Anda di halaman 1dari 15

TUGAS KELOMPOK

MANAJEMEN PERKREDITAN
Dosen: Dedeh Sri Sudaryant, S.E., M.,Si

RESUME MATERI
KEBIJAKAN PENENTUAN SUKU BUNGA (PRICING)

Kelompok 1

Disusun oleh:
Kelompok 5
1. Elsa Amalia 223404006
2. Sihab Alfauzi 223404007
3. Suci Aliva 223404008
4. M Helmi Ardiansyah 223404009
5. M Rafi Alwaasy 223404010

JURUSAN D-3 PERBANKAN DAN KEUANGAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SILIWANGI
2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan
rahmatnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa ada halangan yang
berarti dan sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Ibu Dedeh Sri Sudaryant, S.E., M.,Si
sebagai dosen pengampu mata kuliah Manajemen Perkreditan yang telah membantu
memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan
karena keterbatasan penulis. Maka dari itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat bermanfaat bagi semua
pihak yang membaca.

Tasikmalaya, 16 Februari 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................2
1.3 Tujuan...............................................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................3
PEMBAHASAN........................................................................................................................3
2.1 Pengertian Suku Bunga....................................................................................................3
2.2 Cara Penentuan Kebijakan Suku Bunga...........................................................................3
2.3 Tujuan Kebijakan Penentuan Suku Bunga.......................................................................5
2.4 Pengaruh Kebijakan Suku Bunga Terhadap Ekonomi.....................................................7
2.5 Hubungan Kebijakan Suku Bunga dengan Kredit...........................................................7
BAB III.....................................................................................................................................10
PENUTUP................................................................................................................................10
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................10
3.2 Saran...............................................................................................................................10
Daftar Pustaka..........................................................................................................................11

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Suku bunga merupakan sebuah variabel ekonomi yang penting dalam perekonomian,
yang menjelaskan besaran ketidakseimbangan yang diberikan oleh peminjaman modal
kepada pemilik modal. Suku bunga mempengaruhi berbagai aspek ekonomi, termasuk
investasi, produksi, dan keseimbangan antara tabungan dan kredit.
Suku bunga mempengaruhi keputusan investasi dan produksi, serta keseimbangan
antara tabungan dan kredit. Pada saat suku bunga tinggi, investasi dan produksi akan
mendorong kegiatan ekonomi, namun dapat mengakibatkan kemacetan kredit. Pada saat
suku bunga rendah, investasi akan meningkat, namun tidak mendorong mobilisasi dana
melalui perbankan sehingga menimbulkan kesenjangan antara tabungan dan kredit.
Suku bunga juga mempengaruhi pertumbuhan kredit modal kerja di bank, dengan
pengaruh pertumbuhan tabungan, inflasi, dan suku bunga kredit terhadap pertumbuhan
kredit modal kerja. Pengujian dan analisis terhadap hubungan antara faktor-faktor ini
memungkinkan penelitian untuk memahami dan memprediksi perkembangan pasar
modal.
Dalam perekonomian Indonesia, permasalahan suku bunga (domestik) merupakan
indikator makro yang sangat penting. Indikator ini, mempunyai faktor-faktor penyebab
dan mempunyai dampak negatif yang sangat parah terhadap perekonomian bila tidak
segera diatasi. Perekonomian kita mempunyai budaya penyerapan suku bunga tinggi. Di
Indonesia suku bunga bukan sekedar sebagai indikator terhadap harga dana, akan tetapi
sekaligus menjadi indikator selera masyarakat terhadap waktu. Masyarakat Indonesia
cenderung menyukai hari ini, dibandingkan hari esok. Karena hari ini dianggap lebih pasti
sedangkan
hari esok dianggap ketidakpastian. Suatu masyarakat yang lebih menyukai hari ini
menunjukkan masyarakat yang tergesa-gesa, yang berakibat tingginya tingkat suku
bunga. Dari sisi tabungan memang terlihat lebih banyak, namun suku bunga tinggi.
Secara finansial kita terjebak dalam liquidity trap, yaitu terjebak dalam likuiditas banyak
tapi pada tingkat suku bunga tinggi (Purnomo, 2004: 50).
Banyak langkah yang akan dilakukan bank-bank untuk menyedot banyak likuiditas di
pasar. Tidak peduli likuiditas dolar ataupun rupiah. Semua dilahap habis oleh bank-bank.
Jika demikian, akan terjadi koreksi di perbankan. Bank-bank yang hanya mengandalkan

1
dana mahal akan banyak terkena dampak karena kredit secara mendadak juga akan
terhenti menunggu kepastian pasar. Perebutan dana makin sengit dan tetap menjaga
kualitas kredit menjadi sangat penting. Jangan sampai menelan dana sangat mahal. Efek
jangka pendek ialah akan terjadi flight to quality; dana berpindah ke tempat yang diyakini
lebih aman.
Dalam upaya mencapai sasaran akhir kebijakan moneter yaitu pendapatan nasional
dan kesempatan kerja, stabilitas harga dan keseimbangan neraca pembayaran, otoritas
moneter menggunakan piranti-piranti kebijakan moneter melalui pencapaian sasaran,
antara satu sasaran antara tingkat suku bunga yang pada saat ini memperoleh perhatian
sangat besar. Oleh karena itu, kebijakan moneter senantiasa diarahkan sedemikian rupa
untuk mencapai tingkat suku bunga yang wajar. Penentuan tingkat suku bunga yang wajar
memerlukan langkah-langkah yang cermat, karena tingkat suku bunga yang terlalu tinggi
maupun yang terlalu rendah dapat memperngaruhi perkembangan ekonomi di dalam
negeri.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud suku bunga?
2. Bagaimana cara penentuan kebijakan suku bunga di Indonesia?
3. Apa tujuan kebijakan penentuan suku bunga?
4. Bagaimana pengaruh kebijakan suku bunga terhadap ekonomi?
5. Bagaimana hubungan kebijakan suku bunga dengan kredit?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud suku bunga
2. Memahami bagaimana cara menentukan kebijakan suku bunga di Indonesia
3. Mengetahui tujuan kebijakan penentuan suku bunga
4. Memahami bagaimana pengaruh kebijakan suku bunga terhadap ekonomi
5. Mengetahui dan memahami bagaimana hubungan kebijakan suku bunga dengan kredit

2
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Suku Bunga
Menurut Hubbard (1997), bunga adalah biaya yang harus dibayar borrower
atas pinjaman yang diterima dan imbalan bagi lender atas investasinya. Sementara itu,
Kern dan Guttman (1992) menganggap suku bunga merupakan sebuah harga dan
sebagaimana harga lainnya, maka tingkat suku bunga ditentukan oleh kekuatan
permintaan dan penawaran.
Menurut Karl dan Fair (2001), suku bunga adalah pembayaran bunga tahunan
dari suatu pinjaman, dalam bentuk persentase dari pinjaman yang diperoleh dari
jumlah bunga yang diterima tiap tahun dibagi dengan jumlah pinjaman. Pengertian
suku bunga menurut Sunariyah (2004) adalah harga dari pinjaman. Suku bunga
dinyatakan sebagai persentase uang pokok per unit waktu. Bunga merupakan suatu
ukuran harga sumber daya yang digunakan oleh debitur yang harus dibayarkan
kepada kreditur. Menurut Lipsey, Ragan, dan Courant (1997) suku bunga adalah
harga yang dibayarkan untuk satuan mata uang yang dipinjam pada periode waktu
tertentu.
Menurut Mishkin (2008), suku bunga adalah biaya pinjaman atau harga yang
dibayar atas penyewaan dana. Mishkin memandang suku bunga dari sisi
peminjam (borrower).
Menurut Pindyck (2005), suku bunga adalah harga yang dibayar oleh
peminjam kepada pemberi pinjaman. Seperti harga pasar, penentuan tingkat suku
bunga ditentukan oleh permintaan dan penawaran dari loanable funds3. Siamat (2005)
membedakan pengertian bunga (interest) dalam 2 perspektif, yaitu: (1) bunga dari sisi
permintaan. Bunga dari sisi permintaan dan sisi penawaran merupakan pendapatan
atas pemberian kredit. Bunga merupakan sewa atau harga dari uang, (2) bunga dari
sisi penawaran. Pemilik dana akan menggunakan atau mengalokasikan dananya pada
jenis investasi yang menjanjikan pembayaran bunga yang lebih tinggi.

3
2.2 Cara Penentuan Kebijakan Suku Bunga
Di Indonesia, kebijakan penentuan suku bunga dilakukan oleh Bank Indonesia
(BI), bank sentral negara ini. BI menggunakan suku bunga acuan atau BI 7-Day
Reverse Repo Rate sebagai instrumen utama dalam kebijakan moneter untuk
mencapai tujuan inflasi yang ditetapkan oleh pemerintah. Di Indonesia, kebijakan
suku bunga dikendalikan oleh Bank Indonesia (BI), institusi moneter negara itu. BI
menggunakan berbagai alat kebijakan moneter, termasuk suku bunga acuan, untuk
mencapai sasaran-sasaran kebijakan moneter yang telah ditetapkan. Berikut adalah
beberapa langkah dan faktor yang dipertimbangkan dalam menetapkan kebijakan
suku bunga di Indonesia:
1) Evaluasi Ekonomi Makro : Bank Indonesia melakukan evaluasi
menyeluruh terhadap kondisi ekonomi makro, baik di tingkat domestik
maupun global. Hal ini mencakup pertumbuhan ekonomi, inflasi,
tingkat pengangguran, neraca perdagangan, dan variabel-variabel lain
yang memengaruhi stabilitas ekonomi.
2) Kontrol Inflasi dan Stabilitas Harga : Salah satu fokus utama BI adalah
menjaga stabilitas harga dan mengendalikan inflasi. BI memantau
indikator-indikator harga konsumen (IHK) dan harga produsen (IPP),
serta faktor-faktor lain yang mempengaruhi inflasi. Berdasarkan
analisis ini, BI menetapkan target inflasi dan mengarahkan kebijakan
suku bunga untuk mencapai target tersebut.
3) Pengamatan Pasar Keuangan : BI juga memperhatikan kondisi pasar
keuangan domestik dan global, termasuk pergerakan nilai tukar mata
uang, harga saham, dan suku bunga internasional. Perubahan dalam
kondisi pasar keuangan ini dapat memengaruhi keputusan BI tentang
kebijakan suku bunga.
4) Pertumbuhan Ekonomi : Selain inflasi, BI juga memperhatikan
pertumbuhan ekonomi. Suku bunga yang ditetapkan dapat merangsang
atau mengendalikan pertumbuhan ekonomi. BI menyesuaikan
kebijakan suku bunga berdasarkan target pertumbuhan ekonomi yang
diinginkan.
5) Transparansi dan Konsultasi : BI mengadakan rapat-rapat dengan
Dewan Gubernur untuk membahas dan menetapkan kebijakan suku

4
bunga. BI juga menerbitkan komunikasi kebijakan yang transparan
untuk memberikan pemahaman kepada publik mengenai alasan di
balik keputusan kebijakan moneter.
6) Kebijakan Countercyclical : Kadang-kadang, BI menerapkan kebijakan
suku bunga yang bersifat countercyclical, yaitu langkah-langkah untuk
meredakan atau merangsang aktivitas ekonomi sesuai dengan fase
siklus bisnis. Sebagai contoh, selama masa resesi, BI mungkin
menurunkan suku bunga untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Setelah mempertimbangkan semua faktor ini, Bank Indonesia menetapkan
suku bunga acuan yang dikenal sebagai BI 7-Day Reverse Repo Rate. Suku bunga ini
menjadi acuan bagi lembaga keuangan lain dalam menetapkan suku bunga kredit dan
investasi.

2.3 Tujuan Kebijakan Penentuan Suku Bunga


BI Rate atau suku bunga acuan Bank Indonesia bertujuan untuk mencapai dan
memelihara stabilitas rupiah serta mata uang Indonesia dengan memperhatikan inflasi
dan memoderasi nilai rupiah. Ketika terjadi peningkatan inflasi, Bank Indonesia
cenderung menaikkan BI Rate agar masyarakat menyimpan uangnya sehingga uang
yang beredar di masyarakat akan berkurang dan gejala inflasi menjadi lebih rendah.
Fungsi BI Rate adalah salah satu instrumen yang digunakan negara untuk menjaga
stabilitas ekonomi makro negara. BI rate adalah suku bunga dasar (policy rate) yang
digunakan oleh bank sentral Indonesia untuk membentuk kebijakan moneter. Ketika
BI rate diubah, sebagian besar waktu suku bunga antar bank akan segera berubah dan
mempengaruhi suku bunga yang diterapkan bank pada produk-produk seperti
rekening tabungan, hipotek dan pinjaman.
Bank Indonesia (BI) sudah mengerek BI Rate menjadi 7,25%. Kenaikan BI
Rate tersebut untuk merespons kenaikan inflasi dan luruhnya nilai tukar rupiah. Bank
Indonesia juga memiliki tujuan dasar sebagai kebijakan moneter yakni menjaga
kestabilan harga barang. Hal ini dilakukan dengan beberapa pertimbangan. Pertama,
dengan output ditentukan kapasitas ekonomi dalam jangka panjang maka segala
kebijakan yang mendorong pertumbuhan ekonomi akan menciptakan inflasi (the
short-run Phillips-curve) sehingga tidak akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
riil (Kydland and Prescott, 1977). Kedua, national economic agent mengerti bahwa
tindakan kejutan pembuat kebijakan dalam mendorong inflasi dapat mendorong

5
terjadinya permasalahan time-consistency (Barro and Gordon, 1983). Ketiga,
kebijakan moneter mempengaruhi variabel ekonomi memakan waktu panjang dan
mempunyai lag (Friedman, 1968). Keempat, kestabilan harga dapat mendorong
terciptanya iklim ekonomi yang lebih baik karena akan mengurangi biaya yang
berasal dari inflasi.
Adapun beberapa tujuan diadakannya kebijakan penentuan suku bunga antara
lain :
1. Menstabilkan Tingkat Inflasi : Salah satu tujuan inti dari kebijakan suku bunga
adalah menjaga stabilitas tingkat inflasi. Ketika suku bunga dinaikkan, hal ini
dapat mengurangi daya beli masyarakat terhadap barang dan jasa, sehingga
menekan laju inflasi. Kebijakan moneter bertujuan untuk menjaga stabilitas
harga atau inflasi. Suku bunga dapat diatur oleh bank sentral untuk
mengendalikan inflasi. Melalui peningkatan suku bunga, bank sentral dapat
mengurangi permintaan secara keseluruhan dan mengendalikan tingkat inflasi.
Sebaliknya, penurunan suku bunga dapat memacu aktivitas ekonomi dan
pertumbuhan, namun harus dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari
inflasi yang tinggi.
2. Merangsang Investasi: Suku bunga yang tinggi cenderung memperlambat
pertumbuhan ekonomi, sementara suku bunga yang rendah dapat mendorong
pertumbuhan ekonomi dengan merangsang aktivitas pinjaman dan investasi.
Suku bunga yang rendah dapat menggalakkan investasi karena biaya pinjaman
menjadi lebih terjangkau. Ini dapat menghasilkan peningkatan pertumbuhan
ekonomi karena lebih banyak dana tersedia untuk digunakan dalam kegiatan
investasi.
3. Mengatur Pertumbuhan Ekonomi : Kebijakan penentuan suku bunga juga
dapat berperan dalam mengontrol laju pertumbuhan ekonomi. Suku bunga
juga dapat digunakan untuk merangsang atau mengurangi pertumbuhan
ekonomi. Dengan menurunkan suku bunga, bank sentral dapat mendorong
pinjaman dan investasi, yang pada akhirnya dapat meningkatkan pertumbuhan
ekonomi. Sebaliknya, peningkatan suku bunga dapat mengurangi pengeluaran
dan investasi, yang dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi.
4. Mengelola Pertumbuhan Lapangan Kerja : Meskipun bukan tujuan utama,
kebijakan suku bunga juga dapat berdampak pada tingkat pengangguran dan
lapangan kerja. Suku bunga rendah cenderung merangsang aktivitas ekonomi
6
dan menciptakan lebih banyak lapangan kerja. Namun, suku bunga yang
terlalu rendah juga dapat menyebabkan ketidakstabilan ekonomi yang
berdampak negatif pada lapangan kerja.

2.4 Pengaruh Kebijakan Suku Bunga Terhadap Ekonomi


Menurut Sunariyah (2004:80), harga dari sebuah pinjaman disebut suku
bunga. Saat tingkat suku bunga rendah, maka dana yang mengalir akan semakin
banyak dan pertumbuhan ekonomi semakin meningkat. Sebaliknya, ketika tingkat
bunga tinggi, maka sedikit dana yang mengalir akan mengakibatkan pertumbuhan
ekonomi yang rendah.
Pengaruh suku bunga kredit terhadap pertumbuhan ekonomi memiliki
pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Hasil ini sesuai dengan teoritis
bahwa suku bunga kredit berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi.
Demikian, pengaruh tersebut tidak signifikan secara uji statistik (Tuwonusa, Wenry.
dkk 2016).
Pengaruh suku bunga terhadap pertumbuhan ekonomi menunjukkan bahwa
tingkat suku bunga berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi (Fahrika, 2016).
Dampak Kebijakan Suku Bunga Terhadap Ekonomi antara lain :
1 Pengaruh terhadap Kredit dan Investasi : Kebijakan suku bunga yang
rendah akan mendorong pertumbuhan kredit dan investasi, yang dapat
mengerek pertumbuhan ekonomi. Namun, suku bunga yang terlalu
rendah juga berpotensi meningkatkan risiko kredit.
2 Pengaruh terhadap Nilai Tukar : Kebijakan suku bunga juga
memengaruhi nilai tukar mata uang suatu negara. Suku bunga yang
tinggi cenderung meningkatkan nilai tukar mata uang negara tersebut.
3 Pengaruh terhadap Inflasi : Suku bunga yang tinggi dapat membantu
menahan inflasi dengan mengurangi daya beli masyarakat. Namun,
kebijakan suku bunga yang terlalu ketat juga bisa menghambat
pertumbuhan ekonomi.

7
2.5 Hubungan Kebijakan Suku Bunga dengan Kredit
Hubungan antara suku bunga dan kredit berkaitan dengan kebijakan moneter
yang ditetapkan oleh Bank Indonesia (BI). Menurunkan suku bunga akan
mempengaruhi suku bunga kredit, yang merupakan suku bunga paling ketat di pasar
kredit konsumen dan secara signifikan mempengaruhi rata-rata pertumbuhan pasar
kredit. Penurunan suku bunga kredit akan membuat konsumsi dan investasi lebih aktif
sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi. Namun kebijakan moneter tidak selalu
efektif dalam mendorong pertumbuhan kredit, terutama jika bank tidak mempunyai
kebutuhan pendanaan yang cukup atau menganggap risiko kredit terlalu tinggi. Suku
bunga kredit memiliki markup yang lebih tinggi dan pass-through rate yang lebih
rendah, serta lebih sensitif terhadap perubahan suku bunga acuan. Perubahan suku
bunga acuan akan mempengaruhi suku bunga kredit, namun pengaruhnya tidak sama
terhadap suku bunga deposito dan suku bunga kredit perbankan. Untuk lebih
mendorong pertumbuhan kredit, diperlukan kebijakan lain seperti penempatan dana
pemerintah di perbankan, subsidi suku bunga, dan penjaminan kredit.
Suku bunga kredit memiliki sebagian efek penting dalam mengarahkan
hubungan antara penawaran dan permintaan kredit pada perbankan. Kenaikan suku
bunga kredit akan menyebabkan permintaan kredit turun karena beban angsuran yang
semakin besar, yang disebabkan oleh tingkat pengembalian dana yang semakin tinggi.
Sebaliknya, jika suku bunga kredit turun, permintaan kredit akan meningkat.
Suku bunga kredit juga mempengaruhi cicilan utang, terutama jika cicilan
dengan skema floating rate (mengambang). Jika suku bunga naik, maka utang cicilan
akan semakin berat. Pada tingkat perbankan, bank memutuskan suku bunga kredit
berdasarkan kebijakan bank sentral, seperti Bank Indonesia, dan kebutuhan pasar.
Kebijakan bank sentral yang mengarah pada penurunan acuan suku bunga dapat
mempengaruhi suku bunga kredit, namun tidak selalu efektif dalam mendorong
pertumbuhan kredit.
Kasmir (2014), Menjelaskan bahwa kredit mempunyai beberapa fungsi, fungsi
yang pertama adalah untuk meningkatkan daya guna uang karena jika uang hanya
disimpan saja tidak akan menghasilkan sesuatu yang berguna. Dengan disalurkannya
kredit maka uang tersebut menjadi berguna untuk menghasilkan barang atau jasa oleh
penerima kredit. Fungsi kredit yang kedua adalah untuk meningkatkan peredaran dan
lalu lintas uang. Dalam hal ini uang yang diberikan atau disalurkan akan beredar dari
satu wilayah ke wilayah lainnya, sehingga suatu daerah yang kekurangan uang akan

8
memperoleh tambahan uang dari daerah lainnya dengan adanya kredit. Fungsi ketiga
adalah untuk meningkatkan daya guna barang, karena kredit yang diberikan oleh bank
dapat digunakan oleh debitur untuk mengolah barang yang tidak berguna menjadi
berguna atau bermanfaat. Fungsi ke-empat adalah untuk meningkatkan peredaran
barang, kredit dapat pula menambah atau memperlancar arus barang dari satu wilayah
ke wilayah lainnya, sehingga jumlah barang yang beredar dari satu wilayah ke
wilayah lainnya bertambah. Kelima, kredit berfungsi sebagai alat stabilitas ekonomi.
Kredit yang diberikan akan menambah jumlah barang yang diperlukan masyarakat.
Kredit juga dapat membantu dalam mengekspor barang dari dalam negeri ke luar
negeri sehingga dapat meningkatkan devisa. Fungsi ke-enam dari kredit adalah untuk
meningkatkan kegairahan usaha, karena bagi pengusaha dengan modal pas-pasan
akan dapat meningkatkan kegairahan berusaha dengan adanya suntikan dana dari
kredit. Fungsi kredit yang ke-tujuh adalah untuk meningkatkan pemerataan
pendapatan, karena semakin banyak kredit yang disalurkan akan semakin baik
terutama dalam hal meningkatkan pendapatan. Fungsi terakhir adalah untuk
meningkatkan hubungan internasional. Pemberian kredit oleh negara lain akan
meningkatkan kerjasama di bidang lainnya.
Pada umumnya kredit modal kerja merupakan kredit yang ditujukan untuk
kegiatan-kegiatan produktif yang dalam arti dapat menimbulkan atau meningkatkan
nilai guna sehingga kredit investasi dan kredit modal kerja biasa digunakan para
produsen atau perusahaan. Ketika para pengusaha mulai menghadapi kesukaran dalam
mencari tambahan pekerja untuk menambah produksinya, pekerja-pekerja yang ada
akan terdorong untuk menuntut kenaikan upah. Apabila tuntutan kenaikan upah
berlaku secara meluas, akan terjadi kenaikan biaya produksi dari berbagai barang dan
jasa yang dihasilkan dalam perekonomian (Sukirno, 2006).

9
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Suku bunga menjadi faktor utama yang mempengaruhi biaya pinjaman bagi
individu dan perusahaan. Perubahan dalam suku bunga dapat memiliki dampak yang
signifikan pada aktivitas peminjaman dan pendanaan di pasar kredit. Meskipun
penurunan suku bunga acuan oleh bank sentral dapat merangsang penurunan suku
bunga kredit, respons terhadap perubahan suku bunga tidak selalu instan. Faktor lain
seperti kebutuhan pendanaan bank dan risiko kredit juga memengaruhi penawaran
kredit. Setiap negara memiliki karakteristik ekonomi yang unik, dan kebijakan yang
efektif dapat bervariasi tergantung pada kondisi dan tujuan ekonomi negara tersebut.
Suku bunga memainkan peran kunci dalam pasar kredit dan dapat memiliki dampak
yang signifikan pada aktivitas peminjaman dan pendanaan di pasar kredit. Pasar kredit
memiliki karakteristik yang berbeda dan transmisi kebijakan moneter ke pasar kredit
bisa kompleks dan bergantung pada struktur pasar yang ada. Oleh karena itu,
pemahaman yang mendalam tentang hubungan antara suku bunga dan kredit serta
konteks ekonomi yang relevan adalah kunci untuk merancang kebijakan yang efektif
dalam memengaruhi aktivitas pasar kredit dan mencapai tujuan ekonomi yang
diinginkan.
3.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan, Bank Indonesia merupakan otoritas moneter yang
mempunyai kekuasaan untuk mengendalikan jumlah uang yang beredar di Indonesia.
Seharusnya lebih berhati-hati dalam menentukan tingkat suku bunga sebagai salah
satu alat kebijakan moneter. Kebijakan suku bunga bank ditujukan untuk mendorong
pemanfaatan secara maksimal untuk menjaga stabilitas relatif jumlah uang beredar di

10
masyarakat dan pada akhirnya mencegah fluktuasi perekonomian. Regulasi yang
mengawasi gerak pertumbuhan kredit juga perlu dilakukan. Hal ini dikarenakan
bahwa dibalik meningkatnya pertumbuhan kredit, terdapat resiko lain seperti
meningkatnya non-performing loan. Pengawasan dan pengaturan perbankan yang
intensif perlu dilakukan agar pertumbuhan kredit yang terus menerus tidak membawa
dampak yang buruk yaitu peningkatan suku bunga.

Daftar Pustaka

Aulianda, Fidzar Aiga. (2020). PENGARUH INFLASI DAN SUKU BUNGA. | PDF.

https://repository.ar-raniry.ac.id/id/eprint/12809/1/Fidzar%20Aiga%20Aulianda,

%20140604038,%20FEBI,%20IE,%20089613986031.pdf

BI Institute. (2023, March 31). Transmisi Kebijakan Moneter Terhadap Suku Bunga di

Indonesia.

https://www.bi.go.id/id/bi-institute/BI-Epsilon/Pages/Transmisi-Kebijakan-Moneter-

Terhadap-Suku-Bunga-di-Indonesia.aspx

Hubbard. (1997). Pengertian Bunga.

https://www.bmeb-bi.org/index.php/BEMP/article/download/283/260/

Kasmir. (2014). Fungsi Kredit. | PDF.

http://eprints.polsri.ac.id/5019/3/BAB%20II.pdf

Mishkin. (2008). Pengertian Suku Bunga. | PDF.


https://ejurnal.universitaskarimun.ac.id/index.php/akuntansi/article/download/
514/347/
Silangit, Patrick Kuntara Harpranata. (2021). Analisis Kebijakan Penaikan Suku Bunga Bank

Indonesia.

https://bem.feb.ugm.ac.id/analisis-kebijakan-penaikan-suku-bunga-bank-indonesia/

11
Sunariyah (2004). Pengertian Suku Bunga. | PDF.

https://jurnal.inaba.ac.id/index.php/JIM/article/download/65/60/

Tjoe, Alexandra Morgan.dkk. (2020, January 15). Suku Bunga dan Permintaan Kredit dalam

Perbankan.

https://bbs.binus.ac.id/management/2020/01/suku-bunga-dan-permintaan-kredit-

dalam-perbankan/

12

Anda mungkin juga menyukai