Anda di halaman 1dari 21

TUGAS MANAJEMEN KEUANGAN

BAB 10 PIUTANG USAHA DAN MANAJEMEN PERSEDIAAN

KELOMPOK 1:
AMALIA NABILAH JULITA (01031181823044)
PINGKAN KANAYA (01031281823087)
ARMITHA PUTRI PRAMADHANTY (01031281823106)
INDAH SAHIRA (01031281823078)
DESCY KUSUMA WARDHANI (01031381823118)
MUHAMMAD RIFKI RAMADHAN (01031381823190)

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

TAHUN AJARAN 2019/2020


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Manajemen merupakan suatu proses dimana seseorang dapat mengatur segala sesuatu
yang dikerjakan oleh individua tau kelompok. Manajemen perlu dilakukan guna mencapai tujuan
atau target dari individu ataupun kelompok tersebut secara kooperatif menggunakan sumber daya
yang tersedia. Manajemen suatu komponen terpenting internal dalam sebuah perusahaan.
Didalam manajemen juga terdapat manajemen piutang dan persediaan. Piutang dan persediaan
adalah dua perkiraan aktiva lancar yang terbesar.Secara bersama-sama kedua jenis aktiva ini
mencakup hampir 80% dari aktiva lancar dan lebih dari 30% total aktiva untuk semua industri
manufaktur. Setiap perusahaan selalu menginginkan penjualan barang dagangannya dibayar
secara tunai. Namun, di lain pihak penjualan secara kredit justru akan memberi peluang untuk
perluasan pasar sehingga dapat menambah laba usaha. Masalah yang sering dihadapi perusahaan
ialah penagihan piutang yang telah jatuh tempo tidak selalu dapat diselesaikan seluruhnya. Jika
keadaan ini terus berlangsung dalam jangka waktu yang lama maka modal perusahaan akan
semakin kecil.
Persediaan di banyak perusahaan merupakan salah satu aset yang paling mahal, manajer
oprasional di dunia telah lama menyadari bahwa manajemen persediaan yang baik itu adalah hal
yang sangat penting. Suatu perusahaan dapat mengurangi biaya dengan cara mengurangi tingkat
persediaan yang ada di perusahaan, karena dengan adanya persediaan yang overload akan
menjadikan biaya menjadi bertambah. Di lain pihak konsumen akan merasa tidak puas jika suatu
produk stoknya habis, dan hal ini akan memungkinkan konsumen berpindah pada produk lain,
maka perusahaan harus mencapai keseimbangan antara investasi persediaan dengan tingkat
pelayanan konsumen
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas penulis merumuskan masalah yang akan dibahas dalam
makalah ini sebagia berikut:
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan piutang dan persediaan ?
1.2.2 Apa saja yang dibahas mengenai kebijakan kredit dan penagihan ?
1.2.3 Bagaimana tahapan-tahapan dalam melakukananalisis kredit ?
1.3 Tujuan Pembahasan
1.3.1 Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan piutang dan persediaan
1.3.2 Untuk mengetahui apa saja kebijakan kredit dan penagihan
1.3.3 Untuk memahamitahapan-tahapan dalam melakukan analisis kredit
BAB II
PEMBAHASAN
2.2.1 Pengertian Piutang

Piutang usaha adalah jumlah uang yang masih belum dibayar ke perusahaan oleh para
pelanggan yang telah membeli barang atau jasa secara kredit. Sebagai asset lancar, akun piutang
usaha juga disebut piutang. Walaupun pada dasarnya semua perusahaan dagang/industri
menginginkan penjualan cash, tetapi karena adanya keterbatasan daya beli masyarakat, atau
alasan lainnya dilakukan penjualan secara kredit. Penjualan secara kredit akan dapat
meningkatkan omset penjualan, akan tetapi memiliki resiko tertundanya penerimaan kas,
sehingga membutuhkan investasi yang lebih besar. Selain itu dapat juga mengakibatkan kerugian
karena menunggak atau bahkan tidak tertagih. Semakin lama piutang tertunggak akan semakin
besar investasi yang dibutuhkan.

Piutang, salah satu jenis transaksi akuntansi yang mengurusi penagihan konsumen yang
berhutang pada seseorang. Suatu perusahaan, atau suatu organisasi untuk barang dan layanan
yang telah diberikan pada konsumen tersebut. Pada sebagian besar entitas bisnis, hal ini biasanya
dilakukan dengan membuat tagihan dan mengirimkan tagihan tersebut kepada konsumen yang
akan dibayar dalam suatu tenggat waktu yang disebut termin kredit atau pembayaran.
2.2.1.1 Jenis-jenis piutang ada 3 macam yaitu :
1.      Piutang Dagang (Account Receivables) Piutang yang timbul dari penjualan kredit barang atau
Jasa yang merupakan usaha pokok perusahaan. Piutang dagang merupakan suatu perluasan kredit
jangka pendek kepada pelanggan. Pembayaran-pembayarannya biasanya jatuh tempo dalam tiga
puluh sampai sembilan puluh hari. Perjanjian kreditnya merupakan persetujuan informal antara
penjual dan pembeli yang didukung oleh dokumen-dokumen perusahaan yaitu faktur dan
kontrak-kontrak penyerahan.
2.      Piutang Wesel (Notes Receivables) Pengertian piutang wesel adalah piutang atau tagihan yang
timbul dari penjualan barang atau jasa secara tertulis, disertai dengan janji tertulis. Piutang wesel
mempunyai kekuatan hukum yang lebih mengikat karena disertai janji tertulis berupa surat wesel
atau surat promes. Surat wesel dan surat promes adalah istilah untuk perjanjian tertulis dalam
jual beli barang atau jasa secara kredit. Surat wesel adalah surat perintah yang dibuat oleh
kreditur yang ditujukan kepada debitur untuk membayar sejumlah uang tertentu pada tanggal
tertentu sebagaimana disebutkan dalam surat wesel tersebut.
3.      Piutang bukan Dagang / Piutang Lain-lain (Others Receivables) Piutang bukan dagang ini
meliputi seluruh tipe piutang lainnya dan mempunyai beberapa transaksi. Piutang bukan dagang
umumnya didukung dengan persetujuan-persetujuan formal dan secara tertulis. Piutang bukan
dagang harus diikhtisarkan dalam perkiraan-perkiraan yang berjudul sesuai dan dilaporkan
secara terpisah dalam laporan keuangan.
Piutang disusun dalam laporan keuangan dimana kondisi keuangan suatu perusahaan
sangat menentukan kelancaran kegiatan pembiayaan dari perusahaan tersebut dan mengukur
kinerja perusahaan. Untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan dapat dilihat dari laporan
keuangan perusahaan setiap periodenya.
      2.2.1.2 Pengelolaan Piutang
Piutang merupakan asset yang cukup material. Oleh karena itu diperlukan manajemen
pengelolaan piutang yang efektif dan efisien agar jumlah dana yang diinvestasikan dalam piutang
sesuai dengan tingkat kemampuan perusahaan sehingga tidak mengganggu aliran kas.
Pengertian Persediaan
Persediaan atau inventory adalah salah satu elemen utama dari modal kerja yang
terus menerus mengalami perubahan. Tanpa persediaan, perusahaan akan mengalami resiko,
yaitu tidak dapat memenuhi keinginan pelanggan atas barang produksi.

Menurut Sofyan Assauri, merumuskan definisi persediaan sebagai berikut: Persediaan


adalah sebagai suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk
dijual dalam suatu periode usaha normal atau persediaan barang-barang yang masih dalam
pekerjaan proses produksi ataupun persediaan bahan baku yang menunggu penggunaannya
dalam suatu proses produksi.
Manajemen persediaan merupakan kegiatan menentukan tingkat dan komposisi
persediaan. Kegiatan tersebut akan membantu perusahaan dalam melindungi kelancaran produksi
dan penjualan serta kebutuhan-kebutuhan pembelajaran perusahaan dengan efektif dan efisien.
Termasuk didalamnya pengaturan dan pengawasan atas pengadaan bahan-bahan kebutuhan yang
sesuai dengan jumlah dan waktu yang di perlukan dengan biaya minimum.
Kegiatan pengawasan persediaan meliputi perencanaan persediaan, penjadwalan
pemesanan (scheduling), pengaturan penyimpanan dan lain-lain. Semua kegiatan tersebut
menjaga tersedianya persediaan yang optimum di dalam suatu perusahaan.
Dalam suatu pengawasan persediaan diperlukan penghitungan cara jumlah agar tidak
terjadi pemborosan dan waktu pemesanan. Sedangkan khusus persediaan perlu ditentukan besar
persediaan penyelamat (safety stock), yaitu jumlah minumum, atau besar persediaan pada waktu
pemesanan kembali dilakukan.
2.2.2 Kebijakan Kredit dan Penagihan
Berbagai variable kebijakan yang dibahas melilputi kualitas akun piutang yang diterima,
lamanya periode kredit, diskon tunai (jika ada) untuk pembayaran awal, serta program penagihan
perusahaan. Bersama-sama, ke semua elemen ini sangat menentukan periode rata-rata penagihan
dan proporsi penjualan kredit yang menjadi kerugian akibat piutang tidak tertagih. Setiap elemen
akan dianalissi, dengan menganggap kostan variable lainnya dan juga variable eksternal lainnya
yang dapat mempengaruhhi periode rata-rata penagihan, seta rasio piutang tidak tertagih atas
penjualan kredit.

a.      Standar Kredit


Kredit adalah salah satu dari banyak factor yang memepengaruhi permintaan atas produk
perusahaan. Akibatnya tingkat kredit yang dapat mendorong permintaan, bergantung pada
berbagai factor lainnya yang diterapkan. Secara teoritis, perusahaan harus mengurangi standar
kualitasnya untuk berbagi kredit yang diterimanya selama profitabilitas penjualan yang
dihasilkan melebihi biaya tambahan piutang.
Terakhir, terdapat biaya peluang untuk mengikat dana ke tambahan piutang sebagai ganti
investasi lainnya. Piutang tambahan merupakan hasil dari peningkatan penjualan dan periode
rata-rata penagihan yang lebih lama.
Contoh dari kelebihan dan kelemahan
Agar dapat menilai profitabilitas pemberian kredit yang lebih liberal, harus diketahui
profitabilitas tambahan penjualan, permintaan tambahan atas produk yang timbul dari standar
kredit yang diperlunak, peningkatan lamanya periode rata-rata penagihan, serta tingkat imbal
hasil yang diminta atas investasi.
Tabel 2.1 Profitabilitas versus permintaan imbal hasil dalam mengevaluasi perubahan standar
kredit
Profitabilitas penjualan tambahan ( Margin kontribusi per unit) x (Tambahan unit
yang dijual )
Piutang tambahan (Laba penjualan tambahan)/(Perputaran
piutang untuk pelanggan baru)
Investasi dalam piutang tambahan (Biaya variabel per unit/ Harga Penjualan per
unit) x (Piutang Tambahan)
Permintaan imbal hasil sebelum pajak atas (Biaya peluang) x ( Investasi piutang
investasi tambahan tambahan)

b.      Persyaratan Kredit


Periode kredit yaitu total lamanya waktu kredit diberikan kepada seorang pelanggan
untuk membayar sebuah tagihan. Persyaratan kredit menspesifikasikan lamanya waktu kredit
diperpanjang bagi pelanggan dan diskon, jika ada yang diberikan untuk pembayaran dini.
Periode kredit adalah cara lain yang dapat memungkinkan perusahaan meningkatkan permintaan
ataas produk.

  Periode Diskon Tunai dan Diskon Tunai


Periode diskon tunai (cash discount period) merupakan periode waktu dimana diskon
tunai diberikan untuk pembayaran dini. Walaupun secara teknis merupakan variable kebijakan
kredit, seperti periode kredit, periode waktunya biasanya standar
Diskon tunai merupakan persentase (%) pengurangan dalam penjualan atau harga penjualan yang
diizinkan untuk pembayaran dini faktur. Merupakan insentif bagi para pembeli kredit untuk
membayar faktur secara tepat waktu.membeda-bedakan diskon tunai melibatkan usaha untuk
mempercepat pembayaran piutang.
Profitabilitas versus imbal hasil yang diminta dalam mengevaluasi perubahan periode kredit :
Profitabilitas penjualan tambahan ( Margin kontribusi per unit) x (Tambahan unit
yang dijual )
Piutang tambahan terkait penjualan baru (Pendapatan penjualan baru)/(Perputaran
piutang untuk pelanggan baru)
Investasi dalam piutang tambahan terkait (Biaya variabel per unit/ Harga penjualan per
penjualan baru unit) x ( Piutang Tambahan)
Tingkat piutang sebelum perubahan periode (Penjualan kredit tahunan)/ (Perputaran piutang
kredit lama)
Tingkat baru piutang yang berhubungan (Penjualan kredit tahunan)/ (Perputaran piutang
dengan penjualan lama baru)
Investasi pada tambahan piutang yang
berhubungan dengan penjualan lama
Total investasi pada tambahan piutang
Permintaan imbal hasil sebelum pajak atas (Biaya peluang) x ( Investasi piutang
investasi tambahan tambahan)

Perjanjian Secara Musiman


Perjanjian secara musiman yaitu syarat kredit yang mendorong pembeli prodak musiman
menyetujui pembelian awal sebelum periode puncak penjualan dan untuk menunda pembayaran
hingga setelah periode puncak pembayaran.
Perjanjian ini dapat disesuaikan dengan arus kas para pelanggan, dan dapat menstimulasi
permintaan dari para pelanggan yang tidak dapat membayar hingga setelah musim
terkait.Perjanjian secara musiman ini juga dapat digunakan untuk menghindari biaya
penggudangan persediaan.
Biaya versus penghematan untuk mengevaluasi perubahan diskon tunai :
Tingkat piutang sebelum perubahan (Penjualan kredit tahunan)/ (Perputaran piutang
lama)
Tingkat baru piutang yang berhubungan ( Penjualan kredit tahunan )/ (Perputaran
dengan perubahan diskon tunai piutang baru)
Pengurangan investasi dalam piutang usaha ( Tingkat piutang lama) – ( Tingkat piutang
baru)
Biaya sebelum pajak atas perubahan diskon ( Diskon tunai ) x ( Presentasi pemanfaatan
tunai diskon) x (Penjualan kredit tahunan)
Peluang penghematan sebelum pajak atas ( Biaya peluang ) x (Pengurangan dalam
pengurangan dalam piutang piutang usaha)

c.       Risiko Gagal Bayar


Dalam pembahasan sebelumnya selalu diasumsikan tidak ada kerugian akibat piutang
tidak tertagih. Focus pada bagian ini bukan hanya berkaitan dengan lambatnya penagihan tetapi
juga berkaitan dengan jumlah piutang yang lalai diselesaikan. Berbagai kebijakan standar kredit
yang berbeda akan melibatkan berbagai factor ini. Kebijakan standar kredit optimum, seperti
yang akan dibahas kemudian, tidak selalu merupakan hal yang dapat meminimalkan kerugian
akibat piutang tidak tertagih.

d.      Kebijakan Dan Prosedur Penagihan


Perusahaan menentukan kebijakan penagihan keseluruhannya dengan menggabungkan
berbagai prosedur penagihan yang diterapkannya. Prosedur-prosedur ini meliputi berbagai hal
seperti surat, faksimile, panggilan telepon, kunjungan pribadi, dan tindakan hokum. Salah satu
variable kebijakan utama adalah jumlah uang yang dikeluarkan untuk prosedur penagihan.
Dengan kata lain, semakin besar jumlah relative yang dikeluarkan, semakin rendah proporsi
kerugian akibat piutang tidak tertagih, dan semakin pendek periode rata-rata penagihan, jika
semua hal lainnya tetap sama.
Akan tetapi hubungan tersebut tidaklah linear. Pengeluaran awal penagihan cenderung akan
menyebabkan sedikit penurunan dalam kerugian akibat piutang tidak tertagih. Tambahan
pengeluaran mulai memiliki pengaruh yang signifikan hingga pada titik tertentu-dan akan
cenderung memiliki sedikit pengaruh untuk mengurangi kerugian tersebut lebih jauh.
jika prosedur penagihan gagal, tagihan tersebut dapat dialihkan ke perusahaan penagihan. Biaya
perusahaaan tersebut cukup mahal-sering kali setengah jumlah piutangnya – tetapi prosedur
semacam itu bisa saja merupakan satu-satunya prosedur yang layak, terutama untuk tagihan
kecil.

Hubungan antara Jumlah Kerugian Akibat Piutang Tidak Tertagih (Y) dan Pengeluaran
Penagihan (X) :
Titik Jenuh

e.      Kebijakan Kredit dan Penagihan ¾Ringkasan


Dapat dilihat bahwa kebijakan kredit dan penagihan perusahaan melibatkan beberapa
keputusan:
1)      Kualitas kredit yang diterima
2)      Lamanya periode kredit
3)      Jumlah diskon tunai yang diberikan
4)      Syarat khusus lainnya, seperti perjanjian secara musiman
5)      Tingkat pengeluaran dan penagihan
Dalam setiap keputusan tersebut, keputusan harus melibatkan perbandingan atas beb\rbagai
peluang keuntungan dari perubahan kebijakan dengan biaya perubahan tersebut. Agar dapat
memaksimalkan laba yang meningkat akibat dari kebijakan kredit dan penagihan, perusahaan
harus menggunakan secara bergantian berbagai kebijakan tersebut sehingga mencapai solusi
yang maksimal.

Hubungan antara Penjualan, Periode Rata-rata Penagihan, Kerugian Akibat Piutang Tidak
Tertagih, dan Perbandingan Laba dengan Kualitas Kredit yang Ditolak :
PENJUALAN (Y) DAN KUALITAS KREDIT YANG DITOLAK (X)

PERIODE RATA-RATA PENAGIHAN (Y) DAN KUALITAS KREDIT YANG DITOLAK


(X)

X
KERUGIAN PIUTANG TIDAK TERTAGIH (Y) DAN KUALTAS KREDIT YANG
DITOLAK (Y)

LABA (Y) DAN KUALITAS KREDIT YANG DITOLAK (X)


7

0
X
Menganalisis Pemohon Kredit
Prosedur evaluasi kredit melibatkan 3 tahap, yaitu :
1.      Mendapat informasi mengenai pemohon
2.      Menganalisis informasi ini untuk menentukan layak tidaknya pemohon
3.      Membuat keputusan kredit
a.      Sumber Informasi
Sejumlah layanan memasok informasi kredit atas perusahaan, tetapi untuk beberapa
kredit, terutama yang kecil, biaya untuk mengumpulkan informasi ini mungkin melebihi potensi
profitabilitas kredit tersebut.
Jadi jumlah informasi yang dikumpulkan perlu dipertimbangkan dalam kaitannya dengan waktu
dan biaya yang dibutuhkan. Bergantung pada berbagai pertimbangan ini, analisis kredit dapat
menggunakan suatu atau lebih sumber-sumber informasi berikut.
a)      Laporan Keuangan
Pada saat melakaukan prospek penjualan, penjual dapat meminta laporan keuangan, yang
merupakan salah satu sumber informasi untuk analisis kredit.
b)      Peringkat dan Laporan Kredit
Selain laporan keuangan, peringkat kredit tersedia dari berbagai perusahaan pelaporan kredit.
Tujuannya memberikan analisis kredit petunjuk perkiraan ukuran kekayaan netto (petunjuk kasar
atas kemampuan keuangan) .  selain layanan peringkat, perusahaan dapat memberikan laporan
kredit yang berisi sejarah singkat perusahaaan dan para pejabat utamanya, sifat bisnisnya,
informasi keuangan tertentu, dan pemeriksaan para pemasok, temasuk berapa lama mereka
berpengalaman dengan perusahaan tersebut dan apakah pembayaran dilakukan
denganmemanfaatkan diskon, tepat waktu, atau terlambat.
c)      Pemeriksaan Bank
Sumber informasi kredit lainnya bagi pemeriksaaan analisis kredit atas perusahaan tertentu
adalah bank perusahaan tersebut. Kebanyakan bank memiliki bagian kredit yang akan
memberikan informasi atas para pelanggan komersial mereka sebagai layanan bagi para nasabah
yang mencoba mendapatkan kredit usaha (kredit yang diberikan dari satu perusahaan ke
perusahaan lain).
d)      Pemeriksaan Mitra Dagang
Informasi kredit seringkali dipertukarkan antarperusahaan yang menjual ke pelanggan yang
sama. Melalui berbagai lembaga kredit, staff kredit dalam area tertentu menjadi kelompok yang
sangat dekat hubungannya. Perusahaan dapat menanyakan para pemasok lainnya pengalaman
mereka dengan sebuah permohonan kredit
e)      Pengalaman Perusahaan Sendiri
Sering kali, bagian kredit akan membuat penilaian tertulis tentang kualitas manajemen
perusahaan yang akan menerima kredit. Penilaian ini sangat penting, karena berkaitan dengan
“3C” untuk analisis kredit, yaitu :
~        Character : kesediaan kreditur untuk memenuhi kewajibannya.
~        Capacity  : kemampuan kreditur untuk menghasilkan kas guna memenuhi kewajibannya.
~        Capital : kekeayaan netto kreditur dan hubungan antara kekayaan neto dengan utang

b.      Analisis Kredit


Setelah mengumpulkan informasi kredit, perusahaan harus membuat analisis kredit atas
pemohon. Selain menganalisis laporan keuangan, analisis kredit akan mempertimbangkan
karakter perusahaan dan manajemennya, kekuatan keuangan perusahaan, dan berbagai hal
lainnya. Kemudian, analisis akan mencoba untuk menentukan kemampuan pemohon dalam
melayani kredit dan probabilitas pemohon gagal membayar tepat waktu serta kerugian akibat
piutang tidak tertagih. Berdasarkan informasi ini ditambah dengan margin laba produk atau jas
yang dijual, akan dicapai keputusan untuk memberikan kredit atau tidak.
Proses Penyelidikaan Berurutan
Tahap-tahapan dalam penyelidikan:
1.      Konsultasi atas pengalaman terdahulu untuk melihat apakah perusahaan tersebut
sebelumnya pernah menjual ke pemohon, dan jika pernah apakah pengalaman tersebut
memuaskan hasilnya.
2.      Dapat melibatkan pemesanan laporan Dun &Bradstreet  atas pemohon dan
mengevaluasinya .
3.      Dapat melibatkan pemeriksaan kredit atas bank pemohon, dan para kreditur mungkin
ditambah dengan analaisis atas laporan keuangan.
c.       Keputusan Kredit Dan Batas Kredit
Setelah analisis kredit mangajukan berbagai bukti yang dibutuhkan dan menganalisanya, sebuah
keputusan harus dibuat mengenai disposisi kredit terkait.keputusan pertama yang dibuat adalah
akan mengirimkan barang atau tidak dan memberikan kredit atau tidak.
Salah satu cara untuk mempersingkat prosedur tersebut adalah dengan membuat batas kredit
untuk kredit tersebut.
Batas kredit adalah batas maksimum pinjaman yang boleh diambil oleh perusahaan pada suatu
periode. Pembeli dapat membeli secara kredit sebatas jumlah tersebut.

d.      Outsourcing Untuk Kredit dan Penagihan


Keseluruhan fungsi kredit/penagihan dpat dilakukan dengan outsourcing (yaitu, dengan
menyubkontrakkan ke perusahaan luar).

v  Manajemen dan Pengendalian Persediaan


Pesediaan membentuk hubungan antara produksi dengan penjualan suatu produk. Persediaan
bahan baku memberikan perusahaan fleksibilitas dalam pembeliaan, penjadwalan produksi, dan
pelayanan permintaan pelanggan.
Kerugian nyatanya adalah total biaya penggudangan, termasuk biaya penyimpanan dan
penanganan persedian, serta imbal hasil yang diminta atas modal yang terkait dalam persediaan.
Kerugian lainnya adalah bahaya keusangan.

a.      Klasifikasi : Apa Yang Harus Dikendalikan ?


Cara untuk mengklasifikasikan persediaan adalah berdasarkan nilai dari investasi perusahaan.
Metode ABC untuk pengendalian persediaan yaitu metode yang mengendalikan barang
persediaan mahal secara lebih cermat dibandingkan barang yang lebih murah.

b.      Jumlah Pesanan Ekonomis : Berapa Banyak Yang Harus Dipesan?


Jumlah pesanan ekonomis yaitu jumlah barang persediaan yang akan dipesan agar total biaya
persediaan dapat diminimalkan selama periode perencanaan perusahaan. Jumlah pesanan
ekonomis adalah konsep yang penting dalam pembelian bahan baku dan dalam penyimpanan
persediaan barang jadi dan barang dalam transit. Dalam analisis ini, akan ditentukan jumlah
pesanan optimal untuk barang persediaan tertentu, dengan menggunakan prediksinya, biaya
pemesanan, dan biaya penggudangan.
Jika penggunaan persediaan berada pada tingkat yang tetap selama suatu periode waktu tertentu
dan tidak ada persediaan pengaman, rata-rata persediaan dapat dinyatakan sebagai
Rata-rata persediaan = Q/2

Q adalah jumlah yang dipesan dan diasumsikan konstan untuk periode yang direncanakan.
Jadi total persediaan adalah jumlah dari total biaya penggudangan ditambah total biaya
pemesanan, atau

Total biaya persediaan (T) =  C (Q/2) + 0 (S/Q)

Ø  Jumlah pesanan optimal


Jumlah optimal suatu barang persediaan pada waktu tertentu adalah jumlah, Q*, yang
meminimalkan total biaya persediaan selama periode perencanaan. Hasil jumlah optimalnya ,
atau EOQ, adalah
Q* =

c.       Saat Pemesanan : Kapan Harus Memesan?


Selain mengetahui seberapa banyak yang harus dipesan, perusahaan juga perlu mengetahui
kapan harus memesan. “kapan dalam situasi ini, berarti jumlah persediaan yang tersisa yang
memberikan tanda untuk pemesanan ulang jumlah EOQ.
Waktu tunggu adalah lamamya waktu antara penyerahan pesanan untuk suatu barang persediaan
dengan penerimaan barang dalam persediaan.
Saat pemesanaan dapat dinyatakan dengan

Saat Pemesanan (OP) = Waktu tunggu x Penggunaan harian

d.      Persediaan Pengaman


Persediaan pengaman yaitu persediaan yang dimiliki sebagai cadanagan atas permintaan (atau
penggunaan) serta waktu tunggu pengisian kembali yang tidak pasti.
Ketika ketidakpastian permintaan persediaan dan waktu tunggu terjadi, persediaan pengaman
sangat disarankan.
Saat pemesanan = (Rata-rata waktu tunggu x Rata-rata penggunaan harian) + persediaan
pengamanan

Ø  Jumlah Persediaan Pengamanan


Semakin besar ketidakpastian yang berhubungan dengan perkiraan permintaan persediaan, makin
besar persediaan pengaman perusahaan yang harus dimiliki oleh perusahaan, jika hal lainnya
tetap sama. Dengan kata lain, makin besar risiko kehabisan persediaan, makin besar fluktuasi
tidak terprediksi atas penggunaan. Begitu juga dengan ketidakpastian waktu tunggu untuk
mengisi persediaan, makin besar juga risiko kehabisan persediaan, dan makin banyak persediaan
pengaman yang harus dimiliki perusahaan, jika hal lainnya tetap sama.
Factor terakhir adalah biaya penggudangan tambahan persediaan. Jika bukan karena biaya ini,
perusahaan dapat memiliki berapapun persediaan pengaman yang dibutuhkan untuk menghindari
semua kemungkinan habisnya persediaan.

e.      Just-in-Time
Just in time merupakan pendekatan manajemen dan pengendalian persediaan dimana persediaan
diperoleh dan dimasukkan ke bagian produksi tepat saat persediaan tersebut dibutuhkan.
Tujuan dari system ini bukan hanya mengurangi persediaan tetapi juga memperbaiki
produktivitas, kualitas produk, dan fleksibilitas produksi secara berkelanjutan.
EOQ dalam dunia JIT
Sebagai bagian dari JIT, ada beberapa langkah yang terus dilakukan untuk mengurangi biaya
tersebut, misalnya :
1)      Truk pengirim berukuran kecil, dengan urutan penurunan barang yang telah ditetapkan
sebelumnya, digunakan untuk mengkonsumsi waktu dan biaya penerimaan barang.
2)      Tekanan diberikan pada pemasok untuk memproduksi bahan baku yang “tanpa cacat”,
sehingga mengurangi (atau menghilangkan) biaya pemeriksaan.
3)      Produk, peralatan, dan prosedur dimodifikasi untuk mengurangi waktu dan biaya
penyetelan.
Seberapa dekat suatu perusahaan ke JIT ideal bergantung pada jenis proses produksi dan jenis
industry pemasoknya,namun ini merupakan tujuan yang bemanfaat bagi perusahaan.

Pengendalian Persediaan JIT, Manajemen Rantai Pasokan, dan Internet


Manajemen rantai pasokan yaitu mengelola proses menggerakkan barang, jasa, dan informasi
dari pemasok ke pelanggan akhir. Adanya informasi instan pada jaringan kerja computer yang
canggih telah banyak membantu proses ini.
Bisnis ke bisnis merupakan komunikasi dan transaksi yang dilasanakan antarbisnis, bukan antara
bisnis dengan pelanggan akhir. Jika dinyatakan dalam bentuk alfanumerik (yaitu B2B), ini
mengacu pada transaksi yang dilakukan di internet.
Pertukaran B2B merupakan pasar di internet untuk bisnis ke bisnis yang menjodohkan
persediaan dan permintaan dengan penawaran lelang secara langsung.

  Persediaan dan Manajer Keuangan


Manajer keuangan harus mengetahuai cara mengendalikan persediaan secara efektif agar modal
dapat dialokasikan dengan efisien. Semakin besar biaya peluang dana yang diinvestasikan,
semakin rendah tingkat optimal dari rata-rata persediaan, dan semakin rendah jumlah pesanan
optimal, jika hal-hal lainnya konstan.
Semakin rendah rata-rata waktu tunggu, semakin rendah persediaan pengaman yang dibutuhkan,
dan semakin rendah total investasi dalam persediaan , jika hal-hal lainnya konstan. Semakin
besar biaya peluang dari dana yang diinvestasikan dalam persediaan, semakin besar insentif
untuk mengurangi waktu tunggu tersebut.
BAB III

KESIMPULAN

 Kebijakan kredit dan penagihan mencakup beberapa keputusan: (1) kualitas kredit yang
diterima, (2) panjang periode kredit, (3) besarnya diskon, (4) ketentuan khusus lainnya,
seperti perjanjian secara musiman dan (5) tingkat pengeluaran penagihan. Untuk masing
–masing hal tersebut, keputusan mencakup perbandingan antara hasil dari perubahan
kebijakan dengan biaya perubahan. Untuk memaksimalkan keuntungan dari kebijakan
kredit dan penagihan, perusahaan harus terus mengubah kebijakan tersebut hingga
mencapai solusi yang maksimal.
 Kebijakan kredit dan penagihan di suatu perusahaan serta prosedur kredit dan
penagihannya, menentukan besar dan kualitas posisi piutangnya.
 Dalam mengevaluasi pemohon kredit, seorang analis kredit harus memperoleh informasi
mengenai pemohon, menganalisis informasi ini untuk menentukan apakah pemohon
dapat diberikan kredit atau tidak, dan membuat keputusan kredit. Selanjutnya, keputusan
kredit menentukan apakah kredit perlu diperpanjang dan berapa jumlah maksimum
kredit, atau batas kredit yang seharusnya.
 Persediaan membentuk hubungan antara produksi dan penjuaan produk. Persediaan
memberikan fleksibilitas bagi perusahaan dalam pembelian, penjadwalan produksi, dan
pelayanan permintaan pelanggan.
 Dalam mengevaluasi tingkat persediaan, pihak manajemen harus menyeimbangkan
manfaat ekonomi dari produksi, pembelian, dan pemasaran dengan biaya untuk
persediaan tambahan. Perhatian khusus dari manajer keuangan adalah biaya dana yang
diinvestasikan dalam persediaan.
 Perusahaan sering mengklasifikasi barang-barang persediaan dalam kelompok tertentu
untuk memastikan bahwa barang yang paling penting lebih sering ditinjau.
 Jumlah pesanan optimal untuk barang tertentu dari persediaan bergantung pada perkiraan
penggunaan barang tersebut, biaya pemesanan, dan biaya penggudangan. Pemesanan
dapat berarti pembelian barang atau produksinya. Biaya pemesanan mencakup biaya
pengajuan pesanan, penerimaan, dan pemeriksaan pesanan. Biaya penggudangan
merupakan biaya penyimpanan persediaan, perawatan, dan asuransi serta imbal hasil atas
investasi yang dibutuhkan pada persediaan.
 Model jumlah pesanan ekonomis (economic order quanitiy-EOQ) menyatakan bahwa
jumlah optimal dari barang persediaan yang dapat dipesan pada saat tertentu adalah
jumlah yang meminimalkan biaya persediaan total selama periode perencanaan.
 Poin pemesanan suatu barang pesanan adalah jumlah persediaan yang menandakan
pemesanan ulang sejumlah pesanan ekonomis.
 Di bawah kondisi yang tidak pasti, perusahaan biasanya harus memiliki persediaan
pengaman, untuk menghadapi fluktuasi permintaan persediaan dan waktu-waktu penting
proses produksi.
 Pengendalian persediaan just-in-time (JIT) adalah hasil dari penekanan baru oleh
perusahaan untuk proses perbaikan yang berkelanjutan. Idenya adalah bahwa persediaan
diperoleh dan dimasukkan dalam produksi tepat pada waktu dibutuhkan.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, F. (2001). Dasar-dasar Manajemen Keuangan . Malang: UMM Press.

Horne, J. C., & John M. Wachowicz, J. (2013). Prinsip- Prinsip Manajemen Keuangan . Jakarta Selatan:
Salemba Empat.

Zulian. (2003). Manajemen Persediaan. Yogyakarta: Ekonosia.

Anda mungkin juga menyukai