Anda di halaman 1dari 141

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang masalah

Pertumbuhan ekonomi dan perkembangan dunia usaha baik jasa maupun

perdagangan semakin pesat dan juga meluas seiring dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dan tekhnologi. Perkembangan ini pada umumnya selalu di hadapkan

pada situasi persaingan dunia usaha yang semakin ketat. Leasing sebagai salah

satu jenis kegiatan usaha masih terbilang baru di Indonesia. Leasing baru

diperkenalkan di Indonesia sekitar tahun 1974. Istilah leasing (Sewa Guna Usaha)

berasal dari bahasa inggris “to lease” yang berarti menyewakan.

Leasing memberikan kemungkinan bagi calon pemakai barang-barang

modal (Leasee) untuk dapat memperoleh barang-barang modal ini dengan cara

yang relative mudah dan tidak memerlukan uang tunai yang besar. Perusahaan

yang memerlukan barang modal dapat memperoleh barang-barang modal ini

dengan cara sewa beli yang pembayarannya dapat diangsur secara berkala setiap

bulannya.

Setelah jangka waktu cicilan leasing selesai penyewa (Leasee) dapat

memiliki barang-barang modal yang bersangkutan dengan harga yang relative

lebih murah. Barang-barang modal yang dapat di leasingkan adalah barang-barang

1
modal yang harga perolehannya relative mahal dan berhubungan dengan

penyediaan tanah, bangunan, mesin-mesin, peralatan, kendaraan dan alat-alat

produksi lainnya dibidang usaha.

Siklus operasi normal dalam sebuah bisnis melibatkan pembelian

persediaan (dengan menggunakan cara tunai maupun kredit), yang kemudian akan

dijual, sering kali secara kredit. Begitu piutang usaha ditagih, siklus tersebut mulai

dari awal kembali. Pemahaman atas siklus operasi ini (yang melibatkan pengakuan

atas pendapatan, pencatatan piutang usaha, dan penagihan kas yang dilakukan

selanjutnya). Oleh karena pendapatan umumnya dicatat ketika proses

menghasilkan selesai dan janji pembayaran yang valid (atau pembayaran itu

sendiri) diterima, maka selanjutnya piutang usaha yang timbul dari penjualan

barang secara umum diakui ketika kepemilikan barang dialihkan kepada pembeli

yang terpercaya. Saat berpindahnya kepemilikan barang berbeda-beda tergantung

pada syarat penjualannya.

Oleh sebab itu, merupakan hal yang normal untuk mengakui piutang

usaha ketika barang dikirim ke pelanggan. Pada titik inilah kriteria pengakuan

pendapatan umumnya terpenuhi. Pendapatan tidak harus diakui atas barang yang

dikirim atas persetujuan, ketika pelanggan menunda kepemilikan barang sampai

ada penerimaan formal atau untuk barang yang di kirim sebagai konsinyasi dengan

pengirim tetap merupakan pemilik barang hingga barang tersebut dijual oleh pihak

yang menerima konsinyasi. Piutang usaha jasa yang diberikan pada pelanggan

akan diakui dengan tepat ketika jasa dilaksanakan.

2
Piutang dagang (trade receivable) umumnya adalah kategori yang paling

signifikan dari piutang, dan merupakan hasil dari aktifitas normal bisnis, yaitu

penjualan barang atau jasa secara kredit kepada pelanggan. Akan tetapi, dalam

banyak kasus piutang dagang adalah “piutang terbuka” tanpa jaminan, dan sering

disebut sebagai piutang usaha (account receivable). Piutang usaha mewakili

pemberian kredit jangka pendek ke pelanggan. Pembayaran umumnya jatuh tempo

dalam 30 hingga 90 hari. Persyaratan kredit biasanya merupakan perjanjian

informal antara penjual dan pembeli yang didukung oleh dokumen bisnis seperti

faktur penjualan, order penjualan, dan kontrak pengiriman. Biasanya piutang

dagang tidak melibatkan bunga, walaupun biaya bunga atau pelayanan mungkin

saja ditambahkan apabila pembayaran tidak dilakukan dalam periode tertentu.

Piutang dagang adalah jenis piutang yang paling umum dan biasanya merupakan

yang paling signifikan dari segi total nilai uangnya.

Agar perusahaan berkembang dan berjalan secara efektif dan efisien

untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi dari kegiatan perusahaan perlu

adanya pengendalian intern yang baik bagi perusahaan sesuai dengan tujuan yang

ingin di capai untuk pimpinan perusahaan. Pengendalian intern dalam perusahaan

diperlukan agar tidak terjadi penyimpangan dari tujuan yang ingin di capai dan

mencegah terjadinya pemborosan yang tidak perlu untuk mengurangi penggunaan

sumber daya yang tidak efektif dan efisien. Bagian penting lain dari efektifitas dan

efisiensi agar penggunaan aktiva dan catatan fisik perusahaan tidak dapat dicuri,

disalah gunakan atau dirusak jika dilindungi oleh pengendalian yang memadai.

3
Agar pengendalian dapat dilakukan dengan baik diperlukan pimpinan dan staff

untuk mencegah terjadinya kecurangan dan kesalahan secara dini. Piutang usaha

merupakan aktiva lancar yang likuid karena pendapatan terbesar yang dihasilkan

perusahaan dengan jangka waktu yang relative singkat, yaitu pada umumnya

adalah kurang dari satu tahun atau dalam periode siklus kegiatan normal

perusahaan. Untuk itu pengelolaan piutang merupakan hal terpenting dalam

aktivitas operasional perusahaan. Keberhasilan pengelolaan piutang perusahaan

akan menggambarkan perputaran piutang yang wajar.

Sistem pengendalian internal terdiri atas kebijakan dan prosedur yang

dirancang untuk memberikan kepastian yang layak bagi manajemen, bahwa

perusahaan telah mencapai tujuan dan sasarannya. Manajemen meniliki tiga tujuan

umum dalam merancang sistem pengendalian internal yang efektif, yaitu

keandalan pelaporan keuangan, efisiensi, dan efektivitas operasi, serta ketaatan

pada hukum dan peraturan. Manajemen bertanggung jawab untuk menyiapkan

laporan bagi para investor, kreditor, dan pengguna lainnya. Tanggung jawab untuk

memilih dan mengadopsi kebijakan akuntansi yang tepat, menyelenggarakan

pengendalian internal yang memadai, serta menyajikan laporan keuangan yang

wajar berada di pihak manajemen bukan pada auditor. Tanggung jawab ini timbul

mengingat bahwa pihak manajemen selaku pelaksana harian perusahaan memiliki

pengetahuan yang lebih terperinci dan mendalam atas setiap transaksi parusahaan

yang terjadi dibanding dengan auditor. Pengetahuan auditor akan transaksi terjadi

dan pengendalian internal hanya terbatas pada informasi (pengetahuan) yang

4
diperolehnya selama menjalankan kegiatan audit. Pengendalian internal menurut

Alvin Randal Mrk dalam bukunya “Auditing dan Jasa Assurance” (2008:412)

menyatakan bahwa “Pengendalian Internal (Internal Control) merupakan proses

yang di rancang untuk memberikan kepastian yang layak mengenai pencapaian

tujuan manajemen dalam kategori berikut ini: (1) reabilitas pelaporan keuangan,

(2) efektivitas dan efisiesi operasi, serta (3) ketaatan pada ketentuan hukum dan

peraturan yang berlaku.

Piutang merupakan unsur penting dalam neraca, prosedur yang wajar dan

cara pengamanan yang cukup terhadap piutang penting bukan saja untuk

keberhasilan perusahaan, tetapi juga untuk memelihara hubungan yang

memuaskan dengan pelanggan. Pengendalian piutang dimulai sebelum ada

persetujuan untuk mengirimkan barang dagangan, sampai setelah penyiapan dan

penerbitan faktur, dan berakhir dengan penagihan hasil penjualan. Prosedur

pengendalian piutang berhubungan erat dengan pengendalian penerimaan kas

disatu pihak, dan pengendalian persediaan dilain pihak sehingga piutang

merupakan mata rantai diantara keduanya.

Agar pengendalian internal tersebut berjalan dengan baik dan sesuai

dengan harapan manajemen maka pengendalian internal yang di laksanakan perlu

di awasi, di nilai dan di evaluasi oleh suatu bagian yang independent dari kegiatan

operasioanal perusahaan, untuk membantu dalam memberikan informasi yang di

butuhkan oleh manajemen. Bagian independent yang di maksud di sini adalah

5
bagian audit internal yang bertugas membantu manajemen dalam melaksanakan

tanggung jawabnya secara efektif.

Maka dengan demikian untuk mengantisipasi timbulnya piutang akibat

tidak tertagihnya piutang maka sebelum perusahaan memberikan kredit

sebelumnya, pihak perusahaan terlebih dahulu mengadakan evaluasi tentang

keadaan atau kemampuan ekonomi calon pembeli. Ada beberapa yang dapat di

lihat berdasarkan fakta yang ada, yaitu akibat kecerobohan atau kekurang hati-

hatian perusahaan pada saat terjadi apabila transaksi penjualan barang dan jasa

dapat terjadi kerugian karena keinginan buruk pembeli dengan sengaja menyia-

nyiakan kepercayaan yang diberikan perusahaan, dan selain itu kemungkinan yang

lebih mengarah pada kerugian piutang yang tidak boleh diabaikan oleh pihak

perusahaan adalah musibah yang tidak sengaja menimpa para pelanggan, seperti

bencana alam, perampokkan, dan lain-lain, maka dalam hal ini akan

mempengaruhi peningkatan penagihan. Pengendalian internal piutang yang terjadi

pada PT. Interyasa Ciputat sangat berperan dalam meningkatkan penagihan yang

terjadi pada perusahaan tersebut. Karena dengan pengendalian internal yang di

lakukan dapat berperan dalam menunjang efektivitas pengendalian internal

penjualan dan penagihan piutang.

PT. Interyasa Ciputat merupakan salah satu cabang yang ada di wilayah

Metro Jakarta yang berada di kawasan ciputat yang merupakan perusahaan leasing

bergerak dalam bidang furniture dan elektronik yang beralamat yaitu di Jl. H.

Juanda No. 20D sebelah klinik YAMC Ciputat. Selain PT. Interyasa Ciputat yang

6
bergerak dibidang pengkreditan furniture & elektronik di kawasan tersebut juga

terdapat berbagai leasing diantaranya yaitu Columbia, Premium, Solid dan lain-

lain.

Oleh karena itu dengan semakin berkembangnya bisnis leasing tersebut

perusahaan harus memperhitungkan sebab dan akibat diantaranya yaitu

pembiayaan dengan leasing merupakan pembiayaan yang relative mahal, barang

modal yang dileasingkan tidak dapat dijaminkan ke bank sebagai penjamin kredit

bank, bagi beberapa perusahaan atau orang perorangan mendapatkan barang

modal dengan leasing agak mengurangi rasa prestise mereka dan selain itu yang

harus lebih diperhatikan dalam pembiayaan leasing adalah tingkat resiko, karena

resiko yang lebih besar terletak ditangan lessor (pemberi kredit) padahal barang

modal yang bersangkutan dipakai dan dimanfaatkan oleh si pemakai (lessee).

Berdasarkan pemikiran dan permasalahan diatas maka, penulis tertarik

untuk melakukan sistem pengendalian internal piutang atas kegiatan yang ada

pada PT. Interyasa Ciputat. Oleh karena itu dalam skripsi ini penulis memilih

judul “PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL PIUTANG

TERHADAP TINGKAT PENAGIHAN PADA PT. INTERYASA CIPUTAT”.

Penulis mempertimbangkan bahwa tingkat penagihan yang terjadi memiliki posisi

penting dalam perkembangan perusahaan.

7
B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut maka yang menjadi

pokok dalam penelitian untuk menyusun skripsi ini dapat diidentifikasikan

sebagai berikut :

1. Lingkungan pengendalian yang terjadi pada PT. Interyasa Ciputat sangat

kurang yang di akibatkan karena kurangnya sumber daya manusia pada

divisi penagihan dan juga team survey yang membuat pendelegasian

wewenang belum berjalan sesuai dengan Standart Operating Prosedure

yang berlaku.

2. Pendokumentasian dan pencatatan yang di lakukan oleh staf baik dalam

divisi penagihan mengenai pencatatan maupun pengecekan kwitansi yang

keluar belum berjalan dengan baik.

3. Kurangnya komunikasi dan informasi yang di lakukan oleh Staf Showroom

kepada pihak collector mengenai kartu jatuh tempo yang siap di tagih dan

juga mengenai kunjungan pertama yang seharusnya di kunjungi paling lama

3 hari setelah tanggal penjualan belum juga di lakukan.

4. Kurang efektifnya monitoring yang di lakukan oleh staf mengenai kartu-

kartu tagihan yang tidak tertagih pada bulan tersebut, sehingga kemungkinan

terjadinya penyelewengan terhadap tagihan dapat terjadi.

8
C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, mengingat keterbatasan

penelitian dan untuk menghindari pembahasan yang tidak terarah, maka dalam

penelitian ini penulis membatasi permasalahan tentang pengaruh sistem

pengendalian internal piutang terhadap tingkat penagihan pada PT. Interyasa

Ciputat, yaitu:

1. Pengertian Judul

a. Pengendalian Internal

Pengendalian internal dalam skripsi ini adalah suatu proses, di jalankan

oleh dewan komisaris, manajemen, dan karyawan pada PT. Interyasa

Ciputat, yang dirancang untuk memberikan jaminan memadai

sehubungan dengan pencapaian tujuan penagihan tersebut.

b. Piutang

Pengertian Piutang dalam skripsi ini adalah harta perusahaan yang timbul

akibat penjualan barang secara kredit, yang telah di sepakati berdasarkan

perjanjian di antara kedua belah pihak untuk melakukan pembayaran

setiap satu bulan sekali.

c. Tingkat Penagihan

Pengertian Penagihan dalam skripsi ini adalah pemberitahuan kepada

pelanggan untuk dapat membayar atau menyelesaikan hutang-hutangnya

sesuai dengan jatuh tempo yang telah di sepakati bersama.

9
2. Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu dalam melakukan penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2013

sampai Februari 2014 dengan penyebaran angket dan observasi secara

langsung di PT. Interyasa Ciputat yang beralamat Jl. H. Juanda No. 20 D

sebelah klinic YAMC ciputat.

3. Data Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan data kuantitatif dan kualitatif. Data yang

digunakan adalah data penagihan piutang selama tahun 2011-2013.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, dapat dirumuskan pertanyaan

penelitian yang nantinya akan terjawab dalam hasil penelitian skripsi ini, antara

lain :

1. Bagaimana sistem pengendalian internal piutang PT. Interyasa Ciputat?

2. Bagaimana tingkat penagihan pada PT. Interyasa ciputat?

3. Seberapa besar pengaruh sistem pengendalian internal piutang terhadap tingkat

penagihan pada PT. Interyasa ciputat?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penulis melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut:

10
a. Untuk mengetahui bagaimana sistem pengendalian internal piutang

perusahaan PT. Interyasa ciputat.

b. Untuk mengetahui bagaimana tingkat penagihan pada perusahaan PT.

Interyasa ciputat.

c. Untuk mengetahui pengaruh sistem pengendalian internal piutang

terhadap tingkat penagihan pada perusahaan PT. Interyasa ciputat.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoristis

Dengan adanya penelitian ini, penulis berharap dapat memberikan

manfaat bagi perusahaan Interyasa Ciputat di mana penulis mengadakan

penelitian, bagi masyarakat terutama pihak-pihak yang memerlukan,

serta bagi penulis.

Adapun manfaat tersebut dapat dijabarkan lebih lanjut sebagai berikut:

1. Bagi Penulis

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memperluas

pengetahuan dan wawasan peneliti dalam bidang auditing, khususnya

mengenai pengendalian internal piutang. Dalam hal ini khususnya

untuk mengetahui pengaruh sistem pengendalian internal piutang

terhadap tingkat penagihan. Selain itu juga untuk sebagai bahan

perbandingan teori-teori yang selama ini di pelajari dalam

perkuliahan dengan praktek nyata di perusahaan pembiayaan leasing,

dan untuk memenuhi salah satu syarat dalam mendapatkan gelar

11
sarjana S1 Fakultas Ekonomi jurusan Akuntansi di Universitas

Pamulang.

2. Bagi Universitas

Untuk melengkapi literatur sebagai bahan bacaan khususnya bagi

mahasiswa Fakultas Ekonomi jurusan Akuntansi di Universitas

Pamulang.

3. Bagi Pembaca Lainnya

Hasil penelitian ini dapat di jadikan bahan referensi dan rujukan

mengenai topik-topik yang berkaitan.

b. Manfaat Praktis

1. Bagi manajemen perusahaan

Hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai masukan untuk

manajemen perusahaan dalam memecahkan masalah dan atau

dapat di jadikan acuan dalam pengambilan keputusan dalam hal

meningkatkan segi penagihan. Selain itu, penelitian ini di harapkan

dapat memberikan saran-saran atau masukan kepada pihak

perusahaan betapa pentingnya peningkatan penagihan pada

perusahaan interyasa tersebut, dan betapa pentingnya kerja sama

team staf dalam penanganan monitoring terhadap divisi penagihan.

Agar pencapaian target terhadap penagihan maka pendelegasian

wewenang di setiap masing-masing divisi harus berjalan sesuai

dengan standar operating prosedur yang telah ditetapkan perusahaan.

12
F. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran menurut Sugiyono dalam bukunya yang berjudul

“Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D” (2009:60-61) merupakan

sintesa tentang hubungan antar variabel yang disusun dari berbagai teori yang

telah dideskripsikan. Berdasarkan teori-teori yang telah dideskripsikan tersebut,

selanjutnya dianalisis secara kritis dan sistematis, sehingga menghasilkan sintesa

tentang hubungan antara variabel yang diteliti. Sintesa tentang hubungan variabel

tersebut, selanjutnya digunakan untuk merumuskan hipotesis.

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kontribusi

penerimaan tagihan piutang, serta untuk mengetahui seberapa besar pengaruh

sistem pengendalian internal piutang terhadap tingkat penagihan. Penelitian ini

dilakukan di PT. Interyasa Ciputat yang beralamat di Jl. H. Juanda No. 20 D

sebelah klinik YAMC ciputat. Berdasarkan apa yang penulis uraikan diatas maka

penulis memutuskan untuk melakukan penelitian dengan konsentrasi audit tentang

pengaruh sistem pengendalian internal piutang terhadap tingkat penagihan pada

PT. Interyasa Ciputat. Dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel

bebas atau variabel independen (X) yaitu sistem pengendalian internal piutang dan

variabel terkait atau variabel dependen (Y) yaitu tingkat penagihan.

Sistem pengendalian internal adalah merupakan kebijakan dan prosedur

yang dirancang untuk memberikan manajemen kepastian yang layak bahwa

perusahaan telah mencapai tujuan dan sasarannya agar dapat merancang sistem

pengendalian internal yang efektif dengan memiliki tujuan seperti reliabilitas

13
pelaporan keuangan, efisiensi dan efektivitas operasi, dan ketaatan pada hukum

dan peraturan.

Piutang usaha (account receivable) piutang seperti ini biasanya

diharapkan dapat ditagih dalam waktu dekat, misalnya 30 hari atau 60 hari, dan

piutang usaha diklasifikasikan di neraca sebagai aktiva lancar. Sedangkan

penagihan adalah pemberitahuan kepada pelanggan untuk dapat membayar atau

menyelesaikan hutang-hutangnya sesuai dengan jatuh tempo yang telah di sepakati

bersama.

Dengan adanya perusahaan yang bergerak dalam bidang pengkreditan

seperti ini dapat menolong masyarakat yang memiliki ekonomi rendah dapat

mengangsur barang yang di kredit olehnya. Seperti PT. Interyasa Ciputat yang

bergerak dalam bidang pengkreditan furniture dan elektronik yaitu barang alat-

alat rumah tangga seperti kulkas, mesin cuci, tv, speaker aktif, kursi, sofa, tempat

tidur, meja rias dan lain sebagainya, yang bekerja sama dengan beberapa toko

yang bergerak dalam bidang furniture dan elektronik. Bagi usahawan penjualan

jenis ini dapat meningkatkan jumlah penjualan yang meningkatkan laba,

sedangkan bagi pembeli mereka merasa lebih ringan dalam hal pembayaran untuk

melunasi barang yang di cicil tersebut. Meskipun dalam hal ini resiko atas tidak

tertagihnya piutang akan meningkat, maka pimpinan sekaligus jajaran staf

showroom yang ada di PT. Interyasa Ciputat bekerja sama dalam melakukan

pengendalian internal terhadap tagihan angsuran demi pencapaian target yang

sudah di tetapkan. Pendapatan PT. Interyasa Ciputat adalah penagihan angsuran

14
yang berasal dari penjualan kredit yang menimbulkan piutang, oleh karena itu

piutang yang sangat rawan harus ada pengendalian internal untuk dapat

meningkatkan penagihan pada perusahaan tersebut.

Jika pengendalian internal yang di lakukan terhadap penagihan piutang

tersebut sudah berjalan sesuai dengan Standar Operating Procedur maka

penagihan pada perusahaan PT. Interyasa Ciputat akan berjalan dengan baik dan

pencapaian target global maupun percollector akan tercapai, dan sebaliknya jika

pengendalian internal piutang tersebut tidak berjalan dengan baik maka yang

terjadi di cabang penagihan akan menurun dan pencapain target global maupun

per collector tidak tercapai. Karena dengan adanya pengendalian internal piutang

pada perusahaan yang berjalan baik akan menekan atau memperkecil

kemungkinan terjadi kesalahan, penyelewengan dan kecurangan terhadap aktiva

perusahaan tersebut. Untuk itu kerja sama jajaran staf shoowrom dan manager

cabang pada PT. Interyasa Ciputat sangat berperan penting dalam melakukan

pencapaian target. Semakin baik sistem pengendalian internal piutang yang di

lakukan oleh perusahaan maka akan semakin baik pula pelaksanaan operasional

perusahaan dan pencapaian target global maupun target penagihan untuk collector

yang di tetapkan kantor pusat akan tercapai. Hipotesis awal diduga ada pengaruh

Sistem Pengendalian Internal Piutang terhadap Tingkat Penagihan pada PT.

Interyasa Ciputat.

15
1. Sistem pengendalian internal piutang kurang efektif.
2. Tingkat penagihan piutang

Auditing jilid 1(Sukrisno Agoes)


Auditing dan Pelayanan Verifikasi AUDIT
Pendekatan Terpadu (Alvin, Randal, dkk) Akuntansi Suatu Pengantar (Soemarso S.R.)

PT. Interyasa Ciputat

Jl. Ir. H. Juanda No. 20 D Sebelah klinic YAMC ciputat

Pengaruh Sistem Pengendalian Internal Piutang Terhadap Tingkat Penagihan Pada PT.
Interyasa Ciputat

Sistem Pengendalian Internal Penagihan


Piutang
Pengaruh Sistem Pengendalian Internal Terhadap Piutang Di

1. Penjualan (tunai dan penjualan


1. Lingkungan Pengendalian kredit)
2. Penerimaan Kas
Rumah Sakit Medika Bumi Serpong Damai

2. Penaksiran Risiko 3. Penghapusan piutang yang tidak


3. Aktivitas Pengendalian tertagih
Andar waty 2008120472

4. Informasi dan Komunikasi

5. Monitoring ( Pemantauan )

Pedoman Pokok Audit Internal Auditing dan Pelayanan Verifikasi


menurut “ COSO “ Pendekatan Terpadu “Alvin Randal”

Analisis Data Kuantitatif

Ho : Tidak terdapat pengaruh sistem pengendalian internal piutang terhadap tingkat


penagihan PT. Interyasa Ciputat.

Ha : Terdapat pengaruh sistem pengendalian internal piutang terhadap tingkat


penagihan pada perusahaan PT. Interyasa Ciputat.

Diduga terdapat pengaruh sistem pengendalian internal piutang terhadap tingkat


penagihan pada perusahaan PT. Interyasa Ciputat.
Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran

16
G. Hipotesis

Menurut Prof. Dr. Sugiyono dalam bukunya Metode Penelitian

Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D (2009:64) hipotesis merupakan jawaban

sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah

penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan

sementara karena, jawaban yang di berikan baru didasarkan pada teori yang

relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang di peroleh melalui

pengumpulan data.

Sedangkan menurut Cholid H. Abu dalam bukunya Metodologi

Penelitian (2009:28) hipotesis yang berasal dari kata hipo berarti kurang atau

lemah dan tesis atau thesis yang berarti teori yang disajikan sebagai bukti. Jadi

hipotesis adalah pernyataan yang masih lemah kebenarannya dan masih perlu

dibuktikan kenyataannya. Jika suatu hipotesis telah terbukti kebenarannya, ia akan

berubah namanya disebut tesis, jadi merupakan teori. Hipotesis dapat diterima

tetapi dapat ditolak, diterima apabila bahan-bahan penelitian membenarkan

kenyataan dan ditolak apabila menyangkal (menolak) kenyataan.

Hipotesis yang dilakukan merupakan jawaban sementara terhadap

permasalahan yang diteliti yang kebenarannya masih perlu diuji. Dalam

merumuskan perlu hubungan korelasi atau kausal antara dua variabel secara jelas,

logis, ringkas, dan dapat diuji berdasarkan ilmu yang terkait.

17
Adapun uji hipotesisnya sebagai berikut:

Ho P=0 : Diduga tidak terdapat pengaruh sistem pengendalian internal piutang

terhadap tingkat penagihan pada PT. Interyasa Ciputat.

Ha P≠0 : Diduga terdapat pengaruh sistem pengendalian internal piutang

terhadap tingkat penagihan pada PT. Interyasa Ciputat.

H. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai skripsi ini, penulis

membuat sistematika penulisan dengan membaginya kebeberapa bab yang

berhubungan satu sama lain. Sistematika penulisan berikut meliputi pendahuluan

sampai bab lima tentang kesimpulan dan saran.

Adapun susunannya sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini merupakan pengantar materi sebagai pendahuluan yang

menguraikan secara garis besar mengenai Latar Belakang

Penelitian, Identifikasi Masalah, Pembatasan Masalah,

Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Kerangka

Pemikiran, Hipotesis, dan Sistematika Penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini menguraikan mengenai landasan teori yang

digunakan untuk membantu memecahkan masalah penelitian,

pembahasan ini meliputi: Hakikat Tinjauan Pustaka, Pengertian

18
Sistem Pengendalian Internal, Pengertian Piutang, Prosedur

Penagihan, Pengaruh sistem pengendalian internal piutang

terhadap tingkat penagihan.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini menjelaskan mengenai pendekatan dan metode yang

digunakan dalam penelitian. Uraian yang disajikan meliputi:

Ruang Lingkup Penelitian, Metode Penelitian, Metode

Pengumpulan Data, Metode Penentuan Populasi dan Sampel,

Metode Analisis Data dan Pengujian Statistik, dan Operasional

Variabel Penelitian.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan gambaran umum obyek penelitian serta

analisis dan hasil penelitian. Pembagian uraian tersebut sebagai

berikut:

A. Gambaran umum objek penelitian

Gambaran ini memuat mengenai Sejarah Umum Perusahaan,

Strategi Perusahaan, Visi dan Misi Perusahaan, Strategi

Perusahaan, Struktur Organisasi Perusahaan, dan Bidang

usaha dan kegiatan usaha perusahaan.

B. Pembahasan dan hasil penelitian

Dalam pembahasan dan hasil penelitian, dijelaskan mengenai

pembahasan Karakteristik Responden, Pelaksanaan Sistem

19
Pengendalian Internal Piutang, Tingkat Penagihan dan

Pengaruh sistem pengendalian internal piutang.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini menguraikan tentang kesimpulan yang dapat ditarik dari

pembahasan dalam penelitian beserta saran-saran dan masukan

yang dapat dijadikan input bagi perusahaan dan pihak lain yang

membutuhkan

20
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hakikat Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka merupakan peninjauan kembali pustaka-pustaka yang

terkait (review of related literature) sesuai dengan arti tersebut, suatu tinjauan

pustaka berfungsi sebagai peninjauan kembali (review) pustaka (laporan

penelitian, dan sebagainya) tentang masalah yang berkaitan tidak selalu harus

tepat identik dengan bidang permasalahan yang dihadapi tetapi termasuk pula

yang seiring dan berkaitan (collateral).

Tinjauan pustaka ini perlu ditegakkan agar penelitian yang dilakukan

mempunyai dasar yang kokoh, dan bukan sekedar perbuatan coba-coba (trial and

error). Dengan adanya penelaahan kepustakaan yang dilakukan ini merupakan ciri

bahwa penelitian tersebut merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data.

B. Sistem Pengendalian Internal Secara Umum

1. Pengertian Sistem Pengendalian Internal

Semakin berkembangnya usaha perusahaan yang terjadi membuat

beban perusahaan bertambah. Untuk itu sejalan dengan semakin

21
berkembangnya usaha perusahaan yang ada maka perusahaan membutuhkan

tenaga dalam melakukan pengamanan mengenai aset yang dimiliki oleh

perusahaan yaitu perusahaan harus ekstra dalam melakukan pengendalian

internal.

Sistem pengendalian internal terdiri atas kebijakan dan prosedur yang

di rancang untuk memberikan kepastian yang layak bagi manajemen, bahwa

perusahaan telah mencapai tujuan dan sasarannya. Ada dua konsep utama

yang melandasi penyusunan dan implementasi pengendalian internal yaitu,

kepastian yang layak dan keterbatasan bawaan. Pengembangan pengendalian

internal juga tentu saja harus mempertimbangkan biaya dan manfaat yang

akan di timbulkan dari penerapan pengendalian tersebut. Keefektifan

pengendalian internal juga tidak terlepas dari kompetensi dan

ketergantungan orang–orang yang menggunakannya.

Sistem pengendalian internal perusahaan pada umumnya di rancang

untuk memberikan jaminan yang memadai bahwa aktiva perusahaan telah di

amankan secara tepat dan bahwa catatan akuntansi dapat di andalkan. Pada

dasarnya, konsep jaminan yang memadai ini sangat terkait langsung dengan

sebuah asumsi yang mengatakan bahwa biaya yang di keluarkan untuk

membentuk/menerapkan prosedur pengendalian seharusnya jangan sampai

melebihi manfaat yang diperkirakan akan timbul/dihasilkan dari pelaksanaan

prosedur pengendalian internal tersebut. Faktor manusia merupakan faktor

yang sangat penting sekali dalam setiap pelaksanaan pengendalian sistem

22
pengendalian internal. Sebuah sistem pengendalian internal yang baik akan

dapat menjadi tidak efektif oleh karena adanya karyawan yang kelelahan,

ceroboh, atau bahkan bersikap acuh tak acuh.

Belum lagi adanya sebuah pandangan umum yang mengatakan

bahwa pada prinsipnya di dunia ini tidak ada sesuatu yang begitu sempurna,

termasuk sistem pengendalian internal yang dijalankan perusahaan. Ukuran

perusahaan juga akan dapat memicu keterbatasan pengendalian internal.

Salah satunya dalam hal penerapan pemisahaan tugas atau memberikan

pengecekan independent /verifikasi internal, mengingat satu karyawan

mungkin saja dapat merangkap mengerjakan beberpa pekerjaan yang

berbeda sekaligus. Dengan adanya sistem pengendalian internal yang baik

pada perusahaan saat ini di harapkan dapat mencegah dan dapat mendeteksi

secara dini mengenai pencegahan penyelewengan dan penyalahgunaan aset

yang ada pada perusahaan.

Beberapa definisi mengenai pengendalian internal yang diantaranya

adalah:

a. Definisi pengendalian internal menurut: “Standar Pekerjaan Lapangan

Yang Kedua” dalam bukunya Auditing (2004:75) adalah sebagai berikut:

“Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk

merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian

yang akan dilakukan”.

23
b. Pengertian pengendalian internal menurut “Ikatan Akuntan Indonesia”

dalam buku Auditing (2004:75) mendefinisikan:

“Pengendalian internal sebagai suatu proses yang di jalankan oleh dewan

komisaris, manajemen dan personel-personel lain entitas yang didesain

untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga

golongan tujuan berikut ini: (a) keandalan pelaporan keuangan, (b)

efektivitas dan efisiensi operasi, dan (c) kepatuhan terhadap hukum dan

peraturan yang berlaku”.

c. Menurut Michael P. Cangemi dan Tommie Singleton dalam bukunya

“Pedoman Pokok Audit Internal” (Harvarindo, 2012:78) mendefinisikan

sistem pengendalian internal sebagai berikut:

“Internal control system is the policies, practices, procedures and tools

designed to:

1. Safeguard corporate assets,

2. Ensure accuracy and reability of date captured and information

products,

3. Promote efficiency,

4. Measure compliance with corporate policies,

5. Measure compliance with regulations, and

6. Manage the negative events and effects from fraud, crime, and

deleterious activities.

24
d. Menurut Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) dalam buku

“Pedoman Pokok Audit Internal” (Harvarindo, 2012:77) mengartikan

bahwa “Pengendalian internal adalah suatu proses yang di jalankan oleh

Dewan Komisaris, manajemen, dan personal lain entitas yang didesain

untuk memberikan keyakinan yang memadai tentang pencapaian tiga

golongan tujuan berikut ini:

1. Keandalan pelaporan keuangan

2. Efektivitas dan efisiensi operasi

3. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.

Dari beberapa definisi diatas mengenai pengendalian internal maka

dapat disimpulkan bahwa pengendalian internal adalah kegiatan atau proses

yang di rencanakan dan dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen, dan

personel – personel lain untuk dapat menjaga secara dini mengenai asset

perusahaan dari penyalahgunaan ataupun penyimpangan yang terjadi.

2. Tujuan Pengendalian Internal

Alasan perusahaan untuk menerapkan sistem pengendalian internal

adalah untuk membantu pimpinan agar perusahaan dapat mencapai tujuan

dengan efisien. Tujuan pengendalian intern adalah untuk memberikan

keyakinan memadai dalam pencapaian tiga golongan tujuan: keandalan

informasi keuangan, kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku,

efektifitas dan efisiensi operasi. Sistem pengendalian internal terdiri atas

25
kebijakan dan prosedur yang dirancang untuk memberikan manajemen

kepastian yang layak bahwa perusahaan telah mencapai tujuan dan

sasarannya. Kebijakan dan prosedur ini sering kali disebut pengendalian, dan

secara kolektif membentuk pengendalian internal entitas tersebut.

Sehingga menurut Alvin Randal Mark dalam bukunya yang berjudul

“Auditing dan Jasa Assurance” (2008:370) dikemukakan bahwa:

Manajemen memiliki tiga tujuan umum dalam merancang sistem

pengendalian internal yang efektif:

a. Realibilitas pelaporan keuangan.

Manajemen memikul baik tanggung jawab hukum maupun profesional

untuk memastikan bahwa informasi telah di sajikan secara wajar sesuai

dengan persyaratan pelaporan seperti prinsip-prinsip akuntansi yang

berlaku umum (GAAP). Tujuan pengendalian internal yang efektif atas

pelaporan keuangan adalah memenuhi tanggung jawab pelaporan

keuangan tersebut.

b. Efisiensi dan efektivitas operasi.

Pengendalian dalam perusahaan akan mendorong pemakaian sumber

daya secara efisien dan efektif untuk mengoptimalkan sasaran-sasaran

perusahaan. Tujuan yang penting dari pengendalian ini adalah

26
memperoleh informasi keuangan dan nonkeuangan yang akurat tentang

operasi perusahaan untuk keperluan pengambilan keputusan.

c. Ketaatan pada hukum dan peraturan

Beberapa hanya berhubungan secara tidak langsung dengan akuntansi,

seperti Undang-Undang perlindungan lingkungan dan hak sipil,

sementara yang lainnya berkaitan erat dengan akuntansi.

Manajemen merancang sistem pengendalian internal untuk

mencapai ketiga tujuan ini. Fokus auditor, baik dalam audit atas laporan

keuangan maupun audit atas pengendalian internal, tertuju pada

pengendalian atas reliabilitas pelaporan keuangan ditambah pengendalian

atas operasi dan ketaatan pada hukum serta peraturan yang dapat secara

material mempengaruhi pelaporan keuangan.

Sedangkan menurut Marshall dan Paul John dalam bukunya yang

berjudul “Accounting Informasi System” (2006:229) menerangkan bahwa

tujuan pengendalian internal menerangkan bahwa:

“Tujuan pengendalian internal adalah rencana organisasi dan metode

bisnis yang dipergunakan untuk menjaga asset, memberikan informasi yang

akurat dan andal, mendorong dan memperbaiki efisiensi jalannya

organisasi, serta mendorong kesesuaian dengan kebijakan yang telah

ditetapkan”.

27
Berdasarkan beberapa tujuan pengendalian internal yang

disebutkan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan yang utama dari

pengendalian internal adalah untuk menjaga asset perusahaan dari

kemungkinan terjadinya penyalahgunaan atau penyelewengan, memberikan

informasi yang akurat dan andal mengenai laporan keuangan dan

nonkeuangan secara akurat tentang operasi perusahaan untuk pengambilan

keputusan sesuai dengan ketetapan hukum yang berlaku.

3. Tanggung Jawab Manajemen dan Auditor Terhadap Pengendalian

Internal

Tanggung jawab atas pengendalian internal berbeda antara

manajemen dan auditor. Manajemen bertanggung jawab untuk menetapkan

dan menyelenggarakan pengendalian internal entitas. Manajemen, bukan

auditor, yang harus menetapkan dan menyelenggarakan pengendalian

internal entitas. Konsep ini konsisten dengan persyaratan bahwa manajemen,

bukan auditor, yang bertanggung jawab atas penyusunan laporan keuangan.

Manajemen juga harus mengidentifikasi kerangka kerja yang

digunakan untuk mengevaluasi keefektivan pengendalian internal. Kerangka

kerja pengendalian internal yang digunakan oleh sebagian besar perusahaan

adalah Internal Control Integrated Frramwork” yang dikeluarkan Commitee

Of Sponsoring Organizations dari treadway Commision”. Penilaian

28
manajemen mengenai pengendalian internal atas pelaporan keuangan dari

dua komponen utama yaitu:

a. Rancangan Pengendalian Internal

Manajemen harus mengevaluasi apakah pengendalian telah dirancang

dan diberlakukan untuk mencegah atau mendeteksi salah saji yang

material dalam laporan keuangan. Hal ini termasuk mengevaluasi

bagaimana transaksi yang signifikan dimulai, diotorisasi, dicatat,

diproses, dan di laporkan untuk mengidentifikasi titik-titik arus transaksi

dimana salah saji yang material akibat kekeliruan atau kecurangan bisa

saja terjadi.

b. Efektivitas Pelaksanaan Pengendalian

Manajemen juga harus menguji efektivitas pelaksanaan pengendalian.

Tujuan pengujian ini adalah untuk menentukan apakah pengendalian

telah berjalan seperti yang dirancang, dan apakah orang yang

melaksanakan memiliki kewenangan serta kualifikasi yang diperlukan

untuk melaksanakan pengendalian itu secara efektiv. Hasil pengujian

manajemen yang juga harus didokumentasikan, akan membentuk dasar

bagi asersi manajemen pada akhir tahun fiscal mengenai efektivitas

pelaksanaan pengendalian.

29
c. Pengendalian atas reliabilitas pelaporan keuangan

Untuk mematuhi standar pekerjaan lapangan yang kedua, auditor

terutama berfokus pada pengendalian yang berhubungan dengan

perhatian manajemen yang pertama dalam pengendalian internal:

realibilitas pelaporan keuangan.

d. Pengendalian atas kelas-kelas transaksi

Auditor menekankan pengendalian internal atas kelas-kelas transaksi,

dan bukan saldo akun, karena keakuratan output sistem akuntansi (saldo

akun) sangat tergantung pada keakuratan input dan pemrosesan

(transaksi). Disisi lain jika pengendalian internal digunakan untuk

memastikan ketepatan penagihan, penerimaan kas, retur penjualan, dan

pengurangan harga, serta penghapusan memadai saldo akhir piutang

usaha mungkin akan benar.

Sedangkan tanggung jawab auditor adalah menurut Alvin Randal

Mark dalam bukunya “Auditing dan Jasa Assurance” (2006:375) untuk

menyatakan pendapat mengenai pengendalian, auditor harus memahami dan

melakukan pengujian atas pengendalian untuk semua saldo akun, kelas

transaksi, dan pengungkapan yang signifikan, serta asersi terkait dalam

laporan keuangan. Selain itu menurut Hery dalam bukunya “Auditing 1

(Dasar-Dasar Pemeriksaan Akuntansi)” (2011:88) menyatakan bahwa:

30
“Tanggung jawab atas pengendalian internal berbeda antara manajemen

dan auditor. Manajemen bertanggung jawab untuk merancang dan

menerapkan sistem pengendalian internal, serta melaporkan secara

transparan perihal efektivitas pelaksanaan pengendalian. Sebaliknya

tanggung jawab auditor sehubungan dengan pengendalian internal adalah

memahami dan melakukan pengujian pengendalian internal atas pelaporan

keuangan. Auditor juga berkewajiban untuk menerbitkan laporan audit

tentang penilaian manajemen atas pengendalian internalnya, termasuk

pendapat auditor mengenai keefektivan pelaksanaan pengendalian ini”.

Berdasarkan beberapa tanggung jawab manajemen dan auditor

mengenai pengendalian internal maka dapat disimpulkan bahwa

sesungguhnya tanggung jawab manajemen harus mengembangkan

pengendalian internal yang akan memberikan kepastian yang layak bahwa

laporan keuangan telah disajikan secara wajar dan selain itu dalam

pengembangan pengendalian juga harus memperhatikan biaya dan manfaat

yang akan ditimbulkan dari penerapan pengendalian internal tersebut.

Sedangkan tanggung jawab auditor adalah untuk mengungkap pelaporan

keuangan yang curang secara material dan misappropriation aktiva

(kecurangan yang melibatkan pencurian aktiva) serta tindakan yang illegal

yang berpengaruh langsung terhadap kewajaran laporan keuangan

31
4. Struktur Pengendalian Intern (Internal control structure)

Menurut Krismiaji, dalam bukunya “Sistem Informasi Akuntansi”

(2010:219) kebijakan dan prosedur yang ditetapkan untuk memberikan

jaminan yang layak bahwa tujuan khusus organisasi akan dicapai. Struktur

pengendalian intern ini memiliki 3 elemen yaitu:

a. Lingkungan pengedalian

Lingkungan pengendalian menggambarkan efek kolektif dari

berbagai faktor pada penetapan, peningkatan, atau penurunan efektivitas

prosedur dan kebijakan khusus. Faktor-faktor tersebut adalah berupa:

1. Komitmen terhadap integritas dan nilai etika

2. Filosofi dan gaya operasi manajemen

3. Struktur organisasi

4. Komite audit dewan direktur

5. Metode penetapan wewenang dan tanggung jawab

6. Praktik dan kebijakan sumberdaya manusia

7. Berbagai pengaruh eksternal lainnya yang mempengaruhi kegiatan

dan praktik organisasi.

32
b. Sistem akuntansi

Sistem akuntansi terdiri atas metode dan catatan yang ditetapkan

untuk mengidentifikasi, merangkai, menganalisis, menggolongkan,

mencatat, dan melaporkan transaksi-transaksi perusahaan dan untuk

memelihara akuntabilitas aktiva dan kewajiban yang terkait. Sistem

akuntansi yang efektif memberikan dasar yang memadai untuk penetapan

metode dan catatan yang akan berfungsi sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi dan mencatat seluruh transaksi yang sah

2. Menguraikan secara tepat waktu transaksi bisnis secara rinci

sehingga memungkinkan klasifikasi transaksi secara tepat untuk

pelaporan keuangan.

3. Mengukur nilai transaksi secara tepat sehingga memungkinkan

pencatatan sebesar nilai moneternya dalam laporan keuangan

4. Menentukan periode waktu terjadinya transaksi sehingga

memungkinkan pencatatan transaksi dalam periode akuntansi yang

tepat.

5. Menyajikan secara tepat transaksi dan pengungkapan lain yang

terkait dalam laporan.

33
c. Prosedur Pengendalian

Prosedur pengendalian merupakan kebijakan dan prosedur yang

ditambahkan ke lingkungan pengendalian dan sistem akuntansi yang

telah ditetapkan oleh manajemen untuk memberikan jaminan yang layak

bahwa tujuan khusus organisasi akan dicapai. Cakupan organisasi

tersebut meliputi:

1. Otorisasi yang tepat terhadap transaksi dan aktivitas

2. Pemisahan tugas yang mengurangi peluang bagi seseorang untuk

melakukan kesalahan dalam tugas rutinnya, yaitu dengan

menempatkan orang yang berbeda pada fungsi otorisasi transaksi,

pencatatan transaksi, dan penjagaan aktiva.

3. Perancangan dan penggunaan dokumen dan catatan untuk membantu

menjamin pencatatan transaksi secara tepat.

4. Penjagaan yang memadai terhadap akses dan penggunaan aktiva dan

catatan

5. Pengecekan independen terhadap kinerja dan penilaian yang tepat

terhadap nilai yang tercatat.

34
5. Komponen-Komponen Pengendalian Internal

Setiap komponen mengandung banyak pengendalian, tetapi auditor

hanya akan berfokus pada pengendalian yang di rancang untuk mencegah

atau mendeteksi salah saji yang material dalam laporan keuangan. Inti dari

organisasi yang dikendalikan secara efektif terletak pada sikap

manajemennya. Jika manajemen puncak percaya bahwa pengendalian

memang penting, anggota organisasi lainnya akan merasakan hal itu dan

menanggapi dengan mengamati secara hati-hati pengendalian yang

ditetapkan. Jika anggota organisasi itu merasa bahwa pengendalian tidak

begitu diperhatikan oleh manajemen puncak, hampir dapat dipastikan bahwa

tujuan pengendalian manajemen tidak akan tercapai secara efektif.

Adapun komponen-komponen pengendalian internal menurut COSO

dalam buku “Auditing dan Jasa Assurance” (2006:376) menjelaskan bahwa:

a. Lingkungan Pengendalian (Control Environment)

Lingkungan pengendalian berfungsi sebagai payung bagi

keempat komponen pengendalian internal lainnya. Lingkungan

pengendalian terdiri atas tindakan, kebijakan, dan prosedur yang

mencerminkan sikap manajemen puncak, para direktur, dan pemilik

entitas secara keseluruhan mengenai pengendalian internal serta arti

pentingnya bagi entitas tersebut.

35
Untuk memahami dan menilai lingkungan pengendalian, auditor

harus mempertimbangkan subkomponen dari lingkungan pengendalian

itu sendiri, yaitu:

1. Integritas dan Nilai-nilai Etis

Integritas dan nilai-nilai etis adalah produk dari standar etika dan

perilaku entitas, serta bagaimana standar itu dikomunikasikan dan

diberlakukan dalam praktik. Subkomponen ini meliputi tindakan

manajemen untuk menghilangkan atau mengurangi dorongan dan

godaan yang mungkin membuat karyawan melakukan tindakan tidak

jujur, ilegal, atau tidak etis. Caranya adalah melalui sosialisasi

kepada karyawan perihal nilai-nilai entitas yang harus dipegang

teguh dan dijalankan oleh seluruh karyawan. Integritas dan nilai-nilai

etis ini dituangkan dalam sebuah standar etika atau kode perilaku.

2. Komitmen Pada Kompetensi

Kompetensi adalah pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan

untuk menyelesaikan tugas mendefinisikan pekerjaan seseorang.

Komitmen pada kompetensi meliputi pertimbangan manajemen

tentang tingkat kompetensi bagi pekerjaan tertentu, dan bagaimana

tingkatan tersebut diterjemahkan menjadi keterampilan dan

pengetahuan yang diperlukan. Maksudnya adalah setiap karyawan

36
diharapkan dapat menjalankan tugas dan pekerjaannya sesuai dengan

tingkat keterampilan dan pengetahuan yang dimilikinya.

3. Partisipasi Dewan Komisaris atau Komite Audit

Dewan komisaris berperan penting dalam tata kelola korporasi yang

efektif karena memikul tanggung jawab akhir untuk memastikan

manajemen telah mengimplementasikan pengendalian internal dan

proses pelaporan keuangan yang layak. Dewan komisaris yang

efektif independen dengan manajemen, dan para anggotanya terus

meneliti dan terlibat dalam aktifitas manajemen. Meskipun

mendelegasikan tanggung jawabnya atas pengendalian internal

kepada manajemen, dewan harus secara teratur menilai pengendalian

tersebut. Selain itu dewan yang aktif dan objektif sering kali juga

dapat mengurangi kemungkinan bahwa manajemen

mengesampingkan pengendalian yang ada. Untuk membantunya

melakukan pengawasan, dewan membentuk komite audit yang

diserahi tanggung jawab mengawasi pelaporan keuangan. Komite

audit juga bertanggung jawab untuk melakukan komunikasi yang

berkelanjutan dengan auditor eksternal maupun internal, termasuk

menyetujui jasa audit dan nonaudit yang dilakukan oleh para auditor

perusahaan publik. Hal ini memungkinkan para auditor dan direktur

membahas berbagai masalah yang mungkin berhubungan dengan hal-

hal seperti integritas atau tindakan manajemen.

37
4. Filosofi dan Gaya Operasi Manajemen

Manajemen melalui aktivitasnya, memberikan isyarat yang jelas

kepada para karyawan tentang pentingnya pengendalian internal.

Memahami aspek ini serta aspek-aspek serupa dalam filosofi dan

gaya operasi manajemen akan membuat auditor dapat merasakan

sikap manajemen tentang pengendalian internal

5. Struktur Organisasi

Struktur organisasi entitas menentukan garis-garis tanggung jawab

dan kewenangan yang ada. Dengan memahami struktur organisasi

perusahaan, auditor dapat mempelajari pengelolaan dan unsur-unsur

fungsional bisnis serta melihat bagaimana pengendalian

diimplementasikan.

6. Kebijakan dan Praktik Sumber Daya Manusia

Aspek paling penting dari pengendalian internal adalah personil. Jika

para karyawan kompeten dan bisa dipercaya, pengendalian lainnya

dapat diabaikan, dan laporan keuangan yang andal masih akan

dihasilkan. Orang-orang yang tidak kompeten atau tidak jujur bisa

merusak sistem, meskipun ada banyak pengendalian yang diterapkan.

Orang-orang yang jujur dan efisien mampu mencapai kinerja yang

tinggi meskipun hanya ada segelintir pengendalian yang lain untuk

38
mendukung mereka. Akan tetapi, orang-orang yang kompeten dan

terpercaya sekalipun bisa saja memiliki kekurangan.

b. Penilaian Resiko (Risk Assessment)

Penilaian resiko atas pelaporan keuangan adalah tindakan yang

dilakukan manajemen untuk mengidentifikasi dan menganalisis resiko-

resiko yang relevan dengan penyusunan laporan keuangan yang sesuai.

Demikian pula, kegagalan untuk memenuhi tujuan sebelumnya, mutu

personil, penyebaran geografis operasi perusahaan, signifikansi dan

kompleksitas proses bisnis inti, pengenalan teknologi informasi yang

baru, dan munculnya pesaing baru, semuanya merupakan contoh faktor-

faktor yang dapat meningkatkan resiko. Setelah mengidentifikasi suatu

resiko, manajemen mengestimasi signifikansi resiko itu, menilai

kemungkinan terjadinya resiko dan mengembangkan tindakan khusus

yang diperlukan untuk mengurangi resiko itu ketingkat yang dapat

diterima.

c. Aktivitas Pengendalian (Control Activities)

Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur, selain

yang sudah termasuk dalam empat komponen lainnya, yang membantu

memastikan bahwa tindakan yang diperlukan telah diambil untuk

menangani risiko guna mecapai tujuan entitas. Aktivitas pengendalian

pada umumnya dibagi menjadi lima jenis berikut ini:

39
1. Pemisahan Tugas yang Memadai

Ada empat pedoman umum menyangkut pemisahan tugas yang

memadai untuk mencegah baik kecurangan maupun kekeliruan yang

terutama penting bagi auditor. Empat pedoman tersebut adalah

seperti pemisahan penyimpanan aktiva dari akuntansi, pemisahan

otorisasi transaksi dari penyimpanan aktiva terkait, pemisahan

tanggung jawab operasional dari tanggung jawab pencatatan,

pemisahan tugas TI dari departemen pemakai.

2. Otorisasi yang tepat atas transaksi dan aktivitas

Agar pengendalian berjalan dengan baik, setiap transaksi harus

diotorisasi dengan tepat. Jika setiap orang dalam suatu organisasi

bisa memperoleh atau menggunakan aktiva seenaknya, hal itu akan

menimbulkan kekacauan. Otorisasi dapat bersifat umum atau khusus.

Dengan otorisasi umum, manejemen menetapkan kebijakan, dan para

bawahan di instruksikan untuk mengimplementasikan otorisasi

umum tersebut dengan menyetujui semua transaksi dalam batas yang

ditetapkan oleh kebijakan itu.

3. Dokumen dan catatan yang memadai

Dokumen dan catatan adalah objek fisik dimana transaksi akan

dicantumkan serta diikhtisarkan. Dokumen dan catatan meliputi

40
berbagai item seperti faktur penjualan, pesanan pembelian, catatan

pembantu, jurnal penjualan, dan kartu absensi karyawan. Banyak dari

dokumen dan catatan tersebut disimpan dan dalam file computer

sampai waktunya dicetak. Prinsip-prinsip tertentu akan mengatur

perencanaan dan penggunaan dokumen serta catatan yang baik.

Dokumen dan catatan harus:

a. Dipranomori secara berurutan untuk memudahkan pengendalian

atas dokumen yang hilang dan sebagai alat bantu untuk mencari

dokumen itu ketika diperlukan di kemudian hari. Dokumen yang

dipranomori penting bagi tujuan kelengkapan audit yang terkait

dengan transaksi.

b. Disiapkan pada waktu transaksi berlangsung, atau sesegera

mungkin, untuk meminimalkan kesalahan penetapan waktu.

c. Dirancang untuk berbagai penggunaan, jika mungkin, guna

meminimalkan jumlah formulir yang berbeda. Sebagai contoh,

dokumen pengiriman yang dirancang dan digunakan dengan baik

dapat menjadi dasar untuk mengeluarkan barang dari gudang ke

departemen pengiriman, memberitahu departemen penagihan

mengenai jumlah barang yang harus ditagihkan kepada pelanggan

berkut tanggal penagihan yang tepat, serta memutakhirkan

catatan persediaan perpetual.

41
d. Dibuat sedemikian rupa sehingga memudahkan penyiapan yang

benar. Hal ini dapat dilakukan dengan pengecekan secara internal

formulir atau catatan itu. Sebagai contoh, dalam suatu dokumen

dapat juga dicantumkan instruksi untuk membuat urutan

penyerahan yang benar, tempat kosong untuk otorisasi dan

persetujuan, serta kolom-kolom khusus yang dirancang untuk

data numerik.

4. Pengendalian fisik atas aktiva dan catatan

Untuk menyelenggarakan pengendalian internal yang memadai,

aktiva dan catatan harus dilindungi. Jika dibiarkan tidak terlindungi,

aktiva itu bisa dicuri. Jika tidak terlindungi secara memadai, catatan

bisa dicuri, rusak, atau hilang, yang dapat sangat menggangu proses

akuntansi dan operasi bisnis. Jika suatu perusahaan sangat

terkomputerisasi, peralatan computer, program, dan file datanya

harus dilindungi. File data adalah catatan perusahaan dan jika rusak

rekonstruksinya bisa sangat mahal atau bahkan mustahil.

5. Pemeriksaan Independen atau Kinerja

Kategori terakhir dari aktivitas pengendalian adalah review yang

cermat dan berkelanjutan atas keempat hal lainnya, yang sering kali

disebut pemeriksaan independen (Independent Checks) atau

verifikasi internal. Kebutuhan akan pemeriksaan independen timbul

42
karena pengendalian internal cenderung berubah seiring dengan

berlalunya waktu, kecuali review sering dilakukan. Personil mungkin

telah melupakan atau sengaja tidak mengikuti prosedur, atau mereka

mungkin ceroboh kecuali ada yang mengamati dan mengevaluasi

kinerja mereka. Tanpa menghiraukan kualitas pengendalian, personil

bisa berbuat keliru atau melakukan kecurangan. Personil yang

bertanggung jawab melakukan prosedur verifikasi internal harus

independen dari individu yang semula bertanggung jawab

menyiapkan data. Sarana verifikasi internal yang paling murah

adalah pemisahan tugas.

d. Informasi dan Komunikasi

Tujuan sistem informasi dan komunikasi akuntansi dari entitas adalah

untuk memulai, mencatat, memroses, dan melaporkan transaksi yang

dilakukan entitas itu serta mempertahankan akuntabilitas aktiva terkait.

Sistem informasi dan komunikasi akuntansi mempunyai beberapa

subkomponen, yang biasanya terdiri atas kelas-kelas transaksi seperti

penjualan, retur penjualan, penerimaan kas, akuisisi, dan sebagainya.

e. Pemantauan (Monitoring)

Aktivitas pemantauan berhubungan dengan penilaian mutu pengendalian

internal secara berkelanjutan atau periodik oleh manajemen untuk

menentukan bahwa pengendalian itu telah beroperasi seperti yang

43
diharapkan, dan telah dimodifikasi sesuai dengan perubahan kondisi.

Informasi yang dinilai ini berasal dari berbagai sumber, termasuk studi

atas pengendalian internal yang ada, laporan auditor internal, pelaporan

pengecualian tentang aktivitas pengendalian, laporan dari pembuat

peraturan seperti badan pengatur bank, umpan balik dari personil

operasional, dan keluhan pelanggan tentang jumlah tagihan.

Dengan demikian dari penjelasan diatas mengenai komponen-

komponen pengendalian dapat disimpulkan bahwa dengan adanya lima

komponen menurut COSO yaitu lingkungan pengendalian, menggambarkan

tentang tindakan dan prosedur yang dapat mencerminkan sikap manajemen

puncak, direktur, dan memiliki entitas secara keseluruhan tentang

pengendalian internal dan arti pentingnya, penilaian resiko dapat

mengindentifikasi dan menganalisis oleh manajemen terhadap resiko yang

relevan dengan penyusunan laporan keuangan, aktivitas pengendalian yang

meliputi kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan manajemen untuk

mencapai tujuannya bagi pelaporan keuangan, sedangkan informasi dan

komunikasi merupakan metode yang digunakan untuk memulai, mencatat,

memroses dan melaporkan transaksi entitas serta mempertahankan

akuntabilitas aktiva terkait dan komponen yang terakhir adalah pemantauan

atau monitoring yaitu untuk penilaian berkelanjutan dan periodik oleh

manajemen terhadap pelaksanaan pengendalian internal untuk menentukan

apakah pengendalian telah berjalan seperti ynag dimaksud dan dimodifikasi

44
bila perlu. Jadi betapa pentingnya komponen-komponen pengendalian

tersebut untuk perkembangan perusahaan guna menjaga penyelewengan

aktiva dari para personil yang akan berbuat curang terhadap aktiva

perusahaan tersebut.

6. Keterbatasan Pengendalain Internal

Sistem pengendalian internal perusahaan pada umumnya dirancang

untuk memberikan jaminan yang memadai bahwa aktiva perusahaan telah

diamankan secara tepat dan bahwa catatan akuntansi dapat diandalkan. Pada

dasarnya, konsep jaminan yang memadai ini sangat terkait langsung dengan

sebuah asumsi yang mengatakan bahwa biaya yang dikeluarkan untuk

membentuk/menerapkan prosedur pengendalian seharusnya jangan sampai

melebihi manfaat yang diperkirakan akan timbul/dihasilkan dari pelaksanaan

prosedur pengendalian tersebut.

Menurut Hery dalam bukunya “Auditing I Dasar-Dasar Pemeriksaan

Akuntansi” (2011:102) mengungkapkan bahwa keterbatasan pengendalian

internal adalah:

“Sebuah pandangan umum yang mengatakan bahwa pada prinsipnya

didunia ini tidak ada sesuatu yang begitu sempurna, termasuk sistem

pengendalian internal yang dijalankan perusahaan. Terakhir ukuran

perusahaan juga akan dapat memicu keterbatasan pengendalian internal.

Dalam perusahaan yang berskala kecil, sebagai contoh, mungkin akan

45
sangat sulit untuk menerapkan pemisahan tugas atau memberikan

pengecekan independen/verifikasi internal, mengingat satu karyawan

mungkin saja dapat merangkap mengerjakan beberapa pekerjaan yang

berbeda sekaligus”.

C. Piutang Usaha

1. Pengertian Piutang Usaha

Pengakuan pendapatan pada umumnya berhubungan dengan

pengakuan piutang usaha. Oleh karena pendapatan umumnya dicatat ketika

proses menghasilkan selesai dan janji pembayaran yang valid (pembayaran

itu sendiri) diterima, maka selanjutnya piutang usaha yang timbul dari

penjualan barang secara umum di akui ketika kepemilikan barang dialihkan

ke pembeli yang terpercaya. Saat berpindahnya kepemilikan barang berbeda-

beda tergantung pada syarat penjualannya, oleh sebab itu merupakan hal

normal untuk mengakui piutang usaha ketika barang dikirim ke pelanggan.

Pada titik inilah kriteria pengakuan pendapatan umumnya terpenuhi.

Pendapatan tidak harus diakui atas barang yang dikirim atas

persetujuan, ketika pelanggan menunda kepemilikan barang sampai ada

penerimaan formal, atau untuk barang yang dikirim sebagai konsinyasi

dengan pengirim tetap merupakan pemilik barang hingga barang tersebut

46
dijual oleh pihak yang menerima konsinyasi. Piutang usaha yang diberikan

pada pelanggan akan diakui dengan tepat ketika jasa dilaksanakan

Piutang usaha mewakili pemberian kredit jangka pendek ke

pelanggan. Pembayaran umumnya jatuh tempo dalam 30 hingga 60 hari.

Persyaratan kredit biasanya merupakan perjanjian informal antara penjual

dan pembeli yang didukung oleh dokumen bisnis seperti faktur penjualan,

order penjualan, dan kontrak pengirimannya. Beberapa para ahli

mengartikan piutang usaha sebagai berikut:

a. Piutang usaha menurut Sukrisno Agoes dalam bukunya “Auditing”

(2004:173) menerangkan bahwa Piutang usaha adalah piutang yang

berasal dari penjualan barang dagangan atau jasa secara kredit.

b. Sedangkan menurut James dkk, dalam bukunya “Pengantar Akuntansi”

(2009:437) menyatakan bahwa piutang usaha adalah transaksi paling

umum yang menghasilkan piutang adalah penjualan barang atau jasa

secara kredit, piutang semacam ini biasanya diharapkan dapat ditagih

dalam waktu dekat, misalnya 30 hari atau 60 hari, piutang ini

digolongkan sebagai asset lancar di neraca.

c. Menurut Warren Reeve dan Fess (2005:404) menyatakan bahwa yang

dimaksud dengan piutang adalah sebagai berikut: ”Piutang meliputi

semua klaim dalam bentuk uang terhadap pihak lainnya, termasuk

individu, perusahaan atau organisasi lainnya”.

47
d. Soemarso (2004:338) mendefinisikan piutang sebagai berikut:

Merupakan kebiasaan bagi perusahaan untuk memberikan kelonggaran–

kelonggaran yang di berikan biasanya dalam bentuk memperbolehkan

para pelanggan tersebut membayar kemudian atas penjualan barang atau

jasa yang di lakukan.

Dari definisi menurut beberapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa

piutang usaha merupakan suatu piutang yang dihasilkan melalui proses

penjualan barang atau jasa yang dilakukan secara kredit dengan harapan

dapat tertagih dalam waktu dekat atau pendek, misalnya 30 hari atau 60 hari

dengan memberikan kelonggaran-kelonggaran dalam pembayaran sesuai

dengan yang disepakati antara penjual dan juga pembeli.

Jurnal yang dicatat pada saat pengakuan pendapatan dan juga

piutang atas penjualan barang atau jasa adalah sebagai berikut:

Piutang usaha xxx

Penjualan xxx

Ketika jumlah piutang tersebut dapat tertagih, maka jurnal yang

harus dibuat adalah sebagai berikut:

Kas xxx

Piutang Usaha xxx

48
2. Klasifikasi Piutang

Sebagian besar piutang ini berasal dari penyediaan jasa atau

penjualan barang usaha secara kredit. Oleh karena itu piutang dapat

diklasifikasikan menurut Warren Reeve Fess dalam bukunya “Pengantar

Akuntansi” (2004:404) yaitu:

a. Piutang Usaha

Transaksi paling umum yang menciptakan piutang adalah penjualan

barang dagang atau jasa secara kredit. Piutang dicatat dengan cara

mendebet akun piutang usaha. Piutang usaha nomarlnya diperkirakan

akan tertagih dalam periode waktu yang relative pendek, seperti 30 atau

60 hari. Piutang usaha diklasifikasikan dineraca sebagai aktiva lancar.

b. Wesel Tagih

Wesel tagih (notes receivable) adalah jumlah yang tertuang bagi

pelanggan disaat perusahaan telah menerbitkan surat utang formal.

Sepanjang wesel tagih diperkirakan akan tertagih dalam setahun, maka

biasanya diklasifikasikan dalam neraca sebagai aktiva lancar. Wesel

biasanya digunakan untuk periode kredit lebih dari 60 hari. Wesel bisa

digunakan untuk menyelesaikan piutang usaha pelanggan. Bila wesel

tagih dan piutang usaha berasal dari transaksi penjualan, maka hal itu

dapat dikatakan piutang dagang.

49
c. Piutang Lain-Lain

Piutang lain-lain biasanya disajikan secara terpisah dalam neraca. Jika

piutang ini diharapkan akan tertagih dalam satu tahun, maka piutang

tersebut diklasifikasikan sebagai aktiva tidak lancar. Jika penagihannya

lebih dari satu tahun, maka piutang ini diklasifikan sebagai aktiva tidak

lancar dan dilaporkan dibawah judul investasi. Piutang lain-lain (other

receivable) meliputi piutang bunga, piutang pajak, dan piutang dari

pejabat atau karyawan perusahaan.

3. Pengendalian Internal Atas Piutang

Pengendalian internal atas piutang menurut Wareen Reeve Fees

dalam bukunya “Pengantar Akuntansi” (2004:405) dilakukan melalui

pemisahan fungsi yaitu fungsi persetujuan kredit, fungsi penjualan, fungsi

akuntansi, dan fungsi penagihan harus dipisahkan. Individu yang

bertanggung jawab menangani penjualan harus dipisahkan dari individu

yang menangani akuntansi untuk piutang dan persetujuan kredit. Fungsi

akuntansi dan persetujuan kredit bertindak sebagai pemeriksa independen

atas fungsi penjualan. Karyawan yang menangani akuntansi untuk piutang

tidak boleh terlibat dalam penagihan piutang. Dengan adanya pemisahan

fungsi ini akan mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahan dan

penyalahgunaan dana.

50
4. Tujuan Pemeriksaan Piutang

Berdasarkan Sukrisno Agoes dalam bukunya Auditing (2004:172)

mengatakan bahwa tujuan pemeriksaan piutang sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui apakah terdapat pengendalian internal (Intern

Control) yang baik atas piutang dan transaksi penjualan, piutang dan

penerimaan kas. Beberapa ciri internal control yang baik atas piutang dan

transaksi penjualan, piutang dan penerimaan kas adalah:

1. Adanya pemisahan tugas dan tanggung jawab antara yang melakukan

penjualan, mengirimkan barang, melakukan penagiha, memberikan

otorisasi atas penjualan kredit, membuat faktur penjualan dan

melakukan pencatatan.

2. Digunakannya formulir-formulir yang bernomor urut tercetak

(Prenumbered), misalnya sales order (Pesanan Penjualan), sales

invoice (Faktur Penjualan), delivery order (Surat pengiriman barang),

credit memo, official receipt (kwitansi).

3. Digunakannya price list (Daftar harga jual) dan setiap penyimpangan

dari price list atau setiap discount yang diberikan kepada pelanggan

harus disetujui oleh pejabat perusahaan yang berwenang.

51
4. Diadakannya sub buku besar piutang atau kartu piutang (accounts

receivable subledger card) untuk masing-masing pelanggan yang

selalu diupdate (dimutakhirkan)

5. Setiap akhir bulan dibuat aging schedule piutang (analisis umur

piutang)

6. Setiap akhir jumlah saldo piutang dari masing-masing pelanggan

dibandingkan (direconcile) dengan saldo piutang menurut buku

besar.

7. Setiap akhir bulan dikirim monthly statement of account kepada

masing-masing pelanggan

8. Uang kas, check atau giro yang diterima dari pelanggan harus disetor

dalam jumlah seutuhnya (intact) paling lambat keesokan harinya.

9. Mutasi kredit di perkiraan piutang (buku besar, dan sub buku besar)

yang berasal dari retur penjualan dan penghapusan piutang harus

diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang berwenang

10. Setiap pinjaman yang di berikan kepada pegawai, direksi, pemegang

saham dan perusahaan afiliasi harus diotorisasi oleh pejabat

perusahaan yang berwenang, didukung oleh bukti-bukti yang lengkap

dan dijelaskan apakah dikenakan bunga atau tidak.

52
b. Untuk memeriksa validity dan authenticity dari piutang

Validity maksudnya apakah piutang itu sah, masih berlaku, dalam arti

diakui oleh yang mempunyai hutang. Authenticity maksudnya apakah

piutang itu didukung oleh bukti-bukti yang otentik seperti sales order,

delivery order, yang sudah ditandatangani oleh pelanggan sebagai bukti

bahwa pelanggan telah menerima barang yang di pesan, dan faktur

penjualan.

c. Untuk memeriksa collectibility piutang dan cukup tidaknya allowance

forbad debt.

Collectibility maksudnya adalah kemungkinan tertagihnya

piutang. Piutang harus di sajikan dineraca sebesar jumlah yang

diperkirakan bisa di tagih. Karena itu jumlah yang diperkirakan tidak

bisa di tagih harus dibuatkan penyisihan dalam jumlah yang cukup.

Selain itu piutang yang sudah pasti tidak bisa ditagih harus dihapuskan

dengan mendebit perkiraan penyisihan piutang (jika sebelumnya sudah

pernah dibuat penyisihan piutang) atau biaya penyisihan piutang (jika

belum pernah dibuat penyisihan piutang) dan mengkredit perkiraan

piutang. Auditor harus memeriksa cukup tidaknya allowance for bad

debt karena:

1. Jika allowance yang dibuat terlalu besar maka akibatnya piutang

disajikan terlalu kecil (Understated) dan biaya penyisihan piutang

53
terlalu besar (Overstated) dan biaya laba rugi terlalu kecil

(Understated).

2. Jika allowance yang di buat terlalu kecil maka akibatnya piutang

yang disajikan overstated, biaya penyisihan piutang understated dan

laba rugi overstated.

d. Untuk mengetahui apakah ada kewajiban bersyarat yang timbul dari

pendiskontoan wesel tagih.

Jika perusahaan mempunyai wesel tagih yang didiskontokan ke

bank sebelum tanggal jatuh temponya, maka pada tanggal neraca harus

diungkapkan adanya contingent liability yang berasal dari pendiskontoan

wesel tagih tersebut. Karena jika pada tanggal jatuh tempo si penarik

wesel tidak sanggup melunasi wesel tersebut ke bank, maka perusahaan,

yang mendiskontokan wesel tersebut ke bank, yang harus melunasi wesel

berikut bunganya ke bank.

e. Untuk memeriksa apakah penyajian piutang di neraca sesuai dengan

prinsip akuntansi yang berlaku umum di indonesia/SAK.

1. Piutang usaha, wesel tagih dan piutang lain-lain harus disajikan

secara terpisah dengan identifikasi yang jelas

2. Piutang dinyatakan sebesar jumlah kotor tagihan dikurangi dengan

taksiran jumlah yang tidak dapat ditagih. Jumlah kotor piutang harus

54
tetap disajikan pada neraca diikuti dengan penyisihan untuk piutang

yang diragukan atau taksiran jumlah yang tidak dapat ditagih.

3. Saldo kredit piutang individual jika jumlahnya material harus

disajikan dalam kelompok kewajiban.

4. Jumlah piutang yang dijaminkan harus diungkapkan dalam catatan

atas laporan keuangan.

5. Kewajiban bersyarat dalam hubungannya dengan penjualan piutang

yang disertai perjanjian untuk dibeli kembali (sale of accounts

receivable / notes receivable discounted, with recourse) kepada suatu

lembaga keuangan harus dijelaskan secukupnya.

Selain itu piutang pegawai, piutang direksi, pemegang saham,

piutang perusahaan afiliasi harus di laporkan tersendiri dan dijelaskan

apakah dikenakan bunga atau tidak.

5. Piutang Tak Tertagih

Piutang tak tertagih (uncollectible receivable), perusahaan selalu

berupaya membatasi nilai piutang tak tertagih dengan menerapkan beragam

perangkat pengendalian. Pengendalian yang paling penting disini

berhubungan dengan fungsi pengesahan kredit. Pengendalian ini biasanya

melibatkan penyelidikan atas kredibilitas pelanggan, dengan menggunakan

referensi dan pemeriksaan atas latar belakang pelanggan.

55
Setelah piutang jatuh tempo, perusahaan akan menngunakan

prosedur-prosedur untuk memaksimumkan penagihan piutang tersebut. Jika

setelah upaya berulang-ulang ternyata gagal, maka perusahaan dapat

menyewa jasa agensi penagihan (debt collection). Setealh agensi penagihan

melakukan upaya penagihan, seluruh saldo piutang yang tersisa dianggap

tidak tertagih. Salah satu indikasi terpenting dari piutang yang yang tidak

tertagih sebagian atau seluruhnya adalah ketika debitur pailit. Indikasi

lainnya termasuk penutupan usaha pelanggan dan kegagalan dalam mencari

lokasi atau menghubungi pelanggan.

Tanpa memperhatikan kriteria yang digunakan dalam pemberian

kredit dan prosedur penagihan yang di terapkan, biasanya sebagian dari

penjualan kredit dipastikan tidak akan tertagih. Beban operasi yang muncul

karena tidak tertagihnya piutang dinamakan beban piutang tak tertagih

(uncollectible accounts expense), beban piutang sangsi (bad debts expense)

atau beban piutang ragu-ragu (doubtful accounts expense).

6. Perputaran Piutang

Kelancaran penerimaan piutang dan pengukuran baik tidaknya

investasi dalam piutang dapat diketahui dari tingkat perputarannya. Menurut

“Warren Reeve Fess” pada bukunya Pengantar Akuntansi (2005:423)

mengartikan perputaran piutang adalah penjualan kredit bersih dibagi dengan

piutang usaha rata-rata. Hal ini mengukur seberapa sering piutang usaha

56
dikonversi menjadi kas dalam suatu periode. Jumlah hari dalam piutang

merupakan saldo piutang usaha akhir tahun dibagi dengan penjualan harian

rata-rata, hal ini mengukur lamanya waktu piutang usaha beredar. Piutang

yang terdapat dalam perusahaan akan selalu dalam keadaan berputar.

Perputaran piutang akan menunjukkan berapa kali piutang yang timbul

sampai piutang tersebut dapat tertagih kembali ke dalam kas perusahaan.

Pada dasarnya tingkat perputaran rata-rata piutang dihitung

berdasarkan hasil penjualan kredit. Adapun rumus perputaran piutang dan

tingkat perputaran piutang adalah sebagai berikut:

Piutang Awal + Piutang Akhir


Rata−Rata Piutang=
Tingkat Perputaran Piutang

Sedangkan untuk pengumpulan periode piutang yang menunjukkan

berapa lama piutang tersebut mempunyai nilai rata-rata tidak tertagih.

Adapun rumus untuk periode pengumpulan piutang adalah sebagai berikut:

360
Periode Pengumpulan Piutang=
Tingkat Perputaran Piutang

Semakin cepat periode pengumpulan piutang maka akan semakin

baik bagi perusahaan. Setiap usaha yang dilakukan untuk mencapai suatu

tujuan akan mengandung resiko yang tidak dapat dihindari. Dalam hal ini

resiko hanya bisa dikendalikan agar berada dalam batas yang wajar. Resiko

57
yang timbul karena transaksi penjualan secara kredit disebut resiko kerugian

piutang. Resiko kerugian piutang terdiri dari beberapa macam yaitu:

a. Resiko tidak dibayarnya seluruh tagihan (Piutang)

Resiko ini terjadi jika jumlah piutang tidak dapat direalisasikan sama

sekali. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya karena

seleksi yang kurang baik dalam memilih langganan sehingga perusahaan

memberikan kredit kepada langganan yang tidak potensial dalam

membayar tagihan, juga dapat terjadi adanya stabilitas ekonomi dan

kondisi negara yang tidak menentu sehingga piutang tidak dapat

dikembalikan.

b. Resiko tidak dibayarnya sebagian piutang

Hal ini akan mengurangi pendapatan perusahaan, bahkan bisa

menimbulkan kerugian bila jumlah piutang yang diterima kurang dari

harga pokok barang yang dijual secara kredit.

c. Resiko keterlambatan pelunasan piutang

Hal ini akan menimbulkan adanya tambahan dana atau untuk biaya

penagihan. Tambahan dana ini akan menimbulkan biaya yang lebih besar

apabila harus dibelanjai oleh pinjaman.

58
d. Resiko tidak tertanamnya modal dalam piutang

Resiko ini terjadi karena adanya tingkat perputaran piutang yang rendah

sehingga akan mengakibatkan jumlah modal kerja yang tertanam dalam

piutang semkin besar dan hal ini bisa mengakibatkan adanya modal kerja

yang tidak produktif.

D. Tingkat Penagihan

1. Penjualan dan Penagihan Piutang

Penjualan dan penagihan piutang merupakan akun yang sangat

penting dalam kelangsungan kegiatan usaha perusahaan, melalui penjualan

dan penagihan piutang, perusahaan mendapat pendapatan (revineu).

Penagihan adalah pemberitahuan kepada pelanggan untuk membayar hutang

sesuai dengan tanggal jatuh tempo yang telah disepakati bersama.

Menrut Alvin A. Arens, Randal J. Elder dan Mark S. Beasley dalam

bukunya “Auditing dan Verifikasi Pendekatan Terpadu” (2007:6)

menyatakan bahwa siklus penjualan dan penagihan berkaitan dengan

keputusan dan proses penting dalam pemindahan kepemilikan barang-barang

dan jasa kepada pelanggan setelah keduanya tersedia untuk di jual.

Fungsi-fungsi dalam siklus penjualan dan penagihan piutang sebagai

berikut:

59
a. Pemrosesan Pesanan Pelanggan

Pesanan barang dari pelanggan adalah titik awal dari keseluruhan siklus.

Menurut hukum, ini adalah penawaran untuk membeli barang dengan

ketentuan tertentu.

b. Persetujuan Kredit

Sebelum barang dikirim, orang yang mengotorisasi rekening penjualan

terlebih dahulu harus menyetujui kredit untuk pelanggan. Kelemahan

sering terjadi dalam persetujuan kredit sehingga mengakibatkan piutang

membengkak dan piutang jadi tak tertagih.

c. Pengiriman Barang

Sebuah dokumen pengiriman disiapkan ketika barang akan dikirim, hal

ini bisa dilakukan secara otomatis oleh komputer yang digunakan

sebagai pengelolah data pesanan pelanggan.

d. Penagihan Pelanggan dan Pencatatan Penjualan

Didalam kebanyakan sistem, tagihan kepada pelanggan meliputi

mempersiapkan beberapa salinan faktur penjualan dan secara bersamaan

memperbaharui data transaksi penjualan, data rekening piutang, data

jurnal buku besar untuk penjualan dan rekening piutang.

60
e. Memproses dan Mencatat Penerimaan Kas

Memproses dan mencatat penerimaan yang meliputi menerima,

menyimpan, dan mencatat penerimaan tunai yang meliputi baik uang

tunai atau cek.

f. Pemrosesan dan Pencatatan Retur Penjualan dan Pengurangan Harga

Perusahaan biasanya menyiapkan orang yang menerima laporan untuk

barang yang dikembalikan dan mengembalikan barang itu ke gudang

penyimpanan. Pengembalian barang dan pemotongan harga harus dengan

benar dan tepat di catat di dalam data transaksi retur penjualan dan

pemotongan harga dan data rekening piutang.

g. Menghapus Piutang Tak Tertagih

Apabila beberapa pelanggan dinyatakan telah tidak dapat di tagih

kembali piutangnya maka perusahaan harus menghapus tagihannya.

h. Beban Piutang Tak Tertagih

Dalam prinsip akuntansi mengharuskan suatu perusahaan untuk mencatat

suatu beban piutang tak tertagih sejumlah nilai tagihan yang diperkirakan

tidak dapat ditagih.

2. Prosedur Penagihan Piutang

61
Setelah terjadi piutang maka akan dilakukan penagihan terhadap para

pelanggan. Penagihan sebaiknya dilakukan oleh petugas yang khusus

ditunjukkan untuk melakukan penagihan piutang yang di sebut kolektor.

Adapun proses penagihan piutang menurut Indriyo dan Basri yang dikutip

http://MuhamadFirdaus.blogspot.com/2013/04/ProsedurPiutang.html

diantaranya adalah:

a. Bagian piutang menyusun daftar tagihan piutang yang jatuh tempo.

Daftar tersebut akan diserahkan kepada penagih beserta kwitansi

penjualan asli

b. Penagih langsung mendatangi pelanggan ke alamat masing-masing dan

menagih piutang yang tercantum pada daftar tagihan. Setiap pelunasan

yang dilakukan pelanggan akan diberikan kwitansi penjualan yang asli

yang di cap lunas.

c. Uang hasil penagihan yang diperoleh akan diserahkan kepada kasir serta

daftar tagihannya

d. Kasir menghitung uang tagihan dan apabila sudah cocok dengan daftar

tagihan maka daftar tagihan tersebut akan diberikan cap dimana tagihan

tersebut telah diterima oleh kasir. Setelah dicap daftar tagihan tersebut

akan diserahkan kembali kepada penagih/kolektor.

e. Selanjutnya bagian penagihan akan menyerahkan daftar tagihan ke

bagian piutang dan akuntansi, penagihan piutang yang diterima pada

62
buku tambahan dan bagian akuntansi mencatat ke buku kasir dan buku

besar.

Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk melakukan proses

penagihan menurut Kasmir (2003:95) yang di kutip dalam sebuah artikel

http://MuhamadFirdaus.blogspot.com/2013/04/Prosedur-Piutang.html yaitu:

a. Melalui Surat

Bilamana pembayaran hutang dari pelanggan sudah lewat beberapa hari

tetapi belum dilakukan pembayaran maka perusahaan dapat mengirim

surat untuk mengingatkan atau menegur pelanggan yang belum

membayar hutangnya yang jatuh tempo. Apabila hutang tersebut belum

juga dibayar setelah beberapa hari surat dikirimkan maka dapat

dikirimkan surat dengan teguran yang lebih keras.

b. Melalui Telepone

Apabila setelah pengiriman surat teguran ternyata tagihan tersebut belum

juga dibayar maka bagian kredit dapat menelpone pelanggan dan secara

pribadi memintanya untuk segera melakukan pembayaran. Kalau dari

hasil pembicaraan tersebut ternyata pelanggan mempunyai alasan yang

dapat diterima maka mungkin perusahaan dapat memberikan

perpanjangan sampai waktu tertentu.

63
c. Kunjungan Personal

Melakukan kunjungan secara personal atau pribadi ketempat pelanggan

sering kali digunakan karena dirasakan sangat penting dalam usaha-

usaha pengumpulan piutang.

E. Pengaruh Sistem Pengendalian Internal Piutang Terhadap Tingkat

Penagihan

Dalam rangka pencapaian tujuan perusahaan yang telah ditetapkan

sebelumnya mengenai melindungi harta/asset perusahaan salah satunya adalah

berupa piutang. Maka, pihak manajemen harus mampu mengelola usahanya sesuai

dengan strategi dan kebijakan yang telah ditetapkan perusahaan meliputi

pengorganisasian, penyediaan sumber-sumber daya, administrasi dan

pengendalian dari berbagai aktivitas operasinya.

Manajemen merancang sistem pengendalian internal untuk mencapai

ketiga tujuan ini. Fokus auditor, baik dalam audit atas laporan keuangan maupun

audit atas pengendalain internal, tertuju pada pengendalian atas reliabilitas

pelaporan keuangan di tambah pengendalian atas operasi dan ketaatan pada

hukum serta peraturan yang dapat secara material mempengaruhi pelaporan

keuangan.

Internal audit merupakan salah satu bentuk pengendalian intern dalam

membantu manajemen untuk menjaga kekayaan perusahaan serta membantu

dalam pencapain suatu tujuan organisasi. Pengujian pengendalian merupakan

64
prosedur audit untuk menguji efektivitas pelaksanaan pengendalian untuk

mendukung penilaian resiko pengendalian yang lebih kecil.

Pengendalian internal merupakan suatu proses yang dirancang untuk

memberikan kepastian yang layak mengenai pencapaian tujuan manajemen.

Sistem pengendalian internal akan memadai apabila diterapkan dan dijalankan

sesuai dengan standart operating procedure.

Pengendalian internal yang memadai dapat memberikan pengawasan

pada semua hal yang terlibat didalam pelaksanaan dan pencapaian tujuan

perusahaan, sehingga dapat dikatakan bahwa pengendalian yang memadai atas

pengelolaan atas penagihan piutang akan menjamin bahwa hasil penagihan

piutang akan disetorkan dengan tepat waktu, tanpa harus ada penahanan uang

tagihan tersebut (Lapping Tagihan).

Dengan semakin berkembangnya perusahaan yang diikuti dengan

bertambahnya kegiatan didalam perusahaan, jumlah karyawan serta organisasi

yang otomatis menimbulkan masalah-masalah baru yang lebih rumit. Maka

pimpinan akan mengalami kesulitan dalam mengawasi dan melakukan

pemeriksaan terhadap asset perusahaan. Karena keterbatasan kemampuan tenaga,

dan waktu dalam mengatasi masalah tersebut sehingga diperlukan dalam

menunjang efektivitas penagihan piutang, maka diperlukan pengendalian intern

melalui adanya suatu bagian dalam perusahaan yang bertugas menilai kelayakan

dan efektivitas pengelolaan yang ada dan menilai keualitas kegiatan yang telah

dijalankan perusahaan.

65
Dalam hal ini pimpinan untuk melakukan pengawasan dan juga

pemeriksaan terhadap asset perusahaan maka pimpinan di bantu oleh karyawan

yang ahli dalam bidangnya, dengan adanya pemisahan tugas dalam perusahaan

maka semakin kecil kemungkinan terjadinya penyimpangan yang terjadi.

Penilaian yang obyektif dan independen yang dilakukan oleh internal auditor akan

menunjang efektivitas pengendalian internal khusunya penagihan piutang. Internal

auditor harus melakukan pengendalian dan pengawasan khusunya pada piutang,

karena dengan adanya pengawasan yang memadai dari staff dan juga team khusus

maka peningkatan penagihanpun akan meningkat, dan setiap permasalahn-

permasalah yang terjadi kemungkinan tidak tertagihnya piutang dapat segera

diatasi.

Sebaliknya, jika pengawasan intern yang dilakukan tidak berjalan

sebagaimana mestinya maka tingkat penagihan akan menurun. Karena tagihan-

tagihan yang tidak dapat tertagih oleh kolektor tidak diawasi dan tidak dilakukan

pemeriksaan terhadap kwitansi yang keluar, dan ini adalah salah satu indikasi

yang mungkin penyimpangan terjadi.

66
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penyusunan skripsi ini,

penulis melakukan penelitian pada kantor cabang yaitu PT. Interyasa Ciputat yang

berada di kawasan Ciputat, Tangerang Selatan. Sebuah kantor yang bergerak

dalam bidang leasing furniture & elektronik, yang kegiatan operasionalnya

berawal dari penjualan barang dan jasa secara kredit dan menghasilkan penagihan

piutang terhadap hasil penjualan yang telah di sepakati bersama antar penjual dan

pembeli.

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Kantor Cabang yaitu PT. Interyasa Ciputat

yang beralamat di Jl. H. Juanda No. 20 D sebelah klinik YAMC Ciputat.

Dimana dalam penelitian ini dilakukan penulis dengan penyebaran kuesioner

pada seluruh karyawan yang terkait.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan terhitung mulai bulan Juli 2013 sampai Maret

2014. Waktu sembilan bulan ini telah dilaksanakan penelitian secara bertahap

67
diawali dengan prasurvei (perencanaan), pengajuan surat izin, penyusunan

proposal, seminar proposal, studi lapangan, pengumpulan data, pengolahan

data, penyusunan skripsi, dan konsultasi.

3. Jenis Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan data kuantitatif dan

kualitatif yaitu:

1. Data kuantitatif adalah data dalam bentuk angka yang dapat dihitung yang

di peroleh dari perhitungan kuesioner yang akan di lakukan yang

berhubungan dengan masalah yang diteliti.

2. Data kualitatif adalah data yang bukan dalam bentuk angka yang di peroleh

dari hasil wawancara dengan karyawan yang berhubungan dengan masalah

yang di teliti.

B. Metode Penentuan Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Sugiyono (2009:80), menerangkan bahwa populasi adalah

wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai

kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya

68
orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga

bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi

meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu.

Berdasarkan pada tempat penelitian yang telah ditetapkan maka

populasi yang dijadikan objek dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan

yang berjumlah 40 orang pada PT.Interyasa Ciputat.

2. Sampel

Menurut Cholid Narbuko (2009:107), menerangkan bahwa sampel

adalah sebagian individu yang diselidiki dari keseluruhan individu

penelitian, dan agar lebih obyektif istilah individu diganti istilah subyek dan

atau obyek. Sampel yang baik yaitu sampel yang memiliki populasi atau

yang representatif yang menggambarkan keadaan populasi atau

mencerminkan populasi secara maksimal.

Sedangkan sampel menurut Sugiyono (2009:215) menjelaskan

bahwa sampel adalah sebagian dari populasi itu. Bila populasi besar, dan

peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya

karena keterbatasan dana, tenaga, dan waktu, maka peneliti dapat

menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu.

Metode yang dipilih dalam penelitian ini adalah metode probability

sampling yang merupakan tehnik pengambilan sampel yang memberikan

69
peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih

menjadi anggota sampel. Dalam hal ini peneliti mengguakan sampel jenuh

yang merupakan tehnik penentuan sampel bila semua anggota populasi

digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan jika jumlah populasi

relative kecil. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan Pada PT.

Interyasa Ciputat sebanyak 40 orang yaitu dari bagian penjualan, penagihan,

bagian audit dan staff SRM yang berkaitan dengan tingkat penagihan.

C. Metode Pengumpulan Data

1. Sumber data yang digunakan

Metode pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis

dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan

data yang dapat menjelaskan atau menjawab permasalahan dalam penelitian.

Tanpa mengetahui pengumpulan data terlebih dahulu, maka peneliti tidak

akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang diperlukan.

Untuk mengungkapkan data tentang pengaruh sistem pengendalian

internal piutang terhadap tingkat penagihan pada PT. Interyasa Ciputat,

maka metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

70
a. Metode Pengumpulan Data Primer

Didalam bukunya Sugiyono (2009:137) menjelaskan tentang data

primer. Data primer yaitu sumber data yang langsung memberikan data

kepada pengumpul data. Adapun data langsung tersebut diperoleh

melalui wawancara (interview), observasi, studi dokumentasi, dan angket

yang langsung diberikan oleh narasumber.

Dimana dalam penelitian yang dilakukan penulis untuk memperoleh

data mengenai Peningkatan Penagihan pada PT. Interyasa Ciputat, yaitu

melalui penelitian lapangan. Penelitian lapangan (Field Research)

merupakan metode pengumpulan data yang berhubungan langsung

dengan perusahaan, dengan melakukan penelitian terhadap data-data

yang dibutuhkan yang bertujuan untuk mendapatkan data yang aktual

dan nyata. Untuk mendapatkan data dari metode penelitian lapangan,

penulis melakukan penelitian terhadap data-data yang dibutuhkan dengan

cara:

1. Kuesioner

Kuesioner merupakan tehnik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis

kepada responden untuk di jawabnya. Kuesioner merupakan tehnik

pengumpulan data yang efisien bila peneliti mengerti variabel yang

71
akan diukur dan apa yang bisa di harapkan dari responden (Sugiyono,

2009:142).

Dalam hal ini penulis menggunakan kuesioner tertutup yaitu

pertanyaan yang mengharapkan jawaban singkat atau mengharapkan

responden untuk memilih salah satu alternatif jawaban dari setiap

pertanyaan yang telah tersedia, dengan mendapat jawaban berbentuk

data nominal. Kuesioner yang disebar ke karyawan PT. Interyasa

Ciputat dengan 20 pertanyaan, 10 pertanyaan untuk variabel sistem

pengendalian internal piutang dan 10 pertanyaan untuk tingkat

pengihan dengan menggunakan skala likert, menurut Sugiyono

(2009:93) alternatif pilihan jawaban sebagai berikut:

a. Sangat Setuju (SS) : Dengan bobot atau nilai 5

b. Setuju (ST) : Dengan bobot atau nilai 4

c. Ragu-Ragu (RG) : Dengan bobot atau nilai 3

d. Tidak Setuju (TS) : Dengan bobot atau nilai 2

e. Sangat Tidak Setuju (STS): Dengan bobot atau nilai 1

2. Observasi

Observasi adalah pengumpulan data yang dilakukan cara

mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang

72
diselidiki (Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, 2009:70). Penulis

melakukan pengamatan secara langsung terhadap kegiatan di

lingkungan kantor cabang yaitu Interyasa Ciputat. Dalam hal ini

dapat diperoleh dengan cara mendokumentasikan data hasil

penagihan angsuran selama tahun 2013. Data peneliti menggunakan

data objektif, yaitu jenis data PPC (Persentase Penagihan Kolektor).

b. Metode Pengumpulan Data Sekunder

Selain data primer, Sugiyono (2009:137) juga menjelaskan

tentang data sekunder. Data sekunder adalah sumber data yang tidak

secara langsung di peroleh oleh pengumpul data, melainkan data di

peroleh melalui orang lain atau melalui dokumen.

Dimana dalam melakukan penelitian ini, penulis dalam

memperoleh sumber data dengan melakukan kepustakaan. Penelitian

kepustakaan (Library Research) penelitian yang datanya diambil dari

literatur, seperti buku, dokumen, artikel, laporan, makalah, dan lain

sebagainya.

Metode ini dapat memberikan gambaran secara teoritis maupun

pendekatan-pendekatan yang berkaitan dengan masalah yang dibahas,

sehingga dapat ditemukan pemecahan atas permasalahan yang dihadapi

secara terarah.

73
Dengan penelitian kepustakaan ini, penulis berusaha untuk

membaca literatur-literatur dan sumber data lainnya dari beberapa

pengarang yang diperoleh dari Perpustakaan Universitas Pamulang, dan

Perpustakaan Universitas Islam Negri Jakarta untuk memperoleh data

yang sesuai, sehingga memperoleh pengetahuan dan teori yang dapat

digunakan dalam penyusunan skripsi.

D. Metode Analisis Data dan Pengujian Statistik

1. Pengolahan Data

Untuk pengukuran penelitian ini penulis menggunakan skala likert. Skala

likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau

sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2009:93). Alternatif

jawaban sebagai berikut:

Tabel 3.1

Alternatif Skala Likert

No Kategori Bobot

1 Sangat Setuju (SS) 5

2 Setuju (S) 4

3 Ragu-Ragu (RG) 3

4 Tidak Setuju (ST) 2

74
5 Sangat Tidak Setuju (STS) 1

Sumber : Sugiyono (2009:94)

2. Uji Validitas dan Reliabilitas

a. Uji Validitas

Tujuan validitas dalam hal ini adalah untuk mengetahui apakah

suatu kuesioner dapat dianggap valid secara isi. Suatu instrument

dikatakan valid apabila instrument (kuesioner) tersebut dapat mengukur

apa yang seharusnya diukur (Ronny Kountur, 2007:161). Pengolahan dari

uji validitas digunakan korelasi pearson dan dibantu dengan menggunakan

bantuan program komputerisasi yaitu menggunakan Microsoft Exel 2007.

Sedangkan kriteria pengambilan keputusan yaitu dengan

membandingkan r hitung dengan r tabel untuk setiap variabel yang ada. Jika r

hitung > r tabel maka item tersebut dapat dikatakan valid. Selain dengan

membandingkan r hitung dengan r tabel, dapat juga dilihat dari signifikasi, jika

lebih kecil dari α maka dapat dikatakan bahwa item tersebut valid

(Sugiyono, 2009:126).

Uji validitas instrument menggunakan rumus korelasi product

moment sebagai berikut:

75
( n . ∑ xy ) – ( ∑ x ) (∑ y )
r=
√¿ ¿ ¿

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas berhubungan dengan konsistensi. Suatu instrument

penelitian di sebut reliabel apabila instrument tersebut konsisten dalam

memberikan penilaian atas apa yang diukur. Jika hasil penelitian yang

diberikan oleh instrument tersebut konsisten memberikan jaminan bahwa

instrument tersebut dapat dipercaya. Itu sebabnya penegertian reliabilitas

terkadang diartikan “dapat dipercaya” (Ronny Kountur, 2007:165).

Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban

seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke

waktu. Kehandalan yang menyangkut kekonsistenan jawaban jika diujikan

secara berulang pada sampel yang berbeda. SPSS memberikan fasilitas

untuk mengukur reliabilitas dengan uji statistik Cronbach Alpha. Suatu

konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach

alpha > 0,60 (Ghozali, 2005:4-42).

Pengolahan uji reliabilitas ini di bantu dengan bantuan program

komputerisasi yaitu Microsoft Exel 2007. Rumus Reliabilitas menurut

Sugiyono (2009: 131), yaitu:

76
2 rb
ri=
1+r b

Dimana:

ri = Reliabilitas internal seluruh instrument

rb = Korelasi product moment antara belahan pertama dan kedua

3. Pengujian Hipotesis

Dalam pengujian hipotesis ini dilakukan secara bertahap. Adapun

tahapan pengujian itu meliputi:

a. Uji Regresi

Menurut Andi Supangat (2008:326), menerangkan bahwa regresi

merupakan model hubungan antara dua variabel (dependent variabel),

dengan variabel bebasnya (independent variabel). Uji regresi bertujuan

untuk memprediksi besarnya variabel dependen (Y) Tingkat Penagihan

dengan menggunakan variabel (X) yaitu Sistem Pengendalian Internal

Piutang.Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan metode ini

karena untuk meneliti pengaruh variabel (X) terhadap variabel dependen

(Y).

Dalam penelitian ini penulis menggunakan model regresi dengan

persamaan sebagai berikut:

77
Y= a+bX

Nilai a dan b dapat dihitung degan cara sebagai berikut:

∑ Y −b (∑ X )
a=
n

( ∑ XY )−( ∑ X )( ∑Y )
b=n
n ( ∑ X 2 )−¿ ¿

b. Koefisien Korelasi Pearson

Menurut Andi Supangat (2008:339), menjelaskan bahwa

koefisien korelasi adalah tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih.

Berdasarkan dari bentuk data mengenai pengaruh antara kegiatan PT.

Interyasa Ciputat (tentang pengendalian internal piutang) dengan (tingkat

penagihan) maka tehnik analisis data yang digunakan dibantu dengan

bantuan program komputerisasi yaitu Microsoft Exel 2007, dan dengan

menggunakan korelasi pearson menurut Sugiyono (2009:183) sebagai

berikut:

n ∑ xy−∑ x ∑ y
r=
√ [n( ∑ x 2 )−(∑ x )2 ][ n( ∑ y 2 )−( ∑ y )2 ]

78
Dimana:

r = Koefisien Korelasi

n = Jumlah data untuk tahun

X = Variabel Bebas (SPI Piutang)

Y = Variabel terikat (Tingkat Penagihan)

Dengan demikian dapat dijelaskan ketentuan pengaruh hubungan yang

terjadi sebagai berikut:

1. Jika r > 0

Hubungan antara X dan Y merupakan hubungan positif, yaitu

semakin besar nilai variabel X (bebas), maka akan semakin besar

pula nilai variabel Y (terikat), atau sebaliknya semakin kecil nilai

variabel X (bebas), maka semakin kecil pula nilai variabel Y

(terikat).

2. Jika r < 0

Hubungan antara X dan Y merupakan hubungan yang negatif, yaitu

semakin kecil nilai variabel X (bebas), maka semakin besar nilai

variabel Y (terikat), atau sebaliknya semakin besar nilai variabel X

(bebas), maka semakin kecil nilai variabel Y

(terikat).

79
3. Jika r = 0

Hubungan antara variabel X dan Y tidak terdapat pengaruh hubungan

apapun. Variabel X (bebas) tidak memberikan pengaruh terhadap

variabel Y (terikat).

4. Jika r = 1 atau r = -1

Yang berarti terjadi hubungan yang sempurna antara variabel X

(bebas) dengan variabel Y (terikat). Jika r = 1, maka terdapat

hubungan positif antara variabel X (bebas) dengan variabel Y

(terikat). Begitu sebaliknya jika r = -1 maka terdapat hubungan

negatif yang sempurna antara variabel X (bebas) dengan variabel Y

(terikat).

Untuk dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai

hubungan koefisien korelasi tersebut, maka dapat dilihat menggunakan

tabel dibawah ini:

Tabel 3.2

Interprestasi Nilai Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Sedang

80
0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,000 Sangat kuat

(Sumber: Sugiyono, 2009:184)

c. Koefisien Determinasi ( r2 )

Koefisien determinasi adalah pangkat dua dari koefisien korelasi,

koefisien ini berguna untuk menyatakan berapa besar pengaruh hubungan

kedua variabel yang dinyatakan dalam bentuk persentase, yaitu koefisien

yang mengukur besarnya persentase kontribusi variabel X dan Y. Dibantu

dengan bantuan program komputerisasi Microsoft Exel 2007 dan diukur

menurut Sugiyono (2009:185) sebagai berikut:

KD = r 2 x 100%

Keterangan:

KD = Koefisien Determinasi yaitu persentase dari pengaruh variabel

X terhadap variabel Y. Batas Kd adalah 0 ≤ Kd ≤ 100%

r = Koefisien korelasi

Nilai koefisien determinasi ( r 2 ) adalah antara nol dan satu nilai


2
r yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam

menjelaskan variabel dependen sangat terbatas. Jika koefisien determinasi

81
sama dengan nol, maka variabel independen tidak berpengaruh terhadap

variabel dependen. Jika besarnya koefisien determinasi mendekati 1, maka

variabel independen berpengaruh sempurna terhadap variabel dependen.

Dengan menggunakan model ini, maka kesalahan pengganggu diusahakan

minimum sehingga r 2 mendekati 1, sehingga perkiraan regresi akan lebih

mendekati keadaan yang sebenarnya.

d. Uji t

Untuk menguji signifikansi pengaruh variabel independen

terhadap variabel dependen, maka dibantu dengan bantuan program

Microsoft Exel 2007, pengujian signifikansi korelasi SPI Piutang dengan

Tingkat Penagihan dengan rumus Sugiyono (2009:184) sebagai berikut:

t=r √n−2
√1−r 2

Dimana : n = Jumlah sampel

t = t hitung yang dikonsultasikan dengan t tabel

r = Koefisien korelasi

n = Ukuran sampel

82
Kriteria uji:

a. Jika t hitung ≤ t tabel berarti Ho di terima dan Ha ditolak.

b. Jika t hitung ≥ t table berarti Ho di tolak dan Ha diterima.

Kesimpulan :

c. Jika Ho diterima atau Ha ditolak, artinya sistem pengendalian

internal piutang berpengaruh negatif terhadap tingkat penagihan.

d. Jika Ho ditolak dan Ha diterima, artinya sistem pengendalian

internal piutang berpengaruh positif terhadap tingkat penagihan.

E. Operasional Variabel Penelitian

Berdasarkan definisi yang dikemukakan oleh Sugiyono (2009:38), yang

di maksud dengan variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa

saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi

tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.

Supaya variabel-variabel dalam penelitian dapat di mengerti dengan

jelas, serta untuk menghindari kesalah pahaman dalam menafsirkan pengertian,

maka perlu pembatasan pengertian dari variabel dalam penelitian ini. Sesuai

dengan judul yang dipilih oleh peneliti, yaitu Pengaruh Sistem Pengendalian

83
Internal Piutang Terhadap Tingkat Penagihan Pada PT. Interyasa Ciputat, maka

dapat diidentifikasikan dua variabel penelitian sebagai berikut:

1. Variabel independen (X)

Variabel independen ini sering disebut sebagai variabel stimulus,

predictor, antecedent. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai

variabel bebas. Variabel bebas adalah merupakan variabel yang

mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya

variabel dependen (terikat) (Sugiyono, 2009:39). Dalam hal ini yang

berfungsi sebagai variabel independen (Alvin, Randal J dan Mark S,

2006:376) adalah Sistem Pengendalian Internal Piutang (X). Komposisi

Pengaruh Sistem Pengendalian Internal Piutang yang digunakan dalam

penelitian ini adalah:

a. Lingkungan Pengendalian

b. Penaksiran Resiko

c. Aktivitas Pengendalian

d. Informasi dan Komunikasi

e. Pemantauan

Aspek penilaian komposisi sistem pengendalian internal dalam penelitian

ini didasarkan atas hasil kuesioner.

84
2. Variabel Dependen (Y)

Variabel dependen ini sering disebut juga sebagai variabel output,

kriteria, konsekuen. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel

terikat. Variabel terikat merupakan yang dipengaruhi atau yang menjadi

akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2009:39). Variabel

dependen dalam penelitian ini adalah tingkat penagihan. Komposisi tingkat

penagihan (Alvin, Randal J dan Mark S, 2007:6) yang digunakan dalam

penelitian ini adalah:

a. Penjualan (Kredit )

b. Penerimaan Kas

c. Penghapusan Piutang Tak Tertagih

Aspek penilaian komposisi sistem pengendalian internal dalam penelitian

ini didasarkan atas hasil kuesioner.

Tabel 3.3

Daftar pertanyaan variabel independen (X) dan variabel dependen (Y):

Variabel Dimensi Indikator Skala

Sistem Pengendalian 1. Karyawan selalu mematuhi prosedur dan Likert

Internal Piutang (X) 1. Lingkungan kebijakan yang berlaku di perusahaan

Pengendalian 2. Menetapkan staff yang tepat dalam Likert

85
2. Penaksiran penugasan sesuai dengan keahliannya

Resiko 3. Telah di laksanakan penilaian terhadap hasil Likert

3. Aktivitas kerja pada setiap karyawan

Lingkungan 4. Pengendalian internal meliputi struktur Likert

4. Informasi dan organisasi yang menggambarkan fungsi dan

Komunikasi wewenang yang jelas

5. Pemantauan 5. Karyawan baru merupakan karyawan yang Likert

berkompeten

6. Tekhnologi baru mempengaruhi kualitas Likert

pelayanan pengiriman barang

7. Setiap surat pengiriman didasarkan bukti- Likert

bukti yang telah di otorisasi oleh yang

berwenang dan telah dipranomori secara

berurut

8. Setiap transaksi dicatat dan di kelompokkan Likert

masing-masing

9. Fungsi pencatatan terpisah dengan fungsi Likert

otorisasi

10. Ada pemeriksaan dan evaluasi atas Likert

kebijakan dan prosedur

Tingkat Penagihan 1. Penjualan 1. Persetujuan kredit yang di berikan tidak Likert

(kredit) terjadi kelonggaran

2. Adanya kebijakan atas penjualan kredit Likert

86
2. Penerimaan

Kas 3. Adanya prosedur pelaksanaan penagihan Likert

3. Penghapusan piutang

Piutang Tak 4. Setiap penyimpangan yang terjadi di Likert

Tertagih laporkan kepada manager atau pihak yang

lebih tinggi

5. Adanya pemeriksaan secara periodik Likert

terhadap perkiraan piutang perpelanggan

mengenai:

a. Pelanggan yang sering terlambat

b. Bukti adanya salah pembebanan

c. Bukti adanya pelunasan sebagian-

sebagian

6. collector telah melakukan penagihan selama Likert

bulan berjalan dan tidak terkonsentrasi hanya

pada akhir bulan saja

7. Formulir ataupun dokumen yang di pakai di Likert

awasi dalam penggunaanya

8. Bukti penagihan atas piutang yang telah Likert

dihapuskan diamankan untuk mencegah

penyalahgunaan.

9. Melakukan pengujian terhadap pengendalian Likert

87
intern penagihan piutang.

10. Manajemen memberikan kebijakan khusus Likert

untuk penghapusan piutang dan setiap kartu

yang akan diajukan WO sudah di account

checking dengan baik

Sumber : Data diolah oleh penulis

88
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Perusahaan

1. Sejarah Singkat Perusahaan

PT. Interyasa Homindo bergerak di bidang Perdagangan Perabot

Rumah Tangga. PT. Interyasa Homindo di bentuk pada tahun 1996,

berlokasi di Jakarta. Nama Interyasa Homindo berasal dari dua nama,

Interyasa Sedaya dan Indohome & Co, yang kemudian di gabung menjadi

PT. Interyasa Homindo. Indohome & Co didirikan pada bulan Februari

1982, awalnya didirikan sebagai dealer exclusive. Mesin jahit singer atau

disebut sebagai Singer Exclusive Dealer, dimana sebagai dealer, indohome

& Co hanya dapat menjual mesin jahit dari perusahaan singer. Sebagai

dealer exclusive, indohome & Co harus memenuhi semua peraturan dan

ketentuan yang telah di tentukan dalam perjanjian kontrak termasuk

ketentuan harga, ketentuan kredit, servis dan perbaikan (after sales service).

Indohome & Co lalu mendapatkan persediaan barang berdasarkan

pengiriman, maka dari itu setiap deliveri di catat dan dibebankan kepada

indohome sesuai dengan nota pembayaran. Nota pembayaran (promotes)

kemudian menjadi piutang PT. Singer industries Indonesia Ltd dan jatuh

89
tempo pada tanggal tertentu sesuai dan berdasarkan barang yang sudah

terjual secara kredit oleh indohome & Co kepada konsumen.

Seiring berjalannya waktu, permintaan akan mesin jahit menurun

karena orang cenderung membeli pakaian yang siap pakai. Semakin lama

semakin sedikit orang yang menggunakan mesin jahit, dan beralih ke TV set,

Kulkas, Radio dan lain-lain. Indohome & Co semakin sulit mencapai target

penjualan dan mengakhiri kerjasamanya dengan singer pada tahun 1987, dan

memulai dengan bisnis elektronik dan perlengkapan rumah tangga.

Prosesnya yang tetap adalah metode pemasarannya yakni menjual

secara direct selling dan door to door canvassing, menawarkan fasilitas

kredit mulai dari 3 hingga sampai 12 bulan. Penjualan dengan cara ini sangat

popular dengan sebutan Cash & Credit. Bisnis kredit konsumsi ini terus

berkembang dan diikuti oleh banyak institusi keuangan seperti sewa beli

(leasing) dan juga sayap usaha lembaga perbangkan. Indohome & Co

mencari terobosan dengan menjalin kerjasama dengan toko-toko elektronik

dan furniture yang biasa di sebut Toko Kerjasama Kredit (TKK).

Setiap otlet/cabang dipimpin oleh satu atau dua orang pimpinan

sebagai Manager Cabang atau Credit Supervisor. Umumnya para Manager

dan Credit Supervisor ini memulai karirnya dari bawah, baik dari salesman,

collector ataupun surveyor. Dengan kata lain tidak seorangpun manager yang

diangkat dari luar perusahaan, semuanya meniti karir dari bawah, semua

90
tergantung prestasi masing-masing. Perusahaan menetapkan sasaran/target

yang harus dicapai, dengan kata lain ada Standar Prestasi Minimum (SPM).

Adapun yang menjadi visi dan misi perusahaan yaitu sebagai berikut:

Moto:

R : Ramah terhadap sesama, terutama kepada calon dan konsumen

A : Asri (indah), Kantor/Showroom dicabang anda perlu dijaga dan

ditata keasriannya sehingga cukup menarik bagi calon dan konsumen

P : Peduli atas asset perusahaan, jagalah kenyamanan dan keamanan

semua asset perusahaan, tiada hari tanpa tagihan

I : Informatif, komunikasi yang cepat dan tepat akan membantu bisnis

anda.

Visi :

Untuk mencapai konsumen menengah kebawah untuk mendapatkan

kebutuhannya dengan kemampuan yang terbatas

Misi :

Menyediakan kemudahan bagi masyarakat menengah kebawah untuk

membeli secara kredit dengan harga terjangkau. Perusahaan menyediakan

penjualan secara kredit kepada setiap orang tanpa melihat status sosial dalam

area tertentu sejauh konsumen dipertimbangkan dapat dan mau membayar

91
menurut kewajibannya, sesuai perjanjian. Setiap konsumen akan dilayani

dan diinformasikan dalam 2 x 24 jam setelah permohonan kredit diterima.

PT. Interyasa Homindo memiliki beberapa cabang di daerah jawa

khusunya kawasan Metro Jakarta salah satunya yaitu PT. Interyasa Ciputat

yang berada di Jl. H. Juanda No. 20 D sebelah klinik YAMC. Kegiatan

operasional perusahaan PT. Interyasa Ciputat dilakukan dari hari senin

sampai dengan hari sabtu dengan jam kerja dimulai pada pukul 09.00-17.00

WIB. Setiap jam kerja berturut-turut disela istirahat selama satu jam.

2. Strategi Perusahaan

PT. Interyasa Ciputat merupakan bisnis retail penyedia

perlengkapan rumah tangga seperti furniture dan elektronik. Sejauh ini,

segmen pasar perusahaan adalah masyarakat berpenghasilan menengah ke

bawah di area perkotaan dan pinggiran kota dengan jarak kurang lebih 25 km

dari pusat kota, atau dari kantor cabang yang beroperasi. Secara umum,

sekitar 95 % dari bisnis Interyasa Ciputat merupakan penjualan angsuran

atau disebut dengan penjualan sewa-beli. Dengan kata lain kebanyakan

penjualan di jual secara kredit jangka waktu 3 sampai dengan 12 bulan.

Organisasi penjualan terbagi menjadi 3 sektor yaitu:

a. Tim penjualan yang melakukan door to door canvassing menawarkan

pembeli/pengguna yang potensial. Setiap team leader (TL) memiliki

sales yaitu 7 hingga 12 agen penjualan.

92
b. TKK (Toko Kerjasama, Vendor)

c. Penjualan showroom, dikenal dengan penjualan toko, baik dari toko di

cabang yang bersangkutan juga dari penjualan pameran dishopping mall

tertentu atau di tempat promosi lain.

3. Struktur Organisasi

PT. Interyasa Ciputat merupakan organisasi yang sederhana walupun

menyerap banyak tenaga kerja. Karyawan dalam perusahaan ini dapat dibagi

menjadi 4 fungsi yaitu: Penjualan, Penagihan, Administrasi, dan

Pengawasan. Agar tujuan suatu perusahaan dapat tercapai dengan baik, maka

sangatlah perlu adanya organisasi sebagai wadah bagi perusahaan dalam

rangka menjalankan tugasnya. Struktur organisasi merupakan suatu hal yang

ditetapkan oleh suatu perusahaan. Dengan struktur organisasi ini dapat

diketahui posisi setiap karyawan dan tugas-tugasnya serta kepada siapa harus

bertanggung jawab. Struktur organisasi memberikan stabilitas dan

kontinuitas yang memungkinkan hubungannya dengan lingkungan. Struktur

organisasi dalam perusahaan diciptakan sesuai dengan bentuk, jenis serta

besar kecilnya perusahaan tersebut.

Jadi secara sederhana organisasi adalah suatu kerjasama sekelompok

orang untuk mencapai tujuan bersama yang diinginkan dan mau terlibat

dengan peraturan yang ada, atau organisasi juga dapat dikatakan sebagai

wadah atau tempat untuk melakukan kegiatan bersama, agar dapat mencapai

93
tujuan yang telah ditetapkan bersama. Berdasarkan arti dari organisasi

tersebut dapat dikatakan bahwa peran organisasi dalam sebuah perusahaan

sangatlah penting, karena perusahaan didirikan untuk mencapai suatu tujuan

tertentu dan untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan aktifitas, kerjasama,

dan tentu saja orang yang melakukan aktifitas tersebut atau sumber daya

manusia yang ketiga unsur ini terdapat dalam sebuah organisasi.

Dalam kegiatan usahanya PT. Interyasa Ciputat dipimpin oleh

seorang kepala cabang yang bertanggungjawab penuh terhadap kelancaran

kegiatan perusahaan. Secara garis besar PT. Interyasa Ciputat dibagi atas

bagian penjualan oleh team dan sales, bagian pengembangan toko yaitu

STKK (Supplier Toko Kerjasama), bagian pencatatan oleh kasir dan

administrasi, bagian pensurveyan oleh credit investor, dan bagian penagihan

oleh kolektor.

Dapat disimpulkan bahwa pengorganisasian menyebabkan timbulnya

struktur organisasi yang dapat dianggap sebagai kerangka yang menjadi titik

pusat yang dapat menggabungkan usaha-usaha. Karena itu maka salah satu

bagian penting dari dalam pengorganisasian perusahaan adalah harmonis

kelompok yang terdiri atas orang-orang yang berbeda, mempertemukan

bermacam-macam kepentingan dan memanfaatkan kemampuan-kemampuan

yang ditunjukkan kepada satu arah yang sama. Keuntungan penggunaan

bagan organisasi perusahaan sebagai berikut:

94
1. Bagan organisasi dapat menolong untuk mendefinisikan hubungan-

hubungan organisasi.

2. Bagan organisasi memberikan kepada kita sebuah gambaran struktur

organisasi.

3. Bagan itu ibarat peta jalan.

4. Bidang Usaha dan Kegiatan Usaha

Selama menjalankan kegiatannya, PT. Interyasa Ciputat mengalami

berbagai rintangan namun semua itu dapat diselesaikan dengan semestinya

dan proses penjualan dan juga khususnya pada divisi penagihan terkadang

mengalami kenaikan dan juga terkadang mengalami penurunan yang sangat

signifikan. Semua itu dapat diatasi karena dengan adanya kerjasama

karyawan dalam memonitoring dalam divisi penagihan maka akan dapat

meningkatkan PPC (Persentase Penagihan Colector). Adapun kegiatan

usaha PT. Interyasa Ciputat diawali dari:

a. Sales agent melakukan canvasing/mencari prospek

b. Buyer/Sales agent mengisi Tanda Lunas Biaya Administrasi (TLBA) dan

membayar uang administrasi

c. Sales agent setor Tanda Lunas Biaya Administrasi (TLBA) dan uang ke

ADM (Administrasi)

95
d. Administrasi/Kasir menyerahkan Tanda Lunas Biaya Administrasi

(TLBA) ke pemimpin

e. Pimpinan menugaskan Credit Investor (CI) untuk melakukan survey

f. Credit Investor melapor hasil survey kepada pimpinan

g. Pimpinan memutuskan ACC(disetujui)/Tolak

h. Pimpinan order barang ke supplier melalui administrasi/kasir

i. Pengiriman barang dari supplier ke konsumen/via kantor cabang

j. Kunjungan pertama oleh Collector (CA) ke konsumen

k. Penagihan angsuran bulanan Collector (CA) ke konsumen

l. Account Checking oleh pimpinan/ Costomer Care Relation (CCR)

5. Proses Penagihan Piutang

a. Manager membagikan kartu angsuran (kartu kecil) sesuai wilayah

kepada masing-masing kolektor.

b. Setelah itu kolektor melakukan kunjungan pertama atau pemberian arsip

kepada pelanggan, kolektor mencatat hasil kunjungan pertama pada kartu

besar, kolektor melaporkan ke manager bila ada hal negatif, dan kolektor

menegaskan kembali kepada konsumen mengenai tanggal jatuh tempo

sesuai dengan kesepakatan bersama dan tempat penagihan.

96
c. Kolektor menyerahkan ke bagian administrasi mengenai kartu-kartu

yang akan jatuh tempo (1 hari sebelum jatuh tempo) untuk di bukakan

kwitansi pembayara.

d. Kemudian setelah kwitansi dibukakan oleh pihak administrasi, kolektor

menyerahkan kwitansi resmi berwarna biru yang sudah di stampel dari

pihak perusahaan kepada konsumen sebagai bukti pembayaran yang sah.

e. Kemudian kolektor merekap kwitansi yang tertagih pada bukti setoran

tagihan, dengan di lengkapi tandatangan kolektor dan setor ke pada kasir.

f. Kwitansi dan uang yang tertagih di setor kepada kasir, sedangkan

kwitansi yang tidak tertagih di kembalikan kepada pihak administrasi

untuk di batalkan.

g. Kemudian kasir memposting penerimaan kas ke buku kas, menyerahkan

copy buku tagihan ke bagian administrasi untuk di posting di kartu besar.

h. Administrasi posting ke kartu besar berdasarkan bukti setoran tagihan

dan kemudian melakukan pengecekan terhadap kwitansi kolektor yang

tidak tertagih untuk dibatalkan.

Untuk lebih jelasnya lihat gambar prosedur penagihan piutang di bawah

ini:

97
Manager
Membagikan kartu kecil kepada kolektor

Kolektor (CA)
Melakukan kunjungan pertama paling lambat 7 hari setelah kirim barang

Kolektor
Meminta kwitansi resmi kepada bagian administrasi sesuai dengan tanggal jatuh tempo

Administrasi
Membukakan kwitansi resmi sesuai tanggal jatuh tempo dan menyerahkan kepada kolektor

Kolektor
Menagih ke rumah konsumen

Kolektor
Setor uang tagihan ke kasir

Kasir
Terima uang setoran dari kolektor dan memposting ke buku kas

Administrasi
Posting ke kartu besar

Gambar 4.1 Proses Penagihan Piutang

98
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan

1. Karakteristik Responden

a. Data Responden Berdasarkan Usia

Tabel 4.1

Daftar Usia Responden

n = 40

Keterangan Jumlah Persentase

19 – 25 19 47,5

26 – 31 5 12,5

32 – 37 10 25

38 – 43 3 7,5

44 – 50 2 5

51 – 60 1 2,5

Total 40 100%

Sumber : Data kuesioner yang diolah

Dari tabel 4.1 diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah responden

berdasarkan usia paling banyak yaitu pada usia antara 19-25 tahun dengan

jumlah persentase yaitu 47,5% sedangkan persentase yang paling kecil

yaitu pada usia antara 51-60 sebesar 2,5%.

b. Data responden berdasarkan jenis kelamin

99
Untuk lebih jelasnya, mengenai data responden sesuai dengan hasil

kuesioner yang peneliti sebar berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada

tabel berikut ini:

Tabel 4.2

Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

n = 40

Keterangan Jumlah Persentase

Laki-Laki 18 45%

Perempuan 22 55%

Jumlah 40 100%

Sumber : Hasil kuesioner yang diolah

Dapat dikatakan bahwa dalam penelitian ini mayoritas didomisilikan

oleh perempuan, yaitu dapat di lihat berdasarkan tabel responden

berdasarkan jenis kelamin diatas sebanyak 22 orang perempuan atau

sebesar 55% dan responden berjenis kelamin laki-laki hanya 18 orang atau

sebesr 45%.

c. Data responden berdasarkan pendidikan

100
Berdasarkan pendidikan, data responden menunjukkan kualitas

jawaban kuesioner yang benar-benar berdasarkan pertimbangan yaitu:

Tabel 4.3

Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

n = 40

Keterangan Jumlah Persentase

SD 1 2,5%

SMP 0 0

SMK/SMA/SLTA 36 90%

D3 1 2,5%

S1 2 5%

Jumlah 40 100%

Sumber :Hasil kuesioner yang diolah

Berdasarkan hasil penelitian mengenai responden yang berdasarkan

tingkat pendidikan yang paling banyak adalah Sekolah Menengah

Kejuruan / Sekolah Menengah Akhir (SMK/SMA/SLTA) yaitu berjumlah

36 orang atau berkisar 90% dan paling sedikit adalah SD dan D3 yaitu

hanya 1 orang atau berkisar 2,5%.

d. Data responden berdasarkan lama kerja

101
Untuk lebih jelasnya mengenai data responden berdasarkan lama

kerja dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.4

Responden berdasarkan lama kerja

n = 40

Keterangan Jumlah Persentase

1-5 35 87,5

6-10 4 10

11-15 1 2,5

Jumlah 40 100%

Sumber : Hasil kuesioner yang diolah

Berdasarkan tabel diatas mengenai karakteristik responden mengenai

lama kerja. Responden yang bekerja pada PT.Interyasa Ciputat paling lama

adalah 1-5 tahun sebanyak 35 orang atau berkisar 87,5% sedangkan paling

sedikit adalah sebanyak 1 orang atau berkisar 2,5%.

2. Pelaksanaan sistem pengendalian internal piutang pada PT. Interyasa

Ciputat.

102
a. Analisis Kuantitatif

1. Uji Validitas SPI Piutang ( Variabel X)

Uji validitas ini dikatakan valid jika mampu mengukur apa

yang dikehendaki dari variabel yang diteliti. Teknik uji validitas ini

dihitung dengan membandingkan jika r hitung > r tabel maka item

tersebut dapat dikatakan valid. Selain itu dengan membandingkan r

hitung dengan r tabel dapat juga dilihat dari signifikansi, jika lebih

kecil dari α maka dapat dikatakan bahwa item diuji valid (Sugiyono,

2009:126). Adapun hasil uji validitas instrument sistem pengendalian

internal piutang dengan menggunakan bantuan Microsoft Exel 2007 dan

dapat disajikan dalam tabel berikut ini:

Tabel 4.5

Hasil Uji Validitas Butir Kuesioner SPI Piutang

103
Nilai Correlated Item- Nilai Taraf
Butir dalam
No Total Correlation kritis Sig. Keterangan
kuesioner
(r-hitung) (r-tabel) (α=0.05)

1. Pertanyaan 1 0,473 0.312 0.05 Valid

2. Pertanyaan 2 0,690 0.312 0.05 Valid

3. Pertanyaan 3 0,508 0.312 0.05 Valid

4. Pertanyaan 4 0,656 0.312 0.05 Valid

5. Pertanyaan 5 0,545 0.312 0.05 Valid

6. Pertanyaan 6 0,640 0.312 0.05 Valid

7. Pertanyaan 7 0,483 0.312 0.05 Valid

8. Pertanyaan 8 0,377 0.312 0.05 Valid

9. Pertanyaan 9 0,326 0.312 0.05 Valid

10. Pertanyaan 10 0,326 0.312 0.05 Valid

Sumber : Data Primer yang telah diolah Microsoft Exel 2007

Berdasarkan perhitungan uji validitas diatas dari 10 pertanyaan

atau kuesioner sistem pengendalian internal piutang yang diberikan

kepada responden semuanya dikatakan valid karena r hitung > r tabel,

104
maka berdasarkan data yang di peroleh di nyatakan reliabel dan

mempunyai pengaruh yang kuat.

2. Uji Reliabilitas SPI Piutang (Variabel X)

Dalam pengujian reliabilitas yang dimaksud untuk mengetahui

adanya konsistensi alat ukur dalam penggunaanya, atau dengan kata

lain alat ukur tersebut mempunyai hasil yang konsisten apabila

digunakan berkali-kali pada waktu berbeda. Reliabilitas instrument

merupakan syarat untuk pengujian validitas instrument. Oleh karena itu

walaupun instrument yang valid umunya pasti reliabel, tetapi pengujian

reliabilitas instrument perlu dilakukan (Sugiyono, 2009:122).

Tabel 4.6

Perhitungan Uji Reliabilitas Variabel Sistem Pengendalian

Internal Piutang (X)

No Varian

1 0,244

2 0,210

3 0,210

4 0,160

5 0,144

6 0,144

7 0,144

105
8 0,210

9 0,144

10 0,127

Total 1,737

Menghitung varian tiap butir dengan rumus:

2
Si2 : ∑ x – ¿¿¿

2
(183)
847−
Contoh No.1: 40
40

847−837 , 22
=
40

9 ,78
= = 0,244
40

Menghitung varian total:

2
(∑ xt)
∑ xt 2−
St2 : n
n

2
(1905)
90901−
= 40
40

90901−90725,625
=
40

106
175,375
=
40

= 4,384

{ }{ }
2
k ∑ Si
Mencari reliabilitas variabel r 10 = 1− 2
(k −1) St

= { 10
(10−1)}{
1−
1,737
4,384 }
= 1,11 x 0,604

= 0,670

X = 0,670 (realibel karena nilai r hitung lebih besar dari pada nilai r tabel

product moment yaitu 0,670 > 0,312. Dari penjelasan data hasil uji

reliabilitas instrument SPI Piutang diatas nilai Alpha Cronbach’s yaitu

0,670 yang artinya uji reliabilitas sistem pengendalian internal piutang

ini dapat dikatakan realibel.

b. Analisis Deskriptif

Pengendalian yang kurang memadai akan menimbulkan

kebocoran-kebocoran, kesalahan, kekurangan atau penyelewengan dalam

perusahaan sehingga dapat mengakibatkan perusahaan kehilangan

kepercayaan dari masyarakat. Pengendalian intern sangat penting di

laksanakan pada setiap perusahaan, karena manajemen memerlukan suatu

107
alat bantu yang dapat membantu menigkatkan fungsi pengendalian. PT.

Interyasa Ciputat menerapkan pengendalian internal piutang yang meliputi

unsur-unsur sebagai berikut:

1. Lingkungan Pengendalian

Penerapan fungsi sistem pengendalian internal piutang yang baik

adalah harus memiliki lingkungan yang baik dan juga efektif yang

tergantung pada manajemen organisasi yang menciptakan,

melaksanakan, dan mengawasi jalannya sisem pengendalian internal

tersebut, apakah sudah berjalan dengan sesuai yang diharapkan

manajemen.

Proses penilaian lingkungan pengendalian pada perusahaan

dilakukan dari penilaian komitmen kepada integritas dan nilai etika,

filosofi dan gaya operasi manajemen, struktur organisasi, penetapan

wewenang dan tanggung jawab, dan praktik sumber daya manusia dan

penerapannya dalam di organisasi.

2. Aktivitas Pengendalian

Aktivitas pengendalian merupakan kebijakan dan aturan yang

memberikan jaminan cukup bahwa tujuan pengendalian manajemen

tercapai. Umumnya aktivitas pengendalian dapat di lakukan melalui:

108
a. Adanya pemisahan tugas

Tujuan utama pemisahan tugas yang diterapkan oleh PT. Interyasa

Ciputat adalah untuk menghindari timbulnya kesalahan yang

disengaja atau tidak dalam mengotorisasi transaksi, mencatat

transaksi dan juga pemeliharaan asset dari penyalahgunaan.

b. Pencatatan dan penggunaan dokumen yang memadai

Pemakaian dokumen yang terdapat pada PT. Interyasa Ciputat

sudah dirancang sesederhana mungkin, dimulai dari pemakaian

dokumen tanda lunas biaya administrasi, persetujuan kredit,

kwitansi resmi, dan dokumen pendukung yang lainnya.Karena PT.

Interyasa Ciputat ini masih melakukan penginputan data secara

manual sehingga besarnya kemungkinan terjadinya kesalahan itu

dapat terjadi.

c. Perlindungan terhadap penggunaan aktiva

Pengendalian fisik ini terdiri dari prosedur pengamanan atas

kekayaan dan catatan perusahaan.PT. Interyasa Ciputat telah

melaksanakan pengamanan yang baik yaitu dengan menyediakan

tempat yang aman untuk menyimpan dokumen perusahaan

khususnya kwitansi, kartu besar dan kartu kecil.

109
d. Selalu melakukan pengecekan independent terhadap kinerja

Pengecekan internal untuk menjamin bahwa transaksi diproses

secara akurat merupakan elemen pengendalian intern lain yang

penting. Pengecekan ini biasanya lebih efektif jika dilaksanakan

oleh seseorang yang tidak terkait dengan kegiatan perusahaan.

Dalam hal ini PT. Interyasa Ciputat memiliki audit internal yaitu

mencangkup wilayah metro Jakarta khususnya yang meliputi

daerah pondok labu, pamulang, tanggerang, cikarang, cileduk, dan

bekasi yang bertugas memperhatikan perkembangan cabang

setempat baik mengenai kinerja karyawan, penjualan dan juga

peningkatan penagihan angsuran (PPC) cabang.

3. Penaksiron Resiko

Komponen ke tiga dalam pengendalian internal adalah

perhitungan resiko.Akuntan memainkan peranan penting dalam

membantu manajemen mengendalikan bisnis dengan merancang

sebuah sistem pengendalian yang efektif dan mengevaluasi sistem yang

ada untuk menjamin bahwa sistem tersebut beroperasi secara efektif.

Penerapan fungsi sistem pengendalian internal piutang yang baik

harus mampu mengidentifikasi dan memanajemen berbagai resiko

yang akan terjadi dan dapat mempengaruhi kemampuan perusahaan

untuk dapat bertahan pada kondisi pasar yang kompetitif. Penilaian

110
resiko perusahaan harus memperhatikan mempertimbangkan faktor

internal maupun faktor eksternal yang meliputi adanya perubahan

lingkungan, karyawan baru dan juga tehnologi baru yang mampu

mempengaruhi pencapaian tujuan strategis.

4. Informasi dan komunikasi

Penerapan fungsi sistem pengendalian internal piutang yang baik

adalah harus memiliki manajemen yang mampu mengidentifikasi,

menangkap dan mengkomunikasikan informasi kepada pihak yang

tepat agar dapat melaksanakan tanggung jawab mereka.Didalam

perusahaan sistem informasi merupakan kunci dari komponen

pengendalian ini.Adapun tujuan dari informasi dan komunikasi yaitu

sebagai berikut:

a. Mengidentifikasi dan mencatat semua transaksi yang sah

Setiap bagian yang telah menyusun dan mencatat semua

transaksi yang sah. Transaksi tersebut sah karena bukti telah

diotorisasi dan sesuai dengan jangka waktu terjadinya tansaksi

yang boleh di catat.Kemudian hasil pekerjaannya diperiksa oleh

kepala cabang setempat, sehingga menghasilkan informasi yang

memadai.

111
b. Komunikasi

Komunikasi di PT. Interyasa Ciputat antara sesama

karyawan dan juga pimpinan cabang maupun pusat baik secara

lisan maupun tindakan sudah berjalan baik.Meskipun adanya

kecanggungan Staf Showroom dalam hal peneguran mengenai

tagihan angsuran kepada kolektor, mengenai kedisiplinan kerja.

5. Monitoring

Pemantauan kegiatan pada PT. Interyasa Ciputat dilaksanakan

oleh bagian yang terkait. Seperti kegiatan pengembangan toko atau

supplier kerja sama dilakukan oleh seorang yang menjabat menjadi

STKK (Supplier Toko Kerjasama), bagian penjualan yaitu dilakukan

oleh marketing dan team leader, bagian penagihan dilakukan oleh

kolektor, bagian penerimaan dan pengeluaran uang dilakukan oleh

kasir, bagian pengecekan barang, kwitansi keluar dan pembuatan D/O

dan lain sebagainya yang berhubungan dengan administratif dilakukan

oleh admin, sedangkan pemantauan secara umum mengenai

pengawasan perkembangan cabang dilakukan oleh pimpinan setempat

yaitu Manager dan CS (Credit Supervisor).

Kemudian hasil pemantauan dievaluasi dan diambil tindakan

koreksi bila terjadi penyimpangan, dan diadakan evaluasi setiap awal

bulan dengan mengadakan meeting bulanan seluruh karyawan

112
cabang.Monitoring terhadap piutang yang tak tertagih belum

sepenuhnya berjalan, sehingga kemungkinan penyimpangan terhadap

angsuran terjadi.Lemahnya pengawasan yang dilakukan di PT.

Interyasa Ciputat merupakan salah satu unsur utama yang

menyebabkan persentase peningkatan penagihan pada perusahaan

menurun. Kurang tegasnya Staff SRM dalam melakukan monitor baik

melalui via tlp menanyakan keabsahan data hutang konsumen, tidak

berjalan sesuai dengan SOP (Standart Operating Procedure).

3. Pelaksanaan Tingkat Penagihan di PT. Interyasa Ciputat.

a. Analisis Kuantitatif

Berikut merupakan tabel mengenai penagihan piutang selama

tahun 2011-2013 yaitu:

Tabel 4.7

PT. Interyasa Ciputat

Daftar Penjualan Kredit dan Penagihan Piutang Tahun 2011

Tahun
Penjualan Kredit Piutang Penagihan Piutang
2011

Januari 197,670,000 218,636,500 191,243,500

Februari 191,140,000 211,139,500 186,813,500

Maret 166,069,000 179,984,000 209,215,000

April 200,176,000 216,162,000 203,721,000

113
Mei 208,669,000 230,304,000 192,904,000

Juni 183,512,000 203,610,500 199,010,500

Juli 209,070,000 221,684,500 191,637,500

Agustus 248,283,000 270,268,000 186,422,500

September 246,676,000 266,396,500 193,619,000

Oktober 185,726,000 194,662,500 210,608,000

November 200,821,000 219,953,000 211,558,500

Desember 204,782,000 266,122,500 221,168,000

Total 2,442,594,000 2,698,923,500 2,397,921,000

Sumber :Data Primer Yang Diolah (2014)

Cara Menghitung Peputaran Piutang adalah sebagai berikut:

Tahun 2011:

a. Rata-Rata Piutang = Piutang Awal + Piutang Akhir

= 218,636,500 + 221,168,000

= 439.804.500

= 219.902.250

114
b. Tingkat Perputaran Piutang = Penjualan Kredit Pertahun

Rata-Rata Piutang

= 2.442.594.000

219.902.250

= 11,10 perputaran piutang

360 hari
Atau jika dihitung dalam hari berkisar ¿
11kali tingkat perputran piutang

= 32 Hari

Tabel 4.8

PT. Interyasa Ciputat

Daftar Penjualan Kredit dan Penagihan Piutang Tahun 2012

Tahun
Penjualan Kredit Piutang Penagihan Piutang
2012

Januari 214,944,000 232,951,500 196,289,500

Februari 185,727,000 199,609,500 208,035,000

Maret 181,402,000 194,855,500 220,147,000

April 187,723,000 203,620,500 202,095,500

Mei 180,803,000 197,067,000 206,931,000

Juni 200,377,000 211,883,500 204,536,500

Juli 228,759,000 245,675,500 206,629,000

Agustus 223,212,000 237,693,000 197,291,500

Septembe

r 131,902,000 142,307,000 203,975,000

115
Oktober 200,925,000 212,463,500 206,424,000

Novembe

r 158,999,000 166,203,000 193,295,000

Desember 188,382,000 197,119,500 190,567,500

Total 2,283,155,000 2,441,449,000 2,436,216,500

Sumber :Data Primer Yang sudah diolah (2014)

Tahun 2012:

a. Rata-Rata Piutang = Piutang Awal + Piutang Akhir

= 232.951.500 + 190.567.500

= 423.519.000

= 211.759.500

b. Tingkat Perputaran Piutang = Penjualan Kredit Pertahun

Rata-Rata Piutang

= 2.283.155.000

211.759.500

= 10,78 perputaran piutang

360 hari
Atau jika dihitung dengan hari ¿
10 ,78 Tingkat perputaran piutang

116
= 33 Hari

Tabel 4.9

PT. Interyasa Ciputat

Daftar Penjualan Kredit dan Penagihan Piutang Tahun 2013

Tahun
Penjualan Kredit Piutang Penagihan Piutang
2013

Januari 155,161,000 168,609,500 187,173,000

Februari 182,428,000 194,540,500 175,504,500

Maret 206,925,000 220,279,000 176,024,500

April 175,863,000 186,314,000 183,227,000

Mei 224,533,000 235,921,500 185,283,500

Juni 207,810,500 222,083,000 178,303,000

Juli 224,733,000 236,792,000 192,962,500

Agustus 207,836,000 218,050,000 185,596,000

September 193,188,000 214,750,500 190,546,000

Oktober 123,941,000 131,414,000 202,071,388

November 180,375,500 193,556,000 185,410,000

Desember 186,488,000 196,259,000 177,697,000

Total 2,269,282,000 2,418,569,000 2,219,798,388

Sumber : Data Primer Yang telah Diolah (2014)

117
Tahun 2013

a. Rata-Rata Piutang = Piutang Awal + Piutang Akhir

= 168.609.500 + 177.697.000

= 346.306.500

= 173.153.250

b. Tingkat Perputaran Piutang =Penjualan Kredit Pertahun

Rata-Rata Piutang

=2.269.282.000

173.153.250

= 13,10 perputaran piutang

360 hari
Atau jika dihitung dalam hari =
13 kali lama perputaran piutang

= 27 hari

118
TABEL 4.10

PT. Interyasa Ciputat

Tingkat Perputaran Piutang Tahun 2011-2013

Tingkat Perputaran

Tahun Penjualan Kredit Piutang Rata-Rata Piutang

2011 2,442,594,000 219,902,250 32 hari

2012 2,269,282,000 211,759,500 33 hari

2013 2,283,155,000 173,153,250 27 hari

Sumber : Data primer yang diolah (2014)

1. Uji Validitas Tingkat Penagihan (Variabel Y)

Uji validitas ini dikatakan valid jika mampu mengukur apa

yang dikehendaki dari variabel yang diteliti. Tehnik uji validitas ini

dihitung dengan membandingkan jika r hitung > r tabel maka item

tersebut dapat dikatakan valid.Selain itu dengan membandingkan r

hitung dengan r tabel dapat juga dilihat dari signifikansi, jika lebih

kecil dari α maka dapat dikatakan bahwa item diuji valid (Sugiyono,

2009:126). Adapun hasil uji validitas instrument tingkat penagihan dengan

menggunakan bantuan Microsoft Exel 2007 dan dapat disajikan dalam

tabel berikut ini.

119
Tabel 4.11

Hasil Uji Validitas Butir Kuesioner Tingkat Penagihan

Nilai Correlated

Butir dalam Item-Total Nilai kritis Taraf Sig.


No Keterangan
kuesioner Correlation (r-tabel) (α=0.05)

(r-hitung)

1. Pertanyaan 1 0.367 0.312 0.05 Valid

2. Pertanyaan 2 0.750 0.312 0.05 Valid

3. Pertanyaan 3 0.744 0.312 0.05 Valid

4. Pertanyaan 4 0.772 0.312 0.05 Valid

5. Pertanyaan 5 0.399 0.312 0.05 Valid

6. Pertanyaan 6 0.400 0.312 0.05 Valid

7. Pertanyaan 7 0.778 0.312 0.05 Valid

8. Pertanyaan 8 0.367 0.312 0.05 Valid

9. Pertanyaan 9 0.739 0.312 0.05 Valid

10. Pertanyaan 10 0.722 0.312 0.05 Valid

120
Dari hasil analisis pada tabel 4.11 diatas dapat dikemukakan

bahwa dari 10 item pertanyaan yang di berikan kepada responden

mengenai tingkat penagihan semuanya dikatakan valid karena r

hitung > r tabel.

2. Uji Reliabilitas Tingkat Penagihan (Variabel Y)

Dalam pengujian realibilitas yang dimaksud untuk

mengetahui adanya konsistensi alat ukur dalam penggunaanya, atau

dengan kata lain alat ukur tersebut mempunyai hasil yang konsisten

apabila digunakan berkali-kali pada waktu berbeda. Reliabilitas

instrument merupakan syarat untuk pengujian validitas instrument.

Oleh karena itu walaupun instrument yang valid umunya pasti

reliabel, tetapi pengujian reliabilitas instrument perlu dilakukan

(Sugiyono, 2009:122).

Tabel 4.12

Hasil Uji Reliabilitas Tingkat Penagihan (Y)

No Varian

1 0,227

2 0,250

3 0,300

4 0,249

5 0,240

121
6 0,234

7 0,294

8 0,244

9 0,249

10 0,244

Total 2,531

Menghitung varian tiap butir dengan rumus:

2
(∑ x)
∑ x 2−
Si2 : n
n

2
(186)
874−
Contoh No. 1 = 40
40

874−864 , 9
=
40

9 ,1
= = 0,227
40

Menghitung varian total:

2
(∑ xt)
∑ xt 2−
St2 : n
n

122
2
(1810)
82278 –
= 40
40

82278−81902, 5
=
40

375 ,5
= = 9,3875
40

{ }{ }
2
k ∑ Si
Mencari reliabilitas variabel r 10 : 1− 2
k−1 St

= {10−1
10
}{1− 2,531
9,387 }

= 1,11 x 0,731

= 0,811

Dari hasil uji reliabilitas tingkat penagihan yang terlihat pada

tabel 4.12 diatas dapat dikatakan nilai Alpha Cronbach’s sebesar

0.811, artinya uji reliabilitas tingkat penagihan dikatakan realibel.

b. Analisis Deskriptif

Penagihan yang memburuk akan mengakibatkan tingkat penagihan

tidak tercapai. Dengan adanya sumber daya manusia yang kurang efektif,

kecerobohan dan juga sumber daya manusia yang kelelahan maka

peningkatan penagihan tidak akan tercapai. Oleh karena itu sumber daya

123
manusia yang gigih, ulet dan jujurlah yang dapat membantu penagihan

menjadi meningkat serta pengawasan piutang secara berkala akan

mengurangi kemungkinan terjadinya penyalahgunaan angsuran. Unsur-

unsur yang menyebabkan penagihan adalah sebagai berikut:

1. Penjualan Kredit

a. Pemrosesan pesanan pelanggan

Pemrosesan pesanan pelanggan pada PT. Interyasa Ciputat

yaitu pelanggan mengisi foam tanda lunas biaya administrasi

dengan memberikan pembayaran administrasi sebesar Rp 35.000

baik itu penjualan Sales/Supervisi Toko Kerja Sama

(STKK).Kemudian data diberikan kepada team survey untuk di

lakukan pensurveyan kepada pelanggan.

b. Persetujuan Kredit

Jika pemrosesan pesanan pelanggan telah selesai dilakukan

maka tahap selanjutnya adalah melakukan persetujuan kredit yang

dalam hal ini persetujuan kredit pada PT. Interyasa Ciputat yaitu

dilakukan oleh pimpinan cabang.Dalam hal ini pimpinan dituntut

agar mampu dalam menganalisis suatu persetujuan kredit. Jika

pimpinan PT. Interyasa ciputat longgar dalam memberikan

124
persetujuan kredit terhadap pelanggan maka akan terjadi penagihan

yang membengkak akibat piutang yang tidak tertagih.

c. Pengiriman Barang

Pengiriman dilakukan setelah dokumen-dokumen sudah

siap semua dan persetujuan kredit sudah ok oleh pimpinan. Semua

yang dilakukan di PT.Interyasa Ciputat masih dilakukan secara

manual, pendokumentasian pengiriman barang dilakukan jika

purchase order sudah siap di bawa ketoko

d. Penagihan Pelanggan

Penagihan ke pelanggan yang dilakukan oleh PT. Interyasa

Ciputat dilakukan oleh kolektor bagian penagihan dengan

membawa kartu kecil (kartu tagihan ) dan kwitansi resmi yang di

keluarkan oleh administrasi.

2. Penerimaan Kas

Penerimaan kas pada PT. Inteyasa Ciputat adalah dengan

mencatat seluruh penerimaan baik tagihan angsuran maupun

penerimaan yang lainnya berdasarkan bukti yang ada. Kasir dan

administrasi pada PT. Interyasa Ciputat sangat berperan aktif dalam

pengawasan ini.Pengecekan dilakukan dari pengeluaran kwitansi yang

125
dilakukan oleh administrasi dan bagian penerimaan angsuran yaitu

bagian kasir.

3. Penghapusan piutang tak tertagih

Penghapusan merupakan alternatif setiap perusahaan jika

pelanggan sudah benar-benar tidak bisa ditagih, atau pindah dan alamat

tidak bisa lagi di temukan. Perusahaan bisa mengajukan penghapusan

piutang tak tertagih kepada kantor pusat dengan mencantumkan hasil

account checking terhadap kartu-kartu yang akan di hapuskan beserta

dengan alasannya mengapa tagihan tersebut dihapuskan (writte off)

dengan cara melihat umur piutang tersebut. PT. Interyasa memiliki

kebijakan terhadap penghapusan piutang yaitu:

a. Piutang yang setengah lancar maksudnya adalah piutang yang

masih bisa tertagih tetapi butuh waktu yang sangat lama, oleh

karena itu perusahaan memberikan KTK (komisi tagihan khusus)

komisi ekstra karena telah berhasil menagih.

b. Piutang yang kartunya masih terbilang red account (kartu

penjualan baru) tetapi sudah tidak ada lagi pembayaran dengan

alasan pindah atau kabur, piutang yang seperti ini perusahaan

memberikan penalti langsung kepada cabang besarannya yaitu 35%

dari saldo sisa tagihan yang terdiri dari 10% pimpinan, 15%

surveyor dan 10% kolektor.

126
c. Piutang yang benar-benar sudah tidak bisa tertagih lagi yang akan

menjadi kartu mati bagi kolektor oleh karena itu perusahaan

memberikan kesempatan pada cabang untuk mengajukan writte off.

Penghapusan yang di lakukan adalah dengan menggunakan umur

piutang yaitu 9 bulan dan 6 bulan terakhir bayar sebagai contoh

jika kita ingin melakukan penghapusan piutang pada bulan juni

2014 maka penghapusan 9 bulan terakhir bayar adalah pada bulan

November 2013 dan bila penghapusan dilakukan dengan 6 bulan

terakhir bayar adalah pada bulan februari 2014.

4. Pengaruh Sistem Pengendalian Internal Piutang Terhadap Tingkat

Penagihan Pada PT. Interyasa Ciputat.

Dengan adanya pengendalian internal piutang yang terjadi pada

PT.Interyasa Ciputat, maka peningkatan penagihan akan menjadi lebih baik.

Jajaran staf Showroom harus dapat bekerja sama kepada pimpinan dalam

meningkatkan penagihan dengan melakukan pengawasan terhadap piutang

angsuran tersebut.

a. Regresi Sederhana

Untuk memprediksikan nilai dari variabel sistem pengendalian

internal piutang apabila nilai tingkat penagihan mengalami kenaikan atau

penurunan dan untuk mengetahui arah pengaruh antara variabel sistem

pengendalian internal piutang dengan variabel tingkat penagihan apakah

127
positif atau negatif. Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan

Microsoft Exel 2007 diperoleh skor perhitungan sebagai berikut:

Tabel 4.13

Pengaruh Sistem Pengendalian Internal Piutang Terhadap Tingkat

Penagihan Pada PT. Interyasa Ciputat

NO X Y X2 Y2 XY

1 45 44 2,025 1,936 1,980

2 45 44 2,025 1,936 1,980

3 50 49 2,500 2,401 2,450

4 48 47 2,304 2,209 2,256

5 45 44 2,025 1,936 1,980

6 46 40 2,116 1,600 1,840

7 48 44 2,304 1,936 2,112

8 48 46 2,304 2,116 2,208

9 47 44 2,209 1,936 2,068

10 48 46 2,304 2,116 2,208

11 47 46 2,209 2,116 2,162

128
12 42 40 1,764 1,600 1,680

13 50 46 2,500 2,116 2,300

14 46 40 2,116 1,600 1,840

15 48 44 2,304 1,936 2,112

16 50 49 2,500 2,401 2,450

17 47 46 2,209 2,116 2,162

18 45 44 2,025 1,936 1,980

19 45 40 2,025 1,600 1,800

20 50 50 2,500 2,500 2,500

21 46 40 2,116 1,600 1,840

22 47 44 2,209 1,936 2,068

23 45 44 2,025 1,936 1,980

24 50 44 2,500 1,936 2,200

25 44 40 1,936 1,600 1,760

26 47 44 2,209 1,936 2,068

27 48 44 2,304 1,936 2,112

28 48 46 2,304 2,116 2,208

29 50 43 2,500 1,849 2,150

30 50 49 2,500 2,401 2,450

31 50 50 2,500 2,500 2,500

32 45 44 2,025 1,936 1,980

33 50 50 2,500 2,500 2,500

34 49 44 2,401 1,936 2,156

129
35 50 50 2,500 2,500 2,500

36 49 48 2,401 2,304 2,352

37 50 49 2,500 2,401 2,450

38 49 48 2,401 2,304 2,352

39 49 48 2,401 2,304 2,352

40 49 48 2,401 2,304 2,352

TOTAL 1,905 1,810 90,901 82,278 86,398

N = 40

∑X = 1905

∑Y = 1810

∑X2 = 90901

∑Y2 = 82278

∑XY= 86398

n ( ∑ XY )−( ∑ X ) (∑ Y )
b=
n ( ∑ X 2) −¿ ¿

40 ( 86398 )− ( 1905 ) (1810)


b=
40 ( 90901 )− (1905 ) (1905)

130
3455920−3448050
b=
3640000−3629025

7870
b=
10975

b=0 , 71

∑ Y – b(∑ X )
a=
n

1810−0 , 71(1905)
a=
40

1810−1352 , 55
a=
40

457 , 45
a=
40

a=¿11,43

Dari persamaan regresi sederhana mengenai pengaruh sistem

pengendalian internal piutang terhadap tingkat penagihan adalah sebagai

berikut:

Y = a + bX

Y = 11,43 + 0,71 X

131
Dari persamaan regresi sederhana diatas dapat diartikan sebagai

berikut:

1. Konstanta sebesar 11,43 artinya jika sistem pengendalian internal

piutang (X) nilainya adalah 0, maka tingkat penagihan (Y) nilainya

11,43.

2. Koefisien regresi variabel sistem pengendalian internal piutang (X)

sebesar 0,71 artinya jika sistem pengendalian internal piutang

mengalami kenaikan 1 maka tingkat penagihan sebesar 0,71.

Koefisien bernilai positif artinya terjadi pengaruh positif antara

sistem pengendalian internal piutang dengan tingkat penagihan,

semakin tinggi sistem pengendalian internal piutang maka semakin

meningkat tingkat penagihan.

b. Uji Koefisien Korelasi Pearson

Koefisien korelasi digunakan untuk mengukur ukuran relative

tingkat pengaruh yang terdapat diantara dua variabel. Koefisien korelasi

antara dua variabel X dan Y (dilambangkan dengan rxy atau bisa juga

dengan r) sehingga untuk mencari nilai “r”, maka berdasarkan hasil

perhitungan menggunakan Microsoft Exel diperoleh skor perhitungan

variabel X dan variabel Y adalah sebagai berikut:

132
n ∑ xy−∑ x ∑ y
r=
√ [n( ∑ x2 )−(∑ x)2 ][ n( ∑ y2 )−( ∑ y)2 ]

40 ( 86398 )−( 1905 ) (1810)


r=
√ 40 ( 90901 )−¿ ¿ ¿

3455920−3448050
r=
√ 3636040−3629025 √3291120−3276100

7870
r=
√ 7015 √15020

7870
r=
( 83 , 75 ) (122 , 55)

7870
r=
10263,5625

r =0,766

Dari hasil analisis perhitungan menggunakan Microsoft Exel

2007 ada hubungan korelasi positif antara sistem pengendalian internal

piutang dengan tingkat penagihan, yaitu sebesar r = 0,766 , yang

termasuk kategori kuat, maka untuk mengetahui seberapa besar pengaruh

sistem pengendalian internal piutang terhadap tingkat penagihan adalah

sebagai berikut:

133
Koefisien Penentuan (KP) = r2 = (0,766) x 100% = 76,6%. Maka

dinyatakan bahwa angka koefisien korelasi sebesar (0,766) artinya angka

ini menunjukkan adanya hubungan antara sistem pengendalian internal

piutang dan tingkat penagihan, sehingga pengaruh sistem pengendalian

internal piutang terhadap tingkat penagihan adalah sebesar 76,6%

sedangkan 100% - 76,6% = 23,4% disebabkan oleh faktor lain seperti

penjualan kredit, penerimaan kas, dan penghapusan piutang tak tertagih.

c. Koefisien Determinasi

Koefisien Determinasi digunakan untuk menghitung besarnya

peranan atau pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.

Dari perhitungan koefisien korelasi pearson tersebut dapat dilihat

besarnya pegaruh sistem pengendalian internal piutang (variabel X)

terhadap tingkat penagihan (variabel Y) yaitu dengan menggunakan

koefisien penentu (KD) yang dinyatakan dalam rumus:

KD = (r2) x 100%

= (0,766)2 x 100%

= 0,5867 x 100%

= 58,67%

Sistem pengendalian internal piutang berpengaruh dalam tingkat

penagihan sebesar 58,67% sedangkan fator-faktor lain yang berpengaruh

134
terhadap tingkat penagihan selain sistem pengendalian internal piutang

yaitu sebesar 41,33%.

d. Uji t

Untuk membuktikan bahwa apakah sistem pengendalian internal

piutang berpengaruh signifikan terhadap tingkat penagihan PT. Interyasa

Ciputat perlu dilakukan uji signifikansi korelasi dengan menggunakan uji

t.

t=r
√ n−2
1−r 2

t=0,766
√ 40−2
1−(0,766)2

t=0,766
√ 38
1−0,586756

t=0,766
√ 38
0,413244

t=0,766 .91 , 95

t=70,4337

Untuk menentukan t tabel sebagai berikut:

t tabel = (a) . (n-2)

= t (5%) . (40-2)

135
= t(0,05) . 38

= 1,9

Berdasarkan tabel diatas, yang diperoleh dari hasil pengolahan

dan komputerisasi dengan menggunakan program Microsoft Exel 2007

dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0.05) yaitu sebesar 1,9.

Artinya terdapat pengaruh signifikan antara sistem pengendalian

internal piutang (X) terhadap tingkat penagihan (Y) pada PT. Interyasa

Ciputat. Karena t hitung (70,4337) sedangkan t tabel (1.9) maka Ho

ditolak dan Ha diterima. Ini berarti adanya pengaruh antara sistem

pengendalian internal piutang terhadap tingkat penagihan pada PT.

Interyasa Ciputat.

136
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian-uraian yang telah dibahas pada bab-bab

sebelumnya mengenai sistem pengendalian internal piutang pada PT.

Interyasa Ciputat, maka penulis dapat simpulkan sebagai berikut:

1. Pelaksanaan Sistem Pengendalian Internal Piutang pada PT. Interyasa

Ciputat sudah berjalan cukup baik. Pemisahan fungsi sangatlah

dibutuhkan agar seseorang dapat bertanggung jawab sepenuhnya

terhadap pekerjaan yang dijalankannya. Tetapi, kendalanya adalah

kurangnya sumber daya manusia pada PT. Interyasa Ciputat adalah

faktor yang menyebabkan pemisahan fungsi tidak berjalan baik dan tidak

sesuai dengan Standart Operating Prosedure. Pengawasan terhadap

kartu-kartu tagihan masih sangat kurang (minim). Sehingga

kemungkinan terjadinya penyimpangan terhadap tagihan angsuran dapat

terjadi. Hal ini dapat terlihat berdasarkan hasil kuesioner yang penulis

sebar mendapatkan data yang reliable dan mempunyai hubungan kuat.

2. Upaya yang dilakukan guna meningkatkan penagihan PT. Interayasa

Ciputat yaitu, penjualan kredit, penerimaan kas, dan penghapusan

piutang yang tak tertagih. Dilihat dari tingkat perputaran piutang yang

137
terjadi bahwa pada tahun 2012 tingkat penagihan mengalami kenaikan

yaitu sebesar Rp 38.295.500 atau berkisar 1,57% dibandingkan dengan

tahun 2011. Sedangkan pada tahun 2013 mengalami penurunan yang

sangat pesat yaitu sebesar 9,75%, atau berkisar Rp 216.418.122 yang

disebabkan kurangnya sumber daya manusia dalam divisi penagihan.

Semakin tinggi peputaran piutang suatu perusahaan menunjukkan

modal kerja yang ditanamkan dalam piutang rendah sehingga akan

semakin baik pengelolaannya. Sebaliknya jika perputaran piutang

semakin rendah berarti terdapat over investment dalam piutang sehingga

memerlukan analisa lebih lanjut. Berdasarkan hasil kuesioner yang

penulis sebar mendapatkan data yang reliabel dan mempunyai hubungan

kuat.

3. Dari hasil perhitungan analisis regresi diperoleh nilai konstanta dari

persamaan regresi sebesar 11,43 nilai konstanta merupakan nilai konstan

atau nilai tetap jika diasumsikan sistem pengendalian internal bernilai 0,

sehingga apabila diasumsikan demikian, maka tingkat penagihan tetap

pada 11,43. Selain nilai konstanta, dari persamaan regresi diatas juga

diketahui nilai koefisien regresi, yaitu sebesar 0,71% nilai ini

menggambarkan besarnya kenaikan atau penurunan sistem pengendalian

internal piutang yang diakibatkan oleh kenaikan satu satu variabel

tingkat penagihan.

138
B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang disajikan diatas maka penulis

memberikan saran sebagai pertimbangan untuk dapat meningkatkan sistem

pengendalian internal piutang sebagai berikut:

1. Ditunjukkan untuk PT. Interyasa Ciputat yang diwakili oleh para

pimpinan pusat ataupun cabang interyasa setempat:

a. Segera requitmen karyawan pada bagian penagihan khususnya agar

pemisahan tugas dan fungsi dapat berjalan sesuai dengan SOP yang

ada.

b. Sistem pengendalian internal piutang PT. Interyasa Ciputat masih

sangat lemah, hal ini perlu ditingkatkan kembali dalam hal

pengawasan untuk dapat mengendalikan semuanya. Perlu adanya

auditor lapangan agar dapat diketahui keefektifan sistem

pengendalian internal piutang dengan cara pengecekan kartu-kartu

tagihan yang tidak tertagih untuk melihat keabsahan data dilapangan

yang sebenarnya, dan adanya pengembangan pendidikan dan

pelatihan karyawan karena sistem pengendalian internal yang baik

harus didukung oleh orang-orang yang memiliki kemampuan untuk

menjalankan tugas sesuai dengan fungsi yang diharapkan oleh

perusahaan.

139
c. Cara pandang PT. Interyasa Ciputat harus berorientasi pada

keuntungan jangka panjang, tetap menjaga hubungan baik dengan

para supplier yang ada dan mendapatkan harga beli yang murah

dengan kualitas produk yang bagus. PT. Interyasa Ciputat harus

dapat berkembang lebih maju lagi khusunya dalam hal pencapaian

target penagihan selalu meningkat sesuai dengan yang diharapkan.

2. Untuk peneliti selanjutnya, disarankan untuk mengganti atau menambah

variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi sistem pengendalian

internal piutang terhadap tingkat penagihan agar hasilnya lebih baik dan

lebih maksimal lagi.

140
141

Anda mungkin juga menyukai