Anda di halaman 1dari 23

Makalah Manajemen Keuangan

“Manajemen Piutang”

Dosen Pengampu :
Drs. Sudjono, M.Si., Ak.
Disusun oleh :
Kelompok 2
1. Muhammad Darmawan Rifa’i C1C013111
2. Rahmaan Megatika C1C016002
3. Nisrina Nur Aini C1C016003
4. Rr. Erinna Salsabila C1C016017
5. Fathurohman Fauzan C1C016048
6. Ulung Mujahid NP C1C016049
7. Nur Ashab Maulana C1C016056
8. Ardila Nugrahaningtyas C1C016079
9. Mahera Daffa Islam H. C1C016082
10. Bagas Paramaarta C1C016083
11. Faiz Nuha Ilmawan C1C016085
12. Noval Satria Abi C1C016087
13. Vickey Bayu Alvarizky C1C016090
14. Endra Fauzan C1C016091

Akuntansi B
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Jenderal Soediirman
2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kondisi persaingan yang semakin tajam, akan memaksa perusahaan untuk
berlomba memberikan kemudahan dalam persyaratan penjualan. Hal ini dapat dilakukan
misalnya dengan mengubah syarat, perusahaan dapat menjual produknya yang semula
dengan cara tunai kemudian diubah dengan cara kredit. Dengan demikian maka akan timbul
piutang, semakin longgar persyaratan yang diberikan tentunya dengan asumsi langganan
tidak mengubah kebiasaan membayarnya maka akan semakin besar jumlah piutang yang
dimiliki.
Masalah piutang ini menjadi begitu penting dalam kaitannya dengan perusahaan
manakala harus menentukan berapa jumlah piutang yang optimal? Di samping itu piutang
juga harus dikelola dengan efisien yang menyangkut tentang laba atau tambahan laba yang
diperoleh dengan perubahan kebijakan penjualan dengan beban yang timbul karena adanya
piutang.
Di dalam makalah ini akan dibicarakan analisis kredit yang menyangkut laba yang
diperoleh dengan beban yang timbul dengan adanya piutang itu. Memang terdapat trade of
antara kedua hal tersebut, apabila perusahaan menghendaki labanya meningkat maka jumlah
piutang dapat diperbesar, tetapi hal ini akan menimbulkan adanya beban seperti potongan
kredit, piutang yang mungkin tak dapat ditagih.
Seperti halnya keputusan investasi pada aktiva yang lain, penentuan kebijakan kredit
yang optimal memerlukan perhitungan yang cermat yang menyangkut tambahan biaya dan
tambahan laba pada berbagai kebijakan kredit. Selain itu tujuan manajemen piutang juga
harus konsisten dengan tujuan investasi aktiva yang lain, yakni maksimisasi kemakmuran
pemegang saham. Perusahaan dapat meningkatkan investasi pada piutang sepanjang
tambahan keuntungan yang timbul adanya piutang tersebut masih lebih besar daripada
tambahan biaya investasi piutang itu.
Apabila kita asumsikan bahwa semua faktor relatif konstan seperti kondisi ekonomi,
harga, biaya produksi, biaya iklan, maka kenaikan penjualan akan meningkatkan keuntungan
perusahaan. Tetapi dilain pihak kenaikan penjualan kredit tersebut juga akan mengakibatkan

1
kenaikan biaya yang meliputi opportunity costs tambahan dana untuk investasi pada piutang,
tambahan biaya pengumpulan piutang. Akhirnya perubahan kebijakan kredit yang makin
longgar sering menimbulkan adanya piutang yang tidak dapat ditagih.
Untuk menentukan kebijakan kredit yang optimal, manajer keuangan harus
mempertimbangkan beberapa variabel penting yang berkaitan dengan piutang, yang meliputi:
standar kredit, persyaratan kredit (credit term) dan usaha pengumpulan piutang. Semua faktor
tersebut akan dibahas di dalam makalah ini.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud dengan piutang dan kredit?
2. Bagaimana arus kas dari pemberian kredit?
3. Bagaimanakah investasi dalam piutang?
4. Apakah komponen dari kebijakan kredit?
5. Apakah rasio-rasio yang berhubungan dengan piutang?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Piutang dan Kredit


Piutang merupakan komponen aktiva lancar yang penting dalam aktivitas ekonomi
suatu perusahaan karena merupakan aktiva lancar perusahaan yang paling besar setelah kas.
Piutang timbul karena adanya penjualan barang atau jasa secara kredit, bisa juga melalui
pemberian pinjaman.
Pengertian piutang menurut Martono dan Harjito (2007 : 95), piutang dagang
(account receivable) merupakan “tagihan perusahaan kepada pelanggan atau pembeli atau
pihak lain yang membeli produk perusahaan”. Sedangkan secara umum pengertian kredit
perdagangan menurut Kasmir (2013: 243-250) adalah Penjualan barang di mana
pembayarannya dilakukan secara angsuran (cicilan) sesuai kesepakatan yang dibuat antara
penjual dan pembeli untuk jangka waktu tertentu dengan masing-masing hak dan
kewajibannya. Sehingga, pemberian kredit menurut Stephen A. Ross dapat diartikan sebuah
investasi yang terkait dengan penjualan dari produk atau jasa.
Alasan perusahaan memberikan kredit adalah sebagai cara untuk menstimulasi
pelanggan yaitu salah satu upaya perusahaan dalam menarik minat beli konsumen untuk
memenangkan persaingan. Kebijakan piutang yang baik adalah kebijakan piutang yang bisa
mengoptimalkan trade-off keuntungan dan kerugian dari piutang. Biaya yang terkait dengan
trade off pemberian kredit ini meliputi dua hal. Pertama, terdapat kemungkinan bahwa
pelanggan tidak akan membayar. Kedua, perusahaan harus menanggung biaya dari
memberikan piutang.
Dari sudut pandang akuntansi, ketika kredit diberikan, piutang usaha diciptakan.
Piutang seperti ini meliputi kredit ke perusahaan lain (kredit dagang / trade credit), dan
kredit yang diberikan kepada konsumen (kredit konsumsi / consumer credit).

3
B. Arus Kas dari Pemberian Kredit

Seperti yang ditunjukkan oleh garis waktu di atas, urutan kejadian yang umum
ketika sebuah perusahaan memberikan kredit adalah sebagai berikut : (1) penjualan kredit
dibuat, (2) pelanggan mengirimkan sebuah cek ke perusahaan, (3) perusahaan
mendepositokan cek, dan (4) rekening perusahaan dikredit dengan jumlah yang tertera di
cek.
Berdasarkan pembahasan pada materi sebelumnya yaitu Manajemen Kas, terdapat
satu faktor yang mempengaruhi manajemen piutang yaitu float. Jadi, satu cara untuk
mengurangi periode piutang adalah dengan cara mempercepat pengiriman, pemrosesan,
dan kliring dari cek. Namun, dalam manajemen piutang akan berfokus pada apa yang
menjadi penentu utama dalam kebijakan kredit.

C. Investasi dalam Piutang


Investasi dalam piutang usaha untuk setiap perusahaan tergantung dari jumlah
penjualan kredit dan periode penghimpunan rata-rata (Average Collection Periode).
Rumus:
Piutang Usaha = Rata-rata penjualan harian x ACP
Contoh :
Jika periode penghimpunan rata-rata perusahaan (ACP) adalah 30 hari, maka pada
suatu waktu, akan terdapat penjualan senilai 30 hari yang berada di luar. Jika penjualan
kredit senilai $1.000 per hari, piutang usaha perusahaan maka akan sama dengan 30 hari
x $1.000 per hari = $30.000 secara rata-rata.

4
Jadi, sebuah investasi perusahaan dalam piutang usaha bergantung pada faktor-
faktor yang mempengaruhi penjualan kredit dan penghimpunan penjualan.

D. Komponen dari Kebijakan Kredit


Jika sebuah perusahaan memutuskan untuk memberikan kredit, maka perusahaan
harus menetapkan prosedur untuk memberikan kredit dan penghimpunan dana. Secara
khusus, perusahaan harus berurusan dengan komponen kebijakan kredit berikut ini:
1. Syarat Penjualan
Suatu kondisi di mana perusahaan membuat keputusan apakah akan menjual
barang dan jasa secara tunai atau kredit. Jika perusahaan menjual secara kredit, maka
syarat penjualan akan menyatakan periode kredit, diskon kas dan diskon periode, dan
jenis instrument kredit.
1. Periode Kredit
Periode Kredit adalah jangka waktu dasar di mana kredit diberikan. Biasanya
antara 30-120 hari. Jika diskon kas ditawarkan, maka kredit memiliki 2 komponen yaitu:
1) Periode kredit bersih, adalah jangka waktu dimana perusahaan harus membayar.
2) Periode diskon kas, adalah waktu dimana selama waktu tersebut diskon tersedia.
Contoh: 2/10 net 30, berarti periode kredit bersih adalah 30 hari dan periode diskon kas
adalah 10 hari.
a) Bentuk Dasar
Dapat dipelajari dengan mudah melalui contoh, misalnya 2/10, net 60. Ini berarti
pelanggan memiliki waktu 60 hari dari tanggal faktur untuk membayar pinjaman secara
penuh, namun jika ia membayar dalam waktu 10 hari, maka ia akan mendapatkan diskon
2%. Sebagai contoh pelanggan tersebut membeli produk secara kredit sebesar $1000
maka ia dihadapkan dalam dua pilihan yaitu membayar $1000 x (1-0,02) = $980 dalam
waktu 10 hari atau membayar jumlah total $1000 dalam waktu 60 hari.
b) Tanggal Faktur
Tanggal Faktur adalah awal dari periode kredit, biasanya merupakan tanggal
pengiriman atau tanggal penagihan bukan tanggal dimana pembeli menerima barang atau
tagihan.

5
Namun dalam hal syarat penjualan berjenis ROG (Receipts of Goods) periode
kredit dimulai ketika pelanggan menerima pesanan mereka. Biasanya dikarenakan
pelanggan berada dalam lokasi yang jauh.
Sedangkan, dengan penanggalan EOM (End of Month) semua penjualan dibuat pada
bulan tertentu, diasumsikan pada akhir bulan.
Contoh:
Syarat 2/10th, EOM berisi informasi bahwa pembeli mendapat diskon 2% jika
pembayaran dilakukan pada hari ke 10 setiap bulan, jika tidak diberlakukan pembayaran
penuh.
c) Panjangnya Periode Kredit
Dua faktor yang paling penting adalah periode inventori dan siklus operasional.
Siklus operasional memiliki dua komponen yaitu:
1) Periode Inventori Pembeli adalah waktu yang diperlukan pembeli untuk mendapatkan
inventori (dari perusahaan), memprosesnya, dan menjualnya.
2) Periode piutang pembeli adalah waktu yang diperlukan pembeli untuk menghimpun
penjualan.
Faktor-faktor lain yang memengaruhi periode kredit:
1) Nilai kerusakan dan jaminan: Item yang mudah rusak memiliki perputaran yang
relatif banyak dan memiliki nilai jaminan yang relatif rendah. Periode kredit akan
lebih singkat. Contoh: grosir makanan menjual ikan dan sayuran segar akan
menggunakan net selama 7 hari. Lain halnya dengan perhiasan akan dijual dengan net
4 bulan.
2) Permintaan konsumen: Produk yang lebih stabil umumnya memiliki perputaran yang
lebih banyak, sedangkan produk barumemiliki perputaran lebih lambat (salah satu
alasannya adalah untuk menarik pembeli)
3) Biaya, profitabilitas, dan standardisasi: barang yang relative murah, barang yang telah
terstandardisasi, dan bahan baku memiliki perputaran yang lebih singkat. Kecuali
dealer otomotif.
4) Risiko kredit: semakin besar resiko kredit pembeli, semakin singkat periode kredit.

6
5) Besar rekening: jika suatu rekening kecil, periode kredit mungkin akan semakin
singkat karena rekening kecil berbiaya lebih besar untuk dikelola, dan pelanggan
relatif kurang penting.
6) Kompetisi: jika kompetisi di pasar tinggi, akan semakin lama periode krdit yang
ditawarkan sebagai cara untuk menarik pelanggan.
7) Jenis pelanggan: sebuah penjual tunggal akan memberi syarat kredit yang berbeda,
missal untuk pelanggan grosir dan retail.
2. Diskon Kas
Sering kali merupakan bagian dari syarat kredit. Satu alasan mengapa diskon
ditawarkan adalah untuk mempercepat penghimpunan piutang. Ini akan berefek
mengurangi jumlah kredit yang ditawarkan, dan perusahaan harus
membandingkannyadengan biaya dari diskon. Alasan lain untuk diskon kas adalah bahwa
hal ini merupakan sebuah cara untuk membebankan harga lebih tinggi kepada pelanggan
yang telah mendapatkan kredit.
Biaya Kredit digunakan untuk melihat mengapa diskon itu penting. Misalkan
pesanan senilai $1000 dengan syarat 2/10, net30. Pembeli dapat membayar 980 dalam 10
hari atau menunggu 20 hari lagi dan membayar bunga senilai $20 dari pinjaman tersebut.
Berapa tingkat bunganya? Bunga ini adalah bunga diskon biasa. Dengan bunga senilai
$20 dari uang $980 yang dipinjam, maka tingkat bunga adalah $20/$980 yaitu 2,0408%.
Ini relative rendah, tapi ingatlah ini hanya bunga 20 hari. Terdapat 365/20 = 18,25
periode dalam setahun. Maka, jika tidak mengambil diskon tersebut pembeli membayar
tingkat bunga tahunan efektif (EAR) senilai:
EAR = 1,02040818,25 – 1
EAR = 44,6%
Dari sudut pandang pembeli ini merupakan pembiayaan yang mahal. Dengan
mengabaikan keputusan gagal bayar untuk pembeli, keputusan pelanggan untuk
melewatkan diskon pasti akan menguntungkan penjual.
3. Instrumen Kredit
Adalah bukti dasar keberhutangan (indebtedness). Satu-satunya kredit dagang
formal adalah faktur. Pada waktu tertentu, perusahaan akan meminta pelanggan untuk
menandatangani surat janji bayar (promissory notes). Surat janji bayar tidak umum, tapi

7
dapat menghilangkan perselisihan yang mungkin terjadi di kemudian hari karena adanya
hutang. Satu cara untuk mendapatkan komitmen kredit dari pelanggan sebelum barang
dikirimkan adalah dengan menandatangani wesel komersial (commercial draft). Jika
tertera pada wesel bahwa pembayaran harus segera dilakukan maka disebut dengan wesel
unjuk (sight draft). Jika tidak diperlukan pembayaran dnegan segera, maka wesel tersebut
disebut dengan wesel waktu (time draft). Ketika wesel diberikan dan pembeli
“menerima”, artinya pembeli berjanji akan membayar di masa yang akan dating, maka
hal tersebut disebut dengan wesel dagang (trade acceptance). Jika sebuah bank menerima
wesel tersebut (bank akan menjamin pembayaran), maka wesel kemudian akan menjadi
wesel banker (a banker’s acceptance). Sebuah perusahaan juga dapat menggunakan
kontrak penjualan komdisional, biasanya berupa pembayaran angsuran dan memiliki
biaya bunga.

2. Analisis Kredit
Analisis kredit mengacu pada proses menentukan apakah akan atau tidak akan
memberikan kredit untuk pelanggan tertentu. Analisis kredit biasanya meliputi dua tahap:
mengumpulkan informasi yang relevan dan menentukan kelayakan. Analisis kredit itu
penting, karena kerugian potensial dari piutang dapat bernilai besar. Berbagai perusahaan
melaporkan jumlah piutang yang tidak diharapkan dapat dihimpun dalam laporan neraca
mereka. Dalam memberikan kredit, sebuah perusahaan akan menentukan berapa banyak
usaha yang harus dikeluarkan dalam menentukan pelanggan yang akan membayar dan
yang tidak akan membayar. Berbagai perusahaan menggunakan sejumlah alat dan
prosedur untuk menentukan probabilitas pelanggan tidak akan membayar.
1. Efek-efek kebijakan kredit
Terdapat 5 faktor utama yang dipertimbangkan dalam mengevaluasi kebijakan
kredit.
a. Efek pendapatan: perusahaan dapat membebankan harga yang lebih tinggi jika
memberikan kredit dan mungkin akan meningkatkan kuantitas yang dijual.
Oleh karena itu, pendapatan total akan meningkat.
b. Efek biaya: perusahaan masih bisa memasukkan biaya penjualan dengan
segera.

8
c. Biaya utang: biaya pinjaman jangka pendek perusahaan merupakan suatu
faktor dalam kepuasan pemberian kredit.
d. Kemungkinan tidak adanya pembayaran: beberapa persentase dari kredit
pembeli tidak akan membayar.
e. Diskon kas: beberapa pelanggan akan memilih untuk membayar lebih awal
untuk memanfaatkan diskon tersebut.
2. Mengevaluasi kebijakan kredit yang diusulkan
Pemberian kredit hanya masuk akal jika nilai Net Present Value (NPV)
positif. Kita perlu melihat NPV dalam keputusan pemberian kredit. Jadi, cara
memperkirakan NPV dari perubahan kebijakan kredit adalah:
a. Mengidentifikasi P (harga per unit), v (biaya variabel per unit), Q (kuantitas
yang dijual perbulan saat ini, Q’ (kuantitas yang dijual dalam kebijakan baru),
dan R (tingkat pengembalian bulanan yang diperlukan) dengan mengabaikan
diskon, kemungkinan gagal bayar, dan pajak. Karena pajak tidak
mempengaruhi kesimpulan kita.
b. Menghitung arus kas kebijakan lama = (P – v)Q’
c. Menghitung arus kas kebijakan baru = (P – v)Q’
d. Menghitung arus kas inkremental = (P – v)(Q’ – Q)
e. Menghitung nilai sekarang dari arus kas inkremental di masa yang akan
datang:
PV = [(P – v)(Q’ – Q)] / R
f. Menghitung biaya perubahan = PQ + v(Q’ – Q)
g. Menghitung NPV perubahan kebijakan
NPV perubahan kebijakan = -[PQ + v(Q’ – Q)] + [(P – v)(Q’ – Q)] / R
3. Kebijakan Kredit Optimal
Pada prinsipnya, jumlah optimal kredit ditentukan oleh titik dimana arus kas
inkremental dari peningkatan penjualan tepat sama dengan biaya inkremental dari
melakukan peningkatan dalam investasi di piutang usaha.
a. Kurva biaya total kredit
Kurva Biaya Kredit (Credit Cost Curve) adalah jumlah dari biaya bawaan dan
biaya kesempatan dari kebijakan kredit tertentu.

9
Untuk memulai, biaya bawaan yang diasosiasikan dengan pemberian kredit
dapat memiliki tiga bentuk :
1. Tingkat pengembalian yang diharapkan dari piutang.
2. Kerugian dari gagal bayar.
3. Biaya mengelola kredit dan penghimpunan kredit.
Biaya bawaan (Carrying Cost) adalah arus kas yang harus dimasukkan ketika
kredit diberikan. Mereka secara positif terkait dengan jumlah kredit yang
diberikan.
Biaya kesempatan (Opportunity Cost) : penjualan yang hilang karena menolak
memberikan kredit. Biaya-biaya ini menurun ketika kredit diberikan.
b. Mengelola Fungsi Kredit
Berbagai perusahaan yang mengelola kegiatan operasional kredit internal
memiliki asuransi untuk risiko gagal bayar.
Perusahaan besar sering memberikan kredit melalui perusahaan keuangan
captive yang merupakan anak perusahaan yang sepenuhnya dimiliki dan
menangani fungsi kredit untuk perusahaan induk. Contoh : Ford Motor Credit.
Mengapa sebuah perusahaan memilih untuk membuat perusahaan yang
berbeda untuk menangani fungsi kreditnya? Alasan yang paling utama adalah
untuk memisahkan fungsi produksi dan pembiayaan untuk produk perusahaan
dalam hal manajemen, pembiayaann, dan pelaporan.
4. Kapan kredit harus diberikan
Jawabannya akan tergantung pada apa yang akan terjadi jika kredit ditolak
yaitu apakah pelanggan akan membayar tunai atau tidak membeli sama sekali.

10
Contoh akan diberikan pada beberapa kasus:
a. Penjualan Satu Kali
Contoh: Seorang pelanggan baru ingin membeli satu unit produk dengan
harga P per unit secara kredit. Jika kredit ditolak, pelanggan tidak akan
melakukan pembelian. Tetapi, jika kredit diberikan, maka dalam satu bulan,
pelanggan akan membayar atau gagal bayar. Kemungkinan dari gagal bayar
adalah π. Dalam hal ini, probabilitas (π) dapat diinterpretasikan sebagai presentasi
pelanggan baru yang tidak dapat membayar. Bisnis kita tidak memiliki pelanggan
ulang, maka ini adalah penjualan satu kali. Akhirnya, tingkat pengembalian
piutang adalah R per bulan, dan biaya variabel adalah v per unit.
Analisis di sini adalah langsung. Jika perusahaan menolak kredit, maka
arus kas inkremental adalah nol. Jika perusahaan memberikan kredit, maka
perusahaan mengeluarkan v (biaya variabel) pada bulan ini dan berharap akan
menghimpun (1 – π) P bulan depan. NPV karena memberikan kredit
adalah :
NPV = -v + (1 – π) P / (1 + R)
b. Bisnis Berulang (repeat business)
Ilustrasi : Memperpanjang contoh penjualan satu kali milik kita.
Asumsi: Pelanggan tersebut tetap menjadi pelanggang selamanya dan tidak akan
pernah gagal bayar.
Contoh: Jika perusahaan tersebut memberikan kredit, perusahaan membelanjakan
v bulan ini. Bulan depan, perusahaan tidak mendapatkan apapun jika pelanggan
gagal bayar, atau perusahaan mendapatkan P jika pelanggan membayar, maka
pelanggan akan membelanjakan senilai v lagi. Arus kas masuk bersih untuk bulan
tersebut adalah P – v. Dalam setiap bulan selanjutnya, P – v yang sama akan
muncul saat pelanggan membayar untuk pesanan bulan lalu dan menempatkan
pesanan baru. Dalam satu bulan, perusahaan akan menerima $0 dengan
probabalitas π. Namun, dengan probabilitas (1 – π), perusahaan akan memiliki
pelanggan baru permanen. Nilai dari pelanggan baru sama dengan nilai sekarang
dari (P – v) setiap bulan selamanya: PV = (P – v)/R
NPV dari memberikan kredit untuk itu adalah:

11
NPV = -v + (1 + π) (P –v)/R
5. Informasi Kredit
Sumber-sumber informasi yang biasa digunakan untuk menilai kelayakan
kredit adalah :
1. Laporan keuangan : Sebuah perusahaan dapat meminta pelanggan untuk
memasok laporan keuangan seperti laporan neraca dan laporan rugi laba. Standar
minimum dan rules of thumb berdasarkan rasio finansial dapat digunakan sebagai
dasar memberikan atau menolak suatu kredit.
2. Laporan kredit mengenai sejarah pembayaran pelanggan dengan perusahaan
lain : Hanya sedikit organisasi yang menjual informasi mengenai kekuatan dan
catatan kredit dari berbagai perusahaan bisnis.
3. Bank : Berbagai bank pada umumnya akan memberikan bantuan pada
pelanggan bisnisnya dalam mendapatkan informasi mengenai kelayakan sebuah
perusahaan.
4. Sejarah pembayaran pelanggan dengan perusahaan tersebut : Cara yang paling
nyata untuk mendapatkan informasi mengenai kemungkinan pelanggan tidak
membayar adalah dengan memeriksa apakah (seberapa cepat) mereka telah
menyelesaikan kewajiban di masa lampau.
6. Evaluasi dan Penilaian Kredit
Analisis kredit dapat dilakukan dengan berbagai alat analisis. Dalam
praktiknya menurut Kasmir (2013: 258-261) terdapat beberapa alat analisis yang
dapat digunakan untuk menentukan kelayakan suatu kredit.
(1) The Five C’s of Credit
1. Character adalah sifat atau watak nasabah. Analisis ini untuk
mengetahui sifat atau watak seorang nasabah pemohon kredit, apakah memiliki
watak atau sifat yang bertanggung jawab terhadap kredit yang diambilnya. Dari
watak atau sifat ini akan terlihat kemauan nasabah untuk membayar dalam
kondisi sesulit apa pun. Namun sebaliknya jika nasabah tidak memiliki sifat yang
mau membayar, maka nasabah akan berusaha mengelak untuk membayar dengan
berbagai alasan tentunya. Watak atau sifat ini akan dapat dilihat dari masa lalu

12
nasabah melalui pengamatan, pengalaman, riwayat hidup, maupun hasil
wawancara dengan nasabah.
2. Capacity, yaitu analisis yang digunakan untuk melihat kemampuan
nasabah dalam membayar kredit. Kemampuan ini dapat dilihat dari penghasilan
pribadi untuk kredit konsumtif dan melalui usaha yang dibiayai untuk kredit
perdagangan atau produktif. Kemampuan ini penting untuk dinilai agar bank tidak
mengalami kerugian. Untuk menilai kemampuan nasabah dapat dinilai dari
dokumen yang dimiliki, hasil konfirmasi dengan pihak yang memiliki
kewenangan mengeluarkan surat tertentu (misalnya penghasilan seseorang), hasil
wawancara atau melalui perhitungan rasio keuangan.
3. Capital adalah untuk menilai modal yang dimiliki oleh nasabah untuk
membiayai kredit. Hal ini penting karena bank tidak akan membiayai kredit
tersebut 100%. Artinya, harus ada modal dari nasabah. Tujuannya jika nasabah
juga ikut memiliki modal yg ditanamkan di kegiatan tersebut, maka nasabah juga
akan merasa memiliki, sehingga termotivasi untuk bekerja sungguh-sungguh agar
usaha tersebut berhasil, sehingga mampu uuk membayar kewajiban kreditnya.
4. Condition, yaitu kondisi umum saat ini dan yang akan datang tentunya.
Kondisi yang akan dinilai terutama kondisi ekonomi saat ini, apakah layak untuk
membiayai kredit untuk sektor tertentu. Misalnya, kondisi produksi tanaman
tertentu sedang membludak pasaran (jenuh), maka kredit untuk sektor tersebut
sebaliknya dikurangi. Kondisi lainnya yang harus diperhatikan adalah kondisi
lingkungan sekitar, misalnya kondisi keamanan dan kondisi sosial masyarakat.
5. Collateral, merupakan jaminan yang diberikan nasabah kepada bank
dalam rangka pembiayaan kredit yang diaukannya. Jaminan ini digunakan sebagai
alternatif terakhir bagi bank untuk berjaga-jaga kalau terjadi kemacetan terhadap
kredit yang dibiayai. Mengapa collateral atau jaminan menjadi penilaian terakhir
dari 5C, hal ini disebabkan karena yang paling penting adalah penilaian yang
disebutkan sebumnya, apabila sudah layak maka jaminan hanyalah merupakan
tambahan saja, untuk berjaga-jaga karena ada faktor-faktor yang tidak dapat
dihindari yang menyebabkan kredit macet, misalnya bencana alam. Di samping

13
itu, juga untuk menjadi motivasi nasabah untuk membayar karena jaminannya
ditahan oleh bank.

(2) The Seven P’s of Credit


1. Personality, atau kepribadian merupakan penilaian yang digunakan
untuk mengetahui kepribadian si calon nasabah. Dalam menilai kepribadian yang
dilakukan bank, hamr sama dengan character atau sifat atau watak nasabah.
Hanya saja personality lebih ditekankan kepada orangnya, sedangkan dalam
character termasuk kepada keluarganya.
2. Purpose, atau tujuan mengambil kredit. Seperti diketahui sebelumnya
bahwa tujuan untuk mengambil kredit ada tiga yaitu untuk usaha yang produktif,
atau untuk digunakan sendiri (konsumtif), atau perdagangan. Penilaian dari ketiga
tujuan ini sedikit berbeda, oleh karena itu jangan sampai pemberian kredit yang
dikucurkan oleh bank disalahgunakan oleh nasabah.
3. Party, artinya dalam menyalurkan kredit, bank memilah-milah menjadi
beberapa golongan. Hal ini dilakukan agar bank lebih fokus untuk menangani
kredit tersebut, misalnya kredit untuk usaha kecil, menengah, atau besar. Atau
dapat juga dipilah berdasarkan wilayah, misalnya daerah pedesaan, perkotaan atau
sektor usaha, misalnya peternakan, industri, atau sektor lainnya.
4. Payment adalah cara pembayaran kredit oleh nasabah. Penilaian yang
dilakukan untuk menilai cara nasabah untuk membayar kredit, apakah dari
penghasilan (gaji) atau dari sumber objek yang dibiayai. Dari penilaian ini akan
terlihat kemampuan nasabah dalam membayar kredit.
5. Prospect, yaitu untuk menilai harapan ke depan terutama terhadap objek
kredit yang dibiayai. Tentunya harapan yang diinginkan adalah memberikan
harapan yang baik atau cerah. Usaha yang tidak mengandung prospek cerah
sebaiknya ditunda karena akan menyulitkan bank dan nasabah nantinya, misalnya
usaha yang sudah memasuki titik jenuh.
6. Profitability, artinya kredit yang dibiayai oleh bank akan memberikan
keuntungan bagi kedua belah pihak, baik bank ataupun nasabah. Jika tidak
sebaiknya jangan diberikan. Keuntungan bagi bank tentunya adalah berupa balas

14
jasa yang diberikan nasabah dari bunga atau bagi hasil. Sebaiknya bagi nasabah
adalah berkembangnya usaha yang dibiayai yang ujung-ujungnya juga adalah
keuntungan dan adanya tambahan modal baginya.
7. Protection, artinya perlindungan terhadap objek kredit yang dibiayai.
Perlindungan tidak sebatas jaminan fisik yang diberikan, akan tetapi lebih dari itu
yaitu jaminan si pengambil kredit seperti asuransi meninggal dunia dan jaminan
perlindungan terhadap jaminan fisik yang diberikan dari kehilangan, kerusakan,
atau lainnya.

Sedangkan yang dimaksud Penilaian kredit adalah proses perhitungan peringkat


numeris dari pelanggan berdasarkan informasi yang dikumpulkan; kredit kemudian
diberikan atau ditolak berdasarkan hasil tersebut.

3. Kebijakan Penghimpunan Dana


Kebijakan penghimpunan adalah elemen terakhir dalam kebijakan kredit. Hal ini
meliputi monitoring piutang untuk mengenali masalah dan mendapatkan pembayaran dari
rekening yang lewat jatuh tempo.
1. Monitoring Piutang
Untuk tetap mengawasi pembayaran oleh pelanggan, sebagian besar perusahaan
akan memonitor rekening yang dananya masih beredar di luar (outstanding).
Pertama, sebuah perusahaan biasanya akan mengawasi periode penghimpunan
rata-ratanya (Average Collection Period – ACP) sejalan dengan waktu.
Jika sebuah perusahaan berada dalam bisnis musiman, ACP akan berfluktuasi
dalam setahun; tetapi peningkatan yang tidak diharapkan dalam ACP merupakan
sumber kekhawatiran. Apakah pelanggan secara umum memperpanjang waktu
pembayaran, atau beberapa persen dari piutang usaha sudah sangat lewat jatuh tempo.
Kedua, Jadwal Aging (Aging Schedule) : Gabungan piutang usaha berdasarkan
umur dari setiap rekening. Contoh :

15
Jika perusahaan ini memiliki periode kredit selama 60 hari, maka 25% dari
piutang ini adalah terlambat. Sering kali terjadi bahwa rekening di atas umur tertentu
hampir tidak pernah dapat dihimpun.
2. Upaya-upaya Penghimpunan
Sebuah perusahaan sering kali menjalani prosedur seperti berikut ini untuk
pelanggan yang memiliki rekening yang lewat jatuh tempo :
1) Perusahaan mengirimkan surat peringatan yang menginformasikan bahwa pelanggan
memiliki status lewat jatuh tempo.
2) Menelpon pelanggan.
3) Mempekerjakan agensi penghimpunan.
4) Melakukan tindakan hukum kepada pelanggan.
Sesekali, sebuah perusahaan akan menolak untuk memberikan kredit tambahan
kepada pelanggan hingga piutang telah diselesaikan.

E. Rasio yang Berhubungan dengan Piutang


Penjualan secara kredit akan mengakibatkan atau mempengaruhi kinerja
keuangan perusahaan secara keseluruhan. Oleh karena itu, manajemen perlu menilai
kinerja dari sisi piutangnya. Alat ukur untuk menilai kinerja ini dapat dilakukan dengan
menggunakan rasio-rasio keuangan yang berhubungan dengan piutang tersebut.

16
Sedangkan rasio-rasio keuangan yang berhubungan dengan piutang tersebut adalah
sebagai berikut:
(1) Perputaran piutang (receivable turnover)
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa lama penagihan piutang
selama satu periode. Atau berapa kali dana yang ditanam dalam piutang ini berputar
dalam satu periode. Makin tinggi rasio menunjukkan bahwa modal kerja yang
ditanamkan dalam piutang makin rendah (bandingkan dengan rasio tahun sebelumnya)
dan tentunya kondisi ini bagi perusahaan makin baik. Sebaliknya jika rasio makin rendah,
maka ada over investment dalam piutang. Yang jelas bahwa rasio perputaran piutang
memberikan pemahaman tentang kualitas piutang dan kesuksesan penagihan piutang.
Cara mencari rasio ini adalah dengan membandingkan antara penjualan kredit
dengan rata-rata piutang.
Rumusan untuk mencari receivable turnover adalah sebagai berikut
𝑅𝑒𝑐𝑒𝑖𝑣𝑎𝑏𝑙𝑒 𝑡𝑢𝑟𝑛𝑜𝑣𝑒𝑟= 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑘𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡 / Rata-rata piutang
Atau
𝑅𝑒𝑐𝑒𝑖𝑣𝑎𝑏𝑙𝑒 𝑡𝑢𝑟𝑛𝑜𝑣𝑒𝑟= 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑘𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡 / Piutang
(2) Hari rata-rata penagihan piutang (days of receivable)
Bagi bank yang akan memberikan kredit perlu juga menghitung hari rata-rata
penagihan piutang (days of receivable). Hasil perhitungan ini menunjukkan jumlah hari
(berapa hari) piutang tersebut rata-rata tidak dapat ditagih dan rasio ini juga sering
disebut days sales uncollected.
Untuk menghitung hari rata-rata penagihan piutang (days of receivable) dapat
digunakan rumus sebagai berikut:
𝐷𝑎𝑦𝑠 𝑜𝑓 𝑟𝑒𝑐𝑒𝑖𝑣𝑎𝑏𝑙𝑒= 𝑃𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑥 360 / 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑘𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡
Atau
𝐷𝑎𝑦𝑠 𝑜𝑓 𝑟𝑒𝑐𝑒𝑖𝑣𝑎𝑏𝑙𝑒= 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 / 𝑃𝑒𝑟𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑝𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔

J. Fred Weston, menyebutkan rata-rata jangka waktu penagihan adalah ukuran


perputaran piutang yang dihitung dalam 2 tahapan:
(1) Penjualan per hari

17
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟 ℎ𝑎𝑟𝑖= 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 / 360
(2) Hari lamanya penjualan terikat dalam bentuk piutang
𝑅𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑗𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑝𝑒𝑛𝑎𝑔𝑖ℎ𝑎𝑛= 𝑃𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 / 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟 ℎ𝑎𝑟𝑖

Lalu, bagaimana cara menganalisa perputaran dan anggaran pengumpulan piutang?


Menurut Riyanto dalam bukunya (2015: 90-92), adalah penting untuk
membandingkan hari rata-rata penagihan piutang dengan syarat pembayaran yang telah
ditetapkan oleh perusahaan. Apabila hari rata-rata penagihan piutang selalu lebih besar
daripada batas waktu pembayaran yang telah ditetapkan tersebut berarti bahwa cara
pengumpulan piutangnya kurang efisien. Ini berarti bahwa banyak para langganan yang
tidak memenuhi syarat pembayaran yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
Contoh 1.

2014 2015
Net credit sales Rp. 100.000,00 Rp. 100.000,00
Receivables: permulaan tahun Rp. 20.000,00 Rp. 30.000,00
akhir tahun Rp. 30.000,00 Rp. 10.000,00
Average receivables Rp. 25.000,00 Rp. 20.000,00
Receivables turnover 4x 5x
Average collection period 90 hari 72 hari
Tinggi rendahnya receivable turnover mempunyai efek yang langsung terhadap
besar kecilnya modal yang diinvestasikan dalam piutang. Makin tinggi turnover-nya,
berarti makin cepat perputarannya, yang berarti makin pendek waktu terikatnya modal
dalam piutang, sehingga untuk mempertahankan net credit sales tertentu, dengan naiknya
turnover-nya, dibutuhkan jumlah modal yang lebih kecil yang diinvestasikan dalam
piutang.
Bagaimana hubungan antara penjualan kredit dengan “cash flows”? Sebagaimana
telah diuraikan di muka bahwa financial officer lebih berkepentingan terhadap “cash
flows” daripada transaksi penjualannya sendiri. Dalam penjualan kredit saat penyerahan
barang atau saat penjualan tidak bersamaan waktunya dengan saat “cash inflows”. “Cash
inflows” yang terjadi karena penjualan kredit itu dapat direncanakan dengan menyusun
“anggaran pengumpulan piutang” (receivables collection budget).

18
Anggaran atau skedul pengumpulan piutang disusun berdasarkan anggaran
penjualan dengan memperhatikan antara lain faktor-faktor: terms of sales, kebiasaan para
langganan membayar utangnya.
Contoh 2.

Suatu perusahaan mempunyai rencana penjualan atas dasar estimasi akhir bulan
sebagai berikut:
Bulan penjualan Jumlah penjualan
Juli Rp. 28.000,00
Agustus Rp. 35.000,00
September Rp. 42.000,00
Syarat pembayaran ditetapkan: 3/20, net 30.

Berdasarkan pengalaman cara pembayaran para langganan adalah sebagai berikut:


a) 60% dari penjualan setiap bulannya terkumpul dalam waktu 20 hari sesudah bulan
penjualan.
b) 30% terkumpul dalam waktu sesudah 20 hari dalam bulan yang sama, yaitu dalam bulan
ke satu sesudah bulan penjualan.
c) 10% terkumpul dalam bulan kedua sesudah bulan penjualan.
Berdasarkan data tersebut di atas kita dapat menyusun skedul atau anggaran
pengumpulan piutang (receivables collection budget).
Tabel 1.
Anggaran pengumpulan piutang untuk bulan Agustus sampai dengan Oktober 20XX
Taksiran
Waktu Penjualan Agustus September Oktober
Penjualan
Juli Rp. 28.000,00 Rp. 24.696,00x) Rp. 2.800,00xx) Rp. -
Agustus Rp. 35.000,00 Rp. - Rp. 30.870,00 Rp. 3.500,00
September Rp. 42.000,00 Rp. - Rp. - Rp. 37.044,00
Jumlah piutang
yang terkumpul

19
setiap bulan Rp. 24.696,00 Rp. 33.670,00 Rp. 40.544,00

x) Penerimaan piutang dalam bulan Agustus:


......................
......................
......................
60% x Rp. 28.000,00 ......... = Rp. 16.800,00
Potongan tunai (cash discount) = 3% x Rp. 16.800,00 ......................... = Rp. 504,00 -
= Rp. 16.296,00
30% terkumpul dalam waktu sisanya atau dalam waktu 10 hari
...........
...........
...........
...........
...........
Terakhir = 30% x Rp. 28.000,00 ... = Rp. 8.400,00
= Rp. 24.696,00
xx) Piutang yang terkumpul dalam bulan kedua sesudah bulan penjualan sebanyak 10% x Rp.
28.000,00 = Rp. 2.800,00

Dari tabel tersebut di atas nampak bahwa dalam bulan Agustus akan terkumpul
piutang sebesar Rp. 24.696,00, September Rp. 33.670,00, dan Oktober Rp. 40.544,00,
yang ini akan merupakan “cash inflows” untuk bulan-bulan Agustus, September, dan
Oktober.

20
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Piutang merupakan komponen aktiva lancar yang penting dalam aktivitas
ekonomi suatu perusahaan karena merupakan aktiva lancar perusahaan yang paling besar
setelah kas. Piutang timbul karena adanya penjualan barang atau jasa secara kredit, bisa
juga melalui pemberian pinjaman.
Ketika sebuah perusahaan memberikan kredit, dapat diurutkan kejadian arus kas
berupa: (1) penjualan kredit dibuat, (2) pelanggan mengirimkan sebuah cek ke
perusahaan, (3) perusahaan mendepositokan cek, dan (4) rekening perusahaan dikredit
dengan jumlah yang tertera di cek. Selain itu, dapat dilihat investasi dalam piutang usaha
yang tergantung dari jumlah penjualan kredit dan periode penghimpunan rata-rata
(Average Collection Periode).
Jika sebuah perusahaan memutuskan untuk memberikan kredit, maka perusahaan
harus menetapkan prosedur untuk memberikan kredit dan penghimpunan dana meliputi:
(1) Syarat Penjualan, (2) Analisis Kredit, dan (3) Kebijakan Penghimpunan.
Penjualan secara kredit akan mengakibatkan atau mempengaruhi kinerja
keuangan perusahaan secara keseluruhan. Oleh karena itu, manajemen perlu menilai
kinerja dari sisi piutangnya dengan menggunakan rasio-rasio keuangan.

21
Daftar Pustaka

Corporate Finance, Ross, Westerfield, 2005. (jilid 2)


Bahan Ajar Manajemen Piutang Universitas Gunadarma oleh Ardiprawiro

22

Anda mungkin juga menyukai