Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

RISK MANAJEMEN
Tentang
“Risiko Perbankan Syariah”

Dosen Pengampu :
Ira Puspitadewi S. SE., MM

Disusun Oleh :
MITA WULANDARI (2010411020)

Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Prodi Manajemen


Universitas Muhammadiyah Jember
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang senantiasa
memberikan rahmat dan karunia pada penulis untuk dapat menyelesaikan tugas ini. Penulisan
tugas ini ditujukan untuk memenuhi salah satu syarat yang telah ditetapkan dalam rangka
menyelesaikan Program Studi Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas
Muhammadiyah Jember.Adapun tugas makalah Risk Manajemen yang dipilih adalah
“Antisipasi Resiko Bisnis” Penulis menyadari bahwa dalam pelaksanaan dan penyususnan
tugas ini banyak mendapat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada dosen pembimbing Ira
Puspitadewi S. SE., MM. Akhir kata, dengan kemampuan yang masih terbatas, penulis
menyadari bahwa sepenuhnya Tugas Makalah Manajemen Pemasaran ini masih jauh dari
sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai
pihak untuk menyempurnakan Tugas ini. Dan besar harapan penulis semoga Tugas Makalah
Risk Manajemen ini dapat memberikan manfaat bagi rekan-rekan pembaca sekalian.
Jember, 04 Januari 2022
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................4
BAB II...................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN...................................................................................................................................5
2.1 Profil Risiko Perbankan Syariah..................................................................................................5
2.2 Optimalisasi Peran Dewan Pengawas Syari’ah............................................................................6
BAB III..................................................................................................................................................8
PENUTUP.............................................................................................................................................8
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................9
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada era modern ini, perbankan syariah telah menjadi fenomena global, termasukdi
negara-negara yang tidak berpenduduk mayoritas muslim. Berdasarkan prediksi
McKinsey
Tahun 2008, total aset pasar perbankan syariah global pada tahun 2006mencapai 0,75
miliar dolar AS. Diperkirakan pada tahun 2010 total aset mencapai satumiliar dolar AS.
Tingkat pertumbuhan 100 bank syariah terbesar di dunia mencapai 27 persen per tahun
dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan 100 bank konvensionalterbesar yang hanya
mencapai 19 persen per tahun.Di Indonesia, pertumbuhan dan perkembangan perbankan
syariah juga tumbuhmakin pesat. Krisis keuangan global di satu sisi telah membawa
hikmah bagi perkembangan perbankan syariah. Masyarakat dunia, para pakar dan
pengambil kebijakanekonomi, tidak saja melirik tetapi lebih dari itu mereka ingin
menerapkan konsep syariah secara serius
Selain itu prospek perbankan syariah makin cerah dan menjanjikan. Bank syariahdi
Indonesia, diyakini akan terus tumbuh dan berkembang. Perkembangan industrilembaga
keuangan syariah ini diharapkan mampu memperkuat stabilitas sistem keuangannasional.
Harapan tersebut memberikan suatu optimisme melihat penyebaran jaringankantor
perbankan syariah saat ini megalami pertumbuhan yang sangat pesat. Namun demikian
masa depan dari industri perbankan syariah, akan sangat bergantung pada
kemampuannya untuk merespons perubahan dalam dunia keuangan.Fenomena
globalisasi dan revolusi teknologi informasi, menjadikan ruang lingkup perbankan
syariah sebagai lembaga keuangan telah melampaui batas perundang-undangansuatu
negara. Implikasinya adalah, sektor keuanganpun menjadi semakin dinamis,kompetitif
dan kompleks.
Terlebih lagi adanya tren pertumbuhan merger lintas segmen,akuisisi, dan konsolidasi
keuangan, yang membaurkan risiko unik tiap segmen dariindustri keuangan
tersebut.Lebih lanjut terdapat kecenderungan perkembangan sistem pencatatan,
matematikakeuangan dan inovasi teknik manajemen risiko yang tidak dapat diprediksi.
Perkembangantersebut disinyalir akan semakin menambah tantangan yang dihadapi oleh
perbankansyariah, terutama dengan masuknya lembaga keuangan konvensional yang
jugamenawarkan produk-produk keuangan syariah.
Selain itu, risiko menghadapi sistem keuangan global bukanlah kesalahan
tentangkemampuan menciptakan laba, tetapi yang lebih penting adalah kehilangan
kepercayaandan kredibilitas tentang bagaimana operasional kerjanya. Oleh karena itu
perbankansyariah perlu membekali diri dengan kemampuan manajemen sistem operasi
yangmutakhir untuk menyikapi perubahan lingkungan tersebut. Salah satu faktor utama
yangdapat menentukan kesinambungan dan pertumbuhan industri perbankan syariah
adalahseberapa intens lembaga ini dapat mengelola risiko yang muncul dari layanan
keuangansyariah yang diberikan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Profil Risiko Perbankan Syariah
Lembaga keuangan termasuk bank syariah, setidaknya telah mengakui bahwamereka
harus memperhatikan cara-cara untuk memitigasi risiko agar bisa tetapmempertahankan
daya saing, profitabilitas, dan loyalitas nasabah. Oleh karena itu bank- Bank tengah
mencoba penerapan manajemen risiko yang merupakan proses berkesinambungan.Dalam
konteks penerapan manajemen risiko, pedoman yang dijalankan selama ini,dibuat hanya
untuk bank-bank konvensional.
Padahal pemain dalam bisnis perbankandunia dan nasional tidak hanya bank
konvensional, tetapi juga telah diramaikan oleh bankdengan prinsip syariah yang
jumlahnya terus meningkat dari tahun ke tahun.Maka bagaimana penerapan manajemen
risiko pada bank-bank syariah?Secara historis penerapan manajemen risiko pada bank,
dalam hal ini BI sendiri barumulai menerapkan aturan perhitungan Capital adequacy
ratio (CAR) pada bank sejak1992. Sementara itu, bank dengan prinsip syariah lahir
pertama kali di Indonesia padatahun yang sama. Jadi jika dilihat dari usia sistem
perbankan syariah, hal ini merupakantantangan yang berat. Bank syariahpun akan sangat
sulit mengikuti konsep yang telahdijalankan perbankan konvensional dalam hal
manajemen risiko, mengingat perbankankonvensional membutuhkan waktu yang
panjang untuk membangun sistem danmengembangkan teknik manajemen risiko .
Di lain pihak, operasi bank syariah memiliki karakteristik dengan perbedaan
yangsangat mendasar jika dibandingkan dengan bank konvensional, sementara
manajemenrisiko juga harus diimplementasikan oleh bank syariah agar tidak hancur
dihantam risiko.Oleh karena itu, apa yang dapat dilakukan? Salah satu cara yang dapat
ditempuh adalahmengadopsi sistem manajemen risiko bank konvesional yang
disesuaikan dengankarakteristik perbankan syariah. Inilah yang dilakukan BI sebagai
regulator perbankannasional yang akan menerapkan juga bagi perbankan syariah.Dalam
hal ini Islamic Financial Services Board (IFSB), telah merumuskan prinsip- prinsip
manajemen risiko bagi bank dan lembaga keuangan dengan prinsip syariah.
Pada15 Maret 2005 yang lalu, Exposure Draft yang pertama telah
dipublikasikan.Dalam Executive summary Draft tersebut dengan jelas disebutkan bahwa
kerangkamanajemen risiko lembaga keuangan syariah mengacu pada Basel Accord II
(yang jugaditerapkan perbankan konvensional) dan disesuaikan dengan karakteristik
lembaga keuangan dengan prinsip syariah Secara umum, risiko yang dihadapi perbankan
syariah bisa diklasifikasikan menjadidua bagian besar.
Yakni risiko yang sama dengan yang dihadapi bank konvensional danrisiko yang
memiliki keunikan tersendiri karena harus mengikuti prinsip-prinsip syariah.Risiko
kredit, risiko pasar, risiko Benchmark, risiko operasional, risiko likuiditas, danrisiko
hukum, harus dihadapi bank syariah. Tetapi, karena harus mematuhi aturan
syariah,risiko-risiko yang dihadapi bank syariah pun menjadi berbeda.Bank syariah juga
harus menghadapi risiko-risiko lain yang unik (khas). Risiko unikini muncul karena isi
neraca bank syariah yang berbeda dengan bank konvensional.
Dalamhal ini pola bagi hasil ( Profit and loss sharing) Yang dilakukan bank syari’ah
menambah Kemungkinan munculnya risiko-risiko lain. Seperti Withdrawal risk,
fiduciaryrisk, Dan Displaced commercial risk Merupakan contoh risiko unik yang harus
dihadapi bank syariah. Karakteristik ini bersama-sama dengan variasi model pembiayaan
dankepatuhan pada prinsip-prinsip syariah.Konsekuensinya, teknik-teknik yang
digunakan untuk melakukan identifikasi, pengukuran, dan pengelolaan risiko pada bank
syariah dibedakan menjadi dua jenis.Teknik-teknik standar yang digunakan bank
konvesional, asalkan tidak bertentangandengan prinsip syariah, bisa diterapkan pada
bank syariah. Beberapa di antaranya, GAPanalysis, maturity matching, internal rating
system, dan risk adjusted return on capital(RAROC).
Di sisi lain bank syariah bisa mengembangkan teknik baru yang harus
konsistendengan prinsip-prinsip syariah. Ini semua dilakukan dengan harapan bisa
mengantisipasirisiko-risiko lain yang sifatnya unik tersebut. Survei yang dilakukan
Islamic Development Bank (2001) terhadap 17 lembaga keuangan syariah dari 10 negara
mengimplikasikan,risiko-risiko unik yang harus dihadapi bank syariah lebih serius
mengancam kelangsunganusaha bank syariah dibandingkan dengan risiko yang dihadapi
bank konvesional.
Surveitersebut juga mengimplikasikan bahwa para nasabah bank syariah berpotensi
menariksimpanan mereka jika bank syariah memberikan hasil yang lebih rendah
daripada bunga bank konvesional.
Lebih jauh survei tersebut menyatakan, model pembiayaaan bagi hasil,seperti
Diminishing musyarakah, musyarakah, mudharabah, dan model jual-beli,seperti Salam
Dan Istishna’, lebih berisiko ketimbang Murabahah Dan Ijarah Dalam pengembangannya
ke depan, perbankan syariah menghadapi tantangan yangtidak ringan sehubungan dengan
penerapan manajemen risiko ini seperti, pemilihaninstrumen finansial yang sesuai
dengan prinsip syariah termasuk juga instrumen pasaruang yang bisa digunakan untuk
melakukan Hedging (lindung nilai ) terhadap risiko. Olehkarena BI dan IFSB mengacu
pada aturan Basel Accord II, maka pemahaman yang matangmengenai manajemen
risiko bank konvensional akan sangat membantu penerapanmanajemen risiko di bank
syariah.

2.2 Optimalisasi Peran Dewan Pengawas Syari’ah


Dewan Pengawas Syari’ah (DPS) memiliki peran penting dan strategis dalam
penerapan prinsip syariah di perbankan syari’ah. DPS bertanggung jawab untuk
Memastikan semua produk dan prosedur bank syariah sesuai dengan prinsip
syariah.Karena pentingnya peran DPS tersebut, maka dua Undang-Undang di
Indonesiamencantumkan keharusan adanya DPS tersebut di perusahaan syariah dan
lembaga perbankan syariah, yaitu Undang-Undang UU No. 40 Tahun 2007 tentang
PerseroanTerbatas dan UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
Dengan demikian secarayuridis, DPS di lembaga perbankan menduduki posisi
yang kuat, karena keberadaannyasangat penting dan strategis.Berdasarkan Undang-
Undang tersebut, setiap perusahaan yang berbadan hukumPerseroan Terbatas wajib
mempunyai Dewan Pengawas Syariah. Sejalan dengan itu,Undang-Undang No 21
Tahun 2008 tentang perbankan syari’ah, pasal 32 menegaskan hal Yang
sama.Berdasarkan kedua Undang-Undang tersebut kedudukan DPS sudah jelas
danmantap serta sangat menentukan pengembangan bank syariah dan perusahaan
syariah dimasa kini dan masa mendatang.
Tetapi peran DPS tersebut belum optimal dalam menjalankan pengawasan
syari’ah Terhadap operasional perbankan syariah. Sehingga berakibat pada pelanggaran
Syariahcompliance, maka citra dan kredibilitas bank syariah di mata masyarakat bisa
menjadinegatif, sehingga dapat menurunkan kepercayaan masyarakat kepada bank
syariah bersangkutan Menurut hasil penelitian Bank Indonesia (2008) kerjasamadengan
Ernst DanYoung Yang dibahas dalam seminar akhir tahun 2008 di Bank
Indonesia,salah satu masalah utama dalam implementasi manajemen risiko di
perbankan syariahadalah peran DPS yang belum optimal.
Pernyataan itu disimpulkan para peneliti sebagaikesenjangan utama
manajemen risiko yang harus diperbaiki di masa depan.Jenis manajemen risiko yang
terkait erat dengan peran DPS adalah risiko reputasiyang selanjutnya berdampak pada
Displaced commercial risk, seperti risiko likuiditas danrisiko lainnya. Shanin A. Shayan
CEO and Board Member of Barakat Foundationmenyatakan bahwa, risiko terbesar
menghadapi sistem keuangan global bukanlahkesalahan tentang kemampuan
menciptakan laba, tetapi yang lebih penting adalahkehilangan kepercayaan dan
kredibiliatas tentang bagaimana operasional kerjanya.
Oleh karena itu peran DPS perlu dioptimalkan, agar mereka bisa memastikan
segala produk dan sistem operasinal bank syariah benar-benar sesuai syariah. Untuk
memastikan Setiap transaksi sesuai dengan syari’ah, Anggota DPS harus memahami
ilmu ekonomi dan perbankan dan berpengalaman luas di bidang hukum Islam. Dengan
demikian kualifikasimenjadi anggota DPS harus memahami ilmu ekonomi dan
keuangan serta perbankan sertaexpert di bidang syariah.
Namun sangat disayangkan, masih terdapat DPS yang belum memahami
ilmuekonomi keuangan dan perbankan. Selain itu mereka juga masih banyak yang
tidakmelakukan supervisi dan pemeriksaan akad-akad yang ada di perbankan syariah.
Padahalmenurut ketentuannya, DPS bekerja secara independen dan bebas untuk
meninjau danmenganalisis pada semua kontrak dan transaksi.Mengacu pada kualifikasi
DPS tersebut di atas, maka bank-bank syariah diIndonesia perlu melakukan
restrukturisasi, perbaikan dan perubahan ke arah yang lebih baik dan mengangkat DPS
dari kalangan ilmuwan ekonomi Islam yang berkompeten di bidangnya.
Hal ini mutlak perlu dilakukan agar perannya bisa optimal dan
menimbulkancitra positif bagi pengembangan bank syariah di IndonesiaPengalaman
selama ini, bank-bank syariah di Indonesia mengangkat DPS, yakniorang yang sangat
terkenal di ormas Islam atau terkenal dalam ilmu keislaman (bukansyariah), tetapi tidak
berkompeten dalam bidang perbankan dan keuangan syariah. Realitas
Ini di satu sisi menguntungkan bagi manajemen perbankan syariah, karena
mereka lebih bebas berbuat apa saja, karena pengawasannya sangat longgar.Tetapi
dalam jangka panjang hal ini justru merugikan gerakan ekonomi syariah,tidak saja bagi
bank syariah bersangkutan tetapi juga bagi gerakan ekonomi dan banksyariah secara
keseluruhan dan kemajuan bank syariah di masa depan. Karena itu, tidakaneh jika
banyak masyarakat yang memandang bahwa bank syariah sama dengan
bankkonvensional.Tetapi harus diakui, bahwa sebagian DPS bank syariah sudah
berperan secaraoptimal, meskipun masih lebih banyak yang belum optimal. Inilah yang
harus ditanganiBank Indonesia, DSN MUI dan bank-bank syariah sendiri.
Oleh karena itu, UU yangmemposisikan DPS yang demikian strategis, harus
diimplementasikan dengan tepat dancepat. Untuk itu setiap manajemen bank syariah
harus melakukan formalisasi peran danketerlibatan DPS dalam memastikan
pengelolaan risiko ketidakpatuhan atas peraturan dan prinsip syariah.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kecenderungan Bank-bank internasional dalam penerapan manajemen
risikodipengaruhi oleh adanya insentif kebutuhan modal yang lebih rendah bila
dibandingkandengan hasil kebutuhan modal dengan metode Standard. Konsekuensi
penerapan Internalmodel Dalam perhitungan CAR, Bank-bank harus memenuhi
beberapa persyaratanminimum yang diberlakukan oleh Bank Sentral atau lembaga
pengawasan jasa keuangan.
Salah satu syarat bahwa keterlibatan Dalam Senior management Dalam Risk
management process Harus dituangkan secara jelas dalam prosedur penerapan
manajemen risiko.Dengan demikian tanggung jawab pelaksanaan manajemen risiko
berada pada Level Senior management Dari Bank yang dimaksud. Oleh sebab itu,
pemahaman Risk management system Oleh Senior level management Merupakan
keharusan apabila Bank inginmenerapkan manajemen risiko secara efektif.
Bank syariah harus mampu menyelenggarakan manajemen risiko yang efisien
agardapat mengambil posisi strategis dalam pasar global. Tidak adanya sistem
manajemen Risiko yang bagus dapat menyebabkan bank syariah kurang mampu
mengatasi risiko, dandapat mengurangi kontribusi potensialnya.
Pengukuran dan identifikasi risiko serta pengembangan teknik-teknik manajemenrisiko
membutuhkan sumber daya manusia yang cakap. Terdapat kebutuhan yangmendesak
untuk mengkombinasikan pemahaman hukum syariah yang solid dengan pengetahuan
teknik manajemen risiko modern yang kuat sehingga mampumengembangkan mitigasi
risiko yang inovatif.
Fungsi dan peran DPS di bank syariah, memiliki relevansi yang kuat
denganmanajemen risiko perbankan syariah, yakni risiko reputasi, yang selanjutnya
berdampak pada risiko lainnya seperti risiko likuiditas. Pelanggaran Syariah complience
Yangdibiarkan atau luput dari pengawasan DPS, akan merusak citra dan kredibilitas
banksyariah di mata masyarakat, sehingga dapat menurunkan kepercayaan masyarakat
kepada bank syariah bersangkutan.
DAFTAR PUSTAKA

Agustianto, Evaluasi Bank Syari’ah 2008 dan Outlook Bank Syari’ah 2009.
Dikutipdari http://www.kamusmalesbanget.com/content/EVALUASI-BANK-SYARIAH-
2008-DAN OUTLOOK-BANK-SYARIAH-2009. ---------
DPS dan Manajemen Risiko Perbankan
Syari’ah ,Dikutipdari http://agustianto.niriah.com/2008/12/21/dps-dan-manajemen-risiko-
bank-syariah/.
Greuning, H. And S. Bratanovic (2003), “
Analyzing and Managing Banking Risk: A Framework for Assessing Corporate Governance
and Financial Risk”, (2nd edition).World Bank Publication.Khan & Ahmed (2001),
“Risk Management: An Analysis of Issues in Islamic Financial Industry”.
Occasional Paper no. 5. Islamic Research and Training Institute: IslamicDevelopment Bank
Majalah ekonomi dan bisnis syari’ah SHARING,
Edisi 26 thn.III-Pebruari 2009Rivai, Veithzal, Veithzal, Andria Permata, Idroes, Ferry N.,
2007,Bank and Financial Institutions Management (conventional and sharia system) , Edisi 1,
Jakarta: PTRajagrafindo Persada.Riyadi, Selamet Drs. MSi, 2006, Banking Assets and
Liabilities Management , LembagaPenerbit FE. UI.Sholihin, Ahmad Ifham, 2010,
Buku Pintar Ekonomi Syariah, PT. Gramedia PustakaUtama, Jakarta.Tedy Fardiansyah Idris,
Tantangan Manajemen Risiko Bank Syari’ah, dikutip dariInfoBankNews.comTariqullah
Khan dan Habib Ahmed, Manajemen Risiko Lembaga Keuangan Syariah , penerjemah dan
pengantar Ikhwan Abidin Basri, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008).Undang-undang Nomer 40
tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.Undang-Undang Nomer 21 tahun 2008 tentang
Perbankan Syari’ah.

Anda mungkin juga menyukai