Anda di halaman 1dari 46

MANAJEMEN PERBANKAN

Dosen Pengampu :I Komang Oka Permadi,SE.,MM


MANAJEMEN ASET DAN LIABILITAS (ALMA)

Oleh:

Evi Purnama Sari (04/1902612010314 SDM Siang A

I Komang Artha Jaya ) SDM Siang A

Ni Kadek Mony Ryandani (06/1902612010316 SDM Siang A

I Kadek Krisna Putra ) SDM Siang A

(15/1902612010331

(14/1902612010329

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan Kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena

berkat tuntunan dan karunia-Nya yang telah memberi penulis kesempatan waktu,

kekuatan, serta kesehatan sehingga penulisan tugas yang berjudul “Manajemen

Aset dan Liabilitas (Alma)” dapat terselesaikan.

Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen

Perbankan. Selain itu, makalah ini juga dapat menambah wawasan kita tentang

Manajemen Perbanka. Banyak pihak yang telah membantu dalam proses

penyelesaian makalah ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih

kepada bapak I Komang Oka Permadi,SE.,MM selaku dosen mata kuliah

Manajemen Perbankan yang telah memberikan tugas ini sekaligus membimbing

kami dalam membuatnya. Kami menyadari, bahwa makalah ini masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang

membangun demi memperbaiki makalah ini. Kami juga berharap laporan ini dapat

bermanfaat bagi siapa pun yang membacanya.

Penulis sangat berharap semoga tugas ini dapat memberi manfaat bagi kita

semua, baik bagi penulis pribadi maupun bagi para pembaca. Akhir kata dengan

segala kerendahan hati penulis ucapkan banyak terima kasih.

Denpasar, 19 September 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Sampul .............................................................................................. i

Kata Pengantar ................................................................................................. ii

Daftar Isi ........................................................................................................... iii

Daftar Tabel....................................................................................................... iv

BAB 1. PENDAHULUAN ............................................................................... 01

1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 01

1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 02

1.3 Tujuan......................................................................................................... 03

1.4 Manfaat....................................................................................................... 03

BAB 2. PEMBAHASAN................................................................................... 04

2.1 Fungsi-fungsi ALMA dan resiko yang terkait........................................... 04

2.2 Manajemen likuiditas................................................................................. 06

2.3 Manajemen gap (Mismatch) ..................................................................... 15

2.4 Manajemen valuta asing............................................................................. 23

2.5 Manajemen Pricing.................................................................................... 32

BAB 3. PENUTUP............................................................................................. 39

3.1 Kesimpulan................................................................................................ 39

3.2 Saran........................................................................................................... 40

DAFTAR PUSTAKA

iii
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 8.1 Klasifikasi Angka Basic Surplus …………………………………… 10

Tabel 8.2 Perhitungan Basic Surplus ………………………………………….. 10

Tabel 8.3 Perhitungan Rasio Likuiditas ……………………………………….. 13

Tabel 8.4 Weighted Maturiy Schedule ………………………………………… 14

Tabel 8.5 Pengaruh Posisi Gap terhadap NIM ………………………………… 16

NERACA BANK "ABC" per Desember 1996 dan 1995 (dalam jutaan rupiah)..18

Tabel 8. 6 Interest Marurity Ladder……………………………………………...19

Tabel 8.7 Posisi Devisa Neto ……………………………………………………29

Tabel 8,8 Posisi PDN ……………………………………………………………30

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kedua Sisi neraca bank, yaitu Sisi pasiva yang sumber dana dan Sisi

aktiva yang posisi penggunaan dana, harus dikelola diperoleh keuntungan

yang maksimal. perbankan disebut atau lebih dikenal dengan ALMA (Asset

and Liabiliry Management), yaitu suatu usaha untuk rnengop_ timumkan

struktur neraca bank sedemikian rupa agar diperoleh laba yang maksimal dan

sekaligus membatasi risiko menjadi sekecil mungkin, khususnya risiko-risiko

di luar kredit. Dalam kondisi persaingan antarbank yang semakin ketat, bank-

bank akan semakin sulit melakukan prediksi apa yang akan terjadi, sehmgga

tingkat risiko yang dihadapi juga semakin memngkat ALMA sebagai suatu

proses manajemen bank akan menjadi sangat penting peranannya untuk

mengendalikan jalannya operasional bank. Dalam mempelajari ALMA

terdapat beberapa kategori risiko, yaitu sebagai berikut: risiko di bidang

kredit, risiko di bidang likuiditas, risiko di bidang tingkat suku bunga, risiko di

bidang nilai tukar valuta asing dan risiko di bidang kontinjen.

Agar risiko-risiko di atas dapat diminimalkan, diperlukan kerangka proses

ALMA yang dirancang sedemikian rupa sehingga dapat memaksimumkan

keuntungan sekaligus membatasi risiko aset dan liabilitas dengan mematuhi

ketentuan kebijakan moneter dan pengawasan bank. ALMA yang kuat akan

memberikan landasan yang jelas meliputi strategi, manajemen, penunjang, dan

pelaksanaan pengembangan usaha bank.

1
Kernudian untuk melaksanakan ALMA perlu dibentuk organisasi ALMA

pada suatu bank. Organisasi ALMA pada umurnnya terdiri dari ALCO dan

ASG. Dalam organisasi tersebut ditetapkan tanggung jawab ALCO, yaitu

menetapkan tujuan, membuat keputusan ALMA. memantau kegiatan dan

menelaah hasil kebijakan ALMA. Sedangkan tanggung Jawab ASG adalah

dmengumpulkan data internal dan eksternal, menyusun analisis,

mengembangkan strategi dan scenario, membuat laporan mengajukan saran-

saran untuk rapat ALCO dan memantau hasil pelaksanaanya.

Proses pembuatan kebijakan ALMA dilakukan oleh Direksi bank sebagai

anggota ALCO bersama-sama dengan anggota ALCO lainnya. Kebijakan

harus dibuat secara tertulis meliputi seluruh bidang ALMA (likuiditas, gap,

valuta asing dan pricing), Kebijakan dimaksud antara lain berupa penetapan

besarnya limit dan target setiap bidang, rasio, strategi pendanaan dan

penanaman dana, struktur neraca, kebijakan harga (pricing), kebutuhan

kecukupan modal (capital adequacy), kewenangan, dan pendelegasian

membuat keputusan. Setiap kebijakan yang sudah diputuskan, selanjutnya

oleh sekretaris ALCO akan disampaikan ke seluruh unit kerja yang terkait

dengan keputusan tersebut secara tertulis untuk dilaksanakan dan dipantau

pelaksanaannya setiap saat, dan pada waktu-waktu tertentu ketetapan tersebut

perlu direvisi sesuai dengan perkembangan keadaan ekonomi.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana fungsi-fungsi ALMA dan resiko yang terkait?

2. Bagaimana manajemen likuiditas?

3. Bagaimana manajemen gap (Mismatch)?

2
4. Bagaimana manajemen valuta asing?

5. Bagaimana manajemen pricing?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui fungsi-fungsi ALMA dan resiko yang terkait

2. Untuk mengetahui manajemen likuiditas

3. Untuk mengetahui manajemen gap (Mismatch)

4. Untuk mengetahui manajemen valuta asing

5. Untuk mengetahui manajemen pricing

1.4 Manfaat

Penulis mengharapkan dengan selesainya materi manajemen aset dan

liabilitas (ALMA) ini, pembaca akan memahami garis besar manajemen bank

yang ditetapkan pada pengelolaan asset dan liabilitas (ALMA). Dengan materi

yang penulis rangkum ini untuk lebih memudahkan dan mehami bidan tugas

ALMA, dalam pembahasan yang dijelaskan fungsi-fungsi utama yang terdapat

dalam ALMA, yang meliputi: fungsi-fungsi ALMA dan resiko yang terkait,

manajemen likuiditas, manajemen gap (Mismatch), manajemen valuta asing

dan manajemen pricing.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Fungsi-fungsi ALMA dan resiko yang terkait

ALMA (Asset and Liabiliry Management), yaitu suatu usaha untuk

rnengoptimumkan struktur neraca bank sedemikian rupa agar diperoleh laba yang

maksimal dan sekaligus membatasi risiko menjadi sekecil mungkin, khususnya

risiko-risiko di luar kredit. Dalam kondisi persaingan antarbank yang semakin

ketat, bank-bank akan semakin sulit melakukan prediksi apa yang akan terjadi,

sehingga tingkat risiko yang dihadapi juga semakin memngkat ALMA sebagai

suatu proses manajemen bank akan menjadi sangat penting peranannya untuk

mengendalikan jalannya operasional bank.

Dalam mempelajari ALMA terdapat beberapa kategori risiko, yaitu sebagai

berikut:

a. Risiko di bidang kredit, misalnya debitur tidak memenuhi kewajibannya tepat

pada waktunya (kelambatan angsuran atau pelunasan) atau lalai membayar

pokok dan bunga. Risiko kredit yang besar dan berkepanjangan dapat

menimbulkan risiko likuiditas,

b. Risiko di bidang likuiditas, yaitu risiko bank tidak dapat membayar

kewajiban pada waktunya atau hanya dapat membayar dengan melakukan

pinjaman darurat (mungkin dengan bunga yang tinggi) atau menjual aktiva

(mungkin dengan harga yang lebih rendah).

4
c. Risiko di bidang tingkat suku bunga, yaitu risiko keruglan sebagai akibat

perubahan tingkat suku bunga apakah dalam bentuk menurunnya margin dari

penanaman dana atau kerugian sebagai akibat menurunnya nilai aktiva.

d. Risiko di bidang nilai tukar valuta asing, yaitu risiko kerugian sebagai akibat

perubahan tingkat kurs terhadap kondisi sumber dan penempatan dana valuta

asing yang tidak seirnbang/sebanding (open position).

e. Risiko di bidang kontinjen, yaitu risiko yang timbul sebagai akibat transaksi

kontinjen, misalnya pembukaan L/C, bank garansi, dan kontrak jual beli

valuta asing (valas).

Agar risiko-risiko di atas dapat diminimalkan, diperlukan kerangka proses

ALMA yang dirancang sedemikian rupa sehingga dapat memaksimumkan

keuntungan sekaligus membatasi risiko aset dan liabilitas dengan mematuhi

ketentuan kebijakan moneter dan pengawasan bank. ALMA yang kuat akan

memberikan landasan yang jelas meliputi strategi, manajemen, penunjang, dan

pelaksanaan pengembangan usaha bank. Oleh karena itu perlu dibentuk semacam

kerangka ALMA dengan uraian sebagai berikut:

a. Adanya penetapan kebijakan dan strategi ALMA Oleh organisasi yang

memiliki kewenangan formal dan personel yang profesional.

b. Adanya tujuan/arah bagi manajemen dan petugas pelaksana dalam proses

pelaksanaan tugas dengan cara menetapkan standar-standar tertentu.

c. Adanya pengurnpulan data internal dan eksternal yang dapat menjamin

bahwa data yang terkumpul tersebut sudah cukup untuk menunjang keputusan

ALMA baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang.

5
d. Adanya analisis yang mengembangkan skenario untuk menguji berbagai

alternatif strategi AIMA sebelum keputusan diambil serta petugas yang

memantau efektivitas pelaksanaan keputusan tersebut.

e. Adanya manajemen likuiditas yang mampu mengelola dana dengan baik pada

suatu tingkat bunga yang wajar, agar dapat memenuhi setiap kewajiban dan

memanfaatkan kesempatan baru.

f. Adanya manajemn gap yang bertujuan untuk memaksimalkan pendapatan dan

memperkecil resiko, yang dihubungkan dengan besarnya gap/mismatch.

g. Adanya manajemen valuta asing yang mengelola gap tiap-tiap mata uang dan

antar mata uang dalam pembukuan bank untuk menghasilkan keuntungan

maksimum dalam batas-batas resiko tertentu.

h. Adanya manajemen pricing yang menjamin bahwa strategi penetapan tingkat

bunga dapat menunjang proses pelaksanaa manajemen gpa, likuiditas dan

manajemen valuta asing untuk memaksimalkan keuntungan.

2.2 Manajemen Likuiditas

Manajemen likuiditas adalah kemampuan manajemen bank dalam

menyediakan dana yang cukup untuk memenuhi semua kewajiban-kewajibannya

maupun komitmen yang telah dikeluarkan kepada nasabahnya setiap saat.

Kewajiban yang timbul dari sisi aktiva, misalnya penyediaan dana bagi penarikan

pinjaman yang telah disetujui atau penarikan atas kelonggaran tarik pinjaman.

Sedangkan kewajiban yang timbul dari sisi pasiva/liabilities, misalnya penyediaan

dana bagi penarikan tabungan dan simpanan lainnya oleh nasabah. Secara

keseluruhan manajemen likuiditas meliputi pengelolaan atas Reserve Requirement

(RR) atau Primary Reserve atau Giro Wajib Minimum (GWM) sesuai ketentuan

6
Bank Indonesia, Secondary Reserve maupun pembahasan tentang seluruh sumber

dan penggunaan dana. Dalam mengelola likuiditas tersebut dituntut untuk

melakukan pekerjaan-pekerjaansebagai berikut:

a. Kemampuan untuk memprediksi kebutuhan dana di waktu mendatang.

b. Mencari sumber-sumber dana untuk mencukupi jumlah yang dibutuhkan.

c. Melakukan penatausahaan dana atau arus dana masuk dan keluar (cash flow).

Pengelolaan likuiditas ditujukan untuk memperkecil risiko likuiditas yang

disebabkan oleh adanya kekurangan dana, sehingga dalam memenuhi

kewajibannya bank tidak perlu harus mencari dana dengan suku bunga yang

relatif tinggi di pasar uang atau bank terpaksa menjual sebagian asetnya dengan

kerugian yang relatif besar yang akan mempengaruhi pendapatan bank. Apabila

keadaan ini terjadi dan terus berlanjut tidak tertutup kemungkinan akan terjadi

erosi kepercayaan masyarakat terhadap bank. Dalam mengelola likuiditas selalu

akan terjadi benturan kepentingan antara keputusan untuk menjaga likuiditas dan

meningkatkan keuntungan. Bank yang terlalu berhati-hati dalam menjaga

likuiditasnya akan cenderung memelihara alat likuid yang relative besar dari yang

diperlukan dengan maksud untuk menghindari risiko kesulitan likuiditas, namun

di sisi lain bank tersebut juga dihadapkan kepada biaya yang besar berkaitan

dengan pemeliharaan alat likuid yang berlebihan. Oleh karenanya dalam

manajemen Iikuiditas diperlukan adanya keseimbangan antara dua kepentingan

diatas.

Selanjutnya dalam pengelolaan likuiditas bank ada beberapa risiko yang

mungkin timbul, antara lain sebagai berikut:

a. Risiko pendanaan (funding risk)

7
Risiko ini timbul apabila bank tidak cukup dana untuk memenuhi

kewajibannya. Beberapa hal yang dapat menyebabkan risiko pendanaan adalah

penarikan deposito dan pinjaman dalam jumlah besar yang tidak diduga

sebelumnya, atau jatuh tempo (manirity profile) dari aset maupun liabilities tidak

terdeteksi, dan sebagainya.

b. Risiko bunga (interest risk)

Adanya berbagai variasi tingkat suku bunga dalam aset maupun liabilities

dapat menimbulkan ketidakpastian tingkat keuntungan yang akan diperoleh.

Beberapa Alat Ukur Likuiditas Bank

Dalam konsep ALMA pengukuran likuiditas bank dilakukan baik untuk jangka

pendek maupun jangka panjang. Untuk pengukuran jangka pendek, antara lain

dipergunakan:

a Statutory Reserve Requirement, yang dikenal sebagai Giro Wajib

Minimum (GWM), yakni :

Saldo giro pada BI


Kewajiban kepada pihak ketiga pada periode 2minggu sebelumnya> 5 %

Untuk memenuhi GWM diperlukan dana minimal sebesar 5% dari dana

pihak ketiga, sedangkan besarnya kas fisik yang diperlukan untuk operasional

sehari-hari diserahkan kepada kebijakan masing-masing bank dan hal ini

tergantung kepada besarnya kas yang benar-benar dibutuhkan oleh bank. Dengan

demikian primary reserve bank akan selalu di atas 5% dari dana píhak ketiga,

yaitu dalam bentuk GWM sebesar 5% ditambah dengan kas fisik yang ada di

brankas

masing-masing cabang.

8
b Basic surplus, yakni pengukuran besarnya likuiditas pada suatu keadaan

tertentu yang diukur dengan rumus:

Basic surplus = aktiva lancar - pasiva lancar

Di dalam menentukan besarnya aktiva lancar dan pasiva lancar dalam

perhitungan atas, seluruh komponen aktiva maupun pasiva dalam neraca bank

terlebih dahulu harus digolongkan berdasarkan sisa waktu jatuh temponya dari

saat pengukuran dilakukan. Dalam hal bank menetapkan batasan jangka pendek

adalah 7 hari, maka yang termasuk ke dalam aktiva lancar maupun pasiva lancar

adalah seluruh komponen aktiva dan pasiva neraca yang akan jatuh tempo dalam

7 hari mendatang. Perlu dikemukakan bahwa dalam melakukan penggolongan

dikenal adanya konsep evergreen dan core deposits. Sebagai contoh dapat

dikemukakan, apabila pinjaman rekening koran secara historis merupakan

Pinjaman evergreen atau pinjaman yang terus menerus diperpanjang walaupun

akan jatuh tempo dalam 7 hari mendatang, tidak digolongkan ke dalam aktiva

lancar. Demikian pula pada siSI pasiva neraca, jumlah tertentu saldo giro dan

tabungan yang menurut pengalaman bank selalu mengendap, dianggap sebagai

core deposits dan tidak digolongkan ke dalam pasiva lancar. Angka basic surplus

positif menunjukkan bahwa penanaman dalam aktiva jangka pendek dibiayai dari

sumber dana jangka panjang, sehingga bank memiliki likuiditas ekstra (liquidity

cushion) (lihat Tabel 8.1). Sebaliknya jika basic surplus negatif menunjukkan

aktiva kurang lancar (jangka panjang) dibiayai oleh sumber dana jangka pendek.

Sedangkan jika basic surplus sama dengan nol maka terjadi matched funding

9
dalam arti penanaman/penempatan dalam aktiva jangka pendek seluruhnya

dibiayai oleh sumber dana jangka pendek pula.

Tabel 8.1.
Klasifikasi Angka Basic Surplus
Angka Basic Penjelasan
Surplus
Positif Penempatan dana jangka pendek didukung dengan sumber
dana jangka panjang
Negatif Penempatan dana jangka Panjang didukung dengan sumber
dana jangka pendek
Nol Penempatan dana jangka pendek didukung dengan sumber
dana jangka pendek

Untuk pos kas dan saldo pada Bank Indonesia tidak seluruhnya

digolongkan ke dalam aktiva lancar , karena jumlah tersebut harus dikurangi

sebesar 5% dari dana pihak ketiga sebagai saldo giro wajib minimum pada Bank

Indonesia.

Tabel 8.2
Perhitungan Basic Surplus
Aktiva Jumlah Porsi lancar Pasiva Jumlah Porsi lancar

Kas dan saldo BI 2.000.000 750.000 Giro 1.000.000 -

Saldo pada bank Iain 3.000.000 3.000.000 Tabungan 2.000.000 -

Penempatan s.d. 7 hr 2.500.000 2.500.000 Deposito 4.000.000 4.000.000

s,d. 7 hr

Kredit 20.000.000 - Simpanan 18.000.000 -

lainnya

Surat berharga s.d. 7 hr 3.500.000 3.500.000 Call money 4.000.000 4.000.000

Surat berharga jnk pjg, 6.000.000 - Obligasi 7.000.000 -

10
Modal 4.000000 -

Jumlah 40.000.000 9,750.000 Jumlah 40.000.000 8.000.000

Catatan: GWM sebesar 5% dari simpanan (25,000.000) = I .250.000, sehingga

Kas dan Giro BI yang dipergunakan dalarn perhitungan aktiva lancar sebesar

750.000.

Dari data neraca tersebut di atas diperoleh basic surplus sebagai berikut:

Basic surplus = aktiva lancar - pasiva lancar

= 9.750.000 - 8.000.000

= 1.750.000 (basic surplus positif)

Selanjutnya untuk mengukur likuiditas jangka panjang (longer term liquidity)

dapat dipergunakan alat ukur antara lain:

a. Rasio Likuiditas (liquidity ratio) yang dlrumuskan sebagai berikut:

Total weighted liabilities


Liquidity Index=
total weighted assets

Alat ini dipergunakan untuk mengukur proyeksi kebutuhan likuiditas

memperhitungkan perkembangan usaha yang diinginkan dalam New

purchasedfunds required yakni proyeksi perubahan aktiva proyeksi perubahan

pasiva pada neraca bank. Sedangkan total funding requirement, adalah jumlah

dana (pasiva) yang dibutuhkan pada tanggal tertentu di masa yang akan datang

untuk membiayai aset. Jika liquidity ratio positif (proyeksi perubahan aktiva lebih

besar dari proyeksi perubahan pasiva) menunjukkan bahwa bank harus mencari

dana di pasar uang untuk menutup proyeksi kekurangan likuiditasnya. Demikian

11
pula sebaliknya bila ratio negatif (proyeksi perubahan aktiva lebih kecil dari

proyeksi perubahan pasiva) berarti ada kelebihan dana untuk ditempatkan. Dari

contoh perhitungan berikut ditunjukkan adanya proyeksi perubahan aktiva lebih

kecil dari proyeksi perubahan pasiva, sehingga menghasilkan angka negatif untuk

new purchased funds required sebesar (500.000)/89.000.000 = (0,00565). Angka-

angka tersebut dapat diperhatikan pada Tabel 8.3 berikut.

a. Indeks Likuiditas (liquidity index), yang dirumuskan sebagai berikut:

Total weighted liabilities


Liquidity Index=
total weighted assets

Alat ini dipergunakan untuk mengukur keadaan likuiditas dengan jangka

waktu yang lebih panjang pada suatu saat tertentu. Sebelum melakukan

perhitungan, komponen aktiva maupun pasiva neraca diklasifikasikan seperti

halnya dalam melakukan perhitungan basic surplus. Perbedaannya pada setiap

diberikan bobot (weight) dengan bobot yang semakin besar untuk penggolongan

yang semakin panjang. Angka indeks kurang dari menunjukkan bahwa bank

secara keseluruhan membiayai aktivanya dana berjangka waktu lebih pendek

(struktur likuiditas yang agresif). angka indeks lebih dari satu (>l) menunjukkan

bahwa bank secara membiayai aktivanya dengan sumber dana berjangka waktu

panjang (struktur yang konservatif). Sedangkan angka indeks sama dengan satu

(=l) menunjukkan keadaan likuiditas yang seimbang (roughly matched book).

memahami penggunaan alat ukur ini dapat diperhatikan pada contoh dalam Tabel

8.4 berikut.

b. Loan 10 Deposit Ratio (LDR) adalah merupakan perbandıngan jumlah pınjaman

yang diberikan dengan simpanan masyarakat, yang dirumuskan sebagai benkut:

12
Pinjaman yang diberikan
LDR=
Dana masyarakat

Sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia tingkat likuiditas bank dianggap

sehat apabila LDR-nya antara 85% - 110%.

Tabel 8.3.
Perhitungan Rasio Likuiditas
Aktiva/Passiva Posisi Proyçksi Proyeksi posisi pada
Sekarang Perubahan 3 bulan kenıudian
selama 3 bulan

AKTİVA

Basic Surplus 1.000.000 (500.000) 500.000


Penempatan pada bank lain 7 hr) 3.000.000 - 3.000.000

Piryaman komersil 12.000.000 1.500.000 13.500.000


Piryaman ınvestasi 50.000.000 6.000.000 56.000.000
Surat berharga Jangka paryang 8.000.000 500.000 8.500.000
Penyertaan 5.000.000 1.000.000 6.000.000
Aktiva lainnya 1.000.000 - 1.000.000

JUMLAH AKTİVA 80.000.000 8.500.000 88.500.000


PASIVA

Basic Surplus - - -
Giro 2.000.000 - 2.000.000

Deposito (3 7 hari ) 10.000.000 2.000,000 12.000.000


Pasiva jangka panjang lainnya 49.000.000 5.000.000 54.000.000
Obligasi 10.000.000 2.000.000 12.000.000
Kewajiban lainnya 8.000.000 - 8.000.000

Modal 1.000.000 - 1.000.000

JUMLAH PASIVA 80.000.000 9.000.000 89.000.000


KEBUTUHAN DANA NETO (500.000) (500.000)

13
Tabel 8.4
Weighted Maturiy Schedule

Periode Liabilities Assets Weight• Weighted Weighted


Liabilities Assets

s.d. 7 hari 5.000.000 7.000.000 5.000.000 7.000.000

> 8 s.d. I 24.000.00 26.000.000 2 48.000.000 52.000.000


bulan 0
> I s.d. 2 21.000.000 18.000.000 3 63.000.000 54.000.000
bulan
> 2 s.d. 3 26.000.000 27.000.000 4 104.000.000 108.000.000
bulan
> 3 s.d. 6 30.000.000 26.000.000 5 150.000.000 130.000.000
bulan
> 6 s.d. 12 36.000.000 32.000.000 6 216.000.000 192.000.000
bulan
> I s.d. 2 tahun 30.000.000 29.000.000 7 210.000.000 203.000.000

> 2 s.d. 5 36.000.000 34.000.000 8 288.000.000 272.000.000


tahun
> 5 tahun 49.000.000 58.000.000 9 441.000.000 522.000.000

TOTAL 257.000.000 257.000.000 1.525.000.000 1.540.000.000

Dari perhitungan tersebut di atas diperoleh angka indeks likuiditas

=1.525.000.000/1.540.000.000= 0,99 (< 1).

Kebutuhan likuiditas setiap bank berbeda-beda tergantung antara lain pada

kekhususan usaha bank, besarnya bank dan sebagainya. Oleh karenanya untuk

menilai cukup tidaknya likuiditas suatu bank dengan menggunakan ukuran-ukuran

tersebut di atas perlu diteiiti apakah bank telah memperhitungkan berbagai aspek

yang berkaitan dengan kewajibannya, seperti misalnya memenuhi commitment

loan, antisipasi atas pemberian jaminan bank yang pada gilirannya akan menjadi

14
kewajiban bagi bank, dan sebagainya. Hasil pengukuran tadi kemudian

dibandingkan dengan target dan limit likuiditas yang telah ditetapkan. Apabila

hasil pengukuran jauh berada di atas target dan limit-nya berarti tidak tertutup

kemungkinan bank akan mengalami kesulitan likuiditas yang pada gilrrannya

akan menimbulkan beban biaya yang besar. Sebaliknya berada di bawah target

dan limitnya, maka dapat dikatakan bahwa bank berlebihan dan ini akan

menimbulkan tekanan terhadap tingginya biaya pemeliharaan kas yang

menganggur (idle money).

Strategi Manajemen Likuiditas

Strategi manajemen likuiditas akan sangat terkait dengan tujuan

penggunaan likuiditas. Namun dalam menetapkan strategi manajemen yang akan

diambil sangat tergantung kepada skill manager likuiditas yang ada, keandalan

dari Management Information System (MIS) yang dimiliki serta perlu

dipertimbangkan kondisi likuiditas pasar dan kebutuhan likuiditas bank baik

dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Faktorfaktor di atas akan menJadi

panduan apakah bank akan mengambil sikap agresif, berhatihati atau konservatif

dalam manajemen likuiditasnya, yang tercermin dari limit dan target likuiditas

yang ditetapkan. Agar strategi manajemen likuiditas menjadi efektif maka

kebijakan likuiditas juga harus dipadukan dengan kebijakan unit operasional

lainnya seperti kebijakan manajemen gap dan pricing. Sebagai ilustrasi bila bank

mengantisipasi bahwa suku bunga pasar akan turun dan bank memutuskan untuk

mengambil gap negatif ini berarti akan berpengaruh kepada berkurangnya

likuiditas bank. Untuk mengatasi hal tersebut dapat dilakukan dengan membuat

perjanjian money market line (yaitu pinjaman siaga untuk mengatasi kesulitan

15
likuiditas) dengan bank-bank lain, terutama untuk mengatasi contingency

liquidity. Jadi kesimpulannya bahwa dalam mengelola likuiditas tantangan yang

dihadapi oleh manager adalah meminimumkan biaya bunga dengan memelihara

iikuiditas pada tingkat yang secukupnya.

2.3 Manajemen Gap (Mismatch)

Manajemen gap adalah upaya-upaya untuk mengelola dan mengendalikan

kesenjangan (gap) antara aset dan liabilities pada suatu penode yang sama,

meliputi kesenjangan dalam hal jumlah dana, suku bunga, saat jatuh tempo

(maturity) atau pemaduan antara ketiganya (kesenjangan tercampur atau mix

mismatch). Atau dengan kata lam manajemen gap adalah upaya untuk mengatasi

perbedaan (mismatch) antara aset yang sensitif terhadap bunga (Rare Sensitive

Assets/RS,4) dan pasiva yang sensitif terhadap bunga (Rate Sensitive

Liabilities/RSL). RSA adalah aktiva berbunga yang bunganya dapat beruhah

setiap saat, contoh surat-surat berharga yang tingkat bunganya mengamhang dan

pmjaman yang bunganya disesuaikan setiap saat (reviewable). RSL adalah pastva

berbunga yang bunganya dapat berubah setiap saat, misalnya deposito benangka.

dana yang bunganya dikaitkan dengan SIBOR/I-IBOR (Singapore Interbank

Offered Rate/l,ondon Interbank Offered Rate). Secara singkat gap (mismatch)

dirumuskan (Koch & MacDonald, 2000: 306):

Gap = RSA - RSL


Posisi gap dapat positif, negatif atau nol. Sedangkan pengaruh-

pengaruhnya dapat digambarkan dalam Tabel 8.5 bertkut ini.

Tabel 8.5.
Pengaruh Posisi Gap terhadap NIM
Posisi Gap Kondisi suku bunga naik Kondisi suku bunga turun

16
Positif (RSA > RSL) NIM meningkat NIM menurun
Negat1f(RSA<RSL) NIM menurun NIM meningkat
Zero (RSA = RSL) NIM tetap NIM tetap

Pada posisi gap positif (RSA>RSL), perubahan suku bunga yang

meningkat akan menyebabkan meningkatnya pendapatan yang lebih tinggi dari

kenaikkan biaya dana, sehingga pendapatan bank (Net Interest Margin/NIM)

meningkat. Sebaliknya bila terjadi perubahan suku bunga menurun akan

menyebabkan penurunan pendapatan yang lebih cepat dari penurunan biaya dana,

sehingga pendapatan bank (NIM) menurun. Sedangkan pada posisi gap negatif

(RSA<RSL), perubahan suku bunga yang meningkat akan menyebabkan

meningkatnya biaya dana lebih cepat dari meningkatnya pendapatan, sehtngga

pendapatan bank (NIM) menurun. Sebaliknya bila terjadi perubahan suku bunga

menurun akan menyebabkan penurunan biaya dana yang lebih cepat dari

penurunan pendapatan, sehingga pendapatan bank (NIM) meningkat. Selanjutnya

pada posisi zero (PSA = RSL) apapun perubahan suku bunga yang terjadi tidak

berpengaruh terhadap perolehan pendapatan (MM) bank.

Dalam neraca bank hampir selalu terjadi ketidakseimbangan antara sumber

dana di stsi liabilities dengan penggunaan dana di sisi aset. Sehingga perlu

dilakukan strategi manajemen di bidang pendanaan maupun penempatannya

(investment). Untuk merealisasi strategt tersebut dengan sebaik-baiknya harus

dilakukan dengan mengubah tingkat suku bunga, baik suku bunga simpanan

maupun suku bunga pinjaman. Oleh karena jemen gap bertujuan untuk:

- Menghindari kerugian akibat dari gejolak tingkat bunga

- Mengusahakan pendapatan yang maksimal dalam batas rasio tertentu

17
- Menunjang kebutuhan manajemen likuiditas.

- Mengelola resiko serendah mungkin.

- Menyusun struktur neraca yang dapat meningkatkan kinerja dengan tingkat

suku bunga yang wajar.

Sebagai gambaran rentannya struktur neraca bank terhadap perubahan suku

bunga pasar, berikut ini diberikan ringkasan struktur neraca suatu bank. Pada

neraca tersebut dapat dilihat bahwa sebagian besar aktiva bank sangat

terpengaruh oleh perubahan suku bunga, yaitu berupa aktiva/aset yang

menghasilkan terdiri dari penempatan pada bank lain, penempatan dalam surat-

surat berharga dan penempatan dalam pinjaman. Sedangkan pada sisi pasiva,

semua pasiva yang berbiaya sangat terpengaruh oleh perubahan suku bunga

pasar, terdiri dari simpanan masyarakat, yang diterima dari pihak lain.

NERACA BANK "ABC"


per Desember 1996 dan 1995 (dalam jutaan rupiah)
Aktiva 1996 1995 Pasiva 1996 1995

18
Aset Menghasilkan Pasiva Berbiaya
- Penempatan pada bank lain 2.150.989 952.157 -Giro 4.252.506 4.251.051
- Surat-surat Berharga 2.174.549 2.427.014 -Tabungan 8.863.124 7.472.116
- Kredit yang diberikan 26.749.952 22.561.163 -Deposito berjangka 6.142.166 5.401.634
1.086.115
- Penanaman jangka 75.008 68.315 -Sertifikat 71.410
panjang /penyertaan Deposito 4.091.764
-Surat Berharga yang 2.827.645
diterbitkan 7.237.753
-Pinjaman diterima 5.927.949
Pasiva Tidak
Aset Tidak Menghasilkan Berbiaya
484.468
- Kas 71.674 584.685 -Kewajiban segera 535.319
lainnya 637.009
- Giro pada BI 733.603 237.509 -Beban yang masih 49.537
harus dibayar
1.000.000
- Penyisihan penghapusan (4.761) -Modal disetor 1.000.000
(10.755)
penempatan pada bank lain
- Penyisihan/penurunan nilai 262.757
- Surat Berharga (15.477) -Saldo laba 291.207
- Penyisihan penghapusan (8.444)
kredit (657.304)
- Pendapatan yang masih (739.922) 196.406
akan diterima 393.626
- Biaya dibayar dimuka 48.988
- Aktiva tetap 50.375 - 2.155.105
-2.324.146
Akumulasi penyusutan aktiva (507.139) (425.932)
tetap
TOTAL AKTIVA 34.057.662 28.127.868 TOTAL PASIVA 34.057.662 28.127.868
Pengukuran besarnya gap antara sisi aktiva dengan sisi pasiva diukur

dengan menggunakan "interest maturity tadder", yaitu berupa suatu tabel yang

disusun dari asset dan liabilities yang dikelompokkan menurut periode

peni11Jauan bunganya. Untuk memahami Iebih Ianjut bagaimana menghitung

besarnya gap berikut ini diberikan contoh perhitungannya. Pada Tabel 8.6

diperlihatkan bahwa telah terjadi gap pricing untuk per10de sampai dengan 7 hari

positif sebesar 2.000, artinya bahwa RSA Iebih besar dari RSL pada periode ini,

Dalam kondisi tingkat bunga menurun, bank akan rugi karena pendapatan bunga

menurun Iebih cepat dari biaya bunga, sebaliknya bila tingkat bunga meningkat,

maka bank akan untung karena pendapatan meningkat Iebih cepat dari biaya

bunga. Dengan demikian maka besarnya gap akan menentukan besarnya potensi

19
keuntungan atau keruglan yang akan timbul dari perubahan tingkat bunga

tersebut. untuk periode 6 - 12 bulan akan berkurang dan gap untuk periode Iebih

dari 7 han sampai dengan I bulan akan bertambah. Dengan cara yang sama akan

diperoleh pengaruh perubahan suku bunga terhadap posisi gap pada berbagai

jangka waktu.

Tabel 8. 6.
Interest Marurity Ladder
Periode Reprieing Aset Liabilities Gap Kumulatit
S.d. 7 hari 10.000 8.000 2.000 2.000
Lebih dari 7 hari sd, I bulan 6.500 9.000 (2.500) (500)
Iebih dan I bulan s.d. 3 bulan 7.000 5.000 2,000 1.500
Iebih dari 3 bulan s.d. 6 bulan 12,000 10.500 1.500 3.000
12,000 10.500 1-500 3.000
Iebih dari 6 bulan s.d. 12 8.500 9.500 (1.000) 2.000
bulan
Iebih dari 12 bulan 8.000 8.000 - 2.000

Strategi Manajemen Gap


Sudah disinggung di muka bahwa perubahan suku bunga akan dapat

menimbulkan dampak yang tidak sedikit terhadap struktur neraca maupun kinetja

bank Oleh karena itu trmbul upaya-upaya untuk mengelola interest rate atau yang

dasebut Interest Rate Management, yaitu suatu kegiatan untuk menata interest rate

secara simultan,bersannan antara sisi aset maupun sisi liabiliiies sehingga dapat

diperkecil dampak negative perubahan suku bunga terhadap target pencapaian

pendapatan bersih (Net Interest Income/NII) yang stabll dan berkembang.

Beberapa hal pentmg yang perlu diperhatikan dalam penataan managemen gap

yaitu:

a. Jangka Waktu (Maturity). Adanya perbedaan jangka waktu dan masing-

masing komponen aset dan liabilities akan dapat berakibat berubahnya

posisi dana maupun penempatannya serta berubahnya pendapatan maupun

pembiayaannya.

20
b. Repricing, yaitu lamanya jangka waktu penetapan suku bunga komponen

pinjaman dan komponen liabilities/simpanan, baik sebelum jatuh tempo

maup sesudahnya.

c. Interest Rafe, yaitu besamya tingkat suku bunga atau harga yang atau

ditetapkan untuk sisi aset maupun liabilities.

d. Acceleration of Change, yaitu kecepatan penyesuaian yang dapat

dilahlkan terhadap aset maupun liabilities bila tenadi perubahan tingkat

suku bunga sehingga posisinya masih tetap menguntungkan.

Untuk memudahkan penataan interest rate sering digunakan cara

pengelompokkan dan membandingkan sensitivitas masing-masing aset dan

liabilities terhadap interest rate, sebagai berikut:

a. Aset dan Liabilities yang sensitif, yaitu aset dan liabilities yang peka

terhadap perubahan suku bunga atau terdapat korelasi positif antara

interst rate dengan volume aset dan liabilities-nya.

b. Aset dan Liabilities yang tidak sensitif, yaitu aset dan liabilities yang

tidak terhadap perubahan suku bunga atau tidak terdapat korelasi antara

intest rate dengan volume aset dan liabilities-nya.

Selanjutnya tindakan yang dapat dilakukan untuk memperbaiki struktur

neraca maupun kinerjanya adalah sebagai berikut:

a. Menata kembali komponen-komponen aset dan liabilities yang sensitif

terhadap suku bunga (mismatch rate ofsensitive). Hal ini dapat dilakukan

dengan pengelompokkan komponen-komponen aset dan liabilities menjadi

kelompok sensitif dan dan membuat repricing schedule, yaitu menetapkan

21
alternatif tingkat suku bung dan berapa lama suku bunga yang ditetapkan

tersebut akan dipasang bagi rnasing-n•sing komponen aset dan liabilities

(terutama untuk komponen utama, yaitu sirnpamn dan pinjaman).

b. Melakukan anahsis nsiko gap, yaitu posisi gap positif dan posisi gap

negatif.

c. Kebijakan besarnya limit gap (gap limit policy), yaitu menetapkan

besamya batas-batas gup yang diizinkan dlhubungkan dengan kemampuan

bank dalam menanggung risiko tingkat bunga.

Dalam pelaksanaan pengambilan kebijakan Oleh manajemen bank mengambil

posisi gap positif atau gap negatif tergantung pada tiga hal, yaitu:

a. Prakiraan arah perkembangan tingkat bunga.

b. Tingkat keyakinan manajemen terhadap prakiraan tersebut.

c. Keberanian bank untuk mengambil risiko jika tindakan yang diambil

keliru.

Di samping tiga hal tersebut, dalam menentukan strategi gap perlu

diperhatikan pula pengaruh besarnya gap terhadap posisi likuiditas bank Strategi

negatif ditetapkan sebagai antisipasi terhadap turunnya tingkat bunga akan

mengurangi likuiditas bank, karena jatuh tempo aset akan lebih panjang dari jatuh

tempo liabilities-nya. Agar strategi gap suatu bank dapat efektif harus didukung

oleh kebijakan pricing yang sesuai dan adanya infrastruktur yang dapat

memberikan data RSA dan RSL dengan cepat, tepat dan kontinyu untuk keperluan

analisis. Dengan makin profesionalnya bank-bank dalam ALMA, maka

penggunaan "gap management software " untuk melakukan analisis dan skenario

interest rate akan menjadi hal yang sangat dibutuhkan. Dengan penggunaan

22
software tersebut maka dapat dengan mudah diproyeksikan berbagai struktur

neraca dan pengaruhnya terhadap pendapatan karena perubahan-perubahan faktor-

faktor internal dan eksternal. Selanjutnya dengan proses yang berulang-ulang dan

dengan mengubah asumsi dan prakiraan, maka dapat ditentukan langkah-langkah

yang optimal. Salah satu yang perlu diingat bahwa penggunaan software tersebut

hanya membantu kemampuan ALCO dan ASG untuk menilai dengan cepat

pengaruh berbagai skenario tingkat bunga terhadap strategi gap dan pendapatan,

akan tetapi tidak dapat memikirkan kebutuhan bank.

Pengaruh Strategi Gap terhadap Pendapatan

Dalam uraian di atas dijelaskan bahwa besarnya gap akan menentukan

potensi keuntungan atau kerugian karena perubahan tingkat bunga. Oleh karena

itu dalam menentukan strategi gap senantiasa dipertimbangkan risiko yang akan

dihadapi yakni dengan menetapkan target/limit risiko sampai pada tingkat tertentu

yang dapat diterima. Dengan menggunakan contoh "interest maturity ladder" di

atas, di mana bank mempunyai gap untuk periode sampai dengan 7 hari sebesar

Rp2.000,00, dengan asumsi bahwa jumlah itu adalah target/limit risiko yang

ditetapkan oleh manajemen untuk periode sampai dengan 7 hari, jika tingkat

bunga sampai dengan 7 hari turun sebesar 0,5% selama 1 bulan, maka bank akan

menderita penurunan pendapatan sebesar: Rp2,00(),00 x 0,5% x (30 - 3,5)/365 =

Rp0,726. Kemudian untuk periode lebih dari 7 hari sampai dengan I bulan (30

hari) bank mempunyai gap negatif sebesar Rp2.500,00 dengan asumsi bahwa

jumlah tersebut adalah target/limit risiko yang ditetapkan manajemen, jika tingkat

bunga untuk periode lebih dari 7 hari sampai dengan 1 bulan turun sebesar 0,75%

selama I bulan, maka bank akan mengalami peningkatan pendapatan sebesar

23
Rp2.500,00 x 0,75% x (30 - 11)/365 = Rp0,976. Dengan cara yang sama dapat

diperhitungkan jumlah seluruh penurunan/penambahan pendapatan karena

perubahan tingkat bunga terhadap strategi gap tertentu.

2.4 Manajemen Valuta Asing

Manajemen valuta asing (valas) adalah suatu kegiatan membeli atau

menjual mata uang suatu negara. Kegiatan jual beli valuta asing membentuk suatu

pasar yang disebut dengan pasar valas. Namun pasar di mana transaksi tersebut

terjadi adalah suatu konsep yang abstrak. Karena pasar dimaksud tidak terdapat

pada suatu tempat yang ditentukan secara geografis. Sebagai akibat dari adanya

kemajuan teknologi di bidang komunikasi, seperti telepon, faksimil, komputer,

maka pasarnya menjadi semakin luas melewati batas – batas nasional suatu

negara, sehingga pembeli dan penjual di seluruh dunia seperti New York,

Hongkong, Tokyo, London, Frankfurt dan lain sebagainya dapat saling melakukan

transaksi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pasar valas adalah transaksi

jual beli melalui jaringan komunikasi antara bank – bank, brokers maupun daeler

di seluruh dunia yang dilakukan di ruang (dealing room) masing – masing bank

yang telah dilengkapi dengan jaringan komunikasi.

Manajemen valas ditunjukan untuk mambatasi posisi eksposur masing–

masing mata uang asing (forign currency) serta memonitor kegiatan jual beli valas

supaya posisinya terkendali . Secara garis besar tindakan manajemen valas dapat

berupa :

1) Pengendalian kesenjangan mata uang asing (foreign currency mismatch),

yang meliputi rekayasa portofolio masing – masing mata uang,

mengendalikan ambang batas posisi terbuka valas (Net Position/NOP),

24
memonitor arus transaksi devisa, pemusatan dan monitoring rekening devisa

(nostro), menetapkan kebijakan dan menggunakan devisa, dan melakukan

forecasting nilai tukar (exchange rate).

2) Pengendalian keuntungan netto dari nilai tukar (net exchange gain), yang

meliputi penetapan break even exchange rate, mengendalikan spread,

melakukan cut loss, dan membatasi eksposur.

Untuk mengendalikan posisi valas diperlikan berbagai instrumen pasar valas,

antara lain:

A. Instrumen Valas

a. Transaksi SPOT

Adalah transaksi valas secara tunai di mana penyerahan valutanya

dilakukan dua hari kerja setelah tanggal transaksi dengan nilai tukar yang

telah disepakati sebelumnya. Perhitungan 2 hari untuk spot dimaksudkan

untuk memberikan waktu yqng cukup bagi pengiriman/transfer dana,

konfirmasi atau memperbaiki kesalahpahaman yang timbul karena kurang

jelas komunilasi melalui telepon pada waktu transaksi dilakukan.

b. Transaksi FORWARD

Adalah transaksi valas secara berjangka dimana penyerahan

valutanya dilakukan pada suatu tanggal tertentu di kemuadian hari

(umumnya lebih dari dua hari kerja), dengan menggunakan nilai tukar yang

telah disepakati pada tanggal terjadinya transaksi tersebut. Tujuan transaksi

berjangka adalah menghindari risiko atas perubahan nilai tukar (kurs)

selama jangka waktu tersebut.

c. Transaksi SWAP

25
Adalah pertukaran dua valuta asing yang berbeda yang melalui

penjualan secara tunai dan pembelian kembali secara berjangka atau

transaksi valas yang simultan antara transaksi SPOT (jual) dengan transaksi

FORWARD (beli) atau sebaliknya, biasanya dilakukan untuk menjaga

posisi valas sementara waktu dengan biaya tertentu.

B. Instrumen Pasar Asing

a. Penepatan antarbank ( Iterbank placement)

Adalah penepatan dana lebih pada bank lain yang memerlukan untuk suatu

jangka waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk memperoleh pendapatan

yang lebih banyak selagi kelebihan dana tersebut belum dimanfaatkan.

b. Pinjaman antarbank ( Internal borrowing)

Adalah meminjam dana pada bank lain untuk keperluan manutup

kekurangan dana valas atau untuk mendapatkan sumber dana valas yang

lebih murah.

c. Instrumen pasar uang:

- Foreign exchange (FX) loan dan deposit.

- Call dan notice loan dan deposit.

- Repo/reverse repos.

- Bangkers acceptance.

- Certificates of deposit.

- Comercial paper.

- Treasury bills (T-bills)

26
C. Scurities, adalah transaksi membeli atau menjual surat – surat berharga yang

dapat dinegosiasikan (negotiable) untuk mendapatkan laba dari perbedaan tingkat

bunga/kurs.

Tujuan Kegiatan Valas

Valas dapat diperjualbelikan oleh perorangan, perusahaan maupun bank–

bank untuk membiayai impor atau menukarkan valas hasil ekspor le mata uang

lainnya (seperti rupiah). Para investor membeli dan menjual valas dalam rangka

menekaragamkan penanaman yang mereka lakukan di berbagai negara atau untuk

mengurangi potofolio sehubungan dengan tujuan oprasionalnya. Investor mungkin

pula memerlukan valas untuk membiyayai operasi perusahaan di luar negeri atau

untuk mengirimkan kembali hasil keuntungan perusahaan ke negeri asalnya.

Sedangkan bank terjun ke transaksi valas pada umumnya dengan tiga alasan,

yaitu:

a. Untuk memberi service kepada nasabah.

b. Untuk kepentingan bank sendiri.

c. Untuk memperoleh keuntungan (spekulasi)

Dalam kegiatan valas dikenal dua golongan transaksi, yakni trandaksi

komersial dan transaksi spekulatif. Suatu transaksi disebut transaksi komersial

(derivatif) bila transaksi tersebut dilakukan untuk keperluan perusahaan atau

nasabah, bukan untuk bank. Sedangkan, transaksi yang diperlukan dengan maksud

untuk mendapatkan keuntungan bagi bank yang bersangkutan dari fluktuasi nilai

tukar mata uang disebut transaksi spekulatif (autonomous). Suatu bank yang aktif

dalam perdagangan internasional dan trandaksi valas harus memelihara persediaan

(posisi) tertentu dalam beberapa mata uang asing. Pemeliharaan posisi tertentu

27
tersebut selain membuka peluang untuk memperoleh keuntungan karena adanya

perubahan nilai tukar, sekaliigus juga mengandung peluang untuk menanggung

risiko rugi. Dengan adanya jual beli tersebut, maka harga valita asing (kurs setiap

mata uang) ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran. Apabila

permintaan akan suatu valuta asing meningkat, sementara penawarannya tidak

mampu mengimbanginya, maka akan terjadi kenaikan harga valita asing yang

bersangkutan. Sebaliknya bila permintaan menurun, sementara penawaran naik,

maka akan terjadi enurunan harga valuta asing.

Risiko Kegiatan Valas

Jenis – jenis risiko yang dapat muncul dari kegiatan valas antara lain adalah :

a. Risiko mata uang (Currency Risk)

Apabila bank dalam posisi long (aktiva valas lebih besar dari pasiva valas)

atau overboughr dalam suatu mata uang dan nilai tukarnya turun (mengalami

depresiasi), maka bank akan menanggung rugi karena nilai uang yang

dipelihara dalam posisi tertentu menjadi turun. Karena perubahan kurs itu

demikian cepat, maka nilai suatu postsi juga cepat berubah. Oleh sebab itu

memelihara posisi yang cukup besar dalam suatu mata uang mengandung

risiko yang tinggi.

b. Liquidity risk (mismatch maturiry)

Risiko muncul pada saat kewajiban dalam suatu mata uang jatuh tempo lebih

cepat dan aktivanya. Contoh: pinjaman bejangka pendek (borrowing Short)

sedangkan penempatan bejangka panjang (lending long). Risiko Yang berasal

'mismatch maturity mengakibatkan outflow sehingga menjadi faktor yang

penting untuk diperhatikan dalarn mengelola bank dari han ke hari.

28
c. Interest rate risk, adalah risiko yang timbul karena adanya perubahan tingkat

suku bunga.

d. Credit risk, adalah risiko yang timbul bila nasabah gagal memenuhi

kewajibannya pada saat kredit jatuh tempo.

Perubahan nilai tukar suatu mata uang dapat terjadi setiap saat, bahkan tiap

detik. Penyebab perubahan itu dapat berasal dari peristiwa-peristiwa ekonomis,

politis maupun karena hal-hal di luar itu. Contoh-contoh peristiwa dimaksud

seperti:

a. Tingkat suku bunga dalam negeri dapat mempengaruhi nilai mata uange

b. Neraca perdagangan suatu negara dapat memberi dorongan yang kuat

terhadap nilai tukar uang,

c. Ketldakpasåan politik yang disebabkan oleh kemungkinan jatuhnya suatu

penrrintahan yang sedang berkuasa dapat menurunkan nilai mata uang.

d. Menguatnya harga barang-barang ekspor utama dapat menaikkan nilai uang.

e. Satu atau lebih Bank Sentral dapat mempengaruhl pasar uang untuk

mendotong atau menekan nilai tukar mata uang suatu negara.

f. Perubahan suku bunga di pasar-pasar uang terkemuka dapat memberi

dorongan atau tekanan terhadap nilai tukar mata uang suatu negara.

g. Pecahnya suatu perang besar.

Posisi Devisa Neto (Net Open position/NOP)

Kegiatan valas dapat menempatkan suatu bank dalam posisi tertentu seperti

posrsi long posisi short atau square (seimbang). Bank dikatakan mempunyai

posisi long dalam suatu mata uang apabila aktiva valas lebih besar dari pasiva

valas dalam mata uang tersebut. Sedang posisi short apabila pasiva valas lebih

29
besar dari aktiva valas dalam mata uang yang bersangkutan. Apabila jumlah

aktiva dan pasiva valas adalah sama, maka bank dikatakan dalam posisi square.

Tabel 8.7.
Posisi Devisa Neto
1 Aktiva valas > Pasiva valas Posisi Long
2 Aktiva valas < Pasiva valas Posisi Short
3 Aktiva valas Pasiva valas Posisi Square
Valas yang ada pada aktiva maupun pasiva bank merupakan komponen posisi
valas bank pada masing-masing mata uang seperti:
- Uang kenas yang ada di brankas bank.
- Rekening bank yang bersangkutan di bank koresponden di luar negeri
(nostro).
- Pinjaman bank dari sebuah konsorsium bank di luar negeri.
- Vang muka kepada karyawan dalam valas,
- Kontrak jual atau beli valas yang masih berlaku.
Sesuai dengan ketentuan, rekening giro (current account) yang dipelihara di
bankbank koresponden di luar negeri (nostro) tidak boleh bersaldo debet, akan
tetapi jika terjadi overdraft bank pemegang rekening tersebut akan dikenakan
denda overdraft (debit interest). Saldo kredit dari current account yang dipelihara
di bank-bank koresponden merupakan aktiva valas yang menunjukkan bank
tersebut dalam keadaan "long position", namun demikian jenis mata uang asing
tersebut dibeli dengan jenis mata uang yang Iain, sehingga secara otomatis
meninibulkan "short position" pada jems mata uang astng yang Iain. Apabila
bank mempunyai posisi long dan short dalam beberapa jenis mata uang, maka
untuk dapat mengukur posisi keseluruhannya diperlukan adanya satu jenis mata
uang yang dapat diptrgunakan sebagai tololc ukur. Tolok ukur ini diperlukan
karena risiko perubahan kurs akan sangat berpengaruh bagi kelangsungan hidup
bank. Bank Indonesia mengatur posisi valas ini dengan peraturan yang disebut
Posisi Devisa Neto (PDN//NOP).
Posisi Devisa Neta (PDN) merupakan selisih bersih antara aktiva dan pasiva
valas setelah memperhitungkan rekening-rekening administratifnya. Dalam
ketentuan Bank Indonesia (SK Direksi Bank indonesia Nov 31/178/KEP/DIR
tanggal 31 Desember 1998) telah ditetapkan bahwa besarnya PDN secara

30
keseluruhan jurnlahnya maksimum 20% dari modal bank yang bersangkutan.
Sedangkan untuk setiap jenis valuta asing tidak ditentukan batasnya. Posisi
tersebut berlaku secara hartan dan pelampauan dari batas ketentuan tersebut akan
dikenakan sanksi dalam rangka pengawasan dan pembinaan bank Secara ringkas
PDN dapat digambarkan dengan rumus sebagai berikut;

Bila PDN hasilnya positif disebut posisi long, sebaliknya bila negatif disebut
posisi short.
Penetapan besarnya PDN ini dimaksudkan agar bank-bank dalam
mengambii posisi selalu dalam pengawasan, apabila tenadi perubahan nilai tukar
yang mendadak dalam jumlah besar, tidak mengalaml gangguan yang dapat
beraklbat fatal.
Tabel 8,8.
Posisi PDN

1 PDN Positif Posisi Long


2 PDN Negatif Posisi Short
Manajemen Valas
Pada keadaan di mana tingkat suku bunga valas lebih murah dibanding
tingkat bunga rupiah, maka akan lebih menguntungkan apabila memelihara posisi
short. Karena pada posisi tersebut akan terjadi kelebihan sumber dana dengan
biaya yang murah. Atau sebaliknya bila tingkat suku bunga rupiah lebih murah,
maka lebih baik dijaga posisi long. Dalam pemeliharaan posisi NOP yang lebih
kompleks, dapat dimanfaatkan instrumen-instrumen trading seperti swap dan
fomard untuk melakukan hedging (pemagaran posisi terhadap risiko bila terjadi
perubahan nilai tukar,'kurs mata uang). Untuk lebih memahami transaksi forward,
berikut ini disajikan contoh perhitungan transaksi forward: Untuk mengkover
suatu kewajiban impor satu bulan nœndatang sebesar USD 10 juta, telah
ditetapkan melakukan pembelianforward dalam jumlah yang sama, yaitu USD 10
Juta. Bila diketahui nilai tukar satu dolar terhadap ruptah (Spot rate USD/Rp) =
6.500 dan suku bunga deposito dalam dolar (interest rate USD SIBOR I bulan)
sebesar 6% setahun. Sedangkan suku bunga rata-rata Deposito rupiah jangka

31
waktu I bulan sebesar setahun, Maka nilai tukar sebulan mendatang menjadi
sebagai berikut:
- Forward point = (13,5%-6%)x 30/360 x 6.500
= 40,63
- Kursforward = 6.500 + 40,63
= 6.540,63 dibulatkan menjadi Rp6.541 per dolar.
Ada 2 tujuan pokok dalam proses pengelolaan valas, yaitu:
a. Mengclola Jurnlah dan risiko valas keseluruhan dikaitkan dengan
kesenjangan mata uang asing (baik ncraca valas di kantor pusat rnaupun
cabang-cabangnya).
b. Memaksirnalkan pendapatan valas bank dengan batas-batas riS1ko yang
dapat diteritra.
Adanya risiko pada transaksi valas menyebabkan perlunya ditetapkan
serangkaian parameter dan limit Limit yang dltentukan antara Iain currency limit
(pembatasan transaksi dalam suatu Jenis mata uang misalnya untuk USD
maksimal sebesar USD 50 juta)i counterparty limit (pembatasan volume transaksi
terhadap lawan bisnis misalnya transaksi terhadap bank X dibatasi maksimal USD
10 juta), intraday (pembatasan volun* transaksi untuk seorang dealer setiap ham),
overnight (pembatasan volume transaksi dalam mengambil posisi
semalam/sehari), dan cut loss limit (pembatasan besamya keruguan yang dapat
diterima dan selebihnya transaksi harus dihentikan). Dalam rnenempatkan limit
terscbut, manajemen valas harus mempertimbangkan faktor-faktor sebapi berikut:
- Komposisi suatu mata uang yang dipelihara bank tergantung dan kuat atau
lernahnya suatu mata uang.
- Ketcntuan POSISi devisa neto yang ditetapkan Bank Indonesia.
- Tujuan penetapan bcsamya limit harus terpadu dengan tujuan manarmen liktnditz
dan gap.
- Besar kecilnya limit untuk masing-masing dealer dikaitkan dengan tingkat
kemahiran dan pengalamannya.
- Secara periodik ditetapkan limit masing-maing valas untuk intraday overnight,
dan week end,

32
- Limit cut loss yang mencakup seluruh posisi jual beli, yaitu limn yang
mensyaratkan posisi tettentu yang haras dilikuldasüdieksekusi bila kerugian
telah melampaui Jutnlah yang ditetapkan,
- Pendelegastan wewenang tertentu kepada chief dealer dan dealer Iainnya l.mtuk
- melakukan kegiatan dalam sublimit yang diberikan.
- Penetapan credit lines bagi seluruh "dealing counterparties" (baik bank, lembaga
keuangan lainnya, atau nasabah).
2.5 Manajemen Princing

Manajemen pricing adalah suatu kegiatan manajemen untuk menentukan

tingkat suku bunga dari produk yang ditawarkan bank, baik disisi aset maupun

disisi liabilitiesnya. Tujuan utama dari manajemen pricing tersebut adalah untuk

mendukung strategi dan taktis ALMA bank dalam mencapai tujuan-tujuan

operasional lainnya dan mencapai tujuan penghasilan bank. Mengingat bahwa

dana merupakan bahan baku yang dljual oleh suatu bank dalam kegiatan

operasionalnya, maka penetapan harga jual untuk assej pricing banyak

mendasarkan kepada harga beli atau harga pokok dari bahan bakunya yaitu dalam

liability pricing. Penetapan tingkat suku bunga (interest rate) dapat dipengaruhi

Oleh beberapa faktor yang dapat dikelompokkan sebagai berikut:

a. Kelompok pinjaman, faktor-faktor tersebut adalah cost offunds, premi risiko,

biaya pelayanan, termasuk biaya overhead dan personel, marjin keuntungan,

dan frekuensi repricing.

b. Kelompok simpanan, yang dipertimbangkan adalah cost offunds, biaya

pelayan, terrpasuk biaya overhead dan personel, marjin keuntungan, struktur

target maturity, pricing yield curve simpanan berjangka, dan cadangar wajib

minimum likuiditas (CWM).

33
Penetapan Suku Bunga Pinjaman (Lending Rate)

Pada dasamya pricing pinjaman (lending rate) harus ditetapkan minimal

dapat menutupi semua biaya yang berkaitan dengan pinjaman sehrngga diperoleh

pengembaliannya yang memadai. Selain itu penetapan pricing pinjaman juga

untuk mencapai target pangsa pasar. penetrasi sektor ekonomi, dan pertumbuhan

aktiva serta kualitasnya di samping mencapai target manajemen gap. Dalam

dunia perbankan sekarang terdapat banyak metode pricing pmjaman yang biasa

digunakan. Namun yang paling umum adalah suku bunga tetap, dan suku bunga

variabel yang dipengaruhi perubahan base rate, dan suku bunga variabel yang

direview/direprice secara berkala. Tingkat suku bunga tersebut ditetapkan atas

dasar metode pricing yang rasional dengan mempunyai 5 komponen utama, yaitu:

a. Cost offunds, seluruh biaya yang dlkeluarkan untuk mendapatkan dana

tersebut.

b. Prenu risiko industri yang bet-vanasi menurut jenis industri, mencerminkan

risiko dari suatu indsutri tertentu, berubah bila kondisi Industri itu bembah,

dan didasarkan pada latar belakang kolektibllitas serta prakrraan sekarang

tentang prospek industri.

c. Prenu nsiko perusahaan/debitur yang mencermmkan risiko berkaitan dengan

debiturdebitur tertentu, merupakan anttsipasi terhadap penghapusan

pinjaman, menutupi biaya prnjaman non-lancar dan kemungkinan

dipengaruhi oleh struktur pinjaman.

d. Braya pelayanan termasuk biaya personel dan biaya overhead

34
e. Marjin keuntungan yang disesuaikan dengan risiko kredit yang kemungkman

timbul dan disesuaikan dengan situasi persaingan atau untuk mencapai

tujuan-tujuan strategis.

Kegagalan untuk memperhitungkan setiap komponen tersebut akan memberi

dampak negatif terhadap keuntungan, seperti menurunnya marjin keuntungan,

kehilangan debitur berkualitas baik, kegagalan untuk memperhitungkan kerugian

dan pinjaman yang bermasalah atau ptnjaman yang dihapuskan dan kegagalan

mencapai target Return On Assets (ROA).

Untuk lebih memudahkan pemahaman tentang pricing pinjaman (penetapan

lending rate) berikut ini akan dibahas lebih lanjut tentang lending, yang dapat

dikatakan sebagai harga jual pinjaman yang sudah mencakup seluruh biaya-biaya

yang dikeluarkan oleh bank termasuk untuk menutup risiko (risk cost) serta

memberikan suatu tingkat keuntungan tertentu (margin atau spread) yang

ditargetkan. Lending rate (LR) dirumuskan sebagai berikut:

LR = COM + RISK COST + SPREAD


1. COM (Cost ofMoney) mcrupakan seluruh biaya yang dlkeluarkan untuk

menghasilkan produk pinjaman yang terdlri dari biaya seluruh dana yang

dapat dlpinjamkan (cost of Ioanablefund/COLF) dan biaya overhead

(OHC). Sehingga dlrumuskan:

COM = COLF + OHC


a. Cost of Loanable Fund (COLF) adalah merupakan seluruh biaya dana

yang dikeluarkan untuk mendapatkan dana termasuk cadangan yang

diperlukan (Reserve Requirement/RR). COLF terdiri dari biaya bunga

35
dana ditambah dengan biaya promosi (bila ada) serta diperhitungkan

dengan RR-nya. COLF dirumuskan sebagai benkut:

COF
COLF=
(1−RR)

b. Cost of Fund (COF), terdiri dari biaya - biaya sebagai berikut :

 Biaya bunga dana, yaitu seluruh biaya dana yang dibayarka kepada

nasabah simpanan baik dalam bentuk Giro, Deposito, dan Tabungan.

Ada dua cara perhitungan biaya dana (cost of fund) yang bisa

digunakan, yaitu historical cost dan marginal cost. Historical cost

mendasarkan perhitungan pada biaya dana rill yang telah dikeluarkan.

Metode ini lebih memadai digunakan untuk keadaan di mana suku

bunga relatif stabil atau cenderung turun. Sedangkan marjinal cost

mendaraskan perhitungan pada biaya dana dari dana yang paling mudah

diperoleh di pasar. Di indonesia dana yang dianggap mudah diperoleh

adalah deposito, karena dwngan mengatur tingkat suku bunganya akan

dapat mengandalikan outstandingnya. Sehingga perhotungan marginal

cost didasrkan pada rate deposito. Metode ini lebih cocok digunakan

pada keadaan di mana suku bunga cenderung meningkat.

 Biaya promosi dana, yaitu biaya - biaya yang dikeluarkan dalam rangka

memperlancar pengarahan dana. Biaya ini mencakup biaya periklanan,

biaya undian dan hadiah,dan sebagainya.

c. Overhead Cost (OHC) adalah biaya - biaya diluar biaya dana yang

dipergunakan untuk mendukung pengerahan dana tersebut, antara lain

36
biaya tenaga kerja, biaya oprasional pelayanan, biaya perangkat keras,

dan sebagainya.

2. Risiko Kredit (Risk Cost) merupakan biaya yang ditanggung bank

sebagai akibat kegagalan nasabah dalam melunasi kewajibannya. Tidak

semua nsabah lancar dalam membayar kembali angsuran pokok dan

bunga pinjaman, ada sebagian yang tidak membayar dan merupakan

risiko kredit yang ditanggung oleh bank. Oleh katena itu bank

(berdasarkan pengalaman dan perkiraan risiko yang mungkin timbul

dikemudian hari) membebankan risiko tersebut dalam harga jual dana

(Leanding rate).

3. Spread, merupakan bagian keuntungan yang ditargetkan oleh bank. Target

keuntungan yang ingin dicapai pada umumnya dijabarkan dalam besaran

Return On Asset (ROA). Misalnya target ROA = 1,5%, dengan jumlah

outstanding pinjaman, misalnya 90% dari total aset, maka diperoleh

besarnya spread keuntungan sebesar 1,67% (diperoleh dari perhitungan

100/90 X 1,5%).

Contoh Perhitungan Lending Rate

Untuk lebih memahami rumus lending rate di atas bersama ini diberikan

contoh perhitungan leanding rate dari suatu bank "X". Berdasarkan laporan

keuangan per akhir Desember 1997 diperoleh dana sebagai berikut :

1. Biaya bunga giro Rp. 57. 875 juta

2. Biaya bunga deposito Rp. 679.750 juta

3. Biaya bunga tabungan Rp. 200.00 juta

4. Biaya promosi dana Rp. 22.500 juta

37
5. Rata - rata outstanding giro Rp. 1.750.000 juta

6. Rata - rata outstanding deposito Rp. 3.250.000 juta

7. Rata - rata outstanding tabungan Rp. 1.825.000 juta

8. Reserve Requirement (Kas + Giro BI) 6,5%

9. Biaya overhead (noninterest expenses) Rp. 365.000 juta

10. Rata - rata aset yang menghasilkan (Pinjaman) Rp. 17.825.000 juta

11. Risk cost berdasarkan pengalaman selama ini 1,50%

12. Spread yang diinginkan. 2,50%

Untuk menghitung LR dari data - data tersebut perlu diingat kembali

rumus-rumus perhitungannya, yaitu

a. COF = Biaya bunga + Biaya promosi

Produk Biaya bunga Biaya dalam (%) Bunga tertimbang

Giro 57.875 juta 57.875/1.750.000=3,31% 1.750.000/6.825.000X3,31%=0,85%

Deposito 679.750 juta 679.750/3.250.000=20,92% 3.250.000/6.825X20,92%=9,96%

Tabungan 200.000 juta 200.000/1.825.000=10,96% 1.825.000/6.825.000X10,96%=2,93


%

Promosi 22.500 juta Jumlah bunga tertimbang 0,85%+9,96%+2,93%=13,74%


dana

22.500/6.825.000=0,33% 0,33%

COF 13,74%+0,33%=14,07%

COF 14 , 07 % 14 , 07 %
COLF=
(1−RR) 1−6 , 5 % 93 , 50 %

15,05%

b. COM= COLF+OHC 15,05%+(365.000 juta/17.825.000 juta X 100%

= 17,10%

38
c. LR = COM+Rist Cost+Spread

= 17,10%+1,50%+2,50%=21,11%

Pendapatan Suku bunga Simpanan

Seperti halnya dengan pricing pinjaman, tujuan pricing simpana antara lain

adalah untuk meningkatkan jumlah dana yang lebih murah dibandingkan dengan

suku bunga pasar, mendukung pemenuhan batasan - batasan dan target - target

likuiditas dengan menyediakan dana yang sesuai dengan struktur jangka waktu

yang diinginkan, mencapai target jumlah simpanan yang berjangka sesuai dengan

interest maturity target, dan mendukung pencapaian target posisi simpanan valas

sesuai jenis mata uang tertentu yang diinginkan.

Dalam hal ini terdapat 4 (empat) komponen utama yang menjadi biaya dari

suatu simpanan, yaitu:

a. Suku bunga yang dibayarkan kepada deposan berkaitan dengan simpanannya

atau suku bunga nominal.

b. Biaya cadangan wajib likuiditas.

c. Biaya pelayanan yang termasuk biaya personel dan biaya "overhead"

d. Marjin keuntungan termasuk target penghasilan dari sumber dana di pasar.

Seperti halnya pricing pinjaman, dalam menetapkan suku bunga simpanan

terdapat beberapa faktor lainnya yang ikut berpengaruh, yaitu tingkat persaingan,

karakteristik deposan inti, dan deposan kecil. Agar pendapatan lebih stabil

terhadap fluktuasi penarikan dana besar, bank harus melakukan diversifilasi suku

bunga dengan menarik sebanyak mungkin deposan kecil dan deposan yang kurang

sensitif terhadap perubahan suku bunga. Demikianlah gambaran singkat

penetapan harga dana (pricing) yang dilakukan oleh suatu bank. Untuk mendalami

39
lebih lanjut perihal manajemen ALMA, diharapkan membaca buku-buku yang

khusus membahas mengenai manajemen ALMA.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Asset liability management merupakan konsep penting yang digunakan di

berbagai industri, terutama di industri perbankan dan asuransi. Kerangka

kebijakan manajemen aset yang efektif dapat meningkatkan profitabilitas bank

dengan meningkatkan pendapatan bunga bersih. Pandangan yang lebih baik dapat

dilihat sebagai proses terkoordinasi untuk menggabungkan item-item neraca ke

dalam campuran yang tepat. Tujuan asset dan liability manajemen adalah untuk

pertumbuhan yang wajar, pendapatan yang maksimal, menjaga likuiditas yang

memadai, membentuk cadangan-cadangan untuk resiko yang mungkin timbul,

memelihara sumber pendanaan dan memenuhi penggunaan dana. ALMA

berfungsi untuk meminimalisir berbagai risiko menyangkut asset dan liability

guna memaksimumkan keuntungan dan hasil yang dibagikan kepada para

pemegang saham dalam jangka panjang dengan memperhatikan kebutuhan

likuiditas. Jenis-jenis Risiko yang meliputi Risiko Likuiditas, Risiko Suku bunga,

Risiko nilai tukar dan Risiko portepel.

Manajemen valuta asing (valas) adalah suatu kegiatan membeli atau

menjual mata uang suatu negara. Kegiatan jual beli valuta asing membentuk

suatu pasar yang disebut dengan pasar valas. Manajemen pricing adalah suatu

kegiatan manajemen untuk menentukan tingkat suku bunga dari produk yang

ditawarkan bank, baik disisi aset maupun disisi liabilitiesnya. Tujuan utama dari

40
manajemen pricing tersebut adalah untuk mendukung strategi dan taktis ALMA

bank dalam mencapai tujuan-tujuan operasional lainnya dan mencapai tujuan

penghasilan bank.

3.2 Saran

Setelah mempelajari makalah ini para pembaca hendaklah mengetahui inti

dari manajemen asset dan liabilitas (Alma) ini bahwa dalam suatu perusahaan

harus memiliki aset yang memadai untuk melunasi kewajibannya. Pada akhirnya

asset liability management adalah pendekatan sistematis yang dapat memberikan

perlindungan terhadap risiko yang dapat timbul dari mismatch aset-liabilitas.

41
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, Pasar Uang, (1994), Jakarta: PT Bank Rakyat Indonesia (Persero),


(materi pendidikan calaon pegawai madya).
Anonim, Asset & Liabilities Management (ALMA), (1994), Jakarta: PT Bank
Rakyat Indonesia (Persero), (materi pendidikan calon pegawai madya).
Djnarto, Bambang (2000), Banking Aset Liability Management: Perencanaan,
Strategi, Pengawasan, dan Pengelola Dana, Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Graddy, Duane B. (1990), Managing Commercial Banks: Community, regional
and global, New Jersy: Prentince Hall Inc, bab 7 dan 8.
Gurly, J.G. and E.S. Shaw (1955), " Financial Aspects of Economic
Development", American Economic Review, 45(4),pp.515-38.
Jung, Woo S. (1986), "Financial Development and Growth: International
Evidance", Economic Devlopment and Cultural Change,34(2),pp. 333-46.
Kitchen, Richard L. (1986), Finance for the Developing Countries, Jhon Wily &
Sons, Chicester.
Koch, Timothy W. and S. Scott MacDonald (2000), Bank Management, Forth
Worth: The Dryden Press.
Kuncoro, Mudrjad (1986), "Dampak Arus Modal Asing Terhadap Pertumbuham
Ekonomi dan Tabungan Domestik",Prisma,9,hal. 26-47.
Kuncoro, Mudrajad (2001), Manajemen Keuangan Internasional: Pengantar
Ekonomi dan Bisnis Global, edisi ke-2, Yogyakarta: BPFE.
Leleury, ML., Asset & Liabilities Management (ALMA), (1993), Jakarta: IBI
(bahqn pendidikan ALMA).
McKinnon, Ronald I. (1973),Mony and Capital in Economic Devlopment,
Washington DC: Brookings Institution.

42

Anda mungkin juga menyukai