RISIKO KREDIT
Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah memberi
kesempatan kepada tim penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas mata kuliah
Manajemen Risiko dengan baik dan lancar. Sholawat serta salam marilah kita
sampaikan kepada baginda Nabi Muhammad SAW. Beserta keluarga dan sahabat
beliau. Pada kesempatan ini kami mencoba untuk menulis sebuah makalah yang
berjudul “Risiko Kredit”. Kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada
ibu Ninnasi Muttaqiin, S.M.B., M.SM selaku dosen mata kuliah Manajemen
Risiko.
Untuk makalah ini, penulis memohon kritikan dan saran dari pembaca
yang bersifat konstruktif. Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat sebagai bahan
kuliah bagi segenap mahasiswa.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.4 Manfaat
Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah dan tujuan maka
diharapkan dapat memberikan manfaat:
1. Kegunaan Teoritis
Untuk menambah wawasan penulis serta pembaca terhadap risiko
kredit mulai dari pengertian, peranan dan tugas, perjanjian dan persoalan
terjadinya default risk.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Adapun tanggung jawab pihak Credit Risk Management (CRM)
sebagai berikut:
a) Memiliki tanggung jawab utama dalam bidang mengendalikan
risiko kredit.
b) Memiliki tanggung jawab mengelola dan menyelesaikan kredit yang
bermasalah.
c) Memiliki tanggung jawab dalam manajemen portofolio kredit.
d) Berfungsi dalam menetapkan suatau sistem ukuran penilaian
(parameter scoring system) serta alat analisis yang bisa atau layak
digunakan. Biasanya seriap lembaga perbankan atau lembaga
simpan pinjam menerapkan sistem risiko penilaian yang berbeda-
beda berdasarkan peraturan yang ditetapkan oleh lembaga tersebut
dan mereka melaksanakannya secara bertahap (step by step).
2.2.2 Relationship Management (RM)
Adapun tanggung jawab dari pihak Relationship Management (RM)
sebagai berikut:
a) Pada saat menemukan adanya kredit yang bermasalah maka
memindahkan pengelolaannya ke bagian CRM untuk diselesaikan.
b) Pihak RM berfungsi dalam mempertanggungjawabkan kelanjutan
bisnis/usaha perbankan.
c) Pihak RM saling berkordinasi dengan pihak CRM dalam
memutuskan berbagai persoalan penting.
2.2.3 Tugas Komite Kredit
Adapun tugas dari komite kredit adalah menurut Dahlan Siamat
adalah:
a) Meneliti dan menilai permohonan kredit baru yang berjumlah besar.
b) Meneliti dan menilai permohonan perpanjangan kredit dan alasan-
alasan atas permintaan tersebut.
c) Meneliti dan menilai semua kredit yang mengalami kemacetan
untuk mengetahui dan menentukan sebab-sebabnya.
d) Meneliti apakah semua pemberian kredit tersebut telah sesuai
dengan kebijakan perkreditan bank yang bersangkutan.
4
e) Memeriksa kelengkapan dokumen-dokumen kredit.
f) Memeriksa konsistensi perlakuan terhadap permohonan kredit.
2.3 Perjanjian Perkreditan
Salah satu cara untuk meminimalisisasi risiko adalah dengan cara
memperkuat perjanjian kredit, yaitu perjanji (agreement) antara kredit dan
debitur. Dengan adanya perjanjinya kredit yang dibuat ini maka pada saat
salah satu dari pihak dirugikan atau merasa tidak puas dapat di pengadilan
dengan cara menjadikan bukti otentik yaitu berupa segala isi yang
terkandung dalam perjanjia untuk dijadikan sebagai klausula di pengadilan.
Perjanjian (agreement) menurut pasal 1313 KUHPerdata adalah “Suatu
perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih
mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih”.
Pengertian kredit menurut UU No 10 tahun 1998 tentang perubahan UU
No. 7 Tahun 1992 yaitu, “Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan-
tagihan yang dapat di persamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang
mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu
tertentu dengan pemberian bunga.”
Jika perjanjian sudah disetujui atas kedua belah pihak maka akan
berlaku sebagai undang-undang bagi mereka. Penyataan ini ditegaskan
dalam KHUPerdata pasal 1338 ayat (1), (2), dan (3) yang berbunyi:
a. Ayat (1): “Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai
undang-undang bagi mereka yang membuatnya.”
b. Ayat (2): “Suatu perjanjian tidak dapat ditarik kembali selain dengan
kesepakatan kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan yang sudah
dinyatakan di undang-undang bahwa dinyatakan cukup untuk itu.”
5
KUHPerdata menentukan syarat-syarat untuk sahnya suatu perjanjian
diperlukan empat syarat yaitu:
Perjanjian yang telah ditandatangani oleh kedua belah pihak baik itu
kreditur dan debitur dapat berakhir atau selesai jika kondisi dan situasi telah
memenuhi atau sesuai dengan pasal 1381 KUHPerdata bahwa hapusnya atau
berakhirnya perjanjian disebabkan peristiwa-peristiwa sebagai berikut:
6
jalannya pemebangunan dengan memberdayakanmereka yang
membutuhkan dana guna untuk mengembangkan usaha dan berbagai
keperluannya.
c. Kewajiban secara berkala melaporkan kinerjanya kepada bank sentral
sebagai induk perbankan. Bank sentral akan melakukan audit secara
berkala untuk menilai kinerja suatu perbankan dan juga memberikan
informasi kepada public tentang kondisi dan situasi perbankan nasional.
d. Berkewajiban menghasilkan informasi yang jelas dan tegas serta progresif
bagi komisaris perusahaan (pemilik).
Johannes Ibrahim mengatakan bahwa “Dari keseluruhan dapat
disimpulkan bahwa ciri-ciri meniadakan dan membatasi kewajiban slaah
satu pihak yaitu kreditur, untuk membayar ganti rugi kepada nasabah debitur
sebagai berikut:
a. Isinya ditetapkan secara sepihak oleh kreditur yang posisinya relative kuat
daripada debitur.
b. Debitur sama sekali tidak ikut menentukan isi perjanjian itu.
c. Terdorong oleh kebutuhan, debitur terpaksa menerima perjanjian itu.
d. Bentuknya tertulis.
e. Dipersiapkan terlebih dahulu secara massal atau individual.
Dalam perspektif klausula tersebut Johannes Ibrahim berpendapat
bahwa mempertimbangkan klausula-klausula yang meningkatkan nasabah
debitur dalam perjanjian kredit, beberapa hal yang perlu diperhatikan dari
sisi nasabah debitur:
a. Nasabah debitur harus melakukan klausula yang dibebankan terhadapanya
dan memproyeksikan dengan kondisi keuangan, praktik bisnia dan
kebutuhan pertumbuhan bisnis.
b. Dalam mengevaluasi akibat dari klausula-klausula yang bersifat
membatasi, nasabah debitur perlu meminta penegasan dari kreditur.
c. Tersedianya kreditur dalam memberikan dukungan dana bagi nasabah
debitur.
d. Peluang untuk mengakhiri perjanjian.
e. Standar hubungan di antara kreditur dan nasabah debitur.
7
f. Referensi silang.
g. Penggunaan kata-kata yang sifatnya tidak tergambarkan.
h. Grace periods atau masa tenggang.
i. Secara umum nasabah debitur harus memiliki fleksibilitasdalam
merundingkan dana kredit yang diterimanya.
j. Pengalihan manajemen.
Beberapa hal yang perlu dipahami pula oleh nasabah debitur dalam
periode pemulihan untuk memperbaiki kinerja adalah :
a. Terhadap pelanggaran dari klausula negative, secara spesisifik nasabah
debitur dinyatakan salah terhadap klausula mana saja dan harus
diperbaiki.
b. Nasabah debitur perlu untuk meningkatkan prestasi tertentu terhadap
klausula-klausula yang dinilai belum secara prima ini dilakukannya bagi
kepentingan kreditur.
c. Dan bila hal tersebut tidak segera dipenuhi, kreditur dapat
memberitahukan bahwa nasabah debitur telah melakukan kelalaian.
2.4 Persoalan Terjadinya Default Risk
Default risk merupakan risiko gagal bayar terhadap sejumlah pinjaman
kredit yang telah dipinjam. Persoalan default risk sering dialami Oleh para
debitur pada saat debitur tersebut tidak mampu mengembalikan pinjaman
tersebut secara tepat waktu yang disebabkan oleh beberapa hal, seperti:
a. Kondisi makro ekonomi yang tidak stabil. Contohnya krisis Moneter tahun
1997/1998, krisis subprime morgage di Amerika Serikat, kondisi perang di
suatu negara yang mempengaruhi negara di kawasan tersebut, dan lain-lain.
8
e Kekisruhan yang terjadi di perusahaan tersebut baik di tingkat direksj
maupun manajer serta karyawan yang meluas pada terhentinya produk dan
berpengaruh pada penurunan penjuaian perusahaan.
9
perbankan. Reputasi yang baik tersebul akan member pengaruh kepada
debitur dala berbagai urusan selanjutnya dengan perbankan, seperi ignin
menambah atau meningkatkan angka pinjaman atau memperbarui
pinjaman.
No Uraian
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Secara umum resiko dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang
dihadapi seseorang atau perusahaan di mana terdapat kemungkinan yang
merugikan. Begitu pula dengan Risiko kredit yang merupakan
ketidakmampuan suatu perusahaan, institusi, lembaga atau pribadi dalam
menyelesaikan kewajiban-kewajibanya secara tepat waktu baik pada saat
jatuh tempo maupun setelah jatuh tempo. Beberapa hal yang harus
dilakukan atau dibentuk oleh perusahaan dalam meminimalisir risiko kredit
agar tidak terjadi risiko gagal bayar (Default risk) diantaranya adalah Credit
Risk Management (CRM), Relationship Management (RM), Komite Kredit,
Wewenang dan maksimalitas kredit, Kualitas perjanjian. Karena jika itu di
abaikan maka akan timbul risiko kredit. Jika risiko kredit timbul
ada tiga permasalahan yang akan dihadapi oleh pihak investor.
Risiko suku bunga adalah risiko yang dialami akibat dari perubahan
suku bunga yang terjadi di pasaran yang mampu memberi pengaruh bagi
pendapatan perusahaan. Dalam risiko bunga ini ada beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam berinvestasi yaitu dengan melihat tingkatan risiko pada
situasi suku bunga dan saham, suku bunga dan jangka waktu obligasi dan
risiko pada perubahan suku bunga dan permintaan uang.
Default risk merupakan risiko gagal bayar terhadap sejumlah pinjaman kredit
yang telah dipinjam. Persoalan default risk sering dialami Oleh para debitur
pada saat debitur tersebut tidak mampu mengembalikan pinjaman karena
beberapa hal diantaranya kondisi makro ekonomi yang tidak stabil, kerugian
perusahaan yang terjadi karena faktor menurunnya angka penjualan secara
sistematis, terjadi korupsi secara besar-besaran yang menyebabkan
menurunnya nilai perusahaan di mata publik, kudeta yang terjadi di negara
yang bersangkutan.
11
DAFTAR PUSTAKA
Fahmi, Irham. 2018. Manajemen Risiko Teori, Kasus dan Solusi. Bandung:
Alfabeta cv.
12