Anda di halaman 1dari 19

Makalah Manajemen Keuangan

MANAJEMEN PIUTANG/INVESTASI DALAM PIUTANG


Disusun Oleh :

Anindha Rahma Khairunnisa : 3.41.19.2.03

Choir Astriana : 3.41.19.2.06

Eka Juniarti : 3.41.19.2.09

Lisa Rahmawati : 3.41.19.2.22

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


JURUSAN AKUNTANSI
POLITEKNIK NEGERI SEMARANG
TAHUN 2021/2022
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN .................................................................4 444
1.1 Latar Belakang Masalah................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................
1.3 Tujuan Masalah.............................................................................................................
1.4 Manfaat..........................................................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Manajemen Piutang.......................................................................................................
2.2 Kebijakan terhadap piutang yang masih belum tertagih................................................
2.3 Kebijaksanaan pemberian piutang.................................................................................
2.4 Pengaruh Manajemen Piutang terhadap Stabilitas Kas Perusahaan..............................
2.5 Pengaruh Manajemen Piutang terhadap Likuiditas Perusahaan....................................

BAB III PEMBAHASAN


3.1 Pengertian Piutang.........................................................................................................
3.2 Kebijakan Pengumpulan Piutang Dan Kredit................................................................
3.3 Factor-Faktor Yang Mempengaruhi Besarnya Investasi Terhadap Piutang..................
3.4 Penilaian Resiko Kredit Dan Penyaringan Pelanggan...................................................
3.5 Perputaran Piutang Dan Anggaran Pengumpulan Piutang............................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Setiap pemimpin perusahaan selalu menginginkan penjualan barang dagangannya
dibayar secara tunai. Namun, di lain pihak, penjualan secara kredit  justru akan memberi
peluang untuk perluasan pasar sehingga dapat menambah laba usaha, meski hal ini juga
bukan tanpa resiko. Biasanya keberhasilan suatu perusahaan dilihat dari segi
financialnya, yaitu seberapa besar laba yang diperoleh dari hasil usahanya. Sehingga
setiap perusahaan berlomba-lomba menaikan besaran profit yang didapatnya. Namun
untuk mencapai tujuan yang diinginkan, suatu perusahaan harus mengoptimalkan segala
kegitan dalam perusahaan tersebut, baik itu produksi, pemasaran maupun penjualannya.
Masalah yang umum dihadapi perusahaan ialah penagihan piutang yang telah jatuh
tempo tidak selalu dapat diselesikan seluruhnya. Jika keadaan itu terus berlangsung
dalam jangka waktu yang lama maka modal perusahaaan akan semakin kecil. Dengan
begitu manajemen piutang merupakan hal yang sangat penting bagi perusahaan yang
menjual produknya secara kredit. Manajemen piutang terutama menyangkut masalah
pengendalian jumlah piutang, pengendalian pemberian dan pengumpulan piutang, serta
evaluasi terhadap politik kredit yang dijalankan oleh perusahaan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana kebijakan pengumpulan piutang dan kredit ?


2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya investasi terhadap piutang ?
3. Apa saja penilaian resiko kredit dan penyaringan pelanggan ?
4. Bagaimana perputaran piutang dan anggaran pengumpulan piutang ?

1.3 Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui kebijakan pengumpulan piutang dan kredit


2. Untuk mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi besarnya investasi terhadap
piutang
3. Untuk mengetahui penilaian resiko kredit dan penyaringan pelanggan
4. Untuk mengetahui perputaran piutang dan anggaran pengumpulan piutang

1.4 Manfaat
1. Mengetahui kebijakan pengumpulan piutang dan kredit
2. Mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi besarnya investasi terhadap piutang
3. Mengetahui penilaian resiko kredit dan penyaringan pelanggan
4. Mengetahui perputaran piutang dan anggaran pengumpulan piutang
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Manajemen Piutang


Menurut Niswonger et al (1999) piutang merujuk pada claims (tagihan) dalam
bentuk uang terhadap entitas lainnya, termasuk individu, perusahaan atau organisasi
sehingga piutang merupakan bagian yang signifikan dari aktiva lancar perusahaan.
Sedangkan pengertian piutang secara khusus adalah suatu perkiraan yang timbul
akibat adanya tambahan kegiatan perusahaan dalam pemberian kredit.
Munawir (2002) menyebutkan bahwa piutang dagang adalah tagihan kepada pihak
lain (kepada kreditor atau langganan) sebagai akibat adanya penjualan barang dagangan
secara kredit. Pada dasarnya piutang bisa timbul tidak hanya karena penjualan bagarng
dagangan secara kredit, tetapi karena hal-hal lain misalnya piutang kepada pegawai,
piutang karena penjualan saham secara angsuran atau adanya uang muka untuk
pembelian atau kontrak kerja lainnya. Piutang-piutang yang dimiliki oleh suatu
perusahaan harus disajikan dalam neraca secara informatif.
Piutang (receivable) meliputi semua klaim dalam bentuk uang terhadap pihak
lainnya, termasuk individu, perusahaan atau organisasi lainnya. Piutang biasanya
memiliki bagian yang signifikan dari total aktiva lancar perusahaan (Niswonger et al,
1999).
Brigham dan Houston (2001) menyatakan bahwa manajemen piutang dimulai
dengan keputusan apakah akan memberikan kredit atau tidak, dalam manajemen
piutang juga ada cara-cara piutang perusahaan dibentuk dan beberapa cara alternatif
untuk memantau piutang. Sistem pemantauan digunakan, karena jika tidak piutang
akan menumpuk menjadi suatu yang berlebihan, arus kas menurun dan piutang tak
tertagih menutupi laba dari penjualan. Manajemen piutang mempelajari bagaimana
piutang bisa dikelola dengan efisien. Rata-rata saldo piutang ditentukan oleh dua
faktor yaitu penjualan kredit per hari dan jumlah hari rata-rata periode
pengumpulan piutang. Keduanya sangat tergantung pada kebijakan kredit yang
dijalankan oleh perusahaan. Piutang mengandung resiko berupa kegagalan penagihan
atau biasa disebut bad debts, kemungkinan resiko ini akan semakin kecil apabila
perusahaan hanya melakukan penjualan kredit kepada pelanggan yang terkuat saja.
Resiko piutang adalah tidak tertagih dan akan menimbulkan credit cost (biaya kredit).
Biaya kredit tersebut adalah :
1. Kegagalan memenuhi default (kewajiban) atau kerugian piutang macet
2. Biaya penelitian dan penagihan yang lebih tinggi.
3. Bertambah besarnya modal dan biaya modal yang terkait dalam rekening-rekening
piutang yang kurang layak (mereka yang membayar lambat, sehingga rata-rata
jangka waktu penagihan menjadi bertambah panjang.
Kebijaksanaan kredit suatu perusahaan merupakan suatu alat persaingan dengan
perusahaan-perusahaan lain. Perluasan pemberian kredit ini hampir sama dengan
kebijaksanaan pengurangan harga perusahaan. Antara kebijaksanaan kredit suatu
perusahaan dengan tingkat penjualannya terdapat hubungan yang erat. Manajemen
keuangan dari perusahaan itu yang menetapkan kebijaksanaan kredit. Menurut Riyanto
(2001) kebijakan manajemen kredit suatu perusahaan ada tiga variabel utama yaitu :
1. Credit Standart
Menentukan siapa yang pantas untuk diberikan kredit
2. Credit Terms
Menentukan kondisi dimana waktu kredit dapat diperpanjang, contoh :
perpanjangan waktu sampai 60 hari credit terms 30 hari
3. Collection Policies
Menentukan seberapa agresif perusahaan tersebut akan mengejar orang yang tidak
membayar hutang atau tterlambat membayar hutangnya.
2.2 Kebijakan terhadap piutang yang masih belum tertagih
Kebijakan terhadap piutang yang masih belum tertagih adalah prosedur yang
ditempuh untuk memperoleh pembayaran dan rekening-rekening yang jatuh tempo
(Sawir, 2001). Usaha penagihan piutang juga sebaiknya ditingkatkan karena akan
mengurangi investasi dan pengeluaran piutang ragu-ragu serta akan meningkatkan
laba perusahaan. Perusahaan dapat menggunakan piutang sebagai sumber dana yaitu
melalui factoring maupun pledging dari piutang.
a. Factoring (Anjak Piutang)
Pengertian anjak piutang berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan No.
448/KMK.017/2000 adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk pembelian dan
atau pengalihan serta pengurusan piutang atau tagihan jangka pendek suatu
perusahaan dari transaksi perdagangan dalam atau luar negeri
b. Pledging (Penggandaan Piutang)
Pledging hampir sama dengan factoring, hanya dalam pledging
perusahaan menggandaikan piutangnya kepada lembaga keuangan untuk
memperoleh dana bagi kelangsungan perusahaannya. Sumber dana dari piutang
merupakan kesepakatan legal antara penjual barang atau jasa dengan lembaga
keuangan. Kesepakatan itu dinyatakan dalam suatu prosedur yang harus dijalani
oleh kedua belah pihak. Setelah itu perusahaan yang menggadaikan piutang
mendapatkan faktur dari lembaga keuangan.
Setelah itu lembaga keuangan mempelajari faktur tersebut dan membuat
penilaian. Faktur perusahaan yang memenuhi syarat standar kredit lembaga
keuangan, tidak dapat menggadaikan piutangnya.
2.3 Kebijaksanaan pemberian piutang
Menurut Barlian dan Sundjaja (2003), kebijakan kredit adalah suatu penetapan dalam
penyelesaian pemberian kredit, standar kredit dan syarat kredit. Seleksi dalam
pemberian kredit adalah suatu keputusan seseorang/perusahaan akan memberikan
kerdit kepada pelanggannya dan jumlah kredit yang diberikan.
Analisis kredit memberi perhatian utama terhadap karakter dan kemampuan karena
merupakan dasar yang utama dalam memberikan kredit. Pertimbangan terhadap 3K
yang lain penting dalam menyusun rencana kredit serta dalam membuat keputusan, yang
juga dipengaruhi oleh pengalaman dan pertimbangan dari analisis kredit.
Informasi untuk memperoleh kredit biasanya diberikan bersamaan dengan formulir
yang terdiri dari data keuangan, informasi kredit dan referensi. Itu juga bisa
dibilang sebagai permohonan. Jika perusahaan sudah pernah memberikan kredit
kepada pemohon maka perusahaan mempunyai sejarah dari informasi
pembayarannya. Sumber dari luar yang termasuk informasi lain diantaranya laporan
keuangan, lembaga pemeringkat kredit, lembaga informasi kredit, assosiasi bisnis serta
bank.
Perusahaan tidak hanya menentukan kemampuan kredit dari pelanggan tetapi
juga harus memperhatikan jumlah maksimum kredit yang diberikan. Selain itu
perusahaan harus membuat batas kredit yaitu jumlah maksimum pelanggan yang
dapat diberikan kredit.
2.4 Pengaruh Manajemen Piutang terhadap Stabilitas Kas Perusahaan
Menurut Riyanto (2001), guna menjalankan aktivitas perusahaan, kas sangat penting
kedudukannya karena kas merupakan unsur modal kerja dan juga merupakan bagian
dari investasi. Operasional kas harus benar-benar mencukupi dalam aktivitas
perusahaan tersebut, karena dengan adanya kas yang cukup maka dapat menunjang
kegiatan operasional dan sebaliknya apabila kas yang tersedia tidak mencukupi akan
mengakibatkan terganggunya kegiatan operasional perusahaan itu sendiri. Operasional
kas yang dimaksud adalah bagaimana caranya perusahaan dalam menjalankan aktivitas
keuangan sesuai dengan produksi yang telah ditetapkan.
Pada Riyanto (2001) juga disebutkan, arus kas masuk dan arus kas keluar harus
diupayakan seimbang, artinya tidak terjadi saldo kas yang berlebihan ataupun
keuntungan. Saldo kas yang berlebihan dari kebutuhan akan mengorbankan kegiatan
operasional perusahaan karena tertanam jumlah uang kas yang tidak produktif. Tetapi
sebaliknya saldo kas yang defisit akan menyebabkan perusahaan tidak dapat berjalan
dengan baik dan akibat selanjutnya kegiatan perusahaan dapat terganggu karena
kurangnya pembiayaan. Sehingga diperlukan adanya penyusunan anggaran penerimaan
dan pengeluaran kas yang baik, sehingga menghasilkan jumlah saldo yang optimal agar
dapat menunjang aktivitas perusahaan. Jumlah kas yang optimal berarti dapat membiayai
operasi perusahaan sehari-hari dan kewajiban finansial perusahaan tetap pada saat ditagih.
2.5 Pengaruh Manajemen Piutang terhadap Likuiditas Perusahaan
Menurut Riyanto (2001), makin cepat suatu piutang berputar, maka maka makin
liquidlah piutang itu. Itu berarti bahwa periode piutang menjadi semakin pendek.
Sehingga semakin pendek periode piutang, maka semakin likuidlah piutang itu. Demikian
juga halnya dengan persediaan, hutang, dan kas.
Pada Riyanto (2001) juga menyebutkan bahwa siklus operasi perusahaan
mempengaruhi kelikuiditasan operasi perusahaan tersebut. Dan bahwa semakin
panjang siklus operasi perusahaan, maka operasi perusahaan juga semakin illikuid (tidak
likuid), karena kecepatan berubahnya aktiva menjadi kas menjadi semakin lambat
akibat semakin panjangnya siklus operasi perusahaan. Dengan semakin pendeknya
suatu siklus operasi perusahaan, maka aktiva perusahaan dapat dengan cepat diubah
menjadi kas dan dapat dengan cepat pula digunakan untuk siklus operasi perusahaan
yang berikutnya.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Piutang


Piutang merupakan salah satu unsur dari aktiva lancar dalam neraca perusahaan yang timbul
akibat dari transaksi penjualan barang dan jasa perusahaan, dimana pembayaran oleh pihak
yang bersangkutan baru akan dilakukan setelah tanggal transaksi jual beli.  Piutang merupakan
harta perusahaan tingkat likuiditasnya lebih tinggi daripada inventory, karena perputaran dari
piutang ke kas membutuhkan satu langkah saja.
Menurut Soemarso piutang usaha adalah atau penyerahan aktiva atau jasa lain kepada
pihak dengan siapa ia berpiutang:“Perusahaan mempunyai hak klaim terhadap seseorang atau
perusahaan lain dengan adanya hak klaim ini perusahaan dapat menuntut pembayaran dalam
bentuk uang”.
Piutang usaha meliputi piutang yang timbul karena penjualan produk atau penyerahan jasa
dalam rangka kegiatan usaha normal perusahaan. Piutang usaha adalah tagihan yang tidak
didukung dengan janji tertulis yang hanya dilengkapi oleh surat jalan, faktur/tanda terima
lainnya yang telah ditandatangani oleh debitur sehingga pernyataan telah menerima barang ada
didalam surat-surat tersebut.
3.2 Kebijakan penetapan kredit
Kebijakan penetapan kredit mencakup keputusan untuk menetapkan standar kredit, syarat
kredit, dan kebijakan penagihan.
a. Standar Kredit
Standar kredit berguna untuk mengungkapkan kemampuan keuangan
minimum pelanggan sehingga dapat ditetapkan pelanggan yang tergolong layak
memperoleh kredit. Dengan demikian, perusahaan dapat meramalkan siapa
pelanggan yang akan terlambat dalam membayar kewajibannya dan siapa
pelanggan yang mungkin akan mengakibatkan kerugian piutang (piutang yang tak
tertagih).
Lima aspek (5 C) yang biasanya dijadikan dasar untuk menetapkan kelayakan
kredit meliputi hal berikut:
1. Character, kemungkinan dari para pelanggan secara jujur berusaha
memenuhi kewajibannya. Sejauh mana reputasi pelanggan dapat
dipercaya, yang dapat dinilai dari catatan masa lalu atau informasi dari
berbagai pihak yang patut diperhatikan
2. Capacity, pendapat subjektif mengenai kemampuan pelanggan. Ini diukur
dari record tahun sebelumnya, atau dengan observasi fisik pada pabrik dan
tokopelanggan.
3. Capital, diukur oleh posisi finansial perusahaan secara umum, dimana hal
ini ditunjukkan dengan analisis rasio finansial. Rasio utang terhadap
ekuitas dan rasio profitabilitas sering digunakan mengukur aspek kapital
ini.
4. Collateral, cerminan dari aktiva yang dijaminkan bagi keamanan kredit.
5. Conditions, menunjukkan pengaruh langsung dari trend ekonomi pada
umumnya terhadap perusahaan atau perkembangan khusus dalam bidang
ekonomi yang mempengaruhi efek terhadap kemampuan pelanggan untuk
memenuhi kewajibannya.
b. Syarat Kredit
Syarat Kredit (Credit Term) mencakup dua hal, yakni: 1. Periode kredit (kapan
penagihan dimulai serta berapa lama batas waktu penagihan), dan 2. Berapa besar
diskon yang akan diberikan kepada pelanggan yang membayar pada periode
diskon.
c. Kebijakan Penagihan
Kebijakan penagihan (collection policy) adalah prosedur yang meliputi waktu
dan cara-cara penagihan agar pelanggan membayar tepat waktu. Misalnya,
perusahaan akan melakukan langkah-langkah penagihan: 1. Menegur via telepon
kepada pelanggan yang belum membayar pada satu hari setelah batas akhir
penagihan. 2. Menegur via surat kepada pelanggan yang belum membayar
sesudah tujuh hari dari batas akhir penagihan. 3. Menyerahkan tugas penagihan
kepada penagih utang (debt collector) dari luar perusahaan bagi perusahaan yang
belum membayar pada satu bulan setelah batas akhir penagihan.
3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Besarnya Investasi Terhadap Piutang
Menurut Bambang Riyanto, faktor yang dapat memengaruhi piutang adalah:
a. Volume Penjualan Kredit
Makin besar proporsi penjualan kredit dari total penjualan maka jumlah
investasi dalam piutang juga demikian. Artinya, perusahaan harus menyediakan
investasi yang lebih besar dalam piutang, dan meski berisiko semakin besar,
profitabilitasnya juga akan meningkat.
b. Syarat Pembayaran Penjualan Kredit
Syarat pembayaran penjualan kredit dapat bersifat ketat atau lunak. Apabila
perusahaan menetapkan syarat pembayaran yang ketat, artinya, keselamatan kredit
lebih diutamakan daripada profitabilitas. Syarat pembayaran yang ketat antara lain
tampak dari batas waktu pembayaran yang pendek atau pembebanan bunga atau
denda yang berat untuk pembayaran piutang yang terlambat.
Umumnya, syarat pembayaran penjualan kredit dinyatakan dengan term
tertetu, misalnya 2/10 net 30. Ini berarti bahwa apabila pembayaran dilakukan
dalam waktu 10 harisesudah waktu penyerahan barang, si pembeli akan
mendapatkan potongan tunai sebesar 2% dari harga penjualan, dan pembayaran
selambat-lambatnya dilakukan dalam waktu 30 hari sesudah waktu penyerahan
barang. Jadi, batas waktu pembayaran adalah 30 hari. Semakin panjang waktu
pembayarannya, semakin besar jumlah investasi dalam piutang
c. Ketentuan tentang pembatasan Kredit
Dalam penjualan secara kredit, perusahaan dapat menetapkan batas maksimal
atau plafon bagi kredit yang diberikan kepada para pelanggan. Makin tinggi plafon
yang diberikan kepada para pelanggan, makin besar pula dana yang diinvestasikan
ke dalam piutang. Selain itu, penentuan kriteria pihak yang akan diberi kredit juga
dapat memperkecil jumlah investasi dalam piutang. Dengan demikian, pembatasan
kredit disini dapat bersifat kuantitatif maupun kualitatif.
d. Kebijakan dalam Penagihan Piutang
Kebijakan dalam menagih piutang, secara aktif maupun pasif, dapat dilakukan
oleh perusahaan. Perusahaan yang menjalankan kebijakan aktif dalam menagih
piutang akan mempunyai pengeluaran dana yang lebih besar untuk membiayai
aktivitas ini, namun dapat memperkecil risiko tidak tertagihnya piutang.
Perusahaan juga berharap agar pelanggan menyetor pembayaran hutang tepat
waktu. Kebijakan ini ditempuh dengan cara :
1. Memungut secara langsung
2. Memberi peringatan dengan mengirim surat kepada pelanggan
e. Kebiasaan Pembayaran Pelanggan
Sebagian pelanggan mempunyai kebiasaan membayar dengan menggunakan
kesempatan mendapatkan cash discount, sedangkan sebagian lagi tidak demikian.
Perbedaan cara pembayaran ini tergantung kepada penilaian mereka terhadap
kedua alternatif tersebut untuk mencari yang terbaik dan yang paling
menguntungkan.
Apabila perusahaan telah menetapkan syarat pembayaran 2/10 net 30, para
pelanggan dihadapkan pada 2 alternatif, yaitu akan membayar pada hari ke-30
atau hari ke-10 sesudah barang diterima. Alternatif pertama, yaitu membayar pada
hari ke-30, berarti bahwa mereka membayar harga sepenuhnya sesuai kredit
penjual. Alternatif kedua, yaitu membayar pada hari ke-10, berarti mendapatkan
cash discount sebesar 2%.
Pada umumnya, para pelanggan lebih menyukai pembayaran pada hari ke-10
karena mendapat cash discount, dengan meminjam uang dari bank yang biasanya
memiliki tingkat suku bunga lebih rendah daripada tingkat suku bunga kredit
penjual.
Kebiasaan pelanggan untuk membayar dalam cash discountperiode atau
sesudahnya akan berefek terhadap besarnya investasi dalam piutang. Apabila
sebagian besar pelanggan membayar dalam masa discount, maka dana yang
tertanam dalam piutang akan lebih cepat bebas. Artinya, investasi dalam piutang
semakin kecil.
3.4 Penilaian Risiko Kredit dan Penyaringan Pelanggan
Untuk menilai risiko kredit, pimpinan harus mempertimbangkan faktor-faktor
tertentu. Umumnya, perusahaan menilai resiko kredit atas dasar kriteria 5 C (The five C’s
of Credit) sebagai berikut:
1. Character
Character adalah penilaian yang menyangkut kejujuran. Informasi mengenai
integritas pelanggan sangat penting dalam proses penilaian karena setiap transaksi
kredit mengandung faktor kesanggupan untuk membayar.
2. Capacity
Hal ini berkaitan dengan kemampuan pelanggan yang ditunjukkan dari
kesuksesan dalam mengelola perusahaannya. Pemberi kredit bisa mengetahuinya
dengan melihat profit record perusahaan pelanggan.
3. Capital
Capital berhubungan dengan penilaian sumber-sumber keuangan perusahaan
pelanggan yang terutama dapat ditunjukkan dari neracanya.
4. Collateral
Collateral berhubungan dengan aktiva perusahaan pelanggan sebagai jaminan
keamanan kredit yang diberikan kepadanya.
5. Condition
Condition berhubungan dengan penilaian kemungkinan untuk mengadakan
pembatasan atau ketentuan perpanjangan kredit dalam perkiraan yang dirasa
meragukan.
Pencegahan resiko kredit dapat pula dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Mencari informasi tentang mental/kepribadian
Untuk mendapatkan informasi ini perlu diketahui bagaimana penilaian
masyarakat terhadap pelanggan yang bersangkutan mengenai bonafiditas dan
karakter pelanggan tersebut. Jadi, penilaian diperoleh berdasarkan pandangan
masyarakat serta pengalaman yang telah ada.
2. Mencari informasi tentang kemampuan keuangan
Informasi kemampuan keuangan diperoleh melalui laporan dalam bentuk
neraca, laporan rugi laba serta laporan lainnya yang menggambarkan posisi
keuangan perusahaan dan hasil yang telah dicapai.
3. Mencari informasi tentang jalannya perusahaan
Informasi ini menyangkut posisi keuangan perusahaan pelanggan di masa
mendatang karena ada kemungkinan bahwa pada saat diberikan piutang, posisi
keuangan pelanggan menunjukkan keadaan yang menguntungkan, sedangkan
untuk masa yang akan datang dapat berubah menjadi tidak menguntungkan. Jadi,
perlu diselidiki apakah posisi keuangan perusahaan sekarang ini dapat
dipertahankan untuk masa mendatang.
4. Menetapkan kebijakan setahap demi setahap
Demi jalan ini, perusahaan akan mampu memberikan penilaian yang lebih
valid dalam mengambil keputusan untuk pemberian piutang, dihentikan, terus
diberikan tetapi dalam jumlah kecil atau malah memperbesar jumlah piutang yang
diberikan kepada pelanggan tertentu.
5. Membatasi jumlah piutang
Kesalahan dalam menentukan keempat hal yang tersebut di atas masih tetap
mungkin terjadi karena perusahaan kurang mampu menganalisisnya lebih jauh
lagi. Apalagi, hal tersebut berhubungan dengan apa yang terjadi di masa depan
sehingga sangat sulit diramalkan. Misalnya, suatu pelanggan diberikan piutang
dengan jumlah yang kecil dan ia mau membayar sesuai dengan janjinya. Tetapi,
ketika jumlah piutang sudah mencapai keinginannya, ia pun tak mau lagi
membayar. Untuk mengurangi risiko akibat kasus seperti ini maka ada baiknya
tetap membatasi jumlah piutang yang diberikan kepada pelanggan.
6. Meminta barang jaminan
Barang jaminan, baik berupa barang ataupun Bank Garantie, akan lebih
menjamin piutang yang diberikan. Namun, perlu dipertimbangkan juga biaya
penyimpanan barang jaminan tersebut dan praktiknya tidak selalu mudah
dilakukan.
7. Seleksi terhadap Verkooper atau agen
Ada kalanya kemacetan penagihan piutang bukan pada pihak pelanggan akan
tetapi pada pihak perusahaan itu sendiri, umpamanya akibat penyelewengan yang
dilakukan pegawai perusahaan sehingga penagihan tidak tepat pada waktunya.
Langkah-langkah Penyaringan Para Pelanggan:
1. Penentuan Besarnya risiko yang akan ditanggung oleh perusahaan.
Pertama-tama dalam hubungan ini haruslah ditentukan lebih dahulu “batas
risiko” yang ditanggung oleh perusahaan, yang akan ditanggung oleh perusahaan,
yang akan disediakan sebaai cadangan piutang. Misalnya, ditentukan bahwa risiko
yang ditanggung oleh perusahaan tersebut adalah 10%. Ini berarti bahwa kelak
apabila ternyata sebanyak 10% dari jumlah piutang tidak terbayar, hal tersebut
tidaklah dianggap sebagai hal yang tidak terduga. Ketentuan presentase ini perlu
untuk memperhitungkan keuntungan yang diharapkan akan diterima.
2. Penyelidikan tentang kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya.
Dalam rangka usaha dapat mengadakan klarifikasi dari langganan, apakah
mereka termasuk golongan risiko 5%, 10%, 15% atau lebih, perlulah perusahaan
mengadakan penyelidikan mengenai kemampuan perusahaan tersebut untuk
memenuhi kewajiban finansiilnya. Penyelidikan kemampuan ini tidak hanya
menyangkut bidang materiil saja, tetapi juga menyangkut sifat dan watak dari para
pelanggan. Dalam hal ini perlu dipertimbangkan terutama mengenai likuidasi dan
rentabilitasnya, dan juga “soliditasnya”. Soliditas adalah menyangkut kepercayaan
pihak luar terhadap perusahaan, dan soliditas dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu:
a) Soliditas komersiil, yaitu tingkat kepercayaan pihak luar yang diberikan
pada perusahaan yang bersangkutan sebagai akibat dari kejujuran
pimpinan perusahaan untuk selau memenuhi janji-janji dan kewajiban-
kewajibannya tepat pada waktunya.
b) Soliditas finansiil, yaitu kepercayaan yang diberikan oleh pihak luar pada
perusahaan yang bersangkutan yang timbul sebagai akibat dari terdapatnya
modal kerja yang cukup di dalam perusahaan tersebut, sehingga
diharapkan perusahaan tersebut akan dapat memenuhi kewajiban finansiil
tepat pada waktunya.
c) Soliditas moril, yaitu kepercayaan yang diberikan oleh pihak luar kepada
perusahaan yang bersangkutan yang timbul sebagai akibat dari sifat-sifat
dan moril yang baik dari pimpinan perusahaan.
3. Mengadakan klasifikasi dari para langganan berdasarkan risiko pembayaran.
Setelah mengadakan penyelidikan mengenai kemampuan dan keadaan
perusahaan, sifat, kebiasaan dan moril dari pimpinan perusahaan yang
bersangkutan, maka kita dapat mengadakan klasifikasi para pelanggan
berdasarkan risiko, tidak memenuhi kewajibannya tepat pada waktunya, sehingga
terdapat golongan risiko 5%, 10%, 15%, dan seterusnya.
4. Mengadakan seleksi dari para langganan.
Berdasarkan penggolongan tersebut perusahaan dapat memutuskan untuk
tidak memberikan kredit penjual atau memperberat syarat pembayaran kepada
langganan-langganan yang termasuk dalam golongan risiko lebih tinggi dari risiko
10%. Dengan demikian maka kredit penjual hanya diberikan kepada para
langganan dari golongan risiko 10% ke bawah.
3.5 Perputaran Piutang dan Anggaran pengumpulan piutang   
Piutang sebagai bagian dari modal kerja, maka keadaannya akan selalu berputar
dalam arti piutang itu akan tertagih pada saat tertentu, akan timbul lagi akibat penjualan
kredit dan seterusnya
Periode perputaran piutang tergantung dari panjang pendeknya ketentuan waktu yang
dipersyaratkan dalam syarat pembayaran kredit, sehingga semakin lama syarat
pembayaran kredit berarti semakin lama terikatnya modal kerja tersebut dalam piutang
dan berarti makin kecil tingkat perputaran piutang dalam satu periode dan sebaliknya
semakin pendek syarat pembayaran kredit berarti semakin pendek terikatnya modal kerja
dalam piutang sehingga tingkat perputaran piutang dalam satu periode semakin besar.
Tingkat perputaran piutang (receivable turnover) dapat diketahui dengan membagi
jumlah credit sales selama periode tertentu dengan jumlah rata-rata piutang (average
receivable)
Net Credit Sales
Receivable Turnover =
Average Receivable
Periode terikatnya modal dalam piutang atau hari rata-rata pengumpulan piutang
dapat dihitung dengan membagi tahun dalam hari dengan turnovernya. Hari rata-rata
pengumpulan piutang dapat dihitung dengan cara berikut.

360
Hari rata-rata pengumpulan piutang = = … hari
Receivables Turnover

atau
360× Average Receivables
Hari rata-rata pengumpulan piutang =
Net Credit Sales

Contoh Kasus
Kasus Metode Perputaran Piutang PT. GOJIGO

2007
PT. GOJIGO
Penjualan Kredit Bersih Rp 100.000.000
Piutang : Awal Tahun Rp 20.000.000
Piutang : Akhir Tahun Rp 30.000.000
Rata-rata Piutang = Rp 25.000.000 *
Perputaran Piutang =4*
Hari Rata-rata Pengumpulan Piutang = 90 *

Tabel 3.1 Contoh Kasus

Penyelesaian
·        Rata-Rata Piutang = Piutang Awal Tahun + Piutang Akhir Tahun
2
= Rp 20.000.000 + Rp 30.000.000
2
= Rp 25.000.000
Perputaran Piutang = Penjualan Kredit Bersih
Rata-rata Piutang
= Rp 100.000.000
Rp 25.000.000
= 4 Kali
Hari Rata-rata Pengumpulan Piutang = 360
Rata-rata Piutang
= 360
4
= 90 Hari

Jadi Rata-rata pengumpulan piutang adalah 90 Hari


\

BAB IV
KESIMPULAN

Piutang adalah tagihan kepada pihak lain dimasa yang akan datang karena terjadinya
transaksi dimasa lalu. Piutang merupakan salah satu jenis transaksi akutansi yang mengurusi
penagihan konsumen yang berhutang pada seseorang, suatu perusahaan, atau suatu
organisasiuntuk barang dan layanan yang telah diberikan pada konsumen tersebut. Adapun
kebijakan kredit meliputi standar kredit/kualitas rekening yang diterima, jangka
waktu/periode kredit yang diberikan, discount/potongan tunai yang diberikan untuk
pembayaran yang lebih awal.

Piutang mengandung resiko berupa kegagalan penagihan atau biasa disebut bad
debts, kemungkinan resiko ini akan semakin kecil apabila perusahaan hanya melakukan
penjualan kredit kepada pelanggan yang terkuat saja. Resiko piutang adalah tidak
tertagih dan akan menimbulkan credit cost (biaya kredit). Biaya kredit tersebut adalah :

1. Kegagalan memenuhi default (kewajiban) atau kerugian piutang macet


2. Biaya penelitian dan penagihan yang lebih tinggi.
3. Bertambah besarnya modal dan biaya modal yang terkait dalam rekening-rekening
piutang yang kurang layak (mereka yang membayar lambat, sehingga rata-rata jangka
waktu penagihan menjadi bertambah panjang.

Menurut Riyanto (2001), makin cepat suatu piutang berputar, maka maka makin
liquidlah piutang itu. Itu berarti bahwa periode piutang menjadi semakin pendek.
Sehingga semakin pendek periode piutang, maka semakin likuidlah piutang itu. Demikian
juga halnya dengan persediaan, hutang, dan kas.
Menurut Riyanto (2001), makin cepat suatu piutang berputar, maka maka makin
liquidlah piutang itu. Itu berarti bahwa periode piutang menjadi semakin pendek.
Sehingga semakin pendek periode piutang, maka semakin likuidlah piutang itu. Demikian
juga halnya dengan persediaan, hutang, dan kas.

DAFTAR PUSTAKA

Husnan, Suad. 1996. Manajemen Keuangan Teori dan Penerapan (Keputusan Jangka
Pendek). Edisi Ketiga. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
Manullang, M. 2005. Pengantar Manajemen Keuangan. Yogyakarta. Andi Offset.
Awat, Napa J. 1999. Manajemen Keuangan Pendekatan Matematis. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Gitosudarmo, Indriyo dan Basri. Manajemen Keuangan. Edisi Kedua. Yogyakarta: BPFE-
Yogyakarta.
Sartono Agus. 1996. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: BPFE-
Yogyakarta.
http://manajemena2011.blogspot.co.id/2013/04/manajemen-
piutang.html#sthash.KXORhW9U.dpuf

http://sepnazyik.wordpress.com/makalah-pendidikan/manajemen-piutang/?
like=1&_wpnonce=5ce63ba138

http://www.downloadprovider.me/search/contoh%20kasus%20manajemen%20piutang.html?
aff.id=1087&aff.subid=1

Anda mungkin juga menyukai