia.
Tepatnya ketika ada kekacauan politik dan ekonomi. Hal tersebut terjadi pada tahun
1998 silam. Pada masa itu, level inflasi di Indonesia bahkan menyentuh angka 70
persen. Padahal level inflasi cenderung normal, berkisar dari 3 persen sampai 4
persen.
7. Keputusan Perusahaan
Keputusan perusahaan juga bisa menjadi salah satu penyebab inflasi. Perusahaan
yang membuat barang populer sering menaikkan harganya. Hal itu dilakukan hanya
karena konsumen bersedia membayar harga yang diinginkan tersebut.
Perusahaan juga akan menaikkan harga secara bebas. Terlebih ketika barang yang
dijual adalah sesuatu yang sangat dibutuhkan para konsumen. Contohnya seperti
kebutuhan sehari-hari gas dan minyak.
8. Utang nasional
Selain itu, yang menjadi penyebab inflasi adalah utang nasional. Ketika utang di
suatu negara meningkat, maka umumnya pemerintah memiliki dua opsi.
Pertama, pemerintah dapat menaikkan pajak. Kedua, pemerintah mencetak lebih
banyak uang untuk melunasi hutang negara tersebut.
10

Bila pajak mengalami kenaikan, maka bisnis akan bereaksi. Mereka akan
menaikkan harganya. Hal itu dilakukan untuk mengimvangi kenaikan tarif pajak di
perusahaan tersebut.
Jika pemerintah memilih pilihan kedua, maka hal itu akan berdampak pada
peredaran uang di masyarakat. Hal itu akan mengarahkan kepada kenaikan harga
dan devaluasi mata uang.
9. Faktor Luar Negeri
Penyebab inflasi adalah tidak hanya berasal dari faktor internal saja. Namun, inflasi
juga bisa berasal dari faktor eksternal. Faktor eksternal yang dimaksud adalah
faktor dari luar negeri.
Contohnya seperti adanya kenaikan dalam harga minyak mentah. Kenaikan pada
komoditas impor lainnya juga berpengaruh. Seperti bahan makanan dan bahan
minuman. Terlebih kenaikan tersebut terjadi secara berkelanjutan.
d. Cara Mengatasi Inflasi
1. Kebijakan Moneter
Segala bentuk kebijakan yang diambil pemerintah di bidang moneter dikenal
sebagai kebijakan moneter. Kebijakan ini bertujuan untuk menjaga kestabilan
moneter agar dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Dalam kebijakan moneter terbagi menjadi beberapa hal, yaitu:
 Kebijakan penetapan persediaan kas
Hal ini diambil oleh bank sentral untuk mengurangi uang yang beredar. Caranya
dengan menetapkan persediaan uang yang beredar dan menetapkan persediaan
uang kas pada bank. Dengan mengurangi jumlah uang beredar, maka inflasi dapat
ditekan.
 Kebijakan diskonto
Bank sentral dapat menerapkan kebijakan diskonto dengan meningkatkan nilai
suku bunga. Tujuannya agar masyarakat terdorong untuk menabung. Harapannya
jumlah uang yang beredar dapat berkurang sehingga inflasi bisa ditekan.
11

 Kebijakan operasi pasar


Jumlah uang yang beredar juga bisa dilakukan dengan cara menjual surat-surat
berharga, misalnya Surat Utang Negara (SUN). Jika banyak surat berharga yang
dijual, jumlah uang beredar berkurang dan inflasi bisa dikurangi.
2. Kebijakan Fiskal
Untuk memengaruhi penerimaan dan pengeluaran pemerintah bisa dilakukan
dengan kebijakan fiskal. Kebijakan fiskal termasuk, sebagai berikut:
 Menghemat pengeluaran pemerintah
Pemerintah dapat menekan inflasi dengan mengurangi pengeluaran. Sehingga
permintaan barang atau jasa bisa ditekan. Hasilnya harga barang atau jasa juga
menurun.
 Menaikkan tarif pajak
Naiknya tarif pajak untuk rumah tangga dan perusahaan akan mengurangi tingkat
konsumsi. Pengurangan tersebut dapat mengurangi permintaan barang dan jasa,
sehingga harga turun dan inflasi ditekan.

2.3 Deflasi
a. Pengertian Deflasi
Deflasi adalah sebuah kondisi saat harga barang yang ada di dalam sebuah negara
mengalami penurunan. Penurunan harga barang-barang tersebut bisa terjadi secara
periodik, langsung maupun bersamaan. Hal tersebut tentu memiliki pengaruh di
bidang ekonomi.
Di dalam KBBI atau Kamus Besar Bahasa Indonesia, deflasi adalah penambahan
nilai mata uang, antara lain, dengan pengurangan jumlah uang kertas yang sudah
beredar. Tujuannya adalah untuk mengembalikan daya beli uang yang nilainya sudah
menurun.
Selain itu, menurut KBBI deflasi adalah gejala perekonomian yang merupakan
akibat dari keadaan tersebut, seperti penurunan produksi, langkanya lapangan kerja
dan rendahnya daya beli masyarakat.
12

Jika ditinjau dari kacamata ekonomi, maka deflasi bukanlah hal yang baik atau
menguntungkan. Deflasi dapat menimbulkan kekacauan di bidang ekonomi. Oleh
karena itu, keadaan deflasi tentu harus segera diatasi. Tujuannya supaya tidak
menimbulkan permasalah ekonomi. Jika deflasi dibiarkan, maka dapat mengganggu
keseimbangan perekonomian yang berkelanjutan.
b. Jenis-Jenis Deflasi
1. Deflasi Strategis
Deflasi strategi adalah deflasi yang timbul akibat adanya sebuah penetapan
kebijakan. Kebijakan tersebut mengenai pengendalian gejala-gejala konsumsi yang
berlebihan. Kondisi seperti ini diyakini bisa menekan kenaikan dari harga produk-
produk di pasaran.
Kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah tersebut ternyata tidak dapat menekan
angka konsumsi yang berlebihan pada masyarakat. Akibatnya, justru akan
menyebabkan penurunan harga. Penurunan harga tersebut justru semakin
meningkatkan konsumsi dari masyarakat.
Salah satu penyebab dari terjadinya deflasi strategis adalah karena ada kebijakan
yang dikeluarkan oleh pemerintah. Selain itu, kebijakan yang dikeluarkan oleh
Bank Sentral juga menjadi salah satu penyebab deflasi. Banyak sekali negara yang
mengalami deflasi yang diakibatkan dari kebijakan Bank Sentralnya yang mengatur
perekonomian di dalam negara tersebut.
Kebijakan tersebut adalah kebijakan yang dapat menurunkan tingkat suku bunga.
Hal itu akan membuat konsumen mudah mendapatkan pinjaman dari bank. Hal itu
juga akan membuat produsen dapat berlomba-lomba untuk menyimpang uang yang
mereka punya di bank. Sembari menyimpang uang, mereka akan mengharapkan
mendapatkan bunga yang besar.
Akan tetapi, hal itu akan membuat peredaran uang menjadi langka. Setelah itu akan
menyebabkan harga akan mengalami penurunan. Kemudian kondisi perekonomian
negara tersebut tidak akan stabil. Deflasi yang terus menerus terjadi akan
melumpuhkan aktivitas. Tertuama pada sektor industry dan manufaktur.
13

2. Deflasi Sirkulasi
Jenis deflasi selanjutnya adala deflasi sirkuler. Deflasi ini dapat disebabkan karena
kondisi yang tidak stabil di dalam sebuah kondisi perekonomian. Deflasi ini akan
berlangsung dalam transisi kondisi ekonomi yang stabil menuju ekonomi merosot.
Hal itu akan membuat kondisi menjadi meresahkan. Deflasi sirkulasi akan muncul
karena konsumsi serta daya produksi yang ada di dalam negara tidak menunjukkan
sebuah keseimbangan. Hal itu akan menyebabkan harga-harga produk mengalami
penurunan.
Penurunan harga tersebut terjadi di pasaran pada resesi ekonomi. Kondisi seperti ini
diawali dengan adanya penurunan secara signifikan pada kebutuhan masyarakat
oleh barang ekonomis yang dapat menimbulkan harga menjadi turun secara drastis.
Salah satu yang bisa menyebabkan hal ini terjadi karena produksi barang yang sama
dalam jumlah yang cukup berlebihan. Contohnya seperti yang terjadi pada tahun
2008. Banyak negara-negara yang memproduksi minyak mentah dengan
berlebihan. Hal itu sehingga menyebabkan harga minyak menjadi turun secara
drastis.
Bahkan tidak dapat dikendalikan. Hal itu kemudian membuat banyak negara
mengalami deflasi akibat minyak tersebut.
c. Penyebab Deflasi
Penyebab deflasi adalah sebagai berikut:
1. Banyaknya Hasil Produk Serupa
Dalam meningkatkan persaingan, umumnya perusahaan akan berlomba-lomba
untuk meningkatkan produksi produk serupa. Produk atau jasa yang diproduksi
akan dibuat sedemikian rupa untuk merebut hati para konsumen. Dalam hal ini,
para perusahaan akan menempuh jalan dengan menekan harga menjadi rendah. Hal
itu dilakukan supaya memenangkan persaingan antar perusahaan.
2. Permintaan Hasil Produksi Menurun
Ada banyak produk yang dihasilkan para perusahaan yang tidak diiringi dengan
perhitungan jumlah hasil produksi yang tepat. Para perusahaan dapat memproduksi
barang yang disesuaikan oleh permintaan konsumen dalam menyiasatinya.
14

3. Jumlah Uang yang Beredar Menurun


Penurunan jumlah uang yang beredar rupanya dapat mengakibatkan terjadinya
deflasi. Hal ini dikarenakan ada banyaknya orang yang saling berlomba untuk
mendapatkan bunga simpanan tinggi dari bank. Masyarakat tentu akan menyimpan
uangnya di bank secara persamaan. Hal tersebut akan membuat peredaran uang
menjadi berkurang bahkan menjadi langka.
4. Persediaan Barang yang Ditawarkan Mengalami Peningkatan
Permintaan jumlah yang terjadi di pasar akan menyebabkan produksi barang
menjadi meningkat. meskipun terkadang bahwa fakta menunjukan situasi yang
sebaliknya. Perhitungan serta orientasi yang tepat akan turut menimbulkan
terjadinya deflasi.
Produsen tidak akan lagi memikirkan jumlah permintaan barang tersebut.
Permintaan dari masyarakat akan menurun terhadap sebuah produk. Akibatnya
akan membuat perusahaan memutar otak untuk mencari cara bagaimana
menghabiskan produk yang dibuat olehnya.
d. Cara Mengatasi Deflasi
1. Menerapkan Kebijakan Non-Moneter
Kebijakan non meter juga disebut sebagai cara yang efektif dalam mengatasi
deflasi. Di dalam sebuah kebijakan non moneter, akan ada beberapa langkah
penting. Langkah tersebut akan membuat jumlah uang yang beredar di masyarakat
menjadi meningkat.
2. Menurunkan Tingkat Suku Bunga
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi deflasi adalah dengan
menurunkan tingkat suku bunga. Melalui hal ini, maka jumlah uang yang beredar
akan bertambah di masyarakat.
Masyarakat tentu akan memilih untuk memegang kembali uang mereka sendiri,
dibandingkan menyimpannya di bank. Melalui adanya banyak peredaran uang di
sebuah masyarakat, maka diharapkan dapat meningkatkan jumlah pembelian barang
sehingga deflasi dapat teratasi.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
 Suku bunga merupakan salah satu variabel dalam perekonomian yang senantiasa
diamati secara cermat karena dampaknya yang luas danmempengaruhi secara langsung
kehidupan masyarakat keseharian serta mempunyai dampak penting terhadap
kesehatan perekonomian.
 Inflasi adalah proses meningkatnya harga secara umum dan terus-menerus sehubungan
dengan mekanisme pasar yang dipengaruhi banyak faktor, seperti peningkatan
konsumsi masyarakat, likuiditas di pasar yang berlebih sehingga memicu konsumsi
atau bahkan spekulasi, hingga ketidaklancaran distribusi barang.
 Deflasi didefinisikan sebagai meningkatnya permintaan terhadap uang berdasarkan
jumlah uang yang berada di masyarakat. Deflasi terjadi ketika jumlah uang yang yang
beredar di masyarakat (money supply) lebih sedikit dari jumlah supply barang yang
ada. Sehingga terjadi penurunan harga-harga.

15
16

3.2 Saran
Dengan disusunnya makalah ini kami mengharapkan agar pembaca dapat memiliki
wawasan yang lebih luas mengenai suku bunga sehingga mampu mengaplikasikan sesuai
dengan teori yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, sebaiknya penetapan suku
bunga haruslah sesuai dengan prosedur dan situasinya, hal ini juga sangat dipengaruhi
oleh kebijakan Bank Indonesia sebagai Induknya bank di Indonesia yang mengatur
kebijakan tentang tingkats uku bunga. Sehingga pihak-pihak lain yang terkait harusnya
patuh dan melaksanakannya agar tidak saling merugikan. Saat terjadi deflasi: Untuk
mengatasi deflasi, pemerintah dapat mencoba untuk menurunkan pajak dan menaikan
pengeluaran pemerintah . Hal ini bertujuan agar pertumbuhan ekonomi meningkat. Dalam
mengatasi inflasi pemerintah dapat mencoba untuk menurunkan pengeluaran pemerintah
dan menaikan pajak.
DAFTAR PUSTAKA

https://majoo.id/solusi/detail/pengertian-jenis-rumus-suku-bunga
https://www.gramedia.com/literasi/deflasi/
https://money.kompas.com/read/2022/07/28/211015426/pengertian-inflasi-jenis-penyebab-
dampak-dan-cara-mengatasinya?
page=all&jxconn=1*17n2fog*other_jxampid*WmtvOGZmYnd0a1JTVDJlaGlVM3l3WDhEQl9
FN1ZvblJDSVFEOTdNRXBGV1V1enpyVkVyVEJybGlLNFdRUlpHNQ..#page2

Anda mungkin juga menyukai