Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Pendapatan dan Piutang merupakan sistem akuntansi yang sering


digunakan dalam menyusun laporan keuangan termasuk pada laporan laba
rugi Di dalamnya akan meringkas semua pendapatan perusahaan dan
mengurangkannya dengan pengeluaran, sehingga yang tersisa adalah
keuntungan atau kerugian dari perusahaan. Dengan catatan terperinci ini
nantinya perusahaan dapat mengetahui kinerja bisnis yang dijalankan. Dan
apabila ada ketidak sesuaian, maka perusahaan dapat membuat keputusan
yang dapat mengembangkan perusahaan.

Pendapatan adalah tiap-tiap tambahan aktiva atau pengurangan


kewajiban yang timbul karena usaha perusahaan, baik merupakan
penyerahan jasa-jasa maupun penjualan barang (Sugiri, 1994). Pada
umumnya semua perusahaan kegiatan pokoknya adalah menjual barang atau
jasa dalam rangka untuk memperoleh keuntungan. Pada perusahaan yang
menghasilkan barang, sudah pasti penjualan barang merupakan upaya
pencapaian. Sedangkan pada perusahaan jasa, mereka harus menyerahkan
jasa.

Untuk merealisasikan pelaksanaan otonomi daerah, maka sumber


pembiayaan pemerintah daerah tergantung pada peran Pendapatan Asli
Daerah (PAD). Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004
tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah disebutkan sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah terdiri dari
pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah. Oleh karena itu, pemerintah daerah
harus dapat mengupayakan pengelolaan sumber-sumber penerimaan PAD
secara optimal, sehingga akan tersedianya keuangan daerah yang dapat
digunakan untuk berbagai kegiatan pembangunan. Dengan ini akan
semakinmemperbesar keleluasaan daerah untuk mengarahkan penggunaan
keuangan daerah sesuai dengan rencana, skala prioritas dan kebutuhan
daerah yang bersangkutan.

Dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi, retribusi juga berpotensi


besar didalamnya. Retribusi daerah sebagai salah satu sumber Pendapatan
Asli Daerah (PAD) sekarang ini lebih memungkinkan dan berpeluang
besaruntuk ditingkatkan dan dikembangkan, sehingga mampu memberikan
kontribusi yang lebih besar kepada PAD terutama didaerah Kabupaten
Kota yang mempunyai otonomi yang luas dan utuh sekaligus untuk
meningkatkan kualitas pelayanan daerah. Sebagaimana telah disebutkan
dalam penjelasan UU Nomor 34 Tahun 2000 tentang perubahan UU Nomor
18 Tahun 1997 yaitu, daerah Kabupaten / Kota diberi peluang dalam
menggali potensi sumber-sumber keuangan dengan menetapkan jenis pajak
dan retribusi selain yang telah ditetapkan, sepanjang memenuhi kreteria
yang telah ditetapkan dan sesuai dengan aspirasi masyarakat.

Piutang adalah sebuah tagihan dalam bentuk kas kepada perorangan,


badan, atau pihak tertagih lainnya. Bagi perusahaan piutang merupakan pos
yang penting karena merupakan bagian aktiva lancar yang cukup
material. Piutang merupakan aktiva lancar yang likuid karena dapat
dijadikan kas dengan segera yaitu dalam jangka waktu paling lama satu
tahun. Disamping itu, jumlah piutang perusahaan dalam satu periode
umumnya cukup materil, sehingga administrasi pencatatan dan penyajiannya
harus dilakukan dengan baik, sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah
diatur dalam prinsip akuntansi keuangan yang berlaku umum.

Piutang usaha pada sebuah perusahaan timbul karena terjadinya


penjualan secara kredit. Penjualan secara kredit dilakukan perusahan untuk
menarik pelanggan agar mau membeli barang atau jasa yang dihasilkan oleh
perusahaan agar perusahaan tersebut dapat mempertahankan kelangsungan
hidupnya dan tetap dapat berkembang. Dalam melakukan penjualan kredit,
perusahaan perlu mempertimbangkan resiko yang mungkin akan terjadi.
Karena penjualan secara kredit memungkinkan adanya pelanggan atau
konsumen yang menunggak pembayaran piutangnya, dikarenakan
ketidakmampuan atau sengaja tidak membayar kewajibannya. Sehingga
menimbulkan piutang yang tidak dapat ditagih yang dalam akuntansi
dikenal dengan nama piutang tak tertagih.

1.2 Rumusan Masalah

1. Pengertian Pendapatan dan Piutang !


2. Apa Jenis-jenis pendapatan dan Piutang dalam akuntansi ?
3. Karakteristik Pendapatan dan Piutang !
4. Penilaian dalan Pendapatan dan Piutang !
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian
2.1.1 Pendapatan

Istilah pendapatan dan penghasilan sering ditafsirkan dengan


arti yang sama, sebab dalam bahasa Indonesia belum terdapat
keseragaman dalam pemakaian kedua istilah tersebut. Tetapi jika
dilihat dari sudut pandang akuntansi, istilah pendapatan, yang
diterjemahkan dari kata revenue memiliki arti yang berbeda dengan
istilah penghasilan, yang diterjemahkan dari kata income. Dalam
kenyataannya, kedua istilah tersebut sering diterjemahkan dengan arti
yang sama, bahkan kedua istilah tersebut sering kali saling
menggantikan. Hal ini tentu saja dapat mengakibatkan kesalahan
dalam menginterpretasikan informasi akuntansi yang dihasilkan.

Untuk lebih mengetahui pengertian yang jelas mengenai


pendapatan, maka ada beberapa definisi mengenai pendapatan yang
dikemukakan oleh beberapa ahli dibidang akuntansi maupun
lembaga profesi akuntan seperti yang diuraikan berikut ini :

Menurut Skousen dan Stice:


Pendapatan menunjukkan nilai penjualan total kepada
pelanggan dalam suatu periode dikurangi retur dan potongan
1
penjualan atau diskon penjualan”.

Menurut Adanan dan Bonifasius:

“Pendapatan adalah kenaikan imbalan ekonomis selama


periode akuntansi dalam bentuk arus kas masuk atau
peningkatan aset, atau penurunan liabilitas yang menyebabkan
peningkatan di dalam ekuitas, selain dari kontribusi dari peserta
2
ekuitas atau penanam modal”.
Menurut Hery:

“Pendapatan adalah arus masuk aset atau peningkatan


lainnya atas aset atau penyelesaian kewajiban entitas (atau
kombinasi dari keduanya) dari pengiriman barang, pemberian
jasa, atau aktivitas lainnya yang merupakan operasi utama atau
3
operasi sentral perusahaan”.

M
enurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), definisi pendapatan
sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 23,
yaitu sebagai berikut: “Pendapatan adalah arus masuk bruto
dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal
perusahaan selama satu periode bila arus masuk tersebut
mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari
4
kontribusi penanam modal”.

2.1.2 Piutang

Piutang merupakan tagihan yang timbul dari penjualan


barang atau jasa secara kredit. Secara umum piutang meliputi semua
klaim dalam bentuk uang terhadap entitas lain sejumlah nilai pada saat
transaksi. K.R. Subramanyan dan Jhon J.Wild mengemukakan
pengertian piutang adalah :

Piutang (receivables) merupakan nilai jatuh tempo yang


berasal dari penjualan barang atau jasa, atau dari pemberian
pinjaman uang. Piutang mencakup nilai jatuh tempo yang berasal
1
dari aktivitas seperti sewa dan bunga.

Dari defenisi diatas piutang secara luas diartikan sebagai


tagihan atas segala hak perusahaan baik berupa uang, barang, maupun
jasa atas pihak ketiga setelah perusahaan melaksanakan
kewajibannya, sedangkan dalam arti sempit piutang ialah tagihan
yang dapat diselesaikan dengan diterimanya uang dimasa yang akan
datang sesuai dengan tanggal jatuh temponya.

Menurut Al. Haryono Jusup:

“Piutang merupakan tagihan sipenjual kepada sipembeli sebesar


nilai transaksi penjualan. Piutang juga timbul apabila
perusahaan memberi pinjaman sejumlah uang kepada pihak
2
lain”.

Sedangkan menurut Jadongan Sijabat:

“Piutang merupakan klaim perusahaan terhadap pelanggan atau


yang lainnya atas uang, barang, atau jasa, yang akan ditagih
dimasa yang akan datang akibat peristiwa (transaksi) di
3
masa lalu.”

Menurut Rudianto piutang merupakan Klaim perusahaan atas uang,


4
barang atau jasa kepada pihak lain akibat transaksi di masa lalu.

Piutang merupakan salah satu unsur dari aktiva yang sangat

lancar yang diharapkan akan direalisasikan dalam siklus normal

operasional perusahaan.

2.2 Jenis-Jenis
2.2.1 Pendapatan

1. Pendapatan Bersih
Yang dimaksud dengan pendapatan bersih adalah pendapatan yang
didapat oleh perusahaan sesudah dikurangi pajak langsung.

2. Pendapatan Diterima di Muka


Pendapatan (atau penghasilan) yang diterima di muka tetapi belum
diakui sebagai pendapatan (dicatat sebagai utang pendapatan) pada
saat penerimaannya. Dan baru akan diakui sebagai pendapatan jika
perusahaan telah menyelesaikan kewajibannya berupa pengiriman
barang atau penyerahan jasa kepada pihak yang bersangkutan pada
waktu yang akan datang. Pendapatan ini dapat diakui secara
bertahap sesuai dengan penyelesaian kewajiban oleh perusahaan.

3. Pendapatan Lain-Lain
Yang dimaksud dengan pendapatan lain-lain adalah pendapatan
yang berasal dari sumber-sumber di luar kegiatan utama
perusahaan, tidak termasuk dalam pendapatan operasi, misalnya
pendapatan bunga, pendapatan sewa, pendapatan dividen, dan laba
penjualan aktiva tetap.

4. Pendapatan Permanen
Pendapatan rata-rata yang diharapkan dalam perusahaan selama
perusahaan tersebut berdiri.

5. Pendapatan Usaha
Pendapatan usaha adalah pendapatan yang berasal dari kegiatan
utama perusahaan.

6. Pendapatan yang Masih Harus Diterima


adalah pendapatan yang sudah dihasilkan (earned) walaupun
piutang yang bersangkutan belum jatuh tempo (belum saatnya
ditagih).

2.2.2 Piutang

Secara umum piutang terdiri dari 3 jenis, yaitu : piutang

usaha, piutang wesel dan piutang lain-lain yang dilaporkan secara

terpisah dalam neraca. Pengertian dari jenis piutang tersebut adalah

sebagai berikut :

1. Piutang Usaha
Jumlah yang akan ditagih dari pelanggan sebagai akibat
penjualan barang atau jasa secara kredit. Piutang usaha
memiliki saldo normal disebelah debet sesuai dengan saldo
normal untuk aset. Piutang usaha biasanya diperkirakan akan
dapat ditagih dalam jangka waktu yang relatif pendek, yaitu dalam
waktu 30 hari hinggan 60 hari. Piutang usaha diklasifikasikan
dalam neraca sebagai aset lancar (current asset).

2. Piutang Wesel
Tagihan perusahaan kepada pembuat wesel. Pembuat wesel
dalam hal ini adalah pihak yang berhutang kepada perusahaan.,
baik melalui pembelian barang atau jasa secara kredit maupun
melalui peminjaman sejumlah uang. Piutang wesel
diklasifikasikan dalam neraca sebagai aset lancar atau aset tidak
lancar. Piutang wesel yang bersifat lancar, yang timbul akibat
dari penjualan secara kredit, merupakan pengganti piutang usaha
yang belum juga diterima pembayarannya hingga batas waktu
kredit berakhir.

3. Piutang Lain-Lain

Piutang lain-lain umumnya diklasifikasikan dan dilaporkan


secara terpisah dalam neraca. Jika piutang dapat ditagih dalam
jangka waktu satu tahun atau sepanjang siklus normal
operasional perusahaan, maka piutang lain-lain ini akan
diklasifikasikan sebagai aset lancar. Diluar itu, tagihan akan
dilaporkan dalam neraca sebagai aset tidak lancar.

2.3 Karakteristik

2.3.1 Pendapatan
Karakteristik tersebut antara lain berdasarkan sumber
pendapatan, produk dan kegiatan utama perusahaan, serta sejumlah
besar pendapatan dan proses penandingan.

a. Sumber Pendapatan
Nilai rupiah aktiva bertambah dengan berbagai cara, tetapi
tidak semua cara tersebut mencerminkan pendapatan. Tambahan
nilai rupiah aktiva perusahaan dapat berasal dari transaksi modal,
laba dari penjualan aktiva yang bukan barang dagangan seperti
aktiva tetap, surat berharga, hadiah, sumbangan atau penemuan,
revaluasi aktiva tetap, dan penjualan produk perusahaan.

b. Produk dan Kegiatan Utama Perusahaan


Produk perusahaan biasanya berupa barang ataupun jasa.
Perusahaan tertentu bahkan dapat menghasilkan produk yang
sangat berbeda antara satu dengan yang lainnya, misalnya
perusahaan yang menghasilkan kedua jenis produk ini sekaligus
(barang dan jasa). Terkadang, produk yang dihasilkan secara
kebetulan bila dihubungkan dengan kegiatan utama perusahaan atau
yang timbul tidak tetap, sering dipandang sebagai bagian dari
elemen pendapatan non operasional. Maka dalam hal ini,
pemberian pembatasan tentang pendapatan sangat perlu. Untuk itu
produk perusahaan harus diartikan meliputi seluruh jenis barang
atau jasa yang disediakan atau diserahkan kepada konsumen tanpa
memandang jumlah rupiah tiap jenis produk tersebut atau seberapa
sering produk tersebut dihasilkan.

c. Sejumlah Besar Pendapatan dan Proses Penandingan

Pendapatan merupakan jumlah rupiah dari harga jual


persatuan dikali kuantitas terjual. Perusahaan tentu
mengharapkan adanya laba, yaitu jumlah rupiah pendapatan yang
lebih besar dari jumlah yang dibebankan. Laba atau rugi yang
timbul baru akan diketahui setelah pendapatan dan beban
diperbandingkan. Setelah biaya yang dibebankan secara layak
diperbandingkan dengan pendapatan, maka akan diketahuilah
besarnya jumlah rupiah laba maupun rugi.

2.3.2 Piutang
Berdasarkan pengertian dan jenis dari piutang, dapat disimpulkan
bahwa piutang memiliki beberapa karakteristik. Karakteristik atau ciri
piutang dapat dibagi menjadi tiga yaitu :

1. Nilai Jatuh Tempo


Nilai jatuh tempo adalah ciri pertama dari piutang, baik piutang
usaha hingga piutang lain-lain. Nilai jatuh tempo adalah nilai
keseluruhan piutang pada saat jatuh tempo yang menjumlahkan
piutang pokok dengan besaran bunga. Pelanggan yang membeli
secara kredit pada saat jatuh tempo tidak hanya akan membayar
nominal piutang awal melainkan nilai bunga dan denda bila
membayar diluar masa jatuh tempo khusunya piutang wesel.

2. Tanggal Jatuh Tempo


Tanggal jatuh tempo dapat diartikan sebagai durasi piutang tersebut
harus dilunasi oleh pelanggan. Pada piutang, kebantyakan
perusahaan menargetkan pelunasan oleh pembeli atau konsumen
selama 30 sampai 90 hari. Namun, dalam beberapa kejadian,
piutang perusahaan bisa lebih dari satu tahun. Satuan waktu yang
digunakan bisa hari maupun bulan tergantung dari preferensi
perusahaan. bedanya, pengguan satuan waktu harus konsisten
sehingga besaran bunga dan denda pembayaran bisa terhitug secara
akurat.

3. Besaran Bunga
Piutang pada umumnya memiliki bunga yang harus ditanggung
debitur. Bunga piutang bertujuan sebagai konsekuensi dari
pembayaran yang dilakukan dari jauh hari setelah transaksi terjadi.
Bisa dibilang, uang bunga merupakan timbal balik untuk
perusahaan karena sabar menunggu pembayaran oleh calon
konsumen. Besaran bunga ditentukan oleh perusahaan dan disetujui
oleh konsumen dengan besar bunga 5-10%.

2.4 Penilaian
2.4.1 Pendapatan
Standar Akuntansi memberikan pedoman dasar penilaian yang
dapat digunakan untuk menentukan berapa rupiah yang diperhitungkan
dan dicatat pertama kali dalam suatu transaksi atau berapa jumlah
rupiah yang harus diletakkan pada suatu akun dalam laporan keuangan.
Ada empat dasar dalam penilaian pendapatan antara lain sebagai
berikut :
1. Biaya Historis (historical cost) : Aktiva dicatat sebesar
pengeluaran kas (atau setara kas) yang dibayar sebesar nilai wajar
dari imbalan yang diberikan untuk memperoleh aktiva tersebut
pada saat perolehan.
2. Biaya Kini (current cost) : aktiva dimulai dalam wujud kas (atau
setara kas) yang seharusnya dibayar bila aktiva yang sama atau
setara yang diperoleh sekarang.
3. Nilai realisasi atau penyelesaian (realization/settlement value) :
Aktiva dinyatakan dalam jumlah kas (atau setara kas) yang sama
atau setara aktiva yang sekarang dengan menjual aktiva dalam
pelepasan normal (orderly disposal).
4. Nilai sekarang (present value) : Aktiva dinyatakan sebesar kas
masuk bersih di masa depan yang di diskonkan ke nilai sekarang
dari pos yang diharapkan dapat memberikan hasil dalam
pelaksanaan usaha normal.

2.4.2 Piutang
Secara teori semua piutang dinilai dalam jumlah yang mewakili
nilai sekarang dari perkiraan kas di masa mendatang. Oleh karena
piutang usaha jangka pendek, biasanya ditagih dalam 30 hingga 90
hari, bunga pinjaman akan relatif lebih kecil dari jumlah piutangnya
sebagai ganti dari penilaian piutang usaha pada nilai sekarang yang
didiskontokan, piutang dilaporkan sebagai nilai realisasi bersih (net
realizable value) yaitu nilai kas yang diharapkan. Hal ini menjelaskan
bahwa piutang usaha harus dicatat sebagai jumlah bersih dari estimasi
piutang tak tertagih.

Menurut Jadongan Sijabat:


Piutang dagang dinilai dan dilaporkan sebesar nilai piutang
bersih yang dapat direalisasikan (jumlah piutang bersih yang
diperkirakan dapat diterima dalam bentuk kas). Nilai piutang
bersih yang direalisasikan merupakan jumlah piutang atas
penjualan kredit dikurang dengan jumlah piutang dagang yang
5
tidak dapat ditagih.
Manajemen mengestimasi penyisihan piutang tak tertagih
berdasarkan pengalaman, kondisi pelanggan, ekspektasi ekonomi dan
industri dan kebijakan penagihan. Ada dua metode yang
digunakan dalam menilai, mencatat, atau menghapus piutang usaha
yang tidak dapat ditagih, yaitu:

1. Metode hapus langsung (direct write-off method)


2. 6
Metode pencadangan (allowance method)

Pengertian dari kedua metode penilaian diatas adalah sebagai berikut:


Metode Hapus Langsung (direct write-off method)
Faktor-faktor atau perihal yang membuat metode hapus langsung
ini dipakai adalah : (1) terdapatnya sebuah situasi dimana memang
sangat tidak memungkin bagi perusahaan untuk mengestimasi
besarnya piutang usaha yang tidak dapat ditagih sampai dengan akhir
periode, atau (2) khusus bagi perusahaan yang menjual sebagian
besar barang atau jasanya secara tunai, sehingga jumlah beban atas
piutang usaha yang tidak dapat ditagih boleh dibilang sangat tidak
material.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Pendapatan adalah tiap-tiap tambahan aktiva atau pengurangan kewajiban

yang timbul karena usaha perusahaan, baik merupakan

penyerahan jasa-jasa maupun penjualan barang.

2. Piutang adalah sebuah tagihan dalam bentuk kas kepada perorangan,

badan, atau pihak tertagih lainnya.

3. Secara umum piutang terdiri dari 3 jenis, yaitu : piutang usaha, piutang

wesel dan piutang lain-lain yang dilaporkan secara terpisah dalam neraca.

4. Secara umum pendapatan terdiri dari 6 jenis, yaitu : pendapatan bersih,

pendapatan diterima dimuka, pendapatan lain-lain, pendapatan permanen,

pendapatan usaha, dan pendapatan yang masih harus diterima.

3.2 Saran

Sebaiknya, untuk masalah-masalah yang terjadi pada pendapatan dan

piutang lebih efektiv. Serta meningkatkan kualitas kinerja dalam proses

perhitungan piutang maupun pendapatan yang akan dihadapi oleh suatu

organisasi ataipun perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai