Anda di halaman 1dari 15

ANGGARAN PIUTANG

PENGANTAR

Memberikan kredit memiliki beberapa risiko, di antaranya adalah risiko


tertanamnya harta dalam piutang dan risiko tidak tertagihnya sebagian atau seluruh
piutang. Oleh karena itu, perlu ditentukan besarnya piutang tidak tertagih dengan cara
menyediakan cadangan penghapusan piutang sebagai akibat kemungkinan tidak
tertagih. Dengan demikian, kerugian piutang tidak tertagih tidak dianggap sebagai hal
yang tidak terduga. Untuk memperkecil risiko kerugian piutang perlu dilakukan
penyarian pelanggan yang akan diberikan kredit, misalnya diadakan penyelidikan
mengenai 5C dan 3S.

Hal-hal yang termasuk dalam 5C, yaitu: (1) character [karakter] yaitu tabiat,
kejujuran, niat baik calon konsumen (debtor), (2) capacity [kapasitas] yaitu
kemampuan membayar calon debitur, (3) capital [modal] yaitu posisi keuangan calon
debitur, (4) condition [kondisi] yaitu keadaan politik, ekonomi, sosial, budaya,
pertahanan dan keamanan nasional, (5) collateral [jaminan] yaitu adanya jaminan
kredit, baik jaminan pokok maupun jaminan tambahan. Jaminan pokok misalnya dari
usaha yang dibiayai secara kredit. Jaminan tambahan adalah jaminan selain jaminan
pokok.

Hal-hal yang termasuk dalam 3S, yaitu: (1) solidaritas komersial, yaitu
mengenai kepercayaan kepada calon debitur atas kejujurannya dalam memenuhi
kewajibannya secara tepat waktu, (2) solidaritas finansial, yaitu mengenai
kepercayaan kepada calon debitur atas kondisi keuangannya untuk mampu melunasi
utangnya secara tepat waktu, (3) solidaritas moral, yaitu mengenai kepercayaan
kepada calon debitur atas moralnya yang baik untuk mampu memenuhi kewajibannya
sesuai janji.
TUJUAN PERKULIAHAN

Setelah mempelajari materi perkuliahan, mahasiswa diharapkan mampu:

 Memahami faktor yang mempengaruhi anggaran piutang

 Menyusun anggaran piutang

URAIAN MATERI

1.1 Pengertian Anggaran Piutang


Anggaran Piutang adalah Anggaran yang merencanakan secara terperinci tentang
jumlah piutang perusahaan akibat penjualan secara kredit disertai dengan perubahan-
perubahan (petambahan piutang, piutang tertagih, sisa piutang) dari waktu ke waktu
selama periode yang akan datang. Penjualan yang dilakukan oleh perusahaan secara
kredit memiliki tujuan meningkatkan volume penjualan, dikarenakan meningkat nya
tingkat persaingan, mengingat competitor yang semakin berani memberikan kredit
dengan tujuan meningkatkan penjualan maupun meningkatkan jumlah pasar. Sedangkan
piutang adalah hak menagih sejumlah harta dari kreditor (pemberi pinjaman) kepada
debitor (penerima pinjaman) yang bersedia melunasinya pada waktu mendatang. Jadi
adanya piutang itu ada karna (1)Terdapat dua pihak yaitu debitur dan kreditur ; (2) Ada
kesediaan debitur untuk melunasi kewajibannya kepada kreditur; (3) Ada jarak waktu
yang mulai timbul antara jarak waktu sampai pelunasannya; (4) Ada hak menagih yang
di milki kreditur.

1.2 Kegunaan Anggaran Piutang


Secara umum, semua budget termasuk budget piutang mempunyai 3 kegunaan
pokok, yaitu sebagai pedoman kerja, sabagai alat pengkoordinasian kerja, serta sebagi alat
pengawasan kerja yang membantu manajement dalam memimpin jalannya perushaan.
Sedangkan secara khusus, budget piutang berguna sebagai dasar untuk penyusunan budget
kas karena penagihan-penagihan piutang tersebut merupakan pemasukan kas.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi budgetting piutang antara lain :

 Volume barang yang dijual secara kredit;

 Standar kredit

 Jangka waktu kredit

 Pemberian potongan

 Pembatasan kredit

 Kebijakan penagihan piutang


1.3 Jenis dan Manfaat Anggaran Piutang

Piutang (receivable) adalah hak menagih sejumlah harta dari kreditur


(pemberi pinjaman) kepada debitur (penerima pinjaman) yang bersedia
melunasinya pada waktu mendatang. Jadi, piutang itu ada karena:

 terdapat dua pihak, yaitu kreditur dan debitur,

 ada kesediaan debitur untuk melunasi kewajibannya kepada debitur,

 ada jarak waktu mulai timbul piutang sampai saat pelunasannya,

 ada hak menagih yang dimiliki kreditur.

1. Jenis piutang

Ada beberapa jenis piutang, yaitu piutang surat berharga (contoh: bilyet
giro belum jatuh tempo, bilyet giro kosong, cek kosong, dan cek mundur),
beban bayar di muka (contoh: sewa dibayar di muka, iklan bayar di muka, dan
bunga bayar di muka), setoran jaminan (contoh: untuk keperluan garansi
(jaminan) bank dan untuk keperluan menjalin hubungan bisnis lainnya),
piutang pajak (contoh: angsuran pajak, pajak masukan, kelebihan bayar pajak,
dan lain-lain), pinjaman pekerja, piutang uang muka, piutang wesel, piutang
usaha, dan piutang lainnya.

Piutang wesel (notes receivable) adalah piutang yang didukung janji


tertulis dalam bentuk wesel. Piutang wesel dan piutang surat berharga dapat
terjadi karena menjual barang secara kredit atau pemberian pinjaman dalam
bentuk uang. Piutang uang muka dapat terjadi sebagai uang muka beli barang
atau uang muka kerja (seperti : pasang iklan atau membuat baleho).

Piutang usaha (account receivable) adalah piutang yang timbul sebagai


akibat menjual barang atau jasa secara kredit dari usaha pokok perusahaan.
Piutang usaha berbeda dengan piutang dagang. Piutang usaha meliputi piutang
dagang, sedangkan piutang dagang hanya terdapat pada perusahaan dagang
yang menjual barang dagangannya secara kredit. Piutang usaha meliputi
seluruh macam/ jenis perusahaan yang menjual barang atau jasa dari usaha
pokoknya secara kredit.

Anggaran piutang yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah


anggaran piutang usaha. Hal ini bukan berarti jenis piutang lainnya tidak
penting untuk dianggarkan, melainkan karena piutang usaha timbul oleh
kebijakan perusahaan untuk memperlancar kegiatan penjualan dan kegiatan
penjualan merupakan ujung tombak maju mundurnya suatu perusahaan.

2. Manfaat anggaran piutang


Piutang usaha sebagai investasi yang biasanya terdapat pada harta
lancar mempunyai beberapa manfaat, antara lain dapat memperlancar dan
memperbesar omzet barang yang dijual, mampu bersaing, memperluas
pelanggan, dan meningkatkan kemampuan laba perusahaan.

Pemberian piutang usaha dimaksudkan agar dapat memperlancar dan


memperbesar omzet barang yang dijual karena kegiatan penjualan merupakan
ujung tombak maju mundurnya suatu perusahaan. Keberhasilan perusahaan
dimulai dari kemampuan perusahaan menjual barang atau jasa dari usaha
pokoknya.

Kebijakan pemberian piutang usaha agar perusahaan mampu bersaing


dalam menjual produknya. Dalam kebijakan pemberian piutang perlu
diperhatikan:
a. Mengenai batas maksimal (plafon) piutang yang diberikan untuk
berbagai tingkatan debitur. Tingkatan debitur digolongkan berdasarkan
risiko tidak memenuhi kewajibannya sesuai janji. Misalnya, debitur
yang tingkat risikonya 20% tidak diberikan piutang, debitur yang
tingkat risikonya 15% diberikan piutang maksimal Rp1.000.000,
debitur dengan tingkat risiko 10% diberikan piutang maksimal Rp2
juta, debitur dengan tingkat risiko 5% diberikan piutang maksimal Rp5
juta, dan seterusnya.

b. Penentuan jangka waktu kredit, yaitu berapa lama debitur harus


melunasi utangnya. Contoh: 2/ 10/ net 30, artinya pembayaran
dilakukan dalam waktu 10 hari sesudah waktu penyerahan barang
maka debitur mendapatkan potongan sebesar 2% dari harga jual dan
pembayaran selambat-lambatnya dilakukan dalam waktu 30 hari
sesudah penyerahan barang.

Pemberian piutang usaha dapat memperluas pelanggan dan dapat


menjalin hubungan yang baik dengan pelanggan bila pelanggan tersebut lancar
dalam pembayaran.

Apabila piutang yang diberikan tersebut lancar pembayarannya dan


dapat memperbesar tingkat barang yang dijual, maka piutang yang diberikan
dapat meningkatkan kemampuan laba (profitabilitas) perusahaan. Berdasarkan
manfaat pemberian piutang tersebut maka diperlukan adanya penganggaran
piutang agar piutang yang diberikan terencana dan terarah sehingga
mempermudah pengembalian piutang.

1.4 Faktor yang Mempengaruhi Anggaran Piutang

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi besar kecilnya anggaran


piutang, antara lain volume barang yang dijual secara kredit, standar kredit,
jangka waktu kredit, pemberian potongan, pembatasan kredit, dan kebijakan
penagihan piutang.
4
1. Volume barang yang dijual secara kredit

Volume barang yang dijual secara kredit lebih besar daripada tunai
dapat semakin memperbesar anggaran dalam piutang usaha, dan
sebaliknya. Contoh: sebulan dijual barang Rp100.000 dengan syarat
10% dibayar tunai dan 90% dilakukan secara kredit. Dengan demikian,
piutang usaha yang tertanam 90% x Rp100.000 = Rp90.000.
Volume barang yang dijual secara kredit lebih kecil daripada tunai
dapat memperkecil anggaran dalam piutang usaha. Contoh: sebulan
dijual barang Rp100.000 dengan syarat 90% dibayar tunai dan 10%
dilakukan secara kredit. Dengan demikian, piutang usaha tertanam
10% x Rp100.000 = Rp10.000. Kesimpulannya, semakin besar piutang
usaha yang tertanam semakin besar risiko dalam piutang.

2. Standar kredit

Penentuan standar kredit menentukan besar kecilnya piutang usaha yang


tertanam. Semakin longgar standar kredit yang diberikan maka semakin
besar piutang yang tertanam dan semakin besar risiko kerugian piutang.
Standar kredit yang longgar dan ekstrim misalnya tidak perlu jaminan
kredit atas barang yang dibeli, semua orang boleh diberikan fasilitas
kredit, tanpa batas umur, dan tanpa mempertimbangkan apakah calon
debitur berpengalaman atau tidak dalam bekerja. Dengan kata lain,
analisis 5C dan 3S diabaikan.
Sebaliknya, semakin ketat standar kredit yang diberikan maka semakin
kecil piutang yang dianggarkan dan semakin kecil risiko kerugian
piutang. Standar kredit yang ketat dan ekstrim artinya calon debitur
diseleksi secara ketat.

3. Jangka waktu kredit

Jangka waktu kredit mempengaruhi besar kecilnya piutang usaha yang


tertanam. Semakin panjang jangka waktu kredit maka semakin besar
piutang usaha yang tertanam, dan sebaliknya. Jangka waktu kredit yang

5
panjang dapat meningkatkan volume barang atau jasa yang dijual, di
samping juga mengakibatkan piutang usaha semakin besar. Contoh pada
syarat pembayaran 10% diangsur sebulan, 20% diangsur dua bulan, 20%
diangsur tiga bulan, 20% diangsur empat bulan, 15% diangsur lima bulan,

dan 15% diangsur enam bulan.

Piutang bulan barang dijual = Rp100.000

Piutang bulan pertama 90% x Rp100.000 = Rp 90.000

Piutang bulan kedua 70% x Rp100.000 = Rp 70.000

Piutang bulan ketiga 50% x Rp100.000 = Rp 50.000

Piutang bulan keempat 30% x Rp100.000 = Rp 30.000

Piutang bulan kelima 15% x Rp100.000 = Rp 15.000

Piutang bulan keenam 0% x Rp100.000 = Rp 0

Sebaliknya, dengan jangka waktu yang pendek, misalkan barang yang


dijual secara kredit juga Rp100.000 dengan syarat pembayaran 10%

diangsur seblum, 90% diangsur dua bulan.

Piutang bulan barang dijual = Rp100.000

Piutang bulan pertama 90% x Rp100.000 = Rp 90.000

Piutang bulan kedua 0% x Rp100.000 = Rp 0

Dari contoh jangka waktu yang panjang masih terdapat piutang pada
bulan kedua (sebesar Rp70.000) sampai bulan kelima (sebesar Rp15.000),
sementara dengan jangka waktu yang pendek pada bulan kedua sampai
bulan kelima tidak terdapat piutang.

Pengaruh kebijakan jangka waktu kredit juga mempengaruhi terhadap


kemampuan laba perusahaan (berupa laba investasi), yaitu kemampuan
perusahaan memperoleh laba dengan modal sendiri seperti contoh
berikut:

Kredit Kredit Kredit


Keterangan Tunai
3 bulan 6 bulan 12 bulan

Jualan 1.000 1.000 1.000 1.000

Laba 15% x jualan 150 150 150 150

Kas 110 110 110 110

Piutang usaha - 250 500 1.000

Persediaan 200 200 200 200

Harga tetap bersih 500 500 500 500

Aset 810 1.060 1.310 1.810

Utang usaha 300 300 300 300

Modal sendiri 510 760 1.010 1.510

Laba investasi 29,41% 19,74% 14,85% 9,93%


Terlihat dari tabel bahwa dengan cara menjual tunai maka laba
investasi yang diperoleh sebesar 29,41%; dengan cara menjual kredit
selama 3 bulan maka laba investasi turun menjadi 19,74%; dengan cara
menjual kredit selama 6 bulan maka laba investasi turun lagi 14,85%’ dan
dengan menjual kredit selama 12 bulan maka laba investasi semakin turun
menjadi 9,93%. Jadi, dengan menjual tunai berarti laba investasi menjadi
lebih tinggi dibandingkan menjual secara kredit. Menjual kredit dengan
jangka waktu yang pendek mengakibatkan laba investasi yang lebih tinggi
bila tingkat laba, jualan, kas, persediaan, utang usaha tidak berubah.

4. Pemberian potongan

Pemberian potongan harga juga dapat mempengaruhi besarnya


investasi dalam piutang. Pemberian potongan yang besar akan
memperkecil piutang usaha yang tertanam. Sebaliknya, pemberian
potongan yang kecil memperbesar piutang yang tertanam.

7
Contoh:

Barang yang dijual Rp100.000

Pembelian tunai mendapat potongan 10% Rp 10.000

Uang yang harus dibayar pembeli Rp 90.000


Dengan demikian, penjualan secara tunai tidak mengakibatkan
timbulnya piutang, sedangkan pembelian secara kredit (tanpa potongan)
mengakibatkan piutang usaha sebesar Rp100.000

5. Pembatasan kredit

Pembatasan kredit yang dimaksudkan di sini adalah pembatasan kredit


dalam arti kuantitatif, yaitu berkenaan dengan batas (jumlah) kredit
maksimal yang akan diberikan. Pembatasan kredit juga dapat
mempengaruhi besar kecilnya piutang usaha. Semakin tinggi batasan
(plafon) kredit maka semakin besar piutang usaha yang tertanam dan
semakin rendah batasan kredit maka semakin kecil piutang yang
tertanam.

6. Kebijakan penagihan piutang

Kebijakan penagihan piutang mempengaruhi besar kecilnya piutang


usaha yang tertanam. Perusahaan dapat menjalankan kebijakan penagihan
piutang secara aktif ataupun pasif. Kebijakan penagihan piutang secara
aktif dapat memperkecil piutang usaha yang tertanam, sebaliknya
kebijakan penagihan piutang secara pasif dapat memperbesar piutang
usaha yang tertanam. Kebijakan penagihan piutang usaha secara aktif
memerlukan biaya (beban) yang besar dibandingkan kebijakan penagihan
secara aktif. Biaya yang dikeluarkan dalam kebijakan penagihan piutang
secara aktif meliputi biaya perjalanan, biaya telepon, biaya surat-
menyurat, biaya administrasi piutang, dan lain-lain.

Berbagai langkah yang perlu disiapkan antara lain meliputi :

 Dibentuknya unit kerja atau seksi yang khusus ditugaskan mengurusi


piutang. Tugas pokok dari unit kerja ini meliputi :

o Mencari langganan potensial yang dapat diberikan kredit

o Menyeleksi calon debitur

o Membukukan transaksi kredit yang terjadi

o Melakukan penagihan piutang


o Membukuan mutasi kredit/piutang

o Menyusun dan mengklarifikasikan piutang outstanding


menurut usianya masing – masing

o Membentuk anaslisi dan evaluasi piutang sebagai salah satu


bentuk investasi

o Menyusun dan memperkirakan arus kan masuk dan piutang

o Membuat laporan tentang pengelolaan piutang bagi para


pengambil kebijakan

 Digariskannya kebijakan piutang yang jelas untuk dapat digunakan


sebagai pedoman bagi unit kerja yang mengurusi piutang. Kebijakan
ini meliputi :

o Penentuan plafon kredit untuk berbagai jenis/tingkatan debitur

o Penentuan jangka waktu kredit

o Pedoman melakukan seleksi calon debitur (berdasarkan 5C)

o Penentuan jumlah piutang ragu – ragu maksimal yang dapat


dibenarkan sebagai dasar penentuan besarnya cadangan
piutang ragu – ragu

o Penentuan jumlah anggaran yang digunakan untuk


mengadministrasikan piutang

1.5 Ilustrasi Penyusunan Anggaran Piutang

Penyusunan anggaran piutang usaha merupakan tanggung jawab divisi


kredit. Divisi kredit dalam penyusunan anggaran piutang harus bekerja sama
dengan divisi penjualan. Divisi penjualan biasanya di bawah manajer
pemasaran, sedangkan divisi kredit biasanya di bawah manajer keuangan.
Penyusunan anggaran piutang dalam bahasan pokok ini berupa anggaran
piutang usaha.
Dalah mengukur efisiensi pengelolaan piutang, kriteria yang dapat
digunakan sebagai indikatornya adalah :

 Tingkat perputaran piutang, yang dinyatakan dengan rumus :

Penjualan kredit (1 tahun)

Piutang rata – rata (awal dan akhir


tahun)

 Persentase piutang tak tertagih yang sebenarnya

 Usia utang rata – rata

 Biaya pengelolaan piutang yang berubah – ubah dari waktu ke waktu


karena :

o Perbedaan jumlah nasabah yang harus di layani

o Perbedaan nilai piutang keseluruhan yang harus dikelola

o Perbedaan fungsi piutang/penjualan dengan kredit dari waktu


ke waktu berhubungan dengan adanya perbedaan kondisi
persaingan dan situasi ekonomi secara umum

o Perbedaan jangka waktu kredit yang diberikan

1. Data yang diperlukan

Sebagai ilustrasi, data realisasi dan anggaran jualan PT Wijaya Asem


selama triwulan pertama tahun 2015 adalah sebagai berikut:

Realisasi anggaran Desember Rp80.000

Januari Rp85.000

Februari Rp90.000

Maret Rp95.000
Syarat pembayaran 50% tunai, 40% kredit sebulan, 10% kredit dua
bulan, dan 1% ditaksir tidak tertagih dari piutang usaha bulan yang
bersangkutan.

2. Penyusunan anggaran piutang


Sebelum menyusun anggaran piutang perlu dilakukan perhitungan
anggaran piutang usaha bersih dan taksiran piutang usaha tak tertagih
sebagai berikut :

Januari = 9% x Rp80.000 + 49% x Rp85.000 = Rp48.850


Februari = 9% x Rp85.000 + 49% x Rp90.000 = Rp51.750
Maret = 9% x Rp90.000 + 49% x Rp95.000 = Rp54.650

Perhitungan taksiran piutang tak tertagih (penghapusan piutang):

Desember = 1% x Rp80.000 = Rp800

Januari = 1% x Rp85.000 = Rp850

Februari = 1% x Rp90.000 = Rp900

Maret = 1% x Rp95.000 = Rp950

Anggaran piutang usaha diperoleh dari piutang usaha bersih ditambah


cadangan penghapusan piutang usaha. Cadangan penghapusan piutang
usaha dihitung dari penghapusan piutang usaha periode (bulan) lalu
ditambah penghapusan piutang usaha periode (bulan) ini. Cadangan
penghapusan piutang usaha perhitungannya sebagai berikut:

Januari = Rp800 (bulan Desember) + Rp850 = Rp1.650

Februari = Rp850 (bulan Januari) + Rp900 = Rp1.750

Maret = Rp900 (bulan Februari) + Rp950 = Rp1.850

Anggaran piutang usaha juga dapat dihitung sebagai berikut:

Januari = 10% x Rp80.000 + 50% x Rp85.000 = Rp50.500

Februari = 10% x Rp85.000 + 50% x Rp90.000 = Rp53.500

Maret = 10% x Rp90.000 + 50% x Rp95.000 = Rp56.500


Keterangan: 9% + 1% = 10%

49% + 1% = 50%

Anggaran piutang usaha dapat disusun seperti tabel berikut:

PT Wijaya Asem

Anggaran Piutang Usaha

Triwulan Pertama Tahun 2015

Keterangan Januari Februari Maret

Piutang usaha 50.500 53.500 56.500

Cadangan penghapusan 1.650 1.750 1.850

Piutang usaha bersih 48.850 51.750 54.650

Anda mungkin juga menyukai