Anda di halaman 1dari 8

BAB V

MANAJEMEN PIUTANG DAN KEBIJAKAN KREDIT

Dosen Pengampu :
Dra. Maria Yovita R. Pandin M.M., CMA., CPA
NIDN : 0722086302

Nama Kelompok 4 :
Fannya Mutiara Sari 1222100001
Putri Nugraheni C. R. 1222100008
Henitha Nadia Kristy 1222100052
Titin Nur Azizah 1222100065
Aginsha Caurel Natasya 1222100125
Dara Shafa Ainun 1222100135
Intan Pandini 1222100159

Program Studi Akuntansi


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya
2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.....................................................................................................2
BAB I..................................................................................................................3
PENDAHULUAN............................................................................................3
Latar Belakang............................................................................................3
BAB II................................................................................................................4
PEMBAHASAN...............................................................................................4
Pengertian Piutang dan Kebijakan Kredit...........................................4
Days Sales Outstanding.............................................................................6
Aging Schedule...........................................................................................6
Payment Pattern.........................................................................................7
Kebijkan Kredit dan Analisis Perubahan Kebijakan Kredit...........7

1|P a g e
BAB I

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Piutang merupakan unsur yang sangat penting dan memerlukan kebijakan


yang baik dari manajemen dalam pengelolaannya. Karena selain dapat
meningkatkan volume penjualan, piutang juga mengandung suatu resiko bagi
perusahaan, yaitu resiko kerugian piutang seperti telatnya pembayaran
konsumen dalam waktu jatuh tempo yang sudah di sepakati bersama dan
akan mengakibatkan perputaran piutang yang besar atau pendapatan yang
tidak sesuai dengan transaksi penjualan barang dagangan, bagi perusahaan
dan tentu saja akan berdampak pada pendapatan usaha yang menjadi rendah
dan mengakibatkan kinerja perusahaan yang akan semakin menurun. Namun
resiko kerugian piutang tersebut dapat diminimalisasikan dengan cara
meningkatkan perputaran piutang pada setiap pelanggan,seperti memberikan
pemberitahuan kepada konsumen bahwa bagi setiap konsumen tidak
membayar tagihan dengan tepat waktu, maka untuk pengiriman barang ke
konsumen yang melebihi plafon akan di berhentikan sampai ada pembayaran
darikonsumen.
Perputaran piutang merupakan hubungan antara penjualan kredit dan
piutang usaha. Piutang usaha merupakan klaim perusahaan kepada
pelanggan yang timbul dari penjualan barang dagangan dalam operasi bisnis
yang normal. Piutang usaha dicatat pada saat penjualan kredit dilakukan dan
dikurangkan pada saat perusahaan menerima kas dari pelanggan sebagai
pembayaran atas penjualan kredit tersebut. Perputaran piutang yang baik
dapat menunjukan tingkat kemampuan suatu perusahaan dalam merubah
aktiva lancar dalam bentuk piutang menjadi kas yang diterima dari transaksi
penjualan secara kredit, sehingga dengan kata lain semakin tinggi nilai
rasionya, maka semakin berhasil usaha perusahaan tersebut dalam
menghasilkan kas dan semakin baik operasinya.

2|P a g e
BAB II

PEMBAHASAN

Pengertian Piutang dan Kebijakan Kredit

Piutang merupakan salah satu unsur dari aktiva lancar dalam neraca
perusahaan yang timbul akibat adanya penjualan barang dan jasa ata
pemberian kredit terhadap debitur yang pembayaran pada umumnya di
berikan tempo 30 hari (tiga puluh hari) sampai dengan 90 hari (sembilan
puluh hari), Piutang merupakan tuntutan kepada pihak lain yaang berupa
uang, barang-barang atau jasa-jasa yang dijual secara kredit. Piutang bagi
kegunaan akuntansi lebih sempit pengertiannya yaitu untuk menunjukkan
tuntutan – tuntutan pada pihak luar perusahaan yang sangat di harapkan
akan segera di selesaikan dengan penerimaan sejumlah uang tunai.
 Menurut Baridwan (2000:123) “istilah tagihan di sini dimaksud dengan
klaim perusahaan atas uang, barang-barang atau jasa-jasa kepada pihak
lain.
 Menurut Akbar (2014:199) menyatakan bahwa pengertian piutang
meliputi semua hak atau klaim perusahaan pada organisasi lain untuk
menerima sejumlah kas, barang ata jasa di masa yang akan datang sebagai
akibat kejadian pada masa yang lalu.
 Menurut Rudianto (2012:210) piutang adalah klaim perusahaan atas uang,
barang atau jasa kepada pihak lain akibat transaksi di masa lalu.
 Menurut Muslich (2013:109) menyatakan bahwa “Piutang terjadi karena
penjualan barang dan jasa tersebut dilakukan secara kredit yang umumnya
dilakukan untuk memperbesar penjualan”.
 Menurut Munandar (2006:77) “piutang adalah tagihan perusahaan kepada
pihak lain yang nantinya akan dimintakan pembayarannya bagaimna telah
sampai jatuh tempo”.
 Oleh Soemarso (2002, 338) piutang mengandung arti: “piutang adalah hak
klaim terhadap seseorang atau perusahaan lain, menuntut pembayaran
dalam bentuk uang atau penyerahan aktiva atau jasa lain kepada pihak
dengan siapa ia berpiutang”.
 Menurut Mulyono (2001:20) dalam menentukan kebijakan perkreditan
harus memperhatikan 3 asas pokok :
1. Asas likuiditas.
Suatu asas yang mengharuskan koperasi untuk tetap dapat menjaga
tingkat likuiditasnya, karena suatu koperasi yang tidak likuid akibatnya

3|P a g e
akan sangat parah yaitu hilangnya kepercayaan dari para nasabahnya
atau dari masyarakat luas. Pengelolaan likuiditas akan meliputi kegiatan
dalam perencanaan dan penyediaan kebutuhan likuiditas untuk
memenuhi ketentuan penguasa moneter yang berlaku serta dalam
rangka memenuhi kebutuhan modal kerjanya sendiri.
2. Asas solvabilitas.
Usaha pokok perkoperasian yaitu menerima simpanan dan dari
masyarakat dan disalurkan dalam bentuk kredit. Dalam kebijakan
perkreditan maka koperasi harus pandai-pandai mengatur penanaman
dana ini pada bidang perkreditan pada risiko kegagalan sekecil
mungkin. Hal inilah yang mendorong top manajemen suatu koperasi
untuk dapat mengarahkan kebijakan pemberian kredit yang sehat,
mengarahkan pemberian kredit secara tepat.
3. Asas rentabilitas.
Dalam setiap kegiatan usaha selalu mengharapkan untuk memperoleh
laba, baik untuk mempertahankan eksistensinya maupun untuk
keperluan mengembangkan dirinya. Laba yang diperoleh dari
perkreditan berupa selisih antara biaya dana dengan pendapatan bunga
yang diterima dari para debitur. Keberhasilan suatu koperasi dalam
mengumpulkan penerimaan bunga akan merupakan sumbangan yang
bersar bagi suksesnya koperasi yang bersangkutan. Pendapatan bunga
dari bidang perkreditan merupakan sumber pendapatan yang terbesar
bagi perkoperasian.
 Tujuan Kredit Selektif
 Menjaga stabilitas ekonomi
 Menjaga stabilitas harga
 Meningkatkan kesempatan kerja
 Perbaikan neraca pembayaran
Jika ada nasabah yang hendak melakukan kredit, maka akan dicek apakah
sudah memenuhi persyaratan atau belum. Biasanya terdapat 5 kriteria
yang akan digunakan atau disebut 5C, yaitu:
 Character
 Collateral
 Capital
 Capacity
 Condition of economy

4|P a g e
Days Sales Outstanding

Secara umum, definisi Days Sales Outstanding adalah pengukuran rata-


rata jumlah hari yang dibutuhkan untuk mengumpulkan piutang usaha
setelah dilakukan penjualan. Days sales outstanding ini tidak hanya
melibatkan piutang atau pendapatan usaha saja, tetapi juga perhitungan
operating profit margin dalam penjualan. Keberadaan days sales outstanding
ini dihitung dengan cara membagi keseluruhan piutang ke dalam jangka
waktu yang diberikan dari penjualan kredit.
Perhitungan days sales outstanding akan membuahkan rasio dalam
bentuk angka.Jika angkanya di atas 40 atau 45 (DSO tinggi), ini berarti
perusahaan akan mengalami masalah pada kas. Ini menggambarkan bahwa
perusahaan memerlukan hari yang lebih banyak dalam penagihan piutang
miliknya. Dengan kata lain, perusahaan dianggap tak mampu mengumpulkan
pembayaran piutang dalam jangka waktu yang tepat untuk memenuhi
seluruh biaya usaha, jika rasio days sales outstanding di bawah 45 (DSO
rendah), perusahaan dalam kondisi yang sehat. Artinya, piutang dapat ditarik
masuk ke dalam kas dalam beberapa hari saja dan pada akhirnya bisa
membayar biaya usaha.
Komponen yang dibutuhkan untuk menghitung days sales outstanding
adalah nilai piutang usaha dan penjualan kredit. Nilai piutang dapat
ditemukan dalam neraca, tepatnya di bagian aset lancar. Sedangkan untuk
penjualan kredit, beberapa analis menggunakan alternatif berupa angka
penjualan atau pendapatan di laporan laba rugi.

DSO = PIUTANG AKUN : TOT. PENJUALAN KREDIT X JUM.


HARI 1 PERIODE

Apabila periode waktu yang digunakan adalah 1 bulan, maka rumusnya


sebagai berikut :
DSO = PIUTANG AKUN : TOTAL PENJUALAN KREDIT X 30 HARI
Apabila periode waktu yang digunakan adalah 1 tahun, maka rumusnya
sebagai berikut :
DSO = PIUTANG AKUN : TOTAL PENJUALAN KREDIT X 365
HARI

Aging Schedule
Di dalam usaha untuk meningkatkan volume penjualan sebagian besar
perusahaan menjual produknya dengan kredit. Peningkatan volume

5|P a g e
penjualan secara kredit menyebabkan investasi modal yang tertanam dalam
piutang meningkat pula. Meningkatnya investasi modal yang tertanam dalam
piutang dapat menimbulkan resiko yang dapat membahayakan keberadaaan
dan kelangsungan hidup perusahaan. Pengendalian intern yang memadai
bagi perusahaan sangat penting untuk miminimalkan kerugian atas piutang.
Aging schedule (daftar umur piutang) merupakan salah satu alat
pengendalian intern perusahaan yang memuat jumlah piutang dari masing-
masing pelanggan dan mengklasifikasikannya kedalam golongan umur
piutang masing-masing pelanggan berdasarkan waktu jatuh temponya.
Pembuatan aging schedule itu perlu dilakukan oleh perusahaan terutama
yang mempunyai piutang yang nilainya sangat material.
Pembuatan aging schedule itu perlu dilakukan bagi badan usaha yang
mempunyai saldo piutang dalam nilai yang cukup besar. Dengan menerapkan
daftar umur piutang tersebut badan usaha dapat menganalisis piutang-
piutangnya dan mendeteksi pelanggan-pelanggannya, mana yang waktu jatuh
temponya telah tiba dan perlu ditagih dan mana yang belum. Juga pelanggan
mana yang perlu dibatasi kreditnya karena belum memenuhi kewajibannya
dan mana yang tidak. Oleh karena itu dengan aging schedule sebagai alat
yang menunjang pengendalian internal, diharapkan dapat membantu badan
usaha untuk meminimalkan kerugiannya karena piutang tak tertagih.

Payment Pattern

Payment Pattern Approach (Pendekatan Pola Pembayaran). Manajer


keuangan harus sudah memonitor posisi keuangan dagang secara konstan.
Periode pengumpulan piutang dihitung sebagai berikut :
PPR = Piutang dagang / Perputaran Piutang
= Piutang dagang / (Penjualan / 360)
Piutang dagang pada titik tertentu mencerminkan penjualan di masalalu
(misal, satu atau dua bulan yang lalu) sedangkan penjualan mencerminkan
transaksi selama dua belas tahun terakhir (penjualan tahunan) sama dengan
periode pengumpulan piutang, aging shcedule juga mempunyai potensi
memberikan informasi yang tidak tepat. Untuk menghilangkan pengaruh
musiman, payment pettern approach bisa digunakan.

Kebijkan Kredit dan Analisis Perubahan Kebijakan Kredit


Lembaga perbankan akan memberi perusahaan manfaat mendapatkan
utang dengan pembatasan biaya dan jangka waktu pembatalannya
berdasarkan ketentuan kebijakan kredit. Pinjaman tidak disebutkan ketika

6|P a g e
mendefinisikan kebijakan kredit karena mereka adalah dua kegiatan
keuangan yang berbeda. Kredit atau juga disebut formalitas kredit adalah
latihan keuangan di mana klien (kreditur) memperoleh pinjaman untuk
sejumlah uang yang ditentukan kepada orang lain (debitur) atau bank di
antara pemberi pinjaman lain; kreditur berjanji untuk mengembalikan
sejumlah uang yang diminta dan termasuk pembatalan bunga yang
dihasilkan, asuransi dan biaya lain yang ditetapkan di tengah negosiasi.
Ketidakmampuan nasabah untuk membayar sebagian atau seluruh
utangnya kepada bank dalam jangka waktu yang telah ditentukan, termasuk
pinjaman pokok dan bunga, mengakibatkan kredit digolongkan sebagai kredit
bermasalah (NPL), yang menyebabkan beberapa masalah dalam pelaksanaan
kredit bank. Kredit yang dinilai sebagai kredit yang performing loan adalah
kredit lancar dan dalam perhatian khusus, sedangkan yang dinilai sebagai
kredit non-performing loan adalah mulai dari kredit kurang lancar, kredit
diragukan, dan kredit macet. Kolektibilitas kredit berdasarkan ketentuan
Bank Indonesia sebagai berikut :
1. Kredit Lancar
Kredit lancar adalah kredit yang tidak mengalami penundaan
pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran bunga.
2. Kredit Dalam Perhatian Khusus
Kredit dalam perhatian khusus adalah kredit yang mempunyai tunggakan
pokok atau bunga telah mengalami penundaan selama 1 s / d 90 hari.
3. Kredit Kurang Lancar
Kredit kurang lancar adalah kredit yang pengembalian pokok pinjaman
dan pembayaran bunganya telah mengalami penundaan selama 91 s/ d 180
hari dari jangka waktu yang diperjanjikan.
4. Kredit Diragukan
Kredit diragukan adalah kredit pengembalian pokok pinjaman dan
pembayaran bunganya telah mengalami penundaan selama 181 s/ d 270
hari atau dua kali jadwal yang telah diperjanjikan.
5. Kredit Macet
Kredit macet adalah mereka yang pembayaran pokok dan bunganya belum
dilakukan tepat waktu sejak jatuh tempo untuk jangka waktu lebih dari
setahun. Penyelesaian kredit Penyelesaian kredit merupakan jalur yang
diambil oleh pihak bank melalui perundingan atau negosiasi.

7|P a g e

Anda mungkin juga menyukai