Anda di halaman 1dari 31

CAS DAN MARKETABLE

SEKURITIE MAKALAH

Dibuat untuk mememenuhi syarat tugas kuliah manajemen keuangan

Oleh :

Jenny Rahmadani Oktami (2216030171)

Dosen Pengampuh :

Romi Iskandar,SE.,M.M.

MANAJEMEN BISNIS ISLAM

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI IMAM BONJOL PADANG


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan ke hadirat Allah Swt, atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga makalah dengan judul “Cas Dan Marketable
Securitie” ini dapat kami selesaikan.

Shalawat beserta salam kami hadiahkan kepada Nabi Muhammad SAW,


yang telah membawa umatnya dari lembah kebodohan kepada lembah ilmu
pengetahuan dan teknologi seperti saat sekarang ini. Sehingga dengan perjuangan
beliau tersebut umatnya pada saat sekarang ini dapat merasakan nikmat Iman dan
Islam sebagai risalah yang Beliau bawa. Kami menyadari bahwa dalam penulisan
makalah ini masih banyak mengalami cobaan dan ujian, namun karena rahmat dan
kasih sayang Allah SWT, cobaan dan ujian tersebut dapat diatasi dan dilewati.
Dan kami mengucapkan terimah kasih kepada teman-teman dan dosen
pengampuh mata kuliah manajemen keuangan karena telah membantu dalam
pembuatan makalah ini, terutama kepada ayah ibu dan sanak saudara. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang bersifat membangun akan kami terima dengan senang
hati demi perbaikan makalah selanjutnya.

Semoga makalah ini bisa memberikan pengetahuan mengenai “Cas Dan


Marketable Securitie”. Atas pengertian dan kesempatan yang diberikan untuk
membuat makalah ini kami ucapkan terima kasih.

Padang, September 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah....................................................................................................2


B. Rumusan Masalah..............................................................................................................3
C. Tujuan Masalah.................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................5

1. Apa yang di maksud dengan kas dan persediaan kas minimal?........................................6


2. Apa saja jenis-jenis motif memiliki kas?...........................................................................7
3. Apa saja pembagian dari model manajemen?...................................................................8
4. Bagaimana cara penyusunan anggaran kas?......................................................................9
5. Sistem Pengumpulan dan Pembayaran Kas?...................................................................10
6. Portofolio Investasi?........................................................................................................11
7. Apa pengertian dari sekuritas?.........................................................................................12
8. Bagaimana kriteria pemilihan sekuritas yang baik untuk Perusahaan?...........................13
9. Apa saja alterlatif pada sekuritas jangka pendek?...........................................................14
BAB III PENUTUP................................................................................................................15
A. Kesimpulan.......................................................................................................................16
B. Saran.................................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................18
BAB I

PENDAHULUA

A. Latar Belakang Masalah


Ide umum dari manajemen kas dan sekuritas adalah membantu perusahaan mempercepat
pengumpulan penerimaan kas dan memperlambat pembayaran kas. Perusahaan ingin
mempercepat pengumpulan piutang dagang sehingga dapat memanfaatkan uang tersebut
lebih cepat. Sebaliknya, perusahaan ingin memperlambat pembayaran hutang dagang tetapi
tanpa mengurangi credit standing perusahaan dimata para pemberi kredit Sedangkan untuk
manajemen sekuritas, suatu perusahaan memiliki banyak alasan untuk memiliki sekuritas
yang berguna menjaga likuiditas perusahaan dan memperoleh pendapatan dari investasi
tersebut. Sekuritas memiliki sifat yang likuid (mudah diuangkan atau dijual), sehingga
apabila perusahaan kekurangan uang kas maka sekuritas ini dapat segera dijual. Dalam hal
ini berarti pemilikan sekuritas berfungsi sebagai pengganti saldo kas. Di samping itu,
pemilikan sekuritas dimaksudkan untuk memperoleh pendapatan berupa keuntungan.
Keuntungan tersebut dapat berupa dividen, bunga atau capital gain.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat ditarik rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Apa yang di maksud dengan kas dan persediaan kas minimal?
2. Apa saja jenis-jenis motif memiliki kas?
3. Apa saja pembagian dari model manajemen?
4. Bagaimana cara penyusunan anggaran kas?
5. Sistem Pengumpulan dan Pembayaran Kas?
6. Portofolio Investasi?
7. Apa pengertian dari sekuritas
8. Bagaimana kriteria pemilihan sekuritas yang baik untuk Perusahaan?
9. Apa saja alterlatif pada sekuritas jangka pendek?
1
C. Tujuan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah diatas dapat ditarik
tujuan masalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud kas dan persediaan kas minimal
2. Untuk mengetahui jenis-jenis motif memiliki kas
3. Untuk mengetahui pembagian dari model manajemen
4. Untuk mengetahui cara Menyusun anggaran kas
5. Untuk mengetahui apa sistem pengumpulan dan pembayaran kas
6. Untuk mengetahui portofolio investasi
7. Untuk mengetahui apa itu sekuritas
8. Untuk mengetahui kriteria pemilihan sekuritas yang baik untuk Perusahaan
9. Untuk mengetahui alterlatif pada sekuritas jangka pendek
BAB II
PEMBAHASA
N
A. Manajemen kas

1. Pengertian kas
Kas merupakan salah satu bagian dari aktiva yang memiliki sifat paling lancar (paling
likuid) dan paling mudah berpindah tangan dalam suatu transaksi. Transaksi tersebut misalnya
untuk pembayaran gaji atau upah pekerja, membeli aktiva tetap, membayar hutang, membayar
dividen dan transaksi lain yang diperlukan perusahaan. Kas merupakan aktiva yang tidak dapat
langsung menghasilkan „laba‟, dalam arti tidak bisa untuk mendapatkan laba secara langsung
dalam operasi perusahaan. Kas perlu dikelola secara efektif dan efisien supaya pemanfaatan
kas dapat optimal.
Kas dibutuhkan untuk operasional sehari-hari (sebagai modal kerja) maupun untuk
pembelian aktiva tetap memiliki sifat kontinyu dan tidak kontinyu. Kebutuhan kas kontinu
atau yang terus menerus misalnya bagian produksi untuk membeli bahan baku, bahan
penolong, membayar upah tenaga kerja harian dan gaji karyawan tetap, membayar biaya
pemeliharaan, membeli suplies kantor habis pakai atau perlengkapan pabrik dan pengeluaran
tunai lainnya. Tanpa ada kas yang cukup kegiatan produksi akan terganggu dan akibatnya
mengganggu bagian lain yang terkait. Bagian pemasaran membutuhkan kas untuk membayar
biaya iklan, promosi, membayar biaya angkut dsb. Tanpa ada kas yang cukup kegiatan
pemasaran terganggu dalam menjual produk yang dihasilkan. Kebutuhan kas untuk berbagai
pembayaran tersebut merupakan aliran kas keluar (cash outflow) atau termasuk dalam
pembelanjaan aktif. Sedangkan kebutuhan kas yang tidak kontinyu atau tidak rutin untuk
pembelian aktiva tetap, pembayaran angsuran hutang, pembayaran dividen, pembayaran pajak,
dsb.
Aliran kas masuk (cash inflow) atau termasuk dalam pembelanjaan pasif merupakan
aliran sumber-sumber dari mana kas diperoleh. Aliran kas masuk juga ada yang sifatnya terus
menerus (rutin) dan tidak terus menerus (tidak rutin). Aliran kas masuk yang kontinyu (rutin)
sebagian besar berasal dari penjualan produk utama perusahaan yang dijual secara tunai, dan
juga dari penerimaan piutang yang telah dijadwalkan sesuai dengan penjualan kredit yang
dilakukan. Penerimaan kas yang tidak rutin antara lain penerimaan dari uang sewa gedung,
penjualan aktiva yang tidak terpakai, penerimaan modal saham dari para investor, penerimaan
hutang atau kredit dari bank, dan penerimaan bunga.
Dengan adanya aliran kas masuk dan aliran kas keluar yang kontinyu dan tidak
kontinyu, maka sangat penting usaha pengelolaan kas ini. Perimbangan pengeluaran dan
penerimaan kas harus disesuaikan dengan kepentingan perusahaan. Perusahaan harus
menentukan berapa besarnya kas minimal yang harus ada, dan menentukan berapa kas yang
ideal boleh disimpan sehingga operasi perusahaan tidak terganggu dan kas yang ada tidak
menganggur terlalu lama.

2. Persediaan kas minimal


Jumlah uang kas minimal yang harus ada di perusahaan berbeda-beda antara yang satu dengan
lainnya, hal ini sangat tergantung pada besar kecilnya dan kemampuan perusahaan. Di
samping itu kas minimal juga tergantung pada prediksi atau estimasi besarnya aliran kas
masuk dan kas keluar beserta penyimpangannya. Estimasi aliran kas keluar perlu
mempertimbangkan adanya biaya yang keluar secara tunai dan biaya yang tidak tunai. Dalam
perencanaan kas, biaya yang tidak tunai seperti penyusutan tidak diperhitungkan dalam
menentukan jumlah kas minimal perusahaan. Hubungan baik dengan pihak perbankan, suplier
dan perantara juga mempengaruhi besarnya persediaan kas minimal yang harus dijaga oleh
perusahaan.
Perusahaan harus memiliki persediaan kas minimal yang harus ada setiap saat, atau
sering disebut persediaan besi (safety cash). Persediaan minimal kas pada dasarnya tidak jauh
berbeda dengan persediaan minimal pada persediaan barang. Persediaan kas minimal ini
bertujuan untuk menjaga agar kelangsungan operasi perusahaan tetap terjamin dan dapat
memenuhi kewajiban finansial perusahaan apabila sewaktu-waktu harus dibayar. Kewajiban
finansial ini dapat berupa hutang lancar maupun biaya-biaya baik biaya tetap maupun biaya
variabel yang harus segera harus dibayar untuk kelangsungan operasi perusahaan.
Ketersediaan kas dalam perusahaan merupakan hal yang mutlak.
Kas merupakan salah satu aktiva yang memiliki likuiditas paling tinggi. Likuiditas
merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban yang harus segera
dipenuhi atau kewajiban jangka pendek. Kewajiban perusahaan kepada pihak kreditur jangka
pendek maupun kewajiban dalam pembiayaan operasi perusahaan sehari-hari demi
kelangsungan produksi. Likuiditas, khususnya dilihat dari kas yang tersedia dapat juga
dibandingkan dengan hutang lancar yang ada. Perbandingan antara kas dengan hutang lancar
disebut rasio kas (cash ratio). Rasio kas yang tinggi menunjukkan kemampuan membayar
hutang lancar juga tinggi. Besarnya kas yang cukup baik dan aman menurut HG. Guthmann
adalah antara 5% s/d 10% dari aktiva lancar yang ada.

Jumlah kas yang kurang dari 5% dari aktiva lancar akan menyulitkan operasi perusahaan.
Standar jumlah kas 5% sampai dengan 10% ini biasanya layak untuk perusahaan manufaktur.
Bagi perusahaan jasa perbankan, jumlah kas biasanya akan lebih besar lagi. Semakin besar
jumlah kas yang tersedia di perusahaan, maka makin tinggi pula likuiditasnya. Persediaan kas
yang terlalu besar yang berarti likuiditasnya tinggi bukan berarti perusahaan tersebut baik,
sebab kas yang terlalu besar berakibat pemanfaatan kas tersebut kurang efisien karena kas
tersebut menganggur dan tidak menghasilkan keuntungan.

3. Motif memiliki kas


Perusahaan memiliki kas pada dasarnya sesuai dengan teori “ Liquidity preference” dari
J.M. Keynes yaitu menguasai atau memiliki uang berbentuk tunai ada tiga motif atau tiga
tujuan sebagai berikut :
Pertama, motif transaksi (transaction motive) atau kebutuhan kas untuk transaksi artinya
perusahaan memiliki kas untuk keperluan realisasi berbagai transaksi bisnisnya, baik transaksi
yang bersifat rutin maupun yang tidak rutin. Memiliki kas yang cukup untuk transaksi sangat
diperlukan dalam operasional sehari-hari seperti pembayaran upah, pembelian bahan baku,
pembelian bahan penolong, biaya administrasi, biaya kantor dan pembayaran tunai lainnya.
Pembelian aktiva tetap dan kegiatan lain merupakan kegiatan transaksi perusahaan yang
pengeluaran kasnya direncanakan untuk jangka panjang.
Kedua, motif berjaga-jaga (precautionary motive) atau kebutuhan kas untuk berjaga-jaga
artinya perusahaan memiliki kas untuk mengantisipasi berbagai kebutuhan yang mendadak.
Kebutuhan kas untuk berjaga-jaga dimaksudkan untuk mengantisipasi aliran kas masuk dan
keluar yang tidak kontinyu dan sulit diperkirakan. Pengeluaran yang mendadak atau tiba-tiba
muncul dan harus dibayar akan menyulitkan perusahaan apabila tidak memiliki cadangan kas
yang cukup. Pengeluaran kas untuk keperluan yang mendadak biasanya tidak diperkirakan
sebelumnya, oleh karena itu perusahaan perlu memiliki kas yang cukup untuk berjaga-jaga.
Pada motif berjaga-jaga perusahaan menetapkan saldo kas minimum yang besarnya tergantung
pada indikator dari penyimpangan aliran kas yang dianggarkan. Penerimaan dan pengeluaran
perusahaan diprediksi melalui anggaran kas atau cash budget. Jika penerimaan dan
pengeluaran dapat diprediksi dengan tepat, maka kebutuhan kas yang bersifat mendadak bisa
ditentukan sekecil mungkin berarti saldo kas minimum kecil, tetapi jika penerimaan dan
pengeluaran tidak dapat diprediksi dengan tepat, maka membutuhkan saldo kas minimum yang
cukup besar.
Ketiga, motif spekulasi (speculatif motive) atau kebutuhan kas untuk berspekulasi.
Kebutuhan kas untuk spekulasi dimaksudkan agar perusahaan dapat memanfaatkan
kesempatan apabila ada barang yang dapat dibeli secara lebih murah. Perusahaan berspekulasi
dalam pembelian bahan mentah yang jumlahnya melebihi kebutuhan, karena menurut prediksi
bahan mentah tersebut harganya akan naik secara signifikan di masa yang akan datang. Untuk
mengurangi risiko kenaikan harga tersebut, maka perusahaan dapat membelinya saat ini,
dengan sendirinya harus dipertimbangkan biayabiaya yang muncul akibat penyimpanan
barang tersebut dan risiko kerusakannya. Contoh lain, perusahaan memiliki kas untuk
memperoleh keuntungan yang besar dari kesempatan investasi yang bersifat likuid. Dalam
kondisi ekonomi yang lesu dan harga saham turun drastis, maka Perusahaan membeli saham
dengan harapan harga saham meningkat setelah kondisi ekonomi membaik.
Pentingnya kas bagi operasi perusahaan telah diketahui, namun sulit menentukan berapa
besarnya kas yang harus disediakan dan kapan waktu yang tepat, agar pemanfaatan kas
tersebut dapat efektif dan efisien. Ditinjau dari waktu kapan terjadinya kas masuk dan kas
keluar, kebutuhan dapat dikelompokkan menjadi kebutuhan kas jangka pendek, jangka
menengah dan jangka panjang. Kebutuhan kas keluar jangka pendek biasanya akan
menghasilkan kas masuk dalam jangka pendek. Kebutuhan kas untuk jangka panjang juga
akan menghasilkan kas masuk dalam jangka panjang. Contoh, investasi penambahan mesin,
merupakan kebutuhan kas untuk masa waktu yang lama dan hasil yang diharapkan juga dalam
waktu yang panjang. Kebutuhan kas untuk melaksanakan promosi berupa iklan akan
menghasilkan kenaikan kas masuk dari kenaikan penjualan dalam jangka waktu yang panjang
di masa yang akan datang.

4. Model manajemen kas


Model manajemen kas, ada dua macam yaitu pertama model yang dikembangkan oleh
William J. Baumol dan kedua model yang dikembangkan oleh Merton H. Miller dan Daniel
Orr.
a. Model Baumol
Model manajemen kas yang dikemukakan oleh William Baumol sering disebut dengan
Model Persediaan. Baumol mengakui ada kesamaan antara manajemen kas dengan manajemen
persediaan, jika ditinjau dari aspek keuangan. Baumol menyatakan bahwa saldo kas yang ada
dalam perusahaan diperlakukan sama dengan persediaan barang.
Model Economic Order Quantity (EOQ) yang digunakan untuk menghitung pesanan barang
yang paling ekonomis. Konsep EOQ ini juga berlaku dalam perhitungan persediaan kas yang
paling ekonomis atau saldo kas yang ditargetkan. Model Baumol ini mengasumsikan bahwa
perusahaan menggunakan kas dengan pola yang konstan baik kebutuhan kas, aliran kas masuk
maupun aliran kas keluarnya. Misalnya rencana penggunaan kas suatu perusahaan selama
seminggu sebesar Rp. 5.000.000. Aliran kas masuk diperkirakan sebesar Rp. 4.000.000 per
minggu, oleh karena itu kebutuhan kas bersih sebesar Rp. 5.000.000 - Rp. 4.000.000 = Rp.
1.000.000,-. Keadaan posisi kas tersebut akan terlihat sebagai berikut:

Saldo kas
kas maks sebesar C
=

Kas rata-rata sebesar

Kas Akhir
0 3 6 9 Minggu

Gambar 1. Saldo Kas Menurut Model

Baumol Gambar tersebut menunjukkan bahwa apabila perusahaan mulai bekerja (awal
waktu) dengan saldo kas sebesar C = Rp. 3.000.000 (saldo kas maksimum). Jika kas keluar
bersih per minggu sebesar Rp. 1.000.000, maka saldo kasnya akan menjadi nol pada akhir
minggu ketiga. Rata-rata saldo kas yang ada sebesar C / 2 = Rp. 3.000.000 : 2 = Rp. 1.500.000.
Pada awal minggu ketiga, perusahaan harus mengisi kasnya kembali dengan jumlah yang tetap
yaitu sebesar Rp. 3.000.000 demikian seterusnya. Apabila jumlah kas maksimum dinaikkan
menjadi sebesar Rp. 6.000.000 dan kebutuhan kas keluar bersih tetap sebesar Rp. 1.000.000 per
minggu, maka jangka waktu pemakaiannya akan lebih lama yaitu selama 6 minggu. Dengan
demikian saldo kas rata-ratanya akan naik menjadi Rp. 6.000.000 : 2 = Rp. 3.000.000,-.
Apabila kas tersebut diperoleh dari pinjaman, maka biaya transaksi peminjaman akan lebih kecil
apabila frekuensi peminjamannya lebih kecil atau jumlah saldo kas yang dimiliki diperbesar.
Artinya apabila jumlah uang kas yang dipinjam besar dalam sekali pinjam, maka frekuensi
peminjamannya kecil sehingga biaya administrasinya juga kecil. Di lain pihak terjadi
sebaliknya, dengan saldo kas yang semakin besar maka pendapatan yang diperoleh akan
semakin kecil karena banyak kas yang menganggur. Hal ini karena kas yang menganggur tidak
dapat menghasilkan pendapatan, kecuali kas menganggur tersebut diinvestasikan dalam surat
berharga atau deposito bank. Oleh karena itu perlu ditentukan berapa besarnya jumlah kas yang
optimal bagi perusahaan. Baumol memberikan formula untuk menentukan jumlah kas yang
optimal dengan konsep EOQ tersebut di atas, yaitu:

2(F) (T)
C=
K

di mana:

C = jumlah kas yang optimal

F = biaya tetap untuk memperoleh pinjaman atau menjual sekuritas

T = jumlah kas untuk transaksi selama periode tertentu

k = biaya kesempatan dari kas yang dimiliki. Biaya kesempatan merupakan penghasilan
yang seharusnya dapat diperoleh dari kas yang menganggur.

Berikut ini diberikan contoh sehingga memberikan gambaran yang lebih jelas: Suatu
perusahaan mengeluarkan biaya tetap berupa bunga per tahun sebesar Rp. 150.000. Jumlah
kebutuhan kas untuk kegiatan perusahaan per minggu sebesar Rp. 1.000.000, sehingga setahun
= 52 x Rp. 1.000.000 = Rp. 52.000.000,-. Besarnya penghasilan investasi yang diharapkan
sebesar 15% per tahun. Sehingga jumlah kas optimal yang diperlukan perusahaan adalah:
2(F) (T)
C=
K

2(150.000) (52.000.000)
C= = Rp. 10.198.039,-
0,15

Jadi kas optimal perusahaan tersebut adalah sebesar Rp. 10.198.039,-. Jumlah frekuensi
transaksi yang harus dilakukan sebanyak = Rp. 52.000.000 / Rp. 10.198.039 = 5,09 kali atau
sebanyak 5 kali. Sedangkan rata-rata saldo kas = Rp. 10.198.039 : 2 = Rp. 5.099.019,5 atau
sebesar Rp. 5.099.020,-. Dari contoh tersebut, model Baumol terlalu sederhana, terutama
dengan asumsi mengenai aliran kas masuk dan keluar yang dianggap konstan dan diperkirakan
dengan tepat tanpa mengindahkan adanya situasi musiman atau fluktuasi ekonomi. Pada model
Baumol ada asumsi yang sulit untuk dipenuhi yaitu pemakaian kas setiap waktunya sama atau
konstan, oleh karena itu tidak cocok untuk kondisi ketidakpastian pemakaian kas. Untuk
mengatasi perubahan aliran kas masuk dan kas keluar yang tidak konstan, dapat dilakukan
dengan model Miller dan Orr.

B. Model Miller And Orr

Model Miller dan Orr merupakan model penentuan persediaan apabila aliran kas
masuk dan keluar tidak konstan. Konsep Miller dan Orr menyatakan bahwa perusahaan harus
menetapkan jumlah saldo kas yang paling tinggi sebagai batas atas dan saldo kas terendah
sebagai batas bawah. Apabila saldo kas telah mencapai batas atas, maka perusahaan hendaknya
merubah sebagian kas tersebut ke dalam bentuk surat berharga agar saldo kas kembali pada
jumlah yang ideal. Sebaliknya, apabila jumlah saldo kas telah mencapai batas minimal (batas
bawah), maka perusahaan dapat merubah sekuritas yang ada menjadi kas sehingga mencapai
jumlah saldo kas yang ideal.

Apabila saldo kas mengalami penurunan hingga mencapai nol, maka perusahaan harus
segera mengubah sekuritasnya menjadi kas senilai saldo kas optimal. Apabila saldo kas semakin
membesar, maka pada batas atas uang kas harus diubah menjadi sekuritas. Rumus model Miller
dan Orr untuk menentukan jumlah saldo kas yang optimal sebagai berikut:
1
3
3 T 2
Z=
4i

di mana:

T = biaya tetap untuk melakukan transaksi

 2 = varian dari aliran kas masuk bersih sebagai penyebaran arus kas

i = tingkat bunga harian untuk investasi pada surat berharga (sekuritas)

Nilai maksimal sebagai batas atas (diberi notasi h) adalah sebesar 3 z. Sedangkan rata-rata
saldo kas kurang lebih sebesar (z + h) / 3. Jumlah saldo kas sebagai batas minimal besarnya
adalah nol.

Contoh Suatu perusahaan mengeluarkan biaya transaksi sebesar Rp. 5.000 setiap kali
transaksi. Deviasi standar () aliran kas masuk sebesar Rp. 100.000. Tingkat bunga per tahun
sebesar 12%. Batas minimal kas yang tersedia sebagai batas bawah sebesar nol rupiah. Satu
tahun dihitung 360 hari. Maka jumlah persed iaan kas yang diinginkan perusahaan adalah:
1
3
3 T 2
Z=
4i

1
3
Z = 3(5.000) (100.000)2 = Rp. 482.745,-
4 (0,12/360)

Jadi jumlah kas yang diinginkan perusahaan sebesar Rp. 482.745,-. Nilai batas atas adalah
3 z yaitu = 3 (Rp. 482.745) = Rp. 1.448.235,-. Batas atas jumlah kas tersebut menunjukkan
batas maksimal kas yang optimal tersedia di perusahaan. Ketika kas mencapai batas atas
tersebut (Rp. 1.448.235), maka perusahaan harus merubah sebagian kas tersebut sebesar Rp.
965.490 (dari Rp. 1.448.235 – Rp. 482.745) menjadi surat berharga agar saldo kas kembali
sebesar Rp. 482.475 sesuai dengan yang diinginkan perusahaan. Sedangkan ketika kas
perusahaan sampai batas minimal, dalam hal ini nol rupiah, maka perusahaan harus menjual
surat berharganya sebesar Rp. 482.475 agar saldo kas kembali ke jumlah Rp. 482.475 sesuai
dengan yang diinginkan perusahaan. Untuk menentukan besarnya kas yang harus disediakan
dan kapan waktu yang tepat, agar pemanfaatan kas dapat efektif dan efisien perlu mengetahui
anggaran kas atau Cash budget.

5. Anggaran Kas atau Cash Budget

Anggaran kas atau cash budget merupakan skedul yang menyajikan perkiraan aliran kas
masuk dan kas keluar suatu perusahaan selama periode tertentu pada waktu yang akan datang.
Anggaran kas, sebagai proyeksi posisi kas yang berupa penerimaan dan pengeluaran kas pada
saat tertentu di masa yang akan datang. Periode penyusunan anggaran kas ini dapat disusun
untuk waktu tahunan, triwulanan, bulanan, mingguan atau bahkan harian. Perusahaan pada
umumnya menggunakan anggaran kas bulanan yang disusun untuk jangka waktu 3 bulan, 6
bulan sampai 12 bulan.

Anggaran kas untuk jangka waktu yang lebih panjang digunakan untuk perencanaan yang
bersifat umum dan menyeluruh, sedangkan anggaran dalam jangka waktu yang lebih pendek
biasanya untuk pengendalian kas yang lebih riil dan spesifik.

Anggaran kas sangat penting untuk menjaga likuiditas dan kelangsungan usaha, sebab
dengan menyusun anggaran kas dapat diprediksi waktu atau kapan perusahaan mengalami
defisit dan kapan mengalami surplus kas. Pada periode yang mengalami defisit kas, bisa segera
disiapkan sumber dana menutupnya. Defisit dapat ditutup dari pinjaman pihak bank atau dengan
mencari modal sendiri. Apabila mengalami surplus kas bisa direncanakan untuk investasi pada
instrumen investasi yang sesuai likuiditasnya atau merencanakan pemanfaatan kas untuk
kegiatan yang lebih menguntungkan. Hal ini dilakukan agar jangan sampai terjadi kelebihan kas
terlalu besar, sehingga ada sejumlah kas yang menganggur yang tidak mendatangkan
pendapatan serta tidak efisien. Keberadaan kas sebagai bagian dari aktiva lancar akan
berpengaruh terhadap likuiditas perusahaan.

Fokus anggaran kas meliputi dua bagian yaitu:

1. penerimaan kas yang direncanakan atau estimasi penerimaan kas yaitu proyeksi
penerimaan pada waktu tertentu baik yang berasal dari penerimaan penjualan
tunai, penerimaan piutang, penerimaan bunga, hasil penjualan aktiva tetap maupun
penerimaan lainnya.
2. Pengeluaran kas yang direncanakan atau estimasi pengeluaran kas yaitu proyeksi
pengeluaran yang dilakukan perusahaan, seperti pembelian bahan baku,
pembayaran upah dan gaji, pengeluaran tunai biaya pemasaran, biaya administrasi,
pembayaran hutang, pembayaran pajak dan pembayaran lainnya yang bersifat
tunai.

Setelah mengadakan estimasi pada masing-masing periode, langkah selanjutnya


membandingkan hasil estimasi penerimaan dengan estimasi pengeluaran kas. Perencanaan
aliran uang kas masuk dan keluar akan menunjukkan:

1. Kebutuhan untuk membiayai kekurangan kas yang mungkin terjadi, atau

2. Kebutuhan terhadap perencanaan investasi atas kelebihan uang pada penggunaan yang
mendatangkan keuntungan.

Anggaran kas secara langsung berhubungan dengan rencana lainnya, seperti anggaran
penjualan, anggaran piutang, anggaran biaya-biaya, dan anggaran pengeluaran modal, namun
anggaran tersebut tidak secara otomatis langsung berpengaruh terhadap anggaran kas. Anggaran
kas menekankan arus kas masuk dan keluar pada saat tertentu, oleh karena itu, tujuan anggaran
kas yaitu:

1. Membuat taksiran posisi kas pada setiap akhir periode dari kegiatan operasi
perusahaan baik periode bulanan ataupun tahunan.
2. Mengetahui adanya kelebihan atau kekurangan kas yang terjadi pada periode
tertentu.
3. Merencanakan besarnya kas untuk menutup kekurangan (defisit) yang terjadi.
4. Menentukan besarnya kas untuk pembayaran-pembayaran dan kelebihan kas yang
dapat digunakan untuk melakukan investasi.
5. Mengetahui waktu kapan suatu pinjaman atau kewajiban lainnya harus dibayar.

6 . Penyusunan Anggaran Kas

Penyusunan anggaran kas memberikan gambaran tentang sumber penerimaan kas, pos-pos
pengeluaran kas, saat terjadinya kelebihan atau kekurangan kas, dan saat pembayaran pinjaman
dan bunga pinjaman. Penyusunan anggaran kas ini dilakukan melalui beberapa tahap:
1. Menyusun estimasi penerimaan dan pengeluaran dari operasi perusahaan (transaksi
operasi). Rencana penerimaan berasal dari penjualan tunai, penerimaan piutang,
pendapatan bunga, pendapatan sewa, dan pendapatan lain yang diperoleh perusahaan.
Sedangkan estimasi pengeluaran meliputi pembelian tunai, pembayaran hutang,
pembayaran gaji, pembayaran bunga dan pembayaran biaya-biaya lainnya. Dengan
estimasi penerimaan dan pengeluaran ini dapat diketahui pula adanya defisit atau surplus
yang terjadi.
2. Menyusun estimasi atau rencana transaksi finansial, yaitu transaksi yang berhubungan
dengan estimasi kebutuhan dana yang diperoleh dari pinjaman untuk menutup defisit yang
terjadi beserta estimasi pembayaran pinjaman tersebut beserta bunganya. 3. Menyusun
anggaran kas final, yaitu meliputi transaksi operasi dan transaksi fmansial. Di sini terlihat
anggaran kas secara keseluruhan dari estimasi penerimaan dan pengeluaran kas.

Contoh penyusunan anggaran kas, supaya dapat memberikan gambaran yang jelas.
Pada Tahun 2010 perusahaan “PT A” menyusun anggaran kas. Estimasi penerimaan kas dan
pengeluaran kas selama enam bulan pertama (bulan Januari s/d Juni) sebagai berikut:
1. Estimasi atau Rencana Penerimaan: Penerimaan setiap bulan dari penjualan yang dilakukan
secara tunai sebanyak 25 % dan secara kredit 75 % dari penjualan. Dari penjualan kredit, 60 %
diterima pada satu bulan setelah bulan penjualan dan sisanya diterima 2 bulan setelah bulan
penjualan. Total penerimaan piutang bulan Januari dan Pebruari masing-masing Rp. 1.900.000
dan Rp. 2.600.000. Estimasi atau rencana penerimaannya adalah:
a. Besarnya penjualan yaitu
Januari ……… Rp 4000 000 April..........5 200 000
Februari …….. Rp 5 500 000 Mei.............5 400 000
Maret ……….. Rp 5 600 000 Juni..............6 500 000
b. Penerimaan lain-lain yaitu:
Januari ............ Rp. 400.000 April ............Rp. 1.200.000
Pebruari .......... Rp. 900.000 Mei ..............Rp. 1.400.000
Maret .............. Rp. 1.000.000 Juni .............Rp. 1.500.000

2. Estimasi atau Rencana Pengeluaran:

a. Pembelian bahan mentah:

Januari ......... Rp. 1.000.000 April .............. Rp. 2.200.000


Pebruari ....... Rp. 1.500.000 Mei.................Rp. 2.000.000
Maret ............ Rp.1.600.000 Juni ............... Rp. 2.100.000

b . Pembelian bahan penolong

Januari ......... Rp. 200.000 April ................... Rp. 500.000


Pebruari ....... Rp. 300.000 Mei ................... Rp. 400.000
Maret ............ Rp. 200.000 Juni ................... Rp. 500.000

c .Pembayaran gaji dan upah:


Januari .......... Rp. 2.500.000 April ................ Rp. 2.800.000
Pebruari ........ Rp. 2.500.000 Mei .................. Rp. 3.000.000
Maret ............ Rp. 2.600.000 Juni ................. Rp. 3.200.000
d. Biaya transport dan komisi penjualan:
Januari ............ Rp. 300.000 April ............... Rp. 600.000
Pebruari ...........Rp. 500.000 Mei .................. Rp. 500.000
Maret ............... Rp. 400.000 Juni ................. Rp. 500.000
e. Biaya administrasi dan lainnya:
Januari ........... Rp. 350.000 April ................ Rp. 550.000
Pebruari ......... Rp. 550.000 Mei .................. Rp. 450.000
Maret ............. Rp. 450.000 Juni .................. Rp. 550.000

3. Estimasi atau Rencana lain:

a. Saldo kas akhir pada Bulan Desember tahun sebelumnya Rp. 300.000
b. Apabila terjadi defisit, perusahaan akan melakukan pinjaman ke bank pada permulaan
bulan dan pengembaliannya juga pada permulaan bulan dengan bunga sebesar 2% per
bulan
c. Pinjaman ke bank pada Bulan Januari sebesar Rp. 1.000.000 dan Bulan Pebruari sebesar
Rp. 500.000,-. Pembayaran angsuran pinjaman tersebut akan dilakukan pada Bulan April
sebesar Rp. 600.000, Bulan Mei sebesar Rp. 300.000 dan sisanya sebesar Rp. 600.000
akan dibayar pada Bulan Juni 2001
d. Persediaan minimum kas atau persediaan besi kas sebesar Rp. 200.000 Dari informasi
data tersebut dapat disusun anggaran kas untuk Bulan Januari sampai dengan Juni Tahun
2010 secara bertahap yaitu anggaran kas untuk transaksi operasi (transaksi usaha),
transaksi finansial dan transaksi secara keseluruhan.
Penyelesaiannya:
1. Menyusun Anggaran Kas untuk Transaksi Operasi (transaksi usaha) Anggaran kas untuk
transaksi operasi menggambarkan penerimaan dan pengeluaran kas dari usaha operasi
perusahaan. Penerimaan yang berasal dari penjualan dibedakan menjadi penjualan tunai
dan penerimaan dari penagihan piutang. Kedua penerimaan tersebut dapat dihitung
sebagai berikut:
A. Penerimaan dari hasil penjualan tunai setiap bulannya
adalah: Januari = 25% x Rp. 4.000.000 = Rp. 1.000.000
Pebruari = 25% x Rp. 5.500.000 = Rp. 1.375.000
Maret = 25% x Rp. 5.600.000 = Rp. 1.400.000

April = 25% x Rp. 5.200.000 = Rp. 1.300.000

Mei = 25% x Rp. 6.000.000 = Rp. 1.500.000


Juni = 25% x Rp. 6.500.000 = Rp. 1.625.000
B. Penerimaan hasil penjualan tunai dan penagihan piutang dari penjualan kredit setiap
bulannya dapat dilihat pada tabel berikut:
C. Tabel 1. PT ”A” Penerimaan Kas dari Hasil Penjualan Tunai dan Pengumpulan Piutang
dari Penjualan Kredit Bulan Januari s/d Juni 2010
(dalam ribuan rupiah)

No Keterangan Bulan
1 Total Penjualan Januari Februari Maret April Mei Juni
2 Penjualan Tunai(25%) 4.000 5.500 5.600 5.200 6.000 6.500
3 Penjualan Kredit(75%) 1.000 1.375 1.400 1.300 1.500 1.625
4 Penerimaan Piutang :
60% dari penj. kredit - 1.800 2.475 2.520 2.340 2.700
40% dari penj. Kredit 1.900 800 1.200 1.650 1.680 1.560
5 Total dari piutang 1.900 2.600 3.675 4.170 4.020 4.260

Dari anggaran penerimaan penjualan (tunai dan piutang) tersebut pada Tabel
1. , maka dapat disusun anggaran kas untuk transaksi operasi (transaksi penerimaan dan
pengeluaran) PT “A” yang dapat dilihat pada Tabel 2. berikut ini.
Tabel 2. PT ”A” Anggaran Transaksi Operasi Bulan Januari - Juni Tahun 2010
(Penerimaan dan Pengeluaran Kas)
Keterangan Bulan
Januari Febuari Maret April Mei Juni
Rencana Penerimaan:
Penjualan tunai 1.000 1.375 1.400 1.300 1.500 1.625
Penerimaan piutang 1.000 2.600 3.675 4.170 4.020 4.260
Penerimaan lain 400 900 1.000 1.200 1.400 1.500
Jumlah penerimaan 3.300 4.875 6.075 6.670 6.920 7.385
Rencana pengeluaran:
Pembelian bahan mentah 1.000 1.500 1.600 2.200 2.000 2.100
Pemb. Bahan penolong 200 300 200 500 400 500
Pembayaran gaji/upah 2.500 2.500 2.600 2.800 3.000 3.200
Pemb. Tranfortasi/komisi 300 500 400 600 500 500
Pemb. Adm dan lainnya 350 550 450 550 450 550
Jumlah Pengeluaran 4.350 5.350 5.250 6.650 6.350 6.850
Surplus (Defisit) (1.500) (475) 825 20 570 535

Tabel 3. PT ”A” Anggaran Transaksi Finalsial Bulan Januari – Juli Tahun 2010
(penerimaan Pinjaman dan Pengembaliannya)
(dalam ribuan rupiah)

Bulan
Keterangan Januari Febuari Maret April Mei Juni
Saldo kas awal bulan 300 230 225 1.020 422 680
Penerima pinjaman 1.000 500 - - - -
Pembayaran ansuran - - - 600 300 600
Kas yang tersedia 1.300 730 225 420 122 80
Surplus(defisit) (1.500) (475) 825 20 570 535
Pembayaran bunga (20) (30) (30) (18) (12) -
Saldo kas akhir bulan 230 225 1.020 422 680 615
Sisa pinjaman kumulatif 1.000 1.500 1.500 900 600 0

Penjelasan tabel:
1). Saldo kas awal bulan merupakan saldo kas akhir bulan sebelumnya.
2). Penerimaan pinjaman Bulan Januari sebesar Rp. 1000.000 dan Pebruari = Rp.
500.000. Jumlah pinjaman minimal (misalnya X) dapat dihitung sebagai berikut: Jumlah
pinjaman = Persediaan besi + Besarnya deflsit - Saldo awal 4 - Bunga X = Rp. 200.000 +
Rp. 1 .050.000 – Rp. 300.000 + 0,02 X 0,98 X = Rp. 950.000 X = Rp. 969.388 Jadi
besarnya pinjaman Bulan Januari minimal adalah Rp. 969.388,-.
3). Pembayaran angsuran pinjaman dilakukan apabila perusahaan memiliki saldo kas
yang cukup (persediaan besi kas sebesar Rp. 200.000). Dalam contoh ini, pembayaran
sudah ditentukan yaitu Bulan April sebesar Rp. 600.000, bulan Mei Rp. 300.000 dan
Bulan Juni Rp. 600.000.
4). Kas yang tersedia merupakan penjumlahan dari saldo kas awal ditambah penerimaan
pinjaman dikurangi angsuran pinjaman.
5). Surplus (defisit) berasal dari data tabel transaksi sebelumnya.
6). Pembayaran bunga sama dengan besarnya bunga (2%) dikalikan dengan sisa
pinjaman. 7). Saldo kas akhir = Kas yang tersedia - surplus (defisit) - pembayaran bunga
8). Pinjaman kumulatif merupakan sisa pinjaman yang masih ada di perusahaan.

Setelah tabel transaksi operasi dan tabel transaksi finansial dibuat, kemudian
langkah terakhir adalah membuat anggaran kas secara menyeluruh (anggaran final) di
mana dalam tabel tersebut tertera transaksi operasi dan transaksi finansialnya.

Anggaran Kas Final(Transaksi Operasi dan Transaksi Finansial) Bulan Januari –


Juni Tahun 2010 (dalam ribuan rupiah)
Keterangan Bulan
Januari Febuari Maret April Mei Juni
Saldo Kas awal bulan 300 230 225 1.020 422 680
Rencana Penerimaan
Penjualan tunai 1.000 1.375 1.400 1.300 1.500 1.625
Penerimaan piutang 1.900 2.600 3.675 4.170 4.020 4.260
Penerimaan pinjaman 1.000 500 - - - -
Penerimaan lain 400 900 1.000 1.200 1.400 1.500
Jumlah penerimaan 4.300 5.375 6.075 6.670 6.920 7.385
Jumlah Kas tersedia 4.600 5.605 6.300 7.690 7.342 8.065
Rencana Pengeluaran
Pembelian Bahan Mentah 1.000 1.500 1.600 2.200 2.000 2.100
Pemb.Bahan Penolong 200 300 200 500 400 500
Pembayaran gaji/upah 2.500 2.500 2.600 2.800 3.000 3.200
Pemb. Transport/komisi 300 500 400 600 500 500
Pemb. Adm dan lainnya 350 550 450 550 450 550
Pembayaran bunga 20 30 30 18 12 -
Pembayaran angsuran - - - 600 300 600
Jumlah Pengeluaran 4.370 5.380 5.280 7.268 6.662 7.450
Saldo Kas akhir bulan 230 225 1.020 422 680 615

6. Sistem Pengumpulan dan Pembayaran Kas


Dalam perekonomian yang pembayaran transaksi dilakukan tidak lagi dengan uang tunai
tetapi dengan cheque, timbul situasi dimana pembayaran yang dilakukan oleh Perusahaan
tidak segera mengurangi saldo kas, dan penerima cheque tidak segera diikuti dengan
penambahan saldo kas. Minsalnya kita membayar dengan cheque senilai Rp100 juta pada
tanggal 13 Oktober 2011.
Dengan demikian bank masih akan mencatat saldo kita sebesar Rp300 juta. Selisihnya
disebut float. Float tersebut memungkinkan Perusahaan menulisnya cheque yang secara
keseluruhan jumlahnya lebih besar dari saldo kas (giro) dari Perusahaan. Float bisa juga
berlaku secara terbali. Minsalnya kita menerima pembayaran dalam bentuk cheque sejumlah
Rp50 juta. Kita setorkan ke bank, dan kita catat saldo giro kita di bank tersebut bertambah
Rp50 juta.
Sistem pengumpulan kas mempunyai tujuan untuk mempercepat pemanfaatan kas. Salah satu
cara dengan menggunakan concentration banking. Dengan cara ini perusahaaan menetapkan
berbagai pusat pengumpulan berbagai wilayah. Sesuai dengan penyebaran penjualannya, dan
tidak hanya satu pusat pengumpulan (dikantor pusat). Contohnya yang sering kita jumpai
adalah penerbit inggris meminta pembeli menulis cheque atas bank yang diinggris, dan
dinyatakan dalam poundsterling. Jika cheque tersebut atas bank amerika serikat, penerbit
diingris akan memerlukan waktu yang sangat lama untuk menguangkan cheque tersebut.
Apabila Perusahaan menggunakan draf, Perusahaan menunda pembayaran karana menunggu
konfirmasi dari Perusahaan tersebut. Jika membayar gaji menggunakan cheque, maka
pembayaran pada akhir minggu akan memaksa cheque tersebut baru bisa diuangkan awal
minggu depan. Ini adalah cara untuk menunda pengeluaran kas.
7. Portovolio investasi
Minsalakan Perusahaan memiliki saldo kas Rp600 juta. Diperkirakan Rp400 juta baru akan
digunakan pada tiga bulan yang akan dating. Untuk itu menejemen keuangan bisa, minsalkan
mendepositokan Rp400 juta tersebut dalam jangka tiga bulan dengan Bungan (minsal) 12%
per-tahun. Dengan demikian Perusahaan menghasilkan investasinya dalam tiga bulan
sebesar,
(0,12/12 x Rp400 juta = Rp12,0 juta).
Bisa juga dilakukan investasinya, minsal, Rp200 juta pada deposito 3 bulan dan Rp200 juta
berbagai saham. Dengan cara dilakukan diversifikasi. Tujuannya untuk mengurangi resiko.
Jumlah saldo kas terlalu banyak memang baik apabila dipandang dari sisi likuiditas, tetapi
tidak menguntungkan apabila dipandang dari aspek profitabilitas. Hal yang sebaliknya
berlaku apabila saldo kas terlalu kecil. Karna itulah pengaturan kas diperlukan.
Investasi pada sekuritas dipilih karena sifat mudah dirubahnya investasi menjadi kas. Untuk
menentukan berapa banyak sekuritas yang dirubah menjadi kas, bisa dipergunakan model
miller dan Orr. Kalua Perusahaan terpaksa menguangkan deposito, biasanya bank akan
mengenakan denda kepada Perusahaan.
8. Manajemen Sekuritas
1. Pengertian Sekuritas (marketable security) merupakan surat-surat berharga yang segera
dapat dijual untuk memperoleh uang kas. Marketable securities merupakan surat-surat
berharga yang dapat diuangkan dengan mudah dan diperjualbelikan di pasar uang (bursa
modal jangka pendek). Motif penanaman modal dalam marketable securities ada tiga
yaitu:
Pertama, motif transaksi (transaction motive) yaitu pembelian marketable securities yang
akan dijual kembali untuk menutup pembayaran yang sudah diketahui sebelumnya.

Sebelum saat pembayaran kewajiban perusahaan dapat menginvestasikan uang kas tersebut
dalam marketable securities yang jatuh temponya sebelum pembayaran berbagai kewajiban.

Kedua, motif berjaga-jaga (precautionary motive) yaitu penanaman modal dalam


marketable securities untuk mendapatkan sejumlah aktiva lancar yang dapat diuangkan
dengan segera, untuk memenuhi berbagai pengeluaran yang tidak diperkirakan sebelumnya.
Ketiga, motif spekulasi (speculatif motive) yaitu investasi dalam marketable securities
karena tidak adanya investasi lain dari uang kas yang sementara waktu belum digunakan.
Keadaan tersebut bukan suatu hal yang biasa terjadi. Investasi dalam marketable securities
baru akan diuangkan jika perusahaan sudah menemukan investasi yang lebih tepat dari dana
tersebut.
Ada beberapa alasan perusahaan memiliki surat berharga yaitu: untuk menggunakan dana
sementara yang lebih guna diinvestasikan dalam surat berharga yang dijual oleh emiten
(perusahaan yang mengeluarkan saham). Alasan lain perusahaan memiliki sekuritas ini
adalah untuk menjaga likuiditas perusahaan dan memperoleh pendapatan dari investasi
tersebut. Sekuritas memiliki sifat yang likuid (mudah diuangkan atau dijual), sehingga
apabila perusahaan kekurangan uang kas maka sekuritas ini dapat segera dijual. Dalam hal
ini berarti pemilikan sekuritas berfungsi sebagai pengganti saldo kas. Di samping itu,
pemilikan sekuritas dimaksudkan untuk memperoleh pendapatan berupa keuntungan.
Keuntungan tersebut dapat berupa dividen, bunga atau capital gain.
2. Kriteria Pemilihan Sekuritas
Kriteria pemilihan sekuritas dapat dilihat dari berbagai macam pertimbangan, yaitu
meliputi risiko keuangan (financial risk), risiko suku bunga (interest rate risk), risiko
likuiditas (liquidity risk), risiko inflasi dan tingkat keuntungan yang diharapkan. Berbagai
pertimbangan tersebut akan menentukan besarnya dana yang akan ditanamkan dalam
sekuritas (surat berharga) jangka pendek. Perusahaan akan berusaha memperkecil risiko yang
mungkin dihadapi dengan harapan memperoleh keuntungan (return) yang maksimal.
Risiko keuangan merupakan risiko tidak kembalinya dana yang diinvestasikan pada
sekuritas sesuai dengan yang diinginkan perusahaan. Ketidakpastian pengembalian dana
yang telah diinvestasikan (beserta bunganya jika berupa obligasi) pada sekuritas sering sulit
diprediksikan. Adakalanya peminjam menunggak dalam jangka waktu yang tidak ditentukan.
Risiko likuiditas sekuritas merupakan cepat lambatnya sekuritas yang bersangkutan dapat
diperjual belikan. Sekuritas yang likuid berarti sekuritas tersebut cepat laku terjual.

Apabila suatu sekuritas tidak likuid, maka perusahaan atau pihak yang memiliki sekuritas
tersebut akan menurunkan harganya agar laku dijual. Penurunan harga ini mengakibatkan
keuntungan yang diperoleh akan berkurang atau bahkan akan menderita kerugian jika
penurunan harganya sampai melebihi harga perolehannya. Semakin likuid suatu saham,
maka makin kecil risiko likuiditasnya karena sekuritas tersebut dapat diperjual belikan setiap
saat.
Risiko inflasi pada prinsipnya hampir sama dengan risiko tingkat bunga. Kita tahu bahwa
antara tingkat bunga dan inflasi memiliki hubungan yang erat. Tingkat suku bunga yang
tinggi mengakibatkan tingkat inflasi yang tinggi. Inflasi merupakan kecenderungan naiknya
harga barang-barang. Tingginya inflasi akan menurunkan daya beli masyarakat. Risiko
inflasi ini mengakibatkan pada risiko penurunan daya beli. Pihak yang lebih merasakan
dampak dari risiko inflasi ini adalah mereka yang memiliki surat berharga dengan
pendapatan tetap seperti obligasi bila dibandingkan dengan surat berharga yang memiliki
penghasilan meningkat (seperti saham). Oleh karena itu, saham biasa yang diperjual belikan
di bursa efek memiliki stabilitas yang lebih aman dibandingkan obligasi yang memberikan
pendapatan tetap. Pada situasi inflasi yang cenderung meningkat, perusahaan akan lebih
untung bila melakukan investasi pada saham.
Kriteria terakhir yang perlu dipertimbangkan dalam melakukan investasi pada sekuritas
adalah memperhitungkan hasil yang diharapkan (yield) berupa keuntungan. Besarnya yield
atau sering pula disebut return ini akan dipengaruhi oleh faktor-faktor lain tersebut di atas
yaitu adanya risiko keuangan, risiko tingkat bunga, risiko likuiditas, dan risiko inflasi atau
risiko daya beli. Risiko-risiko tersebut akan mempengaruhi besarnya hasil yang akan
diperoleh baik langsung maupun tidak langung. Risiko keuangan dan risiko likuiditas lebih
dapat dikontrol daripada risiko tingkat bunga dan risiko inflasi. Hal ini karena risiko
keuangan dan risiko likuiditas lebih banyak berhubungan dengan kemampuan perusahaan
dalam mengelola keuangannya. Sedangkan risiko tingkat bunga dan risiko inflasi lebih
banyak berhubungan dengan kondisi ekonomi secara keseluruhan.
Hasil yang diharapkan (yield) oleh perusahaan dalam hubungannya dengan risiko-risiko
yang mungkin terjadi mengharuskan perusahaan melakukan portofolio atau diversifikasi
(penganekaragaman) investasi pada sekuritas. Perusahaan melakukan portofolio investasi
berarti bahwa dana yang dimiliki oleh perusahaan ditanamkan pada sekuritas yang
bermacam-macam. Perusahaan jangan sampai menanamkan dananya hanya pada satu jenis
sekuritas saja, karena apabila sekuritas tersebut harganya “anjlok” maka perusahaan akan
mengalami kerugian yang cukup besar

Tujuan portofolio ini adalah untuk memperkecil risiko yang mungkin dihadapi. Kita tahu
bahwa dalam situasi ekonomi yang normal (stabil) maka antara risiko dan hasil memiliki
hubungan yang linier.
Semakin tinggi risiko semakin tinggi pula hasil yang diharapkan, dan sebaliknya. Oleh
karena itu, dengan portofolio ini perusahaan berusaha untuk melakukan investasi dengan
portofolio yang optimal. Portofolio yang optimal adalah portofolio yang menghasilkan risiko
terkecil (minimal) dengan hasil tertentu atau memperoleh hasil yang maksimal dengan risiko
tertentu. Dari kriteria pemilihan sekuritas dalam kaitannya dengan hasil yang diharapkan dan
Hasil skematis dapat digambarkan
portofolio investasi tersebut di atas, secara Resi sebagai berikut.
Portofol
atau ko io
Yield Vs
Sekurit

Risiko Keuangan
Risiko Tingkat
Gambar 1. Skema Desain Pertimbangan Melakukan Protofolio Sekuritas
Bunga Risiko
Dari Gambar 1. dapat dijelaskan bahwa risiko-risiko yang mungkin muncul dalam investasi
Likuiditas Risiko
sekuritas seperti risiko keuangan, risiko tingkat bunga, risiko likuiditas dan risiko inflasi akan
mempengaruhi besarnya hasil (return) yang akan diperoleh. Perusahaan harus mengelola
risiko dan hasil tersebut dengan berusaha untuk memperkecil risiko guna mencapai hasil
yang diharapkan melalui diversifikasi (portofolio) sekuritas, yaitu menanamkan dananya
pada berbagai sekuritas agar risiko dapat diperkecil. Dengan demikian, tujuan utama
portofolio investasi adalah mengurangi atau memperkecil risiko investasi.
3. Alternatif Investasi Pada Sekuritas Jangka Pendek Beberapa alternatif sekuritas yang sering
diperjualbelikan di Amerika atau di Indonesia. Sekuritas-sekuritas tersebut antara lain seperti
US. Treasury Bills, Federal Agency Securities, Negotiable Certificates of Deposit (CD),
Commercial Paper, dan Money Market Mutual Fund. Sedangkan di Indonesia, beberapa
surat berharga yang telah diperjualbelikan antara lain adalah Saham, Obligasi, Sertifikat
Bank Indonesia (SBI), Sertifikat Deposito, Surat Berharga Pasar Uang, dan Commercial
Paper.
Sekuritas Treasury Bills (disingkat T-Bills) yang diterbitkan di Amerika, merupakan
instrumen hutang yang diterbitkan oleh pemerintah atau Bank Sentral atas unjuk dengan
jumlah tertentu yang akan dibayarkan kepada pemegangnya pada tanggal yang telah
ditetapkan. Oleh karena diterbitkan oleh pemerintah atau Bank sentral, maka T-Bills
merupakan sekuritas yang aman dan sangat likuid. Di samping itu, risiko investasi pada T-
Bills sangat rendah atau bahkan hampir tanpa risiko karena diterbitkan oleh pemerintah. T-
Bills ini merupakan sekuritas jangka pendek sehingga memiliki jangka waktu jatuh tempo satu
tahun atau kurang. Pemerintah Amerika juga menerbitkan sekuritas yang disebut Federal
Agency Securities. Sekuritas ini juga merupakan surat hutang dari perusahaan-perusahaan dan
agen-agen untuk mendukung program pemerintah negara bagian di Amerika. Ada 5 agen besar
yang memperjual-belikan sekuritas ini, yaitu Federal National Mortgage Association, The
Federal Home Loan Banks, The Federal Land Banks, The Federal Intermediate Credit Banks
dan The Banks for Cooperatives.
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) memiliki prinsip seperti T-Bills di Amerika. SBI ini
merupakan surat berharga atas unjuk yang diterbitkan dengan sistem diskonto oleh Bank
Sentral (Bank Indonesia) sebagai pengakuan hutang berjangka waktu pendek (kurang dari 1
tahun). Sertifikat Bank Indonesia diciptakan pertama kali pada Tahun 1970. Namun peran SBI
tersebut tahun 1971 digantikan oleh sertifikat deposito yang boleh diterbitkan oleh bank.
Adanya kebijakan moneter Tahun 1983, SBI terbit kembali sebagai instrumen yang digunakan
untuk mengendalikan kebijakan moneter dalam operasi pasar seperti memperketat uang
beredar dengan jalan menjual SBI tersebut. Sertifikat deposito atau negotiable certificate of
deposit (disingkat CD) merupakan instrumen keuangan yang diterbitkan oleh bank yang
berupa deposito berjangka. Sekuritas ini biasanya merupakan sekuritas atas unjuk dan
menyatakan sejumlah deposito tertentu dengan tingkat bunga dan jangka waktu tertentu pula.
Sertifikat deposito ini memiliki perbedaan dengan deposito berjangka biasa. Perbedaan
tersebut antara lain adalah bahwa CD ini dapat dipindah tangankan atau diperjual belikan
sebelum jatuh tempo karena sertifikat deposito ini atas unjuk. Sedangkan deposito biasa yang
merupakan deposito atas nama tidak dapat diperjual belikan melalui bank.
Surat Berharga Pasar Uang (SBPU) merupakan surat-surat berharga jangka pendek yang
dapat dijualbelikan secara diskonto dengan Bank Indonesia atau lembaga diskonto yang
ditunjuk oleh Bank Indonesia. Surat Berharga Pasar Uang ini diperkenalkan pertama kali
Tahun 1985. Penerbitan SBPU ini bertujuan untuk mengendalikan situasi moneter seperti
halnya SBI. Apabila SB1 digunakan untuk melakukan kontraksi pasar (pengetatan uang),
sebaliknya SBPU ini digunakan untuk melakukan ekspansi moneter. Apabila BI akan
melakukan ekspansi, maka BI akan membeli SBPU yang diterbitkan oleh bank-bank dengan
tingkat diskonto tertentu. Bank-bank akan menerbitkan SBPU ini jika ada suatu badan usaha
atau masyarakat yang mengeluarkan surat aksep atau wesel untuk memperoleh pinjaman
kepada bank tersebut. Surat aksep tersebut merupakan surat berharga yang dapat dijualbelikan
oleh bank melalui lembaga diskonto yang ditunjuk (securities house).

Akhirnya, lembaga diskonto dapat menjual surat berharga tersebut ke Bank Indonesia.
Dengan dibelinya surat berharga tersebut, maka uang yang beredar akan bertambah. Surat
berharga yang banyak digunakan oleh pengusaha adalah Commercial Paper (disingkat CP).
Commercial Paper merupakan surat kesanggupan membayar (promes) sejumlah uang tertentu
pada saat jatuh tempo yang tidak ada jaminannya. Namun demikian, pada prakteknya CP ini
disertai dengan jaminan seperti kemampuan perusahaan memperoleh keuntungan dan jaminan
bank garansi. Surat ini diterbitkan oleh suatu perusahaan atau bank yang digunakan untuk
memperoleh dana pinjaman jangka pendek, kemudian dijual kepada investor yang melakukan
investasi dalam instrumen pasar uang. Jangka waktu CP ini kurang dari 1 tahun. Sebelum
jangka waktu habis, CP ini dapat diperjualbelikan dengan diskon tertentu. Dalam prakteknya,
mekanisme penerbitan CP adalah bahwa perusahaan yang membutuhkan dana akan
menghubungi bank yang biasa bertindak sebagai pengatur (arranger). Perusahaan tersebut
menyebutkan jumlah dana yang diperlukan. Kemudian perusahaan menerbitkan CP sejumlah
dana yang dibutuhkan. Bank ini bertindak sebagai perantara antara investor dan penerbit CP
tersebut. Tugas utama bank tersebut adalah menawarkan CP kepada investor atau para
nasabahnya. Bank tidak mempunyai tanggung jawab apabila penerbit CP tersebut tidak
mampu membayar kesanggupannya pada saat CP tersebut jatuh tempo. Risiko tersebut
sepenuhnya menjadi tanggung jawab para investor.
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Kas merupakan komponen aktiva lancar paling likuid, sedangkan surat-surat berharga
jangka pendek atau marketable securities merupakan urutan berikutnya. Uang kas yang untuk
sementara waktu belum digunakan dapat diinvestasikan dalam marketable securities agar
dapat memperoleh penghasilan. Manajemen kas yang efisien didasarkan atas tiga strategi
utama yaitu: a) membayar utang dagang pada akhir tanggal jatuh tempo, b) mengumpulkan
piutang secepat mungkin namun jangan sampai menyebabkan menurunnya volume
penjualan, c) mengelola persediaan secara efisien atau meningkatkan inventory turnover.
Budget kas sangat berguna dalam merencanakan dan mengambil keputusan yang
berhubungan dengan kebutuhan kas, namun besarnya kebutuhan juga tergantung pada jumlah
pengeluaran kas yang sudah dapat diketahui maupun yang tidak diduga sebelumnya.
Ada beberapa cara mulai dari yang sederhana sampai yang kompleks dalam
menentukan kebutuhan minimum operating kas, yang lebih praktis dengan cara
menghubungkan kas minimum dengan tingkat perputaran kas atau cash turnover. Perusahaan
menanamkan uang kas yang untuk sementara waktu belum digunakan dalam marketable
securities agar dapat memperoleh penghasilan. Motif dari investasi tersebut meliputi: motif
transaksi, motif berjaga-jaga dan motif spekulasi. Realisasi penjualan marketable securities
jangan sampai lebih kecil dari modal yang diinvestasikan, atau penghasilan yang diperoleh
(yields) harus lebih besar dari biaya yang dikeluarkan dalam pembelian dan penjualan
marketable securities.
DAFTAR PUSTAKA
http://makalahdanskripsi.blogspot.com/2012/08/prinsip-manajemenkas.html

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37053/4/Chapter%20II I-IV.pdf

https://www.scribd.com/doc/96910712/6-MNJM-KAS-DANSEKURITAS-doc

Enny Pudjiastuti, Suad Husnan. (2021) Dasar-dasar Manjemen Keuangan, Jember: UPP
STIM YKPN.

Anda mungkin juga menyukai