Anda di halaman 1dari 19

KEBIJAKAN YANG DIBUAT ALCO (Asset Liability Committe)

Dosen Pengampu : Ahmad Indarta, M.E

Dibuat oleh :
Wawan Feryanto (195231200)
Shinta Dewi Primayanti (195231204)
Lailia Alfi Alsyahri (195231222)
Anisa Widya Cahyani (195231231)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM


UNIVERSITAS RADEN MAS SAID SURAKARTA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan inayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ASSET LEABILITY dengan tema KEBIJAKAN
YANG DIBUAT ALCO (AssetLiabilyty Committee)
Terimakasih kami ucapakan kepada bapak dosen pengampu Bapak Ahmad Indarta,
M.E.yang telah memeberi materi. Terimakasih juga kepada teman-teman yang sudah
berpartisipasi dalam penyelesaian dalam mengerjakan tugas dengan tepat waktu.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna
baik ssegi penyusunan, Bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami ssangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna menjai acuan
agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi dimasa mendatang.
Semoga makalah ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa bermmanfaat
untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Surakarta, 20 Maret 2022

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Dalam laporan keuangan tentunya kita akan menemukan dua istilah, aset (aset) dan
kewajiban (liabilities) yang dapat menggambarkan status keuangan suatu organisasi atau
perusahaan. Sangat penting bagi pihak eksternal untuk menggunakan laporan keuangan
sebagai tolak ukur untuk mengukur kinerja organisasi atau perusahaan.

Oleh karena itu, suatu organisasi atau perusahaan harus dapat menentukan strategi
yang andal untuk mencapai kinerja bisnis berdasarkan ukuran dan kompleksitasnya, sehingga
dapat mengelola aset dan kewajibannya dengan sebaik-baiknya.

Pengelolaan aktiva dan pasiva harus dilaksanakan, tidak hanya di kantor pusat, tetapi
juga di seluruh kantor tempat kegiatan usaha dilakukan. Secara definisi, Asset Liability
Management (ALMA) merupakan proses siklus PDCA (Plan, DO, Check, and Action)
terhadap pengumpulan, proses analisis, laporan, dan penetapan strategi pengelolaan aset dan
kewajiban dengan tujuan mengeliminasi risiko-risiko yang ada untuk mencapai tujuan
tertentu. Fokus dari Asset Liability Management (ALMA) adalah mempertimbangkan
persyaratan likuiditas dan prinsip kehati-hatian, seluruh portofolio aset dan kewajiban
dikoordinasikan untuk memaksimalkan keuntungan.Keuntungan ini akan dibagikan kepada
semua pemegang saham melalui dividen dalam jangka panjang.

Fungsi Utama Asset Liability Management (ALMA)


Adapun fungsi utama dari Asset Liability Management (ALMA) adalah untuk mengelola
risiko-risiko korporasi sebagai berikut:
1. Kesenjangan Likuiditas. Pengelolaan risiko likuiditas, terutama cashflow, bertujuan
untuk:
 Optimalisasi pendapatan.
 Mencegah kekurangan ketersediaan dana demi memenuhi setiap kewajiban
finansial yang sudah diperjanjikan secara tepat waktu, dalam kondisi apapun.
 Memelihara tingkat likuiditas yang memadai dan optimal, misalnya dengan
meminimumkan dana yang menganggur tetapi tetap memperhitungkan kecukupan
likuiditas yang akan jatuh tempo (mature).
2. Tingkat Suku Bunga (Interest Rate). Risiko ini berpotensi merugikan akibat dari
pergerakan tingkat suku bunga dan dampaknya pada arus kas (cashflow) di masa
mendatang. Seringkali risiko ini terjadi akibat ketidaksesuaian (mismatch) antara
tingkat suku bunga pinjaman dan simpanan. Manfaat pengelolaan risiko interest rate
ini dalam perbankan antara lain adalah untuk meningkatkan pendapatan bersih dari
bunga (Net Interest Income) dan nilai keekonomian dari kepemilikan.
3. Pasar Modal Risiko dari pergerakan ekuitas dan / atau kredit pada neraca, yang
dimitigasi oleh options, futures, atau instrument derivatif lainnya yang
menggabungkan pandangan taktis atau strategis.
4. Valuta Asing Pengelolaan Valuta Asing bertujuan untuk mengoptimalkan pendapatan
dan mengurangi risiko yang berhubungan dengan kerugian akibat perubahan kurs
valuta asing. Beberapa sasaran dari pengelolaan valuta asing adalah meminimumkan
risk foreign exchange position dan memaksimumkan keuntungan dari perdagangan
valuta asing dan Net Interest Income.
5. Pendanaan dan Manajemen Modal Semua mekanisme ditujukan untuk memastikan
ketersediaan modal yang memadai secara berkelanjutan. Ini adalah proses yang
dinamis dan berkelanjutan dengan mempertimbangkan kebutuhan modal jangka
pendek dan jangka panjang dan dikoordinasikan dengan strategi keseluruhan dan
siklus perencanaan perusahaan / Bank (biasanya jangka waktu 2 tahun).
6. Kredit Fungsi ini juga untuk mengelola dampak dari seluruh portofolio kredit
(termasuk uang tunai, investasi, dan pinjaman) pada neraca. Risiko kredit, khususnya
dalam portofolio pinjaman, ditangani oleh fungsi manajemen risiko yang terpisah dan
mewakili salah satu kontributor data utama untuk tim ALM.
Lingkup fungsi ALM mencakup:
1. Komponen kehati-hatian (prudential): pengelolaan semua risiko yang mungkin
terjadi, berikut seluruh aturan yang mengaturnya;
2. Peran optimalisasi: pengelolaan biaya pendanaan, menghasilkan posisi neraca;
3. Penetapan batas kepatuhan: penerapan serta pemantauan aturan internal dan peraturan
lainnya;
4. Sebagai rujukan intervensi dalam masalah-masalah kegiatan bisnis saat ini;
5. Akomodasi dan konsultansi dengan rencana pengembangan organik dan akuisisi
eksternal, khususnya untuk menganalisis dan memvalidasi opsi persyaratan
pendanaan, kondisi proyek, dan risiko terkait, misalnya pendanaan dalam mata uang
tertentu.
Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa asset-liability management (ALMA)
merupakan salah satu manajemen asset-liability yang dibutuhkan oleh organisasi untuk
mencapai tujuan organisasi yaitu mencapai keuntungan yang optimal. Selain itu, dampak lain
dari Asset Liability Management (ALMA) adalah meningkatkan reputasi organisasi di mata
publik dengan menerbitkan laporan keuangan yang sehat. Tidak heran, penerapan ALMA
saat ini tidak terbatas pada lembaga keuangan seperti bank dan asuransi, tetapi juga
merambah aplikasi di perusahaan.

Rumusan Masalah
Penulis sudah menyusun sebagian permasalahan yang hendak dibahas dalam makalah
ini. Ada pula sebagian permasalahan yang hendak dibahas dalam karya tulis ini antara lain:
 Unit bisnis yang terkait dengan ALCO
 Unit pendukung yang terkait dengan ALCO
 Kebijakan bisnis bank secara menyeluruh (bunga, cost, PDN (posisi devisa netto),
kurs, SBDK (suku bunga dasar kredit), BMPK (batas maksimum pemberian kredit),
CAR (capital adequacy ratio/rasio kecukupan modal), LDR (loan to deposit ratio/rasio
volume kredit/pembiayaan terhadap dana yang dimiliki), dll)

Tujuan Masalah

Bersumber pada rumusan permasalahan yang disusun oleh penulis di atas, hingga
tujuan dalam penyusunan makalah ini merupakan bagaikan berikut:
 Untuk mengetahui unit bisnis yang terkait dengan ALCO
 Untuk mengetahui unit pendukung yang terkait dengan ALCO
 Untuk mengetahui keijakan bisnis bank secara menyeluruh (bunga, cost, PDN (posisi
devisa netto), kurs, SBDK (suku bunga dasar kredit), BMPK (batas maksimum
pemberian kredit), CAR (capital adequacy ratio/rasio kecukupan modal), LDR (loan
to deposit ratio/rasio volume kredit/pembiayaan terhadap dana yang dimiliki), dll)
BAB II
PEMBAHASAN
Unit bisnis yang terkait dengan ALCO

Asset adalah sebuah sumber daya yang dimiliki atau dikendalikan oleh perusahaan,
sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari beberapa manfaat ekonomi masa depan dapat
diharapkan mengalir ke perusahaan. Kepemilikan aset itu sendiri adalah tidak berwujud.

Namun,aset yang dimiliki dapat berwujud dan tidak berwujud. Manajemen Aset
didefinisikan menjadi suatu proses pengelolaan segala sesuatu baik berwujud maupun tidak
berwujud yang memiliki nilai ekonomi, dan mampu mendorong tercapainya tujuan dari
individu dan organisasi. Melalui proses manajemen POLC (Planning,Organizing,Leading dan
Controling) agar dapat dimanfaatkan atau dapat mengurangi biaya(cost) secara effisien dan
efektif. Liabilitas atau Hutang adalah kewajiban membayar kepada suatu pihak yang
disebabkan oleh tindakan/transaksi sebelumnya.

Berdasarkan jangka waktu pelunasannya,manajemen liabilitas merupakan kemampuan


bank dalam menyediakan dana yang cukup untuk memenuhi semua kewajibannya maupun
komitmen yang telah dikeluarkan kepada nasabah (Tanjung, 2016). Sedangkan ALMA
adalah manajemen struktur neraca bank dengan tujuan untuk memaksimalkan
pendapatan,mengendalikan biaya dalam batas-batas Risiko tertentu (Rivai dan
Arifin,2010). Didalam buku yang lain, ALMA adalah suatu proses dari
perencanaan,pengorganisasian,dan pengawasan yang berfungsi sebagai pengendali aktiva dan
pasiva secara terpadu yang saling berhubungan dalam usaha mencapai keuntungan bank
(Karim, 2010).

Asset and Liability Committee atau disingkat (ALCO) adalah Dewan khusus atau Tim
yang mengelola manajemen Dana atau lebih luas pada pengelolaan asset and liability of bank.
Sesuai dengan namanya panitia atau tim ini melakukan kegiatan rutin dan mengadakan
pertemuan yang juga diatur secara rutin,misalnya sebulan sekali atau dua kali pertemuan.
Keberhasilan Asset Liability Management (ALMA) tergantung pada kordinasi serta
partisipasi seluruh bagian-bagian yang terlibat dalam komite untuk menangani masalah-
masalah yang menjadi tanggung jawabnya. Agar strategi ALMA dapat efektif, maka
beberapa kriteria berikut harus dipenuhi oleh ALCO, yaitu :

a. Semua anggota ALCO harus terlibat dan mengerti bahwa strategi ALMA adalah strategi
menyeluruh dari asset dan liability.

b. Semua anggota ALCO harus terlibat dalam pencapaian anggaran yang direncanakan

c. Semua anggota ALCO harus berpandangan luas dan saling mendukung tanpa prasangka
buruk (Tanjung, 2016).

Manajemen Asset dan Liabilitas (ALMA) terdiri dari Aseet Lability Committee
(ALCO) dan ALCO supported group (ASG). Anggota ALCO terdiri dari pimpinan unit kerja
operasional dan unit kerja yang berhubungan dengan tugas ALMA. Sedangkan anggota ASG
terdiri dari sekelompok manajer/staf profesional yang bertugas membantu ALCO. Jadi
Hubungan ALMA dan ALCO merupakan keberhasilan proses manajemen Asset Liability
(ALMA) tergantung pada koordinasi serta partisipasi seluruh bagian-bagian yang terlibat
dalam komite untuk menangani masalah-masalah yang menjadi tanggung jawabnya. ALMA
dalam suatu bank syariah merupakan strategi dan pembuatan kebijakan,dengan demikian
alma pada dasarnya adalah proses perencanaan. Oleh karena itu, beberapa strategi penting
yang terlibat dalam prosen ALMA adalah Perencanaan,Manajemen Dana, dan Manajemen
Kualitas Pembiayaan.

Unit pendukung yang terkait dengan ALCO


Unit pendukung merupakan risk owner yang bertanggung jawab terhadap proses manajemen
risiko

• OPERASIONAL
Manajemen unit bisnis atau unit pendukung merupakan risk owner yang bertanggung
jawab terhadap proses manajemen risiko untuk risiko operasional sehari-hari serta
melaporkan permasalahan dan risiko operasional secara spesifik dalam unitnya sesuai jenjang
pelaporan yang berlaku. Untuk memfasilitasi proses manajemen risiko pada risiko
operasional dalam unit bisnis atau unit pendukung danmemastikan konsistensi
penerapankebijakan manajemen risiko untuk risiko operasional, ditunjuk
dedicatedoperational risk officer yang memiliki jalur pelaporan ganda yaitu secara langsung
kepada pimpinan unit bisnis atau pendukung serta kepada Satuan Kerja Manajemen Risiko.
Metode yang digunakan bank untuk melakukan identifikasi dan pengukuran risiko
operasional adalah Key Risk Indicators (KRI) serta metodologi kuantitatif dan metodologi
kualitatif sesuai dengan mekanisme Risk Based Bank Rating (RBBR), selain itu sumber
informasi risiko operasional juga diambil dari hasil temuanaudit internal yang terkait dengan
risiko operasional untuk melakukan identifikasi dan pengukuran risiko operasional.
• STRATEJIK
Unit bisnis dan unit pendukung bertanggung jawab membantu Direksi menyusun
perencanaan stratejik, dan mengimplementasikan strategi secara efektif. Direksi memimpin
program perubahan yang diperlukan dalam rangka implementasi strategi yang telah
ditetapkan. Unit bisnis dan unit pendukung bertanggung jawab memastikan bahwa praktek
manajemen risiko untuk risiko stratejik dan pengendalian di unit bisnis telah konsisten
dengan kerangka manajemen risiko untuk risiko stratejik secara keseluruhan. Untuk
mengidentifikasi dan merespon perubahan lingkungan bisnis, baik eksternal maupun internal,
dokumen corporate plan yang disusun 5 (lima) tahun sekali, wajib direview setiap tahun
untuk disesuaikan dengan perubahan lingkungan yang ada. Hasil review digunakan oleh
Bank Anda sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam merespon perubahan lingkungan
bisnis. Untuk mengukur kemajuan yang dicapai dari rencana bisnis yang
ditetapkan,mekanisme untuk mengukur kemajuan yang dicapai dari rencana bisnis yang
ditetapkan dilakukan dengan membandingkan target dengan realisasi bisnis bank dalam
periode bulanan, triwulanan, semester, dan tahunan
Kebijakan Bisnis Bank Secara Menyeluruh

1. Bunga Bank
a. Pengertian Suku Bunga Bank

Menurut Sawaldjo Puspopranoto (2004:69-70) suku bunga adalah


salah satu variabel dalam perekonomian yang senantiasa diminati secara
cermat karena dampaknya yang luas. Ia mempengaruhi keputusan seseorang
atau rumah tangga dalam hal mengkonsumsi, membeli rumah, membeli
obligasi atau menaruhnya dalam rekening tabungan. Suku bunga juga
mempengaruhi keputusan ekonomis bagi pengusaha atau pimpinan
perusahaan apakah akan melakukan investasi pada proyek baru atau
perluasan kapasitas. Pengertian tingkat suku bunga, menurut Boediono dalam
bukunya ekonomi moneter (2002 : 75 ) menyatakan bahwa tingkat suku
bunga adalah sebagai harga dari penggunaan uang untuk jangka waktu
tertentu.

b. Faktor- faktor yang mempengaruhi Tingkat Suku Bunga

Seperti dijelaskan diatas bahwa untuk menentukan besar kecilnya


tingkat suku bunga simpanan dan pinjaman sangat dipengaruhi oleh
keduanya. Artinya baik bunga maupun pinjaman saling mempengaruhi
disamping pengaruh faktor-faktor lainnya.

Menurut Kasmir, (2002:122) faktor-faktor utama yang


mempengaruhi besar kecilnya tingkat suku bunga adalah:

a) Kebutuhan dana.

Apabila bank kekurangan dana, sementara permohonan pinjaman


meningkat, maka yang akan dilakukan oleh bank agar dana tersebut
cepat terpenuhi dengan meningkatkan suku bunga simpanan.
Peningkatan bunga simpanan secara otomatis akan pula meningkatkan
bunga pinjaman. Namun apabila dana yang ada disimpanan banyak
sementara permohonan simpanan sedikit maka bunga simpanan akan
turun.

b) Persaingan.
Dalam memperebutkan dana simpanan, maka disamping faktor promosi,
yang paling utama pihak perbankan harus memperhatikan pesaing.
Dalam arti jika untuk bunga simpanan rata-rata 16% maka, jika hendak
membutuhkan dana cepat sebaiknya bunga simpanan kita naikkan diatas
bunga pesain, misalnya 16%. Namun sebaliknya untuk bunga pinjaman
kita harus berada dibawa bunga pesaing.

c) Kebijakan pemerintah.

Dalam arti baik untuk bunga simpanan maupun bunga pinjaman kita
tidak boleh melebihi bunga yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.

d) Target laba yang diinginkan

Sesuai dengan target laba yang diinginkan, jika laba yang diinginkan
besar maka bunga pinjaman ikut besar dan sebaliknya.

e) Jangka waktu

Semakin panjang jangka waktu pinjaman, maka akan semakin tinggi


bunganya, hal ini di sebabkan besarnya kemungkinan resiko dimasa
mendatang. Demikian pula sebaliknya jika pinjaman berjangka pendek,
maka bunga relatif lebih rendah.

f) Hubungan baik

Biasanya bank menggolongkan antara nasabah utama (primer) dan


nasabah biasa (sekunder). Penggolongan ini didasarkan kepada keaktifan
serta loyalitas nasabah yang bersangkutan terhadap bank. Nasabah utama
biasanya mempunyai hubungan yang baik dengan pihak bank, sehingga
dalam penentuan suku bunganya pun berbeda dengan nasabah biasa.

2. Cost of Fund
a. Pengertian Cost o Fund (Biaya Dana)

Menurut Selameti Riyadi (2006:82), biaya dana atau sering disebut


dengan cost of fund adalah biaya dana yang harus dikeluarkan oleh bank untuk
setiap rupiah dana yang dihimpunnya dari berbagai sumber sebelum dikurangi
dengan likuiditas wajib.
Pengertian lain tentang Cost of Fund menurut M. Faisal Abdullah
(2003:102) menyatakan bahwa Cost of Fund adalah sejumlah dana yang
dikeluarkan untuk setiap rupiah dana yang dihimpun dari berbagai sumber
sebelum dikurangi dengan besarnya likuiditas wajib.

Menurut Lukman Denda Wijaya (2009:115) lkuiditas wajib minimum


adalah suatu simpanan minimum wajib dipelihara dalam bentuk giro di Bank
Indonesia bagi semua bank.

Dapat disimpulkan bahwa biaya dana adalah biaya yang harus


dikeluarkan bank untuk setiap dana yang dihimpun dari masyarakat sebelum
dikurangi dengan besarnya likuiditas wajib. Besar kecilnya biaya yang harus
dikeluarkan bank setiap bank sangat beragam tergantung dari struktur dana
yang dihimpun oleh bank tersebut.

b. Jenis-jenis Cost of Fund

Menurut Taswan (2005:45), jenis-jenis biaya dana sebagai alat analisis


yang lazim digunakan dalam mengukur tingkat efisiensi dalam pengelolaan
dan perbankan yaitu :

a) Cost of fund

Biaya dana yang harus dikeluarkan oleh pihak bank untuk memperoleh
sejumlah dana tertentu dari nasabahnya baik simpanan giro, tabungan, dan
deposito.

b) Cost of money

Biaya dana ditambah biaya overhead.

c) Cost of loanable fund

Biaya dana yang dioperasikan (ditetapkan) untuk memperoleh


pendapatan.

3. Posisi Devisa Netto (PDN) Bank Konvensional

Adalah angka yang merupakan penjumlahan dari nilai absolut untuk jumlah dari :

a. Selisih bersih aktiva dan pasiva dalam neraca untuk setiap valuta asing,
ditambah dengan
b. Selisish bersih tagihan dan kewajiban baik yang merupakan komitmen
maupun kontinjensi dalam rekening admiistratif untuk setiap valuta asing,
yang semuanya dikatakan dalam rupiah.

Aktiva Valuta asing tersebut terdiri dari kas, emas, giro (termasuk giro pada
Bank Indonesia), deposit call, deposito berjangka, sertifikat deposito, margin
deposit, surat berharga, kredit yang diberikan, nilai bersih dari wesel ekspor yang
telah diambil alih, rekening antar kantor aktiva dan tagihan lainnya, dalam valuta
asing baik kepada penduduk maupun non penduduk.

Pasiva Valuta Asing tersebut dari giro, deposit on call, deposito berjangka,
sertifikat deposito, marin deposit, pinjaman yang diterima, jaminan impor,
rekening antar kantor pasiva, pendapatan komprehensif lainnya daeri surat-surat
berharga valuta asing selain saham dan kewajiban lainnya dalam valuta asing
baik terhadap penduduk maupun non penduduk.

Rekening administratif adalah rekening dalam valuta asing yang menimbulkan


tagihan dan atau kewajiban di masa mendatang yang merupakan komitmen dan
kontijensi yang mencakup spot, bank garansi maupun . L/C yang dipastikan
menjadi kewajiban Bank setelah dikurangi argin deposit, serta transaksi
derivative antara lain transaksi forward, option, dan future maupun produk-
produk lain yang sejenis baik terhadap penduduk maupun non penduduk.

Besarnya Posisi Devisa Netto (PDN) Bank Konvensional

Besarnya PDN yang harus dipelihara oleh Bank Umum Konvensional maksimal
20% dari Modal yang harus dipelihara setiap 30 menit sejak kegiatan system
treasure di buka.

Besarnya Posisi Devisa Netto (PDN) Bank Syariah

Besarnya PDB yang harus dipelihara oleh Bank Umum Syariah secara harian
maksimal 20% dari Modal yang harus dipelihara setelah memperhitungkan
penempatan berjangka (term deposit) dalam valuta asing.

4. Kurs (Nilai Tukar)


a. Pengertian Nilai Tukar (Kurs)
Nilai Tukar atau Kurs adalah harga satu unit mata uang asing dalam
mata uang domestik atau dapat juga dikatakan harga mata uang domestik
terhadap mata uang asing. Sebagai contoh nilai tukar (NT) Rupiah terhadap
Dolar Amerika (USD) adalah harga satu dolar Amerika (USD) dalam Rupiah
(Rp), atau dapat juga sebaliknya diartikan harga satu Rupiah terhadap satu
USD.
Apabila nilai tukar didefinisikan sebagai nilai Rupiah dalam valuta
asing dapat diformulasikan sebagai berikut:
NTIDR/USD =Rupiah yang diperlukan untuk membeli 1 dolar Amerika
(USD) NTIDR/YEN = Rupiah yang diperlukan untuk membeli satu Yen
Jepang
Dalam hal ini, apabila NT meningkat maka berarti Rupiah mengalami
depresiasi, sedangkan apabila NT menurun maka Rupiah mengalami
apresiasi. Sementara untuk sesuatu negara menerapkan sistem nilai tukar
tetap, perubahan nilai tukar dilakukan secara resmi oleh pemerintah.
Kebijakan suatu negara secara resmi menaikkan nilai mata uangnya terhadap
mata uang asing disebut dengan revaluasi, sementara kebijakan menurunkan
nilai mata uang terhadap mata uang asing tersebut devaluasi.
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai pengertian
tersebut diberikan contoh sebagai berikut. Misalnya, nilai tukar satu dolar
Amerika (USD) terhadap mata uang Rupiah sebesar Rp8.500. Apabila nilai
tukar satu USD berubah menjadi Rp9.000, maka nilai tukar rupiah
mengalami penurunan atau depresiasi. Sebaliknya apabila nilai tukar 1 USD
berubah menjadi sebesar Rp8.000, maka nilai tukar rupiah mengalami
peningkatan atau apresiasi.
Apabila nilai tukar didefinisikan sebagai nilai valuta asing terhadap
Rupiah NTUSD/IDR = dolar Amerika yang diperlukan untuk membeli satu
Rupiah NTYEN/IDR = Yen yang diperlukan untuk membeli satu Rupiah.
Dengan menggunakan konsep ini, apabila NT meningkat, maka Rupiah
mengalami apresiasi untuk sistem nilai tukar mengambang bebas atau
revaluasi untuk sistem nilai tukar tetap, sedangkan apabila NT menurun,
maka Rupiah mengalami depresiasi untuk sistem nilai tukar mengambang
bebas atau devaluasi untuk sistem nilai tukar tetap.
Dengan contoh di atas, maka dalam pengertian ini, satu Rupiah dinilai
sebesar 1/8.500 USD atau 0,00012 USD. Nilai tukar rupiah mengalami
depresiasi jika menurun atau dengan contoh di atas sebesar 1/9000 USD atau
0,00011, mengalami apresiasi dengan nilai pada contoh 1/8.000 USD =
0,00013 USD.
Nilai tukar yang kita kenal dalam pengertian sehari-hari sebagaimana
diuraikan di atas adalah dalam pengertian nominal (nilai tukar nominal).
Dalam menganalisis nilai tukar kita juga mengenal apa yang disebut sebagai
nilai tukar riil. Nilai tukar riil adalah nilai tukar nominal yang sudah
dikoreksi dengan harga relatif, yaitu harga-harga didalam negeri dibanding
dengan harga-harga di luar negeri. Nilai tukar riil tersebut dapat dihitung
dengan menggunakan rumus sederhana sebagai berikut:
Q = S P/P*
dimana Q adalah nilai tukar riil, S adalah nilai tukar nominal, P adalah
tingkat harga di dalam negeri dan P* adalah tingkat harga di luar negeri.

b. Faktor yang mempengaruhi Nilai Tukar atau Kurs Domestik


- Permintaan Valuta Asing :
1. PembayaranImpor Barang dan Jasa
2. Aliran Modal Keluar :
a.Pembayaran Hutang Luar Negeri Pemerintah dan Swasta
b.Penarikan Kembali Modal Asing
c. Penempatan Modal Penduduk DN ke LN
3. Kegiatan Spekulasi
a.Domestik
b.Internasional

- PenawaranValuta Asing :

1. PenerimaanEkspor Barang dan Jasa


2. Aliran Modal Masuk :
a.Penerimaan Hutang Luar Negeri Pemerintah dan Swasta
b.Penanaman Modal Asing -Jangka Pendek -Jangka Panjang
3. Intervensi atau Penjualan Cadangan Devisa Bank Sentral
5. Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK)
Pada dasarnya, suku bunga dasar kredit atau Prime Lending Rate
dikonotasikan sebagai suku bunga dasar terendah dimana bank belum
memperhitungkan premi risiko atas kredit tersebut. Dalam penentuan Prime
Lending Rate, perbankan perlu menimbang 3 komponen biaya yang dikeluarkan
oleh bank, yakni profit margin, harga pokok dana, dan overhead. Prime Lending
Rate perbankan akan dilaporkan ke Bank sentral, sehingga pihak Bank Indonesia
bisa mengetahui Suku Bunga Dasar Kredit dari seluruh bank yang berada di
Indonesia.

Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) digunakan sebagai dasar penetapan


suku bunga kredit yang akan dikenakan oleh bank kepada nasabah. SBDK belum
memperhitungkan komponen estimasi premi risiko yang besarnya tergantung dari
penilaian bank terhadap risiko masing-masing debitur atau kelompok debitur.
Dengan demikian, besarnya suku bunga kredit yang dikenakan kepada debitur
belum tentu sama dengan SBDK.

Cara Menghitung Bunga Kredit

Secara general, setiap kredit akan memiliki jumlah pokok pinjaman.


Dimana, jumlah pokok pinjaman sendiri merupakan nilai awal dari pinjaman
yang diperoleh. Bunga dihitung berdasarkan hasil kali suku bunga dengan nilai
pokok pinjaman. Bunga kredit akan dibayarkan selama periode pinjaman sampai
jatuh tempo bersamaan dengan cicilan pokok.

6. Batas Maksimum Pemberian Kredit

Batas Maksimum Pemberian Kredit yang selanjutnya disingkat BMPK


adalah persentase maksimum penyediaan dana yang ditetapkan terhadap:

a. Modal Bank bagi penyediaan dana kepada pihak terkait; atau modal inti
(tier 1) Bank bagi penyediaan dana kepada selain pihak terkait.

b. Batas maksimum pemberian kredit adalah pinjaman maksimum yang


diberikan oleh kreditur kepada peminjam tertentu. Jumlah pemberian dana
ini didasarkan pada persentase modal dan surplus dari asetsebuah bank.

Misalnya sebuah bank menentukan batas maksimum pemberian kredit


sebesar 15 persen dan bank memiliki modal sebesar Rp500 miliar. Maka,
pinjaman maksimal yang diberikan kepada seorang peminjam tidak boleh lebih
dari 10 persen dari total modal bank tersebut.

Jika dihitung 15 persen dari modal bank tersebut adalah sebesar Rp50
miliar. Jadi bank tidak akan meminjamkan uang lebih besar dari Rp50 miliar
untuk seorang debitur.

7. Capital Adequacy Ratio

Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Capital Adequacy Ratio adalah


rasio kecukupan modal bank yang diukur berdasarkan perbandingan antara
jumlah modal dengan aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR).

Perhitungannya sangat berguna untuk menampung risiko kerugian yang


kemungkinan dihadapi oleh bank. Rasio kecukupan modal bank menunjukkan
sejauh mana bank mengandung risiko, baik itu kredit, pernyataan, surat berharga,
tagihan, yang ikut dibiayai oleh dana masyarakat.

Ketika nilai rasio kecukupan modal bank semakin tinggi, artinya


kemampuan bank terkait menanggung risiko dari setiap kredit atau aktiva
produktif yang berisiko juga semakin tinggi. Ini berarti, nilai CAR yang tinggi
berarti bank terbukti dapat membiayai kegiatan operasional dan memberikan
kontribusi yang cukup besar bagi profitabilitas.

Singkatnya, Capital Adequacy Ratio digunakan untuk mengukur modal


yang dimiliki oleh bank dalam bentuk persentase. Hal ini menjadi cara yang
dipakai untuk mengukur kemampuan bank untuk melihat potensi risiko kerugian
yang dihadapi.

Selain itu, CAR juga digunakan untuk menetapkan bahwa bank memiliki
cadangan modal yang cukup untuk menangani sejumlah kerugian tertentu untuk
menghindari bangkrut maupun potensi kerugian lainnya.

Secara tidak langsung, tingginya rasio kecukupan modal bank dapat


meningkatkan keamanan dan kepercayaan nasabah terhadap bank tersebut.
Alhasil, profitabilitas yang diperoleh bank juga akan memberikan hasil yang
positif. Namun, kelemahan menggunakan CAR adalah tidak memperhitungkan
risiko potensi kerugian bank, atau apa yang akan terjadi dalam krisis keuangan.
Melansir dari situs resmi Bank Indonesia berikut ini tabel ketentuan CAR
dan predikatnya:

Tingkat Predikat

8% ke atas Sehat

6,4% - 7,9% Kurang sehat

Dibawah 6,4% Tidak sehat

Posisi CAR sebuah bank sangat bergantung pada jenis aktiva dan
besarnya risiko yang melekat padanya, kualitas aktiva atau tingkat
kolektibilitasnya. Selain itu, total aktiva pada suatu bank juga turut
mempengaruhi posisinya. Jika aktiva semakin besar, maka semakin bertambah
pula risikonya. Terakhir, kemampuan bank untuk meningkatkan pendapatan dan
laba.

8. Loan To Deposit Ratio

Salah satu rasio yang digunakan untuk menilai risiko likuiditas yaitu loan
to deposit ratio (LDR) yang merupakan rasio antara besarnya seluruh volume
kredit yang disalurkan oleh bank dan jumlah penerimaan dana dari berbagai
sumber.

Sumber dana bank pada umumnya berasal dari dana pihak ketiga yang
dihimpun bank kemudian disalurkan dalam bentuk kredit. Rasio LDR yang
rendah mengindikasikan banyak dana yang menganggur yang belum disalurkan
dalam kredit, namun kualitas likuiditas baik. Sebaliknya, apabila rasio LDR
tinggi berarti penyaluran dana dalam bentuk kredit optimal, namun kemampuan
likuiditas bank kurang baik. Tingkat LDR merupakan indikator kesehatan bank
dalam menjalankan operasinya.

Berdasarkan pada Peraturan Bank Indonesia No.17/11/PBI/2015 tanggal


26 Juni 2015, formula loan to deposit ratio (LDR) diubah dengan memasukkan
surat-surat berharga ke dalam perhitungan LDR, sehingga namanya diganti
menjadi loan to funding ratio (LFR). Kebijakan [enyesuaian ketentuan Giro
Wajib Minimum (GWM)-LFR itu diubah dengan memperluas komponen
pendanaan agar mendorong kredit ke sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
(UMKM) lebih besar.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Asset and liability comite atau ALCO merupakan salah satu komite tetap dibawah
direksi yaitu mencapai tingkat profitabilitas perseroan yang optimal serta risiko likuiditas,
risiko suku bunga, dan risiko valuta asing yang terkendali melalui penetapan kebijakan dan
strategi aset dan liabilitas perseroan.
Dengan kata lain ALCO adalah suatu wadah atau tempat untuk menampung
kebersamaan proses manajemen untuk mencapai keberhasilan tujuan keseluruhan
bank,dengan namanya panitia atau tim ini melakukan kegiatan rutin dan mengadakan
pertemuan yang juga diatur secara rutin. Keberhasilan proses manajemen aset and liability
management atau ALMA tergantung pada koordinasi serta partisipasi seluruh bagian-bagian
yang terlibat dalam komite untuk menangani masalah-masalah yang menjadi tanggung
jawabnya .
DAFTAR PUSTAKA

https://www.ilmukeuangan.com/post/lebih-mengenal-asset-liability-management-alma
Prof. Dr. H. Veithzal Rivai, MBA, dkk.2007. Bank and Financial Institution Management.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Ahmad Iqbal Tanjung, 2016. Strategi Manajemen Aset dan Liabilitas dalam Perbankan
Syariah. At-tijaroh. Vol 2, No.2.
Avriyan Arifin, dkk.2007. Bank dan Finansial Institusion Manaement, Jakarta: PT Raja
Grafindo.
Putri, Ade dwi kurnia. 2014. ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN
MENGGUNAKAN METODE RGEC. Skripsi. Surabaya : Sekolah tinggi Ilmu Ekonomi
Perbasnas
https://www.ojk.go.id/id/kanal/perbankan/Pages/Suku-Bunga-Dasar.aspx

https://blog.investree.id/investasi/pengertian-suku-bunga-dasar-kredit-beserta-contohnya/

https://www.idntimes.com/business/finance/amp/kiki-amalia-6/batas-maksimum-pemberian-
kredit

https://www.pinhome.id/kamus-istilah-properti/capital-adequacy-ratio/

http://www.jtanzilco.com/blog/detail/382/slug/ldr-menjadi-lfr-mengapa,

Suseno, Iskandar Simorangkir.2004. Sistem dan Kebijakan Nilai Tukar . Jakarta:PUSAT


PENDIDIKAN DAN STUDI KEBANGSENTRALAN (PPSK) BANK INDONESIA

Mursidin,2016."Analisis Cost Of Found Terhadap Simpanan Deposito pada PT. Bank Rakyat
Indonesia (PERSERO) TBK. Cabang Makassar". Skripsi.Makassar: Universitas
Muhammadiyah Makassar

Anda mungkin juga menyukai