MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Keuangan Syariah yang
dibina oleh
Uly Mabruroh Halida, M.E.
Oleh:
Kelompok 5
Firman Ardiansyah 19383041108
Imraatul Khofifah 19383042025
Aldha Desyana Fitriyah 19383042098
Ririn Triana Sari 19383042112
i
KATA PENGANTAR
Akhir kata, penulis hanya mampu mengucapkan terima kasih atas bantuan,
dukungan, serta doa dari kalian. Mohon maaf apabila ada kesalahan dalam
penulisan makalah ini. Semoga dapat bermanfaat dan menambah wawasan
keilmuan pada umumnya, terkhusus Manajemen Keuangan Syariah. Aamiin.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar
2.1 Konsep Model Miller-Orr ............................................................................. 12
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Suatu perusahaan tentunya memiliki tujuan tertentu demi kelangsungan dan
kemajuan perusahaan tersebut. Tujuan setiap perusahaan berbeda-beda, tergantung
jenis dan bentuk perusahaan tersebut. Perusahaan dalam mencapai tujuan harus dapat
memanfaatkan sumber daya yang ada. Salah satu sumber daya yang cukup penting bagi
perusahaan adalah kas. Pengelolaan kas yang baik dan efisien, akan bermanfaat bagi
suatu perusahaan dalam mencapai tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan.
Kas merupakan komponen yang ada dalam aktiva lancar yang paling likuid bagi
suatu perusahaan. Manajer keuangan perlu mengelola kas karena hal tersebut memiliki
nilai strategis yang berkaitan dengan operasional perusahaan. Setiap penerimaan dan
pengeluaran kas harus dilakukan dengan baik yang mana perusahaan jangan sampai
kekurangan uang kas untuk melakukan berbagai keperluan suatu perusahaan.
Perusahaan yang mengalami kekurangan uang kas dalam memenuhi kewajibannya
akan berakibat terhadap hilangnya kepercayaan pihak luar akan eksistensi perusahaan
dan dapat menghambat kegiatan perusahaan. Selain itu, kelebihan uang kas pada
perusahaan harus diatur sebaik mungkin, agar tidak terjadi idle kas, sehingga
penerimaan dan pengeluaran kas harus dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah
ditetapkan.1
1
Kasmir, Pengantar Manajemen Keuangan, (Jakarta: Prenadamedia, 2010), hlm. 188.
2
Sri Dwi Ari Ambarwati, Manajemen Keuangan Lanjut, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), hlm. 125.
1
perbankan berbasis syariah juga membutuhkan manajemen kas demi kelanjutan
perusahaan tersebut. Untuk itu, penulis tertarik untuk membahas dalam makalah ini
tentang manajemen kas dalam keuangan dan dasar syariah manajemen kas.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang akan dibahas dalam
makalah ini, sebagai berikut:
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, penulisan makalah ini bertujuan sebagai
berikut:
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Kas
Ikatan Akuntansi Indonesia dalam PSAK No. 2 Tahun 2012, mendefinisikan
kas sebagai alat pembayaran yang siap dan bebas dipergunakan untuk membiayai
kegiatan umum perusahaan. Kas terdiri dari saldo kas (cash on hand) dan rekening
giro.3 Selain itu, berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan, kas adalah uang tunai
dan saldo simpanan di bank yang setiap saat dapat digunakan untuk membiayai
berbagai aktivitas atau kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah. Kas dalam
pemerintahan dapat berupa kas daerah dan kas negara.4
Sedangkan Martani dkk mendefinisikan kas sebagai aset keuangan yang bisa di
gunakan untuk kegiatan operasional di sebuah perusahaan dan dalam kas tersebut
terdapat aset yang nilainya paling likuid karena dapat digunakan untuk membayar
kewajiban di perusahaan. Sedangkan, menurut Purwaji dkk, kas merupakan alat
pembayaran yang siap dipakai dan bebas dipergunakan untuk membiayai kegiatan-
kegiatan umum yang ada dalam suatu perusahaan.5
Kas merupakan elemen modal kerja yang tingkat likuiditasnya paling tinggi,
karena kas adalah seluruh uang tunai yang ada di tangan dan disimpan di bank dalam
berbagai bentuk seperti deposito dan rekening koran. Kas merupakan alat tukar yang
memungkinkan manajemen menjalankan berbagai aktivitas usahanya. Bahkan tidak
jarang dalam kenyataan keberhasilan suatu perusahaan dalam mempertahankan
kelangsungan usahanya tergantung pada kemampuan menyediakan kas untuk
memenuhi kewajiban finansial pada waktu yang telah ditentukan.6
3
Dwi Suranti, “Perlakuan Akuntansi Kas Kecil”, Journal of Applied Accounting and Taxation, Vol. 1,
No. 1, (Maret 2016), hlm. 21.
4
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan, Standar Akuntansi Pemerintahan Republik Indonesia, Edisi
2019, PSAP No. 03 hlm. 85-86. Diakses dari http://.ksap.org, pada 23 Oktober 2021 pukul 16.05 WIB.
5
Diakses dari http://repository.um-surabaya.ac.id, pada 22 Oktober 2021 pukul 22.00 WIB.
6
Ni Luh Putu Wiagustini, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, (Bali: Udayana University Press, 2010),
hlm. 122.
3
Berdasarkan beberapa definisi kas di atas, dapat disimpulkan bahwa kas adalah
suatu alat pembayaran atau aset keuangan yang dimiliki oleh perusahaan atau
organisasi untuk digunakan dalam setiap aktivitasnya, yang mana kas dapat berbentuk
uang atau berupa saldo simpanan dalam bank. Kas juga merupakan elemen modal kerja
yang paling likuid dan perusahaan atau organisasi penting memiliki kas, karena dengan
adanya kas dapat menunjang keberhasilan suatu perusahaan atau organisasi dalam
menjalankan setiap kegiatan operasionalnya. Selain itu, kas digunakan sebagai alat
tukar bagi manajemen dalam menjalankan usahanya.
7
Dyah Kusumawati, “Persediaan Minimum Kas Sebagai Alat Untuk Menjaga Tingkat Likuiditas &
Profitabilitas”, Diakses Dari http://media.neliti.com, Pada 22 Oktober 2021 Pukul 22.30 WIB.
4
sebagai dasar untuk mengambil suatu kebijakan dalam menetapkan persediaan
minimum kas sehingga apa yang diharapkan perusahaan dapat tercapai secara
maksimal, yaitu terjaminnya likuiditas usaha dan tercapainya profitabilitas
perusahaan.8
Mengelola kas memiliki trade-off tingkat laba dan risiko. Semakin banyak sisa
kas, semakin tinggi likuiditas perusahaan, dan semakin terjaga dari risiko kurangnya
kas. Kekurangan kas dapat meninmbulkan kegiatan perusahaan terhambat. Sebaliknya,
kas yang terlalu besar mengakibatkan minimnya produktivitas kekayaan perusahaan.
Dengan trade-off seperti itu, perusahaan harus memiliki sisa kas yang optimal, yaitu
sisa kas yang dapat mengamankan likuiditas perusahaan, karena juga dapat memelihara
produktivitas perusahaan.10
John Maynard Keynes mengatakan bahwa terdapat tiga motif atau alasan suatu
perusahaan harus memiliki kas sebagai berikut:11
8
Ibid.
9
Agus Zainul Arifin, Manajemen Keuangan, (Yogyakarta: Zahir Publishing, 2018), hlm. 12.
10
Kariyoto, Manajemen Keuangan Konsep Dan Implementasinya, (Malang: Ub Press, 2018), hlm. 54.
11
Kasmir, Op. Cit., hlm. 190.
5
timbul di waktu yang akan datang, misalnya turunnya harga bahan baku secara
tiba-tiba akan memberikan pengaruh keuntungan bagi perusahaan dan
kemungkinan akan meningkat dalam waktu yang tidak terlalu lama.
Sederhananya dalam hal ini, perusahaan memiliki kesempatan untuk membeli
dengan uang kas yang dimilikinya dan menjual pada saat harganya naik.
3. Motif berjaga-jaga. Maksudnya yaitu perusahaan menggunakan uang kas untuk
berjaga-jaga apabila sewaktu-waktu dibutuhkan untuk keperluan yang tidak
terduga, seperti pada saat perusahaan mengalami kerugian tertentu sehingga
harus menutupi kerugiannya sesegera mungkin.
1. Aliran kas yang masuk (cash inflow) dengan aliran kas keluar (cash outflow)
seimbang. Adanya keseimbangan yang baik mengenai kuantitas maupun waktu
antara cash inflow dengan cash outflow dalam suatu perusahaan berarti bahwa
12
Diakses dari http://eprints.umm.ac.id, pada 23 Oktober 2021 pukul 20.28 WIB.
6
pengeluaran kas baik mengenai jumlah atau mengenai waktunya dapat dipenuhi
dari penerimaan kasnya, sehingga perusahaan tidak perlu mempunyai
persediaan besi kas yang besar.
2. Penyimpangan terhadap aliran kas yang diperkirakan
Perusahaan dalam menjaga likuiditasnya, perlu membuat perkiraan atau
estimasi mengenai aliran kas dalam perusahaan. Apabila aliran kas selalu sesuai
dengan perkiraannya, maka perusahaan tersebut tidak perlu menghadapi
kesulitan likuiditas.
3. Adanya hubungan yang baik dengan bank
Apabila pimpinan perusahaan berhasil dapat membina hubungan yang baik
dengan bank, akan mempermudah baginya dalam mendapatkan kredit ketika
menghadapi kesulitan keuangan pada perusahaan, baik yang disebabkan oleh
peristiwa yang tidak terduga maupun peristiwa yang telah diduga sebelumnya.
13
Kasmir, Op. Cit., hlm. 188.
7
mengambil potongan dagang, menjaga peringkat kredit, dan memenuhi kebutuhan kas
yang tidak diperkiran sebelumnya.14
Perusahaan tidak hanya terdapat aliran kas keluar (cash outflow), melainkan
juga terdapat aliran kas masuk (cash inflow) bersifat kontinyu seperti hasil penjualan
tunai, penerimaan piutang, dan lainnya. Penerimaan dan pengeluaran kas dalam
perusahaan akan berlangsung terus-menerus selama perusahaan masih beraktivitas
secara normal.16 Oleh karena itu, manajemen kas sangat penting bagi perusahaan demi
kelancaran setiap aktivitas operasi dan finansial suatu perusahaan.
14
Sri Dwi Ari Ambarwati, Loc. Cit.
15
Nurfitriyaningsih, “Analisis Manajemen Kas Terhadap Tingkat Profitabilitas Dan Likuiditas Pada PT
Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, Kantor Wilayah Makassar”, (Skripsi: Universitas
Muhammadiyah Makassar, 2018), hlm. 13.
16
Ibid.
17
Intan Mardiyah, Krisnawati, dan Muhammad Adi Saputra, “Manajemen Kas”, (Makalah: IAIN Syaikh
Abdurrahman Siddik Bangka Belitung, 2019), hlm. 7.
18
Diakses dari https://tafsirweb.com/3050-surat-at-taubah-ayat-34.html, pada 23 Oktober 2021 pukul
21.25 WIB.
8
َِّ يلِ ِصدُّو ٰن ٰعن ٰسب ِ ِ ٓل ٱلن ِ ٱلر أهب ِ ِٓأَيٰيُّها ٱلَّ ِذين ءامنُأو۟ا إِ َّن ٰكث
ۗ ٱَّلل ُ َّٰاس بِٱل ٓأبٰط ِل ٰوي ٰ ان لٰيٰ أ ُكلُو ٰن أ أٰم ٰوٰ ُّ ٰحبٰا ِر ٰو
ريا م ٰن أٱْل أ
ً ٰٰ ٰ ٰ ٰ
Selain itu, dalam hadits yang shahih, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam
bersabda:19
“Tidaklah pemilik emas dan pemilik perak yang tidak menunaikan haknya (emas dan
perak) darinya (yaitu zakat), kecuali jika telah terjadi hari kiamat (emas dan perak,
pent) dijadikan lempengan-lempengan di neraka, kemudian dipanaskan di dalam
neraka Jahannam, lalu dibakarlah dahinya, lambungnya dan punggungnya. Setiap kali
lempengan itu dingin, dikembalikan (dipanaskan di dalam Jahannam) untuk
(menyiksa)nya. (Itu dilakukan pada hari kiamat), yang satu hari ukurannya 50 ribu
tahun, sehingga diputuskan (hukuman) di antara seluruh hamba. Kemudian dia akan
melihat (atau: akan diperlihatkan) jalannya, kemungkinan menuju surga, dan
kemungkinan menuju neraka” (HR Muslim II/680 No. 987, dari Abu Hurairah).
19
Diakses dari https://abufawaz.wordpress.com/, pada 23 Oktober 2021 pukul 21.29 WIB.
9
Menurut Husain Syahatah, macam-macam harta yang wajib dizakati karena
kedudukannya sebagai harta tunai meliputi al-Nuqud al-Mutlaqah (emas, perak, dan
semisalnya yang dihukumi sama seperti keduanya), uang (baik uang logam maupun
uang kertas yang sehukum dengan keduanya), piutang (amanah dan perjanjian
keuangan), perhiasan dan mahar, surat-surat berharga (saham, cek, dan obligasi), dan
simpanan investasi pada bank.20
1. Model Baumol
Model Baumol dikembangkan oleh William Baumol dari konsep manajemen
persediaan, yaitu konsep Economic Order Quantity (EOQ). Asumsi yang
dikemukakan oleh William Baumol bahwa kebutuhan kas perusahaan adalah
stabil dan dapat diperkirakan serta arus kas masuk dari operasi juga stabil.
Kedua asumsi tersebut merupakan kelemahan model Baumol karena pada
praktiknya kebutuhan kas maupun penerimaan kas dari operasinya berfluktuasi
sepanjang tahun atau dapat juga dikatakan terdapat unsur musiman. Rumus
model Baumol sebagai berikut:22
20
Intan Mardiyah, Krisnawati, dan Muhammad Adi Saputra, Op. Cit., hlm. 8.
21
J.P. Sitanggang, Manajemen Keuangan Perusahaan, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2014), hlm. 134.
22
Lukas Setia Atmaja, Teori dan Praktik Manajemen Keuangan, (Yogyakarta: Andi, 2008), hlm. 388.
10
2(𝐹)(𝑇)
𝐶∗ = √
𝑘
Keterangan:
C* = Saldo kas optimal
F = Biaya tetap untuk sekali menjual sekuritas atau meminjam dana
T = Jumlah yang dibutuhkan untuk mendanai transaksi sepanjang periode
k = Opportunity cost dari memegang uang tunai dari memegang uang
tunai, yang sama dengan tingkat keuntungan yang diperoleh jika
membeli sekuritas atau biaya meminjam untuk memegang uang tunai
C = Jumlah kas yang diperoleh dari penjualan sekuritas atau meminjam
C/2 adalah rata-rata saldo kas
2. Model Miller-Orr
Model Miller-Orr merupakan model yang dikembangkan oleh Merton Miller
dan Daniel Orr, di mana dalam model ini mengembangkan suatu model
penentuan saldo kas sasaran yang memperhitungkan unsur ketidakpastian dari
arus kas masuk dan keluar. Miller-Orr mengasumsikan bahwa distribusi arus
kas bersih harian mendekati normal. Setiap hari, arus kas bersih bisa sama
dengan atau lebih kurang dari expected value pada distribusi normal. Jadi arus
kas harian mengikuti pola acak (random walk). Rumus model Miller-Orr
sebagai berikut:23
𝟏
𝟑𝑭𝝈𝟐 𝟑
𝒁=( ) +𝑳
𝟒𝒌
𝑯 = 𝟑𝒁 − 𝟐𝑳
𝟒𝒁 − 𝑳
𝑹𝒂𝒕𝒂 − 𝒓𝒂𝒕𝒂 𝒔𝒂𝒍𝒅𝒐 𝒌𝒂𝒔 =
𝟑
23
Ibid., hlm. 389.
11
Keterangan:
Z = Saldo kas sasaran
H = Batas atas
L = Batas bawah (ditentukan oleh manajemen)
F = Transactions cost (fixed cost)
k = Opportunity cost memegang kas (harian)
σ2 = Variansi arus kas bersih harian
Saldo kas dimulai dari Z. Karena kas berfluktuasi mengikuti pola acak, saldo
kas akan naik atau turun sampai menyentuh batas atas (H) atau batas bawah (L).
Jika menyentuh H, sejumlah uang tunai yaitu H - Z ditransfer keluar dari saldo
kas (ditukar menjadi sekuritas likuid). Jika menyentuh L, sejumlah uang tunai
yaitu Z - L akan ditransfer menjadi saldo kas.24
24
Ibid., hlm. 390.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kas adalah suatu alat pembayaran atau aset keuangan yang dimiliki oleh
perusahaan atau organisasi untuk digunakan dalam setiap aktivitasnya, yang mana kas
dapat berbentuk uang atau berupa saldo simpanan dalam bank. Kas juga merupakan
elemen modal kerja yang paling likuid dan perusahaan atau organisasi penting
memiliki kas, karena dengan adanya kas dapat menunjang keberhasilan suatu
perusahaan atau organisasi dalam menjalankan setiap kegiatan operasionalnya. Selain
itu, kas digunakan sebagai alat tukar bagi manajemen dalam menjalankan usahanya.
Apabila perusahaan tidak menyimpan kas dalam jumlah yang cukup maka perusahaan
akan sulit untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya sehingga akibatnya
perusahaan akan dinilai buruk dan dinyatakan dalam keadaan tidak likuid. Manajemen
kas adalah suatu sistem pengelolaan perusahaan yang mengatur arus kas (cash flow)
untuk mempertahankan likuiditas perusahaan dan memanfaatkan idle cash dan
perencanaan cash.
B. Saran
Suatu perusahaan baik itu perusahaan konvensional atau bahkan berbasis
syariah, sangat penting adanya manajemen kas. Karena, dengan adanya manajemen kas
perusahaan atau organisasi akan berjalan dengan baik dalam segi operasional maupun
finansialnya. Dalam konsep syariah mengenai manajemen kas haruslah didasarkan atas
13
norma-norma dan hukum Islam. Sekalipun dalam segi teori antara manajemen kas
modern dengan manajemen kas dalam keuangan syariah identik, tetapi terdapat
perbedaan dalam segi pengelolaan kas yang didasarkan atas syari’at Islam. Manajer
tentunya harus mempertimbangkan antara kemashlahatan umum daripada kepentingan
pribadi dalam setiap operasinya.
14
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Ambarwati, Sri Dwi Ari. Manajemen Keuangan Lanjut. Yogyakarta: Graha Ilmu,
2010.
Atmaja, Lukas Setia. Teori dan Praktik Manajemen Keuangan. Yogyakarta: Andi,
2008.
Kusumawati, Dyah. “Persediaan Minimum Kas Sebagai Alat Untuk Menjaga Tingkat
Likuiditas & Profitabilitas”, Diakses Dari http://media.neliti.com, Pada 22
Oktober 2021 Pukul 22.30 WIB.
15
Mardiyah, Intan, Krisnawati, dan Muhammad Adi Saputra. “Manajemen Kas”,
Makalah: IAIN Syaikh Abdurrahman Siddik Bangka Belitung, 2019. Diakses
dari https://tafsirweb.com/3050-surat-at-taubah-ayat-34.html, pada 23 Oktober
2021 pukul 21.25 WIB.
Suranti, Dwi. “Perlakuan Akuntansi Kas Kecil”, Journal of Applied Accounting and
Taxation. Vol. 1, No. 1, Maret 2016.
16