Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

ASPEK HUKUM MANAJEMEN RESIKO

Dosen pengampu: Muthmainnah MD, S.EI.,M.EI

Di susun oleh:

Moh idris Usman 2211382005

Nuraini Syahrany 2211382002

PRODI AHWAL SYAKHSIYYAH

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALU

2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan karya ilmiah tentang "aspek hukum
manajemen resiko".

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan karya ilmiah ini. Tentunya, tidak akan bisa
maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh karena itu, kami
dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
karya ilmiah ini.

Kami berharap semoga karya ilmiah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga
inspirasi untuk pembaca.

Palu, 18 Oktober 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii

DAFTAR ISI...................................................................................................................iii

BAB I: PENDAHULUAN...............................................................................................1

A.Latar belakang...............................................................................................................1

B.Rumusan masalah..........................................................................................................1

C.Tujuan penulisan............................................................................................................1

BAB II: PEMBAHASAN................................................................................................2

A.Definisi & aspek hukum manajemen resiko...............................................................2-3

B.Jenis dan dampak resiko perbankan...........................................................................3-5

C.Pengelola resiko..........................................................................................................5-7

D.Sertifikasi manajemen resiko bagi pengawas.............................................................7-8

BAB III: PENUTUP........................................................................................................9

Kesimpulan........................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................10

iii
BAB I

Pendahuluan

A. Latar belakang

Manajemen risiko merupakan salah satu elemen penting dalam menjalankan bisnis
perusahaan karena semakin berkembangnya dunia perusahaan serta meningkatnya
kompleksitas aktivitas perusahaan mengakibatkan meningkatnya tingkat risiko yang dihadapi
perusahaan. Sasaran utama dari implementasi manajemen risiko adalah melindungi
perusahaan terhadap kerugian yang mungkin timbul.

Risiko hukum adalah risiko dari ketidakpastian tindakan atau tuntutan hukum (legal
action) atau ketidakpastian dari pelaksanaan atau interpretasi dari kontrak, hukum, atau
peraturan. Yaitu risiko hukum merupakan terkaît dengan risiko bank yang menanggung
kerugian sebagai akibat adanya tuntutan hukum, kelemahan dalam aspek legal atau yuridis.
Di beberapa negara, risiko hukum disebabkan oleh posisi hukum yang kurang jelas. misalkan
kepemilikan properti atau masalah kepailitan. Risiko hukum dari suatu negara umumnya
berbeda dengan negara lainnya.

B. Rumusan masalah

1. Definisi & aspek hukum menajemen resiko

2. Jenis dan dampak resiko perbankan

3. Pengelola resiko

4. Sertifikasi manajemen resiko bagi pengawas

C. Tujuan penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian risiko hukum.

2. Untuk mengetahui penerapan manajemen risiko hukum.

3. Untuk mengetahui kasus risiko hukum.

1
BAB II

Pembahasan

A. Definisi & aspek hukum manajemen resiko

Risiko hukum adalah risiko yang muncul dari ketidakpastian keadaan, atau peristiwa
hukum. Risiko ini harus mampu diantisipasi oleh perusahaan agar tidak mengganggu atau
bahkan merugikan perusahaan nantinya.

Risiko hukum juga masuk dalam Manajemen Risiko yang telah diatur dalam ISO
31022:2022, mulai dari mitigasi risiko hukum, risiko peraturan, hingga risiko hukum terkait
kontrak hak dan kewajiban. Secara umum, manajemen risiko legal ini bagaimana perusahaan
bisa menghindari, meminimalisir dan menanggulangi potensi risiko hukum yang dapat
memunculkan kerugian.

1. Jenis-Jenis Resiko Hukum

Risiko hukum merupakan risiko yang cukup kompleks yang harus diantisipasi oleh
perusahaan karena bisa muncul dari berbagai sektor. Berikut jenis-jenis risiko hukum yang
paling umum berpotensi terjadi di perusahaan:

 Struktur Hukum dan Tata Kelola Perusahaan

Struktur hukum dan tata kelola sebuah perusahaan pada umumnya menjadi dasar
pengaturan tentang perpajakan, kewajiban, dan berbagai proses lainnya. Struktur hukum ini
juga menjadi dasar manajemen dan operasional perusahaan dalam mengambil keputusan.
Oleh karena itu, struktur hukum dan tata kelola harus disusun dengan tepat dan sesuai dengan
peraturan yang berlaku. Termasuk juga dengan memperhatikan perkembangan hukum dari
waktu ke waktu. Dengan demikian perusahaan dapat menghindari serta mitigasi potensi
risiko hukum.

 Regulasi

Regulasi dan izin sebagainya merupakan aspek yang cukup potesial memicu risiko
hukum. Risiko regulasi ini dapat mengakibatkan pencabutan izin sanksi yang berdampak
buruk bagi perusahaan. Maka, penting bagi perusahaan untuk memahami berbagai aturan dan
perundang-undangan yang berlaku, seperti standar kerja, spesifikasi, dan kebijakan undang-
undang.

 Aset

Seluruh aset perusahaan mulai dari yang berwujud seperti bangunan hingga tidak
berwujud seperti kekayaan intelektual dan hak cipta harus mendapatkan jaminan hukum yang
pasti, karena cukup rawan dalam risiko hukum seperti kejelasan hak milik dan sebagainya.

2
Perusahaan perlu untuk mengidentifikasi dan mengelola potensi risiko dari keberadaan aset
tersebut.

 Kontrak

Risiko hukum yang cukup umum terjadi pada perusahaan yaitu pengelolaan kontrak yang
dapat menimbulkan kerugian finansial jika tidak dijalankan semestinya. Seperti perusahaan
atau pihak kedua melanggar nilai-nilai kontrak yang telah disepakati, atau perusahaan gagal
mengelola manfaat dari kontrak tersebut.

 Perselisihan

Risiko hukum selanjutnya yaitu perselisihan hukum baik antara perusahaan dan karyawan,
atau dengan mitra bisnis. Perselisihan ini bahkan bisa berlanjut ke pengadilan jika tidak bisa
dikelola dan diantisipasi oleh perusahaan.

B. Jenis dan dampak resiko perbankan

Perbankan syariah adalah lembaga investasi dan perbankan yang beroperasi sesuai prinsip-
prinsip syariah. Sumber dana yang didapat harus sesuai dengan syariah dan alokasi investasi
yang dilakukan bertujuan untuk menumbuhkan ekonomi dan sosial masyarakat.14 Zamir
Iqbal dan Abbas Mirakhor melihat risiko yang dihadapi perbankan Islam dikelompokkan
menjadi empat klasifikasi.15 Meliputi pertama, risiko keuangan (financial) yang mempunyai
dampak langsung pada aset liablilitas sebuah bank. Risiko finansial ini sendiri dibedakan
menjadi tiga bagian meliputi risiko kredit, risiko pasar, dan risiko investasi equitas (khusus
untuk pembiayaan non bank). Kedua, risiko bisnis, yaitu terkait dengan persaingan bank dan
prospek dari keberhasilan bank dalam perubahan pasar. Risiko bisnis meliputi risiko tingkat
pengembalian dan risiko penarikan. Ketiga, risiko treasury meliputi risiko yang bersumber
dari manajemen sumber daya finansial institusi dalam term manajemen kas, manajemen
ekuitas, manajemen likuiditas jangka pendek dan manajemen aset liabilitas (MAL).
Keempat,risiko pemerintah yang meliputi risiko operasional, risiko transparansi, risiko
syariah, dan risiko reputasi.

a. Risiko Pembiayaan

Pada umumnya istilah risiko kredit dengan risiko pembiayaan adalah sama. Karena
keduanya merupakan jenis produk dengan sistem yang sama. Yang membedakannya adalah
sistem bunganya pada bank konvensional, dan bagi hasilnya pada bank Islam.

Merujuk pada modul sertifikasi manajemen risiko tingkat I dijelaskan bahwa risiko kredit
adalah risiko akibat kegagalan debitur/atau pihak lain dalam memenuhi kewajiban melunasi
kredit pada bank.16 Pada aktivitas pemberian kredit, baik kredit komersil maupun kredit
konsumsi terdapat kemungkinan debitur tidak dapat memenuhi kewajiban kepada bank
karena berbagai alasan, seperti kegagalan bisnis, karena karakter debitur yang tidak

3
mempunyai itikad baik untuk memenuhi kewajibannya kepada bank, atau memang terdapat
kesalahan dari pihak bank dalam proses persetujuan kredit.

Definisi antara risiko kredit dengan risiko pembiayaan tidak jauh berbeda. Risiko
pembiayaan adalah risiko akibat kegagalan nasabah atau pihak lain dalam memenuhi
kewajibannya kepada bank sesuai perjanjian yang disepakati. Salah satu yang termasuk
dalam kelompok risiko pembiayaan merupakan risiko yang timbul akibat terkonsentrasinya
penyediaan dana kepada satu pihak atau kelompok pihak industri, sektor dan area geografis
tertentu yang berpotensi menimbulkan kerugian cukup besar dan dapat mengancam
kelangsungan usaha bank.

b. Risiko Pasar.

Risiko pasar didefinisikan sebagai risiko kerugian pada posisi neraca serta pencatatan
tagihan dan kewajiban di luar neraca yang timbul akibat pergerakan harga pasar. Variabel
pasar antara lain adalah suku bunga, nilai tukar,18 risiko komoditas dan risiko ekuitas.19
Risiko pasar ini dapat berupa perubahan nilai dari aset yang dapat diperdagangkan atau
disewakan.
Risiko pasar yang timbul akibat pergerakan harga pasar, dapat berupa naik turunnya posisi
rupiah terhadap valuta asing, harga saham dan sukuk, dan harga-harga komoditas terhadap
nilai ekonomi riil dari aset yang dimiliki bank Islam. Apapun asetnya, bank Islam akan
menghadapi risiko ini ketika aset yang dimiliki bank Islam tidak dipegang hingga jatuh
tempo, namun hanya dipegang hingga periode waktu tertentu. Untuk terkena dampak risiko
pasar, bank Islam tidak harus terlibat dalam aktivitas transaksi aktif. Dalam posisi pasif
sekalipun, bank dapat terkena dampaknya

seperti pada risiko nilai tukar mata uang.


Berbeda dengan bank konvensional, bank Islam tidak dibolehkan terlibat dalalm transaksi
spekulatif yang mengandung gharar, dan maysir (judi). Selain itu, bank Islam juga tidak
diperbolehkan bertransaksi pada produk yang mengandung riba, seperti instrumen
berpendapatan tetap (obligasi, SBI, deposito, dan sejenisnya). Artinya, jika bank Islam benar-
benar mematuhi prinsip syariah, sadar atau tidak sadar, mereka telah melakukan mitigasi
risiko pasar.
Pada bank konvensional, sumber risiko pasar terbesar diperoleh dari kegiatan mengambil
profit yang agresif, lazimnya melalui transaksi jangka pendek dan berrisiko tinggi, seperti
transaksi derivatif dan saham. Pergerakan harga saham dan komoditas (seperti minyak
mentah, kedelai dan emas) yang dipengaruhi hukum permintaan dan penawaran di pasar
adalah faktor penentu risiko ini. Selain itu, kegiatan intermediasi melalui utang berbasis
bunga merupakan sumber risiko pasar terbesar kedua pada bank konvensional. Intermediasi
berbasis bunga akan meningkatkan eksposur bank terhadap berbag

c. Risiko Likuiditas

Risiko likuiditas adalah risiko yang disebabkan bank tidak mampu memenuhi kewajiban
yang telah jatuh tempo, risiko ini muncul manakala bank tidak mampu memenuhi kebutuhan

4
dana (cash flow) dengan segera dan dengan biaya yang sesuai baik untuk memenuhi
kebutuhan transaksi sehari-hari guna untuk memenuhi kebutuhan dana yang mendesak.

Islamic Financial Service Board (IFSB) mendefinisikan risiko likuiditas sebagai potensi
kerugian yang dapat dialami oleh bank Islam karena ketidakmampuannya memenuhi
liabilitasnya yang telah jatuh tempo atau ketidakmampuan bank Islam dalam mendanai
peningkatan asetnya dengan biaya relatif murah dan tanpa adanya kerugian berarti yang
diderita. Sementara BI melalui PBI No. 13/23/PBI/2011 mendefinisikan risiko likuiditas
sebagai risiko akibat ketidakmampuan bank memenuhi liabilitas yang jatuh tempo dari
sumber pendanaan arus kas/atau aset likuid berkualitas tinggi yang dapat diagunkan, tanpa
mengganggu aktivitas dan keuangan bank.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa likuiditas bagi institusi perbankan lebih
kompleks dibandingkan lembaga keuangan lainnya. Likuiditas bagi bank mencakup dua hal,
yakni kemampuan bank Islam untuk segera memenuhi liabilitas yang jatuh tempo dan
kemampuan bank Islam mendapatkan dana baru dengan biaya relatif murah. Liabilitas bank
yang jatuh tempo adalah jumlah dana simpanan (giro, tabungan, dan deposito) yang akan
ditarik kembali oleh nasabah.
Sementara dana baru yang dimaksud adalah akses atau sumber dana yang dapat diperoleh
oleh bank Islam ketika bank Islam ketika bank membutuhkan dana cepat, untuk mendanai
aset atau untuk memenuhi liabilitas jangka pendek yang jatuh tempo.

C. Pengelola resiko

Manajemen risiko bertujuan untuk mengelola risiko tersebut sehingga kita bisa
memperoleh hasil yang paling optimal. Dalam konteks organisasi, organisasi juga akan
menghadapi banyak risiko. Jika organisasi tersebut tidak bisa mengelola risiko dengan baik,
maka organisasi tersebut bisa mengalami kerugian. Karena itu risiko yang dihadapi oleh
organisasi juga harus dikelola, agar organisasi bisa bertahan, atau barangkali mengoptimalkan
risiko. Menurut Keputusan Menteri Keuangan (KMK) Nomor 577/KMK.01/2019 tentang
Manajemen Risiko di Lingkungan Kementerian Keuangan, tujuan manajemen risiko adalah
meningkatkan kemungkinan pencapaian visi, misi, sasaran organisasi dan peningkatan
kinerja dan melindungi dan meningkatkan nilai tambah organisasi.

Ada beberapa definisi dari manajemen risiko organisasi/perusahaan pada umumnya,


diantaranya:

1. Manajemen risiko adalah seperangkat kebijakan, prosedur yang lengkap, yang


dipunyai organisasi, untuk mengelola, memonitor, dan mengendalikan eksposur
organisasi terhadap risiko (SBC Warburg, The Practice of Risk Management,
Euromoney Book, 2004)

2. Enterprise Risk Management adalah kerangka yang komprehensif, terintegrasi,


untuk mengelola risiko kredit, risiko pasar, modal ekonomis, transfer risiko, untuk

5
memaksimumkan nilai perusahaan (Lam, James, Enterprise Risk Management,
Wiley, 2004)

3. Enterprise Risk Management (ERM) adalah suatu proses, yang dipengaruhi oleh
manajemen, board of directors, dan personel lain dari suatu organisasi, diterapkan
dalam setting strategi, dan mencakup organisasi secara keseluruhan, didesain
untuk mengidentifikasi kejadian potensial yang mempengaruhi suatu organisasi,
mengelola risiko dalam toleransi suatu organisasi, untuk memberikan jaminan
yang cukup pantas berkaitan dengan pencapaian tujuan organisasi. (COSO, COSO
Enterprise Risk anagement - Integrated Framework. COSO, 2004).

Sedangkan menurut KMK Nomor 577/KMK.01/2019, manajemen risiko adalah proses


sistematis dan terstruktur yang didukung budaya sadar Risiko untuk mengelola Risiko
organisasi pada tingkat yang dapat diterima guna memberikan keyakinan yang memadai
dalam pencapaian sasaran organisasi.

Manajemen risiko diimplementasikan di lingkungan Kementerian Keuangan melalui


pengembangan budaya sadar Risiko, pembentukan struktur Manajemen Risiko, dan
penerapan Kerangka Kerja Manajemen Risiko. Pengembangan Budaya sadar Risiko
dilaksanakan sesuai dengan nilai-nilai Kementerian Keuangan untuk mencapai sasaran
organisasi, yang diwujudkan dalam bentuk komitmen pimpinan untuk mempertimbangkan
Risiko dalam setiap pengambilan keputusan, komunikasi yang berkelanjutan kepada seluruh
jajaran organisasi mengenai pentingnya Manajemen Risiko baik bersifat top-down maupun
bottom-up, penghargaan terhadap organisasi dan/ atau pegawai yang dapat mengelola Risiko
dengan baik; dan pengintegrasian Manajemen Risiko dalam proses bisnis organisasi.

Struktur Manajemen Risiko di lingkungan Kementerian Keuangan yang dibentuk terdiri


atas Unit Pemilik Risiko yang (UPR) merupakan unit pemilik peta strategi yang
bertanggungjawab melaksanakan Proses Manajemen Risiko atas sasaran organisasi sesuai
tugas dan fungsi unit, Unit kepatuhan Manajemen Risiko, dan Inspektorat Jenderal.
Penerapan Kerangka Kerja Manajemen Risiko dilaksanakan dengan alur yang dimulai dari
perumusan sistem Manajemen Risiko,proses Manajemen Risiko, dan monitoring dan evaluasi
sistem Manajemen Risiko.

Proses Manajemen Risiko merupakan bagian yang terpadu dengan proses manajemen
secara keseluruhan, khususnya perencanaan strategis, manajemen kinerja, penganggaran dan
sistem pengendalian internal, serta menyatu dalam budaya dan proses bisnis organisasi.
Proses Manajemen Risiko di Kementerian Keuangan diterapkan secara periodik selama 1
(satu) tahun dan terdiri atas tahapan yaitu komunikasi dan konsultasi, perumusan konteks,
identifikasi Risiko, analisis Risiko, evaluasi Risiko, mitigasi Risiko, pemantauan dan review.

Komunikasi merupakan aktivitas penyampaian informasi dengan tujuan untuk


meningkatkan kesadaran dan pemahaman terhadap Risiko, sedangkan konsultasi merupakan

6
aktivitas untuk memperoleh informasi terkait Risiko dengan tujuan mendapatkan umpan balik
dalam rangka pengambilan keputusan.

Perumusan konteks bertujuan untuk memahami lingkungan dan batasan penerapan


Manajemen Risiko pada setiap Unit Pemilik Risiko (UPR). Identifikasi Risiko bertujuan
untuk menentukansemua Risiko yang berpengaruh terhadap pencapaian sasaran organisasi.
Risiko tersebut mencakup kejadian, penyebab, maupun dampak fisik. Analisis Risiko
bertujuan untuk menentukan Besaran Risiko dan Level Risiko.

Evaluasi Risiko bertujuan untuk menentukan prioritas Risiko, besaran/Level Risiko


Residual, Harapan, keputusan mitigasi Risiko, dan Indikator Risiko Utama (IRU). Mitigasi
Risiko merupakan tindakan yang bertujuan untuk menurunkan dan atau menjaga Besaran dan
atau Level Risiko Utama hingga mencapai Risiko Residual Harapan. Mitigasi Risiko
dilaksanakan dengan cara mengidentifikasi dan memilih opsi mitigasi Risiko, menyusun
rencana mitigasi Risiko, dan melaksanakan rencana mitigasi tersebut. Pemantauan dan
Review bertujuan untuk memastikan bahwa implementasi Manajemen Risiko berjalan secara
efektif sesuai dengan rencana dan memberikan umpan balik bagi penyempurnaan proses
Manajemen Risiko. Pemantauan dan review Risiko dilaksanakan terhadap seluruh tahapan
Proses Manajemen

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa tujuan dari manajemen risiko pada
intinya adalah pengelolaan risiko untuk mendapatkan manfaat yang optimal dan
meningkatkan kemungkinan pencapaian visi, misi, sasaran organisasi dan peningkatan
kinerja dan melindungi dan meningkatkan nilai tambah organisasi. Struktur manajemen risiko
menunjukkan peran dan tanggung jawab tiap unit dalam pengelolaan risiko di organisasi.
Serangkaian proses dilakukan secara bertahap untuk mendukung implementasi manajemen
risiko. Di lingkungan Kementerian Keuangan, manajemen risiko juga telah didukung dengan
perangkat aturan yang sesuai dengan standar manajemen risiko. Proses manajemen risiko
dapat lebih ditingkatkan lagi kedepannya dengan selalu memperhatikan situasi terkini dan
ketidakpastian di masa mendatang, selain juga dari sasaran organisasi yang telah ada,
sehingga identifikasi risiko dalam organisasi dapat lebih beragam dan lebih banyak kategori
risiko. Hal ini dapat turut berperan dalam mengidentifikasi kemungkinan permasalahan sejak
dini dan memberi kesempatan untuk mengelola risiko tersebut sebelum membesar.

D. Sertifikasi manajemen resiko bagi pengawas

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Grand Launching Pelatihan dan
Sertifikasi Manajemen Risiko Sektor Publik yang mencakup Manajemen Risiko bagi Organ
Pengelola Risiko, Manajemen Risiko Pembangunan Nasional, dan Manajemen Risiko Fraud,
pada Selasa 26 September 2023.

Acara berlangsung secara hybrid di Aula Gandhi Kantor Pusat BPKP dan melalui media
virtual Youtube. Perwakilan BPKP Provinsi Bengkulu secara daring turut mengikuti kegiatan
tersebut dari Ruang Rapat Kepala Perwakilan BPKP Bengkulu.

7
Untuk mengoptimalkan efektivitas dalam pengelolaan risiko pembangunan nasional dan
risiko di korporasi termasuk risiko fraud, dibutuhkan sebuah standar kompetensi yang
memadai, up to date, serta berbasis kebutuhan untuk pembangunan nasional. Oleh karena itu,
BPKP menginisiasi penyelenggaraan berbagai pelatihan dan sertifikasi guna meningkatkan
kompetensi khususnya bagi pengelola risiko baik di kementerian/lembaga, pemerintah
daerah, dan badan usaha. PelatihandanSertifikasi Manajemen Risiko Sektor Publik juga
merupakan bagian penguatan Manajemen Risiko Pembangunan Nasional.

Kepala BPKP Muhammad Yusuf Ateh menegaskan keberhasilan pembangunan nasional


erat kaitanya dengan kolaborasi antarpemangku kepentingan dan perencanaan yang baik.
Dirinya menyebut pengabaian terhadap suatu risiko dapat mengancam keberhasilan program
pembangunan nasional. Oleh karena itu, penting sekali risiko ini untuk dimitigasi.

Sementara itu, Anggota V Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Ahmadi Noor Supit
mengapresiasi BPKP yang telah menginisiasi program ini dan mengajak para stakeholders
berkomitmen mangawal tercapainya tujuan organisasi sektor publik.

8
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

manajemen risiko harus mematuhi peraturan dan hukum yang berlaku, serta memahami
konsekuensi hukum dari keputusan yang diambil dalam mengelola risiko. Pengabaian aspek
hukum dapat mengakibatkan sanksi hukum dan kerugian finansial. Oleh karena itu,
organisasi perlu memasukkan aspek hukum dalam proses manajemen risiko mereka untuk
melindungi diri dan memastikan keberlanjutan operasi mereka.

9
DAFTAR PUSTAKA

Https://pijarmahir.id/course/menerapkan-manajemen-resiko-bagi-k3-bauran

Https://grc-indonesia.com/manajemen-risiko-hukum-dan-kepatuhan-untuk-bisnis-
berkelanjutan/

Https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kanwil-jakarta/baca-artikel/14069/pengelolaan-
risiko-yang-optimal-melalui-manajemen-risiko.html#:~:text=proses
%20manajemen%20risiko%20merupakan%20bagian,budaya%20dan%20proses
%20bisnis%20organisasi

10

Anda mungkin juga menyukai