Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH

MANAJEMEN DANA BANK DAN AKUNTANSI


“Asset and Liabilities Management “

Dosen : Rudy Bodewyn Mangasa Tua, SP.MM.

Disusun oleh :

Aprizal Iskandar 2016052268

Dianah Aprilianingsih 2016050330

Fajar Bahari 2016052745

Malvin Ayu Novitasari 2016053878

Mukhamad Nurrokhman 2016052852

FAKULTAS EKONOMI PRODI MANAJEMEN


UNIVERISTAS PAMULANG
2018/2019
Jln. Surya Kencana No.1 Pamulang Barat, Tangerang Selatan, Banten
KATA PENGANTAR

Assallamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.

Dengan selesainya makalah ini, tidak lepas dari bantuan banyak pihak yang telah memberikan
banyak masukan kepada kami. Untuk itu kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak Rudy
Bodewyn Mangasa Tua, SP.MM. selaku dosen mata kuliah “Manajemen dana Bank dan
Akuntansi” yang telah bersedia memeriksa dan mengoreksi makalah kami. Serta terimakasih
kepada seluruh anggota kelompok 2 Ruang 546 Manajemen Reguler B Universitas Pamulang,
atas kerjasama, waktu dan kontribusinya dalam pembuatan makalah ini.

Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini. Maka dari itu,
kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi tercapainya kesempurnaan dari
makalah ini.

Wassallamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Pamulang, 28 Maret 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR........................................................................................................... i

DAFTAR ISI.......................................................................................................................... ii

BAB I. PENDAHULUAN..............................................................................................

1.1 Latar Belakang..................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah................................................................................................ 2

1.3 Tujuan Penulisan.................................................................................................. 3

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................

2.1 Pengertian ALMA (Asset and Liability Management) ....................................... 4

2.2 Tujuan ALMA (Asset and Liability Management)............................................. 4

2.3 Implementasi ALMA (Asset and Liability Management)................................... 5

2.4 Faktor-faktor pendorong dan penghambat implementasi ALMA bagi dunia


perbankan. ........................................................................................................... 5

2.5 Ruang Lingkup ALMA (Asset and Liability Management) ............................... 6

2.6 Teknik ALMA (Asset and Liability Management) ............................................ 6

2.7 Resiko ALMA (Asset and Liability Management) ............................................. 7

2.8 Kerangka ALMA (Asset and Liability Management) ........................................ 8

2.9 Fungsi ALMA (Asset and Liability Management) ............................................. 8

2.10 Aplikasi Manajemen Asset dan Liabilitas pada Bank Islam ............................. 15

2.11 Hubungan Manajemen Asset and Liabilities (ALMA)  dengan Asset Liability

ii
Committe (ALCO) .............................................................................................. 17

2.12 Laporan Keuangan Bank .................................................................................... 18

2.13 Keseimbangan Neraca ....................................................................................... 29

BAB III PENUTUP ..........................................................................................................

3.1 Kesimpulan.......................................................................................................... 32

3.2 Saran.................................................................................................................... 32

3.3 Daftar Pustaka ..................................................................................................... 33

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Kegiatan pokok industri perbankan adalah menghimpun dana dari anggota
masyarakat yang kelebihan dana dan menyalurkannya kembali kepada anggota
masyarakat pemakai dana yang memerlukan dana.  Dengan kegiatan tersebut maka
akan tercipta satu mekanisme yang dapat mendayagunakan sumber ekonomi
masyarakat sehingga pada akhirnya akan meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi
negara. Dalam meghimpun dana, bank harus mengeluarkan biaya dana yang disebut
BiayaBunga Dana (Interest Expenses), sementara dalam penyaluran dana kepada
pihak yang membutuhkan dana, bank akan memperoleh bunga dana yang disebut
dengan PendapatanBunga Dana (Interest Income). Dari selisih antara biaya yang
dikeluarkan untuk memperoleh dana dengan bunga yang diperoleh karena
meminjamkan dana, maka bank akan mendapatkan selisih  pendapatan bunga (Net
Interest Margin).
Jika bank dapat menyalurkan seluruh dana yang dihimpun, maka akan
menguntungkan, namun risikonya apabila sewaktu-waktu pemilik dana menarik
dananya atau pemakai dana tidak dapat mengembalikan dana yang dipinjam dari bank
maka akan menggangu likuiditas bank. Sebaliknya, apabila bank tidak menyalurkan
dananya maka bank juga akan terkena risiko karena hilangnya kesempatan untuk
memperoleh keuntungan. Jika bank menyalurkan dana (penggunaan dana) lebih lama
jangka waktunya dibandingkan dengan jangka waktu penghimpunan dana (sumber
dana) maka akan berisiko juga apabila sumber dana yang telah jatuh tempo tidak dapat
diperpanjang lagi. Atau sebaliknya, apabila bank menyalurkan dananya (penggunan
dana) dengan jangka waktu lebih pendek dibandingkan jangka waktu penghimpunan
dana (sumber dana) karena hilangnya kesempatan mendapat keuntungan.
Demikian pula jika bank menyalurkan dananya dalam bentuk mata uang
negara lain (baik karena keinginan bank atau keinginan nasabah) atau menghimpun
dana dalam bentuk mata uang negara lain ini pun akan berisiko apabila harga uang
atau nilai mata uang negara lain berubah. Timbul pertanyaan, bagaimanakah dana
yang disimpan dan dana yang disalurkan dapat berputar dengan baik sehingga bank
masih dapat memperoleh keuntungan danterhindar dari risiko apakah risiko

1
2

kekurangan atau kelebihan dana, risiko perubahan sukubunga, risiko perubahan nilai
tukar, risiko lainnya seperti tidak tepatnya komposisi atau pricing sumber dan
penggunaan dana.  Risiko sendiri erat kaitannya dengan kondisi kedepan sementara
kondisi kedepan sulit diperkirakan. Krisis keuangan pada era 1997 yang melanda
kawasan Asia termasuk Indonesia telah membuka wawasan manajemen bahwa risiko
keuangan sangat besar akibatnya, tidak saja pada sector ekonomi keuangan akan tetapi
melanda kesektor politik, hukum, moral dan sebagainya.  Lnilah tugas utama
manajemen bank, yaitu bagaimana menjaga goncangan yang terjadi sehingga tetap
terjaga keberadaannya karena dengan keberadaan itulah maka bank di satu pihak ikut
berperan dalam mendorong laju pertumbuhan ekonomi dan di pihak lain juga
mendorong lalu lintas keuangan internasional.
Dengan demikian, kemampuan mengelola bank akan sangat menentukan
kelangsungan hidup dan pertumbuhan suatu bank sehingga diperlukan tenaga-tenaga
yang terampil, handal, jujur dan profesional di semua lini, tenaga-tenaga yang kritis
dan kreatif serta tanggap terhadap perubahan lingkungan. ALMA (Asset & Liability
Management) dapat diartikan dengan pengelolaan sumber dan penggunaan dana bank
yang saat ini menjadi salah satu titik sentral perhatian manajemen bank, karena
meningkatnya kompleksitas karakteristik asset dan liabilities, tajamnya persaingan
antar bank dan ketidakpastian perekonomian. Dengan ketidakpastian usaha maka
mendorong manajemen bank melakukan pendekatan yang bertitik berat pada interaksi
antara sisi Asset & Liability.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan ALMA (Asset and Liability Management) ?
2. Apakah tujuan ALMA dalam dunia perbankan ?
3. Bagaimanakah implementasi ALMA (Asset and Liability Management) ?
4. Apa saja faktor pendorong serta penghambat dalam implementasi ALMA ?
5. Sejauh mana ruang lingkup ALMA (Asset and Liability Management) ?
6. Bagaimana teknik dalam ALMA (Asset and Liability Management) ?
7. Apa saja kerangka ALMA (Asset and Liability Management) ?
8. Apa fungsi ALMA (Asset and Liability Management) ?
9. Bagaimana aplikasi ALMA (Asset and Liability Management) dalam Bank
Islam ?
3

10. Bagaimana Hubungan Manajemen Asset and Liabilities (ALMA)  dengan Asset
Liability Committe (ALCO) ?
11. Bagaimana bentuk laporan keuangan Bank ?
12. Apa yang dilakukan jika Neraca tidak balanace ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui Pengertian ALMA (Asset and Liability Management)
2. Untuk mengetahui Tujuan ALMA (Asset and Liability Management)
3. Untuk mengetahui Implementasi ALMA (Asset and Liability Management)
4. Untuk mengetahui Faktor-faktor pendorong dan penghambat implementasi
ALMA bagi dunia perbankan.
5. Untuk mengetahui Ruang Lingkup ALMA (Asset and Liability Management)
6. Untuk mengetahui Teknik ALMA (Asset and Liability Management)
7. Untuk mengetahui Resiko ALMA (Asset and Liability Management)
8. Untuk mengetahui Kerangka ALMA (Asset and Liability Management)
9. Untuk mengetahui Fungsi ALMA (Asset and Liability Management)
10. Untuk mengetahui Aplikasi Manajemen Asset dan Liabilitas pada Bank Islam
11. Untuk mengetahui Hubungan Manajemen Asset and Liabilities (ALMA)  dengan
Asset Liability Committe (ALCO)
12. Untuk mengetahui laporan keuangan Bank.
13. Untuk mengetahui langkah yang harus dilakukan ketika pembuatan Neraca tidak
seimbang.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian ALMA (Asset and Liability Management)


ALMA (Asset and Liability Management) adalah suatu proses perencanaan,
pengorganisasian, dan pengawasan melalui pengumpulan, proses, analisa, laporan, dan
menetapkan strategi  terhadap asset dan liability guna mengeliminasi risiko. Antara
lain risiko likuiditas, risiko suku bunga, risiko nilai tukar dan risiko portepel atau
risiko operasional dalam menunjang pencapaian keuntungan bank.
Jadi Asset & Liability Management adalah proses pengendalian aktiva dan
pasiva secara terpadu yang saling berhubungan dalam usaha mencapai keuntungan
bank. Asset & Liability Management merupakan kebijakan dan strategi jangka pendek
dalam pencapaian rencana tahunan.
Asset and liability management (ALMA) pada dasarnya adalah suatu
penetapan kebijaksanaan di bidang pengelolaan :
1. Permodalan (equity).
2. Penghimpunan Dana (funding).
3. Penggunaan dana (asset)
Dasar penerapan ALMA diatur dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor
5/8/PBI/2003 Pasal 11 ayat 5 tentang Penerapan Manajemen Resiko Bagi Bank
Umum dan peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 18 PJOK.03/2016 Pasal 11 ayat
5 tentang Penerapan Manajemen Resiko Bagi Bank Umum, yang berbunyi :
” Dalam melaksanakan fungsi pengendalian risiko suku bunga, risiko nilai
tukar, dan risiko likuiditas sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (1) huruf b dan
c, Bank paling sedikit menerapkan Asset and liability management (ALMA) “

2.2 Tujuan ALMA (Asset and Liability Management)


1. Menjaga pertumbuhan bank yang wajar
2. Pendapatan yang maksimal
3. Menjaga likuiditas yang memadai
4. Mebentuk cadangan untuk berjaga-jaga atas hal-hal tertentu
5. Memelihara dana masyarakat yang dipercayakan melalui kegiatan bank
6. Memenuhi kebutuhan masyarakat akan kredit

4
5

2.3 Implementasi ALMA


Untuk mencapai tujuan di atas, maka implementasi ALMA dilakukan dengan
cara-cara sebagai berikut :
1) Menentukan target dan limit liquidity ratio, meliputi :
- Primary reserve
- Secondary reserve
2) Maturity gap target dan ranges
3) Fund placement guidelines
4) Foreign exchange position, target and stop limit : Buy currency and sell currency
5) Balance sheet structure : growth and mix
6) Earning and performance goals : ROA, ROE, Net Interest Margin (NIM)
7) Capital adequacy ratio yang dibutuhkan
8) Pricing policies and guidelines

2.4 Faktor-faktor pendorong dan penghambat implementasi ALMA bagi dunia


perbankan
No. Faktor-Faktor Pendorong No. Faktor-Faktor Penghambat
1. Deregulasi sektor perbankan di 1. Perubahan kondisi internasional yang
sebagian besar dunia mempengaruhi kegiatan ekonomi
nasional dan lokal
2. Kondisi lingkungan seperti 2. Volatile-nya suku bunga dan nilai tukar
fluktuasi suku bunga dan nilai
tukar telah mendorong timbulnya
teknik baru untuk meminimalkan
resiko tingkat bunga
3. Sikap para investor yang semakin 3. Tingkat ketidakpastian yang semakin
kritis tinggi, karena perubahan teknologi
komunikasi dan informatika
4. Berkembangnya teori corporate 4. Kebijakan Bank Sentral dalam
finance mengatur jumlah uang yang beredar
5. Tingkat persaingan yang semakin 5. Kebijakan dan strategi manajemen bank
tinggi
6. Limit kredit yang diberikan oleh bank
2.5 Ruang Lingkup ALMA
6

ALMA adalah manejemen struktur neraca bank dengan tujuan untuk


mengoptimalkan pendapatan dan meminimalkan biaya dalam batas-batas risiko
tertentu. Risiko-risiko ALMA dalam suatu bank pada umumnya berupa :
a. Financing risk, yaitu debitur akan memenuhi kewajibannya (keterlambatan
angsuran atau pelunasan) tepat pada waktunya. Risiko kredit dapat menimbulkan
risiko likuiditas.
b. Liquidity risk, yaitu risiko bahwa bank tidak dapat memenuhi kewajibannya pada
waktunya atau hanya dapat memenuhi kewajiban melalui pinjaman darurat (bagi
hasil yang tinggi) dan atau menjual aktivanya dengan harga yang rendah.
c. Pricing risk, yaitu risiko kerugian dengan akibat perubahan tingkat bagi hasil,
menentukan bentuk penurunan margin dari penanaman atau kerugian sebagai
akibat menurunnya nilai aktiva. Risiko ini sebagai akibat Net Interest Margin (NII)
atau tidak terpenuhinya likuiditas, atau terjadinya gap karena tidak tepatnya
perhitngan pricing atas asset dan liabilitas.
d. Foreign exchange risk, yaitu risiko kerugian sebagai akibat perubahan tingkat kurs
terhadap “open position” karena adanya pergerakan kurs yang merugikan.
e. Gap risk, yaitu risiko kerugian dari ketidakseimbangan interest rate maturity
karena adanya pergerkan tingkat bunga yang merugikan.
f. Kontinjen risk, yaitu risiko yang timbul sebagai akibat transaksi kontinjen,
contohnya bank garansi dan kontrak valuta asing berjangka.

2.6 Teknik ALMA


Ada tiga teknik ALMA yaitu :
1) Asset Management Strategy (AMS) – strategi yang berkaitan dengan
pengendalian/pengawasan dana-dana yang masuk melalui penentuan alokasi
pinjaman/kredit dan suku bunganya.
2) Liability Management Strategy (LMS)– strategi yang berkaitan dengan
pengendalian sumber-sumber dana dan monitoring bauran dan biaya deposit and
non deposit liabilities – melalui pengendalian harga, sukubunga.
3) Capital atau Fund Management Strategy (FMS) – merupakan strategi gabungan
AMS dan LMS.

2.7 Resiko ALMA (Asset and Liability Management)


7

1. Risiko likuiditas yaitu risiko yang disebabkan oleh ketidakmampuan bank


mengelola (kelebihan atau kekurangan) dana dalam kegiatan operasional.
2. Risiko suku bunga yaitu risiko yang disebabkan karena posisi reviewing asset
liability tidak searah dengan perubahan suku bunga.
3. Risiko nilai tukar yaitu risiko yang disebabkan oleh posisi Asset & Liability dalam
mata uang asing tidak searah dengan perubahan nilai tukar.
4. Risiko portepel yaitu risiko yang disebabkan oleh struktur Asset & Liability tidak
mendukung effisiensi operasi, seperti komposisi asset kurang menghasilkan
keuntungan dan komposisi liability mengarah ke biaya tinggi. Dalam kaitan
terhadap risiko portepel ini fungsi pengelolaan portepel  sangat penting yaitu
bagaimana mengusahakan agar komposisi dana searah dengan komposisi
penggunaan dana. Risiko portepel termasuk fungsi pengelolaan dana atau Funding
Management disebut juga the acquisition of liabilities atau Deposit and Liabilities
Management.

2.8 Kerangka ALMA (Asset and Liability Management)


Agar resiko-resiko diatas dapat diminimalkan, diperlukan kerangka proses
ALMA yang dirancang sedemikian rupa sehingga dapat memaksimumkan keuntungan
sekaligus membatasi resiko aset dan liabilitas dengan mematuhi ketentuan kebijakan
moneter dan pengawasan bank.
ALMA yang kuat akan memberikan landasan yang jelas meliputi strategi
manajemen, penunjang dan pelaksanaan pengembangan bank. Oleh karena itu perlu
dibentuk semacam kerangka ALMA dengan urutan sebagai berikut :
1. Adanya penetapan kebijakan dan strategi ALMA oleh organisasi yang
memiliki kewenangan formal dan dan personel yang profesional.
2. Adanya tujuan/arah bagi manajemen dan petugas pelaksanan dalam proses
pelaksanaan tugas dengan cara menetapkan standar-standar tertentu.
3. Adanya pengumpulan data internal/eksternal yang menjamin bahwadata yang
terkumpultersebut sudah cukup menunjang untuk keputusan ALMA baik untuk
jangka waktu pendek maupun panjang.
4. Adanya analisis yang mengembangkan skenario untuk menguji berbagai
alternatif strategi ALMA sebelum keputusan diambil serta petugas memantau
efektifitas pelaksanaan tersebut
8

5. Adanya manajemen likuditas yang ampu mengelola dana dengan baik pada
suatu tingkat bungayang wajar, agar dapat memenuhi setiap kewajiban dan
memanfaatkan kesempatan baru.
6. Adanya manajemen gap yang bertujuan untuk memaksimalkan pedapatan dan
memperkecilresiko, yang dihubungkan dengan besarnya gap/mistmatch
7. Adanya manajemen valuta asing yang mengelola besarnya gap tiap-tiap mata
uang dan antarmata uang yang tercantum dalam pembukuan bank untuk
menghasilkan keuntungan maksimum dalam batas-batas risiko tertentu.
8. Adanya manajemen pricing yang menjamin bahwa strategi penetapan tingkat
bunga dapat menunjang proses pelaksanaan manajemen gap, likuiditas dan
manajemen valuta asing.
Kemudian untuk melaksanakan ALMA framework diatas, perlu dibentuk
organisasi ALMA pada suatu bank. Organisasi ALMA bank pada umumnya terdiri
dari Asset Liability Committe (ALCO) atau unit organisasi lainnya yang mempunyai
hak formal yang sama dengan ALCO dan ALCO Support Group (ASG).
Dalam organisasi tersebut ditetapkan tanggung jawab ALCO, yaitu
menetapkan tujuan, membuat keputusan ALMA, mementau kegiatan dan menelaah
hasil kebjakan ALMA. Sedangkan tanggung jawab ASG adalah mengumpulkan data
internal dan eksternal, menyusun analisis, mengembangkan strategi dan scenario,
membuat laporan, mengajukan saran-saran untuk rapat ALCO dan memantau
pelaksanaannya. Proses pembuatan kebijakan ALMA dilakukan oleh direksi bank.
Kebijakan yang dimaksud antara lain berupa penetapan limit dan target setiap bidang,
rasio-rasio strategi pendanaan dan penenaman dana,struktur neraca, kebijakan harga,
kebutuhan modal, dll.

2.9 Fungsi ALMA (Asset and Liability Management)


Untuk lebih memudahkan dan memahami bidang tugas ALMA, dalam
pembahasan berikut akan dijelaskan fungsi-fungsi utama yang terdapat dalam ALMA
yaitu :
1. Manajemen Likuiditas
Manajemen likuiditas adalah kemampuan manajemen bank dalam
menyediakan dana yang cukup untuk memenuhi semua kewajiban-kewajiban
maupun komitmen yang telah dikeluarkan kepada nasabahnya setiap saat.
9

Pengelolaan likuiditas tersebut dilakukan untuk memenuhi pekerjaan-


pekerjaan sebagai berikut :
a. Kemampuan untuk memprediksi kebutuhan dana di masa yang akan datang.
b. Mencari sumber dana untukmencukupi jumlah yang dibutuhkan.
c. Melakukan penatausahaan untuk arus dana yang masuk dan keluar.
Selanjutnya dalam pengelolaan likuiditas bank ada beberapa risiko yang
mungkin timbul antara lain sebagai berikut :
 Risiko pendanaan (funding risk)
Risiko ini timbul apabila bank tidak cukup dana untuk memenuhi
kewajibannya.
 Risiko bunga (interest risk)
Adanya berbagai variasi tingkat suku bunga dalam aset maupun liabilities
dapat menimbulkan ketidakpastian tingkat keuntungan yang akan
diperoleh.
Likuiditas ialah kemampuan manajemen bank dalam menyediakan dana
yang cukup utuk memenuhi kewajibanya setiap saat. Dalam kewajiban di atas
termasuk penarikan yang tidak dapat diduga seperti commitment loan maupun
penarikan penarikan tidak terduga lainya.
Beberapa pakar perbankan memberikan beberapa macam pengertian dari
manajemen likuiditas. Duane B Graddy memberikan definisi manajemen
likuiditas melibatkan perkiraan dana oleh masyarakat dan penyediaan cadangan
untuk memenuhi semua kebutuhan. Sedangkan Oliver G wood menyatakan
manajemen likuiditas melibatkan perkiraan kebutuhan dan penyediaan kas
secara terus-menerus baik kebutuhan jangka pendek atau musiman maupun
kebutuhan jangka panjang.
Dalam hal ini bank sangat panting dalam mengelola likuiditas dengan
baik,dikarenakan untuk memperkecil  resiko likuiditas yang disebabkan oleh
adanya kekurangan dana dalam memenuhi kewajibanya.
Pada dasarnya keberhasilan bank dalam manajemen likuiditas ,dapat
diketahui dari :
a. Kemampuan dalam memprediksi kebutuhan dana di waktu yang akan
datang
10

b. Kemampuan untuk memenuhi permintaan akan “cash” dengan


menukarkan harta lancarnya
c. Kemampuan memperoleh “cash” secara mudah dengan biaya yang sedikit
d. Kemampuan pendataan pergerakan “cash in”dan “cash out”dana (cash
flow)
e. Kemampuan untuk memenuhi kewajiban tanpa harus mencairkan aktiva
tetap apapun kedalan cash
Ada empat macam teori likuiditas perbankan yang dikenal, yaitu sebagai
berikut :
a) Commecial Loan Theory; teori ini beranggapan bahwa bank hanya boleh
memberikan pinjaman ‘dengan surat jangka pendek yang dapat dicairkan
dengan sendirinya (self liquidating).
b) Shiftability Theory; teori ini beranggapan bahwa likuiditas sebuah bank
tergantung pada kemampuan bank memindahkan aktivanya kepada kepada
orang lain dengan harga yang dapat diramalkan.
c) Anticipated Income Theory; yaitu semua dana yang dialokasi atau setiap
uapaya mengalokasikan dana ditujukan pada sektor yang feasible dan layak
yang akan menguntungkan bagi bank.
d) The liability Management Theory; teori ini dinyatakan bagaiman bank
dapat mengelola pasivanya sedemikian rupa sehingga pasiva itu dapat
menjadi sumber likuditas.
Sejak dulu dunia perbankan memerlukan likuiditas dan likuiditas sendiri
menjadi salah satu faktor penting dalam pengelolaan dananya dan Resiko
likuiditas adalah salah satu resiko yang mendasar dalam dunia
perbankan.Kemungkinan kerugian terjadi karena keharusan menjual aset atau
mengumpulkan dana dalam waktu singkat untuk menghadapi situasi tertentu.dan
diperlukan juga likuiditas yang cukup papbila bank ingin memenuhi pemintaan
kredit yangtidak terduga dari nasabah.Penolakan akan suatu permintaan kredit
mungkin akan mengakibatkan kehilangan nasabah yang akan menyimpan
uangnya atau bahkan kehilangan calon nasabah yang prima.
Sulit untuk mengatakan berapakah tingkat likuiditas yang
ideal(seimbang) untuk suatu bank. Untuk mempertahankan tingkat likuiditas
yang seimbang , sedapat mungkin biaya dana yang tinggi yang dibutuhkan ntuk
11

mempertahankan tingkat likuiditas yang seimbang harus dibuat seminimal


mungkin dengan pengelolaan spread yang baik.
Laporan perencanaan likuiditas juga dapat membantu pengelola dana
untuk membuat biaya dana seminimum mungkin. Dengan melihat laporan
perencanaan likuiditas ini ank dapat mengindikasi adanya kelebihan dan sampai
seberapa besar dana itu lebih.
Sesungguhnya konsep likuiditas adalah konsep yang sederhana hanya
saja sulit unruk menentukan berapakah yang betul betul sesuai untuk masing
masing bank dengan kondisi bank yang berbeda beda.
Secara singkat pengaturan likuiditas adalah :
a)      Kemampuan bank untuk menaikan sejumlah tertentu dan kas yang ada,
b)      Pada ongkos tertentu
c)      Dalam waktu yang singkat dan tepat
Semakin banyak dana yang dihimpun oleh bank dalam waktu tertentu
maka bank akan semakin likuid, semakin rendah ongkos yang dibutuhkan untuk
menambah dana dalam waktu  tertentu maka aset tersebut akan semakin likuid.
Dan jumlah uang kas  yang bertambah seharusnya juga disesuaikan dengan
kebutuhan akan uang kas tersebut
Bank mempunyai beberapa alternatif untuk mencapai likuiditas
a)      Menyediakan uang kas yang cukup
b)      Mengkonventir aset kedalam uang kas
c)      Meminjam dari bank lain
Dalam pengaturan likuiditas jangka pendek mungkin masih sulit untuk
dpastikan berapakah tingkat likuiditas bank yang ideal, dikarenakan dalam bisnis
pebankan bank dihadapkan kepada ketidakpastian (uncertainty).Berapa dan
kapan nasabah akan mengambil ataupun menyetor uang tidak dapat
diketahui,oleh karena itu di perlukan perencanaan likuiditas.
Likuiditas jangka pendek dapat diambil dari contoh beberapa kejadian
yaitu hal hal yang bersifat musiman,bank bank yang lokasinya dekat dengan
daerah pertanian akan mengalami lebih banyak setoran dana pada saat musim
panen.dana ini akan menumpuk apabila tidak direncanakan alokasinya.Dan
sebaliknya para petani akan membutuhkan uang  pada waktu musim menanam
untuk membeli bibit,pupuk obat hama dan sebagainya.
12

Dalam memelihara likuiditas sendiri sangat terkait dengan tujuan


likuiditas.dalam menetapkan strategi apa yang akan di ambil sangat tergantung
pada skill manajer likuiditas yang ada bagaimana mempertimbangkan kondisi
likuiditas pasar dan kebutukan likuiditas bank, baik dalam jangka pendek
maupun dalam jangka panjang.
Faktor-faktor tersebut diatas akan menjadi panduan apakah tidak akan
mengambil sikap agresif,berhati hati atau konservatif dalam manajemen
likuiditasnya,yang tercermin dari limit dan target likuididas yang di tetapkan.
2.     Manajemen Investasi
Investement dalam pengertian perusahaan (bank) adalah aktivitas bank
untuk menggunakan dana yang dimilikinya, membeli harga tetap yang
mempunya nilai jangka panjang,atau membeli surat berharga jangka panjang (1
sampai 10 tahun). Investasi disebut juga sebagai komitmen atas sejumlah dana
atau sumber daya lainya yang dilakukan di masa datang. Atau dalam pengertian
lain, investasi merupakan pengeluaran modal unut pembelian aset (asset) fisik
seperti pabrik, mesin, peralatan, dan persediaan, yaitu investasi fisik atau riil.
Dalam bukunya, Ahmad Ifham Sholihin menyatakan bahwa investasi
merupakan penanaman modal, biasanya dalam jangka panjang untuk pengadaan
aktiva tetap atau pembelian saham-saham dan surat berharga lain untuk
memperoleh keuntungan (investment).
Tujuan bank dalam membeli surat berharga ada dua macam, yaitu:
a)       Untuk menambah likuiditas bank
b)       Untuk menambah income bank
Meskipun saat ini alokasi dana bank yang paling besar adalah untuk
pemberian kredit, tetapi ada beberapa persen dana yang dialokasikan pada surat
surat berharga yang meliputi surat berharga yang meliputi surat berharga jangka
panjang, menengah dan jangka pendek. Surat berharga sendiri dapat digunakan
untuk  menutup kekurangan likuiditas apabila terlalu banyak nasabah ingin
menarik depositonya dikarenakan surat berharga ini dapat di jual dengan cepat
tanpa mengalami kerugianyang berati dan dana yang di peroleh dapat dipakai
untuk enutup arus deposito yang mengalir keluar.
Faktor faktor yang mempengaruhi keputusan investasi :
a)      jangka waktu
b)      bagi hasil
13

c)      pajak
d)     mudah dipasarkan atau tidak
e)      kualitas dan keamanan
f)       harapan di masa mendatang
g)      Diversifikasi
3. Manajemen Gap (Mismatch)
Manajemen Gap adalah upaya-upaya untuk mengelola dan
mengendalikan kesenjangan (gap) antara aset dan liabilities pada suatu periode
yang sama, meliputi kesenjangan dalam hal jumlah dana, suku bunga, saat jatuh
tempo atau perpaduan antara ketiganya. Atau dengan kata lain manajemen gap
adalah upaya untuk mengatasi perbedaan (mismatch) antara aset yang sensitif
terhadap bunga (Rate Sensitive Assets/RSA) dan pasiva yang sensitif terhadp
bunga (Rate Sensitive Liabilities/RSL). RSA adalah aktiva berbunga yang
bunganya dapat berubah setiap saat, contoh surat-surat berharga sedangkan RSL
adalah pasiva berbunga yang bunganya dapat berubah setiap saat, misalnya
deposito berjangka, dana yang bunganya dikaitkan dengan SIBOR/LIBOR.
Dalam neraca bank hampir selalu terjadi ketidakseimbangan antara
sumber dana di sisi liabilities dengan penggunaan dana disisi aset. Sehingga
perlu dilakukan strategi manajemen di bidang pendanaan maupun
penempatannya (investment). Untuk merealisir strategi tersebut dengan sebaik-
baiknya harus dilakukan dengan mengubah tingkat suku bunga, baik suku bunga
simpanan maupun suku bunga pinjaman
Oleh karena itu, manajemen gap bertujuan untuk :
a. Menghindari kerugian akibat dari gejolak tingkat bunga.
b. Mengusahakan pendapatan yang maksimal dalam batas risiko tertentu.
c. Menunjang kebutuhan manajemen likuiditas.
d. Mengelola risiko serendah mungkin.
e. Menyusun struktur neraca yang dapat meningkatkan kinerja dengan
tingkat suku bunga yang wajar.
4. Manajemen Valuta Asing
Manajemen valuta asing adalah suatu kegiatan membeli atau menjual
mata uang suatu Negara. Kegiatan jual beli valuta asing membentuk suatu pasar
yang disebut dengan pasar valas. Pasar valas dapat dikatakan sebagai transaksi
jual beli melalui jaringan komunikasi antara bank-bank, brokers atau deler di
14

seluruh dunia yang dilakukan di ruangan masing-masing bank yang telah


dilengkapi dengan jaringan komunikasi. Manajemen valas ditujukan untuk
membatasi posisi eksposur masing-masing mata uang asing (foreign currency)
serta memonitor kegiatan jual beli valas supaya posisinya terkendali. Secara
garis besar tindakan manajemen valas dapat berupa :
a. Pengendalian kesejahteraan mata uang asing, yang meliputi rekayasa
portofolio masing masing mata uang,dll.
b. Pengendalian keuntungan netto dari nilai tukar, yang meliputi penetapan
break even exchange rate, dll
Tujuan Kegiatan Valas :
Valas dapat diperjual belikan oleh perorangan, perusahaan maupun bank-
bank untuk membiaya impor atau menukarkan valas hasil ekspor ke mata uang
lain. Alasan bank terjun ke transaksi valas dengan tiga alasan :
1. Untuk member service kepada nasabah
2. Untuk kepentingan bank sendiri
3. Untuk memperoleh keuntungan (spekulasi)
Dalam kegiatan valas dikenal dua golongan transaksi, yakni transaksi
komersial dan transaksi spekulatif. Transaksi komersial terjadi bila transaksi
tersebut dilakukan untuk keperluan perusahaan atau nasabah, bukan untuk bank.
Sedang untuk transaksi spekulatif adalah dengan maksud untuk mendapatkan
keuntungan bagi bank yang bersangkutan dari fluktuasi nilai tukar mata uang.
Ada dua tujuan pokok dalam pengelolaan valas yaitu :
a. Mengelola jumlah dan risiko valas keseluruhan terkait dengan kesenjangan
pada mata uang asing
b. Memaksimalkan pendapatan valas bank dengn bats-batas risiko yang dapat
diterima.
5. Manajemen Pricing
Manajemen princing adalah suatu kegiatan manajemen untuk
menentukan tingkat suku bunga dari produk-produk yang ditawarkan bank, abik
disisi aset maupun liabilities. Tujuan utama dari manejemen princing tersebut
adalah untuk mendukung strategi dan taktis ALMA bank dalam mencapai
tujuan-tujuan operasional lainnya dan mencapai tujuan penghasilan bank
Penetapan tingkat suku bunga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
yang dapat dikelompokan sebagai berikut :
15

a. Kelompok pinjaman, faktor-faktor tersebut adalah cost of funds, premi


risiko, biaya pelayanan.
b. Kelompok simpanan, yang mempertimbangkan adalah cost of funds, biaya
pelayanan, termasuk biaya overhead dan personel, marjin keuntungan,
struktur target maturity, pricing yield curve simpanan berjangka dan
cadangan wajib minimum likuiditas.
Pada dasarnya pricing pinjaman harus ditetapkan minimal dapat menutupi
semua biaya yang berkaitan dengan pinjaman sehingga diperoleh pengembalian
yang memadai. Tingkat suku bunga tersebut ditetapkan atas dasar metode pricing
yang rasional dengan mempunyai 5 komponen utama, yaitu :
1. Cost of funds, seluruh biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan dana
tersebut.
2. Premi risiko industri yang bervariasi menurut jenis industri, mencerminkan
risiko dari suatu industri tertentu, berubah bila kondisi industri itu berubah,
dan didasarkan pada latar belakang kolektibilitas serta prakiraan sekarang
tentang prospek industri.
3. Premi risiko perusahaan/debitur yang mencerminkan risiko berkaitan dengan
debitur-debitur tertentu, merupakan antisipasi terhadap penghapusan
pinaman, menutupi biaya pinjaman non lancer da kemungkinan dipengaruhi
oleh struktur pinjaman.
4. Biaya pelayanan termasuk biaya personel dan biaya overhead.
5. Marjin keuntungan yang disesuaikan dengan risiko kredit yang kemungkinan
timbul dan disesuaikan dengan situasi persaingan atau untuk mencapai
tujuan-tujuan strategis.

2.10 Aplikasi Manajemen Asset dan Liabilitas pada Bank Islam


Sebagaimana bank konvensional, bank syariah juga merupakan lembaga
intermediasi antara penabung dan investor.pokok perbedaan antara bank syariah dan
konvensional terletak pada dominasi prisip berbagi hasil dan berbagi risiko(profit and
loss sharing) yang melandasi system operasionalnya. Hal ini tercemin pada beberapa
karakteristik berikut ini (Yustra Iwata Alsa 2004) :
a. Bank syariah hanya menjamin pembayaran kembali nilai nominal simpanan
giro dan tabungan (seandainya mekanisme yang dipilih adalah wadiah), tetapi
tidak menjamin pembayaran kembali nilai nominal dari deposito (investment
16

deposit atau mudharobah deposit). Bank syariah juga tidak menjamin


keuntungan atas deposito. Mekanisme pengaturan realisasi pembagian
keuntungan final atas deposito pada bank syariah bergantung pada
performance dari bank, tidak sebagaimana bank konvensional yang menjamin
pembayaran keuntungan atas deposito berdasar tingkat bunga tertentu dengan
mengabaikan performancenya.
b. Sistem operasional bank syariah berdasarkan pada system equity dimana setiap
modal mengandung resiko. Oleh karena itu,  hubungan kerja sama antara bank
syariah dan nasabahnya adalah berdasarkan prinsip bagi hasil dan risiko
c. Dalam melakukan kegiatan pembiayaan (financing), bank syariah
menggunakan model pembiayaan muamalah maaliah (Islamic modes of
financing): PLS dan non-PLS. sehubungan dengan itu, bank syariah
melakukan pooling dana-dana nasabah dan berkewajiban menyediakan
manajemen investasi yang professional (Antonio, 2001)
Adapun komponen kebijakan ALM perbankan syariah sama dengan komponen
kebijakan yang dilakukan oleh perbankan konvensional, perbedaanya adalah
pengambilan keuntungan dari perdagangan valas untuk memaksimalisasi laba
perbankan, serta pengamatan terhadap fluktuasi bunga. Karena keduanya dianggap
tidak sesuai dengan ketentuan syariah.
Likuiditas bank syariah bank syariah banyak begantung pada :
a. Tingkat kelebihan (volatility) dari simpanan (deposito) nasabah
b. Kepercayaan pada dana-dana non-PLS
c. Kompetensi teknis yang berhubungan dengan peraturan stuktur liabilitas
d. Ketersediaan asset yang siap di konversikan menjadi kas
e. Akses kepada pasar antar bank dan sumber dana lainnya, termasuk fasilitas
lender of last resort dari bank sentral.
Tekhnik duration gap manajamen dapat di aplikasikan oleh bank isla,bukan
dalam rangka menghindari risiko tingkat bunga, melainkan untuk mengatur cash flow
atau menegndalikan likuiditasnya.Kualitas earning asset bank islam akan bergantung
pada beberapa hal berikut :
1. Level, distribusi dan tingkat kesulitan dari asset yang di klasifikasikan
2. Level dan komposisi dari berkurangnya nilai asset
3. Kecukupan dari cadangan penilain kembali,; dan
17

4. Bukti adanya kemampuan untuk mengadministrasikan dan memperoleh


kembali kredit bermasalah.
Asset /liability manajemen bank islam lebih banyak bertumpu pada kualitas
asset , dan hal itu akan menentukan kemampuan bank untuk meningkatkan daya
tariknya kepada nasabah untuk menginvestasikan dananya melalui bank tersebut, yang
berarti meningkatkan kualitas pengelolaan liabilitasnya.kemampuan manajemen untuk
melaksanakan fungsinya sebagai profesioanl investment manajer akan sangat
menetukan kualitas asset yang di kelolanya.

2.11 Hubungan Manajemen Asset and Liabilities (ALMA)  dengan Asset Liability
Committe (ALCO)
Produksi dalam industri perbankan adalah aktivitas bank yang tercermin dalam
neraca asset/liability sementara hasil produksi adalah laporan laba/rugi. Hasil produksi
yang optimal dapat dicapai jika para pejabat bank syariah  mampu mempersiapkan
perencanaan dan pengaturan penghimpunan dan pengalokasian dana. Oleh karena itu,
perencanaan dan pengaturan dana akan berjalan baik harus dilakukan oleh pihak atau
badan ynag baik. Badan ini biasanya berbentuk ttim atau panitia atau disebut
commitee ataupun dewan khusus.
Dewan khusus atau tim yang mengelola manajemen dana atau lebih luas lagi
pada pengelolaan asset and liability of bank, disebut dengan Asset and Liability
Commitee Atau disingkat (ALCO ). Sesuai dengan namanya panitia atau tim ini
melakukan kegiatan rutin dan mengadakan pertemuan yang juga diatur secara rutin,
misalnya sebulan sekali atau sebulan dua kali. Keberhasilan proses manajemen Asset
liability   ( ALMA )  tergantung pada koordinasi serta partisipasi seluruhh bagian-
bagian yang terliabat dalam komite untuk menangani masalah-masalah yang menjadi
tanggung jawabnya. Agar strategi ALMA dapat efektif, maka beberapa kriteria berikut
harus dipenuhi oleh tim atau ALCO, yaitu :
a. Semua angggota ALCO harus terlibat dan mengerti bahwa strategi ALMA
adalah strategi menyeluruh dari asset dan liability.
b. Semua anggota ALCO harus terlibat dalam pencapaian anggaran yang
direncanakan.
c. Semua anggota ALCO harus berfokus kepada hasil mendatang serta
memberikan saran dan pendaapat pemecahan.
18

d. Semua anggota ALCO harus saling berhubungan dalam kaitannya dalam


pencapaian tujuan.
e. ALCO harus  merupakan keterpaduan dari seluruh bagian yang ada di bank.
Semua bagian harus mempunyai sistem yang mampu memberikan informasi
yang tepat, terbaru dan tepat.
f. Semua anggota ALCO harus mempunyai semangat pembaharuan, mengetahui
kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi serta mampu mengantisipasi
kemungkinan yang akan terjadi.
g. Semua anggota ALCO harus berpandangan luas dan saling mendukung tanpa
prasangka buruk.

2.12 Laporan Keuangan Bank


Tujuan dan susunan laporan keuangan yaitu untuk memenuhi kebutuhan akan
informasi yang berguna dalam membuat keputusan bagi pihak – pihak yang
berkepentingan. Laporan keuangan yang disusun dan disajikan sebagai data tahunan
kepada semua pihak yangberkepentingan pada hakekatnya mempunyai keterbatasan
dalam memberikangambaran tentang keadaan keuangan dan potensi laba. Untuk
mengatasinya diperlukan suatu laporan untuk beberapa periode, yaitu dengan
menyusun laporan keuangan yang diperbandingkan.
Laporan keuangan mempunyai arti penting sebagai berikut :
1. Kepentingan masyarakat.
2. Kepentingan pemegang saham.
3. Kepentingan perpajakan
4. Kepentingan pemerintah
5. Karyawan
6. Manajemen bank.
Berikut ini merupakan komponen laporan keuangan pada bank:
A. Neraca
Neraca atau laporan posisi keuangan (bahasa Inggris:balance
sheetatau statement of financial position) adalah bagian dari laporan keuangan
suatu entitas yang dihasilkan pada suatu periode akuntansi yang menunjukkan
posisi keuangan entitas tersebut pada akhir periode tersebut. Neraca terdiri dari
tiga unsur, yaitu aset,liabilitas, dan ekuitas yang dihubungkan dengan
persamaan akuntansi berikut :
19

aset = liabilitas + ekuitas


Informasi yang dapat disajikan di neraca antara lain posisi sumber
kekayaan entitas dan sumber pembiayaan untuk memperoleh kekayaan entitas
tersebut dalam suatu periode akuntansi (triwulanan, caturwulanan, atau
tahunan). Sisi aktiva dalam neraca bank menggambarkan pola pengalokasian
danabank yang mencerminkan posisi kekayaan yang merupakan hasil
penggunaandana bank dalam berbagai bentuk. Penggunaan dana bank
dilakukan berdasarkanprinsip prioritas. Disamping itu kegiatan pengalokasian
dana tersebut hamsmemperhatikan ketentuan – ketentuan yang ditetapkan oleh
Bank Sentral sebagaiotoritas moneter yang mengatur dan mengawasi bank.
Sisi pasiva dalam neraca bank menggambarkan kewajiban bank yang
berupaklaim pihak ketiga atau pihak lainnya atas kekayaan bank yang
dinyatakan dalambentuk rekening giro, tabungan, deposito berjangka dan
instrument – instrumentutang atau kewajiban bank lainnya. Selain itu modal
bank menggambarkan nilaibuku pemilik saham bank. Sisi pasiva
mencerminkan kegiatan penghimpunandana yang berasal dari berbagai
sumber. Dana bank yang pada dasarnya berasal dari masyarakat atau pihak
ketiga dan modal bank itu sendiri (ekuitas).
B. Laporan Laba/Rugi Bank
Laporan laba/rugi bank (Profit and Loss Statement) atau lebih dikenal
jugadengan Income Statement dari suatu Bank umum adalah suatu laporan
keuanganbank yang menggambarkan pendapatan dan biaya operasional dan
nonoperasional bank serta keuntungan bersih bank untuk suatu periode
tertentu.
Berikut ini adalah pos-pos yang ada pada laporan laba/rugi :
Laboran Laba – Rugi Menurut Ketentuan Bank Indonesia.
1. Pendapatan
Pendapatan Operasional
a. Hasil Bunga
b. Provisi dan komisi
Pendapatan Non operasional
Jumlah
2. Biaya
Biaya Operasional
20

a. Biaya bunga
b. Biaya lanilla
Biaya Non Operasional
Jumlah
3. Laba/Rugi sebelum Pajak
4. Sisa / laba / rugi tahun lalu

C. Laporan Kualitas Aktiva Produktif


Pengertian Aktiva Produktif
Untuk lebih memahami konsep aktiva produkrif, maka pada bagaian ini terlebih
dahulu akan dikupas mengenai aktiva dan prinsip-prinsipnya. Hal ini untuk
memudahkan dalam memahami aktiva produktif dalam pembahasan selanjutnya. Aktiva
diartikan sebagai jasa yang akan datang dalam bentuk uang atau jasa mendatang yang
dapat ditukarkan menjadi uang (kecuali jasa-jasa yang timbul dari kontrak yang belum
dijalankan kedua belah pihak secara sebanding) yang didalamnya terkandung
kepentingan yang bermanfaat yang dijamin menurut hokum atau keadilan bagi orang
atau sekelompok orang tertentu. Aktiva juga diartikan sebagai manfaat ekonomi yang
sangat mungkin diperoleh atau dikendalikan oleh entitas tertentu pada masa mendatang
sebagai hasil transaksi atau kejadian masa lalu (Marianus Sinaga, 1997)
Aktiva Produktif Pada Bank Syariah
Pembiayaan yaitu penyediaan dana dan atau tagihan berdasarkan akad
mudaharabah dan atau pembiayaan lainnya berdasarkan prinsip bagi hasil. Piutang yaitu
tagihan yang timbul dari transaksi jual beli dan atau sewa berdasarkan akad murabahan,
salam, istishna dan atau ijarah.
Qardh yaitu penyediaan dana ataru tagiahan antara bank syariah dengan pihak
peminjam yang mewajibkan pihak peminjam melakukan pembayaran sekaligus atau
cicilan dalam jangka waktu tertentu.
Surat berharga syariah yaitu surat bukti berinvestasi berdasarkan prinsip syariah
yang lazim diperdagangkan dipasar uang dan atau pasar modal antara lain wesel,
obligasi syariah, sertifikasi reksadana syariah dan surat berharga lainnya berdasarkan
prinsip syariah.
Penempatan yaitu penanaman dana bank syariah pada bank syariah lainnya dan
atau bank perkreditan rakyat berdasarkan prinsisp syariah antara lain dalam bentuk giro
dan atau tabungan wadiah, deposito berjangka dan atau tabungan muharabah,
21

pembiayaan yang diberikan, sertifikat investasi mudharabah antar bank (IMA) dan atau
bentuk-bentuk penempatan lainnya berdasarkan prinsip syariah.
Penyertaan modal yaitu penanaman dana bank syariah dalam bentuk saham pada
perusahaan yang bergerak dibidang keuangan syariah termasuk peneneman dalam
bentuk surat utang konversi (convertible bonds) dengan opsi saham (equity options) atau
jensi transakasi tertentu berdasarkan prinsisp syariah yang berakibat bank syariah
memiliki atau akan memiliki saham pada perusahaan yang bergerak dibidang keuangan
syariah.
Penyertaan modal sementara yaitu penyertaan modal bank syariah dalam
perusahaan nasabah untuk mengatasi kegagalan pembiayaan dan atau piutang (debt to
equity swap) sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang berlaku
termasuk dalam bentuk surat utang konversi (convertible bonds) dengan opsi saham
(equity options) atau jenis transaksi tertentu yang berakibat bank syariah memiliki atau
akan memiliki saham pada perusahaan nasabah.
Kualitas semua bentuk penanaman dana (aktiva produktif) diatas menjadi
standar pengukuran kinerja bank syariah. Untuk menjaga kinerja yang baik dan
pengembangan usaha yang senantiahsa sesuai dengan prinsip kehati-hatian dan prinsip
syariah maka kualitas aktiva produktif perlu dijaga. Salah satu cara menjaga kualitas
aktiva produktif adalah dengan menerapkan kebijakan alokasi dana baik menurut sector
ekonomi, sektro industri maupun wilayah pemasaran. Misalnya sekian persen untuk
pembiayaan sector industri manufaktur, sekian persen untuk perdagangan dan sekian
untuk penyertaan.
Demikian juga dengan rasio antara pembiayaan dan sumber-sumber daya dengan
memperhatikan penyebaran sumber daya dan penyebaran resiko sehingga aktiva
produktif perusahaan benar-benar dapat menjadi kontribusi pendapatan bagi bank
tersebut
Aktiva diartikan sebagai jasa yang akan datang dalam bentuk uang atau jasa
mendatang yang dapat ditukarkan menjadi uang (kecuali jasa-jasa yang timbul dari
kontrak yang belum dijalankan kedua belah pihak secara sebanding) yang didalamnya
terkandung kepentingan yang bermanfaat yang dijamin menurut hokum atau keadilan
bagi orang atau sekelompok orang tertentu. Aktiva juga diartikan sebagai manfaat
ekonomi yang sangat mungkin diperoleh atau dikendalikan oleh entitas tertentu pada
masa mendatang sebagai hasil transaksi atau kejadian masa lalu (Marianus Sinaga,
1997)
22

 Pembiayaan yaitu penyediaan dana dan atau tagihan berdasarkan


akad mudaharabah dan atau pembiayaan lainnya berdasarkan prinsip bagi hasil.
 Qardh yaitu penyediaan dana ataru tagiahan antara bank syariah dengan pihak
peminjam yang mewajibkan pihak peminjam melakukan pembayaran sekaligus
atau cicilan dalam jangka waktu tertentu.
 Surat berharga syariah yaitu surat bukti berinvestasi berdasarkan prinsip syariah
yang lazim diperdagangkan dipasar uang dan atau pasar modal antara lain wesel,
obligasi syariah, sertifikasi reksadana syariah dan surat berharga lainnya
berdasarkan prinsip syariah.
 Penempatan yaitu penanaman dana bank syariah pada bank syariah lainnya dan
atau bank perkreditan rakyat berdasarkan prinsisp syariah antara lain dalam bentuk
giro dan atau tabungan wadiah, deposito berjangka dan atau tabungan muharabah,
pembiayaan yang diberikan, sertifikat investasi mudharabah antar bank (IMA)
dan atau bentuk-bentuk penempatan lainnya berdasarkan prinsip syariah.
 Piutang yaitu tagihan yang timbul dari transaksi jual beli dan atau sewa
berdasarkan akad murabahan, salam, istishna dan atau ijarah.
 Penyertaan modal yaitu penanaman dana bank syariah dalam bentuk saham pada
perusahaan yang bergerak dibidang keuangan syariah termasuk peneneman dalam
bentuk surat utang konversi(convertible bonds) dengan opsi saham (equity
options) atau jensitransakasi tertentu berdasarkan prinsisp syariah yang berakibat
bank syariah memiliki atau akan memiliki saham pada perusahaan yang bergerak
dibidang keuangan syariah.
 Transaksi rekening administrasi yaitu komitmen dan kontijensi (off balance sheet)
berdasarkan prinsip syariah yang terdiri atas bank garansi, akseptasi
(endorsemen), irrevocable letter of credit (L/C)  dan garansi lain berdasarkan
prinsip syariah.
 Penyertaan modal sementara yaitu penyertaan modal bank syariah dalam
perusahaan nasabah untuk mengatasi kegagalan pembiayaan dan atau piutang
(debt to equity swap) sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia
yang berlaku termasuk dalam bentuk surat utang konversi (convertible bonds)
dengan opsi saham (equity options) atau jenis transaksi tertentu yang berakibat
bank syariah memiliki atau akan memiliki saham pada perusahaan nasabah..
23

 Sertifikasi Wadiah Bank Indonesia (SWBI) yaitu sertifikat yang diterbitkan oleh
Bank Indonesia sebagai bukti penitipan dana berjangka pendek dengan
prinsip wadiah.

D. Laporan Komitmen & Kontigensi


Akuntansi keperilakuan (behavioral accounting) merupakan bidang yang sangat
luas. Untuk lebih memahami implikasi riset akuntansi keperilakuan (behavioral
accounting research/BAR) terhadap pengembangan akuntansi manajemen (managerial
accounting), kajian akan dimulai dari perkembangan akuntansi keperilakuan, akuntansi
manajemen, riset akuntansi keperilakuan dalam akuntansi manajemen,
seperti budgeting, balanced scorecard  (BSC), just in time (JIT), total quality
management, dan activity based costing system (ABC system).

Akuntansi Keperilakuan dan Perkembangannya


Ikhsan (2005) menyatakan bahwa tujuan ilmu keperilakuan adalah untuk
memahami, menjelaskan, dan memprediksi perilaku manusia sampai pada generalisasi
yang ditetapkan mengenai perilaku manusia yang didukung oleh empiris yang
dikumpulkan secara impersonal melalui prosedur yang terbuka, baik untuk peninjauan
maupun replikasi dan dapat diverifikasi oleh ilmuwan lainnya yang tertarik. Selanjutnya
Ikhsan (2005) menjelaskan bahwa akuntansi keperilakuan menyediakan suatu kerangka
yang disusun berdasarkan teknik yang bertujuan (1) untuk memahami dan mengukur
dampak proses bisnis terhadap orang-orang dan kinerja perusahaan, (2) untuk mengukur
dan melaporkan perilaku serta pendapat yang relevan terhadap perencanaan strategis,
dan (3) untuk mempengaruhi pendapat dan perilaku guna memastikan keberhasilan
implementasi kebijakan perusahaan. Awal perkembangan riset keperilakuan ini telah
dikaji dalam studi yang dilakukan Lord (1989). Lord mengkaji perkembangan riset
akuntansi keperilakuan (behavioral accounting research) dari tahun 1952 sampai
dengan tahun 1981. Lord (1989) mengelompokkan perkembangan hasil penelitian yang
berkaitan dengan bidang riset akuntansi keperilakuan menjadi enam fokus penelitian,
antara lain akuntansi dalan konteks organisasi (accounting in an organizational context),
penganggaran (budgeting), pemikiran psikologi (early psychology thoughts),pemrosesan
informasi manusia (human information proccesing), kontingensi teori (contingency
teory),  dan konferensi dan peristiwa (conferences and events).
24

Studi Burgstahler dan Sundem (1989) hampir sama dengan studi Lord (1989),
yaitu mengkaji perkembangan riset keperilakuan tahun 1968-1987. Baik artikel yang
ditulis oleh Lord (1989) maupun Burgstahler dan Sundem (1989) merupakan invited
paper dalam rangka penerbitan pertama jurnal Behavioral Research in Accounting. Hal
itu berawal dari cikal bakal penelitian Argyris (1952) yang pertama kali fokus pada
anggaran hingga akhirnya sekarang berkembang pada bidang lain, seperti auditing,
pajak, dan akuntansi keuangan. Peneliti-peneliti di Indonesia juga tertarik dengan riset
akuntansi keperilakuan. Bidang riset keperilakuan juga menjadi pusat perhatian dalam
ajang seminar nasional akuntansi (SNA) di Indonesia yang diselenggarakan setiap tahun
oleh IAIKAPd yaitu Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) bekerja sama dengan
Kompartemen Akuntan Pendidik (KAPd). Topik bahasan hasil-hasil studi dalam
seminar ini dibagi menjadi lima, yaitu akuntansi keuangan dan pasar modal; akuntansi
manajemen dan keperilakuan; akuntansi sektor publik dan perpajakan; sistem
informasi, auditing, dan etika; dan pendidikan akuntansi dan akuntansi syariah. Hasil
penelitian di bidang akuntansi manajemen dijadikan satu pembahasan dengan akuntansi
keperilakuan karena kedua bidang ini sama-sama membahas tentang manusia.

Akuntansi Manajemen
Akuntansi manajemen adalah bagian dari akuntansi yang bertujuan membantu
manajer untuk menjalankan tiga fungsi pokoknya, yaitu perencanaan, pengendalian, dan
pengambilan keputusan. Kehadiran akuntansi manajemen atau sistem informasi
manajemen dalam perusahaan merupakan suatu sistem yang akan memberikan
informasi kepada manajemen untuk membantu pihak-pihak internal untuk mencapai
tujuan organisasinya.
Artikel terbaru mengenai akuntansi manajemen ditulis oleh Birnberg G. Jacod
(2000) yang membahas tentang peranan riset keperilakuan dalam pendidikan akuntansi
manajemen pada abad ke dua puluh satu. Birnberg menjelaskan bahwa materi akuntansi
manajemen dalam tiga periode setelah Perang Dunia Kedua berakhir meliputi periode
akuntansi biaya (the cost-accounting period), periode akuntansi manajemen modern (the
modern management accounting period), periode akuntansi manajemen postmodern
(The post-modern management accounting period). Fokus terbaru dalam akuntansi
manajemen seperti dijelaskan oleh Hansen dan Mowen (2005) adalah activity based
perspective, total quality management, time as competitive element, efficiency dan E-
business. management, customer orientation, cross-functional
25

Akuntansi manajemen sangat erat berkaitan dengan manusia. Kajian atau studi di
bidang akuntansi manajemen mendapat perhatian bagi riset akuntansi di bidang
keperilakuan. Kegagalan dalam hal pencapaian kinerja sebenarnya akibat dari aspek
keperilakuan.

Riset Akuntansi Keperilakuan dalam Akuntansi Manajemen Budgeting


Budgeting merupakan bagian dari materi akuntansi manajemen, yang memegang
peranan dalam perencanaan dan pengendalian sebagai dua bagian yang tak terpisahkan.
Perencanan berarti melihat ke depan, yang mengandung pengertian yaitu menentukan
tidakan-tindakan apa yang harus dilakukan untuk merealisasikan tujuan tertentu.
Sebaliknya, pengendalian adalah melihat ke belakang yang berarti menilai apa yang
telah dihasilkan dan membandingkan dengan rencana yang telah disusun (Hansen &
Mowen, 2005). Adapun tujuan anggaran adalah memberikan informasi yang dapat
meningkatkan kualitas pengambilan keputusan, sebagai standar bagi evaluasi kinerja
dan meningkatkan komunikasi dan koordinasi antarbagian. Anggaran yang disusun
berupa anggaran operasi (seperti anggaran penjualan, produksi, pembelian bahan, tenaga
kerja, overhead, beban penjualan dan administrasi, persediaan akhir, serta harga pokok
penjualan) dan anggaran keuangan [seperti anggaran arus kas, neraca, dan pengeluaran
modal].anggaran digunakan untuk mengontrol kinerja pekerja, yang paling sederhana
meliputi empat langkah berikut :
1. Penetapan standar oleh manajemen
2. Penetapan standar oleh kelompok yang dikontrol
3. Kinerja operasi
4. Pelaporan hasil dengan ganjaran positif.
Beberapa hasil penelitian akuntansi keperilakuan terbaru dalam bidang akuntansi
manajemen di Indonesia telah diseminarkan dalam Seminar Nasional Akuntansi (SNA).
Rahman dkk. (2007) meneliti pengaruh sistem pengukuran kinerja terhadap kejelasan
peran, pemberdayaan, psikologis, dan kinerja manajerial dengan pendekatan partial
least square. Cahyono dkk. (2007) meneliti pengaruh moderasi sistem pengendalian
manajemen dan inovasi terhadap kinerja. Wijayantoro dkk. (2007) meneliti hubungan
antara sistem pengendalian manajemen dengan perilaku disfunctional: budaya nasional
sebagai variabel moderating (penelitian para manajer perusahaan manufaktur di Jawa
Tengah). Yufaningrum dkk. (2005) menganalisis pengaruh partisipasi anggaran
terhadap kinerja manajerial melalui komitmen tujuan anggaran dan job relevant
26

information  (JRI) sebagai variabel intervening. Sumarno (2005) meneliti pengaruh


komitmen organisasi dan gaya kepemimpinan terhadap hubungan antara partisipasi
anggaran dan kinerja manajerial.

Implikasi Riset Akuntansi Keperilakuan, Terhadap Pengembangan Akuntansi


Manajemen
Melalui riset akuntansi keperilakuan, teori-teori, konsep, dan isu-isu terbaru
dalam akuntansi manajemen dapat diuji secara empiris mengenai manfaat teori-teori
baru tersebut terhadap peningkatan kinerja dalam pengambilan keputusan strategik.
Dengan adanya hasil riset empiris dalam akuntansi manajemen ini dapat membantu
pengembangan akuntansi manajemen. Pihak manajemen menjadi yakin terhadap
konsep-konsep yang baru dikembangkan tersebut akan membantu dalam fungsi pokok
manajemen perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan. Isu – isu terbaru
dalam akuntansi manajemen, seperti activity based management, customer orientation,
cross-functional perspective, total quality management, time as competitive element,
efficiency dan E-business, ABC system, dan balanced scorecard ikut memperkaya hasil
penelitian di bidang riset keperilakuan.
Antara akuntansi manajemen dan riset akuntansi keperilakuan ada keterkaitan
karena kesuksesan dalam menghasilkan informasi akuntansi manajemen sangat
tergantung pada faktor manusia dalam berperilaku. Riset akuntansi keperilakuan
pertama kali berkembang dari bidang akuntansi manajemen, yaitu bidang yang dibahas
adalah budgeting. Akuntansi manajemen dapat dikatakan memberikan kontribusi yang
besar dalam riset akuntansi keperilakuan. Bidang akuntansi manajemen sangat berkaitan
dengan perilaku manajer dan seluruh staf organisasi. Tercapainya visi perusahaan
sangatlah tergantung pada kerja sama antara berbagai pihak, baik dari pihak internal
perusahaan maupun kerja sama yang baik dengan pihak ekstrnal perusahaan.

E. Rasio Keuangan
Analisis rasio keuangan bank merupakan suatu alat atau cara yang palingumum
digunakan dalam membuat analisis laporan keuangan. Analisis rasiomenggambarkan
hubungan matematis antara suatu jumlah dengan jumlah lainnya.Karena
penginterprestasikan terhadap rasio – rasio ini cukup kompleks, makakeefektifan rasio
keuangan ini sebagai suatu alat analisis sangat tergantung dankemampuan dan keahlian
27

analisis dalam menginterprestasikannya. Berikutbeberapa analisis rasio keuangan yang


digunakan dalam suatu bank, yaitu sebagaiberikut :
 Cash Ratio adalah : Rasio alat likuid terhadap dana pihak ketiga yang dihimpun
bank yang harus segera dibayar. Rasio ini digunakan untukmengukur kemampuan
bank dalam membayar kembali simpanan nasabahpada saat ditari dengan
menggunkaan alat likuid yang dimilikinya. Menurutketentuan Bank Indonesia, alat
likuid terdiri atas uang kas ditambah denganrekening giro bank yang disimpan
pada Bank Indonesia. Semakin tinggi rasiomi semakin tinggi pula kemampuan
likuiditas bank yang bersangkutan, namundalam praktik akan mempengaruhi
produktifitasnya.
 Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah : Rasio antara seluruh jumlah kredit yang
diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. Rasio ini menunjukkansalah
satu penilaian likuiditas bank. Semakin tinggi rasio tersebut memberikanindikasi
semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan.Hal mi
disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayaikredit menjadi
semakin besar.
 Return on Assets (ROA ) adaiah Rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan secarakeseluruhan.
Semakin besar ROA bank, semakin besar pula tingkatkeuntungan yang dicapai
bank tersebut dan semakin baik pula posisi banktersebut dan segi penggunaan
asset.
 Return on Equity ( ROE) adalah : Perbandingan antara laba bersih bank dengan
ROE modal sendiri. Rasio mi banyak diamati oleh para pemegangsaham bank
serta para investor di pasar modal yang ingin membeli sahambank yang
bersangkutan. Kenaikan dalam rasio mi berarti terjadi kenaikanlaba bersih dan
bank yang bersangkutan. Selanjutnya, kenaikan tersebut akanmenyebabkan
kenaikan harga saham bank.
 Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah Rasio yang memperlihatkan seberapa jauh
seluruh aktiva bank yang mengandung resiko (kredit, penyertaan,, suratberharga,
tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dan dana modal sendiri bank,disamping
memperoleh dana – dana dan sumber – sumber di luar bank, sepertidana
masyarakat, pinjaman, dan lain – lain. Rasio ini merupakan indicatorterhadap
28

kemampuan bank untuk menutupi penurunan aktivanya sebagaiakibat dan


kerugian – kerugian bank yang disebabkan oleh aktiva yang berisiko.
 Debt to Equity Ratio ( DER) adalah Rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan bank dalam menutup sebagian atau seluruh utang – utangnya,baik
jangka panjang maupun jangka pendek. Dengan dana yang berasal darimodal bank
sendiri.

F. Rasio Profitabilitas
Rasio Profitabilitas adalah analisis yang dilakukan terhadap kemampuanBank
dalam memenuhi perolehan laba. Keuntungan sudah menjadi tujuan utamadan setiap
perusahaan, dan keuntungan tersebut modal akan bertambah yang padagilirannya akan
meningkatkan kemampuan bank dalam melaksanakan operasinya.Keuntungan yang
diperoleh selain ditentukan oleh kecakapan dan keterampilanpimpinan bank, juga tidak
lepas dan kepercayaan para pemegang saham danmasyarakat yang menyimpan uangnya
berupa giro, tabungan, maupun deposito.Untuk memupuk kepercayaan masyarakat yang
menyimpan dananya, bankdituntut untuk memelihara alat-alat likuid yang cukup besar
tanpa menghilangkan kesempatan untuk memperoleh laba optimal.
Keuntungan yang rendah merupakan hambatan bagi pertumbuhan bank danjuga
dapat menurunkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap bank dansebaliknya. Dalam
analisis mi dicani hubungan timbal balik dengan pos – posyang ada pada laporan laba /
rugi bank dengan pos pada neraca bank gunamemperoleh berbagai indikasi yang
bermanfaat dalam mengukur tingkat efisiensidan profitabilitas bank yang bersangkutan.
Analisis Rasio Profitabilitas suatu bankantara lain adalah Return on Assets, Return on
Equity, Rasio biaya operasional, dan Net profit margin. Berikut mi adalah pengertian
dan rumus rasionya :
Return on assets adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuanmanajemen
Bank dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan. Semakinbesar ROA suatu
Bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai Bank tersebut semakin baik
pula posisi Bank tersebut dan penggunaan asset. Rasio ini
dapat dirumuskan sebagai berikut:
ROA =  Laba Bersih x 100 %
Return on Equity adalah rasio ini merupakan perbandingan antara lababersih suatu
Bank dengan modal sendiri. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
ROE = Laba Bersih x 100 %
29

Biaya operasional adalah rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan
kemampuan Bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya.
BOPO = Beban operacional x 100 %
Rasio Net Profit Margin adalah Rasio yang menggambarkan tingkatkeuntungan yang
diperoleh Bank disbanding dengan pendapatan yang diterimadari kegiatan
operasionalnya. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
NPM =  Laba Bersih x 100 %

2.13 Keseimbangan Neraca


Neraca merupakan salah satu unsur laporan keuangan yang sangat krusial.
Normalnya, laporan neraca saldo haruslah seimbang, dimana jumlah sisi debit sama
dengan jumlah sisi kredit. Jika terjadi ketidak seimbangan/tidak balance, bisa
dipastikan ada kesalahan dalam laporan neraca tersebut. Karena itu dalam pencatatan
transaksi, posting ke buku besar, serta menghitung saldo harus dilakukan dengan
sangat teliti.
Mengetahui penyebab kesalahan yang mengakibatkan laporan neraca tidak
balance harus segera dilakukan. Jika neraca saldo tidak seimbang, maka akan
menghambat proses akuntansi berikutnya, hingga ditemukan kesalahan dan dilakukan
koreksi kesalahan.
Penyebab Laporan Neraca Tidak Seimbang
1. Kesalahan saat menyusun neraca saldo :
a. Kesalahan dalam menjumlahkan salah satu sisi neraca saldo
b. Jumlah saldo perkiraan salah dimana ditulis dalam neraca saldo
c. Saldo debet perkiraan dicatat pada saldo kredit, begitu juga sebaliknya
2. Kesalahan menghitung saldo perkiraan :
a. Kesalahan menghitung saldo perkiraan
b. Salah memasukkan saldo ke dalam kolom saldo
3. Kesalahan dalam memposting transaksi ke buku besar :
a. Kesalahan jumlah yang dibukukan
b. Jurnal debet dibukukan ke kredit, dan sebaliknya
c. Lalai dalam membukukan jurnal
30

Langkah – Langkah Yang Dilakukan Jika Laporan Neraca Tidak Seimbang


1) Jika terjadi kesalahan dalam jumlah satuan Rp10.000,00, Rp100.000,00 atau
Rp1.000.000, maka harus menghitung lagi sisi debit dan kredit dari neraca saldo
dan menjumlahkan kembali saldo dari perkiraan.
2) Jika kesalahannya adalah salah menuliskan pada kolom debit atau kredit, maka
selisih antara debit dan kredit dibagi dua, cek neraca saldo untuk mengetahui
apakah ada transaksi dengan jumlah yang sama dengan setengah dari selisih.
3) Jika selisih dapat dibagi sembilan, lakukan pemeriksaan pada saldo perkiraan pada
neraca saldo apakah ada saldo yang salah tulis dari saldo buku besar, kesalahan
yang umum terjadi  dalam penulisan jumlah. Misalnya jumlah Rp. 215.000, ditulis
Rp. 251.000
4) Apabila selisih tidak dapat dibagi dua atau sembilan, periksa saldo pada neraca
saldo dengan semua saldo pada buku besar.

Jika Laporan Neraca Masih Juga Belum Seimbang


Jika langkah-langkah diatas masih belum berhasil menemukan adanya kesalahan,
maka tahap yang dilakukan adalah :
1) Menguji akurasi dari total neraca saldo dengan menjumlahkan kembali kolom-
kolomnya
2) Membandingkan saldo perkiraan yang terdapat neraca saldo dengan saldo dalam
buku besar dan memastikan tidak ada perkiraan yang terlewat
3) Menghitung kembali saldo masing-masing perkiraan dalam buku besar
4) Menelusuri kembali posting dari jurnal ke buku besar
5) Melakukan pengujian kesamaan jumlah debit dan kredit dalam jurnal

Tindakan Pencegahan
Adapun tindakan pencegahan yang dilakukan untuk menghindari kesalahan-kesalahan
tersebut adalah dengan :
a. Menganalisa elemen-elemen yang mempengaruhi transaksi, seperti aktiva,
hutang, modal, pendapatan dan biaya.
b. Menganalisa pengaruh transaksi pada elemen terkait, apakah transaksi akan
menambah atau mengurangi elemen tersebut.
c. Menganalisa pendebitan dan pengkreditan yang dilakukan, apakah tambahan pada
elemen tertentu harus dicatat pada sisi debit ataukah pada sisi kredit.
31

d. Menguji kebenaran posting yang dilakukan, dengan membandingkan angka-


angka pada jurnal dengan yang tercantum pada rekening.
e. Menguji ulang kesamaan antara keseluruhan jumlah debit dengan keseluruhan
jumlah kredit dalam jurnal.
f. Menyusun daftar rekening pada neraca saldo secara urut sesuai dengan nomor
tiap-tiap rekening
g. Memeriksa posisi angka khususnya tanda titik yang memisahkan posisi ribuan,
jutaan, milyaran dan seterusnya serta tanda koma yang menunjukkan pecahan
desimal, sehingga tidak terjadi salah meletakkan tanda tersebut.

Menghitung saldo setiap rekening dalam satu periode akuntansi memang tidak mudah.
Terlebih jika ditemukan neraca yang tidak balance. Hal tersebut tidak akan terjadi jika Anda
menggunakan software akuntansi, seperti Zahir Accounting. Zahir Accounting akan secara
otomatis menyusun jurnal transaksi dari data transaksi dan selanjutnya Anda dapat memilih
menu untuk menampilkan laporan keuangan yang dibutuhkan.
Contoh Neraca Bank
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Manajemen Aset didefinisikan menjadi sebuah proses pengelolaan segala


sesuatu baik berwujud dan tidak berwujud yang memiliki nilai ekonomik, dan mampu
mendorong tercapainya tujuan dari individu dan organisasi. Sedangkan Manajemen
Liabilitas yaitu kemampuan bank dalam menyediakan dana yang cukup untuk
memenuhi semua kewajibannya maupun komitmen yang telah dikeluarkan kepada
nasabah. Risiko-risiko ALMA dalam suatu bank pada umumnya berupa Financing
risk, Liquidity risk, Pricing risk, Foreign exchange risk, Gap risk, dan Kontinjen risk.
Likuiditas ialah kemampuan manajemen bank dalam menyediakan dana yang
cukup utuk memenuhi kewajibanya setiap saat.dalam kewajiban di atas termasuk
penarikan yang tidak dapat diduga seperti commitment loan maupun penarikan
penarikan tidak terduga lainya.

3.2 Saran
Setiap Bank harus mampu mengelola kegiatannya karena akan sangat
menentukan kelangsungan hidup dan pertumbuhan bank tersebut. Sehingga diperlukan
tenaga-tenaga yang terampil, handal, jujur dan profesional di semua lini, tenaga-
tenaga yang kritis dan kreatif serta tanggap terhadap perubahan lingkungan. ALMA
(Asset & Liability Management) dapat diartikan dengan pengelolaan sumber dan
penggunaan dana bank yang saat ini menjadi salah satu titik sentral perhatian
manajemen bank, karena meningkatnya kompleksitas karakteristik asset dan liabilities,
tajamnya persaingan antar bank dan ketidakpastian perekonomian. Dengan
ketidakpastian usaha maka mendorong manajemen bank melakukan pendekatan yang
bertitik berat pada interaksi antara sisi Asset & Liability.

32
DAFTAR PUSTAKA

Alsa Iwata Yustra, Tesis “Pengaruh Kualitas Asset dan Liabilitas Terhadap Kinerja
Perbankan Syariah. UNDIP, Semarang, 2004
Arifin, Zainul. 2006. Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah. Jakarta : Pustaka Alvabet
Kuncoro Suhardjono, Mudrajad.2001.  Manajemen Perbankan Teori dan Aplikasi.
Yogyakarta : BPFE
Muhammad .2005.Manajemen Dana Bank Syariah. Yogyakarta: Ekonisia
Syafi’i Antonio, Muhmmad. 2001. Bank Syariah dari Teori ke Praktek. Jakarta : Gema Insani
Syatiri,Ahmad. Jurnal .Assets-Liabilities Management tingkat Profitabilitas & Likuiditas
Bank Syariah dan Bank Konvensional. Universitas Sriwijaya. Palembang
https://www.google.com/amp/s/sithobil.wordpress.com/2012/10/28/manajemen-aset-dan-
liabilitas/amp/
https://deipoonx.blogspot.com/2012/06/pengertian-umum-assets-and-

33

Anda mungkin juga menyukai