Anda di halaman 1dari 28

AKAD PEMBIAYAAN DALAM BANK SYARIAH

BANK SYARIAH

(Times New Roman, Bold, Font 12)


NAMA LENGKAP ANDA NIM ANDA
NAMA LENGKAP ANDA NIM ANDA
NAMA LENGKAP ANDA NIM ANDA
NAMA LENGKAP ANDA NIM ANDA

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
SEPTEMBER
2022
DAFTAR ISI
BAB I.......................................................................................................................1
LATAR BELAKANG.............................................................................................1
A. PENDAHULUAN...............................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH....................................................................................1
C. TUJUAN..............................................................................................................1
BAB II......................................................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................4
A. LITERATURE PENDUKUNG..........................................................................4
B. JURNAL TERKAIT............................................................................................8
BAB III...................................................................................................................11
METODE & TAHAPAN STUDI KASUS............................................................11
A. JENIS PENELITIAN..........................................................................................1
B. LOKASI..............................................................................................................1
C. NARASUMBER.................................................................................................1
D. TAHAPAN PENELITIAN.................................................................................1
BAB IV..................................................................................................................13
PEMBAHASAN....................................................................................................13
A. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN..............................................13
B. HASIL DESKRIPTIF WAWANCARA...........................................................14
C. PEMBAHASAN................................................................................................15
BAB V....................................................................................................................21
KESIMPULAN......................................................................................................21
REFERENSI..........................................................................................................22
BAB I
LATAR BELAKANG

A. Pendahuluan
Akad merupakan perjanjian tertulis yang memuat ijab (penawaran) dan
qabul (penerimaan) antara satu pihak dengan pihak lain yang berisi hak dan
kewajiban masing-masing sesusi dengan prinsip syariah. Salah satu akad yang
digunakan BMT dalam transaksi pembiayaan berbasis jual beli adalah
murabahah. Murabahah adalah kontrak jual-beli dimana bank bertindak
sebagai penjual sementara nasabah sebagai pembeli. Undang-undang No.21
Tahun 2008 tentang Perbankan Syari’ah telah merumuskan maksud dari akad,
bahwa “ Akad adalah kesepakatan tertulis antara Bank Syari’ah atau Unit
Usaha Syari’ah dan pihak lain yang membuat adanya hak dan kewajiban bagi
masing-masing pihak sesuai dengan Prinsip Syari’ah’’. Praktik akad
murabahah dilapangan haruslah memenuhi rukun dan ketentuan yang menjadi
prasyaratnya rukun dan ketentuan tersebut yaitu:
1. Adanya pelaku yang meliputi penjual (ba’i) dan pembeli (musytari).
2. Adanya objek jual beli (mabi’) yang diperbolehkan secara syariah.
3. Munculnya harga barang (tsaman) yang disebutkan secara jelas jumlah dan
satuan mata uangnya.
4. Terjadinya kontrak (ijab qabul) antara penjual dan pembeli.
Murabahah adalah jual beli barang dengan harga asal ditambah dengan
keuntungan yang disepakati. Dalam hal ini penjual harus memberitahukan
harga pokok produk yang ia jual dan menentukan suatu tingkat sebagai
tambahannya. Akad murabahah adalah perjanjian juai-beli antara bank dengan
nasabah. Bank syariah membeli barang yang diperlukan nasabah kemudian
menjaulnya kepada nasabah yang bersangkutan sebesar harga perolehan
ditambah dengan margin keuntungan yang disepakati antara bank syariah dan
nasabah.4 Menurut Al-Kasani, pengertian murabahah adalah mencerminkan
transaksi jaul-beli harga jual merupakan akumulasi dari biaya-biaya yang telah

1
dikeluarkan untuk mendatangkan objek transaksi atau harga pokok pembelian
dengan tambahan keuntungan tertentu yang diinginkan penjual (margin) ,
harga beli dan jumlah keuntungan yang diinginkan diketahui oleh pembeli.
Beberapa ketentuan harus dipenuhi dalam melaksanakan akad murabahah
agar transaksi akad tersebut terhindar dari riba dan sesuai dengan syari’ah.
Salah satunya adalah syarat barang yang diakadkan dalam hal ini adalah
barang yang dijual belikan Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI
No.04/DSN-MUI/IV/2000 tentang murabahah disebutkan bahwa BMT harus
membeli terlebih dahulu aset yang dipesan oleh nasabah. Syarat-syarat benda
yang menjadi objek akad dalam akad murabahah, barang yang
diperjualbelikan secara prinsip harus sudah menjadi milik BMT. Tidak sah
menjual barang-barang yang baru akan menjadi miliknya.Dalam kenyataanya
prosedur perlindungan dana nasabah BMT yang ada saat ini dibuat oleh
masing-masing BMT sehingga setiap BMT memiliki prosedur yang berbeda-
beda. Sehingga saat ini BMT hanya mengupayakan langkah-langkah preventif
dalam perlindungan dana nasabah. Padahal pemerinah memiliki otoritas untuk
mengawasi BMT karena /termasuk dalam koperasi jasa keuangan syariah.
Kendati telah ada peraturan perundangundangan yang mengatur seperti
undang-undang lembaga keuangan mikro dan OJK namun sifatnya masih
bersifat umum.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis menemukan beberapa
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan akad pembiayaan syariah
2. Apa yang membedakan pembiayaan dalam bank syariah
3. Bagaimana caranya agar tidak mendapatkan riba

C. Tujuan Penelitian
Sedangkan tujuan dari penulisan ini yaitu meliputi :
1. Apa yang dimaksud dengan akad pembiayaan syariah

2
2. Apa yang membedakan pembiayaan dalam bank syariah
3. Bagaimana caranya agar tidak mendapatkan riba

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Literatur Pendukung
Pembiayaan
Pengertian pembiayaan atau financing adalah pendanaan yang
diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang
telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga. Perbedaan antara
istilah pembiayaan dengan kredit yaitu jika istilah pembiayaan digunakan
untuk bank syariah sedangkan kredit untuk bank konvensional. Selain itu yang
membedakan antara pembiayaan dan kredit yaitu terletak pada keuntungan
yang diharapkan. Bagi bank yang berdasarkan prinsip bagi hasil mendapat
imbalan berupa bagi hasil atas pembiayaan sedangkan bagi bank yang
berdasarkan prinsip konvensional keuntungan yang diperoleh melalui bunga.
Jadi, dalam hal ini pembiayaan yaitu penyaluran dana kepada masyarakat
berupa pembiayaan yang diperoleh dari dana tabungan maupun deposito
masyarakat. Pembiayaan di lembaga keuangan syariah mengandung berbagai
maksud, dengan kata lain dalam pembiayaan terkandung unsur – unsur yang
direkatkan menjadi satu. Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam
pembiayaan yaitu:
a. Kepercayaan Kepercayaan merupakan suatu keyakinan bahwa pembiayaan
yang diberikan benar-benar diterima kembali dimasa yang akan datang sesuai
jangka waktu yang sudah diberikan. Kepercayaan yang diberikan oleh
lembaga keuangan syariah sebagai dasar utama yang melandasi mengapa
suatu pembiayaan berani dikucurkan. Oleh karena itu sebelum pembiayaan
dikucurkan harus dilakukan penyelidikan dan penelitian terlebih dahulu
secara mendalam tentang kondisi nasabah, baik secara intern maupun ekstern.
b. Jangka waktu Setiap pembiayaan yang diberikan memiliki jangka waktu
tertentu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian pembiayaan yang
telah disepakati. Jangka waktu merupakan batas waktu pengembalian

4
angsuran yang sudah disepakati oleh kedua belah pihak. Untuk kondisi
tertentu jangka waktu ini bisa diperpanjang sesuai dengan kebutuhan.
c. Risiko Semakin panjang jangka waktu pembiayaan maka semakin besar
risikonya, demikian pula sebaliknya. Risiko ini menjadi tanggungjawab
lembaga, baik risiko disengaja maupun risiko yang tidak disengaja. Misalnya
karena bencana alam atau bangkrutnya usaha nasabah tanpa ada unsur
kesengajaan lainnya, sehingga tidak mampu melunasi pembiayaan yang
diperoleh.
d. Balas jasa Balas jasa merupakan imbalan yang diperoleh dari pemberian
pembiayaan. Pada bank konvensional balas jasa ini berupa bunga namun dalam
lembaga keuangan syariah yang berdasarkan prinsip syariah balas jasanya dikenal
dengan bagi hasil.
Secara umum tujuan pembiayaan dibedakan menjadi dua kelompok
yaitu tujuan pembiayaan untuk tingkat makro, dan tujuan pembiayaan untuk
tingkat mikro. Secara makro dijelaskan bahwa pembiayaan bertujuan :
a. Peningkatan ekonomi umat, artinya masyarakat yang tidak dapat akses
secara ekonomi, dengan adanya pembiayaan mereka dapat melakukan akses
ekonomi.
b. Tersedianya dana bagi peningkatan usaha, artinya untuk pengembangan
usaha membutuhkan dana tambahan.
c. Meningkatkan produktivitas, artinya adanya pembiayaan memberikan
peluang bagi masyarakat agar mampu meningkatkan daya produksinya.
d. Membuka lapangan kerja baru, artinya dengan dibukanya sektor-sektor
usaha melalui penambahan dana pembiayaan, maka secara usaha tersebut
akan menyerap tenaga kerja.
Akad
Pengertian akad berasal dari bahasa Arab, al-aqd yang berarti perikatan,
perjanjian, persetujuan dan pemufakatan. Kata ini juga bisa di artikan tali yang
mengikat karena akan adanya ikatan antara orang yang berakad. Dalam kitab fiqih
ْ (dan .(‫ك‬K
sunnah, kata akad di artikan dengan hubungan (ُ‫طبّالر‬ ْ Kَ‫ )االِتِف‬kesepakatan
Secara istilah fiqih, akad di definisikan dengan “pertalian ijab (pernyataan

5
penerimaan ikatan) daa kabul (pernyataan penerimaan ikatan) sesuai dengan
kehendak syariat yang berpengaruh kepada objek perikatan.
Pencantuman kata-kata yang “sesuai dengan kehendak syariat” maksudnya
bahwa seluruh perikatan yang di lakukan oleh dua pihak atau lebih tidak di
anggap sah apabila tidak sejalan dengan kehendak syara‟. Misalnya, kesepakatan
untuk melakukan transaksi riba, menipu orang lain, atau merampok kekayaan
orang lain. Adapun pencantuman kata-kata “berpengaruh kepada objek perikatan”
maksudnya adalah terjadinya perpindahan pemilikan dari satu pihak (yang
melakukan ijab) kepada pihak lain (yang menyatakan qabul).Berdasarkan
pengertian tersebut dapat di simpulkan bahwa akad adalah “pertalian ijab
(ungkapan tawaran di satu pihak yang mengadakan kontrak) dengan qabul
(ungkapan penerimaan oleh pihak pihak lain) yang memberikan pengaruh pada
suatu kontrak.Mengucapkan dengan lidah merupakan salah satu cara yang di
tempuh dalam mengadakan akad, tetapi ada juga cara lain yang dapat
menggambarkan kehendak untuk berakad. Para ulama fiqh menerangkan beberapa
cara yang di tempuh dalam akad, yaitu :
1) Dengan cara tulisan (kitabah), misalnya dua „aqid berjauhan tempatnya,
maka ijab qabul boleh dengan kitabah. Atas dasar inilah para ulama membuat
kaidah : “Tulisan itu sama dengan ucapan”.
2) Isyarat. Bagi orang-orang tertentu akad tidak dapat di laksanakan dengan
ucapan atau tulisan, misalnya seseorang yang bisu tidak dapat mengadakan
ijab qabul dengan tulisan. Maka orang yang bisu dan tidak pandai baca tulis
tidak dapat melakukan ijab qabul dengan ucapan dan tulisan. Dengan
demikian, qabul atau akad di lakukan dengan isyarat. Berdasarkan kaidah
sebagai berikut : “Isyarat bagi orang bisu sama dengan ucapan lidah”.
Perbankan Syariah
Bank secara bahasa diambil dari bahasa Itali, yakni banco yang
mempunyai arti meja. Penggunaan istilah ini disebabkan dalam realita
kesehariannya bahwa setiap proses dan transaksi sejak dahulu dan mungkin di
masa yang datang dilaksanakan di atas meja. Dalam bahasa arab, bank biasa
disebut dengan mashrof yang bearti tempat berlangsung saling menukar harta,

6
baik dengan cara mengambil ataupun menyimpan atau selain untuk melakukan
muamalat. Menurut UU Republik Indonesia No. 10 Tahun 1998, tentang
perubahan atas UU No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan bahwa Bank umum
adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau
berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu
lintas pembayaran. Sedang pengertian prinsip syariah itu sendiri adalah aturan
berdasarkan hukum Islam.
Pada umumnya, hal yang dimaksud dengan bank syariah adalah lembaga
keuangan yang usaha pokoknya memberi layanan pembiayaan kredit dan jasa
dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi disesuaikan
dengan prinsip-prinsip syariah. Bank syariah merupakan bank yang beroperasi
sesuai dengan prinsip syariah Islam, mengacu kepada ketentuan-ketentuan yang
ada dalam Al-Quran dan AlHadist. Dengan mengacu kepada Al-Quran dan Al-
Hadist, maka bank syariah diharapkan dapat menghindari kegiatan-kegiatan yang
mengandung unsur riba dan segala hal yang bertentangan dengan syariat Islam.
Adapun perbedaan pokok antara bank syariah dengan bank konvensioanl terdiri
dari beberapa hal. Bank syariah tidak melaksanakan sistem bunga dalam seluruh
aktivitasnya, sedang bank konvensional memakai sistem bunga.
Hal ini memiliki implikasi yang sangat dalam dan sangat berpengaruh
pada aspek operasional dan produk yang dikembangkan oleh bank syariah. Bank
syariah lebih menekankan sistem kerja serta partnership, kebersamaan terutama
kesiapan semua pihak untuk berbagi termasuk dalam hal-hal keuntungan dan
kerugian. Kehadiran bank syariah diharapkan dapat berpengaruh terhadap
kehadiran suatu sistem ekonomi Islam yang menjadi keinginan bagi setiap negara
Islam. Kehadiran bank syariah diharapkan dapat memberikan alternatif bagi
masyarakat dalam memanfaatkan jasa perbankan yang selama ini masih
didominasi oleh sistem bunga. Bank syariah adalah bank yang menjalankan fungsi
intermediasinya berdasarkan prinsip-prinsip syariat Islam. Peran dan fungsi bank
syariah, di antaranya sebagai berikut:

7
a. Sebagai tempat menghimpun dana dari masyarakat atau dunia usaha dalam
bentuk tabungan (mudharabah), dan giro (wadiah), serta menyalurkannya
kepada sektor rill yang membutuhkan.
b. Sebagai tempat investasi bagi dunia usaha (baik dana modal maupun dana
rekening investasi) dengan menggunakan alat-alat investasi yang sesuai
dengan syariah.
c. Menawarkan berbagai jasa keuangan berdasarkan upah dalam sebuah
kontrak perwakilan atau penyewaan.

B. Jurnal Terkait (2012-2022)


Penulis Judul Metode Hasil
Lely shofa Konsep dan Deskriptif Bentuk akad dan
implementasi kualitatif standar operasional
murabahah pada produk pembiayaan
produk murabahah pada bank
pembiayaan bank muamalat kota parepare
syariah (2014) dengan mengacu kepada
ketentuan undang-
undang perbankan
syariah, bi (bank
indonesia), ojk (otoritas
jasa keuangan) dan
fatwa dsn-mui masih
ada beberapa yang perlu
diperhatikan yakni pada
prinsip transparansi dan
keterbukaan agar
terhindar dari
assymetric information
dalam transaksi

8
murabahah.
Miftah idris Perjanjian kredit Deskriptif Pemberian pinjaman
perbankan dengan uang melalui kredit
konvensional dan menggunakan yang dianut dalam
akad pembiayaan jenis data sistem perbankan
perbankan sekunder konvensional maupun
syariah : Suatu pemberian pembiayaan
tinjauan yang dianut dalam
deskriptif dalam sistem perbankan
hukum di syariah kepada debitor
indonesia (2015) dan mudharib sejatinya
adalah bertujuan satu
yaitu untuk membantu
mensejahterahkan
masyarakat secara adil
dan merata.
Andi rio Penerapan Deskriptif Pembiayaan yang
prinsip syariah kualitatif berdasarkan atas prinsip
dalam akad islam yaitu tidak
pembiayaan mengandung unsur riba,
murabahah pada maisir, garar, haram,
bank muamalat dan zalim. Pelarangan
(2017) hal tersebut sejalan
dengan maqasid syariah
guna mencegah
kemudharatan (daf’ul-
mafasid), mendatangkan
kemaslahatan (jalbul-
maslahah), dan
memelihara lima hal
dasar yakni agama,

9
jiwa, akal, keturunan,
dan harta.

BAB III
METODE & TAHAPAN STUDI KASUS

10
A. Jenis Penelitian
Penelitian desktriptif kualitatif
Jenis penelitian dalam penelitian kualitatif adalah pemikiran yang
menyatakan bahwa pokok penelitian hukum bukan gejala sosial, tetapi
pada maknamakna yang terdapat dibalik tindakan-tindakan perorangan
yang mendorong terwujudnya gejala-gejala sosial tersebut. Oleh karena
itu, metode yang utama dalam hukum adalah pemahaman jadi bukan
penjelasan. Penelitian kualitatif, fokus perhatiannya pada proses interaksi
dan peristiwa atau kejadian sehingga fokus penelitian dapat berubah
setelah melihat kenyataan yang ada dilapangan. Dalam penelitian kualitatif
diantara teknik pengumpulan data yang dipergunakan adalah observasi.
Observasi tidak cukup apabila hanya diarahkan pada setting saja, tetapi
yang pokok adalah proses terjadinya peristiwa – peristiwa atau kejadian –
kejadian itu sendiri.
Demikian pula, obervasi tidak cukup dilakukan bersamaan dengan
wawancara, tetapi observasi dilakukan tidak bersamaan dengan
wawancara. Apabila observasi dilakukan bersamaan dengan wawancara
maka tidak dapat terfokus pada hal-hal yang akan diobservasi. Walaupun
memang ada perilaku yang dapat di observasi pada waktu diadakan
wawancara, namun mengenai perilaku tersebut belum dapat ditarik
kesimpulan. Untuk menarik kesimpulan maka hasil wawancara harus
dilengkapi dan dicek dengan hasil observasi yang dilakukan secara khusus.
Dengan observasi akan dapat diketahui tentang proses interaksi atau
kejadian-kejadiannya sendiri. Dengan kata lain, observasi langsung tidak
hanya akan dapat menjawab pertanyaan tentang apa, tetapi juga bagaimana
dan mengapa. Dengan diketahuinya tentang apa, bagaimana, dan mengapa,
maka masalah akan dapat dipahami secara mendalam ( verstehen ).
B. Lokasi
Tempat penelitian dipilih di PT. Bank BRI Syariah Kota Malang.
Dipilihnya lokasi tempat penelitian ini disebabkan karena :

11
1. Pada Kantor PT. Bank BRI Syariah lebih banyak macam-macam akad
pembiyaan syariah dibandingkan dengan bank syariah yang lain.
2. PT. Bank BRI Syariah sudah sangat lama berdiri dan lebih bersosialisasi
dengan masyarakat luas sehingga di dalam peningkatan pengembangan akad-
akad syariah lebih cepat.

C. Narasumber
Data primer atau narasumber berasal dari hasil pertanyaan yang
diajukan kepada pihak Bank Syariah tersebut.

D. Tahapan Peneltiain
Analisis data berlangsung secara bersama-sama dengan proses
pengumpulan data dengan alur tahapan sebagai berikut:
1. Reduksi data Data yang diperoleh ditulis dalam bentuk laporan, laporan
yang disusun berdasarkan data yang diperoleh direduksi, dirangkum, dipilih
hal-hal yang pokok.
2. Penyajian data Data yang diperoleh dikategorisasikan menurut pokok
permasalahan dan dibuat dalam bentuk matriks sehingga memudahkan
peneliti untuk melihat pola-pola hubungan satu data dengan data yang lain.
3. Penyimpulan dan verifikasi Kesimpulan yang diperoleh pada tahap awal
biasanya kurang jelas oleh karena itu perlu diverifikasi. Teknik verifikasi yang
dapat digunakan adalah sumber data, metode dan diskusi.

12
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian


Berawal dari akuisisi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) terhadap
Bank Jasa Arta pada 19 Desember 2007 dan setelah mendapatkan izin dari
Bank Indonesia pada 16 Oktober 2008 melalui surat No.10/67/KEP.GBI/
DpG/2008, maka pada tanggal 17 November 2008 Bank BRI Syariah secara
resmi beroperasi. Kemudian Bank BRI Syariah merubah kegiatan usaha yang
semula beroperasional secara konvensional menjadi kegiatan perbankan
berdasarkan prinsip syariah Islam. Dua tahun lebih Bank BRI Syariah hadir
mempersembahkan sebuah bank ritel modern terkemuka dengan layanan
finansial sesuai kebutuhan nasabah dengan jangkauan termudah untuk
kehidupan lebih bermakna. Melayani nasabah dengan pelayanan prima
(service excellence) dan menawarkan beragam produk yang sesuai harapan
nasabah dengan prinsip syariah.
Kehadiran Bank BRI Syariah pada industri perbankan nasional
dipertegas oleh makna pendar cahaya yang mengikuti logo perusahaan. Logo
ini menggambarkan keinginan dan tuntutan masyarakat terhadap sebuah bank
modern sekelas Bank BRI Syariah yang mampu melayani masyarakat dalam
kehidupan modern. Kombinasi warna yang digunakan merupakan turunan dari
warna biru dan putih sebagai benang merah dengan brand PT. Bank Rakyat
Indonesia (Persero). Aktivitas Bank BRI Syariah semakin kokoh setelah pada
19 Desember 2008 ditandatangani akta pemisahan Unit Usaha Syariah PT.
Bank Rakyat Indonesia (Persero), untuk melebur ke dalam Bank BRI Syariah
(proses spin off-) yang berlaku efektif tanggal 1 Januari 2009.
Penandatanganan dilakukan oleh Bapak Sofyan Basir selaku Direktur Utama
PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) dan Bapak Ventje Rahardjo selaku
Direktur Utama PT.Bank BRI Syariah.
Bank BRI Syariah menjadi bank syariah ketiga terbesar berdasarkan
aset. Bank BRI Syariah tumbuh dengan pesat baik dari sisi aset, jumlah

13
pembiayaan dan perolehan dana pihak ketiga. Dengan berfokus pada segmen
menengah bawah, Bank BRI Syariah menargetkan menjadi bank ritel modern
terkemuka dengan berbagai ragam produk dan layanan perbankan. Sesuai
dengan visinya, Bank BRI Syariah merintis sinergi dengan PT. Bank Rakyat
Indonesia (Persero), dengan memanfaatkan jaringan kerja PT. Bank Rakyat
Indonesia (Persero) sebagai Kantor Layanan Syariah dalam mengembangkan
bisnis yang berfokus kepada kegiatan penghimpunan dana masyarakat dan
kegiatan konsumer berdasarkan prinsip Syariah.

B. Hasil Deskriptif Wawancara


- Akad pembiayaan dalam bank syariah itu seperti apa?
Ada mudharabah untuk tabungan dan wadiah seperti titipan tidak ada bunga,
misalnya buka rekening 1 jt sampai selanjutnya juga 1 jt tidak nambah tidak
kurang juga tidak mendapat biaya administrasi, kalau di bank syariah namanya
bagi hasil tetapi tidak ada biaya tsb, misal buka rekening 1 jt sampai 1 tahun
atau 15 tahun tetap 1jt.
- Akad yang paling banyak peminatnya?
Sama banyaknya, tetapi kalau untuk bisnis memakai akad mudharabah yang
ada bagi hasilnya karena juga untuk transaksi pengiriman limidnya lebih
banyak yang mudharabah daripada wadiah kalau untuk transfer antar
rekening, kalau hanya untuk transfer tidak untuk simpanan memakai akad
wadiah.
- Macam macam akad pembiayaan syariah?
1.Murabahah
2.Mudharabah
3.Mudharabah muqayyadah
4.Wadiah
5.Musyarakah
6.Musyarakah mutanaqisah
7.Salam
8.Istisna’

14
9.Ijarah
10.Ijarah muntahiyah bit tamlik
11.Wakalah
12.Kafalah
13.Hawalah
14.Rahn
15.Qardh
- Akad yang digunakan untuk pembiayaan sesuia bank syariah?
Semua macam akad
- Akad yang banyak diminati nasabah bank syariah?
Musyarakah untuk yang membangun investasi misalkan membuka usaha toko
jadi ada set modal antara piikah bank syariah dan nasabah, biasanya 30%
modal dari nasabah dan bank 70% yaitu bagi hasil.
murabahah seperti KPR jual beli,
rahn kalau dibank syariah seperti pegadaian.
- Kalau di islam apa diperbolehkan mendapat bunga yang maksimal,
bagaimana pikah bank mengatasi hukum tsb?
Sebenarnya bisa saja tidak masalah selama disepakati oleh semua pihak
bersangkutan, misalkan beli AC dengan harga 1 jt dijual 5 jt kalau pihak
pembeli setuju selama 5b jt tsb diangsur 3 tahun tidak ada masalah apabila ada
kesepakatan yang tidak memberatkan sebelah pihak jadi harus sama sama
sejutu apabila ada penawaran boleh saja asal ada kedua belah pihak
menyetujui, dimana ada barang yang dibeli, sekepakatan, dan harga.
- Bagaimana jika Suatu akad dianggap berakhir dalam akad yang sifatnya
mengikat?
Ada perjanjian atau kesepakatan diawal, misal jika sebetulnya kerja sama
diperjanjian awal 3 tahun tetapi 2 tahun sudah diakhiri tidak masalah jiika ada
kesepakatan, kalau untuk pikah bank karena sudah menyalai perjanjian diawal
sebelum jangka waktunya maka akan dijelaskan pada pasal yang mengikat dan
pihak bank meminta ganti rugi.

15
- Akad murabahah apabila jangka waktunya belum habis tetapiu mau diakhiri
bagaimana?
Kalau di murabahah namanya jual beli jika sudah disepakati dan jangka
waktunya belum berakhir sesuai kesepakatan maka tinggal membayar sisa
yang krang saja.
- Apa yang membedakan pembiayaan didalam bank syariah?
Yang membedakan hanya di macam akad saja
- Bagaimana caranya kita agar tidak mendapat riba?
Riba itu seperti unsur pinjam meminjam dan bank syariah menghindari itu
dengan murabahah jual beli kalau musyarakah itu kerja sama yang nantinya
bagi hasil dilihat dari modalnya, ada juga akad ijarah yaitu titipan jadi atas
titipan itu bank syariah mengenakan biaya maka diperbolehkan dalam islam.
- Jadi apakah pegadaian itu terdapat riba didalamnya?
Iya dari situlah terdapat riba karena meminjam uang ada jaminannya,
sebenernya sama hanya dalam bahasa saja jika dibank syariahbahasanya
seperti jasa titipan pengarunya disitu maka terjadilah riba.

C. Pembahasan (Sesuai Rumusan Masalah)


Akad Pembiayaan Syariah
a. Wadiah
Akad penitipan batang atau uang antara pihak yang mempunyai barang atau
uang dan pihak yang diberi kepercayaan dengan tujuan untuk menjaga
keselamatan, keamanan, serta keutuhan barang atau uang.

b. Mudharabah
Akad kerjasama suatu usaha antara pihak pertama (malik, shahibul mal, atau
bank syariah) yang menyediakan seluruh modal dan pihak kedua ('amil,
mudharib, atau nasabah) yang bertindak selaku pengelola dana dengan
kesepakatan yang dituangkan dalam akad, sedangkan kerugian ditanggung
sepenuhnya oleh Bank Syariah kecuali jika pihak kedua melakukan kesalahan
yang disengaja, lalai atau menyalahi perjanjian.

16
c. Musyarakah
Akad kerjasama diantara dua pihak atau lebih untuk usaha tertentu yang
masing-masing pihak memberikan porsi dana masing-masing.

d. Murabahah
Akad pembiayaan suatu barang dengan menegaskan harga belinya kepada
pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang lebih sebagai
keuntungan yang disepakati.

e. Salam
Akad pembiayaan suatu barang dengan cara pemesanan dan pembayaran
harga yang dilakukan terlebih dahulu dengan syarat tertentu yang disepakati.

f. Istisna'
Akad pembiayaan barang dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu
yang disepakati antara pemesan atau pembeli (mustashni') dan penjual atau
pembuat (shani').

g. Ijarah
Akad penyediaan dana dalam rangka memindahkan hak guna atau manfaat
dari suatu barang atau jasa berdasarkan transaksi sewa, tanpa diikuti dengan
pemindahan kepemilikian barang itu sendiri.

h. Ijarah Muntahiyah Bit Tamlik


Akad penyediaan dana dalam rangka memindahkan hak guna atau manfaat
dari suatu barang atau jasa berdasarkan transaksi sewa dengan opsi
pemindahan kepemilikan barang.

i. Qardh

17
Akad pinjaman dana kepada nasabah dengan ketentuan bahwa nasabah wajib
mengembalikan dana yang diterimanya pada waktu yang telah disepakati.

Yang Membedakan Pembiayaan Dalam Bank Syariah


Perbedaan bank syariah dan bank konvensional yang pertama adalah
dari sisi pengertian. Bank syariah merupakan bank yang menjalankan kegiatan
usaha berdasarkan prinsip syariah, atau prinsip hukum islam yang diatur
dalam fatwa Majelis Ulama Indonesia seperti prinsip keadilan dan
keseimbangan ('adl wa tawazun), kemaslahatan (maslahah), universalisme
(alamiyah), serta tidak mengandung gharar, maysir, riba, zalim dan obyek
yang haram. Sedangkan bank konvensional yaitu bank yang melaksanakan
kegiatan usaha secara konvensional yang mana dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran berdasarkan prosedur dan
ketentuan yang telah ditetapkan.
- Asas
Asas pada bank syariah dan konvensional sebetulnya sama yaitu berasaskan
demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian. Namun, pada
bank syariah terdapat asas prinsip syariah yang tidak ada pada bank
konvensional
- Fungsi
Bank syariah memiliki fungsi yang lebih luas dibanding bank konvensional.
Meskipun keduanya berfungsi menghimpun dan menyalurkan dana
masyarakat, namun pada bank syariah meliputi beberapa fungsi lain yaitu
bank syariah menjalankan fungsi sosial dalam bentuk lembaga baitul mal;
menerima dana yang berasal dari zakat, infak, sedekah, hibah, atau dana sosial
lainnya dan menyalurkannya kepada organisasi pengelola zakat. Selain itu,
bank syariah juga dapat menghimpun dana sosial yang berasal dari wakaf
uang dan menyalurkannya kepada pengelola wakaf (nazhir) sesuai dengan
kehendak pemberi wakaf (wakif).
- Regulasi

18
Dari sisi regulasi, pengawasan bank syariah dan konvensional sama-sama
dilakukan oleh Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Namun, pada bank syariah ada tambahan pengawas yaitu Dewan Pengaws
Syariah (DSN). Tujuannya tentu saja memastikan semua bank syariah
beroperasi dengan tetap mematuhi prinsip-prinsip perbankan syariah.
- Struktur Organisasi
Selain dewan komisaris dan direksi sebagai bagian dari struktur organisasi di
bank syariah dan konvensional, di bank syariah terdapat dewan pengawas
syariah dalam struktur organisasinya.

- Sumber Pendapatan
Sumber pendapatan yang diperoleh bank syariah dan konvensional juga
berbeda. Pada bank syariah sumber pendapatan diperoleh dengan sistem bagi
hasil. Prinsip sistem bagi hasil ini sama seperti perdagangan pada umumnya di
mana bank syariah berperan sebagai perantara antara penjual dan pembeli.
Selisih harganya yang antara lain menjadi sumber pendapatan bank syariah.
Sedangkan bank konvensional menggunakan sistem bunga yang sifatnya
tetap. Bank syariah berinvestasi hanya pada usaha yang halal, sedangkan pada
bank konvensional tidak dibatasi/bebas nilai. Pada bank syariah besaran bagi
hasil berubah-ubah tergantung kinerja usaha, sedangkan pada bank
konvensional besaran bunga tetap.

Cara Agar Tidak Riba


Adapun cara menghindari riba adalah sebagai berikut:
- Memperkaya ilmu tentang bahaya dan akibat dari riba.
- Melakukan transaksi dengan cara-cara yang halal.
- Menyimpan uang di bank syariah dalam bentuk tabungan dengan akad
wadiah (tanpa bonus).
- Islam memang memperbolehkan pinjam meminjam, asalahkan tidak ada
unsur ribanya.
- Memiliki dan merapkan rasa cukup (qona'ah) dan memperbanyak berdoa

19
agar terhindar dari riba.

20
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari pembahasan yang ada di atas, tentang akad mudharabah dan
murabahah yang diberikan oleh masyarakat. Akad yang paling sering
digunakan oleh masyarakat untuk melakukan pembiayaan adalah akad
murabahah atau jual beli. Hal tersebut dapat dilihat dari pemberian
pembiayaan yang dikeluarkan oleh lembaga keuangan syariah, yang diberikan
kepada masyarakat.
Banyak dari pengusaha yang lebih memilih pembiayaan mudaharab,
untuk membeli peralatan usaha yang merka gunakan, dengan alasan peralatan
yang mereka gunakan sering mengalami kerusakan. Untuk itu, masyarakat
lebih memilih menggunakan pembiayaan murabahah, atau pembiayaan jual
beli.

B. Saran
1. Teoris
Masih adanya anggapan bahwa bank syariah tidak jauh beda dengan
bank konvensional. Kalangan awam juga menilai bahwa bank syariah dalam
mengambil keuntungan lebih besar daripada bank konvensional, karena
kalangan awam menilai bank syariah identik dengan harga murah. Sehingga
jika terjadi penjualan barang lebih tinggi dari bank konvensional, maka bank
syariah dinilai lebih tidak Islami, karena itu perlu kiranya dicarikan kemasan
produk murabahah yang memberikan keuntungan secara adil antara pihak
bank dan nasabah.

2. Praktis
Ikut berperan serta dalam mengembangkan perbankan syariah di Indonesia
dengan memanfaatkan produk tabungan maupun pembiayaan yang ada di
perbankan syariah dan memahami kinerja produk dan melakukan negosiasi
apabila berinteraksi dengan perbankan syariah.

21
22
REFERENSI

Misbahuddn, E-Commerce dan hukum islam (cet. I; Makassar: alauddin


university Press, 2012). h. 271
Ismail, Perbankan Syariah, Jakarta : Kencana, 2014.
Kasmir, Analisis Laporan Keuangan, Jakarta : Raja Grafindoa, 2012.
Mardani, Fiqih Ekonomi Syariah, Jakarta : Kencana Pramedia, 2012.
Muhammad, Manajemen Bank Syariah, Jakarta : Grafindo, 2014.
Djamil Fathurrahman, Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah di Bank Syariah,
Sinar Grafika, Jakarta, 2012.
__________, Penerapan Hukum Perjanjian Dalam Transaksi di Lembaga
Keungan Syariah, Sinar Grafika, Jakarta, 2012.
Iska Syukri, Sistem Perbankan Syariah di Indonesia dalam Perspektif Fikih
Ekonomi, Fajar Media Press, Yogyakarta 2012.
Ali, Herni, and Miftahurrohman. “Determinan Yang Mempengaruhi Pembiayaan
Murabahah Pada Perbankan Syariah di Indonesia.” Journal Esensi: Jurnal
Bisnis dan Manajemen. Vol 6 (1). (April, 2016).

Annisa, Suci, and Dedi Fernanda. “Pengaruh DPK, CAR, NPF Dan RoA
Terhadap Pembiayaan Mudharabah Dan Musyarakah Pada Bank Syariah
Mandiri Periode 2011- 2015.” Jurnal Ekonomi & Bisnis Dharma Andalas.
Volume 19 No. 2 (Juli, 2017).

Ascarya. Akad dan Produk Bank Syariah: Konsep dan praktik di beberapa
Negara. Jakarta: Rajawali pers Rajagrafindo persada, 2015.

Destiana, Rina. “Analisis Dana Pihak Ketiga dan Risiko Terhadap Pembiayaan
Mudharabah dan Musyarakah Pada Bank Syariah di Indonesia.” Jurnal
Logika. Vol XVII, No 2 (Agustus, 2016): 42.

Djatmiko, Budi, and Dini Astria Rachman. “Pengaruh Pembiayaan Mudharabah


dan Murabahah Terhadap Non Performing Financing (Studi Kasus Pada

23
Bank Umum Syariah Di Indonesia.” STAR Study & Accounting Research
Jurnal Akuntansi & Bisnis (2015).

Ekananda, Mahyus. Ekonometrika Dasar. Jakarta: Mitra Wacana Media, 2015.

Fitri, Maltuf. “Prinsip Kesyariahan dalam Pembiayaan Syariah.” Jurnal


Economica. Vol. 6, No. 1

(Mei, 2015).

Giannini, Nur Gilang. “Faktor yang mempengaruhi pembiayaan Mudharabah pada


Bank Umum Syariah di Indonesia.” Jurnal Analisis Akuntansi. Vol. 2,
No.1 (Februari, 2013): 96.

Ginting, Ari Mulianta. “Pengaruh Makroekonomi Terhadap Non Performing Loan

Perbankan.” Jurnal DPR RI. (2016).

Husaeni, Uus Ahmad. “The Variables Effects of Murābaḥah in Islamic


Commercial Bank.” International Journal of Nusantara Islam. Vol. 04,
No. 02 (2016).

Nahrawi, Amirah Ahmad. “Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Return On


Asets (ROA) dan Non Performing Financing (NPF) Terhadap Pembiayaan
Murabahah BNI Syariah.” Islamic Banking and Finance Journal Perisai.
Vol 1 (2), (April, 2017).

Rafsanjani, Haqiqi. “Faktor-faktor yang mempengaruhi Non Performing


Financing: Studi Kasus pada Bank dan BPRS di Indonesia”. Jurnal
Masharif al-syariah. Vol. 3 No. 1 (Mei, 2018).

Sjahdeini, Sutan Remy. “Perbankan Syariah Produk-produk dan aspek-aspek


hukumya.” Jakarta: Prenadamedia Group, 2015.

Ubaidillah. “Pembiayaan Bermasalah pada Bank Syariah: Strategi Penanganana


dan Penyelesaian.” Jurnal Bisnis Islam El-Jizya. Vol. 6 No. 2 (Juli-
Desember, 2018).

24
25

Anda mungkin juga menyukai