Anda di halaman 1dari 14

MANAJEMEN RISIKO LIKUIDITAS

OLEH:

Yunita Yusri (90500118087)

Firza agustianti M (90500118088)

Pirami (90500118089)

DOSEN PENGAMPU:

JURUSAN : PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat-Nya kami bisa

menyelesaikan makalah yang berjudul “MANAJEMEN RISIKO LIKUIDITAS”. Makalah ini

diajukan guna memenuhi tugas mata MANAJEMEN RESIKO PERBANAN SYARIAH

Makassar ,16 Mei 2021

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..............................................................................................

KATA PENGANTAR............................................................................................

DAFTAR ISI..........................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................

A. Latar Belakang............................................................................

B. Rumusan Masalah.......................................................................

C. Tujuan.........................................................................................

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................

A. Pengertian risiko likuiditas.........................................................

B. Penerapan manajemen risiko likuiditas pada perbankan syariah

C. system penerapan internal...........................................................

BAB III PENUTUP................................................................................................

A. Kesimpulan.................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang

            Sebagai lembaga keuangan dan seiring dengan situasi lingkungan eksternal dan internal

perbankan yag mengalami perkembangan pesat, bank syariah akan selalau berhadapan dengan

berbagai jenis resiko dengan tingkat kompleksitas yang beragam dan melekat pada kegiatan

usahanya. Resiko dalam konteks perbankan merupakan sutu kejian yang potensial, baik yang

dapat diperkirakan maupun yang tidak dapat diperkirakan yang berdampak negative terhadap

pendapatan dan permodalan bank. Resiko tersebut tidak dapat dihindari tetapi dapat dikelola dan

dikendalikan. Salah satu resiko yang dihadapi oleh dunia perbankan adalah resiko likuiditas.

Oleh karena itu sebagaiaman lembaga perbankan pada umumnya bank syariah juga memerlukan

serangkaian prosedur dan metodologi yang dapat digunakan dalam mengendaliakan dan

mengelola resiko yang akan timbul, baik resiko likuidtas maupun resiko yang lainya.

B.       Rumusan Masalah

1.    Apa pengertian risiko likuiditas?

2.    Bagaimana penerapan manajemen risiko di bank syariah?

3.    Bagaimana sistem pengendalian internal?

C.      Tujuan Masalah

1.    Untuk mengetahui pengertian risiko likuiditas.

2.    Untuk mengetahui bagaimana penerapan manajemen risiko di bank syariah.

3.    Untuk mengetahui bagaimana sistem pengendalian internal.


BAB II

PEMBAHASAN

A.  Pengertian Risiko Likuiditas

          Risiko adalah sebagai konsekuensi atas pilihan yang mengandung ketidak pastian yang
berpotensi mengakibatkan hasil yang tidak diharapkan atau dampak negative lainya yang
merugikan bagi yang mengambil keputusan

Likuiditas didefinisikan sebagai kemampuan suatu perusahaan untuk melunasi seluruh liabilitas
jangka pendeknya, yaitu liabilitas yang jatuh tempo kurang dari satu tahun

Risiko Likuditas adalah risiko terjadinya kerugian yang merupakan akibat dari adanya
kesenjangan antara sumber pendanaan yang pada umumnya berjangka pendek dan aktiva yang
pada umumnya berjangka panjang atau tidak  mampu memenuhi kewajibannya yang telah jatuh
tempo

Islamic financial service board (IFBS) mendefinisikan risiko likuiditas sebagai potensi kerugian
yang dapat dialami oleh bank islam karena ketidakmampuannya memenuhi liabilitasnya yang
telah jatuh tempo atau ketidakmampuan bank islam dalam mendanai peningkatan asetnya dengan
biaya yang relatif murah dan tanpa adanya kerugian berarti yang diderita.

Sementara itu, BI melalui PBI Nomor 13/23/PBI/2011 mendefisinikan risiko likuiditas sebagai
risiko akibat ketidakmampuan bank memenuhi liabilitas yang jatuh tempo dari sumber
pendanaan arus kas dan/atau asset likuid berkualitas tinggi yang dapat digunakan, tanpa
mengganggu aktivitas dan keuangan bank.

Likuiditas penting bagi bank untuk menjalankan transaksi bisnisnya sehari-hari, mengatasi
kebutuhan dana yang mendesak, memuaskan permintaan nasabah akan pinjaman dan
memberikan fleksibilitas dalam meraih kesempatan investasi menarik dan menguntungkan.
Likuiditas yang tersedia harus cukup, tidak boleh terlalu kecil sehingga mengganggu kebutuhan
operasional sehari-hari, tetapi juga tidak boleh terlalu besar karena akan menurunkan efisiensi
dan berdampak pada rendahnya tingkat profitabilitas
B.  Penerapan Manajemen Risiko Bank

          Penerapan manajemen risiko untuk risiko likuiditas bagi bank syariah, baik secara
individual maupun bagi bank secara konsolidasi dengan anak perusahaan. Mencakup hal-hal
sebagai sebagai berikut :

1.    Pengawasan Aktif Dewan Komisaris, Direksi dan DPS

     Setiap bank selalu wajib menerapkan manajemen risiko serta penerapan beberapa hal dalam
tiap aspek aktif dewan komisaris dan direksi sebagai berikut :

a.       Kewenangan dan tanggung jawab dewan komisaris dan direksi

(1) Dewan komisaris dan direksi memastikan telah sesuai dengan tujuan strategis, skala,
karakteristik bisnis dan profil likuiditas bank syariah, termasuk memastikan integrasi
penerapan manajemen resiko untuk likuiditas dan risiko lainnya.
(2) Wewenang dan tanggung jawabnya yaitu melakukan persetujuan dan evaluasi berkala
mengenai kebijakan setidaknya satu kali dalam satu tahun dan strategi untuk risiko
likuiditas termasuk rencana pendanaan darurat.
(3) Wewenang dan tanggung jawab direksi, setidaknya meliputi :

a) Memanatau posisi dan risiko likuiditas secara berkala, baik dlam keadaan normal
maupun tidak menguntungkan.
b) Melakukan evaluasi satu bulan sekali
c) Melakukan evaluasi segera pada liquidity gap
d)  Melakukan penyesuaian kebijakanterhadapp hasil evaluasi pada posisi risiko
likuiditas
e) Menyampaikan laporan kepada dewan komisaris mengenai posisi risiko likuiditas
serta hal lain mencakup kebijakan,strategi,dan prosedur baik kondisi secara berkala
maupun yang signifikan
(4) Wewenang dan tanggung jawab DPS
a) Mengevaluasi atas kebijakan terutama aspek yang terkait pemenuhan prinsip
syariah
b)  Mengevaluasi pertanggung jawaban direksi manajemen risiko khususnya likuiditas
sesuai dengan prinsip syariah

b.    Sumber Daya Insani

Setiap fungsi atau unit memiliki tanggung jawab dalam pengelolaan risiko likuiditas dengan
kompetensi yang memadai antara lain ALCO,treasury.

c.    Organisasi Manajemen Risiko Likuiditas

Bank syariah wajib memiliki komite pengelolaan likuiditas yang bertanggung jawab untuk
melakukan pengelolaan likuiditas bank syariah, antara lain seperti ALCO.

2.    Kebijakan, Prosedur, dan Penetapan Limit

a.    Strategi manajemen resiko

Pentingnya penyusunan strategi untuk meminimalisir kemungkinan ketidakmampuan bank


dalam memperoleh pendanaan arus kas

b.    Tingkat resiko yang akan diambil dan toleransi risiko

(1) Tingkat resiko yang diambil tercermin dari aset dan kewajiaban serta strategi gapping
yang dilakuka n oleh bank syariah.
(2) Toleransi risiko menggambarkan tingkat risiko likuiditas yang akan diambil bank, yang
ditentukan komposisi alat likuiditas dan sumber pendanaan baik untuk saat ini maupun
masa yang akan datang.

c.    Kebijakan dan prosedur

1)   Kebijakan mengenai manajemen risiko termasuk strategi dan limit harus sejalan dan sesuai
dengan visi,misi, strategi bisnis dan tingkat risiko yang akan diambil. Jadi harus didukung oleh
kecukupan permodalan dan kemampuan SDM serta memperhatikan kapasitas pendanaan bank
syariah secara keseluruhan.

2)      Kebijakan dan prosedur

a) Mencakup tugas dan fungsi masing-masing unit dan fungsi yang terlibat antara lain
dewan komisaris, direksi, audit internal, SKMR, ALCO, treasury dan sebagainya.
b) Kebijakan mengenai ALCO termasuk keanggotaan, kualifikasi anggota, tugas dan
tanggung jawab serta frekuensi pertemuan.
c) Kebijakan dan prosedur pengelolaan likuiditas meliputi : komposisi aset dan kewajiban,
tingkat aset yang dipelihara, penetapan jenis dan alokasi aset likuiditas tinggi,
diversifikasi dan stabilitas sumber pendanaa, manajemen likuiditas pada berbagai sumber
pendanaan, manajemen likuiditas harian, limit risiko likuiditas.
d) Penetapan indikator internal dan eksternal untuk peringatan dini untuk risiko likuiditas
sebagai alat identifikasi permasalahandan penentuan mitigasi risiko likuiditas.
e) Metode pengukuran risiko likuiditas dan stress testing risiko harus sesuai dengan strategi
pengelolaan
f) Diperlukannya sistem yang memadai untuk identifikasi, pengukuran, pemantauan dan
pengendalian risiko likuiditas termasuk pelaporan likuiditas
g) Rencana pendanaan darurat mencakup metode yang digunakan untuk memperoleh
pendanaan pada situasi krisis. Dan ALCO wajib mengkaji dan memutakhirkan rencana
pendanaan untuk memastikan evektivitas rencana pendanaan darurat tersebut.

d.   Limit

1) Limit risiko likuiditas harus konsisten dan relevan dengan bisnis bank syariah,
kompleksitas kegiatan usaha, toleransi risiko, karakteristik produk, valuta, pasar di mana
bank syariah tersebut aktif melakukan transaksi, data historis.
2) Kebijakan mengenai limit diterapkan secara konsisten untuk mengelola risiko likuiditas,
antara lain untuk membatasi gap pendanaan pada berbagai jangka waktu dan/atau
membatasi konsentrasi sumber pendanaan,instrumen, atau segmen pasar tertentu.
3) Limit risiko meliputi mismatch arus kas baik dari jangka pendek maupun jangka panjang.
Penetapan limit tidak hanya digunakan likuiditas harian pada kondisi normal tetapi juga
kondisi krisis

3.   Proses Identifikasi, Pengukuran dan Pemantauan

Bank syariah melakukan penerapan manajemen resiko melalui proses identifikasi, pengukuran
dan pemantauan selain itu bank syariah juga perlu menambahkan penerapan beberapa hal dalam
tiap proses dimaksud, sebagai berikut :

a.       Identifikasi resiko likuiditas

1) Dalam rangka melakukan identifikasi resiko likuiditas, bank syariah harus melakukan
analisis terhadap seluruh sumber resiko likuiditas. Sumber resiko likuiditas yaitu produk
dan akitvitas bank yang mempengaruhi sumber dan penggunaan dana, baik pada posisi
aset dan kewajiban maupun rekening administratif; dan resiko-resiko lain yang dapat
meningkatkan resiko likuiditas, misalnya resiko kredit, resiko pasar, dan resiko
operasional.
2) Analisis dilakukan untuk mengetahui jumlah dan tren kebutuhan likuiditas serta sumber
pendanaan yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
3) Bank syariah harus melakukan analisis terhadap eksposur resiko lainnya yang dapat
meningkatkan resiko likuiditas, antara lain resiko pasar, resiko kredit, resiko operasional,
dan resiko hukum. Pada umumnya, resiko likuiditas seringkali ditimbulkan oleh
kelemahan atau permasalahan yang ditimbulkan oleh resiko lain sehingga identifikasi
resiko harus mencakup pula kaitan antara likuiditas dengan resiko lainnya.

b.      Pengukuran resiko likuiditas

1) Bank syariah wajib memiliki alat pengukuran yang dapat menguantifikasi resiko
likuiditas secara tepat waktu dan komprehensif.
2) Alat pengukuran sebagaimana dimaksud pada angka (1) harus dapat digunakan untuk
mengukur resiko likuiditas yang ditimbulkan oleh aset, kewajiban dan rekening
administratif.
3) Alat pengukuran harus dapat mengukur eksposur resiko inheren, antara lain komposisi
aset, kewajiban, dan TRA; konsentrasi aset dan kewajiban; dan kerentanan pada
kebutuhan pendanaan.
4) Alat pengukuran tersebut setidaknya meliputi hal-hal sebagai berikut :
a) Rasio likuiditas, yaitu rasio keuangan yang menggambarkan indikator likuiditas atau
mengukur kemampuan bank syariah untuk memenuhi kewajiban jangka pendek.
b) Profil maturitas, yaitu pemetaan posisi aset, kewajiban, dan rekening administratif ke
dalam skala waktu tertentu berdasarkan pada sisa jangka waktu sampai dengan jatuh
tempo.
c) Proyeksi arus kas, yaitu proyeksi seluruh arus kas masuk dan arus kas keluar,
termasuk kebutuhan pendanaan untuk memenuhi komitmen dan kontingensi pada
d) Stress testing, yaitu pengujian terhadap kemampuan bank syariah untuk memenuhi
kebutuhan likuiditas pada kondisi krisis dengan menggunakan skenario stress secara
spesifik pada bank syariah maupun stress pada pasar.
5) Kompleksitas pendekatan pengukuran resiko likuiditas yang digunakan bank syariah
harus disesuaikan dengan komposisi aset, kewajiban, dan rekening administratif bank
syariah. Ketika bank syariah memiliki aktivitas bisnis yang lebih kompleks, bank syariah
harus menggunakan pendekatan pengukuran dinamis serta didukung oleh berbagai
asumsi yang relevan.
6) Rasio likuiditas yang digunakan dalam pengukuran resiko likuiditas harus disesuaikan
dengan strategi bisnis, toleransi resiko, dan kinerja masa lalu. Hasil pengukuran dengan
menggunakan rasio perlu dianalisis dengan memperhatikan informasi kualitatif yang
relevan.
7) Profil maturitas menyajikan pos-pos aset, kewajiban dan rekening administratif yang
dipetakan ke dalam skala waktu berdasarkan pada sisa waktu sampai jatuh tempo sesuai
kontrak dana atau berdasarkan pada asumsi, khususnya pada pos neraca, dan rekening
administratif yang tidak memiliki jatuh tempo kontraktual.
8) Proyeksi arus kas menyajikan arus kas yang berasal dari aset, kewajiban, dan rekening
administratif serta kegiatan usaha lainnya yang dipetakan ke dalam skala waktu tertentu.
Proyeksi arus kas harus disusun setidaknya setiap bulan dengan jangka waktu proyeksi
disesuaikan dengan kebutuhan bank syariah dengan memperhatikan struktur aset,
kewajiban dan rekening administratif.

c.       Pemantauan risiko likuiditas

1) Pemantauan harus memperhatikan peringatan dini untuk mengetahui potensi peningkatan


resiko likuiditas bank syariah Indikator dini terdiri atas :
a) Indikator internal : Strategi pertumbuhan aset, peningkatan konsentrasi baik pada sisi
aset maupun kewajiban, peningkatan mismatch valuta asing, posisi yang mendekati
atau melanggar limit internal maupun limit regulator secara berulang-ulang dan
peningkatan biaya dana bank syariah.
b) Indikator eksternal : berasal dari pihak ketiga (contoh :rumor di pasar mengenai,
permasalahan pada bank), analisis maupun peserta pasar. Indikator umumnya
berkaitan dengan kapasitas pembiayaan bank syariah yang bersangkutan (Karim,
2004, hal. 260).

C.  Sistem Pengendalian Internal

          Risiko likuiditas muncul sebagai konsekuensi fungsi intermediasi yang diambil oleh bank.
Risiko ini akan senantiasa melekat pada bank sepanjang proses bisnis yang dijalankan bank.
Sejak bank mengumpulkan dana dari masyarakat hingga pengulurannya kepada masyarakat.
Sehingga manajemen risiko likuiditas sudah selayaknya dilekatkan pada setiap tahapan proses
bisnis bank, termasuk pada waktu menciptakan produk keuangan. Untuk melakukan
pengendalian terdapat beberapa hal seharusnya dilakukan bank islam.

1. Sebaiknya bank islam melakukan diverifikasi atas sumber pendanaan yang digunakan
untuk mendanai berbagai pembiayaan yang disalurkan kepada masyarakat.
2. Untuk memenuhi kebutuhan likuiditas jangka pendek, bank islam dapat menggunakan
beberapa skema pendanaan jangka pendek.
3. Bank dapat melakukan skurititas asset selama memungkinkan dan disetuji oleh DPS dan
DSN

   Pengendalian internal sebagai suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen
dan personil lain entitas yang didesain untuk memberikan kenyakinan memadai tentang
pencapaian tiga golongan tujuan berikut:

1.      Keadaan pelaporan keuangan

2.      Efektifitas dan efisiensi dari operasional

3.      Pemenuhan dengan ketentuan hukum dan peraturan yang bisa diterapkan.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

            Risiko Likuditas adalah risiko terjadinya kerugian yang merupakan akibat dari adanya
kesenjangan antara sumber pendanaan yang pada umumnya berjangka pendek dan aktiva yang
pada umumnya berjangka panjang.

Risiko likuiditas terjadi akibat ketidakmampuan bank islam dalam memenuhi liabilitas yang
jatuh tempo. Untuk memenuhi kebutuhan likuiditasnya, bank dapat menggunakan sumber
pendanaan arus kas dan asset ikuiditas tinggi yang dapat digunakan tanpa mengganggu aktivitas
dan kondisi keuangan bank. Risiko ini muncul sebagai konsekuensi logis dari ketidaksamaan
waktu jatuh tempo antara sumber pendanaan bank, yakni DPK dan akad pembiayaan bank
kepada debitur. Apalagi jika pembiayaan yang dilakukan bank mengalami gagal bayar. Sering
kali, pemicu utama kebangkrutan yang dialami oleh bank, yang besar maupun yang kecil,
bukanlah karena kerugian yang dideritanya, melainkan lebih kepada ketidakmampuan bank
memenuhi kebutuhan likuiditasnya..
DAFTAR PUSTAKA

Indroes, Ferry N. 2008. “Manajemen Resiko Perbankan”.  Jakarta: Rajagrafindo persada.


Iying, Ririn. 2017. “Fiqih Resiko Likuiditas”. Malang.  
Karim, Adiwarman A. 2004. “Bank Islam: Analisis Fiqh Dan Keuangan”. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada
Muhammad. 2010. “Manajemen bank syariah”. Yogyakarta: UPP AMPYKPN, 2010.
Wahyudi, Imam. 2013. “Manajemen resiko bank islam”. Jakarta: Salemba Empat

Anda mungkin juga menyukai