Anda di halaman 1dari 27

i

PEREKONOMIAN INDONESIA

KEBIJAKAN PEREKONOMIAN ERA JOKO WIDODO


PAPER INI DIBUAT UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH PEREKONOMIAN
INDONESIA

Disusun oleh :
1. SHAFIRA SALSABILLAH C1CO16014
2. DEWI APRIANA C1C016016
3. DEANITA MOINA
4. MAWAR MUGI
5. AFINA EKAFEBRIZA C1C016033
6. NIKEN ERISTIKA PRADANI C1C016037
7. FAIZ NUHA ILMAWAN
8. ELMA ADIRA PASYA C1C016084
9. LARAS WIJININGASIH C1C016097
10. RAHMI FUADIYAH C1C016118

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

Jl. Prof. Dr. H.R Boenyamin No. 708, Grendeng, Purwokerto Utara,
Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah 53122
2017

ii
DAFTAR ISI

ABSTRAKSI........................................................................................................................................iv
PENDAHULUAN.................................................................................................................................5
A. LATAR BELAKANG.................................................................................................................5
B. RUMUSAN MASALAH.............................................................................................................6
PEMBAHASAN...................................................................................................................................7
A. KEBIJAKAN EKONOMI ERA JOKO WIDODO.....................................................................7
1. PAKET KEBIJAKAN EKONOMI 1.....................................................................................7
2. PAKET KEBIJAKAN EKONOMI 2.....................................................................................8
3. PAKET KEBIJAKAN EKONOMI 3..............................................................................................9
4. PAKET KEBIJAKAN EKONOMI 4...................................................................................10
5. PAKET KEBIJAKAN EKONOMI 5...................................................................................12
6. PAKET KEBIJAKAN EKONOMI 6..................................................................................13
7. PAKET KEBIJAKAN EKONOMI 7..................................................................................14
8. PAKET KEBIJAKAN EKONOMI 8...................................................................................14
9. PAKET KEBIJAKAN EKONOMI 9...................................................................................15
10. PAKET KEBIJAKAN EKONOMI 10.................................................................................15
11. PAKET KEBIJAKAN EKONOMI 11.................................................................................16
12. PAKET KEBIJAKAN EKONOMI 12.................................................................................17
13. PAKET KEBIJAKAN EKONOMI (PKE) 13......................................................................17
B. PERBANDINGAN KEBIJAKAN PEREKONOMIAN DI INDONESIA ANTARA SBY DAN
JOKOWI............................................................................................................................................19
C. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN KEBIJAKAN EKONOMI PADA ERA JOKO
WIDODO DAN SBY........................................................................................................................22
KESIMPULAN...................................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................27

iii
ABSTRAKSI

Jatuhnya (Penurunan) perekonomian global memberikan dampak signifikan bagi


perekonomian Indonesia. Ekonomi Indonesia rentan terhadap gejolak eksternal karena
strukturnya masih sangat mengandalkan impor; berbasis komoditas; dan pasar keuangannya
sangat dangkal. Tahun 2015, perekonomian Indonesia pun terpuruk. Ekspor jatuh, kredit
perbankan menurun, rupiah melemah, aliran dana asing tersendat, dan ujungnya pertumbuhan
ekonomi melambat. Dalam rangka mengatasi masalah ekonomi tersebut dan menciptakan
ekonomi yang kondusif, pemerintah dan Bank Indonesia melakukan upaya – upaya
stabilisasi, baik dari sisi fiskal maupun dari sisi moneter. Upaya pemerintah tersebut tertuang
dalam paket – paket kebijakan yang dirilis dari bulan September 2015 hingga tahun sekarang
ini yang merupakan bukti upaya pemerintah dan BI guna mengatasi masalah ekonomi saat
ini, serta menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di masa mendatang.

iv
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Jatuhnya (Penurunan) perekonomian global memberikan dampak signifikan bagi


perekonomian Indonesia. Rencana AS yang akan menaikkan suku bunga acuan membuat
perekonomian dunia terguncang. Terlebih lagi, Cina melakukan devaluasi Yuan guna
memacu perekonomiannya. Kondisi ini langsung langsung berdampak pada perekonomian
Indonesia. Maklum saja, perekonomian Indonesia masih sangat dipengaruhi lingkungan
eksternal.

Ekonomi Indonesia rentan terhadap gejolak eksternal karena strukturnya masih sangat
mengandalkan impor; berbasis komoditas; dan pasar keuangannya sangat dangkal.Tahun
2015, perekonomian Indonesia pun terpuruk. Ekspor jatuh, kredit perbankan menurun, rupiah
melemah, aliran dana asing tersendat, dan ujungnya pertumbuhan ekonomi melambat.Harga-
harga komoditas yang jadi andalan ekspor Indonesia turun signifikan. Harga batubara turun
dari 75 dollar AS per ton pada 2014 menjadi 57 dollar AS per ton.Harga minyak kelapa sawit
turun dari sekitar Rp 7,5 juta per ton menjadi Rp 6,7 juta per ton. Begitu pula dengan
komoditas primadona lainnya seperti karet, nikel, timah, alumunium, kopi, dan tembaga.

Akhirnya, ekspor Indonesia sepanjang tahun 2015 hanya 150,3 miliar dollar AS, turun
14 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 176 miliar dollar AS.Anggaran
negara pun menjadi carut marut. Jika pada masa presiden-presiden sebelumnya, anggaran
penerimaan dan belanja selalu dinaikkan dalam APBN-P, saat era Jokowi, anggaran
penerimaan dan belanja justru diturunkan.Pada APBN 2015, pendapatan negara ditetapkan
sebesar Rp 1.793,6 triliun dan belanja negara sebesar Rp 2.039,5 triliun.Lantas dalam APBN-
P 2015, pendapatan negara diturunkan menjadi Rp 1.761,6 triliun, sementara belanja negara
dipangkas menjadi Rp 1.984,1 triliun.Ujungnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2015
hanya 4,71 persen, melambat dibandingkan tahun 2014 yang sebesar 5 persen.

Dalam rangka mengatasi masalah ekonomi tersebut dan menciptakan ekonomi yang
kondusif, pemerintah dan Bank Indonesia melakukan upaya – upaya stabilisasi, baik dari sisi
fiskal maupun dari sisi moneter. Upaya pemerintah tersebut tertuang dalam paket – paket
kebijakan yang dirilis dari bulan September 2015 hingga tahun sekarang ini. Paket – paket
kebijakan ekonomi sudah dirilis mencapai 16 seri namun yang akan dibahas hanya sampai 13
seri di mana semua itu merupakan bukti upaya pemerintah dan BI guna mengatasi masalah

5
ekonomi saat ini, serta menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di masa
mendatang. Dengan kata lain, paket – paket kebijakan tersebut merupakan obat stimulus bagi
ekonomi Indonesia guna mencapai stabilisasi dan pertumbuhan yang diinginkan.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apakah kebijakan ekonomi yang dilakukan pada masa pemerintahan Presiden Jokowi?

2. Apakah perbedan kebijakan ekonomi antara era Presiden Jokowi dengan Presiden
SBY ?

3. Apakah kelebihan dan kekuranga masa Presiden Jokowi dengan Presiden SBY ?

6
PEMBAHASAN
A. KEBIJAKAN EKONOMI ERA JOKO WIDODO
1. PAKET KEBIJAKAN EKONOMI 1

Demi mengatasi perlambatan perekonomian global yang berimbas terhadap


perlambatan pertumbuhan ekonomi domestik, pemerintah Indonesia melakukan
terobosan guna memaksmalkan wewenang pemerintah melalui kebijakan fiskal dan
moneter. Hasil dari kebijakan tersebut tertuang kedalam paket kebijakan ekonomi
paket I yang dirilis pada tanggal 9 September 2015. Paket ekonomi pertama pada
masa pemerintahan Presiden Jokowi terbagi menjadi 3 langkah yaitu (1) mendorong
daya saing industri nasional melalui deregulasi, debirokrasi, serta penegakan hukum
dan kepastian usaha. Deregulasi sendiri adalah suatu kebijakan pemerintah untuk
kegiatan bisnis tertentu yang memungkinkan perusahaan untuk beroperasi secara
bebas sehingga meningkatkan persaigan. Tujuan dari deregulasi antara lain :

1. Memulihkan dan meningkatkan kegiatan industri, menghilangkan distrosi industri


yang membebani konsumen, beban regulasi dan birokrasi dihilangkan.
2. Menghilangkan gap daya saing industri ( sistem pengupahan, penrunan harga gas,
BBG untuk nelayan, pecepatan izin investasi listrik angkutan, trade financing,
logistic center)
3. Industri nasional bertahan di pasar domestik dan berekspansi ke pasar ekspor.

Bentuk deregulasi yang dibuat antara lain merasionalisasi peraturan dengan


menghilangkan duplikasi, menyelerasakan peraturan, dan melakukan konsistensi
peraturan. Sedangkan untuk program debirokratisasi sendiri pemerintah melakukan
upaya seperti menyederhanakan dan memudahkan perizinan, mengoptimalkan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu, dan pelayanan perizinan melalui sistem eletronik.
Untuk penegakan hukum dan kepastian usaha, pemerintah melakukan upaya seperti
penyelesaian permasalahan regulasi dan birokrasi, pemberantasan pungutan liar, serta
sanksi yang tegas dan tuntas.

Kedua, mempercepat proyek strategi nasional dengan menghilangkan berbagai


hambatan seperti penyederhanaan lahan, percepatan pengadaan barang dan jasa
pemerintah, diskresi dalam penyelesaian hambatan da perlindungan hukum, serta
mendukung kepala daerah melaksanakan percepatan proyek strategis nasional.
7
Terhambatnya proyek strategi nasional disebabkan oleh perizinan dari lembaga
terkait, tata ruang dan penyediaan tanah, pengadaan barang dan jasa pemerintah,
penjaminan kebijakan pemerintah serta ketakutan pejabat pemerintah. Oleh karena itu,
pemerintah perlu membuat regulasi seperti peraturan presiden baik baru maupun
pengaturan ulang untuk mempertegas dan atau instruksi presiden untuk memberi
pengarahan pada kepala daerah agar mendukung percepatan proyek strategis nasional.

Ketiga, meningkatkan investasi di sektor properti dengan mengeluarkan


kebijakan yang mendorong pembangunan perumahan, khususnya bagi masyarakat
berpenghasilan rendah, disamping membuka peluang investasi yang lebih besar di
sektor properti. Upaya pemerintah dalam mendorong investasi properti antara lain :

1. Membuka kepemilikan orang asing terhadap rumah susun mewah dengan harga Rp
10 miliar ke atas.
2. Perubahan PP untuk memperkuat Perumnas dalam pembangunan rumah susun bagi
masyarakat berpenghasilan rendah.
3. Penyelesaian PP Hunia Berimbang untuk mendorong pembangunan perumahan
bagi masyarakat berpenghasilan rendah.

2. PAKET KEBIJAKAN EKONOMI 2

Upaya mendorong pertumbuhan investasi di Indonesia menjadi fokus dari paket


kebijakan ekonomi tahap kedua. Adapun strategi yang digunakan untuk mendorong
pertumbuhan investasi antara lain :

a. Proses perizinan yang lebih sederhana

Pemerintah kembali menegaskan komitmennya untuk mewujudkan proses


perizinan yang lebih sederhana dalam proses penanaman investasi. Hal ini diharapkan
dapat membuat iklim investasi di Indonesia menjadi semakin kondusif.

"Izin lingkungan di kawasan industri sudah diberikan kepada kawasannya,


sehingga untuk investasi di dalamnya tidak perlu izin lagi. Dengan demikian, waktu
untuk mengurus izin investasi di kawasan industri menjadi jauh lebih cepat, sekitar
tiga jam saja," ujar Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution dalam
pernyataan persnya Istana Negara saat peluncuran.

8
b. Pengesahan tax allowance dan tax holiday yang lebih cepat

Dalam paket kebijakan ekonomi kali ini, pemerintah juga berusaha


mengoptimalkan insentif tax allowance dan tax holiday yang sebelumnya telah
disahkan masing-masing dengan Peraturan Pemerintah (PP) No. 18 dan No. 159 tahun
2015.Caranya adalah dengan memastikan proses pemberian persetujuan dapat
berlangsung relatif cepat bagi wajib pajak yang mengajukan permohonan untuk
memperoleh kedua insentif tersebut.

c. Pembebasan PPN untuk impor alat angkut tertentu

Melalui Peraturan Pemerintah (PP) No. 69 tahun 2015, pemerintah akan


membebaskan pengenaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atas impor alat angkutan
tertentu. Dengan kebijakan ini, biaya pembangunan infrastruktur transportasi di
Indonesia diharapkan dapat ditekan.

d. Pajak bunga deposito yang lebih rendah bagi eksportir

Pemerintah siap untuk memberikan pajak bunga deposito yang lebih rendah bagi
para eksportir Indonesia yang menyimpan dananya di bank-bank tanah air. Langkah
ini diharapkan dapat menjadi insentif bagi mereka agar tak "memarkir" Devisa Hasil
Ekspor (DHE) di luar negeri.

e. Pemerintah daerah siap mendukung

Dalam proses implementasinya, berbagai kebijakan yang termuat dalam paket


kebijakan ekonomi jilid dua ini juga akan memperoleh dukungan penuh pemerintah
daerah, demikian ditegaskan Sekretaris Kabinet Pramono Anung. "Kalau di pusat
perizinan cepat, maka di daerah juga harus cepat," kata Pramono.

3. PAKET KEBIJAKAN EKONOMI 3

Paket kebijakan ketiga meluncur di tengah tekanan terhadap daya saing dunia
usaha dalam negeri. Depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS membuat biaya
impor semakin tinggi. Meskipun menguntungkan para eksportir, hal ini di sisi lain
membuat situasi perekonomian Indonesia menjadi tak kondusif.Karena itu dalam

9
paket kebijakan jilid tiga ini diluncurkan sejumlah insentif untuk menurunkan biaya
perusahaan dalam proses produksi dan memperoleh tambahan modal.

a. Penurunan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), gas, dan listrik: Harga
avtur, Liquified Petroleum Gas (LPG) 12 kg, Pertamax, dan Pertalite efektif turun
sejak 1 Oktober 2015.

Sedangkan harga gas untuk pabrik dari lapangan gas baru ditetapkan sesuai
dengan kemampuan daya beli industri pupuk dan harga listrik untuk pelanggan
industri I3 dan I4 akan turun sebesar Rp 12 – Rp 13 per kWh mengikuti turunnya
harga minyak dunia.

b. Perluasan wirausahawan penerima Kredit Usaha Rakyat (KUR):

Untuk meningkatkan akses wirausahawan kepada kredit perbankan,


pemerintah telah menurunkan tingkat bunga KUR dari sekitar 22 persen menjadi 12
persen.

c. Penyederhanaan izin pertanahan dalam kegiatan penanaman modal:

Di bidang pertanahan, Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan


Pertanahan Nasional merevisi Peraturan Menteri No. 2 tahun 2015 tentang Standar
Pelayanan dan Pengaturan Agraria, Tata Ruang, dan Pertanahan dalam Kegiatan
Penanaman Modal. Tujuannya, membuat proses mengurus izin pertanahan menjadi
lebih efisien.

4. PAKET KEBIJAKAN EKONOMI 4


a. Kebijakan Kur Yang Lebih Murah Dan Meluas
1) Tingkat bunga diturunkan dari sekitar 22% menjadi 12%
2) Memperluas cakupan penerima KUR perorangan dan badan usaha.
Penerima KUR adalah individu atau perseorangan atau badan hukum yang
meliputi:
- Usaha mikro, kecil, dan menengah yang produktif
- Calon Tenaga Kerja Indonesia yang akan bekerja di luar negeri

10
- Anggota keluarga dari karyawan atau karyawati atau TKI yang berpenghasilan
tetap
- Tenaga Kerja Indonesia yang purna dari belajar di luar negeri
3) Permenko 6/2015 tentang usaha produktif penerima KUR akan diubah, meliputi
sektor :
- Permenko 6 Tahun 2015 :
Pertanian, perikanan, industri pengolahan dan perdagangan yang terkait 3
sektor tersebut.
- Perubahannya :
1) Pertanian
Seluruh usaha di sektor pertanian (sektor 1), seperti pertanian padi,
pertanian palawija, perkebunan kelapa, pembibitan dan budidaya unggas,
pembibitan dan budidaya sapi, jasa kehutanan.
2) Perikanan
Seluruh usaha di sektor perikanan (sektor 2), seperti budidaya rumput laut,
budidaya udang penangkapan ikan, jasa sarana produksi perikanan.
3) Industri Pengolahan
Seluruh usaha disektor industri pengolahan (sektor 4), termasuk industri
tempe dan tahu, industri pakaian jadi, industri anyaman, kerajinan, industri
kreatif di bidang media rekaman, film, dan video.
4) Perdagangan
Seluruh usaha disektor perdagangan (sektor 7), tidak termasuk
perdagangan barang impor, seperti perdagangan ekspor hasil perikanan,
perdagangan dalam negeri beras, perdagangan eceran makanan dan
minuman.
5) Jasa-Jasa
Seluruh sektor usaha yang masuk dalam : sektor penyediaan akomodasi
dan penyediaan makanan (sektor 8), sektor transportasi – pergudangan –
dan komunikasi (sektor 9), real estate – usaha persewaan – jasa
perusahaan (sektor 11), jasa pendidikan (sektor 13)

b. Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Pekerja

11
Pengupahan yang adil, sederhana, dan terproteksi serta program pembangunan
rumah dan ruman susun untuk buruh.
Negara hadir untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja melalui pemberian
jaring pengaman (safety net) melalui kebijakan upah minimum dengan sistem formula
untuk memastikan buruh tidak jatuh ke dalam upah murah, pengangguran beban
pengeluaran hidup melalui BPJS kesehatan dan ketenagakerjaan, perumahan,
transportasi, hingga Kredit Usaha Rakyat, pembinaan dan pengawasan terhadap
berlangsungnya dialog sosial bipartit antara pengusaha dengan pekerja.
Formula upah minimum, yang diawali dari survei Kebutuhan Hidup Layak
(KHL), harus mengacu pada acuan baku penetapan nilai upah minimum. Acuan yang
digunakan adalah penafsiran pasal 88 ayat (4): upah minimm ditetapkan berdasarkan
KHL dan dengan memperhatikan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi.
Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang Pengupahan yang telah macet
pembayarannya selama 12 tahun, kini sudah diselesaikan. Garis Besar isi dari RPP,
sebagai berikut:
- Pencapaian penghasilan dan penghidupan yang layak yaitu upah minimum,
upah kerja lembur, dan upah yang kegiatan yang dilakukan diluat
pekerjaannya serta pembayaran pesangon.
- Formula perhitungan upah minimum dihitung sebagai berikut :
Umn = Umt + [(Umt x (% Inflasit + % % PBDt)]
Dengan formula perhitungan upah minimum, maka proses penetapan upah
minumum akan berjalan sederhana, adil, dan terproyeksi. Formula ini berpihak
kepada tenaga kerja.
Gubernur wajib menyesuaikan UMP dengan KHL secara bertahap paling lama
4 tahun mendatang. Pengusaha yang belum menyusun dan menerapkkan struktur dan
skala upah, wajib menyusun dan menerapkan struktur dan skala upah berdasarkan PP
ini paling lama 2 tahun mendatang.
Program pembangunan rumah dan rumah susun untuk buruh terus dilanjutkan,
termasuk kebijakan pembiayaan perumahan yang murah. Kementrian Pekerjaan
Umum dan Peumahan Rakyat menyiapkan kebijakan penetapan harga rumah
sederhana tapak dan rumah sederhana milik (Rusunami) per provinsi yang ditujukkan
untuk kesejahteraan pekerja.

12
5. PAKET KEBIJAKAN EKONOMI 5

Mendorong Tumbuhnya Sektor Properti, Perbankan, & Infrastruktur

a. Revaluasi aset untuk keringan pajak


b. Menghilangkan pajak berganda (sektor real estate, properti dan infrastruktur)
Kebijakan ini untuk menarik dana yang selama ini diinvestasikan di luar negeri dan
mendorong pertumbuhan investasi di bidang infrastruktur dan real estate.
c. Mempermudah perijinan produk Band Syariah
Berupa penyederhanaan izin produk perbankan syariah. Tidak perlu mengirim
surat, cukup melapor saja.
6. PAKET KEBIJAKAN EKONOMI JOKOWI JILID 6
Pada kebijakan yang ada di dalam paket ke-6 pemerintahan Joko Widodo
memiliki beberapa kebijakan yang akan dibahas dibawah ini.
Pertama, menyasar insentif pajak di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), KEK
sendiri merupakan kawasan dengan batas tertentu yang tercakup dalam wilayah
hukum RI yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan
memperoleh fasilitas tertentu. KEK dibentuk untuk membuat lingkungan kondusif
bagi aktivitas investasi, ekspor, dan perdagangan guna mendorong laju pertumbuhan
ekonomi serta sebagai katalis reformasi ekonomi. Terdapat 8 Kawasan Ekonomi
Khusus (KEK) yaitu :
1. Tanjung Lesung (Banten)
2. Sel Mangkei (Sumatera Utara)
3. Palu (Sulawesi Tengah)
4. Bitung (Sulawesi Utara)
5. Mandalika (NTB)
6. Morotai (Maluku Utara)
7. Tanjung Api-Api (Sumatera Selatan)
8. Maloi Batutu Trans Kalimantan/MBTK (Kalimantan Timur)
Insentif kemudahan investasi daerah KEK dengan cara pengurangan PPh,
pengurangan penghasilan netto, dan penyusutan dipercepat, tidak adanya pungutan,
tarif bea masuk dengan Surat Keterangan Asal (SKA), orang asing dapat memiliki
properti, pengurangan Pajak Hiburan dan pembangunan pada kawasan wisata, ada
dewan pengupahan dan lembaga tripatrit khusus, visa kunjungan selama 30 hari dapat
diperpanjang 5 kali, administrator KEK dapat memberikan izin pertanahan,

13
administrator KEK dapat mengeluarkan izin prinsip dan usaha, percepatan perizinan
maksimal 3 jam.
Kedua, Regulasi sumber daya air penyediaan air untuk masyarakat secara
berkelanjutan dan berkeadilan. Air adalah sumber daya alam yang sangat penting bagi
kehidupan sehari-hari namun masyarakat Indonesia masih sering kesulitan
mendapatkan air bersih untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari mereka, maka dari itu
pada pemerintahan Joko Widodo membuat kebijakan ekonomi berupa regulasi
sumber daya air.
Regulasi sumber daya air berupa menyusun rancangan peraturan pemerintah
tentang pengusahaan sumber daya air (RPP Pengusahaan SDA), menyusun RPP
tentang sistem penyediaan air minum (RPP SPAM), memastikan bahwa badan usaha
swasta tidak menguasai keseluruhan sub sistem penyelenggaraan SPAM, badan usaha
swasta melakukukan penyediaan air minum untuk memenuhi kebutuhan sendiri.
Ketiga, kebijakan berupa percepatan proses perizinan bahan baku obat, kita tahu
jika obat sangat diperlukan bagi bangsa, untuk menyembuhkan masyarakat yang
sedang sakit maka dari itu pemerintah mengetahu seberapa vitalnya obat bagi
keseimbangan perekonomian negara maka dibuatlah kebijakan yang mempermudah
dan mempercepat proses perizinan impor bahan baku obat, yakniwaktu perizinan
hanya memerlukan 342 menit saja atau sekitar 5,7 jam, dengan target sebesar 100 %
paperless.

7. PAKET KEBIJAKAN EKONOMI 7


a. Insentif pajak untuk industri padat karya
Keringanan Pajak Penghasilan (PPh 21) bagi pegawai yang bekerja pada industri
padat karya selama dua tahun.
b. Percepatan penerbitan sertifikat tanah
Dengan tersedianya outlet pelayanan sertifikasi yang banyak dan biaya sertifikasi
gratis bagi yang memiliki Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) dari Kemensos. Kini,
UMKM dan PKL mudah mensertifikasi bidang tanahnya untuk keluasan akses
pembiayaan.

8. PAKET KEBIJAKAN EKONOMI 8


a. Kebijakan satu peta skala 1:50.000

14
Sinkronisasi dan penyelarasan antar data Informasi Geopasial Tematik (IGT).
Penetapan skala 1:50.000 bertujuan untuk mengurangi tumpang tindih
pemanfaatan ruang dan penggunaan lahan.
b. Membangun kilang minyak baru
Selama 21 tahun nihil pembangunan kilang minyak baru, pembangunan kilang
minyak baru dimaksudkan untuk memperkuat ketahanan energi. Dengan adanya
Regulasi Peraturan Presiden bertujuan untuk mempercepat pembangunan tersebut.
c. Insentif usaha dunia penerbangan
Yaitu insentif bea masuk 0% pada 21 pos tarif, pos insentif pada suku cadang dan
komponen perbaikan/pemeliharaan pesawat terbang, dan mendorong produksi
suku cadang dalam negeri.

9. PAKET KEBIJAKAN EKONOMI 9


a. Percepatan pembangunan Inrastruktur listrik hingga pelosok
Dengan menerbitkan Peraturan Presiden tentang Infrastruktur Ketenagalistrikan,
pembangunan Energi Baru Terbarukan (EBT), pembentukan badan usaha
tersendiri dalam penyediaan listrik.
b. Memastikan Pasokan dan harga daging sapi stabil
Yaitu pemerintah melakukan peningkatan populasi sapi, perbaikan tata niaga sapi
dan daging sapi, penguatan kelembagaan melalui Sentra Peternakan Sapi (SPR)
dan memperluas akses negara pemasok mengacu pada Organisasi kesehatan
hewan.
c. Deregulasi : Mempercepat Logistik dari desa ke kota.
Pembenahan sektor logistik untuk meningktkan efisiensi, daya saing, dan
pembangunan konektivitas ekonomi desa-kota. Yaitu dengan meyelaraskan
ketentuan tarif penyelenggaraan pos, Sistem pelayanan terpadu ke pelabuhan, dan
penggunaan mata uang rupiah untuk transaksi transportasi.

10. PAKET KEBIJAKAN EKONOMI 10

Melindungi Usaha Kecil, Rakyat Sejahtera. Daftar Negatif Investasi (DNI)


yaitu Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan
Persyaratan di Bidang Penanaman Modal.
 Melindungi Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi (UMKMK)

15
 Memotong mata rantai pemusatan ekonomi pada kelompok tertentu
 Memperkuat usaha kecil untuk berkompetisi
 Memperluas lapangan kerja
 Harga- harga menjadi murah (misalnya obat dan alat kesehatan)

11. PAKET KEBIJAKAN EKONOMI 11


a. Dana Investasi Real Estate (DIRE)
1. Penerbitan Regulasi fasilitas Pajak Penghasilan Final berupa pemotongan tarif
hingga 0,5% dari tarif normal 5% kepada perusahaan yang menerbitkan DIRE.
2. Penerbitan regulasi penurunan tarif BPHTB dari maksimum 5% menjadi 1%
bagi tanah dan bangunan yang menjadi aset DIRE.
3. Penerbitan Peraturan Daerah (Perda) bagi daerah yang berminat untuk
mendukung pelaksanaan DIRE di daerahnya.
b. Stimulus Meningkatkan Daya Saing Ekspor UMKM
1. Menyediakan fasilitas pembiayaan ekspor lengkap dan terpadu
2. Menetapkan tingkat suku bunga sebesar 9%
3. Menetapkan batas maksimal pembiayaan
a) KURBE Mikro max Rp 5 Miliar
b) KURBE Kecil max Rp 25 Miliar
c) KURBE Menengah max RP 50 Miliar
4. Jangka waktu KURBE 3 tahun untuk KMKE atau 5 tahun untuk KIE
c. Pengembangan Industri Kefarmasian dan Alat Kesehatan
1. Menyusun road map dan action plan pengembangan industri farmasi dan alat
kesehatan
2. Pengembangan riset sediaan
3. Mendorong investasi industri
4. Peningkatan kapasitas kelembagaan
5. Penyusunan kebijakan perdagangan dalam negeri dan luar negeri
6. Penyusunan kebijakan fiskal untuk industri
d. Pengendalian Resiko untuk Memperlancar Arus Barang di Pelabuhan
1. Semua Kementrian/ Lembaga wajib mengembangkan fasilitas permohonan
perizinan secara tunggal melalui Portal Indonesia National Single Window
(INSW)

16
2. Penerapan identitas tunggal dan penyatuan informasi pelaku usaha dalam
kegiatan ekspor impor
3. Meluncurkan model single risk management dalam platform single submission
antar BPOM dengan Bea dan Cukai. Dwelling time turun dari 4,7 hari menjadi
sekitar 3,7 hari pada bulan Agustus 2016
4. Perluasan penerapan single risk management pada Agustus 2016, targetnya
akhir tahun dwelling time menjadi 3,5 hari secara nasional
5. Menetapkan single risk management secara penuh pada seluruh Kementrian/
Lembaga. Targetnya tingkat kepatuhan Indonesia terhadap WTO menjadi 70%
dan dwelling time kurang dari 3 hari (Tahun 2017).

12. PAKET KEBIJAKAN EKONOMI 12


Revolusi Kebijakan Kemudahan Berusaha Indonesia “ Izin Bangunan
Mudah, Penyelesaian Sengketa pun Pasti”
1. Sebelumnya, pendirian bangunan perlu 17 prosedur, 210 hari dan biaya Rp 86
juta. Kini, 14 prosedur, 52 hari dan biaya Rp 70 juta.
2. Sebelumnya, pembayaran pajak melalui 54 kali. Kini, cukup 10 kali dengan
sistem online
3. Sebelumnya, pendaftaran properti melewati 5 prosedur, 25 hari dan biaya
10,8% dari nilai properti. Kini, tinggal 3 prosedur, 7 hari dan biaya 8,3% dari
nilai properti.
4. Sebelumnya, penegakan kontrakbelum diatur (estimasi 471 hari). Kini, cukup
8 prosedur dan 28 hari. Kecuali ada banding.
Peringkat kemudahan berusaha Indonesia pada peringkat 109 dari
189 negara, Pemerintah berusaha meningkatkan hingga posisi 40
1. Total jumlah prosedur dari 94 prosedur, dipangkas menjadi 49 prosedur
2. Total Perizinan dari 9 izin, dipotong menjadi 6 izin
3. Jumlah waktu dari 1.566 hari, kini dipersingkat menjadi 132 hari.

13. PAKET KEBIJAKAN EKONOMI (PKE) 13


“Perumahan untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR)”. Hal ini
sejalan dengan Program Nasional Pembangunan 1 (Satu) Juta Rumah sebagai wujud
dari butir kedua yang tertuang dalam amanah Nawacita, yakni Pemerintah tidak absen

17
untuk membangun pemerintahan yang efektif, demokratis dan terpercaya; dan juga
butir kelima, meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.
“Dengan paket kebijakan ekonomi ini, akan meningkatkan akses masyarakat
untuk mendapatkan rumah,” kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin
Nasution, saat mengumumkan Paket Kebijakan Ekonomi XIII di Istana.
Patut diketahui, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) hingga akhir tahun
2015 lalu, masih ada 17,3% atau sekitar 11,8 juta rumah tangga yang tinggal di hunian
non milik (sewa, kontrak, numpang, rumah dinas atau tidak memiliki rumah sama
sekali). Sementara, pengembang perumahan mewah masih banyak yang enggan
menyediakan hunian menengah dan murah karena untuk membangun hunian murah
seluas 5 ha, memerlukan proses perizinan yang lama dan biaya yang besar.
Melalui PKE XIII ini, pemerintah akan menerbitkan Peraturan Pemerintah
(PP) yang isinya meliputi penyederhanaan jumlah dan waktu perizinan dengan
menghapus atau mengurangi berbagai perizinan dan rekomendasi yang diperlukan
untuk membangun rumah MBR dari semula sebanyak 33 izin dan tahapan, menjadi 11
izin dan rekomendasi. Dengan pengurangan perizinan dan tahapn ini, maka waktu
pembangunan MBR yang selama ini rata-rata mencapai 769-981 hari dapat dipercepat
menjadi 44 hari. Adapun rinciannya:
1. Perizinan yang dihilangkan antara lain: izin lokasi dengan waktu 60 hari kerja,
persetujuan gambar master plan dengan waktu 7 hari kerja, rekomendasi peil banjir
dengan waktu 30-60 hari kerja, persetujuan dan pengesahan gambar site plan
dengan waktu 5-7 hari kerja dan Analisa Dampak Lingkungan Lalu Lintas (Andal
Lalin) dengan waktu 30 hari kerja.
2. Perizinan yang digabungkan, meliputi: (1) Proposal Pengembang (dengan
dilampirkan Sertifikat tanah, bukti bayar PBB (tahun terakhir) dengan Surat
Pernyataan Tidak Sengketa (dilampirkan dengan peta rincikan tanah/blok plan
desa) jika tanah belum bersertifikat; (2) Ijin Pemanfaatan Tanah (IPT)/ Ijin
Pemanfaatan Ruang (IPR) digabung dengan tahap pengecekan kesesuaian
RUTR/RDTR wilayah (KRK) dan Pertimbangan Teknis Penatagunaan
Tanah/Advise Planning, Pengesahan site plan diproses bersamaan dengan izin
lingkungan yang mencakup: SPPL atau Surat Pernyataan Pengelolaan Lingkungan
(sampai dengan luas lahan 5 Ha); serta (3) Pengesahan site plan diproses
bersamaan dengan izin lingkungan yang mencakup SPPL (luas < 5 ha),

18
rekomendasi damkar, dan retribusi penyediaan lahan pemakaman atau
menyediakan pemakaman.

3. Perizinan yang dipercepat, antara lain: (1) Surat Pelepasan Hak (SPH) Atas Tanah
dari Pemilik Tanah kepada pihak developer (dari 15 hari menjadi 3 hari kerja); (2)
Pengukuran dan pembuatan peta bidang tanah (dari 90 hari menjadi 14 hari kerja);
(3) Penerbitan IMB Induk dan pemecahan IMB (dari 30 hari menjadi 3 hari kerja);
(4) Evaluasi dan Penerbitan SK tentang Penetapan Hak Atas Tanah (dari 213 hari
kerja menjadi 3 hari kerja); (5) Pemecahan sertifikat a/n pengembang (dari 120 hari
menjadi 5 hari kerja); dan (6) Pemecahan PBB atas nama konsumen (dari 30 hari
menjadi 3 hari kerja).
Pemerintah berharap, dengan PKE yang baru ini maka pembangunan rumah
untuk MBR dapat lebih cepat terealisasi. Sebab, pengurangan, penggabungan, dan
percepatan proses perizinan untuk pembangunan rumah MBR, akan mengurangi
biaya untuk pengurusan perizinan hingga 70%.

B. PERBANDINGAN KEBIJAKAN PEREKONOMIAN DI INDONESIA


ANTARA SBY DAN JOKOWI

Pada masa pemerintahan Presiden Susilo BambangYudhoyono, terjadi banyak


kemajuan di berbagai bidang teknologi maupun berpendapat. Dimasa pemerintahan
Susilo Bambang Yudhoyono, musyawarah mufakat diutamakan. Sehingga
pengambilan kebijakan terkesan lambat. Meski begitu, musyawarah mufakat ini
dilakukan untuk kepentingan bersama. Sehingga dapat dikatakan, pada masa
pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono telah cukup berkembang dibandingkan
masa-masa sebelumnya dalam hal demokrasi.

Sedangkan Jokowi adalah seseorang yang awalnya menjabat sebagai Gubernur


DKI Jakarta yang berasal dari daerah jawa dan dulunya jokowi seorang walikota
didaerah jawa dan menjadi walikota k3 terbaik didunia dan ia menilai pemerintahan
Negara ini mononton , seperti untuk menyelesaikan persoalan Jakarta, dirinya
memaparkan penanganan dari sistem reformasi birokrasi. Joko Widodo tertarik untuk
membuat kebijakan-kebijakan radikal dalam mengatasi permasalahan yang ada di

19
Jakarta. Salah satu kebijakan radikal yang akan ia terapkan adalah penerapan sistem
ganjil-genap yang rencananya akan dimulai pada tahun 2013 lalu.

Terdapat 5 ciri khas Sistem Ekonomi yaitu:

1. Peranan dominan koperasi bersama dengan perusahaan-perusahaan negara dan


perusahaan-perusahaan swasta. Semua bentuk badan usaha didasarkan pada azas
kekeluargaan dan prinsip harmoni dan bukan pada azas kepentingan pribadi
danprinsip konflik kepentingan.
2. Memandang manusia secara utuh. Manusia bukan semata-mata
homooikonomikustetapi juga social man and religious man, dan sifat manusia
terakhir ini dapat dikembangkan setaraf dengan sifat yang pertama sebagai motor
penggerak kagiatan duniawi (ekonomi).
3. Adanya kehendak sosial yang kuat ke arah egalitarianisme atau kemerataan
sosial.
4. Prioritas utama terhadap terciptanya suatu perekonomian nasional yang tangguh.
5. Dari segi kelembagaan yuridis, Sistem Ekonomi Pancasila adalah sistem ekonomi
yang dalam mencapai tujuannya selalu didasarkan pada hukum (oleh karena
Republik Indonesia adalah suatu negara hukum) dan melaksanakan demokrasi
ekonomi. Demokrasi ekonomi yang menjadi dasar dan tujuan untuk tercapainya
masyarakat adil dan makmur material dan spiritual berdasarkan Pancasila
mempunyai cita-cita positif dan negative.
1) Pada Masa Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)

Pada pemerintahan SBY kebijakan yang dilakukan :

1. Mengurangi subsidi Negara Indonesia, atau menaikkan harga Bahan Bahan


Minyak (BBM), kebijakan bantuan langsung tunai kepada rakyat miskin akan
tetapi bantuan tersebut diberhentikan sampai pada tangan rakyat atau
masyarakat yang membutuhkan,
2. Kebijakan menyalurkan bantuan dana BOS kepada sarana pendidikan yang
ada di Negara Indonesia. Kondisi perekonomian pada masa pemerintahan
SBY mengalami perkembangan yang sangat baik.

20
3. Pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh pesat di tahun 2010 seiring
pemulihan ekonomi dunia pasca krisis global yang terjadi sepanjang 2008
hingga 2009.Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi
Indonesia dapat mencapai 5,5-6 persen pada 2010 dan meningkat menjadi 6-
6,5 persen pada 2011. Dengan demikian prospek ekonomi Indonesia akan
lebih baik dari perkiraan semula.
4. Pemulihan ekonomi global berdampak positif terhadap perkembangan sektor
eksternal perekonomian Indonesia. Kinerja ekspor nonmigas Indonesia yang
pada triwulan IV-2009 mencatat pertumbuhan cukup tinggi yakni mencapai
sekitar 17 persen dan masih berlanjut pada Januari 2010.Salah satu penyebab
utama kesuksesan perekonomian Indonesia adalah efektifnya kebijakan
pemerintah yang berfokus pada disiplin fiskal yang tinggi dan pengurangan
utang Negara.Perkembangan yang terjadi dalam lima tahun terakhir
membawa perubahan yang signifikan terhadap persepsi dunia mengenai
Indonesia.
2) Pada Masa Pemerintahan Joko Widodo (Jokowi)
Kebijakan Jokowi dalam segi ekonomi :
1. Kebijakan penyelamatan ekonomi tahap I yang berfokus pada tiga hal besar,
yakni meningkatkan daya saing industri, mempercepat proyek-proyek
strategis nasional, dan mendorong investasi di sektor properti. Menurut
Jokowi, pemerintah dan Bank Indonesia (BI) sebelumnya telah melakukan
upaya stabilisasi fiskal dan moneter, termasuk di dalamnya adalah
pengendalian inflasi. Sinergi kebijakan ini dilakukan guna menggerakkan
mesin pertumbuhan ekonomi, antara lain dengan mendorong percepatan
belanja pemerintah dan juga melakukan langkah-langkah penguatan neraca
pembayaran.
2. Melindungi masyarakat dan menggerakkan ekonomi pedesaan. Antara lain
dengan memberdayakan usaha mikro dan kecil dengan menyalurkan kredit
usaha rakyat (KUR) dengan tingkat suku bunga yang rendah. Bunga KUR
yang dulunya 22-23 persen (diturunkan) menjadi 12 persen. Untuk
mendorong pembangunan infrastruktur di desa, lanjut presiden, pemerintah
juga mengupayakan percepatan pencairan dan penyederhanaan pemanfaatan
dana desa.

21
3. Kebijakan ekonomi tambahan untuk meningkatkan daya saing industri,
mempercepat proyek-proyek strategis nasional, dan mendorong investasi di
sektor properti. Untuk mendorong daya saing industri, Jokowi menyebutkan
terdapat 89 peraturan dari 154 regulasi yang sifatnya menghambat daya saing
industri akan dirombak. kebijakan deregulasi ini diharapkan presiden dapat
menghilangkan tumpang tindih aturan dan duplikasi kebijakan. Terkait
percepatan proyek strategis nasional, Jokowi memastikan pemerintah akan
menghilangkan berbagai hal yang selama ini menyumbat pelaksanaannya.
4. Pemerintah akan mendorong pembangunan rumah bagi masyarakat
berpendapatan rendah serta membuka peluang investasi yang lebih besar di
sektor properti.Ia ingin menekankan di sini bahwa paket kebijakan ekonomi
ini bertujuan untuk menggerakkan kembali sektor riil kita yang akhirnya
memberikan fondasi pelompatan kemajuan perekonomian kita ke depannya.

C. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN KEBIJAKAN EKONOMI


PADA ERA JOKO WIDODO DAN SBY
1) Pada Masa Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)
Keberhasilan Pemerintahan SBY :
1. Melihat kepemimpinan SBY maka dapat di lihat pemberantasan korupsi lebih
serius dilakukan dan jika suatu bangsa dijangkiti penyakit korupsi maka
bangsa tersebut tidak akan bisa maju baik secara ekonomi dan budayanya jadi
kami memberikan apresiasi terhadap kepemimpinan SBY dan semoga bangsa
ini akan segera merdeka, yaitu merdeka dari cengkraman para koruptor yang
mengerogoti bangsa ini perlahan tapi pasti.
2. SBY masih jauh lebih baik dari pemimpin sebelumnya, daripada pemimpin
yang menjual asset-aset negara. Namun karena terlalu complicatednya
masalah di negara kita maka tidak semua masalah bisa terselesaikan. Hal ini
karena pendeknya usia kepemimpinan dinegara kita. Kalau dihitung 1 tahun
untuk promosi, 3 tahun untuk memimpin, 1 tahun promosi kembali untuk
pilpres. Maka itu semua sangat singkat.
3. Pemberantasan korupsi oleh KPK cukup baik : Menurut kami sosok SBY
sudah cukup mampu menangani kondisi bangsa Indonesia saat ini. Pada masa
kepemimpinan beliau ini korupsi diberantas tanpa pandang bulu.

22
4. Angka Produk Domestik Bruto (PDB-) yang terus meningkat, pada tahun
2014 ini mencapai Rp 9,084 triliun. Sementara cadangan devisa mencapai
124,6 miliar dolar AS. Adapun rasio utang pemerintah terhadap PDB
mengalami penurunan hampir 60 persen dari tahun-tahun sebelumnya, dan
sekarang menjadi 23 persen. Rasio utang terhadap PDB Indonesia ini berada
pada urutan paling rendah dibanding Tiongkok, Italia, Inggris, AS, dan
Jerman.
5. Pencapaian lainnya adalah rasio utang luar negeri yang terus menurun 70
persen lebih, dari 27,8 persen menjadi 7,8 persen. APBN kita juga meningkat
empat kali lipat. Pendapatan per kapita selama 10 tahun terakhir meroket
tajam menjadi 3.049,1 dolar AS. Di antara negara-negara G20 Indonesia
berada pada urutan kedua setelah Tiongkok.
6. Dari segi penanggulangan kemiskinan, sebanyak 5,23 persen penduduk
Indonesia keluar dari kemiskinan, sehingga sekarang angka kemiskinan
berada pada angka 11,47 persen. Perlindungan sosial terhadap warga miskin
seperti Raskin dan BLSM. Kemudian, 3,6 persen penduduk Indonesia sudah
keluar dari pengangguran, dan sekarang berkisar di angka 6,3 persen. Nilai
ekspor naik hampir tiga kali lipat. Peningkatan anggaran pendidikan lebih dari
20 persen.

Permasalahan Dalam Pemerintahan SBY :

1. Pertumbuhan makroekonomi yang pesat belum menyentuh seluruh lapisan


masyarakat secara menyeluruh. Walaupun Jakarta identik dengan vitalitas
ekonominya yang tinggi dan kota-kota besar lain di Indonesia memiliki
pertumbuhan ekonomi yang pesat, masih banyak warga Indonesia yang hidup
di bawah garis kemiskinan.
2. Masalah dalam kasus Bank Century yang sampai saat ini belum terselesaikan
bahkan sampai mengeluarkan biaya 93 miliar untuk menyelesaikan kasus
Bank Century ini.
2) Pada Masa Pemerintahan Joko Widodo (Jokowi)
Keberhasilan Dalam Pemerintahan Jokowi :
1. Keberhasilan menuntaskan pembangunan jalan tol "Palikanci" yang telah
berhasil menguraikan kemacetan lalu lintas di wilayah Jawa selama ini,

23
pembangunan jalan tol Kalimantan Timur-Kalimantan Barat yang juga sedang
berlangsung, pembangunan monorail di Jakarta, pembangunan sejumlah
lokasi tol laut, "pemangkasan" waktu dwelling time, memerintahkan
pencabutan izin perusahaan-perusahaan pembakar lahan dan hutan dan lain-
lain.
2. Gerakan Hemat Anggaran
Gerakan Hemat Presiden Jokowi dipuji media Vietnam. Bahkan, media tersebut
menyebut, gagasan sang presiden tersebut layak diadopi oleh 10 Negara Asean
bahkan dunia.Sebuah artikel yang dikutip blog politikerja dari Vietnamnews,
menyebutkan insiatif gerakan hemat dengan menyediakan makanan jalanan
seperti singkong, jagung dan kue ubi kukus kue pada pertemuan, merupakan
inisiatif pemimpin yang baru terpilih Joko Widodo.
3. Menghapus Dana Bantuan Sosial.
Presiden Jokowi sudah memberikan instruksi kepada Menteri Dalam Negeri
untuk menghapus dana bantuan sosial (bansos). Penghapusan anggaran bansos,
dimulai saat evaluasi Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(RAPBD) 2015.
4. Presiden Joko Widodo juga melakukan reshuffle kabinet terhadap para
menterinya yang 'lamban' bekerja dan diyakini reshuffle kabinet tidak akan
berhenti dilakukan Jokowi sebagai langkah punish and reward serta evaluasi
terus menerus.

Permasalahan Dalam Pemerintahan Jokowi :

Direktur Ekesekutif Indo Barometer M. Qodari mengatakan :

1. Sebanyak 37,2 persen masyarakat menganggap bahwa masalah ekonomi


menjadi masalah paling penting selama setahun ini. Angka tersebut jauh
meninggalkan masalah sulitnya lapangan pekerjaan yang menduduki
peringkat kedua dengan 13,3 persen.
2. Harga kebutuhan pokok mahal dengan 12,3 persen. Masalah korupsi hanya
mendapatkan 12,3 persen suara dan duduk di peringkat empat masalah
penting di Indonesia.
3. Masalah kemiskinan (3,7 persen) dan mahalnya harga bahan bakar minyak
(0,7 persen).
24
4. Perombakan kabinet dinilai tak memenuhi harapan publik. "Tingkat kepuasan
terendah yang dipilih publik ditujukan kepada Menko Perekonomian Darmin
Nasution dan Menteri Perdagangan Thomas Lembong.
5. Dengan 4,3 persen, masyarakat menganggap bahwa Jokowi-JK gagal karena
meningkatkan harga bahan bakar minyak. Di peringkat ketiga ada kegagalan
pemerintah dalam menjaga nilai tukar rupiah.
6. 7,4 persen masyarakat menganggap bahwa melemahnya nilai tukar rupiah
sebagai kegagalan pemerintah.
7. Puncaknya, mayoritas masyarakat menganggap bahwa keadaan ekonomi
nasional saat ini masuk kategori buruk, meski tidak sangat buruk. 60,1 persen
masyarakat memilih bahwa ekonomi nasional Indonesia buruk dan hanya 7,7
persen yang mengatakan ekonomi nasional baik.

25
KESIMPULAN

Saat Jokowi memasuki istana, perekonomian global sedang mengalami siklus


penurunan, hal ini langsung berdampak pada perekonomian Indonesia. Ekonomi Indonesia
masih sangat rentan dan dipengaruhi lingkungan eksternal karena strukturnya masih
mengandalkan impor, berbasis komoditas, dan pasar keuangannya sangat dangkal. Oleh
karena itu, selama masa pemerintahannya, Presiden Jokowi mengeluarkan tiga kebijakan
besar, yaitu untuk mendorong persaingan industri nasional, mempercepat proyek strategi
nasional, dan meningkatkan investasi di sektor properti. Selain tiga kebijakan tersebut, juga
terdapat 12 paket kebijakan ekonomi lainnya untuk mengatasi penurunan ekonomi Indonesia.

26
DAFTAR PUSTAKA

27

Anda mungkin juga menyukai