Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH MANAJEMEN RISIKO

MANAJEMEN RISIKO PERBANKAN

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 11

1. SELBY ALTA ALFONS 202230080


2. EVRIAN C PATTIASINA 202230417
2. FERDINAND MARCOS HEATUBUN 202230094
3. SUWEK SEFTIANI 202230344
4. WINDI PESULIMA 202130222
5. RAHMAT MUIS MASI 202230267
6. IREINSIA K NURUE 202230248

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PATTIMURA

1 |MAKALAH MANAJEMEN RISIKO PERBANKAN KELOMPOK 11


KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur patut kita panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa. Atas Rahmat dan
Anugerahnya,kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Manajemen resiko perbankan”.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah manajemen resiko selain itu, makalah ini
bertujuan menambah wawasan mengenai manajemen resiko perbankan bagi para pembaca juga para
penulis .

Kami mengucapkan terima kasih kepada IBU SELVA TEMALAGI,SE,MSA,AK,CA,CSRS,CSRA,ACPA,CM selaku


dosen mata kuliah manajemen resiko. Ucapan terima kasih juga di sampaikan kepada semua pihak yang
telah membantu diselesaikannya makalah ini. Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata
sempurna . oleh sebab itu ,saran dan kritik yang membangun diharapakan demi kesempurnaan makalah
ini.

Ambon , 27 Oktober 2023

Penulis

2 |MAKALAH MANAJEMEN RISIKO PERBANKAN KELOMPOK 11


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………………………………………………………………………………

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………………………………………………

DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………………………………………………….

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………………………………………………………….

A. Latar Belakang ………………………………………………………………………………………………………


B. Rumusan masalah………………………………………………………………………………………………….
C. Tujuan …………………………………………………………………………………………………………………..

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………………………………………………………

1. RISIKO PERBANKAN ……………………………………………………………………………………………..


1.1. Basel I ………………………………………………………………………………………………………..
1.2. Perbaikan risiko pasar ( market risk amendment 1996)…………………………….
1.3. Basel II………………………………………………………………………………………………………
1.4. Manajemen risiko perbankan indonesia…………………………………………………….
2. ILUSTRASI MANAJEMEN RISIKO PERBANKAN : CHASE MANHATTAN…………………….
2.1. Karakteristik bisnis chase manhattan………………………………………………………..
2.2. Shareholder value – added (SVA)…………………………………………………………….
2.3. Risiko pasar ……………………………………………………………………………………………..
2.4. Risiko kredit……………………………………………………………………………………………..
2.5. Resiko operasional ………………………………………………………………………………….

BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………………………………………………

A. KESIMPULAN…………………………………………………………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………………………………………….

3 |MAKALAH MANAJEMEN RISIKO PERBANKAN KELOMPOK 11


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Risiko perbankan di Indonesia pada umumnya kurang mendapat perhatian secara serius dan
proposional hingga akhir tahun 2000-an. Hal ini terindikasi dari kurangnya perhatian bank untuk
menerapkan prinsip-prinsip manajemen resiko sebagai bagian dari manajemen perbankan, sedikit
bank yang membentuk komite manajemen risiko menempatkannya pada posisi strategi bank,
kemudian ada pandangan yang keliru bahwa risiko harus dihindari, padahal risiko selalu ada dalam
dunia bisnis . Bank Indonesia telah mewajibkan bank komersial untuk menerapkan risiko sebagai
bagian dari penilaian kerja bank. Para komisaris dan direktur bank mewajibkan memiliki sertifikat
manajemen resiko yang dikeluarkan oleh badan sertifikat manajemen resiko .

Kesadaran akan memahami risiko dengan baik sebagai suatu bagian yang tidak terpisahkan
dari Upaya untuk mengoptimalkan keuntungan inilah yang menjadi dasar terbentuknya konsep
manajemen risiko yang akhir-akhir ini semakin mengemukan di dalam dunia bisnis, khususnya di
industry keuangan ( perbankan dan Lembaga keuangan lainnya ).

Risk management sebenarnya diperlukan bukan hanya di dunia perbankan namun dapat juga
diterapkan diberbagai aktivitas . factor risiko yang dipertimbangkan akan berbeda dari aktivitas
yang satu dengan yang lain. Harus diakui bahwa, terutama karena melibatkan pengelolahan uang
Masyarakat dan di putar dalam bentuk berbagai investasi, seperti pembagian kredit , pembelian
surat – surat berharga dan penanaman dana lainnya.

Tentunya terdapat pertanyaan apakah pada saat ini perbankan di Indonesia belum secara
utuh menerapkan risk management ? perbankan di ondonesia tentunya sudah melakukan analisis
– analisis dan Teknik yang berkaitan dengan Upaya untuk mengurangi kerugian yang timbul
dimasa mendatang melalui proses pengelolaah resiko kredit seperti analisis kredit.

4 |MAKALAH MANAJEMEN RISIKO PERBANKAN KELOMPOK 11


B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan manajemen risiko ?


2. Apa saja resiko yang dihadapi perbankan ?
3. Bagaimana proses dan sistem manejemen resiko?
4. Teknik apa saja yang di gunakan perbankan untuk menghadapi manajemen ?

C . TUJUAN

1. Mengetahui manajemen resiko


2. Mengetahui resiko yang di hadapi oleh perbakan
3. Mengetahui proses dan sistem manajemen resiko
4. Mangetahui Teknik yang di gunakan perbakan untuk menghadapi manajemen resiko.

5 |MAKALAH MANAJEMEN RISIKO PERBANKAN KELOMPOK 11


BAB II

PEMBAHASAN

 MANAJEMEN RESIKO PERBANKAN

Perbankan merupakan sektor usaha yang diatur dengan sangat ketat karena alasan - alasan tertentu.
Karena itu dalam bab ini dimulai dengan diskusi masalah peraturan yang berkaitan dengan manajemen
resiko perbankan, yang kemudian dilanjutkan dengan ilustrasi bagaimana suatu bank mengelolah
resikonya.

1. RISIKO PERBANKAN

1.1.BASEL I

Bank merupakan sektor yang paling ketat diatur oleh Lembaga yang berweweng. Biasanya
alasan yang dikemukakan adalah karena bank mempunyai kekhususan, yaitu sektor tersebut
melibatkan banyak pihak di Masyarakat. Bank yang bangkrut berdampak negative pada
deposanya ( mereka menjadi miskin), terganggunya system pembayaraan ( karena bank
menyelenggarakan system pembayaraan), terganggunya mobilisasi dan kegiatan investasi
(kegiatan intermediasi). Karena itu perbankan diatur dengan ketat agar tidak menimbulkan
ekses negative yang luas di Masyarakat.

Komite basel merupakan komite yang terdiri dari perwakilan bank sentral dari G10 plus dua
negara lainnya, yang mempunyai tiga tujuan dalam kaitanya dengan regulasi mengenai
perbankan. Ketiga tujuan tersebut adalah.

1. Memperkuat kelayakan dan stabilitas system perbankan internasional.


2. Menciptakan kerangka yang adil untuk mengukur kecukupan modal bank internasional.
3. Mempunyai kerangka yang bisa diterapkan secara konsisten untuk menyamakan “ level
playing field “ ( ketidaksamaan landasan kompetisi ) antarbank internasional.

Komite tersebut merumuskan regulasi perbankan, yang pada akhirnya banyak diadopsi oleh
regulator perbankan di negara lainnya. Bagian ini membicarakan rumusan aturan yang
dikembangkan oleh komite basel .

6 |MAKALAH MANAJEMEN RISIKO PERBANKAN KELOMPOK 11


Komite basel 1 untuk pengawasan perbankan didirikan pada tahun 1974 oleh gubernur bank
sentral negara G10 plus 2 negara lainnya ( spanyol dan luxemburg ) secara rinci, negara –
negara tersebut adalah:

Table 1 : negara- negara anggota komite basel

Belgia Kanada Pranciss Jerman

Italia Jepang Belanda Swedia

Swiss Inggris Amerika serikat Spanyol

Luxemburg

Salah satu rumusan basel 1 untuk mencapain tujuannya adalah konsep risk weighted assets
( asset berbobot risiko ). aset berbobot risiko adalah asset bank yang dikalikan dengan bobot
risiko ( risk weight ), yang kemudian dipakai untuk perhitungan modal yang disyaratkan .
semakin tinggi resiko asset bank , semakin tinggi bobot resiko asset tersebut.komite basel
menggunakanlima kategori bobot resiko , yaitu 0%, 10%, 20% , 50%, dan 100% .

Sebagai contoh , misalnya bank memberikan pinjaman bank kepada bank non-OECD dengan
jangka waktu enam bulan , sebesar Rp. 1 milyar . asset berbobot risiko untuk pinjaman
tersebut bisa dihitung berikut ini :

Asset berbobot risiko = Rp 1 milyar x 20% = Rp 200 juta

Selanjutnya, komite basel merumuskan target rasio modal yang ditetapkan sebesar 8% dari
asset berbobot risiko . target rasio modal biasa dirumuskan berikut ini.

Target rasio modal = Eligble capital x 100% = 8%

Risk weighted assets

7 |MAKALAH MANAJEMEN RISIKO PERBANKAN KELOMPOK 11


Table .2. bobot risiko asset bank

Kategori asset Bobot risiko (%)

Kas 0

Pinjaman kepada pemerintah pusat negara OECD 0

Pinjaman kepada pemerintah local Negara OECD dan sektor public negara OECD 0-50

Pinjaman antara bank OECD dan bank Pembangunan internasional 20

Bank non – OECD dengan jangka waktu kurang 1 tahun 20

Pinjaman hipotik ( mortgage) 50

Pinjaman ke Perusahaan dan personal 100

Bank non – OECD jangka waktu lebih dari 1 tahun 100

Utang pemerintah non – OECD 100

Dalam contoh di atas modal yang di perlukan ( yang dipegang ) jika bank memberikan pinjaman kepada
bank non – OECD adalah :

Eligible capital = 0,08 x Rp 200 juta = Rp 16 juta

Perhatikan bahwa jika bank mempunyai asset dengan risiko yang tinggi maka bank tersebut harus
memegang modal yang juga lebih besar .

 EKUIVALEN RISIKO KREDIT

Disamping kegiatan yang berdampak pada neraca . bank juga melakukan kegiatan yang mempunyai
dampak secara tidak langsung terhadap neraca . sebagai contoh kegiatan memberikan pinjaman akan
mempunyai dampak langsung terhadap neraca. Bank akan mencatat pinjaman kredit disisi debit dan
mencatat kas disisi kredit tetapi jika bank memberikan janji komitmen untuk memberikan kredit 3 bulan
mendapatkan sebesar Rp 1 milyar . jika Perusahaan membentukan maka jaminan tersebut tidak akan
tercatat di negara ( sering juga di sebut item off balance sheet) . bank tidak menjurnal komitmen tersebut .
dan karenanya tidak berdampak langsung terhadap neraca . tetapi janji tersebut mempunyai konsekuensi
yang sama dengan item neraca seperti untuk jika bank melanggar kesepakatan tersebut bank bisa
menghadapi masalah seperti tuntutan ganti rugi atau bahkan kebangkruttan karna itu item meskipun

8 |MAKALAH MANAJEMEN RISIKO PERBANKAN KELOMPOK 11


item tersebut tidak tercatat dineraca . item tersebut sebenarnya dalam perhitungan risk weighted asset.
Secara rinci , komite basel akan mengkonversi item off – balance sheet tersebut sehingga ekuivalen
dengan item on balance sheet, dengan factor konversi ( conversion factor , atau CF) tertentu . kemudian
perhitungan bobot resiko dilakukan sebagai mana pada item on balance sheet. Berikut ini contoh factor
konversi untuk beberapa item off- balance sheet.

Tabel 3. Conversion factor item off balance sheet

Item off – balance sheet CF ( Conversion factor )

(%)

Pinjaman 100

Item kontinjensi yang berkaitan dengan transaksi tertentu 50

Perjanjian jual beli dengan recourse ( risiko kredit masi di bank) 100

Komitmen lainnya dengan jangka waktu kurang dari 1 tahun 50

Komitmen lainnya jangka waktu kurang dari satu tahun , bisa dibatalkan setiap 0
saat

Kontrak derivatif merupakan kontrak kontinjensi ( off balance sheet ) lainnya, tetapi mendapat perlakuan
khusus . contoh kontrak tersebut adalah forward , futures, opsi dan swap . dalam kontrak derivative ,
besarnya kewajiban biasanya tidak sebesar nilai nominal kontrak.

Ada dua metode perhitungan credit equivalence untuk kontak derivatif, yaitu :

a. Current exposure method


b. Original exposure method

Dengan curret method , bank akan menghitung credit equivalence ( CE) untuk transaksi derivative
sebagai berikut ini.

CE = nilai pasar saat ini + ( national amount x add on )

Tambahan ( add on ) dilakukan karena risiko kredit dari transaksi derivatif bisa berubah – ubah (tidak
konstan) , untuk mengantisipasi perubahaan risiko kredit tersebut ,maka semacam ‘cadangan’
komputerisasi untuk kenikan risiko kredit . table berikut ini menyampaikan sebagai aturan mengenai
tambahan add - on tersebut.

9 |MAKALAH MANAJEMEN RISIKO PERBANKAN KELOMPOK 11


Tabel 4. add- on perhitungan derivatif

Sisa jangka waktu Tingkat bunga Kurs dan emas saham Logam berharga ( kecuali emas ) Komoditas
lainnya

< 1 tahun 0% 1,0 6,0 7,0 10,0

>1 dan < 5 tahun 0,5 5,0 8,0 7,0 12,0

> 5 tahun 1,5 1,5 10,0 8,0 15,0

Berikut ini contoh bagaimana aplikasi aturan tersebut . misalkan bank a melakukan kontrak swap dengan
bank OECD senilai RP 1 milyar dengan jangka waktu 6 tahun. Sisa kontrak adalah 2 tahun ( kontak sudah
berjalan selama empat tahun ). Bank A berjanji untuk membayar bunga tetap 5% , dan akan menerima
tingkat bunga LIBOR ( tingkat bunga mengambang , bisa berubah – ubah . biasanya perubahan di atur
setiap enam bulan). Tingkat bunga saat ini mengalami kenaikan sehingga swap tersebut bernilai positif ,
misalnya nilai pasar kontrak tersebut adalah Rp 150 juta , CE untuk kontrak tersebut adalah.

CE = nilai pasar + ( add on + nilai nominal )

CE = Rp 150 juta + ( Rp 1 milyar x 0,5 % ) = Rp 155 juta

Tabel 5 . credit equivalance original method

Jangka waktu Kontrak tingkat bunga Kontrak valas dan emas

< 1 tahun 0,5% 2%

1 < jk waktu < 2 tahun 1,0 5,0

Setiap tambahan 1 tahun 1,0 3,0

Angka tersebut dikalikan dengan nilai nominal untuk perhitungan CE. Dengan metode tersebut,
bank tidak perlu untuk menghitung nilai pasar kontrak tersebut metode original bisa digunakan
sambal menunggu penggunaan model current exposure. Model terakhir lebih disukai dibanding
model original.

Menurut komite basel, elemen kunci untuk elgible capital adalah modal bank. Untuk tujuan
pemenuhan ketentuan permodalan, bank bisa menyediakan modal dalam dua tier , yaitu tier 1
dan tier 2.

10 |MAKALAH MANAJEMEN RISIKO PERBANKAN KELOMPOK 11


 Tier 1: saham biasa yang disetor penuh dan saham preferen non-nkumulatif perpetual ,
dan disclosed reserves.
 Tier 2 : undisclosed reserves , cadangan dari revaluasi asset , provinsi umum , cadangan
kerugian kredit, instrument hybrid, dan utang subordinasi.

Tier 2 tidak boleh melebihi 50% dari total modal. Modal dasar tidak memasukkan :
 Goodwill
 Investasi pada Perusahaan keuangan dan banking yang tidak dikonsolidasi
 Investasi pada modal bank lain dan Perusahaan keuagan ( berdasarkan kebijakan
pengawas di negara tersebut )
 Investasi minoritas di Perusahaan / bank yang tidak dikonsolidasi

Disamping dua tier tersebut , ada tier 3 di mana hanya bisa digunakan hanya untuk
mendukung portofolio perdangangan.

a. PERBAIKAN RISIKO PASAR ( MARKET RISK AMENDMENT 1996)B

Metode yang dikembangkan basel accord tersebut masih mempunyai


kekurangan,terutama sensitivitas terhadap risiko yang dirasa masi kurang . pada tahun
1996 komite basel mengeluarkan market risk amendment 1996. Amandement tersebut
memfokuskan pada risiko pasar. Perbaikan ( amendement ) tersebut dilakukan setelah
komite melakukan investigasi mengenai metodologi internal yang sering digunakan oleh
bank- bank besar untuk mengukur risiko perbankan. Metedologi tersebut seringkali
berbeda secara signifikan dengan metode asset berbobot risiko yang dikembangkan oleh
komite basel. Investigasi tersebut mengarah pada penerimaan metodologi internal yang
dikembangakan oleh bank – bank besar tersebut . model kuantitatif yang banyak
digunakan oleh bank dan akhirnya diadopsi oleh komite basel adalah VAR ( value at risk ) .
bab mengenai pengukuran risiko pasar membicarakan Teknik perhitungan VAR.

b . BASEL II

Basel I mempunyai kelemahan seprti resiko yang dicangkup untuk perhitungan


permodalan adalah risiko kredit . yang kemudian diberikan dengan memasukan risiko
pasar bobot untuk risiko kredit masih kasar dimana untun pinjaman kepada Perusahaan
hanya mempunyai satu tingkat pembobotan, yaitu 100% pada hal risiko kredit Perusahaan
bisa berbeda satu sama yang lain sebagai contoh, Perusahaan dengan ranting rendah
( misal AAA) mempunyai risiko yang rendah. Menggunakan hanya satu tingkat resiko
dengan demikian kurang tepat .

Pada tahun 1999, komite basel berkerja sama dengan bebera bank besar untuk
mengembangkan permodalan bank yang baru. Basel II mempunyai kerangka permodalan
yang lebih kompleks dibandikan dengan basel I . dari sisi risiko, jika basel I hanya
membicarakan risiko kredit dengan risiko pasar , maka basel II memasukan risiko
operasional dan lainya. Kerangka basel II di fokuskan pada tifga pilar pengawasan
perbankan ( lihat bagan berikut ini ), yaitu

11 |MAKALAH MANAJEMEN RISIKO PERBANKAN KELOMPOK 11


 Pilar 1 : modal minimum
Bank diwajibkan menghitung modal minimum yang harus dipengang untuk
menutup resiko kredit , risiko pasar, dan risiko operasional.

 Pilar 2 : review pengawasan


Proses review pengawasan ditunjukan untuk menginformasikan praktik
sekarang yang dilakuakn banyak regulator , bank sentral amerika serikat dan
inggris. review pengawsan ditunjukan untuk memfokuskan perhatian pada
penghitungan modal di atas modal minimum pada pilar 1 dan tingkat awal
yang diperlukan jika bank mengalami kesulitan . pilar 2 juga memasukan
review risiko spesifik yaitu risiko tingkat bunga yang dihadapi perbankan
( dituliskan pada paper juli 2004 ).

 Pilar 3 : Disclosure
Pilar 3 memfokuskan pada disipli pasar di difinisikan sebagai mekanisme
corporate dgovernance internal dan external dipasar bebas di luar intervensi
langsung dari pemerintah.

Bangan beriktu ini meringkaskan 3 pilar basel 2 tersebut .

12 |MAKALAH MANAJEMEN RISIKO PERBANKAN KELOMPOK 11


BAGAN : STRUKTUR PENGAWASAN PERBANKAN BERDASARKAN BASEL 2

PILAR 1 PILAR 2 PILAR 3


Modal Minimal Review
Disiplin Pasar
Pengawasan

Resiko Resiko Tingkat Disclosure


Lainnya Bunga Buku
Bank

Resiko Resiko
Resiko Kredit Operasional Pasar

Pendekatan Pendekatan Pendekatan


Indikator Pengukuran
Terstandardisir
Dasar dengan Teknik
Lanjut

Pendekatan
Sederhana Pendekatan Pendekatan
Rating
Terstandardisi
Internal
r

Dasar / Basic Lanjutan

Jaminan dan Sekuritisasi

13 |MAKALAH MANAJEMEN RISIKO PERBANKAN KELOMPOK 11


Bagan tersebut menunjukkan bahwa basel II mempunyai beberapa komponen yang membedakan dengan
basel I, seperti berikut.

Risiko kredit . Basel I mencantukan resiko kredit sebagai risiko yang harus diperhitungkan untuk menilai
kecukupan modal bank, tetapi masih menggunakan bobot risiko yang sederhana. Basel II memperluas dan
memperdalam cakupan perhitungan resiko kredit . aspek kuantitatif perhitungan risiko kredit bisa
dikembangkan lebih lanjut . menurut basel II , bank bisa menggunakan metode terstandardisir dan
metode rating internal untuk perhitungan risiko kredit . metode terstandardisir pada dasarnya
menggunakan metode bobot resiko seperti yang digunakan oleh basel I , digabungkan dengan beberapa
modifikasi jika memungkinkan. contoh modifikasi semacam itu adalah menggunakan rantiing untuk
mengevaluasi risiko kredit ,sehingga bobot rating untuk perusahan bisa menggunakan beberapa kelas
risiko ( tidak hanya satu seperti pada basel I ). Metode ranting internet pada prinsipnya sama dengan
ranting yang dikembangkan oleh Perusahaan peranting seperti S dan P dan moodys ( lihat bab mengenai
resiko kredit ). Bberapa modifikasi biasa dilakukan oleh bank.

Di samping model ranting , model penilaian opsi bisa di gunakan untuk menghitung risiko kredit . model
opsi cukup popular terutama dikalangan akademisi . komite basel pada akhirnya lebih memili metode
ranting dibandingkan dengan opsi, tetapi perkembangan selanjutnya sepertinya menunjukan adanya
konvergensi antara dua model tersebut .

Risiko operasional . basel II untuk pertama kalinya mencantumkan risiko operasional . dengan demikian
pilar I basel II mencantukan resiko kredit , pasar dan operasional. Risiko operasional didefinikasikan
sebagai resiko kerugian karena proses internal yang tidak memadai atau gagal , system dan orang , dan
dari kejadian eksternal . risiko operasional mencangkup aspek yang sangat luas. Beberapa contoh sumber
risiko operasional adalah :

 Risiko eksekusi , gangguan bisnis, transaksi


 Risiko orang, manajemen yang jelek
 Risiko kriminal , pencurian , perampokan dan lainnya
 Risiko teknologi , asset fisik
 Risiko kepatuhan dan risiko legal
 Risiko informasi

Risiko tersebut mencakup aspek yang luas , meskipun ada beberapa risiko yang belum masuk dalam
cakupan resiko operasional , seperti resiko bisnis, resiko strategis dan resiko reputasi.

Pilar 2 : Review pengawasan . basel II memasukan review pengawasan sehingga regulator bisa meminta
bank tertentu utnuk meningkatkan modalnya jika regulator merasa bahwa bank tersebut mempunyai
resiko yang lebih tinggi ( resiko lainnya atau residual risks). Pilar 2 juga mencangkup resiko yang spesifik
yaitu resiko perubahan tingkat bunga. Jika suatu bank mempunyai resiko tingkat bunga yang tinggi, maka
pengawasan bank bisa meminta bank tersebut untuk menambah modalnya. Disamping itu pilar 2 juga
mencangkup proses pengawasan sehingga Tindakan dini bisa dilakukan jika suatu bank menggalami
kesulitan.

Pengawasan merupakan proses yang penting untuk memastikan bank tidak hanya memenuhi
kewajiban modal minimal tetapi juga menjalankan praktik manajemen resiko yang paling baik .

14 |MAKALAH MANAJEMEN RISIKO PERBANKAN KELOMPOK 11


Komite basel menetapkan 25 prinsip pokok ( core principles) pengawasan pada bulan September 1997.
pilar 2 mengidentifikasi 4 prinsip kunci mengenai revew pengawasan untuk melengkapi 25 prinsip pokok.
ke empat prinsip kunci tersebut adalah

 Prinsip 1 : bank harus mempunyai proses untuk memperkirakan kecukupan


modalnya dalam kaitannya dengan resiko yang di tanggung, dan juga strategi
untuk mempertahankan tingkat modalnya.
 Prinsip 2 : pengawasan harus me-reviw dan mengevaluasi perkiraan( assessment) dan
strategi bank internal untuk kecukupan modal, serta kemanpuan bank untuk
memonitor dan memastikan kepatuhan terhadap rasio permodalan bank.
Pengawan juga harus melakukan Tindakan yang sesuai jika mereka tidak puas
dengan kinerja manajemen resiko bank.
 Prinsip 3 : pengawasan harus meminta bank memegang modal di atas minimum yang
di siaratkan ,dan mempunyai kemapuan untuk memaksa bank memegang
modal melakukan di atas minimum yang di isiaratkan.
 Prinsip 4 : pengawasan harus melakukan interfensi seawall mungkin untuk mencega modal
turung dibawa modal minimum dan meminta bank untuk melakukan Tindakan
perbaikan jika modal minimum tersebut tidak terpenuhi.

Perubahan dasar perhitungan resiko dari Basel 1 Basel 2 bisa mengakibatkan perubahan modal yang di
perhitungkan. Sebagai contoh, misal ada 2 bank yang sama - sama memberikan kepada perusahan dengan
jumlah yang sama. Melalui basel 1 ke duanya diharuskan untuk memegang sejumlah modal yang sama.
Misalkan bank yang satu memberikan kredit kepada perusahan dengan rating AAA, sementara yang lainya
memberikan kredit kepada perusahan dengan ranting BBB. Melalui basel 2, keduanya akan memegang
modal yang berbeda. Bank yang pertama memegang modal yang lebi kecil di bandingkan dengan bank
yang kedua.

1.4 . MANAJEMEN RISIKO PERBANKAN INDONESIA

Perbankan di indoensia diawasi oleh bank Indonesia ,yang merupakan bank sentral di Indonesia .
secara umum , bank Indonesia mempunyai tujuan untuk mempertahankan nilai rupiah . untuk mencapai
tujuan tersebut , bank Indonesia bertanggung jawab terhadap :

1. Merumuskan dan melaksanakan kebijakan moneter


2. Menjaga dan mempertahankan sistem pembayaran
3. Mengatur dan mengawasi perbankan

Manajemen risiko perbankan diatur melalui peraturan bank Indonesia ( PBI) 5/8/PBI2003 yaitu mengenai
pelaksanaan manajemen resiko bank. Bank diharuskan mengelola risiko perbankan melalui kegiatan:

 Identifikasi resiko
 Pengukuran risiko
 Monitoring risiko
 Pengendalian risiko

Bank diharuskan mengelola risiko secara terintegrasi dan membuat sistem, struktur manajemen yang
diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut.

15 |MAKALAH MANAJEMEN RISIKO PERBANKAN KELOMPOK 11


Bank Indonesia mengaharuskan bank untuk mengelolah empat risiko berikut ini :

1. Pasar : Risiko karena harga pasar yang bergerak ke arah yang tidak menguntungkan
2. Kredit : Risiko karena counterparty mengalami gagal bayar ( tidak bisa memenuhi kewajibannya )
3. Operasional : Risiko yang terjadi karena proses internal yang gagal , tidak memadai, kesalahan
manusia, kegagalan sistem , dan masalah eksternal yang mempengaruhi operasi bank
4. Likuiditas : risiko yang terjadi karena bank tidak bisa memenuhi kewajibannya yang jatuh tempo.

Keempat tipe resiko tersebut sudah dibicarakan pada bab – bab sebelumnya . untuk bank yang lebih besar
dan kompleks , bank juga diharuskan untuk mengelolah risiko :

1) Risiko legal : risiko yang muncul karena Tindakan atau tuntutan hukum
2) Risiko reputasi : risiko yang muncul karena publisitas dan persepsi negative mengenai operasi
bank.
3) Risiko strategis : risiko karena pelaksanaan strategi yang kurang baik, pengambilan keputusan
yang kurang baik , kurannya respons terhadap perubahan eksternal
4) Risiko kepatuhan : risiko kegagalan bank patuh terhadap hukum , peraturan, dan perundungan
yang berlaku.

2. ILUSTRASI MANAJEMEN RISIKO PERBANKAN : CHASE MANHATTAN

2.1. Karakteristik bisnis chase Manhattan

Chase Manhattan merupakan bank dengan bisnis global yang mencankup tiga kelompok bisnis
besar, seperti terlihat pada bagan berikut ini.

Table 1 . detail operasi chase Manhattan

Segmen Deskripsi
Bank global

1. Pasar global 1. Perdagangan , mengawali pemberian kredit , underwrite riset


untuk valuta asing, derivatif , dan pasar instrument tetap.
2. Investasi saham privat ( individu )
2. Chase capital partners 3. Pendanaan sindikasi, penasihat marjer dan akuisisi,
3. Global investment banking underwrite sekuritas yield tinggi ( risiko tinggi) , penempatan
privat ( private placement )

4. Corporate lending and portfolio 4. Jasa kredit dengan tekanan mengawali pemberian kredit
management dengan distribusi.

5. Global private bank 5. Pelayanan bank untuk orang kaya ( jutawan).

National consumer services


1. Chase card member services 1. Pemberian dan pelayanan kartu kredit : pemrosesan penjual
barang dagangan.
2. Regional consumer banking 2. Pelayanan bank untuk bisnis kecil dan ritel ( consumer ) di
new york dan Texas .
3. Chase home finance 3. Pemberian dan pelayanan pinjaman mortgage ( seperti KPR)

16 |MAKALAH MANAJEMEN RISIKO PERBANKAN KELOMPOK 11


4. Diversified consumer service 4. Pemberian dan pelayanan pinjaman otomotif dan leasing ,
kredit mahasiswa , produk investasi.
5. Middle markets 5. Pelayanan keuagan untuk pengusaha menengah di new York
dan Texas .
Global service
1. Global investor service 1. Pelayanan custodian dan pelayanan investor lainnya kepada
manajer investasi , mutual fund , dan lainnya.
2. Chase treasury solutions 2. Manajemen kas, treasury, dan pelayanan lainnya kepada
Perusahaan , agen pemerintah.
3. Capital markets fiduciary services 3. Jasa pemrosesan untuk penerbit sekuritas.

Penjualan ( revenue ) dan laba berdasarkan kelompok segmen tersebut bisa dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel. Penjualan chase berdasarkan segmen


Segmen Penjualan Laba
Global service 13,3% 9,10%
Consumer services 42,2% 29,10%
Global bank 44,5% 61,80%

Sebagai bank,kegiatan bisnis chase Manhattan lebih luas dibandingkan dengan kegiatan bisnis perbankan
tradisional. Kegiatan bisnis perbankan tradisional memfokuskan pada menarik dana dari Masyarakat dan
menjaminkan dana tersebut. Bank memperoleh interest income dari bisnis tersebut. Kegiatan bank
konversional semacam itu mendatangkan dua risiko , yaitu risiko kredit ( jika kredit yang diberikan macet )
dan risiko liquiditas ( jika Masyarakat menarik dananya diluar perkiraan bank). Chase menjual Sebagian
besar kredit yang diberikan ( hampir 90%). Chase kemudian memperoleh pendapatan dari fee ( komisi )
untuk memulai ( credit initiation) dan melayani ( servicing ) kredit tersebut.

2.2 . SHAREHOLDER VALUE – ADDED ( SVA)

Chase meluncurkan program SVA sebagai bagian dari manajemen risiko bank tersebut. Sebelum
program tersebut diluncurkan, pertumbuhan asset chase cukup tinggi , mecapai sekitar 15% pertahun .
pertumbuhan yang terlalu cepat tersebut mengkhawatirkan ( risiko bisnis menjadi terlalu tinggi) . chase
kemudian menluncurkan program yang dianggap tidak terlalu kompleks , mudah dipahami oleh semua
tingkatan dalam organisasi , yaitu SVA. SVA pada dasarnya merupakan konsep residual income, yaitu
mengitung laba dengan mengurangkan beban untuk modal dari pendapatan operasional.

SVA = pendapatan operasional – beban untuk modal

KOMITE KEBIJAKAN RISIKO DEWAN DIREKSI


Mengawasi manajemen risiko

KOMITE EKSEKUTIF
Memberikan pengarahan strategis
Memberikan pandangan yang terintegrasi
KOMITE RISIKO KOMITE RISIKO PASAR KOMITE MODEL KOMITE KOMITE RISIKO
KREDIT RISIKO FIDUSIA
OPERASIONAL
Menetapkan kebijakan Menetapkan kebijakan Menetapkan Me-review Bertanggung jawab
untuk manajemen untuk manajemen risiko kebijakan disain fungsi untuk menyetujuai
risiko kredit pasar, termasuk batas modal dan pengendalian di kebijakan risiko
termasuk batas eksposur risiko pasar untuk semua liquiditas chase fidusian chase
untuk negara,produk, trading,investasi sekuritas,
industry,dan perusahahan dan kegiatan yang

17 |MAKALAH MANAJEMEN RISIKO PERBANKAN KELOMPOK 11


berpengaruh terhadap
neraca
Bertanggung jawab Bertanggung jawab terhadap Bertanggung jawab terhadap
terhadap metedologi,model, metodologi yang digunakan
metedologi,model,asumsi, Asumsi,yang digunakan untuk untuk mengukur dan
yang digunakan untuk mengukur risiko pasar dan risiko mengalokasikan risiko
mengukur risiko kredit tingkat bunga operasional
Mengawasi strategi optimasi , Memonitor dan me-review Menyetujui kebijakan dan
portofolio kredit , trend profil kepatuhan posisi saat ini metedologi untuk harga
risiko, portofolio bermasalah, terhadap batas yang telah transfer dana,alokasi modal
cadangan untuk kerugian ditentukan internal,dan SVA
kredit

Memonitor dan me-review


strategi dan eksekusi kebijakan

konsep tersebut mengkaitankan reward dengan risiko melalui modal risiko ( risk-ad-justed capital).dengan
kata lain, jika seorang manajer menggunakan modal untuk kegiatan yang berisiko, maka modal berbasis
risiko ( modal risiko,atau risk ad-justed capital) juga akan meningkat. Jika modal tersebut tinggi , maka
beban harus di tanggung juga meningkat, dan akan menurunkan SVA manajer tersebut. Beban tersebut
ditetapkan 13% dari modal berbasis risiko. Manajer dievaluasi berdasarkan kontribusi mereka terhadap
pertumbuhan SVA jangka Panjang. Evaluasi dilakukan secara rutin , otomatis , dan setiap orang memahami
aturan mainnya.

RISIKO PASAR

 Pengukuran risiko pasar

Risiko pasar terjadi karena harga pasar bergerak ke arah yang tidak mengutungkan, dan
mengakibatkan kerugian ,sebagai contoh, jika chase membeli saham suatu Perusahaan , kemudian
harga saham turun , maka chase akan mangalami kerugian . sebaliknya, jika chase melakukan
short- selling suatu saham , kemudian harga saham tersebut meningkat , maka chase juga akan
mengalami kerugian. Harga saham tersebut berubah karena banyak factor untuk portofolio
sekuritas dengan pendapatan tetap ( misal obligasi ) , perubahan tingkat bunga bisa
mengakibatkan perubahan harga pasar sekuritas tersebut.

Chase menggunakan beberapa ukuran risiko pasar, yaitu value At Risk ( VAR ), stress- testing, dan
ukuran non – statistic lainnya. Ketiga ukuran tersebut di harapkan memberikan gambaran risiko
pasar yang komprehensif yang dihadapi oleh chase . chase menggunakan VAR harian dengan
confidence level 99%. Chase menghitung VAR dengan metode historis yaitu dengan menggunakan
data satu tahun terbaru untuk indikator pasar seperti tingkat bunga ,perubahan kurs , harga pasar
saham dan komoditas , dengan asumsi indikator tersebut bisa memprediksi kondisi di masa
mendatang.

VAR bisa melihat eksposur chase untuk kejadian ekstrem pada kondisi normal. Stress – test akan

18 |MAKALAH MANAJEMEN RISIKO PERBANKAN KELOMPOK 11


Melihat kejadian yang bisa terjadi pada kondisi tidak normal. Chase melengkapi VAR dengan
analisis stress-testing , sehingga gambaran eksposur chase yang lebih lengkap akan diperoleh.

Tabel : perhitungan VAR oleh chase

Rata – Rata VAR minimum VAR VAR 31 des VAR 31 des


VAR maksimun 99 98
Tingkat bunga $ 20,2 $ 10,7 $36,5 $20,0 $20,1
Valuta asing 7,0 2,3 21,3 3,0 2,3
Saham 6,3 3,4 10,1 7,2 4,6
Komoditas 3,5 1,9 9,0 3,4 2,6
Investasi hedge fund 4,1 3,1 4,6 3,3 NA
Dikurangi :
Diversifikasi portofolio ( 17,0) NM NM (13,7) (8,9)
Total VAR $24,1 $12,3 $41,8 $23,2 $20,7

NM : not meaningful ( tidak banyak artinya), karena maksimum dan minimum bisa muncul pada
waktu yang berbeda sehingga tidak bisa langsung dipakai untuk mengitung efek diverivikasi.

NA : not available ( tidak tersedia )

Stress test yang digunakan oleh chase mencangkup peristiwa historis maupun peristiwa hipotesis
maupun peristiwa hipotesis. Skenario stress yang digunakan sangat detail , lebih dari 11.000 shock
( perubahaan nilai variable) untuk indikator dan harga pasar, seperti perubahan yield-curve dan spead
kredit ( perbedaan yield Perusahaan dengan yield sekuritas beban resiko ), perubahan kurs valas, di
lebih dari 60 negara. Skenario stress menggunakan kejadian nyata yang terjadi di masa lalu ( histories)
dan kejadian hipotesis yang dipilih secara cermat. Kejadian yang dipilih tersebut harus relevan dengan
bisnis chase. Sebagai contoh, kejadian gempa bumi di jepang dianggap tidak begitu relevan dengan
bisnis chase, dan karenanya tidak di masukkan ke dalam kejadian yang akan di-stress oleh chase.
komite risiko pasar mempunyai tanggung jawab untuk menyetujui scenario yang dipilih untuk
stress-test. skenario stress tersebut di-review secara berkala dan di-update atau diruba jika sudah
tidak relevan . stress test yang dilakukan ,sehingga kerugian yang dihituk menjadi lebih konservatif
(lebih besar ).

Stress test dilakukan oleh chase setiap bulan untuk tanggal yang dipilih secara random.
Sebagai contoh , pada tanggal 31 desember 1999, stress test yang dilakukan chase
menggunakan enam kejadian historis. dan lima peristwa historis yang digunakan adalah krisis
(sell-off) pasar obligasi pada tahun 1994,krisis peso meksiko pada tahun 1994, dan krisis rusia
tahun 1998. Contoh scenario hipotetis adalah kestidakstabilan politik di negara berkembang
mengakibatkan investor melarikannya modalnya dari negara berkembang ke amerika serikat atau
negara lain yang dianggap aman.

Tabel berikut ini menyampaikan potensi kerugian yang dihitung melalui analisis stress test. terlihat
bahwa rata - rata kerugian dari beberapa skenario yang digunakan adalah 186 juta dolar AS.
Kerugian terbesar yaitu $302 juta akan dialami oleh chase jika krisis rusia Tahun 1998 terulang.di
samping krisis rusia , scenario kejadian penjualan besar - besaran ( sell-off) . obligasi negara
berkembang pada tahun 1994 juga merupakan peristiwa yang bisa mengakibatkan kerugian besar

19 |MAKALAH MANAJEMEN RISIKO PERBANKAN KELOMPOK 11


pada chase. Chase pada tahun 1999 mempunyai ekposur tingkat bunga yang cukup besar di
negara amerika latin dan asia.

Tabel : perhitungan stress test oleh var

Rata – Rata VAR VAR VAR VAR


Potensi kerugian Minimum maksimum 31 des 99 31 des 98
sebelum pajak-
memulai stress-test
$(186) $(112) $(302) $(231) $(150)

 Ukuran risiko pasar non- statistic ( non – kuantitatif )

Indicator risiko pasar non – stastistik digunakan untuk melengkapi indicator kuantitatif .
indicator yang di gunakan antara lain adalah posisi terbuka bersih ( net open position ), nilai basis poin ,
konsentrasi posisi,dan perputaran posisi. Indicator tersebut diharapkan memberikan tambahan informasi
mengenai pasar dan arah dari exposur. Sebagai contoh , nilai basis poin portofolio menunjukkan apakah
perubahan indicator pasar sebesar satu basis poin ( 1 bps atau 1/100 dari 100% ) akan mengakibatkan
kerugian atau keuntugan dan seberapa besar.

 Manajemen resiko pasar

Beberapa manajemen risiko pasar yang digunakan oleh chase adalah penetapan batas VAR dan stress- test
yang disetujui oleh dewan direksi dan memasukkan exsposur . stress-test dalam metodologi perhitungan
alokasi modal. Jika batas tersebut terlewati , maka secara otomotis portofolio akan di review.
Pendengalian yang pokok dilakukan melalui penentapan batas. Struktur penetapan batas tersebut
berlanjut sampai level bawah ( level tranding desk ), dan mencakup instrument yang bisa
diperdagangkan, pengalaman dari trader , batas non - statistik , dan konsultasi kerugian. VAR dihitung
baik pada level agregat maupun unit bisnis . pembatasan non – statistic memasukkan factor – factor
liquiditas pasar, strategi bisnis , kinerja sebelumnya, pengalaman manajer .

2.4. RISIKO KREDIT

 Proses dan pengukuran risiko kredit

Resiko kredit adalah risiko yang terjadi jika counterparty gagal memenuhi kewajibannya kepada
Perusahaan. Risiko kredit di Kelola pada level transaksi dan portofolio. Pengukuran risiko kredit
dilakukan untuk semua kredit atau komitmen kredit ( on dan off balance sheet ), seperti pinjaman,
komitmen untuk memberi pinjaman seperti L/C dan komitmen lainnya . chase menggunakan
teknik statistic untuk mengestimasi kerugian yang diharapkan merupakan penyimpangan dari
kerugian yang di harapkan. Estimasi tersebut menentukan alokasi biaya kredit untuk unit – unti
bisnis , yang kemudian di masukkan ke dalam pengukuran SVA unit bisnis . jika kerugian bisa
diperkirakan , maka kerugian tersebut bisa dimasukkan ke dalam penentuan harga . yang menjadi
kredit adalah kerugian yang tidak bisa di harapkan . risiko kredit portofolio individu ( consumer )

20 |MAKALAH MANAJEMEN RISIKO PERBANKAN KELOMPOK 11


dengan komersial sangat berbeda . secara umum kredit individu lebih mudah diprediksi
dibandingkan dengan kredit komersial. Fluktuasi kerugian dari kredit komersial ( risiko yang tidak
bisa diperkirakan ) akan semakin besar tergantung siklus ekonomi.

Proses manajemen resiko kredit dimulai dengan kebijakan pada prosedur yang ditetapkan oleh
chief credit officer ( direktur kredit ) . pada tingkat unit bisnis maupun corporate , proses
pendisiplinan dilakukan untuk memastikan bahwa risiko telah dianalisis,dimonitor,dan disetujui
dengan akurat.direktur kredit juga bertanggung jawab terhadap kerangka pengukuran kredit ,
menetapkan Batas kredit untuk menjamin terjadinya diversifikasi, mendelegasikan presetujuan
kredit ,dan mengelolah kredit bermasalah. Untuk level unit bisnis ,berfungsi ( unit ) manajemen
risiko kredit yang indenpenden melapor ke manajer unit dan juga direktur kredit . unit ( fungsi)
tersebut bertanggung jawab untuk keputusan kredit taktis. Fungsi tersebut bertanggung jawab
terhadap transaksi baru, penawaran produk baru, yang signifikan, mempunyai wewenang akhir
tehadap perhitungan risiko kredit ,memonotoring profil risiko kredit ,dan portofolio unit bisnis.

Untuk kredit ritel ( consumer ), chase menggunakan model portofolio yang canggih, model scoring
kredit, dan alat kuantitaf lainnya untuk menghitung dan menetapkan standar risiko kredit ritel.
Parameter di tentukan sejak awal , dan biaya kredit ( misalnya presentase yang macet )
merupakan bagian integral untuk penentuan harga dan evaluasi kredit . portofolio kredit ritel
dimonitor untuk mengidentifikasi penyimpangan dari standar yang diharapakan, dan pergeseran
pola perilaku nasabah.

Untuk kredit komersial, proses manajemen risiko kredit dimulai dengan proses pemilihan nasabah.
Pendekatan industry global yang dilakukan chase membantu pengenalan risiko industry yang
muncul, sehingga antisipasi bisa dilakukan lebih awal. Nasabah internasional juga penting
diperhatikan. Chase menfokuskan pada Perusahaan terbesar,pemimpin dalam sektornya, dengan
kebutuhan pendanaan internasional. Manajemen konsentrasi kredit juga penting dilakukan. Chase
mengelolah konsentrasi kredit berdasarkan tingkat risiko, industry, produk, lokasi geografis.

 Manajemen risiko kredit

Manajemen risiko kredit chase dilakukan melalui dua mekanisme:

1. Mentransfer risiko kredit ke pihak lain melalui penjualan kredit. Chase memberikan kredit
sekitar 7% dari kredit tersebut . penjualan semacam itu secara signifikan mengurangi
risiko kredit chase. Chase memperoleh fee dari kegiatan memulai kredit pelayanan kredit.
Di samping itu modal bisa cepat Kembali, yang kemudian diputar lagi . analisis lanjutan
menunjukkan bahwa kredit komersial mempunyai fluktuasi ( risiko) yang tinggi
dibandingkan dengan kredit ritel. Melalui mekanisme, penjualan kredit tersebut, kredit
komersial bisa dikurangi dengan signifikan , sehingga risiko chase bisa di tekan lebih
lanjut. Saat ini komposisi kredit komersialdan ritel sekitar 50% masing-masing ,
dibandingkan dengan 80% dan 20% sebelum penjualan kredit dilakukan.

Meskipun penjualan kredit cukup gencar dilakukan oleh chase , tetapi chase masih
mempertahankan Sebagian ( kecil) dari kredit tersebut. Chase beragumen bahwa dengan
mempertahankan sebagai kredit tersebut , chase ingin menunjukkan bahwa chase masih
mempunyai komitmen dengan bisnis kredit tersebut. Jika ada kesulitan yang berkaitan
dengan kredit, chase masih bisa membantu dan mempunyai keahlian untuk menangani
kredit tersebut.

21 |MAKALAH MANAJEMEN RISIKO PERBANKAN KELOMPOK 11


2. Menggunakan metode SVA untuk mengevaluasi kinerja unit pemberi kredit . melalui
metode SVA, manajer unit kredit akan melihat risiko dari kredit yang akan diberikan
sehingga mereka akan berhati – hati dalam mengambil keputusan pemberian kredit.

2.5 . RISIKO OPERASIONAL

Risiko operasional belum banyak memperoleh perhatian, dan karena itu metodologi untuk
risiko operasional belum semaju risiko kredit atau risiko pasar . kerrugian dari risiko
operasional lebih sulit diprediksi dan lebih sulit untuk dikuantifisir. Risiko operasional
mencakup hal- hal seperti kejahatan oleh karyawan atau pihak luar, transaksi yang tidak
diberi otorisasi , kesalahan pencatatan, kesalahan karena sistem computer atau
telekomunikasi yang tidak berjalan sebagaimana mestinya. Chase sangat tergantung pada
otomatisasi transaksi. Ketergantungan semacam itu cenderung meningkatkan risiko
operasional ( misal jika terjadi gangguan atas computer tersebut ). Di samping itu,
kesalahan tertentu akan terulang – ulang sebelum terdeteksi dan diperbaiki, sehingga
cenderung akan meningkatkan kerugian. Chase sudah melakukan pengendalian yang
cukup, tetapi tidak ada jaminan bahwa kerugian akibat risiko operasional tidak terulang di
masa mendatang.

Risiko operasional akan mempengaruhi perhitungan SVA , tetapi metedologi pengukuran


risiko operasional masih relative sederhana. Perhitungan modal berdasarkan risiko
operasional dilakukan setiap kuartal. Perhitungan risiko operasional didasarkan pada tiga
hal :

1. Biaya operasional ( dalam dolar)


2. Skor dari audit internal
3. Rangking evaluasi risiko

Manajer unit yang memperoleh skor risiko A ( risiko rendah ), maka modalnya ( berbasis risiko) akan
diperhitungkan lebih rendah , sehingga akan meningkatkan SVA manajer tersebut . tabel berikut ini
menyajikan factor – factor yang dilihat untuk audit risiko operasional dengan bobotnya.

Tabel . factor untuk audit risiko operasional dengan bobotnya.

Bobot
1. Nilai atau volume transaksi 15%
2. Dampak dari kesalahan 11%
3. Ketergantungan pada data 8%
4. Karakteristik dari proses 3%
5. Akses terhadap asset fisik 3%
6. Kualitas manajemen 10%
7. Tingkatan pertimbangan manajemen 10%
8. Kualitas / tingkat pengawasan 10%
9. Lingkungan pengendalian 11%

22 |MAKALAH MANAJEMEN RISIKO PERBANKAN KELOMPOK 11


10. Karakteristik produk 7%
11. Karakteristik sistem 6%
12. Tekanan untuk memenuhi tujuan dan target 6%
100%

Nilai maksimum risiko inheren adalah 5. Disamping audit internal untuk mengevaluasi risiko
operasional, chase juga menggunakan COSO based self-assess-ment program untuk mengevaluasi
risiko operasional. Melalui program tersebut, manajer diminta untuk mengevaluasi risiko
operasional di unit bisnis yang di bahwahinya, menggunakann kerangka yang dikembangkan oleh
COSO ( committee of sponsoring organizations of the treadway commission ). Detail dari kerangka
kuesioner tersebut bisa dilihat pada lampiran bab mengenai risiko operasional kuesioner tersebut
menjadi salah satu masukan untuk skor dari audit internal dan rangking evaluasi risiko . bab
mengenai risiko operasional menyajikan lebih lengkap evaluasi diri ( self – evaluation ) yang
dilakukan untuk mengevaluasi risiko operasional chase Manhattan dengan menggunakan
kerangkan COSO tersebut.

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Chase manhhatan merupakan bank dengan operasi global . bank tersebut berbeda dengan bank
konversional yang biasanya mengandalkan pada pendapatan bunga ( memperoleh bunga dari pinjaman
dan membayar bunga tabungan). Chase lebih banyak menjual kreditnya dibandingkan memegangnya
sampai jatuh tempo chase juga aktif melakukan perdagangan sekuritas. Karakteristik tersebut membuat
chase berbeda dengan bank konversional , termasuk risiko yang dihadapinya chase memfokuskan pada
pengelolaan risiko pasar , kredit, dan operasional. Chase menekankan pada diversifikasi untuk menguragi
risiko . chase menekankan pada organisasi manajemen risiko yang kuat . chase menggunakan Teknik
pengukuran risiko muktahir seperti VAR, stress- test, dan evaluasi diri untuk pengukuran risiko
operasional. Chase juga meluncurkan pengukuran kinerja SVA yang terbukti bisa menghubungkan risiko
dengan kinerja lebih efektif.

Bab ini membicarakan manajemen risiko perbankan. Pembicaraan dimulai dengan membicarakan
peraturan untuk manajemen risiko perbankan. Bank merupakan sektor usaha yang di atur dengan ketat

23 |MAKALAH MANAJEMEN RISIKO PERBANKAN KELOMPOK 11


dengan alasan kegiatan perbankan . menyangkut banyak pihak. Komite basel merumuskan risiko
perbankan yang, berujung pada persyaratan modal yang harus dipegang oleh bank.pada intinya,semakin
tinggi risiko bank, semakin tinggi modal yang harus dipengan oleh bank. Pada intinya, semakin tinggi risiko
bank, semakin tinggi modal yang harus dipegang oleh bank . komite basel banyak memepengaruhi
peraturan perbankan dunia . komite basel memulai dengan basel I yang kemudian diteruskan dengan
basel II . bagian kedua membicarakan manajemen risiko di chase manhhatta bank. Manajemen risiko di
bank tersebut di tandai dengan komite manajemen risiko yang kuat, prinsip diverifikasi,pengukuran
kinerja berdasarkan SVA, dan Teknik pengukuran risiko pasar, kredit, dan operasional yang cukup dalam
dam komprehensif.

DAFTAR PUSTAKA

BUKU MANAJMEN RISIKO Dr. MAMDUH. M , M.B.A.

24 |MAKALAH MANAJEMEN RISIKO PERBANKAN KELOMPOK 11

Anda mungkin juga menyukai