Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH MANAJEMEN RISIKO

RISIKO KREDIT

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Risiko

Dosen Pengampu:

Ninnasi Muttaqiin, S.M.B., M.SM

Disusun Oleh:

Vika Wulandari (5130018001)

Arief Yudhi Setiawan (5130018036)

Rifi Ultari Puspita (5130018048)

Nurul Rosida (5130018074)

PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI BISNIS DAN TEKNOLOGI DIGITAL

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah memberi
kesempatan kepada tim penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas mata kuliah
Manajemen Risiko dengan baik dan lancar. Sholawat serta salam marilah kita
sampaikan kepada baginda Nabi Muhammad SAW. Beserta keluarga dan sahabat
beliau. Pada kesempatan ini kami mencoba untuk menulis sebuah makalah yang
berjudul “Risiko Kredit”. Kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada
ibu Ninnasi Muttaqiin, S.M.B., M.SM selaku dosen mata kuliah Manajemen
Risiko.

Untuk makalah ini, penulis memohon kritikan dan saran dari pembaca
yang bersifat konstruktif. Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat sebagai bahan
kuliah bagi segenap mahasiswa.

Surabaya, 31 Maret 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................. ii

DAFTAR ISI ................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 1
1.3 Tujuan .................................................................................................. 1
1.4 Manfaat ................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Risiko Kredit ..................................................................... 3


2.2 Peranan dan Tugas Manajemen Risiko Kredit..................................... 3
2.2.1 Credit Risk Management (CRM) .............................................. 3
2.2.2 Relationship Managemet (RM) ................................................. 4
2.2.3 Tugas Komite Kredit.................................................................. 4
2.3 Perjanjian Perkreditan........................................................................... 5
2.4 Persoalan Terjadinya Default Risk........................................................ 8
2.4.1 Kebijakan dan Solusi untuk Menghindari Default Risk ............ 9

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan .......................................................................................... 11


DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manajemen risiko yang merupakan usaha untuk mengetahui,
menganalisis serta mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan perusahaan
dengan tujuan untuk memperoleh efektifitas dan efesiensi yang lebih tinggi
(Darmawi, 2006).
Menurut Bank Indonesia, manajemen risiko merupakan serangkaian
prosedur atau metodologi yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur,
memantau dan mengendalikan risiko-risiko yang timbul dari kegiatan usaha
bank.
Penerapan manajemen risiko akan memberikan manfaat yang lebih baik
kepada perbankan. Bagi perbankan, penerapan manajemen risiko ini dapat
meningkatkan shareholder value, serta memberikan gambaran kepada
pengelola bank mengenai kemungkinan terjadinya kerugian pada bank
diamasa yang akan datang.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka masalah
yang akan dikaji dalam makalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari risiko kredit?
2. Bagaimana peranan dan tugas manajemen risiko kredit?
3. Bagaimana perjanjian perkreditan?
4. Bagaimana persoalan terjadinya default risk?
1.3 Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan maslaah yang telah diuraikan
sebelumnya, maka tujuan yang hendak dicapai dalam makalah ini:
1. Untuk mengetahui pengertian risiko kredit.
2. Untuk mengetahui peranan dan tugas manajemen risiko kredit.
3. Untuk mengetahui perjanjian perkreditan.
4. Untuk mengetahui persoalan terjadinua default risk.

1
1.4 Manfaat
Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah dan tujuan maka
diharapkan dapat memberikan manfaat:
1. Kegunaan Teoritis
Untuk menambah wawasan penulis serta pembaca terhadap risiko
kredit mulai dari pengertian, peranan dan tugas, perjanjian dan persoalan
terjadinya default risk.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Risiko Kredit


Risiko kredit merupakan bentuk ketidakmampuan suatu perusahaan,
institusi, lembaga maupun pribadi dalam menyelesaikan kewajiban-
kewajibannya secara tepat waktu baik pada saat jatuh tempo maupun sesudah
jatuh tempo dan itu semua sesuai dengan aturan dan kesepakatan yang
berlaku.
Penafsiran risiko kredit menjadi lebih spesifik lagi pada saat dihadapkan
pada bentuk bisnis yang dijalankan, seperti lembaga perbankan dan non
perbankan. Risiko kredit dari segi perspektif perbangkan adalah risiko
kerugian yang diderita bank, terkait dengan kemungkinan bahwa pada saat
jatuh tempo, counterparty-nya gagal memenuhi kewajiban-kewajibannya
kepada bank.
Ruang lingkup kinerja suatu lembaga memberi pengaruh besar pada
input dengan output yang dihasilkannya. Aktivitas input dan output tersebut
memberi celah masuknya berbagai risiko, baik risiko kredit, risiko suku
bunga, risiko operasional, risiko pasar, dan berbagai bentuk risiko lainnya.
Lebih jauh perusahaan dituntun untuk mampu melakukan pemetaan risiko
agar bisa dipahami secara mudah.
2.2 Peranan dan Tugas Manajemen Risiko Kredit

Dalam melaksanakan setiap keputusan kredit prinsip kehati-hatian harus


selalu diutakmakan dengan maksud untuk selalu menciptakan suatu kondisi
yang terkontrol dana man. Salah satu pejabat di lembaga perbankan yang
bertanggung jawab dalam keputusan kredit adalah bagian credit risk
management (CRM) dan relationship management (RM). Dimana du bagian
ini memiliki tanggung jawab dari kedua bagian ini adalah:

2.2.1 Credit Risk Management (CRM)

3
Adapun tanggung jawab pihak Credit Risk Management (CRM)
sebagai berikut:
a) Memiliki tanggung jawab utama dalam bidang mengendalikan
risiko kredit.
b) Memiliki tanggung jawab mengelola dan menyelesaikan kredit yang
bermasalah.
c) Memiliki tanggung jawab dalam manajemen portofolio kredit.
d) Berfungsi dalam menetapkan suatau sistem ukuran penilaian
(parameter scoring system) serta alat analisis yang bisa atau layak
digunakan. Biasanya seriap lembaga perbankan atau lembaga
simpan pinjam menerapkan sistem risiko penilaian yang berbeda-
beda berdasarkan peraturan yang ditetapkan oleh lembaga tersebut
dan mereka melaksanakannya secara bertahap (step by step).
2.2.2 Relationship Management (RM)
Adapun tanggung jawab dari pihak Relationship Management (RM)
sebagai berikut:
a) Pada saat menemukan adanya kredit yang bermasalah maka
memindahkan pengelolaannya ke bagian CRM untuk diselesaikan.
b) Pihak RM berfungsi dalam mempertanggungjawabkan kelanjutan
bisnis/usaha perbankan.
c) Pihak RM saling berkordinasi dengan pihak CRM dalam
memutuskan berbagai persoalan penting.
2.2.3 Tugas Komite Kredit
Adapun tugas dari komite kredit adalah menurut Dahlan Siamat
adalah:
a) Meneliti dan menilai permohonan kredit baru yang berjumlah besar.
b) Meneliti dan menilai permohonan perpanjangan kredit dan alasan-
alasan atas permintaan tersebut.
c) Meneliti dan menilai semua kredit yang mengalami kemacetan
untuk mengetahui dan menentukan sebab-sebabnya.
d) Meneliti apakah semua pemberian kredit tersebut telah sesuai
dengan kebijakan perkreditan bank yang bersangkutan.

4
e) Memeriksa kelengkapan dokumen-dokumen kredit.
f) Memeriksa konsistensi perlakuan terhadap permohonan kredit.
2.3 Perjanjian Perkreditan
Salah satu cara untuk meminimalisisasi risiko adalah dengan cara
memperkuat perjanjian kredit, yaitu perjanji (agreement) antara kredit dan
debitur. Dengan adanya perjanjinya kredit yang dibuat ini maka pada saat
salah satu dari pihak dirugikan atau merasa tidak puas dapat di pengadilan
dengan cara menjadikan bukti otentik yaitu berupa segala isi yang
terkandung dalam perjanjia untuk dijadikan sebagai klausula di pengadilan.
Perjanjian (agreement) menurut pasal 1313 KUHPerdata adalah “Suatu
perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih
mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih”.
Pengertian kredit menurut UU No 10 tahun 1998 tentang perubahan UU
No. 7 Tahun 1992 yaitu, “Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan-
tagihan yang dapat di persamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang
mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu
tertentu dengan pemberian bunga.”
Jika perjanjian sudah disetujui atas kedua belah pihak maka akan
berlaku sebagai undang-undang bagi mereka. Penyataan ini ditegaskan
dalam KHUPerdata pasal 1338 ayat (1), (2), dan (3) yang berbunyi:

a. Ayat (1): “Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai
undang-undang bagi mereka yang membuatnya.”

b. Ayat (2): “Suatu perjanjian tidak dapat ditarik kembali selain dengan
kesepakatan kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan yang sudah
dinyatakan di undang-undang bahwa dinyatakan cukup untuk itu.”

c. Ayat (3): “Suatu perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik.”

Ditegaskan pada pasal 1348 KHUPerdata “Semua janji yang dibuat


dalam suatu perjanjian, harus diartikan dalam hubungan satu sama lain, tiap
janji harus ditafsirkan dalam rangka perjanjian seluruhnya.” Untuk
menyatakan sah dan legalnya suatu perjanjian maka berdasarkan pasal 1320

5
KUHPerdata menentukan syarat-syarat untuk sahnya suatu perjanjian
diperlukan empat syarat yaitu:

a. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya.


b. Cakap untuk membuat suatu perjajian.
c. Mengenal hal atau objek tertentu.
d. Suatu sebab (causal) yang halal.

Perjanjian yang telah ditandatangani oleh kedua belah pihak baik itu
kreditur dan debitur dapat berakhir atau selesai jika kondisi dan situasi telah
memenuhi atau sesuai dengan pasal 1381 KUHPerdata bahwa hapusnya atau
berakhirnya perjanjian disebabkan peristiwa-peristiwa sebagai berikut:

a. Karena ada pembayaran.


b. Penawaran pembayaran tunai diikuti dengan penyimpanan atau penitipan
atau dalam Bahasa Belanda dinamakan consignatie.
c. Novasi atau pembaruan utang.
d. Kompensasi atau perjumpaan utang.
e. Percampuran utang.
f. Pembebasan utang.
g. Musnahnya barang yang terutang.
h. Pembatalan perjanjian.
i. Berlakunya suatu syarat batal.
j. Kadaluwarsa atau lewatnya waktu atau verajing.

Perbankan sebagai kreditur menyatakan bahwa kelayakan memberikan


pinjaman dalam bentuk kredit kepada debitur memiliki tanggung jawab lebih
daripada cuma hanya sekedar menyatakan kelayakan nya saja, yaitu
keputusan perbankan mewakili keputusan beberapa pihak seperti:

a. Para deposan yang telah menyerahkan uangnya untuk disimpan dan


dikelola oleh bank dengan penetapan perjanjian dan kesepakatan dalam
bentuk hak dan kewajiban.
b. Amanah pembangunan. Bank disisni berfungsi sebagai agent of
development (agen pembangunan) yaitu turut serta menyukseskan

6
jalannya pemebangunan dengan memberdayakanmereka yang
membutuhkan dana guna untuk mengembangkan usaha dan berbagai
keperluannya.
c. Kewajiban secara berkala melaporkan kinerjanya kepada bank sentral
sebagai induk perbankan. Bank sentral akan melakukan audit secara
berkala untuk menilai kinerja suatu perbankan dan juga memberikan
informasi kepada public tentang kondisi dan situasi perbankan nasional.
d. Berkewajiban menghasilkan informasi yang jelas dan tegas serta progresif
bagi komisaris perusahaan (pemilik).
Johannes Ibrahim mengatakan bahwa “Dari keseluruhan dapat
disimpulkan bahwa ciri-ciri meniadakan dan membatasi kewajiban slaah
satu pihak yaitu kreditur, untuk membayar ganti rugi kepada nasabah debitur
sebagai berikut:
a. Isinya ditetapkan secara sepihak oleh kreditur yang posisinya relative kuat
daripada debitur.
b. Debitur sama sekali tidak ikut menentukan isi perjanjian itu.
c. Terdorong oleh kebutuhan, debitur terpaksa menerima perjanjian itu.
d. Bentuknya tertulis.
e. Dipersiapkan terlebih dahulu secara massal atau individual.
Dalam perspektif klausula tersebut Johannes Ibrahim berpendapat
bahwa mempertimbangkan klausula-klausula yang meningkatkan nasabah
debitur dalam perjanjian kredit, beberapa hal yang perlu diperhatikan dari
sisi nasabah debitur:
a. Nasabah debitur harus melakukan klausula yang dibebankan terhadapanya
dan memproyeksikan dengan kondisi keuangan, praktik bisnia dan
kebutuhan pertumbuhan bisnis.
b. Dalam mengevaluasi akibat dari klausula-klausula yang bersifat
membatasi, nasabah debitur perlu meminta penegasan dari kreditur.
c. Tersedianya kreditur dalam memberikan dukungan dana bagi nasabah
debitur.
d. Peluang untuk mengakhiri perjanjian.
e. Standar hubungan di antara kreditur dan nasabah debitur.

7
f. Referensi silang.
g. Penggunaan kata-kata yang sifatnya tidak tergambarkan.
h. Grace periods atau masa tenggang.
i. Secara umum nasabah debitur harus memiliki fleksibilitasdalam
merundingkan dana kredit yang diterimanya.
j. Pengalihan manajemen.
Beberapa hal yang perlu dipahami pula oleh nasabah debitur dalam
periode pemulihan untuk memperbaiki kinerja adalah :
a. Terhadap pelanggaran dari klausula negative, secara spesisifik nasabah
debitur dinyatakan salah terhadap klausula mana saja dan harus
diperbaiki.
b. Nasabah debitur perlu untuk meningkatkan prestasi tertentu terhadap
klausula-klausula yang dinilai belum secara prima ini dilakukannya bagi
kepentingan kreditur.
c. Dan bila hal tersebut tidak segera dipenuhi, kreditur dapat
memberitahukan bahwa nasabah debitur telah melakukan kelalaian.
2.4 Persoalan Terjadinya Default Risk
Default risk merupakan risiko gagal bayar terhadap sejumlah pinjaman
kredit yang telah dipinjam. Persoalan default risk sering dialami Oleh para
debitur pada saat debitur tersebut tidak mampu mengembalikan pinjaman
tersebut secara tepat waktu yang disebabkan oleh beberapa hal, seperti:

a. Kondisi makro ekonomi yang tidak stabil. Contohnya krisis Moneter tahun
1997/1998, krisis subprime morgage di Amerika Serikat, kondisi perang di
suatu negara yang mempengaruhi negara di kawasan tersebut, dan lain-lain.

b. Kerugian perusahaan yang terjadi karena faktor menurunnya angka


penjualan secara sistematis.

c. Terjadi korupsi secara besar-besaran yang menyebabkan menurunnya nilai


perusahaan di mata publik.

d. Kudeta yang terjadi di negara yang bersangkutan.

8
e Kekisruhan yang terjadi di perusahaan tersebut baik di tingkat direksj
maupun manajer serta karyawan yang meluas pada terhentinya produk dan
berpengaruh pada penurunan penjuaian perusahaan.

2.4.1 Kebijakan dan Solusi untuk Menghindari Terjadinya Default Risk

Kondisi terjadinya default risk telah menyebabkan timbuinya


permasalahan baik di pihak debitur dan juga kreditur. Maka untuk
menghidari timbulnya default risk ini ada beberapa tindakan yang harus
dilakukan yaitu:

a. Bagi kreditor akan menaikkan angka jaminan pada tingkat yang


benar-benar aman.

b. Menghindari jaminan yang memiliki tingkat risiko, sehingga


dengan menerima benda tersebut sebagai jaminan malah akan
menyebabkan perusahaan akan mengalami kesulitan di kemudian hari.

c. Menghindari benda jaminan yang memiliki nilai fluktuasi dipasaran.

Pada bagian a dimana bagi kreditor melakukan kebijakan dengan


menaikkan angka jaminan, telah banyak penelitian yang dilakukan oleh
berbagai pihak yang memberikan pembuktian tentang ini. Ini
sebagaimana yang dikemukakan oleh Utoro dan Perry Warjiyo yang
menyatakan “Konsekuensinya pada saat terjadi fluktuasi nilai aset, maka
kredit dengan nilai agunan yang besar akan menghasilkan default risk
yang rendah demikian sebaliknya terhadap kredit yang tidak didukung
dengan nilai agunan yang tinggi maka akan menghadapi default risk
yang lebih tinggi.”

Bank sebagai kreditor berusaha menghindari timbulnya kredit


macet, karena semakin kecil kredit macet maka semakin lancar arus kas
yang berasal dari kredit yang masuk ke perbankan tersebut. Begitu juga
sebaliknya bagi debitur, semakin disiplin dan tepat waktu ia
mengembalikan pinjaman maka semakin balk reputasinya di mata

9
perbankan. Reputasi yang baik tersebul akan member pengaruh kepada
debitur dala berbagai urusan selanjutnya dengan perbankan, seperi ignin
menambah atau meningkatkan angka pinjaman atau memperbarui
pinjaman.

Tabel: Beberapa Indikasi Timbulnya Kredit Macet

No Uraian

1 Menurunnya mumlah uang kas yang dimiliki debitur

2 Semakin lama masa perputaran piutang

3 Meningkatnya jumlah permintaan

4 Meningkatnya rasio utang

5 Menurunnya rasio likuiditas

6 Perubahan pada posisi trending assets

7 Menurunnya jumlah persediaan

8 Penjualan meningkat tetapi laba menurun

9 Terjadi selesih yang signifikan antara penjualan kotor dengan penjualan


bersih

10 Target penjualan tidak tercapai bahkan terjadi penurunan dibanding tahun


lalu

11 Timbulnya bencana alam yang berimplikasi pada perpuran barang hasil


produksi yang tidak lancar

12 Munculnya persaingan baru yang sejenis, sehingga menyebabkan pangsa


pasar yang berkurang.

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Secara umum resiko dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang
dihadapi seseorang atau perusahaan di mana terdapat kemungkinan yang
merugikan. Begitu pula dengan Risiko kredit yang merupakan
ketidakmampuan suatu perusahaan, institusi, lembaga atau pribadi dalam
menyelesaikan kewajiban-kewajibanya secara tepat waktu baik pada saat
jatuh tempo maupun setelah jatuh tempo. Beberapa hal yang harus
dilakukan atau dibentuk oleh perusahaan dalam meminimalisir risiko kredit
agar tidak terjadi risiko gagal bayar (Default risk) diantaranya adalah Credit
Risk Management (CRM), Relationship Management (RM), Komite Kredit,
Wewenang dan maksimalitas kredit, Kualitas perjanjian. Karena jika itu di
abaikan maka akan timbul risiko kredit. Jika risiko kredit timbul
ada tiga permasalahan yang akan dihadapi oleh pihak investor.
Risiko suku bunga adalah risiko yang dialami akibat dari perubahan
suku bunga yang terjadi di pasaran yang mampu memberi pengaruh bagi
pendapatan perusahaan. Dalam risiko bunga ini ada beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam berinvestasi yaitu dengan melihat tingkatan risiko pada
situasi suku bunga dan saham, suku bunga dan jangka waktu obligasi dan
risiko pada perubahan suku bunga dan permintaan uang.

Default risk merupakan risiko gagal bayar terhadap sejumlah pinjaman kredit
yang telah dipinjam. Persoalan default risk sering dialami Oleh para debitur
pada saat debitur tersebut tidak mampu mengembalikan pinjaman karena
beberapa hal diantaranya kondisi makro ekonomi yang tidak stabil, kerugian
perusahaan yang terjadi karena faktor menurunnya angka penjualan secara
sistematis, terjadi korupsi secara besar-besaran yang menyebabkan
menurunnya nilai perusahaan di mata publik, kudeta yang terjadi di negara
yang bersangkutan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Fahmi, Irham. 2018. Manajemen Risiko Teori, Kasus dan Solusi. Bandung:
Alfabeta cv.

12

Anda mungkin juga menyukai