Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

MANAJEMEN PIUTANG

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Keuangan 2


Dosen Pengampu: Dian Maulita S.E., M.M

Disusun Oleh :
Ai Restiana Wulandari
Atika Indriyani Putri
Berliana Oktaviani
Lola Novianti
Malikha Ayu Safira
Marnia Latua Nainggolan
Maudi Wulandari
Siti Nuruh Aisyah
Tiurma Vinka Silvana

PROGRAM STUDI AKUNTANSI (S1)


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SERANG RAYA
2023

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan


kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-
Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ”Manajemen Piutang” tepat
waktu. Makalah “Manajemen Piutang” disusun guna memenuhi tugas pada mata kuliah
Manajemen Keuangan II di Universitas Serang Raya. Selain itu, kami juga berharap
agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang Manajemen Piutang.

Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Dian Maulita S.E.,


M.M selaku dosen mata kuliah Manajemen Keuangan II. Tugas yang telah diberikan
ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis.
Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses
penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

Serang, 30 Mei 2023.


Penulis.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………... ii

DAFTAR ISI……………………………………...………………………... iii

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………... 1
1.1 Latar Belakang……………………………………………………..... 1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………… 1
1.3 Tujuan……………………………………………………....………. 2
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………… 3
2.1 Pengertian Piutang……………….…………………………………. 3
2.2 Kebijakan kredit…………………………………………………….. 4
2.3 Pemantauan Piutang…………………………………………………. 5
2.4 Analisis Perubahan Kebijakan Piutang……………………………… 7
2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Besarnya Investasi dalam
Piutang…………………………………………………………….... 9
2.6 Perputaran Piutang………………………………………………….. 10
2.7 Contoh Kasus……………………………………………………….. 11
BAB III PENUTUP…………………………………………………….......... 13
3.1 Kesimpulan………………………………………………………….. 13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Setiap pemimpin perusahaan selalu menginginkan penjualan barang dagangannya
dibayar secara tunai. Namun, di lain pihak, penjualan secara kredit justru akan
memberi peluang untuk perluasan pasar sehingga dapat menambah laba usaha,
meski hal ini juga bukan tanpa resiko. Biasanya keberhasilan suatu perusahaan
dilihat dari segi financialnya, yaitu seberapa besar laba yang diperoleh dari hasil
usahanya. Sehingga setiap perusahaan berlomba-lomba menaikan besaran profit
yang didapatnya. Namun untuk mencapai tujuan yang diinginkan, suatu perusahaan
harus mengoptimalkan segala kegitan dalam perusahaan tersebut, baik itu produksi,
pemasaran maupun penjualannya.
Masalah yang umum dihadapi perusahaan ialah penagihan piutang yang telah
jatuh tempo tidak selalu dapat diselesikan seluruhnya. Jika keadaan itu terus
berlangsung dalam jangka waktu yang lama maka modal perusahaaan akan semakin
kecil. Dengan begitu penagihan piutang perlu mendapat perhatian dan penanganan
serius agar resiko yang mungkin timbul dapat dihindari sekecil mungkin. Dalam hal
ini, pimpinan seharusnya juga turut aktif mengelola penagihan piutang agar tidak
sampai menghambat operasi atau kegiatan perusahaan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana menganalisis ekonomi terhadap piutang?
2. Apa saja standar kredit dan persyaratan kredit?
3. Apa saja kebijakan kredit dan pengumpulan piutang?
4. Apa saja Analisis Perubahan Kebijakan Piutang?
5. Apa saja Faktor-faktor yang Mempengaruhi Besarnya Investasi dalam
Piutang?

1
1.3 Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui cara analisis ekonomi terhadap piutang
2. Untuk mengetahui standar kredit dan persyaratan kedit
3. Untuk mengetahui kebijakan kredit dan pengumpulan piutang
4. Untuk mengetahui Analisis Perubahan Kebijakan Piutang
5. Untuk mengetahui Faktor-faktor yang Mempengaruhi Besarnya Investasi
dalam Piutang

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Piutang


Sebelum membahas mengenai manajemen piutang secara menyeluruh, maka
terlebih dahulu perlu dijelaskan satu persatu menurut beberapa ahli ekonomi.
Menurut Stoner (1996:8) manajemen adalah “proses perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan
sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan.”
Sedangkan menurut Syamsudin dan Lukman (2000:75) pengertian piutang
adalah “pengertian piutang dalam arti luas bahwa piutang merupakan klaim kepada
pihak lain apakah klaim berupa uang, barang, atau jasa.
Indriyo Gito Sudarno (1998:69) memberikan definisi piutang sebagai berikut:
“piutang merupakan aktiva atau kekayaan perusahaan yang timbul sebagai akibat
dari dilaksanakannya politik penjualan kredit. Dari beberapa definisi yang telah
dikemukakan oleh beberapa ahli ekonomi diatas, diambil kesimpulan bahwa
manajemen piutang adalah “suatu proses perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengawasan dalam bentuk klaim kepada pihak lain, baik terhadap
perorangan, badan usaha maupun pihak tertagih lainnya atas aktiva atau kekayaan
perusahaan yang timbul sebagai akibat dari dilaksanakannya transaksi penjualan
kredit dengan pihak lain, penyelesaiannya dilakukan dengan penerimaan baik
berupa uang, barang atau jasa dengan menggunakan sumber daya organisasi untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Langkah-Langkah Manajemen Piutang:
 Penetapan Kebijakan Kredit
 Pemantauan
 Analisis Perubahan Kebijakan Piutang Usaha

3
2.2 Kebijakan kredit
Kebijakan kredit mencakup keputusan untuk menetapkan standar kredit, syarat
kredit, dan kebijakan penagihan:
a. Standar Kredit
Standar kredit berguna untuk mengungkapkan kemampuan keuangan
minimum pelanggan sehingga dapat ditetapkan pelanggan yang tergolong
layak memperoleh kredit. Dengan demikian, perusahaan dapat meramalkan
siapa pelanggan yang akan terlambat dalam membayar kewajibannya dan
siapa pelanggan yang mungkin akan mengakibatkan kerugian piutang
(piutang yang tak tertagih).
Lima aspek (5 C) yang biasanya dijadikan dasar untuk menetapkan
kelayakan kredit meliputi hal berikut:
Character, kemungkinan dan para pelanggan secara jujur berusaha
memenuhi kewajibannya. Sejauh mana reputasi pelanggan dapat dipercaya,
yang dapat dinilai dari catatan masa lalu atau informasi dari berbagai pihak
yang patut diperhatikan.
Capacity, pendapat subjektif mengenai kemampuan pelanggan. Ini diukur
dari record tahun sebelumnya, atau dengan observasi fisik pada pabrik dan
toko pelanggan.
Capital, diukur oleh posisi finansial perusahaan secara umum, dimana hal
ini ditunjukkan dengan analisis rasio finansial. Rasio utang terhadap ekuitas
dan rasio profitabilitas sering digunakan mengukur aspek kapital ini.
Collateral, cerminan dari aktiva yang dijaminkan bagi keamanan kredit.
Conditions, menunjukkan pengaruh langsung dari trend ekonomi pada
umumnya terhadap perusahaan atau perkembangan khusus dalam bidang
ekonomi yang mempengaruhi efek terhadap kemampuan pelanggan untuk
memenuhi kewajibannya.

b. Syarat Kredit
Syarat Kredit (Credit Term) mencakup dua hal, yakni:

4
1. Periode kredit (kapan penagihan dimulai serta berapa lama batas waktu
penagihan), dan
2. Berapa besar diskon yang akan diberikan kepada pelanggan yang
membayar pada periode diskon.

c. Kebijakan Penagihan
Kebijakan penagihan (collection policy) adalah prosedur yang meliputi
waktu dan cara- cara penagihan agar pelanggan membayar tepat waktu.
Misalnya, perusahaan akan melakukan langkah-langkah penagihan : 1.
Menegur via telepon kepada pelanggan yang belum membayar pada satu
hari setelah batas akhir penagihan. 2. Menegur via surat kepada pelanggan
yang belum membayar sesudah tujuh hari dari batas akhir penagihan. 3.
Menyerahkan tugas penagihan kepada penagih utang (debt collector) dari
luar perusahaan bagi perusahaan yang belum membayar pada satu bulan
setelah batas akhir penagihan.

2.3 Pemantauan Piutang


Pemantauan piutang adalah proses evaluasi atas kebijakan kredit yang telah
dijalankan, khususnya pemantauan apabila terjadi perubahan pola pembayaran pada
pelanggan. Misalnya, pelanggan yang semula tergolong patuh dalam membayar kini
mulai terlambat membayar kewajibannya. Ada dua hal yang perlu mendapat
perhatian dalam kaitannya dengan pemantauan piutang usaha:
a. DSO (Days Sales Outstanding)
DSO adalah nama lain dari average collection period (ACP) yang
mengungkapkan berapa lama piutang tertagih. DSO merupakan ukuran
termudah untuk mengamati arus penagihan piutang dari pelanggan.
Meningkatnya DSO menunjukkan pelanggan makin lambat membayar
kewajibannya yang dapat dijadikan indikator awal kemungkinan timbulnya
piutang tak tertagih atau kredit macet.

5
Kendati DSO merupakan ukuran term udah untuk memantau kondisi piutang,
diperlukan sikap hati-hati dalam menafsirkan angka DSO. DSO atau ACP
(yang dinyatakan dalam hari) akan makin menurun apabila piutang menurun.
Menurunnya piutang belum tentu disebabkan oleh penerimaan yang lebih
cepat, mungkin saja disebabkan oleh turunnya penjualan akibat kondisi
ekonomi yang melesu.

b. Skedul Umur Piutang (aging schedule)


Skedul umur piutang merupakan tabel yang memuat informasi tentang
umur, jumlah. proporsi, dan periode penagihan piutang Berikut contoh tabel
skedul umur piutang :
Umur (Hari) Jumlah Proporsi Periode
Penagihan (Hari)
0-30 Rp 405.000.000 45% 20 Hari
31-60 Rp 450.000.000 50% 51 Hari
61-90 Rp 27.000.000 3% 80 Hari
Lebih dari 90 Rp 18.000.000 2% 96 Hari
Rp 900.000.000

Contoh analisis pemantauan piutang:


Misalnya, suatu perusahaan menetapkan batas waktu pembayaran piutang 30
hari. DSO rata-rata = 45% (20) 50 % (51)+3% (80) + 2% (96) = 52 Hari. Hal itu
berarti bahwa secara rata-rata pelanggan membayar kewajibannya pada bulan
kedua dari batas waktu penagihan yang ditentukan Pelanggan yang
membayarnya hingga batas akhir penagihan hanya mencapai 45%. Sisanya
(55%) justru tergolong pelanggan yang membayar melebihi batas waktu
penagihan. Analisis sederhana ini menunjukan bahwa pola penerimaan
penagihan piutang dari pelanggan perusahaan kurang baik karena lebih dari
separuhnya tergolong sebagai pelanggan yang tidak tepat waktu. Untuk

6
memperbaiki kondisi tersebut, perusahaan perlu mengkaji ulang kebijakan
kreditnya secara menyeluruh.

Langkah-langkah Pencegahan Resiko Tidak Tertagihnya Piutang:


 Penentuan besarnya resiko yang akan ditanggung perusahaan, hal ini
ditentukan atas dasar pengalaman-pengalaman tahun-tahun sebelumnya.
Misalnya resiko ditetapkan 10% dari piutang, jika perusahaan berencana
meningkatkan penjualan dengan Rp100.000 dan akan menyebabkan
tambahan biaya Rp50.000, maka tambahan keuntungannya adalah
sebesar Rp 40.000 (100.000-50.000-(10% x 100.000))
 Kemampuan debitur memenuhi kewajibannya, hal ini dapat diukur
dengan likuiditas dan rentabilitas. Selain itu perlu dipertimbangkan
"soliditas":
Soliditas komersil, kejujuran debitur direkturnya dalam memenuhi
kewajibannya tepat pada waktunya.
Soliditas finansiil, memiliki modal kerja yang cukup dalam memenuhi
kewajibannya tepat pada waktunya Soliditas moril, sifat-sifat dan moril
yang baik dari debitur/direkturnya.
Membuat klasifikasi kredit tiap pelanggan. hal ini dapat digunakan daftar
analisis umur piutang (aging schedule) sehingga diketahui sejarah kredit
tiap-tiap pelanggan.
Mengadakan seleksi calon pelanggan, berdasar sejarah kredit dapat
ditentukan pelanggan mana yang dapat ditambah plafon kredit,
diturunkan, atau tetap

2.8 Analisis Perubahan Kebijakan Piutang


Langkah terakhir yang harus dilakukan oleh manajer keuangan dalam
hubungannya dengan manajemen piutang adalah melakukan analisis perubahan
piutang Inti analisis adalah menetukan apakah syarat kredit yang berlaku saat ini

7
perlu diubah ataukah tidak perlu. Ada dua pendekatan untuk menganalisis
perubahan kebijakan piutang usaha:
Pertama, pendekatan pertambahan laba, yakni membandingkan pertambahan
pendapatan dengan pertambahan biaya. Pendekatan ini mudah dipahami, tetapi
tidak konsisten dengan tujuan maksimisasi nilai perusahaan.
Kedua, pendekatan nilai (net present value atau NPV), yakni pembandingan nilai
sekarang arus kas masuk dari piutang dengan arus kas keluar dari biaya.
Pendekatan itu lebih konsisten dengan tujuan maksimisasi nilai perusahaan.
a. Pendekatan pertambahan laba:
 Langkah 1. Menghitung penerimaan penjualan untuk setiap
kebijakan
 Langkah 2. Menghitung biaya-biaya untuk setiap kebijakan
bd = Piutang tak tertagih / bad debt (%)
S = Penjualan / sales
d = Diskon (%)
D = Probabilitas pelanggan yang memanfaatkan periode diskon
(%)
VC = Rasio biaya variabel per unit terhadap harga jual per unit (%)
DSO = Jangka waktu penagihan piutang (hari)
k = Bunga per tahun (%)
 Langkah 3. Menyusun laporan laba rugi sederhana untuk setiap
kegiatan
 Langkah 4. Membandingkan antara laba bersih kebijakan lama
dan laba bersih kebijakan baru. Jika laba bersih kebijakan baru
lebih besar daripada laba bersih kebijakan lama. maka perubahan
kebijakan piutang layak dijalankan.

b. Pendekatan nilai
 Langkah 1. Menghitung NPV untuk setiap kebijakan

8
NPV = Nilai sekarang bersih
D = Probabilitas pelanggan yang memanfaatkan periode diskon (%)
P = Harga jual per unit
Q = Kuantitas penjualan
d = diskon (%)
i = Bunga Harian (%), k/360
t1 = Batas akhir periode diskon
t2 = Jangka waktu penagihan piutang
bd = Piutang tak tertsgih
C = Biaya variabel per – unit
 Langkah 2. Membandingkan NPV kebijakan lama dan baru. Apabila
NPV kebijakan baru lebih besar (dan positif) daripada NPV
kebijakan lama, maka perubahan kebijakan piutang layak
dijalankan.

2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Besarnya Investasi dalam Piutang


a. Volume penjualan kredit, semakin besar volume penjualan kredit, makin
besar investasi yang tertanam dalam Piutang
b. Syarat pembayaran (termin), semakin lama masa kredit, semakin besar
invesatasinya.
c. Ketentuan tentang pembatasan kredit, batasan kredit dapat berupa kuantitatif
(plafon kredit, semakin besar plafon kredit per pelanggan makin besar
investasi yang diperlukan) dan kualitatif (selektif terhadap pelanggan kredit,
makin ketat seleksi akan semakin memperkecil investasi dalam piutang).
d. Kebijakan pengumpulan piutang, pengumpulan piutang dapat bersifat aktif
(menggunakan debt collector) pengumpulan piutang lebih tepat waktu tetapi
perlu tambahan biaya pengumpulan piutang, atau pasif yaitu keyakinan
bahwa debitur menepati janji, maka perubahan kebijakan piutang layak
dijalankan.

9
e. Kebiasaan membayar dari para langganan, apabila sebagian besar pelanggan
membayar pada masa diskon (termin 2/10, n/30), maka membutuhkan
investasi lebih kecil, tetapi jika pelanggan membayar pada hari ke 30 atau
bahkan menunggak, perlu investasi yang besar.

2.6 Perputaran Piutang


Perputaran piutang (receivable turn over) dipengaruhi oleh syarat pembayaran
dan kecenderungan debitur untuk menepati janji pembayarannya.
 Tingkat perputaran piutang 1`= Penjualan Netto Kredit
Rata-Rata Piutang
 Rata-rata pengumpulan piutang = 360
Receivable turnover
Apabila rata-rata hari pengumpulan piutang lebih lama dari batas pembayaran,
maka cara pengumpulan piutang kurang efisien.
Skedul Umur Piutang (aging schedule)
Umur (Hari) Jumlah Proporsi Periode Penagihan (Hari)
0-30 Rp 405.000.000 45% 20 Hari
31-60 Rp 450.000.000 50% 51 Hari
61-90 Rp 27.000.000 3% 80 Hari
Lebih dari 90 Rp 18.000.000 2% 96 Hari
Rp 900.000.000

Contoh analisis pemantauan piutang:


Misalnya, suatu perusahaan menetapkan batas waktu pembayaran piutang 30 hari. DSO
rata-rata = 45% (20) 50 % (51)+3% (80) + 2% (96) = 52 Hari. Hal itu berarti bahwa
secara rata-rata pelanggan membayar kewajibannya pada bulan kedua dari batas waktu
penagihan yang ditentukan Pelanggan yang membayarnya hingga batas akhir penagihan

10
hanya mencapai 45%. Sisanya (55%) justru tergolong pelanggan yang membayar
melebihi batas waktu penagihan. Analisis sederhana ini menunjukan bahwa pola
penerimaan penagihan piutang dari pelanggan perusahaan kurang baik karena lebih dari
separuhnya tergolong sebagai pelanggan yang tidak tepat waktu. Untuk memperbaiki
kondisi tersebut, perusahaan perlu mengkaji ulang kebijakan kreditnya secara
menyeluruh.

2.7 Contoh Kasus


KASUS 1
Sebuah perusahaan mendapatkan syarat kredit bagi pelanggan 2/10, n/30. penjualan
kredit tahun ini 600.000.000. berdasarkan pengalaman, 40% pelanggan
memnafaatkan diskon, 50% membayar pada hari ke 30, dan 10% sisanya membayar
pada hari ke 50.
Berdasarkan data tersebut
Hitunglah besarnya piutang rata-rata
Hitung besarnya piutang rata-rata jika semua pelanggan memanfaatkan periode
diskon
Penyelasaian:
1. DSO = 40% (10) + 50% (30) + 10% (50) =24 hari.
Piutang
600.000.000 x 24 hari Piutang = 40.000.000
360
2. DSO = 100% (10) =10 hari
Piutang
600.000.000 x 10 hari Piutang = 16.666.666,67
360

KASUS 2
Manajer keuangan PT Sudi Mampir sedang menyusun ringkasan perubahan
kebijakan kredit bagi pelanggan sbb:

11
Berdasarkan data tersebut:
1. Analisis kebijakan tersebut berdasarkan pendekatan laba dan pendekatan nilai.
2. Berikan rekomendasi untuk perusahaan tersebut
Penyelesaian
Pendekatan Laba:
Diskon (lama) = (1-3%) x 800.000.000 x 2% x 60% = 9.3120.000
Diskon (baru) = (1-4,5%) x 1.080.000 x 3% x 50% = 15.471.000
HPP (lama) = 70% x 800.000.000 – 560.000.000
HPP (baru) = 70% x 1.080.000 = 756.000.000
DSO (lama) = 60% (10) + (1-60%) (40) = 22 hari
DSO (baru) = 50% (10) + (1-0%) (50) = 30 hari
Biaya oportunit (lama) = 22 x 800.000.000/360 x 70% x 18% = 6.160.000
Biaya Oportunitis (baru) = 30 x 1.080.000/360 x 70% x 18% = 11.340.000
Biaya piutang tak tertagih (lama) – 3% x 800.000.000 = 24.000.000
Biaya piutang tak tertagih (baru) = 4,5% X 1.080.000 = 48.600.000

12
Pendekatan nilai:
Q (lama) = 800.000.000/25.000 = 32.000 unit
NPV (lama) = 60% 800.000.000 (1-2%) + (1-60%) 800.000.000 (1-2%)
(1+ 18%/360)^50 (1 + 18%/360)^22
= 17.500 (32.000) = 468.054.455,10 + 307.005.154,50 -560.000.000
= 215.059.609,60

Q (baru) = 1.080.000/27.000 = 40.000 unit


NPV (baru) = 50% 1.080.000 (1-4,5%) + (1-50%) 1.080.000 (1-4,5%)
(1+ 18%/360)^10 (1 + 18%/360)^30
=18.900 (40.000) = 521.188.187,90 + 555.900.751,40 –
18.900(40.000)
= 321.088.939,30

Berdasarkan pendekatan laba = laba bersih kebijakan baru lebih besar daripada
kebijakan lama Berdasarkan pendekatan nilai. NPV kebijakan baru lebih besar
daripada kebijakan lama maka kebijakan baru dapat dilaksanakan

13
14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Piutang merupakan aktiva atau kekayaan perusahaan yang timbul sebagai
akibat dari dilaksanakannya politik penjualan kredit (Syamsudin dan Lukman,
2000:75). Sementara itu Manajemen Piutang adalah “suatu proses perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan dalam bentuk klaim kepada pihak
lain, baik terhadap perorangan, badan usaha maupun pihak tertagih lainnya atas
aktiva atau kekayaan perusahaan yang timbul sebagai akibat dari dilaksanakannya
transaksi penjualan kredit dengan pihak lain, penyelesaiannya dilakukan dengan
penerimaan baik berupa uang, barang atau jasa dengan menggunakan sumber daya
organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Lima faktor yang mempengaruhi investasi pada piutang yaitu:
1. Volume penjualan kredit
2. Syarat pembayaran
3. Ketentuan tentang pembatasan kredit
4. Kebijakan pengumpulan atau penagihan piutang
5. Kebiasaan membayar pelanggan
Piutang terbagi menjadi tiga jenis, yaitu piutang usaha/dagang, piutang wesel,
danpiutang lain-lain. Sartono, (2001: 432) menyatakan bahwa setidaknya terdapat
beberapalangkah yang harus dilakukan oleh perusahaan dalam hal kebijakan dalam
manajemenpiutang yaitu penetapan standar kredit, persyaratan kredit,
kebijakan kredit danpengumpulan piutang.Piutang akan menimbulkan risiko
piutang tidak tertagih, penilaian terhadap piutangtersebut akan menyulitkan
perusahaan karena piutang tidak tertagih belum dapatdiketahui tanggal
pelaporannya sehingga mengharuskan perusahaan melakukan estimasi. Perlakuan
terhadap piutang tak tertagih dilakukan dengan menggunakan dua metode,yaitu
metode penghapusan langsung (direct method) dan metode cadangan
(allowancemethod)

15

Anda mungkin juga menyukai