Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH MANAJEMEN RESIKO KREDIT II (RAROC &

MORTALITY RATE)

Dosen Pengampu : Itsnaini Khusnul Khotimah M.M

Kelompok 5 Disusun oleh :


Ema Lestari 2020.04.019
Okta Vidya 2020.04.008

PROGRAM STUDI : PERBANKAN SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM AL-QUR’AN AL-ITTIFAQIAH (IAIQI)


INDRLAYA OGAN ILIR SUMATERA SELATAN
2022-2023

KATA PENGANTAR

1
Puji syukur kehadiran Allah SWT yang telah mmberikan rahmat dan hidayat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Manajemen resiko
kredit II RAROC & Mortality Rate” ini mengenai seperangkat aturan tentang cara
penggunaan dan penulisan huruf yang tepatan pada waktunya.
Dalam penulis makalah ini kami banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak .Oleh
karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
penulisan makalah ini. Kami sadar bahwa dalam makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Hal itu di karenakan kemampuan pengetahuan kami. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita.
Akhir kata mohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kesalahan.

Indralaya, 09 November 2022

Penyusun

Daftar Isi

2
Kata Pengantar................................................. ii
Daftar Isi.....................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................1
B. Rumusan Masalah.......................................2
C. Tujuan................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Risiko Kredit.........................................3
B. Macam-macam Risiko Kredit.............................4
C. Risiko Kredit Bagi Investor...........................5
D. Teknik Analisis dan Pengukuran Risiko Kredit..........7
1. Teknik analisis kualitatif risiko kredit...........7
2. Teknik analisis kuantitatif risiko kredit..........9
a. Rating perusahaan...............................9
b. Model skoring kredit............................9
c. RAROC (Risk Adjusted Return On Capital).........12
d. Mortality Rate..................................13
E. Cara Pengendalian Risiko Kredit.......................14
F. Default Risk dan Kebijakan untuk Menghindarinya.......16
BAB III PENUTUP
Kesimpulan.................................................18
Daftar Pustaka

BAB I

3
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tujuan dari sebuah perusahaan dalam menjalankan usahanya adalah
untuk mendapatkan keuntungan atau laba. Keuntungan diperoleh apabila
hasil penjualan melebihi biaya produksi. Besarnya laba yang dihasilkan
tentu harus minimal sama dengan target yang telah ditentukan, dan
bahkan jika bisa harus melebihi dari target. Dalam praktiknya, memang
banyak kendala yang dihadapi dalam rangka peningkatan penjualan
tersebut, misalnya daya beli masyarakat yang rendah, pola konsumsi
yang berubah-ubah, harga yang cenderung naik, pesaing yang makin
kompetitif, kemajuan teknologi, dan faktor-faktor lainnya. Oleh karena
itu, terkadang untuk memperoleh hasil penjualan secara tunai dalam
kondisi tertentu amat sulit akibat faktor-faktor tersebut di atas.
Salah satu cara untuk meningkatkan penjualan selain dengan
meningkatkan mutu barang, penurunan harga, memberikan diskon khusus
atau harga khusus adalah dengan cara menjual barang atau jasanya yang
pembayarannya dicicil (diangsur). Dengan demikian, bagi konsumen yang
tadinya tidak memiliki kemampuan atau kurang memiliki dana untuk
membeli secara tunai, maka dengan pembayaran secara cicilan akan
menjadi mampu untuk membeli. Bagi perusahaan sendiri, di samping
meningkatkan penjualan, perusahaan juga akan memperoleh keuntungan
berupa harga yang ditawarkan biasanya lebih tinggi daripada dibayar
secara tunai
.Penjualan secara kredit menjadi suatu kebutuhan bagi perusahaan
dalam rangka meningkatkan volume penjualannya. Namun harus diingat
bahwa dengan menjual secara kredit, maka akan muncul piutang dagang.
Asalkan pelanggan mampu membayar secara tepat waktu bagi perusahaan
aman-aman saja, namun jika pelanggan mengalami kesulitan pembayaran
dengan berbagia sebab, tentu akan mengganggu keuangan perusahaan. Oleh
karena itu, perusahaan perlu menganalisis dan menghadapi risiko kredit
yang mungkin terjadi dari transaksi kredit tersebut. Oleh karena itu,
penulis dalam makalah ini akan membahas lebih mengenai risiko kredit
perusahaan.

4
B. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan risiko kredit?
b. Apa macam-macam risiko kredit?
c. Apa saja risiko kredit bagi investor?
d. Apa saja teknik analisis dan pengukuran risiko kredit?
e. Bagaimana cara pengendalian risiko kredit?
f. Apa itu default risk dan kebijakan untuk menghindarinya?

C. Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian risiko kredit.
b. Untuk mengetahui macam-macam risiko kredit.
c. Untuk mengetahui risiko kredit bagi investor.
d. Untuk mengetahui teknik analisis dan pengukuran risiko kredit.
e. Untuk mengetahui cara pengendalian risiko kredit.
f. Untuk mengetahui maksud default risk dan kebijakan untuk
menghindarinya.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Risiko Kredit

Secara umum, pengertian antara penjualan secara angsuran atau


sering pula disebut dengan kredit perdagangan dengan pinjaman yang
diberikan terdapat perbedaan. Namun, makna yang terkandung di dalam
pengertian tersebut memiliki kesamaan, dan menjadi perbedaan kepada
barang yang dijual atau disalurkan ke pelanggan. Sebagai contoh dalam
kredit perdagangan yang diberikan atau dijual adalah berupa barang
atau jasa, sementara itu dalam pinjaman yang diberikan oleh lembaga
keuangan dalam bentuk uang. Persamaannya adalah bahwa ada perjanjian
antara yang menerima dengan yang memberikan tentang hak dan kewajiban
masing-masing. Kemudian adanya tenggang waktu pembayaran yang harus
dilakukan.
Pada umumnya kredit perdagangan diartikan sebagai penjualan
barang di mana pembayarannya dilakukan secara angsuran (cicilan)
sesuai kesepakatan yang dibuat antara penjual dan pembeli untuk jangka
waktu tertentu dengan masing-masing hak dan kewajibannya. Dari
pengertian tersebut terkandung bahwa dalam transaksi penjualan secara
kredit ada suatu kesepakatan untuk melakukan transaksi. Di dalam
kesepakatan tersebut tertuang hak dan kewajiban masing-masing pihak.
Misalnya, jumlah yang harus dibayar pihak penerima berikut jangka
waktu pembayarannya. Di samping itu, adanya kebijakan terhadap
penjualan kredit tersebut apabila misalnya dilunasi sebelum jangka
waktunya.Risiko kredit merupakan bentuk ketidakmampuan suatu
perusahaan, institusi, lembaga maupun pribadi dalam menyelesaikan
kewajiban-kewajibannya secara tepat waktu baik pada saat jatuh tempo
maupun sesudah jatuh tempo dan itu semua sesuai dengan aturan dan

6
kesepakatan yang berlaku. Penafsiran risiko kredit menjadi lebih
spesifik lagi pada saat dihadapkan pada bentuk bisnis yang dijalankan,
seperti lembaga perbankan dan non perbankan. Risiko kredit dari segi
perspektif perbankan adalah risiko kerugian yang diderita bank,
terkait dengan kemungkinan bahwa pada saat jatuh tempo, counterparty-
nya gagal memenuhi kewajiban-kewajibannya kepada bank.
Kredit yang diberikan akan memunculkan piutang dagang dan piutang
dagang ini tidak ada jaminan Undang-Undangnya, sehingga apabila
terjadi piutang tidak terbayar (macet) maka sulit diselesaikan di
pengadilan. Risiko yang selalu dihadapi oleh perusahaan yang menjual
produknya secara kredit adalah tidak terbayarnya piutang tersebut.
Risiko kredit terjadi jika counterparty (pihak lain dalam transaksi
bisnis kita) tidak bisa memenuhi kewajibannya (wanprestasi).
Demikianlah, walaupun dari sudut pandang yang berbeda, bank dan
dunia usaha atau investor memiliki keinginan yang sama dalam upaya
mencegah credit risk tersebut. Dunia usaha atau investor melakukannya
melalui feasibility study untuk memastikan bahwa investasi yang
dilakukannya itu feasible. Artinya investasi yang dilakukannya itu
merupakan investasi yang sound, dana investasi yang ditanamkan dapat
dikembalikan dalam jangka waktu seperti diperkirakan semula. Di
samping tentu saja mampu memberikan return yang terbaik dibandingkan
berbagai kemungkinan pilihan investasi lainnya.

B. Macam-macam Risiko Kredit


Penjualan barang atau jasa yang diberikan ke pelanggan mengandung
suatu risiko bagi perusahaan yang menyebabkan kerugian bagi
perusahaan, entah keterlambatan waktu pembayaran atau kerugian karena
pelanggan atau nasabah tidak mampu lagi membayar barang yang sudah
dibelinya. Dalam

praktiknya, risiko yang dihadapi perusahaan yang berkaitan dengan


penjualan kredit adalah:
a. Pelanggan terlambat untuk membayar tagihannya kepada perusahaan,
misalnya melewati batas tanggal jatuh tempo. Hanya saja walaupun

7
terlambat atau tersendat-sendat pelanggan masih mau dan mampu
untuk membayar tagihannya.
b. Perjalanannya terkadang pelanggan tidak memiliki kemampuan untuk
membayar sesuai kesepakatan, sehingga kredit benar-benar macet,
sekalipun pelanggan masih berusaha untuk membayar.
c. Pelanggan kabur sehingga tidak dapat ditagih sama sekali dan ini
benar-benar macet, alias tidak tertagih.1
Keputusan menyalurkan kredit ke berbagai sektor tidak selalu
terjadi sesuai yang diharapkan, karena ada berbagai bentuk risiko yang
akan dialami di sana baik risiko yang bersifat jangka pendek maupun
jangka panjang. Penjelasannya adalah sebagai berikut:
a. Risiko yang bersifat jangka pendek (short term risk) adalah
risiko yang disebabkan karena ketidakmampuan suatu perusahaan
memenuhi dan menyelesaikan kewajibannya yang bersifat jangka
pendek terutama kewajiban likuiditas.
b. Risiko yang bersifat jangka panjang (long term risk) adalah
ketidakmampuan suatu perusahaan menyelesaikan berbagai
kewajibannya yang versifat jangka panjang, seperti kegagalan
untuk menyelesaikan utang perusahaan yang bersifat jangka
panjang dan juga kemampuan untuk menyelesaikan proyek hingga
tuntas.

c. Risiko Kredit Bagi Investor


Mereka yang memiliki surplus finansial (investor) akan cenderung
menempatkan dana di tempat-tempat yang mampu memberi kenyamanan dalam
bentuk keuntungan dan keamanan, seperti tabungan (saving), deposito
(time deposit), obligasi (bond). Permasalahan timbul pada saat dana
yang ditempatkan tersebut tidak lagi memiliki tingkat keamanan seperti
yang dirasakan selama ini. Kondisi ketidak-amanan ini salah satunya
disebabkan timbulnya kredit macet. Perbankan meneriman mereka yang
surplus finansial ini dengan tanggungjawab memberikan sejumlah
keuntungan dalam bentuk bunga dan mengelola dana tersbeut dalam bentuk

8
kredit serta mengambil selisih keuntungan sebagai pendapatan
perbankan.
Pada saat risk credit timbul ada beberapa permasalahan yang akan
dihadapi oleh pihak investor yaitu antara lain:
a. Investor akan mengalami keterlambatan penerimaan keuntungan dalam
bentuk bunga atau capital gain karena kondisi perbankan sedang
mengalami kesulitan keuangan (financial distress) akibat banyanya
debitur yang tidak tepat waktu dalam membayar angsuran kreditnya.
b. Bagi pemegang obligasi permasalahan menjadi lebih besar pada saat
emiten (perusahaan penjual obligasi) sudah berada dalam kondisi
bangkrut dan siap untuk dilikuidasi. Memang dalam konsep investasi
dikenal dengan obligasi konversi, yaitu merupakan obligasi yang
memberikan hak kepada pemegangnya untuk mengkonversikan obligasi
tersebut dengan sejumlah saham perusahaan pada hari yang telah
ditetapkan, sehingga pemegang obligasi mempunyai kesempatan untuk
memperoleh capital gain. Namun, obligasi konversi itu masih bisa
dilakukan jika emiten yang bersangkutan dianggap masih memiliki
kemampuan untuk mengkonversi pemegang obligasi ke saham, akan
tetapi pada saat kondisi sudah pailit maka itu menjadi sesuatu
yang sulit sekali untuk bisa dilakukan.
c. Keterlambatan penerimaan keuntungan dari setiap bunga menyebabkan
permasalahan dengan pihak eksternal seperti jika pihak pemegang
obligasi dan deposito melakukan pembelian secara utang dengan
asumsi pembayaran utang dilakukan dengan memperhitungkan tanggal
jatuh tempo penerimaan bunga obligasi dan depodito. Atau pihak
receivable (piutang) akan mengalami kerugian.

C. Teknik Analisis dan Pengukuran Risiko Kredit

Sewaktu perusahaan memutuskan untuk memperkenankan seorang


(calon) pembeli membeli secara kredit, perusahaan dihadapkan pada
kemungkinan bahwa (calon) pembeli tersebut tidak membayar
pembeliannya. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi sedini mungkin
terjadinya risiko kredit tersebut, maka sebelum memberikan kredit

9
perlu diadakan evaluasi terhadap calon-calon pelanggan. Berikut ini
merupakan beberapa analisis dan pengukuran risiko kredit:
1. Teknik analisis kualitatif risiko kredit
Pertimbangan yang lazim digunakan untuk mengevaluasi calon
pelanggan sering disebut dengan prinsip 5C atau the five C’s
principles. Prinsip-prinsip 5C tersebut adalah:
1. Character adalah data tentang kepribadian cari calon pelanggan
seperti sifat-sifat pribadi, kebiasaan-kebiasaannya, cara
hidup, keadaan dan latar belakang keluarga, maupun hobinya.
Character ini untuk mengetahui apakah nantinya calon nasabah
ini secara jujur berusaha untuk memenuhi kewajibannya, dengan
kata lain ini merupakan willingness to pay.
2. Capacity merupakan kemampuan calon nasabah dalam mengelola
usahanya yang dapat dilihat dari pendidikannya, pengalaman
mengelola usaha (business record)nya, sejarah perusahaan yang
pernah dikelola (pernah mengalami masa sulit atau tidak,
bagaimana mengatasi kesulita). Capacity ini merupakan ukuran
dari ability to pay atau kemampuan dalam membayar.Capital
adalah kondisi kekayaan yang dimilki oleh perusahaan yang
dikelolanya. hal ini bisa dilihat dari neraca, laporan rugi-
laba, struktur permodalan, rasio-rasio keuntungan yang
diperoleh seperti return on equity, return on investment. Dari
kondisi di atas bisa dinilai apakah layak calon pelanggan
diberi kredit dan berapa besar plafon kredit yang layak
diberikan.
3. Collateral adalah jaminan yang mungkin bisa disita apabila
ternyata calon pelanggan benar-benar tidak bisa memenuhi
kewajibannya. Collateral ini diperhitungkan paling akhir,
artinya bilamana masih ada suatu kesangsian dalam
pertimbangan-pertimbangan yang lain, maka bisa menilai harta
yang mungkin bisa dijadikan jaminan.
4. Condition. Kredit yang diberikan juga perlu mempertimbangkan
kondisi ekonomi yang dikaitkan dengan prospek usaha calon
nasabah. Ada suatu usaha yang sangat tergantung dari kondisi

10
perekonomian, oleh karena itu perlu mengaitkan kondisi ekonomi
dengan usaha calon pelanggan.
Perusahaan dapat juga menggunanakan pedoman 3R. Pedoman 3R
bisa dijelaskan sebagai berikut:
1. Returns berkaitan dengan hasil yang diperoleh dari penggunaan
kredit yang diminta, apakah kredit tersebut bisa menghasilkan
return (pendapatan) yang memadai untuk melunasi utang dan
bunganya.
2. Repayment capacity berkaitan dengan kemampuan perusahaan
mengembalikan pinjaman dan bunganya pada saat pembayaran
tersebut jatuh tempo.
3. Risk-bearing ability berkaitan dengan kemampuan perusahaan
menanggung risiko kegagalan atau ketidakpastian yang berkaitan
dengan penggunaan kredit tersebut. Jaminan merupakan hal yang
perlu dipertimbangkan oleh kreditur dalam kaitannya dengan
risk-bearing ability.

2. Teknik analisis kuantitatif risiko kredit


Teknik-teknik di atas merupakan teknik penilaian kualitatif.
Selain penilaian kualitatif tersebut, juga bisa menggunakan analisis
kuantitatif untuk mengukur risiko kredit. Beberapa teknik analisis
kuantitatif risiko kredit adalah sebagai berikut:2
a. Rating perusahaan
Perusahaan atau bahkan negara seperti Indonesia yang akan
menerbitkan surat utang baik jangka panjang (obligasi), atau jangka
pendek (commercial paper) biasanya akan di-rating oleh perusahaan
per-rating. Rating tersebut menunjukkan tingkat risiko perusahaan
tersebut. Melalui rating tersebut, calon pembeli obligasi diharapkan
memperoleh gambaran mengenai risiko perusahaan yang akan menerbitkan
surat utang tersebut. Perusahaan tidak harus memperoleh rating
tersebut (kecuali jika disyaratkan), dan ketika rating tersebut sudah
jadi, perusahaan mempunyai opsi (hak) untuk tidak mempublikasikan

11
rating tersebut. Tetapi risikonya adalah calon pembeli surat utang
tidak akan percaya terhadap perusahaan yang tidak mempunyai rating.
b. Model skoring kredit
Model skoring kredit pada dasarnya ingin melihat risiko kredit
(potensi kegagalan bayar) berdasarkan skor tertentu yang dihasilkan
melalui model tertentu. Beberapa model skoring adalah sebagai berikut:
a. Model diskriminan
Analisis ini digunakan untuk melihat apakah suatu perusahaan
sebaiknya dimasukkan ke dalam kategori tertentu. Sebagai contoh,
misalkan kita mempunyai dua kategori yaitu perusahaan yang mengalami
kegagalan bayar dan yang tidak mengalami kegaalan bayar. Kemudian kita
mengumpulkan informasi misalnya informasi laporan keuangan seperti
rasio lancar, rasio profitabilitas, yang akan digunakan untuk
memprediksi apakah suatu perusahaan layak dimasukkan ke dalam kategori
gagal bayar atau tidak yang pertama kali perlu dilakukan adalah
mengestimasi persamaan diskriminan yaitu dengan menggunakan variabel
dependen (tidak bebas) yang bersifat kategori yaitu gagal bayar dan
tidak gagal bayar, dan menggunakan rasio-rasio keuangan sebagai
variabel tidak bebas.
b. Model probabilitas linear
Dalam beberapa situasi, dua kategori (gagal bayar dan tidak gagal
bayar) tidak cukup. Kita barangkali menginginkan angka yang
mencerminkan seberap besar kemungkinan terjadinya kegagalan bayar
(risiko kredit) suatu perusahaan. Model probabilitas dapat dipakai
untuk mengakomodasi keinginan tersebut. Langkah pertama adalah
mengestimasi persamaan untuk model probabilitas. Kita akan
mengumpulkan data perusahaan yang aggal bayar dan yang tidak gagal
bayar. Variabel gagal bayar tersebut menjadi variabel tidak bebas
(dependent). Perusahaan yang gagal bayar diberi kode 0, yang tidak
gagal bayar diberi kode 1. Kemudian kita mengumpulkan data untuk
variabel bebas (misal rasio-rasio keuangan). Setelah data terkumpul,
estimasi bisa dilakukan dengan teknik regresi linear.

12
C. RAROC (Risk Adjusted Return On Capital)
Ide dari RAROC adalah membandingkan tingkat keuntungan dengan
modal yang berisiko (modal yang terkena dampak jika debitur mengalami
gagal bayar) pembanding tersebut bukannya total dana yang digunakan
untuk mendanai pinjaman tersebut (sebagaimana lazim digunakan untuk
pengukuran kinerja yang konvensional).
RAROC Models adalah suatu model perhitungan yang didasarkan pada
risk adjusted return on capital, yang penggunaannya pertama kali
dipelopori oleh Bankers Trust (yang kemudian diambil oper oleh
Deutsche Bank dalam tahun 1998) dan kini telah diadopsi oleh nyaris
semua bank-bank besar di Amerika Serikat dan Eropa, meskipun dengan
beberapa perbedaan yang signifikan.3
Formula RAROC bisa dituliskan sebagai berikut:
Pendapatan dari pinjaman per tahun
RAROC =
Modal yang berisiko(capital at risk)
Berikut ini contoh perhitungan RAROC. Misalkan suatu bank sedang
mengevaluasi portofolio kredit dengan nilai nominal sebesar $1 miliar.
Kupon bunga adalah 9% (bank akan memperoleh bunga sebesar $90 juta per
tahunnya). Modal ekonomi untuk kredit tersebut diperkirakan sebesar
%75 juta (7,5% dari nominal pinjaman). Misalkan dana untuk pinjaman
tersebut diperoleh dengan menerbitkan deposito dengan tingkat bunga
6%. Modal sebsar $75 juta ditambahkan sebagai modal yang
diinvestasikan di surat berharga pemerintah dengan tingkat bunga 6,5%
per tahun (bank akan memperoleh bunga sebesar sekitar $4,9 juta = 6,5%
x $75 juta). Bank tersebut mempunayi biaya operasional sebesar $15
juta per tahun, dan kerugian yang diharapkan dari portofolio tersebut
adalah 1% per tahun (yaitu $10 juta). RAROC bisa dihitung berikut ini:
RAROC = (90 + 4,9 + 60 – 15 – 10) / 75 = 13,12%
c. Mortality Rate
Mortality rate menghitung presentase kebangkrutan yang terjadi
untuk kelas risiko tertentu. Mortality rate dihitung dendgan

13
menggunakan data historis. Marginal Mortality Rate (MMR) untuk tahun 1
dan 2 bisa dihitung berikut ini:

Total nilai obligasi yang default padatahun 1


MMR1=
Total nilai obligasi yang beredar pada tahun pertama penerbitan

Total nilai obligasi yang default pada tahun 1


Total nilai obligasi yang beredar pada tahun ke−2 setelah penerbitan
MMR2=
disesuaikan dengan default , pelunasan, jatuh tempo , dan pelunasan
dari sinking fund

D. Cara Pengendalian Risiko Kredit


Penjualan barang atau jasa yang diberikan ke pelanggan mengandung
suatu risiko bagi perusahaan yang menyebabkan kerugian bagi perusahaan
entah keterlambatan waktu pembayaran atau kerugian karena
pelanggan/nasabah tidak mampu lagi membayar barang yang sudah
dibelinya. Untuk menghindari atau meminimalkan ririsko yang dihadapi
perusahaan, maka sebelum penjualan kredit diberikan, maka perlu
dilakukan analisis kredit. Tujuannya adalah untuk mengetahui kemauan
dan kemampuan pelanggan dalam membayar kewajibannya. Dengan alat
analisis ini paling tidak perusahaan mampu melihat kemauan dan
kemampuan pelanggan sebelum penjualan kredit diberikan.
Memang, sekali perusahaan memutuskan untuk menjual secara kredit,
timbul masalah siapa yang akan diijinkan untuk membeli secara kredit.
Perlu ditentukan standar dan kemudian dilakukan evaluasi terhadap para
pembeli. Standar bisa ditentukan berdasarkan atas evaluasi data
historis terhadap variabel-variabel tertentu atau karena pertimbangan
tertentu. Karena mungkin sekali jika pembeli adalah individu, maka
mereka diminta untuk mengisi formulir yang dipergunalan untuk analisis
kredit terhadap pembeli individual. Umumnya dijumpai hubungan
(korelasi) tertentu antara faktor-faktor tertentu dengan ketepatan
pembeli melunasi pembelian mereka. misalnya, jika seseorang telah lama
bertempat tinggal di satu alamat, rumah yang dimiliki sendiri,

14
mempunyai telpon, berkeluarga dan telah bekerja cukup lama, seringkali
pembeli tersebut merupakan pembeli baik. Di samping itu, jika
perusahaan memutuskan untuk memberikan kredit kepada pelanggannya,
perusahaan harus menentukan prosedur untuk memperoleh kredit dan
pelunasannya yang dituangkan dalam kebijakan kredit, yang meliputi hal
berikut :
a. Syarat penjualan
Syarat penjualan menentukan bagaimana perusahaan menjual barang
atau jasanya, apakah dilakukan secara tunai atau kredit.jika
dilakukan secara kredit, syarat penjualan harus menentukan secara
spesifik jangka waktu kredit, potongan tunai dan periode potongan,
serta jenis kredit.

b. Analisis kredit
Dalam pemberian kredit, perusahaan menentukan berapa banyak upaya
yang dilakukan untuk dapat membedakan antara pelanggan yang akan
membayar dan pelanggan yang tidak membayar. Aspek yang dianalisis
biasanya didasarkan dengan five C’s of credit, yaitu cbaracter,
capicity, capital, collateral, dan condition.
c. Kebijakan penagihan hutang
Setelah kredit diberikan, perusahaan mempunyai masalah yang
potensial dalam pengumpulan kas. Untuk itu, perusahaan harus
menentukan kebijakan penagihan hutang.4
Kebijakan kredit juga berkaitan erat dengan persyaratan kredit
yang diberikan. Persyaratan kredit ini berguna untuk meningkatkan
penjualan kredit dan merangsang pelanggan untuk segera membayar
tagihannya. Di samping itu, jangka waktu kredit yang diberikan juga
memberikan ruang gerak pelanggan untuk membayar kredit yang
diterimanya. Apabila perusahaan terlambat untuk membayar tagihannya,
maka perusahaan perlu mengambil tindakan nyata untuk menyelamatkan
kredit tersebut agar tidak macet. Tindakan atau kebijakan penagihan
yang dapat dilakukan meliputi hal-hal sebagai berikut ini:

15
Pertama, melalui teguran yang dilakukan melalui surat atau
telepon. Teguran ini dapat bersifat mengingatkan, misalnya sebelum
kredit jatuh tempo, pelanggan ditelpon dendgan teguran harus. Kemudian
teguran dapat pula bersifat menyuruh nasabah untuk segera membayar dan
memastikan tanggal kapan pelanggan akan dibayar. Kedua, apabila
melalui teguran baik surat maupun telepon sudah tidak ditanggapi, maka
perusahaan dapat menyerahkannya ke badan penagih (collection agency)
semacam debt collector untuk menagih kredit tersebut hingga tertagih.
Penjualan secara kredit akan mengakibatkan atau memengaruhi
kinerja keuangan perusahaan secara keseluruhan. Oleh karena itu,
manajemen perlu menilai kinerja dari sisi piutangnya. Alat ukur untuk
menilai kinerja ini dapt dilakukan dengan menggunakan rasio-rasio
keuangan yang berhubungan dengan piutang tersebut.5
Selain kebijakan persyaratan kredit sebagai bentuk pengendalian
kredit, salah satu cara untuk meminimalisasi risiko adalah dengan cara
memperkuat perjanjian kredit, yaitu perjanjian (agreement) antara
kreditur dan debitur. Karena dengan bagusnya suatu perjanjian kredit
yang dibuat maka pada saat salah satu pihak yang dirugikan atau merasa
tidak puas dapat melakukan gugatan di pengadilan dengan cara
menjadikan bukti otentik berupa segala isi yang terkandung dalam
perjanjian tersebut untuk dijadikan sebagai klausula di pengadilan.
E. Default Risk dan Kebijakan untuk Menghindarinya
Default risk merupakan risiko gagal bayar terhadap sejumlah
pinjaman kredit yang telah dipinjam. Persoalan default risk sering
dialami oleh para debitur pada saat debitur tersebut tidak mampu
mengembalikan pinjaan tersebut secara tepat waktu yang disebabkan oleh
beberapa hal, seperti:
A. Kondisi makro ekonomi yang tidak stabil. Contohnya krisis
moneter tahun 1997/1998, krisis subprime morgage di Amerika
Serikat, kondisis
B. Kerugian perusahaan yang terjadi karena faktor menurunnya
angka penjualan secara sistematis.

16
C. Terjadi korupsi secara besar-besaran yang menyebabkan
menurunnya nilai perusahaan di mata publik.
D. Kudeta yang terjadi di negara yang bersangkutan.
E. Kekisruhan yang terjadi di perusahaan tersebut, baik di
tingkat direksi maupun manajer serta karyawan yang meluas pada
terhentinya produk dan berpengaruh pada penurunan penjualan
perusahaan.Kondisi terjadinya default risk telah menyebabkan
timbulnya permasalahan baik di pihak debitur dan juga
kreditur.

Kondisi terjadinya default risk telah menyebabkan timbulnya


permasalahan baik di pihak debitur dan juga kreditur. Maka untuk
menghindari timbulnya default risk ada beberapa tindakan yang harus
dilakukan, yaitu:
a. Bagi kreditor akan menaikkan angka jaminan pada tingkat yang
benar-benar aman.
b. Menghindari jaminan yang memiliki tingkat risiko, sehingga dengan
menerima benda tersebut sebagai jaminan malah akan menyebabkan
perusahaan kesulitan di kemudian hari.
c. Menghindari benda jaminan yang memiliki nilai fluktuasi di
pasaran.
Pada bagian di mana kreditor melakukan kebijakan dengan
menaikkan angka jaminan, telah banyak penelitian yang
dilakukan oleh berbagai pihak yang memberikan pembuktian
tentang ini.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Dari penjelasan pada bab pembahasan sebelumnya, maka dapat disimpulkan


bahwa risiko kredit merupakan bentuk ketidakmampuan suatu perusahaan,

17
institusi, lembaga maupun pribadi dalam menyelesaikan kewajiban-
kewajibannya secara tepat waktu baik pada saat jatuh tempo maupun sesudah
jatuh tempo dan itu semua sesuai dengan aturan dan kesepakatan yang
berlaku. Lalu, dilihat dari waktunya, risiko kredit terdiri dari dua macam,
yakni risiko yang bersifat jangka pendek (short term risk) dan risiko yang
bersifat jangka panjang (long term risk). Risiko kredit juga dapat
menimbulkan keterlambatan penerimaan keuntungan bagi para investor.Oleh
karena itu, untuk mengantisipasi sedini mungkin terjadinya risiko kredit
tersebut, maka sebelum memberikan kredit perlu diadakan evaluasi terhadap
calon-calon pelanggan. Teknik analisis risiko kredit ada ayang bersifat
kulaitatif dan ada pula yang kuantitatif. Teknik analisis risiko kredit
yang bersifat kualitatif yakni dengan prinsip 5C atau the five C’s
principles dan pedoman 3R. Adapun teknik analisis risiko kredit yang
bersifat kuantitatif antara lain dengan rating perusahaan, model skoring
kredit, RAROC (Risk Adjusted Return On Capital) dan Mortality Rate.Adapun
cara pengendalian risiko kredit adalah dengan syarat penjualan yang
diperketat, analisis kredit dan kebijakan penagihan yang tegas dan dapat
dilakukan dengan menaikkan angka jaminan pada tingkat yang benar-benar
aman.

18
Daftar Pustaka

Ali, Masyhud. 2006. Manajemen Risiko. Jakarta: PT RajaGrafindo.


Fahmi, Irham. 2013. Manajemen Risiko: Teori, Kasus, dan Solusi. Bandung: Alfabeta.
Hanafi, Mamduh M. 2006. Manajemen Risiko. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Husnan, Suad dan Enny Pudjiastuti. 2012. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Yogyakarta:
UPP STIM YKPN.
Kasmir. 2010. Pengantar Manajemen Keuangan. Jakarta: Kencana.
Sudana, I Made. 2011. Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta : Erlangga.
Sutrisno. 2008. Manajemen Keuangan: Teori, Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta: Ekonisia.

19

Anda mungkin juga menyukai