Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH

BANK LEMBAGA KEUANGAN BUNGA


SUKU BUNGA BANK

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bank Lembaga Keuangan


Dosen Pengampu : Retno Kusumaningrum, SE., MM.

Disusun Oleh :

Nadia Amelia Anggraini 22101011050

Liana Wulandari 22101011215

Andra Ardianto 22101011107

Intan Novita Sari 22101011230

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS WAHID HASYIM
SEMARANG
2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan karunia serta
kemudahan-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas Rekayasa
Lingkungan. Shalawat dan salam senantiasa terlimpahkan kepada Rasulullah SAW.
semoga kita mendapatkan syafa’atnya di hari akhir.
Tugas ini disusun sebagai syarat untuk menyelesaikan tugas yang diberikan
oleh dosen pengampu. Dalam usaha penyusunan tugas ini penyusun banyak melalui
halangan dan rintangan serta kesulitan yang penyusun hadapi. Untuk menghadapi
kesulitan tersebut, penyusun banyak mendapat bantuan baik moral maupun
material yang tidak ternilai harganya baik dalam bentuk bimbingan, petunjuk
maupun fasilitas yang sangat diperlukan.
Sehubungan dengan penyusunan ini, maka perkenankanlah penyusun
mengucap terima kasih kepada :
1. Ibu Retno Kusumaningrum, SE., MM. selaku dosen pengampu mata kuliah
Bank Lembaga Keuangan yang telah membimbing dan mengarahkan dalam
penyusunan laporan ini.
2. Orang tua yang telah memberikan dukungan doa dan semangat moril dalam
pembuatan tugas ini.
3. Teman-teman dan semua pihak yang telah membantu penyusun baik materi
maupun fasilitas dalam mengerjakan tugas ini.
Meskipun telah berusaha dengan segenap kemampuan, namun penyusun
menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun dari pihak manapun, demi perbaikan, kelengkapan dan
kesempurnaan tugas ini. Akhir kata, semoga tugas ini dapat memberikan manfaat
dan pengetahuan bagi pembaca.

Semarang, 02 November 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER ............................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
C. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 2
D. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 3
E. Metode Penelitian ........................................................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 4
A. Lembaga Keuangan ..................................................................................... 4
B. Bank ............................................................................................................ 6
C. Jenis dan Kegiatan Usaha Bank ................................................................... 7
D. Suku Bunga Bank ........................................................................................ 8
E. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Suku Bunga ........................................ 10
F. Komponen - Komponen Dalam Menentukan Suku Bunga Kredit ............... 13
G. Perbedaan Bunga dan Hasil Bagi ............................................................... 15
H. Kebijakan Manajemen Risiko .................................................................... 16
I. Jenis – Jenis Suku Bunga Bank ................................................................... 23
BAB III PENUTUP .......................................................................................... 29
A. Kesimpulan ................................................................................................ 29
B. Saran .......................................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 31

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Perhitungan Kredit Bunga Flat ............................................................. 25


Tabel 2. Perhitungan Kredit Bunga Efektif ......................................................... 26
Tabel 3. Perhitungan Kredit Bunga ................................................................... 27

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Rumus Bunga Flat ............................................................................ 25


Gambar 2. Rumus Bunga Efektif ....................................................................... 26
Gambar 3. Rumus Bunga Anuitas ...................................................................... 27
Gambar 4. Rumus Total Angsuran ..................................................................... 27

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut (Sarwono dan Warjiyo, 2013) Perkembangan ekonomi di
Indonesia salah satunya dapat dilihat melalui munculnya lembaga-lembaga
keuangan terutama pada sektor perbankan. Pada awal perkembangannya
lembaga-lembaga keuangan yang ada di Indonesia berbasis konvensional yang
bersistem bunga dengan orientasi mendapatkan keuntungan sebanyak-
banyaknya. Sistem bunga inilah yang menjadi sebab melemahnya perbankan
pada krisis moneter tahun 1998. Bank-bank konvensional mulai bangkrut
karena tingginya suku bunga pinjaman. Fenomena bangkrutnya bank
konvensional ini tidak berlaku bagi pelaku usaha yang menggunakan dana dari
bank syariah. Para pengusaha yang menggunakan jasa di bank syariah tidak
perlu membayar bunga hingga puluhan persen karena bank syariah
menggunakan sistem bagi hasil, bukan bunga. Fenomena inilah yang akhirnya
menjadikan bank syariah sorotan bagi masyarakat yang ingin terhindar dari
bunga yang sejatinya merugikan
Sebagai lembaga keuangan yang berorientasi bisnis, bank juga melakukan
berbagai kegiatan, seperti telah dijelaskan sebelumnya. Sebagai lembaga
keuangan, kegiatan bank sehari- hari tidak akan terlepas dari bidang keuangan.
Kegiatan perbankan yang paling pokok adalah membeli uang dengan cara
menghimpun dana dari masyarakat luas.
Suku bunga merupakan salah satu variabel dalam perekonomian yang
senantiasa diamati secara cermat karena dampaknya yang luas. Ia
mempengaruhi secara langsung kehidupan masyarakat keseharian dan
mempunyai dampak penting terhadap kesehatan perekonomian. Biasanya suku
bunga diekspresikan sebagai persentase pertahun yang dibebankan atas uang
yang dipinjam. Tingkat bunga pada hakikatnya adalah harga. Seperti
halnya harga, suku bunga menjadi titik pusat dari pasar, dalam hal ini pasar
uang dan pasar modal. Sebagaimana harga, suku bunga dapat dipandang

1
sebagai sebuah mekanisme untuk mengalokasikan sumber daya dan
perekonomian.
Salah satu alternatif dalam mekanisme transmisi kebijakan moneter adalah
melalui pendekatan price channel yaitu menggunakan suku bunga jangka
pendek sebagai sasaran operasional. Dalam hal ini, kebijakan moneter Bank
Indonesia dapat diarahkan untuk mempengaruhi suku bunga pasar melalui
instrumen suku bunga SBI untuk kemudian diharapkan dapat direspon secara
baik dan ditransmisikan secara efektif ke suku bunga lainnya, baik yang
berjangka menengah maupun berjangka panjang dan pada gilirannya akan
mempengaruhi laju inflasi sesuai dengan target yang ditetapkan. Efektivitas
transmisi kebijakan moneter melalui jalur suku bunga sangat tergantung
kepada kemampuan sektor perbankan dalam merespon kebijakan Bank
Indonesia, yang tercermin dari perilaku perbankan dalam penentuan suku
bunga penghimpunan dan penyaluran dana. Untuk dapat direspon dengan baik,
disamping mempertimbangkan faktor - faktor pembentukan suku bunga
perbankan, perumusan kebijakan moneter juga perlu memahami pembentukan
term structure suku bunga yang menjadi salah satu domain dari transmisi
kebijakan moneter.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang tertulis dapat dirumuskan masalah:
1. Apa pengertian bunga dan suku bunga bank ?
2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat suku bunga ?
3. Apa saja fungsi dari bunga bank ?
4. Bagaimana cara menghitung suku bunga bank seuai dengan jenis – jenis
suku bunga bank?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan penulisan makalah ini dimaksudkan supaya:
1. Untuk mengetahui apa itu bank dan suku bunga bank.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat suku bunga.
3. Dapat mengetahui fungsi dari bunga bank

2
4. Dapat memahami perhitungan suku bunga bank seuai dengan jenis – jenis
suku bunga bank

D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penulisan makalah ini sebagai berikut :
1. Bagi Industri Keuangan
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan alternatif penghitungan
anuitas untuk meminimalisir risiko instrumen keuangan oleh karena
fluktuasi suku bunga.
2. Bagi Mahasiswa
Penelitian ini diharapkan dapat menambah literatur di bidang bank lembaga
keuangan dan model suku bunga
3. Bagi Masyakarat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan dampak positif tentang ilmu
dari teori lembaga keuangan dan suku bunga bank.

E. Metode Penelitian
Metode menggunakan metode Literatur review yang berarti sebuah metode
yang sistematis, eksplisit dan reprodusibel untuk melakukan identifikasi,
evaluasi dan sintesis terhadap karya-karya hasil penelitian dan hasil pemikiran
yang sudah dihasilkan oleh para peneliti dan praktisi. Literatur review
bertujuan untuk membuat analisis dan sintesis terhadap pengetahuan yang
sudah ada terkait topik yang akan diteliti untuk menemukan ruang kosong bagi
penelitian yang akan dilakukan Maka dari itu untuk makalah ini, penulis
menggunakan metode literatur review

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Lembaga Keuangan
Lembaga Keuangan dapat didefinisikan sebagai suatu badan usaha yang
aset utamanya berbentuk aset keuangan maupun tagihan-tagihan yang dapat
berupa saham, obligasi, dan pinjaman, daripada berbentuk aktiva riil seperti
bangunan, perlengkapan dan bahan baku. Sedangkan menurut Undang-Undang
(UU) Nomor 1 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan. Undang-undang ini
mengatur tentang lembaga keuangan dan kegiatan usaha, termasuk
penggabungan, peleburan, dan pembubaran. Perlindungan kepada pengguna
jasa, pembinaan dan pengawasan, diserahkan kepada Otoritas Jasa Keuangan,
dengan didelegasikan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota atau pihak
lain yang ditunjuk oleh Otoritas Jasa Keuangan. Dari pengertian di atas
diketahui bahwa lembaga keuangan adalah tempat transformasi atau
perpindahan dana dari pihak yang mengalami kelebihan dana (surplus of funds)
kepada pihak yang mengalami kekurangan dana (deficit of funds).
Istilah Bank berasal dari bahasa Itali, “Banca”, yang berarti meja yang
dipergunakan oleh para penukar uang di pasar. Pada dasarnya bank merupakan
tempat penitipan atau penyimpanan uang, pemberi atau penyalur kredit dan juga
perantara di dalam lalu lintas pembayaran. Menurut Undang - Undang Negara
Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 Tanggal 10 November 1998 tentang
perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah “badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-
bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.” Dari
pengertian di atas dapat dijelaskan secara lebih luas lagi bahwa bank merupakan
perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, artinya aktivitas perbankan
selalu berkaitan dalam bidang keuangan.
Bentuk Lembaga Keuangan pada garis besarnya dapat dibedakan menjadi
dua yaitu Lembaga Keuangan Bank dan Non-Bank. Keduanya memiliki fungsi
dan kelembagaan yang berbeda.

4
1. Lembaga Keuangan Bank (depositori)
Pengertian bank menurut Undang-undang No. 10 Tahun 1998
adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan
atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat
banyak. Tata Perbankan di Indonesia:
a. Bank Sentral (Central Bank)
Bank sentral adalah bank milik pemerintah yang bertugas mengatur,
menjaga, dan memelihara kestabilan nilai mata uang negaranya,
membimbing pelaksanaan kebijakan moneter, serta mengkoordinasi,
membina, dan mengawasi semua perbankan.
b. Bank Umum (Comercial Bank)
Bank umum adalah lembaga yang menjalankan usaha secara
konvensional yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu
lintas pembayaran
Struktur perbankan di Indonesia terdiri atas BU (Bank Umum) dan BPR
(Bank Perkreditan Rakyat). Perbedaan antara keduanya adalah dalam hal
kegiatan operasionalnya. BPR tidak dapat menciptakan uang giral dan
memiliki jangkauan dan kegiatan operasional yang terbatas. Fungsi-fungsi
utama bank adalah:
a. Menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan.
b. Menyalurkan dana ke masyarakat dalam bentuk kredit
c. Melancarkan transaksi perdagangan dan peredaran uang.
2. Lembaga Keuangan Non-Bank (nondepositori)
Lembaga Keuangan Non-Bank adalah badan usaha yang melakukan
kegiatan di bidang keuangan, secara langsung ataupun tidak langsung,
menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali kepada
masyarakat untuk kegiatan produktif. Kegiatan Lembaga Keuangan Non-
Bank difokuskan pada salah satu kegiatan keuangan saja.

5
B. Bank
Bank merupakan lembaga keuangan yang menawarkan jasa keuangan
seperti kredit, tabungan, pembayaran jasa dan melakukan fungsi-fungsi
keuangan lainnya secara professional. Keberhasilan bank ditentukan oleh
kemampuan mengidentifikasi permintaan masyarakat akan jasa-jasa keuangan
kemudian memberikan pelayanan secara efisien dan menjualnya dengan harga
yang bersaing.
Menurut undang-Undang No.7 tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang No.10 tahun 1998 pasal 1 angka 2,
pengertian bank adalah sebagai berikut : “Bank adalah badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk
lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak”.
Pengertian di atas memiliki kandungan filosofis yang tinggi. Pengertian
yang lebih teknis dapat ditemukan pada Standar Akuntansi Keuangan (PSAK).
Pengertian bank menurut PSAK No.31 dalam Standar Akuntansi Keuangan
(1999:31.1) adalah : “Bank adalah suatu lembaga keuangan yang berperan
sebagai perantara keuangan antar pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana
dan pihak - pihak yang memerlukan dana, serta sebagai lembaga yang berfungsi
memperlancar lalu lintas pembayaran”.
Sedangkan berdasarkan SK Menteri Keuangan RI nomor 792 tahun 1990,
Bank merupakan suatu badan yang kegiatannya di bidang keuangan melakukan
penghimpunan dan penyaluran dana kepada masyarakat terutama guna
membiayai investasi perusahaan.
Berdasarkan definisi-definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa bank
adalah lembaga keuangan yang kegiatannya menghimpun dana dan
menyalurkan dana dari dan kepada masyarakat yang memiliki fungsi
memperlancar lalu lintas pembayaran. Dengan kata lain bank adalah suatu
lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit serta jasa-jasa
dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang.

6
C. Jenis dan Kegiatan Usaha Bank
Jenis bank bermacam-macam, tergantung pada cara pengklasifikasiannya.
Menurut Widjanarto (2003), klasifikasi bank dapat dilakukan berdasarkan hal-
hal sebagai berikut :
1. Jenis bank menurut fungsinya
a. Bank Sentral, yaitu Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UU
No.13 tahun 1968 tentang Bank Sentral, kemudin dicabut dengan UU
No.23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia.
b. Bank Umum, yaitu bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. (Pasal 1
angka 3 UU Perbankan tahun 1998).
c. Bank Perkreditan Rakyat, yaitu bank yang melaksanakan usaha secara
konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
(Pasal 1 angka 4 UU Perbankan tahun 1998)
d. Bank Umum yang mengkhususkan diri untuk melaksanakan kegiatan
tertentu atau memberikan perhatian yang lebih besar kepada kegiatan
tertentu. Hal tersebut dimungkinkan oleh ketentuan pasal 5 ayat (2) UU
Perbankan tahun 1992.
Yang dimaksud dengan mengkhususkan diri untuk melaksanakan
kegiatan tertentu adalah antara lain melaksanakan kegiatan pembiayaan
jangka panjang, pembiayaan untuk mengembangkan koperasi,
pengembangan pengusaha golongan ekonomi lemah/pengusaha kecil,
pengembangan ekspor non migas, dan pengembangan pembangunan
perumahan.
2. Jenis bank menurut kepemilikannya
a. Bank Umum Milik Negara, yaitu bank yang hanya dapat didirikan
berdasarkan Undang-Undang.

7
b. Bank Umum Swasta, yaitu bank yang hanya dapat didirikan dan
menjalankan usahanya setelah mendapat izin dari pimpinan Bank
Indonesia. Ketentuan-ketentuan tentang perizinan, bentuk hokum dan
kepemilikan bank umum swasta yang ditetapkan dalam pasal 16, pasal
21, dan pasal 22 UU No.7 tahun 1992 tentang Perbankan yang kemudian
pasal-pasal tersebut telah diubah dengan UU No.10 tahun 1998.
c. Bank campuran, yaitu bank umum yang didirikan bersama oleh satu atau
lebih bank umum yang berkedudukan di Indonesia dan didirikan oleh
warga Negara Indonesia dan atau badan hukum yang dimiliki
sepenuhnya oleh warga Negara Indonesia, dengan satu atau lebih bank
yang berkedudukan di luar negeri.
d. Bank Milik Pemerintah daerah, yaitu bank pembangunan daerah.
Berdasarkan pasal 54 UU Perbankan tahun 1992 dimana dinyatakan
bahwa UU No.13 tahun 1962 tentang ketentuan-ketentuan pokok bank
pembangunan daerah dinyatakan hanya berlaku untuk jangka waktu satu
tahun sejak mulai berlakunya UU tersebut, maka bentuk Bank
Pembangunan Daerah (BPD) tersebut akan disesuaikan menjadi bank
umum sesuai dengan UU Perbankan tahun 1992.

D. Suku Bunga Bank


Menurut Sunariyah (2019) Perbankan adalah suatu badan usaha yang
bergerak dibidang jual beli uang. Untuk dapat hidup dan berkembang, maka
bank membeli dana/ uang dari masyarakat dan/atau pihak lain, misalnya dari
Bank Indonesia yang dinamai Kredit Likuiditas. Maksudnya adalah kepada
masyarakat penyimpan dana maupun kepada Bank Indonesia akan diberikan
balas jasa atas pemakaian dana tersebut yang disebut dengan istilah bunga.
Untuk dapat membayar balas jasa/ bunga yang dibayarkan kepada
penyimpan, maka bank akan meminjamkan pula dana tersebut dalam bentuk
kredit kepada masyarakat yang membutuhkan tambahan modal usaha (bukan
modal awal) untuk Investasi, Modal Kerja, maupun Perdagangan. Atas
keuntungan usaha yang diperoleh debitur dengan memakai/ mempergunakan
kredit dari bank, maka debitur menunjukkan tindakan yang terpuji dengan

8
memberikan balas jasa/ bunga atas pemakaian dana tersebut kepada bank yang
bersangkutan.
Selisih bunga yang diterima bank dari debitur dengan bunga yang
dibayarkan kepada penyimpan dana di Bank, itulah yang menjadi keuntungan
Bank. Keuntungan inilah yang dipergunakan oleh Bank untuk menutupi biaya
operasionalnya antara lain untuk : Gaji pegawai, biaya pengobatan pegawai,
biaya promosi, biaya gedung, biaya kendaraan bermotor, biaya listrik/ air dan
lain-lain.
Dapat ditambahkan bahwa kalau penyimpan dana meminta kembali
dananya, maka Bank harus mengembalikannya tanpa alasan. Maksudnya
biarpun simpanan nasabah tersebut sudah dipinjamkan dalam bentuk kredit
kepada debitur, dan debitur karena sesuatu hal tidak dapat mengembalikan
hutangnya kepada Bank, maka Bank harus dan wajib mengembalikan uang/
dana penyimpan tersebut. Dari uraian ini, dapat diketahui bagaimana urgennya
balas jasa/ bunga dalam perbankan. Kalau tidak ada instrument bunga, maka
Bank itu akan tutup. Dan kalau disuatu daerah tidak ada bank, maka akibatnya
daerah tersebut akan tertinggal/ tidak berkembang.
Dalam kegiatan sehari-hari di dunia perbankan yang menerapkan prinsip
konvensional terdapat dua macam/ jenis bunga perbankan yaitu :
1. Bunga Simpanan.
Bunga simpanan adalah bunga yang diberikan oleh bank sebagai
rangsangan atau balas jasa bagi nasabah yang menyimpan uangnya di bank.
Sebagai contoh jasa giro, bunga tabungan, dan bunga deposito. Bunga juga
dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar oleh Bank kepada nasabah
(yang memiliki simpanan di bank).
2. Bunga Pinjaman
Bunga pinjaman adalah bunga/ balas jasa yang dibayar oleh nasabah
peminjam/ debitur (yang memperoleh kredit dari bank) kepada bank.
Sebagai contoh bunga kredit Investasi, Kredit Modal Kerja, dan Kredit
Perdagangan. Bunga juga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar
oleh debitur atas pinjaman kredit kepada Bank.

9
Kedua macam bunga ini merupakan komponen utama faktor biaya dan
faktor pendapatan bagi bank yang bersangkutan. Bunga simpanan merupakan
biaya dana yang harus dibayarkan kepada nasabah yang menyimpan dananya
di bank, sedangkan bunga pinjaman merupakan pendapatan yang diterima dari
nasabah yang telah mendapatkan kredit dari bank. Baik bunga simpanan
maupun bunga pinjaman, masing-masing saling mempengaruhi satu sama
lainnya. Sebagai contoh seandainya bunga simpanan tinggi, maka secara
otomatis bunga pinjaman juga terpengaruh ikut naik dan demikian pula
sebaliknya, semakin rendah bunga simpanan, maka bunga pinjaman juga
berpengaruh ikut turun.

E. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Suku Bunga


Untuk menentukan besar kecilnya suku bunga simpanan dan suku bunga
pinjaman sangat dipengaruhi oleh keduanya, artinya baik bunga simpanan
maupun bunga pinjaman saling mempengaruhi disamping pengaruh faktor-
faktor lainnya.
Menurut Ghozali, Mohammad (2018) berikut Faktor-faktor utama yang
mempengaruhi besar kecilnya penetapan suku bunga adalah sebagai berikut :
1. Kebutuhan Dana
Apabila bank kekurangan dana, sementara permohonan pinjaman
meningkat, maka yang dilakukan oleh bank agar dana tersebut cepat
terpenuhi adalah dengan meningkatkan suku bunga simpanan. Peningkatan
suku bunga simpanan secara otomatis akan pula meningkatkan bunga
pinjaman. Namun, apabila dana simpanan banyak, sementara permohonan
pinjaman sedikit, maka bunga simpanan akan turun.
2. Persaingan
Dalam memperebutkan dana simpanan, maka disamping faktor
promosi, yang paling utama harus pihak perbankan perhatikan adalah bank
pesaing. Dalam arti jika untuk bunga simpanan rata-rata 1% perbulan, maka
jika hendak mendapatkan dana cepat sebaiknya bunga simpanan dinaikkan
diatas bunga pesaing, misalnya 1,25% perbulan. Namun, sebaliknya untuk
suku bunga pinjaman yaitu harus berada dibawah suku bunga bank pesaing

10
agar dana yang tersedia di bank dapat disalurkan kepada masyarakat yang
membutuhkan tambahan modal untuk pengembangan usahanya.
3. Kebijakan Pemerintah
Maksudnya adalah baik untuk bunga simpanan maupun bunga
pinjaman, pihak perbankan tidak boleh melebihi bunga yang sudah
ditetapkan oleh pemerintah. Maksudnya adalah, ada batasan maksimal dan
batasan minimal untuk suku bunga yang diizinkan oleh pemerintah.
Tujuannya ditetapkan batasan maksimal dan minimal untuk suku bunga
adalah agar perbankan di Indonesia dapat bersaing secara sehat.
4. Target laba yang diinginkan bank
Target laba dari bank adalah merupakan salah satu faktor yang sangat
menentukan untuk menetapkan besar kecilnya suku bunga pinjaman. Jika
laba yang diinginkan besar, maka bunga pinjaman ikut besar dan bunga
simpanan ditekan sekecil mungkin, demikian pula sebaliknya, sesuai
dengan target laba yang diinginkan. Akan tetapi untuk menghadapi bank
pesaing, target laba harus diturunkan seminimal mungkin.
5. Jangka Waktu
Jangka waktu pinjaman/ kredit maupun simpanan sangat
menentukan tinggi rendahnya suku bunga. Semakin panjang jangka waktu
pinjaman, akan semakin tinggi bunganya, hal ini disebabkan besarnya
kemungkinan risiko di masa mendatang. Demikian pula sebaliknya, jika
pinjaman berjangka pendek, maka bunganya relatif akan lebih rendah. Akan
tetapi untuk bunga simpanan (Giro dan Tabungan) tergantung kepada besar
kecilnya saldo Giro dan Tabungan, semakin besar saldonya maka semakin
besar pulalah % tase suku bunganya. Sedangkan untuk Deposito, semakin
panjang jangka waktunya maka semakin besar pula % tase bunganya.
6. Jangka waktu pengambilan simpanan
Apabila dana simpanan dapat diambil setiap saat oleh nasabah
(contoh giro dan tabungan), maka bunganya akan relatif lebih rendah
dibandingkan dengan dana simpanan yang jangka waktu pengambilannya
tidak dapat diambil setiap saat oleh nasabah (contoh deposito). Dasar
pertimbangannya adalah dana deposito tersebut dapat lebih lama

11
dipinjamkan kepada nasabah yang membutuhkan tambahan modal untuk
investasi maupun modal kerja.
7. Kualitas Jaminan Kredit
Semakin likuid jaminan pinjaman yang diberikan, semakin rendah
bunga kredit yang dibebankan kepada nasabah, demikian pula sebaliknya.
Sebagai contoh, jaminan sertifikat deposito berbeda dengan jaminan
sertifikat tanah. Alasan utama perbedaan ini adalah dalam hal pencairan
jaminan apabila kredit yang diberikan bermasalah (debitur wanprestasi).
Bagi jaminan yang likuid seperti sertifikat deposito atau rekening giro yang
dibekukan akan lebih mudah untuk dicairkan apabila dibandingkan dengan
jaminan tanah, sebab jaminan tanah tersebut nilainya sangat dipengaruhi
oleh lokasi, keamanan, ataupun juga kondisi tanah tersebut.
8. Reputasi Perusahaan
Bonafiditas suatu perusahaan yang akan memperoleh kredit sangat
menentukan tingkat suku bunga yang akan dibebankan nantinya. Dasar
pertimbangan perbankan karena biasanya perusahaan yang bonafid,
kemungkinan risiko kredit macet di masa mendatang relatif kecil, dan
demikian sebaliknya, perusahaan yang kurang bonafid faktor resiko kredit
macet cukup besar
9. Produk Yang Kompetitif
Adapun maksudnya adalah, produk yang dibiayai dengan kredit
tersebut sangat dibutuhkan konsumen dipasaran. Produk yang kompetitif
dari perusahaan yang meminjam kredit sangat menentukan besar kecilnya
suku bunga pinjaman. Untuk produk yang kompetitif, bunga kredit yang
diberikan relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan produk yang kurang
kompetitif. Dasar pertimbangan perbankan adalah perputaran produk yang
kompetitif tinggi, sehingga pengembalian kredit diprediksikan akan lancar,
sesuai dengan jangka waktu yang telah diperjanjikan.
10. Hubungan Baik
Biasanya bank menggolongkan nasabahnya antara nasabah utama
(prima) dan nasabah biasa. Penggolongan ini biasanya didasarkan kepada
lamanya debitur menjadi nasabah bank tersebut, besarnya jumlah kredit

12
yang dinikmati debitur, ketertiban angsuran/ pelunasan pinjaman
sebelumnya, keaktifan serta loyalitas nasabah yang bersangkutan terhadap
bank. Nasabah utama (prima) biasanya mempunyai hubungan yang baik
dengan pihak bank, sehingga dalam penentuan suku bunganya berbeda
dengan nasabah biasa.
11. Jaminan Pihak Ketiga
Dalam hal ini ada pihak ketiga yang memberikan jaminan kepada
penerima kredit. Biasanya jika pihak yang memberikan jaminan cukup
bonafid, baik dari segi kemampuan membayar, nama baik maupun
loyalitasnya terhadap bank, maka bunga yang dibebankan pun berbeda,
yaitu suku bunga relatif rendah. Demikian pula sebaliknya, jika penjamin
pihak ketiga kurang bonafid atau kurang dapat dipercaya, maka suku bunga
relatif lebih tinggi, atau mungkin pengajuan kreditnya ditolak oleh bank.

F. Komponen - Komponen Dalam Menentukan Suku Bunga Kredit


Khusus untuk menentukan besar kecilnya suku bunga kredit yang akan
diberikan kepada para debitur, terdapat beberapa komponen yang
mempengaruhi. Komponen-komponen ini ada yang dapat diperkecil
(dikurangi) dan ada pula yang tidak dapat diperkecil.
Menurut Werdaningtyas (2018) Adapun komponen-komponen dalam
menentukan suku bunga kredit adalah sebagai berikut :
1. Total Biaya Dana (Cost of Fund)
Total biaya dana adalah merupakan total bunga yang dikeluarkan
oleh bank untuk memperoleh dana simpanan, baik dalam bentuk simpanan
giro, tabungan, maupun deposito. Total biaya dana tersebut tergantung dari
seberapa besar bunga yang ditetapkan untuk memperoleh dana yang
diinginkan. Semakin besar bunga yang dibebankan terhadap bunga
simpanan, semakin tinggi pula biaya dananya. Demikian pula sebaliknya,
semakin kecil bunga yang dibebankan terhadap bunga simpanan, semakin
kecil pula biaya dananya. Total biaya dana tersebut harus dikurangi dengan
cadangan wajib atau Reserve Requirement (RR) yang telah ditetapkan oleh

13
pemerintah. Pada saat ini besarnya RR yang ditetapkan oleh pemerintah
adalah 5%.
2. Biaya Operasional
Dalam melakukan kegiatan usaha setiap perbankan membutuhkan
berbagai sarana dan prasarana, baik berupa manusia maupun berupa alat.
Penggunaan sarana dan prasarana tersebut memerlukan sejumlah biaya
yang harus ditanggung oleh bank sebagai biaya operasional. Biaya
operasional ini merupakan biaya yang dikeluarkan oleh bank dalam
melakukan operasionalnya. Biaya ini antara lain terdiri dari biaya gaji
pegawai, biaya administrasi, biaya pemeliharaan, dan biaya-biaya lainnya.
3. Cadangan risiko kredit macet
Cadangan risiko kredit macet adalah merupakan cadangan yang
dipersiapkan terhadap macetnya kredit yang akan diberikan, hal ini
disebabkan karena atas setiap kredit yang direalisir pasti mengandung suatu
risiko tidak dibayar. Risiko ini timbul baik disengaja maupun tidak
disengaja. Oleh sebab itu, pihak perbankan perlu mencadangkannya sebagai
sikap berhati-hati menghadapinya dengan cara membebankan sejumlah
persentase tertentu terhadap kredit yang disalurkan.
4. Laba Yang Diharapkan Perbankan
Dalam melakukan setiap transaksi, pihak perbankan selalu ingin
memperoleh atau mendapatkan laba yang maksimal. Penetapan laba yang
diinginkan ini ditentukan oleh beberapa pertimbangan penting, mengingat
penentuan besarnya laba sangat mempengaruhi besarnya suku bunga kredit.
Dalam situasi semacam ini, biasanya pihak perbankan disamping melihat
kondisi bank pesaing, juga melihat kriteria calon nasabah, apakah nasabah
prima atau bukan, dan juga melihat sektor-sektor yang dibiayai, misalnya
jika yang dibiayai tersebut adalah proyek pemerintah atau untuk pengusaha/
rakyat kecil, maka suku bunga kredit nya pun akan lebih rendah, berbeda
dengan kredit untuk komersial.
5. Pajak
Pajak merupakan kewajiban yang dibebankan pemerintah kepada pihak
perbankan yang memberikan fasilitas kredit kepada nasabahnya.

14
Untuk lebih mudah memahami pembebanan suku bunga, berikut ini contoh
komponen-komponen pembebanan suku bunga dalam menentukan suku bunga
kredit. Misalnya PT. Bank Rakyat Indonesia Kantor Cabang Putri Hijau
menentukan suku bunga deposito sebesar 12% PA kepada para deposannya.
Cadangan Wajib (RR) yang ditetapkan pemerintah adalah sebesar 5%.
Kemudian biaya operasional yang dikeluarkan adalah sebesar 5% dan
Cadangan risiko kredit macet sebesar 1%. Laba yang diinginkan misalnya
adalah 5% dan pajak sebesar 20%. Hitung berapa suku bunga kredit yang
diberikan (based lending rate) kepada para debiturnya (peminjam).
Cost of Fund =
Cost of Fund =
Cost of Fund =
Cost of Fund = 12,63%

G. Perbedaan Bunga dan Hasil Bagi


Dalam dunia perbankan saat ini terdapat dua jenis Bank yaitu Bank
Konvensional dan Bank Syariah. Kedua jenis Bank ini tentu memiliki sistem
yang berbeda, salah satunya perbedaan dalam hal sistem pembagian keuntungan
dengan nasabahnya. Pada Bank Konvensional sistem ini dikenal dengan Bunga
sedangkan pada Bank Syariah dikenal dengan Bagi Hasil. Dalam artikel
sebelumnya Bank Muamalat telah membahas mengenai perbedaan antara KPR
Syariah dan KPR Konvensional, sehingga kali ini Bank Muamalat akan
memberikan gambaran mengenai perbedaan Bunga dan Bagi Hasil yang dapat
dilihat melalui tabel berikut ini :
1. Bunga
a. Penentuan tingkat suku bunga dibuat pada waktu akad dengan pedoman
harus selalu untung.
b. Besarnya prosentase berdasarkan pada jumlah uang (modal) yang
dipinjamkan.
c. Pembayaran bunga tetap seperti yang dijanjikan tanpa pertimbangan
apakah proyek yang dijalankan oleh pihak nasabah untung atau rugi.

15
d. Jumlah pembayaran bunga tidak meningkat sekalipun jumlah
keuntungan berlipat
2. Bagi Hasil
a. Penentuan besarnya rasio bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan
berpedoman pada kemungkinan untung rugi.
b. Besarnya rasio bagi hasil berdasarkan pada jumlah keuntungan yang
diperoleh.
c. Bagi hasil tergantung pada keuntungan proyek yang dijalankan
sekiranya itu tidak mendapatkan keuntungan maka kerugian akan
ditanggung bersama oleh kedua belah pihak
d. Jumlah pembagian laba meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah
pendapatan.

H. Kebijakan Manajemen Risiko


Menurut Kasmir (2012). Dalam menjalankan kegiatan usahanya yang
berkaitan dengan penghimpunan dana, pemberian pinjaman maupun
penyediaan jasa perbankan lainnya, Bank tidak terlepas dari berbagai risiko.
Pelaksanaan kegiatan usaha tersebut dapat mengakibatkan timbulnya dampak
negatif bagi kelangsungan usaha Bank bila tidak dikelola dengan baik.
Manajemen risiko mendapat perhatian khusus dari Bank sebagai upaya
mengimbangi semakin kompleksnya produk dan aktivitas yang dihadapi.
Dalam mencapai tujuan tersebut maka Bank telah memiliki Komite Manajemen
Risiko dan Satuan Kerja Manajemen Risiko yang bertugas menetapkan
kebijakan termasuk strategi manajemen risiko dan perencanaan dalam keadaan
darurat (contingency plan) untuk menghadapi risiko yang timbul serta
memperbaiki dan menyempurnakan penerapan manajemen risiko.
Penerapan manajemen risiko dilaksanakan melalui pengawasan aktif
Dewan Komisaris dan Direksi, kecukupan kebijakan, prosedur dan penetapan
limit manajemen risiko, kecukupan proses identifikasi, pengukuran,
pemantauan dan pengendalian risiko, serta penerapan sistem informasi
manajemen risiko dan sistem pengendalian intern yang menyeluruh.

16
1. Risiko Kredit
Risiko kredit adalah risiko yang terjadi akibat kegagalan pihak
lawan (counterparty) memenuhi kewajibannya yang timbul dari aktivitas
fungsional Bank seperti perkreditan, treasury, investasi dan pembiayaan
perdagangan (trade finance).
Risiko kredit diukur melalui probabilitas terjadinya default pada
masa mendatang.. Perhitungan probability default tersebut selanjutnya akan
dijadikan dasar untuk perhitungan cadangan kerugian penurunan nilai
modal (capital at risk), pricing, alokasi modal, dan manajemen portofolio.
Manajemen risiko kredit menitikberatkan pada pengelolaan kualitas
aktiva yang baik, seleksi debitur dengan mengacu pada ketentuan Risk
Acceptance Criteria (RAC), kemudian melakukan pemantauan dan
pemeriksaan yang ketat, berskala dan terus menerus pada kredit yang telah
disalurkan, memberikan saran-saran perbaikan, sehingga kerugian yang
mungkin terjadi dapat diminimalkan; four eyes principles sebagai salah satu
pengendalian risiko kredit pada proses pemberian kredit telah dilaksanakan
unit-unit kerja; dan Early Warning System (EWS) sebagai salah satu alat
pemantauan (monitoring) dengan cara mendeteksi secara dini debitur yang
berpotensi default. Sistem tersebut dapat mendukung proses pemantauan
pinjaman secara menyeluruh, mengidentifikasi tindakan perbaikan, dan
menyempurnakan tindak lanjut secara efektif. Pemberian kredit juga tidak
mengabaikan konsep Hubungan Total Debitur (one obligor concept),
pemantauan terhadap Konsentrasi Kredit, pemenuhan terhadap Ketentuan
Batas Maksimum Pemberian Kredit (“BMPK”), serta penentuan Limit
Kewenangan dalam proses pemutusan kredit yang dilakukan secara
berjenjang.
2. Risiko Likuiditas
Risiko likuiditas adalah risiko dimana Bank tidak mampu memenuhi
kewajibannya kepada nasabah maupun counterparty sesuai waktu yang
dijanjikan. Pengukuran risiko likuiditas dilakukan dengan meneliti seluruh
arus kas masuk dan arus kas keluar dari Bank, kemudian mengidentifikasi

17
segala kemungkinan kekurangan dana di masa depan termasuk kebutuhan
komitmen dan kontinjensi.
Pengelolaan likuiditas aset dan liabilitas meliputi pemeliharaan
likuiditas pada tingkat yang optimal untuk memenuhi kewajiban yang jatuh
tempo di setiap saat, serta pengelolaan risiko tingkat suku bunga yang
timbul dari setiap transaksi yang tercantum pada laporan posisi keuangan
maupun rekening administrasi.
Ketidaksesuaian antara jangka waktu penghimpunan dana dari pihak
ketiga yang pada umumnya lebih pendek dari jangka waktu penyaluran
kredit yang diberikan, akan menyebabkan masalah likuiditas yang
mempengaruhi kemampuan Bank dalam memenuhi kewajibannya kepada
para nasabah. Hal ini dapat mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat
yang pada akhirnya dapat mempengaruhi kelangsungan usaha Bank.
Pengelolaan likuiditas Bank ditekankan pada penyesuaian arus dana
masuk dan keluar. Kesenjangan arus dana diantisipasi melalui pemeliharaan
aset produktif yang likuid dan memadai sejalan dengan perkiraan arus kas
serta struktur kewajiban yang ada. Pemeliharaan aset produktif yang likuid
terdiri dari pemeliharaan cadangan wajib (reserve requirement) seperti yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia serta pemeliharaan efek-efek berjangka
pendek yang sangat likuid seperti Sertifikat Bank Indonesia. Bank juga
memelihara cadangan aset produktif yang likuid lainnya, terdiri dari
penempatan dana jangka pendek di bank lain serta efek-efek berjangka
panjang yang likuid seperti obligasi Pemerintah. Pengelolaan likuiditas juga
dilakukan melalui pengelolaan struktur sumber dana dengan menerapkan
batasan-batasan konsentrasi deposan dan berusaha mengurangi
ketergantungannya pada dana mahal seperti deposito dan menggantinya
dengan sumber dana murah seperti giro dan tabungan. Selain itu, Bank
senantiasa memelihara kemampuan melakukan akses ke pasar uang, dengan
selalu memelihara hubungan dengan bank-bank koresponden. Bank secara
berkala meninjau seluruh keadaan di atas sekaligus mengambil tindakan
guna menganeka-ragamkan cara pendanaan.

18
Analisa likuiditas adalah untuk mengukur beda kumulatif antara
arus kas masuka dengan arus kas keluar. Risiko likuiditas timbul apabila
jatuh tempo aset berbeda secara signifikan dengan jatuh tempo kewajiban
Seiring dengan ketatnya persaingan dalam penghimpunan dana
pihak ketiga, maka akan mempengaruhi tingkat suku bunga simpanan yang
diberikan khususnya deposito, maka Bank telah melakukan kajian yang
memadai atas pemberian tingkat suku bunga pada beberapa nasabah yang
melebihi tingkat suku bunga penjaminan Lembaga Penjamin Simpanan
(LPS). Langkah mitigasi risiko atas kemampuan likuiditas Bank dalam
memenuhi kewajiban atas simpanan yang tidak termasuk dalam skema
penjaminan LPS tersebut dilakukan dengan cara mengelola cadangan
sekunder (secondary reserve) yang memadai disamping struktur
permodalan Bank yang masih cukup kuat. Mekanisme pengaturan
kebijakan pengelolaan tersebut dilakukan secara berkala dalam rapat
Komite Aset dan Liabilitas untuk memonitor dan menentukan langkah-
langkah antisipatif yang perlu dilakukan dalam meminimalisir risiko yang
mungkin timbul.
3. Risiko Pasar
Risiko pasar merupakan risiko yang timbul karena adanya
pergerakan variabel pasar dari portofolio yang dimiliki oleh Bank yang
dapat merugikan Bank (Adverse movement).
Pengukuran risiko pasar dilakukan melalui pendekatan analisis
sensitivitas tingkat bunga untuk risiko suku bunga dan risiko Surat Berharga
(Bonds). Risiko pasar dikendalikan dengan penerapan limit, khususnya
transaksi trading limit. Limit-limit tersebut antara lain adalah sensitivity
limit, dan position limit.
4. Risiko Suku Bunga
Risiko tingkat bunga adalah risiko kemungkinan turunnya
pendapatan bunga bersih dan nilai pasar portofolio aset akibat perubahan
tingkat bunga di pasar uang. Oleh karena aset dan liabilitas seperti giro pada
bank lain, investasi dalam bentuk efek-efek, pinjaman, giro, tabungan,
deposito dan sertifikat deposito, pinjaman yang diterima dan liabilitas-

19
liabilitas pasar uang lainnya memiliki berbagai tingkat bunga dan jangka
waktu, perubahan-perubahan pada tingkat bunga dapat mengakibatkan
kenaikan atau penurunan pendapatan bunga bersih.
Sepanjang periode sembilan bulan yang berakhir pada 30 September
2015 dan tahun yang berakhir pada 31 Desember 2014, Bank telah
menyediakan alat likuid yang cukup untuk mengantisipasi liabilitas jangka
pendek, arus kas bersih dapat diatur dengan baik, cukup baik dan cukup
mudah untuk memperoleh akses sumber dana pasar uang.
Dalam menghadapi kemungkinan adanya ketidakseimbangan aset
dan liabilitas, manajemen Bank, melalui mekanisne rapat ALCO bulanan,
selalu melakukan review beberapa hal yang sifatnya sangat strategis, antara
lain:
a. Pengelolaan pendanaan (funding) yang memiliki jatuh tempo tidak
seimbang.
b. Ketepatan pengelolaan aset dan liabilitas yang memiliki sensitivitas
terhadap perubahan suku bunga.
c. Analisis dana pihak ketiga yang menggambarkan trend berbagai produk
dana pihak ketiga yang berada pada wilayah diseluruh Indonesia.
d. Penempatan dana pada portofolio efek-efek.
e. Laporan perkembangan kredit yang ada dan yang baru.
f. Strategi penetapan harga seusai dengan kondisi pasar saat ini.
g. Perbandingan target dengan realisasi dana pihak ketiga.
5. Risiko Mata Uang
Bank memiliki eksposur risiko mata uang akibat adanya transaksi
dalam valuta asing. Pengelolaan posisi valuta asing Bank dapat
dikelompokkan dalam dua aktivitas yaitu trading book, yang dikelola untuk
menghasilkan laba selisih kurs, dan banking book, yang dikelola untuk
mengendalikan Posisi Devisa Neto (“PDN”) Bank secara keseluruhan.
6. Risiko Operasional
Risiko operasional adalah risiko yang disebabkan ketidakcukupan
dan/atau tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan

20
sistem, atau adanya kejadian eksternal yang mempengaruhi operasional
Bank.
Kebijakan dan prosedur yang terkait dengan pengelolaan risiko
operasional senantiasa dibuat, dikaji ulang dan disempurnakan untuk
memastikan kecukupan mekanisme kontrol pada semua kebijakan dan
prosedur. Bank secara aktif melakukan pelatihan dan sosialisasi untuk
membangun risk awareness dan meningkatkan kualitas kontrol dalam
rangka mitigasi risiko operasional.
Penyusunan Laporan Profil Risiko Operasional dan risiko lainnya
dilaksanakan secara triwulanan berdasarkan parameter dan indikator risiko
yang baru, sesuai ketentuan Bank Indonesia sehingga diperoleh gambaran
mengenai tingkat potensi risiko bagi Bank secara keseluruhan.
Bank juga telah menghitung kecukupan modal untuk risiko
operasional sesuai dengan PBI No. 10/15/PBI/2008 tanggal 24 September
2008 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum dan SE-
BI No. 11/3/DPNP tanggal 27 Januari 2009 tentang Perhitungan Aset
Tertimbang Menurut Risiko (“ATMR”) untuk Risiko Operasional dengan
Menggunakan Pendekatan Indikator Dasar (“PID”). Perhitungan beban
modal risiko operasional Bank adalah menggunakan metode PID.
7. Risiko Hukum
Risiko hukum adalah risiko yang disebabkan oleh adanya
kelemahan aspek yuridis, yang antara lain disebabkan adanya tuntutan
hukum, ketiadaan peraturan perundang-undangan yang mendukung, atau
kelemahan perikatan.
Berkaitan dengan risiko hukum, Bank telah memiliki Divisi Legal
yang bertugas memantau atau mengurangi risiko hukum yang mungkin
timbul melalui pengadministrasian dokumentasi hukum yang tertib dan
memadai. Pengelolaan risiko hukum juga ditanamkan pada seluruh jajaran
organisasi melalui penerapan kode etik kepada seluruh karyawan.
Bank juga selalu memperhatikan kelengkapan dan keabsahan
dokumentasi yang berkaitan dengan hukum serta memperhatikan
peraturan/ketentuan yang berlaku khususnya ketentuan perbankan.

21
8. Risiko Stratejik
Risiko stratejik adalah risiko yang disebabkan oleh adanya
penetapan dan pelaksanaan strategi Bank yang tidak tepat, pengambilan
keputusan bisnis yang tidak tepat atau kurang responsifnya Bank terhadap
perubahan eksternal.
Risiko stratejik yang dikelola oleh Bank antara lain dengan cara
membuat Rencana Bisnis Bank (RBB) dengan jangka waktu tiga tahun dan
selalu direview setiap tahun maupun direvisi pada petengahan tahun. RBB
ini disesuaikan dengan visi dan misi serta strategi Bank. Selanjutnya RBB
yang telah ditetapkan Bank dikomunikasikan kepada pejabat dan pegawai
pada setiap jenjang Organisasi. Pada periode tertentu (triwulanan) Bank
memantau kemajuan yang dicapai sehingga hasilnya dapat dipergunakan
sebagai evaluasi kinerja Bank.
9. Risiko Reputasi
Risiko reputasi adalah risiko yang disebabkan oleh adanya publikasi
negatif yang terkait dengan kegiatan usaha Perseroan atau persepsi negatif
terhadap Bank.
Untuk mengendalikan risiko reputasi ini, Bank secara terus menerus
meningkatkan kualitas pelayanan Nasabah sejalan dengan ketentuan yang
berlaku, yaitu mengenai perlindungan nasabah, termasuk menerapkan
strategi penggunaan media yang efektif untuk mengantisipasi kemungkinan
munculnya berita negatif.
Selain itu guna memastikan bahwa setiap keluhan nasabah dapat
disampaikan dengan mudah serta ditangani dengan baik dan tepat maka
Bank telah membentuk Call Center yang didukung oleh petugas yang
berpengalaman. Bank juga melaksanakan mystery shopper yang dilakukan
secara berkala untuk memastikan pelayanan kepada Nasabah tetap prima
dari waktu ke waktu. Pemantauan dan pengelolaan risiko reputasi
diupayakan dengan mengoptimalkan fungsi Sekretaris Perusahaan.
10. Risiko Kepatuhan
Risiko Kepatuhan merupakan risiko yang disebabkan Bank tidak
mematuhi atau tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan dan

22
ketentuan lain yang berlaku. Ketidakmampuan Bank untuk mengikuti dan
mematuhi seluruh peraturan perundangan yang terkait dengan kegiatan
usahanya dapat berdampak negatif terhadap kelangsungan usaha Bank.
Dalam mengelola Manajemen Risiko Kepatuhan, upaya
peningkatan Budaya Kepatuhan yang terus menerus senantiasa dilakukan
melalui program-program antara lain:
a. Melakukan kaji ulang (review) atas rancangan kebijakan, ketentuan,
sistem maupun prosedur internal baru
b. Sosialisasi/pelatihan melalui regulation update dan in-class training
terkait penerapan Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan
Terorisme (APU/PPT) serta ketentuan baru lainnya.
c. Melakukan kaji ulang (review) terhadap produk/aktivitas baru.
d. Memonitor pelaksanaan kepatuhan atas penyampaian laporan-laporan
yang harus disampaikan kepada Bank Indonesia sesuai ketentuan yang
berlaku.
e. Pengkinian dan penatausahaan database Peraturan/ketentuan yang
berlaku.
f. Pembuatan Laporan Kepatuhan kepada Bank Indonesia serta untuk
pihak internal.
g. Pemantauan terhadap denda atau sanksi yang diterima dari
regulator/pihak eksternal

I. Jenis – Jenis Suku Bunga Bank


Secara sederhana, suku bunga bank diartikan sebagai balas jasa yang
diberikan bank kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya. Bunga
juga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayarkan oleh bank kepada
nasabah (yang memiliki simpanan) dan harga yang harus dibayar oleh nasabah
kepada bank (jika nasabah yang memperoleh fasilitas pinjaman). Bunga bank
bisa dibedakan ke dalam dua jenis, yaitu bunga simpanan dan bunga pinjaman.
Bunga simpanan adalah balas jasa dari bank kepada nasabah atas jasa nasabah
menyimpan uangnya di bank. Sedangkan bunga pinjaman adalah balas jasa

23
yang ditetapkan bank kepada peminjam atas pinjaman yang didapatkannya. Di
dalam industri perbankan, terdapat 5 (lima) jenis suku bunga, yaitu:

1. Suku bunga tetap (fixed)


Suku bunga tetap atau fixed adalah suku bunga yang bersifat tetap
dan tidak berubah sampai jangka waktu atau sampai dengan tanggal jatuh
tempo (selama jangka waktu kredit).
Contohnya adalah bunga KPR Rumah Murah atau Rumah
Bersubsidi yang menerapkan suku bunga tetap. Selain itu, suku bunga tetap
juga dapat digunakan dalam kredit kendaraan bermotor juga.
2. Suku bunga mengambang (floating)
Suku bunga mengambang adalah suku bunga yang selalu berubah
mengikuti suku bunga di pasaran. Jika suku bunga di pasaran naik, maka
suku bunganya juga ikut naik, begitupun sebaliknya.
Contohnya adalah suku bunga KPR untuk periode tertentu.
Misalnya untuk dua tahun pertama diberlakukan suku bunga tetap, namun
periode selanjutnya menggunakan suku bunga mengambang.
3. Suku bunga flat
Suku bunga flat adalah suku bunga yang penghitungannya mengacu
pada jumlah pokok pinjaman di awal untuk setiap periode cicilan.
Penghitungannya sangat sederhana dibandingkan dengan suku bunga
lainnya, sehingga umumnya digunakan untuk kredit jangka pendek untuk
barang-barang konsumsi seperti handphone, peralatan rumah tangga, motor
atau Kredit Tanpa Agunan (KTA). Rumus perhitungannya adalah :

Gambar 1. Rumus Bunga Flat

24
Misalkan, Bank memberikan kredit dengan jangka waktu 10 bulan
sebesar Rp 15.000.000,00 dengan bunga 10% per tahun (flat). Asumsi
bahwa suku bunga kredit tidak berubah (tetap) selama jangka waktu kredit.
Maka perhitungan angsurannya secara rinci adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Perhitungan Kredit Bunga Flat

4. Suku Bunga Efektif


Suku bunga efektif adalah suku bunga yang diperhitungkan dari sisa
jumlah pokok pinjaman setiap bulan seiring dengan menyusutnya utang
yang sudah dibayarkan. Artinya semakin sedikit pokok pinjaman, semakin
sedikit juga suku bunga yang harus dibayarkan. Suku bunga efektif
dianggap lebih adil bagi nasabah dibandingkan dengan menggunakan suku
bunga flat. Pasalnya suku bunga flat hanya berdasarkan jumlah awal pokok
pinjaman saja. Rumus perhitungan bunga:

25
Gambar 2. Rumus Bunga Efektif
Misalkan Bank memberikan kredit dengan jangka waktu 10 bulan
sebesar Rp 15.000.000,00 dengan bunga 10% per tahun (Efektif). Asumsi
bahwa suku bunga kredit tidak berubah (tetap) selama jangka waktu kredit.
Maka perhitungan angsurannya secara rinci adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Perhitungan Kredit Bunga Efektif

5. Suku Bunga Anuitas


Metode ini mengatur jumlah angsuran pokok ditambah angsuran
bunga yang dibayar agar sama setiap bulan. Dalam perhitungan anuitas,
porsi bunga pada masa awal sangat besar sedangkan porsi angsuran pokok
sangat kecil. Mendekati berakhirnya masa kredit, keadaan akan menjadi

26
berbalik. porsi angsuran pokok akan sangat besar sedangkan porsi bunga
menjadi lebih kecil.
Sistem bunga anuitas ini biasanya diterapkan untuk pinjaman jangka
panjang semisal KPR atau kredit investasi. Rumus perhitungan bunga sama
dengan metode efektif yaitu:

Gambar 3. Rumus Bunga Anuitas

Gambar 4. Rumus Total Angsuran

Misalnya, Bank memberikan kredit dengan jangka waktu 10 bulan


sebesar Rp 15.000.000,00 dengan bunga 10% per tahun (Anuitas). Asumsi
bahwa suku bunga kredit tidak berubah (tetap) selama jangka waktu
kredit. Maka perhitungan angsurannya secara rinci adalah sebagai berikut:

27
Tabel 3. Perhitungan Kredit Bunga

Biasanya bank akan mengenakan kombinasi skema suku bunga


dalam menyalurkan kredit, contohnya flat-fixed, artinya bunganya pakai
sistem flat dan bersifat tetap selama masa kredit; dan efektif-floating, yaitu
menggunakan sistem bunga efektif dan besaran bunga bisa berubah
tergantung kondisi pasar finansial.

28
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari beberapa pembahasan di atasdapat disimpulkan beberapa hal, yakni:
1. Dapat disimpulkan bahwa Bank merupakan lembaga keuangan yang
menawarkan jasa keuangan seperti kredit, tabungan, pembayaran jasa dan
melakukan fungsi-fungsi keuangan lainnya secara professional. Sedangkan
suku bunga yang berarti sebagai harga yang harus dibayar oleh Bank kepada
nasabah yang memiliki simpanan di bank tersebut.
2. Faktor-faktor utama yang mempengaruhi besar kecilnya penetapan suku
bunga antara lain yaitu kebutuhan dana, persaingan, kebijakan pemerintah,
target laba yang diinginkan bank, jangka waktu, jangka waktu pengambilan
simpanan, kualitas jaminan kredit, reputasi perusahaan, produk yang
kompetitif, hubungan baik, dan jaminan pihak ketiga.
3. Fungsi dari bank dapat disimpulkan bahwa bank adalah lembaga keuangan
yang kegiatannya menghimpun dana dan menyalurkan dana dari dan kepada
masyarakat yang memiliki fungsi memperlancar lalu lintas pembayaran.
Dengan kata lain bank adalah suatu lembaga keuangan yang usaha
pokoknya memberikan kredit serta jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran
dan peredaran uang.
4. Untuk mengitung jenis – jenis suku bungan bank terdiri dari lima jenis suku
bunga dengan perhitungan antara lain menghitung : suku bunga tetap
(fixed), Suku bunga mengambang (floating), Suku bunga flat, suku bunga
efektif, suku bunga anuitas.

B. Saran
Dengan disusunnya makalah ini kami mengharapkan agar pembaca dapat
memiliki wawasan yang lebih luas mengenai suku bunga sehingga mampu
mengaplikasikan sesuai dengan teori yang ada dalam kehidupan sehari-
hari. Selain itu, sebaiknya penetapan suku bunga haruslah sesuai dengan
prosedur dan situasinya, hal ini juga sangat dipengaruhi oleh kebijakan Bank

29
Indonesia sebagai Induknya bank di Indonesia yang mengatur kebijakan tentang
tingkat suku bunga. Sehingga pihak-pihak lain yang terkait harusnya patuh dan
melaksanakannya agar tidak saling merugikan.

30
DAFTAR PUSTAKA

Huda, Nurul. Mohamad Heykal. 2015. Lembaga Keuangan Islam. Cet-3. Jakarta.
Prenadamedia Group

Budi Santoso dan Triandaru. Bank dan lembaga Keuangan Lain. Kota, Salemba
Empat:2006

https://review.bukalapak.com/finance/arti-suku-bunga-bank-jenis-suku-bunga-
dan-cara-penentuannya-110648

Juius R. Latumaerissa, Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta, Salemba


Empat, 2011.

Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya edisi revisi, Jakarta. PT Raja
Grafindo Persada : 2014. K

Adir Muhammad, Abdul. Hukum Dagang tentang Surat-Surat Berharga. Bandung,


Citra Aditya Bakti, 2003.

Langgeng Ratnasari, Sri. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Surabaya,UPN


Press;2012.

Rianto Rustam. Bambang. Manajemen Risiko Perbankan Syariah di Indonesia.


Jakarta, Penerbit Salempa Empat:2013.

Bank KB Bukopin. (2022, Sep 14). https://www.bukopin.co.id/pages/11-riwayat-


singkat-bank-bukopin Retrieved from https://www.bukopin.co.id/pages/11-
riwayat-singkat-bank-bukopin.

Hasibuan, Malayu S.P. 2009. Dasar-Dasar Perbankan. Jakarta: PT Bumi Aksara

31

Anda mungkin juga menyukai