Dosen Pengampu :
R. Hendri Gusaptono, DRS. MM.
Disusun oleh :
Kelompok 5
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta
hidayahnya, sehingga kami sebagai penyusun dapat menyelesaikan salah satu tugas
kelompok pada mata kuliah Manajemen Risiko dengan Judul MAKALAH
MANAJEMEN RISIKO “RISIKO KREDIT” .
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
Drs.R. Hendri Gusaptono MM pada mata kuliah Manajemen Risiko. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan mengenai RISIKO
KREIDT, bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Pada kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terimakasih kepada dosen
pembimbing Drs.R. Hendri Gusaptono MM selaku dosen mata kuliah Manajemen
Risiko yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang penyusun
hadapi namun dengan semangat dan kerjasama penyusun dalam mengerjakan
makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Penyusun sangat menyadari
bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk lebih baik
dalam penulisan makalah selanjutnya.
Tim Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tujuan dari sebuah perusahaan dalam menjalankan usahanya adalah
untuk mendapatkan keuntungan atau laba. Keuntungan diperoleh apabila
hasil penjualan melebihi biaya produksi. Besarnya laba yang dihasilkan tentu
harus minimal sama dengan target yang telah ditentukan, dan bahkan jika bisa
harus melebihi dari target. Dalam praktiknya, memang banyak kendala yang
dihadapi dalam rangka peningkatan penjualan tersebut, misalnya daya beli
masyarakat yang rendah, pola konsumsi yang berubah-ubah, harga yang
cenderung naik, pesaing yang makin kompetitif, kemajuan teknologi, dan
faktor-faktor lainnya. Oleh karena itu, terkadang untuk memperoleh hasil
penjualan secara tunai dalam kondisi tertentu amat sulit akibat faktor-faktor
tersebut di atas.
Salah satu cara untuk meningkatkan penjualan selain dengan
meningkatkan mutu barang, penurunan harga, memberikan diskon khusus
atau harga khusus adalah dengan cara menjual barang atau jasanya yang
pembayarannya dicicil (diangsur). Dengan demikian, bagi konsumen yang
tadinya tidak memiliki kemampuan atau kurang memiliki dana untuk
membeli secara tunai, maka dengan pembayaran secara cicilan akan menjadi
mampu untuk membeli. Bagi perusahaan sendiri, di samping meningkatkan
penjualan, perusahaan juga akan memperoleh keuntungan berupa harga yang
ditawarkan biasanya lebih tinggi daripada dibayar secara tunai.
Penjualan secara kredit menjadi suatu kebutuhan bagi perusahaan
dalam rangka meningkatkan volume penjualannya. Namun harus diingat
bahwa dengan menjual secara kredit, maka akan muncul piutang dagang.
Asalkan pelanggan mampu membayar secara tepat waktu bagi perusahaan
aman-aman saja, namun jika pelanggan mengalami kesulitan pembayaran
dengan berbagia sebab, tentu akan mengganggu keuangan perusahaan. Oleh
karena itu, perusahaan perlu menganalisis dan menghadapi risiko kredit yang
mungkin terjadi dari transaksi kredit tersebut. Oleh karena itu, penulis dalam
makalah ini akan membahas lebih mengenai risiko kredit perusahaan.
B. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan risiko kredit?
b. Apa macam-macam risiko kredit?
c. Apa saja risiko kredit bagi investor?
d. Apa saja teknik analisis dan pengukuran risiko kredit?
e. Bagaimana cara pengendalian risiko kredit?
f. Apa itu default risk dan kebijakan untuk menghindarinya?
C. Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian risiko kredit.
b. Untuk mengetahui macam-macam risiko kredit.
c. Untuk mengetahui risiko kredit bagi investor.
d. Untuk mengetahui teknik analisis dan pengukuran risiko kredit.
e. Untuk mengetahui cara pengendalian risiko kredit.
f. Untuk mengetahui maksud default risk dan kebijakan untuk
menghindarinya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Risiko Kredit
Secara umum, pengertian antara penjualan secara angsuran atau sering
pula disebut dengan kredit perdagangan dengan pinjaman yang diberikan
terdapat perbedaan. Namun, makna yang terkandung di dalam pengertian
tersebut memiliki kesamaan, dan menjadi perbedaan kepada barang yang
dijual atau disalurkan ke pelanggan. Sebagai contoh dalam kredit
perdagangan yang diberikan atau dijual adalah berupa barang atau jasa,
sementara itu dalam pinjaman yang diberikan oleh lembaga keuangan dalam
bentuk uang. Persamaannya adalah bahwa ada perjanjian antara yang
menerima dengan yang memberikan tentang hak dan kewajiban masing-
masing. Kemudian adanya tenggang waktu pembayaran yang harus
dilakukan.
Pada umumnya kredit perdagangan diartikan sebagai penjualan barang
di mana pembayarannya dilakukan secara angsuran (cicilan) sesuai
kesepakatan yang dibuat antara penjual dan pembeli untuk jangka waktu
tertentu dengan masing-masing hak dan kewajibannya. Dari pengertian
tersebut terkandung bahwa dalam transaksi penjualan secara kredit ada suatu
kesepakatan untuk melakukan transaksi. Di dalam kesepakatan tersebut
tertuang hak dan kewajiban masing-masing pihak. Misalnya, jumlah yang
harus dibayar pihak penerima berikut jangka waktu pembayarannya. Di
samping itu, adanya kebijakan terhadap penjualan kredit tersebut apabila
misalnya dilunasi sebelum jangka waktunya.1
Risiko kredit merupakan bentuk ketidakmampuan suatu perusahaan,
institusi, lembaga maupun pribadi dalam menyelesaikan kewajiban-
kewajibannya secara tepat waktu baik pada saat jatuh tempo maupun sesudah
jatuh tempo dan itu semua sesuai dengan aturan dan kesepakatan yang
1
Kasmir, Pengantar Manajemen Keuangan (Jakarta: Kencana, 2010), 243-244.
berlaku. Penafsiran risiko kredit menjadi lebih spesifik lagi pada saat
dihadapkan pada bentuk bisnis yang dijalankan, seperti lembaga perbankan
dan non perbankan. Risiko kredit dari segi perspektif perbankan adalah risiko
kerugian yang diderita bank, terkait dengan kemungkinan bahwa pada saat
jatuh tempo, counterparty-nya gagal memenuhi kewajiban-kewajibannya
kepada bank.2
Kredit yang diberikan akan memunculkan piutang dagang dan piutang
dagang ini tidak ada jaminan Undang-Undangnya, sehingga apabila terjadi
piutang tidak terbayar (macet) maka sulit diselesaikan di pengadilan. Risiko
yang selalu dihadapi oleh perusahaan yang menjual produknya secara kredit
adalah tidak terbayarnya piutang tersebut. Risiko kredit terjadi jika
counterparty (pihak lain dalam transaksi bisnis kita) tidak bisa memenuhi
kewajibannya (wanprestasi).
Demikianlah, walaupun dari sudut pandang yang berbeda, bank dan
dunia usaha atau investor memiliki keinginan yang sama dalam upaya
mencegah credit risk tersebut. Dunia usaha atau investor melakukannya
melalui feasibility study untuk memastikan bahwa investasi yang
dilakukannya itu feasible. Artinya investasi yang dilakukannya itu merupakan
investasi yang sound, dana investasi yang ditanamkan dapat dikembalikan
dalam jangka waktu seperti diperkirakan semula. Di samping tentu saja
mampu memberikan return yang terbaik dibandingkan berbagai
kemungkinan pilihan investasi lainnya.3
2
Irham Fahmi, Manajemen Risiko: Teori, Kasus, dan Solusi (Bandung: Alfabeta, 2013), 18-19.
3
Masyhud Ali, Manajemen Risiko (Jakarta : PT RajaGrafindo, 2006), 246.
4
Kasmir, Pengantar Manajemen Keuangan, 245.
5
Fahmi, Manajemen Risiko: Teori, Kasus, dan Solusi, 30.
6
Sutrisno, Manajemen Keuangan: Teori, Konsep dan Aplikasi (Yogyakarta: Ekonisia, 2008), 57.
7
Mamduh M. Hanafi, Manajemen Risiko (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2006), 165-166.
8
Ibid., 167-178.
10
Contoh:
Misalkan ada dua perusahaan dengan data rasio keuangan berikut ini:
X Y
Rasio modal kerja/total aset 0,25 0,005
Rasio laba yang ditahan/todal aset 0,1 0,01
Rasio laba sebelum bunga dan pajak/total aset 0,1 -0,2
Rasio nilai pasar saham/nilai buku saham 2 1,2
Rasio penjualan/total aset 2 1,25
Karena menggunakan informasi harga pasar saham, maka kita
menggunakan model yang pertama sehingga perhitungan Z bisa dilihat
berikut ini:
ZA = 1,2 (0,25) + 1,4 (0,1) + 3,3 (0,1) + 0,6 (2) + 1,0 (2) = 3,97
ZB = 1,2 (0,005) + 1,4 (0,01) + 3,3 (-0,2) + 0,6 (1,2) + 1,0 (1,25) = 1,33
Karena nilai Z untuk A di atas bangkrut (3,97 > 2,99), maka Altman
memprediksi bahwa perusahaan A tidak bangkrut. Sebaliknya, karena nilai Z
untuk B di abwah batas bawah (1,33 < 1,81), maka Altman memprediksi
bahwa perusahaan B akan mengalami kebangkrutan.
b. Model probabilitas linear
Dalam beberapa situasi, dua kategori (gagal bayar dan tidak gagal bayar)
tidak cukup. Kita barangkali menginginkan angka yang mencerminkan
seberap besar kemungkinan terjadinya kegagalan bayar (risiko kredit) suatu
perusahaan. Model probabilitas dapat dipakai untuk mengakomodasi
keinginan tersebut. Langkah pertama adalah mengestimasi persamaan untuk
model probabilitas. Kita akan mengumpulkan data perusahaan yang aggal
bayar dan yang tidak gagal bayar. Variabel gagal bayar tersebut menjadi
variabel tidak bebas (dependent). Perusahaan yang gagal bayar diberi kode 0,
yang tidak gagal bayar diberi kode 1. Kemudian kita mengumpulkan data
untuk variabel bebas (misal rasio-rasio keuangan). Setelah data terkumpul,
estimasi bisa dilakukan dengan teknik regresi linear. Sebagai contoh,
misalkan estimasi dengan model probabilitas linear menghasilkan persamaan
berikut ini:
11
12
d. Mortality Rate
Mortality rate menghitung presentase kebangkrutan yang terjadi untuk
kelas risiko tertentu. Mortality rate dihitung dendgan menggunakan data
historis. Marginal Mortality Rate (MMR) untuk tahun 1 dan 2 bisa dihitung
berikut ini:
9
Masyhud Ali, Manajemen Risiko, 248.
13
10
Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan (Yogyakarta: UPP STIM
YKPN, 2012), 121.
14
11
I Made Sudana, Manajemen Keuangan Perusahaan ( Jakarta : Erlangga 2011 ), 217.
15
12
Kasmir, Pengantar Manajemen Keuangan, 244-247.
16
13
Fahmi, Manajemen Risiko: Teori, Kasus, dan Solusi, 32.
17
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari penjelasan pada bab pembahasan sebelumnya, maka dapat disimpulkan
bahwa risiko kredit merupakan bentuk ketidakmampuan suatu perusahaan, institusi,
lembaga maupun pribadi dalam menyelesaikan kewajiban-kewajibannya secara
tepat waktu baik pada saat jatuh tempo maupun sesudah jatuh tempo dan itu semua
sesuai dengan aturan dan kesepakatan yang berlaku. Lalu, dilihat dari waktunya,
risiko kredit terdiri dari dua macam, yakni risiko yang bersifat jangka pendek (short
term risk) dan risiko yang bersifat jangka panjang (long term risk). Risiko kredit
juga dapat menimbulkan keterlambatan penerimaan keuntungan bagi para investor.
Oleh karena itu, untuk mengantisipasi sedini mungkin terjadinya risiko kredit
tersebut, maka sebelum memberikan kredit perlu diadakan evaluasi terhadap calon-
calon pelanggan. Teknik analisis risiko kredit ada ayang bersifat kulaitatif dan ada
pula yang kuantitatif. Teknik analisis risiko kredit yang bersifat kualitatif yakni
dengan prinsip 5C atau the five C’s principles dan pedoman 3R. Adapun teknik
analisis risiko kredit yang bersifat kuantitatif antara lain dengan rating perusahaan,
model skoring kredit, RAROC (Risk Adjusted Return On Capital) dan Mortality
Rate.
Adapun cara pengendalian risiko kredit adalah dengan syarat penjualan yang
diperketat, analisis kredit dan kebijakan penagihan yang tegas dan dapat dilakukan
dengan menaikkan angka jaminan pada tingkat yang benar-benar aman.
18
Daftar Pustaka