Anda di halaman 1dari 28

ANGGARAN PIUTANG

Memberikan kredit memiliki beberapa risiko, di antaranya adalah harta dalam piutang
dan risiko tidak tertagihnya sebagian atau seluruh piutang, O karena itu, perlu ditentukan
besarnya piutang tidak tertagih dengan cara menyediakan cadangan penghapusan piutang
sebagai akibat kemungkinan tidak tertagih. Dengan demikian, kerugian piutang tidak tertagih
tidak dianggap sebagai hal yang tidak terdua Untuk memperkecil risiko kerugian piutang
perlu dilakukan penyaringan pelanggan yang akan diberikan kredit, misalnya diadakan
penyelidikan mengenai 5C dan 35. risiko tertanamnya
Hal-hal yang termasuk dalam 5C, yaitu: (1) character (karakter), yaitu tabiat,
kejujuran niat baik calon konsumen (debitor); (2) capacity [kapasitas], yaitu kemampuan
membayar calon debitor; (3) capital [modal], yaitu posisi keuangan calon debitor; (4)
condition (kondisi), yaitu keadaan politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan
nasional; (5) collateral (jaminan), yaitu adanya jaminan kredit, baik jaminan pokok maupun
jaminan tambahan. Jaminan pokok misalnya barang yang dibeli secara kredit dijadikan
sebagai jaminan. Dengan kata lain, jaminan dari usaha yang dibiayai secara kredit. Jaminan
tambahan adalah jaminan selain jaminan pokok.
Hal-hal yang termasuk dalam 35, yaitu: (1) soliditas komersial, yaitu mengenai
kepercayaan kepada calon debitor atas kejujurannya dalam memenuhi kewajibannya secara
tepat waktu, (2) soliditas finansial, yaitu mengenai kepercayaan kepada calon debitor atas
kondisi keuangannya untuk mampu melunasi utangnya secara tepat waktu; (3) soliditas
moral, yaitu mengenai kepercayaan kepada calon debitor atas moralnya yang baik untuk
mampu memenuhi kewajibannya sesuai janji.
JENIS DAN MANFAAT ANGGARAN PIUTANG
Piutang (receivable) adalah hak menagih sejumlah harta dari kreditor (pemberi
pinjaman) kepada debitor (penerima pinjaman) yang bersedia melunasinya pada waktu
mendatang. Jadi, piutang itu ada karena (1) terdapat dua pihak, yaitu kreditor dan debitor, (2)
ada kesediaan debitor untuk melunasi kewajibannya kepada kreditor, (3) ada jarak waktu
mulai timbul piutang sampai saat pelunasannya, (4) ada hak menagih yang dimiliki kreditor.
Pada bahasan pokok ini dijelaskan tentang jenis piutang dan manfaat anggaran piutang.
JENIS PIUTANG
Ada beberapa jenis piutang, yaitu piutang surat berharga (contoh: bilyet giro belum
jatuh tempo, bilyet giro kosong, cek kosong, dan cek mundur), beban bayar di muka (contoh:
sewa dibayar di muka, iklan bayar di muka, dan bunga bayar di muka), setoran jaminas
(contoh: untuk keperluan garansi (jaminan) bank dan untuk keperluan menjalin hubungan
bisnis lainnya), piutang pajak (contoh: angsuran pajak, pajak masukan, kelebihan bayar
pajak, dan lain-lain), pinjaman pekerja, piutang uang muka, piutang wesel, piutang usaha, dan
piutang lainnya.

 Piutang wesel (notes receivable) adalah piutang yang didukung janji tertulis dalam
bentuk wesel. Piutang wesel dan piutang surat berharga dapat terjadi karena menjual
barang secara kredit atau pemberian pinjaman dalam bentuk uang. Piutang uang muka
dapat terjadi sebagai uang muka beli barang atau uang muka kerja (seperti: pasang
iklan atau membuat baleho).
 Piutang usaha (account receivable) adalah piutang yang timbul sebagai akibat menjual
barang atau jasa secara kredit dari usaha pokok perusahaan. Piutang usaha berbeda
dengan piutang dagang. Piutang usaha meliputi piutang dagang, sedangkan piutang
dagang hanya terdapat pada perusahaan dagang yang menjual barang dagangannya
secara kredit. Piutang usaha meliputi seluruh macam/jenis perusahaan yang menjual
barang atau jasa dari usaha pokoknya secara kredit.
Anggaran piutang yang dimaksudkan dalam pembahasan ini adalah anggaran piutang
usaha. Hal ini bukan berarti jenis piutang lainnya tidak penting untuk dianggarkan, melainkan
karena piutang usaha timbul oleh kebijakan perusahaan untuk memperlancar kegiatan
penjualan dan kegiatan penjualan merupakan ujung tombak maju mundurnya suatu
perusahaan.
MANFAAT ANGGARAN PIUTANG
Piutang usaha sebagai investasi yang biasanya terdapat pada harta lancar mempunyai
beberapa manfaat, antara lain dapat memperlancar dan memperbesar omzet barang yang
dijual, mampu bersaing, memperluas pelanggan, dan meningkatkan kemampulabaan
perusahaan.
Pemberian piutang usaha dimaksudkan agar dapat memperlancar dan memperbesar
omzet barang yang dijual karena kegiatan penjualan merupakan ujung tombak maju
mundurnya perusahaan. Keberhasilan perusahaan dimulai dari kemampuan perusahaan
menjual barang atau jasa dari usaha pokoknya.

Kebijakan pemberian piutang usaha agar perusahaan mampu bersaing dalam menjual
produknya. Dalam kebijakan pemberian piutang perlu diperhatikan :
a. Mengenai batas maksimal (plafon) piutang yang diberikan untuk berbagai tingkatan
debitor. Tingkatan debitor digolongkan berdasarkan risiko tidak memenuhi
kewajibannya sesuai janji. Misalnya, debitor yang tingkat risikonya 20% tidak
diberikan piutang, debitor yang tingkat risikonya 15% diberikan piutang maksimal Rp
1.000.000, debitor dengan tingkat risiko 10% diberikan piutang maksimal Rp 2 juta,
debitor dengan tingkat risiko 5% diberikan piutang maksimal Rp 5 juta, dan
seterusnya.
b. Penentuan jangka waktu kredit, yaitu berapa lama debitor harus melunasi utangnya.
Contoh: 2/10/net 30, artinya pembayaran dilakukan dalam waktu 10 hari sesudah
waktu penyerahan barang maka debitor mendapatkan potongan harga sebesar 2% dari
harga jual dan pembayaran selambat-lambatnya dilakukan dalam waktu 30 hari
sesudah penyerahan barang.
Pemberian piutang usaha dapat memperluas pelanggan dan dapat menjalin hubungan
yang baik dengan pelanggan bila pelanggan tersebut lancar dalam pembayaran.
Apabila piutang yang diberikan tersebut lancar pembayarannya dan dapat memperbesar
tingkat barang yang dijual, maka piutang yang diberikan dapat meningkatkan
kemampulabaan (profitabilitas) perusahaan. Berdasarkan manfaat pemberian piutang tersebut
maka diperlukan adanya penganggaran piutang agar piutang yang diberikan terencana dan
terarah sehingga mempermudah pengembalian piutang.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANGGARAN PIUTANG
Ada beberapa faktor yang memengaruhi besar kecilnya anggaran piutang, antara lain
volume barang yang dijual secara kredit, standar kredit, jangka waktu kredit, pemberian
potongan, pembatasan kredit, dan kebijakan penagihan piutang. Berikut ini dijelaskan
mengenai faktor yang memengaruhi anggaran piutang tersebut.
1. VOLUME BARANG YANG DIJUAL SECARA KREDIT
Volume barang yang dijual secara kredit lebih besar daripada tunai dapat
semakin memperbesar anggaran dalam piutang usaha, dan sebaliknya. Contoh:
sebulan dijual barang Rp 100.000 dengan syarat 10% dibayar tunai dan 90%
dilakukan secara kredit Dengan demikian, piutang usaha yang tertanam 90% x Rp
100.000 = Rp 90.000.

Volume barang yang dijual secara kredit lebih kecil daripada tunai dapat memperkecil
anggaran dalam piutang usaha. Contoh: sebulan dijual barang Rp 100.000 dengan
syarat 90% dibayar tunai dan 10% dilakukan secara kredit. Dengan demikian, piutang
usaha tertanam 10% x Rp 100.000 = Rp 10.000. Kesimpulannya, semakin besar
piutang usaha yang tertanam semakin besar risiko dalam piutang.
2. STANDAR KREDIT
Penentuan standar kredit menentukan besar kecilnya piutang usaha yang
tertanam. Semakin longgar standar kredit yang diberikan maka semakin besar piutang
yang tertanam dan semakin besar risiko kerugian piutang. Standar kredit yang longgar
dan ekstrem misalnya tidak perlu jaminan kredit termasuk jaminan kredit atas barang
yang dibeli, semua orang boleh diberikan fasilitas kredit, tanpa batas umur, dan tanpa
mempertimbangkan apakah calon debitor berpengalaman atau tidak dalam bekerja.
Dengan kata lain, analisis 5C dan 3S diabaikan.
Sebaliknya, semakin ketat standar kredit yang diberikan maka semakin kecil
piutang yang dianggarkan dan semakin kecil risiko kerugian piutang. Standar kredit
yang ketat dan ekstrem artinya calon debitor diseleksi secara ketat
3. JANGKA WAKTU KREDIT
Jangka waktu kredit memengaruhi besar kecilnya piutang usaha yang
tertanam. Semakin panjang jangka waktu kredit maka semakin besar piutang usaha
yang tertanam, dan sebaliknya. Jangka waktu kredit yang panjang dapat
meningkatkan volume barang atau jasa yang dijual, di samping juga mengakibatkan
piutang usaha semakin besar. Contoh pada jangka waktu yang panjang: barang yang
dijual secara kredit sebesar Rp 100.000 dengan syarat pembayaran 10% diangsur
sebulan, 20% diangsur dua bulan, 20% diangsur tiga bulan, 20% diangsur empat
bulan, 15% diangsur lima bulan, dan 15% diangsur enam bulan.
Piutang barang dijual = 100.000
Piutang bulan pertama 90% x 100.000 = 90.000
Piutang bulan kedua 70% x 100.000 = 70.000
Piutang bulan ketiga 50% x 100.000 = 50.000
Piutang bulan keempat 30% x 100.000 = 30.000
Piutang bulan kelima 15% x 100.000 = 15.000
Piutang bulan keenam 0% x 100.000 =0
Sebaliknya, dengan jangka waktu yang pendek, misalkan barang yang dijual
secara kredit juga Rp 100.000 dengan syarat pembayaran 10% diangsur sebulan, 90%
diangsur dua bulan.

Piutang barang dijual = 100.000


Piutang bulan pertama 90% x 100.000 = 90.000
Piutang bulan kedua 0% x 100.000 =0
Dari contoh jangka waktu yang panjang masih terdapat piutang pada bulan
kedua (sebesar Rp 70.000) sampai bulan kelima (sebesar Rp 15.000), sementara
dengan jangka waktu yang pendek pada bulan kedua sampai bulan kelima tidak
terdapat piutang.
Pengaruh kebijakan jangka waktu kredit juga memengaruhi terhadap
kemampulabaan perusahaan (berupa laba investasi), yaitu kemampuan perusahaan
memperoleh laba dengan modal sendiri seperti contoh pada Tabel 11-1.

Tampak pada Tabel 11-1 bahwa dengan cara menjual tunai maka laba
investasi yang diperoleh sebesar 29,41%; dengan cara menjual kredit selama 3 bulan
maka laba investasi turun menjadi 19,74%; dengan cara menjual kredit selama 6
bulan maka laba investasi turun lagi 14,85%; dan dengan menjual kredit selama 12
bulan maka laba investasi semakin turun menjadi 9,93%. Jadi, dengan menjual tunai
berarti laba investasi menjadi lebih tinggi dibandingkan menjual secara kredit.
Menjual kredit dengan jangka waktu yang pendek mengakibatkan laba investasi yang
lebih tinggi bila tingkat laba, jualan, kas, sediaan, utang usaha tidak berubah.
4. PEMBERIAN POTONGAN
Pemberian potongan harga juga dapat memengaruhi besarnya investasi dalam
piutang Pemberian potongan yang besar akan memperkecil piutang usaha yang
tertanam Sebaliknya, pemberian potongan yang kecil memperbesar piutang yang
tertanam.
Contoh:

Barang yang dijual 100.000

Pembelian tunai mendapat porongan (-10.000)


10%
Uang yang harus dibayar pembeli 90.000

Dengan demikian, penjualan secara tunai tidak mengakibatkan timbulnya


piutang, sedangkan pembelian secara kredit (tanpa potongan) mengakibatkan piutang
usaha sebesar Rp 100.000.
5. PEMBATASAN KREDIT
Pembatasan kredit yang dimaksudkan di sini adalah pembatasan kredit dalam
arti kuantitatif, yaitu berkenaan dengan batas (jumlah) kredit maksimal yang akan
diberikan. Pembatasan kredit juga dapat memengaruhi besar kecilnya piutang usaha.
Semakin tinggi batasan (plafon) kredit maka semakin besar piutang usaha yang
tertanam dan semakin rendah batasan kredit maka semakin kecil piutang yang
tertanam.
6. KEBIJAKAN PENAGIHAN PIUTANG
Kebijakan penagihan piutang memengaruhi besar kecilnya piutang usaha yang
tertanam. Perusahaan dapat menjalankan kebijakan penagihan piutang secara aktif
ataupun pasif. Kebijakan penagihan piutang secara aktif dapat memperkecil piutang
usaha yang tertanam, sebaliknya kebijakan penagihan piutang secara pasif dapat
memperbesar piutang usaha yang tertanam. Kebijakan penagihan piutang usaha secara
aktif memerlukan biaya (beban) yang besar dibandingkan kebijakan penagihan secara
pasif. Biaya yang dikeluarkan dalam kebijakan penagihan piutang secara aktif
meliputi biaya perjalanan, biaya telepon, biaya surat-menyurat, biaya administrasi
piutang, dan lain-lain.
PENYUSUNAN ANGGARAN PIUTANG
Penyusunan anggaran piutang usaha merupakan tanggung jawab Divisi Kredit. Divisi
Kredit dalam menyusun anggaran piutang harus bekerja sama dengan Divisi Penjualan.
Divisi Penjualan biasanya di bawah manajer pemasaran, sedangkan Divisi Kredit biasanya di
bawah manajer keuangan. Penyusunan anggaran piutang dalam bahasan pokok ini berupa
anggaran piutang usaha.
a. Data yang diperlukan
Sebagai ilustrasi, data realisasi dan anggaran jualan PT Waja Sampai Kaputing selama
triwulan pertama tahun 2010 adalah sebagai berikut:

Realisasi Anggaran Desember 80.000


Januari 85.000
Februari 90.000
Maret 95.000
Syarat pembayaran 50% tunai, 40% kredit sebulan, 10% kredit dua bulan, dan 1%
ditaksir tidak tertagih dari piutang usaha bulan yang bersangkutan.
b. Penyusunan Anggaran Piutang
Sebelum menyusun anggaran piutang perlu dilakukan perhitungan anggaran piutang
usaha bersih dan taksiran piutang usaha tak tertagih sebagai berikut :
Perhitungan anggaran poitang usaha bersih :

Januari 9% x 80.000 + 49% x 85.000 = 48.850


Februari 9% x 85.000 + 49% x 90.000 = 51.750
Maret 9% x 90.000 + 49% x 95.000 = 54.650

Perhitungan taksiran piutang tak tertagih (Penghapusan Piutang) :

Anggaran piutang usaha diperoleh dari piutang usaha bersih ditambah cadangan
penghapusan piutang usaha. Cadangan penghapusan piutang usaha dihitung dari
penghapusan piutang usaha periode (bulan) lalu ditambah penghapusan piutang usaha
periode (bulan) ini. Cadangan penghapusan piutang usaha perhitungannya sebagai
berikut:
ANGGARAN HUTANG
UTANG disebut juga dengan modal asing, sedangkan modal disebut juga dengan modal
sendiri atau ekuitas atau aset bersih. Jadi, modal terdiri atas: modal asing dan modal sendiri.
Modal asing disebut juga dengan modal eksternal dan modal sendiri disebut dengan modal
internalPerusahaan menambah utang dan modal biasanya untuk tujuan perluasan (ekspansi).
Keuntungan ekonomis yang dapat diperoleh oleh suatu perusahaan yang mengadakan
ekspansi antara lain adanya produksi yang ekonomis, pembelian dan penjualan yang
ekonomis, manajemen yang ekonomis, dan pembelanjaan yang ekonomis.
JENIS DAN MANFAAT UTANG
ANGGARAN utang adalah anggaran untuk memperoleh dan membayar utang. Utang
kebalikan dari piutang. Utang adalah kewajiban debitor (peminjam) untuk melaksanakan
sesuatu kepada kreditor (pemberi pinjaman) selama jangka waktu tertentu. Pada bahasan
pokok ini dijelaskan jenis utang serta manfaat anggaran utang dan modal.
JENIS-JENIS UTANG
Utang terdiri atas utang jangka pendek (utang lancar) dan utang jangka panjang (utang
tak lancar). Utang jangka pendek (short-term debt) atau utang lancar (current debt) adalah
utang yang berjangka waktu paling lama satu tahun, seperti utang usaha, beban terutang,
wesel bayar, kredit modal kerja, dan lain-lain. Utang jangka panjang (long-term debt) atau
utang tak lancar (noncurrent debt) adalah utang yang berjangka waktu lebih dari satu tahun,
seperti: utang obligasi, utang hipotek, kredit investasi, dan lain-lain.
Dari segi manajemen keuangan, utang jangka pendek (utang lancar) diartikan sebagai
utang yang harus diselesaikan dengan menggunakan harta lancar atau pembentukan
kewajiban lainnya. Misalnya utang usaha dibayar dengan kas (aset lancar), atau utang usaha
diselesaikan dengan cara meminjam di bank dalam bentuk kredit modal kerja.
Utang dagang beda dengan utang usaha. Utang dagang (trade payable) adalah utang
yang terjadi sebagai akibat membeli barang dagangan secara kredit. Utang dagang hanya
terdapat pada perusahaan dagang. Utang usaha (account payable) adalah utang yang terjadi
sebagai akibat membeli barang/jasa secara kredit untuk keperluan rutin (sehari- hari). Utang
usaha terdapat pada bermacam perusahaan, termasuk perusahaan dagang Utang dagang
sebagai kebalikan dari piutang dagang, sedangkan utang usaha kebalikan dari piutang usaha.
Kredit modal kerja (working capital loan) adalah kredit yang diberikan bank untuk
keperluan modal kerja. Keperluan modal kerja mencakup keperluan membayar gaji, membeli
bahan baku (barang dagangan), membayar utang usaha, dan lain-lain. Kredit modal kerja
biasanya dalam bentuk kredit rekening koran, yaitu kredit yang dikaitkan dengan simpanan
giro. Simpanan giro tanpa dikaitkan dengan kredit (simpanan giro murni), saldo rekening
korannya yang dibuat bank bersaldo kredit, artinya bank sebagai debitor dan giran sebagai
kreditor. Sebaliknya kredit dalam bentuk rekening koran bersaldo debit, artinya bank sebagai
kreditor dan giran sebagai debitor.

 Beban terutang atau akrual beban (accrued expenses) adalah utang sebagai
akibat pengakuan beban (expenses) pada saat terjadinya walaupun belum
dibayar. Beban terutang antara lain utang gaji dan upah, utang bunga, utang
pajak, utang sewa, dan lain-lain.
 Wesel bayar (notes payable) adalah utang wesel yang merupakan kebalikan
piutang wesel (wesel tagih). Utang wesel terjadi karena suatu perusahaan
mengeluarkan surat pengakuan utang yang berisikan kesanggupan membayar
sejumlah uang tertentu kepada pihak tertentu dan pada saat tertentu, biasanya
berjangka waktu kurang dari satu tahun. Perusahaan dapat mendiskontokan
wesel bayar kepada bank, artinya perusahaan yang mendiskontokan wesel ke
bank mendapat uang dari bank atas wesel tersebut sebesar nilai nominal wesel
dikurang bunga sampai hari jatuh tempo wesel (bunga bayar di muka). Oleh
karena wesel berdiskonto ini bunga bayar di muka, maka harga jual wesel bila
diperjualbelikan selalu di bawah nilai nominal. Bagi bank yang membeli wesel
tersebut merupakan wesel tagih, sedangkan bagi perusahaan yang menjual
wesel tersebut ke bank merupakan wesel bayar.
 Utang obligasi (bonds debt) adalah utang uang untuk jangka waktu lebih dari
satu tahun yang dikeluarkan debitor (peminjam) dalam bentuk surat
pengakuan utang yang mempunyai nilai nominal tertentu. Utang obligasi
biasanya digunakan untuk membeli aset tetap (bangunan, mesin, dan alat).
Untuk memperoleh jaminan yang lebih besar atas pembayaran kembali utang
obligasi, biasanya pemegang obligasi (kreditor) mengenakan hipotek terhadap
aset tetap yang dibeli dari utang obligasi. Artinya pemegang obligasi (kreditor)
dapat menarik/menjual/melelang aset tetap tersebut untuk pelunasan utang
obligasi. Terdapat beberapa jenis obligasi, antara lain :
1) Obligasi biasa ialah obligasi yang bunganya tetap dibayar oleh debitor
dalam waktu tertentu, tanpa memandang debitor memperoleh laba atau
menderita rugi.
2) Obligasi hasil ialah obligasi yang bunganya dibayar debitor bila debitor
memperoleh laba, tetapi kreditor mempunyai hak kumulatif atas bunga.
3) Obligasi yang dapat ditukarkan adalah obligasi yang memberikan
kesempatan kepada pemegang obligasi (kreditor) untuk
menukarkannya dengan saham dari perusahaan pembuat obligasi.
 Kredit investasi (investment loan) adalah pinjaman yang diberikan bank untuk
keperluan memperoleh barang modal (harta tetap), seperti keperluan relokasi
pabrik, modernisasi, rehabilitasi alat/bangunan, ekspansi, dan lain-lain.
MANFAAT ANGGARAN UTANG
Anggaran utang sangat berguna untuk kemajuan perusahaan bila utang tersebut
dikelola dengan baik. Cara mengelola utang yang baik antara lain dengan cara membuat
anggaran utang. Dengan anggaran utang dapat diketahui saat utang tersebut diterima dan saat
utang dibayar. Mengenai kemampuan membayar utang dapat diketahui dari anggaran kas.
Menambah utang jangka pendek maupun utang jangka panjang dan modal sendiri
dimaksudkan untuk ekspansi, yaitu memperluas kegiatan perusahaan, memperluas kegiatan
produksi, memperluas kegiatan pemasaran dengan tujuan memperoleh laba yang sebesar-
besarnya.
Utang jangka pendek digunakan sebagai modal kerja, yaitu untuk membiayai kegiatan
rutin sehari-hari seperti membeli bahan baku (barang dagangan) serta membayar gaji dan
upah. Dengan bertambahnya utang jangka pendek berarti bertambah pula bahan baku yang
dibeli (bagi perusahaan manufaktur) atau barang dagangan yang dibeli (bagi perusahaan
dagang).
Utang jangka panjang dan modal sendiri digunakan untuk membiayai aset tak lancar,
seperti memperoleh bangunan, mesin, dan alat. Utang jangka panjang dan modal sendiri
diperlukan sebagai akibat dari bertambahnya kebutuhan utang jangka pendek untuk modal
kerja. Bahan baku bertambah berarti kegiatan produksi meningkat dan harus diimbangi
dengan menambah bangunan dan alat produksi lainnya untuk ekspansi yang pembiayaannya
bersumber dari utang jangka panjang dan modal sendiri. Bila keperluan investasi seperti
menambah bangunan dan alat produksi dibelanjai dari utang jangka pendek, hal ini dapat
mengganggu likuiditas dan mengganggu kelancaran membayar kewajiban yang harus segera
dibayar.
Dengan peningkatan kegiatan produksi dan pemasaran (ekspansi) sebagai akibat
peningkatan pembelanjaan dengan utang dan modal sendiri dapat memperbesar laba. Dari
segi pemasaran hal ini dapat merebut peluang pasar, sedangkan dari segi produksi dapat
menurunkan harga pokok produk sehingga harga jual menjadi lebih rendah. Semakin tinggi
tingkat produksi maka semakin rendah biaya tetap per unit. Artinya semakin tinggi tingkat
produksi maka semakin banyak bahan baku yang dibeli dan semakin banyak bahan baku
(barang dagangan) yang dibeli maka semakin besar kesempatan mendapatkan harga bahan
baku (barang dagangan) per unit yang murah. Oleh karena itu, dapat menurunkan biaya
variabel per unit, karena bahan baku dan barang dagangan salah satu unsur biaya variabel
yang pokok.
Hal ini akan memperbesar volume barang yang dijual dan dapat memperbesar laba,
yang akhirnya dapat meningkatkan rentabilitas ekonomis. Sebagai contoh, pada saat
perusahaan bekerja dengan modal sendiri sebesar Rp 1.000 dan beban usaha Rp 200 per
bulan, perusahaan mampu menjual 100 unit per bulan dengan harga jual Rp 15 per unit dan
harga pokok Rp 12 per unit. Pada saat perusahaan menambah utang sebesar Rp 500, beban
usaha Rp 300 per bulan, dan pajak 10%, perusahaan mampu menjual 150 unit per bulan
dengan harga jual Rp 12 per unit dan harga pokok Rp 8 per unit. Berdasarkan data tersebut,
dapat dihitung tingkat laba dan rentabilitas ekonomis perusahaan sebelum ada utang dan
setelah ada utang seperti pada Tabel

Pada Tabel tersebut tampak bahwa:


1) Jualan sebelum ada utang adalah 100 unit × Rp 15 = Rp 1.500, sedangkan jualan
setelah ada utang adalah 150 unit x Rp 12 = Rp 1.800.
2) Harga pokok barang terjual sebelum ada utang adalah 100 unit x Rp 12 - Rp 1.200,
sedangkan setelah ada utang adalah 150 unit * Rp * 8 = Rp * 1.2l .
3) Rentabilitas ekonomis sebelum ada utang adalah 100 + 1 = 10% sedangkan setelah
ada utang adalah 300 + 1.5 = 20%
4) Rentabilitas modal sendiri sebelum ada utang 90 + Rp 1 = 9% dan setelah ada utang
270+ 1.000 = 27%.
Dengan demikian, bila utang dikelola dengan baik dapat meningkatkan laba dan yang
terpenting adalah dapat meningkatkan rentabilitas, baik rentabilitas ekonomis maupun
rentabilitas modal sendiri. Sebaliknya, bila utang tidak dikelola dengan baik, bukannya laba
besar yang diterima tetapi justru rugi besar yang diderita. Oleh karena itu, anggaran utang
sangat penting dalam rangka usaha meningkatkan laba dan rentabilitas, pedoman dalam
pelaksanaan pekerjaan, dan alat pengawas dalam hal pembayaran utang.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANGGARAN UTANG
Semakin besar perusahaan maka kemungkinan untuk dapat bekerja dengan biaya
produksi rata-rata atau harga pokok yang lebih rendah juga lebih besar. Pada perusahaan yang
intensif modal, dijalankannya ekspansi adalah untuk menurunkan harga pokok per unitnya;
sedangkan pada perusahaan yang intensif tenaga, ekspansi terutama untuk memperbesar
omzet barang yang dijual, penggunaan yang lebih efisien dari produk sampingan, adanya
stabilisasi dalam produksi, dan makin berkurangnya kerugian karena menganggurnya aset
tetap. Faktor yang memengaruhi anggaran utang yaitu ekspansi dan struktur modal.
1) Ekspansi
Tidak ada sesuatu yang konstan. Tidak ada kehidupan politik, kehidupan
sosial, dan kehidupan ekonomi yang tidak berubah. Demikian pula halnya dalam
kehidupan perusahaan, selalu ada perubahan. Setiap perusahaan yang ingin tetap
hidup dan sukses haruslah berusaha agar dapat selalu berkembang. Berkembangnya
atau makin besarnya perusahaan selalu menyangkut masalah pembelanjaan.
Perusahaan yang mengadakan ekspansi selalu membutuhkan tambahan modal.
Kebutuhan modal untuk keperluan ekspansi semakin lama semakin besar karena sifat
ekspansi perusahaan yang dilakukan secara berangsur-angsur.
Pada umumnya ekspansi hanya membutuhkan tambahan modal kerja karena
perusahaan bekerja dengan kapasitas produksi yang sudah ada. Namun, apabila
kemudian perusahaan harus menambah alat produksi tahan lama atau membangun
pabrik baru, maka kebutuhan modalnya akan bertambah. Pada ekspansi ini selain
dibutuhkan tambahan modal kerja juga dibutuhkan tambahan modal tetap. Dengan
demikian, pengertian ekspansi itu dimaksudkan sebagai perluasan modal, baik
perluasan modal kerja saja maupun modal kerja dan modal tetap, yang digunakan
secara tetap dan terus-menerus di dalam perusahaan. Perluasan modal ini dapat
memperbesar utang.
Apabila ekspansi perusahaan berdasarkan atas pertimbangan untuk
memperbesar atau menstabilisasi laba yang diperoleh, maka ekspansi tersebut karena
motif ekonomi. Hal ini terjadi misalnya karena semakin besarnya permintaan terhadap
barang atau jasa yang dibuat oleh suatu perusahaan. Makin luas pasar bagi produknya
mendorong perusahaan tersebut untuk memperbanyak produksinya guna
mengimbangi tambahan permintaan atau tambahan luas pasar. Makin besar jumlah
produk yang dapat dijual berarti makin besar kemungkinan untuk mendapatkan laba,
sehingga setiap pemimpin perusahaan mempunyai harapan dan keinginan untuk dapat
selalu mengembangkan dan meluaskan perusahaannya.
Di samping motif ekonomi atau motif rasional sebagaimana diuraikan di atas,
terdapat motif lainnya, yaitu motif psikologis. Motif psikologis adalah motif yang
berdasarkan atas ambisi personal dari pemilik atau pemimpin perusahaan untuk
memperoleh prestise dan kekuasaan yang lebih besar.
Masalah yang penting dalam ekspansi ialah masalah penentuan besarnya
optimal perusahaan. Besarnya optimal perusahaan berbeda di setiap perusahaan
bahkan dalam satu perusahaan pun efisiensi maksimal dari tenaga kerja, modal, dan
manajemen dapat berubah pada tingkat pertumbuhan yang berbeda. Besarnya optimal
perusahaan mungkin tercapai sebelum tercapainya efisiensi maksimal dari tenaga
kerja, tetapi sesudah tenaga kerja itu mencapai imbangan yang optimal dengan modal.
Imbangan yang paling baik antara pekerja ahli dengan pekerja kasar mungkin terdapat
pada luas produksi yang berbeda-beda. Besarnya optimal perusahaan selalu berubah
dan hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor, misalnya besarnya dan watak dari
persaingan, berubahnya selera konsumen serta kemajuan teknologi atau konjungtur.
2) Struktur Modal
Dalam hubungannya dengan struktur keuangan dan struktur kekayaan, dikenal
adanya pedoman atau aturan struktur keuangan yang konservatif, baik vertikal
maupun horizontal Aturan struktur finansial (struktur keuangan) konservatif yang
vertikal memberikan batas imbangan yang harus dipertahankan oleh suatu perusahaan
mengenai besarnya modal asing (utang) dengan modal sendiri. Berdasarkan anggapan
bahwa pembelanjaan yang sehat itu pertama-tama harus dibangun atas dasar modal
sendiri, yaitu modal yang tahan risiko, maka aturan finansial tersebut menetapkan
bahwa besarnya modal asing (utang) dalam keadaan bagaimanapun juga tidak
melebihi besarnya modal sendiri. Koefisien utang, yaitu angka perbandingan antara
jumlah modal asing dengan modal sendiri tidak boleh melebihi 1:1. Setiap perluasan
basis modal sendiri akan memperbesar kemampuan perusahaan dalam menanggung
risiko yang akan dibelanjainya. Pandangan ini terutama didasarkan pada "prinsip
keamanan," hal ini akan memberikan pengaruh yang baik terhadap kreditor maupun
terhadap perusahaan sendiri.
Aturan struktur finansial konservatif yang horizontal memberikan batas
imbangan antara besarnya modal sendiri di satu pihak dengan besarnya aset tetap plus
sediaan di lain pihak. Aturan tersebut menyatakan bahwa keseluruhan "aset tetap" dan
"sediaan" harus sepenuhnya ditutup atau dibelanjai dengan modal sendiri, yaitu modal
yang tetap tertanam di dalam perusahaan. Dengan kata lain, besarnya modal sendiri
tidak boleh kurang atau lebih kecil dari jumlah aset tetap plus sediaan. Dengan
demikian, keadaan yang dianggap normal oleh aturan tersebut ialah keadaan besarnya
modal sendiri sama besarnya dengan jumlah aset tetap plus sediaan.
Apabila jumlah modal sendiri lebih kecil atau kurang dari besarnya aset tetap
plus sediaan, berarti aset tetap tersebut "kurang tertutup" oleh modal sendiri, sehingga
besarnya modal sendiri tidak cukup untuk menjamin atau menutup aset tetap tersebut.
Aset tetap dan sediaan merupakan aset yang akan tetap terikat dalam perusahaan
untuk jangka waktu yang lama sehingga untuk mempelajari aset tersebut juga
diperlukan modal yang akan tetap tertanam dalam perusahaan, yaitu dalam bentuk
modal sendiri. Apabila besarnya modal sendiri lebih kecil dari aset tetap plus sediaan,
berarti bahwa sebagian dari aset tersebut dibelanjai dengan modal asing. Apabila
jangka waktu modal asing tersebut lebih pendek dari jangka waktu terikatnya dana
dalam aset tetap tersebut, hal ini akan mengganggu likuiditas perusahaan yang
bersangkutan. Sebaliknya, apabila jumlah modal sendiri lebih besar dari jumlah aset
tetap plus sediaan, berarti modal sendiri adalah "lebih dari cukup" untuk menutup aset
tetap tersebut, sehingga kelebihannya itu dapat digunakan untuk menutup sebagian
aset lancar.
Jadi, apabila modal sendiri kecil maka besarnya utang (modal asing) juga
kecil, sebaliknya bila modal sendiri besar maka utang (modal asing) juga dapat besar,
tetapi tidak melebihi besarnya modal sendiri.
Sebagai contoh, perusahaan X mempunyai modal sendiri Rp 100.000, aset
lancar Rp 20.000 dan aset tak lancar Rp 80.000; sementara perusahaan Y mempunyai
modal sendiri Rp 60.000, aset lancar Rp 10.000, aset tak lancar Rp 50.000.
Perusahaan X dapat menambah utang maksimal Rp 100.000, sedangkan perusahaan Y
dapat menambah utang maksimal Rp 60.000.
PENYUSUNAN ANGGARAN UTANG
Penyusunan anggaran utang merupakan tanggung jawab Departemen Keuangan.
Langkah pertama, Departemen Keuangan bekerja sama dengan Departemen Pembelian Rutin
untuk mengumpulkan data belian dan syaratnya. Langkah kedua, menghitung anggaran utang
usaha pada periode tertentu. Langkah ketiga, menyusun anggaran utang usaha.
Untuk penyusunan anggaran utang jangka panjang untuk keperluan investasi,
Departemen Keuangan bekerja sama dengan Departemen Produksi untuk mengumpulkan
data alat produksi yang akan dibeli sebagai langkah pertama. Langkah kedua, mengumpulkan
data jangka waktu kredit dan bunga serta pembayarannya. Langkah ketiga, menghitung dan
menentukan besarnya anggaran utang.
Dalam hal penyusunan anggaran utang dibuat ilustrasi penyusunan anggaran utang
jangka pendek dan utang jangka panjang untuk kredit investasi.
PENYUSUNAN ANGGARAN UTANG JANGKA PENDEK
Sebagai ilustrasi penyusunan anggaran utang jangka pendek berupa utang usaha,
misalkan belian dianggarkan dari PT Bulehai selama tiga bulan sebagai berikut.

Januari 20.000
Februari 30.000
Maret 40.000
Jumlah = 90.000
Syarat pembayaran 5/20/net 30, artinya pembeli mendapat potongan 5% dari barang
yang dibeli bila membayar dalam waktu 20 hari sejak barang diterima dengan jangka waktu
kredit paling lambat 30 hari. Berdasarkan kebiasaan membayar:
a. 50% dari belian setiap bulannya dibayar dalam waktu 20 hari setelah bulan belian.
b. 30% dibayar dalam waktu sesudah 20 hari dalam bulan yang sama.
c. 20% dibayar dalam bulan kedua sesudah bulan belian.
Dari data tersebut dapat dihitung utang usaha yang dibayar sebagai berikut.
Dengan demikian, seluruh utang usaha yang dibayar kepada pemasok (kas keluar)
sebesar Rp 87.750, yaitu bulan Februari Rp 15.500, Maret Rp 27.250, April Rp 37.000, dan
Mei Rp 8.000. Jumlah belian selama 3 bulan sebesar Rp 90.000, yaitu seluruh utang usaha
yang dibayar kepada pemasok sebesar Rp 87.750 tambah potongan belian sebesar Rp 2.250.
Potongan belian sebesar Rp 2.250, terdiri atas bulan: Februari Rp 500, Maret Rp 750,
dan April Rp 1.000. Adapun anggaran utang usaha PT Bulehai selama tiga bulan dapat
dihitung sebagai berikut:

PENYUSUNAN ANGGARAN UTANG JANGKA PANJANG


Untuk beli mesin dan alat pabrik rencananya dibelanjai (dibiayai) dengan kredit
investasi bank sebesar Rp 11.000.000 dengan ketentuan:
a. Bunga 12% setahun dibayar tiap akhir tahun.
b. Angsuran pinjaman beserta bunganya dihitung secara anuitas.
c. Angsuran pokok pinjaman dibayar tiap akhir tahun.
d. Jangka waktu pinjaman terhitung dari awal tahun selama 5 tahun dengan tenggang
waktu (grace period) 1 tahun, selama tenggang waktu bunga dibayar.
Menyusun rencana angsuran pinjaman (utang) di bank berjangka panjang beserta
bunganya dengan perhitungan sebagai berikut:
Setelah membuat perhitungan yang menghasilkan angsuran pinjaman setahun sebesar
Rp 3.621.579, kemudian dibuat anggaran utang jangka panjang seperti pada Tabel berikut :

Sisa utang pada Tabel 13-2 merupakan anggaran utang jangka panjang di bank,
sedangkan angsuran merupakan jumlah kas keluar tiap akhir tahun. Kas masuk dari pinjaman
sebesar Rp 11.000.000 diterima awal tahun, tetapi dibayarkan kembali untuk beli mesin dan
alat pabrik seluruhnya pada awal tahun.
ANGGARAN KAS
Anggaran kas disebut juga dengan anggaran perubahan kas dan ada juga yang
menyebut dengan anggaran sumber dan penggunaan kas, tetapi sebaiknya disebut
anggaran sumber dan belanja kas atau anggaran masuk dan keluar kas daripada
anggaran sumber dan penggunaan kas.
Kas merupakan aset yang paling likuid, semakin besar kas yang dimiliki
perusahaan semakin tinggi tingkat likuiditas, semakin tinggi tingkat kemampuan
membayar kewajiban jangka pendek (utang lancar). Namun perusahaan yang
mempunyai tingkat likuiditas yang tinggi karena adanya kas dalam jumlah besar
berarti tingkat putaran kas tersebut rendah dan mencerminkan adanya kelebihan
investasi dalam kas dan berarti pula bahwa perusahaan kurang efektif dalam
mengelola kas. Jumlah kas relatif kecil akan mempertinggi putaran kas dan
meningkatkan rentabilitas (meningkatkan kemampuan memperoleh laba), tetapi
dengan kas yang kurang (terlalu kecil) dapat menganggu kemampuan membayar
(tidak likuid) sewaktu ada tagihan, yang pada akhirnya juga akan menganggu
rentabilitas Dengan demikian kas mempunyai peranan penting dalam menentukan
kelancaran kegiatan perusahaan. Oleh karena itu, kas harus direncanakan dan diawasi
dengan baik, baik arus kas masuk maupun arus kas keluar.
Kas adalah uang yang siap dan bebas digunakan. Kas meliputi uang kartal,
uang giral. dan simpanan giro di bank. Uang kartal adalah uang yang berlaku resmi di
wilayah suatu negara, misalnya mata uang rupiah yang diedarkan oleh Bank Indonesia
berlaku resmi di wilayah negara Indonesia. Uang giral adalah uang yang berasal dari
simpanan giro, seperti cek yang siap diuangkan dan bilyet giro yang siap
dipindahbukukan.
Anggaran kas bukan hanya menunjukkan jumlah keseluruhan pembelanjan
yang diperlukan, tetapi juga kapan kas tersebut diperlukan. Anggaran kas ini
menunjukan jumlah kas yang diperlukan setiap bulan, setiap minggu, bahkan setiap
hari, merupakan alat manajer keuangan yang paling penting. Anggaran kas adalah
anggaran yang menunjukan perubahan kas dan memberikan alasan mengenai
perubahan kas tersebutdengan menunjukan arus kas masuk sebagai sumber kas dan
arus kas keluar sebagai arus kas dibelanjakan (digunakan) sehingga tampak kelebihan
atau kekurangan kas, dan saldo kas selama periode tertentu dari suatu organisasi.
Anggaran kas yang dibandingkan dengan laporan arus kas disebut laporan realisasi
anggaran kas. Laporan arus kas adalah realisasi dari anggaran kas.
Penyusunan anggaran kas merupakan cara yang efektif untuk merencanakan
dan mengendalikan arus kas, memperkirakan keperluan kas, dan secara efektif
menggunakan kas yang berlebih (surplus) maupun kas yang kurang (defisit). Pada
saat surplus kas dapat digunakan membayar utang dan dapat diinvestasikan pada surat
berharga jangka pendek untuk mendapatkan laba. Pada saat defisit kas dapat segera
diupayakan untuk menutupinya, misalnya dengan cara meminjam, menambah modal
pemilik, menjual aset yang menganggur, dan sebagainya.
Tujuan Penyusunan Anggaran Kas
Tujuan utama penyusunan anggaran kas adalah merencanakan posisi likuiditas
sebagai dasar untuk menentukan pinjaman di masa datang dan investasi yang akan
dilakukan. Tujuan penyusunan anggaran kas antara lain untuk:
a. Menentukan saldo (posisi) kas akhir setiap periode sebagai hasil dari
operasi yang dijalankan. Saldo kas akhir diperoleh dari saldo kas awal
ditambah kas masuk dikurang kas keluar pada periode yang sama.
b. Mengetahui kelebihan (surplus) atau kekurangan (defisit) kas pada
waktunya. Kelebihan kas terjadi bila kas masuk lebih besar daripada kas
keluar, sebaliknya defisit terjadi bila kas masuk lebih kecil daripada kas
keluar. Dalam keadaan kelebihan kas dapat digunakan untuk membayar
utang agar beban bunga dapat diperkecil, dan/atau diinvestasikan pada
surat berharga jangka pendek untuk mendapatkan laba dari investasi
tersebut. Dalam keadaan kekurangan kas, manajemen harus segera
menutupi kekurangan kas tersebut dengan cara mencari sumber dana
pinjaman, menambah modal pemilik, dan menjual aset yang menganggur.
c. Menyelaraskan kas dengan aset lancar, aset tak lancar, utang, modal,
dapatan, dan beban.
d. Mengetahui sumber kas masuk yang diperoleh selama satu periode dan
digunakan untuk apa sumber kas masuk tersebut, hal ini tampak pada arus
kas keluar. Mengetahui arus kas masuk dan arus kas keluar penting bagi
kreditor jangka pendek, karena dapat diketahui kebijakan manajemen
dalam mengelola kas
e. Mengetahui kapan utang dibayar kembali.
f. Menilai realisasi kas masuk dan kas keluar agar dapat diketahui selisih
realisasi dengan anggaran, selisih menguntungkan atau selisih merugikan.
g. Memperkirakan sumber kas masa akan datang dari arus kas masuk dan ke
mana kas tersebut digunakan dari arus kas keluar.
h. Menunjukan hubungan laba bersih terhadap perubahan kas perusahaan.
Biasanya laba bersih bergerak bersama. Tingginya tingkat laba
menyebabkan peningkatan kas.
KEGUNAAN ANGGARAN KAS
Anggaran kas berguna bagi manajemen sebagai dasar untuk menilai
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan menilai keperluan perusahaan
untuk menggunakan arus kas tersebut. Dalam proses pengambilan keputusan
ekonomi, manajemen perlu melakukan evaluasi terhadap kemampuan perusahaan
menghasilkan kas serta kepastian memperolehnya, dan secara rinci kegunaan
anggaran kas antara lain sebagai berikut:
a. Menggunakannya sebagai dasar yang sehat untuk pemantauan posisi kas
secara terus-menerus.
b. Menggunakannya sebagai dasar pengambilan keputusan pinjaman jangka
pendek atau pinjaman jangka panjang; atau dengan tambahan modal
sendiri untuk menutupi defisit kas. Dicari sumber dana yang paling
menguntungkan.
c. Menggunakannya sebagai dasar kebijakan pemberian kredit. Dengan
anggaran kas dapat diketahui kemampuan perusahaan
mengangsur/membayar kredit.
d. Menggunakannya dalam menentukan kemampuan perusahaan membayar
dividen kepada pemegang saham.
e. Menggunakannya dalam meningkatkan kemampuan membayar kewajiban
jangka pendek.
f. Menggunakannya dalam memperkuat posisi dalam penawaran.
Beberapa analis menggunakan analisis anggaran kas untuk mengidentifikasi tanda
bahaya mengenai situasi keuangan perusahaan. Informasi terpenting yang disediakan
anggaran kas adalah ikhtisar kas keluar. Bagaimana perusahaan membelanjakan
kasnya saat ini dan menentukan sumber kas masa akan datang. Perusahaan dapat saja
membelanjakan kasnya untuk membeli aset yang dapat menghasilkan pada masa akan
datang, tetapi jika perusahaan tidak menggunakannya dengan bijak, kas sedikit demi
sedikit akan habis.
Contoh anggaran kas PT Purnasari, tampaknya PT Purnasari semakin
berkembang dengan membeli aset tetap Rp 30.600 untuk mengganti aset tetap yang
dijual Rp 6.200, tetapi masalahnya kas masuk bersih dari kegiatan pendanaan maupun
operasi tidak mencukupi untuk membelanjai aset tetap yang dibeli tersebut, dan
sebagai akibatnya terjadi kekurangan kas. Hal tersebut akan membahayakan keuangan
perusahaan, karena akan mengganggu likuiditas.
FAKTOR YANG MEMENGARUHI ANGGARAN KAS
Anggaran kas masuk dan anggaran kas keluar besar kecilnya dipengaruhi oleh
faktor kegiatan perusahaan, yaitu kegiatan operasi, kegiatan investasi, dan kegiatan
pendanaan.

 Kegiatan Operasi
Kegiatan operasi adalah kegiatan perusahaan yang bersifat rutin dan terus-
menerus dilakukan. Kegiatan operasi utama dari perusahaan adalah membeli
dan menjual produk/ jasa. Semakin banyak kegiatan membeli produk/jasa
semakin besar jumlah kas keluar yang diperlukan, sebaliknya semakin sedikit
kegiatan membeli produk/jasa semakin kecil jumlah kas keluar yang
diperlukan. Pada sisi lain, semakin banyak menjual produk/jasa semakin besar
kas masuk yang diterima, sebaliknya semakin sedikit kegiatan menjual
produk/jasa semakin kecil kas masuk yang diterima.
 Kegiatan Investasi
Kegiatan investasi adalah kegiatan yang dapat meningkatkan dan menurunkan
aset tak lancar yang digunakan perusahaan. Kegiatan investasi seperti menjual
dan membeli surat berharga jangka panjang. Menjual dan membeli aset tetap
(tanah, bangunan, kendaraan dan lain-lain).
 Kegiatan Pendanaan
Semakin banyak membeli surat berharga dan aset tetap semakin besar kas
keluar yang diperlukan, sebaliknya semakin sedikit membeli surat berharga
dan aset tetap semakin kecil kas keluar yang diperlukan. Pada sisi lain,
semakin banyak menjual surat berharga dan aset tetap semakin besar kas
masuk yang diterima, sebaliknya semakin sedikit menjual surat berharga dan
aset tetap semakin kecil kas masuk yang diterima.
Kegiatan pendanaan adalah kegiatan yang berkaitan dengan utang dan
modal sendiri. Kegiatan pendanaan seperti; menerima uang dalam bentuk
utang yang berasal dari kreditor dan membayar pokok utang kepada kreditor,
menerima uang dari pemodal atas saham yang dijual (setoran modal), dan
membayar kepada pemodal atas saham bendahara yang dibeli (prive untuk
badan usaha yang bukan perseroan terbatas).
Semakin banyak modal yang disetor (saham dijual) dan semakin
banyak utang yang diterima semakin besar kas masuk, sebaliknya semakin
sedikit modal disetor (saham dijual) dan semakin sedikit utang yang diterima
semakin kecil kas masuk. Pada sisi lain, semakin banyak saham yang dibeli
dan semakin banyak pokok utang yang dibayar semakin besar kas keluar,
sebaliknya semakin sedikit sajam bendahara dibeli dan semakin sedikit pokok
utang dibayar semakin kesil kas skeluar.
PENDEKATAN DALAM PENYUSUNAN ANGGARAN KAS
Dalam menyusun anggaran kas ada dua pendekatan yang dapat digunakan,
yaitu (1) pendekatan kas masuk dan kas keluar, (2) pendekatan akunting keuangan.
Pendekatan kas masuk dan kas keluar kadang-kadang disebut juga dengan metode
langsung. Pendekatan akunting keuangan kadang-kadang disebut juga dengan metode
ikhtisar laba rugi atau metode tak langsung.

 Pendekatan Kas Masuk dan Kas Keluar


Metode ini didasarkan pada analisis naik dan turun kas yang dianggarkan yang
mencerminkan semua arus kas masuk dan kas keluar dari anggaran jualan,
anggaran biaya/beban, dan anggaran tambahan produk modal. Metode ini
sering digunakan untuk anggaran kas jangka pendek sebagai bagian dari
rencana laba tahunan. Oleh karena itu metode ini disebut juga dengan
pendekatan anggaran kas jangka pendek. Disebut pendekatan anggaran kas
jangka pendek, karena biasanya anggaran dengan metode ini dibuat paling
lama periodenya setahun. Selama setahun tersebut periode anggaran dibagi
dalam tiap triwulan, bulan, minggu, atau hari.
Disebut pendekatan kas masuk dan kas keluar, karena dalam menyusun
anggaran kas terlebih dahulu ditaksir sumber kas masuk, kemudian ditaksir
belanja kas keluar. Setelah itu ditentukan apakah terjadi kelebihan kas atau
kekurangan kas. Dikatakan metode langsung karena metode ini langsung
secara rinci mengidentifikasi dari transaksi sumber kas atau arus kas masuk
dan belanja kas atau arus kas keluar.
 Pendekatan Akunting Keuangan
Titik tolak dalam pendekatan ini adalah laba bersih diubah dari dasar akrual
menjadi dasar kas, artinya disesuaikan dengan perubahan rekening penundaan
rekening bukan kas, seperti: beban/biaya terutang, beban/biaya bayar di muka,
depresiasi/ penyusutan/ Sedighapusan/amortisasi. Pendekatan ini tidak
membutuhkan data yang rinci dan lebih sedikit rinciannya tentang arus kas
masuk dan arus kas keluar. Metode ini lebih cocok untuk anggaran kas jangka
panjang. Oleh karena itu metode ini disebut juga dengan pendekatan anggaran
kas jangka panjang. Metode ini dikatakan pendekatan akunting keuangan,
karena cara penyusunan anggaran kas berdasarkan ikhtisar labarugi dan neraca
yang dihasilkan akunting keuangan. Oleh karena penyusunan anggaran kas
didasarkan ikthisar laba rugi dan neraca maka disebut metode tak langsung.
PENYUSUNAN ANGGARAN KAS
Anggaran kas dapat disusun dalam dua bentuk, yaitu (1) bentuk tunggal, dan
(2) bentuk campuran. Anggaran kas bentuk tunggal disusun dengan cara
mengelompokkan satu kelompok kas masuk dan satu kelompok lagi kas keluar.
Anggaran kas bentuk campuran disusun dengan cara tiap kegiatan kas masuk
dikurangkan dengan kas keluarnya sehingga dapat diketahui kas masuk bersih atau
kas keluar bersih dari masing-masing kegiatan perusahaan.
Langkah Penyusunan Anggaran Kas
Cara yang baik untuk menilai suatu perusahaan adalah dengan mendasarkan
pada tiga jenis kegiatan perusahaan yang utama. Setelah perusahaan berdiri dan
berjalan, kegiatan operasi merupakan kegiatan penting (utama), diikuti oleh kegiatan
investasi, dan kegiatan pendanaan. Kegiatan operasi, kegiatan investasi, dan kegiatan
pendanaan terdapat dalam penyusunan anggaran kas masuk dan kas keluar.
a. Pendekatan Kas Masuk dan Kas Keluar
Langkah dalam menyusun anggaran kas bergantung pada pendekatan penyusunan
anggaran kas yang digunakan. Seperti baru saja dikemukakan pendekatan
penyusunan anggaran kas ada dua, yaitu (1) pendekatan kas masuk dan kas keluar,
(2) pendekatan akunting keuangan. Dengan demikian langkah penyusunan
anggaran kas juga ada dua pendekatan.
Langkah pertama, penyusunan anggaran kas menggunakan pendekatan kas
masuk dan kas keluar dimulai dari menyusun anggaran kas masuk. Pada Gambar 12-1
tampak arus kas masuk terdapat pada kegiatan operasi, kegiatan investasi, dan
kegiatan pendanaan. Langkah penyusunan anggaran kas dengan pendekatan kas
masuk dan kas keluar atau metode langsung dapat dijelaskan melalui gambar 12-1.

Kas masuk dari hasil menjual surat berharga yang diperdagangkan, dapatan
bunga, jasa giro, dividen, logikanya dapat diklasifikasikan sebagai kas masuk dari
kegiatan investasi dan/atau kegiatan pendanaan, tetapi standar/prinsip akunting yang
lazim dalam hal arus kas menghendaki diklasifikasikan sebagai arus kas yang berasal
dari kegiatan operasi. Hal ini disebabkan karena hasil menjual surat berharga yang
perdagangkan, dapatan bunga dan dividen meningkatkan laba bersih, dan beban
bunga menurunkan dapatan. Adapun laba bersih dari dasar akrual yang diubah
menjadi dasar kas merupakan arus kas dari kegiatan operasi. Oleh karena itu hasil
menjual surat berharga yang diperdagangkan Kegiatan bunga dan dapatan dividen,
dan beban bunga dilaporkan sebagai arus kas dalam operasi. Kas masuk dari kegiatan
operasi: (1) dari pelanggan adalah dapatan jualan ditambah piutang usaha awal
dikurang piutang usaha akhir atau dapatan jualan ditambah piutang usaha yang turun
atau dapatan jualan dikurang piutang usaha yang naik, (2) dari bunga piutang adalah
dapatan bunga ditambah piutang bunga yang turun atau dapatan bunga dikurang
piutang bunga yang naik, (3) dari dividen atas investasi saham adalah dapatan dividen
ditambah piutang dividen yang turun atau dapatan dividen dikurang piutang dividen
yang naik.
Kas masuk dari kegiatan investasi, seperti kas diterima dari hasil menjual aset tak
lancar, seperti aset tetap berwujud dan aset tetap tak berwujud, surat berharga jangka
panjang. Kas yang diterima dari angsuran pokok pinjaman yang diberikan, dan hasil
menjual segmen (pangsa) perusahaan juga termasuk arus kas masuk dari kegiatan
investasi. Kas masuk dari kegiatan pendanaan meliputi kegiatan untuk memperoleh
kas dari pemodal (investor) dan kreditor, seperti saham disetor (modal disetor), jual
saham bendahara, pinjam uang dengan mengeluarkan surat wesel/promes, obligasi,
dan hipotek (utang jangka panjang).
Langkah kedua adalah menyusun anggaran kas keluar. Kas keluar untuk
kegiatan operasi, seperti membayar kepada pemasok untuk produk/jasa yang dibeli
secara rutin, membayar surat berharga yang dibeli untuk diperdagangkan, bayar
gaji/upah/bonus dan sejenisnya kepada pengawai, bayar bunga utang, bayar pajak,
bayar berlangganan listrik- air-telepon, dan beban rutin lainnya.
Kas keluar dari kegiatan operasi: (1) untuk bayar kepada pemasok adalah harga
pokok produk terjual ditambah sediaan yang naik (dikurang sediaan yang turun)
ditambah utang usaha yang turun (dikurang utang usaha yang naik), (2) untuk bayar
beban usaha (di luar gaji dan upah) adalah beban usaha ditambah beban bayar di
muka yang naik (dikurang beban bayar di muka yang turun) dikurang beban terutang
yang naik (ditambah beban terutang yang turun), (3) untuk bayar beban gaji dan upah
adalah beban gaji dan upah ditambah utang gaji dan upah yang turun (dikurang utang
gaji dan upah yang naik), (4) untuk bayar beban bunga adalah beban bunga ditambah
utang bunga yang turun (dikurang utang bunga yang naik), (5) untuk bayar pajak
adalah beban pajak ditambah utang pajak yang turun (dikurang utang pajak yang
naik).
Kas keluar untuk kegiatan investasi, contohnya antara lain membayar pinjaman
diberikan, membeli aset tak lancar (surat berharga jangka panjang, aset tetap), dan
lain-lain.
Kas keluar untuk kegiatan pendanaan, seperti: beli saham bendahara dari pemodal,
bayar pokok utang jangka panjang pada kreditor, dan bayar dividen. Bayar dividen
diklasifikasikan sebagai arus kas kegiatan pendanaan karena merupakan biaya sumber
daya keuangan.
Langkah ketiga adalah mengurangkan arus kas masuk dengan arus kas keluar.
Bila arus kas masuk lebih besar daipada arus kas keluar, berarti terjadi kelebihan
(surplus) kas, sebaliknya bila jumlah kas masuk lebih kecil daripada jumlah kas
keluar, berarti terjadi kekurangan (defisit) kas. Bila kekurangan kas tersebut lebih
besar daripada saldo kas awal dan/atau di bawah saldo minimal maka kekurangan kas
tersebut harus segera ditutupi, misalnya dengan menambah pinjaman (utang).
Langkah keempat dalam penyusunan anggaran kas, yaitu menghitung saldo kas
akhir dengan cara saldo kas awal ditambahkan dengan kelebihan kas atau saldo kas
awal dikurangi dengan kekurangan kas, ditambah dengan tambahan pinjaman,
dikurang dengan angsuran (pembayaran) pinjaman dan bunga.
Pendekatan Akunting Keuangan
Penyusunan anggaran kas menggunakan pendekatan akunting keuangan atau
metode tak langsung dapat dilakukan dengan cara menganalisis perubahan yang
terjadi dalam anggaran neraca dan anggaran laba rugi yang diperbandingkan antara
dua periode serta informasi lain yang mendukung terjadinya perubahan tersebut.
Dalam menganalis perubahan yang terjadi harus diperhatikan kemungkinan adanya
perubahan atau transaksi yang tidak memengaruhi kas. Transaksi yang tidak
memengaruhi kas antara lain:
a. Beban penyusutan (depresiasi, penghapusan, amortisasi, dan deplesi).
b. Aset dinilai kembali.
c. Dividen dalam bentuk saham atau bonus dalam bentuk saham.

Penyusunan anggaran kas dengan pendekatan akunting keuangan dapat dijelaskan


melalui gambar 12-2.

Pada Gambar 12-2 tampak laba bersih yang diperoleh perusahaan karena
dapatan lebih besar daripada beban. Laba bersih yang diperoleh dari ikhtisar laba rugi
yang dihasilkan akunting keuangan yang biasanya menggunakan dasar akrual diubah
menjadi dasar kas. Kas masuk dimulai dari laba bersih ditambah beban depresiasi,
ditambah beban amortisasi ditambah beban deplesi, ditambah beban penghapusan
piutang, ditambah rugi menjual aset tak lancar, ditambah piutang dan sediaan (aset
lancar di luar kas) yang turun, ditambah utang jangka pendek yang naik.
Kas keluar dimulai rugi bersih ditambah laba dari jual aset tak lancar,
ditambah aset lancar di luar kas (piutang dan sediaan) yang naik, ditambah utang
jangka pendek yang turun.
Pada dasarnya dalam metode ini arus kas dimulai dari laba bersih, penyesuaian
terhadap laba bersih dibuat untuk transaksi yang tidak memengaruhi kas. Laba bersih
dari dasar akrual diubah menjadi dasar kas sehingga diperoleh arus kas dari kegiatan
operasi. Arus kas dari kegiatan investasi dan kegiatan pendanaan seperti hasil menjual
aset tetap, menambah aset tak lancar, melunasi utang, membayar dividen, dihitung
sama seperti pendekatan kas masuk dan kas keluar (metode langsung).
Sebagai contoh laba bersih dari dasar akrual diubah menjadi dasar kas, terlihat
seperti Tabel 12-1

Pada Tabel 12-1 tampak arus kas masuk bersih dari kegiatan operasional
adalah laba bersih Rp 225.000 ditambah penyusutan Rp 100.000, yaitu berjumlah Rp
325.000, atau laba usaha sebelum penyusutan Rp 350.000 dikurang pajak Rp 25.000,
sehingga arus kas masuk bersih berjumlah Rp 325.000.
Ilustrasi Penyusunan Anggaran Kas
Sebagai ilustrasi dalam contoh penyususnan anggaran kas sebagai berikut ini
disajikan ringkasan transaksi dari PT Purnasari selama tahun 2017 yang dianggarkan.
Kegiatan operasi
1. Terima tagihan dari pelanggan Rp 27.000
2. Terima dari bunga piutang Rp 1.000
3. Terima dividen dari investasi saham Rp 900
4. Bayar utang kepada pemasok Rp 13.000
5. Bayar gaji dan upah Rp 5.600
6. Bayar bunga utang Rp 1.600
7. Bayar pajak Rp 1.500
Kegiatan investasi:
8. Bayar beli aset tetap Rp 30.600
9. Bayar pinjaman diberikan untuk perusahaan lain Rp 1.100
10. Terima dari hasil jual aset tetap Rp 6.200
Kegiatan pendanaan:
11. Terima dari hasil jual saham biasa Rp 15.000
12. Terima dari hasil jual obligasi (utang jangka panjang) Rp 9.500
13. Bayar dividen Rp 1.700
14. Bayar utang jangka panjang Rp 9.000

Tabel 12-2
Anggaran Neraca Komperatif
Adapun data anggaran neraca komparatif dari PT Purnasari tahun 2016 dan 2017
tampak seperti Tabel 12-2.
Berdasarkan data kegiatan operasi, kegiatan investasi, kegiatan pendanaan, anggaran
laba rugi tahun 2017, dan Tabel 12-2 dapat disusun anggaran kas dalam dua
pendekatan, pendekatan kas masuk dan kas keluar, (2) pendekatan akunting
keuangan. Tiap pendekatan dapat dibuat dua macam anggaran kas, yaitu (1) bentuk
tunggal, dan (2) bentuk campuran.
Pendekatan Kas Masuk dan Kas Keluar
Berdasarkan data ringkasan transaksi dari PT Purnasari selama tahun 2017 dapat
disusun anggaran kas pendekatan kas masuk dan kas keluar (metode langsung) dalam
bentuk tunggal seperti Tabel 12-3 dan anggaran kas dalam bentuk campuran seperti
Tabel 12- 4.
Anggaran kas pada Tabel 12-3 dapat dibuat ringkasannya sebagai berikut:
Kas masuk Rp 59.000
Kas keluar 64.100
Kekurangan kas Rp 4.000
Kas awal 12.700
Kas akhir Rp 8.200

Anda mungkin juga menyukai