Anda di halaman 1dari 17

RASIO LIKUIDITAS DALAM LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Makalah Pada Mata Kuliah ALKBS


Dosen Pengampu : Khairina M.A

Disusun Oleh Kelompok 5 :

1. Kinaiya Damayanti (09 – 22 – 3166)

2. Deasy Artika (09 – 22 – 3115)

3. Kartika Handayani (09 – 22 – 3133)

4. Kelvin Reynaldi (09 – 22 – 3293)

PRODI : PERBANKAN SYARIAH EKSKLUSIF III-A

INSTITUT AGAMA ISLAM

SYEKH H. ABDUL HALIM HASAN AL-ISHLAHIYAH BINJAI

T.A 2022/2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala


rahmatNya sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa
pula saya mengucapkan terimakasih kepada teman - teman yang telah membantu
dan mendukung dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Saya menyadari, makalah ini masih jauh dari kata sempurna baik segi,
penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Tetapi, saya sangat berharap semoga
makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan
saya berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa memberikan wawasan kepada
para pembacanya.
Bagi saya sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Saya.
Untuk itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Binjai, Oktober 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................. 2

C. Tujuan .................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 3

A. Pengertian Rasio Likuiditas ................................................................... 3

B. Tujuan dan Manfaat Rasio Likuiditas .................................................... 3

C. Jenis – jenis Rasio Likuiditas ................................................................ 4

BAB III PENUTUP ....................................................................................... 13

A. Kesimpulan ........................................................................................... 13

B. Saran ..................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada umumnya, suatu perusahaan didirikan bertujuan agar perusahaan


tersebut dapat berkembang serta mampu menjaga dan mempertahankan
kelangsungan usahanya di masa yang akan datang. Akan tetapi, dengan kondisi
ekonomi yang terus menerus mengalami perubahan, maka keadaan ini dapat
mempengaruhi kinerja dan keadaan perusahaan. Dengan semakin kuatnya
persaingan maka, perusahaan tidak hanya dituntut untuk mampu menghasilkan
produk yang bermutu tinggi bagi konsumen, namun juga harus mampu
mengelola keuangan dengan baik dan professional. Oleh karena itu, diperlukan
manajemen dengan tingkat efektivitas yang tinggi untuk mencapai laba yang
maksimal.

Perusahaan dapat menentukan langkah untuk mengatasi masalah-masalah


dan meminimalisir dampak negatif yang timbul. Likuiditas perusahaan
merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi usaha pencapaian
laba/profit yang telah di targetkan. Pemilihan rasio likuiditas untuk mengetahui
pengaruhnya terhadap profitabilitas pada perusahaan manufaktur sektor industri
barang konsumsi karena rata-rata kebanyakan perusahaan manufaktur sektor
industri barang konsumsi berhubungan sangat erat kaitannya dengan
ketersediaan likuiditas, dalam hal ini yaitu aktiva lancar, hutang lancar atau
hutang jangka pendek hutang jangka panjang dan modal. Karena perusahaan
manufaktur sektor industri barang konsumsi mempunyai aktivitas operasi yang
tinggi sehingga perusahaan harus mampu mengelola setiap aktivitasnya agar
memperoleh keuntungan dan mampu memaksimalkan profitabilitas.

1
B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Rasio Likuiditas ?

2. Apa Tujuan dan Manfaat Rasio Likuiditas ?

3. Apa Saja Jenis – jenis Rasio Likuiditas ?

4. Apa Itu Aplikasi Analisis Rasio Likuiditas ?

C. Tujuan

Selain mengetahui apa itu rasio likuiditas dengan memahami rasio likuiditas
ini, menjadi mengerti bahwa perusahaan diharapkan dapat membuat analisis
terhadap utang dan aset yang dimilikinya untuk memperkuat cost saving dari
sebuah perusahaan. Rasio likuiditas juga berguna untuk menentukan
kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Rasio Likuiditas

Rasio Likuiditas dapat didefinisikan sebagai rasio yang menunjukan


kapabilitas perusahaan dalam menutupi kewajiban jangka pendeknya. Rasio
likuiditas dikenal juga sebagai rasio yang dapat digunakan untuk mengukur
sampai seberapa jauh tingkat kapabilitas perusahan dalam melunasi kewajiban
jangka pendeknya yang akan jatuh tempo (Hery, 2016: 149). Sejalan dengan itu
Prastowo, (2011:83) mengatakan bahwa rasio likuiditas adalah rasio yang
mengambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka
pendeknya kepada kreditor jangka pendek. Rasio likuiditas atau disebut juga
rasio modal kerja bertujuan mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka pendeknya. Berdasarkan pengertian diatas maka rasio
likuiditas adalah rasio keuangan yang menunjukan kemampuan finansial
perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya tepat waktu kepada
kreditor.

B. Tujuan dan Manfaat Rasio Likuiditas

Melalui rasio likuiditas, pemilik perusahaan dapat menilai kemampuan


manajemen dalam mengelola dana yang telah dipercayakan, termasuk dana yang
dipergunakan untuk membayar kewajiban jangka pendek Investor sangat
membutuhkan rasio likuiditas terutama dalam hal pembagian deviden tunai,
sedangkan kreditor membutuhkannya untuk pedoman pengembalian pinjaman
pokok dengan bunganya. Kreditor maupun supplier lazimnya akan menyerahkan
pinjaman/utang kepada perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas tinggi.

Berikut adalah tujuan dan manfaat rasio likuiditas secara keseluruhan:

3
1. Mengukur kekuatan perusahaan dalam membayar kewajiban atau utang
yang akan segera jatuh tempo.
2. Mengetahui kapasitas perusahaan dalam membayar kewajiban jangka
pendek dengan menggunakan total asset lancar.
3. Mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka
pendek dengan menggunakan asset sangat lancar.
4. Menaksir skala uang kas perusahaan dalam membayar utang jangka
pendek.
5. Perencanaan finansial di masa depan terutama yang berhubungan dengan
perencanaan kas dan kewajiban jangka pendek.
6. Mengetahui keadaan dan posisi likuiditas perusahaan masing-masing
periode dengan membandingkannya.

C. Jenis – jenis Rasio Likuiditas

Secara umum tujuan utama rasio keuangan digunakan adalah untuk menilai
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya. Namun, disampingitu,
dari rasio likuiditas dapat diketahui hal-hal lain yang lebih spesifik yang juga
masih berkaitan dengan kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajibannya. Semua ini tergantung dari jenis rasio likuiditas yang digunakan.
Dalam praktiknya, untuk mengukur rasio keuangan secara lengkap, dapat
menggunakan jenis-jenis rasio likuiditas yang ada.

Jenis-jenis rasio likuiditas yang dapat digunakan perusahaan untuk mengukur


kemampuan, yaitu:

1. Rasio Lancar (Current Ratio)

a. Rasio lancar (current ratio) merupakan rasio untuk mengukur


kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau
utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan.
Dengan kata lain, seberapa banyak aktiva lancar yang tersedia untuk
menutupi kewajiban jangka pendek yang segera jatuh tempo. Rasio lancar
dapat pula dikatakan sebagai bentuk untuk mengukur tingkat keamanan

4
(margin of safety) suatu perusahaan. Penghitungan rasio lancar dilakukan
dengan cara membandingkan antara total aktiva lancar dengan total utang
lancar.Versi terbaru pengukuran rasio lancar adalah mengurangi sediaan
dan piutang.
b. Aktiva lancar (current assets) merupakan harta perusahaan yang dapat
dijadikan uang dalam waktu singkat (maksimal satu tahun). Komponen
aktiva lancar meliputi kas, bank, surat- surat berharga, piutang, sediaan,
biaya dibayar dimuka, pendapatan yang masih harus diterima, pinjaman
yang diberikan, dan aktiva lancer lainnya.
c. Utang lancar (current liabilities) merupakan kewajiban perusahaan jangka
pendek (maksimal satu tahun). Artinya, utang ini segera harus dilunasi
dalam waktu paling lama satu tahun.
d. Komponen utang lancar terdiri dari utang dagang, utang bank satu tahun,
utang wesel, utang gaji, utang pajak, utang dividen, biaya diterima di
muka, utang jangka panjang yang sudah hampir jatuh tempo, serta utang
jangka pendeklainnya.

Dari hasil pengukuran rasio, apabila rasio lancar rendah, dapat dikatakan
bahwa perusahaan kurang modal untuk membayar utang. Namun, apabila
hasil pengukuran rasio tinggi, belum tentu kondisi perusahaan sedang baik.
Hal ini dapat saja terjadi karena kas tidak digunakan sebaik mungkin. Untuk
mengatakan suatu kondisi perusahaan baik atau tidaknya, ada suatu standar
rasio yang digunakan, misalnya rata-rata industri untuk usaha yang sejenis
atau dapat pula digunakan target yang telah ditetapkan perusahaan
sebelumnya, sekalipun kita tahu bahwa target yang telah ditetapkan
perusahaan biasanya ditetapkan berdasarkan rata-rata industri untuk usaha
yang sejenis.

Rumus untuk mencari rasio lancar atau current rasio dapat yang digunakan
sebagai berikut.

Current Ratio = Aktiva lancar (CurrentAssets)

Utang Lancar (Current Liabilities)

5
Untuk pembahasan rasio-rasio ini kita menggunakan laporan keuangan PT
Yumiko Maharani,Tbk yang ada di halaman 111 dan 112.

Contoh:

Komponen Laporan Keuangan 2005 2006

Total aktiva lancar (current assets) 1.640 1.340

Total utang lancar (current liabilities) 750 750

Untuk tahun 2005:


Rp1.640

= 2,18 kali
Rp750
Current Ratio (CR) = (dibulatkan 2,2kali)

Artinya jumlah aktiva lancer sebanyak 2,2 kali utang lancar, atau setiap 1
rupiah utang lancar dijamin oleh 2,2 rupiah harta lancar atau 2,2: 1 antara
aktiva lancar dengan utang lancar.

Untuk tahun 2006:

Rp1.340
Current Ratio (CR) = 1,8kali(dibulatkan1,8kali)
Rp750

Artinya jumlah aktiva lancar sebanyak 1,8 kali utang lancar, atau setiap 1
rupiah utang lancar dijamin oleh Rp1,8 harta lancar atau 1,8: 1 antara aktiva
lancar dengan utang lancar

Jika rata-rata industri untuk current ratio adalah dua kali, keadaan
perusahaan untuk tahun 2005 berada dalam kondisi baik mengingat rasionya
di atas rata-rata industri. Namun, untuk tahun 2006 kondisinya kurang baik
jika dibandingkan dengan perusahaan lain karena rasionya masih di bawah
rata-rata industri.

6
2. Rasio Cepat (Quick Ratio)

Rasio cepat (quick ratio) atau rasio sangat lancar atau acid test ratio
merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
memenuhi atau membayar kewajiban atau utang lancar (utang jangka pendek)
dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan nilai sediaan (inventory).
Artinya nilai sediaan kita abaikan, dengan cara dikurangi dari nilai total aktiva
lancar. Hal ini dilakukan karena sediaan dianggap memerlukan waktu relatif
lebih lama untuk diuangkan, apabila perusahaan membutuhkan dana cepat
untuk membayar kewajibannya dibandingkan dengan aktiva lancar lainnya.

Untuk mencari quick ratio, diukur dari total aktiva lancar, kemudian
dikurangi dengan nilai sediaan. Terkadang perusahaan juga memasukkan
biaya yang dibayar di muka jika memang ada dan dibandingkan dengan
seluruh utang lancar. Rumus untuk mencari rasio cepat (quick ratio) dapat
digunakan sebagai berikut.

Quick Ratio (Acid Test Ratio) = Current Asset – Inventory

Curret Liabilities
atau

Quick Ratio (Acid Test Ratio) = Aks + Bank + Efek + Piutang


Curret Liabilities

Contoh:
Komponen Laporan Keuangan 2005 2006
Total Aktiva Lancar (Current Assets) 1.640 1.340
Total Utang Lancar (Current Liabilities) 750 750
Sediaan (Inventory) 250 310

7
Untuk tahun 2005:
Quick Rasio = Rp 1.640 −Rp 250 = 2,52

Rp 750

Untuk tahun 2006:


Quick Rasio = 𝑅𝑝1.340 − 𝑅𝑝 310 = 1,37kali = 1,4kali (dibulatkan)

Rp 750

Jika rata-rata industri untuk quick ratio adalah 1,5 kali, maka keadaan
perusahaan lebih baik dari perusahaan lain. Kondisi ini menunjukkan bahwa
perusahaan tidak harus menjual sediaan bila hendak melunasi utang lancar,
tetapi dapat menjual surat berharga atau penagihan piutang.

Demikian pula sebaliknya, jika rasio perusahaan di bawah rata-rata


industri, keadaan perusahaan lebih buruk dari perusahaan lain. Hal ini
menyebabkan perusahaan harus menjual sediaannya untuk melunasi
pembayaran utang lancar, Padahal menjual sediaan untuk harga yang normal
relative sulit, kecuali perusahaan menjual dibawah harga pasar, yang tentunya
bagi perusahaan jelas menambah kerugian.

3. Rasio Kas (CashRatio)

Di samping kedua rasio yang sudah dibahas di atas, terkadang perusahaan


juga ingin mengukur seberapa besar uang yang benar benar siap untuk
digunakan untuk membayar utangnya. Artinya dalam hal ini perusahaan tidak
perlu menunggu untuk menjual atau menagih utang lancar lainnya yaitu
dengan menggunakan rasiol ancar.

Rasio kas atau cash ratio merupakan alat yang digunakan untuk mengukur
seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang. Ketersediaan
uang kas dapat ditunjukkan dari tersedianya dana kas atau yang setara dengan
kas seperti rekening giro atau tabungan di bank (yang dapat ditarik setiap

8
saat). Dapat dikatakan rasio ini menunjukkan kemampuan sesungguhnya bagi
perusahaan untuk membayar utang-utang jangka pendeknya.

Rumus untuk mencari rasio kas atau cash ratio dapat digunakan sebagai
berikut.

Cashor Cashequivalent
Cashratio=
Current Liabilities
atau

Cashratio = Kas + Bank


Current Liabilities

Contoh:

Komponen Laporan Keuangan 2005 2006


Total aktiva lancar (Current Assets) 1.640 1.340
Total utang lancar (Inventory) 750 750
Kas 250 260
Giro (bank) 350 300
Cash ratio dapat dicari sebagai berikut:

Untuk tahun 2005:


𝑅𝑝 250 +𝑅𝑝350

Cash ratio = = 0,8 atau 80%


𝑅𝑝 750

Untuk tahun 2006:


𝑅𝑝 260 + 𝑅𝑝300

Cash ratio = = 0,746 atau 75%


𝑅𝑝 750

Jika rata-rata industri untuk cash ratio adalah 50% maka keadaan perusahaan
lebih baik dari perusahaan lain. Namun, kondisi rasio kas terlalu tinggi juga
kurang baik karena ada dana yang menganggur atau yang tidak atau belum

9
digunakan secara optimal. Sebaliknya apabila rasio kas di bawah rata-rata
industri, kondisi kurang baik ditinjau dari rasio kas karena untuk membayar
kewajiban masih memerlukan waktu untuk menjual sebagian dari aktiva
lancar lainnya.

4. Rasio Perputaran Kas

Menurut James O. Gill, rasio perputaran kas (cash turn over) berfungsi
untuk mengukur tingkat kecukupan modal kerja perusahaan yang dibutuhkan
untuk membayar tagihan dan membiayai penjualan. Artinya rasio ini
digunakan untuk mengukur tingkat ketersediaan kas untuk membayar tagihan
(utang) dan biaya-biaya yang berkaitan dengan penjualan.
Untuk mencari modal kerja, kurangi aktiva lancer terhadap utang lancar.
Modal kerja dalam pengertian ini dikatakan sebagai modal kerja bersih yang
dimiliki perusahaan. Sementara itu, modal kerja kotor atau modal kerja saja
merupakan jumlah dari aktiva lancar. Hasil perhitungan rasio perputaran kas
dapat diartikan sebagai berikut.
a. Apabila rasio perputaran kas tinggi, ini berarti keluar masuknya uang kas
begitu cepat, karena penjualan yang tinggi, dan uang yang masuk dan yang
keluar relatif seimbang sehingga kemampuan membayar seluruh tagihan
dapat dilakukan sesuai waktunya.
b. Sebaliknya apabila rasio perputaran kas rendah, dapat diartikan kas yang
tertanam pada aktiva yang sulit dicairkan dalam waktu singkat sehingga
perusahaan harus bekerja keras dengan kas yang lebih sedikit.

Rumus yang digunakan untuk mencari rasio perputaran kas adalah sebagai
berikut.

Rasio PerputaranKas= 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ

𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
Untuk mengaplikasikan rumus di atas, dapat digunakan data sebagai berikut.

Contoh:

10
Komponen Laporan Keuangan 2005 2006
Penjulan bersih (net sales) 5.950 5.550
Total aktiva lancar (current assets) 1.640 1.340
Total utang lancar (current assets) 750 750

Untuk tahun 2005:


5.950

Rasio Perputaran Kas = = 6,68 kali dibulatkan (7 kali)


1.640

Untuk tahun 2006:

5.950
Rasio Perputaran Kas= = 9,4 kali dibulatkan (10kali)
1.340−750

Jika rata-rata industry untuk perputaran kas adalah 10%, keadaan


perusahaan pada tahun 2005 kurang baik karena masih cukup jauh dari rata-
rata industri. Namun, kondisi tahun 2006 dikatakan baik karena kondisinya
sama dengan rata-rata industri.

5. Inventory to Net Working Capital


Inventory to Net Working Capital merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur atau membandingkan antara jumlah sediaan yang ada dengan
modal kerja perusahaan. Modal kerja tersebut terdiri dari pengurangan antara
aktiva lancar dengan utang lancar.
Rumusan untuk mencari Inventory to net working capital dapat digunakan
sebagai berikut.

Inventory toNWC= 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑛𝑡𝑜𝑟𝑦

𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠−𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠

Contoh :

11
Komponen Laporan Keuangan 2005 2006
Total aktiva lancar (current assets) 1.640 1.340
Total utang lancar (current liabilities) 750 750
Sediaan (inventory) 250 310

Untuk tahun 2005:

Inventory to NWC = = 0,105 dibulatkan (11%)


1.640 −

Untuk tahun 2006:

Inventory toNWC = 310


= 0,148 dibulatkan (15%)
1.340 − 750

Jika rata-rata industri untuk Inventory to net working capital adalah 12%,
keadaan perusahaan pada tahun 2005 kurang baik karena masih dibawah
rata-rata industri, namun tidak terlalu buruk karena masih mendekati rata-
rata industri, hanya saja masih perlu ditingkatkan. Untuk tahun 2006
kondisinya baik karena berada di atas rata-rata industri. Artinya perusahaan
melakukan peningkatan Inventory to net working capital dari tahun
sebelumnya. 1

1
Ismawati Pasar Uang Dalam Perpspektif Islam. Jurnal Minds : Manajemen Ide dan
Inspiratif. Hal. 96-106

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Rasio likuiditas atau sering juga disebut dengan nama rasio modal kerja
merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa likuidnya suatu
perusahaan. Dengan kata lain, rasio likuiditas berguna untuk mengetahui
kemampuan perusahaan dalam membiayai dan memenuhi kewajiban/utang pada
saat ditagih atau jatuh tempo. Rasio Lancar (Current Ratio) merupakan rasio
untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek
atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih. Rasio Cepat (Quick Ratio)
merupakan rasio uji cepat yang menunjukkan kemampuan perusahaan
membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar tanpa
memperhitungkan nilai sediaan. Rasio kas (Cash Ratio) merupakan alat untuk
mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang. Hal ini
dapat ditunjukkan dari tersedianya dana kas atau yang setara dengan kas seperti
rekening giro dan tabungan. Rasio perputaran kas (Cash Turn Over) bermanfaat
untuk mengukur tingkat kecukupan modal kerja perusahaan yang dibutuhkan
untuk membayar tagihan dan membiayai penjualan Inventory to net working
capital merupakan rasio yang mengukur atau membandingkan antara jumlah
sediaan yang ada dengan modal kerja perusahaan.

B. Saran

Demi kesempurnaan makalah ini, kami selaku kelompok 5 mengharapkan


masukan yanag membangun. Semoga bermanfaat dan senantiasa menjadin
manusia yang selalu menjaga dan memahami studi islam dan penelitiannya
dengan baik. Sebagai bahan kajian yang baik maka perlu untuk mengkaji setiap
apa yang disajikan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Ismawati. (n.d.). Pasar Uang Dalam Perpspektif Islam. Jurnal Minds :


Manajemen Ide dan Inspiratif.
Kasmir. (2019). Analisis Laporan Keuangan . Depok: Rajawali Pers.

14

Anda mungkin juga menyukai