Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

ANALISI RASIO

Di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah : Analisis Laporan Keuangan

Dosen Pengampuh : Ibu Dr.Hj. Sri Dewi Yusuf, SE., MM.

DI SUSUN OLEH

KELOMPOK 4

ZULFIKAR HALUTI (204022017)

RAHMAWATI NUR (204022006)

INTAN PERMATASARI NAJIB (204022011)

SRI YENTI A. AWALI (204022014)

ANASTASYA IBRAHIM (204022064)

PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

IAIN SULTAN AMAI GORONTALO

TAHUN AJARAN 2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat-
Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Analisis
Rasio”. Penulisan makalah merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata
kuliah Analisis Laporan Keuangan. Dalam penulisan makalah ini penulis merasa
masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat
akan kemampuan yang penulis miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak
sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih


yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan
makalah ini, khususnya kepada Dosen kami yang memberikan tugas dan petunjuk,
sehingga makalah imi dapat terselesaikan.

Gorontalo, 05 Oktober 2022

DAFTAR ISI

2
KATA PENGANTAR..............................................................................................2

DAFTAR ISI.............................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang...............................................................................................4
2. Rumusan Masalah..........................................................................................4
3. Tujuan............................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAAN

1. Ratio Protabilitas............................................................................................6
2. Ratio Rentabilitas...........................................................................................9
3. Ratio Solvabilitas...........................................................................................13

BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan....................................................................................................17
2. Saran...............................................................................................................17

DAFTAR ISI.............................................................................................................18

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu
perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk
menggambarkan kinerja perusahaan tersebut. Laporan keuangan adalah
bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan dapat juga
disusun untuk tujuan khusus misalnya laporan keuangan yang ditujukan
untuk perpajakan, regulator lain seperti bank Indonesia (untuk perusahaan
bank), Departemen keuangan (untuk perusahaan lembaga keuangan non
bank) maupun untuk tujuan manajemen perusahaan.
Mengungkapkan analisa rasio keuangan merupakan instrumen
analisis prestasi perusahaan yang menjelaskan berbagai hubungan dan
indikator keuangan, yang ditujukan untuk menunjukkan perubahan dalam
kondisi keuangan atau prestasi operasi dimasa lalu dan membantu
menggambarkan trend pola perubahan tersebut, untuk kemudian
menunjukkan resiko dan peluang yang melekat pada perusahaan yang
bersangkutan. Salah satu alasan dilakukannya analisa terhadap laporan
keuangan adalah menilai kinerja perusahaan. Dimana penilaian kinerja
dilakukan untuk mengetahui tingkat efisiensi dan efektivitas organisasi
dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Analisa rasio laporan keuangan merupakan penelitian yang
berkelanjutan, jadi dalam analisa rasio laporan keuangan ini tidak hanya
dilakukan satu periode saja, namun pada 4 tahun terakhir, untuk
mengetahui bagaimana perkembangan Pada Bank BRI Syariah tersebut.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang di atas dapat di rumuskan sebuah
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana Analisis Rasio Likuiditas Pada Bank BRI Syariah?

4
2. Bagaimana Analisis Rasio Rentabilitas Pada Bank BRI Syariah?
3. Bagaimana Analisis Rasio Solvabilitas Pada Bank BRI Syariah?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Analisis Rasio Likuiditas Pada Bank BRI Syariah
2. Untuk mengetahui Analisis Rasio Rentabilitas Pada Bank BRI Syariah
3. Untuk mengetahui Analisis Rasio Solvabilitas Pada Bank BRI Syariah

5
BAB II
PEMBAHASAN

1. Rasio Likuiditas
Fred Weston menyebutkan bahwa rasio likuiditas (liquidity ratio)
merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban (utang) jangka pendek. Artinya apabila perusahaan
ditagih, perusahaan akan mampu untuk memenuhi utang tersebut terutama
utang yang sudah jatuh tempoh.
Dengan kata lain, rasio likuiditas berfungsi untuk menunjukkan
atau kewajibannya yang sudah jatuh tempo, baik kewajiban kepada
mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi pihak luar
perusahaan (likuiditas perusahaan). Dengan demikian, dapat dikatakan
bahwa kegunaan rasio ini adalah untuk menssssgetahui kemampuan
perusahaan daalam membiayai dan memenuhi kewajiban (utang) pada saat
ditagih.1

Tujuan dan manfaat rasio likuiditas


Perhitungam rasio likuiditas memberikan cukup banyak manfaat
bagi berbagai pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan. Pihak yang
paling berkepentingan adalah pemilik perusahaan dan manajemen
perusahaan guna menilai kemampuan mereka sendiri. Kemudian, pihak
luar perusahaan juga memiliki kepentingan, seperti pihak kreditor atau
penyedia dana bagi perusahaan, misalnya perbankan atau juga pihak
distributor atau supplier yang menyalurkan atau menjual barang yang
pembayaran secara angsuran kepada perusahaan.2
Berikut adalah tujuan dan manfaatyang dapat dipetik dari hasil
rasio likuiditas
 Untuk mengatur kemampuan perusahaan membayar kewajiban
atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih
1
Kasmir, 2016. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
2
Munawir, 2012. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty.

6
 Untuk mengatur kemampuan perusahaan membayar kewajiban
jangka pendek dengan aktiva lancer secara keseluruhan
 Untuk mengatur kemampuan perusahan membayar kewajiban
jangka pendek dengan aktiva lancer tanpa memperhitungkan
sediaan atau piutang
 Untuk mengukur atau membandingkan antara jumlah sediaan yang
ada dengan modal kerja perusahaan
 Untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk
membayar hutang
 Sebagai alat perencanaan kedepan, terutama yang berkaitan dengan
perencanaan kas dan utang
 Untuk melihat kondisi dan posisi likuiditas perusahaan dari waktu
ke waktu dengan membandingkannya untuk beberapa periode
 Untuk melihat kelemahan yang dimiliki perusahaan, dari masing-
masing komponen yang ada diaktiva lancer dan utang lancer
 Menjadi alat pemicu bagi pihak manajemen untuk memperbaiki
kinerjanya, dengan melihat rasio likuiditas yang ada pada saat ini
1. Rasio kas (cashratio), yaitu kemampuan aktiva lancar
perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek dengan
aktiva lancar yang dimiliki. Likuiditas jangka pendek ini
penting karena masalah arus kas jangka pendek bisa
mengakibatkan perusahaan bangkrut3.

Alat Liquid
Cash Ratio= ×100 %
Pinjaman Yang Harus Segera Dibayar
Kas+ Giro pada BI
¿
Liabilitas segera+ Simpanan ( Giro ) +¿ Jumlah Simpanan+ Simpanan dari Bank La
komitmen dan kontijensi+ Hutang Pajak +¿ Liab
Analisis dalam laporan keuangan 2017- 2020 BRI
SYARIAH

3
Wild, J. J., 2005. Analisa Laporan Keuangan. 2 ed. Yogyakarta: Salemba Empat.

7
 Tahun 2017
4.363 .623
Cash Ratio= ×100 %
9.834 .110
¿ 0,44 %
 Tahun 2018
6.061.601
Cash Ratio= × 100 %
13.071 .786
¿ 0,46 %

 Tahun 2019
4.832.163
Cash Ratio= ×100 %
13.182 .818
¿ 0,34 %
 Tahun 2020
2.710 .657
Cash Ratio = ×100 %=0,11 %
23.634 .761

Semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan


hutang lancar, semakin tinggi kemampuan perusahaan
menutupi kewajiban jangka pendeknya. Apabila rasio lancar
1:1 atau 100% berarti bahwa aktiva lancar dapat menutupi
semua hutang lancar. Jadi dikatakan sehat jika rasionya berada
di atas 1 atau diatas 100%. Artinya aktiva lancar harus jauh di
atas jumlah hutang lancer. Dan dikatakan tidak sehat apabila
rasionya berada dibawah 1 atau dibawah 100%. Jika ingin
suatu bank dikatakan sehat maka bank tersebut harus
mempunyai kas yang cukup untuk membayar kewajiban.

2. Reserve Requirement (RR), yaitu likuiditas wajib minimum


yang wajib dipelihara dalam bentuk Giro pada BI. Reserve
requirement merupakan ketentuan bagi setiap bank umum
untuk menyisihkan sebagian dari dana pihak ketiga yang

8
berhasil dihimpunnya dalam bentuk giro wajib minimum yang
berupa rekening bank yang bersangkutan pada bank. 4

Jumlah Alat Liquid


RR= ×100 %
Jumlah Simpanan Pihak Ketiga
Dana syirkah temporer
¿ ×100 %
Giro+Tabungan + Deposito
Analisis dalam laporan keuangan 2017- 2020 BRI
SYARIAH
 Tahun 2017
19.840 .088
RR= × 100 %=0,75 %
26.359 .284
 Tahun 2018
20.993 .528
RR= × 100 %=0,73 %
28.874 .575
 Tahun 2019
26.155 .416
RR= ×100 %=0,79 %
33.137 .002
 Tahun 2020
34.796 .186
RR= × 100 %=0,70 %
49.372 .656

Besarnya RR menurut BI Minimal 5%. Bank umum diwajibkan


untuk menyimpan saldo minimal di bank sentral dengan tujuan
untuk mempengaruhi tingkat suku bunga. Jika bank
mengeluarkan cadangan rasio kas secara berlebihan maka akan
terjadi inflasi.

3. Loan to Deposit Ratio (LDR), rasio antara jumlah seluruh


kredit yang diberikan Bank dengan dana yang diterima oleh
Bank. LDR menyatakan seberapa jauh kemampuan bank untuk
membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan
4
Wild, J. J., 2005. Analisa Laporan Keuangan. 2 ed. Yogyakarta: Salemba Empat.

9
dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber
likuiditasnya. Dengan kata lain, seberapa jauh pemberian kredit
kepada nasabah kredit dapat mengimbangi kewajiban bank
untuk segera memenuhi permintaan deposan yang ingin
menarik kembali uangnya yang telah digunakan oleh bank
untuk memberikan kredit. Semakin tinggi rasio tersebut
memberikan indikasi semakin rendahnya kemapuan likuiditas
bank yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah
dana yang diperlukan untuk membiayai kredit semakin besar. 5
Jumlah pembia yaan yang diberikan
LDR= ×100 %
jumlah dana yang diterima oleh bank
Pembiayaan musyarakah+ pembiayaan
mudarabah
¿ × 100 %
Giro +Tabungan
Analisis dalam laporan keuangan 2017- 2020 BRI
SYARIAH
 Tahun 2017
6.435 .239
LDR= ×100 %=0,98 %
6.518.996
 Tahun 2018
8.232.976
LDR= ×100 %=1,04 %
7.880.947
 Tahun 2019
11.797.117
LDR= ×100 %=1,31 %
8.987 .586
 Tahun 2020
14.980.396
LDR= ×100 %=0,96 %
15.576.470

Rasio LDR ini merupakan indikator kerawanan dan


kemampuan dari suatu bank. Sebagian praktisi perbankan
menyepakati bahwa batas amandari LDR suatu bank adalah

5
Wild, J. J., 2005. Analisa Laporan Keuangan. 2 ed. Yogyakarta: Salemba Empat.

10
sekitar 80%. Namun batas toleransi berkisar antara 85%-100%.
Nilai LDR yang semakin tinggi menunjukkan tingkat likuiditas
bank semakin rendah, karena jumlah utang semakin besar
sehingga jumlah dana yang diperlukan untuk membayar utang
tersebut juga semakin besar. Dengan demikian, semakin kecil
nilai LDR, mengindikasikan bahwa bank semakin liquid. Jadi,
bank perlu menyamaratakan atau membuat perbandingan yang
tepat antara hutang dan dana agar bank tersebut bisa dikatakan
liquid

2. Rasio Rentabilitas
Secara sederhana, rasio rentabilitas bisa didefinisikan sebagai
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Rasio rentabilitas dapat
menunjukkan kemampuan sebuah aset agar bisa mengembalikan modal.
Inilah tadi alasannya rasio ini disebut sangat erat kaitannya dengan
keberlangsungan hidup perusahaan.
Analisis rasio rentabilitas cukup efektif untuk mencegah maupun
mengendalikan kemungkinan timbulnya penyimpangan yang
dikhawatirkan dapat mengganggu kinerja perusahaan. Bisa juga
mendorong memaksimalkan efisiensi perusahaan dalam meraih
keuntungan.
Selain itu, yang juga tidak kalah penting adalah analisis rasio
rentabilitas bisa digunakan sebagai tolok ukur saat pengambilan keputusan
terkait dengan pemenuhan kebutuhan keuangan perusahaan. Dari hasil
analisis tersebut, perusahaan bisa memutuskan untuk menggunakan
bantuan modal asing secara kredit atau menggunakan modal sendiri.6
Dari penjelasan di atas, bisa kamu simpulkan bahwa ternyata ada
beberapa manfaat yang didapatkan dari perhitungan analisis rasio
rentabilitas, antara lain:
 untuk mengukur perolehan laba dalam satu periode tertentu;

6
Fahmi, I. 2011. Analisis Kinerja Keuangan. Cetakan Kesatu. Alfabeta. Bandung.

11
 untuk menilai posisi laba dari tahun ke tahun;
 untuk mengevaluasi perkembangan laba dari waktu ke waktu;
 untuk mengetahui perbandingan laba sebelum pajak dengan total
aset;
 untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan, baik
modal sendiri atau modal pinjaman.

1. Return On Asset (ROA), Rasio ini menggambarkan


kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dari
setiap satu rupiah asset yang digunakan.7
Laba Bersih
ROA= ×100 %
Total Aktiva
Laba Bersih
¿ ×100 %
Total Aset
Analisis dalam laporan keuangan 2017- 2020 BRI
SYARIAH
 Tahun 2017
101.091
ROA= ×100 %=0,32%
31.543.384
 Tahun 2018
106.600
ROA= ×100 %=0,28 %
37.915.084
 Tahun 2019
74.016
ROA= × 100 %=0,17 %
43.123 .488

 Tahun 2020
248.054
ROA= ×100 %=0,42 %
57.715.586

Return On Asset 20% berarti setiap Rp. 1 modal


menghasilkan keuntungan Rp.0,2 untuk semua investor. Nilai
7
Fahmi, I. 2011. Analisis Kinerja Keuangan. Cetakan Kesatu. Alfabeta. Bandung.

12
ROA yang semakin mendekati 1, berarti semakin baik
profitabilitas perusahaan karena setiap aktiva yang ada dapat
menghasilkan laba. Jika mendekati 0 maka tidak baik untuk
perusahaan. Maka dari itu, yang harus dilakukan oleh sebuah
perusahaan agar mencapai nilai standar ROA atau pun
melebihinya, yaitu menaikkan profit margin dan
mempertahankan perputaran aktiva.

2. Return On Equity, Rasio ini berguna untuk mengetahui


besarnya kembalian yang diberikan oleh perusahaan untuk
setiap rupiah modal dari pemilik.8
Laba Bersih
ROE= × 100 %
Modal Sendiri
Laba Bersih
¿ ×100 %
Jumlah Ekuitas
Analisis dalam laporan keuangan 2017- 2020 BRI
SYARIAH
 Tahun 2017
101.091
ROE= ×100 %=0,38 %
2.602 .841
 Tahun 2018
106.600
ROE= ×100 %=0,21 %
5.026 .640
 Tahun 2019
74.016
ROE= ×100 %=0,14 %
5.088 .036

 Tahun 2020
248.054
ROE= ×100 %=0,45 %
5.444 .288

8
Fahmi, I. 2011. Analisis Kinerja Keuangan. Cetakan Kesatu. Alfabeta. Bandung.

13
Jika hasil dari perhitungan ROE mendekati 1 menunjukkan
semakin efektif dan efisien penggunaan equitas perusahaan
untuk menghasilkan pendapatan,demikian sebaliknya jika ROE
mendekati 0 berarti perusahaan tidak mampu mengolah modal
yang tersedia secara efisien untuk menghasilkan pendapatan.
Oleh sebab itu, untuk mencapai tingkat efisien suatu bank maka
diperlukan pengolahan yang efektif dan efisien seluruh ekuitas
sehingga laba yang dihasilkan menjadi lebih besar. Sedangkan
untuk meningkatkan laba bersih salah satunya dapat
diupayakan dengan meningkatkan penjualan.

3. Rasio Beban Operasional, perbandingan antara biaya


operasional dengan pendapatan operasional dalam mengukur
tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan
kegiatan operasinya. Semakin kecil rasio BOPO berarti
semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan oleh bank
yang bersangkutan, dan setiap peningkatan pendapatan operasi
akan berakibat pada berkurangnya laba sebelum pajak yang
pada akhirnya akan menurunkan laba atau profitabilitas (ROA)
bank yang bersangkutan (Lukman, 2005). Berdasarkan
ketentuan Bank Indonesia, besarnya BOPO yang normal
berkisar antara 94%-96% (Lukman, 2005). Perhitungan untuk
mencari BOPO adalah sebagai berikut:9

BebanOperasional
BOPO= ×100 %
Pendapatan Operasional
Beban Usaha
¿ × 100 %
Pendapatan Usaha Lainnya
Analisis dalam laporan keuangan 2017- 2020 BRI
SYARIAH
 Tahun 2017
9
Fahmi, I. 2011. Analisis Kinerja Keuangan. Cetakan Kesatu. Alfabeta. Bandung.

14
1.178.743
BOPO= ×100 %=7,91 %
149.003
 Tahun 2018
1.200.619
BOPO= ×100 %=6,89 %
174.182
 Tahun 2019
1.276.086
BOPO= ×100 %=5,09 %
250.534

 Tahun 2020
1.562.897
BOPO= ×100 %=4,33 %
360.909

Apabila beban operasional mencapai 97% maka bank tersebut


dikatakan tidak efisien. Standar efisiennya sebuah bank apabila
beban operasional lebih kecil dari 94%. Apabila sebuah bank
dapat dikatakan efisien, maka bank harus mampu
mengendalikan biaya dana agar tidak menekan biaya
operasional.

4. Net Profit Margin (NPM), Rasio ini menggambarkan besarnya


laba bersih yang diperoleh perusahaan pada setiap penjualan
yang dilakukan.10

Laba Bersih
NPM= × 100 %
Pendapatan Operasional
Laba Bersih
¿ ×100 %
Pendapatan Usaha lainnya
Analisis dalam laporan keuangan 2017- 2020 BRI
SYARIAH
 Tahun 2017

10
Fahmi, I. 2011. Analisis Kinerja Keuangan. Cetakan Kesatu. Alfabeta. Bandung.

15
101.091
NPM= × 100 %=0,67 %
149.003
 Tahun 2018
106.600
NPM= × 100 %=0,61 %
174.182
 Tahun 2019
74.016
NPM= ×100 %=0,29 %
250.534

 Tahun 2020
248.054
NPM= ×100 %=0,68 %
360.909

Rasio ini menunjukkan keuntungan bersih per rupiah


penjualan. Net Profit Margin 3% berarti bahwa setiap Rp. 1
penjualan menghasilkan keuntungan bersih sebesar Rp. 0,03.
Semakin besar rasio ini maka semakin baik karena dianggap
kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba cukup tinggi.
Ketika kita mendapatkan nilai mendekati 100% atau 1 pada
rasio ini, bisa dikatakan peruashaan memiliki kemampuan yang
relatif tinggi untuk mengumpulkan laba bersih.

3. Rasio Solvabilitas
Menurut Dr. Kasmir, rasio solvabilitas atau leverage
ratiomerupakan rasio yang digunakan untukmengukur sejauh mana
aktivaperusahaan dibiayai dengan utang.Artinya berapa besar beban utang
yangditanggung perusahaan dibandingkan dengan aktivanya. Dalam arti
luasdikatakan bahwa rasio solvabilitasdigunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan untukmembayar seluruh kewajibannya,
baikjangka pendek maupun jangka panjangapabila perusahaan
dibubarkan(dilikuidasi).11

11
syamsuddin. 2009. Analisis Laporan Keuangan. Bumi Aksara. Jakarta

16
Rasio solvabilitas memilikibeberapa tujuan perusahaan, yakni :
 Untuk mengetahui posisi perusahaanterhadap kewajiban kepada
pihaklainnya (kreditor).
 Untuk menilai kemampuanperusahaan dalam memenuhikewajiban
yang bersifat tetap(seperti angsuran pinjaman termasukbunga).
 Untuk menilai keseimbangan antaranilai aktiva khususnya aktiva
tetap
dengan modal.
 Untuk menilai seberapa besar aktivaperusahaan dibiayai oleh
utang.
 Untuk menilai seberapa besarpengaruh utang perusahaan
terhadappengelolan aktiva.
 Untuk menilai atau mengukurberapa bagian dari setiap
rupiahmodal sendiri yang dijadikanjaminan utang
jangkapanjang.Untuk menilai berapa danapinjaman yang segera
akan ditagih,terdapat sekian kalinya modalsendiri yang dimiliki.

1. Capital Adequacy Ratio (CAR), adalah rasio yang


memperlihatkan seberapa jauh aktiva bank yang mengandung
resiko (kredit, penyertaan,surat berharga, tagihan pada bank
lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank di samping
memperoleh dana-dana dari sumber-sumber di luar bank,
seperti dana masyarakat, pinjaman (hutang), dll. Dengan kata
lain CAR adalah rasio untuk mengukur kecukupan modal yang
dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau
menghasilkan resiko, misalnya kredit yang
diberikan.Berdasarkan Deregulasi BI tertanggal 29 Februari
1993, bank yang dinyatakan termasuk bank sehat (berkinerja
baik) apabila memiliki CAR paling sedikit sebesar 8%, sesuai

17
dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank for International
Settlements (BIS).12

Modal bank
CAR= × 100 %
Aktiva Tertimbang Menurut Resiko( ATMR)
Modal Inti
¿ ×100 %
ARMR

Analisis dalam laporan keuangan 2017- 2020 BRI


SYARIAH
 Tahun 2017
2.452.308
CAR= ×100 %=0,13 %
17.800.175
 Tahun 2018
4.743 .689
CAR= ×100 %=0,23 %
19.928.066
 Tahun 2019
4.770 .101
CAR= × 100 %=0,20 %
23.012.092

 Tahun 2020
5.081.223
CAR= ×100 %=0,16 %
31.667 .790

Capital Adequacy Ratio perbankan untuk tahun 2002 minimal


sebesar 8%. CAR sangat penting untuk memastikan bahwa
bank memiliki bantalan yang cukup untuk menyerap sejumlah
kerugian yang wajar sebelum mereka bangkrut dan akibatnya
kehilangan dana deposan. Jika nilai CAR tinggi maka bank
tersebut mampu membiayai kegiatan operasional dan
memberikan kontribusi yang cukup besar bagi profitabilitas.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kecukupan modal
12
Kasmir. 2010. Pengantar Manajemen Keuangan, Edisi Pertama. Kencana. Jakarta.

18
suatau bank (CAR) diantanya likuiditas, kualitas aset, ukuran
perusahaan dan likuiditas.

2. Debt to Total Equity Ratio, merupakan rasio total hutang


dengan modal sendiri merupakan perbandingan total hutang
yang dimiliki perusahaan dengan modal sendiri.Dengan kata
lain, rasio ini mengukur seberapa besar total pasiva yang terdiri
atas persentase modal bank sendiri dibandingkan dengan
besarnya utang. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:13
Jumlah Hutang
DER= × 100 %
Jumlah modal sendiri
Total Liabilitas
¿ × 100 %
Modal Dasar
Analisis dalam laporan keuangan 2017- 2020 BRI
SYARIAH
 Tahun 2017
9.100.455
DER= × 100 %=0,91 %
10.000.000 .000
 Tahun 2018
11.894 .916
DER= × 100 %=0,79 %
15.000.000 .000
 Tahun 2019
11.880 .036
DER= × 100 %=0,79 %
15.000.000 .000
 Tahun 2020
17.475.122
DER= × 100 %=0,11 %
15.000.000 .000

Nilai DER di bawah atau sama dengan 100% atau 1, maka


kondisi perusahaan masuk dalam kategori sehat. Sebaliknya,
semakin tinggi DER menunjukkan komposisi jumlah
13
Kasmir. 2010. Pengantar Manajemen Keuangan, Edisi Pertama. Kencana. Jakarta.

19
hutang/kewajiban lebih besar dibandingkan dengan jumlah
seluruh modal bersih yang dimilikinya. Maka, bank harus
mengurangi hutang agar bank masih bisa dengan mudah
melunasinya.

BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan
A. Rasio Likuiditas
a. Cash Ratio
Bank BRI Syariah pada periode tahun 2017-2020 dikategorikan
TIDAK SEHAT karena besaran nilai persesnnya kurang dari 1
persen. Artnya bank tidak mampu membayar kembali simpanan
nasabah.
b. Reserve Requirement

20
Bank BRI Syariah pada periode tahun 2017-2020 dikategorikan
TIDAK SEHAT karena besaran nilai persennya kurang dari dari
5%. Artinya Bank BRI Syariah tidak mampu mengelolah kas ratio
c. Loan to Deposit Ratio
Bank BRI Syariah pada periode tahun 2017-2020 dikategorikan
SEHAT semakin rendah nilainya semakin likuit bank tersebut.
Yang artinya bank mampu membayar utang/kewajibannya.

B. Rasio Rentabilitas
a. Return On Asset
Bank BRI Syariah pada periode tahun 2017-2020 dikategorikan
TIDAK SEHAT karena nilai persentasi yang didapatkan dibawa
standar ROA yaitu 5,98%. Artinya bank harus kembali menaikkan
nilai ROA.
b. Return On Equity
Bank BRI Syariah pada periode tahun 2017-2020 dikategorikan
TIDAK SEHAT karena nilai persentasi yang di hasilkan kurang
dari standat ROE. Yang artinya bank tidak mampu mencapai
tingkat efisien dan laba yang dihasilkan menjadi lebih kecil
c. Beban Operasional
Bank BRI Syariah pada periode tahun 2017-2020 dikategorikan
SEHAT karena hasil persentasinya memenuhi karena nilai
presentasinya lebih kecil dari 94%, yang artinya bank dikatakan
efisien.
d. Net Profit Margin
Bank BRI Syariah pada periode tahun 2017-2020 dikategorikan
TIDAK SEHAT karena hasil persentasinya kurang dari 3% yang
artinya bank belum memiliki kemampuan dalam mendapatkan laba
yang tinggi.

C. Rasio Solvabilitas

21
a. Capital Adequacy Ratio
Bank BRI Syariah pada periode tahun 2017-2020 dikategorikan
TIDAK SEHAT karena persentasinya kurang dari persentasi
minimal CAR. Yang artinya bank tidak mampu membiayai
kegiatan operasional dan tidak mampu memberikan kontribusi
yang cukup besar bagi profitabilitas.
b. Debt to Total Equity Ratio
Bank BRI Syariah pada periode tahun 2017-2020 dikategorikan
SEHAT yang artinya bank mampu membayar hutang atau
kewajiban dengan modalnya.
2. Saran
Harapan dari kami kritik dan saran agar di paparkan secara
langsung pada saat kami mempresentasikan makalah ini. Semoga makalah
dapat bermanfaat bagi kita semua, dan menjadi pedoman dalam
menjalankan kehidupan sehari-hari, baik itu dalam system bank maupun
perdagangan sendiri

DAFTAR PUSTAKA

Kasmir, 2016. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Munawir, 2012. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty

Wild, J.J., 2005. Analisis Laporan keuangan. 2 Ed. Yogyakarta: Salemba Empat

Fahmi, 2011. Analisis Kinerja Keuangan. Cetakan Kesatu. Alfabeta. Bandung

syamsuddin. 2009. Analisis Laporan Keuangan. Bumi Aksara. Jakarta

Kasmir. 2010. Pengantar Manajemen Keuangan, Edisi Pertama. Kencana. Jakarta

22
https://doi.org/10.31219/osf.oi/ayfbe

23

Anda mungkin juga menyukai