Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dalam kondisi persaingan yang semakin tajam, akan memaksa perusahaan untuk berlomba
memberikan kemudahan dalam persyaratan penjualan. Hal ini dapat dilakukan misalnya
dengan mengubah syarat, perusahaan dapat menjual produknya yang semula dengan cara
tunai kemudian diubah dengan cara kredit. Dengan demikian maka akan timbul piutang,
semakin longgar persyaratan yang diberikan tentunya dengan asumsi langganan tidak
mengubah kebiasaan membayarnya maka akan semakin besar jumlah piutang yang dimiliki.
Masalah piutang ini menjadi begitu penting dalam kaitannya dengan perusahaan manakala
harus menentukan berapa jumlah piutang yang optimal? Di samping itu piutang juga harus
dikelola dengan efisien yang menyangkut tentang laba atau tambahan laba yang diperoleh
dengan perubahan kebijakan penjualan dengan beban yang timbul karena adanya piutang.
Di dalam makalah ini akan dibicarakan analisis kredit yang menyangkut laba yang diperoleh
dengan beban yang timbul dengan adanya piutang itu. Memang terdapat trade of antara kedua
hal tersebut, apabila perusahaan menghendaki labanya meningkat maka jumlah piutang dapat
diperbesar, tetapi hal ini akan menimbulkan adanya beban seperti potongan kredit, piutang
yang mungkin tak dapat ditagih.
Seperti halnya keputusan investasi pada aktiva yang lain, penentuan kebijakan kredit yang
optimal memerlukan perhitungan yang cermat yang menyangkut tambahan biaya dan
tambahan laba pada berbagai kebijakan kredit. Selain itu tujuan manajemen piutang juga harus
konsisten dengan tujuan investasi aktiva yang lain, yakni maksimisasi kemakmuran pemegang
saham. Perusahaan dapat meningkatkan investasi pada piutang sepanjang tambahan
keuntungan yang timbul adanya piutang tersebut masih lebih besar daripada tambahan biaya
investasi piutang itu.
Apabila kita asumsikan bahwa semua faktor relatif konstan seperti kondisi ekonomi, harga,
biaya produksi, biaya iklan, maka kenaikan penjualan akan meningkatkan keuntungan
perusahaan. Tetapi dilain pihak kenaikan penjualan kredit tersebut juga akan mengakibatkan
kenaikan biaya yang meliputi opportunity costs tambahan dana untuk investasi pada piutang,
tambahan biaya pengumpulan piutang. Akhirnya perubahan kebijakan kredit yang makin
longgar sering menimbulkan adanya piutang yang tidak dapat ditagih.
Untuk menentukan kebijakan kredit yang optimal, manajer keuangan harus
mempertimbangkan beberapa variabel penting yang berkaitan dengan piutang, yang meliputi:
standar kredit, persyaratan kredit (credit term) dan usaha pengumpulan piutang. Semua faktor
tersebut akan dibahas di dalam makalah ini.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud dengan piutang dan kredit?
2. Bagaimana arus kas dari pemberian kredit?
3. Bagaimanakah investasi dalam piutang?
4. Apakah komponen dari kebijakan kredit?
5. Apakah rasio-rasio yang berhubungan dengan piutang?
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PIUTANG DAN KREDIT


Piutang merupakan komponen aktiva lancar yang penting dalam aktivitas ekonomi suatu
perusahaan karena merupakan aktiva lancar perusahaan yang paling besar setelah kas. Piutang
timbul karena adanya penjualan barang atau jasa secara kredit, bisa juga melalui pemberian
pinjaman.
Pengertian piutang menurut Martono dan Harjito (2007 : 95), piutang dagang (account
receivable) merupakan tagihan perusahaan kepada pelanggan atau pembeli atau pihak lain
yang membeli produk perusahaan. Sedangkan secara umum pengertian kredit perdagangan
menurut Kasmir (2013: 243-250) adalah Penjualan barang di mana pembayarannya dilakukan
secara angsuran (cicilan) sesuai kesepakatan yang dibuat antara penjual dan pembeli untuk
jangka waktu tertentu dengan masing-masing hak dan kewajibannya. Sehingga, pemberian
kredit menurut Stephen A. Ross dapat diartikan sebuah investasi yang terkait dengan penjualan
dari produk atau jasa.
Alasan perusahaan memberikan kredit adalah sebagai cara untuk menstimulasi pelanggan
yaitu salah satu upaya perusahaan dalam menarik minat beli konsumen untuk memenangkan
persaingan. Kebijakan piutang yang baik adalah kebijakan piutang yang bisa mengoptimalkan
trade-off keuntungan dan kerugian dari piutang. Biaya yang terkait dengan trade off pemberian
kredit ini meliputi dua hal. Pertama, terdapat kemungkinan bahwa pelanggan tidak akan
membayar. Kedua, perusahaan harus menanggung biaya dari memberikan piutang.
Dari sudut pandang akuntansi, ketika kredit diberikan, piutang usaha diciptakan. Piutang
seperti ini meliputi kredit ke perusahaan lain (kredit dagang / trade credit), dan kredit yang
diberikan kepada konsumen (kredit konsumsi / consumer credit).

B. ARUS KAS DARI PEMBERIAN KREDIT

Seperti yang ditunjukkan oleh garis waktu di atas, urutan kejadian yang umum ketika
sebuah perusahaan memberikan kredit adalah sebagai berikut : (1) penjualan kredit dibuat, (2)
pelanggan mengirimkan sebuah cek ke perusahaan, (3) perusahaan mendepositokan cek, dan
(4) rekening perusahaan dikredit dengan jumlah yang tertera di cek.
Berdasarkan pembahasan pada materi sebelumnya yaitu Manajemen Kas, terdapat satu
faktor yang mempengaruhi manajemen piutang yaitu float. Jadi, satu cara untuk mengurangi
periode piutang adalah dengan cara mempercepat pengiriman, pemrosesan, dan kliring dari
cek. Namun, dalam manajemen piutang akan berfokus pada apa yang menjadi penentu utama
dalam kebijakan kredit.

C. Investasi dalam Piutang


Investasi dalam piutang usaha untuk setiap perusahaan tergantung dari jumlah penjualan
kredit dan periode penghimpunan rata-rata (Average Collection Periode).
Rumus:
Piutang Usaha = Rata-rata penjualan harian x ACP
Contoh:
Jika periode penghimpunan rata-rata perusahaan (ACP) adalah 30 hari, maka pada suatu
waktu, akan terdapat penjualan senilai 30 hari yang berada di luar. Jika penjualan kredit senilai
$1.000 per hari, piutang usaha perusahaan maka akan sama dengan 30 hari x $1.000 per hari =
$30.000 secara rata-rata.
Jadi, sebuah investasi perusahaan dalam piutang usaha bergantung pada faktor-faktor yang
mempengaruhi penjualan kredit dan penghimpunan penjualan.

D. Komponen dari Kebijakan Kredit


Jika sebuah perusahaan memutuskan untuk memberikan kredit, maka perusahaan harus
menetapkan prosedur untuk memberikan kredit dan penghimpunan dana. Secara khusus,
perusahaan harus berurusan dengan komponen kebijakan kredit berikut ini:

1. Syarat Penjualan
Suatu kondisi di mana perusahaan membuat keputusan apakah akan menjual barang dan
jasa secara tunai atau kredit. Jika perusahaan menjual secara kredit, maka syarat penjualan
akan menyatakan periode kredit, diskon kas dan diskon periode, dan jenis instrument kredit.

1. Periode Kredit
Periode Kredit adalah jangka waktu dasar di mana kredit diberikan. Biasanya antara 30-
120 hari. Jika diskon kas ditawarkan, maka kredit memiliki 2 komponen yaitu:
1) Periode kredit bersih, adalah jangka waktu dimana perusahaan harus membayar.
2) Periode diskon kas, adalah waktu dimana selama waktu tersebut diskon tersedia.
Contoh: 2/10 net 30, berarti periode kredit bersih adalah 30 hari dan periode diskon kas
adalah 10 hari.
a) Bentuk Dasar
Dapat dipelajari dengan mudah melalui contoh, misalnya 2/10, net 60. Ini berarti
pelanggan memiliki waktu 60 hari dari tanggal faktur untuk membayar pinjaman secara
penuh, namun jika ia membayar dalam waktu 10 hari, maka ia akan mendapatkan
diskon 2%. Sebagai contoh pelanggan tersebut membeli produk secara kredit sebesar
$1000 maka ia dihadapkan dalam dua pilihan yaitu membayar $1000 x (1-0,02) = $980
dalam waktu 10 hari atau membayar jumlah total $1000 dalam waktu 60 hari.
b) Tanggal Faktur
Tanggal Faktur adalah awal dari periode kredit, biasanya merupakan tanggal pengiriman
atau tanggal penagihan bukan tanggal dimana pembeli menerima barang atau tagihan.
Namun dalam hal syarat penjualan berjenis ROG (Receipts of Goods) periode kredit
dimulai ketika pelanggan menerima pesanan mereka. Biasanya dikarenakan pelanggan
berada dalam lokasi yang jauh.
Sedangkan, dengan penanggalan EOM (End of Month) semua penjualan dibuat pada
bulan tertentu, diasumsikan pada akhir bulan.
Contoh:
Syarat 2/10th, EOM berisi informasi bahwa pembeli mendapat diskon 2% jika
pembayaran dilakukan pada hari ke 10 setiap bulan, jika tidak diberlakukan pembayaran
penuh.
c) Panjangnya Periode Kredit
Dua faktor yang paling penting adalah periode inventori dan siklus operasional. Siklus
operasional memiliki dua komponen yaitu:
1) Periode Inventori Pembeli adalah waktu yang diperlukan pembeli untuk
mendapatkan inventori (dari perusahaan), memprosesnya, dan menjualnya.
2) Periode piutang pembeli adalah waktu yang diperlukan pembeli untuk menghimpun
penjualan.
Faktor-faktor lain yang memengaruhi periode kredit:
1) Nilai kerusakan dan jaminan: Item yang mudah rusak memiliki perputaran yang
relatif banyak dan memiliki nilai jaminan yang relatif rendah. Periode kredit akan
lebih singkat. Contoh: grosir makanan menjual ikan dan sayuran segar akan
menggunakan net selama 7 hari. Lain halnya dengan perhiasan akan dijual dengan
net 4 bulan.
2) Permintaan konsumen: Produk yang lebih stabil umumnya memiliki perputaran yang
lebih banyak, sedangkan produk barumemiliki perputaran lebih lambat (salah satu
alasannya adalah untuk menarik pembeli)
3) Biaya, profitabilitas, dan standardisasi: barang yang relative murah, barang yang
telah terstandardisasi, dan bahan baku memiliki perputaran yang lebih singkat.
Kecuali dealer otomotif.
4) Risiko kredit: semakin besar resiko kredit pembeli, semakin singkat periode kredit.
5) Besar rekening: jika suatu rekening kecil, periode kredit mungkin akan semakin
singkat karena rekening kecil berbiaya lebih besar untuk dikelola, dan pelanggan
relatif kurang penting.
6) Kompetisi: jika kompetisi di pasar tinggi, akan semakin lama periode krdit yang
ditawarkan sebagai cara untuk menarik pelanggan.
7) Jenis pelanggan: sebuah penjual tunggal akan memberi syarat kredit yang berbeda,
missal untuk pelanggan grosir dan retail.

2. Diskon Kas
Sering kali merupakan bagian dari syarat kredit. Satu alasan mengapa diskon ditawarkan
adalah untuk mempercepat penghimpunan piutang. Ini akan berefek mengurangi
jumlah kredit yang ditawarkan, dan perusahaan harus membandingkannyadengan biaya
dari diskon. Alasan lain untuk diskon kas adalah bahwa hal ini merupakan sebuah cara
untuk membebankan harga lebih tinggi kepada pelanggan yang telah mendapatkan
kredit.
Biaya Kredit digunakan untuk melihat mengapa diskon itu penting. Misalkan pesanan
senilai $1000 dengan syarat 2/10, net30. Pembeli dapat membayar 980 dalam 10 hari
atau menunggu 20 hari lagi dan membayar bunga senilai $20 dari pinjaman tersebut.
Berapa tingkat bunganya? Bunga ini adalah bunga diskon biasa. Dengan bunga senilai
$20 dari uang $980 yang dipinjam, maka tingkat bunga adalah $20/$980 yaitu 2,0408%.
Ini relative rendah, tapi ingatlah ini hanya bunga 20 hari. Terdapat 365/20 = 18,25
periode dalam setahun. Maka, jika tidak mengambil diskon tersebut pembeli membayar
tingkat bunga tahunan efektif (EAR) senilai:
EAR = 1,02040818,25 1
EAR = 44,6%
Dari sudut pandang pembeli ini merupakan pembiayaan yang mahal. Dengan
mengabaikan keputusan gagal bayar untuk pembeli, keputusan pelanggan untuk
melewatkan diskon pasti akan menguntungkan penjual.

3. Instrumen Kredit
Adalah bukti dasar keberhutangan (indebtedness). Satu-satunya kredit dagang formal
adalah faktur. Pada waktu tertentu, perusahaan akan meminta pelanggan untuk
menandatangani surat janji bayar (promissory notes). Surat janji bayar tidak umum, tapi
dapat menghilangkan perselisihan yang mungkin terjadi di kemudian hari karena adanya
hutang. Satu cara untuk mendapatkan komitmen kredit dari pelanggan sebelum barang
dikirimkan adalah dengan menandatangani wesel komersial (commercial draft). Jika
tertera pada wesel bahwa pembayaran harus segera dilakukan maka disebut dengan
wesel unjuk (sight draft). Jika tidak diperlukan pembayaran dnegan segera, maka wesel
tersebut disebut dengan wesel waktu (time draft). Ketika wesel diberikan dan pembeli
menerima, artinya pembeli berjanji akan membayar di masa yang akan dating, maka
hal tersebut disebut dengan wesel dagang (trade acceptance). Jika sebuah bank
menerima wesel tersebut (bank akan menjamin pembayaran), maka wesel kemudian
akan menjadi wesel banker (a bankers acceptance). Sebuah perusahaan juga dapat
menggunakan kontrak penjualan komdisional, biasanya berupa pembayaran angsuran
dan memiliki biaya bunga.

2. Analisis Kredit
Analisis kredit mengacu pada proses menentukan apakah akan atau tidak akan
memberikan kredit untuk pelanggan tertentu. Analisis kredit biasanya meliputi dua tahap:
mengumpulkan informasi yang relevan dan menentukan kelayakan. Analisis kredit itu
penting, karena kerugian potensial dari piutang dapat bernilai besar. Berbagai perusahaan
melaporkan jumlah piutang yang tidak diharapkan dapat dihimpun dalam laporan neraca
mereka. Dalam memberikan kredit, sebuah perusahaan akan menentukan berapa banyak
usaha yang harus dikeluarkan dalam menentukan pelanggan yang akan membayar dan yang
tidak akan membayar. Berbagai perusahaan menggunakan sejumlah alat dan prosedur
untuk menentukan probabilitas pelanggan tidak akan membayar.

1. Efek-efek kebijakan kredit


Terdapat 5 faktor utama yang dipertimbangkan dalam mengevaluasi kebijakan
kredit.
a. Efek pendapatan: perusahaan dapat membebankan harga yang lebih tinggi
jika memberikan kredit dan mungkin akan meningkatkan kuantitas yang
dijual. Oleh karena itu, pendapatan total akan meningkat.
b. Efek biaya: perusahaan masih bisa memasukkan biaya penjualan dengan
segera.
c. Biaya utang: biaya pinjaman jangka pendek perusahaan merupakan suatu
faktor dalam kepuasan pemberian kredit.
d. Kemungkinan tidak adanya pembayaran: beberapa persentase dari kredit
pembeli tidak akan membayar.
e. Diskon kas: beberapa pelanggan akan memilih untuk membayar lebih awal
untuk memanfaatkan diskon tersebut.

2. Mengevaluasi kebijakan kredit yang diusulkan


Pemberian kredit hanya masuk akal jika nilai Net Present Value (NPV) positif. Kita
perlu melihat NPV dalam keputusan pemberian kredit. Jadi, cara memperkirakan
NPV dari perubahan kebijakan kredit adalah:
a. Mengidentifikasi P (harga per unit), v (biaya variabel per unit), Q (kuantitas
yang dijual perbulan saat ini, Q (kuantitas yang dijual dalam kebijakan baru),
dan R (tingkat pengembalian bulanan yang diperlukan) dengan mengabaikan
diskon, kemungkinan gagal bayar, dan pajak. Karena pajak tidak
mempengaruhi kesimpulan kita.
b. Menghitung arus kas kebijakan lama = (P v)Q
c. Menghitung arus kas kebijakan baru = (P v)Q
d. Menghitung arus kas inkremental = (P v)(Q Q)
e. Menghitung nilai sekarang dari arus kas inkremental di masa yang akan
datang:
PV = [(P v)(Q Q)] / R
f. Menghitung biaya perubahan = PQ + v(Q Q)
g. Menghitung NPV perubahan kebijakan
NPV perubahan kebijakan = -[PQ + v(Q Q)] + [(P v)(Q Q)] / R

3. Kebijakan Kredit Optimal


Pada prinsipnya, jumlah optimal kredit ditentukan oleh titik dimana arus kas
inkremental dari peningkatan penjualan tepat sama dengan biaya inkremental
dari melakukan peningkatan dalam investasi di piutang usaha.
a. Kurva biaya total kredit
Kurva Biaya Kredit (Credit Cost Curve) adalah jumlah dari biaya bawaan dan
biaya kesempatan dari kebijakan kredit tertentu.
Untuk memulai, biaya bawaan yang diasosiasikan dengan pemberian kredit
dapat memiliki tiga bentuk :
1. Tingkat pengembalian yang diharapkan dari piutang.
2. Kerugian dari gagal bayar.
3. Biaya mengelola kredit dan penghimpunan kredit.
Biaya bawaan (Carrying Cost) adalah arus kas yang harus dimasukkan ketika
kredit diberikan. Mereka secara positif terkait dengan jumlah kredit yang
diberikan.
Biaya kesempatan (Opportunity Cost) : penjualan yang hilang karena menolak
memberikan kredit. Biaya-biaya ini menurun ketika kredit diberikan.
b. Mengelola Fungsi Kredit
Berbagai perusahaan yang mengelola kegiatan operasional kredit internal
memiliki asuransi untuk risiko gagal bayar.
Perusahaan besar sering memberikan kredit melalui perusahaan keuangan
captive yang merupakan anak perusahaan yang sepenuhnya dimiliki dan
menangani fungsi kredit untuk perusahaan induk. Contoh : Ford Motor
Credit.
Mengapa sebuah perusahaan memilih untuk membuat perusahaan yang
berbeda untuk menangani fungsi kreditnya? Alasan yang paling utama adalah
untuk memisahkan fungsi produksi dan pembiayaan untuk produk
perusahaan dalam hal manajemen, pembiayaann, dan pelaporan.

4. Kapan kredit harus diberikan


Jawabannya akan tergantung pada apa yang akan terjadi jika kredit ditolak yaitu
apakah pelanggan akan membayar tunai atau tidak membeli sama sekali.
Contoh akan diberikan pada beberapa kasus:
a. Penjualan Satu Kali
Contoh: Seorang pelanggan baru ingin membeli satu unit produk dengan
harga P per unit secara kredit. Jika kredit ditolak, pelanggan tidak akan
melakukan pembelian. Tetapi, jika kredit diberikan, maka dalam satu bulan,
pelanggan akan membayar atau gagal bayar. Kemungkinan dari gagal bayar
adalah . Dalam hal ini, probabilitas () dapat diinterpretasikan sebagai
presentasi pelanggan baru yang tidak dapat membayar. Bisnis kita tidak memiliki
pelanggan ulang, maka ini adalah penjualan satu kali. Akhirnya, tingkat
pengembalian piutang adalah R per bulan, dan biaya variabel adalah v per unit.
Analisis di sini adalah langsung. Jika perusahaan menolak kredit, maka
arus kas inkremental adalah nol. Jika perusahaan memberikan kredit, maka
perusahaan mengeluarkan v (biaya variabel) pada bulan ini dan berharap akan
menghimpun (1 ) P bulan depan. NPV karena memberikan kredit
adalah :
NPV = -v + (1 ) P / (1 + R)

b. Bisnis Berulang (repeat business)


Ilustrasi : Memperpanjang contoh penjualan satu kali milik kita.
Asumsi: Pelanggan tersebut tetap menjadi pelanggang selamanya dan tidak akan pernah
gagal bayar.
Contoh: Jika perusahaan tersebut memberikan kredit, perusahaan membelanjakan v
bulan ini. Bulan depan, perusahaan tidak mendapatkan apapun jika pelanggan gagal bayar, atau
perusahaan mendapatkan P jika pelanggan membayar, maka pelanggan akan membelanjakan
senilai v lagi. Arus kas masuk bersih untuk bulan tersebut adalah P v. Dalam setiap bulan
selanjutnya, P v yang sama akan muncul saat pelanggan membayar untuk pesanan bulan lalu
dan menempatkan pesanan baru. Dalam satu bulan, perusahaan akan menerima $0 dengan
probabalitas . Namun, dengan probabilitas (1 ), perusahaan akan memiliki pelanggan baru
permanen. Nilai dari pelanggan baru sama dengan nilai sekarang dari (P v) setiap bulan
selamanya: PV = (P v)/R
NPV dari memberikan kredit untuk itu adalah:
NPV = -v + (1 + ) (P v)/R

5. Informasi Kredit
Sumber-sumber informasi yang biasa digunakan untuk menilai kelayakan kredit adalah :
1. Laporan keuangan : Sebuah perusahaan dapat meminta pelanggan untuk memasok
laporan keuangan seperti laporan neraca dan laporan rugi laba. Standar minimum dan rules of
thumb berdasarkan rasio finansial dapat digunakan sebagai dasar memberikan atau menolak
suatu kredit.
2. Laporan kredit mengenai sejarah pembayaran pelanggan dengan perusahaan lain :
Hanya sedikit organisasi yang menjual informasi mengenai kekuatan dan catatan kredit dari
berbagai perusahaan bisnis.
3. Bank : Berbagai bank pada umumnya akan memberikan bantuan pada pelanggan
bisnisnya dalam mendapatkan informasi mengenai kelayakan sebuah perusahaan.
4. Sejarah pembayaran pelanggan dengan perusahaan tersebut : Cara yang paling nyata
untuk mendapatkan informasi mengenai kemungkinan pelanggan tidak membayar adalah
dengan memeriksa apakah (seberapa cepat) mereka telah menyelesaikan
kewajiban di masa lampau.

6. Evaluasi dan Penilaian Kredit


Analisis kredit dapat dilakukan dengan berbagai alat analisis. Dalam praktiknya menurut
Kasmir (2013: 258-261) terdapat beberapa alat analisis yang dapat digunakan untuk
menentukan kelayakan suatu kredit.
(1) The Five Cs of Credit
1. Character adalah sifat atau watak nasabah. Analisis ini untuk mengetahui sifat atau
watak seorang nasabah pemohon kredit, apakah memiliki watak atau sifat yang bertanggung
jawab terhadap kredit yang diambilnya. Dari watak atau sifat ini akan terlihat kemauan nasabah
untuk membayar dalam kondisi sesulit apa pun. Namun sebaliknya jika nasabah tidak memiliki
sifat yang mau membayar, maka nasabah akan berusaha mengelak untuk membayar dengan
berbagai alasan tentunya. Watak atau sifat ini akan dapat dilihat dari masa lalu nasabah melalui
pengamatan, pengalaman, riwayat hidup, maupun hasil wawancara dengan nasabah.
2. Capacity, yaitu analisis yang digunakan untuk melihat kemampuan nasabah dalam
membayar kredit. Kemampuan ini dapat dilihat dari penghasilan pribadi untuk kredit konsumtif
dan melalui usaha yang dibiayai untuk kredit perdagangan atau produktif. Kemampuan ini
penting untuk dinilai agar bank tidak mengalami kerugian. Untuk menilai kemampuan nasabah
dapat dinilai dari dokumen yang dimiliki, hasil konfirmasi dengan pihak yang memiliki
kewenangan mengeluarkan surat tertentu (misalnya penghasilan seseorang), hasil wawancara
atau melalui perhitungan rasio keuangan.
3. Capital adalah untuk menilai modal yang dimiliki oleh nasabah untuk membiayai
kredit. Hal ini penting karena bank tidak akan membiayai kredit tersebut 100%. Artinya, harus
ada modal dari nasabah. Tujuannya jika nasabah juga ikut memiliki modal yg ditanamkan di
kegiatan tersebut, maka nasabah juga akan merasa memiliki, sehingga termotivasi untuk
bekerja sungguh-sungguh agar usaha tersebut berhasil, sehingga mampu uuk membayar
kewajiban kreditnya.
4. Condition, yaitu kondisi umum saat ini dan yang akan datang tentunya. Kondisi yang
akan dinilai terutama kondisi ekonomi saat ini, apakah layak untuk membiayai kredit untuk
sektor tertentu. Misalnya, kondisi produksi tanaman tertentu sedang membludak pasaran
(jenuh), maka kredit untuk sektor tersebut sebaliknya dikurangi. Kondisi lainnya yang harus
diperhatikan adalah kondisi lingkungan sekitar, misalnya kondisi keamanan dan kondisi sosial
masyarakat.
5. Collateral, merupakan jaminan yang diberikan nasabah kepada bank dalam rangka
pembiayaan kredit yang diaukannya. Jaminan ini digunakan sebagai alternatif terakhir bagi
bank untuk berjaga-jaga kalau terjadi kemacetan terhadap kredit yang dibiayai. Mengapa
collateral atau jaminan menjadi penilaian terakhir dari 5C, hal ini disebabkan karena yang paling
penting adalah penilaian yang disebutkan sebumnya, apabila sudah layak maka jaminan
hanyalah merupakan tambahan saja, untuk berjaga-jaga karena ada faktor-faktor yang tidak
dapat dihindari yang menyebabkan kredit macet, misalnya bencana alam. Di samping itu, juga
untuk menjadi motivasi nasabah untuk membayar karena jaminannya ditahan oleh bank.

(2) The Seven Ps of Credit


1. Personality, atau kepribadian merupakan penilaian yang digunakan untuk
mengetahui kepribadian si calon nasabah. Dalam menilai kepribadian yang dilakukan bank,
hamr sama dengan character atau sifat atau watak nasabah. Hanya saja personality lebih
ditekankan kepada orangnya, sedangkan dalam character termasuk kepada keluarganya.
2. Purpose, atau tujuan mengambil kredit. Seperti diketahui sebelumnya bahwa tujuan
untuk mengambil kredit ada tiga yaitu untuk usaha yang produktif, atau untuk digunakan
sendiri (konsumtif), atau perdagangan. Penilaian dari ketiga tujuan ini sedikit berbeda, oleh
karena itu jangan sampai pemberian kredit yang dikucurkan oleh bank disalahgunakan oleh
nasabah.
3. Party, artinya dalam menyalurkan kredit, bank memilah-milah menjadi beberapa
golongan. Hal ini dilakukan agar bank lebih fokus untuk menangani kredit tersebut, misalnya
kredit untuk usaha kecil, menengah, atau besar. Atau dapat juga dipilah berdasarkan wilayah,
misalnya daerah pedesaan, perkotaan atau sektor usaha, misalnya peternakan, industri, atau
sektor lainnya.
4. Payment adalah cara pembayaran kredit oleh nasabah. Penilaian yang dilakukan
untuk menilai cara nasabah untuk membayar kredit, apakah dari penghasilan (gaji) atau dari
sumber objek yang dibiayai. Dari penilaian ini akan terlihat kemampuan nasabah dalam
membayar kredit.
5. Prospect, yaitu untuk menilai harapan ke depan terutama terhadap objek kredit yang
dibiayai. Tentunya harapan yang diinginkan adalah memberikan harapan yang baik atau cerah.
Usaha yang tidak mengandung prospek cerah sebaiknya ditunda karena akan menyulitkan bank
dan nasabah nantinya, misalnya usaha yang sudah memasuki titik jenuh.
6. Profitability, artinya kredit yang dibiayai oleh bank akan memberikan keuntungan
bagi kedua belah pihak, baik bank ataupun nasabah. Jika tidak sebaiknya jangan diberikan.
Keuntungan bagi bank tentunya adalah berupa balas jasa yang diberikan nasabah dari bunga
atau bagi hasil. Sebaiknya bagi nasabah adalah berkembangnya usaha yang dibiayai yang ujung-
ujungnya juga adalah keuntungan dan adanya tambahan modal baginya.
7. Protection, artinya perlindungan terhadap objek kredit yang dibiayai. Perlindungan
tidak sebatas jaminan fisik yang diberikan, akan tetapi lebih dari itu yaitu jaminan si pengambil
kredit seperti asuransi meninggal dunia dan jaminan perlindungan terhadap jaminan fisik yang
diberikan dari kehilangan, kerusakan, atau lainnya.

Sedangkan yang dimaksud Penilaian kredit adalah proses perhitungan peringkat numeris
dari pelanggan berdasarkan informasi yang dikumpulkan; kredit kemudian diberikan atau
ditolak berdasarkan hasil tersebut.

3. Kebijakan Penghimpunan Dana


Kebijakan penghimpunan adalah elemen terakhir dalam kebijakan kredit. Hal ini meliputi
monitoring piutang untuk mengenali masalah dan mendapatkan pembayaran dari rekening
yang lewat jatuh tempo.

1. Monitoring Piutang
Untuk tetap mengawasi pembayaran oleh pelanggan, sebagian besar perusahaan akan
memonitor rekening yang dananya masih beredar di luar (outstanding).
Pertama, sebuah perusahaan biasanya akan mengawasi periode penghimpunan rata-
ratanya (Average Collection Period ACP) sejalan dengan waktu.
Jika sebuah perusahaan berada dalam bisnis musiman, ACP akan berfluktuasi dalam
setahun; tetapi peningkatan yang tidak diharapkan dalam ACP merupakan sumber
kekhawatiran. Apakah pelanggan secara umum memperpanjang waktu pembayaran, atau
beberapa persen dari piutang usaha sudah sangat lewat jatuh tempo.
Kedua, Jadwal Aging (Aging Schedule) : Gabungan piutang usaha berdasarkan umur dari setiap
rekening. Contoh :

Jika perusahaan ini memiliki periode kredit selama 60 hari, maka 25% dari piutang ini
adalah terlambat. Sering kali terjadi bahwa rekening di atas umur tertentu hampir tidak pernah
dapat dihimpun.

2. Upaya-upaya Penghimpunan
Sebuah perusahaan sering kali menjalani prosedur seperti berikut ini untuk pelanggan
yang memiliki rekening yang lewat jatuh tempo :
1) Perusahaan mengirimkan surat peringatan yang menginformasikan bahwa pelanggan
memiliki status lewat jatuh tempo.
2) Menelpon pelanggan.
3) Mempekerjakan agensi penghimpunan.
4) Melakukan tindakan hukum kepada pelanggan.
Sesekali, sebuah perusahaan akan menolak untuk memberikan kredit tambahan kepada
pelanggan hingga piutang telah diselesaikan.
E. Rasio yang Berhubungan dengan Piutang
Penjualan secara kredit akan mengakibatkan atau mempengaruhi kinerja keuangan
perusahaan secara keseluruhan. Oleh karena itu, manajemen perlu menilai kinerja dari sisi
piutangnya. Alat ukur untuk menilai kinerja ini dapat dilakukan dengan menggunakan rasio-
rasio keuangan yang berhubungan dengan piutang tersebut. Sedangkan rasio-rasio keuangan
yang berhubungan dengan piutang tersebut adalah sebagai berikut:

(1) Perputaran piutang (receivable turnover)


Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa lama penagihan piutang
selama satu periode. Atau berapa kali dana yang ditanam dalam piutang ini berputar dalam
satu periode. Makin tinggi rasio menunjukkan bahwa modal kerja yang ditanamkan dalam
piutang makin rendah (bandingkan dengan rasio tahun sebelumnya) dan tentunya kondisi ini
bagi perusahaan makin baik. Sebaliknya jika rasio makin rendah, maka ada over investment
dalam piutang. Yang jelas bahwa rasio perputaran piutang memberikan pemahaman tentang
kualitas piutang dan kesuksesan penagihan piutang.
Cara mencari rasio ini adalah dengan membandingkan antara penjualan kredit dengan rata-rata
piutang.
Rumusan untuk mencari receivable turnover adalah sebagai berikut
= / Rata-rata piutang
Atau
= / Piutang

(2) Hari rata-rata penagihan piutang (days of receivable)


Bagi bank yang akan memberikan kredit perlu juga menghitung hari rata-rata penagihan
piutang (days of receivable). Hasil perhitungan ini menunjukkan jumlah hari (berapa hari)
piutang tersebut rata-rata tidak dapat ditagih dan rasio ini juga sering disebut days sales
uncollected.
Untuk menghitung hari rata-rata penagihan piutang (days of receivable) dapat
digunakan rumus sebagai berikut:
= 360 /
Atau
= 1 /

J. Fred Weston, menyebutkan rata-rata jangka waktu penagihan adalah ukuran


perputaran piutang yang dihitung dalam 2 tahapan:

(1) Penjualan per hari

= / 360

(2) Hari lamanya penjualan terikat dalam bentuk piutang


= /

Lalu, bagaimana cara menganalisa perputaran dan anggaran pengumpulan piutang?


Menurut Riyanto dalam bukunya (2015: 90-92), adalah penting untuk membandingkan
hari rata-rata penagihan piutang dengan syarat pembayaran yang telah ditetapkan oleh
perusahaan. Apabila hari rata-rata penagihan piutang selalu lebih besar daripada batas waktu
pembayaran yang telah ditetapkan tersebut berarti bahwa cara pengumpulan piutangnya
kurang efisien. Ini berarti bahwa banyak para langganan yang tidak memenuhi syarat
pembayaran yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
Contoh 1.

2014 2015
Net credit sales Rp. 100.000,00 Rp. 100.000,00
Receivables: permulaan tahun Rp. 20.000,00 Rp. 30.000,00
akhir tahun Rp. 30.000,00 Rp. 10.000,00
Average receivables Rp. 25.000,00 Rp. 20.000,00
Receivables turnover 4x 5x
Average collection period 90 hari 72 hari
Tinggi rendahnya receivable turnover mempunyai efek yang langsung terhadap besar
kecilnya modal yang diinvestasikan dalam piutang. Makin tinggi turnover-nya, berarti makin
cepat perputarannya, yang berarti makin pendek waktu terikatnya modal dalam piutang,
sehingga untuk mempertahankan net credit sales tertentu, dengan naiknya turnover-nya,
dibutuhkan jumlah modal yang lebih kecil yang diinvestasikan dalam piutang.

Bagaimana hubungan antara penjualan kredit dengan cash flows? Sebagaimana telah
diuraikan di muka bahwa financial officer lebih berkepentingan terhadap cash flows daripada
transaksi penjualannya sendiri. Dalam penjualan kredit saat penyerahan barang atau saat
penjualan tidak bersamaan waktunya dengan saat cash inflows. Cash inflows yang terjadi
karena penjualan kredit itu dapat direncanakan dengan menyusun anggaran pengumpulan
piutang (receivables collection budget).

Anggaran atau skedul pengumpulan piutang disusun berdasarkan anggaran penjualan


dengan memperhatikan antara lain faktor-faktor: terms of sales, kebiasaan para langganan
membayar utangnya.
Contoh 2.

Suatu perusahaan mempunyai rencana penjualan atas dasar estimasi akhir bulan sebagai
berikut:
Bulan penjualan Jumlah penjualan
Juli Rp. 28.000,00
Agustus Rp. 35.000,00
September Rp. 42.000,00
Syarat pembayaran ditetapkan: 3/20, net 30.

Berdasarkan pengalaman cara pembayaran para langganan adalah sebagai berikut:


a) 60% dari penjualan setiap bulannya terkumpul dalam waktu 20 hari sesudah bulan
penjualan.
b) 30% terkumpul dalam waktu sesudah 20 hari dalam bulan yang sama, yaitu dalam bulan
ke satu sesudah bulan penjualan.
c) 10% terkumpul dalam bulan kedua sesudah bulan penjualan.

Berdasarkan data tersebut di atas kita dapat menyusun skedul atau anggaran
pengumpulan piutang (receivables collection budget).
Tabel 1.
Anggaran pengumpulan piutang untuk bulan Agustus sampai dengan Oktober 20XX
Taksiran
Waktu Penjualan Agustus September Oktober
Penjualan
Juli Rp. 28.000,00 Rp. 24.696,00x) Rp. 2.800,00xx) Rp. -
Agustus Rp. 35.000,00 Rp. - Rp. 30.870,00 Rp. 3.500,00
September Rp. 42.000,00 Rp. - Rp. - Rp. 37.044,00
Jumlah piutang
yang terkumpul
setiap bulan Rp. 24.696,00 Rp. 33.670,00 Rp. 40.544,00

x) Penerimaan piutang dalam bulan Agustus:


......................
......................
......................
60% x Rp. 28.000,00 ......... = Rp. 16.800,00
Potongan tunai (cash discount) = 3% x Rp. 16.800,00 ......................... = Rp. 504,00 -
= Rp. 16.296,00
30% terkumpul dalam waktu sisanya atau dalam waktu 10 hari
............
............
............
............
Terakhir = 30% x Rp. 28.000,00 .......... = Rp. 8.400,00
= Rp. 24.696,00
xx) Piutang yang terkumpul dalam bulan kedua sesudah bulan penjualan sebanyak 10% x Rp.
28.000,00 = Rp. 2.800,00
Dari tabel tersebut di atas nampak bahwa dalam bulan Agustus akan terkumpul piutang
sebesar Rp. 24.696,00, September Rp. 33.670,00, dan Oktober Rp. 40.544,00, yang ini akan
merupakan cash inflows untuk bulan-bulan Agustus, September, dan Oktober.

Anda mungkin juga menyukai