Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Manajemen Koperasi dan
Keuangan Mikro Syariah
Disusun Oleh:
Kelompok 6
UNIVERSITAS SILIWANGI
2024 M/1445 H
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah yang maha suci, karena berkat rahmatnya,
kami kelompok 6 dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Manajemen Koperasi dan
Keuangan Mikro Syariah yang berjudul “Manajemen Risiko Lembaga Keuangan Mikro
Syariah”.
Dalam menyelesaikan makalah ini penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak,
baik moral maupun material. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Bapak Agus Ahmad Nasrulloh., S. E.I., M.E. Sy selaku dosen pengampu mata kuliah
Manajemen Koperasi dan Keuangan Mikro Syariah yang telah memberi kesempatan
kepada penulis untuk mengembangkan wawasan pada materi ini.
2. Teman – teman penulis yang telah memberikan masukan dalam pembuatan makalah
ini sehingga makalah menjadi kaya dan bermakna.
3. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu
penulis menyelesaikan makalah ini. Semoga bantuan Bapak, Ibu dan saudara menjadi
amal saleh dan mendapat balasan yang berlipat gnada dari Allah SWT.
Penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna, baik dalam isi maupun teknik
penyajian. Oleh karena itu, kritik, saran, dan masukan dari pembaca untuk perbaikan makalah
ini sangat penulis harapkan. Semoga makalah ini bermanfaat, baik bagi pembelajaran
berbicara, khususnya presentasi maupun pembelajaran Manajemen Koperasi dan Keuangan
Mikro Syariah pada umumnya Aamiin.
Penulis,
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
C. Tujuan ............................................................................................................................. 2
A. Kesimpulan ................................................................................................................... 13
B. Saran ............................................................................................................................. 14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manajemen Risiko Lembaga Keuangan Mikro Syariah menjadi krusial karena
perannya yang sangat penting dalam memastikan kelangsungan operasional dan
keberlanjutan lembaga keuangan mikro syariah tersebut. Sebagai institusi yang
bergerak di sektor keuangan mikro syariah, lembaga tersebut beroperasi dalam
lingkungan yang kompleks dan penuh dengan risiko. Oleh karena itu, pemahaman
mendalam tentang risiko-risiko yang dihadapi dan upaya manajemennya menjadi
sangat penting.
Risiko likuiditas menjadi salah satu aspek yang perlu diperhatikan secara serius
dalam konteks lembaga keuangan mikro syariah. Mengingat ketergantungannya pada
pembiayaan luar, khususnya dana pihak ketiga, lembaga tersebut rentan terhadap
fluktuasi dalam arus kas. Ketidakmampuan untuk memenuhi kewajiban pembayaran
pada waktu yang ditetapkan dapat mengakibatkan gangguan serius bagi operasional
lembaga dan juga kehilangan kepercayaan dari nasabah.
Selain risiko likuiditas, risiko pembiayaan juga menjadi fokus penting dalam
manajemen risiko lembaga keuangan mikro syariah. Hal ini mencakup penilaian
terhadap kualitas pembiayaan yang diberikan, kemampuan nasabah untuk memenuhi
kewajiban pembayaran, serta potensi risiko gagal bayar. Pengelolaan risiko
pembiayaan ini memerlukan kebijaksanaan dalam seleksi nasabah dan pemantauan
yang cermat terhadap portofolio pembiayaan.
1
Risiko hukum serta kepengurusan dan pengelolaan juga tidak boleh diabaikan
dalam konteks manajemen risiko lembaga keuangan mikro syariah. Perubahan
regulasi, tuntutan hukum, atau bahkan konflik internal di antara pengelola dapat
memiliki dampak yang signifikan terhadap stabilitas dan reputasi lembaga. Oleh
karena itu, lembaga tersebut harus selalu memperhatikan kepatuhan terhadap
peraturan yang berlaku serta menjaga transparansi dan akuntabilitas dalam
kepengurusan dan pengelolaannya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana manajemen risiko likuiditas pada lembaga keuangan mikro syariah?
2. Bagaimana manajemen risiko pembiayaan pada lembaga keuanga mikro syariah?
3. Bagaimana manajemen risiko operasional pada lembaga keuangan mikro syariah?
4. Bagaimana risiko hukum pada lembaga keuangan mikro syariah?
5. Bagaimana risiko kepengurusan dan pengelolaan pada lembaga keuangan mikro
syariah?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui manajemen risiko likuiditas pada lembaga keuangan mikro
syariah
2. Untuk mengetahui manajemen risiko pembiayaan pada lembaga keuangan mikro
syariah
3. Untuk mengetahui manajemen risiko operasional pada lembaga keuangan mikro
syariah
4. Untuk mengetahui risiko hukum pada lembaga keuangan mikro syariah
5. Untuk mengetahui risiko kepengurusan dan pengelolaan pada lembaga keuangan
mikro syariah
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Aan Zainul Anwar and Edi Susilo, “IMPLEMENTASI MANAJEMEN RISIKO LIKUIDITAS
LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SYARIAH ( Studi Kasus BMT Aman Utama Jepara ) Universitas
Islam Nahdlatul Ulama,” Journal Dinamika Ekonomi dan Bisnis 12, no. 2 (2015).
2
Wiwin Winanti, “Manajemen Risiko Likuiditas Pada Perbankan Syariah,” EKSISBANK: Ekonomi
Syariah dan Bisnis Perbankan 3, no. 1 (2019): 81–90.
3
manajemen risiko likuiditas secara efektif setidaknya mencakup: (1) pengawasan
aktif dewan komisaris dan direksi, (2) kecukupan kebijakan, prosedur, dan
penetapan limit manajemen risiko, (3) kecukupan proses identifikasi, pengukuran,
pemantauan, dan pengendalian risiko serta sistem informasi manajemen risiko,
dan (4) sistem pengendalian intern yang menyeluruh. Dalam menerapkan
manajemen risiko likuiditas, bank perlu mengevaluasi profil risiko likuiditasnya
yang dikatikan dengan kecukupan modal (capital requirement). Efektivitas
manajemen risiko likuiditas ini akan meningkatkan stabilitas sistem perbankan
secara keseluruhan Secara mendasar, proses pengukuran likuiditas memerlukan
empat alat ukur:
a) Proyeksi arus kas, yaitu proyeksi seluruh arus kas masuk dan arus kas
keluar termasuk kebutuhan pendanaan untuk memenuhi komitmen dan
kontinjensi pada transaksi rekening administratif.
b) Rasio likuiditas, yang menggambarkan kemampuan bank untuk
memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
c) Profil maturitas, yaitu pemetaan posisi aset, kewajiban, dan rekening
administratif ke dalam skala jangka waktu tertentu berdasarkan sisa
jangka waktu sampai dengan jatuh tempo.
d) Stress testing, yaitu pengujian yang dilakukan dengan menggunakan
skenario tertentu terhadap posisi likuiditas bank dalam kondisi krisis.
Penerapan manajemen risiko pada perbankan syariah disesuaikan dengan ukuran
dan kompleksitas usaha serta kemampuan Bank. Bank Indonesia menetapkan aturan
manajemen risiko ini sebagai standar minimal yang harus dipenuhi oleh BUS dan
UUS sehingga perbankan syariah dapat mengembangkannya sesuai dengan kebutuhan
dan tantangan yang dihadapi namun tetap dilakukan secara sehat, istiqomah, dan
sesuai dengan Prinsip Syariah. Dalam manajemen risiko, pertama yang harus
dilakukan adalah mengidentifikasi semua risiko yang dihadapi, kemudian mengukur
atau menentukan besarnya risiko dan barulah dapat dicarikan jalan keluarnya untuk
menghadapi atau menangani risiko itu. Oleh karena itu pihak manajemen harus
menyusun strategi untuk memperkecil atau mengendalikan risiko yang dihadapinya
Oleh karena itu, setiap bank Syariah harus dapat mengidentifikasi setiap risiko yang
akan dihadapi didalam proses berjalannya bank Syariah tersebut.
Manajemen risiko merupakan unsur penting yang penerapannya sangat perlu
diperhatikan, khususnya pada Bank sebagai salah satu lembaga keuangan.
4
Penyusunan kerangka kerja, struktur dan perangkat yang efektif untuk memonitor
risiko dengan menggunakan pendekatan Enterprise Risk Management (ERM) telah
dimulai di tahun 2007. Selama 2007, pekerjaan besar telah diselesaikan dalam
mengidentifikasi risk event dan merencanakan skenario untuk meningkatkan
efektivitas Bank dalam kemampuannya menanggapi potensi atau terjadinya risk
event. Secara umum, risiko yang dihadapi perbankan syariah merupakan risiko yang
relatif sama sama dengan yang dihadapi bank konvensional. Namun selain itu, bank
syariah juga menghadapi risiko yang memiliki keunikan tersendiri, karena harus
mengikuti prinsip-prinsip syariah. Risiko kredit, risiko pasar, risiko operasional dan
risiko likuiditas harus dihadapi bank syariah. Risiko unik ini muncul karena isi neraca
bank syariah berbeda dengan bank konvensional. Dalam hal ini pola bagi hasil yang
dilakukan bank syari’ah menambah kemungkinan munculnya risiko-risikolain.
Seperti withdrawal risk, fiduciary risk, dan displaced commercial risk merupakan
contoh risiko unik yang harus dihadapi bank syariah. Penerapan Manajemen Risiko
untuk Risiko Likuiditas secara efektif paling kurang mencakup: (i) pengawasan aktif
Dewan Komisaris dan Direksi; (ii) kecukupan kebijakan, prosedur, dan penetapan
limit Manajemen Risiko; (iii) kecukupan proses identifikasi, pengukuran,
pemantauan, dan pengendalian Risiko serta sistem informasi Manajemen Risiko;
(iv)sistem pengendalian intern yang menyeluruh. Penerapan Manajemen Risiko
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) paling kurang mencakup:
a) Pengawasan aktif Dewan Komisaris, Direksi, dan Dewan Pengawas
Syariah
b) Kecukupan kebijakan, prosedur, dan penetapan limit Manajemen
Risiko
c) Kecukupan proses identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan
pengendalian Risiko serta sistem informasi Manajemen Risiko; dan
d) Sistem pengendalian intern yang menyeluruh.
Penerapan Manajemen Risiko Likuiditas juga meliputi:
a) Pengawasan Oleh Pengurus dan Pengawas
Pengawasan yang dilakukan oleh pengurus dan pengawas dengan
mengadakan rapat rutin setiap bulan, selanjutnya pengurus dan
pengawas memberikan masukan- masukan kepada manajer tentang apa
yang harus dilakukan. Bila dianggap penting, maka pengurus
mengeluarkan surat keputusan sebagai pedoman kerja kepada manajer
5
dan karyawan dalam bentuk Peraturan khusus sebagai system
pengawasan yang dilakukan oleh pengursus dalam pengelolaan kas
harian di kantor Kepercayaan pengurus dan pengawas kepada manajer
sangat tinggi walaupun resiko penyelewengannya juga tinggi.
Pemahaman pengurus dan pengawas akan manajemen risiko likuiditas
masih rendah terutama di tingkat Pengawas, dengan tidak dilakukannya
pengawasan aktif dan on the spot control.
b) Kebijakan, Prosedur dan Limit Risiko Likuiditas
Dalam pelaksanaan kebijakan, prosedur dan limit likuiditasnya
berdasarkan Peraturan Khusus bernomor 003/Persus/BMT-AU/I/2014
tentang Ketentuan Pengelolaan Kas. Peraturan ini berisi Penyediaan
Kas, Opname Kas dan Kas Bank.
c) Proses Manajemen Risiko dan Sistem Informasi Manajemen
1. Identifikasi risiko
Dalam melakukan penghimpunan dana mempunyai produk
yang dapat diambil setiap saat dan produk berjangka yang
pengambilannya dilakukan sesuai perjanjian dan sesuai
karakteristik proudknya. Pada dasarnya produk penghimpunan
dana didominasi oleh simpanan yang pengambilannya terikat
dengan karakteristik produknya.
2. Pengukuran
Pengukuran likuiditas hanya didasarkan pada kebiasaan
harian anggota dalam pengambilan tabungannya dan pencairan
pembiayaan yang telah disetujui. Bila terjadi kekurangan
likuiditas untuk kas, kantor cabang member tahukan kepada
kantor pusat untuk menyediakan likuiditasnya dan menunda
pencairan pembiayaan yang telah disetujui pencairannya. Alat
pengukuran yang lazim dipakai di dunia perbankan yaitu
berdasarkan proyeksi arus kas, berdasarkan rasio likuiditas,
berdasarkan profil maturitas dan stress testing, sama sekali tidak
dikenal oleh manajer dan karyawannya dan tidan menjadi dasar
kebijakan oleh pengurusnya.
6
3. Pemantauan
Pemantauan likuiditas telah dilakukan secara harian oleh
manajer pusat ke kantor-kantor cabang dengan cara komunikasi
intensif melalui telepon, sms dan email. Namun pemantauan
untuk mengantisipasi likuiditas dalam jangka panjang tidak
dilakukan, bahkan metode pengukurannya seperti early warning
indicator yang dikenal di dunia perbankan belum dikenal oleh
pengurus, manajer dan karyawan. Sehingga bila dalam jangka
panjang terjadi rush ataupun kekurangan likuiditas, belum ada
scenario untuk mengantisipasinya.
4. Pengendalian
Pengendalian seluruh proses transaksi maupun operasional
lainnya langsung ditangani oleh kantor pusat dengan personal 1
orang manager dan 1 orang administrasi keuangan (acounting).
Di kantor cabang pengendalian transaksi dan operasional
lainnya dilakukan oleh manajer cabang. Bila ada permasalahan
maka kantor cabang segera memberitahukan kepada kantor
pusat, manajer pusat melakukan rapat dengan pengurus untuk
mengambil keputusan3.
1. Character
Penilaian karakter dilakukan oleh koperasi kepada anggota untuk
mengetahui itikad dari angota tersebut, baik perilaku sehari-harinya,
wataknya dan sifat-sifat pribadi yang dimiliki anggota tersebut. Hal ini
bermaksud untuk mengetahui apakah karakter yang dimiliki anggota
3
Muhammad. Doni et al., “Manajemen Risiko Likuiditas Pada Perbankan Syariah” (2022): 39–47.
4
Hidayat Wahyu, Implementasi Manajemen Resiko Syariah Dalam Koperasi Syariah, Jurnal Asy-
Syukriyyah (Oktober, 2019) Vol.20 No. 2, h. 30-50
7
tersebut memang benarbenar baik atau kurang baik. Hal tersebut juga bisa
dilihat dari BI checking angota tersebut. Walaupun anggota tersebut
diyakini mampu secara finansial untuk memenuhi kewajiban, namun jika
anggota tersebut memiliki itikad yang kurang baik maka koperasi akan
mempertimbangkan untuk pemberian pembiayaan atau bisa jadi koperasi
tidak akan merealisasi pembiayaan yang diajukan.5
2. Capacity
Penilaian kemampuan nasabah untuk menjalankan usaha untuk
memperoleh laba yang nantinya akan digunakan untuk mengembalikan
pembiayaan yang diberikan koperasi kepada anggota. Untuk mengukur
capacity dapat dilakukan melalui berbagai pendekatan:6
a) Pendekatan historis, penilaian dengan menunjukkan perkembangan
usaha yang dimilikinya minimal umur usaha lebih dari 2 tahun.
b) Pendekatan profesi, penilaian latar belakang pendidikan para
pengurus perusahaan. Hal ini dilakukan untuk perusahaan yang
menghendaki keahlian teknologi tinggi dan profesionalisme tinggi.
c) Pendekatan yuridis, apakah calon anggota mampu dan memiliki
kapasitas untuk mewakili badan usaha yang diwakilinya untuk
mengadakan perjanjian pembiayaan dengan koperasi.
d) Pendekatan manajerial, menilai kemampuan dan ketrampilan
anggota dalam melaksanakan tugas dan kewajiban nya memimpin
perusahaan.
e) Pendekatan teknis, penilaian kemampuan anggota dalam hal
mengelola faktor-faktor produksi sehingga mampu menguasai
pangsa pasar yang ditargetkan oleh perusahaan
3. Capital
Capital digunakan untuk melihat seberapa besar penggunaan modal
dalam kegiatan usahanya, apakah modal yang selama ini digunakan sesuai
dengan laporan keuangan yang diberikan calon anggota kepada koperasi
syariah atau justru antara modal yang ada dengan penggunaan modal untuk
5
Trisadini P. Usanti dan Abd. Shomad, Transaksi Bank Syariah, (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2013) h.
67
6
Hidayat Wahyu, Implementasi Manajemen Resiko Syariah Dalam Koperasi Syariah, Jurnal Asy-
Syukriyyah (Oktober, 2019) Vol.20 No. 2, h. 30-50
8
pengelolaan usaha tidak sesuai atau adanya sebuah kejanggalan. Dalam
penilaian capital koperasi syariah selain melihat dari laporan keuangan
calon anggota, juga harus dilihat dari sumber modal yang didapat oleh
calon anggota.
4. Collateral
Collateral atau yang sering disebut dengan jaminan adalah barang yang
berharga dan memiliki nilai untuk dijadikan sebagai penjamin bagi calon
angota untuk mengajukan pembiayaan kepada koperasi syariah. Jaminan
yang diberikan calon anggota kepada koperasi syariah biasanya berupa
tanah, bangunan, benda bergerak seperti mobil dan motor, dan barang atau
apapun yang sekiranya dapat disetujui oleh pihak analis pembiayaan dan
dapat dijadikan sebagai jaminan pembiayaan7.
5. Condition of Economic
Penilaian kondisi usaha dipengaruhi oleh situasi sosial dan ekonomi.
Tidak hanya pada sektor yang akan dibiayai saja, melainkan pada sektor
ekonomi menyeluruh, dalam hal ini juga menjadi bagian dari penentuan
kondisi usaha calon angota yang akan dibiayai. Hal ini dapat meliputi
analisis terhadap variabel ekonomi mikro. Pada saat ekonomi mengalami
penurunan atau dalam keadaan krisis, koperasi syariah harus lebih berhati-
hati lagi dalam memberikan pembiayaan, hal ini dilakukan karena koperasi
syariah menilai beberapa kondisi yang memang dijadikan sebagai acuan
dalam penilaian condition of economic (kondisi ekonomi calon anggota)8.
7
Wahyu Hidayat, “Implementasi Manajemen Resiko Syariah Dalam Koperasi Syariah,” Jurnal Asy-
Syukriyyah 20, no. 2 (2019): 30–50.
8
Ibid.
9
Adapun bentuk bentuk dari risiko operasional menurut Base II, diantaranya sebagai
berikut9:
Selain itu juga terdapat fungsi pengawasan agar terhindar dari perilaku dalam
kegiatan koperasi serta dapat meminimalisir hal-hal yang tidak diinginkan,
diantaranya yaitu10:
9
Ubaidillah and Yunisa Adri Purwaningsih, “Manajemen Risiko Operasional Koperasi Syariah
Berdasarkan Pendekatan Enterprise Risk Management (ERM) Pada Masa Pandemi Covid-19 (Studi
Pada KSPPS Hanada Quwais Sembada),” Mabsya: Jurnal Manajemen Bisnis Syariah 5, no. 2 (2023):
169–194.
10
Hidayat, “Implementasi Manajemen Resiko Syariah Dalam Koperasi Syariah.”
10
adalah risiko yang timbul karena ketidakmampuan bank dalam mengelola kebijakan
hingga menyebabkan kerugian dalam hal yuridis, serta tidak mampu menghadapi
tuntutan yang diberikan dari pihak lain. Disisi lain Risiko hukum merupakan risiko
yang timbul akibat tuntutan hukum dan/atau kelemahan aspek yuridis. Resiko ini
timbul antara lain karena ketiadaan peraturan perundang-undangan yang mendukung
atau kelemahan perikatan, seperti tidak mendukukng terhadap
Teori/Konsep/Fenomena yang ada, perlu pengembangan keilmuan lebih lanjut.
dipenuhinya syarat sahnya kontrak atau pengikatan agunan yang tidak sempurna11.
Adapun pengertian yang dijelasakan Taufiq Rizal mengenai manajemen risiko
hukum ialah potensikerugian akibat terjadinya suatu tertentu. Risikohukum adalah
risiko yang timbul akibat tuntutanhukum atau kelemahan aspek yuridis. Wikipedia
pun menjelaskan tentang pengertian manajemen risiko hukum adalah risiko yang
timbul karena ketidakmampuan manajemen perusahaan dalam mengelola munculnya
permasalahan hukum yang dapat menimbulkan kerugian atau kebangkrutan bagi
perusahaan12.
Dari beberapa pengertian/difinisi yang dijelaskan, dapatkita simpulkan bahwa
manajemen risiko hukumsuatu peristiwa yang terjadi di seluruh aspektransaksi yang
terdapat di bank, serta kontrak atau perjanjian yang dilakukan dengan nasabah
maupun pihak ketiga ataupun pihak lain yang didalamnyaterdapat tuntutan hukum
yang disebabkan beberapafaktor dan aspek yuridis.
Dari beberapa faktor diatas, hal tersebut terjadi karena di sebabkan adanya
pelanggaran terhadap kontrak, hukum dan peraturan, ketidakcakupan dimanajemen
risiko hukum suatu peristiwa yang terjadi di seluruh aspek transaksi yang terdapat di
bank, serta kontrak atau perjanjian yang dilakukan dengan nasabah maupun pihak
ketiga ataupun pihak lain yang di dalamnya terdapat tuntutan hukum yang
disebabkanbeberapafaktor dan aspek yuridis.
11
Yulia Purnama, “Manajemen Risiko Hukum Pada Perbankan Syariah Di Indonesia,” EKSISBANK:
Ekonomi Syariah dan Bisnis Perbankan 3, no. 1 (2019): 30–39.
12
Suharto Tentiyo, “Konsep Penerapan Manajemen Risiko Hukum (Legal Risk) Pada Lembaga
Keuangan Dan Perbankan Syariah Di Indonesia,” Jurnal Mataram 11, no. 1 (2022): 269–270.
11
manajer sampai dengan level bawah semisal office boy. Ditemukan beberapa
kasus koperasi syariah yang bermasalah itu disebabkan oleh tidak berjalannya
fungsi organisasi dikarenakan kualitas Sumber Daya Insaninya yang tidak
kompeten dan amanah. Dalam pengelolannya tidak memiliki aturan mapun
SOP/SOM yang jelas. Dalam hal implementasi resiko syariah kita dapat merujuk
sabda rasulullah “apabila suatu perkara diserahkan kepada ahlinya maka
tunggulah kehancurannya”. Karena itu didalam proses rekrutmen pengurus
maupun pengelola harus benar-benar cermat. Langkah berikutnya adalah
upgreading skill dan menumbuhkan rasa ketauhidan kepada Allah SWT agar
senantiasa mawas diri pengurus dan pengelola secara rutin dan berorientasi pada
peningkatan kinerja.
2. Risiko strategik/pengelolaan
Risiko pengelolaan adalah risiko yang terjadi akibat ketidaktepatan dalam
pengambilan dan/atau pelaksanaan suatu keputusan stratejik, serta kegagalan
dalam menyesuaikan dengan perubahan lingkungan bisnis. Sebagai contoh:
a) Bank mengikuti arus mengembangkan bisnis mikro, padahal bank
tersebut belum berpengalaman dalam bidang tersebut sehingga bank
mengalami banyak permasalahan.
b) Bank memutuskan bersaing dengan bank asing dengan meluncurkan
bisnis produk terstruktur yang kompleks, padahal bank belum memiliki
infrastruktur yang memadai sehingga bank mengalami kerugian.
c) Bank memutuskan melakukan bisnis tertentu yang ternyata kemudian
mendatangkan kerugian besar pada bank13.
13
Murtiadi Awaluddin, Implementasi Manajemen Risiko Pembiayaan Lembaga Keuangan Mikro
Syariah (LKMS), ed. Sri Prilmayanti Awaluddin (Makassar, 2020).
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa manajemen risiko
merupakan aspek yang sangat penting dalam operasional lembaga keuangan mikro
syariah, terutama dalam menghadapi risiko likuiditas, pembiayaan, operasional,
hukum, serta kepengurusan dan pengelolaan. Risiko likuiditas menjadi perhatian
utama karena dapat mengganggu kemampuan lembaga dalam memenuhi kewajiban
pembayaran tepat waktu, terutama dalam situasi likuiditas pasar yang tidak memadai.
Untuk mengelola risiko likuiditas dengan efektif, lembaga keuangan mikro syariah
perlu menerapkan berbagai strategi seperti proyeksi arus kas, rasio likuiditas, profil
maturitas, dan stress testing.
Selain risiko likuiditas, risiko pembiayaan juga menjadi fokus penting, di mana
lembaga perlu menilai karakter, kapasitas, modal, jaminan, dan kondisi ekonomi dari
penerima pembiayaan untuk meminimalkan risiko gagal bayar. Manajemen risiko
operasional juga diperlukan untuk mengidentifikasi dan mengendalikan risiko yang
muncul dari kegagalan proses internal, sumber daya manusia, sistem, dan faktor
eksternal.
Risiko hukum menjadi perhatian khusus dalam manajemen risiko, karena dapat
timbul dari pelanggaran terhadap kontrak, hukum, dan peraturan yang dapat
menimbulkan kerugian atau bahkan kebangkrutan bagi lembaga keuangan mikro
syariah. Terakhir, risiko kepengurusan dan pengelolaan membutuhkan organisasi yang
diisi oleh individu yang profesional dan berintegritas, serta kebijakan dan prosedur
yang jelas untuk menghindari risiko strategis yang dapat terjadi akibat keputusan yang
tidak tepat.
13
demikian, lembaga keuangan mikro syariah dapat menghadapi tantangan dengan lebih
baik dan menjaga reputasi serta kepercayaan dari para pemangku kepentingan.
B. Saran
Manajemen risiko merupakan hal yang sangat penting baik itu untuk instansi,
organisasi, individu, untuk meminimalisir dan mencegah terjadinya risiko yang dapat
menghambat dalam mecapai tujuan yang telah dilaksanakan.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna karena
dalam penulisan makalah ini masih terdapat kesalahan dan kekurangan. Maka dari itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan
makalah ini dan penulisan makalah selanjutnya
14
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Aan Zainul, and Edi Susilo. “IMPLEMENTASI MANAJEMEN RISIKO
LIKUIDITAS LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SYARIAH ( Studi Kasus BMT
Aman Utama Jepara ) Universitas Islam Nahdlatul Ulama.” Journal Dinamika Ekonomi
dan Bisnis 12, no. 2 (2015).
Doni, Muhammad., Tania Ananda. Putri, Tri Bella. Juliansia, Ulfa. Mawadha, Wangi Pelita.
Sari, and Rama. Anina. “Manajemen Risiko Likuiditas Pada Perbankan Syariah” (2022):
39–47.
Suharto Tentiyo. “Konsep Penerapan Manajemen Risiko Hukum (Legal Risk) Pada Lembaga
Keuangan Dan Perbankan Syariah Di Indonesia.” Jurnal Mataram 11, no. 1 (2022):
269–270.
15