MANAJEMEN PIUTANG
Disusun Oleh :
Ai Restiana Wulandari
Atika Indriyani Putri
Berliana Oktaviani
Lola Novianti
Malikha Ayu Safira
Marnia Latua Nainggolan
Maudi Wulandari
Siti Nuruh Aisyah
Tiurma Vinka Silvana
ii
KATA PENGANTAR
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………... ii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………... 1
1.1 Latar Belakang……………………………………………………..... 1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………… 1
1.3 Tujuan……………………………………………………....………. 2
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………… 3
2.1 Pengertian Piutang……………….…………………………………. 3
2.2 Kebijakan kredit…………………………………………………….. 4
2.3 Pemantauan Piutang…………………………………………………. 5
2.4 Analisis Perubahan Kebijakan Piutang……………………………… 7
2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Besarnya Investasi dalam
Piutang…………………………………………………………….... 9
2.6 Perputaran Piutang………………………………………………….. 10
2.7 Contoh Kasus……………………………………………………….. 11
BAB III PENUTUP…………………………………………………….......... 13
3.1 Kesimpulan………………………………………………………….. 13
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui cara analisis ekonomi terhadap piutang
2. Untuk mengetahui standar kredit dan persyaratan kedit
3. Untuk mengetahui kebijakan kredit dan pengumpulan piutang
4. Untuk mengetahui Analisis Perubahan Kebijakan Piutang
5. Untuk mengetahui Faktor-faktor yang Mempengaruhi Besarnya Investasi
dalam Piutang
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2.2 Kebijakan kredit
Kebijakan kredit mencakup keputusan untuk menetapkan standar kredit, syarat
kredit, dan kebijakan penagihan:
a. Standar Kredit
Standar kredit berguna untuk mengungkapkan kemampuan keuangan
minimum pelanggan sehingga dapat ditetapkan pelanggan yang tergolong
layak memperoleh kredit. Dengan demikian, perusahaan dapat meramalkan
siapa pelanggan yang akan terlambat dalam membayar kewajibannya dan
siapa pelanggan yang mungkin akan mengakibatkan kerugian piutang
(piutang yang tak tertagih).
Lima aspek (5 C) yang biasanya dijadikan dasar untuk menetapkan
kelayakan kredit meliputi hal berikut:
Character, kemungkinan dan para pelanggan secara jujur berusaha
memenuhi kewajibannya. Sejauh mana reputasi pelanggan dapat dipercaya,
yang dapat dinilai dari catatan masa lalu atau informasi dari berbagai pihak
yang patut diperhatikan.
Capacity, pendapat subjektif mengenai kemampuan pelanggan. Ini diukur
dari record tahun sebelumnya, atau dengan observasi fisik pada pabrik dan
toko pelanggan.
Capital, diukur oleh posisi finansial perusahaan secara umum, dimana hal
ini ditunjukkan dengan analisis rasio finansial. Rasio utang terhadap ekuitas
dan rasio profitabilitas sering digunakan mengukur aspek kapital ini.
Collateral, cerminan dari aktiva yang dijaminkan bagi keamanan kredit.
Conditions, menunjukkan pengaruh langsung dari trend ekonomi pada
umumnya terhadap perusahaan atau perkembangan khusus dalam bidang
ekonomi yang mempengaruhi efek terhadap kemampuan pelanggan untuk
memenuhi kewajibannya.
b. Syarat Kredit
Syarat Kredit (Credit Term) mencakup dua hal, yakni:
4
1. Periode kredit (kapan penagihan dimulai serta berapa lama batas waktu
penagihan), dan
2. Berapa besar diskon yang akan diberikan kepada pelanggan yang
membayar pada periode diskon.
c. Kebijakan Penagihan
Kebijakan penagihan (collection policy) adalah prosedur yang meliputi
waktu dan cara- cara penagihan agar pelanggan membayar tepat waktu.
Misalnya, perusahaan akan melakukan langkah-langkah penagihan : 1.
Menegur via telepon kepada pelanggan yang belum membayar pada satu
hari setelah batas akhir penagihan. 2. Menegur via surat kepada pelanggan
yang belum membayar sesudah tujuh hari dari batas akhir penagihan. 3.
Menyerahkan tugas penagihan kepada penagih utang (debt collector) dari
luar perusahaan bagi perusahaan yang belum membayar pada satu bulan
setelah batas akhir penagihan.
5
Kendati DSO merupakan ukuran term udah untuk memantau kondisi piutang,
diperlukan sikap hati-hati dalam menafsirkan angka DSO. DSO atau ACP
(yang dinyatakan dalam hari) akan makin menurun apabila piutang menurun.
Menurunnya piutang belum tentu disebabkan oleh penerimaan yang lebih
cepat, mungkin saja disebabkan oleh turunnya penjualan akibat kondisi
ekonomi yang melesu.
6
memperbaiki kondisi tersebut, perusahaan perlu mengkaji ulang kebijakan
kreditnya secara menyeluruh.
7
perlu diubah ataukah tidak perlu. Ada dua pendekatan untuk menganalisis
perubahan kebijakan piutang usaha:
Pertama, pendekatan pertambahan laba, yakni membandingkan pertambahan
pendapatan dengan pertambahan biaya. Pendekatan ini mudah dipahami, tetapi
tidak konsisten dengan tujuan maksimisasi nilai perusahaan.
Kedua, pendekatan nilai (net present value atau NPV), yakni pembandingan nilai
sekarang arus kas masuk dari piutang dengan arus kas keluar dari biaya.
Pendekatan itu lebih konsisten dengan tujuan maksimisasi nilai perusahaan.
a. Pendekatan pertambahan laba:
Langkah 1. Menghitung penerimaan penjualan untuk setiap
kebijakan
Langkah 2. Menghitung biaya-biaya untuk setiap kebijakan
bd = Piutang tak tertagih / bad debt (%)
S = Penjualan / sales
d = Diskon (%)
D = Probabilitas pelanggan yang memanfaatkan periode diskon
(%)
VC = Rasio biaya variabel per unit terhadap harga jual per unit (%)
DSO = Jangka waktu penagihan piutang (hari)
k = Bunga per tahun (%)
Langkah 3. Menyusun laporan laba rugi sederhana untuk setiap
kegiatan
Langkah 4. Membandingkan antara laba bersih kebijakan lama
dan laba bersih kebijakan baru. Jika laba bersih kebijakan baru
lebih besar daripada laba bersih kebijakan lama. maka perubahan
kebijakan piutang layak dijalankan.
b. Pendekatan nilai
Langkah 1. Menghitung NPV untuk setiap kebijakan
8
NPV = Nilai sekarang bersih
D = Probabilitas pelanggan yang memanfaatkan periode diskon (%)
P = Harga jual per unit
Q = Kuantitas penjualan
d = diskon (%)
i = Bunga Harian (%), k/360
t1 = Batas akhir periode diskon
t2 = Jangka waktu penagihan piutang
bd = Piutang tak tertsgih
C = Biaya variabel per – unit
Langkah 2. Membandingkan NPV kebijakan lama dan baru. Apabila
NPV kebijakan baru lebih besar (dan positif) daripada NPV
kebijakan lama, maka perubahan kebijakan piutang layak
dijalankan.
9
e. Kebiasaan membayar dari para langganan, apabila sebagian besar pelanggan
membayar pada masa diskon (termin 2/10, n/30), maka membutuhkan
investasi lebih kecil, tetapi jika pelanggan membayar pada hari ke 30 atau
bahkan menunggak, perlu investasi yang besar.
10
hanya mencapai 45%. Sisanya (55%) justru tergolong pelanggan yang membayar
melebihi batas waktu penagihan. Analisis sederhana ini menunjukan bahwa pola
penerimaan penagihan piutang dari pelanggan perusahaan kurang baik karena lebih dari
separuhnya tergolong sebagai pelanggan yang tidak tepat waktu. Untuk memperbaiki
kondisi tersebut, perusahaan perlu mengkaji ulang kebijakan kreditnya secara
menyeluruh.
KASUS 2
Manajer keuangan PT Sudi Mampir sedang menyusun ringkasan perubahan
kebijakan kredit bagi pelanggan sbb:
11
Berdasarkan data tersebut:
1. Analisis kebijakan tersebut berdasarkan pendekatan laba dan pendekatan nilai.
2. Berikan rekomendasi untuk perusahaan tersebut
Penyelesaian
Pendekatan Laba:
Diskon (lama) = (1-3%) x 800.000.000 x 2% x 60% = 9.3120.000
Diskon (baru) = (1-4,5%) x 1.080.000 x 3% x 50% = 15.471.000
HPP (lama) = 70% x 800.000.000 – 560.000.000
HPP (baru) = 70% x 1.080.000 = 756.000.000
DSO (lama) = 60% (10) + (1-60%) (40) = 22 hari
DSO (baru) = 50% (10) + (1-0%) (50) = 30 hari
Biaya oportunit (lama) = 22 x 800.000.000/360 x 70% x 18% = 6.160.000
Biaya Oportunitis (baru) = 30 x 1.080.000/360 x 70% x 18% = 11.340.000
Biaya piutang tak tertagih (lama) – 3% x 800.000.000 = 24.000.000
Biaya piutang tak tertagih (baru) = 4,5% X 1.080.000 = 48.600.000
12
Pendekatan nilai:
Q (lama) = 800.000.000/25.000 = 32.000 unit
NPV (lama) = 60% 800.000.000 (1-2%) + (1-60%) 800.000.000 (1-2%)
(1+ 18%/360)^50 (1 + 18%/360)^22
= 17.500 (32.000) = 468.054.455,10 + 307.005.154,50 -560.000.000
= 215.059.609,60
Berdasarkan pendekatan laba = laba bersih kebijakan baru lebih besar daripada
kebijakan lama Berdasarkan pendekatan nilai. NPV kebijakan baru lebih besar
daripada kebijakan lama maka kebijakan baru dapat dilaksanakan
13
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Piutang merupakan aktiva atau kekayaan perusahaan yang timbul sebagai
akibat dari dilaksanakannya politik penjualan kredit (Syamsudin dan Lukman,
2000:75). Sementara itu Manajemen Piutang adalah “suatu proses perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan dalam bentuk klaim kepada pihak
lain, baik terhadap perorangan, badan usaha maupun pihak tertagih lainnya atas
aktiva atau kekayaan perusahaan yang timbul sebagai akibat dari dilaksanakannya
transaksi penjualan kredit dengan pihak lain, penyelesaiannya dilakukan dengan
penerimaan baik berupa uang, barang atau jasa dengan menggunakan sumber daya
organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Lima faktor yang mempengaruhi investasi pada piutang yaitu:
1. Volume penjualan kredit
2. Syarat pembayaran
3. Ketentuan tentang pembatasan kredit
4. Kebijakan pengumpulan atau penagihan piutang
5. Kebiasaan membayar pelanggan
Piutang terbagi menjadi tiga jenis, yaitu piutang usaha/dagang, piutang wesel,
danpiutang lain-lain. Sartono, (2001: 432) menyatakan bahwa setidaknya terdapat
beberapalangkah yang harus dilakukan oleh perusahaan dalam hal kebijakan dalam
manajemenpiutang yaitu penetapan standar kredit, persyaratan kredit,
kebijakan kredit danpengumpulan piutang.Piutang akan menimbulkan risiko
piutang tidak tertagih, penilaian terhadap piutangtersebut akan menyulitkan
perusahaan karena piutang tidak tertagih belum dapatdiketahui tanggal
pelaporannya sehingga mengharuskan perusahaan melakukan estimasi. Perlakuan
terhadap piutang tak tertagih dilakukan dengan menggunakan dua metode,yaitu
metode penghapusan langsung (direct method) dan metode cadangan
(allowancemethod)
15