DOSEN PENGAMPU :
Di Susun Oleh
MANAJEMEN
UNIVERSITAS RIAU
2021
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan Kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya saya tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai Tugas dari mata kuliah Manajemen
Resiko dengan judul “ Identifikasi dan Analisa Resiko Dalam Industri Perbankan”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila
terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-
besarnya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1
1.1 Latar Belakang......................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................6
1.3 Tujuan ...................................................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................7
2.1 Cara Mengelola Manajemen Resiko Pada Perbankan ..........................................7
2.2 Keuntungan dan Hambatan Dalam Menerapkan Manajemen Resiko Pada Bank .........12
2.3. Implementasi Manajemen Resiko pada Bank Syariah Mandiri ....................................15
2.4. Implementasi Manajemen Resiko pembiayaan Mudharabah ....................................18
2.4. Analisis Implementasi Manajemen Resiko Pada Bank Syariah Mandiri............20
BAB III PENUTUP ..................................................................................................36
3.1 Kesimpulan ..........................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................37
ii
BAB I
PENDAHULUAN
risiko pada bank di Indonesia diarahkan sejalan dengan standar baru secara
global yang dikeluarkan oleh Bank for International Settlement (BIS) dengan
1
Melalui implementasi Basel II pula, Bank Indonesia diharapkan dapat
komisaris dan direksi setiap bank harus memahami rangkaian prosedur dan
dan mengendalikan risiko yang timbul dari kegiatan usaha bank. Hal ini agar
perbankan Indonesia terhindar dari risiko likuiditas yang berlebihan atau krisis
modal yang sesuai dengan profil risiko bank (Goyal, 2010). Mengadopsi
profil risiko yang wajib dikelola dan dilaporkan oleh bank-bank di Indonesia
yaitu dengan penilaian risiko kredit, risiko pasar, risiko operasional, risiko
likuiditas, risiko hukum, risiko stratejik, risiko reputasi dan risiko kepatuhan.
2
Bagan jenis-jenis risiko berdasarkan ketetapan Basel II
adalah potensi kerugian akibat terjadinya suatu peristiwa (events) tertentu dan
Bank Umum.
Pertama risiko kredit, menurut Bank Indonesia (2003) risiko kredit adalah
risiko yang timbul akibat kegagalan debitur dan/atau pihak lain dalam
menggunakan berat risiko dari external rating dan Internal Rating Based
3
(IRB) yang memungkinkan bank menentukan parameter pengukuran sendiri
Settlement, 2005).
Kedua, risiko pasar adalah risiko pada posisi neraca dan rekening
(Bank Indonesia, 2003). Risiko pasar dapat diukur Value at Risk (VaR)
statistik dari trend harga historis dan volatilitas (Korna Risk Management,
2010). Risiko ini muncul akibat harga pasar bergerak ke arah yang
perubahan suku bunga, perubahan nilai tukar serta hal lain yang
jenis risiko pasar, yaitu spesific market risk dimana risiko yang terjadi akibat
dari perubahan harga atas suatu sekuritas tertentu dan general market risk
dimana risiko yang terjadi akibat dari perubahan harga suatu instrumen
untuk memenuhi kewajiban yang jatuh waktu dari sumber pendanaan arus
kas dan/atau dari aset likuid berkualitas tinggi yang dapat digunakan tanpa
4
Risiko likuiditas terbagi menjadi dua macam, yaitu risiko likuiditas aset
(market liquidity risk) dimana suatu transaksi tidak dapat dilaksanakan pada
harga pasar akibat besarnya nilai transaksi relatif terhadap besarnya pasar
dan risiko likuiditas pendanaan (cash flow risk) yaitu risiko ketidakmampuan
2007).
Risiko ini terjadi karena bank tidak mau mematuhi atau tidak mau
berlaku.
5
bank. Pengelolaan manajemen risiko reputasi bertujuan untuk mengantisipasi
Indonesia, 2011).
(2003) risiko kepatuhan adalah risiko akibat bank tidak mematuhi atau tidak
risiko yang telah ditetapkan oleh BI tersebut agar bank dapat menjalankan
kegiatan usahanya dengan tata kelola yang baik dan benar (good corporate
adalah risiko kredit, risiko pasar dan risiko operasional (Bank for
6
International Settlement, 2005).
1.3 Tujuan
7
BAB II
PEMBAHASAN
manajemen risiko pada bank dengan cara identifikasi risiko dapat dilakukan
dengan menganalasis segala sumber risiko dari produk dan aktivitas bank serta
memastikan bahwa risiko dari produk dan aktivitas baru telah melalui proses
dilakukan secara berkala baik untuk produk dan portofolio maupun seluruh
harus dilakukan dengan menyiapkan suatu sistem back-up dan prosedur yang
efektif untuk mencegah terjadinya gangguan dalam proses pemantauan risiko dan
mencakup besarnya eksposur risiko, toleransi risiko dan hasil stress test (Bank
Indonesia, 2011).
8
memadai harus diterapkan oleh setiap bank, mengacu pada kebijakan dan
tingkat risiko yang akan diambil. Melalui lampiran surat edaran nomor
dapat dilakukan oleh bank dengan cara mekanisme lindung nilai, penambahan
modal bank untuk mengurangi potensi kerugian dan metode mitigasi seperti
yang mana menurut Institute of Risk Management (2002), cara pengelolaan yang
baik atas profil risiko sangat diperlukan sebagai dasar penerapan manajemen
pada perbankan yang mana meliputi pemberian profil risiko kredit yang dapat
bersumber dari berbagai aktivitas bank, antara lain pemberian kredit, transaksi
derivatif, perdagangan instrumen keuangan lain dan aktivitas bank lainnya yang
tercatat dalam banking book maupun trading book (Owojori et. al, 2011).
semakin lama semakin besar, pada 2009 ekspansi kredit perbankan sebesar Rp
133.100,4 (dalam miliar rupiah), pada 2010 ekspansi kredit perbankan naik
menjadi Rp 334.673,1 (dalam miliar rupiah) dan pada 2011 ekspansi kredit
kredit dan aktivitas lain perbankan per tahunnya tentu secara langsung berdampak
terhadap risiko kredit bank yang besar pula, seperti risiko atas kredit macet yang
karena itu, sejalan dengan adanya penerapan standar Basel II di perbankan global,
kredit dan wajib melaporkannya dalam laporan tahunan bank, sehingga dengan
adanya pengelolaan manajemen risiko kredit, peluang atas kredit macet dapat
terhadap aset dan permodalan bank. Pengelolaan manajemen risiko pasar meliputi
pengelolaan risiko suku bunga, risiko nilai tukar, risiko ekuitas dan risiko
pengukuran risiko suku bunga yang menggunakan model pengukuran gap report
dimana model ini menyajikan pos- pos aset, kewajiban dan rekening administratif
yang bersifat interest rate sensitive untuk dipetakan ke dalam skala waktu
pendanaan arus kas. Berdasarkan analisis Bank Indonesia (2006) risiko likuiditas
yang besar sempat terjadi pada dunia perbankan di Indonesia, dimana krisis
keuangan global yang dipicu oleh subprime mortage yang tanpa diduga telah
global.
secara best practice di semua bank. Selain itu, perlu adanya penyempurnaan
sumber pendanaan.
Masalah risiko operasional tidak terlepas dari sumber daya manusia (SDM),
proses internal, sistem dan infrastrukur, serta kejadian eksternal yang mana dari
bisnis, kerusakan aset fisik, gangguan aktivitas bisnis dan kegagalan sistem dan
digunakan oleh bank, antara lain Risk Control Self Assessment (RCSA), risk
mapping, Key Risk Indicator (KRI), scorecards, event analysis, matriks frekuensi,
untuk risiko hukum bertujuan untuk memastikan bahwa proses manajemen risiko
dan proses transaksi bank dan proses litigasi baik yang muncul dari gugatan pihak
bank wajib menganalisis seluruh sumber risiko hukum dari aktivitas bank serta
memastikan bahwa risiko hukum dari aktivitas bank telah melalui proses
12
manajemen risiko yang layak dan dilakukan secara berkala. Selain itu, bank juga
secara terus-menerus terhadap kontrak dan perjanjian antara bank dengan pihak
lain, dengan cara melakukan penilaian kembali terhadap efektivitas kontrak dan
yang berisiko tinggi, seperti strategi masuk ke pangsa pasar yang baru, strategi
akuisisi atau strategi diversifikasi dalam bentuk produk dan jasa. Bank juga harus
perbankan dan pencapaian rencana bisnis. Selain itu, bank juga harus memantau
risiko stratejik.
ketentuan atau standar yang berlaku. Setelah itu, bank juga wajib me-monitoring
berlaku.
potensi kerugian yang diakibatkan oleh kejadian tersebut. Bank juga wajib
pengendalian dan prosedur yang memicu terjadinya risiko reputasi bank dapat
diatasi.
Pada Bank
pada perbankan, bank memiliki ketahanan aset yang lebih lama, bank mampu
kemungkinan seperti kegagalan kredit dan bank dapat menjadi lebih maksimal
digunakan untuk menilai risiko yang melekat kegiatan usaha bank yang relatif
rangka meningkatkan daya saing bank. Selain keuntungan bagi bank, penerapan
14
manajemen risiko juga menguntungkan/bermanfaat bagi otoritas pengawasan
bank yang mana dengan penerapan manajemen risiko pada perbankan akan
yang dapat mempengaruhi permodalan bank dan sebagai salah satu dasar
yang berdasarkan standar Basel II tentu tidak selalu berhasil diterapkan. Menurut
risiko pada perbankan masih tergolong rendah, skills sumber daya manusia yang
masih kurang siap untuk menerapakan manajemen risiko, proses internal maupun
eksternal bank dan risiko pada sistem suatu bank yang masih tertinggal atau
industri perbankan yang kuat. Dalam menerapkan struktur industri yang kuat
perlu adanya tata kelola bank yang baik (good corporate governance) untuk
et. al, 2011). Penerapan good corporate governance (GCG) pada bank tidak
manajemen risiko dan GCG mempunyai prinsip yang sama, yaitu transparansi,
bank untuk lebih memberikan kepastian terhadap pencapaian sasaran usaha bank.
Hal ini karena manajemen yang efektif lebih memberikan jaminan terhadap
pencapaian sasaran organisasi (Indrawati et. al, 2011). Oleh karena itu, penerapan
15
manajemen risiko bank sangat berpengaruh bagi penerapan industri perbankan
yang kuat, karena dengan menerapkan manajemen risiko dapat meningkatkan tata
kelola bank yang lebih baik, lebih efektif dan efisien, dengan begitu industri
perbankan saat ini juga telah banyak beralih dari lembaga keuangan murni
menjadi universal banking yang mana bukan hanya melayani produk dan jasa
keuangan saja melainkan juga melayani produk dan jasa seperti sekuritas dan
asuransi. Oleh karena semakin banyak produk dan jasa yang dihasilkan oleh
perbankan, risiko yang harus dikelola perbankan akan semakin besar dan prioritas
layanan terhadap nasabah pun menjadi rendah. Kasus nyata yang terjadi adalah
kasus Bank Century yang mana nasabah tidak/kurang diberikan pengarahan atas
perlindungan atas nasabah tidak dijamin secara pasti oleh bank tersebut.
kebijakan dan sistem manajemen risiko yang diterapkan pada banknya sendiri.
telah mengikuti aturan-aturan dan prosedur yang telah ditetapkan oleh Bank
Syariah Mandiri pusat, dalam hal ini tertuang dalam SOP (Sistem Operasional
tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Bank Umum Syariah dan Unit
kerangka yang mencakup kebijakan dan prosedur manajemen risiko serta limit
risiko yang ditetapkan secara jelas sejalan dengan visi, misi, dan strategi bisnis
bank.
risikonya sesuai dengan arahan dan prosedur Bank Syariah Mandiri pusat.
ERM adalah agar dapat mengatasi dan meminimalisir terjadinya risiko pada
sebuah Bank.
Management (ERM) yang telah ditetapkan oleh kantor Bank Syariah Mandiri
Seluruh pegawai dan pejabat bank dibekali dengan manual kebijakan dan
Risiko.
risiko.
c. Complain Control
diterapkan oleh Bank Syariah Mandiri OKU Timur meliputi risiko kredit,
risiko likuiditas, risiko operasional, risiko kepatuhan dan risiko reputasi. Sistem
18
mengontrol setiap akivitas operasional bank dengan memperhatikan SOP yang
risiko bank.
Dalam rangka mitigasi risiko maka penetapan limit risiko merupakan salah satu
teknik yang digunakan Bank Syariah Mandiri OKU Timur dalam menentukan
klasifikasi dari setiap risiko yang dihadapi oleh bank. Kebijakan limit risiko ini
meliputi:
yang ada pada Bank Syariah Mandiri Ogan Komering Ulu Timur juga
mikro yang ada di Bank Syariah Mandiri Ogan Komering Ulu Timur pun tak
luput dari yang namamnya risiko. Pembiayaan warung mikro yang di Bank
Syariah Mandiri Ogan Komering Ulu Timur merupakan salah satu produk
Timur tetap mengikuti peraturan dan prosedur yang telah ditetapkan oleh Bank
Syariah Mandiri Pusat. Manajemen risiko Bank Syariah Mandiri Ogan Komering
19
Ulu Timur diterapkan secara terintegrasi dengan mengedepankan prinsip kehati-
Ada beberapa proses langkah yang dilakukan oleh Bank Syariah Mandiri
Ogan Komering Ulu Timur untuk mengelola dan menyelesaikan risiko yang ada
melalui manajemen risiko yang ada. Adapun proses manajemen risiko pada
a. Identifikasi Risiko
seluruh pemegang saham mengenai kondisi risiko yang sedang dihadapi oleh
Bank Syariah Mandiri. Dimana pada tahap ini pihak manajemen perusahaan
melakukan proses identifikasi pada setiap bentuk risiko yang ada pada
pembiayaan warung mikro yang mungkin akan dialami oleh Bank Syariah
Mandiri Ogan Komering Ulu Timur. Pada tahap awal ini dilakukan dengan
cara melihat potensi-potensi risiko yang sudah terlihat dan yang akan terlihat.1
Identifikasi ini dilakukan untuk melihat risiko apa yang terjadi pada pembiayaan
warung mikro baik itu sebelum atau setelah pembiayaan tersebut cair, risiko-
risiko tersebut bisa berupa risiko kredit atau risiko pembiayaan, risiko pasar,
b. Pengukuran Risiko
Tujuan adanya pengukuran risiko ini yaitu untuk dijadikan dasar atau tolak ukur
dalam memahami signifikasi dari akibat kerugian yang akan ditimbulkan oleh suatu
risiko terhadap tingkat kesehatan dan kelangsungan usaha Bank Syariah Mandiri Ogan
20
Komering Ulu Timur. Dalam tahap pengukuran risiko ini Bank Syariah Mandiri terus
mengembangkan tools pengukuran risiko seperti rating dan scoring system yang meliputi
financing risk rating, customer scoring, micro banking scoring, LKMS (Lembaga
Keuangan Mikro Syariah) scoring, manajemen informasi risiko pasar dan likuiditas,
c. Pengelolaan Risiko
treatment atau cara yang berbeda-beda, tergantung dari jenis risikonya. Adapun
pada pengelolaan risiko kredit ada beberapa hal yang dilakukan oleh Bank
Syariah Mandiri. Proses pengelolaan risiko kredit yang ada dilakukan secara
tersebut sudah ditetapkan oleh Bank Syariah Mandiri Pusat, sehingga kantor
risiko kredit yang ada meliputi penetapan target market, analisa, persetujuan,
informasi terkini atau terbaru dari profil risiko yang ada. Pemantauan risiko ini
21
dilakukan agar mampu mengantisipasi risiko yang mungkin terjadi, selain itu
manajemen risiko. Bank Syariah mandiri terus memantau kebijakan limit yang
harus ditaati dan dilakasanakan. Pada risiko pasar kebijakan limit pada posisi
devisa neto maksimal 20% yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia. Pada
net banking dan limit ATM secara berkala. Untuk tahap pengendalian risiko
serta biaya yang dikeluarkan. Proses pengendalian risiko ini bank menerapkan
perbankan syariah saat ini, mengingat adanya perbedaan konsep yang diterapkan
oleh bank syariah menjadi sangat rawan akan risiko. Risiko adalah suatu
peristiwa dimana pasti akan terjadi pada dunia perbankan terlebih perbankan
syariah, dalam hal ini perbankan syariah diharuskan untuk menerapkan sistem
perbankan syariah dengan tujuan agar perbankan syariah dapat menghindari dan
tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Bank Umum Syariah dan Unit
22
Usaha Syariah menjelaskan bahwa: Penerapan manajemen risiko pada Bank
kerangka yang mencakup kebijakan dan prosedur manajemen risiko serta limit risiko yang
ditetapkan secara jelas sejalan dengan visi, misi, dan strategi bisnis bank.
dengan memperhatikan antara lain jenis, kompleksitas kegiatan usaha, profil risiko, dan
tingkat risiko yang akan diambil serta peraturan yang ditetapkan otoritas dan atau praktek
perbankan yang sehat. Selain itu, penerapan kebijakan dan prosedur manajemen risiko
yang dimiliki Bank harus didukung oleh kecukupan permodalan dan kualitas SDM.
Keberadaan sistem manajemen risiko ini dalam dunia perbankan syariah adalah
sistem manajemen risiko, setiap perbankan syariah memiliki kebijakan dan sistem
manajemen risiko telah mengikuti aturan-aturan dan prosedur yang telah ditetapkan oleh
Bank Syariah Mandiri pusat, dalam hal ini tertuang dalam SOP (Sistem Operasional
23
Prosedur) Bank Syariah Mandiri.
Dalam operasionalnya, Bank Syariah Mandiri Ogan Komering Ulu Timur hanya
Dari pemaparan di atas, dapat kita ketahui bahwa sistem manajemen risiko yang
diterapkan oleh Bank Syariah Mandiri adalah Enterprise Risk Management (ERM).
ERM) mendefinisikan bahwa Enterprise Risk Management (ERM) adalah sarana untuk
wajar) bagi manajemen dan pengurus perusahaan. Manfaat ERM adalah agar dapat
Management (ERM) yang telah ditetapkan oleh kantor Bank Syariah Mandiri
dan pejabat bank dibekali dengan manual kebijakan dan pedoman operasional untuk
memberikan arah dalam menajalankan setiap aktivitas operasional bank baik di bidang
pembiayaan, operasional dan jasa, treasury dan investasi, penghimpunan dana, maupun
aktivitas umum lainnya. Manual ini memuat kebijakan, strategi, ketentuan dan prosedur,
operasional, termasuk fungsi, tugas, tanngung jawab, dan wewenang setiap pegawai atau
24
pejabat yang terkait dengan aktivitas operasional tertentu.
working group KMR yang membidangi Asset & Liability (ALMA) dan
Working group KMR ini beranggotakan kepala satuan kerja kantor pusat
bank.
c. Complain Control
Mandiri kantor pusat, Bank Syariah Mandiri Ogan Komering Ulu Timur tetap
25
Control.
diterapkan oleh Bank Syariah Mandiri Ogan Komering Ulu Timur meliputi
risiko kredit, risiko likuiditas, risiko operasional, risiko kepatuhan dan risiko
dijelaskan oleh Bapak Dede bahwa: Bank Syariah Mandiri Ogan Komering
Ulu Timur membentuk sistem Complain Control untuk mengelola segala jenis
yang kemudian dilaporkan kepada Bank Syariah Mandiri pusat untuk ditindak
lanjuti.2
salah satu teknik yang digunakan Bank Syariah Mandiri Ogan Komering Ulu
Timur dalam menentukan klasifikasi dari setiap risiko yang dihadapi oleh
bank. Sehingga dengan adanya klasifikasi ini, memudahkan kinerja bank untuk
26
Syariah Mandiri pusat untuk ditindaklanjuti. Kebijakan limit risiko ini
meliputi:
Hal ini selaras dengan teori yang disampaikan oleh Idroes dan Sugiarto
menetapkan:3
reputasi).
Proses pengelolaan risiko melalui sistem complain control pada Bank Syariah
1) Mengidentifikasi Risiko
2) Menganalisis Risiko
3) Mengendalikan Risiko
1) Mengidentifikasi Resiko
27
Merupakan tahap dimana Bank Syariah Mandiri Ogan Komering Ulu
setiap tahapan kritis dari proses-proses kegiatan Bank yang ada, kemudian
resiko dari suatu kegiatan Bank, maka evaluasi kegiatan dari segala macam resiko
perlu dilakukan. Resiko akan memiliki banyak macam variasi dan sangatlah
tergantung dari kegiatan atau perusahaannya. Identifikasi resiko ini dapat menjadi
subjektif atau objektif dan semuanya itu sangat tergantung dari data yang
dihasilkan. Hasil dari identifikasi resiko ini adalah suatu daftar tentang resiko-
Proses yang dapat dilakukan Bank Syariah Mandiri Ogan Komering Ulu
mengidentifikasi risiko.
c) Analisis sistem
d) Laporan Personal
e) Audit
28
politik, ekonomi, sosial, budaya, hukum, dan lain sebagainya.
Risiko bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah menjelaskan bahwa,
proses identifikasi risiko pada Bank paling kurang adalah dengan melakukan
analisis terhadap:
29
risiko yang paling kurang dilakukan terhadap risiko dari produk dan
aktivitas Bank serta memastikan bahwa risiko dari produk dan aktivitas
Dalam hal ini Bank Syariah Mandiri Ogan Komering Ulu Timur
potensi dampaknya. Ada beberapa cara yang dilakukan oleh Bank Syariah
kemungkinan terjadi, dan dapat berdampak kepada rugi yang besar atau
kecil.
2) Menganalisi Resiko
30
e) Memperhitungkan eskalasi/skala dari resiko
3) Mengendalikan Resiko
Risiko bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah, menjelaskan
pengendalian.
Bank
waktu.
Manajemen Risiko
kerja yang sehat untuk mencapai standard dan tingkat kinerja yang
maksimal.
a) Risk Avoidance
b) Risk Reduction
Risk reduction atau disebut juga risk mitigation yaitu merupakan metode
c) Risk Transfer
d) Risk Deferral
e) Risk Retention
33
4) Memantau dan Melaporkan Resiko
a) Memantau Risiko
untuk mengetahui keefektifan respon yang telah dipilih dan juga untuk
Sehingga, ketika suatu risiko terjadi maka respon yang dipilih akan
1. Bank harus memiliki sistem dan prosedur pemantauan yang antara lain
ditetapkan.
34
3. Hasil pemantauan disajikan dalam laporan berkala yang disampaikan
diperlukan.
b) Melaporkan Risiko
serta kendala dan risiko yang dihadapi kepada Bank Syariah Mandiri
pusat. Hal ini berlaku untuk seluruh Bank Syariah Mandiri kantor
kebijakan operasional yang akan menjadi acuan dan pedoman untuk bank
35
jenis risiko yang relevan maupun penilaian risiko secara keseluruhan.
4. Tindak lanjut hasil penilaian risiko bank, berisi tentang uraian hasil
prosedur baru).
sebagai berikut:7
dan laporan tersebut harus berisi informasi yang sama dengan yang
36
risiko harus disajikan setiap triwulan yaitu: Maret, Juni, September
Bank harus melaporkan produk dan jasa baru untuk nasabah kepada
Bank Indonesia. Laporan harus meliputi semua produk dan jasa baru
37
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
manajemen risiko pada bank dapat dilakukan dengan empat cara, yaitu mengidentifikasi,
meningkatkan
daya saing bank. Kendalanya, pengawasan akan penerapan manajemen risiko tergolong rendah
Penerapan manajemen risiko tidak terlepas dari Arsitektur Perbankan Indonesia (API).
Dampak penerapan manajemen risiko sangat berpengaruh baik terkait penerapan pilar-pilar
API, dimana struktur perbankan menjadi sehat, sistem pengawasan menjadi independen dan
38
DAFTAR PUSTAKA
1. https://www.slideshare.net/ismiislamia/makalah-analisis-risiko-perbankan?
from_m_app=android
2. http://repository.radenintan.ac.id/157/11/Bab_IV.pdf
3. http://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/SosialBudaya/article/view/1933
4. https://ibf.proxsisgroup.com/manajemen-risiko-pada-industri-bank-perbankan/
5. file:///C:/Users/User/Downloads/972-3873-1-PB.pdf
39