Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

RISIKO KREDIT

Makalah ditulis dan dipresentasikan dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah
Manajemen Resiko

Dosen Pengampu:
Ida Suriana, SE., MM

Disusun oleh:
Kelompok 1
1. Yesia Anggraini (962021002)
2. Marina Nur Amelia (962021010)
3. Annisa Azzahra (962021012)
4. Nada Khairiah (962021022)

POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN


TAHUN AJARAN
2022
Kata Pengantar

Puji syukur ke hadirat


Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat serta
hidayahnya, sehingga kami
sebagai penyusun dapat
menyelesaikan salah satu
tugas
kelompok pada mata
kuliah Manajemen Risiko
dengan Judul
MAKALAH
MANAJEMEN RISIKO
“RISIKO KREDIT” .

ii
Adapun tujuan dari
penulisan makalah ini
adalah untuk memenuhi
tugas
Drs.R. Hendri Gusaptono
MM pada mata kuliah
Manajemen Risiko.
Selain itu,
makalah ini juga
bertujuan untuk
menambah wawasan
mengenai RISIKO
KREIDT, bagi para
pembaca dan juga bagi
penulis.
iii
Puji syukur ke hadirat
Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat serta
hidayahnya, sehingga kami
sebagai penyusun dapat
menyelesaikan salah satu
tugas
kelompok pada mata
kuliah Manajemen Risiko
dengan Judul
MAKALAH
MANAJEMEN RISIKO
“RISIKO KREDIT” .
Adapun tujuan dari
penulisan makalah ini
iv
adalah untuk memenuhi
tugas
Drs.R. Hendri Gusaptono
MM pada mata kuliah
Manajemen Risiko.
Selain itu,
makalah ini juga
bertujuan untuk
menambah wawasan
mengenai RISIKO
KREIDT, bagi para
pembaca dan juga bagi
penulis.

v
Puji syukur ke hadirat
Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat serta
hidayahnya, sehingga kami
sebagai penyusun dapat
menyelesaikan salah satu
tugas
kelompok pada mata
kuliah Manajemen Risiko
dengan Judul
MAKALAH
MANAJEMEN RISIKO
“RISIKO KREDIT” .
Adapun tujuan dari
penulisan makalah ini
vi
adalah untuk memenuhi
tugas
Drs.R. Hendri Gusaptono
MM pada mata kuliah
Manajemen Risiko.
Selain itu,
makalah ini juga
bertujuan untuk
menambah wawasan
mengenai RISIKO
KREIDT, bagi para
pembaca dan juga bagi
penulis.
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta
hidayahnya, sehingga kami sebagai penyusun dapat menyelesaikan salah satu
tugas kelompok pada mata kuliah Manajemen Risiko dengan Judul
MAKALAH RISIKO “RISIKO KREDIT”.

vii
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas dari Ibu Ida Suriana, SE., MM pada mata kuliah Manajemen Risiko.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan mengenai
RISIKO KREDIT, bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Dalam kesempatan
ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ida Suriana, SE., MM sebagai dosen pembimbing matakuliah
Manajemen Risiko.
2. Rekan-rekan yang memberikan saran-sarannya dan semangat pada
pemakalah agar dapat menyusun makalah ini dengan baik.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dan
dengan senang hati menerima kritik dan saran yang konstruktif demi
kesempurnaan makalah ini.

Balikpapan, 27 September 2022

Penulis

Daftar Isi

Kata Pengantar.................................................................................................... ii
Daftar Isi...............................................................................................................iii

viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................2
C. Tujuan.................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Risiko Kredit.......................................................................................3
B. Macam-macam Risiko Kredit.............................................................4
C. Risiko Kredit Bagi Investor................................................................5
D. Teknik Analisis dan Pengukuran Risiko Kredit.................................7
1. Teknik analisis kualitatif risiko kredit..........................................7
2. Teknik analisis kuantitatif risiko kredit........................................9
a. Rating perusahaan...................................................................9
b. Model skoring kredit..............................................................9
c. RAROC (Risk Adjusted Return On Capital)..........................12
d. Mortality Rate.........................................................................13
E. Cara Pengendalian Risiko Kredit.......................................................14
F. Default Risk dan Kebijakan untuk Menghindarinya...........................16
BAB III PENUTUP
Kesimpulan..................................................................................................18
Daftar Pustaka

ix
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tujuan dari sebuah perusahaan dalam menjalankan usahanya adalah
untuk mendapatkan keuntungan atau laba. Keuntungan diperoleh apabila
hasil penjualan melebihi biaya produksi. Besarnya laba yang dihasilkan
tentu harus minimal sama dengan target yang telah ditentukan, dan bahkan
jika bisa harus melebihi dari target. Dalam praktiknya, memang banyak
kendala yang dihadapi dalam rangka peningkatan penjualan tersebut,
misalnya daya beli masyarakat yang rendah, pola konsumsi yang berubah-
ubah, harga yang cenderung naik, pesaing yang makin kompetitif, kemajuan
teknologi, dan faktor-faktor lainnya. Oleh karena itu, terkadang untuk
memperoleh hasil penjualan secara tunai dalam kondisi tertentu amat sulit
akibat faktor-faktor tersebut di atas.
Salah satu cara untuk meningkatkan penjualan selain dengan
meningkatkan mutu barang, penurunan harga, memberikan diskon khusus
atau harga khusus adalah dengan cara menjual barang atau jasanya yang
pembayarannya dicicil (diangsur). Dengan demikian, bagi konsumen yang
tadinya tidak memiliki kemampuan atau kurang memiliki dana untuk
membeli secara tunai, maka dengan pembayaran secara cicilan akan menjadi
mampu untuk membeli. Bagi perusahaan sendiri, di samping meningkatkan
penjualan, perusahaan juga akan memperoleh keuntungan berupa harga
yang ditawarkan biasanya lebih tinggi daripada dibayar secara tunai.
Penjualan secara kredit menjadi suatu kebutuhan bagi perusahaan
dalam rangka meningkatkan volume penjualannya. Namun harus diingat
bahwa dengan menjual secara kredit, maka akan muncul piutang dagang.
Asalkan pelanggan mampu membayar secara tepat waktu bagi perusahaan
aman-aman saja, namun jika pelanggan mengalami kesulitan pembayaran
dengan berbagia sebab, tentu akan mengganggu keuangan perusahaan. Oleh
karena itu, perusahaan perlu menganalisis dan menghadapi risiko kredit

1
yang mungkin terjadi dari transaksi kredit tersebut. Oleh karena itu, penulis
dalam makalah ini akan membahas lebih mengenai risiko kredit perusahaan.

B. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan risiko kredit?
b. Apa macam-macam risiko kredit?
c. Apa saja risiko kredit bagi investor?
d. Apa saja teknik analisis dan pengukuran risiko kredit?
e. Bagaimana cara pengendalian risiko kredit?
f. Apa itu default risk dan kebijakan untuk menghindarinya?

C. Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian risiko kredit.
b. Untuk mengetahui macam-macam risiko kredit.
c. Untuk mengetahui risiko kredit bagi investor.
d. Untuk mengetahui teknik analisis dan pengukuran risiko kredit.
e. Untuk mengetahui cara pengendalian risiko kredit.
f. Untuk mengetahui maksud default risk dan kebijakan untuk
menghindarinya.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Risiko Kredit
Secara umum, pengertian antara penjualan secara angsuran atau sering
pula disebut dengan kredit perdagangan dengan pinjaman yang diberikan
terdapat perbedaan. Namun, makna yang terkandung di dalam pengertian
tersebut memiliki kesamaan, dan menjadi perbedaan kepada barang yang
dijual atau disalurkan ke pelanggan. Sebagai contoh dalam kredit
perdagangan yang diberikan atau dijual adalah berupa barang atau jasa,
sementara itu dalam pinjaman yang diberikan oleh lembaga keuangan dalam
bentuk uang. Persamaannya adalah bahwa ada perjanjian antara yang
menerima dengan yang memberikan tentang hak dan kewajiban masing-
masing. Kemudian adanya tenggang waktu pembayaran yang harus
dilakukan.
Pada umumnya kredit perdagangan diartikan sebagai penjualan barang
di mana pembayarannya dilakukan secara angsuran (cicilan) sesuai
kesepakatan yang dibuat antara penjual dan pembeli untuk jangka waktu
tertentu dengan masing-masing hak dan kewajibannya. Dari pengertian
tersebut terkandung bahwa dalam transaksi penjualan secara kredit ada
suatu kesepakatan untuk melakukan transaksi. Di dalam kesepakatan
tersebut tertuang hak dan kewajiban masing-masing pihak. Misalnya,
jumlah yang harus dibayar pihak penerima berikut jangka waktu
pembayarannya. Di samping itu, adanya kebijakan terhadap penjualan kredit
tersebut apabila misalnya dilunasi sebelum jangka waktunya.1
Risiko kredit merupakan bentuk ketidakmampuan suatu perusahaan,
institusi, lembaga maupun pribadi dalam menyelesaikan kewajiban-
kewajibannya secara tepat waktu baik pada saat jatuh tempo maupun
sesudah jatuh tempo dan itu semua sesuai dengan aturan dan kesepakatan
yang berlaku. Penafsiran risiko kredit menjadi lebih spesifik lagi pada saat

1
Kasmir, Pengantar Manajemen Keuangan (Jakarta: Kencana, 2010), 243-244.

3
dihadapkan pada bentuk bisnis yang dijalankan, seperti lembaga perbankan
dan non perbankan. Risiko kredit dari segi perspektif perbankan adalah
risiko kerugian yang diderita bank, terkait dengan kemungkinan bahwa pada
saat jatuh tempo, counterparty-nya gagal memenuhi kewajiban-
kewajibannya kepada bank.2
Kredit yang diberikan akan memunculkan piutang dagang dan piutang
dagang ini tidak ada jaminan Undang-Undangnya, sehingga apabila terjadi
piutang tidak terbayar (macet) maka sulit diselesaikan di pengadilan. Risiko
yang selalu dihadapi oleh perusahaan yang menjual produknya secara kredit
adalah tidak terbayarnya piutang tersebut. Risiko kredit terjadi jika
counterparty (pihak lain dalam transaksi bisnis kita) tidak bisa memenuhi
kewajibannya (wanprestasi).
Demikianlah, walaupun dari sudut pandang yang berbeda, bank dan
dunia usaha atau investor memiliki keinginan yang sama dalam upaya
mencegah credit risk tersebut. Dunia usaha atau investor melakukannya
melalui feasibility study untuk memastikan bahwa investasi yang
dilakukannya itu feasible. Artinya investasi yang dilakukannya itu
merupakan investasi yang sound, dana investasi yang ditanamkan dapat
dikembalikan dalam jangka waktu seperti diperkirakan semula. Di samping
tentu saja mampu memberikan return yang terbaik dibandingkan berbagai
kemungkinan pilihan investasi lainnya.3

B. Macam-macam Risiko Kredit


Penjualan barang atau jasa yang diberikan ke pelanggan mengandung
suatu risiko bagi perusahaan yang menyebabkan kerugian bagi perusahaan,
entah keterlambatan waktu pembayaran atau kerugian karena pelanggan
atau nasabah tidak mampu lagi membayar barang yang sudah dibelinya.
Dalam praktiknya, risiko yang dihadapi perusahaan yang berkaitan dengan
penjualan kredit adalah:

2
Irham Fahmi, Manajemen Risiko: Teori, Kasus, dan Solusi (Bandung: Alfabeta, 2013), 18-19.
3
Masyhud Ali, Manajemen Risiko (Jakarta : PT RajaGrafindo, 2006), 246.

4
a. Pelanggan terlambat untuk membayar tagihannya kepada perusahaan,
misalnya melewati batas tanggal jatuh tempo. Hanya saja walaupun
terlambat atau tersendat-sendat pelanggan masih mau dan mampu untuk
membayar tagihannya.
b. Perjalanannya terkadang pelanggan tidak memiliki kemampuan untuk
membayar sesuai kesepakatan, sehingga kredit benar-benar macet,
sekalipun pelanggan masih berusaha untuk membayar.
c. Pelanggan kabur sehingga tidak dapat ditagih sama sekali dan ini benar-
benar macet, alias tidak tertagih.4
Keputusan menyalurkan kredit ke berbagai sektor tidak selalu terjadi
sesuai yang diharapkan, karena ada berbagai bentuk risiko yang akan
dialami di sana baik risiko yang bersifat jangka pendek maupun jangka
panjang. Penjelasannya adalah sebagai berikut:
a. Risiko yang bersifat jangka pendek (short term risk) adalah risiko
yang disebabkan karena ketidakmampuan suatu perusahaan
memenuhi dan menyelesaikan kewajibannya yang bersifat jangka
pendek terutama kewajiban likuiditas.
b. Risiko yang bersifat jangka panjang (long term risk) adalah
ketidakmampuan suatu perusahaan menyelesaikan berbagai
kewajibannya yang versifat jangka panjang, seperti kegagalan
untuk menyelesaikan utang perusahaan yang bersifat jangka
panjang dan juga kemampuan untuk menyelesaikan proyek hingga
tuntas.

C. Risiko Kredit Bagi Investor


Mereka yang memiliki surplus finansial (investor) akan cenderung
menempatkan dana di tempat-tempat yang mampu memberi kenyamanan
dalam bentuk keuntungan dan keamanan, seperti tabungan (saving),
deposito (time deposit), obligasi (bond). Permasalahan timbul pada saat
dana yang ditempatkan tersebut tidak lagi memiliki tingkat keamanan

4
Kasmir, Pengantar Manajemen Keuangan, 245.

5
seperti yang dirasakan selama ini. Kondisi ketidak-amanan ini salah satunya
disebabkan timbulnya kredit macet. Perbankan meneriman mereka yang
surplus finansial ini dengan tanggungjawab memberikan sejumlah
keuntungan dalam bentuk bunga dan mengelola dana tersbeut dalam bentuk
kredit serta mengambil selisih keuntungan sebagai pendapatan perbankan.
Pada saat risk credit timbul ada beberapa permasalahan yang akan
dihadapi oleh pihak investor yaitu antara lain:
a. Investor akan mengalami keterlambatan penerimaan keuntungan dalam
bentuk bunga atau capital gain karena kondisi perbankan sedang
mengalami kesulitan keuangan (financial distress) akibat banyanya
debitur yang tidak tepat waktu dalam membayar angsuran kreditnya.
b. Bagi pemegang obligasi permasalahan menjadi lebih besar pada saat
emiten (perusahaan penjual obligasi) sudah berada dalam kondisi
bangkrut dan siap untuk dilikuidasi. Memang dalam konsep investasi
dikenal dengan obligasi konversi, yaitu merupakan obligasi yang
memberikan hak kepada pemegangnya untuk mengkonversikan obligasi
tersebut dengan sejumlah saham perusahaan pada hari yang telah
ditetapkan, sehingga pemegang obligasi mempunyai kesempatan untuk
memperoleh capital gain. Namun, obligasi konversi itu masih bisa
dilakukan jika emiten yang bersangkutan dianggap masih memiliki
kemampuan untuk mengkonversi pemegang obligasi ke saham, akan
tetapi pada saat kondisi sudah pailit maka itu menjadi sesuatu yang sulit
sekali untuk bisa dilakukan.
c. Keterlambatan penerimaan keuntungan dari setiap bunga menyebabkan
permasalahan dengan pihak eksternal seperti jika pihak pemegang
obligasi dan deposito melakukan pembelian secara utang dengan asumsi
pembayaran utang dilakukan dengan memperhitungkan tanggal jatuh
tempo penerimaan bunga obligasi dan depodito. Atau pihak receivable
(piutang) akan mengalami kerugian.5

5
Fahmi, Manajemen Risiko: Teori, Kasus, dan Solusi, 30.

6
D. Teknik Analisis dan Pengukuran Risiko Kredit
Sewaktu perusahaan memutuskan untuk memperkenankan seorang
(calon) pembeli membeli secara kredit, perusahaan dihadapkan pada
kemungkinan bahwa (calon) pembeli tersebut tidak membayar
pembeliannya. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi sedini mungkin
terjadinya risiko kredit tersebut, maka sebelum memberikan kredit perlu
diadakan evaluasi terhadap calon-calon pelanggan. Berikut ini merupakan
beberapa analisis dan pengukuran risiko kredit:
1. Teknik analisis kualitatif risiko kredit
Pertimbangan yang lazim digunakan untuk mengevaluasi calon
pelanggan sering disebut dengan prinsip 5C atau the five C’s
principles. Prinsip-prinsip 5C tersebut adalah:
1. Character adalah data tentang kepribadian cari calon pelanggan
seperti sifat-sifat pribadi, kebiasaan-kebiasaannya, cara hidup,
keadaan dan latar belakang keluarga, maupun hobinya. Character
ini untuk mengetahui apakah nantinya calon nasabah ini secara
jujur berusaha untuk memenuhi kewajibannya, dengan kata lain
ini merupakan willingness to pay.
2. Capacity merupakan kemampuan calon nasabah dalam mengelola
usahanya yang dapat dilihat dari pendidikannya, pengalaman
mengelola usaha (business record)nya, sejarah perusahaan yang
pernah dikelola (pernah mengalami masa sulit atau tidak,
bagaimana mengatasi kesulita). Capacity ini merupakan ukuran
dari ability to pay atau kemampuan dalam membayar.
3. Capital adalah kondisi kekayaan yang dimilki oleh perusahaan
yang dikelolanya. hal ini bisa dilihat dari neraca, laporan rugi-laba,
struktur permodalan, rasio-rasio keuntungan yang diperoleh
seperti return on equity, return on investment. Dari kondisi di atas
bisa dinilai apakah layak calon pelanggan diberi kredit dan berapa
besar plafon kredit yang layak diberikan.

7
4. Collateral adalah jaminan yang mungkin bisa disita apabila
ternyata calon pelanggan benar-benar tidak bisa memenuhi
kewajibannya. Collateral ini diperhitungkan paling akhir, artinya
bilamana masih ada suatu kesangsian dalam pertimbangan-
pertimbangan yang lain, maka bisa menilai harta yang mungkin
bisa dijadikan jaminan.
5. Condition. Kredit yang diberikan juga perlu mempertimbangkan
kondisi ekonomi yang dikaitkan dengan prospek usaha calon
nasabah. Ada suatu usaha yang sangat tergantung dari kondisi
perekonomian, oleh karena itu perlu mengaitkan kondisi ekonomi
dengan usaha calon pelanggan.6
Perusahaan dapat juga menggunanakan pedoman 3R. Pedoman
3R bisa dijelaskan sebagai berikut:
1. Returns berkaitan dengan hasil yang diperoleh dari penggunaan
kredit yang diminta, apakah kredit tersebut bisa menghasilkan
return (pendapatan) yang memadai untuk melunasi utang dan
bunganya.
2. Repayment capacity berkaitan dengan kemampuan perusahaan
mengembalikan pinjaman dan bunganya pada saat pembayaran
tersebut jatuh tempo.
3. Risk-bearing ability berkaitan dengan kemampuan perusahaan
menanggung risiko kegagalan atau ketidakpastian yang berkaitan
dengan penggunaan kredit tersebut. Jaminan merupakan hal yang
perlu dipertimbangkan oleh kreditur dalam kaitannya dengan risk-
bearing ability.7

2. Teknik analisis kuantitatif risiko kredit


Teknik-teknik di atas merupakan teknik penilaian kualitatif. Selain
penilaian kualitatif tersebut, juga bisa menggunakan analisis kuantitatif

6
Sutrisno, Manajemen Keuangan: Teori, Konsep dan Aplikasi (Yogyakarta: Ekonisia, 2008), 57.
7
Mamduh M. Hanafi, Manajemen Risiko (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2006), 165-166.

8
untuk mengukur risiko kredit. Beberapa teknik analisis kuantitatif risiko
kredit adalah sebagai berikut:8
a. Rating perusahaan
Perusahaan atau bahkan negara seperti Indonesia yang akan
menerbitkan surat utang baik jangka panjang (obligasi), atau jangka
pendek (commercial paper) biasanya akan di-rating oleh perusahaan per-
rating. Rating tersebut menunjukkan tingkat risiko perusahaan tersebut.
Melalui rating tersebut, calon pembeli obligasi diharapkan memperoleh
gambaran mengenai risiko perusahaan yang akan menerbitkan surat utang
tersebut. Perusahaan tidak harus memperoleh rating tersebut (kecuali jika
disyaratkan), dan ketika rating tersebut sudah jadi, perusahaan mempunyai
opsi (hak) untuk tidak mempublikasikan rating tersebut. Tetapi risikonya
adalah calon pembeli surat utang tidak akan percaya terhadap perusahaan
yang tidak mempunyai rating.
b. Model skoring kredit
Model skoring kredit pada dasarnya ingin melihat risiko kredit
(potensi kegagalan bayar) berdasarkan skor tertentu yang dihasilkan melalui
model tertentu. Beberapa model skoring adalah sebagai berikut:
a. Model diskriminan
Analisis ini digunakan untuk melihat apakah suatu perusahaan
sebaiknya dimasukkan ke dalam kategori tertentu. Sebagai contoh, misalkan
kita mempunyai dua kategori yaitu perusahaan yang mengalami kegagalan
bayar dan yang tidak mengalami kegaalan bayar. Kemudian kita
mengumpulkan informasi misalnya informasi laporan keuangan seperti rasio
lancar, rasio profitabilitas, yang akan digunakan untuk memprediksi apakah
suatu perusahaan layak dimasukkan ke dalam kategori gagal bayar atau
tidak. Yang pertama kali perlu dilakukan adalah mengestimasi persamaan
diskriminan yaitu dengan menggunakan variabel dependen (tidak bebas)
yang bersifat kategori yaitu gagal bayar dan tidak gagal bayar, dan
menggunakan rasio-rasio keuangan sebagai variabel tidak bebas.

8
Ibid., 167-178.

9
Sebagai contoh, berikut fungsi diskriminan yang diestimasi oleh
penelitian Altman:
Z = 1,2X1 + 1,4X2 + 3,3X3 + 0,6X4 + 1,0X5
Di mana: X1 = rasio modal kerja/total aset
X2 = rasio laba yang ditahan/total aset
X3 = rasio laba sebelum bunga dan pajak/total aset
X4 = rasio nilai pasar saham/nilai buku saham
X5 = rasio penjualan/total aset
Setelah fungsi diskriminan diestimasi, tahap berikutnya adalah
menggunakan fungsi tersebut untuk memprediksi kegagalan bayar. Model di
atas memasukkan harga pasar saham, sehingga model tersebut bisa
digunakan hanya untuk perusahaan publik. Altman kemudian memperluas
model di atas supaya bisa digunakan untuk perusahaan non-publik. Model
baru tersebut adalah:
Z = 0,717X1 + 0,847X2 + 3,107X3 + 0,420X4 + 0,998X5
Di mana: X1 = rasio modal kerja/total aset
X2 = rasio laba yang ditahan/total aset
X3 = rasio laba sebelum bunga dan pajak/total aset
X4 = rasio nilai buku pasar saham preferen dan saham biasa/nilai
buku total hutang
X5 = rasio penjualan/total aset
Cut-off atau batas untuk pengambilan kesimpulan kedua model tersebut
bisa dilihat dalam tabel berikut ini:
Model pasar Model nilai buku
Batas tidak bangkrut 2,99 2,90
Batas bangkrut 1,81 1,20
Wilayah abu-abu 1,81 – 2,99 1,20 – 2,90
Contoh:
Misalkan ada dua perusahaan dengan data rasio keuangan berikut ini:
X Y
Rasio modal kerja/total aset 0,25 0,005

10
0,1
Rasio laba yang ditahan/todal aset 0,1 0,01
Rasio laba sebelum bunga dan pajak/total aset 2 -0,2
Rasio nilai pasar saham/nilai buku saham 2 1,2
Rasio penjualan/total asset 1,25
Karena menggunakan informasi harga pasar saham, maka kita
menggunakan model yang pertama sehingga perhitungan Z bisa dilihat
berikut ini:
ZA = 1,2 (0,25) + 1,4 (0,1) + 3,3 (0,1) + 0,6 (2) + 1,0 (2) = 3,97
ZB = 1,2 (0,005) + 1,4 (0,01) + 3,3 (-0,2) + 0,6 (1,2) + 1,0 (1,25) = 1,33
Karena nilai Z untuk A di atas bangkrut (3,97 > 2,99), maka Altman
memprediksi bahwa perusahaan A tidak bangkrut. Sebaliknya, karena nilai
Z untuk B di abwah batas bawah (1,33 < 1,81), maka Altman memprediksi
bahwa perusahaan B akan mengalami kebangkrutan.
b. Model probabilitas linear
Dalam beberapa situasi, dua kategori (gagal bayar dan tidak gagal
bayar) tidak cukup. Kita barangkali menginginkan angka yang
mencerminkan seberap besar kemungkinan terjadinya kegagalan bayar
(risiko kredit) suatu perusahaan. Model probabilitas dapat dipakai untuk
mengakomodasi keinginan tersebut. Langkah pertama adalah mengestimasi
persamaan untuk model probabilitas. Kita akan mengumpulkan data
perusahaan yang aggal bayar dan yang tidak gagal bayar. Variabel gagal
bayar tersebut menjadi variabel tidak bebas (dependent). Perusahaan yang
gagal bayar diberi kode 0, yang tidak gagal bayar diberi kode 1. Kemudian
kita mengumpulkan data untuk variabel bebas (misal rasio-rasio keuangan).
Setelah data terkumpul, estimasi bisa dilakukan dengan teknik regresi linear.
Sebagai contoh, misalkan estimasi dengan model probabilitas linear
menghasilkan persamaan berikut ini:
Z = 0,2 + 1,3X1 + 0,5X2
Di mana X1 = rasio modal kerja/total aset
X2 = rasio laba sebelum bunga dan pajak/total aset

11
Misalkan kita akan menganalisa potensi gagal bayar untuk tida
perusahaan dengan infromasi sebagai berikut:
A B C
Total asset Rp 100 M Rp 50 M Rp 100 M
Modal kerja Rp 40 M Rp 5 M Rp 50 M
Laba sebelum bunga dan pajak Rp 40 M -Rp 2,5 M Rp 40 M
X1 0,4 0,1 0,5
X2 0,4 -0,05 0,4
Probabilitas tidak gagal bayar (lancar) bisa dihitung sebagai berikut:
ZA = 0,2 + 1,3 (0,4) + 0,5 (0,4) = 0,92
ZB = 0,2 + 1,3 (0,1) + 0,5 (-0,05) = 0,305
Dari perhitungan di atas terlihat bahwa probabilitas untuk lancar (tidak
gagal bayar) untuk A dab B adalah 0,92 dan 0,305. Dengan kata lain,
perusahaan A mempunyai risiko kredit yang lebih rendah dibandingkan
dengan perusahaan B.
c. Model probabilitas logit
Model persamaan logit menggunakan link logit di mana regresi logit
bisa dituliskan berikut ini:
Logit (Y) = log { (Y / (1 – Y)) } = α + β1 X1 + β2 X2

c. RAROC (Risk Adjusted Return On Capital)


Ide dari RAROC adalah membandingkan tingkat keuntungan dengan
modal yang berisiko (modal yang terkena dampak jika debitur mengalami
gagal bayar) pembanding tersebut bukannya total dana yang digunakan
untuk mendanai pinjaman tersebut (sebagaimana lazim digunakan untuk
pengukuran kinerja yang konvensional). Argumen yang diajukan adalah
karena kerugian yang tidak diharapkan, jika terjadi akan dibebankan pada
modal, sehingga lembaga keuangan atau kreditur akan menghapuskan
sebagian modalnya (write off) sebagai akibat kerugian tersebut.
RAROC Models adalah suatu model perhitungan yang didasarkan pada
risk adjusted return on capital, yang penggunaannya pertama kali

12
dipelopori oleh Bankers Trust (yang kemudian diambil oper oleh Deutsche
Bank dalam tahun 1998) dan kini telah diadopsi oleh nyaris semua bank-
bank besar di Amerika Serikat dan Eropa, meskipun dengan beberapa
perbedaan yang signifikan.9
Formula RAROC bisa dituliskan sebagai berikut:
Pendapatan dari pinjaman per tahun
RAROC =
Modal yang berisiko(capital at risk)
Berikut ini contoh perhitungan RAROC. Misalkan suatu bank sedang
mengevaluasi portofolio kredit dengan nilai nominal sebesar $1 miliar.
Kupon bunga adalah 9% (bank akan memperoleh bunga sebesar $90 juta per
tahunnya). Modal ekonomi untuk kredit tersebut diperkirakan sebesar %75
juta (7,5% dari nominal pinjaman). Misalkan dana untuk pinjaman tersebut
diperoleh dengan menerbitkan deposito dengan tingkat bunga 6%. Modal
sebsar $75 juta ditambahkan sebagai modal yang diinvestasikan di surat
berharga pemerintah dengan tingkat bunga 6,5% per tahun (bank akan
memperoleh bunga sebesar sekitar $4,9 juta = 6,5% x $75 juta). Bank
tersebut mempunayi biaya operasional sebesar $15 juta per tahun, dan
kerugian yang diharapkan dari portofolio tersebut adalah 1% per tahun
(yaitu $10 juta). RAROC bisa dihitung berikut ini:
RAROC = (90 + 4,9 + 60 – 15 – 10) / 75 = 13,12%

d. Mortality Rate
Mortality rate menghitung presentase kebangkrutan yang terjadi untuk
kelas risiko tertentu. Mortality rate dihitung dendgan menggunakan data
historis. Marginal Mortality Rate (MMR) untuk tahun 1 dan 2 bisa dihitung
berikut ini:
Total nilai obligasi yang default padatahun 1
MMR1=
Total nilai obligasi yang beredar pada tahun pertama penerbitan

9
Masyhud Ali, Manajemen Risiko, 248.

13
MMR2=
Total nilai obligasi yang default pada tahun 1
Total nilai obligasi yang beredar pada tahun ke−2 setelah penerbitan
disesuaikan dengan default , pelunasan, jatuh tempo , dan pelunasan
dari sinking fund

E. Cara Pengendalian Risiko Kredit


Penjualan barang atau jasa yang diberikan ke pelanggan mengandung
suatu risiko bagi perusahaan yang menyebabkan kerugian bagi perusahaan
entah keterlambatan waktu pembayaran atau kerugian karena
pelanggan/nasabah tidak mampu lagi membayar barang yang sudah
dibelinya. Untuk menghindari atau meminimalkan ririsko yang dihadapi
perusahaan, maka sebelum penjualan kredit diberikan, maka perlu dilakukan
analisis kredit. Tujuannya adalah untuk mengetahui kemauan dan
kemampuan pelanggan dalam membayar kewajibannya. Dengan alat
analisis ini paling tidak perusahaan mampu melihat kemauan dan
kemampuan pelanggan sebelum penjualan kredit diberikan.
Memang, sekali perusahaan memutuskan untuk menjual secara kredit,
timbul masalah siapa yang akan diijinkan untuk membeli secara kredit.
Perlu ditentukan standar dan kemudian dilakukan evaluasi terhadap para
pembeli. Standar bisa ditentukan berdasarkan atas evaluasi data historis
terhadap variabel-variabel tertentu atau karena pertimbangan tertentu.
Karena mungkin sekali jika pembeli adalah individu, maka mereka diminta
untuk mengisi formulir yang dipergunalan untuk analisis kredit terhadap
pembeli individual. Umumnya dijumpai hubungan (korelasi) tertentu antara
faktor-faktor tertentu dengan ketepatan pembeli melunasi pembelian
mereka. misalnya, jika seseorang telah lama bertempat tinggal di satu
alamat, rumah yang dimiliki sendiri, mempunyai telpon, berkeluarga dan
telah bekerja cukup lama, seringkali pembeli tersebut merupakan pembeli
baik.10

10
Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan (Yogyakarta: UPP
STIM YKPN, 2012), 121.

14
Di samping itu, jika perusahaan memutuskan untuk memberikan
kredit kepada pelanggannya, perusahaan harus menentukan prosedur untuk
memperoleh kredit dan pelunasannya yang dituangkan dalam kebijakan
kredit, yang meliputi hal berikut :
a. Syarat penjualan
Syarat penjualan menentukan bagaimana perusahaan menjual barang
atau jasanya, apakah dilakukan secara tunai atau kredit.jika dilakukan
secara kredit, syarat penjualan harus menentukan secara spesifik jangka
waktu kredit, potongan tunai dan periode potongan, serta jenis kredit.
b. Analisis kredit
Dalam pemberian kredit, perusahaan menentukan berapa banyak upaya
yang dilakukan untuk dapat membedakan antara pelanggan yang akan
membayar dan pelanggan yang tidak membayar. Aspek yang dianalisis
biasanya didasarkan dengan five C’s of credit, yaitu cbaracter, capicity,
capital, collateral, dan condition.
c. Kebijakan penagihan hutang
Setelah kredit diberikan, perusahaan mempunyai masalah yang
potensial dalam pengumpulan kas. Untuk itu, perusahaan harus
menentukan kebijakan penagihan hutang.11
Kebijakan kredit juga berkaitan erat dengan persyaratan kredit yang
diberikan. Persyaratan kredit ini berguna untuk meningkatkan penjualan
kredit dan merangsang pelanggan untuk segera membayar tagihannya. Di
samping itu, jangka waktu kredit yang diberikan juga memberikan ruang
gerak pelanggan untuk membayar kredit yang diterimanya. Apabila
perusahaan terlambat untuk membayar tagihannya, maka perusahaan perlu
mengambil tindakan nyata untuk menyelamatkan kredit tersebut agar tidak
macet. Tindakan atau kebijakan penagihan yang dapat dilakukan meliputi
hal-hal sebagai berikut ini:
Pertama, melalui teguran yang dilakukan melalui surat atau telepon.
Teguran ini dapat bersifat mengingatkan, misalnya sebelum kredit jatuh

11
I Made Sudana, Manajemen Keuangan Perusahaan ( Jakarta : Erlangga 2011 ), 217.

15
tempo, pelanggan ditelpon dendgan teguran harus. Kemudian teguran dapat
pula bersifat menyuruh nasabah untuk segera membayar dan memastikan
tanggal kapan pelanggan akan dibayar. Kedua, apabila melalui teguran baik
surat maupun telepon sudah tidak ditanggapi, maka perusahaan dapat
menyerahkannya ke badan penagih (collection agency) semacam debt
collector untuk menagih kredit tersebut hingga tertagih.
Penjualan secara kredit akan mengakibatkan atau memengaruhi
kinerja keuangan perusahaan secara keseluruhan. Oleh karena itu,
manajemen perlu menilai kinerja dari sisi piutangnya. Alat ukur untuk
menilai kinerja ini dapt dilakukan dengan menggunakan rasio-rasio
keuangan yang berhubungan dengan piutang tersebut.12
Selain kebijakan persyaratan kredit sebagai bentuk pengendalian
kredit, salah satu cara untuk meminimalisasi risiko adalah dengan cara
memperkuat perjanjian kredit, yaitu perjanjian (agreement) antara kreditur
dan debitur. Karena dengan bagusnya suatu perjanjian kredit yang dibuat
maka pada saat salah satu pihak yang dirugikan atau merasa tidak puas
dapat melakukan gugatan di pengadilan dengan cara menjadikan bukti
otentik berupa segala isi yang terkandung dalam perjanjian tersebut untuk
dijadikan sebagai klausula di pengadilan.

F. Default Risk dan Kebijakan untuk Menghindarinya


Default risk merupakan risiko gagal bayar terhadap sejumlah
pinjaman kredit yang telah dipinjam. Persoalan default risk sering dialami
oleh para debitur pada saat debitur tersebut tidak mampu mengembalikan
pinjaan tersebut secara tepat waktu yang disebabkan oleh beberapa hal,
seperti:
a. Kondisi makro ekonomi yang tidak stabil. Contohnya krisis moneter
tahun 1997/1998, krisis subprime morgage di Amerika Serikat, kondisis
perang di suatu negara yang mempengaruhi negara di kawasan tersebut,
dan lain-lain.

12
Kasmir, Pengantar Manajemen Keuangan, 244-247.

16
b. Kerugian perusahaan yang terjadi karena faktor menurunnya angka
penjualan secara sistematis.
c. Terjadi korupsi secara besar-besaran yang menyebabkan menurunnya
nilai perusahaan di mata publik.
d. Kudeta yang terjadi di negara yang bersangkutan.
e. Kekisruhan yang terjadi di perusahaan tersebut, baik di tingkat direksi
maupun manajer serta karyawan yang meluas pada terhentinya produk
dan berpengaruh pada penurunan penjualan perusahaan.
Kondisi terjadinya default risk telah menyebabkan timbulnya
permasalahan baik di pihak debitur dan juga kreditur. Maka untuk
menghindari timbulnya default risk ada beberapa tindakan yang harus
dilakukan, yaitu:
a. Bagi kreditor akan menaikkan angka jaminan pada tingkat yang benar-
benar aman.
b. Menghindari jaminan yang memiliki tingkat risiko, sehingga dengan
menerima benda tersebut sebagai jaminan malah akan menyebabkan
perusahaan kesulitan di kemudian hari.
c. Menghindari benda jaminan yang memiliki nilai fluktuasi di pasaran.
Pada bagian di mana kreditor melakukan kebijakan dengan menaikkan
angka jaminan, telah banyak penelitian yang dilakukan oleh berbagai pihak
yang memberikan pembuktian tentang ini. Sebagaimana yang dikemukakan
oleh Utoro dan Perry Warjiyo yang menyatakan “Konsekuensinya pada saat
terjadi fluktuasi nilai aset, maka kredit dengan nilai agunan yang besar akan
mengasilkan default risk yang rendah. Demikian sebaliknya terhadap kredit
yang tidak didukung dengan nilai agunan yang tinggi maka akan
menghadapi default risk yang lebih tinggi.”13

13
Fahmi, Manajemen Risiko: Teori, Kasus, dan Solusi, 32.

17
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Dari penjelasan pada bab pembahasan sebelumnya, maka dapat disimpulkan


bahwa risiko kredit merupakan bentuk ketidakmampuan suatu perusahaan,
institusi, lembaga maupun pribadi dalam menyelesaikan kewajiban-kewajibannya
secara tepat waktu baik pada saat jatuh tempo maupun sesudah jatuh tempo dan
itu semua sesuai dengan aturan dan kesepakatan yang berlaku. Lalu, dilihat dari
waktunya, risiko kredit terdiri dari dua macam, yakni risiko yang bersifat jangka
pendek (short term risk) dan risiko yang bersifat jangka panjang (long term risk).
Risiko kredit juga dapat menimbulkan keterlambatan penerimaan keuntungan
bagi para investor.
Oleh karena itu, untuk mengantisipasi sedini mungkin terjadinya risiko
kredit tersebut, maka sebelum memberikan kredit perlu diadakan evaluasi
terhadap calon-calon pelanggan. Teknik analisis risiko kredit ada ayang bersifat
kulaitatif dan ada pula yang kuantitatif. Teknik analisis risiko kredit yang bersifat
kualitatif yakni dengan prinsip 5C atau the five C’s principles dan pedoman 3R.
Adapun teknik analisis risiko kredit yang bersifat kuantitatif antara lain dengan
rating perusahaan, model skoring kredit, RAROC (Risk Adjusted Return On
Capital) dan Mortality Rate.
Adapun cara pengendalian risiko kredit adalah dengan syarat penjualan
yang diperketat, analisis kredit dan kebijakan penagihan yang tegas dan dapat
dilakukan dengan menaikkan angka jaminan pada tingkat yang benar-benar aman.

18
Daftar Pustaka

Ali, Masyhud. 2006. Manajemen Risiko. Jakarta: PT RajaGrafindo.


Fahmi, Irham. 2013. Manajemen Risiko: Teori, Kasus, dan Solusi. Bandung:
Alfabeta.
Hanafi, Mamduh M. 2006. Manajemen Risiko. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Husnan, Suad dan Enny Pudjiastuti. 2012. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan.
Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Kasmir. 2010. Pengantar Manajemen Keuangan. Jakarta: Kencana.
Sudana, I Made. 2011. Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta : Erlangga.
Sutrisno. 2008. Manajemen Keuangan: Teori, Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta:
Ekonisia.

Anda mungkin juga menyukai