Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

MANAJEMEN ASET DAN LIABILITY

OLEH:
ALYA LESTARI
NIM: 2220203862201004
PUTRI NIRMALA
NIM: 2220203862201006
NURMIATI
NIM: 2220203862201008
KHAERUL TASLIM
NIM: 2120203862201073

Makalah Ini Disusun Guna Untuk Menyelesaikan Tugas Mata Kuliah


Manajemen Perbankan Syariah

PROGRAM STUDI AKUNTANSI LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PAREPARE
2024
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Segala puji bagi ALLAH SWT. Yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Shalawat serta salam semoga terlimpah
curahkan kepada nabi besar MUHAMMAD SAW yang kita nanti-nantikan syafa’atnya diakhirat
kelak.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari dosen kami
Bapak ARWIN, M.Si pada mata kuliah Manajemen Perbankan Syariah. Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang Manajemen Aset Dan
Liability bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Untuk itu kami mengucapkan terimah kasih kepada pihak yang terlibat dalam penyusunan
makalah ini utamanya pada rekan-rekan sekelompok tiga (3), yakni Alya Lestari, Putri
Nirmala, Nurmiati, Khaerul Taslim. Dan kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.

Pinrang, 14 April 2024

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................................iii
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................2
C. Tujuan...................................................................................................................................2
BAB II.............................................................................................................................................4
PEMBAHASAN..............................................................................................................................4
A. Manajemen Aset Dan Liability.............................................................................................4
B. Asset Liability Committee ( ALCO )...................................................................................6
C. Tujuan Manajemen Aset Dan Liability................................................................................8
D. Fungsi Manajemen Aset Dan Liability.................................................................................9
E. Implementasi Manajemen Aset Dan Liability....................................................................11
F. Strategi Manajemen Aset Dan Liability.............................................................................12
G. Resiko Dan Manajemen Resiko..........................................................................................14
H. Audit Dan Control Bank Syariah........................................................................................16
I. Dalil Manajemen Aset Dan Liability..................................................................................19
BAB III..........................................................................................................................................21
PENUTUP.....................................................................................................................................21
A. Kesimpulan.........................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................22

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bank adalah lembaga intermediasi antara para penabung dan investor. Tabungan masyarakat
dialihkan melalui investasi dan kredit oleh bank. Tabungan tersebut berasal dari nasabahnya
yang menyimpan dana di bank karena mereka percaya bahwa bank dapat memilih alternatif
investasi atau penyaluran kredit yang credible dan menarik. Proses pemilihan investasi itu
sebaiknya dengan hati-hati dan prudencial banking karena kesalahan dalam pemilihan bentuk
investasi akan membawa dampak bahwa bank tidak bisa memenuhi kewajibannya kepada para
nasabahnya, bank mengoordinasikan fungsi tersebut melalui assets/liabilities management
committee, atau disingkat ALCO.
Manajemen aktiva dan pasiva yang disebut pula dengan Assets and Liability Management
(ALMA) sudah dapat dipastikan ada pada setiap bank. Kedua sisi neraca, yaitu sisi pasiva yang
menggambarkan sumber dana dan sisi aktiva yang menggambarkan (alokasi) dana harus
dikelola secara efisien, efektif, produktif, dan seoptimal mungkin karena merupakan bisnis
utama bagi setiap bank. Pengelolaan aset dan liabilitas tersebut disebut dengan Manajemen Aset
dan Liabilitas yang dikenal dengan ALMA (Asset and Liability Management). Aset dan
Liabilitas pada setiap bank ini dikelola oleh Assets and Liability Committee (ALCO) yang
secara organisasi tidak terlihat dalam struktur organisasi, namun kegiatannya ada dan dikelola
dalam team work serta secara operasional umumnya berada di dalam divisi treasury, yang
dimpin oleh wakil direktur utama/ direksi yang membidangi divisi treasury dan kepada divisi
treasury umumnya sebagai ketua pelaksana dengan anggota yang berasal dari divisi treasury,
divisi kredit, divisi reserch & development, divisi pusat administrasi.
Keberadaan ALMA ini adalah untuk mengelola risiko-risiko yang mungkin timbul dalam
kegiatan bisnis sehari-hari yang dirancang sedemikian rupa sehingga dapat memaksimumkan
pendapatan sekaligus membatasi risiko aset dan liabilitas dengan mematuhi ketentuan kebijakan
moneter dan pengawasan bank melalui suatu organisasi yang disebut ALMA. Dalam
pelaksanaannya, untuk menetapkan suatu kebijakan, ALMA membutuhkan informasi yang

iv
cukup dan hasil analisis yang tepat. Informasi yang diperlukan terdiri dari data eksternal dan
internal.
Tugas utama manajemen aset/liabilitas adalah memaksimalkan laba, meminimalkan risiko,
dan menjamin tersedianya likuiditas yang cukup. Potensi resiko yang dihadapi bank
konvensional juga dihadapi oleh bank syariah, kecuali risiko tingkat bunga karena profit and
loss sharing yang menjadi landasan sistem operasionalnya (Djinarto,2000:3). Fokus manajemen
aset dan liabilitas adalah mengkoordinasikan portofolio aset dan liabilitas bank dalam rangka
memaksimalkan profit bagi bank dan hasil yang dibagikan kepada para pemegang saham dalam
jangka panjang dengan memperhatikan kebutuhan likuiditas dan kehati-hatian. Secara umum,
tanggung jawab ALCO adalah mengelola posisi dan alokasi dana-dana bank agar tersedia
likuiditas yang cukup, memaksimalkan profitabilitas, dan meminimalkan risiko. Manajemen
tidak bisa menarik nasabah untuk menyimpan uangnya di bank, tanpa memberikan keyakinan
bahwa dana itu dapat diinvestasikan secara menguntungkan dan dapat dikembalikan jika dana
itu sewaktu-waktu ditarik oleh nasabah atau dana tersebut telah jatuh tempo. Oleh karena itu,
manajemen juga harus secara simultan mempertimbangkan berbagai risiko yang akan
berpengaruh pada perubahan tingkat laba yang diperoleh. Hal ini juga meliputi penilaian
terhadap bujet dan rencana pendapatan, penilaian kinerja investasi perusahaan lalu, memantau
distribusi aset/liabilitas bank dan menerapkan strategi manajemen aset/liabilitas.

B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi Manajemen aset dan liability?


2. Apa hubungan asset liability committee dengan manajemen aset dan liability?
3. Apa tujuan manajemen aset dan liability?
4. Apa fungsi manajemen aset dan liability?
5. Bagaimana implementasi manajemen aset dan liability?
6. Bagaimana strategi dalam manajemen aset dan liability?
7. Apa definisi resiko dan manajemen resiko?
8. Bagaimana konsep audit dan control bank syariah?
9. Apa dalil tentang manajemen aset dan liability?

v
C. Tujuan

1. Memahami definisi manajemen aset dan liability.


2. Memahami hubungan sset liability committee dengan manajemen aset dan liability.
3. Memahami tujuan manajemen aset dan liability.
4. Memahami fungsi manajemen aset dan liability.
5. Memahami implementasi manajemen aset dan liability.
6. Memahami strategi dalam manajemen aset dan liability.
7. Memahami definisi resiko dan manajemen resiko.
8. Memahami konsep audit dan control bank syariah.
9. Memahami dalil tentang manajemen aset dan liability.

vi
BAB II

PEMBAHASAN

A. Manajemen Aset Dan Liability

Era globalisasi yang diikuti perkembangan teknologi informasi yang berubah dengan sangat
cepat telah mempengaruhi aktivitas bisnis, tidak terkecuali pada bisnis jasa perbankan.
Perubahan ini akan mempengaruhi kebijakan perbankan di bidang pengelolaan asset dan
liability-nya. Apabila tidak terdapat penyesuaian pada lingkungan, maka bank yang bersangkutan
akan tenggelam dalam era persaingan yang semakin ketat saat ini. Untuk unggul di bisnis
perbankan diperlukan sumberdaya yang mampu bersaing. Dengan keunggulan sumber daya,
sebuah bank akan mampu memformulasikan strategi penentuan harganya baik di bidang lending
maupun funding. Penentuan strategi dan kebijakan pengelolaan dana bank diperlukan suatu
sistem yang dapat memformulasikan fungsi penghimpunan dan penyaluran dana tersebut melalui
manajemen (pengelolaan) aset dan liabilitas. Asset and Liability Management (ALMA) adalah
suatu proses operasionalisasi dari fungsi-fungsi manajemen yang meliputi planning, organizing,
actuating, dan controlling (POAC) di bidang pengelolaan struktur neraca Permodalan (equity),
Pemupukan dana (pooled of funds), dan Penggunaan dana (asset allocation).
Yang saling terkoordinasi untuk memaksimalkan struktur neraca bank dalam mencapai
tingkat laba yang optimal dengan tingkat resiko yang diperhitungkan. Menurut Parmujianto
(2017) management asset dan liability adalah serangkaian tindakan dan prosedur yang dirancang
untuk mengontrol posisi keuangan. Menurut Veitzal (2007:372) asset and liability management
ini juga untuk mengelola risiko-risiko yang kemungkinan timbul dalam dalam kegiatan bisnis
sehari-hari yang dirancang sedemikian rupa sehingga dapat mengoptimalkan pendapatan
sekaligus membatasi risiko aset dan liabilitas dengan mematuhi ketentuan kebijakan moneter dan
pengawasan bank. Risiko ALMA dalam suatu bank yang semakin membesar berupa:
1. Financing risk, yaitu debitur akan memenuhi seluruh kewajibannya (keterlambatan
angsuran atau pelunasan) tepat pada waktunya.
2. Liquidity risk, yaitu risiko bahwa bank tidak dapat memenuhi kewajibannya pada
waktunya atau hanya dapat memenuhi kewajiban melalui pinjaman darurat (bunga
yang tinggi) dan atau menjual aset dengan harga yang rendah.

vii
3. Pricing risk, yaitu risiko kerugian dengan akibat perubahan tingkat bunga. Risiko ini
sebagai akibat Net Interest Margin (NIM) atau tidak terpenuhinya likuiditas, atau
terjadinya gap karena tidak tepatnya perhitungan pricing atas aset dan liabilitas.
4. Foreign exchange risk, yaitu risiko kerugian sebagai akibat perubahan tingkat kurs
terhadap “open position” karena adanya pergerakan kurs yang merugikan.
5. Gap risk, yaitu risiko kerugian dari ke tidak seimbangan interest rate maturity karena
adanya pergerakan tingkat bunga yang merugikan.
Terdapat tiga tahap pendekatan asset and liability management (ALMA). Menurut Sinkey (dalam
Riyadi, 2006:11), yaitu:
1. Tahap I (General) Yaitu tahapan-tahapan secara umum dalam mengelola dan
mengelompokkan aset dan liabilitas bank, yang secara garis besarnya dikelompokkan:
1) Asset Management
2) Liability Management
3) Capital Management
Pada tahap ini pengelompokannya masih bersifat umum, sesuai dengan struktur laporan
keuangan yang tampak pada neraca bank secara garis besarnya saja.
2. Tahap II (Specific) Pada tahap ini pengelompokkan sudah lebih spesifik dan rinci baik
dari sisi aset maupun liabilitas dan modal dengan komposisi sebagai berikut:
1) Reserve position asset management
2) Reserve position liability management
3) Liquidity management
4) Generalized loan position
5) Investment management
6) Long Term debt management
7) Loan management
8) Capital management
9) Fixed asset management
3. Tahap III (Balance sheet generates the income and expense) Dalam tahapan ini sudah
mulai lebih rinci lagi dibandingkan tahap-tahap sebelumnya, yang akhirnya untuk melihat
kemampuan bank dalam menghasilkan keuntungan, dengan formula sebagai berikut:

viii
Profit = Revenue – Interest Cost – Overhead – Taxes

Dalam tahap ini sudah dilakukan pemisahan manajemen, melakukan kontrol terhadap
hal-hal yang bersifat menjadi beban. Demikian pula dengan pengelolaan manajemen
likuiditas, agar tidak terjadi over liquid atau sebaliknya, juga pengelolaan modal menjadi
penting karena untuk dapat melakukan ekspansi kepada debiturdebitur besar atau group
diperlukan modal yang cukup. Selain itu pengelolaan rekening administrasi harus
dilakukan secara cermat untuk menghindari adanya kerugian bank.

B. Asset Liability Committee ( ALCO )

Seperti pada umumnya industi sektor rill yang melakukan proses produksi dari input ke
ouput, produksi dalam industri perbankan adalah aktivitas bank yang tercermin dalam laporan
neraca keuangan baik sisi aktiva maupun passiva sementara hasil produksi adalah laporan
laba/rugi. Proses produksi yang dilakukan secara benar akan menghasilkan produksi yang
optimal hanya dapat dicapai jika manajemen bank mampu mempersiapkan perencanaan dan
pengaturan penghimpunan dan pengalokasian dana. Oleh karena itu, perencanaan dan pengaturan
dana akan berjalan baik harus dilakukan oleh pihak atau badan yang baik. Badan ini biasanya
berbentuk tim atau panitia atau disebut commitee ataupun dewan khusus. Untuk melaksanakan
ALMA sebagai salah satu fungsi yang penting dalam bank, perlu dibentuk organisasi manajemen
aset dan liabilitas pada suatu bank. Organisasi Manajemen Aset dan Liabilitas bank terdiri dari
asset liability committe (ALCO) dan ALCO Support Group (ASG). Anggota ALCO terdiri dari
pimpinan unit kerja operasional dan unit kerja yang berhubungan dengan tugas ALMA. Sedang
anggota ASG terdiri dari sekelompok manajer/staf profesional yang bertugas membantu ALCO.
Sebagai contoh Asset and Liability Committe (ALCO) pada Bank Danamon memberi tanggung
jawab kepada divisi Treasury and Capital Market (TCM) untuk terus fokus pada pengelolaan
neraca yang efisien dan berpegang pada prinsip kehati-hatian. TCM harus mampu mengelola
risiko likuiditas Bank Danamon dengan memastikan bahwa kebutuhan likuiditas bank senantiasa
terpenuhi untuk mendukung pertumbuhan usaha dengan berprinsip kehatihatian, selain itu divisi
TCM juga mendapat tugas untuk mengelola risiko suku bunga yang melekat di neraca bank.
ALCO dibentuk dengan tujuan memberdayakan bank agar bank bersangkutan mampu
bersaing di pasar dalam menentukan tingkat bunga sekarang maupun masa yang akan datang.

ix
Komite tersebut menjalankan salah satu fungsi bank yang amat penting bagaimana
meningkatkan manajemen portofolio neraca bank. Adapun fungsi asset liability committe
(ALCO) adalah sebagai berikut :
1. Mereview laporan tentang risiko likuiditas, risiko pasar dan manajemen permodalan.
2. Mengidentifikasi isu-isu dalam manajemen neraca yang dapat mempengaruhi kinerja
bank.
3. Untuk melakukan review atas strategi penetapan ekspektasi DPK dan ekspektasi
keuntungan dari sisi pembiayaan.
4. Untuk melakukan review atas rencana kontijensi bank.
Asset and liability committe (ALCO) dalam menjalankan fungsinya sangat dipengaruhi oleh
kondisi lingkungan, baik lingkungan mikro maupun lingkungan makro. Faktor yang bersifat
mikro terdiri dari faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern biasanya berasal dari bagian
treasure, fund departement, loan departement serta sumberdaya bank bersangkutan. Sedangkan
faktor ekstern biasanya berasal dari peraturan pemerintah, teknologi, hukum, kondisi ekonomi,
sosial dan budaya, dan kebijakan-kebijakan lembaga keuangan internasional. Faktor mikro yang
dimaksudkan antara lain:
1. Kebijakan bank itu sendiri dalam pengelolaan portofolio dalam pemberian kredit.
2. Penetapan tingkat interest rate pada para nasabahnya.
3. Sistem pengelolaan valuta asing (VALAS).
4. Penetapan tingkat besaran loan to deposit ratio.
5. Kebijakan Bank Indonesia dalam sistem moneter.
Faktor yang bersifat makro biasanya berasal dari pengaruh perekonomian beberapa negara,
terutama turun naiknya kurs mata uang Negara-negera dengan mata uang utama (mayor
currency). Misalnya, turunnya nilai kurs US$ terhadap yuan mengakibatkan pemerintah Amerika
Serikat membuat kebijakan menaikkan suku bunga. Dengan kenaikan suku bunga tersebut, suku
bunga US$ di Indonesia otomatis naik, dan hal tersebut mengakibatkan naiknya suku bunga di
pasar lokal (Indonesia). Portofolio bisnis perbankan yang semakin beragam dituntut adanya
pengelolaan yang bervariasi oleh asset and liability committee-ALCO melalui sumber daya
manusia yang menjadi anggota komite ALCO yang tangguh. Tujuan bank dicapai dengan
menjalankan kebijakan berdasarkan program dan anggaran yang direncanakan. Kebijakan
tersebut dipantau serta direvisi dari waktu ke waktu melalui rapat komite (asset and liability

x
comitte meeting). Rapat komite memformulasikan kebijakan berdasarkan informasi data-data
laporan mengenai kondisi keuangan (financial statement) bank yang bersangkutan.

C. Tujuan Manajemen Aset Dan Liability

Pada dasarnya asset liability management mempunyai tujuan menjaga kesehatan bank serta
melakukan antisipasi terhadap perubahan eksternal yang berkaitan dengan inflasi dan tingkat
suku bunga serta perubahan atas nilai tukar mata uang. Prastimoyo (dalam Parmujianto:1997)
mengatakan bahwa fokus atau tujuan asset and liability management adalah mengoptimalkan
pendapatan dan menjaga agar risiko tidak melampaui batas yang dapat ditolerir, disamping juga
memaksimalkan harga pasar dari ekuitas perusahaan, sedangkan menurut Bambang (dalam
Parmujianto:2000), asset and liability management mempunyai fungsi dan kebijakan dalam
menjalankan strategi penentuan harga, baik dalam bidang lending maupun funding, secara
umum, tanggung jawab ALCO adalah mengelola posisi dan alokasi dana-dana bank agar tersedia
likuiditas yang cukup, memaksimalkan profit dan meminimalkan risiko.
Secara lebih spesifik menurut Riyadi (2006:22) tujuan asset liability management yang
dilakukan oleh setiap bank mencakup hal-hal sebagai berikut:
1. Pertumbuhan bank yang wajar
2. Pendapatan/laba yang maksimal
3. Menjaga likuiditas yang memadai
4. Membentuk cadangan-cadangan untuk berjaga-jaga atas hal-hal tertentu yang mungkin
timbul
5. Memelihara/menjaga dana masyarakat yang dipercayakan melalui kegiatan bank yang
wajar
6. Memenuhi kebutuhan masyakat akan kredit
Masih menurut Riyadi (2006:21) tujuan asset and liability management jika dilihat secara luas
adalah:
1. Sebagai pedoman kebijakan bank yang akan datang
2. Peningkatan dana untuk mengakomodasikan kebutuhan yang telah direncanakan
3. Pengalokasian dana di antara kas, aktiva produktif dan fasilitas kantor
4. Positioning the bank yang dapat mengadopsi peningkatan profit apakah untuk kondisi
yang akan datang dapat meningkat.

xi
Selain itu asset and liability management dimaksudkan agar bank memperoleh pendapatan
bersih (net income) yang optimal dengan pengendalian yang tepat atas aktivitas yang tergambar
pada pos-pos aktiva dan passiva bank (Muhammad, 2016:198).

D. Fungsi Manajemen Aset Dan Liability

Untuk lebih memudahkan dan memahami bidang tugas manajemen aset dan liabilitas, berikut
akan dijelaskan fungsi-fungsi utama yang terdapat dalam manajemen aset dan liabilitas (ALMA)
yaitu :
1. Manajemen Likuiditas (liquidity management)
Manajemen likuiditas adalah kemampuan manajemen bank dalam menyediakan dana
yang cukup untuk memenuhi semua kewajiban-kewajiban maupun komitmen yang telah
dikeluarkan kepada nasabahnya setiap saat. Dalam manajemen likuiditas bank berusaha
mempertahankan status rasio likuiditas, memperkecil dana yang menganggur (idle fund),
serta menjaga cash flow baik cash inflow maupun cash ouflow. Selain itu pengelolaan
likuiditas tersebut dilakukan untuk memenuhi pekerjaan-pekerjaan sebagai berikut:
1) Kemampuan untuk memprediksi kebutuhan dana di masa yang akan datang.
2) Mencari sumber dana untuk mencukupi jumlah yang dibutuhkan.
3) Meningkatkan pendapatan dengan resiko sekecil mungkin.
Strategi manajemen likuiditas akan sangat terkait dengan tujuan penggunaan likuiditas.
Namun dalam menerapkan strategi manajemen yang akan diambil sangat tergantung
kepada skill manager likuiditas yang ada, keandalan dari management information system
(MIS) yang dimiliki serta perlu dipertimbangkan kondisi likuiditas pasar dan kebutuhan
likuiditas baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
2. Manajemen Gap (Mismatch)
Kondisi pekanya tingkat perubahan suku bunga, dunia perbankan terutama dalam
melakukan pengelolaan sumber dan penggunaan dananya sangat membutuhkan adanya
suatu sistem yang dapat berfungsi dan berperan untuk melakukan monitoring dan
controlling pergerakan tingkat bunga yang berfluatif. Manajemen Gap adalah upaya-
upaya untuk mengelola dan mengendalikan kesenjangan (Gap) antara aset dan liabilitas
pada suatu periode yang sama, meliputi kesenjangan dalam hal jumlah dana, suku bunga,
saat jatuh tempo atau perpaduan antara ketiganya. Keputusan dalam manajemen Gap

xii
misalnya mengubah struktur jangka waktu liabilitas dalam menentukan sumber dana dan
tingkat bunganya, mengubah struktur jangka waktu aset dalam perubahan kebijakan
kredit dan dalam hal penjualan investasinya.
3. Manajemen valuta asing (Foreign exchange management)
Pasar valuta asing dapat dikatakan transaksi jual beli melalui jaringan antar bank-bank,
brokers atau dealer seluruh dunia yang dilakukan di ruangan masingmasing bank yang
telah dilengkapi dengan jaringan komunikasi. Dalam manajemen valuta asing bank
berusaha mengelola beberapa jenis valuta asing, misalnya mata uang US$, yuan, AUS$,
dan sebagainya. Selain itu, bank bersangkutan juga berusaha memaksimumkan
pendapatan dari perbedaan kurs nilain tukar valuta asing. Valuta asing dapat
diperjualbelikan oleh perorangan, perusahaan maupun bank-bank untuk membiaya impor
atau menukarkan valas hasil ekspor ke mata uang lain.
4. Manajemen investasi dan pendapatan (Earning and investment management)
Bank di tuntut untuk tumbuh dan mempertahankan tingkat pertumbuhannnya melalui
profitabilitas yang tinggi melalui penataan komposisi investasi dalam portofolio bank
dengan pemilihan kombinasi efek, obligasi, serta instrument pasar uang. Manajemen
investasi dan pendapatan merupakan keputusan dalam menetapkan upaya terbaik
memaksimumkan keuntungan bank melalui penyusunan struktur neraca yang optimal
dengan berbagai kondisi perubahan lingkungan makro ekonomi maupun lingkungan
operasional bank. Setiap Bank yang mengimplementasikan fungsi ALMA dalam operasi
perusahaannnnya di tuntut melakukan proses pengelolaan empat aspek kebijakan di atas
yang saling berkaitan antara bagian satu dengan bagian yang lain. Ke empat aspek diatas
amat kompleks karena di pengaruhi oleh beberapa faktor yang bisa mendorong atau
menjadi hambatan berkembangnya pengelolaan asset and liability bank, yaitu sebagai
berikut:
1) Deregulasi sektor perbankan di era distruption
2) Volatile tingkat bunga dan exchange rate
3) Sikap investor yang semakin kritis dengan risiko yang dapat diperhitungkan
4) Tingkat persaingan antar bank
5) Pengaruh ekonomi global maupun local yang berubah sewaktu-waktu

xiii
Pada industri perbankan hasil penelitian Semaun (2019) di Bursa Efek Indonesia
membuktikan bahwa corporate governance sebagai suatu mekanisme tata kelola organisasi yang
didasari oleh teori keagenan diproksi dengan kepemilikan manajerial (manajerial ownership),
kepemilikan institusi (institutional ownership) menjadi faktor yang berpengaruh terhadap kinerja
keuangan bank (earning and performance goal) yang didasarkan pada analisis rasio keuangan
seperti Return On Aset (ROA), Return On Equity (ROE), dan Net Interest Margin (NIM) sebagai
cara-cara untuk mencapai tujuan dari implementasi kebijakan aset dan liabilitas bank.

E. Implementasi Manajemen Aset Dan Liability

Implementasi kebijakan manajemen aset dan liabilitas pada bank adalah untuk mengatasi
beberapa hal, yaitu:
1. Rasio, target dan limit likuiditas, meliputi:
1) Primary reserve meliputi cash, rekening di Bank Indonesia yang diperhitungkan
dari dana pihak ketiga (DPK)
2) Secondary reserve yang dihitung dari dana pihak ketiga (DPK)
2. Maturity gap targets dan jangka waktunya
3. Funds placement guildelines dan strategi pendanaan, sumber dan diversifikasinya
4. Posisi, target, dan stop limit valas
1) Buy currency
2) Sell currency
5. Balance sheet structure
1) Growth/perkembangan neraca bank
2) Mix/konsolidasi neraca bank
6. Earning and performance goals
1) Return on aset (ROA)
2) Return on equity (ROE)
3) Net interest margin (NIM)
7. Kebutuhan capital adequacy-CAR bank
8. Pricing policies and guildlines
9. Pendelegasian kewenangan dan tanggung jawab untuk pengambilan keputusan (decision
making) yang cepat dan tepat.

xiv
Setiap bank yang mengaplikasikan ALMA akan selalu berada dalam proses kerangka besar di
atas, sehingga untuk mencapai tujuan dibutuhkan kehati-hatian (prudential) terhadap semua
pengelolaan risiko yang terbuka pada semua aktivitas bank, beserta kepatuhan terhadap seluruh
aturan yang mengaturnya.1

F. Strategi Manajemen Aset Dan Liability

ALMA (Asset Liability Management) dalam suatu bank syariah merupakan strategi dan
pembuatan kebbijakan. Dengan demikian, ALMA pada dasarnya adalah proses perencanaan.
Oleh karena itu, beberapa strategi penting yang terlibat dalam Proses ALMA adalah :
1. Perencanaan
Hubungan ALMA dengan perencanaan karena dalam proses pengambilann keputusan
harus diketahui ke arah mana tujuan yang diinginkan, dalam proses pengambilan
keputusan jangka panjang harus diketahui akibatnya terhadap pencapaian keuntungan,
termasuk keadaan likuiditas, keadaan profit rate. Oleh kerena itu, perencanaan
merupakan strategi ALMA.
2. Manajemen Dana
Manajemem dana merupakan salah satu pengelola strategi ALCO dimana apabila
perencanaan sebagai strategi dasar, maka manajemen dana sebagai pengelola operasional
maka harus dijaga kontinuitas penggunaann serta sumber dananya, secara tepat, baik dari
sisi jumlah, waktu maupun harganya.
3. Manajemen Kualitas Pembiayaan Meskipun pengelola strategi operasional dari pinjaman
adalah manajemen pembiayaan namun pengambilan keputusan operasional harus dijaga
perkembangan serta kualitas pembiayaan sebagai penghasil utama aktivitas bank.
Manajemen kualitas pembiayaan digunakan untuk menjaga kualitas pembiayaan sesuai
dengan perencanaan. Dalam hal ini perlu adanya tim pengawas pembiayaan. Dalam hal
pembiayaan Persetujuan pembiayaan hanya dilakukan oleh pejabat yang mempunyai
wewenang untuk memutuskan pembiayaan. Keputusan harus didasarkan pada penilaian
terhadap keseluruhan pembiayaan yang akan dan sedang dinikmati pemohon secara
bersamaan.

1
Darwis, “Manajemen Asset Dan Liability”,(Yogyakarta: TrustMedia Publishing, 2019), Hal. 52-72.
xv
1) Jenis – Jenis Aspek yang Dianalisa Jenis-jenis aspek yang dianalisa secara umum
dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu:
a) Analisa terhadap kemauan bayar, disebut analisa kualitatif . Aspek yang
dianalisa mencakup karakter/ watak dan komitmen dari nasabah.
b) Analisa terhadap kemampuan bayar, disebut dengan analisa kuantitatif .
Pendekatan yang dilakukan dalam perhitungan kuantitatif , yaitu untuk
menentukan kemampuan bayar dan perhitungan kebutuhan modal kerja
nasabah adalah dengan pendekatan pendapatan bersih.
2) Kriteria Pemberian Pembiayaan Jangan pernah memberikan pembiayaan bila
pertimbangan lebih kepada :
a) Belas kasihan
b) Kenalan (bersaudara atau teman)
c) Nasabah orang terhormat (terkenal, disegani, status sosial tinggi dll)
Utamakan berdasarkan unsur-unsur :
a) Kelayakan usaha
b) Kemampuan membayar
3) Prinsip – Prinsip Pemberian Pembiayaan Dalam melakukan penilaian
permohonan pembiayaan bank syariah bagian marketing harus memperhatikan
beberapa prinsip utama yang berkaitan dengan kondisi secara keseluruhan calon
nasabah. Di dunia perbankan syariah prinsip penilaian dikenal dengan 5 C + 1 S ,
yaitu :
a) Character Yaitu penilaian terhadap karakter atau kepribadian calon
penerima pembiayaan dengan tujuan untuk memperkirakan kemungkinan
bahwa penerima pembiayaan dapat memenuhi kewajibannya.
b) Capacity Yaitu penilaian secara subyektif tentang kemampuan penerima
pembiayaan untuk melakukan pembayaran. Kemampuan diukur dengan
catatan prestasi penerima pembiayaan di masa lalu yang didukung dengan
pengamatan di lapangan atas sarana usahanya seperti toko, karyawan, alat-
alat, pabrik serta metode kegiatan.
c) Capital Yaitu penilaian terhadap kemampuan modal yang dimiliki oleh
calon penerima pembiayaan yang diukur dengan posisi perusahaan secara

xvi
keseluruhan yang ditujukan oleh rasio finansialdan penekanan pada
komposisi modalnya.
d) Collateral Yaitu jaminan yang dimiliki calon penerima pembiayaan.
Penilaian ini bertujuan untuk lebih meyakinkan bahwa jika suatu resiko
kegagalan pembayaran tercapai terjadi , maka jaminan dapat dipakai
sebagai pengganti dari kewajiban.
e) Condition Bank syariah harus melihat kondisi ekonomi yang terjadi di
masyarakat secara spesifikmelihat adanya keterkaitan dengan jenis usaha
yang dilakukan oleh calon penerima pembiayaan. Hal tersebut karena
kondisi eksternal berperan besar dalam proses berjalannya usaha calon
penerima pembiayaan.
f) Syariah Penilaian ini dilakukan untuk menegaskan bahwa usaha yang akan
dibiayaai benar-benar usaha yang tidak melanggar syariah sesuai dengan
fatwa DSN “Pengelola tidak boleh menyalahi hukum syariah Islam dalam
tindakannya yang berhubungan dengan mudharabah.”2

G. Resiko Dan Manajemen Resiko

Definisi Risiko menurut Oxford English Dictionary adalah sebagai berikut 'kesempatan atau
kemungkinan bahaya, kerugian, cedera atau konsekuensi merugikan lainnya', dan definisi risiko
adalah 'terkena bahaya'. Dalam konteks ini, risiko digunakan untuk menandakan konsekuensi
negatif. Namun, mengambil risiko juga dapat menghasilkan hasil yang positif. Kemungkinan
ketiga adalah bahwa risiko terkait dengan ketidakpastian hasil. Ambil contoh memiliki mobil
bermotor. Bagi kebanyakan orang, memiliki mobil adalah kesempatan untuk menjadi lebih
mobile dan mendapatkan manfaat terkait. Namun, ada ketidakpastian dalam memiliki mobil
yang terkait dengan biaya perawatan dan perbaikan. Akhirnya, mobil bisa terlibat dalam
kecelakaan, jadi jelas ada hasil negatif yang bisa terjadi. Penting juga untuk mengingat
kewajiban hukum yang terkait dengan kepemilikan mobil dan aturan yang harus dipatuhi saat
mobil dikendarai di jalan.
Risiko mungkin memiliki hasil positif atau negatif atau mungkin hanya menghasilkan
ketidakpastian. Oleh karena itu, risiko dapat dianggap terkait dengan peluang atau kerugian atau
2
Ahmad Iqbal, “Strategi Manajemen Aset Dan Liability Dalam Perbankan Syariah”, Vol. 2 No.2, (2016),
Hal. 162-165
xvii
adanya ketidakpastian bagi suatu organisasi. Setiap risiko memiliki karakteristiknya masing-
masing yang memerlukan pengelolaan atau analisis tertentu. Dalam buku ini, risiko dibagi
menjadi empat kategori:
1. Risiko kepatuhan (atau wajib)
2. Risiko bahaya (atau murni)
3. Risiko pengendalian (atau ketidakpastian)
4. Risiko peluang (atau spekulatif).
Secara umum, organisasi akan berusaha meminimalkan risiko kepatuhan, mengurangi risiko
bahaya, mengelola risiko pengendalian, dan merangkul risiko peluang. Namun, penting untuk
dicatat bahwa tidak ada pembagian risiko yang 'benar' atau 'salah'. Pembaca akan menemukan
subdivisi lain dalam teks lain dan ini mungkin sama cocoknya. Mungkin, lebih umum untuk
menemukan risiko yang digambarkan sebagai dua jenis, murni atau spekulatif. Memang, ada
banyak perdebatan tentang terminologi manajemen risiko. Apa pun diskusi teoretisnya, masalah
yang paling penting adalah bahwa organisasi mengadopsi sistem klasifikasi risiko yang paling
cocok untuk keadaannya sendiri. Ada peristiwa risiko tertentu yang hanya dapat menghasilkan
hasil negatif. Risiko-risiko ini adalah risiko bahaya atau risiko murni, dan ini dapat dianggap
sebagai risiko operasional atau yang dapat diasuransikan.
Secara umum, organisasi akan memiliki toleransi terhadap risiko bahaya, dan ini perlu
dikelola dalam tingkat yang dapat ditoleransi oleh organisasi. Contoh yang baik dari risiko
bahaya yang dihadapi oleh banyak organisasi adalah pencurian. Ada risiko lain yang
menimbulkan ketidakpastian tentang hasil dari suatu situasi. Ini dapat digambarkan sebagai
risiko pengendalian dan sering dikaitkan dengan manajemen proyek. Secara umum, organisasi
akan memiliki keengganan untuk mengendalikan risiko. Ketidakpastian dapat dikaitkan dengan
manfaat yang dihasilkan proyek, serta ketidakpastian tentang pengiriman proyek tepat waktu,
sesuai anggaran dan spesifikasi. Manajemen risiko pengendalian akan sering dilakukan untuk
memastikan bahwa hasil dari kegiatan bisnis berada dalamkisaran yang diinginkan. Tujuannya
adalah untuk mengurangi perbedaan antara hasil yang diantisipasi dan hasil aktual. Pada saat
yang sama, organisasi dengan sengaja mengambil risiko, terutama risiko pasar atau komersial,
untuk mencapai pengembalian yang positif. Ini dapat dianggap sebagai peluang atau risiko
spekulatif, dan organisasi akan memiliki selera khusus untuk berinvestasi dalam risiko tersebut.
Risiko peluang berhubungan dengan hubungan antara risiko dan pengembalian. Tujuannya

xviii
adalah untuk mengambil tindakan yang melibatkan risiko untuk mencapai keuntungan positif.
Fokus dari risiko peluang akan mengarah pada investasi. Penerapan alat dan teknik manajemen
risiko untuk manajemen risiko bahaya adalah cabang manajemen risiko terbaik dan terlama, dan
banyak dari teks ini akan berkonsentrasi pada risiko bahaya.
Manajemen risiko memiliki berbagai asal dan dipraktekkan oleh berbagai profesional. Salah
satu perkembangan awal dalam manajemen risiko muncul di Amerika Serikat dari fungsi
manajemen asuransi. Praktik manajemen risiko menjadi lebih luas dan terkoordinasi dengan
lebih baik karena biaya asuransi pada 1950-an menjadi penghalang dan cakupan pertanggungan
terbatas. Organisasi menyadari bahwa membeli asuransi tidak cukup jika tidak ada perhatian
yang memadai terhadap perlindungan harta benda dan manusia. Oleh karena itu, pembeli
asuransi menjadi prihatin dengan kualitas perlindungan properti, standar kesehatan dan
keselamatan, masalah kewajiban produk, dan masalah pengendalian risiko lainnya. Pendekatan
gabungan untuk pembiayaan risiko dan pengendalian risiko ini dikembangkan di Eropa selama
tahun 1970-an dan konsep total biaya risiko menjadi penting. Ketika pendekatan ini menjadi
mapan, juga menjadi jelas bahwa ada banyak risiko yang dihadapi organisasi yang tidak dapat
diasuransikan. Manajemen risiko adalah serangkaian kegiatan dalam suatu organisasi yang
dilakukan untuk memberikan hasil yang paling menguntungkan dan mengurangi volatilitas atau
variabilitas hasil tersebut.3

H. Audit Dan Control Bank Syariah

Describe auditing adalah suatu set prosedur yang sesuai dengan norma pemeriksaan akuntan
yang memberikan informasi sehingga agunan dapat menyatakan satu pendapat tentang apakah
laporan keuangan yang diperiksa disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku. Audit adalah faktor penting untuk menjamin akuntabilitas perusahaan, hal ini untuk
mengeksplorasi audit Syari'ah yang selanjutnya memungkinkan praktisi dan pengguna
menggunakan pengetahuan yang diperoleh baik dalam audit konvensional serta perspektif Islam.
Menurut Mustafa Edwin Nasution Auditing merupakan salah satu bentuk atestasi. Pengertian
umum atestasi merupakan suatu komunikasi dari seorang expert mengenai kesimpulannya
tentang reabilitas dari pernyataan seseorang Auditing adalah suatu proses dengan apa seseorang
yang mampu dan independent dapat menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti dari keterangan

3
Agus Wibowo, “Manajemen Resiko”, (Semarang: Yayasan Prima Agus Teknik, 2022), Hal. 4-32
xix
yang terukur dasri suatu kesatuan ekonomi dengan tujuan untuk mempertimbangkan dan
melaporkan tingkat kesesuaian dari keterangan yang terukur tersebut dengan kriteria yang telah
ditetapkan.
Untuk mengetahui dengan jelas pengertian auditing, berikut ini akan dikemukakan
definisidefinisi auditing yang diambil dari beberapa sumber. Menurut Arens et al adalah:
"Auditing adalah proses pengumpulan dan pengevaluasi bukti tentang informasi yang dapat
diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan oleh seorang yang kompoeten dan
independen untuk menentukan dan melaporkan kesesuaian kesesuaian informasi dimaksud dan
kriteriakriteria yang telah ditetapkan. Auditing seharusnya dilakukan oleh orang yang
independen dan kompeten". Sedangkan pengertian auditing adalah suatu proses sistematik untuk
memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang
kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara
pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-
hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan".
Secara umum Audit Syariah adalah untuk melihat dan mengawasi, mengontrol dan
melaporkan transaksi, sesuai aturan dan hukum Islam yang bermanfaat, benar, tepat waktu dan
laporan yang adil untuk pengambilan keputusan. Bukan tugas yang mudah untuk melakukan
audit syariah di dalam kondisi kapitalistik dan sistem keuangan konvensional yang kompetitif.
Masalah ini lebih diperparah oleh penurunan nilai-nilai moral, sosial dan ekonomi Islam di
negara- negara Muslim termasuk Malaysia dan Indonesia, di bawah tekanan progresif penjajahan
dan dominasi budaya dunia barat selama beberapa abad lalu. Hal ini menyebabkan diabaikannya
nilai sosial-ekonomi Islam oleh beberapa kalangan dari Lembaga Keuangan Syariah. Auditing
syariah lebih luas cangkupannya dari auditing konvensional, dimana auditing syariah selain
mengacu pada standar audit nasional dan internasional juga mengacu pada prinsip-prinsip
syariah. Dalam audit syariah bisa menerapkan aturan audit nasional dan internasional selama
tidak bertentangan dengan prinsip syariah. Berdasarkan AAOIFI-GSIFI menjelaskan bahwa
audit syariah adalah laporan internal syariah yang bersifat independen atau bagian dari audit
internal yang melakukan pengujian dan pengevaluasian melalui pendekatan aturan syariah,
fatwa- fatwa, instruksi dan lain sebagainya yang diterbitkan fatwa IFI dan lembaga supervisi
syariah. Rahman menjelaskan auditing dalam Islam adalah:
1. Proses menghitung, memeriksa dan memonitor (proses sistematis)

xx
2. Tindakan seseorang (pekerjaan duniawi atau amal ibadah)
3. Lengkap dan sesuai syariah
4. Untuk mendapat reward dari Allah di akhirat
Dapat disimpulkan pengertian audit syariah adalah salah satu unsur melalui pendekatan
administratif dengan menggunakan sudut pandang keterwakilan. Oleh karena itu, auditor
merupakan wakil dari para pemegang saham yang menginginkan pekerjaan (investasi) mereka
sesuai dengan hukumhukum syariat Islam.
Menurut Muhammad Firdaus NH, 2005: 18), pengawasan bank syariah (termasuk pula
pengaturannya) pada dasarnya memiliki dua sisi, yaitu pengawasan dari aspek:
1. Kondisi keuangan, kepatuhan pada ketentuan perbankan secara umum dan prinsip kehati-
hatian bank
2. Pemenuhan prinsip syariah dalam kegiatan operasional bank. Berkaitan dengan hal itu
maka struktur pengawasan perbankan syariah lebih bersifat multilayer yang secara ideal
akan terdiri dari:
1) Sistem Pengawasan Internal, yang memiliki unsur-unsur; RUPS, Dewan
Komisaris, Dewan Audit, DPS, Direktur Kepatuhan, SKAI-Internal Syariah
Reviewer
2) Sistem Pengawasan Eksternal, yang terdiri dari unsur BI, Akuntan Publik
(termasuk external syariah auditor), DSN dan Stakeholder/Masyarakat
Pengguna Jasa. Sistem pengawasan internal lebih bersifat mengatur ke dalam
dan dilakukan agar ada mekanisme dan sistem kontrol untuk kepentingan
manajemen. Sedangkan pengawasan eksternal pada dasarnya untuk memenuhi
kepentingan nasabah dan kepentingna publik secara umum yang dalam hal ini
dilakukan oleh BI dan DSN. Secara umum peran dan tanggung jawab BI lebih
kepada pengawasan aspek keuangan, sedangkan jaminan pemenuhan prinsip
syariah adalah tanggung jawab dan kewenangan DSN dengan DPS sebagai
perpanjangan tangannya. Dalam hal ini tentu saja kompetensi dan kemampuan
pemahaman prinsip syariah tetap wajib dimiliki oleh pengawas bank dari BI.
Menurut Muhammad Syafi'l Antonio (2001: 93), kerjasama antara BI dengan DSN juga
dilakukan dalam pengawasan terhadap produk bank syariah. Sedangkan untuk pengawasan
operasional bank syariah, BI bekerja sama dengan DSN yang dalam hal ini dilakukan oleh DPS.

xxi
Hal ini sejalan dengan fungsi dan peran DSN yang dibentuk oleh Majelis Ulama Indonesia
dengan Surat Keputusannya No.Kep-98/MUI/III/2001 tentang Susunan Pengurus DSN MUI
Masa Bhakti Th. 2000–2005. SK itu antara lain menyebutkan, DSN memberikan tugas kepada
DPS untuk:
1. Melakukan pengawasan secara periodik pada lembaga keuangan syariah
2. Mengajukan usul-usul pengembangan lembaga keuangan syariah kepada pimpinan
lembaga yang bersangkutan dan kepada DSN
3. Melaporkan perkembangan produk dan operasional lembaga keuangan syariah yang
diawasinya kepada DSN sekurang-kurangnya dua kali dalam satu tahun anggaran
4. Merumuskan permasalahan yang memerlukan pembahasan dengan DSN.
Karena pengembangan perbankan syariah masih dalam tahap awal, maka sistem dan
mekanisme pengawasan perbankan syariah masih belum lengkap dan perlu banyak
penyempurnaan. Oleh karena itu, upaya pengembangan pengawasan perbankan syariah oleh BI
akan terus dilakukan secara berkesinambungan dengan mengembangkan dan menyempurnakan
tools dan sistem pengawasan, serta meningkatkan kompetensi dan mengembangkan etika
pengawasan. Satu langkah penting yang telah dilakukan adalah dihasilkannya PSAK No.59
tentang Standar Akuntansi Keuangan Perbankan Syariah yang akan diikuti dengan penerbitan
Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah (PAPSI) dan Pedoman Audit Syariah, serta format
pelaporan bank syariah. Secara teknis di BI juga dikembangkan pedoman pengawasan dan
pemeriksaan bank syariah dan ke depan akan dilakukan kajian untuk implementasi sistem
pengawasan berbasis risiko dan penerapan real-time supervision.4

I. Dalil Manajemen Aset Dan Liability

1. Q.S Al-Baqarah ayat 188

Artinya: “Dan janganlah kamu makan harta di antara kamu dengan jalan yang batil, dan
(janganlah) kamu menyuap dengan harta itu kepada para hakim, dengan maksud agar kamu
dapat memakan sebagian harta orang lain itu dengan jalan dosa, padahal kamu mengetahui.”

4
Marina, “Konsep Audit Dan Pengawasan Dibank Syariah”, Vol.3 No.1, (2023), Hal. 15-19
xxii
2. Q.S An-Nisa ayat 29

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan harta sesamamu dengan
cara yang batil (tidak benar), kecuali berupa perniagaan atas dasar suka sama suka di antara
kamu. Janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu.”

3. Hadist diriwayatkan oleh Ibnu Hibban


“Dari Abu Bakar Ash-Shiddiq ia berkata, Rasulullah SAW bersabda: Wajib atasmu berlaku
jujur, karena jujur itu bersama kebaikan, dan keduanya di Surga. Dan jauhkanlah dirimu dari
dusta, Karena dusta itu bersama kedurhakaan, dan keduanya di neraka”.5

5
Muhammad Ardy Zaini, “Konsep Al-Qur’an Dan Hadist Tentang Operasional Bank Syariah”, Vol. 4 No. 1,
Journal Al-Qur’an Dan Al-Hadist, (2014), Hal. 36
xxiii
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penentuan strategi dan kebijakan pengelolaan dana bank diperlukan suatu sistem yang dapat
memformulasikan fungsi penghimpunan dan penyaluran dana tersebut melalui manajemen
(pengelolaan) aset dan liabilitas. Asset and Liability Management (ALMA) adalah suatu proses
operasionalisasi dari fungsi-fungsi manajemen yang meliputi planning, organizing, actuating,
dan controlling (POAC) di bidang pengelolaan struktur neraca Permodalan (equity), Pemupukan
dana (pooled of funds), dan Penggunaan dana (asset allocation). Pada dasarnya asset liability
management mempunyai tujuan menjaga kesehatan bank serta melakukan antisipasi terhadap
perubahan eksternal yang berkaitan dengan inflasi dan tingkat suku bunga serta perubahan atas
nilai tukar mata uang. Untuk melaksanakan ALMA sebagai salah satu fungsi yang penting dalam
bank, perlu dibentuk organisasi manajemen aset dan liabilitas pada suatu bank. Organisasi
Manajemen Aset dan Liabilitas bank terdiri dari asset liability committe (ALCO) dan ALCO
Support Group (ASG). Anggota ALCO terdiri dari pimpinan unit kerja operasional dan unit kerja
yang berhubungan dengan tugas ALMA. Sedang anggota ASG terdiri dari sekelompok
manajer/staf profesional yang bertugas membantu ALCO. Sebagai contoh Asset and Liability
Committe (ALCO) pada Bank Danamon memberi tanggung jawab kepada divisi Treasury and
Capital Market (TCM) untuk terus fokus pada pengelolaan neraca yang efisien dan berpegang
pada prinsip kehati-hatian. TCM harus mampu mengelola risiko likuiditas Bank Danamon
dengan memastikan bahwa kebutuhan likuiditas bank senantiasa terpenuhi untuk mendukung
pertumbuhan usaha dengan berprinsip kehatihatian, selain itu divisi TCM juga mendapat tugas
untuk mengelola risiko suku bunga yang melekat di neraca bank.

xxiv
DAFTAR PUSTAKA

Darwis. (2019). “Manajemen Asset Dan Liability”. Yogyakarta: TrustMedia Publishing.


Iqbal, Ahmad. (2016). “Strategi Manajemen Aset Dan Liability Dalam Perbankan Syariah”. Vol.
2 No.2.
Marina. (2023). “Konsep Audit Dan Pengawasan Dibank Syariah”. Vol.3 No.1.
Wibowo, Agus. (2022). “Manajemen Resiko”. Semarang: Yayasan Prima Agus Teknik.
Zaini, Muhammad Ardy. (2014). “Konsep Al-Qur’an Dan Hadist Tentang Operasional Bank
Syariah”. Vol. 4 No. 1. Journal Al-Qur’an Dan Al-Hadist.

xxv

Anda mungkin juga menyukai