Anda di halaman 1dari 23

BAB VIII

AKUNTANSI PIUTANG

A. CAPAIAN PEMBELAJARAN

Setelah mempelajari materi mahasiswa mampu:


1. Memahami pengertian dan klasifikasi piutang
2. Memahami penurunan nilai piutang
3. Memahami penghentian pengakuan piutang

B. MATERI

1. Pengertian dan Klasifikasi Piutang

Pengertian Piutang

Penjualan barang dan jasa yang dilakukan oleh


perusahaan saat ini banyak dilakukan dengan kredit
sehingga ada tenggang waktu sejak penyerahan barang
atau jasa sampai saat diterimanya. Hal ini dilakukan
dalam upaya untuk meningkatkan keuntungan.
Perusahaan berharap dengan piutang, konsumen tetap
terus bisa menggunakan barang atau jasa yang
ditawarkan, sehingga roda ekonomi dalam prosesnya
dapat terus berjalan.

Akuntansi Keuangan 1 164


Piutang sendiri merupakan bagian dari tagihan
kepada perorangan atau individu atau organisasi yang
timbul dari penjualan barang dagangan atau jasa secara
kredit tanpa disertai janji tertulis secara formal (periode
jatuh tempo) dimana pelunasannya kurang dari 1 (satu)
tahun sehingga dikelompokkan dalam aktiva lancar
(current asset).

• Piutang usaha meliputi piutang


yang timbul karena penjualan
Menurut Standar produk atau penyerahan jasa
Akuntansi dalam rangka kegiatan usaha
Keuangan (IAI, normal perusahaan. Piutang yang
1995:PSAK No. 9 timbul dari transaksi di luar
Paragraf, Seksi 9.4) kegiatan usaha normal
perusahaan digolongkan sebagai
piutang lain-lain

• Piutang (receivable) mencakup


seluruh uang yang diklaim terhadap
Menurut Warren, entitas lain, termasuk perorangan,
perusahaan, dan organisasi lain.
et al (2015:448)
Piutang-piutang ini biasanya
merupakan bagian dari total asset
lancar

• Pinjaman yang diberikan (piutang)


adalah aset keuangan nonderivatif
Menurut PSAK 55 dengan pembayaran tetap atau
(2015) telah ditentukan dan tidak
mempunyai kuotasi di pasar aktif

Akuntansi Keuangan 1 165


Menurut Rudianto •Piutang adalah klain perusahaan atas
(2012:210) uang, barang, atau jasa kepada pihak
lain transaksi dimasa lalu

•Piutang adalah tagihan baik kepada


Menurut Slamet individu-individu maupun kepada
(2009:43) perusahaan lain yang akan di terima
dalam bentuk kas

•Piutang adalah klaim suatu


Menurut Martani,
perusahaan pada pihak lain.
et al (2012:193)

Klasifikasi Piutang

Penggolongan piutang dalam suatu perusahaan


dilakukan dengan tujuan untuk memudahkan
pelaksanaan pencatatan atas transaksi yang
mempengaruhi piutang yang ada di perusahaan tersebut.
Transaksi ini berasal dari transaksi penjualan kredit,
transaksi return penjualan, transaksi penerimaan kas dari
piutang, dan transaksi penghapusan piutang.

Piutang biasanya diklasifikasikan menjadi piutang


dagang dan piutang bukan dagang.

Akuntansi Keuangan 1 166


a. Piutang Dagang:
Yang termasuk piutang dagang yaitu piutang usaha
(accounts receivable) dan wesel tagih (notes
receivable). Piutang usaha merupakan piutang
dagang yang tidak dijamin dengan rekening terbuka.
Piutang jenis ini adalah perluasan kredit jangka
pendek bagi pelanggan dan tempo pembayarannya
berkisar 30 hingga 90 hari, Sedangkan wesel tagih
dikuatkan dengan janji tertulis untuk membayar
transaksi jual-beli yang telah dilakukannya.

Contoh:
Perusahaan X menjual dagangannya kepada Toko Y
sejumlah Rp. 12.000.000. Toko Y pada saat itu hanya
membayar sebesar Rp. 2.000.000 dan akan
membayar sisanya pada tengah bulan. Dengan
demikian, perusahaan X mempunyai piutang dari Toko
Y sejumlah Rp. 12.000.000 dikurangi Rp.2.000.000 ,
yakni Rp. 10.000.000

b. Piutang Bukan Dagang, yaitu piutang usaha yang


timbul bukan sebagai akibat dari penjualan barang
atau jasa yang di hasilkan perusahaan.
1) Penjualan surat berharga atau kepemilikan selain
barang dan jasa.
2) Uang muka bagi para pemegang saham, direktur,
pejabat, karyawan dan perusahaan afiliasi.
3) Pembayaran di awal pembelian

Akuntansi Keuangan 1 167


4) Tuntutan atas kerugian atau kerusakan produk.
5) Saham yang harus disetor.
6) Dilakukan setoran untuk menjamin kontrak atau
pembayaran biaya.
7) Setoran kepada kreditur, perusahaan keperluan
umum, dan serta lembaga lainnya

Contoh.
Pada tanggal 1 Januari, PT A membayar sewa
kantornya untuk jangka waktu setahun sebesar Rp.
24.000.000. Maka, pada pencatatan laporan
keuangan di akhir Januari, PT A mempunyai Piutang
Sewa kantor sebesar Rp.24.000.000 – Rp. 2.000.000
(Beban sewa bulan Januari) = Rp. 22.000.000.

Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan


bahwa piutang memilki ciri tertentu. Berikut ini adalah ciri-
ciri piutang:

 Adanya nilai jatuh tempo


Seorang pembeli yang melakukan transaksi dengan
cara kredit bukan hanya membayar sejumlah nilai
barang yang telah dibeli, tetapi juga bunganya karena
dia meminta waktu untuk membayar barang tersebut
dengan tempo. Nilai jatuh tempo merupakan
penjumlahan dari nilai transaksi utama lalu ditambah
dengan nilai bunga yang dibebankan untuk dibayarkan
pada tanggal jatuh tempo.

Akuntansi Keuangan 1 168


 Adanya tanggal jatuh tempo
Tanggal jatuh tempo dapat diketahui dari lamanya
atau umur piutang. Umumnya, penjual menggunakan
dua jenis pengukuran umur, yaitu bulan dan hari. Jika
menggunakan hitungan bulanan, maka tanggal jatuh
temponya sama dengan tanggal pembeli melakukan
transaksi kredit tersebut, hanya saja berbeda bulan.
Apabila berpatokan pada harian, maka wajib dilakukan
perhitungan untuk menentukan kapan tanggal jatuh
temponya secara pasti.
 Adanya bunga yang berlaku
Piutang dapat terjadi dikarenakan pembeli
memutuskan melakukan transaksi secara kredit. Hal
inilah menimbulkan bunga. Bunga dalam hal ini
dibayar sebagai bentuk konsekuensi pembeli yang
meminta waktu pembayaran tertentu dan sebagai
keuntungan bagi penjual karena sudah bersabar
dalam menunggu pelunasan kredit tersebut. Untuk
besaran bunga dalam hal ini sesuai kebijakan dari
penjual dalam menentukan tingkat bunga yang
dipakai.

Pengungkapan piutang dalam laporan keuangan


cukup lengkap, yang dibagi dalam tiga bagian, yaitu
pengungkapan kebijakan akuntansi, pengungkapan
rincian piutang, serta penjelasan lain yang material dan
signifikan. Pengungkapan kebijakan akuntansi piutang
diletakkan bersamaan dengan pengungkapan instrumen

Akuntansi Keuangan 1 169


keuangan. Kebijakan dalam akuntansi piutang
diantaranya:

 Metode pengakuan awal


 Metode pengukuran setelah perolehan
 Metode untuk menghitung penurunan nilai
 Penjelasan mengenai penghapusan piutang

Pengakuan Piutang

Piutang diakui pada waktu hak milik beralih ke


pembeli atau pada saat terjadinya transaksi yang dikenal
dengan istilah accrual basis. Penggunaan accrual basis
dalam akuntansi menimbulkan akibat adanya pengakuan
terhadap penghasilan-penghasilan yang masih akan
diterima. Menurut IAI dalam SAK (2015: 9.4) menyatakan
bahwa: jumlah bruto piutang harus disajikan dalam
laporan posisi keuangan. Piutang dinyatakan sebesar
jumlah bruto tagihan dikurangi dengan taksiran jumlah
piutang yang tidak dapat ditagih. Jumlah bruto piutang
harus tetap disajikan pada laporan posisi keuangan
diikuti dengan penyisihan untuk piutang diragukan atau
taksiran jumlah yang tidak dapat ditagih.

Dapat disimpulkan bahwa pengakuan piutang


dikaitkan dengan pengakuan pendapatan. Saat
perusahaan telah mengakui pendapatannya maka
perusahaan akan mengakui pendapatannya. Piutang
diakui oleh entitas sebesar nilai wajar. Nilai wajar
merupakan harga perolehan atau nilai pertukaran antara

Akuntansi Keuangan 1 170


kedua belah pihak pada tanggal transaksi. Ayat jurnal
untuk mengakui piutang atas penjualan barang atau jasa
adalah:

Kemudian pada saat piutang tersebut tertagih maka


jurnalnya sebagai berikut:

Dalam pengakuan piutang usaha terdapat dua


metode yang digunakan, yaitu metode kotor (Gross
Method) yang dicatat dari total penjualan meski ada
syarat potongan penjualan atau diskon jika membayar
tidak melebihi waktu yang ditetapkan. Dan yang kedua
adalah metode bersih (Net Method) yaitu dicatat
penjualan bersih setelah dikurangi potongan penjualan.

Penilaian Piutang

Pelaporan piutang pada laporan posisi keuangan


melibatkan klasifikasi dan penilaian. Klasifikasi termasuk
menentukan lamanya waktu setiap piutangnya yang akan
beredar. Perusahaan mengklasifikasikan piutang yang

Akuntansi Keuangan 1 171


dimaksudkan untuk ditagih dalam satu tahun atau siklus
operasi, mana yang lebih lama, sebagai asset lancar.
Semua piutang lainnya diklasifikasikan sebagai asset
tidak lancar.

Perusahaan menilai dan melaporkan piutang


jangka pendek pada nilai realisasi kas (cash realizable
value)- jumlah neto yang diharapkan estimasi piutang
tidak tertagihnya dan retur atau potongan yang akan
diberikan. Dari kalimat itu dapat diketahui bahwa untuk
melaporkan piutang dalam neraca adalah sebesar jumlah
yang akan direalisasikan. Artinya adalah penilaian
piutang dengan jumlah yang diharapkan akan dapat
ditagih.

Jumlah piutang yang diharapkan akan dapat


ditagih, dihitung dengan mengurangkan jumlah yang
diperkirakan akan dapat ditagih kepada jumlah piutang.
Dan karena neraca disusun setiap akhir periode maka
setiap akhir tahun perlu dihitung jumlah kerugian dari
piutang-piutang. Kerugian piutang usaha/dagang ini
dibebankan pada periode yang bersangkutan. Sehingga
dapat dihubungkan antara kerugian piutang dengan
penjualan yang mengakibatkan timbulnya piutang
tersebut.

Akuntansi Keuangan 1 172


Kerugian Piutang

Aset keuangan yang sering dihentikan


pengakuannya adalah salah satunya piutang usaha atau
dagang. Piutang usaha atau dagang kurang terjamin
pelunasannya dikarenakan tidak adanya suatu perjanjian
khusus yang dibuat untuk memiliki kekuatan hukum.
Maka piutang ada kemungkinan tidak akan tertagih.
Piutang yang jelas-jelas tak dapat ditagih lagi harus
dihapuskan dari rekening piutang. Penghapusan piutang
ini merupakan suatu kerugian bagi perusahaan.

Ada dua metode yang digunakan untuk menangani


piutang yang tak tertagih yaitu metode penghapusan
langsung dan metode cadangan. Penghapusan langsung
digunakan untuk piutang tak tertagih yang bersifat tidak
sering atau frekuensinya rendah. Sedangkan metode
cadangan digunakan untuk perusahaan yang sering
terjadi kerugian piutang atas piutang tak tertagih

a. Metode Penghapusan Langsung, ketika perusahaan


menentukan akun tertentu untuk piutang tidak dapat
tertagih, maka piutang tersebut dihapuskan dan
dibebankan pada rekening kerugian piutang. Jurnal
untuk mencatat penghapusan piutang tak tertagih
adalah sebagai berikut:

Akuntansi Keuangan 1 173


b. Metode Cadangan, pada metode ini perusahaan
dituntut untuk menghitung jumlah kemungkinan
piutang tak tertagih pada setiap akhir periode. Jurnal
untuk mencatat kerugian piutang tak tertagih dengan
metode cadangan adalah:

Jika dipastikan bahwa piutang tersebut tidak akan


tertagih, maka jurnal tersebut harus dikeluarkan dari
catatan perkiraan piutang usaha, dengan cara
mengkreditkannya sebesar jumlah tersebut yaitu
dengan jurnal sebagai berikut

Apabila piutang yang telah dihapuskan sebagai


piutang tidak tertagih ini dalam periode berjalan,
secara tidak diduga dapat diterima kembali
pelunasannya, maka ayat jurnal yang diperlukan yaitu:
- Jurnal untuk membalik penghapusan piutang yang
sudah dicadangkan

Akuntansi Keuangan 1 174


- Jurnal penerimaan kas saat piutang dibayarkan

Permasalahan yang timbul akibat kerugian piutang


adalah bagaimana menetapkan seberapa besarnya
jumlah yang harus disisihkan sebagai kerugian piutang.
Untuk mencatat kerugian piutang ada dua metode yang
digunakan yaitu, menggunakan:

a. Metode Berdasarkan Penjualan


Metode ini menghitung jumlah beban piutang tak
tertagih dari penjualan periode tertentu. Nilai
penyisihan piutang akhir periode dihitung dari saldo
awal penyisihan piutang ditambah penyisihan piutang
periode berjalan, dikurangi penghapusan piutang dan
ditambah jika ada piutang yang recovery.

b. Metode Berdasarkan Nilai Piutang


Metode ini menggunakan pendekatan neraca karena
perhitungan menggunakan nilai piutang dan jumlah
yang dihitung adalah nilai penyisihan piutang pada

Akuntansi Keuangan 1 175


akhir periode. Metode ini menghitung berapa jumlah
penyisihan piutang dari saldo piutang akhir periode,
beban penyisihan akan ditambahkan atau
dikurangkan untuk mendapatkan saldo penyisihan
piutang yang diinginkan.

Namun dengan berkembangnya zaman, muncul


risiko-risiko baru dalam mengestimasi kerugian piutang.
Sehingga estimasi penghitungan kerugian piutang kini
bisa dianalisis dengan cara berikut:

a. Estimasi berdasarkan presentase tertentu saldo


piutang
Estimasi ini bertujuan untuk melaporkan nilai bersih
piutang yang dapat terealisasi di laporan posisi
keuangan. Dengan menggunakan pendekatan ini,
kreditur telah menentukan perkiraan berapa persen
dari saldo piutang yang tidak dapat ditagih.
b. Estimasi berdasarkan analisis umur piutang
Estimasi ini dilakukan perusahaan dengan
menggunakan daftar piutang yang berisi saldo
piutang, nama pelanggan beserta umur piutang.
Dengan menggunakan cara ini, perusahaan dapat
menganalisis piutangnya dan mengelompokkannya
menurut lamanya piutang tersebut beredar. Semakin
lama piutang tersebut beredar semakin kecil
kemungkinan piutang tersebut tertagih, perusahaan
dapat menentukan umur piutangnya berdasarkan
tanggal jatuh temponya. Estimasi persentase untuk
piutang yang tidak dapat ditagih dapat berbeda-beda

Akuntansi Keuangan 1 176


sesuai dengan kategori umur piutang berdasarkan
pengalaman masa lalu.

Besarnya persentase untuk kerugian piutang


menurut Kieso adalah :

Contoh penyajian piutang dalam laporan posisi


keuangan adalah sebagai berikut

Piutang Dagang (bruto) Rp xxx

Dikurangi: cadangan kerugian piutang ( Rp xxx )

Piutang dagang (netto) Rp xxx

2. Penurunan Nilai Piutang

Menurut PSAK 55, penurunan nilai piutang adalah


suatu kondisi dimana terdapat bukti objektif terjadinya
peristiwa yang merugikan sebagai akibat dari satu atau
lebih peristiwa yang terjadi setelah pengakuan awal aset
tersebut (peristiwa yang merugikan), dan peristiwa yang
merugikan tersebut berdampak pada estimasi arus kas
masa depan dari aset keuangan atau kelompok aset
keuangan yang dapat diestimasi secara andal.

Akuntansi Keuangan 1 177


Beberapa faktor penyebab penurunan piutang yaitu:

a. Kesulitan keuangan signifikan yang dialami penerbit


atau pihak peminjam
b. Pelanggaran kontrak, seperti terjadinya gagal bayar
atau tunggakan pembayaran pokok atau bunga
c. Pihak pemberi pinjaman dengan alasan ekonomik
atau hukum sehubungan dengan kesulitan keuangan
yang dialami pihak peminjam, memberikan keringanan
(konsesi) pada pihak peminjam yang tidak mungkin
diberikan jika pihak peminjam tidak mengalami
kesulitan tersebut
d. Terdapat kemungkinan bahwa pihak peminjam akan
dinyatakan pailit atau melakukan reorganisasi
keuangan lainya
e. Hilangnya pasar aktif dari aset keuangan akibat
kesulitan keuangan
f. Data yang dapat diobservasi mengindikasikan adanya
penurunan yang dapat diukur atau diestimasi arus kas
masadepan dari kelompok aset keuangan sejak
pengakuan awal aset tersebut, meskipun
penurunanya belum dapat diidentifikasi terhadap aset
keuangan secara individual dalam kelompok aset
tersebut, termasuk memburuknya status pembayaran
pihak peminjam dalam kelompok tersebut atau kondisi
ekonomik nasional/lokal yang berkolerasi dengan
gagal bayar atas aset dalam kelompok tersebut.

Akuntansi Keuangan 1 178


Terdapat dua penurunan nilai piutang, yaitu:

a. Penurunan nilai individual


Penurunan nilai secara individual dilakukan apabila
terdapat bukti objektif mengenai penurunan nilai
secara individual atas aset keuangan yang signifikan
secara individual. Metode umum yang digunakan
dalam pengujian penurunan nilai secara individual
adalah analisis arus kas terdiskonto. Nilai diskonto
dihitung dengan mengestimasi arus kas masa depan
yang didiskontokan menggunakan suku bunga efektif.
Metode umum untuk memperoleh estimasi arus kas
dalam perhitungan rugi penurunan nilai adalah dengan
menggunakan historical portofolio performance dari
kelompok pinjaman.
b. Penurunan nilai kolektif
Penurunan nilai kolektif dilakukan apabila aset
keuangan tidak dinilai secara individual atau aset
keuangan dinilai secara individual namun tidak
teridentifikasi adanya penurunan nilai. Penurunan nilai
secara kolektif merupakan langkah sementara sampai
penurunan nilai individual dapat teridentifikasi.
Penilaian nilai kolektif harus merefleksikan model
kerugian yang terjadi dan mungkin tidak
mengakibatkan pengakuan perkiraan kerugian masa
depan.

Penggantian PSAK 55 menjadi PSAK 71 efektif per


2020 lalu memberikan perubahan penting soal
pencadangan atas penurunan nilai aset keuangan yang

Akuntansi Keuangan 1 179


berupa piutang, pinjaman, atau kredit. Standar baru ini
mengubah secara mendasar metode penghitungan dan
penyediaan cadangan untuk kerugian akibat pinjaman
yang tak tertagih. Jika berdasarkan PSAK 55, kewajiban
pencadangan baru muncul setelah terjadi peristiwa yang
mengakibatkan risiko gagal bayar (incurred loss), PSAK
71 memandatkan korporasi menyediakan pencadangan
sejak awal periode kredit. Kini, dasar pencadangan
adalah ekspektasi kerugian kredit (expected credit loss)
di masa mendatang berdasarkan berbagai faktor;
termasuk di dalamnya proyeksi ekonomi di masa
mendatang.

Berdasarkan standar akuntansi baru ini, artinya,


korporasi harus menyediakan cadangan kerugian atas
penurunan nilai kredit (CKPN) untuk semua kategori
kredit atau pinjaman, baik itu yang berstatus lancar
(performing), ragu-ragu (underperforming), maupun
macet (non-performing). Untuk kredit lancar, misalnya,
korporasi harus menyediakan CKPN berdasarkan
ekspetasi kerugian kredit dalam 12 bulan mendatang.
Hal ini menyebabkan perusahaan menyediakan nilai
pencadangan atas kredit atau piutang tak tertagih lebih
besar dibandingkan sebelumnya. Revisi standar
pelaporan ini muncul sebagai respons terhadap
kegagalan korporasi, utamanya di sektor finansial,
mengantisipasi tsunami gagal bayar kredit akibat
perubahan kondisi ekonomi yang mendadak.

Akuntansi Keuangan 1 180


3. Penghentian Pengakuan Piutang

Penghentian pengakuan (derecognition) akan


menyebabkan nilai piutang dan pinjaman tidak lagi
dicatat dalam laporan keuangan, terjadi ketika kontrak
tersebut berakhir dan dipenuhi. Secara umum
penghentian piutang dgn cara membayar
tunai/melaksanakan sesuatu sehingga tagihan
selesai/lunas.

Piutang dihentikan pengakuannya jika:


a. Hak kontraktual atas arus kas yang berasal dari asset
keuangan tersebut berakhir atau perseroan
mentransfer piutang dan ditransfer tersebut memenuhi
kriteria penghentian pengakuan.
b. Perseroan mentransfer hak kontraktual untuk
menerima arus kas yang berasal dari piutang atau
perseroan tetap memiliki hak kontraktual untuk
menerima arus kas yang berasal dari piutang, namun
juga menanggung kewajiban kontaktual untuk
membayar arus kas yang diteriama tersebut kepada
satu atau lebih pihak menerima melalui suatu
kesepakatan yang memenuhi seluruh persyaratan
berikut:
1) Perseroan tidak wajib membayar penerima akhir,
kecuali jika perseroan memperoleh jumlah yang
setara dari asset awalnya. Uang muka jangka
pendek yang diberikan perseroan dengan
Universitas Sumatera Utara hak untuk
memperoleh kembali jumlah yang dipinjamkan

Akuntansi Keuangan 1 181


tersebut secara penuh ditambah bunga terutang
yang dihitung berdasarkan suku bunga pasar
tidak menyalahi persyaratan ini.
2) Perseoran tidak diperkenankan, berdasarkan
persyaratan dalam kontrak transfer, untuk
menjual atau mengagunkan aset awalnya kecuali
untuk menjamin hak penerima akhir untuk
menerima arus kas.
3) Perseroan berkewajiban untuk menyerahkan
setiap arus kas yang ditagihnya untuk dan atas
nama penerima akhir tanpa penundaan yang
signifikan. Selain itu, perseroan berhak untuk
menginvestasikan kembali arus kas tersebut,
kecuali investasi pada kas atau setara kas selama
periode penyelesaian jangka pendek yaitu antara
tanggal penagihan dan tanggal pembayaran
kepada penerima akhir, dan pendapatan bunga
yang diperoleh dari investasi teersebut harus
diserahkan kepada penerima akhir.
4) Transfer piutang memenuhi kriteria penghentian
pangakuan jika secara substansial telah
mentransfer seluruh risiko dan manfaat atas
kepemilikan piutang.

Dalam hal perseroan secara substansial tidak


mentransfer dan tidak memiliki seluruh risiko dan manfaat
atas kepemilikan piutang tersebut, maka perseroan
menentukan apakah perseroan masih memiliki
pengendalian atas asset keuangan tersebut jika tidak lagi

Akuntansi Keuangan 1 182


memilki pengendalian, maka piutang dihentikan
pengakuannya dan jika masih memiliki pengendalian,
maka piutang tetap diakui sebesar keterlibatan
berkelanjutan dengan piutang tersebut.

Contoh penilaian piutang setelah adanya perubahan


PSAK 71:

 Pada 31 Desember 20X1, PT A memberikan pinjaman


untuk periode 4 tahun dengan nilai Rp 1 juta yang
diklasifikasikan sebagai diukur pada biaya perolehan
diamortisasi. Bunga dibayarkan setiap tahun. Tingkat
bunga kupon dan tingkat bunga efektif (EIR) = 5%.

 PT A menyimpulkan bahwa tepat untuk mengaku


kerugian kredit ekspektasian 12 bulan.

 Pinjaman tersebut memiliki PD (probability of default)


12 bulan sebesar 0,5%.

 Tabel di samping menunjukan arus kas kontraktual


dan probabilitas tertimbang arus kas yang
diperkirakan jika pinjaman tersebut gagal bayar dalam
12 bulan setelah akhir periode pelaporan.

 Pertanyaan: Berapa jumlah penyisihan kerugian atas


pinjaman tersebut pada 31 Desember 20X1?

Akuntansi Keuangan 1 183


Tanggal Jatuh Tempo : 31/12/20X5

Pokok : 200.000.000

Suku bunga efektif awal : 5,00%

Probability of default (12 bulan) : 0,5%

Akuntansi Keuangan 1 184


Jurnal pada tanggal 20X1 :

C. LATIHAN

1. Jelaskan metode apa saja yang digunakan dalam


pengakuan piutang?
2. Jelaskan apa yang kalian ketahui mengenai metode yang
digunakan dalam akuntansi untuk piutang tak tertagih?
3. Jelaskan bagaimana perlakuan pada piutang yang telah
dicadangkan namun oleh kreditur dibayarkan pada
periode yang sama?
4. Jelaskan perlakuan pada piutang yang telah dicadangkan
namun dibayarkan oleh kreditur pada periode yang
berbeda?
5. Jelaskan perbedaan pencadangan piutang setelah
adanya penggantian PSAK 55 menjadi PSAK 71?

Akuntansi Keuangan 1 185


D. REFERENSI

Carl S. Warren, dkk. (2014). Accounting Indonesia


Adaptation. Jakarta: Salemba Empat

Diana, Anastasia, dkk. (2017). Akuntansi Keuangan


Menengah Berdasarkan Standar Akuntansi
Keuangan Terbaru. Yogyakarta: CV Andi Offset.

Giri, Efraim Ferdinan. (2012). Akuntansi keuangan menengah


1 Perspektif IFRS (Cetakan pertama). Yogyakarta:
UPP STIM YKPN.

Ikatan Akuntan Indonesia. (2016). Standar Akuntansi


Keuangan. Jakarta.

Kartikahadi, Hans., dkk (2016). Akuntansi Keuangan


Berdasarkan SAK Berbasis IFRS (Edisi kedua buku
1), Jakarta: Ikatan Akuntan Indonesia.

Kieso, Weygandt Warfield. (2017) Akuntansi Keungan


Menengah Intermediate Accounting, Jakarta:
Salemba Empat.

Martani, Dwi., dkk., (2012). Akuntansi Keuangan Menengah


Berbasis PSAK (Buku 1), Jakarta: Salemba Empat.

Akuntansi Keuangan 1 186

Anda mungkin juga menyukai